SEKULERISASI LAGU-LAGU ROHANI PADA PELAKSANAAN UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS BATAK TOBA DI JEMAAT GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA
1. Enni Debora Sitinjak 2. Panji Suroso ABSTRACT The aim of this observation is to know the application of secularization the spiritual songs at th implementation of the ceremony wedding tradition of ethnic Batak Toba in Gereja Pentakosta Indonesia, Wedding is a universal event in the cultur of human being in the world. Wedding in wherever pople in this world, usually involve the aspect of religion. It is legalized according to tradition or religion. The wdding event is common case and phenomena especially in Parishioner of Gereja Pentakosta Indonesia. In the wedding, every people have concept and rule about the event wedding tradition. Chiristendom or parish Christian especially Parishioner of Gereja Pentakosta Indonesia in the held of wedding ceremony the songs which usually used spiritualsongs but, not mean that the secular song or secularization song is nothing, but the spiritual songs which use placed in the specific context. Key Word : Secularization, Spiritual Songs,Wedding,
I. PENDAHULUAN Sekulerisasi adalah perubahan masyarakat dari identifikasi dekat dengan nilai-nilai dan institusi agama menjadi nilai-nilai dan institusi non agama dan sekuler. Sekulerisasi mengarah pada keyakinan bahwa ketika masyarakat berkembang,terutama melalui moderenisasi dan rasionalisasi, agama kehilangan kekuasaannya disemua aspek kehidupan sosial dan pemerintahan. Musik dan lagu merupakan jalan atau cara bagi manusia untuk secara langsung mengungkapkan jiwanya, getaran jiwanya dicetuskan berupa lagu yang berirama, jeritan, kerinduan, atau kebahagian yang diungkapkan melalui nyanyian. Nyanyian ibadah atau nyanyian rohani bukan sekedar menghibur jemaat, namun lebih
bermaksud
menolong
jemaat
untuk
dapat
mengekspresikan
iman,
pengaharapan dan perasaannya kepada Tuhan.Disamping itu juga untuk menunjukan agungnya kemuliaan Tuhan, besarnya kasih Tuhan dan wibawanya pesan dan ajaran Tuhan.Nyanyian Kristen adalah suatu ungkapan syukur atas karya besar Tuhan yang
1
menyelamatkan manusia dari belenggu dosa hal ini yang perlu dihayati saat menanyikan lagu-lagu rohani. Sebuah nyanyian akan membuat kata-kata menjadi lebih hidup,tulus, dan lebih bersungguh-sungguh. Perkawinan merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup manusia. Tahaptahap yang ada disepanjang hidup manusia seperti masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, masa pubertas, masa sesudah menikah, masa tua
dan sebagainya.
Perkawinan juga merupakan media budaya dalam mengatur hubungan antar sesama manusia yang berlainan jenis kelamin. Perkawinan bertujuan untuk mencapai suatu tingkat kehidupan yang lebih dewasa dan pada beberapa kelompok masyarakat kesukuan perkawinan dianggap sebagai alat agar seorang mendapat status yang lebih diakui ditengah kelompoknya Musik atau lagu mempunyai nilai penting terhadap seluruh batak khususnya jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia misalnya digunakan untuk hiburan, memuliakan upacara adat, dan juga bernilai religius.Apapun itu bentuk dan pelaksanaannya, mereka selalu menyertakan musik sebagai media yang digunakan dalam upacara perkawinan. Pada upacara perkawinan
di Gereja Pentakosta
Indonesia biasanya digunakan lagu-lagu rohani atau lagu gereja meskipun tidak semua lagu-lagu rohani itu digunakan pada acara adat tetapi lebih melihat penempatan konteks lagu tersebut. Penempatan konteks tersebut terlihat ketika seorang Pendeta
Gereja Pentakosta mengadakan pesta pernikahan anaknya
(perempuan) menyuruh atau menyanyikan lagu Poco-poco pada pernikahan anaknya sementara, lagu Poco-poco biasanya lagu yang digunakan kaum muda-mudi sebagai ungkapan percintaan kepada pasangannya, Pendeta tersebut kasmaran atau jatuh cinta lagi ini merupakan hal yang salah. Lagu tersebut lebih cocok digunakan pada acara khusus muda-mudi.Menurut jemaat gereja suatu nyanyian atau lagu itu tidak dapat lepas dari pemujaan terhadap Tuhan. Jemaat gereja lebih menyukai lagu rohani digunakan pada acara adat perkawinan dari pada lagu-lagu pop ( lagu dunia), karena dengan dengan adanya lagu-lagu rohani acara lebih sakral dan hikmat a. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut: (1)Bagaimana penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di jemaat Gereja Pentakosta Indonesia
