SELEKSI MIKROBA SELULOLITIK DALAM MENDEGRADASI LIGNIN ASAL TANAH GAMBUT DESA RIMBO PANJANG KABUPATEN KAMPAR RIAU N. I. Adlini1, B. L. Fibriarti2, R. M. Roza2 1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia e-mail :
[email protected] ABSTRACT
Peatland conversion activities into plantation can cause a low level of decomposing organisms growth, so the process of decomposition organic materials such as lignin and cellulose occurs imperfectly. Lignocellulolytic microbes such as bacteria, fungi, and actinomycetes may degrade lignin and cellulose to produce extracellular ligninase and cellulase enzyme. The purpose of this study to be obtain the lignocellulolytic microbial isolates by screening the cellulolytic bacteria, fungi, and actinomycetes isolates that may degrade lignin. The ability of a total of three bacteria isolates, 63 fungi isolates and 42 actinomycetes isolates isolated from peat soil at Rimbo Panjang have been known degrading cellulose but their ability to degrade lignin have not been known yet. Ligninase enzyme activities were determined by the ratio of clear zone and colony diameter. The result showed that three isolates of bacteria, 26 isolates of fungi and 40 isolates of actinomycetes had ligninolytic activity. The highest ratio of ligninolytic activity from bacteria was produced by L410 -3 a2 isolates (4,00), from fungi was produced by Penicillium sp. L5J1 (2,17) and from actinomycetes was produced by Frankia sp. L3A7 (12,29). The characterization result showed that 14 of lignocellulolytic fungal isolates were obtained from the genus of Penicillium, Trichoderma, Aspergillus and Rhizopus. The characterization result showed that 16 of lignocellulolytic actinomycetes isolates were obtained from the genus Streptomyces and Frankia while five isolates have not yet been identified. Key words: Lignocellulolytic, microbes, to screen. ABSTRAK Aktivitas alih fungsi lahan gambut menjadi areal perkebunan dapat menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai sehingga proses dekomposisi bahanbahan organik seperti lignin dan selulosa terjadi secara tidak sempurna. Mikroba lignoselulolitik seperti bakteri, jamur dan aktinomisetes diketahui dapat mendegradasi lignin dan selulosa dengan menghasilkan enzim ekstraseluler ligninase dan selulase. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat mikroba lignoselulolitik dengan cara menyeleksi isolat bakteri, jamur dan aktinomisetes selulolitik dalam mendegradasi 1
lignin. Sebanyak 3 isolat bakteri, 63 isolat jamur dan 42 isolat aktinomisetes yang berhasil diisolasi dari tanah gambut Desa Rimbo Panjang telah diketahui kemampuannya dalam mendegradasi selulosa namun belum diketahui kemampuannya dalam mendegradasi lignin. Aktivitas enzim ligninase diketahui melalui rasio antara diameter zona bening dan diameter koloni. Tiga isolat bakteri, dua puluh enam isolat jamur dan empat puluh isolat aktinomisetes memiliki aktivitas ligninolitik. Rasio aktivitas ligninolitik tertinggi isolat bakteri dihasilkan oleh isolat L410-3a2 (4,00), rasio aktivitas ligninolitik tertinggi isolat jamur dihasilkan oleh isolat L5J1 (Penicillium sp.) (2,17) dan rasio aktivitas ligninolitik tertinggi isolat aktinomisetes dihasilkan oleh isolat L3A7 (Frankia sp.) (12,29). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa 14 isolat jamur lignoselulolitik berasal dari genus Penicillium, Trichoderma, Aspergillus dan Rhizopus. Hasil karakterisasi 16 isolat aktinomisetes lignoselulolitik berasal dari genus Streptomyces, Frankia dan 5 isolat belum teridentifikasi. Kata kunci : Lignoselulolitik, mikroba, seleksi. PENDAHULUAN Provinsi Riau memiliki lahan gambut terluas di Sumatera yaitu 4,044 juta ha (45%) dari luas daratan Provinsi Riau. Pemanfaatan lahan gambut untuk kepentingan perkebunan meningkat pesat mencapai 1,83 juta ha (57%) dari luas total hutan gambut di Provinsi Riau (WWF 2008). Lahan gambut di Desa Rimbo Panjang merupakan salah satu contoh pemanfaatan lahan menjadi areal perkebunan yang ditanami karet dan kelapa sawit. Aktivitas alih fungsi lahan ini dapat menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai sehingga proses dekomposisi bahan-bahan organik seperti lignin dan selulosa terjadi secara tidak sempurna. Lignin merupakan salah satu komponen lignoselulosa yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa pada jaringan tanaman (Supardjo 2008). Lignin sulit didegradasi karena strukturnya yang kompleks dan heterogen, berfungsi memberikan bentuk yang kokoh pada tanaman dan membentuk ikatan yang kuat dengan polisakarida (Hammel 1997). Mikroba lignoselulolitik seperti bakteri, jamur dan aktinomisetes diketahui dapat mendegradasi lignin dan selulosa dengan menghasilkan enzim ekstraseluler ligninase dan selulase (Subowo 2010). Pengujian aktivitas mikroba selulolitik dan ligninolitik asal tanah gambut Desa Rimbo Panjang telah banyak dilaporkan, sedangkan pengujian aktivitas mikroba lignoselulolitik masih belum banyak dilaporkan sehingga mendorong peneliti untuk memperoleh isolat mikroba yang memiliki aktivitas lignoselulolitik. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi isolat bakteri, jamur dan aktinomisetes selulolitik dalam mendegradasi lignin. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2012 hingga Oktober 2013 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA-UR. Isolat mikroba selulolitik diperoleh dari koleksi isolat Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA-UR.
