,
--
'
-
"-
Media
-- .
••
•
•
•
•
Oleh: Hardiman
• SEL ini, para teoretisi, ejarawan, dan akademi i seni di BaIi, ketika melihat perkembangan seni rupa Bali, eolah ada semacam kesepakatan pilihan perspektif. Oleh mereka~ eni rupa BaIi se1alu dj)ihat sebagai perkembangan kebenrukan dan konu'uksi visual. Pembahasan dalam banyak kitab seni rupa Bali adalah pembahasan seputar garis, bidang, warna, dan till sur rupa lainnya. Jika memasuki un ur estetik, maka pembahasan b Tkisar pada persoalan iram~ dinamika. komposi i, konfigurasi, atau un ur e tetik lainnya. Karya eni rupa Bali hanya ditempatkan eperti produk seni rupa modern seuruhnya yang dijal - dari kontek sosio-kultural ang me• ngltannya.. •
19
•
-- --=: .- .-
--
Media
-
•tONO
••
, • •
ARA Llha l peru I!U tentu saja eenderung memunpulkan makna eni rupa Ball Llhat misalnva • Jl(aJ/l1ana •eja ra h seni Iukis r\ama. an babak belurdigali dan aspek teknik melukis. Garis IDlsainva. clianalisis dari sisi • t£knis ihwal bagaimana garis dlbuat dan clifungsikan. Begitu balnya dengan bida ng yang kerapdiural sebagru pengisian ruang seeara penuh, padat , tanpa diskrimina i. Paralel dengan I!U, ketika memunculkan figw' seseorang yang lruk clieatal da lam sejarah. maka hanya eara pandang modemis sebagal satu-satunya perspektI[ yang dipakai. Orang semacam Lempad-Iah yang dicatat Kata para sejarawan, kar \. Lempad berhasil melepaskan din dan pakem IUpa umum di Ball BegJ!u halnya ketika melihat pertumbuhan seni lukis Loud. Young Artis, Batllan. zaman Ball Bruu. hingga seni IU pa Ball hari ini. lagi-lagi. para se)arawan. akademisi, dan teoretlsl seru rupa Ball selalll saja melihat keragruman seni rupa Ball ltu dalam identifikasi gaya belaka. Para sejarawan. akademisi, Can teoretisi seni di BaU seolah berlornba mendata jasa WaIter dan RudoU Bonnet yang Ikiln pera i ;ll-
an d a n eara m lukis modem Kitab- kItab seni rupa Ball t a k bosan-bosannya m ngulas Ihwal jasa Spies d a n Bonnet serta kuasa puri yang menyertainya . Bukanka h proses modern.isa i ini sesungguhnya telab menjadikan seniman Ubucl sebagai "pemenang" yang ditunjukkannya d enga n pilihan menggambar manusia na mun clengan eara wimba lukis wayang?
••• ASMUDJ O JODO Iri anto d an I Ngurah Suryawan (kurator dan ko-kura tor) pamer an bertaj uk
"Tamarind: In Pursuit of Identity" , 28 Agustus bingga 28 September di Nava Art Gallery, Denpasar, menyodorkan sebuab bingkai kura torial yang di sandarkan pada (sebagian) perkemba ngan seni lukis BaU terkini. eara pandang mereka tidak berdasarkan reaUtas kebentukan dalam karya seni lukis BaU, tetapi lebih bertim bang pacla sejarah sosial seni rupa BaU mutahir. Balinese Painting dillhatnya tumbuh sejalan dengan mulai terbukanya Ball sebagai tempat tujuan wisata tahun 3D-an bingga hari ini, yang oleh banyak kalangan kerap dieUligai sekadar memenuhi tuntutan pariwisata dan pasal'. "H a l ini menyebabkan adanya upaya terobosan yang men('()hl'l m pl ppa
