SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN Jemaat GPM Imanuel adalah salah satu Jemaat yang berada di Klasis Kota Ambon, dengan memiliki status kemajemukan dalam berbagai hal oleh karena itu perkembangan dan lahirnya Jemaat GPM Imanuel dapatlah dijelaskan sebagai berikut ini : Masa Awal Gereja di Ambon Tahun 1605 Kekristen masuk ke Ambon. Saat itu terjadi Ibadah Perdana di Benteng Nieu Victoria pada tanggal, 26 Februari 1605. Dalam masa Indische Kerk, Gereja di Ambon kemudian dibagi menjadi tiga Jemaat yakni : Jemaat Silo Jemaat Bethel Jemaat Bethania Jemaat Bethel Dalam perjalanan Jemaat Bethel : 1965 – Paramponang Sembahyang dan Muhabeth Imanuel meminta mendirikan “Rumah Sembahyang” (Bertempat di depan rumah Bapak Ucu Hutuely – Sektor 3). BeberapaTokoh yang berperan kala itu adalah Bapak. D. Sopamena, Bapak. D.A. Pattiruhu, Bapak C.Nanlohy, Bapak. L. Hitijahubessy, Bapak. A. Kermite, Bapak. M. Abrahams, Bapak. M. Patty dan Bapak. M. Thenu. Gereja Pertama Bangunan “Rumah Sembahyang” tadi kemudian dibangun menjadi sebuah Gereja dengan nama Gereja IMANUEL yang diresmikan pada 6 September 1966 untuk menampung kegiatan peribadahan jemaat yang tinggal di Karang Panjang. Gereja Kedua Tahun 1969 Para Tokoh tadi kemudian melakukan pendekatan dengan Raja Negeri Soya C. A. REHATTA untuk memperoleh sebidang tanah lain dan pada tanggal, 16 Mei 1969 dibangunlah suatu bangunan gereja yang permanen (Lokasi Garasi Gereja Imanuel lalu) dan diresmikan pada tanggal, 6 September 1969 sekaligus peletakan Batu Penjuru “Gereja IMANUEL” yang telah mengalami pembangunan baru saat ini.
Ketua Panitia adalah Residen No. Waas. Pembangunan Gedung Gereja tersebut baru terlaksana pada tahun 1976 seiring dengan pertambahan penduduk di Karang Panjang termasuk pembangunan Perumahan PEMDA dan terbentuknya Kampung Tepa, dalam kurun waktu 1976 – 1983 dijajaki pemekaran Jemaat. Saat itu ibadah dilaksanakan di dua tempat yaitu : Gedung Gereja Imanuel Gedung Lakpona Amerere Rencana pemekaran itu kemudian disetujui oleh BPH Sinode melalui SK BPH Sinode Nomor 1348-41/III/83, tertanggal, 14 Juni 1983 tentang Pemekaran Jemaat Bethel menjadi : Jemaat Imanuel Jemaat Bethabara SK BPH SInode itu baru direalisasikan pada tanggal, 6 September 1983, bertepatan dengan HUT Ke – 48 GPM. Pada saat itu dimekarkan Jemaat Imanuel terdiri dari 10 Sektor Pelayanan Para Pendeta Pdt. Max. M. Siahaya 14 Juni 1983 Pdt. Max M. Siahaya yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Klasis Kota Ambon mendapat tugas dari BPH Sinode sebagai Pjs Penghentar Jemaat/Ketua Majelis Jemaat pada saat pemekaran. Saat itu ditetapkan 3 orang pembantu khusus, 6 Penatua dan 6 Syamas/et selaku Majelis Jemaat. Pdt. M. Liang Minggu 9 Oktober 1983 dilakukan acara Serah Terima Jabatan dari Pdt. M.M. Siahaya kepada Pdt. M. Liang yang ditetapkan oleh BPH Sinode selaku Ketua Majelis Jemaat Definitif. Bersamaan dengan itu dilakukan Penahbisan 8 Majelis Jemaat yang baru (5 Penatua dan 3 Syamas/et). Dalam masa kepemimpinan Pdt. M. Liang, sektor pelayanan ditata kembali dan terdapat 17 Sektor. Pdt. Nn. S. Moniharapon Pdt. Nn. S. Moniharapon, S.Th bertugas sebagai Penghentar Jemaat Imanuel (Kemudian dimutasi ke Jemaat GPM Getsemani dan kini menjabat sebagai Ketua Majelis Pekerja Klasis Kota Ambon). Pdt. B. Pesurnay