2
(2)Apa saja ragam lagu-lagu rohani yang digunakan pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan di Gereja Pentakosta Indonesia (3)Bagaimana proses Pelaksanaan Upacara adat Perkawinan Etnis Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia (4)Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Perkawinan Etnis Batak Toba di Gereja Pentakosta Indonesia
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Sejalan dengan penyataan diatas, Kerlinger dalam ( Sugiono,2009 :79), mengemukakan bahwa:‘’Teori is a set interrelated construct (concepts), defenitions,and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, ith purpose of explaining and predicting the phenomena’’ Teori adalah seperangkat konstruk (konsep),defenisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. b. Populasi dan Sampel Populasi yang dinyatakan dalam penelitian adalah seluruh jemaat Gereja Pentakosta Indonesia, Pimpinan Gereja Pentakosta Indonesia,beberapa masyarakat yang bukan jemaat Gereja Pentakosta Indonesia. sampel yaitu dirincikan sebagai berikut: Pendeta Gereja Pentakosta Indonesia Satu orang, jemaat Gereja Pentakosta Indonesia sepuluh orang, Masyarakat yang bukan jemaat Gereja Pentakosta Indonesia sepuluh orang. c. Lokasi dan Waktu Penelitian. Sesuai dengan judul penelitian’’Sekularisasi Lagu-lagu Rohani Pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis
Batak Toba pada Jemaat Gereja
Pentakosta Indonesia’’, maka penelitian ini dilaksanakan di Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tobanauli Medan. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Juni 2013 sampai Agustus 2013. d. Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
3
e .Teknik Analisis Data Analisis data juga menunjukkan kegiatan penyederhanaan data kedalam susunan tertentu yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan sehingga bisa digunakan untuk menganalisis. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang terkumpul melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara, praktek dan dokumentasi. Setelah keseluruhan data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis dengan cermat dan hati-hati, untuk mendapatkan sebuah hasil yang akurat dan terpercaya. Selanjutnya, hasilnya dapat disusun secara sistematis dengan teknik kualitatif dan dapat dilihat dalam satu bentuk laporan ilmiah atau skripsi.
II.HASIL PENELITIAN A.Penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di Jemaat Gereja Pentakosta Indonesia. Musik merupakan salah satu media dalam rangka memenuhui kebutuhan hidup manusia, termasuk diantaranya musik menjadi bagian dalam upacara,dalam pembahasan ini yaitu upacara perkawinan adat suku Batak yang merupakan salah satu upacara terbesar dibanding upacara lainya yang dijalani oleh seseorang sejak lahir sampai meninggal. Sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Pdt. AT Panjaitan selaku narasumber bahwa pernikahan itu merupakan pernikahan yang sakral dan kudus dihadapan Tuhan, dan tidak bisa dianggap sepele. Dalam membangun rumah tangga Kristen harus penuh dengan kasih yang dianugrahkan Tuhan kepada setiap umat manusia. Dalam upacara adat pernikahan khusus nya suku Batak Toba banyak ritual-ritual penting yang harus dilaksanakan karena itu sudah menjadi kebiasaan yang ada sejak zaman nenek moyang, apalagi dalam hal musik dan lagu-lagunya. Dalam adat Batak mengenal prinsip Dalian Na Toluyang artinyayaitu somba marhula hula (hormat pada keluarga ibu); elek marboru (ramah pada saudara perempuan); dan manat mardongan tubu(kompak dalam hubungan semarga),ada banyak orang katakana itu berhala. Sebagai manusia yang memiliki jiwa kepada
4