2
Peremajaan Isolat Peremajaan isolat mikroba dilakukan dengan menumbuhkan isolat bakteri pada medium NA, jamur pada medium PDA dan aktinomisetes pada medium SCA dengan metode streak plate. Kemudian isolat diinkubasi pada suhu ruang, untuk bakteri selama 1 hari, jamur selama 4 hari dan aktinomisetes selama 7 hari. Seleksi Bakteri Selulolitik dalam Mendegradasi Lignin Isolat murni bakteri selulolitik yang telah diremajakan diseleksi menggunakan metode agar disk yaitu menginokulasikan 1 potongan agar isolat bakteri umur 1 hari ke medium selektif bakteri ligninolitik kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 4 hari. Isolat bakteri selulolitik yang tumbuh dengan membentuk zona bening di sekeliling koloni merupakan isolat yang mampu mendegradasi lignin. Seleksi Jamur Selulolitik dalam Mendegradasi Lignin Seleksi jamur dilakukan dengan menginokulasikan 1 potongan agar isolat jamur umur 4 hari ke medium basal ligninolitik dengan meletakkan potongan agar dibagian tengah medium. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Isolat jamur selulolitik yang tumbuh dengan membentuk zona bening di sekitar koloni merupakan isolat yang mampu mendegradasi lignin. Seleksi Aktinomisetes Selulolitik dalam Mendegradasi Lignin Seleksi aktinomisetes dilakukan dengan menginokulasikan 1 potongan agar isolat aktinomisetes umur 7 hari ke medium selektif aktinomisetes ligninolitik dengan meletakkan potongan agar dibagian tengah medium. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Isolat aktinomisetes selulolitik yang tumbuh dengan membentuk zona bening di sekeliling koloni merupakan isolat yang mampu mendegradasi lignin. Karakter Jamur Karakterisasi dilakukan pada isolat jamur selulolitik yang memiliki aktivitas ligninolitik. Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis, kemudian hasil karakter disesuaikan dengan buku panduan identifikasi jamur yaitu Pengenalan Kapang Tropik Umum (Gandjar et al. 1999), Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi 3th Edition (Watanabe 2010) dan Food and Indoor Fungi (Samson et al. 2010). Karakter Aktinomisetes Karakterisasi aktinomisetes selulolitik dilakukan pada isolat yang memiliki aktivitas ligninolitik. Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis, kemudian hasil karakter disesuaikan dengan buku panduan identifikasi aktinomisetes yaitu Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al. 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN Peremajaan Isolat Sebanyak 3 isolat bakteri selulolitik yang diisolasi oleh Yanti (2012) berhasil diremajakan kembali. Isolat jamur selulolitik yang diisolasi oleh Ramadhan (2012) dari 63 isolat berhasil diremajakan kembali sebanyak 62 isolat. Isolat aktinomisetes 3
selulolitik yang diisolasi oleh Pratiwi (2012) sebanyak 42 isolat telah berhasil diremajakan kembali. Isolat yang berhasil diremajakan diseleksi kemampuannya dalam mendegradasi lignin. Seleksi Bakteri Selulolitik dalam Mendegradasi Lignin Ketiga isolat bakteri selulolitik yang diuji aktivitas ligninolitiknya berhasil tumbuh pada medium selektif ligninolitik dan terbentuk zona bening di sekitar koloni (Gambar 1). Zona bening di sekitar koloni merupakan indikasi awal bahwa bakteri berpotensi sebagai bakteri pendegradasi lignin karena semakin besar zona bening yang terbentuk semakin banyak pula enzim yang disekresikan (Apun et al. 2000).