K..o\TAlOC PAMERAN
Karya: Wayan Suja Judul: Aestetic Line (2004) Media: Media Campur di Kanvas Ukuran: 145 x 120 cm
•
•
ban dan bayang-bayang identitas Ball. Hal itu terutama bertujuan membebaskan dari kekentalan gaya yang telah membentuk Balinese Painting, agar karakter dan identitas personal sang seniman muneul. Tak mengherankan kalau keecnderungan tersebut muneui dari kelompok al
Asmudjo jll~n nwlihat bah"'" sl'nllukls konh'l11plHw (cli) BIIII mampu kl'hlUI' d(u'l hm,lo:kui 8(1 1/l1I'~( ' rd;n/my
Asmudjo, 'I si \ a p
h,
Wits
i
ll\
titas seni luki yang telah terbentuk seb elunmya, juga tel'badap segala persoalan budaya dalam masyarakat Bab mnsa kini. Salah sa tu tan tan, an iru diletupkan 01 h kelompok (XCJUpa muda ST 1 (kini 1 I) 0 npasar, pad a tahlU1 200 1 dalam gerakan, ang mereka st'bul : bagai .. Mendobrak HI;' "Dlom" Secuil peln s ni lukis Ball ill! cliimbuhi juga lll'ngan 11ll'ngh:l dirkan st'nim:m non -Bull 1-' Il'
kaf\~ll;\
Pl'tiltnl:l.lI\ ' ,11
gaya. II'mH . diln ~u/lj. 'I IIId r ' ynllg tidnk khas 1',111 PI Il\, t.1 P 1nl kUnlt<'\' P,\I11\' 1\ \1\1 , IIKlpl'lllk lsUII t I ~l'h,u.:, \1 Halt \:1\ • 11\, 1'1'\ 11\\' 0] :1111 b,l '\ ,111 I 'I '\lIl1ld.
htlk ll,ISII1II, 1 I.
I I
t
I I
!.-I' I
~=:!l:'~If~h~"~'~~I~'~"~':1~\~\I~n~~.-~~=.:~~......::::..
Media
--.
-
m
• •
•
•
Karya: Chusin Setiadikara Judul: Ikan Asin (2004) Media: Cat Air di Kertas Ukuran: 54 x 67 cm BC'narkah SDI ttu
k"lnmpok
. lun guya yrmu [, 11111 mt'mlll ntuk Rnl1ni>st' Pm"1 U/(jI , ~ If! --~.kan dil'l dari
'ItIJ/ ~i~4 ~ "ubl/Mu
~
~.---
nil pam SDI (Ny! m.HI UWlanm, l'undl' C ..d., ~nd Wo nil SikH, dnn tWWI111 knw n Yllt1g tllt'HI .11·Hut" \"'I'UtIIl ' ,ll' hhl t J It I I
dtlurnhllhk U1 .,tl'h IllIh 111 k. J n' ,,1"11\ It
,\ \ 1
, \
.klln I 1I II
-
-
-. -
.
-
-. ' - - -
Media
-:::-:----• -
-~.•
•
•
•
•
H~~m~--'---------------
- -.
-
•
•
•
dayaan kita, sa at itu, tafsir atas makna identitas nasional sering kali dipersempit pad a upaya pencarian kelokalan di tengah-tengah derasnya arus modernisme. Seni rupa, terutama seni lukis, dalam kasus ini mendapatkan "keberhasilannya" dari wilayah budaya Yogyakarta. Betapa misalnya, corak atau gaya dekoratif dirayakan sebagai kosa rupa yang nyaris menjadi satu-satunya dialek seni lukis modem di Yogyakart~. Bagaimana misalnya peristiwa Pameran Besar Seni Lukis Indonesia, tahlU11974, yang dikuasai oIeh ?orak atau gaya dekoratlf. Ketika dewan juri menentukan lukisan terbaik dalam perhelatan nasional itu dan memilih Iukisan dekoratif sebagai yang terbaik, ini menunjukkan b~wa I?encapaian kematangan se~ l~s dekoratif, di mata para Jun, kecendeflU1 an lain. -
