SEJARAH TARI KELING DAN UPAYA PELESTARIANNYA (Studi Historis Sosiologis di Dusun Mojo Desa Singgahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Tahun 1942-2012) Yudi Prasetiyo & Hartono HW* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah kesenian Tari Keling di Dusun Mojo Desa Singgahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana pelestarian kesenian Tari Keling tersebut. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu antara bulan Februari sampai Juni berlokasi di Dusun Mojo Desa Singgahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Bentuk dari penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu sebuah penelitian yang datanya tidak berbentuk angka dan biasanya menekankan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis studi kasus. Teknik pengambilan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan sampel menggunakan teknik snowball sampling. Sumber data yang dipakai yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Validasi yang dipergunakan untuk menguji kebenaran data menggunakan trianggulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan Huberman yaitu melalui proses reduksi data, sajian data dan verifikasi atau proses penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah kesenian Tari Keling Di Dusun Mojo pada awalnya dirintis oleh Khasan Ngali dan beberapa masyarakat Dusun Mojo lainnya. Tarian tersebut pada awalnya diciptakan untuk menghibur masyarakat yang pada saat hari raya Idul Fitri tidak mempunyai cukup biaya untuk mengadakan pesta hiburan dikarenakan gagal panen atau paceklik. Pada masa kini Tari Keling dipentaskan setiap Hari Raya Idul Fitri, Satu Syuro dan acara-acara lainnya. Bentuk pelestarian yang dilakukan masyarakat adalah dengan berdirinya suatu paguyuban Tari Keling yang diberi nama Guno Joyo dan juga pementasan rutin yang diadakan setiap Idul Fitri, Satu Suro dan acara Agustusan. Selain itu juga diadakan regenerasi dengan diikutsertakanya para generasi muda untuk ikut ambil bagian pada saat pementasan Tari Keling, pembuatan rekaman CD dan juga kaos yang bergambarkan ciri khas Tari Keling. Kata Kunci : Sejarah, Kesenian Tari Keling, Pelestarian Pendahuluan
mempengaruhi watak karakter serta pola pikir masyarakat. Tidak hanya
Indonesia
negara
berbagai
jenis
kepulauan yang mempunyai banyak
berbagai
jenis
keanekaragaman suku, bahasa, adat
tumbuh dan berkembang di Indonesia
istiadat dan agama. Letak dan kondisi
berabad-abad lalu.
geografis
yang
sebagai
suku
namun
kebudayaan
berbeda-beda
* Yudi Prasetiyo adalah alumni Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN * Hartono HW adalah Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
juga telah
Kebudayaan
memiliki peran
kesenian mulai dari yang sederhana
penting dalam keseharian masyarakat
hingga
yang beragam. Elly M. Setiadi, Kama
kompleks.
Sama
Abdul Hakam, Ridwan Effendi (2007:
masyarakat
di
40) mengemukakan kebudayaan adalah
Singgahan
hasil cipta, rasa dan karsa manusia, oleh
Kabupaten Ponorogo. Melalui jiwa seni
karena itu
yang mereka miliki dapat merancang
kebudayaan mengalami
perubahan
dan
perkembangannya,
perwujudan
dan
kesenian halnya
Dusun
yang dengan
Mojo
Kecamatan
menggabungkan
Desa Pulung
pemikiran-
sejalan dengan perkembangan manusia
pemikirannya sehingga terbentuklah
itu. Supaya bisa disebut kebudayaan
suatu sajian kesenian daerah. Nooryan
maka
seorang
Bahari (2008: 63) mengungkapkan seni
individu harus dimiliki bersama oleh
juga berguna bagi keterampilan dan
suatu
imajinasi
kebiasaan-kebiasaan kelompok
manusia
atau
kreatif,
terutama
dalam
masyarakat. Menurut Koentjaraningrat
produksi benda yang indah seperti
(2009:
adalah
produk karya seni, seni murni, atau
yang
salah satu seni rupa lainnya, serta seni
118)
kesatuan
masyarakat
hidup
manusia
berinteraksi menurut suatu sistem adat-
grafis.
istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Oleh karena itu manusia mempunyai peran penting terhadap
kebudayaan
yang
berada
ditengah masyarakat.
Kabupaten
Ponorogo
dikenal
melahirkan banyak kesenian daerah. Salah
satu
Ponorogo Namun
kesenian adalah
selain
itu
daerah
kesenian juga
dari Reyog.
terdapat
kesenian-kesenian lain yang kurang
Pola pandang manusia terhadap
dikenal antara lain kesenian Gajah-
kebudayaan antara satu dan yang
Gajahan, Gong Gumbeng, Jaranan Thik,
lainnya cenderung berbeda-beda. Dalam
Tari Keling dan masih banyak lagi yang
suatu kebudayaan akan mengandung
lainnya.
adanya
nilai.
mempunyai keunikan dan daya tarik
Nurcahyo,
tersendiri, seperti halnya kesenian Tari
Soebijantoro, Muhammad Hanif, Yudi
Keling. Kesenian Tari Keling merupakan
Hartono (2009: 23) sebagai makhluk
kesenian
tradisional
yang
diperkenalkan
oleh
unsur
Diungkapkan
seni Abraham
mempunyai
cita
dan
rasa
tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak
Kesenian-kesenian
nenek
tersebut
yang moyang
masyarakat Dusun Mojo Desa Singgahan
Kecamatan
Pulung
Kabupaten
kesenian Tari
Keling adalah satu-
Ponorogo. Dari segi fisik kesenian Tari
satunya, dan tidak ada duannya di
Keling
daerah lain. Walaupun dahulu ada
menunjukkan
suatu
kesederhanaan namun suara musik
daerah
tradisional
akan
membuat Tari Keling, namun mereka
menambah suasana sakral. Letak Dusun
tidak bisa bertahan lama dikarenakan
Mojo
pusat
nilai filosofis yang terkandung dalam
Kabupaten Ponorogo tidak mengurangi
penyajiannya. Hal tersebut menjadikan
ciri khas masyarakat desa yang kental
semangat
dengan kekerabatannya. Sopan santun
untuk terus melestarikan kesenian Tari
serta gotong-royong dan kekeluargaan
Keling.
pengiringnya
disebelah
Timur
dari
terasa erat dalam kehidupan keseharian masyarakat.
lain
yang
mencoba
masyarakat
Keinginan
Dusun
masyarakat
ikut
Mojo
untuk
menjaga dan melestarikan kesenian Tari
Masyarakat menganggap adanya
Keling
adalah
dengan
munculnya
suatu nilai filosofis dalam kesenian Tari
paguyuban. Paguyuban tersebut saat ini
Keling. Nilai adalah kualitas dari suatu
bernama ‘Guno Joyo’ berada di Dusun
yang
Mojo Desa Singgahan Kecamatan Pulung
bermanfaat
bagi
kehidupan
manusia, baik lahir maupun batin
Kabupaten
(Abraham Nurcahyo et al, 2009: 102).
Soekanto (1990: 144) mengungkapkan
Masyarakat
bahwa
beranggapan
dipentaskannya
paguyuban
Soerjono
adalah
bentuk
Keling
wujud
kehidupan bersama dimana anggota-
kebanggaan
untuk
anggotanya di ikat oleh hubungan-
mengabadikan Tari Keling tersalurkan.
hubungan batin yang murni dan bersifat
Menurut
alamiah serta bersifat kekal.
kepuasan
Tari
dengan
Ponorogo.
dan
masyarakat
Paguyuban
dusun
tersebut
Mojo berdiri
Tari Keling kurang banyak dikenal oleh
sekitar tahun 1942 yang pada awalnya
masyarakat
diketuai oleh Khasan Ngali. Berbekal
kemunculannya
menggunakan
digunakan untuk memeriahkan hari
sederhana
peralatan-peralatan masyarakat
luas. Tari
Pada
awal
Keling
hanya
kembali
raya Idul Fitri. Setelah beberapa waktu
membangkitkan kesenian Tari Keling
tidak hanya hari raya Idul Fitiri saja tapi
yang sempat tenggelam dari keseharian
juga acara 17 Agustus, hajatan dan juga
masyarakat. Kurangnya perhatian dari
acara-acara lainnya di Dusun Mojo.
pihak-pihak terkait, membuat kesenian
Pernah tidak diijinkan untuk ikut tampil
dalam acara kirab pusaka di Kabupaten
bahwa sejarah adalah rekontruksi masa
Ponorogo. Namun dengan semangat dan
lalu.
kerjasama
dari
para
anggota
dan
Aminuddin Kasdi (2003: 5)
instansi terkait akhirnya Kesenian Tari
mengungkapkan
Keling di ijinkan untuk ikut tampil
dibagi menjadi dua, sejarah meliputi
dalam acara kirab pusaka di Alun-alun
pertama, sejarah sebagai peristiwa yang
Ponorogo. Pernah juga tampil di Bali
benar-benar terjadi pada masa lampau
dan
(the record of the past actuality), dan
daerah
lain
untuk
mewakili
kesenian daerah Kabupaten Ponorogo. Menurut
masyarakat
Dusun
Mojo Desa Singgahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo keberadaan Tari Keling juga memupuk rasa kebersamaan dan
kekeluargaan.
Hal
tersebut
menandakan bahwa keberadaan Tari Keling
juga
kebersamaan
dapat dan
mempererat kekeluargaan
masyarakatnya. Oleh karena itu penulis akan meneliti sejarah kesenian Tari Keling dan pelestariannya di Dusun Mojo Desa Singgahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.
Sejarah ialah cerita perubahanperistiwa-peristiwa
atau
kejadian masa lampau yang telah diberi atau
alasan
dan
dikaitkan
sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap (Rustam E Tamburaka 1999:
2).
Pendapat
kedua, sejarah sebagai proses penulisan yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu syarat-syarat sebagai ilmu (the process of technique of making the record). Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa silam, dan bahwa pengetahuan kesejarahan adalah pengetahuan tentang peristiwa masa silam (Benny Kurniawan, 2012: 26). Abd Rahman Hamid, Muhammad Saleh
Madjid
(2011:
berpendapat bahwa
9)
sejarah
juga adalah
pengetahuan tentang kejadian tertentu dilukiskan apa adanya (mempunyai
1. Sejarah
tafsir
sejarah
pada waktu tertentu dimana manusia
Tinjauan Pustaka
perubahan,
pengertian
senada
juga
diutarakan Kuntowijoyo (2001: 18)
perasaan cinta kasih, hidup mati, dan sebagainya) lazimnya manusia biasa. Pendapat senada juga diutarakan oleh Hugiono, sejarah
Poerwantana ialah
cerita
(1987:
2)
perubahan-
perubahan, peristiwa atau kejadiankejadian masa lampau yang telah diberi tafsir
atau
alasan
dan
dikaitkan
sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.