Pdt. B. Pesurnay kemudian menggantikan Pdt. M. Liang dalam kapasitas selaku Ketua Majelis Jemaat. Pdt. B. Pesurnay selanjutnya mutasi ke Jemaat Poka dan meninggal dunia disana. Pdt. Ny. M. Wattimury, S.Th Pdt. Ny. M. Wattimury, S.Th menjadi Penghentar Jemaat. Dalam masa kepemimpinan Pdt. B. Pesurnay Sektor Pelayanan 11 – 17 dimekarkan menjadi Jemaat Petra (Tanggal, 19 Januari 1997) dan Pdt. Ny. M. Wattimury dimutasikan ke Jemaat Petra sebagai Penghentar Jemaat. Pada saat bergejolak konflik horizontal di Kota Ambon, maka Jemaat GPM Imanuel yang merupakan salah lokasi terjadinya konflik mengalami berbagai perubahan social dan mobilitas penduduk yang tinggi, bersamaan dengan Jemaat GPM Petra yang merupakan pusat konflik horizontal tersebut bersama-sama menciptakan suasana dalam membantu dan mengorganiser pelaksanaan pelayanan di dalam Jemaat, dicatat bahwa dalam proses konflik itu banyak sekali anggota Jemaat GPM Imanuel yang mengungsi keluar Jemaat serta kehidupan social yang baik selama itu menjadi hilang dimana anggota masyarakat yang beragama muslim dan berada di Jemaat GPM Imanuel harus meninggalkan Jemaat GPM Imanuel dan beralih ke desa/kelurahan ataupun Jemaat lainnya. Mobilitas penduduk yang tinggi bukan hanya keluar akan tetapi masuk kedalam Jemaat GPM Imanuel juga cukup banyak. Ini terlihat dari beberapa fasilitas pemerintah yang berada di Jemaat GPM Imanuel dijadikan sebagai tempat pengungsi (barak pengungsian) seperti : Gedung Olahraga (Sport Hall), Wisma Atlit, Stadian Mandala Remaja, Kantor Dinas Sosial Provinsi Maluku, Kantor Badan Keamanan Laut Provinsi Maluku, Sekretariat DPD Golkar Provinsi Maluku dan beberapa rumah penduduk yang kosong untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Ini menunjukkan bahwa konteks bergereja dan berjemaat mesti ditata dan dijaga kembali untuk mengantisipasi berbagai kondisi yang terjadi dalam pelayanan jumlah pengungsi yang banyak dan tidak terdatanya jumlah orang yang masuk dan keluar tentunya membuat Majelis Jemaat GPM Imanuel meningkatkan semangat berpelayanan dan menjaga nilai-nilai kekeluargaan antara sesama di lingkup Jemaat GPM Imanuel. Pada sisi lain penataan program pelayanan yang dilakukan bagi anggota Jemaat juga mengalami berbagai kendala seperti penataan program, pelaksanaan program fisik dan lain sebagainya. Namun sebagai anak-anak Tuhan konflik Maluku (1999 – 2004) menjadikan
Jemaat GPM Imanuel bertumbuh dan berkembang dengan pesatnya, pelayanan pada rumah-rumah Gereja berjalan seperti biasanya dan bahkan semakin baik, kerjasama pihak Gereja dengan Pemerintah Kota Ambon dalam menyadarkan warga masyarakat untuk menciptakan suasana damai dilakukan dengan baik. Kerjasama Pihak Gereja dengan POLRI dan TNI untuk tetap menjaga keamanan menghindari berbagai isu-isu social yang berujung untuk memperpanjang konflik dilakukan di sector pelayanan di lingkup Jemaat GPM Imanuel. Dan dalam tahapan ini Jemaat GPM Imanuel banyak menciptakan kemajemukan dalam satu gerakan perubahan dan pematangan kehidupan bersosial, bergereja dan melayani dalam kasih Allah. Pdt. J. J. Pattianakotta, Sm.Th Pdt. J. J. Pattianakota, Sm.Th menggantikan Pdt. B. Pesurnay yang dimutasikan ke Jemaat Poka – Klasis Pulau Ambon. Jemaat Imanuel kala itu hanya tinggal 10 Sektor, selain itu pula dalam masa ini Jemaat Imanuel menjadi Jemaat model dalam penerapan pola 500:1 yaitu 500 anggota jemaat berbanding 1 Pendeta. Dimasa ini juga direncanakan tentang Renovasi Pembangunan Gedung Gereja Imanuel yang merupakan Gereja pertama di Jemaat GPM Imanuel. Pdt. Nn. Vera Metekohy, S.Th dan Pdt. Nn. M. Pattipeilohy