. ?a.ri Yogyakarta, keyakinan lID diembuskan ke Ball melalui para anggota SDI. Maka kawin-nikmatlah dekoratu' ala Yogyakarta dengan kosa rupa tradisi Bali serta konteks sosio-kulturalnya. Tak berlebihan kalau kemudian Nyoman Gunarsa dan kawan-kawan betul-betul mendapat rumah seni lukisnya sendiri di Ball. Jaili, bagi saya, gerakan pemikiran para anggota SDI itu sesungguhnya adalah pilihan sikap dalam.menafsirkan makna kepribailian budaya nasional ili seputar tahun 70-an. Dan, tidaklah menempatkan diri sebagai upaya terobosan yang mencoba melepaskan di.ti dan beban dan bayang-bayang identitas Bali. Dalam kasus pameran Tamarind ini, Nyoman Erawan dan IGK Mm'lliasih bisa ilitempatkan sebagai seniman yang paling terlihat meyakini pilihan estetik ini. Secara samar, s ya bisa juga menemsun patkan Made Budhiana, Agung Mangu Putra, I Wayang Sujana Suklu, dan Putu Sutawijaya yang pada karya-karyanya bersumber dan kosa rupa eni lukis Bali serta konteks sosio-kultural yang mellngkupinya. KaIya Budhiana dan Sutawijaya memperlihatkan ruang-ruang tafakur manusia pada alam. Mangu Putra ilisemangati 01 h laku spjritual cara Bali. Suklu berada dalam ke akinan cstetik rcpetitif sebagai m tode medita '. k dan, tcrutam . I on-
-
-
-- -
-~.:::---, '
--
.
-.
teks seni lukis mereka sesunggulmya tidak melawan para pendahulunya.Sebalilcnya,me_ reka malah memperkayanya. Hallain, menyangkut angkatan muda dan Klinik Seni Taxu. Gde Mahendra, Dewa Ardana, Dewa Ratoya, dan Wayan Suja, bagi saya, mereka sesungguhnya tidak sekadar mengambil jarak dan bersikap kritis terhadap identitas seni lultis Bali yang telah terbentuk sebehul1nya. Saya menduga, sesungguhnya mereka tengah merayakan kemerdekaan seni rupa kontemporer yang mengambil segala kemungk:inan bentuk, fungsi, dan maknanya. "Mendobrak Hegemoni" boleh ditafsirkan sebagai metode mencuri perhatian dalam percaturan wacana seni rupa Bali. Sebab, dalam langkah selanjutnya, pasca-"mendobrak", setelah mereka sa)in baju menjadi "klinik", sesun ya mereka telab memperlihatkan tanda-tanda bahwa mereka adalah bagian sah dari anak zaman kebudayaan kontemporer Ball hari ini.
-
Media
ID
•
•
• •
•
•
Dihadirkannya peltikis "pendatang" mac am Chusin Setiadikara, Tatang BSp, dan AS Kurnia dalam pameran ini mena.rik jika dikaitkan dengan "romantisme" seniman pelancong zaman Ball Baru-macam Abdul Azis, Agus Djaya, DulJah, dan lain-Jain-yang melihat Ball sebagai kampung eniman. Di kampung ini mereka menikmati kehidupan sosial dengan perasaan nyaman dan aman. Namun dernikian, pameran ini laik dicatat. Tamarind, bagi saya, bukanlah asam (yang lebi~ berkonotasi kengiluan) tetapl. pumeran ini sesunggu~ya lezat dan telah menggaraffil ruang seni ntpa Ball. Setidaknya, kejelian Asmudjo clan Ngtu-ah Suryawan dalan'l mener:tukan peta kedl seni rupa Ba li yang tida1< berdasal'kan aspek konstruksi visual dan perkembangan kebentukan, telapi b 'rdasarkan kontcks konsepsi clan pohtik perg rakun seru rupa BalL Inllah sesungguhnya rcalitas sejarah dan keb('.1~daan seni ntpa Bnli yang dilatiU'l oleh konteks f;C Ituralnya. HAnnIM\~ • •
Stal f'engajar Ji lurlL~~1TI Selll Ruptl [KIP Nl'!:eri SinglUllla. Bait.
don l't'nyunting l)llllk!;an~J Tur!w/ Kajitln HudlJ",I. t II/Wf It U ylU'J lIe p'IHIr, If,llt