Berdasarkan
penjelasan-
2. Kesenian
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
sejarah
merupakan
suatu
Kesenian berasal dari kata dasar seni mendapat imbuhan ke dan
kejadian yang telah berlalu dan tidak
akiran
dapat diulangi dengan waktu, tempat
membuat karya yang bermutu (dilihat
dan kejadian yang sama. Sejarah hanya
dari segi kehalusannya, keindahannya,
meninggalkan jejak-jejak, kesan-kesan,
dsb) karya yang diciptakan dengan
ataupun peninggalan-peninggalan yang
keahlian yang luar biasa, seperti tari,
membuktikan adanya suatu peristiwa.
lukisan, ukiran menurut (Tim Penyusun
Untuk melacak apa yang sebenarnya
Kamus
telah terjadi dalam peristiwa sejarah
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
digunakan
sumber
sejarah
Bahasa Indonesia 1999: 915).
informasi,
tulisan
atau
dokumen
dan
berupa
dokumenbenda-benda
peninggalan. Sejarah
Seni
Pusat
berarti
keahlian
Pembinaan
dan
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat
manusia
akan
menerus
keindahan yang dinikmati dengan mata
bertambah seiring berjalannya waktu.
atau telinga menurut ungkapan (Benny
Informasi-informasi kesejarahan akan
Kurniawan 2012: 114). Sementara itu
terus dipergunakan. Manusia akan terus
Nooryan Bahari (2008: 62) berpendapat
mempelajari
itu
seni adalah suatu ketrampilan yang
menandakan bahwa sejarah diperlukan.
diperoleh dari pengalaman, belajar atau
Sejarah
pengamatan-pengamatan.
terus
terus
an.
sejarah, ditulis
hal di
semua
peradaban dan sepanjang masa bahwa sejarah mempunyai banyak kegunaan, sejarah merupakan peristiwa yang telah berlalu maka informasi tentang masa lampau yang ditulis dapat menjadi bahan
kajian
bagi
orang
yang
mempelajari sejarah ataupun untuk mengungkap kesejarahan.
suatu
peninggalan
Pendapat
senada
juga
diungkapkan Bagoes P. Wiryomartono (2001:
136)
seni
pada
dasarnya
bukanlah barang hasil produksi dan reproduksi alam, namun karya tangan manusia, maka seni memiliki daya-daya yang artifisal. Seni berkapasitas tidak alami
dalam
dimaksudkan kehidupannya.
arti untuk
dibuat
dan
manusia
dan
Harsojo
(1982:
mengutarakan
260)
bahwa
kesenian
dari
budaya
sosial, maupun individuil. Anggapan yang sama dari Taylor dalam Alo Liliweri seni dipandang sebagai sebuah proses
yang
melatih
ketrampilan,
aktivitas manusia untuk menyatakan atau mengkomunikasikan perasaan atau nilai yang dia miliki (Alo Liliweri 2007: 125). Kesenian
tradisional
adalah
suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat dan lingkungannya menurut (Juju Masunah & Tati Narawati 2003: 131). Kesenian selalu
melekat
dalam
kehidupan
manusia dan masyarakat, oleh karena itu
kesenian
dapat
hidup
dan
berkembang tergantung dari perhatian masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas dapat
diperoleh
kesenian
adalah
pemikiran memberikan penikmatnya.
suatu
kesimpulan
suatu
buah
hasil
manusia
yang
suatu
keindahan
bagi
kesenian
akan
Suatu
dapat
tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat apabila masyarakat mau menerima kesenian tersebut. Untuk bisa diterima di tengah-tengah masyarakat tentu kesenian itu harus bisa mewakili
pemikiran
masyarakatnya.
merupakan faktor yang amat esensiil untuk integrasi, dan kreativitas kulturil,
atau
Manusia menciptakan suatu barang atau benda karena adanya keperluaan dari penciptaan tersebut, begitu juga dengan seni. Edi Tri Sulistyo (2005: 3-4) mengungkapkan bahwa, seni dibagi dalam tiga fungsi sebagai berikut : a. Fungsi Personal Seni Seniman-seniman
pada
abad
modern ini ekspresi yang berkaitan dengan
fungsi
personal
seni
sangatlah menonjol. Ekspresi bisa berkembang, tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi dapat pula sebagai
ekspresi
psikologis,
ekspresi ungkapan spiritual, dan ekspresi estetik. b. Fungsi Sosial Seni Selama karya seni itu diciptakan kemudian disuguhkan/dipamerkan untuk orang lain, maka dari situlah fungsi sosial seni akan hadir. c. Fungsi Fisik Seni Telaah fungsi seni yang paling tepat adalah pada hasil karya seni rupa. Sebab lewat hasil karya ini fungsi fisik seni akan dapat diwujudkan. Menurut
pendapat
(Soedarsono 1986: 91) bahwa seni adalah kebutuhan. Tetapi kebutuhan terhadap
seni
pertunjukan
bisa
dikategorikan menjadi tiga, sebagai
gerakan-gerakan
berikut :
dengan
a. Kebutuhan
untuk
memenuhi
kaki
ritme-ritme
dan
tangan,
teratur,
yang
diiringi irama musik yang dicerap
upacara ritual
melalui indera pendengaran. Sudarsono
Biasanya orang yang ‘membeli’
dalam Edi Tri Sulisyo (2005: 91)
produksi
mengungkapkan tari adalah ekspresi
seni
pertunjukan
tak
begitu memperhitungkan harga.
jiwa manusia yang diwujudkan dalam
b. Kebutuhan untuk menikmati sajian
bentuk gerak ritmis yang indah.
estetis
Gerakan antara penari dan
Tontonan yang berfungsi sebagai
musik pengiringnya terebut mempunyai
sajian
suatu
estetis
perlu
sekali
mengupayakan daya tarik. c. Kebutuhan
diutarakan
saluran
untuk
berekspresi Seni pertunjukan untuk kebutuhan sarana berekspresi barangkali juga tak
ada
yang
hubungan.
berhasil
di
Yogyakarta.
Sulastuti
oleh (2006:
Seperti
yang
Katarina
Indah
11)
tari
juga
mendefinisikan hubungan satu sama yang lain dari gerak “kata-kata” yang memberi fungsi dalam gerak ‘kalimat’ secara keseluruhan. Pendapat senada juga dikemukakan Edy Tri Sulistyo (2005: 90-91) Seni tari merupakan perwujudan
3. Seni Tari
suatu
macam
tekanan
Besar
emosi yang dituangkan dalam bentuk
Bahasa Indonesia gerak badan (tangan
gerak seluruh anggota tubuh yang
dsb) yang berirama dan biasanya
teratur dan berirama sesuai dengan
diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan,
musik pengiringnya. Alo Liliweri (2007:
dsb) juga disebut dengan tari (Tim
127) mengungkapkan tarian dan musik
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
dapat menggambarkan suasana atau
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
konteks kegembiraan dan kesedihan
Bahasa Indonesia 1999: 1011). Seni tari
(pesta panen, perkawinan, kematian,
menurut Nooryan Bahari (2008: 57)
dan lain-lain).
Berdasarkan
Kamus
merupakan seni yang dapat dicerap melalui indera penglihatan, dimana keindahannya dapat dinikmati dari gerakan-gerakan
tubuh,
terutama
Menurut Edi Sedyawati (2007: 302) Kajian sejarah tari harus didasari oleh kemampuan dasar dalam metode penelitian
sejarah.
Berdasarkan
pendapat-pendapat
tersebut
dapat
kerena
hidup
dan
berkembang
disimpulkan bahwa, Seni Tari adalah
dikalangan rakyat. Terlebih dari awal
suatu
diciptakannya
ekspresi
dari
jiwa
yang
Tari
Keling
memang
diwujudkan dalam bentuk gerakan-
untuk menghibur rakyat yang pada saat
gerakan yang estetis dan diselaraskan
itu dalam kondisi paceklik akibat gagal
dengan irama sehingga memiliki nilai
panen.
keindahan.
4. Pelestarian
Tari
mempunyai
beberapa
Pelestarian
upaya
jenis oleh karena itu para seniman
dinamis
mengelompokkannya
keberadaan Cagar Budaya dannilainnya
menjadi
jenis-
untuk
adalah
jenis tertentu. Nooryan Bahari (2008:
dengan
57-58)
tari
Mengembangkan,
tiga
memanfaatkannya
menggolongkan
berdasarkan
jenisnya,
menjadi
yaitu:
mempertahankan
cara
melindungi, dan (Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
a. Tari Rakyat
2010 Tentang Cagar Budaya 2010: 5).
Tari rakyat hidup dan berkembang
Konservasi perlu dilakukan sebagai
dikalangan
tari
usaha pelestarian, agar budaya tersebut
Tayub dari Jawa Tengah dan Jawa
tidak hilang (Benny Kurniawan 2012:
Timur.
91).
rakyat
seperti
b. Tari Klasik
Pelestarian
budaya
maka
dipisahkan
dahulu
pernah
dengan
istana
atau
keraton, mengingat ditempat itulah
berkembang
pertunjukan
keberadaannya.
proses
penting
mengingat, dengan adanya pelestarian
Tari klasik hampir tidak dapat
berkembang
menjadi
ini
lahir
sampai
kristalisasi
dan
memasuki
estetis
yang
tinggi. c. Tari Kreasi Baru
budaya-budaya ada dan
akan
yang tetap
terpelihara
Abraham Nurcahyo et al (2009: 131) mengungkapkan fungsi pelestarian diarahkan
pada
pengenalan
dan
pendalaman nilai-nilai luhur budaya
Tari kreasi baru merupakan upaya
bangsa, sehingga diharapkan dapat
memasyarakatkan seni istana dan
menumbuhkan dan memperkokoh rasa
seni ritual berlabel nasional.
cinta
tanah
air
dan
kebanggaan
Berdasarkan beberapa jenis-
nasional. Pada masa kini peninggalan-
jenis tari diatas maka Tari Keling
peninggalan pada masa lampau baik
termasuk dalam jenis Tari Rakyat
berupa fisik maupun nonfisik banyak
yang
terabaikan.
dikarenakan
Hal
tersebut
masih
banyaknya
masyarakat yang kurang sadar akan pentingnya
pelestarian
tahap penyelesaian dan penyusunan laporan. 2.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
peninggalan-
Pendekatan
penelitian
ini
peninggalan masa lampau. Sehingga
merupakan jenis pendekatan kualitatif.
masyarakat yang sadar akan selalu
Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 60)
menjaga dan merasa bertanggung jawab
menjelaskan penelitian kualitatif adalah
terhadap
suatu penelitian yang ditujukan untuk
pelestarian
masa
lampau
tersebut diungkapkan oleh (Abraham
mendeskripsikan
Nurcahyo dalam Jurnal Agastya 2012:
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
29).