manusia itu diberikan akal, budi maka manusia itu memiliki kemampuan untuk menata kehidupannya. Orang Batak adalah mahluk yang segambar dengan Allah maka, orang Batak untuk mengatur tata kramah, tata pergaulan dengan sesama, dalam kesehariannya tidak susah diatur karena adanya prinsip Dalian Na Tolusomba marhula hula yang artinya kita harus hormat. Begitu juga dengan seni, mengapa orang Batak memiliki seni, karena orang Batak memiliki budaya. Seni adalah bagian dari budaya manusia, sehingga seni adalah alat yang digunakan untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang lain. Mengungkapkan maksud nya disini sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan perasaan misalnya melalui nyanyian,. Umat kristen atau jemaat Kristen khususnya jemaat Gereja Pentakosta Indonesia dalam pelaksanaan upacara perkawinan lagu-lagu yang digunakan biasanya lagu-lagu rohani tetapi bukan berarti lagu-lagu duniawi atau lagu-lagu yang sekulerisasi tidak ada, hanya saja lagu-lagu rohani yang digunakan ditempatkan pada konteks tertentu, maksud dari konteksnya disini adalah ketika seorang Pendeta atau jemaat gereja yang menikahkan anaknya perempuan menyanyikan lagi ‘’Borhat Ma Dainang’’ disini konteksnya adalah memberangkatkan atau melepaskan anak perempuanya dengan ihklas dengan keluarga barunya untuk membina rumah tangga baru, konteks nya disini tidak salah digunakan lagu-lagu sekuler dalam acara adat perkawinan asalkan lagu tersebut tidak dijadikan untuk menyembah dewa-dewa yang bukan dari Allah itu salah. Dan tidak ada hukum atau ketentuan yang dibuat oleh gereja bahwasanya lagu-lagu rohani itu semua digunakan dalam acara adat, Begitu juga jika seorang pendeta yang mengadakan pesta perkawinan anaknya menyanyikan lagu ‘’andigan do ho hu tanda’’ sementara lagu tersebut biasanya digunakan oleh anak-anak muda zaman sekarang, tetapi melihat usia dari pendeta tersebut, tidak pantas rasanya menyanyikan lagu tersebut, sementara dia sudah mempunyai istri, dan menjadi seorang pendeta. Manusia mmiliki budaya karena manusia segambar dan serupa dengan Allah, kesegambaran dengan rupa Allah yaitu Manusia mahluk Roh, manusia mahluk jiwani, manusia mahluk jasmani ( ada Tubuh) ketiga dimensi ini lah yang dimiliki manusia. Sebagai mahluk jiwani inilah manusia itu memiliki budaya kepada manusia
5
diberikan Allah untuk mengurus diri, untuk mengungkapkan apresiasi yang timbul dalam diri manusia, inilah yang dikatakan manusia memiliki akal budi maka manusia memiliki budaya, budaya inilah termasuk seni B. Proses Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di Gereja Pentakosta Indonesia 1. Tatacara Upacara Adat Perkawinan Perkawinan Adat Batak Toba adalah merupakan salah satu upacara ritual adat Batak Toba.Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan. Demikianlah keseluruhan rangkaian ritus perkawinan adat Batak Toba mengiyakan pentingnya peran masyarakat, bahkan ia tak dapat dipisahkan dari peran masyarakat. 1.1Tatacara Sebelum Upacara Perkawinan. Sebelum upacara perkawinan dilaksanakan, ada serangkaian upacara yang harus dilaksanakan oeh kedua pihak yang bersangkutan. Upacara-upacara tersebut adalah : a. Paranakkon Hata Paranakkon hata artinya menyampaikan pinangan oleh paranak (pihak lakilaki) kepada parboru (pihak perempuan),Pihak perempuan langsung memberi jawaban kepada ‘suruhan’ pihak laki-laki pada hari itu juga; danPihak yang disuruh paranak panakkok hata masing-masing satu orang dongan tubu, boru, dan dongan sahuta. b. Marhusip Marhusip artinya membicarakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh pihak paranak sesuai dengan ketentuan adat setempat (ruhut adat di huta i) dan sesuai dengan keinginan parboru (pihak perempuan).Pada tahap ini tidak pernah
6
dibicarakan
maskawin
(sinamot).Yang
dibicarakan
hanyalah
hal-hal
yang