Pdt. Nn. Vera Metekohy, S.Th dan Pdt. Nn. M. Pattipeilohy menjadi Penghentar Jemaat. Dalam masa ini Jemaat Imanuel membangun Kantor Jemaat yang baru. Selanjutnya Pdt. Nn. M. Pattipeilohy dimutasikan ke Jemaat Amahusu Klasis Pulau Ambon. Pdt. H. Siahaya, S.Si Pdt. H. Siahaya, S.Si menggantikan Pdt. J. J. Pattianakota yang memasuki masa emeritasi. Dalam masa ini diresmikan dua gereja yakni Gedung Gereja Ebenhaezer dan Gedung Gereja Baith Eden. Dimasa kepemimpinan beliau Gedung Gereja Imanuel yang telah direncanakan renovasinya akhirnya di lakukan pemugaran (pembongkaran) dan seluruh anggota Jemaat GPM Imanuel dengan rasa persekutuan membangun Gedung Gereja Imanuel yang baru. Gedung Gereja tersebut dengan luas ………………………….. dan direncanakan menghabiskan anggaran kurang lebih Rp. 7,000,000,000.- (Tujuh Milyard Rupiah) mulai dilakukan tahapan pembangunannya, kemampuan dan sumber
daya jemaat dikerahkan untuk menyukseskan pembangunan tersebut dan Gereja itu dibangun hingga memasuki tahap 40% di jaman kepemimpinan Pdt. H. Siahaya. Namun dalam perjalanan ini Pdt. H. Siahaya mendapat mutasi yang baru sebagai Ketua Klasis Pulau Ambon dan di gantikan oleh Pdt. H. Pattinama untuk membangun Jemaat GPM Imanuel terlebih khusus membangun Gedung Gereja Imanuel yang dalam proses pembangunannya. Pdt. Ny. N. Sameaputty/Nanuru, S.Th dan Pdt. Ny. M. Maupua, S.Th Pdt. Max. Haulussy, S.Th dan Pdt. Chr. Tehuayo, S.Th Pdt. Ny. L. Mustamu dan Pdt. A. Papasoka Pdt. Nn. N. Liklikwatil dan Pdt. Ny. M. Lakotany, Pdt. J. Putirulan Pdt. H. Pattinama, S.Th Pdt. H. Pattinama menjabat sebagai Ketua Majelis Jemaat GPM Imanuel menggantikan Pdt. H. Siahaya, S.Si yang kemudian dimutasikan menjadi Ketua Klasis Pulau Ambon. Dalam perjalanannya dalam melaksanakan tugas pelayanan di Jemaat GPM Imanuel, mengalami beberapa kali masa degradasi pelayanan dimana terjadi pemahaman-pemahaman yang kadang melahirkan pola pemikiran yang terbatas dalam memahami bersaksi, bersekutu dikalangan Majelis Jemaat maupun anggota Jemaat. Kondisi inilah yang membuat Jemaat GPM Imanuel sedikit mengalami degradasi pelayanan dan kebijakan pelaksanaan program pelayanan. Pembangunan Gedung Gereja Imanuel tidak terhenti disaat itu dengan semangat membangun dan terus menyelesaikan Gedung Gereja Imanuel yang merupakan sarana peribadahan utama disamping itu memiliki nlai histories bagi Jemaat GPM Imanuel, maka pelaksanaan pembangunan terus dilakukan oleh Panitia Pembangunan Gedung Gereja Imanuel dibawah kepemimpinan Bpk. Drs. J. Patty. Ini menunjukkan bahwa semangat melayani dari anggota Jemaat terus tertata dan terbina dalam bingkai kesatuan dalam persekutuan untuk melayani Kristus. Dalam perjalanannya Pdt. H. Pattinama dimutasikan ke Klasis Ambon Timur sebagai Kasubdit Pelayanan Laki-Laki dan digantikan oleh Pdt. J. Putirulan. Pdt. J. Putirulan Dimasa kepemimpinan Pdt. J. Putirulan yang menggantikan Pdt. H. Pattinama terjadi juga mutasi beberapa penghentar Jemaat yang masuk ke Jemaat GPM Imanuel antara lain :
Pdt. R. Kakisina dan Pdt. Ny. J. Usmany untuk memperkuat pelayanan di Jemaat GPM Imanuel menggantikan beberapa pendeta jemaat yang dimutasikan seperti Pdt. Ny. H. Liklikwatil yang dimutasi sebagai Ketua Majelis Jemaat GPM Nania Klasis Ambon Timur dan Pdt. H. Pattinama. Bersamaan dengan di lantiknya Pdt. J. Putirulan dalam ibadah minggu tertanggal, …………………2015 maka di diterima juga kedua pendeta tersebut dalam pelayanan di Jemaat GPM Imanuel.