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran Berdasarkan
uraian
diatas
dapat disimpulkan, pelestarian adalah
orang
secara
dan
menganalisis
individual
maupun
kelompok.
upaya perlindungan dari adanya bahaya
Jenis
penelitian
yang
kemusnahan agar tetap terjaga dan
digunakan adalah jenis studi kasus.
terawat keberadaanya. Perkembangan
Penelitian
dan
desain penelitian studi kasus dalam arti
kemajuan
tekhnologi
semakin
kualitatif
menggunakan
menggeser kebudayaan daerah. Sebagai
penelitian
difokuskan
pada
satu
generasi muda hendaknya ikut menjaga
fenomena saja yang dipilih dan ingin
dan melestarikan budaya daerah karena
dipahami secara mendalam, dengan
budaya daerah merupakan akar dari
mengabaikan
munculnya budaya nasional.
lainnya (Nana Syaodih Sukmadinata
fenomena-fenomena
2007: 99). Metode Penelitian 1.
3.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Lokasi atau tempat penelitian ini
Sumber Data
berada
Singgahan
di
Dusun
Kecamatan
Mojo
Desa Pulung
beberapa sumber untuk melengkapi data satu dan lainnya. Data adalah semua
keterangan responden
seseorang
yang
maupun
yang
Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini
dijadikan
dilakukan pada bulan Februari hingga
berasal dari dokumen-dokumen baik
Mei 2013. Dibutuhkan waktu empat
dalam bentuk statistik atau dalam
bulan untuk memperoleh data informasi
bentuk
di lapangan sampai proses analisis data,
penelitian dimaksud (Joko Subagyo
lainnya
guna
keperluan
2004: 87). Sumber data dibagi menjadi
dua, sumber data primer dan sumber
tanya jawab lisan yang berlangsung
data sekunder.
satu
a. Sumber Data Primer Sumber
datang
Primer
adalah
artinya
dari
pertanyaan
pihak
mewawancarai
yang
dan
jawaban
deskripsi penyelidikan yang ditulis
diberikan oleh yang diwawancara
oleh orang yang melakukannya
(Abdurahmat Fathoni 2006: 105).
(Sumanto, 1990: 11). Sumber data
Jenis wawancara yang dipilih dalam
primer dalam penelitian ini berupa
penelitian
data
paguyuban
wawancara terpimpin. Informan
kesenian Tari Keling, Kepala Desa
yang diwawancarai adalah ketua
Singgahan, serta beberapa anggota
paguyuban kesenian Tari Keling,
Tari Keling. Bentuk dari data yang
Perangkat Desa Singgahan, serta
diperoleh berupa hasil wawancara
beberapa anggota Tari Keling.
dari
ketua
yang telah dilakukan oleh peneliti. b. Sumber Data Sekunder Sumanto menjelaskan
(1990:
sumber
11)
sekunder
umumnya adalah suatu deskripsi penyelidikan
yang
ditulis
oleh
orang (bukan peneliti asli). Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa dari
sumber-sumber dokumen-dokumen
arsip-arsip
dari
pustaka serta
paguyuban
kesenian Tari Keling dan kantor Desa Singgahan. 4.
arah,
Pengumpulan
data
dalam
penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu: a. Wawancara
yaitu
jenis
b. Observasi Observasi
adalah
suatu
usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang
dilakukan
secara
sistematis, dengan prosedur yang terstandar
(Suharsimi
Arikunto
1992: 189). Menurut Emzir (2011: 39) berdasarkan peran peneliti observasi dapat dibedakan menjadi, observasi partisipan (pengamatan terlibat) partisipan terlibat).
Teknik Pengumpulan Data
ini
dan
obsevasi
non
(pengamatan Dalam
tidak
penelitian
ini
peneliti memilih jenis observasi non partisipan. Peneliti tidak ikut di dalam kehidupan obyek yang akan diobservasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.
Wawancara adalah teknik
Kehadiran
pengumpulan data melalui proses
paguyuban
peneliti Tari
Keling
dalam hanya
sebagai pengamat, namun para
yang menyangkut penentuan tema dan
anggota
pengajuan
mengetahui
kehadiran
peneliti sebagai pengamat.
pengamatan
atau
observasi awal dilakukan pada bulan
c. Dokumentasi
Februari.
Dokumentasi yaitu mencari
Proses
kedua,
tahap
data mengenai hal-hal atau variabel
pelaksanaan penelitian yang terdiri dari
yang berupa catatan, transkrip,
kegiatan pengumpulan data di lapangan
buku,
(observasi,
surat
kabar,
majalah,
wawancara
dengan
prasasti, notulen rapat, lengger,
informan dan dokumentasi), analisis
agenda dan sebagainnya (Suharsimi
data
Arikunto
2002:
Hadari
penyajian data atau display data, serta
Nawawi
(2005:
juga
penarikan kesimpulan atau verifikasi
206). 133)
mengungkapkan teknik ini adalah peninggalan
tertulis,
yang
berupa
reduksi
Proses ketiga, berisi mengenai
terutama
tahap penyelesain, penyusunan laporan
berupa arsip-arsip dan termasuk
dari
juga buku-buku tentang pendapat,
diselesaikan pada bulan Mei.
teori, dalil/hukum-hukum dan lain-
6.
Jenis
hasil
penelitian
yang
telah
Teknik Keabsahan Data
lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
data,
dilakukan pada bulan April.
cara mengumpulkan data melalui
Untuk menguji validitas data salah satu caranya dilakukan dengan
dokumentasi
yang
triangulasi.
Triangulasi
diartikan
dipilih dalam penelitian ini yaitu
sebagai teknik pengumpulan data yang
dokumentasi
dan
bersifat menggabungkan dari berbagai
sekunder.
teknik pengumpulan data dan sumber
dihasilkan
data yang telah ada (Sugiono 2010:
dari hasil observasi dan hasil
330). Trianggulasi ini akan mendorong
wawancara. Sumber primer yaitu
peneliti dalam mengembangkan suatu
sumber sekunder berupa profil
laporan yang akurat dan kredibel.
primer
dokumentasi Dokumentasi
primer
desa, foto-foto serta, data statistik mengenai Desa Singgahan. 5.
judul,
Prosedur Penelitian Penelitian
Jenis
dalam
penelitian ini yaitu jenis trianggulasi data
ini
trianggulasi
atau
biasa
disebut
dengan
diperkirakan
trianggulasi sumber. Trianggulasi data
membutuhkan waktu 4 bulan Proses
dipilih sebab data yang sama atau
Pertama, tahap persiapan penelitian
sejenis akan lebih akurat kebenarannya
7.
bila digali dari beberapa sumber data
tindakan.
yang berbeda.
merupakan penyempurnaan analisis
Teknik Analisis Data
data dari reduksi data.
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
berguna
dalam
memecahkan
masalah penelitian (Moh Nazir 1983: 405).
Dalam
teknik
analisis
data
terdapat tiga komponen yang harus dipahami.
Tiga
komponen
tersebut
adalah :
proses
ini
3. Penarikan Kesimpulan Atau Tahap Penemuan Hasil Kesimpulan masih
bersifat
awal
yang
sementara,
akan
berubah bila tidak ditemukan buktibukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data yang berikutnya. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung (Matthew B. Miles, A.
1. Reduksi Data Sugiyono menjelaskan
(2010: reduksi
339) data
merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keleluasaan dan kedalaman wawasan yang
Dalam
tinggi.
Setelah
data
Michael
Huberman
1992:
19).
Apabila kesimpulan yang dibuat diawal penelitian sudah didukung oleh bukti-bukti yang valid saat peneliti berada di lapangan, maka kesimpulan tersebut sudah kredibel.
terkumpulkan semuanya kemudian
Reduksi
data
disusun
peneliti mengolah data sedemikian
setelah
rupa untuk mempermudah proses
dari sejumlah unit yang diperlukan
analisis data secara teliti dan rinci.
dalam penelitian. Setelah penyajian
2. Penyajian Data Atau Display Data Penyajian
data
mendapatkan
keterangan
data selesai, langkah selanjutnya juga
adalah
penarikan
kesimpulan.
memerlukan proses analisis seperti
Berikut adalah skema komponen-
halnya reduksi data. Matthew B.
komponen
Miles A. Michael Huberman (1992:
interaktif.
17)
kami
‘penyajian’
membatasi sebagai
suatu
sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya
kesimpulan
dan
penarikan pengambilan
analisis
data
model
Bagan 3.1
dituliskan oleh Senodijokarso lurah
Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
Singgahan pada zaman Pajang adalah daerah hutan belantara. Menurut cerita
Pengumpulan data
lisan
Penyaji -an data
Reduk si data
singgahan di era delapan puluhan.
Kesimpulankesimpulan: Penarikan/Verifi Sumber : Komponen-komponen kasi
Analisis Data Model Interaktif (Matthew B. Miles, A. Michael Huberman 1992: 20).
yang
turun
temurun
daerah
tersebut dahulu dihuni pertama oleh Aria Jipang yang membuat rumah Joglo ditengah hutan. Namun setelah Aria Jipang
meninggal,
kemudian
keluarganya
meninggalkan
daerah
tersebut, sehingga kembali menjadi hutan belantara.
kualitatif
Menurut tulisan Senodijokarso,
analisis data merupakan upaya yang
seorang putra patih dari kota lama
berlanjut, berulang yang terus menerus
Ponorogo, yang bernama Raden Bagus
dan saling susul menyusul. Pada saat
Panjul kemudian menghuninya. Raden
peneliti menganalisis data peneliti perlu
Panjul diceritakan sebagai seorang yang
memahami
pemalas,
Dalam
penelitian
apa
yang
sedang
hingga
orang
tuannya
dapat
mengusirnya. Raden Panjul diusir ke
mengembangkan metode-metode dan
hutan sebelah timur desa Pulung,
menjabarkannya menjadi lebih umum.
akhirnya menemukan rumah Joglo yang
berlangsung
supaya
pernah dihuni Aria Jipang. Dalam rumah Hasil Penelitian 1.