berhubungan dengan marhata sinamot dan ketentuan lainnya; danPihak yang disuruh marhusip ialah masing-masing satu orang dongan-tubu, boru-tubu, dan dongansahuta.Pertemuan keluarga kedua pasangan untukmembahas mengenai kegiatan awal sampai kegiatan akhir sebelum dan sesudah perkawinan maksudnya perundingan masing-masing utusan dari kedua belah pihak yaitu pihak perempuan dengan pihak pria mengenai : Pembayaran jujuran (sinamot/mas kawin) yang diserahkan. Jenis pemberian dapat berupa uang, perhiasan emas,ulos yang diserahkan kepada pihak pria,jenis ternak yang akan dipotong dan berapa jumlah undangan,tanggal dan tempat pelaksanaan pesta dan lain sebagianya,Hasil pemufakatan dari upacara ini kemudian dicatat oleh masing-masing utusan karena merupakan bahan penting untuk upacara c. Marhata Sinamot Dalam Marhata Sinamot pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas ) datang pada kerabat wanita untuk melakukan marhata sinamot, membicarakan masalah uang jujur. Prinsip dari sinamot yaitu sarana adat pada perkawinan yang wajib dilaksanakan agar keluarga kedua belah pihak saling berkenalan.Alat yang dipergunakan oleh pihak laki-laki untuk mengenal pihak perempuan adalah dengan memberikan uang kepada pihak perempuan yang disebut tuhor, sebaliknya alat dipergunakan pihak perempuan untuk mengenal pihak laki-laki adalah ulos. d. Marpudun Saut Dalam acara marpudun saut ada beberapa ketentuan yang sudah diputuskan yaitu :ketentuan yang pasti mengenai sinamot, ketentuan jambar sinamot kepada si jalo todoan, ketentuan sinamot kepada parjambar na gok, ketentuan sinamot kepada parjambar sinamot, parjuhut, jambar juhut, tempat upacara, tanggal upacara, ketentuan mengenai ulos yang akan digunakan, ketentuan mengenai ulos-ulos kepada pihak paranak, dan ketentuan tentang adat.
7
e. Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba digereja pentakosta Indonesia. Setelah selesai acara marpudun saut dilaksanakan maka tiba lah pada pelaksanaan pesta perkawinan. Oleh pihak laki-laki mempersiapkan segala keperluan untuk pesta.kemudian acara berlanjut pada pemberkatan nikah digereja. Acara pernikahan dimulai dari pukul 10.00 WIB yang dimulai dengan acara pemberkatan di Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tobanauli. Pemberkatan berlangsung sangat hikmat, kedua pengantin terlihat sangat senang. Acara dimulai oleh pemimpin pujipujian dengan doa pembukaan, kemudian dilanjutkan denga nyanyian serta pembacaan surat pernyataan atau surat riwayat kehidupan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Setelah pembacaan surat kemudian dlianjutkan dengan penanda tanganan akta nikah yang dilakukan oleh pengantin, kemudian penanda tanganan yang mewakili saksi dari pihak laki-laki dan pihak perempuan, dilanjukan dengan bernyanyi dan penyembahan pujian dari kaum Ibu Gereja Pentakosta Indonesia, pujian dari kaum Muda/i, Persembahan, dan doa pembacaan Firman Tuhan. f.Tangiang Parujungan Setelah upacara adat selesai dan semua ritual sudah dijalankan dilanjutkan doa penutut pertanda selesainya upacara perkawinan adat
Batak Toba. Ini
membuktikan banyaknya ritual-ritual yang dijalankan pada ahkirnya ditutup dengan doa menandakan ucapan syukur kepada Tuhan atas kelancaran pesta. C. Tanggapan Masyarakat Mengenai Sekulerisasi lagu- lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Perkawinan Etnis Batak Toba di Gereja Pentakosta Indonesia Ada beberapa tanggapan masyarakat mengenai sekulerisasi Lagu-lagu rohani pada pelaksananan adat perkawinan berbeda-beda, beberapa tanggapan ada mengandung nilai positif dan ada yang negatif, bagi peniliti itu merupakan masukan yang positif dan tidak menjadi bahan permasalahan dalam penelitian. Banyak saran-saran atau tanggapan yang negative maupun positif yang disampaikan masyarakat dalam wawancara, salah satunya wawancara yang bernilai negatif
8
dilakukan dengan Ibu Mian Panjaitan (26 Tahun)yang merupakan undangan, yang mengatakan bahwa gereja pentakosta terlalu fanatik sekali terhadap perkawinan, apalagi dalam hal adat. Semua terlalu banyak peraturan. Ibu Elina ( mamak soni) yang merupakan undangan, yang mengatakan jemaat pentakosta terlalu pabadiabadiahonyang artinya terlalu memuliakan Tuhan sampai-sampai dalam adat saja mereka selalu membawakan kebiasaan mereka, kalau yang namanya berpesta pasti kita harus bergembira dan bersenang-senang.