Z K
Gambar 1. Isolat L410-3a2 yang ditumbuhkan pada medium selektif bakteri ligninolitik Z= zona bening K= koloni Rasio aktivitas Z/K tertinggi dihasilkan oleh isolat L410-3a2 sebesar 4,00 sedangkan rasio aktivitas Z/K terendah oleh isolat L210-3 b6 sebesar 2,40 (Tabel 1). Dari hasil seleksi diperoleh ketiga isolat bakteri selulolitik pada penelitian ini memiliki kemampuan dalam mendegradasi lignin sehingga isolat ini merupakan isolat yang memiliki aktivitas lignoselulolitik. Tabel 1.
Rasio aktivitas ligninolitik 3 isolat bakteri selulolitik asal tanah gambut Desa Rimbo Panjang dengan waktu inkubasi 4 hari
No.
Kode Isolat
Rasio Aktivitas
1 2 3
L410-3a2 L310-3a3 L210-3b6
4,00 3,64 2,40
Seleksi Jamur Selulolitik dalam Mendegradasi Lignin Berdasarkan hasil seleksi diperoleh 26 isolat yang menunjukkan aktivitas ligninolitik dari 62 isolat yang berhasil diremajakan kembali. Hal ini terlihat dari zona bening yang terbentuk di sekitar koloni pada medium basal ligninolitik. Gambar 2 menyajikan representasi isolat jamur selulolitik yang membentuk zona bening disekeliling koloni. Jamur mampu merombak lignin secara biokimia menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim ligninase yang dihasilkan.
4
Z K
Gambar 2.
Isolat L5J1 (Penicillium sp.) yang ditumbuhkan pada medium basal ligninolitik Z= zona bening K= koloni
Pada Tabel 2 isolat jamur selulolitik yang memiliki aktivitas ligninolitik sebagian besar berasal dari genus Penicillium. Secara umum Penicillium sp. dapat mensekresikan enzim ligninase dalam proses perombakan lignin. Hal ini didukung oleh Bhende dan Dawande (2010) yang menjelaskan bahwa Penicillium citrinum dapat mensekresikan lignin peroksidase (LiP) sehingga isolat Penicillium sp. pada penelitian ini berpotensi mensekresikan enzim ligninase dalam proses perombakan lignin. Tabel 2. Rasio aktivitas ligninolitik 26 isolat jamur selulolitik asal tanah gambut Desa Rimbo Panjang dengan waktu inkubasi 7 hari No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kode Isolat L5J1 (Penicillium sp.) L4J7 (Aspergillus sp.) L1J1 (Aspergillus sp.) L4J2 (Penicillium sp.) L2J14 (Penicillium sp.) L2J12 (Aspergillus sp.) L5J2 (Penicillium sp.) L4J10 (Aspergillus sp.) L1J2 (Penicillium sp.) L1J4 (Penicillium sp.) L3J6 (Penicillium sp.) L4J9 (Aspergillus sp.) L4J8 (Aspergillus sp.) L4J11 (Aspergillus sp.) L1J8 (Penicillium sp.) L3J14 (Aspergillus sp.) L1J6 (Penicillium sp.) L2J4 (Penicillium sp.) L2J9 (Trichoderma sp.) L5J15 (Penicillium sp.) 5
Rasio Aktivitas
Kriteria
2,17 1,91 1,73 1,59 1,54 1,52 1,47 1,46 1,34 1,33 1,32 1,26 1,20 1,13 1,10 1,10 1,07 1,07 1,06 1,06
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
21 22 23 24 25 26
L2J7 (Penicillium sp.) L4J1 (Aspergillus sp.) L3J13 (Penicillium sp.) L2J3 (Trichoderma sp.) L3J2 (Penicillium sp.) L2J10 (Penicillium sp.)