Sejarah Dusun Mojo dan Desa Singgahan Singgahan merupakan sebuah
desa yang terletak di sebelah barat pegunungan Wilis. Pegunungan Wilis adalah apa yang disebut Raden Batoro Katong sebagai batas timur daerah wengker sekarang Ponorogo. Daerah ini memiliki enam dusun yaitu Krajan, Singgahan Lor, Cengkir, Ngradi, Mojo dan Puthuk Sure. Sebagaimana yang
ditemukan benda keris dan boneka yang diyakini sebagai pusaka. Raden Panjul menyadari rupanya rumah tersebut digunakan
untuk
menyimpan
atau
nyinggahne pusaka. Akhirnya Raden Panjul memberi nama daerah tersebut Singgahan
yang
artinya
tempat
menyimpan barang. Daerah tersebut kemudian kampung
berkembang yang
menjadi
dikemudian
hari
dipimpin oleh seorang kepala kampung. Menurut tulisan Senodijokarso, daerah
tersebut pertama kali dipimpin oleh
dihibur dengan kesenian reyog atau
lurah Martodipuro pada tahun 1851.
pementasan ketoprak. Tetapi pada saat
Telah terdapat empat belas pergantian
itu tidak ada uang untuk membiayai
lurah
sampai
tahun
perkembanganya Singgahan
1982.
Dalam
pementasan. Sebenarnya di Mojo juga
ini
Desa
pada saat itu banyak seniman yang bisa
saat
terbagi
dalam
beberapa
bermain reyog dan ketoprak.
dusun salah satu diantaranya adalah
Kelompok reyog dan ketoprak
Dusun Mojo (Dokumen Paguyuban,
pada
30/04/2012).
pertunjukan, dikarenakan banyaknya
2.
biaya untuk membeli peralatan reyog
Sejarah Kesenian Tari Keling di Dusun Mojo Sekitaran tahun 1942 pada
saat hari raya idul fitri atau masyarakat Dusun Mojo menyebutnya Bodo Riyaya. Desa Singgahan khususnya Dusun Mojo kegembiraan lebaran selalu dirayakan dengan berbagai pentas seni seperti reyog, ludruk, ketoprak dan berbagai kesenian lainnya. Namun pada saat itu merupakan masa-masa sulit dimana situasi
politik
yang
belum
stabil
ditambah dengan kemarau panjang yang
mengakibatkan
paceklik/gagal
saat
itu
tidak
bisa
mereka
dan peralatan ketoprak. Mahalnya harga dadak merak, seperangkat gong dan seragamnya sementara untuk makan saja
sulit.
Akhirnya
Khasan
Ngali
seorang tokoh yang juga merupakan perangkat
Desa
Singgahan
mengumpulkan para pemuda untuk dilatih menari atau njoget dengan pakaian ala kadarnya orang cukup dilumuri angus dan pakainnya cukup dengan janur dan kepalanya dihias menggunakan serabut aren. Merintis sebuah tarian dengan mengambil cerita
panen. Kedatangan Indonesia
Jepang
ikut menambah
masyarakat
Dusun
Mojo
ke
keadaan semakin
memprihatinkan. Orang hanya makan batang pisang atau masyarakat Mojo menyebutnya pakaiannya
ares hanya
gedang
dan
menggunakan
karung. Biasanya ketika masyarakat Mojo merayakan tahun baru Jawa atau Suro dan hari raya idul fitri selalu
tentang
Bagaspati dan Joko Tawang
(wawancara, Warni, 30/04/2012). Sejak tahun
kemunculannya
1942,
keberadaanya setelah
tahun
beberapa sempat tujuh
pada saat
tenggelam puluhan
dikarenakan beberapa faktor dan situasi politik yang tidak menentu, akhirnya diteruskan oleh menantu Khasan Ngali yang bernama Warni. Warni sendiri juga merupakan warga asli Desa Singgahan
dan merupakan sutradara ludruk. Pada
Selain
dari
cerita
nenek
masa tujuh puluhan kesenian-kesenian
moyang mengenai kekuatan suku Keling
di Dusun Mojo masih sangat eksis
nama Keling juga dikaitkan dengan
banyak dijumpai kesenian ketoprak,
sebuah cerita yang diangkat dalam
reyog, ludruk dan keling. Sampai tahun
pementasan tentang dua kerajaan yang
2006 kemudian kepengurusan diketuai
kebenaran keberadaanya belum bisa
oleh Marsudi sampai sekarang. Pada
dipastikan,
awalnya
kelompok
Keling dan kerajaan Ngerum. Tari Keling
keling baru pada tahun 2007 akhirnya
merupakan suatu tarian kolosal yang
kelompok keling tersebut diberi nama
merupakan
Guno
Bagaspati dari kerajaan Lambas Keling
hanya
Joyo
bernama
(wawancara,
Marsudi,
yaitu
kerajaan
gambaran dari
Lambas
prajurit
30/04/2012).
dengan prajuritnya yang digambarkan
3.
seperti orang Keling hitam-hitam dan
Asal Mula Nama Keling Cerita yang berkembang pada
masyarakat Dusun Mojo tanah Jawa pada
zaman
dahulu
diceritakan
merupakan tanah yang angker tidak dapat dihuni oleh suku apapun. Suku Keling merupakan satu-satunya suku yang
bisa
bertahan.
berperawakan
hitam
Suku
keling
seperti
orang
Papua. Suku Keling bisa bertahan hidup namun untuk bercocok tanam tidak bisa berhasil, pagi menanam sorenya sudah mati. Akhirnya suku Keling bertemu dengan seorang syeh yang bernama Syeh Subakir. Suku keling kemudian bercerita kepada Syeh Subakir tentang keluh kesah yang dialaminya karena selalu gagal dalam bercocok tanam. Oleh Syeh Subakir akhirnya diberi tolak balak, dan pulau Jawa bisa berkembang sampai saat ini .
seperti
raksasa
atau disebut buto
(wawancara, Marsudi, 30/04/2012). Menurut sumber tertulis yang dimiliki paguyuban Guno Joyo Tari Keling adalah sebuah sendra tari yang dimainkan
dijalanan
dengan
memainkan sebuah lakon meskipun, bukan merupakan sebuah drama yang dialogis. Pada awal pementasan, hanya beberapa pemain yang menari sampai lakon yang diperankan selesai, hingga pada akhirnya semua orang yang ada disana
ikut
terlibat
dalam
tarian.
Sutrisno, kepala Dusun Mojo sekitaran tahun 2006, pengambilan nama Keling didasarkan pada ciri khas dari seni tersebut adalah orang-orang Keling atau hitam (observasi 30/04/2012).
4.
Cerita Yang Diangkat Dalam Kesenian Tari Keling Kesenian Tari dalam setiap
gerakannya mempunyai arti sebagai
atas usulan pujangga kerajaan Jokarmo dan
Jokarso
ada dua kerajaan yang bernama Lambas Keling yang dipimpin seorang raja yang bernama Bagas Pati dan kerajaan Ngerum dengan rajanya Prabu Indra Jaya. Kerajaan Lambas Keling atau disebut jajahan
Keling
merupakan
kerajaan
wilayah
Ngerum.
Raja
Bagaspati yang mempunyai perwujudan seperti raksasa berniat memperistri kedua putri kembar dari kerajaan Ngerum, yaitu putri Sekar Arum dan Sekar Wangi. Bagaspati
akhirnya
memberanikan diri datang ke kerajaan Ngerum
untuk
melamar
dengan
membawa iring-iringan prajurit yang semuanya raksasa. Sampai di Ngerum lamaran Bagaspati ditolak. Bagaspati akhirnya marah dan menculik kedua putri Ngerum. Beberapa saat kedua emban pengasuh putri tersebut panik,
Sayembara
orang
pujangga
mengetahui melaporkannya
kerajaan hal
pada
yang tersebut
ratu
mereka.
Akibatnya kerajaan Ngerum geger dan ratu tersebut mengeluarkan sayembara
tersebut
berisi
tentang barang siapa bisa menemukan kedua
putri
tersebut,
kalau
dia
perempuan akan dijadikan saudara dan kalau laki-laki akan dijadikan suami keduanya. Seluruh rakyat ikut mencari kedua putri tersebut dengan pergi kehutan bunyian,
sambil
memainkan
kentongan
dan
bunyi-
kendang.
Sampai ditengah hutan mereka bertemu dengan perempuan tua yang diketahui berasal dari padepokan Waringin Putih, wargapun menanyakan dan bercerita pada perempuan tua tersebut. Setelah itu perempuan tua tersebut pulang dan menceritakannya kepada anaknya yang bernama Joko Tawang. Joko Tawang berniat untuk mengikuti sayembara tersebut.
Akhirnya
berhasil
menemukan
tersebut
Joko
namun
membawanya
Tawang
kedua untuk
pulang
putri dapat harus
mengalahkan Bagaspati. Pertarunganpun terjadi hingga
karena kedua putri yang diasuhnya dicari-cari tidak ketemu. Akhirnya dua
Marsudi,
30/04/2012).
suatu cerita, begitu juga dengan Tari Keling. Tari Keling menceritakan yakni
(wawancara,
berakhir dengan kekalahan Bagaspati serta para prajuritnya. Iring-iringan kepulangan kedua putri tersebut sangat meriah, para prajurit Bagaspati digiring dijadikan tawanan, sementara yang lainnya
memikul
kerun,
lambang
kebesaran kerajaan Keling dan yang lain
tak henti-hentinya
memainkan alat
dengan membawa gapura/kerun,
musik dari gendang dan kentongan
menari
serta tambur untuk mengiringi empat
penari..
orang emban yang menari sambil berjalan
menghibur
Ngerum.
Kerun
kedua
yang
putri
dibuat
f.
di
tengah-tengah
Adegan
berikutnya
dengan
tarian
para
dilanjutkan
prajurit
yang
dari
menggambarkan peperangan. Dua
beberapa daun kelapa lengkap dengan
orang penari maju dan menari
pelepahnya yang dirangkai sehingga
layaknya terjadi peperangan, dalam
berbentuk mirip dadak merak dalam
sesi ini kedua penari tersebut selain
reyog (observasi 30/04/2012).
menari
5.
mereka juga memainkan atraksi
Urutan Pementasan Menurut keterangan dari ketua
paguyuban
Tari
Keling
urutan
pementasan Tari Keling adalah sebagai berikut : a. Pementasan keling diiringi dengan tabuhan musik gamelan seperti dalam reyog. b. Diawali dengan memohon do’a restu dan ritual tertentu yang bertujuan supaya pemain diberi keselamatan. pambuko keluarnya warok tua yang menari, setelah warok tua tersebut selesai dan kembali duduk. orang
penari
sebagai prajurit perang menari sambil berbaris dan kembali duduk. e. Setelah itu kembali keluar warok yang
kosong
dengan pedang. g. Selanjutnya
adalah
pementasan
penari putri dan emban. Emban tersebut diperagakan oleh laki-laki dengan kostum seperti wanita tua menari dengan tarian yang kocak. h. Adegan
yang
menyanyikan
terakhir langgam
adalah pamitan
diiringi dengan jogetan para penari. Menurut masyarakat Mojo Tari
diibaratkan
walaupun pernah ada yang memainkan keling namun tidak pernah berhasil dikarenakan terkandung
laki-laki
dewasa berbaris jajar dua layaknya
tua
tangan
Keling hanya ada di Dusun Mojo
c. Selesai berdo’a dilanjutkan dengan
d. Delapan
dengan
pujangga
kraton yaitu Jokarmo dan Jokarso yang diperankan Warni dan Jakun
faktor
mistis
didalamnya.
yang
Selain
itu
menurut salah seorang sesepuh Tari Keling
hanya
Mojo
yang
mampu
memainkan Keling disebabkan wahyu dari nenek moyang Mojo atau mereka menyebutnya orang
seni
30/04/2012).
danyang
merupakan
(wawancara,
Galimin,
6.
