SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat diperlukan individu, karena individu merupakan pribadi yang unik yang sedang berkembang kearah kematangan. Dampak modernisasipun menjadi salah satu latar belakang perlunya bimbingan dan konseling, karena dampak dari modernisasi itu yang dapat memunculkan problema sosial dan pribadi sehingga bimbingan dan konseling sangat diperlukan di era globalisasi ini. Pemberian bimbingan dan konseling memerlukan beberapa pendekatan konseling yang dapat menunjang pelaksanaan konseling, salah satunya yaitu self-help group atau kelompok bantuan-diri. Kelompok bantuan-diri merupakan cara yang dilakukan oleh segelintir orang yang memiliki persamaan ideologi dan tema yang melandasi kesatuan anggota untuk mencapai satu tujuan bersama. Faktor motivasi untuk berpartisipasi dalam kelompok bantuan-diri ini atas dasar minat diri sendiri.
B. Rumusan Pembahasan Adapun rumusan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: a. Premis-premis Kelompok Bantuan-Diri b. Praktek Bantuan-Diri dalam Kelompok c. Peran Pemimpin Kelompok Bantuan-Diri d. Tujuan Kelompok Bantuan-Diri e. Evaluasi Kelompok Bantuan-Diri
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan pendekatan self-help group atau kelompok bantuan-diri ini, yaitu: 1. Mengenal dan memahami lebih jauh tentang self-help group atau kelompok bantuan-diri 2. Mengetahui dan memahami konsep dan tujuan self-help group atau kelompok bantuan-diri 3. Mengetahui peran self-help group dalam bimbingan dan konseling 4. Memenuhi tugas mata kuliah Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok
D. Metode Pembahasan Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode kepustakaan, yaitu mencari dan membaca buku-buku dan sumber-sumber lainnya yang terkait dengan pembahasan Self-Help Group.
E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Pembahasan C. Tujuan Pembahasan D. Metode Pembahasan E. Sistematika Penulisan
BAB II Pembahasan A. Konsep Dasar Kelompok Bantuan-Diri B. Premis-premis Kelompok Bantuan-Diri C. Praktek Bantuan-Diri dalam Kelompok D. Peran Pemimpin Kelompok Bantuan-Diri E. Tujuan Kelompok Bantuan-Diri F. Evaluasi Kelompok Bantuan-Diri BAB III Kesimpulan Daftar Pustaka
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Kelompok Bantuan-Diri Kelompok Bantuan-Diri atau Self-Help Group merupakan cara yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang memiliki persamaan ideologi dan tema yang melandasi kesatuan anggota untuk mencapai satu tujuan bersama. Kelompok bantuan-diri merupakan suatu cara yang efektif untuk menangani masalah-masalah seperti stres, kesulitan, dan rasa sakit. Kelompok-kelompok ini dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Kelompok yang membantu orang dan keluarga dengan mengutamakan aspek fisik atau masalah kesehatan mental, misalnya kelompok bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita depresi kronis. 2. Kelompok yang memberi bantuan pengembangan perilaku gangguan adiktif, misalnya bagi orang-orang yang ketergantungan alkohol atau obat-obatan terlarang. 3. Kelompok yang memberi dukungan sosial bagi orang yang mengalami masa transisi yang sulit, misalnya orang yang berada dalam masa tua yang sendirian atau orang- orang yang kehilangan. 4. Kelompok perlindungan untuk populasi khusus, misalnya orang-orang yang cacat atau manula. 5. Kelompok yang bekerja menentang diskriminasi, misalnya perbedaan gender atau perbedaan ras. 6. Kelompok yang menangani masalah dan kondisi umum, misalnya kecemasan yang berlebihan.
B.
Premis-premis Kelompok Bantuan-Diri 1. Terdapat sejumlah kesulitan besar individual, maka kemungkinan banyak orang yang dibantu melalui cara bekerja dengan orang lain yang berlatar belakang sama. (Pearson,1986)
2
2. Keanggotaan yang homogen dalam satu kelompok sangat membantu dalam memajukan perubahan. 3. Ada faktor terapeutik dalam kelompok ini yang didasarkan atas dimensi afektif, behavioral, dan kognitif. (Cole, 1983 ; Yalom, 1985) 4. Pengaruh kelompok dapat menjadi positif untuk seseorang, baik selama maupun setelah ia menjadi anggota. (Pearson,1986 ; Yalom, 1985)
C.
Praktek Bantuan-Diri dalam Kelompok Dengan mengutamakan saling membantu, self-help group atau kelompok bantuan-diri ini
disebut juga sebagai mutual-help group atau kelompok saling bantu. Pandangan tersebut diambil dari konsep bantuan-diri (self-help) yang diasosiasikan dengan sesuatu yang dikerjakan secara individual untuk diri seseorang.
Kelompok bantuan-diri melibatkan pengarahan langsung.
Kelompok ini bergantung pada kerelaan pemimpin kelompok dan difokuskan pada anggota kelompok. Kualitas yang mempengaruhi pelaksanaan kelompok bantuan-diri ini terfokus pada kesamaan peserta atau anggota. Dengan kesamaan tersebut, anggota kelompok memperoleh manfaat seperti kekompakkan dan identitas, motivasi dan perubahan persepsi serta perilaku dari anggota yang lebih berpengalaman. Praktek kelompok ini memungkinkan anggota yang baru sewaktu-waktu menjadi orang yang membantu (helper).
Faktor tersebut membantu anggota menjadi mandiri, tidak
ketergantungan, dapat melihat masalah secara positif, dan menjadi lebih merasa berguna secara sosial (Gartner dan Reissman, 1984).
Peserta atau anggota dalam kelompok bantuan-diri
diperkaya dengan kehormatan diri (self-respect) dan harga diri (self-esteem). Anggota juga merasa lebih empatik terhadap orang lain dan memperoleh rasa percaya diri yang besar (Lieberman dan Borman, 1979). Kelompok ini memberi kesempatan pada pesertanya untuk berubah dan didorong untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Jika mereka tidak dapat mencapai tujuan, mereka tetap diterima di kelompok dan didorong untuk mencoba lagi agar berhasil.
D.
Peran Pemimpin Kelompok Bantuan-Diri
3
Pemimpin kelompok bantuan-diri dipilih dengan sukarela, banyak pemimpin kelompok ini yang memperoleh posisi mereka dari pengalaman dan masa verja (Reordan & Beggs, 1987). Pemimpin kelompok dapat juga lahir melalui pemilihan. Silverman (1980) menyatakan dalam beberapa kasus, kriteria pemimpin kelompok bantuan-diri ialah harus: a. mau menjadi helper b. mau berbagi tentang pengalamannya sendiri, baik pengalaman yang berhasil maupun yang gagal c. memperoleh akomodasi atau resolusi terhadap masalahnya d. memberi bantuan dari pengalaman pribadinya sendiri, baik dari bacaan maupun dari pendidikan formal e. memiliki cukup waktu dan energi untuk bekerja
Secara keseluruhan, pimpinan kelompok seyogianya mencoba menciptakan atmosfir dalam kelompok yang lebih dekat, sehingga dapat menjadi kelompok terapi. Jika hal tersebut tercapai, maka kelompok akan berfungsi sebagai kelompok yang memberi dan menerima (take and give), serta anggota akan merasa lebih menyenangkan dan bermanfaat.
E.
Tujuan Kelompok Bantuan-Diri Ada dua hal yang diinginkan dari kerja kelompok bantuan-diri, yang pertama pada tingkat
kelompok global, dan yang kedua pada tingkat personal.
Pada tingkat global, anggota
diharapkan mampu mengidentifikasi dan saling membantu satu sama lain. Pada tingkat personal, individu harus mampu mengubah persepsi dan perilaku sebagai hasil dari pengalaman kelompok bantuan-diri. Untuk dapat mencapai pertumbuhan pribadi yang menyeluruh, individu dalam kelompok bantuan-diri harus mencapai keadaan berikut ini (Reordan & Biggs, 1987): a. merasa tertarik pada orang lain dalam kelompok b. merasa mendapat bantuan melalui penerimaan bantuan c. rela mengambil resiko d. berpartisipasi aktif sebagai anggota kelompok e. memiliki tanggung jawab diri
4
F.
Evaluasi Kelompok Bantuan-Diri 1. Keuntungan Kelompok Bantuan-Diri Keuntungan yang dapat diperoleh dalam kelompok bantuan-diri adalah homogenitas
anggota kelompok yang menonjol menjadikan anggota sangat terspesialisasi. Kondisi tersebut sangat menguntungkan kelompok, karena akan menopang kekompakkan dan kekhususan masalah yang dihadapi.
Melalui kelompok bantuan-diri, individu mengembangkan dan
meningkatkan kepercayaan diri dan identitas diri mereka. Keuntungan lain yang didapat ialah cara anggota menstruktur waktu dan prinsip saling dukung di antara sesama anggota. Dilihat dari manfaatnya, biaya penyelenggaraan kelompok ini cukup efisien dan dapat dipakai melalui bentuk psikoterapi, bimbingan, pendidikan-psikologis dan dukungan untuk memungkinkan orang menjadi lebih terintegrasi dan menyeluruh secara personal. Selain itu, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan dan menyadari perasaan, tapi juga mendapat teman (Cole, 1983). Kelompok bantuan-diri membantu individu dan masyarakat mencapai tingkat kesehatan yang tinggi melalui keterlibatan dengan orang melalui cara yang multidimensional.
2. Keterbatasan Kelompok Bantuan-Diri Yang menjadi keterbatasan kelompok ini ialah sifat spesialisasi anggota menyebabkan pengasingan diri sendiri dari masyarakat, sehingga keadaan ini dapat lebih berkembang ke arah munculnya anggota atau kelompok yang fanatik. Selain itu, kurangnya penelitian tentang bagaimana kelompok bantuan-diri berkembang dan berinteraksi, membuat anggota tidak memiliki referensi pegangan untuk menyelenggarakan kelompok ini.
BAB III KESIMPULAN
5
Self-Help Group merupakan cara yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki persamaan ideologi dan persamaan tema yang melandasi kesatuan anggota untuk mencapai satu tujuan bersama. Kelompok bantuan-diri merupakan suatu cara yang efektif untuk menangani masalah-masalah seperti stress, kesulitan, dan rasa sakit. Contoh self-help group ini misalnya komunitas orang tua dari anak yang menderita gangguan jiwa, orang tua-orang tua yang merasa stress dan rendah diri karena kondisi anaknya tersebut bisa ikut berpartisipasi dalam self-help group. Di dalam kelompok ini, mereka para anggota berbagi kisah dan pengalaman mereka, lalu helper atau anggota yang lain memberikan bantuan atau solusi. Tiap kelompok bantuan-diri memiliki karakteristik yang khusus. Kelompok bantuan-diri ini tidak sama dengan lembaga sosial masyarakat (LSM), namun jika kelompok ini memiliki anggota yang jumlahnya banyak dan aktif di masyarakat, mungkin bisa menjadi satu lembaga sosial yang diakui.
Self-help group bisa dipakai sebagai salah satu teknik bimbingan dan
konseling kelompok, karena metode yang digunakan ialah dengan cara mengelompokkan orang berdasarkan satu masalah atau satu kondisi yang sama-sama ingin mencapai satu tujuan, yang didalamnya terdapat helper untuk membantu. Dalam konteks bimbingan dan konseling, helper disini ialah seorang konselor.
DAFTAR PUSTAKA Supriatna, Mamat. 2004. Konseling Kelompok. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP UPI.
6