1,05 1,05 1,04 1,03 1,03 1,02
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Perhitungan rasio aktivitas Z/K berdasarkan uji nilai tengah sebanyak 30,77% isolat memiliki aktivitas ligninolitik tinggi apabila rasio Z/K >1,43. Aktivitas ligninolitik sedang apabila rasio Z/K berkisar antara 1,10-1,43 sebesar 30,77% dan aktivitas ligninolitik rendah apabila rasio Z/K <1,10 sebesar 38,46%. Hasil ini menunjukkan bahwa isolat jamur pada penelitian ini sebagian besar memiliki aktivitas ligninolitik kriteria rendah (Tabel 3). Hasil seleksi menunjukkan bahwa dari 62 isolat jamur selulolitik diperoleh 26 isolat yang memiliki aktivitas ligninolitik sehingga isolat ini merupakan isolat yang memiliki aktivitas lignoselulolitik. Tabel 3. Kriteria aktivitas 26 isolat jamur selulolitik yang memiliki aktivitas ligninolitik berdasarkan uji nilai tengah Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Rasio Aktivitas >1,43 1,10 – 1,43 < 1,10
Jumlah Isolat 8 8 10
Persentase (%) 30,77% 30,77% 38,46%
Seleksi Aktinomisetes Selulolitik dalam Mendegradasi Lignin Dari seleksi 42 isolat aktinomisetes diperoleh 40 isolat yang membentuk zona bening di sekitar koloni selama 7 hari inkubasi. Gambar 3 menyajikan representasi isolat yang membentuk zona bening di sekitar koloni pada medium selektif aktinomisetes ligninolitik.
Z K
Gambar 3.
Isolat L3A7 (Frankia sp.) yang ditumbuhkan pada medium selektif aktinomisetes ligninolitik Z= zona bening K= koloni
Rasio aktivitas ligninolitik berdasarkan uji nilai tengah sebanyak 27,50% isolat memiliki aktivitas ligninolitik tinggi apabila rasio Z/K >5,84. Isolat memiliki aktivitas ligninolitik sedang apabila rasio Z/K berkisar antara 3,12-5,84 sebesar 47,50% dan aktivitas ligninolitik rendah apabila rasio Z/K <3,12 sebesar 25,00%. Hasil ini 6
menunjukkan bahwa isolat aktinomisetes pada penelitian ini sebagian besar memiliki aktivitas ligninolitik kriteria sedang (Tabel 4). Isolat yang memiliki aktivitas ligninolitik tinggi oleh isolat L3A7 (Frankia sp.) sebesar 12,29 dan isolat yang memiliki aktivitas ligninolitik rendah oleh isolat L2A2 (Micromonospora sp.) sebesar 1,58 (Tabel 5). Tabel 4.
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Kriteria aktivitas 40 isolat aktinomisetes selulolitik yang memiliki aktivitas ligninolitik berdasarkan uji nilai tengah Rasio Aktivitas >5,84 3,12 – 5,84 < 3,12
Jumlah Isolat 11 19 10
Persentase (%) 27,50% 47,50% 25,00%
Dari 40 isolat aktinomisetes yang memiliki aktivitas ligninolitik, sebanyak 19 isolat dapat mendegradasi lignin dan selulosa sehingga isolat ini memiliki aktivitas lignoselulolitik. Sebanyak 21 isolat aktinomisetes lainnya hanya mampu mendegradasi lignin pada penelitian ini dan tidak mampu mendegradasi selulosa pada penelitian Pratiwi (2012) sehingga isolat ini termasuk aktinomisetes ligninolitik. Goodenough (1989) menyatakan bahwa produksi enzim oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor internal (faktor genetik) dan eksternal (lingkungan) seperti suhu, pH, senyawa penginduksi, dan sumber karbon. Tabel 5.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Rasio aktivitas ligninolitik 40 isolat aktinomisetes selulolitik asal tanah gambut Desa Rimbo Panjang dengan waktu inkubasi 7 hari Kode Isolat L3A7 (Frankia sp.) L1A8 L2A10 (Nocardioform) L1A2 (Nocardioform) L1A5 (Frankia sp.) L4A8 L4A1 (Nocardioform) L2A13 (Streptomyces sp.) L3A5 (Nocardioform) L1A7 (Streptomyces sp.) L4A4 (Nocardioform) L2A9 L3A2 (Streptomyces sp.) L1A1 (Nocardioform) L4A3 L3A4 (Streptomyces sp.) L2A12 (Streptomyces sp.) L5A4 L2A6 (Streptomyces sp.)
Rasio Aktivitas 12,29 10,83 10,20 9,42 8,74 7,50 6,42 6,34 6,21 6,20 6,00 5,60 5,40 5,36 4,56 4,48 4,30 4,25 3,97 7
Kriteria Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
L1A6 (Streptomyces sp.) L5A3 (Streptomyces sp.) L2A11 (Actinoplanes sp.) L4A7 (Streptomyces sp.) L5A2 (Nocardioform) L1A4 (Streptomyces sp.) L5A1 (Streptomyces sp.) L4A2 L4A9 (Nocardioform) L2A5 (Streptomyces sp.) L3A6 (Streptomyces sp.) L3A3 (Streptomyces sp.) L4A5 (Streptomyces sp.) L1A9 L4A6 (Streptomyces sp.) L2A1 L3A1 (Streptomyces sp.) L5A5 (Streptomyces sp.) L1A3 (Nocardioform) L2A3 (Streptomyces sp.) L2A2 (Micromonospora sp.)
3,95 3,80 3,78 3,75 3,60 3,57 3,50 3,48 3,39 3,37 3,21 3,04 2,94 2,84 2,83 2,58 2,54 2,50 1,99 1,86 1,58
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Karakter Jamur Berdasarkan hasil seleksi diperoleh 26 isolat yang memiliki aktivitas ligninolitik. Hasil karakterisasi 14 isolat jamur lignoselulolitik berasal dari genus Penicillium, Trichoderma, Aspergillus dan Rhizopus. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa genus Penicillium dan Aspergillus memiliki kemampuan lebih baik dalam menguraikan lignin daripada kelompok jamur lainnya. Azaz (2003) mengatakan bahwa Penicillium dan Aspergillus merupakan fungi yang paling dominan pada tanah. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan Penicillium dan Aspergillus di tanah gambut membantu menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan cara mendekomposisikan sisa-sisa bahan organik seperti lignin dan selulosa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragih (2009) yang mengatakan bahwa sisa-sisa tanaman yang memiliki kandungan lignin dan selulosa yang tinggi merupakan sumber makanan bagi sebagian fungi termasuk Penicillium dan Aspergillus. Sari (2012) berhasil mengisolasi jamur pendegradasi lignin dari tanah gambut Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Riau dari genus Aspergillus, Trichoderma, Penicillium dan 1 isolat dari ordo Aphyllophorales. Karakter Aktinomisetes Berdasarkan hasil seleksi diperoleh 40 isolat yang memiliki aktivitas ligninolitik. Hasil karakterisasi 16 isolat aktinomisetes lignoselulolitik berasal dari genus Streptomyces, Frankia dan 5 isolat belum teridentifikasi. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa genus Streptomyces memiliki kemampuan lebih baik dalam menguraikan lignin daripada kelompok aktinomisetes lainnya. Menurut Rao (2001) genus Streptomyces merupakan genus terbesar yang ditemukan dalam tanah. 8
Banyaknya isolat Streptomyces yang ditemukan dalam tanah karena genus ini mampu tumbuh lebih cepat dalam jumlah jenis yang tinggi (Madigan et al. 2003). Streptomyces memiliki kemampuan mendegradasi selulosa dan lignin yang terdapat dalam tanaman (Holt et al. 1994). Genus ini paling efisien mendegradasi lignin karena kecepatan pertumbuhan dan aktivitasnya yang tinggi dibandingkan dengan genus lain. Handayani (2012) berhasil mengisolasi aktinomisetes pendegradasi lignin asal tanah gambut Rimbo Panjang Kampar Riau dari genus Streptomyces, Micromonospora, Frankia, Rhodococcus dan Nocardioform. KESIMPULAN DAN SARAN Sebanyak 3 isolat bakteri selulolitik berpotensi sebagai bakteri pendegradasi lignin. Rasio aktivitas Z/K tertinggi dihasilkan oleh isolat L410-3a2 sebesar 4,00 sedangkan rasio aktivitas Z/K terendah oleh isolat L210-3b6 sebesar 2,40. Dari 62 isolat jamur yang diuji diperoleh 26 isolat jamur selulolitik yang memiliki aktivitas ligninolitik. Rasio aktivitas ligninolitik tertinggi oleh isolat L5J1 (Penicillium sp.) sebesar 2,17 dan aktivitas ligninolitik terendah oleh isolat L2J10 (Penicillium sp.) sebesar 1,02. Sebanyak 30,77% isolat memiliki aktivitas ligninolitik tinggi dan sedang serta 38,46% isolat memiliki aktivitas ligninolitik rendah. Dari 42 isolat aktinomisetes yang diuji diperoleh 40 isolat aktinomisetes selulolitik yang memiliki aktivitas ligninolitik. Rasio aktivitas ligninolitik tertinggi dihasilkan oleh isolat L3A7 (Frankia sp.) sebesar 12,29 dan isolat yang memiliki aktivitas ligninolitik rendah dihasilkan oleh isolat L2A2 (Micromonospora sp.) sebesar 1,58. Sebanyak 27,50% isolat memiliki aktivitas ligninolitik tinggi, 47,50% isolat memiliki aktivitas ligninolitik sedang dan 25,00% isolat memiliki aktivitas ligninolitik rendah. Hasil karakterisasi jamur lignoselulolitik diperoleh genus Penicillium, Trichoderma, Aspergillus dan Rhizopus. Hasil karakterisasi aktinomisetes lignoselulolitik diperoleh genus Streptomyces, Frankia dan 5 isolat belum teridentifikasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai optimalisasi aktivitas enzim ligninase dari isolat mikroba selulolitik pendegradasi lignin asal tanah gambut Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Riau. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Riau atas dana penelitian Berbasis Laboratorium Tahun Anggaran 2012. DAFTAR PUSTAKA Apun K et al. 2000. Screening and isolation of a cellulolytic and amylolytic Bacillus from sago pith waste. J. Gen. Appl. Microbiol 46:263-267. Azaz AD. 2003. Isolation and identification of soilborne cendawan in fields irrigate by GAP in Harran plant using two isolation methods. Turk Journal Botany 27:8392.
9
Bhende V, Dawande AY. 2010. Production and characteristics analysis of lignin peroxidase from Penicillium citrinum, Fusarium oxysporum and Aspergillus terreus using n-propanol as substrate. Asiatic J. Biotech. Res 1: 1-7 Gandjar I, Samson RA, Tweelvermeulen K, Oetari A, Santoso I. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Goodenough. 1989. Genetics. Ed ke-3. Washington: CBS College Publishing. Hammel KE. 1997. Fungal Degradation of Lignin. Di dalam: Cadisch G, Giller KE, Editor. Driven by Nature: Plantt Litter Quality and Decompostion. London: CAB International. hlm 33-45. Handayani S. 2012. Isolasi dan seleksi aktinomisetes ligninolitik dari tanah gambut Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Riau [skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT, Wiliams ST. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Ed ke-9. United Stated America: Wiliams and Wilkins. Madigan MT, Martiko JM, Parker J. 2003. Biology of Microorganisms. Ed ke-10. USA: Pearson Education Inc. Pratiwi I. 2012. Isolasi dan seleksi aktinomisetes selulolitik dari tanah gambut Desa Rimbo Panjang Kampar Riau [skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Ramadhan N. 2012. Isolasi dan seleksi jamur selulolitik dari tanah gambut Desa Rimbo Panjang Kampar Riau [skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Rao NSB. 2001. Soil Microbiology. Ed ke-4. New Hampshire: Science Publishers Inc. Samson RA, Houbraken J, Thrane U, Frisvad CJ, Andersen B. 2010. Food and Indoor Fungi. Netherlands: CBS Laboratory Manual Series. Saragih SD. 2009. Jenis-jenis fungi pada berbagai tingkat kematangan gambut [skripsi]. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Sari EP. 2012. Isolasi dan seleksi kapang ligninolitik dari tanah gambut di Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Propinsi Riau [skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Subowo YB. 2010. Uji aktivitas selulase dan ligninase dari beberapa jamur dan potensinya sebagai pendukung pertumbuhan tanaman terong (Solanum melongena). Berita Biologi LIPI Mikrobiologi 10:1-6. Supardjo. 2008. Degradasi komponen lignoselulosa oleh kapang pelapuk putih. http://jajo66.wordpress.com. [2 September 2012]. Watanabe T. 2010. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi. Ed ke-3. Japan: CRC-Press. WWF. 2008. Deforestation, forest degradation, biodiversity loss and CO 2 emision in Riau, Sumatera, Indonesia: one Indonesian propinve’s forest and peat soil carbon loss over a quarter century and it’s plans for the future. WWF Indonesia Tecnical Report. www.wwf.or.id. [1 Desember 2013]. Yanti S. 2012. Isolasi dan seleksi bakteri selulolitik dari tanah gambut Desa Rimbo Panjang Kampar Riau [skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau.
10