Peralatan Dalam Pementasan Beberapa peralatan yang
dipergunakan
diantaranya
musik/gamelan,
peralatan
pengeras
suara,
peralatan tari, rias penari, peralatan religi dan juga peralatan lainnya atau ubo rampe. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam peralatan musik atau gamelan menggunakan beduk, kendang, kemprung, dan kentongan sebanyak dua buah. penghias berjumlah
kepala
seikat
kepala
dua
belas
orang.
Cekata’an/topeng separuh wajah atau sekitar mulut berjumlah dua belas buah, klinting dua belas buah setiap satu penari memakai sekitar tiga puluhan klinting.Peralatan prajurit sama seperti perlengkapan perhiasan hanya saja para memoles
tubuhnya
dengan
kotoran pada panci atau disebut angus setelah itu ditambah pedang dua buah untuk dua orang penari, tombak dua buah, panah dua buah, godo/kentes dari kayu enam buah. Pujangga
seperti
masyarakat
menyebutnya
Panaragan dan tambahan make-up pada wajah.
Untuk
penari
putri
rias
menyesuaikan, kadang udeng-udengan kadang
menyan
madu,
kaktus/dupo,
menggunakan menyan
minyak
arab,
fanbo,
rokok
grendo, parem wangi dan kembang telon.
Peralatan
dimaksudkan arwah
religi
untuk
leluhur
tersebut
menghormati
dan
supaya
diberi
kelancaran dalam pementasan. Untuk susunan penari biasanya dikombinasi antara
yang tua
7.
dan yang muda
Waktu Pelaksanaan Sejak awal dikenal pada tahun
1942 sampai saat ini terus dilestarikan oleh masyarakat Dusun Mojo, walaupun pernah
dikabarkan
sanggul
tergantung
situasi.Sedangkan untuk perlengkapan
fakum
selama
beberapa waktu namun masyarakat Dusun Mojo tetap menganggap kesenian Tari
Keling
selalu
hidup
dalam
keseharian mereka. Masyarakat Dusun Mojo sudah mengganggap Tari Keling menjadi bagian dari hidup mereka dan hanya Mojo yang sanggup memainkan Tari
Keling
(wawancara,
Galimin,
30/04/2012). Sejak
berpakain
warok dengan blangkon Mojopaitan atau
diantaranya
(wawancara, Galimin, 30/04/2012). Peralatan tari berupa bulu
penari
religi
Tari
awal
Keling
kemunculannya
digunakan
untuk
memeriahkan hari Raya Idul Fitri/Bodo Riyaya.
Hal
berlanjut
tersebut
dalam
terus
beberapa
terus tahun.
Pementasan Tari Keling Rutin diadakan oleh masyarakat Mojo setiap hari Raya Idul
Fitri,
Satu
Suro
dan
acara
Agustusan. Diluar dari acara tersebut
Tari Keling juga dipentaskan pada saat
kesenian.
acara-acara
ada
awalnya hanya bernama keling tersebut
undungan untuk tampil baik dalam
pada saat ini di beri nama paguyuban
acara
Tari Keling Guno Joyo. Sekitar tanggal
tertentu
resmi
apabila
maupun
pribadi
Kelompok
kesenian
yang
(wawancara, Marsudi, 30/04/2012).
20 Agustus 2006 para pemuda yang
8.
tergabung dalam Arjo singkatan dari
Kemandirian
Kelompok
Kesenian Tari Keling
Arek Mojo membuat rekaman CD dari
Penduduk Mojo mengatakan
pementasan
Keling.
Hal
bahwa kesenian Tari Keling adalah satu-
dilakukan
untuk
mengabadikan
satunya,
kesenian
dan
tidak
ada
duanya
yang
menjadi
tersebut kebanggan
dimanapun. Sejak awal kemunculannya
masyarakat Mojo. Sejauh ini tidak ada
kesenian
Keling
mengalami
jatuh
problem yang berarti
bangun.
Pernah
beberapa
tahun
kesenin Tari Keling Guno Joyo. Sampai
kesenian ini tidak nampak, hingga
saat ini mereka masih beranggapan
akhirnya muncul kembali pada tahun
bahwa seni adalah seni dan bukan suatu
2000
Tari
bergeliat.Kem tersebut
Keling
mulai
kembali
yang
unculannya
kembali
30/04/2012).
didasari
pada
keinginan
bagi kelompok
komersial
(observasi
9. Pelestarian
masyarakat untuk meramaikan kegiatan
Kesenian Tari Keling pada
Agustusan di Dusun Mojo. Kebetulan
awalnya hanya dikenal oleh masyarakat
pada saat itu salah seorang tokoh
Mojo dan sekitarnya. Masyarakat Mojo
Keling, Galimin baru saja pergi ke
beranggapan bahwa Tari Keling hanya
Lumajang dan menyaksikan kesenian
ada di Dusun Mojo. Beberapa kali
yang
mirip
mengalami jatuh bangun juga pernah
kesenian Keling (wawancara, Galimin,
pada awalnya tidak diijinkan untuk ikut
30/04/2012).
tampil dalam kirab pusaka di alun-alun
menurutnya
hampir
Dalam sejarahnya kelompok kesenian Tari Keling sangatlah mandiri. Masyarakat
Mojo
Kabupaten Ponorogo, dengan alasan tidak ada jadwal untuk kirab kesenian.
melakukan
Perhatian pemerintah saat itu
keseniannya hanya untuk merayakan
hanya tertuju pada kesenian reyog,
kegembiraan, biasanya untuk acara
padahal di Ponorogo banyak kesenian
perayaan lebaran atau merayakan tahun
tradisional lainnya. Akhirnya diadakan
baru satu suro. Tari Keling hidup dan
perkumpulan kesenian non reyog untuk
berkembang dalam suatu kelompok
musyawarah,
bagaimana
caranya
mereka
tidak
di
tirikan.
setiap tahunnya. Pernah juga kesenian
Musyawarah tersebut juga di jembatani
Tari Keling tampil di Kediri dengan
oleh salah satu forum peduli kesenian
dibawa oleh Dinas Pariwisata. Tahun
yang mengatas namakan dirinya Ircas
2006 tampil di Bali untuk mengisi tukar
bekerja
Desantara
menukar kesenian daerah. Selain itu
Kesenian
upaya-upaya pelestarian lainnya adalah
sama
membuat
anak
dengan
paguyuban
Tradisonal Adiluhung.
dengan mengikut sertakan para pemuda
Beberapa perwakilan mereka menghadap
ke
Bupati
untuk
untuk ikut ambil bagian sebisa mereka, juga
dengan
mendokumentasikan
menyampaikan keluh kesahnya setelah
pertunjukan dalam bentuk rekaman CD
mengadakan
pernah juga membuat kaos, namun
musyawarah,
usulan
tersebut disambut baik diizinkan tampil
menurut
dalam acara-acara daerah di Ponorogo.
terpenting
Pada awalnya saat Tari Keling ingin ikut
semangat
tampil dalam kirab pusaka mengalami
pemainnya.
kesulitan dalam mengurus ijin tampil, tidak
diijinkan
mengganggu
dengan
prosesi
alasan
kirab.
Karena
ketua
paguyuban
adalah dari
yang
kebersamaan
para
warga
dan
Keberadaan Tari Keling juga mendapat respon baik selain dari pemerintah
kabupaten
juga
dari
kebiasaan masyarakat sebelum prosesi
pemerintah Desa Singgahan. Terbukti
kirab pusaka dimulai masyarakat sudah
dengan diadakannya acara rutin setiap
memadati jalan menuju makam Raden
empat tahun sekali. Pemerintah Desa
Batoro
tersebut
Singgahan mengadakan Anggoro Kasih
dimanfaatkan oleh para penari Keling
yaitu acara gelar kesenian tradisional
untuk nekat menari dimulai dari pasar
yang berkembang di Desa Singgahan,
pon sampai pembatik dan kegiatan
dalam
itupun sebenarnya tidak diperbolehkan.
pertunjukan seluruh kesenian daerah
Setelah
yang
Katong.
itu
dinas
Hal
pariwisata
yang
acara ada
tersebut di
Desa
diadakan Singgahan
melihatnya tertarik dan diikutkan dalam
(wawancara, Perangkat Desa Singgahan,
gelar budaya setiap tahunnya sekitaran
30/04/2012).
tahun
2005
(wawancara,
Marsudi,
30/04/2012). Sejak
Pembahasan 1.
saat
Sejarah Kesenian Tari Keling
itu
beberapa
Sejarah secara umum dapat
kesenian
tradisional
mulai
didefinisikan semua kisah tentang masa
diikutsertakan
dalam
budaya
lampau adalah sejarah (Supardi 2011:
gelar
43). Sejarah berdirinya Tari Keling
dengan kata lain bakat seni sudah ada
diawali dari sekitar tahun 1942, pada
dalam jiwa masyarakat Dusun Mojo.
saat itu di Dusun Mojo mengalami krisis
Terciptanya suatu karya seni
pangan atau masyarakat menyebutnya
tidak hanya bakat saja yang dibutuhkan.
paceklik dan bertepatan dengan Idhul
Edi Sedyawati (1984: 29) bakat tiada
Fitri. Idhul Fitri merupakan hari raya
lain hanyalah pembawaan sejak lahir,
umat
seluruh
yang merupakan kemungkinan bagi
ikut
orang yang bersangkutan untuk dapat
merayakannya. Kebiasaan masyarakat
lebih mudah, lebih cepat berhasil dalam
memeriahkannya
menguasai sesuatu ketrampilan, apabila
Islam
masyarakat
dan
hampir
Dusun
Mojo
dengan
hiburan
reyog, ketoprak, ludruk dan berbagai
diusahakan
kesenian tradisional.
pendukung lainnya seperti kesempatan
Sejarah kemunculan kesenian
mewujudkannya.
perkembangan,
Faktor
kemantapan
profesi,
Tari Keling atas dasar inisiatif dari
kepekaan estetik dan juga ketrampilan
masyarakat Dusun Mojo yang ingin
perbuatan
mengadakan suatu hiburan yang meriah
dalam penciptaan suatu karya seni.
namun tidak membutuhkan banyak
estetik
Meskipun
juga
diperlukan
bakat
bukan
biaya dan bisa menghibur. Akhirnya
merupakan faktor utama penciptaan
Khasan Ngali yang merupakan Jogoboyo
karya seni namun namun faktor-faktor
mengumpulkan para pemuda dan tokoh
pendukung lainnya adalah dari segi
masyarakat untuk dilatih joget atau
kesempatan, jelas terdapat karena pada
njoget.
masyarakat
saat itu masyarakat Dusun Mojo ingin
Dusun Mojo merupakan bahasa Jawa
menciptakan suatu hiburan yang tidak
dari
membutuhkan
Joget
menurut
menari.