III.PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelum nya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Batak Toba adalah salah satu sub suku Batak yang memiliki kebudayaan yang unik dan khas di antara suku batak yang lain.Sistem kepemimpinan sosial, yakni harajoan mih mereka jaga hingga sekarang. Realitas ini menunjukkan bahwa kebudayaan batak toba masih di jadikan panduan hidup masyarakatnya. Dalam konteks untuk tetap menjaga kearifan local, kebudayaan batak toba penting untuk dikaji dan di dokumentasikan.Tanda kebesaran kebudayaan orang batak toba paling penting adalah pernah diberlakukannya berbagai hukum adat. Berdasarkan hukum adat kehidupan sosial orang batak toba diatur dalam sebuah bingkai kebudayaan tradisi. Dengan begitu, kebudayaan batak toba akan terus ada dan tidak punah di telan zaman 2. Pernikahan juga suatu hal yang sakral dan penting dalam kehidupan dua insan yang bertukar ikrar, termasuk keluarga mereka yang akanmenyatu melalui kedua mempelai. Saat memutuskan untuk mengarungi kehidupan pernikahan, umumnya, kedua orangtua mempelai akan menyematkan harap untuk kedua mempelai. Setiap suku memiliki adat dan kebiasaan masing-masing. Tak terkecuali dalam adat Batak. Dalam pernikahan adat Batak, ada banyak tata aturan dan simbol. Dalam simbol-simbol tersebut, tersemat harap dan doa dari keluarga, kerabat, dan handai taulan. 9
3. ada beberapa tahapan Perkawinan Adat Batak Toba antara lain adalah Paranakkon Hata,Marhusip,Marhata sinamot, Marpudun saut, unjuk, tangiang perujungan. 4. Alat musik yang digunakan pada upacara adat perkawinan masyrakat Batak Toba terdiri dari taganing, sulim, sarune, keyboard. 5. Penerapan sekulerisasi lagu-lagu rohani pada upacara adat perkawinan etnis batak toba digereja pentakosta indonesia harus melihat konteks nya, bagaimana penempatan lagu-lagu rohani tersebut akan dimainkan atau dinyanyikan. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang menulis kana tau yang ditetapkan oleh gereja, bahwa lagu-lagu rohani harus semua digunakan pada saat upacara adat.
10
DAFTAR PUSTAKA Bungin,Burhan.2007.Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Badudu.J.S. 2007.Kamus kata-kata serapan asing dalam bahasa indonesia. Jakarta:buku kompas http://id.wikipedia.org/wiki/sekulerisasi http://id.wikipedia.org/wiki/suling Irawati, Yuni. 2012. Peranan Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Gayo di Desa Hakim Wih Ilang Kabupaten Bener Meriah. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED Lumbantoruan, Clara Julieta.2013. Peranan Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Suku Nias Di Kecamatan SukaBangun Kabupaten Tapanuli Tengah. Medan: Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebuidayaan. Jakarta: Bumi Aksara Matondang, Hamdani. 2010. Peranan Musik Ending-endeng
Pada Perkawinan
Masyarakat Labuhan Batu Utara. Medan :Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED
Panggabean, Elisabeth. 2012.
Kemampuan Anak Usia 10-15 Tahun Dalam
Membaca Notasi Balok Buku Logu Pada Permaianan clavinova Di HKBP Indra Kasih
Medan.Medan :Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
UNIMED Sihombing, Ide. 2011. Pemanfaatan Boneka Puppet Dalam Pengajaran Lagu-lagu Ibadah Pada Anak Sekolah Minggu Di GKPI Gloria Medan. Medan :Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED Sinambela, Naomi.B.U.2011.Peranan musik pada Tata Ibadah Agama Budha Mahayana di Vihara Borobudur Jalan Imam Bonjol Medan.Medan :Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED Soeharto.M. 1992. Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia, Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif Dan R & D.Bandung Alfabeta
11