Sri
Widyastutieningrum
Rochana
(2007:
banyak
biaya
dan
292)
menghibur. Selain itu juga adanya
mengungkapkan bahwa Joged adalah
potensi masyarakat dalam bidang seni
salah satu pekerjaan yang memerlukan
yang
kemampuan
banyaknya
tertentu.
Pemuda
dan
dapat
dibuktikan
masyarakat
dengan
yang
bisa
masyarakat Dusun Mojo mampu dilatih
bermain reyog, secara tidak langsung
joget karena pada saat itu di Dusun
potensi
tersebut
Mojo
karya
seni
banyak
seniman
yang
biasa
menjadikan menjadi
suatu
populer.
bermain reyog, ketoprak dan ludruk
Kemantapan profesi yaitu orang akan
disela-sela rutinitasnya sebagai petani,
merasa selalu dalam bidangnya sendiri yang
menjadi
pilihan
dan
kebanggannya. Dalam hal ini bidang
Sedangkan
ketrampilan
yang biasa mereka geluti adalah dalam
perbuatan
bidang reyog yang didalamnya terdapat
pembawaan atau hasil latihan. Dilihat
unsur tarian. Dalam bidang ketoprak,
dari segi pembawaan tarian dalam Tari
didalam suatu pertunjukan ketoprak
Keling dikemas dalam kesederhanaan.
selalu ada adegan peperangan didalam
Penari cukup dilumuri dengan angus
Tari
adegan
panci memakai kostum bagian bawah
peperangan antara prajurit Bagaspati
terbuat dari janur (daun kelapa), yang
dan Joko Tawang.
dilingkarkan pada pinggang sehingga
Keling
juga
Faktor
terdapat
penciptaan
estetik
merupakan
seni
tampak menutupi bagian antara pusar
selanjutnya adalah faktor kepekaan
sampai lutut. Sementara itu pada bagian
estetik atau daya tangkap yang kuat
kepala mengenakan penghias dengan
terhadap
dan
bulu ayam yang dirangkai melingkar
kedalam
kepala seperti mahkota. Seluruh bagian
kreasi perbuatan karya seni yang pada
tubuh yang tidak tertutup kostum
Tari
dihitamkan dengan angus panci sambil
nilai-nilai
memantulkannya Keling
keindahan
kembali gerakan
tersebut
diwujudkan dalam tarian. Saat melihat
membawa
pertunjukan
yang
pentungan/gada, pedang dan tombak.
merak
Gerak dalam tarian tersebut muncul
merupakan suatu unsur yang paling
setelah para penari berlatih dalam
dominan,
beberapa waktu latihan.
diatasnya
reyog, dihias
oleh
barong
bulu-bulu karena
itu
barong
senjata
berupa
tersebut memiliki nilai-nilai keindahan.
Beberapa faktor yang dialami
Kepekaan estetik yang diambil dari
masyarakat Dusun Mojo pada saat itu
barong tersebut akhirnya dimunculkan
telah
kembali dalam bentuk yang menyerupai
untuk membuat dan mewujudkan suatu
dan lebih sederhana yaitu kerun. Kerun
karya seni. Hal lain adalah dengan
atau gapura yang digunakan menari
melihat
dalam
keseharian masyarakat yang tidak dapat
Tari
Keling
berbentuk
membawa
situasi
dan
dan
dengan
mengarahkan
kondisi kesenian
serta
melengkung seperti dadak merak, yang
dipisahkan
maka
berarti penyederhanaan dari mahalnya
memungkinkan masyarakat Dusun Mojo
peralatan reyog sehingga dirangkai
pada saat itu untuk menciptakan suatu
kembali kedalam bentuk yang lebih
kesenian yang pada saat ini dikenal
sederhana dan berbahan alam.
dengan Tari Keling.
2.
Asal Mula Nama Keling Masyarakat
Dusun
ditanami hingga saat ini. Menurut para Mojo
sesepuh tari tersebut dinamakan Tari
menyakini adanya suatu mitos. Abd
Keling yang berarti hitam. Suku Keling
Rahmat Hamid dan Muhammad Saleh
berperawakan kulit hitam dan tebal
Madjid (2011: 9) mengungkapkan mitos
sehingga tahan dari berbagai cobaan
adalah cerita tentang masa lalu, seperti
juga dikarenakan kekuatan dari suku
halnya juga sejarah, namun fondasi
keling yang mampu bertahan hidup.
waktu tidak jelas dan alur pikirannya
Selain itu sumber tertulis yang
tidak rasional (manusia digambarkan
dimiliki
dengan sifat-sifat yang tidak lazim atau
menyatakan yang dimaksud dengan
manusiawi). Mitos yang berkembang
Tari Keling adalah sebuah sendra tari
pada masyarakat Dusun Mojo bahwa
yang
ada suatu suku yang bernama Suku
memainkan sebuah lakon meskipun,
India
bukan merupakan sebuah drama yang
Keling
atau
masyarakat
menyebutnya
Suku
Keling
berperawakan
hitam-hitam
paguyuban
dimainkan
Guno
dijalanan
Joyo
dengan
yang
dialogis. Pada awal pementasan, hanya
seperti
beberapa pemain yang menari sampai
raksasa dan berkulit kasar. Diceritakan
lakon yang diperankan selesai, hingga
tanah Jawa dahulu merupakan tanah
pada akhirnya semua orang yang ada
yang gawat/berbahaya tidak semua
disana ikut terlibat dalam tarian. Juga
orang bisa hidup di tanah Jawa. Suku
pendapat dari Sutrisno, kepala Dusun
Keling merupakan satu-satunya suku
Mojo
terkuat yang dapat bertahan hidup
pengambilan nama Keling didasarkan
ditanah jawa, bisa hidup namun untuk
pada ciri khas dari seni tersebut adalah
bercocok tanam sulit, pagi menanam
orang-orang
sorenya sudah hilang.
(Dokumen Paguyuban, 30/04/2012).
Akhirnya suku Keling bertemu
3.
dengan seorang syeh yang bernama
sekitaran
Keling
tahun
atau
2006,
hitam
Cerita yang diangkat dalam Tari Keling
Syeh Subakir. Suku Keling menceritakan
Kesenian Tari Keling memiliki
tentang keluh kesah dan kesulitannya
satu
alur
cerita
yang dialaminya tersebut. Syeh Subakir
pementasannya. Cerita yang diangkat
kemudian mensyarati dengan memberi
dalam Tari Keling adalah sebuah mitos.
tolak balak sehingga Suku Keling bisa
Cerita
bercocok tanam juga bisa hidup dengan
peperangan antara pasukan Bagaspati
tentram dan tanah Jawa bisa subur
dan pasukan Joko Tawang. Diceritakan
tersebut
dalam
berisi
setiap
tentang
ada dua kerajaan Lambas Keling yang
dari
dipimpin seorang raja yang bernama
wargapun menanyakan dan bercerita
Bagas Pati dan kerajaan Ngerum dengan
pada
rajanya bernama Prabu Indra Jaya.
Mendengar kabar tersebut akhirnya
Kerajaan Keling adalah wilayah jajahan
perempuan
kerajaan Ngerum. Raja Bagaspati yang
menceritakan kepada putranya yang
mempunyai perwujudan seperti raksasa
bernama
berniat
cerita ibunya Joko Tawang berniat
memperistri
kedua
putri
kembar dari kerajaan Ngerum, yaitu
padepokan
tinggi
Bagaspati
akhirnya
perempuan tua
Joko
tua itu
Putih, tersebut.
pulang
Tawang.
dan
Mendengar
untuk mengikuti sayembara.
putri Sekar Arum dan Sekar Wangi. Keinginan
Waringin
Setelah mencari akhirnya Joko
sangat
Bagaspati
Tawang
berhasil
keberadaan
kedua
menemukan putri
tersebut,
memberanikan diri datang ke kerajaan
namun
untuk
dapat
membawanya
Ngerum
pulang
harus
dapat
mengalahkan
untuk
melamar
dengan
membawa iring-iringan prajurit yang
Bagaspati.
semuanya
hingga
adalah
raksasa.
Setelah
Pertarunganpun
berakhir
dengan
terjadi
kekalahan
sampai di Ngerum lamaran Bagaspati
Bagaspati serta para prajuritnya, Joko
pada putri Ngerum ditolak. Bagaspati
Tawang berhasil menyelamatkan kedua
yang merasa harga dirinya dijatuhkan
putri
akhirnya marah dan menculik kedua
Ngerum tersebut disambut dengan tari-
putri
tarian dan iringan bunyi-bunyian dan
Ngerum
kerajaan
tersebut.
Ngerum
Akibatnya
geger
dan
mengeluarkan sayembara atas usulan
Ngerum.
Kepulangan
putri
juga kerun sebagai lambang kebesaran kerajaan Keling.
pujangga kerajaan Jokarmo dan Jokarso,
Pada masa kini tarian dalam
barang siapa bisa menemukan kedua
Tari Keling sudah mengalami sedikit
putri tersebut, kalau dia perempuan
perubahan baik dalam segi tari maupun
akan dijadikan saudara dan kalau laki-
busana pelengkap tambahannya. Para
laki akan dijadikan suami keduanya.
seniman telah mengolah sedemikian
Seluruh rakyat ikut mencari
rupa
seiring
dengan
kebutuhan
kedua putri tersebut dengan pergi
masyarakat, namun perubahan tersebut
kehutan
bunyi-
tidak menghilangi jati diri dan ciri khas
kendang.
dari Tari Keling. Perkembangan seni
Ditengah hutan mereka bertemu dengan
dewasa ini banyak para seniman yang
perempuan tua yang diketahui berasal
mengembangkan
bunyian,
sambil
memainkan
kentongan
dan
medium-medium
untuk penciptaan karya seni, begitu
sesi ini kedua penari tersebut selain
pula dalam mengolahnya (Edi Tri
menari
Sulistyo 2005: 6).
mereka juga memainkan atraksi
4.
dengan pedang.
Urutan Pementasan Menurut keterangan dari ketua
dengan
g. Selanjutnya
tangan
adalah
kosong
pementasan
paguyuban Tari Keling mempunyai
penari putri dan emban. Emban
urutan pementasan sebagai berikut :
tersebut diperagakan oleh laki-laki
a. Pementasan keling diiringi dengan
dengan kostum seperti wanita tua
tabuhan musik gamelan seperti dalam reyog.
menari dengan tarian yang kocak. h. Adegan
b. Diawali dengan memohon do’a
terakhir
menyanyikan
restu dan ritual tertentu yang
langgam
adalah pamitan
diiringi dengan jogetan para penari.
bertujuan supaya pemain diberi keselamatan.
yang
Dalam
penyajiannya
Tari
Keling mendapat iringan bunyi-bunyian
c. Selesai berdo’a dilanjutkan dengan
musik
gamelan
yang
menyerupai
pambuko keluarnya warok tua yang
peralatan musik dalam reyog. Gamelan
menari, setelah warok tua tersebut
berhubungan
selesai dan kembali duduk.
perkembangan religi dan hidup di
d. Delapan
orang
penari
laki-laki
lingkungan
erat istana,
dengan tetapi
kini
dewasa berbaris jajar dua layaknya
masyarakat umum
sebagai prajurit perang menari
melantunkan dan memilikinya (Edi Tri
sambil berbaris dan kembali duduk.
Sulistyo 2005: 18-19). Berbeda dengan
e. Setelah itu kembali keluar warok
gamelan pada umunya yang dimaksud
tua
yang
diibaratkan
pujangga
gamelan disini merupakan seperangkat
kraton yaitu Jokarmo dan Jokarso
alat musik sederhana yang terdiri dari
yang diperankan Warni dan Jakun
kentongan, beduk, dan saron. Pada masa
dengan membawa gapura/kerun,
kini
menari
tersebut
di
tengah-tengah
para
penari.. f.
ikut menikmati,
peralatan sudah
musik
pengiringnya
dilengkapi
dengan
beberapa instrumen seperti sompret
Adegan
berikutnya
dengan
tarian
dilanjutkan
prajurit
yang
reyog dan peralatan lainnya. Bunyi yang dihasilkan
alat
musik
Tari
Keling
menggambarkan peperangan. Dua
hampir mirip dengan musik iringan
orang penari maju dan menari
reyog
layaknya terjadi peperangan, dalam
sederhana.
sesekali
dan
sesekali
lebih
5.
Daya Tarik Kesenian Tari Keling Masyarakat Dusun Mojo Desa
Keling masih relevan dan berguna. Selama seni tradisional masih mampu
Singgahan menganggap bahwa kesenian
memenuhi
Tari Keling merupakan satu-satunya
maka kehidupanya dapat berkembang
dan tidak ada yang menyamainya,
seiring perkembangan zaman ( Sri
anggapan
Rochana
tersebut
muncul
karena
kebutuhan
masyarakat,
Widyastutieningrum,
2007:
sampai saat ini belum ada daerah lain
93). Sampai saat ini pemerintah melalui
yang mampu dan bisa melestarikan
dinas
kesenian Tari Keling, walaupun pernah
sertakan Tari Keling dalam acara-acara
ada daerah lain namun hanya beberapa
daerah seperti pertunjukan budaya
waktu
antar
saja
dan sudah
tidak
ada
kemunculannya lagi. dalam
Tari
daerah.
Keling
yang
mencerminkan kesederhanaan. Edi Tri Sulistyo (2005: 56) tata pakaian dan tata rias yang baik haruslah sesuai para
mengikut
Kesederhanaan
dari
membuat Tari Keling memiliki kesan di kalangan masyarakat. 6.
Nilai Filosofis dan Pesan Dalam Pementasan Tari Keling
1. Nilai Filosofis
dengan cerita. Karena menggambarkan kesederhanaan,
juga
busana dan perlengkapan pementasan
Keunikan dari tata rias dan busana
pariwisata
penari
cukup
Menghitamkan tubuh yang dilakukan
para
penari
Keling
memoles seluruh tubuhnya dengan
mempunyai maksud agar mereka
angus panci dan pada bagian
mirip Suku Keling, digunakanya
bawah
terbuat dari janur atau daun kelapa,
angus
sementara itu pada bagian kepala dihias
menunjukkan
dengan bulu ayam yang dirangkai
kesederhanaan
melingkar di kepala. Dengan memegang
berkarya. Selain itu diadakannya
gada/pentungan, pedang dan tombak
ritual
mereka menari mengikuti irama musik
memohon izin kepada leluhur. Hal
gamelan. Hal tersebut menjadi ciri khas
tersebut
tersendiri dibandingkan dengan tari
memohon do’a restu kepada orang
lainnya.
tua supaya para leluhur juga ikut Ditengah
perkembangan
panci
sebagai bahwa
dalam
diberi
terus dilestarikan oleh masyarakat Mojo
kelancaran,juga
karena masyarakat menyadari Tari
do’a
sebagai
zaman seperti saat ini Tari Keling masih
dalam
mereka
memohon
mendo’akan
make-up bisa atau
ungkapan
kegiatannya
kemudahan
dan
mengandung
makna rasa hormat anak kepada
tenaga
orang tua.
maupun penabuh gamelan.
Pementasan Tari Keling
baik
untuk
Hal
penari tersebut
yang diadakan rutin setiap Idhul
mengingatkan pada kebiasaan
Fitri, Satu Suro dan Agustusan,
masyarakat Jawa pada masa
selain mereka ikut memeriahkan
lampau yang selalu bersama-
hari besar secara tidak langsung
sama saling membantu dalam
telah ikut melestarikan kebudayaan
menyelesaikan
daerah dan wujud kepeduliannya
Nilai-nilai kebersamaan dan
terhadap kesenian yang mereka
gotong-royong yang dimiliki
miliki.
nenek moyang tersebut pada
2. Pesan
dalam
Pementasan
Tari
Keling
pekerjaan.
masa kini sudah memudar. Soedarsono et al (1986: 4)
Sejarah sering dikatakan sebagai
pengetahuan
kejadian
masa
dirangkai kausalitas,
dan
pada
struktur
tentang
masyarakat Jawa hubungan-
yang
hubungan itu bersifat menjaga
lampau
secara
menjelaskan
kronologi,
imajinatif
(Abd
keseimbangan keselarasan,
dan seperti
padha-
Rahmat Hamid dan Muhammad
padha, tepa slira, rukun, rujuk
Saleh Madjid. 2011: 90). Begitu juga
dan sebagainya.
dengan
kesenian
Tari
Keling
b. Nilai Kekeluargaan
mengandung pesan bagi kehidupan
Busana dan tata rias
masa kini, diantaranya :
yang dikenakan para penari
a. Nilai Kebersamaan
merupakan suatu gambaran
Tari
Keling
bahwa, mereka rela dilumuri
tarian
dengan
kolosal yang dimainkan secara bersama-sama
merupakan
suatu oleh
banyak
angus
panci
demi
sebuah
pementasan
Tari
Keling.
Kerelaan
mereka
orang. Meskipun alur ceritanya
merupakan cerminan bahwa
merupakan suatu peperangan.
Indonesia
Namun jika kita amati pada
berbagai macam suku, dari
saat pementasan para pemain
bergai macam suku tersebut
dalam
harus bisa saling menghargai,
mementaskan
Tari
Keling membutuhkan banyak
mempunyai
saling
menghormati
dan
dirangkai dalam satu sajian
bekerja sama.
akan
Kerelaan penari
juga
hati atas
para dasar
kesadaran mereka mempunyai kesenian daerah yang harus dilestarikan. diantara
para
alunan
bunyi yang indah dan menarik. 7.
Dampak Keberadaan Tari Keling
1. Tumbuhnya
kembali
nilai-nilai
tradisional
Rasa
kekeluargaan
menghasilkan
Masyarakat melahirkan
Jawa
banyak
kesenian-
anggota menjadikan mereka
kesenian tradisional dari beberapa
tetap
dalam
kesenian tersebut pada saat ini
membangun dan melestarikan
hanya ada beberapa kesenian yang
kesenian di daerahnya.
masih
bersama-sama
c. Kesederhanaan
kesenian
Keserhanaan pengemasan
dilestarikan.
Tari
tersebut
Hilangnya merupakan
dalam
pengaruh dari akultrasi budaya
Keling
yang
tidak
seimbang
sehingga
menunjukan bahwa mayarakat
masyarakat menganggap kesenian
zaman
dahulu
yang dahulu sudah ketinggalan
dengan
alam,
selalu dan
lekat
mampu
berkarya
zaman.
ditengah
kesederhanaan
mereka,
Perkembangan
yang
begitu pesat tidak menyurutkan
dengan adanya Tari Keling
minat
mengingatkan
bahwa
melestarikan kesenian. Keberadaan
perkembangan
Tari Keling di Dusun Mojo secara
ditengah
kita
warga
tetap
zaman kita masih mempunyai
tidak
suatu tarian yang sederhana
bahwa
dan menghibur.
melestarikan apa yang menjadi
Peralatan yang
gamelan
menghasilkan
bunyi-
langsung
untuk
memperlihatkan
masyarakatnya
masih
peninggalan nenek moyang mereka. Ditengah
kemajuan
teknologi
bunyian selain mencerminkan
masyarakat masih mempedulikan
dari cerita saat mencari putri
akan kesenian daerah mereka dan
Ngerum
merasa bangga akan kesenian yang
yang diculik, juga
merupakan
rangkaian
permainan dari alat musik sederhana
namun
apabila
mereka miliki. 2. Menumbuhkan rasa kekeluargaan
Pada masyarakat dalam
masa
lalu
bergotong
royong
menyelesaikan
(Nooryan Bahari 2008: 177).
pekerjaan
Dari tahun 1942-2012 telah
sacara bersama misalnya pada saat
terjadi tiga regenerasi kepengurusan.
tetangga mempunyai hajat ataupun
Tahun 1942-1970 diketuai oleh Khasan
saat mendirikan rumah. Gotong
Ngali, Tahun 1970-2000 diketuai oleh
royong
lakukan
Warni yang juga merupakan menantu
adalah wujud dari kebersamaan
dari Khasan Ngali, tahun 2000 sampai
dan rasa kekeluargaan di kalangan
saat
masyarakat.
Pergantian tersebut dikarenakan oleh
yang
mereka
Seni merupakan salah satu
8.
standar atau kriteria masing-masing
ini
faktor
diketuai
usia
oleh
sehingga
Marsudi. dibutuhkan
sarana ekspresi dan sosialisasi bagi
pengganti yang lebih muda untuk
manusia agar tidak kehilangan jati
regenerasinya. Tari Keling hidup dan
diri dan akal sehat. Hubungan sosial
berkembang dalam suatu paguyuban,
antar
dalam
yang awalnya hanya bernama Keling
kesehariannya akan memunculkan
pada saat ini diberi nama menjadi
kekeluargaan.
paguyuban Tari Keling Guno Joyo.
manusia Seni
menjadi
kebutuhan dasar manusia secara
Keberadaan Tari Keling tidak
kodrati. Seni berpengaruh terhadap
lepas dari peran serta masyarakat,
kehidupan
selama masyarakat masih menganggap
manusia
(Abraham
Nurcahyo, et al. 2009: 115).
dan membutuhkan Tari Keling maka
Pelestarian
Tari Keling akan tetap lestari. Dalam
Sejak awal kemunculannya di
sejarahnya
kesenian
Tari
Keling
Dusun Mojo sekitar tahun 1942 Tari
sangatlah mandiri, untuk membiayai
Keling mengalami pasang surut dan
keperluanya
sempat vakum dalam beberapa waktu.
sukarela
Hal
masyarakat Dusun Mojo. Sekitar tahun
tersebut
perkembangan menuntut
suatu
dikarenakan zaman kesenian
sehingga untuk
2000
yang
tradisional
dan pola pikir masyarakatnya. Harus
bekerjasama
disadari
mengadakan
periode
kemunculan karya seni mempunyai
dana
dikumpulkan
dari
kesenian
sekabupaten
dengan
setiap
dari
kelompok-kelompok
menyesuaikan dengan perkembangan bahwa
diambilkan
dijembatani
Ponorogo oleh
dengan
Desantara
musyawarah
Bupati,
karena
merasa
di
keberadaan
anak
tirikan
Ircas dengan mereka
perhatian
pemerintah saat itu hanya terpusat pada
asal mau ikut serta membantu terutama
kesenian Reyog. Setelah musyawarah
saat acara pementasan.
akhirnya
pemerintah
sepakat
akan
Abraham
Nurcahyo,
dkk.
memperhatikan keberadaan kelompok-
(2009: 114) dengan akalnya, manusia
kelompok kesenian tersebut.
ingin keluar dari masalah, ingin hidup
Keberadaan Tari Keling pada
lebih baik, lebih mudah dan lebih aman.
saat ini secara rutin tampil saat hari
Hal tersebut seperti yang dilakukan oleh
raya Idhul Fitri, satu Suro dan acara
para seniman Tari Keling untuk lebih
Agustusan. Namun berkat kerja sama
mudah
dengan pemerintah selain tampil dalam
supaya Tari Keling bisa berkembang,
acara di lingkup kabupaten Ponorogo
masyarakat
Tari
mendokumentasikan pementasan dan
Keling
juga
berhasil
dalam
mepromosikan
dan
dengan
mempromosikan dirinya kebeberapa
acara-acara
daerah lain seperti di Bali dan di Kediri
rekaman CD. Selain itu juga membuat
untuk mewakili pertukaran kesenian
kaos yang menunjukan ciri khas dari
daerah. Selain itu Desa Singgahan secara
kesenian Tari Keling. F.X. Widaryanto
rutin setiap empat tahun sekali juga
(2004: 62) perkembangan tari memang
mengadakan festival gelar budaya yang
tidak lepas dari upaya penyebarluasan
berada di Desa Singgahan dengan nama
informasinya dalam media masa secara
Anggoro Kasih. Soedarsono (1985: 267)
tepat
festival dan lomba rupanya merupakan
menyesatkan
salah satu cara untuk merangsang usaha
menangkap
pelestarian
pelaku-pelaku seninya. Beberapa usaha
kebudayaan
dan
pengembangan
bentuk
sehingga
tidak
pembacanya fenomena
dalam
ungkap
dari
tersebut dilakukan agar keberadaan
wujud pelestarian yang dilakukan untuk
Tari Keling sebagai budaya tradisional
melestarikan Tari Keling adalah dengan
tetap lestari dan tidak kalah dengan
mengikut sertakan masyarakat Dusun
budaya-budaya lainya.
untuk
ikut
Selain
benar,
dalam
itu
Mojo
tradisional.
dan
tertentu
serta
dalam
pementasan. Terutama generasi muda sebagai sudah
penerus
yang
kebanyakan
terbawa
oleh
arus
dan
Simpulan 1.
Sejarah Kesenian Tari Keling Berdasarkan penelitian yang
dilakukan
maka
dapat
ditarik
perkembangan zaman. Para generasi
kesimpulan bahwa kesenian Tari Keling
muda diajak ikut serta sebisa mereka
merupakan
kesenian
tradisional
peninggalan nenek moyang Dusun Mojo.
Pada
tahun
1942
Dusun
Mojo
Berdirinya paguyuban tersebut
mengalami krisis pangan akibat gagal
merupakan
panen.
pelestarian
Masyarakat
mendatangkan ketoprak
tidak
bisa
kesenian
ataupun
ludruk
salah
satu
yang
bentuk
dilakukan
oleh
reyog,
masyarakat Dusun Mojo. Supaya Tari
untuk
Keling
tetap
hidup
dan
dikenal
memeriahkan hari raya Idhul Fitri
masyarakat, pada masa kini setiap hari
dikarenakan
raya Idul Fitri, satu Suro dan acara
biayanya
yang
sangat
tinggi.
Agustusan masyarakat Dusun Mojo Khasan Ngali yang merupakan
secara rutin mengadakan pertunjukan
Jogoboyo bersama para pemuda dan
Tari Keling. Selain itu juga perhatian
tokoh masyarakat akhirnya membuat
dari pemerintah dan instansi terkait
suatu
menambah semangat para penari untuk
kesenian
yang
tidak
membutuhkan banyak biaya namun bisa
tetap
menghibur
mempromosikan Tari Keling.
dan
melibatkan
banyak
melestarikan
orang. Terciptalah suatu tarian yang
serta
Saran
pada saat ini dikenal dengan Tari Keling.
Setelah melakukan penelitian
Dalam setiap pementasan Tari Keling
ini,
hanya mempunyai satu alur cerita, yaitu
akademisi
pertarungan antara Joko Tawang dan
menjadi saran yang diantaranya :
Bagaspati saat menyelamatkan Putri
1. Masyarakat
Ngerum.
Warna
mendominasi
hitam
penari
yang
merupakan
sebagai
peneliti
ada
dan
beberapa Dusun
Singgahan
insane
hal
yang
Mojo
Kecamatan
Desa Pulung
Kabupaten Ponorogo
perupamaan dari Suku Keling dan juga
Sebagai
warisan
nenek
pasukan Bagaspati yang menyerupai
moyang, kesenian Tari Keling harus
raksasa.
terus
2.
Mengingat
Pelestarian Kesenian Tari Keling Sejak
kemunculannya
Tari
dijaga
dan
Tari
dilestarikan. Keling
selain
peninggalan nenek moyang juga
Keling mengalami jatuh bangun sempat
mengandung
beberapa tahun tidak pernah tampil.
masyarakat Dusun Mojo khususnya
Tari
dan masyarakat Ponorogo di luar
Keling
kelompok
hidup
kesenian
dalam yang
suatu
bernama
Paguyuban Guno Joyo. Sampai saat ini terjadi
tiga
kali
regenerasi
kepengurusan ketua Tari Keling.
nilai
filosofis
bagi
Ponorogo pada umumnya. 2. Pemerintah Kabupaten Ponorogo Peneliti menaruh harapan besar kepada seluruh pihak dalam
kesenian
Tari
dilestarikan
Keling
dan
supaya
perhatian
dari
pemerintah yang saat ini sudah diberikan
supaya
terus
dikembangkan agar kedepannya bisa lebih baik lagi. 3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ponorogo Peneliti menaruh harapan besar kepada segenap elemen yang berperan dalam promosi budaya, khususnya kepada pemerintah agar perhatian yang telah diberikan terus ditambah dan lebih sering diikut sertakan dalam gelar budaya baik daerah ataupun luar daerah.
Agastya. 2012. Kesadaran Masyarakat Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Monumen Jenderal Soedirman (Studi Kasus Di Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan), 1 (1): 29 Aminuddin Kasdi. 2003.Memahami Sejarah. Surabaya: Unesa University Press Bagoes P. Wiryomartono. 2001. Pijarpijar Penyingkap Rasa Sebuah Wacana Seni dan Keindahan, dari Plato sampai Derrida. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Benny Kurniawan. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Tangerang Selatan: Jelajah Nusa Edi Sedyawati. 1984. Tari. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya . 2006. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
4. Program Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI Madiun Sebagai peninggalan sejarah kesenian daerah seperti Tari Keling harus
diperhatikan
untuk
menambah
keberadaanya wawasan
dan
kajian sejarah mengenai kesenian daerah lokal. Daftar Pustaka Abd Rahmat Hamid dan Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak Abdurrahmat Fathoni. 2006. Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta Abraham Nurcahyo, dkk. 2009. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Magetan: LE-Swastika Press
Edi
Tri Sulistyo. 2005. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS Elly M. Setiadi, dkk. 2007. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Emzir. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada F.X Widaryanto. 2004. Kritik Tari Gaya, Struktur, dan Makna. Bandung: Kelir Hadari Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Harsojo. 1982. Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta
Hugiono dan Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Juju Masunah dan Tati Narawati. 2003. Seni dan Pendiidkan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) UPI Katarina Indah S.2006. Notasi Tari Notasi Laban. Solo: ISI Press Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya Liliweri, Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar Matthew B. Miles dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Oleh Tjetjep R. Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.(Http://www.disparda.b aliprov.go.id/ind/sites/default/f iles/UU%20No_11th_2010%ttg %20Cagar%20Budaya.pdf, Diunduh 22 Mei 2013) Moh. Nazir. 1985. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Nooryan Bahari. 2008. Kritik Seni Wacana, Apreasi dan Kreasi. Yogyakarta: Puataka Belajar
R.M Soedarsono. 2007. Tayub di Blora Jawa Tengah Seni Pertunjukan Ritual Kerakyatan. Surakarta: Pasca Sarjana ISI Surakarta dan ISI Press Surakarta. Rustam E Tamburaka. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, Dan Iptek. Jakarta: PT Rineka Cipta Saefur Rochmat. 2009. Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu Soedarsono. 1985. Keadaan Dan Perkembangan Bahasa, Sastra, Etika, Tatakrama, Dan Seni Pertunjukan Jawa, Bali Dan Sunda. Yogyakarta: Proyek Penelitian Dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Yogyakarta . 1986. Kesenian, Bahasa Dan Foklor Jawa. Yogyakarta: Proyek Penelitian Dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Soedarsono, dkk. 1986. Beberapa Aspek Seni Budaya Jawa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian Dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi). Soerjono Soekanto. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta . 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Sumanto.1990. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset
Supardi. 2011. Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka