SEJARAH
RASULULLAH SAW Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya
0|
Judul: SEJARAH RASULULLAH SAW Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya
Penulis: Kunkun Kuntara
Desain Sampul: Dimas Irfan Anshari
Cetakan-I : Ramadhan 1436 H / Juni 2015 M
Dilarang memperbanyak isi buku ini tanpa izin dari penulis All Right Reserved
1|
Kata Pengantar
Buku Sejarah Rasulullah SAW ini dapat penulis selesaikan. Buku ini ditulis secara berkala dan setiap minggu diupdate dalam format pdf dan dapat didownload di www.annur.web.id Semoga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan sejarah kehidupan Rasulullah SAW, sehingga dapat mencintai dan meneladani kehidupannya. Semoga upaya ini menjadi ladang amal menghadap-Nya kelak. Aamiin Ya Rabbal Alamin. Semarang, Ramadhan 1436 H
Kunkun Kuntara
2|
dan sebagai bekal
Daftar Isi Bagian 1 Periode sebelum kelahiran Rasulullah SAW ……..…. 5 Doa Nabi Ibrahim a.s. tentang Nabi Muhammad SAW ………… 5 Ramalan tentang kelahiran Rasulullah SAW ……………………. 5 Sejarah dan Asal Usul Berhala di Mekkah ………………………. 7 Kota Mekkah …………………………………………………………. 8 Kisah penyerbuan Abrahah ……………………………………….
9
Abdul Muththalib Kakek Nabi SAW ………………………………. 12 Aminah Mengandung Rasulullah SAW …………………………… 13 Bagian 2 Periode Mekkah …….…..………………………………. 14 Abdul Muththalib Kakek Nabi SAW ……………………………….. 14 Kelahiran Rasulullah SAW ………………………………………… 14 Masa Penyusuan Nabi ……….……………………………………. 15 Masa Kanak-kanak ………………………………………………… 15 Masa Pembedahan dada …………………………………………. 16 Ibu dan kakeknya wafat …………………………………………… 17 Menggembala Ternak ……………………………………………… 18 Kisah Pendeta Bahira ……………………………………………… 18 Nabi SAW menziarahi makam Ibunda …………………………… 20 Penjagaan Allah SWT Terhadap Nabi-Nya Sebelum Diutus ….. 21 Pernikahan dengan Khadijah r.a. ………………………………… 25 Partisipasi Nabi Muhammad SAW dalam Pembangunan Ka’bah 27 Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama ……………………. 28 3|
Nama-Nama Nabi SAW …………………………………………… 32 Dakwah Sembunyi-sembunyi ……………………………………... 35 Orang-orang Pertama yang memeluk Islam …………………….. 36 Kisah Isra’ dan Mi’raj …………………………………..…………… 47 Bagian 3 Periode Madinah ……..………….……………………… 57 Hijrah ………………………………………………………………… 57 Istri-istri Nabi SAW …………………………………………………. 68 Peperangan …………………………………………………………. 81 Perang Badar ………………………………………………………. 82 Perang Uhud ……………………………………………………….. 91 Perang Dzatur Riqa’ ……………………………………………….. 96 Perang Khandaq …………………………………………………… 109 Perang Bani Quraizha …………………………………………….. 126 Perjanjian Hudaibiyah ………………………………………………128 Perang Khaibar dan Wadil Qura …………………………………. 137 Penaklukan Mekkah ……………………………………………….. 140 Haji Wada …………………………………………………………… 157 Sakitnya Rasulullah SAW …………………………………………. 166 Wasiat-wasiat terakhir Nabi SAW ………………………………… 171 Rasulullah SAW wafat ……………………………………………... 174 Pemakaman Rasulullah SAW ……………………………………... 175 Karakteristik Nabi Muhammad SAW ……………………………… 180 Kewajiban Mencintai Nabi Muhammad SAW …………..………… 189 4|
Shalawat atas Nabi Muhammad SAW ………………….………… 190 Daftar Pustaka Tentang Penulis
5|
PERIODE SEBELUM KELAHIRAN RASULULLAH SAW Doa Nabi Ibrahim a.s. tentang Nabi Muhammad SAW
“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS Al-Baqoroh, 2: 129) Ramalan tentang Kelahiran Rasulullah SAW
6|
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, serta membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (AlQur’an), mereka itulah orang-orang beruntung,” (QS Al-A’raf, 7: 157)
“Dan (Ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS As-Shaf, 61: 6) Peryqlytos Artinya ‘Ahmad’ “Aku akan minta kepada Bapa, dan Dia akan memberikan kepadamu lagi seorang Penolong (Periqlytos), supaya Dia menyertai kamu selama-lamanya.” (Yohanes, XIV: 16) Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu bahwa salah satu yang dikabarkan Isa bin Maryam dalam Injil untuk orang-orang Kristen tentang sifat Rasulullah SAW yang diterima dari Allah, ialah apa yang ditegaskan Yohanes Al-Hawari kepada orang-orang Kristen ia ketika menulis Injil untuk mereka dari zaman Isa bin Maryam a.s.. Di dalamnya dijelaskan tentang kedatangan Rasulullah SAW kepada mereka. 7|
Yohanes Al-Hawari mengabarkan bahwa Isa bin Maryam bersabda: “Barang siapa yang membuatku marah, sama saja membuat marah Tuhan. Andai aku tidak melakukan di depan mereka tindakantindakan yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum aku, pastilah mereka tidak memiliki dosa. Namun sejak kini mereka sombong dan mengaku mengagungkan aku Tuhan. Namun kalimat yang tertera dalam Namus (sebutan bagi Jibril oleh orang Kristen Arab) itu harus terealisir. Merka telah membuatku marah tanpa mendapatkan apa-apa. Andai saja Al-Munhammana telah datang kepadaku, dia yang diutus kepada kalian dari sisi Tuhan dan Ruhul Qudus, dan dia yang berasal dari Tuhan telah keluar, ia menjadi saksi atas aku juga atas kalian. Karena sejak dulu kalian senantiasa bersamaku dalam hal ini maka aku kabarkan ini kepada kalian, agar kalian tidak berkeluh kesah.” Dalam bahasa Ibrani Al-Munhammana berarti Muhammad, dan Muhammad dalam bahasa Romawi ialah Paraclet.
Sejarah dan Asal Usul Berhala di Mekkah Sepeninggal Ibrahim dan Ismail pada awalnya bangsa Quraisy masih taat pada syariat Allah yang diajarkan oleh Ibrahim dan Ismail. Mereka masih tetap menyembah Allah yang Esa sampai zamannya Amru bin Amir Al Khuzaiy. Amru bin Amir Al Khusay adalah orang pertama yang menyesatkan bangsa Quraisy untuk menyembah berhala dan membuat syariat yang menyimpang dari syariat Allah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pada mulanya Amru bin Amir ini pergi ke kota Syam. Di sana dia melihat suatu kaum yang menyembah berhala yang terbuat dari batu dan kayu. Amru sangat tertarik sekali pada cara persembahan berhala itu. Sehingga dia membawa sejumlah berhala ke kota Mekkah dan mengajak penduduknya untuk menyembahnya. Diriwayatkan, Amru bin Amir melewati kota Patra dalam perjalanan ke Syam. Patra adalah kota yang terletak di wilayah Yordania sekarang. Kota ini merupakan kota yang sangat maju sekali dalam bidang 8|
perindustrian. Sehingga bangsa Yunani dan Romawi pernah berusaha untuk menguasainya. Penduduk kota ini sangat terkenal dengan menyembah berhala. Sebagian riwayat mengatakan bahwa patung Latta, patung yang paling besar yang disembah oleh penduduk Hijaz sebelah utara dibeli dari kota Patra. Kota Mekkah Kota Mekkah terletak di dasar sebuah lembah yang dikelilingi oleh gunung-gunung dari berbagi arah. Di sebelah timur terbentang Gunung Abu Qabis, di sebelah barat dibatasi oleh Gunung Qaiqa’an. Dua gunung tersebut memanjang berbentuk bulan sabit mengelilingi bangunan-bangunan kota Mekkah. Dataran rendah lembah itu dikenal dengan nama Al-Bath-ha’, ditengahnya terdapat Ka’bah yang dikelilingi oleh rumah-rumah suku Quraisy. Adapun dataran tingginya dikenal dengan nama Ma’la. Sementara di ujung antara dua gunung yang membentuk bulan sabit, Nampak rumah-rumah sangat sederhana milik kaum Quraisy pedalaman yang miskin dan suka melakukan tindak kekerasan, tetapi mereka tidak termasuk suku Quraisy yang berkembang baik dari segi budaya, kekayaan maupun kedudukan. Mekkah secara geografis terletak antara 39-40 BT dan 21-22 BR, terletak ± 330 m diatas permukaan laut, lahannya menempati sebuah lembah kering yang dikelilingi gunung-gunung batu yang tandus, panjang lembah ini dari barat ketimur sekitar 3 km dan dari utara ke selatan sekitar 1,5 km. Jarak beberapa kota dari kota Mekkah :
Jeddah 74 km Thaif 80 km Madinah 498 km Riyadh 990 km
Kisah Penyerangan Abrahah ke Mekkah
9|
Abrahah Ash-Shabbah Al-Habsi, gubernur yang berkuasa di Yaman dari Najasy, membangun sebuah gereja yang sangat besar di Shan’a, karena dia melihat bangsa Arab yang melaksanakan haji di Ka’bah. Dengan adanya gereja yang sangat besar itu dia menginginkan untuk mengalihkan pusat kegiatan haji di sana. Seseorang dari Bani Kinanah mendengar niat Abrahah ini. Maka ketika tengah malam dan dengan cara mengendap-ngendap, dia masuk ke dalam gereja dan melumurkan kotoran ke pusat kiblatnya. Tentu saja Abrahah sangat murka setelah mengetahui hal ini. Dengan membawa pasukan yang jumlahnya mencapai enam puluh ribu prajurit, dia menuju Ka’bah untuk menghancurkannya. Untuk kendaraannya, dia memilih seekor gajah yang paling besar, di samping sembilan atau tiga belas ekor gajah yang lain di tengah pasukannya dan gajahnya, siap untuk menginvasi Mekkah. Sesampainya di Wadi Muhassir, yaitu antara Muzdalifah dan Mina, tiba-tiba gajahnya menderum dan tak mau bangkit lagi mendekati Ka’bah. Setiap kali mereka mengalihkannya ke arah selatan, utara, timur, atau barat yang berlawanan dengan arah Ka’bah, gajah itu mau berdiri dan hendak lari. Namun, jika dialihkan ke arah Ka’bah lagi, maka dia pun menderum. Tatkala keadaan mereka seperti itulah Allah mengirimkan burung-burung itu menyerupai Khathathif dan Balsan. Setiap burung membawa tiga biji batu yang dipatuknya, dan dua batu di kedua kakinya, yang besarnya seperti kacang. Batubatuan itu jika mengenai salah seorang di antara mereka, mengakibatkan sendi-sendi tulangnya terlepas dan tak lama kemudian dia pun mati. Tidak semuanya terkena batu-batu itu. Akhirnya mereka melarikan diri, sebagian menabrak yang lain hingga banyak yang jatuh terinjak-injak dan mereka mati berserakan. Tentang Abrahah sendiri, Allah SWT mengirim penyakit kepadanya, sehingga sendi-sendi tulangnya lepas sendiri-sendiri. Setibanya di Shan’a dia tidak ubahnya anak burung, dadanya terbelah hingga terlihat jantungnya lalu dia pun mati. Sementara saat itu orang-orang Quraisy berpencar menjadi beberapa kelompok dan mengungsi ke atas gunung, karena takut terhadap 10 |
invasi pasukan Abrahah. Setelah pasukan Abrahah mengalami kejadian seperti itu, mereka pun kembali lagi ke rumah dalam keadaan selamat. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, lima puluh atau lima puluh lima hari sebelum kelahiran Nabi SAW, atau tepatnya pada akhir bulan Februari atau awal bulan Maret 571 M. Peristiwa ini merupakan prolog yang dibukakan Allah untuk Nabi dan Bait-Nya. Sebab selagi pandangan kita terarah ke Baitul Maqdis, maka kita akan melihat musuh-musuh Allah yang musyrik menguasai kiblat ini, sekalipun rakyatnya orang-orang Muslim, seperti peristiwa Bukhtanashar pada tahun 587 SM dan orang-orang Romawi pada tahun 70 M. Tetapi Ka’bah tidak pernah dikuasai orang-orang Nasrani (yang saat itu mereka disebut orang-orang Muslim), sekalipun penduduknya orangorang musyrik.
Pasukan Gajah (sumber: https://muhandisun.files.wordpress.com)
11 |
Peta Wadi Muhassir (sumber: https://ekliptika.files.wordpress.com) Abdul Muththalib Kakek Nabi SAW Abdul Muththalib mempunyai sepuluh anak laki-laki : Al-Harits, AzZubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahb, Al-Ghhaidaq, AlMuqawwim, Shaffar, Al-Abbas. Ada yang berpendapat, anaknya ada sebelas, yaitu ditambah Qatsam. Ada pula yang berpendapat, anaknya ada tiga belas. Mereka yang berpendapat seperti itu menambahkan Abdul Ka’bah dan Hajla. Ada yang berpendapat, Abdul Ka’bah adalah Al-Muqawwim, dan Hajlah adalah Al-Ghaidaq. Sementara itu, tak ada seorang di antara anak-anaknya yang bernama Qatsam. Sedangkan anak perempuannya ada enam: Ummul-Hakim atau Al-Baidha, Barrah, Atikah, Shafiyyah, Arwa, dan Umaimah. Abdullah bin Abdul Muththalib Dia adalah bapak Nabi SAW. Ibunya adalah Fathimah binti Amr bin A’idz bin Imran bin Makhzum bin Yaqzhab bin Murrah. Abdullah adalah anak Abdul Muththalib yang paling bagus dan paling dicintainya. Abdul Mutthalib pernah bernazar untuk menyembelih salah seorang anaknya, yaitu Abdullah.
12 |
Abdul Muththalib menikahkan anaknya, Abdullah, dengan Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab, yang saat itu Aminah dianggap wanita paling terpandang di kalangan Quraisy dari segi keturunan maupun kedudukannya. Bapaknya adalah pemuka Bani Zuhrah. Abdullah hidup bersamanya di Mekkah. Kemudian Abdul Muththalib mengutusnya pergi ke Madinah untuk mengurus korma. Namun dia meninggal di sana. Ada yang berpendapat, Abdullah pergi ke Syam untuk berdagang, lalu bergabung dengan kafilah Quraisy. Lalu dia singgah di Madinah dalam keadaan sakit, dan meninggal di sana dan dikuburkan di darun-Nabighah Al-Ja’di. Saat itu umurnya dua puluh lima tahun. Abdullah meninggal dunia sebelum Rasulullah SAW dilahirkan. Begitu pendapat mayoritas pakar sejarah. Ada pula yang berpendapat, Abdullah meninggal dunia dua bulan setelah Rasulullah lahir. Warisan yang ditinggalkan Abdullah berupa lima ekor unta, sekumpulan domba, pembantu wanita Habsy, yang namanya Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman, dialah yang mengasuh Rasulullah SAW. Aminah Mengandung Rasulullah SAW Ibnu Ishaq berkata: Banyak orang mengatakan, dan hanya Allah yang lebih tahu, bahwa Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah SAW bercerita: Saat mengandung Rasulullah SAW, ia bermimpi didatangi seseorang kemudian orang itu berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau sedang mengandung penghulu umat ini. Jika dia telah lahir ke bumi, maka ucapkanlah: “Aku berlindung kepada Allah Tuhan Yang Esa dari keburukan semua pendengki,’ dan namakanlah dia Muhammad.” Saat mengandung Rasulullah SAW, ia melihat cahaya keluar dari perutnya yang dengannya dia bisa melihat istana-istana Bushra di wilayah Syam. Tak berapa lama kemudian Abdullah bin Abdul Muththalib, ayahanda Rasulullah SAW meninggal dunia, saat Rasulullah SAW sedang berada dalam kandungan ibundanya.
13 |
PERIODE MEKKAH Rasulullah lahir dan masa kanak-kanak Abdullah adalah bapak Rasulullah SAW. Abdullah adalah anak dari Abdul Muthtalib yang paling bagus dan paling dicintainya, sedangkan ibunda Rasulullah SAW bernama Aminah. Rasulullah SAW dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim di Mekkah pada Senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, permulaan tahun dari peristiwa gajah, dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M. Berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-Muansshurfuri dan peneliti astronomi Mahmud Basya. Rasulullah hidup bersama ibunda tercinta sampai beliau berumur enam tahun. Mengenai tahun ketika Nabi SAW dilahirkan, beberapa ahli berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada tahun Gajah (570 Masehi). Ibn Abbas juga mengatakan ia dilahirkan pada Tahun Gajah itu. Terdapat juga perbedaan pendapat mengenai waktu kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian juga tempat kelahirannya di Mekkah.Caussin de Perceval menyatakan, bahwa Nabi SAW dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd’l-Muttalib.
“Bukankah Dia Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (QS Ad-Duha, 93: 6-7) “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan 14 |
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin. Jika mereka bepaling (dari keimanan) maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, Tiada ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung’. (QS At-Taubah, 9: 128-129)
Rumah Kelahiran Rasulullah SAW, Mekkah. Sekarang menjadi tempat perpustakaan.
Masa Penyusuan Nabi Pada awalnya Nabi disusui oleh Suaibah budak wanita Abulahab selama beberapa hari. Kemudian Abdul Muthalib memberikan cucunya yang paling disayangi itu kepada seorang ibu susu yang datang dari dusun seperti kebiasaan bangsa Arab. Bangsa Arab lebih senang untuk menyusukan anaknya kepada seorang ibu susu dari dusun karena keadaan di dusun udaanya lebih bersih untuk pertmbuhan anak kecil. Di samping pengaruh dusun sangat baik sekali untuk pertumbuhan akhlak si bayi dan bahasa di dusun lebih fasih daripada bahasa di kota. Waktu itu ada beberapa wanita datang dari dusun Bani Saad untuk mencari pekerjaan menyusukan anak bayi. Wanita Bani Saad sangat terkenal dengan pekerjaan mereka yang satu ini dan terkenal dengan kefasihan bahasanya. Di antara mereka yang datang itu adalah Siti 15 |
Halimah Sa’diyyah. Siti Halimah datang karena waktu itu di desanya sangat melarat sekali. Pada umumnya para ibu susu itu mencari bayi dari keluarga orang kaya agar mereka mendapat upah yang besar. Pada mulanya setiap kali bayi Abdul Muthalib itu ditawarkan pada setiap orang mereka selalu menolak termasuk juga Siti Halimah yang pada waktu itu juga mencari bayi dari keluarga yang kaya. Namun Siti Halimah tidak mendapatkan bayi orang kaya karena itu lalu terpaksa menerima bayi Abdul Muthalib yang miskin dan yatim. Setelah bayi Abdul Muthalib itu diterima oleh Siti Halimah, Allah memberikan rasa cinta di hati Siti Halimah, sehingga beliau amat sayang sekali pada bayi yatim dan miskin itu. Dan Allah juga memberikan rezeki dan keberkatan bagi keluarga Halimah yang fakir. Sore harinya, kambing Halimah selalu pulang dipenuhi dengan air susu, kemudian ia memerah dan meminumnya. Sebelum ada beliau, mereka tidak pernah melihat hal seperti ini. Para tetangga Halimah pernah berkata kepada penggembala kambing mereka, “Gembalalah ke tempat penggembalaan kambing Binti Abu Dzu’aib.” Namun ternyata, kambing mereka tetap kelaparan dan tidak mengandung air susu. Sedangkan air susu kambing Halimah tetap penuh. Sehingga banyak kaum wanita yang menyusui bayi keluarga orang kaya yang merasa heran terhadap rezeki dan keberkatan yang diberikan kepada keluarga Siti Halimah. Untuk itu mereka banyak berkata kepada Halimah,” Hai Halimah sungguh beruntung sekali kamu dengan menerima bayi yang membawa keberkatan bagimu.” Nabi berada di dusun Bani Saad selama dua tahun. Selama itu keluarga Siti Halimah hidupnya sangat berbahagia sekali. Karena rezekinya makin lama makin bertambah kaya. Dan keluarga itu sangat bersyukur kepada Allah yang melimpahkan rahmat-Nya kepada sang bayi dan keluarga Siti Halimah. Sedangkan Muhammad makin lama makin tumbuh baik dan sangat dikagumi sekali oleh teman sebayanya. Waktu Nabi berumur dua tahun beliau dibawa oleh keluarga Siti Halimah berkunjung ke rumah bunda Nabi di kota Mekkah. Kemudian 16 |
keluarga Siti Halimah memohon kepada bunda Nabi agar rela mengembalikan Nabi sekali lagi ke rumah Halimah di dusun sampai anak itu agak besar. Permintaan itu dikabulkan oleh Bunda Nabi dan akhirnya Nabi kembali lagi ke dusun Siti Halimah. Masa Pembedahan Dada Pada suatu ketika Nabi masih diasuh di dusun Bani Saad didatangi oleh dua orang Malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk membelah dada Nabi dan membersihkannya dari segala tabiat yang buruk sebagai persiapan untuk menerima tugas risalah di masa yang akan datang. Dari Khalid bin Ma’dan al-Khila’I bahwa beberapa sahabat Rasulullah SAW berkata: “Wahai Rasulullah, berceritaralah kepada kami tentang diri Anda!” Rasulullah bersabda: “Boleh, aku adalah jawaban dari do’a bapakku Ibrahim dan aku adalah kabar gembira (tentang Nabi terakhir) yang diberitakan oleh saudaraku Nabi Isa (kepada kaumnya). Ibuku bermimpi sewaktu mengandungku bahwa ada cahaya yang keluar darinya yang menerangi istana-istana yang ada di Syam, aku menyusui pada kabilah Sa’ad bin Bakar. Pada waktu aku bersama saudara susuanku menggembala kambing di belakang rumah keluarganya, tiba-tiba datanglah dua orang berpakaian putih. Mereka membawa bejana dari emas berisi salju. Mereka memelukku kemudian membedah dadaku dan mengeluarkan jantungku. Kemudian mereka membedahnya dan mengeluarkan darinya gumpalan hitam. Mereka membuang gumpalan hitam itu., kemudian mencuci jantungku itu dan perutku dengan salju yang mereka bawa. Setelah itu salah satu di antara mereka berkata: “Coba timbang dia dengan dengan sepuluh orang dari umatnya!”. Ternyata beratku melebihi mereka. Kemudian dia berkata lagi: Timbanglah dia dengan umatnya sebanyak seratus orang!”. Kemudian mereka menimbangnya dan beratku tetap unggul. Mereka berkata lagi: Timbanglah dia dengan seribu dari umatnya!,” dan ternyata beratku tetap mengungguli mereka. Kemudian dia berkata: “Sudahlah, demi Allah kalau kamu menimbangnya dengan seluruh umatnya sekalipun, maka pasti dia lebih berat!”. 17 |
Ibu dan Kakeknya Wafat Ibnu Ishak berkata: “Abdullah bn Abi Bakar bin Hazm berkata kepada kami: “Ibu Rasulullah meninggal dunia ketika beliau berusia enam tahun. Hal itu terjadi di Abwa tempat yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Kepergian bundanya itu itu membawa pengaruh besar sekali bagi kejiwaan beliau. Beliau sangat rindu sekali kepada bundanya yang baru saja mengasuhnya, namun kejadian itu tak lain adalah suatu cobaan yang telah diderita oleh Nabi sejak hari kelahiran beliau. Kemudian beliau dibawa pulang oleh Ummu Aiman ke Mekkah untuk diserahkan kepada kakeknya Abdul Muththalib bin Hasyim. Karena Abdul Muthalib adalah seorang tokoh terkemuka, maka disediakan baginya di dekat Ka’bah sebuah sofa untuk duduk. Tidak seorangpun dari anaknya yang berani duduk di atasnya dan mereka selalu duduk di sekitar sofa itu hingga bapaknya Abdul Muthalib datang dan duduk di tasnya. Namun Rasulullah pada waktu itu langsung duduk di atas sofa itu ketika datang. Paman-paman beliau yang melihatnya langsung mengambilnya untuk memindahkannya. Namun kakeknya yang menyaksikan hal itu berkata: “Biarkan dia duduk di atas sofa itu, demi Allah anakku ini akan mengukir sejarah.” Setelah beliau berusia delapan tahun Abdul Muthalib meninggal dunia. Kini beliau merasakan pahitnya sebagai yatim sekali lagi bahkan yang kedua ini dirasa jauh lebih pahit dari yang pertama. Sejak kecil beliau telah ditinggal mati oleh ayahnya. Sehingga beliau tidak pernah sedikitpun merasakan belas kasih ayahnya. Selanjutnya beliau dipelihara oleh pamannya Abu Thalib. Bapak Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah dan Abu Thalib adalah saudara seayah dan seibu. Menggembala Ternak Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para Nabi, dan Rasul, seperti Musa, Daud dan Isa alaihissalam. Menurut catatan sejarah di masa kecil Muhammad SAW pernah menggembala ternak penduduk Mekkah. 18 |
Dalam hadis Abid bin Umair, beliau bersabda, “Tak ada nabi, kecuali telah menggembala kambing.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana denganmu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Termasuk aku.” Dalam hadis Abu Hurairah, beliau bersabda, “Allah SWT tidak mengutus seorang Nabi kecuali (sebelumnya) menjadi penggembala kambing.” Selanjutnya beliau bersabda, “Dan aku menggembala milik penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa kirat.” Kisah Pendeta Bahira Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asyar’ri, dia berkata, “Abu Thalib dan Nabi SAW pergi ke negeri Syam bersama para pembesar suku Quraisy. Ketika mereka hampir sampai di kediaman sang pendeta, mereka pun turun dari kendaraan dan membongkar kendaraan mereka. Keluarlah sang pendeta kepada mereka. Padahal, biasanya mereka yang akan mendatanginya dan dia tidak keluar menjumpai mereka, bahkan tidak menoleh. Namun, hari itu ketika mereka sedang membongkar muatan, datanglah sang pendeta masuk ke kelompok yang baru datang ini dan mencari-cari seseorang, hingga akhirnya dia bertemu dengan Nabi SAW. Dia pun mengambil tangan Rasululullah SAW dan berkata, “Ini adalah pemimpin alam. Ini adalah utusan Tuhan semesta alam. Allah akan mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Kemudian para sesepuh Quraisy pun berkata, “Dari mana kamu tahu itu?’ Dia menjawab, “sesungguhnya ketika kalian mendekati tanjakan, tidak ada pohon ataupun batu yang menunduk sujud. Mereka tidak sujud, kecuali kepada seorang Nabi. Aku mengetahuinya dari tanda keNabian yang berada pada punggungnya yang berbentuk seperti buah apel.” Kemudian sang pendeta kembali ke gerejanya dan membuatkan mereka makanan. Ketika dia datang membawa makanan kepada mereka dan Nabi SAW menjaga unta-unta mereka, dia berkata, “Bawalah dia kemari.” Nabi SAW pun datang dengan naungan awan di atas kepalanya. Ketika sudah dekat dengan kumpulan orangorang, Nabi SAW melihat mereka sudah lebih dahulu berada di bawah naungan pohon. Ketika beliau duduk, bayangan pohon tersebut berpindah kepadanya. Pendeta Bahira berkata, “Lihatlah, naungan bayangan pohon berpindah kepadanya.” 19 |
Tiba-tiba sang pendeta berdiri di antara mereka dan bersumpah supaya mereka tidak membawanya ke negeri Romawi. Sebab, apabila mereka tahu dengan ciri-ciri keNabian Nabi SAW tersebut, mereka akan membunuhnya. Sang pendeta menoleh, ternyata terlihat dari kejauhan tujuh orang dari Romawi dan mereka pun mendatanginya. Pendeta berkata, “Apa yang membuat kalian datang ke sini? Mereka menjawab, “Kami diberi kabar bahwa Nabi keluar pada bulan ini, tidak ada satu jalan pun, kecuali diutus sejumlah orang untuk menangkapnya. Kami sudah diberi tahu tentang kabarnya, kami pun diutus ke jalanmu ini. “ Pendeta kembali bertanya, “Apakah di belakang kalian ada seseorang yang lebih mulia dari kalian?” Mereka menjawab, “Sungguh, kami memilih yang terbaik untukmu menuju jalanmu ini.” Pendeta berkata, “Apa pendapat kalian, suatu perkara yang sudah Allah inginkan untuk terjadi, apakah ada seseorang dari manusia untuk menolaknya terjadi?” Mereka menjawab, “Tidak” mereka pun membaiat setia sang pendeta dan tinggal bersamanya. Pendeta berkata kepada sesepuh Quraisy, “Demi Allah siapakah penjaga anak ini?” mereka berkata, “Abu Thalib”. Dia pun terus bersumpah kepada Abu Thalib sehingga Abu Thalib memulangkan Nabi SAW, lalu mengutus Abu Bakar dan Bilal bersamanya. Sang pendeta membekali beliau dengan ka’ak (sejenis biscuit) dan minyak (HR Turmudzi). Nabi Muhammad SAW pun pulang dari perjalanan ini untuk kembali memulai kehidupan yang berat dan bukanlah termasuk kebiasaan lelaki untuk duduk dan diam. Para rasul sebelumnya juga makan dari hasil jerih payah mereka dan bekerja dengan keahlian yang bermacam-macam untuk membiayai hidup mereka.
20 |
Kuil Pendeta Bahira, Damaskus, Suriah (sumber: http://lintangeayu.blogspot.com)
21 |
Pohon Sahabi, Yordania, tempat Nabi Muhammad SAW sewaktu kecil berteduh Muhammad Al-Amin Sebuah julukan diberikan kepada Muhammad remaja oleh penduduk Mekkah. Mereka kerap memanggilnya al-Amin: orang yang dapat dipercaya. Al-Amin juga berarti “selalu dicintai dan dihormati”, dan “orang yang selalu memiliki sesuatu yang baik". Julukan itu diberikan karena kepribadian Muhammad yang luhur. Ia tidak pernah berbohong, berdusta, dan berkhianat. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya berisi kebenaran. Dimana-mana, penduduk Mekkah tidak pernah absen membincangkannya. “Muhammad tidak pernah berbohong. Kita tidak akan memercayai orang lain sebagaimana kita memercayai Muhammad,” kata penduduk Mekkah. Nabi SAW menziarahi makam Sang Bunda Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, “Nabi SAW menziarahi makam ibundanya, beliau menangis, dan membuat orang di sekitarnya turut menangis. Beliau bersabda, ‘Aku memohon izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan kepadanya, tetapi tidak memberikan izin, dan aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya maka Dia mengizinkanku. ‘maka ziarahilah kubur karena sesungguhnya itu mengingatkan kematian.” (HR Muslim)
Makam Aminah, Ibunda Nabi SAW 22 |
Masjidil Haram 1297 H / 1880 M
Penjagaan Allah SWT Terhadap Nabi-Nya Sebelum Diutus Sesungguhnya Allah SWT melindungi Nabi-Nya dari kesyirikan jahiliyah dan penyembahan berhala. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, ia berkata, “Telah bercerita kepadaku seorang tetangga Khadijah bahwa ia mendengar Nabi SAW sedang berkata kepada Khadijah: “Wahai Khadijah, demi Allah aku tidak akan menyembah Latta dan demi Allah aku pun tidak akan menyembah ‘Uzza selamanya.” Beliau juga tidak makan sembelihan yang dipersembahkan untuk berhala. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh Zaid bin ‘Amr bin Nufail. Allah SWT telah menjaga beliau pada masa mudanya dari kecenderungan anak muda biasanya dan alasan-alasan bebas yang secara naluri kepemudaan cenderung kepadanya. Akan tetapi, tabiatnya tidak merendahkan kehormatan orang-orang yang memberi petunjuk dan kemuliaan orang-orang yang memberi bimbingan. Ali bin Abi Thalib r.a. meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, “Aku tidak pernah tertarik dengan hal buruk yang dulu diperhatikan orang-orang jahiliyah, kecuali dua kali seumur hidup. Pada keduanya Allah telah menyelamatkanku darinya. Pada suatu malam, aku berkata kepada seorang pemuda yang bersamaku dari Quraisy di ujung kota Mekkah 23 |
di tempat kambing-kambing keluarganya yang ia gembalakan, ‘Tolong awasi kambingku, Aku akan mendengarkan obrolan pada mala mini di Mekah, seperti obrolannya dua pemuda.’ Ia berkata, ‘Baik’. Lalu aku pergi keluar dan aku datangi rumah terdekat di Mekkah. Aku mendengar nyanyian, pukulan, rebana, dan seruling. Aku bertanya, ‘Apa ini?’ lalu mereka berkata, ‘Si fulan menikah dengan si fulanah,’ seorang dari Quraisy menikah dengan perempuan dari Quraisy. Kemudian aku terbuai dengan nyanyian dan suara itu hingga aku merasa mengantuk dan tertidur. Tidak ada yang membangunkanku selain panasnya sinar matahari, lalu aku pulang. Setelah itu, temanku berkata, ‘Apa yang tadi malam kamu perbuat?’ Lalu aku ceritakan padanya, kemudian aku katakan padanya pada malam lainnya seperti itu juga. Ia melakukan yang sama, lalu aku pergi ke luar dan aku mendengar hal yang sama dengan malam sebelumnya, lalu aku terbuai dengan apa yang aku dengar hingga kau merasa mengantuk dan tertidur. Tidak ada yang membangunkanku selain sentuhan matahari. Kemudian aku pulang ke tempat temanku dan ia bertanya, ‘Apa yang tadi malam kamu perbuat?’ lalu kujawab, ‘Aku tidak melakukan apa-apa’.” Nabi SAW bersabda, “Demi Allah, setelah itu aku tidak memiliki keinginan untuk berbuat keburukan seperti yang dilakukan orangorang jahiliyah hingga akhirnya Allah memuliakanku dengan nubuwah (kenabian) dari-Nya.”
Perang Fijar Sewaktu Rasulullah SAW berusia lima belas tahun, beliau menyaksikan pecahnya peperangan antara Quraisy yang didukung Kinanah melawan Qais Ailian. Rasululullah SAW bersabda, “Ketika itu aku memanah melindungi paman-pamanku. “Perang tersebut dinamakan “Perang Fijar” karena kedua kampung tersebut, yaitu Kinanah dan Qais Ailian, telah menghalalkan perkara yang semula diharamkan di antara mereka.
24 |
Sejarah tidak memberikan kepastian berapa usia Muhammad pada waktu pecah Perang Fijar. Ada yang mengatakan usia beliau saat itu adalah lima belas tahun, ada juga yang berpendapat dua puluh tahun. Kemungkinan perbedaan ini muncul karena perang tersebut berlangsung selama empat tahun. Pada tahun permulaan, beliau berusia lima belas tahun dan pada tahun berakhirnya perang itu beliau sudah memasuki usia dua puluh tahun. Nabi Muhammad SAW menjalankan perdagangan Khadijah r.a. Ibnu Ishaq berkata, “Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita yang bermartabat tinggi dan kaya raya. Dia mempekerjakan sejumlah lelaki untuk menjalankan hartanya dan menginvestasikan untuknya dengan upah yang dia berikan kepada mereka. Adapun suku Quraisy adalah kelompok saudagar.” Berita perihal Rasulullah SAW tentang kejujuran perkataannya, kebesaran amanahnya, dan kemuliaan akhlaknya sampai kepada Khadijah. Kemudian Khadijah mengutus utusan dan menawarkan Muhammad untuk pergi membawa hartanya ke negeri Syam sebagai seorang saudagar. Khadijah memberikan Muhammad harta terbaik yang belum pernah dia berikan kepada orang lain, bersama seorang budak miliknya yang bernama Maisarah. Rasulullah SAW pun menerima amanah itu dan pergi bersama budaknya Khadijah, Maisarah. Setelah mendapat nasehat paman-pamannya, Muhammad pergi dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itu pun berangkat menuju negeri Syam, dengan melalui Wadi’l-Qura, Madyan dan Dhiar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Thalib tatkala umurnya baru dua belas tahun. Rasulullah SAW berteduh di naungan sebuah pohon dekat gereja salah seorang rahib. Sang Rahib pun mendatangi Maisarah dan berkata kepadanya, “Siapakah lelaki yang berteduh di bawah pohon ini? Maisarah menjawab, “Dia seorang lelaki dari suku Quraisy penduduk haram.” Sang Rahib berkata kepadanya, “Tidaklah berteduh di bawah pohon ini, kecuali dia adalah seorang Nabi.”
25 |
Kemudian Nabi SAW menjual dagangannya yang dia bawa dan membeli apa yang ingin dia beli. Nabi SAW pulang kembali ke Mekkah bersama Maisarah. Apabila tengah hari tiba dan terik matahari sangat panas, Maisarah- seperti sebagian ulama katakanmelihat dua malaikat menaungi Nabi SAW dari terik matahari dan beliau saat itu sedang naik untanya. Ketika sesampainya di Mekkah dan ke tempat Khadijah dengan membawa apa yang telah dibeli Nabi SAW, Khadijah mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda atau hampir dua kali lipat. Ketika Maisarah bertemu Khadijah, ia menceritakan perihal perkataan sang rahib dan apa yang dia saksikan tentang naungan dua malaikat di atasnya. Khadijah adalah seorang wanita yang tegar, mulia, dan pintar, di samping kemuliaan yang akan Allah berikan kepadanya? Dia adalah seorang wanita yang mulia dari garis keturunannya, kaya raya, serta terkenal tegar dan kepintarannya. Sosok seperti Khadijah menjadi incaran bagi para pemimpin suku Quraisy untuk dijadikan pendamping hidup. Akan tetapi, Khadijah menganggap ada kehinaan dalam diri sejumlah lelaki. Sebab, mereka adalah para pencari harta, bukan pencari jati diri sehingga pandangan mereka terhadap Khadijah hanya sebatas keinginan untuk menguasai kekayaannya meskipun perkawinan itu adalah tanda akan ketamakan ini. Pandangan tersebut akan sangat berbeda ketika Khadijah mengetahui Nabi SAW. Dia melihatnya sebagai sosok yang sangat berbeda dari kebanyakan lelaki. Menurutnya, Nabi SAW adalah seorang lelaki yang tidak terpedaya oleh kebutuhan (cinta duniawi), bahkan lebih baik hidup fakir. Alasannya, Nabi SAW sering mendapati dalam sebuah perdagangan terdapat kekikiran dan penipuan, hal inilah yang membuat beliau tidak semata-mata memikirkan untuk mencari keuntungan. Sebab, Nabi SAW adalah seorang lelaki yang memiliki kemuliaan yang tinggi, bias bersikap arif, dan tidak berlebihan. Nabi SAW pun tidak mencari-cari sesuatu hanya demiharta dan kecantikan Khadijah. Nabi SAW telah menunaikan apa yang menjadi tanggungannya dan pergi dengan kepuasan dan keikhlasan hati. 26 |
Pernikahan dengan Khadijah r.a. Dalam kebingungan dan perasaan tidak menentu itulah, datang teman Khadijah-Nafisah binti Munabbih- duduk bersamanya dan bertukar cerita hingga akhirnya Khadijah menyingkap rahasia yang terpendam dalam rangkaian ceritanya. Nafisah menenangkan kekhawatiran Khadijah dan perasaannya. Dia juga mengingatkan bahwa Khadijah adalah seorang dari keturunan orang terpandang, bernasab mulia, kaya raya, dan cantik jelita. Nafisah mengatakan seperti itu karena bukti yang tampak nyata bahwa banyak pelamar yang datang dari pemimpin-pemimpin Quraisy. Tidak lama kemudian setelah mendengar cerita Khadijah, Nafisah pun dari sisi Khadijah. Dia mendatangi Nabi SAW dan berbicara kepadanya untuk menikahi Khadijah. Dia berkata, “Wahai Muhammad, apa yang mencegahmu untuk menikah?” Nabi SAW bersabda, “Aku tidak memiliki apa pun untuk menikah.” Nafisah, “Seandainya engkau dicukupkan dan dilamar oleh seorang wanita yang memiliki harta, kecantikan, kemuliaan, dan kafa’ah, apakah engkau akan menerima?” Beliau menjawab dengan nada penuh tanda tanya, “Siapa?” Nafisah menjawab, “Khadijah binti Khuwailid.” Beliau berkata, “Jika dia setuju, aku menerimanya.” Nafisah pun pergi untuk mengabarkan berita gembira ini kepada Khadijah. Kemudian Nabi SAW memberitahukan kepada oara pamannya akan keinginannya untuk menikah dengan Khadijah. Akhirnya, pergilah Abu Thalib, Hamzah, dan yang lainnya ke tempat paman Khadijah-‘Amr ibn Asad- dan melamar putri saudaranya untuk Nabi SAW. Mereka juga membawa sejumlah mahar. Perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang 27 |
biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan. Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Dimulainya kehidupan itu sebagai suami istri dan ibu bapak, suami-istri yang harmonis dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilangan ibu-bapa semasih ia masih kecil. Ibnu Ishaq berpendapat bahwa usia Khadijah ketika itu baru mencapai 28 tahun, sedangkan riwayat Al-Waqidi menyatakan bahwa usia Khadijah sudah mencapai 40 tahun. Dari hasil pernikahan tersebut, mereka diakrunia dua orang putra dan empat orang putri, demikian yang kuat diriwayatkan Ibnu Ishaq. Dan biasanya jika wanita mencapai umur 40 tahun, ia sudah tidak bisa lagi melahirkan anak. Partisipasi Nabi Muhammad SAW dalam Pembangunan Ka’bah Ketika Muhammad SAW berusia tiga puluh lima tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk merenovasi bangunan Ka’bah, memperbaiki kerusakan akibat terbakar dan banjir besar yang memecahkan dinding-dindingnya. Dan bangunannya masih seperti dulu yang dibangun oleh Ibrahim a.s., berbentuk batu yang ditumpuk di atas rangka bangunan, lalu mereka hendak membongkarnya untuk meninggikan bangunannya dan membuat langit-langitnya. Akan tetapi, mereka tidak berani membongkarnya. Maka Walid bin Mughirah pun berkata, “Saya yang akan memulai membongkarnya,” lalu ia mengambil cangkul, kemudia ia berdiri di atas sambil berdoa, “Ya Allah, kami tidak bermaksud menyimpang dan tidak menghendaki kecuali kebaikan.” Ia pun membongkar dari dua sisi rukun (tiang utama). Lalu orangorang menunggu pada malam itu dan berkata, “Kami akan menunggu. Jika ia mendapat musibah, kami tidak akan 28 |
membongkarnya sedikit pun dan kami kembalikan seperti semula. Namun, jika ia tidak mendapat musibah apa-apa maka berarti Allah telah meridhai apa yang kita perbuat. "Maka keesokan harinya Walid membongkar, dan orang-orang ikut membongkar bersamanya. Hingga sampai pada sebuah batu hijau, seperti punuk unta, ia mengambilnya satu sama lain. Mereka membagi tugasnya masing-masing. Setiap suku memegang satu sisi, para pemimpin dan pembesar Quraisy bersama-sama memindahkan dan mengangkat batu itu. Nabi SAW dan paman beliau, Al-‘Abbas juga turut serta dalam membangun Ka’bah. Mereka berdua ikut memindahkan batu itu. Al-‘Abbas berkata kepada Nabi SAW, “Angkat sarungmu ke atas lututmu supaya tidak terkena batu itu.” Lalu beliau melakukannya dan kemudian jatuh ke tanah dan kedua matanya memandang ke langit, kemudian beliau bangun dan berkata, “sarungku, sarungku,” kemudian beliau menarik sarungnya. Ketika mencapai tempat Hajar Aswad, mereka pun berselisih. Masing-masing suku ingin mengangkat ke tempatnya, tanpa yang lainnya. Bahkan mereka hampir berkelahi satu sama lain, jika tidak karena Abu Umayyah bin Mughirah berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, jadikanlah orang yang pertama masuk dari pintu masjid sebagai penengah di antara kalian tentang persoalan yang kalian perselisihkan itu.” Dan ketika mereka semua telah sepakat hal itu, masuklah Muhammad SAW. Ketika mereka melihat beliau, mereka pun berkata, “Ini adalah Al-Amin (orang yang dipercaya). Kami telah ridha.” Ketika mereka menceritakan persoalan itu, beliau lalu berbicara, “Berikan aku sebuah kain. “ Mereka pun memberikannya, lalu beliau meletakkan batu itu di atasnya, lalu beliau meletakkan batu itu di atasnya dengan kedua tangan beliau. Kemudian beliau berkata, “Silahkan masing-masing suku memegang satu sisi dari kain itu, kemudian angkatlah bersama-sama.” Mereka pun melakukannya, hingga apabila mereka sampai di tempatnya, beliau meletakkannya dengan tangannya kemudian membangun di atasnya.
29 |
Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama Pada bulan Ramadhan, setelah melalui usia kesempurnaan, yakni usia empat puluh , yakni pada tahun ke-41 dari usia Nabi Muhammad SAW (empat puluh tahun dan enam bulan), beliau melakukan kebiasaan ber-tahannuts dan menyendiri di Gua Hira. Pada malam ketujuh belas Bulan Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610 M, turunlah Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dari ibunda Aisyah r.a., ia berkata, “Tanda keNabian yang pertama kali diterima Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi dalam tidurnya, kecuali mimpi itu datang seperti cahaya subuh. Kemudian Allah SWT menjadikan beliau orang yang suka menyendiri di Gua Hira dan bertahannuts di dalamnya. Bermalam-malam beliau beribadah di sana. Jika perbekalan habis, beliau pulang ke rumahnya dan mengambil perbekalan sekedarnya. Khadijah r.a. membawakan perbekalan seadanya untuk beliau, bahkan tak jarang perut beliau dalam keadaan kosong. Begitulah yang terjadi di setiap Ramadhan, hingga beliau mendapatkan kebenaran yang dicari selama ini di Gua Hira.” Lalu Malaikat Jibril datang kepadanya, seraya berkata,”Bacalah!” Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Rasulullah SAW kemudian bercerita, “Dia lalu mencengkeramku dan mencekik leherku sampai aku merasakan kepayahan, kemudain melepaskanku. Malaikat Jibril berseru, “Bacalah!” Aku kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Untuk kedua kalinya Malaikat Jibril mencengkeram dan mencekik leherku hingga aku merasakan kepayah, kemudain dia melepaskan, seraya berkata, “bacalah!” Lagi-lagi menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Untuk ketiga kalinya Malaikat Jibril mencengkeram dan mencekik leher Muhammad SAW hingga merasakan kepayahan, kemudian dia melepaskan, seraya berkata:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,”
30 |
“ Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,”
“yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.”
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1-5) Beliau pulang dengan hati bergoncang dan tubuh menggigil karena ketakutan, lalu masuk ke kamar istrinya, Khadijah binti Khuwailid, r.a., seraya berkata, “Selimutilah aku! Selimutilah aku!” Khadijah segera menyelimuti beliau hingga hilang rasa takutnya. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah dan menceritakan peristiwa yang dialami kepadanya, “Sungguh, aku takut pada diriku sendiri.” Khadijah menjawab, “Sekali-kali jangan! Demi Allah, Allah SWT tidak akan menghinakanmu selamanya, karena sesungguhnya engkau senang bersilaturrahim, menjamu tamu, menanggung beban, mengupayakan apa yang belum ada, dan membantu orang-orang yang benar.” Selanjutnya Khadijah r.a. membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani semasa jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani dan juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Dia sudah tua dan buta.
31 |
Khadijah berkata kepada Waraqah, “Wahai sepupuku, dengarkanlah kisah dari saudaramu (Rasulullah SAW). Waraqah bertanya kepada beliau “Apa yang pernah engkau lihat wahai saudaraku?” Rasulullah SAW mengabarkan apa saja yang telah dilihatnya. Akhirnya Waraqah berkata, “Ini adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda pada masa itu. Andaikan saja aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu.” “Benarkah mereka mengusirku?” Beliau bertanya. “Benar. Tak seorang pun pernah membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu secara sungguhsungguh.” Waraqah meninggal dunia pada saat-saat turun wahyu.
Gua Hira di Jabal Noor, Mekkah
32 |
Gambaran Ketika Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu dari malaikat Jibril “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa). Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat, sehingga jaraknya (sekitar) dua busur tanah atau lebih dekat (lagi). Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (QS An-Najm, 53: 3-11)
Nama-Nama Nabi SAW Jubair bin Muth’im meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku memiliki lima nama. Aku adalah (1) Muhammad, (2) Ahmad, (3) aku juga Al-Mahiy (penghapus), maksudnya Allah menghapuskan kekafiran melalui perantaraanku, (4) Aku juga Al-Hasyir (penghimpun), maksudnya manusia akan berhimpun di bawah kakiku, dan aku juga (5) Al-Aqib, yang artinya tidak ada seorang Nabi pun sepeninggalku.” (HR Bukhari)
Akhlak Nabi SAW
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan 33 |
(kedatangan) hari Kiamat dan yang yang banyak mengingat Allah.” (QS Al-Ahzab, 33: 21)
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al-Qalam, 68: 4) “Sa’ad bin Hisyam berkata, ”Aku mendatangi ‘Aisyah r.a. seraya bertanya kepadanya,’Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Sesungguhnya akhlaknya adalah Al-Qur’an. Tidakkah kamu membaca dalam QS Al-Qalam: 4?” (HR Muslim dan Al-Hakim). Ali bin Abi Thalib r.a. berkata tentang sifat Nabi SAW, “Kulit beliau berwarna putih kemerah-merahan, kedua matanya sangat hitam dan lebar, rambutnya lebat, rambut dadanya tipis dan indah, kedua pipinya sangat halus, jenggotnya lebat dan subur seakan lehernya seperti kendil yang terbuat dari perak. Beliau mempunyai rambut yang tumbuh dari leher sampai pusar laksana pedang yang tajam. Tidak ada rambut lain yang tumbuh di perut maupun dadanya selain itu. Kedua telapak tangan dan kakinya tebal. Apabila berjalan seperti turun dari tempat yang landai. Apabila melangkah seperti turun dari tanah yang berbatu. Apabila menoleh, berbalik seluruh badannya. Bukan hanya terhadap orang tua, tetapi juga yang masih belia. Keringat di wajahnya adalah butiran-butiran mutiara, dan aroma keringatnya sungguh amat wangi daripada minyak misik yang wanginya menyengat. Aku belum pernah merasakan aroma seperti itu sebelumnya dan sesudahnya.” Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa agama itu pasti seorang manusia yang sempurna dalam segala hal-ihwalnya, sempurna rohaninya dan sempurna perilaku serta akhlaknya. Dalam hadits Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a., “Bahwasanya beliau tidur sehingga terdengar dengkurannya, lalu bangun untuk mendirikan shalat dan beliau tidak melakukan wudhu.” Ikrimah berkata, “Karena beliau mahfuzh (terjaga) (HR Ahmad). 34 |
Dan dikisahkan pula bahwa beliau bersabda, “Bahwasanya aku, demi Allah, bisa melihat segala sesuatu di belakangku sebagaimana aku melihat yang ada di depanku.” (HR Muslim). Kasih sayang Nabi SAW Kasih sayang (rahmah) adalah salah satu sifat Allah. Di antara bentuk keagungan kasih sayang Allah adalah Dia mengutus Muhammad SAW sebagai kasih sayang untuk seluruh umat manusia dan untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, Hal tersebut seperti apa yang difirmankan Allah SWT:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya, 21: 107) Rasulullah bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.” (HR Ad-Darimi, Al-Hakmi, dan AthThabrani) Di adalam Al-Qur’an ditemukan bahwa sifat akhlak yang paling sering muncul di dalam Al-Qur’an adalah akhlak kasih sayang (rahmah), seperti pada diagram berikut:
35 |
Adil; 24 Percaya; 29 Amanah; 40
Murah hati; 15
Dermawan; 42 Kasih sayang; 315
Maaf; 43
Sabar; 90
Jujur; 145
Nabi SAW memiliki kasih sayang beliau kepada orang tua dan anakanak, seperti dalam sabdanya: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak kasih sayang kepada yang lebih muda, dan tidak menghormati kepada yang lebih tua” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, AlHakim, Ath-Thabrani dan Abu Ya’la). Sudah selayaknya kita umat muslim meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Dakwah Sembunyi-sembunyi Dakwah Islam dimulai di Mekkah, Rasulullah SAW melakukan dakwah dalam bentuk rahasia yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, baik keluarga beliau maupun teman-teman yang beliau anggap dapat menerima ajaran Islam atau minimal tidak menimbulkan rekasi yang dapat menghalangi lajunya dakwah.
36 |
Ibnu Ishaq dan Al-Waqidi menegaskan bahwa periode dakwah dengan sembunyi-sembunyi ini berjalan tiga tahun. Sedangkan menurut Al-Baladzari periode ini berjalan empat tahun. Orang-orang Pertama yang memeluk Islam 1. Khadijah ra Hadits mengenai permulaan wahyu menunjukkan bahwa Khadijah ra adalah orang yang pertama kali mengetahui berita kenabian dan turunnya wahyu. Dia membenarkan (kerasulan) Nabi SAW. Tidak mengherankan jika dialah orang yang pertama yang beriman sebagaimana dikatakan oleh Az-Zuhri dan Ibnu Ishaq. 2. Ali bin Abi Thalib Ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak kecil. Ketika itu ia berusia sepuluh tahun. Allah SWT telah memberi kenikmatan kepadanya dengan menjadikannya berada dalam asuhan Rasulullah SAW sebelum Islam. Nabi SAW mengambilnya dari pamannya, Abu Thalib dan mengajaknya tinggal bersama beliau. Ali bin Abi Thalib adalah orang ketiga yang mengerjakan shalat, setelah Rasulullah SAW dan Khadijah ra. 3. Abu Bakar ra Abu Bakar Ash-Shiddiq ra adalah orang pertama yang beriman kepada Nabi SAW dari kalangan laki-laki yang merdeka dan terpandang. Ia adalah sahabat Nabi SAW yang paling utama sebelum beliau diutus. Rasulullah SAW bersabda tentangnya: “Tidaklah aku mengajak seseorang untuk masuk Islam melainkan ia memiliki kebimbangan serta keraguan, dan memikirkan dahulu, kecuali Abu Bakar, ia tidak diam menunggu ketika aku mengajaknya dan tidak pula ragu-ragu.” Keutamaan Abu Bakar Diriwayatkan dari Jabir bin Muth’im r.a., dia berkata: Seorang perempuan menemui Nabi SAW, kemudian menyuruh kembali lagi di lain waktu. Perempuan itu bertanya, “Bagaimana jika 37 |
saya nanti tidak bertemu Anda?” (sepertinya perempuan itu bermaksud, “Bagaimana jika Anda sudah wafat?”). Nabi SAW bersabda, “Jika kamu tidak bertemu denganku, temuilah Abu Bakar r.a.!” (HR Bukhari). 4. Zaid bin Haritsah Ia adalah orang yang pertama kali beriman dengan dakwah Nabi SAW dari kalangan budak. Kekasih Nabi SAW, budak miliknya, dan anak angkatnya: Zaid bin Haritsah al-Kalbi, yang mengutamakan Rasulullah SAW atas ayahnya dan keluarganya. 5. Bilal bin Rabah 6. Utsman bin Affan (Dzun Nurain/pemilik dua cahaya karena menikahi dua putri Nabi SAW), 7. Az-Zubair bin al-Awwam, yaitu hawari (orang dekat), 8. Abdurrahman bin Auf 9. Sa’ad bin Abi Waqqash, paman Nabi SAW dari garis ibunda, Telah turun ayat Al-Qur’an yang menceritakan tentang keislaman Sa’ad sebagaimana ia ceritakan: “Ibu Sa’ad bersumpah tidak akan mengajaknya berbicara untuk selamanya sehingga ia (Sa’ad) keluar dari agamanya bahkan ibunya berusaha untuk mogok makan dan minum, ibunya berkata: “Engakau mengaku bahwa Allah SWT memerintahkanmu untuk berbuat baik kepada orang tuamu dan saya adalah ibumu dan sekarang saya menyuruhmu (untuk keluar dari agamamu)’, Sa’ad melanjutkan ceritanya: “Ia (ibu Sa’ad) menjalani sumpahnya sampai tiga hari, sehingga iapun jatuh pingsan karena kepayahan, lalu anaknya yang bernama ‘Ammarah menolongnya dengan memberinya minum, setelah siuman ia lalu mendo’akan kecelakaan bagi Sa’ad, lalu Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) pada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya selama dua tahun agar kamu bersyukur kepada-Ku dan berterima kasih 38 |
kepada kedua ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku tempat kembali. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan perlakukan mereka di dunia dengan baik.” (QS Luqman: 14-15) Ia berkata: “Maka mereka jika hendak memberi makan ibu Sa’ad, mereka membuka mulutnya dengan kayu lalu memasukkan makanan ke dalamnya.” 10. Thalhah bin Ubaidillah 11. Ja’far bin Abi Thalib 12. Abu Ubaidah 13. Amir Ibn l-jarrah 14. Abu Salamah 15. Abu Dzar al-Ghifari 16. Anis 17. Al-Arqam bin al-Arqam Ketika orang-orang yang masuk Islam bertambah sampai berjumlah 30 (laki-laki dan perempuan), Rasulullah memilih rumah salah seorang dari mereka untuk tempat berkumpul bersama demi kepentingan pengarahan dan pelajaran, yaitu rumah al-‘Arqam bin Abil Arqam.
Islamnya Jin Muhammad SAW diutus untuk dua alam, alam jin dan manusia. Jin pada asalnya merupakan makhluk yang tersembunyi dari pandangan mata manusia, sekalipun demikian mereka sanggup muncul dalm bentuk fisik dan muncul dalam berbagai bentuk. Al-Qur’an dan Sunnah menyatakan bahwa, sekelompok jin melihat Rasulullah SAW di sebuah tempat bernama Makhlah, ketika sedang menuju pasar Ukadz. Di saat itu, ada suatu hal yang membuat jin terhalang sehingga tidak bisa mencari informasi dari langit, maka mereka menuju bumi mencari penyebabnya. Mereka pun 39 |
mendengarkan Rasulullah SAW yang sedang mengimami shalat Subuh, beserta pra sahabatnya. Akhirnya merekapun beriman dan kembali kepada kaumnya. Saya berkata: “Wahai kaumku, sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur’an yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, kamipun lalu beriman padanya dan tidak sama sekali menyekutukan Tuhan kami dengan sesuatupun”. Kemudian turunlah ayat Al-Qur’an Surah Al-Jin, 72: 1 :
“Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan), lalu mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur’an)“ Yang dimaksudkan di sini adalah, bahwa yang diwahyukan kepada beliau adalah ucapan jin tersebut. Dan Rasulullah SAW tidaklah melihat jin dalam peristiwa kali ini dan tidak membacakan sesuatupun pada mereka. Yang memberitahukan kepada mereka dengan sebatang pohon. Kemudian diwahyukan kepada beliau berita tentang mereka. Sebuah riwayat yang mursal menyebutkan jumlah jin itu 40ating4040 dan bukan dari golongan Nasbain (suka menggoda). Setelah peristia tersebut, Rasulullah SAW pernah diajak oleh Jin saat beliau sedang berkemah dengan para sahabat di luar kota Mekkah, maka pergilah Rasulullah dengan mereka dan membacakan pada mereka ayat-ayat Al-Qur’an. Kemudian Rasulullah menunjukkan kepada para sahabatnya bekas-bekas mereka dan bekas apinya, mereka itu utusan Jin Nasbain. Dakwah Secara Terbuka Kemudian Allah menurunkan kepada Nabi SAW ayat,
40 |
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 15: 94) Semenjak itu beliau mengumumkan dakwah secara terbuka atau terang-terangan. Konsekuensinya beliau pun secara terang-terangan dimusuhi oleh kaumnya. Mereka semakin keras dalam menyakiti beliau serta kaum muslimin. Satu persatu manusia masuk ke dalam Islam. Sementara orangorang Quraisy tidak kuasa memungkiri kenyataan ini. Beliau mulai berani mencela agama mereka, dan mengecam tuhan-tuhan mereka yang nyatanya memeang tidak sanggup menimpakan mudharat maupun mendatangkan manfaat. Pada saat itulah, mereka semakin gencar melancarkan terror dan permusuhan terhadap beliau dan sahabt-sahabatnya. Namun Allah berkenan melindungi Rasululah SAW melalui jasa pamannya Abu Thalib, karena ia adalah seorang bangsawan yang sangat dihormati di tengah-tengah kaum Quraisy, dan juga ditaati di tengah-tengah keluarganya. Sehingga, penduduk Mekkah tidak ada yang berani secara terang-terangan menyakiti beliau. Tentang sahabat-sahabat Nabi SAW yang punya sanak keluarga, mereka akan dilindungi oleh keluarganya. Tetapi bagi sahabatsahabat yang tidak memiliki keluarga, ia menjadi sasaran terror dan siksaan orang-orang kafir Quraisy. Di antara yang bernasib seperti itu adalah Ammar bin tasir, Samiyah sang ibunda, dan anggota keluarganya. Mereka disiksa karena tetap beriman kepada Allah. Setiap kali melewati mereka yang sedang disiksa dengan sangat kejam, Rasulullah SAW hanya bias berkata menghibur, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya yang dijanjikan kepada kalian adalah 41atin.” Selain itu adalah Bilal bin Rabah. Ia juga disiksa dengan sangat kejam karena tetap beriman kepada Allah. Namun ia mengabaikan 41ating kaumnya supaya keluar dari Islam, meski untuk itu ia harus rela mengorbankan jiwanya. Dan di tengah menahan pedihnya 41 |
siksaan, ia tetap mengucapkan, “.. Ahad .. Ahad.” Mendapati apa yang dilakukan oleh Bilal ini, Waraqah yang sedang lewat sempat menghampiri dan bertanya, “Demi Allah, apa maksud ucapanmu itu, wahai Bilal?” Waraqah kemudian menghampiri orang-orang Quraisy yang sedang menyiksa Bilal dengan biadab dan berkata, “Sekalipun kalian telah membunuhnya, aku akan menganggap ia sebagai orang yang penuh kasih sayang.” Pada suatu hari, sang musuh Allah Abu Jahal lewat dan mendapati Samiyah ibunda Ammar bin Yasir, suami dan puteranya tengah disiksa. Ia menghampiri wanita malang itu lalu menikam kemaluannya dengan menggunakan tombak hingga tewas mereka. Ketika melewati beberapa orang budak sedang disiksa dengan sangat biadab, Abu Bakar merasa sangat kasihan. Ia lalu membeli salah seorang mereka yang kemudian ia merdekakan. Di antara budak-budak malang itu, ialah Bilal, Amir bin Furairah, Ummu Ubais, Zanirah, Nahdiyah berikut putrinya, dan seorang budak perempuan milik keluarga Bani Adi disiksa oleh Umar (sebelum memeluk Islam) karena memilih mengikuti Nabi SAW. Ayah Abu Bakar berkata kepadanya, “Wahai putraku, kenapa kamu memerdekakan budakbudak yang lemah? Bukankah lebih bermanfaat kalau kamu memerdekakan budak-budak yang kuat yang bisa membelamu?.” Abu Bakar menjawab, “Aku menginginkan sesuatu yang aku inginkan.” Orang yang Pertama Kali membaca Al-Qur’an Secara Terbuka di Depan Umum Orang yang pertama kali membaca Al-Qur’an secara terbuka di depan umum di Mekkah setelah Rasulullah SAW adalah Abdullah bin Mas’ud r.a. Pada suatu ketika, sahabat-sahabat Rasulullah SAW berkumpul. Mereka berkata, “Demi Allah, orang-orang Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an yang dibaca di depan umum. Siapakah yang berani memperdengarkannya kepada mereka? Abdullah bin Mas’ud berkata: “Aku!” Mereka berkata: “Kami khawatir akan nyawa. Kami ingin ada orang yang mempunyai keluarga yang dapat melindunginya dari kaum tersebut jika ternyata nanti mereka berbuat 42 |
jahat.” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Biarkanlah aku melakukannya, karena Allah akan melindungiku. “Kemudian Abdullah bin Mas’ud pergi ke Maqam pada waktu Dhuha pada saat orang-orang Quraisy sedang berada di balai pertemuan mereka. Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqam tersebut, lalu membaca dengan suara nyaring. “Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an.” (QS Ar-Rahman, 55: 1-2). Abdullah bin Mas’ud melanjutkan bacaannya, sedang orang-orang Quraisy merenungkannya bahkan sebagian dari mereka berkata: “Apa yang dibaca anak Ummu Abd ini?” Sebagian dari mereka berkata: “ Dia sedang membaca sebagaian yang dibawa Muhammad”. Mereka bangkit bergerak mendatangi Abdullah bin Mas’ud lalu menghajarnya, tapi Abdullah bin Mas’ud tak bergeming dia tetap membaca surat tersebut sampai ayat tertentu. Setelah itu, Abdullah bin mas’ud pergi menemui sahabatsahabatnya dengan wajah terluka. Mereka berkata kepadanya Itulah yang kami khawatirkan atas dirimu.” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Musuh-musuh Allah itu tidak lebih hina dalam pandanganku daripada mereka sejak sekarang. Jika kalian mau, besok pagi aku akan melakukan hal yang sama.” Mereka berkata; “Jangan!! Cukuplah engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak mereka suka.” Hamzah Masuk Islam Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang berdakwah di bukit Shafa seperti biasanya, Abu Jahal datang ke tempatnya dan memakinya dengan makian yang tidak pantas. Namun makian tersebut didiamkan saja oleh Nabi. Dan Nabi hanya berlalu dari tempat itu. Makian yang diucapkan oleh Abu Jahal didengar oleh seorang budak wanita dari Abdullah bin Jud’an. Ketika Hamzah bin Abu Muthalib baru saja pulang dari berburu, budak wanita itu melaporkan kejadian tersebut kepada Hamzah. Budak itu berkata: “Tidakkah kamu tahu bahwa Abil Hakam telah menyakiti hati Muhammad dan dia hanya diam saja?”. 43 |
Ketika Hamzah mendengar ucapan budak wanita itu hatinya merasa tak tahan terhadap perbuatan seseorang kepada Muhammad, keponakannya. Karena itu beliau langsung pergi ke Masjidil Haram menuju tempat Abu Jahal yang sedang berkumpul dengan kaumnya. Beliau langsung berdiri di depan Abu Jahal dan langsung memukul kepala Abu Jahal dengan busur panah yang ada di tangannya sampai kepala Abu Jahal berdarah. Beliau berkata, “Apakah kamu berani menghina Muhammad padahal aku dalam seagama dengan dia. Aku percaya dengan apa yang dikatakannya. Ucapan Hamzah itu tidak dibalas sedikitpun oleh Abu Jahal yang merasa bersalah karena takut pada Hamzah. Dengan kejadian ini maka Hamzah segera menyatakan keislamannya. Keislaman Hamzah ini sangat ditakuti oleh kaum Musyrikin, karena Hamzah sangat terkenal keberaniannya.
Tahun Duka Cita
44 |
Disebut tahun duka cita atau (‘Amul Huzni) karena pada tahun ini istri Nabi SAW Sayyidah Khadijah binti Khuwailid r.a. dan paman beliau Abu Thalib meninggal dunia. Peristiwa duka itu terjadi tiga tahun sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Pasca kepergian dua orang pembela itu, Rasulullah SAW mendapat banyak sekali deraan ujian, gangguan, dan kesusahan. Ketka Abu Thalib meninggal dunia, orang-orang Quraisy dapat leluasa mengganggu Rasulullah SAW, dan itu tidak dapat mereka lakukan semasa Abu Thalib masih hidup. Terhadap Khadijah r.a., Rasulullah SAW terus menunjukkan cinta dan kesetiaannya meski dia telah meninggal dunia. Khadijah r.a. telah dipanggil Tuhan dengan membawa agama iman dan Islam. Sedangkan terhadap Abu Thalib, Rasulullah SAW telah berusaha semaksimal mungkin menuntun pamannya itu mengucapkan kalimat tauhid sebelum ajal menjemputnya, namun usaha itu tidak membuahkan hasil: Abu Thalib meninggal tanpa mengucapkan kalimat yang dituntunkan oleh Rasul. Rasulullah SAW hanya bisa memohonkan ampunan kepada Allah SWT untuk sang paman, hingga turunlah firman Allah SWT:
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang yang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.” (QS At-Taubah, 9: 113) Turun juga firman Allah SWT:
45 |
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qashah, 28: 56) Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a. dari Abdul Muthallib, bahwa ia berkata kepada Nabi SAW, “Tidakkah engkau mencukupi dan menyempurnakan pamanmu? Karena dialah yang merawatmu dan melindungimu. “Nabi menjawab, “Dia ada di neraka yang tidak dalam. Seandainya tidak ada aku, niscaya ia akan berada pada lapisan neraka yang paling bawah.” (HR Bukhari).
Makam Khadijah r.a. dan putranya Qasim (sudut) di Ma’la, Mekkah. (sumber: http://4.bp.blogspot.com)
46 |
Makam paman Nabi SAW, Abu Thalib (sumber: https://asepawaludinfajari.files.wordpress.com)
Terbelahnya Bulan Para penduduk Mekkah meminta Rasulullah SAW agar menunjukkan bukti (kenabiannya). Lalu beliau menunjukkan kepada mereka terbelahnya bulan. Beliau pun bersabda, “Saksikanlah.” (HR Bukhari). Pada tahun ke-5 sebelum Nabi SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah, beberapa orang Quraisy menemui beliau. Mereka berkata, “Wahai Muhammad, Jika engkau benar-benar seorang nabi dan rasul, tunjukkan kepada kami suatu mukjizat yang bias membuktikan kenabian dan kerasulanmu.” “Apa yang kalian inginkan?’’ Tanya Rasulullah. “Belahlah bulan itu untuk kami.” Maka, untuk melemahkan dan menjawab tantangan mereka, nabi lalu berdoa memohon kepada Allah agar ia diberi pertolongan untuk 47 |
menghadapi kondisi ini. Lalu Allah memberinya ilham agar beliau menunjukkan jarinya 48ating48 bulan. Maka terbelahlah bulan itu menjadi dua. Kedua belahannya berjauhan satu sama lain selama beberapa jam, kemudian bersatu kembali. Orang-orang kafir itu kemudian berujar, “Muhammad telah menyihir kita.” Namun, orang-orang yang mau menggunakan nalarnya berkata, “Sesungguhnya sihir berdampak pada orang-orang yang hadir di dekat pelakunya. Tetapi, sihir tidak bisa memengaruhi semua orang.” Mereka kemudian menunggu rombongan musafir yang baru 48ating dari perjalanan, dengan bergegas menuju luar kota Mekkah. Ketika musafir rombongan pertama 48ating, mereka bertanya, “Apakah kalian melihat ada yang aneh dengan bulan itu?” “Benar. Pada malam itu, kami melihatnya terbelah menjadi dua. Kedua belahannya saling berjauhan dan kemudian menyatu kembali,” jawab para musafir. Lalu berimanlah orang yang beriman, sementara yang enggan beriman tetap bertahan dalam kekafirannya. Menyangkut peristiwa tersebut Allah berfirman dalam Surah Al-Qamar, 54: 1-3
“Saat (hari kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah.
“Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang terus menerus.”
48 |
“Dan mereka mendustakan (Muhammad) dan mengikuti keinginannya, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya.
Bekas Bulan Terbelah (http://www.muslimsandtheworld.com) Hijrah Pertama ke Habasyah Orang-orang musyrik semakin kejam dan brutal dalam menyakiti orang-orangyang memeluk Islam. Banyak di antara mereka yang harus menjalani ujian. Kaum musyrik tidak segan-segan melancarkan terror kepada salah seorang pemeluk Islam tersebut dengan bertanya, “Bukankah Lata dan Uzza itu Tuhanmu, bukan Allah?.” Karena merasa takut dan tertekan ia terpaksa menjawab, “Ya.” Bahkan ketika seekor kumbang melewatinya, lalu mereka bertanya, “Ini kan Tuhanmu, bukannya Allah?”, maka dengan ketakutan ia pun akan menjawab, “Ya.” Pada suatu hari, Abu Jahal lewat dan mendapati Samiyah ibunda Ammar bin Yasir, suami dan puteranya tengah disiksa. Ia 49 |
menghampiri wanita malang itu lalu menikam kemaluannya dengan menggunakan tombak hingga tewas seketika. Dan ketika terror yang dilancarkan oleh orang-orang kafir Quraisy semakin parah, Allah SWT kemudian mengizinkan mereka untuk melakukan hijrah yang pertama ke negeri Habasyah. Dan orang pertama yang ikut hijrah ke sana ialah Utsman bin Affan beserta istrinya Ruqayyah, puteri Nabi SAW. Rombongan hijrah pertama ini semuanya berjumlah 12 orang lakilaki, dan empat orang perempuan. Mereka adalah Utsman, Abu Hudzaifah dan istrinya Ummu Salamah alias Hindun binti Abu Umayyah, Az-Zubair bin Al-Awwam, Mush’ab bin Umair, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un, Amir bin Rabi’ah beserta istrinya Laila binti Abu Hatsamah, dan Abdullah bin Mas’ud. Mereka berangkat dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Allah berkenan menolong mereka. Ketika tiba di pantai, ada dua kapal dagang yang mengangkut mereka menuju Habasyah. Mereka berangkat ke negeri rantau ini pada bulan Rajab tahun kelima dari bi’tsah. Mengetahui hal itu, kaum Quraisy berusaha mengejar mereka hingga sampai di tepi laut. Tetapi mereka terlambat, sehingga tidak mendapati apa-apa.
Dakwah Islam di Luar Mekkah Rasululullah SAW di Tha’if Pada bulan Syawwal pada tahun kesepuluh dari nubuwah, atau pada akhir bulan Mei atau awal bulan Juni 619 M, Rasulullah SAW pergi ke Tha’if, yang berjarak lebih kurang 60 mil dari Mekkah. Beliau menuju ke sana dengan berjalan kaki, begitu pula saat pulangnya.Beliau disertai pembantunya Zaid bin Haritsah. Setiap kali melewati suatu kabilah, beliau mengajak mereka kepada islam. Namun tak satu pun yang memenuhinya. Setiba di Tha’if beliau menemui tiga orang bersaudara dari pemimpin Bani Tsaqif, yaitu Abd Yalalil, Mas’ud dan Hubaib, anak-anak Amr bin Umair Ats-Tsaqfi. Beliau duduk 50 |
menghadang mereka dan mengajak mereka kepada Allah serta sudi menolong Islam. Beliau berada di tengah penduduk Tha’if selama sepuluh hari. Setiap pemuka masyarakat Tha’if yang 51ating menemui beliau, pasti diajaknya berbicara dan diserunya. Akhirnya mereka berkata, “Usir orang ini dari negeri kita dan kerahkan semua rakyat untuk memperdayainya.”
Kisah Isra’ dan Mi’raj
“Mahasuci (Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra, 17: 1) Rasulullah SAW sedang melalui masa-masa tersulitnya, yaitu rasa kehilangan atas wafatnya paman dan istrinya, permusuhan Quraisy yang makin menjadi-jadi setelah keduanya wafat, serta upaya berdakwah ke Thaif yang membuat kesedihan. Begitu juga, kesombongan yang dilakukan Quraisy ketika beliau kembali ke Mekkah. Semua itu berpengaruh pada diri Nabi SAW. Syekh Al-Jazairy, berkata tentang Isra dan Mi’raj, “Peristiwa ini merupakan hadiah dari Allah atas kededihan dan penderitaan yang beliau alami. Setelah embargo yang berlangsung selama tiga tahun di kaki Gunung Abu Thalib. Pada saat itu beliau merasakan kelaparan dan pengasingan. Isra dan Mi’raj terjadi setelah kehilangan penolong 51 |
yang setia dan Khadijah Ummul Mukminin. Peristiwa ini terjadi setelah harapan yang sia-sia di Tsaqif, celaan dan teriakan yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, anak-anak kecil, dan hamba sahaya di sana. Seluruh ulama dari zaman para sahabat hingga sekarang sepakat bahwa Rasul menempuh Mi’raj dengan roh dan jasadnya dan dalam keadaan sadar bukan mimpi. Isra, berjalan dari Masjidil Haram sampai ke Masjidil Aqsa. Di sini Rasul salat dengan mengimami seluruh Nabi. Mi’raj berjalan dari Baitul Maqdis, Rasul diangkat ke langit. Isra’ adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha. Allah SWT membuka surat Al-Isra’ dengan firmanNya “Subhanaa (Mahasuci)”, adalah untuk menunjukkan kekaguman (li At-Ta’ajjub). Dan kekaguman itu sendiri adalah gambaran keadaan kaum yang tidak mempercayainya. Bagaimana mereka tidak percaya, padahal yang menjalankan itu adalah Allah SWT yang tidak dapat dilemahkan oleh apapun di langit dan bumi. Mi’raj, bukti yang menunjukkan hal tersebut ada dalam beberapa ayat dari suta Annajam dan hadits-hadits yang diriwayatkan para pemilik kitab hadits, seperti Bukhari yang meringkas haditsnya tentang kisah Mi’raj dan Muslim yang merangkum hadits-hadits tentang kisah Isra’ dan Mi’raj. Semua dalil itu mengarah pada kesimpulan bahwa kedua peristiwa itu terjadi hanya semalam Isra’ terjadi dengan jasad dan ruh, demikian pula Mi’raj. Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah SAW berkata,”Aku didatangi oleh Buraq. Dia adalah hewan putih, lebih tinggi dari keledai, tanpa sepatu yang dikenakan di ujung kukunya. Aku menungganginya hingga sampai ke Baitul Maqdis. Kemudian aku mengikatnya di pintu masjid, tempat para Nabi mengikat (tunggangannya). Lalu, aku memasuki masjid dan shalat dua rakat. Ketika aku keluar, kudapati Jibril membawa bejana berisi khamar dan bejanan berisi susu. Aku memilih susu dan Jibril berkata, “Engkau telah memilih fitrah (Islam dan Istiqomah).” (HR Muslim).
52 |
Rasulullah berkata,”Aku telah (banyak) meminta kepada Tuhanku hingga aku malu, tetapi aku rela dan berserah diri. Ketika aku sudah lewat, ada suara memanggil, ‘Aku telah memerintahkan sebuah kewajiban dan Aku telah meringankan hamba-Ku.” (HR Bukhari Muslim) Perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW 1. Langit pertama bertemu dengan Nabi Adam a.s. 2. Langit kedua bertemua dengan Nabi Yahya a.s. dan Nabi Isa a.s. 3. Langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf a.s. 4. Langit keempat bertemu dengan Nabi Idris a.s. 5. Langit kelima bertemu dengan Nabi Harun a.s. 6. Langit keenam bertemu dengan Nabi Musa a.s. 7. Langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s. Dalam perjalanan pula setelah mendapat perintah shalat selama 50 kali, Nabi Musa memperingatkan hal itu, hingga Nabi Muhammad SAW mendapat keringanan dari dari Allah SWT menjadi 5 kali sehari dalam perintah untuk umat Muhammad SAW. Anas bin Malik r.a. mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setelah aku di mi’rajkan, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah-wajah dan dada-dada mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka, wahai Jibril?’ Dia menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (gibah dan menggunjing) dan menghina kehormatan mereka.” (HR Abu Dawud dan Ahmad) Dalam berbagai riwayat perjalanan Isra’ Nabi SAW melihat, antara lain: a. Dunia dan kehidupan adalah bagaikan seorang perempuan tua yang buruk. b. Iblis sebagai seorang yang menelusuri jalan menyimpang. c. Mujahidin sebagai kelompok yang menanam dan memetik dalam waktu singkat. 53 |
d. Para penyulut fitnah merupakan menggunting lidahnya sendiri. e. Pemakan riba berlomba memakan meninggalkan daging segar.
orang-orang daging
busuk
yang dan
Sedangkan dalam perjalanan Mi’raj, Nabi SAW melihat, antara lain: a. Penjaga neraka yang bernama Malik tidak tersenyum sama sekali dan bahwa Jibril berkata kepada Nabi: “Seandainya dia bias tertawa, niscaya dia akan tertawa kepadamu.” b. Bait al-Ma’mur yang berada di langit ke tujuh dan merupakan Ka’bah penduduk langit. Setiap saat beribadah disana 70.000 malaikat, lalu meninggalkannya dan tidak kembali lagi. c. Sidrah al-Muntaha yang sangat indah tidak terlukiskan dengan kata-kata, demikian juga surge, neraka, dan ‘Arsy (Singgasana Tuhan). Pada berbagai buku sejarah dikemukakan bahwa Isra dan Mi’raj terjadi pada tahun 621 M, atau tahun 10/11 dari keNabian (bi’tsah). Jumhur ulama menyebutkan tanggalnya adalah malam Jumat tanggal 27 Rajab. Bila dirunut dengan system Gregorian Converter edisi 1996-1997, malam 27 Rajab pada tahun 621 M, berada pada hari Selasa malam Rabu. Sedang malam Jumatnya jatuh pada malam tanggal 29 Rajab (-2 H) yang bertepatan dengan 26 Februari 621 M. Maka penanggalan yang lebih masuk akal adalah, bahwa Isra Mi’raj terjadi pada malam Jumat, malam tanggal 27 Rajab (-3 H), yang bertepatan dengan tanggal 7 Maret 620 M. Setelah itu, Rasulullah SAW pulang ke Mekkah. Keesokan harinya, beliau menceritakan apa yang beliau alami kepada orang-orang Quraisy. Sebagian besar dari mereka berkata: “Demi Allah, ini adalah sesuatu yang sangat konyol. Betapa tidak ?! Rombongan musafir yang jalannya cepat saja membutuhkan jarak tempuh selama sebulan untuk pergi dari Mekkah ke Syam, apakah mungkin Muhammad pergi ke sana lalu pulang ke Mekkah hanya dalam waktu semalam?”
54 |
Banyak orang yang tadinya telah masuk Islam menjadi murtad garagara peristiwa ini. Orang-orang Quraisy pergi kepada Abu Bakar, lalu berkata berkata kepadanya: “Coba lihat sahabatmu, wahai Abu Bakar, Ia mengaku pada malam ini pergi ke Baitul Maqdis dan shalat disana, kemudian pagi ini ia pulang ke Mekkah!” Abu Bakar berkata kepada mereka: “Apakah kalian mendustakan apa yang dikatakan?” Mereka menjawab: “Ya, benar!. Dia kini sedang berada di masjid sedang bercerita kepada manusia tentang apa yang baru dialaminya.” Abu Bakar berkata: “Demi Allah, jika itu yang yang ia katakana, pasti ia berkata benar. Apa ada yang aneh bagi kalian? Demi Allah sesungguhnya ia berkata kepadaku bahwa ia berpindah dari langit ke bumi hanya adalam waktu sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya.Jadi inilah puncak keheranan kalian?” Setelah mengatakan itu,Abu bakar berjalan hingga di tempat Rasulullah SAW berada. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah SAW : “Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada manusia, bahwa pada mala mini engkau pegi ke Baitul Maqdis?” Rasulullah SAW menjawab: “Ya, benar.” Abu Bakar berkata: “Kalau bergitu, tolong, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, karena sebelumnya aku pernah pergi ke sana!”. Lalu Rasulullah SAW menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis kepada Abu Bakar. Masjid Al-Aqsha yang diberkahi Allah SWT Al-Qasimy berkata, “Al-Aqsha berarti yang paling jauh. Disebut demikian karena jaraknya yang jauh dari Mekkah. Dan firman Allah SWT, ‘… yang telah kami berkahi sekelilingnya …’ (QS Al-Isra, 17: 1), yakni sisi-sisinya dengan keberkahan agama dan dunia. Sebab, tanah suci tersebut adalah tempat tinggal para nabi, tempat turunnya wahyu untuk mereka, serta tempat tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan. Keberkahan Ilahi melingkupi semua arahnya. Jadi, keberkahan berlipat-lipat karena ia terletak di tanah yang berkah. Begitu juga, entitasnya sebagai satu dari masjid Allah yang paling agung. Masjid adalah rumah Allah dan karena ia tempat ibadah para 55 |
nabi, tempat tinggal mereka, dan tempat turunnya wahyu untuk mereka sehingga masjid ini diberkahi oleh Allah dengan keberkahan para nabi. Begitu juga, masjid ini juga memberikan keberkahannya untuk mereka.” Karakteristik al-Aqsha Tempat beribadah para nabi Tempat ‘Isra penutup para nabi Dari sanalah Mi’raj rasulullah SAW dimulai menuju langit-langit yang tinggi Tempat terjadinya peristiwa teragung Rumah tempat Allah memuliakan ayat-ayat-Nya yang jelas Tempat dibacakannya empat kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada nai-nabi-Nya. Oleh karena itu, Allah menggenggam matahari melalui Yusya’ dengan tidak membenamkannya agar mudah menaklukkannya bagi mereka yang dijanjikan oleh Allah dan mendekat. Kiblat shalat bagi dua agama sebelum islam dan bagi kaum muslimin pada awal munculnya Islam setelah dua periode hijrah. Kiblat yang pertama bagi kaum muslimin Masjid yang kedua setelah masjid al-Haram. Tempat suci ketiga setelah masjid al-Haram dan Masjid Nabawi. Tentangnya Rasulullah bersabda, “Hendaknya suatu perjalanan tidak dilakukan setelah perjalanan ke dua masjid, kecuali ke Masjid al-Aqsha, setelah dua tempat itu, tidak ada tempat lain yang harus dijaga, kecuali masjid al-Aqsha.”
56 |
Masjid Al-Aqsa, Jerussalem
Qubbatus Shakrah (Dome of The Rock / Kubah Batu) di Kompleks Masjid Al-Aqsha.
Perkawinan Rasulullah SAW dengan Saudah binti Zam’ah dan Aisyah r.a.
57 |
Nabi SAW menerima usul Khaulah binti Hakim r.a. yang merupakan sahabat Khadijah, yakni menikahi dan hidup sebagai suami istri dengan Saudah serta menerima juga usulnya menikahi Aisyah, tetapi menangguhkan kehidupan berumah tangga dengannya. Beliau bersedia menikahi Aisyah r.a. untuk satu tugas yang tidak ringan yang diharapkan dapat diemban oleh Aisyah yang dikenal cerdas dan cantik. Saudah adalah putri Zam’ah bin Qais. Sebelum menikah dengan Nabi SAW ia adalah janda As-sakran bin ‘Amr yang merupakan putra pamannya. Zam’ah dan suaminya termasuk orang-orang yang berhijrah ke Habasyah, tetapi suaminya wafat di perantauan sehingga Saudah terpaksa kembali ke Mekkah menanggung beban kehidupan bersama anak-anaknya.
Bai’at Aqabah Pertama Jumlah yang yang dibaiat 12 orang. Lima diantaranya adalah pemuda yang pernah bertemu dengan Nabi SAW. Satu orang yang tidak hadir adalah Jabir bin ‘Abdullah bin Ri’ab. “Kemarilah, aku akan membai’at kalian.” Kata Rasulullah SAW. Selanjutnya Nabi SAW mulai membai’at mereka yang isinya sama persis dengan ba’iat kaum perempuan. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu. Janganlah mencuri Janganlah berzina Janganlah membunuh anak-anak kalian. Janganlah berbuat kebohongan. Janganlah menentangku dalam kebenaran.
“Siapa saja di antara kamu yang menepati, maka Allah yang akan membalas kebaikannya, dan siapa saja yang melanggar lalu diberi sanksi karenanya di dunia, maka itu adalah penebus dosa baginya,” “Dan siapa saja yang melanggar sesuatu dari itu lalu Allah tutup aibnya, maka urusannya tergantung kepada Allah. Jika Dia 58 |
menghendaki, Dia mengazabnya dan jika Dia menghendaki, Dia akan memaafkannya,” tambah Nabi SAW. Setelah Rasulullah SAW selesai membacakan bai’at. ‘Ubadah langsung berbai’at kepada Rasulullah SAW.” (HR Bukhari)
Masjid al-Bai’at di Mekkah (sumber: http://3.bp.blogspot.com)
Bai’at Aqabah Kedua Pada musim haji tahun ketiga belas keNabian, rombongan kaum Muslim dari madinah berkunjung ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji, bersama rombongan kaum musyrik yang jumlahnya mencapai lima ratus orang.
59 |
PERIODE HIJRIYAH - MADINAH Hijrah Mimpi Nabi melihat negeri hijrahnya Terpilihnya Yatsrib sebagai tempat hijrah bukan hanya disebabkan kondisi dakwah saja, melainkan juga ada wahyu dari Allah SWT. Dari Abu Musa al-Asy’ary r.a. mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidurku bahwa aku berhijrah dari Mekkah ke tanah yang terdapat pohon kurma. Sebelumnya aku yakin bahwa itu adalah Yamamah atau Hajar (kota di Bahrain), ternyata negeri itu adalah Yatsrib. “(HR Bukhari dan Muslim) Dari Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah bersabda,’Aku sudah melihat tempat hijrah bagi kalian. Aku diperlihatkan suatu tempat yang tandus yang ditumbuhi pohon kurma di antara dua tanah berbatu. ‘Lalu, pergilah mereka yang berhijrah menuju Madinah ketika Rasulullah SAW menyebutnya. Begitu juga, mereka yang pernah berhijrah ke Habasyah.’’ (HR Ahmad dan Hakim).
Sahabat Nabi SAW yang Pertama Hijrah Dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa Abu Salamah adalah orang yang pertama kali berhijrah, sementara dalam riwayat lain yang pertama kali datang ke Madinah adalah Mush’ab. Al-Hafizh Ibnu Hajar menggabungkan antara dua riwayat ini. Ia berkata, “Ibnu Aqabah meyakini bahwa yang pertama kali datang ke Madinah dari kaum Muhajirin secara mutlak adalah Abu salamah bin Abdul Asad. Sepulangnya dari Habasyah ke Mekkah, ia ditindas di Mekkah. Lalu, sampai kepadanya kabar tentang kedua belas orang Anshar pada baiat Aqabah I, kemudian ia menuju ke Madinah di tahun yang sama. Selanjutnya, digabungkan antara dua riwayat tersebut bahwa Abu 60 |
Salamah pergi ke Madinah bukan untuk menetap, melainkan lari dari kaum musyrik. Sebaliknya, Mush’ab bin Umair pergi ke sana dengan tujuan menetap dan mengajari siapa saja yang masuk Islam atas perintah Nabi SAW. Jadi, keduanya sama-sama pertama dari sisi yang berbeda.” Jibril mengabarkan bahwa Abu Bakar menjadi teman hijrah Nabi SAW Dari Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya Nabi SAW bertanya kepada Jibril, “Siapa yang pergi hijrah denganku?” Jibril menjawab, “Abu Bakar” (HR Hakim dalam al-Mustadrak, menurutnya sanad dan matannya shahih dan adz-Dzahabi sepakat dengannya, dan dia berkata, “Hadits ini Hasan gharib”) Di dalam Al-Qur’an Surah Al-Anfal, 8: 30, Allah SWT mengingatkan tentang sikap kaum Quraisy terhadap Rasulullah SAW:
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Orang-orang Quraisy di Mekkah berkumpul untuk bermusyawarah, sebagian dari mereka berkata, “Jika pagi tiba, tangkaplah Muhammad oleh kalian, sebagian lagi berkata: bunuh saja, dan sebagian lagi berkata: Usir saja dia. Kemudian Allah SWT memberitahu Rasulullah SAW akan rencana itu, sehingga Rasulullah SAW meninggalkan tempat tidurnya dan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib malam itu. Maka Rasulullah SAW pergi, dan ketika menjelang pagi harinya orang-orang Quraisy mengepung rumah Nabi SAW. Ketika mereka melihat bahwa yang tertidur di tempat tidur adalah Ali, mereka 61 |
bingung, Allah menghancurkan rencana mereka. Mereka bertanya, di mana temanmu itu (Muhammad)? Ali menjawab, ‘Aku tidak tahu.’ Imam Ahmad mengatakan dari Anas bin Malik, bahwa Abu Bakar r.a. pernah menceritakan kepadanya, ia berkata, “Saat kami berdua berada di Gua Tsur, aku pernah berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Jika salah seorang di antara mereka terlihat kedua kakinya, niscaya mereka akan menemukan kami yang saat itu berada di bawah telapak kaki mereka.’ Rasulullah SAW berkata, ‘Wahai Abu Bakar, bukankah menurutmu jika ada dua orang, maka orang yang ketiga adalah Allah SWT? ‘Kemudian orang-orang kafir Quraisy-yang saat itu telah berdiri di luar gua- pergi meninggalkan tempat tersebut karena tertipu oleh kondisi gua. Menurut mereka, sangat tidak masuk akal jika seseorang masuk ke dalam gua tanpa merobek sarang labalaba atau mengusik burung merpati yang menutupi pintu gua. Kemudian Allah SWT memberikan rasa tenang kepada Abu Bakar r.a., karena Rasulullah SAW sendiri selalu terlihat tenang baik sebelum maupun sesudahnya. Kisah Rasulullah SAW dan Abu Bakar r.a. di dalam Gua ini tercantum dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah, 9: 40:
62 |
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Gua Tsur. Disini Nabi SAW bersembunyi bersama Abu Bakar r.a. keduanya tinggal dalam gua selama tiga hari. (http://www.mustanir.com) Rasulullah SAW tiba di Quba Senin, 8 Rabiul Awwal tahun ke-14 dari keNabian. Di tahun pertama Hijrah, bertepatan dengan 23 September 622 M, Rasulullah SAW singgah di Quba. Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja’far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Abdurrahman bin Uwaim bin 63 |
Sa’idah yang berkata: bahwa beberapa sahabat Rasulullah SAW yang masih tersisa dari kaumku berkata kepadaku: “Ketika kami mendengar teriakan seorang Yahudi bahwa Rasululllah SAW telah tiba, maka kami segera keluar dari rumah untuk menemui beliau yang kala itu sedang bernaung di bawah pohon kurma ditemani Abu Bakar yang sebaya dengan beliau. Kemudian Rasulullah SAW diajak tinggal di rumah Kultsum bin Hidam, saudara Bani Amr bin Auf, kemudian salah satu dari Bani Ubaid. Ada juga yang mengatakan di rumah As’ad bin Zurarah. Sedangkan Abu Bakar r.a. berhenti di rumah Khubaib bin Isaf, salah seorang dari Bani Al-Harts bin Al-Khazraj di As-Sunh. Ada juga yang berpendapat beliau singgah di rumah Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair. Ali bin Abu Thalib tetap berada di Mekkah selama tiga hari tiga malam. Ketika ia selesai mengembalikan semua barang titipan orang Quraisy kepada Rasulullah, ia lalu menyusul ke Madinah dan singgah bersama beliau di rumah Kultsum bin Hidam. Pembangunan Masjid Quba Ibnu Ishaq berkata: Di Quba Rasulullah SAW menumpang tinggal di Bani Amr bin Auf pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Dan di saat itu pulalah beliau membangun masjid di Quba. Tatkala waktu shalat Jum’at telah tiba, Rasulullah SAW saat itu sedang berada di Bani salim bin Auf, kemudian beliau mendirikan shalat Jum’at di sebuah masjid yang ada di tengah lembah Ranuna’. Inilah shalat Jum’at yang pertama kali dikerjakan Rasulullah SAW di Madinah.
64 |
Masjid Quba, Madinah
Memasuki Madinah Seusai shalat Jum’at, Rasulullah SAW memasuki Yatsrib. Dan sejak hari itu, kota Yatsrib dinamakan dengan Madinatur Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam (kota Rasulullah SAW). Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Madinah, Rasulullah singgah di perkampungan Bani Najjar pada hari Jumat 12 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah, yang bertepatan dengan 27 September 622 Masehi. Di perkampungan Bani Najjar, Rasulullah SAW tingggal di rumah Abu Ayyub al-Anshari. Rasululullah SAW membangun masjid di Madinah, dan beliau memilih tempat pembangunan masjid itu di tempat berhentinya unta beliau. Rasulullah SAW membeli tanah dari dua orang anak yatim. Rasulullah SAW terjun langsung dalam pembangunan Masjid Nabawi dengan membawa bebatuan. Beliau juga membangun beberapa rumah di kedua sisi masjid yang terbuat dari bebatuan. Atapnya terbuat dari daun kurma yang 65 |
disanggah beberapa batang pohon. Ini adalah kamar-kamar istri beliau. Setelah selesai dibangun, beliau pindah dari rumah Abu Ayyub ke kamar-kamar tersebut (HR Bukhari dan Zadul Ma’ad). Ruangan tersebut tidak sebagaimana layaknya istana para raja, kaisar dan penguasa kerajaan Persia. Namun sekedar sebuah rumah seseorang yang jauh dari kemegahan dunia dan perhiasannya serta yang mengharap kehidupan akhirat. Ruangan tersebut dibangun sebagaimana masjidnya yang terbuat dari batu bata, tanah dan beberapa bebatuan. Atapnya terbuat dari batang dan pelepah kurma, terasnya sempit dan bangunannya kecil, tangan anak kecil yang berpostur tinggi pun dapat memegangnya. Hasan Al-bashri berkataketika masih kecil ia bersama ibunya, Khairah, yang merupakan bekas budak Ummu Salamah, -“Aku pernah meraih atap utama di rumah Nabi SAW dengan kedua tanganku”. Seperti inilah kesederhanaan rumah Rasulullah SAW, padahal Madinah terkenal dengan bentengnya yang menjulang tinggi, yang dibuat sebagai kebanggaan di waktu damai dan sebagai benteng perlindungan di saat peperangan. Karena begitu bangganya sehingga mereka memberinya nama, seperti halnya benteng Abdullah bin Ubay bin Salul yang diberi nama Mazaahim, dan benteng Hassan bin tsabit yang diberi nama Fari’. Panggilan Adzan di Madinah Rasululullah SAW mengadakan musyawarah bersama para sahabat guna menentukan suatu tanda untuk membangunkan mereka yang tidur, mengingatkan yang lupa dan memberi tahu kepada semua orang tentang masuknya waktu shalat. Ada yang berpendapat untuk mengibarkan bendera ketika waktu shalat tiba, sehingga semua orang bias melihatnya. Pendapat ini ditolak karena tidak berfaedah bagi mereka yang tidur dan lalai. Sebagian yang lain berpendapat untuk menyalakan api di tempat tinggi di atas ukit, namun pendapat inipun ditolak.Ada juga yang berpendapat dengan meniup terompet sebagaimana yang dilakukan oleh orang yahudi ketika mereka hendak beribadah. Namun Nabi SAW membencinya, karena beliau senantiasa menyelisihi amalan 66 |
ahli kitab. Sebagian sahabat ada yang berpendapat menggunakan lonceng, yang digunakan oleh orang Nashrani. Nabi SAW pun tidak menyukainya juga. Sekelompok sahabat ada yang berpendapat dengan memberi isyarat berupa seruan, dan pendapat inilah yang diterima. Salah satu petugasnya adalah Abdullah bin zaid Al-Anshary, suatu ketika disaat dia dalam kondisi antara tidur dan terjaga, ada seseorang yang menampakkan diri kepadanya seraya berkata, “bukannya aku sudah mengajarimu beberapa kalimat yang diucapkan dalam seruan untuk shalat”, jawabnya, “tidak”, kemudian orang itu berkata, “katakanlah Allah Akbar sebanyak 2 kali, kemudian ucapkan laa ilaaha illallah”, ketika ia terbangun kemudian menemui Rasulullah SAW dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi, nabi bersabda, “ini adalah mimpi yang benar”, kemudian Nabi bersabda kepadanya, “Ajarilah bilal, karena suaranya lebih nyaring dari suaramu” Di saat Bilal sedang mengumandangkan adzan Umar datang menarik sorbannya seraya berkata, “Sungguh aku telah melihat yang seperti itu wahai Rasulullah”. Bilal adalah salah satu dari 2 muadzin, yang lainnya adalah Abdullah Ummi Maktum. Ketika Adzan subuh Bilal menambahk seruan adzannya setelah lafadz Hayya’alash sholah dengan kalimat Ash shollaatu khairum minan naum (mendirikan sholat itu lebih baik dari pada tidur) sebanyak 2 kali dan Rasululullah SAW menyetujuinya. Pada awal mula Bilal adzan di tempat yang tinggi, dan selanjutnya dibangun menara yang digunakan untuk adzan.
67 |
Madinah pada masa lalu (sumber: http://nativepakistan.com)
Masjid Nabawi Madinah saat ini 68 |
Mimbar Nabi Sejak Masjid Nabawi dibangun, Rasulullah SAW tak memiliki mimbar untuk tempat khutbah. Setiap kali berceramah, beliau hanya menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon yang tumbuh di tempat shalatnya. Ketika sebuah mimbar telah dibuat dan dijadikan sebagai tempat Rasulullah SAW berkhutbah, batang pohon itu tak lagi digunakan beliau. Apa yang terjadi? Batang pohon itu layu dan sedih. Melihat itu Rasulullah SAW menghampirinya dan langsung mendekapnya. Mendapat perlakuan seperti itu, batang pohon tersebut terlihat nyaman dan kembali seperti sediakala. (HR Bukhari).
Raudhah, Masjid Nabawi Madinah Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar Rasulullah SAW melakukan sebuah tindakan besar yang memiliki pengaruh luar biasa dalam sejarah, yaitu mempersaudarakan (muakhah) kaum Muhajirin dan Anshar. Ibnul Qayyim berkata, “Lalu Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar di rumah Anas bin Malik. Mereka berjumlah 90 orang lelaki. Separuh dari kalangan Muhajirin dan separuh lagi dari Anshar. Beliau mempersaudarakan mereka agar
69 |
saling membantu dan saling mewarisi walaupun tak punya hubungan darah. Ini berlangsung hingga peristiwa Badar.”
Mengapa kalender Islam dimulai Muharram, bukan Rabi’ul al-Awwal Kalender Islami yang ditetapkan pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar RA dimulai dari Muharram, padahal hijrah Nabi SAW terjadi pada bulan Rabi al-Awwal. Beberapa pakar menjawab bahwa permulaan hijrah justru terjadi pada bulan Muharram, karena Bai’at ‘Aqabah yang kedua terjadi pada bulan Dzulhijjah, sedang dalam Bai’at itu telah disepakati tentang hijrahnya Nabi SAW ke Madinah, bahkan sebagian sahabat Nabi telah mendahului beliau ke sana. Karena itulah maka hijrah dihitung setelah adanya kesepakatan dan kebulatan tekad untuk melakukannya. Rasulullah SAW sampai di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal, pada saat waktu dhuha berkakhir, saat matahari tidak begitu panas. Itulah tanggal hijrah beliau sebagaimana dituturkan Ibnu Hisyam.
Piagam Madinah 1. Mereka adalah umat yang satu di luar golongan yang lain. 2. Kaum Muhajirin Quraisy tetap sebagimana status mereka dahulu (yaitus status sebelum masuk Islam), saling membantu dalam membayar denda di antar mereka serta menebus saudara mereka yang tertawan dengan cara yang makruf dan adil terhadap kaum Mukmin. Setiap kabilah dari kalangan Anshar tetap statusnya seperti adat kebiasannya yang berlaku di tengah mereka dahulu, dan setiap kabilah dari mereka menebus saudara mereka yang tertawan dengan cara yang makruf dan adil terhadap kaum Mukmin. 3. Orang Mukmin tidak boleh membiarkan seseorang yang menanggung beban hidup di antara sesama mereka dan
70 |
memberinya dengan cara yang makruf dalam membayar tebusan atau membebaskan tawanan. 4. Orang-orang Mukmin yang bertakwa harus melawan orang yang berbuat zalim, jahat, dan kerusakan serta permusuhan di antara kaum Mukmin sendiri. 5. Secara bersama-sama mereka harus melawan orang seperti itu walaupun dia anak salah satu di antara mereka sendiri. 6. Seorang Mukmin tidak boleh membunuh seorang Mukmin lainnya karena membela seorang kafir. 7. Seorang Mukmin tidak boleh membantu orang kafir yang melawan Mukmin lainnya. 8. Jaminan Allah adalah satu. Orang yang paling rendah pun berhak mendapat perlindungan. 9. Jika ada orang Yahudi yang tunduk kepada kita, dia berhak mendapatkan pertolongan dan persamaan hak. Tidak boleh dizalimi dan ditelantarkan. 10. Perdamaian yang dilakukan oleh setiap kaum Mukmin sama statusnya. Seorang Mukmin tidak boleh mengadakan perdamaian dengan orang kafir di medan pertempuran fi sabilillah, kecuali dengan persyaratan yang adil dan sama rata. 11. Sebagian orang Mukmin harus menanggung Mukmin yang lain, sehingga darah mereka terlindungi di jalan Allah. 12. Dan sesungguhnya seorang Musyrik tidak berhak melindungi harta dan Jiwa kaum Quraisy. Dan tidak dapat menghalangi kaum Mukmin terhadapnya. 13. Dan siapa yang membunuh seorang Mukmin tanpa hak, dia harus menanggung hukumannya (qishash atau diyat), kecuali dimaafkan oleh wali yang terbunuh. 14. Seluruh Mukmin harus menuntutnya dan tidak halal bagi mereka kecuali mengajukan tuntutan. 15. Tidak halal bagi setiap Mukmin membantu atau melindungi pelaku bid’ah. Dan siapa yang menolong atau melindunginya, atasnya laknat Allah dan kemurkaan-Nya pada hari Kiamat. Tidak akan diterima tebusan atau ganti apa pun darinya. 16. Dan apabila kalian berselisih tentang suatu perkara, kembalikan pada Allah dan Rasul-Nya. 71 |
Hikmah Piagam Madinah Piagam Madinah yang merangkul seluruh komponen masyarakat, adalah Undang-Undang yang sangat modern dan piagam pertama kali dalam sejarah politik di dunia Arab. Kelompok Muhajirin, Anshar, orang-orang Yahudi, dan suku-suku di Madinah melebur menjadi satu bangsa di bawah paying Piagam Madinah. Allah dan Rasul menjadi referensi tertinggi saat mereka terjebak di dalam perselisihan pendapat. Piagam tersebut juga menjelaskan secara rinci tentang sumber-sumber kekuasaan dan pembagian kedaulatan sebuah Negara; Tasry’iyyah (legislatif), Qadha’iyyah (yudikatif), dan Tanfidziyyah (eksekutif). Tuntunan Agama yang Ditetapkan pada tahun ke-2 Hijriyah 1. Pengalihan Kiblat ke Mekkah Salah satu peristiwa penting di Madinah yang terjadi pada tahun ke-2 H adalah pengalihan kiblat ke Mekkah, yang sebelumnya ke bait al-Maqdis d Palestina. 2. Puasa Ramadhan dan yang berkaitan dengannya. 3. Kewajiban zakat
Istri-istri Nabi SAW 1. Khadijah binti Khuwailid Pernikahan berlangsung pada 2 bulan setelah Muhammad pulang dari Syam. Khadijah adalah wanita pertama yang dinikahi Muhammad. Ia tidak menikah dengan wanita lain hingga Khadijah wafat. Keutamaan Khadijah Ali r.a. berkata, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda, ‘ Sebaik-baik wanita di dunia dalam masanya adalah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita dalam masanya adalah Khadijah r.a.’” (HR Bukhari). 2. Saudah binti Zama’ah 72 |
Rasulullah SAW menikahinya pada awal Syawal tahun kesepuluh dari nubuwah, tepatnya beberapa hari setelah Khadijah meninggal dunia. Sebelumnya sudah menikah dengan sepupu sendiri yang bernama As-Sakram bin Amru, yang kemudian meninggal dunia. Saudah wafat pada akhir masa kekhalifahan Umar Ibn alKhaththab dan dimakamkan di pekuburan umum Baqi’ di Madinah. 3. Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq Rasulullah SAW menikahinya pada bulan Syawal tahun kesebelas dari nubuwah, selang setahun setelah menikah Saudah atau dua tahun lima bulan sebelum hijrah. Beliau menikahinya saat dia masih berusia enam tahun, lalu hidup bersama beliau pada bulan Syawal, tujuh bulan setelah hijrah ke Madinah, yang saat itu umurnya Sembilan tahun. Aisyah adalah seorang gadis dan beliau tidak menikahi gadis kecuali Aisyah. Dia termasuk orang yang amat dicintai Rasulullah SAW dan merupakan wanita yang paling banyak ilmunya di tengah umat. Keutamaan Aisyah Hadits Aisyah r.a., nabi SAW bersabda kepadanya, “Aku melihat kamu dalam mimpi sebanyak dua kali, Aku melihat kamu dalam balutan sutra dan ada orang yang berkata, “Ini adalah istrimu, singkaplah ia.’ Ternyata wanita itu adalah kamu. Maka aku katakan, ‘Jika ini datangnya dari Allah maka Dia pasti akan menetapkannya.’” (HR Bukhari). Aisyah wafat pada malam selasa tanggal 17 Ramadhan tahun ke-58 Hijriyah. Abu Hurairah ikut menshalati jenazahnya, lalu dibawa ke pemakamam Baqi’ tengah malam dengan diterangi obor sepanjang jalan, Orang-orang yang mengikutinya dari belakang menangis duka. Tidak pernah ada malam yang dipenuhi manusia di jalanan selain malam itu. 4. Hafsah binti Umar bin Khattab
73 |
Dia ditinggal mati suaminya, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, pada waktu antara Perang Badar dan Uhud, lalu dinikahi Rasulullah SAW pada tahun 3 H. Umar bin Khathab berkata, “Ketika Hafshah binti Umar menjanda dari Khunais bin Hudzafah As-Sahmi-ia termasuk di antara sahabat Rasulullah SAW yang syahid dalam prang Badar-maka aku datangi Utsman bin Affan dan kutawarkan Hafshah kepadanya. Aku berkata, ‘Jika engkau menghendaki, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar. Utsman hanya memberi jawaban, ‘Aku akan melihat perkaraku dulu.’Aku lalu menunggu beberapa malam, kemudian ia menemuiku dan berkata, ‘Nampaknya aku tidak akan menikah pada saat ini.’ Kemudian aku menemui Abu Bakar, kukatakan kepadanya, ‘Jika engkau menghendaki, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar.’ Abu Bakar hanya terdiam dan tidak memberi jawaban sedikitpun kepadaku. Sehingga kemarahanku kepadanya jauh lebih memuncak daripada kepada Utsman. Lalu aku menunggu beberapa malam, dan ternyata Rasulullah SAW meminangnya. Aku pun menikahkannya dengan beliau. Kemudian Abu Bakar menemuiku dan berkata, ‘Sepertinya engkau marah kepadaku ketika engkau menawarkan Hafshah kepadaku dan aku tidak memberi jawaban sedikit pun.’Aku menjawab, ‘Ya.’ Abu Bakar berkata, ‘Sebenarnya tidak ada yang menghalangiku untuk memberi jawaban kepadamu mengenai apa yang engkau tawarkan kepadaku, kecuali aku mengetahui bahwa Rasulullah SAW sering menyebutnyebutnya, dan tidak mungkin aku akan menyebarkan rahasia Rasulullah SAW. Kalaulah beliau meninggalkannya, tentu aku akan menerima tawaranmu. 5. Zainab binti Khuzaimah bin Harits Dia berasal dari Bani Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah, yang dijuluki Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin), karena kasih sayang dan kemurahan hatinya terhadap mereka. 74 |
Sebelum itu dia adalah istri Abdullah bin Jahsy, yang mati syahid pada perang Uhud, lalu dinikahi Rasulullah SAW pada tahun 4 H. Namun dia meningggal dua atau tiga bulan setelah pernikahan ini. Keutamaan Zainab Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa sebagian istri-istri Nabi SAW bertanya kepada Nabi, “Siapakah di antara kami yang segera menyusul Anda (setelah wafat)?” Beliau bersabda, “Siapa yang paling panjang tangannya di antara kalian.” Maka mereka segera mengambil tongkat untuk mengukur panjang tangan mereka. Ternyata, Saudah yang paling panjang tangannya di antara mereka. Setelah itu (yakni ketika Zainab meninggal), kami mengetahui bahwa dialah (Zainab) yang paling gemar bersedekah. Dan ternyata Saudah yang lebih dahulu menyusul kematian beliau, dan dia juga paling gemar bersedekah.” (HR Bukhari). 6. Ummu Salamah binti Abu Umayyah Sebelumnya dia adalah istri Abu Salamah yang meninggal dunia pada bulan Jumdats Tsaniyah tahun 4 H, lalu dinikahi Rasulullah SAW pada bulan Syawal pada tahun yang sama. 7. Zainab bt. Jahsy bin Rayyab Dia berasal dari Bani Asad bin Khuzaimah dan putri bibi Rasulullah SAW sendiri. Sebelumnya dia adalah istri Zaid binti haritsah, yang dianggap sebagai putra beliau sendiri. Zaid menceraikannya, lalu Allah menurunkan ayat Al-Qur’an yang tertuju langsung kepada diri beliau,
75 |
“… . Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) …” (QS Al-Ahzab, 33: 37) Beliau menikahinya pada bulan Sya’ban 6 H. 8. Juwairiyyah binti Al Harits al-Khuzaiyyah Bapaknya adalah pemimpin Bani Musthaliq dari Khuza’ah. Tadinya Juwairiyah ada di antara tawanan Bani Musththaliq, yang kemudian menjadi bagian Tsabit bin Qais bin Syammas. Lalu Rasulullah menebus dirinya dan menikahinya pada bulan Sya’ban 6 H. 9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan Sebelumnya dia adalah istri Ubaidillah bin Jahsy. Bersama suaminya dia hijrah ke Habasyah. Namun, di sana Ubaidillah murtad dan masuk agama Nasrani dan juga meninggal disana. Sekalipun suami murtad, Ummu Habibah tetap teguh dalam Islam. Tatkala Rasulullah SAW mengutus Amir bin Umayyah Adh-Dhamri untuk menyerahkan surat kepada Raja Najasyi pada bulan Muharram 7 H, beliau juga menyampaikan lamaran kepadanya. 10. Shafiyah binti Huyaii Akhtab Dia berasal dari Bani Israil, yang sebelumnya dia salah seorang dari tawanan Khaibar. Shafiyah adalah putri Huyay bin Akhthab yang garis keturunannya berlanjut Nabi Harun a.s. 76 |
Ayahnya adalah tokoh Yahudi yang tewas terbunuh dalam peristiwa Khaibar, sedang ibunya adalah Barah binti Syamuel. Lalu Rasulullah SAW memilihnya untuk diri beliau sendiri, membebaskannya dan menikahinya setelah penaklukan Khaibar pada 7 H. Setelah penaklukan Khaibar, Shafiyah dikumpulkan bersama para tawanan. Setlah semua tawanan dikumpulkan, muncul Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, berikan kepadaku seorang tawanan wanita!”” Beliau bersabda, “Pergilah dan ambilah!” Setelah dia memilih Shafiyah binti Huyai, ada seorang menemui Nabi SAW seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau menyerahkan Shafiyah binti Huyai, putri pemimpin Quraizah dan Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah hanya pantas milik engkau.” “Kalau begitu panggil dia bersama Shafiyah,” sabda beliau. Setelah Shafiyah binti Huyai dihadirkan, beliau memandang dirinya, lalu bersabda kepada Dihyah, “Ambilah tawanan wanita selainnya!” Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam, dan dia pun memenuhinya. Setelah memerdekakannya, beliau menikahinya. Ada pun mas kawinnya adalah pembebasan dirinya. Setiba di Ash-Shahba dalam perjalanan ke Madinah, Ummu Sulaim merias Shafiyah, dan malam itu menjadi miliknya bersama beliau dan merupakan malam pengantinnya. Untuk acara walimah dihidangkan korma, makanan dari tepung, dan keju. Beliau berada di sana selama tiga hari. Pada saat-saat beliau melihat ada bilur-bilur warna biru membekas di wajah Shafiyah. Beliau bertanya, “Ada apa ini?” Shafiyah menjawab, “Wahai Rasulullah, sebelum engkau mendatangi kami, aku bermimpi melihat bulan seakan-akan terlepas dari tempatnya dan jatuh di bilikku. Tidak, demi Allah, aku tidak menyebut-nyebut diri engkau sedikit pun. Aku menceritakan mimpiku ini kepada suamiku, lalu aku menempeleng wajahku.”
77 |
“Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di Madinah,” sabda Nabi SAW. 11. Maimunah binti Al-Harits Dia adalah saudari Ummul Fadhl, Lubabah binti Al-Harits. Rasulullah SAW menikahinya pada Dzul Qai’dah 7 H saat umrah qadha’ setelah habis masa idahnya. 12. Mariyah Al-Qibthiyah Dia dihadiahkan oleh Al-Muqaiqis dan melahirkan putra beliau, Ibrahim, namun kemudian meninggal dunia selagi masih kecil di Madinah semasa hidup beliau, tanggal 28 atau 29 Syawal 10 H, bertepatan dengan 27 Januari 632 M.
Putra-Putri Rasulullah SAW Putra-putri beliau berjumlah tujuh orang: tiga laki-laki dan empat perempuan. Semuanya lahir dari Rahim Khadijah r.a., kecuali Ibrahim yang lahir dari Rahim Mariyah Al-Qibthiyah r.ha.. Yang laki-laki bernama Qasim, Abdullah, dan Ibrahim. Putra beliau yang bernama Qasim hanya sempat menghirup udara kehidupan di dunia ini beberapa hari. Ia dilahirkan sebelum Nabi SAW diangkat menjadi menjadi Nabi dan Rasul. Yang perempuan bernama Zainab, Ruqayyah, Fathimah, dan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW meninggal dunia pada tahun 9 H, yang membuat beliau sangat sedih. Beliau bersabda kepada Utsman, “Andaikan aku masih mempunyai putri yang ketiga, tentu akan kunikahkan ia denganmu.” Ibrahim putra Nabi SAW sebelum mencapai usia dua tahun sang anak sakit. Mariyah Al-Qibthiyyah bersama saudaranya merawatnya, namun ketetapan Allah tidak dapat dielakkan. Ibrahim wafat dipangkuan Nabi SAW. Beliau mencucurkan air mata sambil bersabda: 78 |
“Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan sesuatu yang hak, bukan juga janji yang benar, dan seandainya yang kemudian di antara kita tidak akan menyusul yang lebih dahulu dari kita, maka niscaya kami akan bersedih karena kepergianmu dengan kesedihan yang melebihi kesedihan ini. Sungguh wahai Ibrahim, kami amat bersedih, bercucuran air mata, berduka hati, tetapi kami tidak akan berucap yang mengundang murka Tuhan. Nabi SAW selanjutnya menoleh kepada Mariyah, menghiburnya, bahkan menghibur diri beliau dengan bersabda: “Sesungguhnya Ibrahim adalah putraku. Dia wafat dalam usia menyusu. Sungguh dia mempunyai dua orang yang menyempurnakan penyusuan di surga (HR Muslim). Terjadi gerhana matahari di hari wafatnya Ibrahim, sehingga orang banyak berkata, “Matahari gerhana karena matinya”. Rasulullah SAW langsung berkhutbah di hadapan orang banyak, berkata: “Bahwa matahari dan bulan itu adalah 2 ayat dari ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla, tidaklah keduanya gerhana karena mati seseorang atau karena lahirnya.” (HR Muslim). Cucu-cucu Rasulullah SAW Fathimah binti Muhammad menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Dari perkawinan ini lahirlah Hasan bin Ali dan Husen bin Ali, Ummi Kultsum dan Zainab. Adapun Muhsin dan Ummi Klutsum meninggal waktu masih kecil. Dan dari Fathimah Az-Zahra ini lahirlah dzuriyah Rasul sampai sekarang, yang di masyarakat lazim dijuluki sayid, habib ataupun Syarief.
Kisah keislaman Salman Al-Farisi Salman Al-Farisi menceritakan kisahnya tentang Rasulullah SAW: Seorang rahib Gomora berkata, “Wahai anakku, telah sampai kepadamu zaman seorang nabi yang diutus dengan agama Ibrahim. Ia muncul di tanah Arab berhijrah ke tanah yang berada di antara dua 79 |
daerah berbatu. Di antara kedua daerah berbatu tersebut terdapat perkebunan kurma yang memiliki ciri-ciri yang jelas. Nabi tersebut makan dari hadian dan bukan dari sedekah, dan di antara kedua pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika engkau dapat pergi ke negeri tersebut maka pergilah.” Kemudian rahib tersebut meninggal dan dikuburkan. Lalu aku menetap di Gomora beberapa lama, sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian ada beberapa pedagang dari kalib melewatiku. Aku pun berkata kepada mereka, “Bawalah aku ke tanah Arab. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kepada kalian sapi-sapiku dan hartaku ini.” Mereka menjawab, “Ya.” Maka aku pun memberikan kepada mereka semua itu, dan mereka membawaku. Sampai ketika mereka tiba di Wadil Qura, mereka menzalimiku. Mereka menjualku sebagai budak kepada seorang Yahudi. Lalu aku pun bersama orang Yahudi tersebut, sampai aku melihat perkebunan kurma. Dan aku berharap itulah negeri yang diterangkan oleh sahabatku. Ketika aku bersama orang Yahudi itu, datanglah anak pamannya dari Madinah. Demi Allah, aku tidak melihat tempat itu kecuali aku mengenalinya dari keterangan temanku, rahib Gomora. Aku lalu tinggal di Madinah dan Allah mengutus Rasul-Nya di Mekkah lalu ia tinggal di sana. Selama ia tinggal di sana, aku tidak mendengar kabar tentangnya sedikit pun. Sedangkan aku sibuk dengan kehidupanku sebagai budak. Kemudian ia pun hijrah ke Madinah. Demi Allah, ketika aku sedang berada di atas pohon kurma milik tuanku melakukan pekerjaanku, dan tuanku duduk di bawah. Tiba-tiba datanglah anak pamannya sampai ia berdiri di dekatnya, ia berkata, “Allah telah memerangi Bani Qilah. Mereka sekarang sedang berkumpul di Quba dengan seseorang yang datang dari Mekkah hari ini. Mereka meyakini orang tersebut adalah nabi.” Ketika aku mendengarnya, aku langsung kaget sampai aku mengira akan jatuh menimpa tuanku. Aku pun turun dari pohon kurma itu, lalu berkata kepada anak paman tuanku, “Apa yang engkau katakana, apa yang engkau katakan?” Lalu tuanku marah dan langsung 80 |
memukulku dengan keras, kemudian berkata, “Apa urusanmu dengan hal itu? Teruskanlah pekerjaanmu.” Aku berkata, “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin memastikan apa yang dikatakannya.” Aku memiliki sesuatu yang telah kukumpulkan.Maka, ketika waktu telah sore, aku pergi dengan membawa yang telah aku kumpulkan itu kepada Rasulullah, ketika beliau masih berada di Quba. Aku menemuinya, lalu aku berkata kepadanya, “Ada berita yang sampai kepadaku bahwa engkau ini adalah seorang yang shaleh, dan engkau bersama pengikut-pengikutmu yang asing lagi membutuhkan. Ini sesuatu yang aku miliki untuk aku sedekahkan kepadamu. Maka aku melihat, kalian lebih berhak mendapatkannya dari pada yang lain.” Lalu aku mendekatinya, maka Rasulullah berkata kepada para pengikutnya, “Makanlah oleh kalian ini.” Sedangkan Rasulullah tidak memakannya. Aku berkata di dalam diriku, “Ini ciri yang pertama.” Kemudian aku pulang lalu mengumpulkan sesuatu. Sedangkan Rasulullah telah pindah ke Madinah. Kemudian aku mendatanginya dengan membawa apa yang telah aku kumpulkan. Aku berkata kepadanya, “Aku telah melihatmu tidak mau memakan sedekah, maka ini hadiah. Aku ingin memuliakanmu dengan ini.” Maka Rasulullah SAW memakannya dan menyuruh para sahabatnya untuk makan bersamanya. Aku berkata di dalam hatiku, “Inilah dua ciri itu.” Lalu aku datang kepada Rasulullah, saat ia sedang berada di Baqi’ mengantarkan jenazah salah seorang sahabatnya. Ketika itu, ia mengenakan dua helai kain. Ia sedang duduk di antara para sahabatnya. Aku mengucapkan salam kepadanya, kemudian aku memutarkan pandanganku ke punggungnya, apakah ada tanda kenabian yang diterangkan sahabatku. Ketika Rasulullah melihatku, aku langsung berpaling. Beliau mengetahui, kalau akau sedang menyelidikanya tentang ciri yang telah diberitahukan kepadaku. Maka ia menjatuhkan selendangnya dari punggungnya. Aku pun langsung melihat tanda tersebut, dan aku mengenalinya. Lalu aku langsung merangkulnya dan menciuminya sambil menangis. Rasulullah lantas berkata kepadaku, “Pindahlah.” Aku lalu berpindah dan duduk di hadapannya. Kemudian aku mengisahkan kepadanya kisahku. (HR Ahmad). 81 |
Mengalihkan Kiblat ke Ka’bah Pada menjelang tujuh belas bulan tinggal di Madinah, Allah SWT menurunkan ayat yang mengalihkan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram,
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS AlBaqoroh, 2: 144) Orang-orang Yahudi ternyata menyesalkan pengalihan kiblat itu. Mereka berupaya memperdaya, dengan mengatakan, bahwa mereka akan mau jadi pengikutnya kalau ia kembali ke kiblat semula. Disini firman Allah SWT menyebutkan,
82 |
“Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata,”Apakah yang memalingkan mereka (muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” katakanlah (Muhammad), “Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
”Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (QS Al-Baqoroh, 2: 142-143)
83 |
Masjid Qiblatain
84 |
Peperangan
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, tetapi jangan melampui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orangorang yang melampui batas. (Al-Baqoroh, 2: 190) Jumlah Peperangan Rasulullah SAW Diriwayatkan dari Abu Ishaq: Abdullah bin Yazid keluar (dari rumahnya) untuk melakukan shalat istisqa bersama orang banyak. Lalu dia melakukan shalat dua rakaat, kemudian berdoa mohon hujan. Kemudian aku bertemu dengan Zaid bin Arqam pada hari itu juga, dia bersama seorang laki-laki. Kemudian aku bertanya kepadanya, “Berapa kali Rasulullah SAW berperang?” Dia menjawab, “Sembilan belas kali.” Aku menanyakan lagi,’berapa kali engkau berperang bersama beliau?” Dia menjawab, “Tujuh belas kali.” Aku bertanya,”Apa nama perang beliau yang pertama kali?” Dia menjawab,”Perang dzatul ‘Usair atau (Dzatul) ‘Usyair.” (HR Muslim) Diriwayatkan dari Buraidah r.a.: “Rasulullah SAW berperang sembilan belas kali. Di antaranya, beliau bertempur (secara langsung di medang perang) delapan kali” (HR Muslim) Perang Waddan, Perang Pertama yang Diikuti Rasulullah Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW keluar dari Madinah hingga sampai di daerah Waddan. Perang Waddan merupakan sebutan lain untuk perang Al-Abwa’. Rasululullah SAW bermaksud untuk menyerang orang-orang Quraisy dan bani Dhamrah bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah. Namun akhirnya beliau berdamai dengan bani Dhamrah di Al’Abwa. Dalam proses perdamaian ini Bani Dhamrah diwakili pemimpin mereka yang bernama Makhsyi bin Amr Adh-Dhamri. Kemudian Rasulullah SAW kembali ke Madinah tanpa ada 85 |
perlawanan apapun. Rasulullah SAW menetap di Madinah hingga sisa akhir bulan Shafar dan awal-awal bulan Rabiul Awwal.
Perang Badar Kubra Waktu : hari Jum’at 17 Ramadhan 2 Hijriyah Tempat : Dekat sumur antara Mekah dan Madinah, milik seorang lelaki bernama Badar. Akhirnya sumur itu dinamai dengan nama pemiliknya. Jumlah pasukan muslimin dalam perang Badar Diriwayatkan dari Al-Bara’ r.a., dia berkata: Saya diberitahu oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW yang turut dalam perang Badar bahwa jumlah mereka sama dengan pasukan Thalut yang turut bersamanya menyebrangi sungai Yordan, yaitu 310 orang lebih. Kata Al-Bara’ r.a.: Demi Allah! Tidak ada orang yang turut menyebrangi sungai bersama Thalut kecuali seorang mukmin. (HR Bukhari). Malam Jumat, 17 Ramadhan 2 H, Nabi menyiapkan tentaranya. Beliau menunjuk tempat-tempat di mana kaum musyrik akan terbunuh. Malam itu, kaum Muslim dilanda kantuk. Mereka tidur dengan tenang dan pulas sehingga besoknya bugar dan kuat, sedangkan Nabi tidak tidur semalaman. Beliau mengerjakan shalat dan berdoa sampai pagi. Begitu fajar merekah, beliau mengajak para sahabat mengerjakan shalat. Menjelang pertempuran, Nabi merapikan barisan prajurit seraya menyuntikkan semangat jihad. “Demi Zat yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, siapa yang berperang hari ini, lalu terbunuh dalam keadaan sabar, ikhlas karena Allah, maju terus pantang mundur, maka Allah menjanjikan surga baginya.” Beliau mengambil segenggam kerikil, lalu menebarkannya ke arah Quraisy seraya berkata,”Binasalah kalian semua!”. 86 |
Baju besi Nabi SAW dan baju perang Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a., Nabi SAW berdoa di dalam tenda:”Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu agar Engkau memenuhi janji-MU. Ya Allah! Jika Engkau mau (membiarkan kami kalah), maka setelah hari ini Engkau tidak akan disembah (oleh umat manusia)”. Abu Bakar r.a. memegang tangan Nabi SAW dan berkata, “Ya Rasulullah! Sudah cukup kiranya Anda berdoa dengan maksimal kepada Tuhan Anda”. Ketika itu Rasulullah SAW mengenakan baju besi, kemudian beliau keluar sambil membaca ayat Al-Quran (yang artinya): “Golongan itu (orang-orang kafir Quraisy) akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat adalah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”. (QS Al-Qamar: 45-46) (HR Bukhari) Hari Jum’at pagi kedua pasukan saling berhadapan. Masing-masing mendekat untuk memulai pertempuran. Tiba-tiba dari pasukan musyrik muncul Utbah ibn Rabi’ah, saudaranya, Syaibah, dan putranya, Walid ibn Utbah. Mereka menantang duel. Pemuda-pemuda Anshar maju, tetapi mereka tolak. Mereka minta lawan yang sepadan. Atas perintah Nabi, majulah Hamzah ibn Abdul Muththalib, Ubaidah ibn al-Harits ibn Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi Thalib. Kesemuanya keluarga terdekat Nabi. Setelah bertempur, ketiga prajurit musyrik itu terkapar. Ubaidah yang terluka diangkat oleh Hamzah dan Ali ke barisan kaum muslim. Sebuah pembukaan buruk bagi kaum musyrik. Selanjutnya pertempuran berlangsung sengit. Nabi ikut terjun. Ali bertutur, “Kalian telah menyaksikan bagaimana kami di Badar. Kami berlindung di balik Rasulullah. Beliaulah yang paling dekat dengan musuh, dan paling perkasa.” 87 |
Masuk waktu Ashar tak satu pun orang musyrik tersisa. Mereka yang masih hidup melarikan diri. Sementara itu, di pihak Muslim empat belas orang gugur sebagai syuhada terdiri dari enam orang dari kaum Muhajirin dan delapan orang dari kaum Anshar. Tidak ada seorang pun yang tertawan. Kaum musyrik yang tewas total berjumlah 49 orang. Nabi menghormati jenazah kaum musyrik. Mereka tak dibiarkan menjadi santapan hewan buas. Semua dimasukkan ke sumur tua yang sudah tak berair, lalu ditimbun tanah sebagai penghormatan atas status mereka sebagai manusia. Diriwayatkan dari Thalhah r.a., dia berkata: Pada saat perang Badar, Nabi SAW memerintahkan untuk membuang 24 mayat para tokoh Quraisy, kemudian mereka dilemparkan ke dalam suatu sumur kering yang kotor di Badr. Setelah berhasil mengalahkan musuh, biasanya Rasulullah tinggal di medan tempur selama tiga malam. Pada hari yang ketiga dalam perang Badr, Rasulullah SAW meminta agar ontanya disiapkan. Beliau menaikinya, kemudian berjalan dengan diikuti para sahabatnya. Mereka berkata, “Kita tidak lah melihat Rasululah SAW berangkat seperti ini kecuali dengan tujuan tertentu”. Sesampainya di bibir sumur tersebut, Rasulullah SAW segera memanggil nama-nama tokoh Quraisy yang terbunuh dengan menyebut pula bapak-bapak mereka, “Hai Fulan bin Fulan! Hai Fulan bin Fulan! Bukankah kalian akan memperoleh kesenangan seandainya kalian mematuhi Allah dan RasulNya? Sungguh kami telah mendapati kebenaran janji Tuhan kami kepada kami. Apakah kalian juga telah mendapati kebenaran janji tuhan kalian kepada kalian?” Umar bertanya, “Ya Rasulullah! Mengapa Anda berbicara dengan jasad-jasad yang sudah tak bernyawa? Rasululah SAW bersabda, “Demi Allah yang menggenggam jiwa Muhammad! Sungguh mereka mendengar ucapanku melebihi pendengaran kalian.” (HR Bukhari). 88 |
Terbunuhnya Abu Jahal Abdurrahman bin Auf pernah bercerita: “Di hari perang Badar ketika aku berada di tengah barisan, setiap kali aku menoleh ke kanan dan ke kiriku kudapatkan dua orang pemuda yang masih muda sekali usianya. Aku khawatir akan keselamatan keduanya. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berdua membisikkan sesuatu ke telingaku: “Hai Paman tunjukkan kepadaku yang manakah Abu Jahal itu?” Jawabku: “Apa maksudmu dengannya?” Jawab pemuda itu: Aku telah bersumpah jika aku bertemu padanya akan kubunuh atau aku mati karenanya. “Kemudian kata yang seorang lagi seperti yang dikatakan oleh yang pertama. Setelah dekat kutunjukkan para kedua pemuda itu si Abu Jahal itu. Keduanya segera menyerang Abu Jahal dengan pedangnya seolah-olah dua ekor rajawali. Kedua pemuda itu adalah dua orang bersaudara Ibnu Afra.” Dua orang pemuda berasal dari kaum Anshar, yaitu Muaz bin Amr Al-Jamuh, 14 tahun dan Muawwiz bin Afra, 13 tahun. Keduanya pemuda tersebut berhasil melukai Abu Jahal dengan cukup parah. Muawwiz gugur di tangah Ikrimah anak Abu Jahal, sedangkan Muaz putus tangannya. Pada akhirnya Abu Jahal terbunuh oleh Abdullah bin Mas’ud. Diriwayatkan dari Anas r.a., dia berkata: Nabi SAW pernah bersabda, “Siapa yang sudi menyelidiki apa yang diperbuat oleh Abu Jahal?” Maka Abdullah bin Mas’ud berangkat, lalu menemukan Abu Jahl sedang sekarat karena tebasan pedang dua putra Afra’. Abdullah bin Mas’ud bertanya: “Apakah kamu Abu Jahl?” Abdullah bin Mas’ud memegang janggut Abu Jahal, lalu Abu Jahal berkata “Haruskah kalian membunuh seorang penguasa perkasa, atau: Apakah seorang laki-laki perkasa dan terhormat dibunuh oleh kaumnya sendiri ? (HR Bukhari). 89 |
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kisah Perang Badar, tercantum dalam QS Ali-Imran, 3 : 121-125
121. Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang beriman pada pos-pos pertempuran. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,
122. ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.
123. Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu menyukuri-Nya.
124. (Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada orang-orang beriman, "Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah 90 |
membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
125. "Ya" (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Hari terjadinya Perang Badar, dalam al-Qur’an disebut juga dengan yaumul furqan (furqan berasal dari kata farraqa, artinya memisahkan, membedakan; yaumul furqan artinya: hari pembedaan antara kebenaran dan kebatilan). Sebagaimana disebutkan dalam surah AlAnfal:
“Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.(QS Al-Anfal, 8: 41). #Mukjizat Nabi Muhammad SAW Mengetahui Harta yang Dikubur dalam Tanah
91 |
Ketika kaum Quraisy mengirim utusan untuk menebus kaum mereka yang ditawan oleh Rasulullah SAW setelah Perang Badar, masingmasing orang menebus tawanan dengan apa yang mereka sukai. Saat itu, Abbas adalah seorang tawanan. Ia berkata, “Wahai rasulullah, aku adalah seorang muslim.” Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Allah lebih mengetahui keislamamanmu. Jika yang kau katakan benar, maka Allah akan membalasmu. Tetapi fisik tubuhmu berada dalam kekuasaan kami, maka tebuslah dirimu dan kedua anak saudaramu!” Abbas menjawab, “Aku tidak memiliki tebusan itu.” Rasulullah SAW menyanggah, “lalu di mana harta yang kau pendam bersama Ummul Fadhal, lalu kaukatakan padanya, ‘Jika aku mati dalam perjalananku ini, maka harta yang kupendam ini untuk kedua anakku; al-Fadahl dan Abdullah serta Qutsam.” Mendengar sanggahan rasul itu, Abbas berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh, tidak ada seorang pun yang tahu tentang harta itu, kecuali aku dan Ummul Fadhal.”
92 |
Peta Lokasi Perang Badar (sumber: https://endio.files.wordpress.com)
Lokasi Perang Badar (sumber: http://www.republika.co.id) Perang Bani Sulaim dan Bani Qainuqa Bani Sulaim bergerak untuk menyerang Madinah seminggu setelah kaum Muslim pulang dari Perang Badar, pada bulan Muharram than ke-3 Hijriyah. Rasululullah SAW tidak tinggal diam. Rencana penyerangan Bani Sulaim itu telah diantisipasi dengan penyiapan pasukan untuk menghadapi mereka. ‘Ali bin Abi Thalib diamanahkan memegang panji perang berwarna merah. Rasulullah SAW membawa pasukan Muslim ke luar Madinah hingga tiba di sumur al-Kudr. Kudr artinya “keruh” karena burung yang ada di sana berwarna keruh abu-abu. Selama tiga hari, kaum Muslim tinggal di sana tanpa melakukan peperangan. Setelah itu kembali ke Madinah. Dalam riwayat lain, kaum Muslim mengepung Bani Sulaim di rumah-rumah mereka dan berhasil mendapatkan rampasan perang kemudian pulang ke Madinah dengan selamat (Ibnu Hisyam dan Zadul Ma’ad) 93 |
Pedang Nabi SAW di Museum Topkapı Palace, Istambul,Turki Perang Bani Qainuqa Sebelumnya telah disepakati pernjanjian antara kaum Muslim dan Yahudi. Tetapi orang-orang Yahudi telah melumuru lembaran sejaran mereka dengan pengkhiatan dan pelanggaran janji, ternyata tidak menyimpang jauh dari tabiat mereka yang lebih suka memilih tipu daya, persekongkolan, menimbulkan keresahan dan keguncangan di barisan orangorang Muslim. Ibnu Hisyam meriwayatkan dari Abu Aun, bahwa ada seseorang wanita Arab yang datang ke pasar Bani Qainuqa’ sambil mengenakan jilbabnya. Dia duduk di dekat pengarjin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang di antara mereka bermaksud hendak menyingkap kerudung yang menutupi wajahnya. Tentu saja wanita Muslimah itu berontak. Dengan diam-diam tanpa diketahui wanita Muslimah itu, pengrajin perhiasan tersebut mengikat ujung bajunya, sehingga tatkala bangkit, auratnya tersingkap. Mereka pun tertawa dibuatnya. Secara spontan wanita muslimah berteriak. Seorang laki-laki Muslim yang ada di dekatnya berlari ke arah pengrajin perhiasan dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya mengikat laki-laki Muslim itu lalu membunuhnya. Kejadian ini 94 |
disebarluaskan orang-orang Muslim kepada sesamanya, dan mereka pun siap untuk menyerang orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’. Pada saat itu kesabaran Rasulullah SAW sudah habis. Setelah mengangkat Abu Lubabah bin Abdul Mundzir sebagai wakil beliau di Madinah dan bendera diserahkan kepada Hamzah bin Abdul Muththalib, beliau mengerahkan tentara Allah menuju Bani Qainuqa’. Karena orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ bertahan di benteng mereka, maka beliau mengepung mereka secara ketat. Saat itu hari Sabtu pada pertengahan Syawal 2 H. Pengepungan berjalan selama 15 hari hingga muncul hilal bulan Dzul-Qa’idah. Akhirnya mereka menyerah kepada keputusan Rasulullah SAW untuk berbuat apapun terhadap diri mereka, harta, para wanita dan keluarga mereka. Beliau memerintahkan agar orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ meninggalkan Madinah sejauh-jauhnya, dan tidak boleh hidup bertetangga. Maka mereka pergi ke perbatasan Syam, dan tiada seberapa lama, banyak di antara mereka yang meninggal dunia. Sementara itu, beliau menahan harta benda mereka. Beliau sendiri mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga pedang, dan tiga tombak serta seperlima harta rampasan. Muhammad bin Maslamah diberikan tanggung jawab untuk mengumpulkan semua harta rampasan perang.
Perang As-Sawiq Perang As-Sawiq berawal dari kepulangan pasukan musyrik ke Mekkah seusai mengalami kekalahan dalam Perang Badar. Abu Sufyan bernazar tidak akan mandi junub sampai ia berhasil menyerang Rasulullah SAW. Dalam upaua merealisasikan nazarnya itu, Abu Sufyan keluar Mekkah pada 5 Dzulhijjah, 22 bulan setelah hijrah, bersama 200 pasukan berkuda.
95 |
Abu Sufyan dan pasukannya memasuki al-Uraidh, salah satu sudut Madinah, dengan cara mengendap-ngendap. Setelah itu mereka membakar pohon-pohon kurma yang ada di wilayah tersebut. Pada saat itu mereka bertemu dengan seorang lelaki Anshar dan seorang sekutunya. Pertempuran kecil tak terelakkan. Lalu, mereka membunuh keduanya, setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Berita ini sampai kepada Rasulullah SAW dan dengan cepat beliau mengejar mereka hingga ke wilayah Qarqarah al-Kadr. Sayang, pasukan Muslim tak menemukan satu pun pasukan Abu Sufyan. Mereka berhasil melarikan diri dan meninggalkan Sawiq dan perbekalan agar lebih ringan. Sawiq adalah sejenis makanan gandum yang dicampur daging dan susu. Karena itu perang ini disebut dengan Perang sawiq atau Qarqarah al-Kadr. Perang Dzu ‘Amr Sekembalinya dari perang Sawiq, Rasulullah SAW tinggal di Madinah pada sebagian bulan Dzulhijjah atau hampir sebulan penuh, lalu pergi ke Najed untuk memerangi orang-orang Ghathafan. Itulah yang dinamakan Dzu Amar. Rasulullah SAW menunjuk Utsman bin Affan sebagai Imam di Madinah untuk sementara waktu. Rasulullah SAW tinggal selama sebulan atau mendekati sebulan berada di Najed, lalu pulang kembali ke Madinah karena tidak ada perlawanan. Beliau menghabiskan sisa bulan Rabiul Awwal atau sedikit dari bulan Rabiul Awwal di Madinah. Perang Al-Furu di Bahran Rasulullah SAW pergi untuk memerangi orang-orang Quraisy. Rasulullah SAW mengangkat ibnu mmu Maktum sebagai imam pengganti sementara di Madinah. Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan hingga sampai di Bahran, satu kawasan pertambangan di Hijaz dari arah AlFuru’. Beliau menetap selama bulan Rabiul Akhir dan Jumadil
96 |
Ula di kawasan. Setelah itu kembali pulang ke Madinah, karena tiada perlawanan.
Perang Uhud Waktu : Pertengahan bulan 2 Syawal tahun 3 Hijriyah / 23 Maret 625 M Tempat : Kaki Bukit Uhud, Utara Madinah Para Malaikat menolong Nabi SAW Dari Sa’ad bin Abu Waqqash berkata, “Aku melihat di sisi kanan Rasulullah SAW dan di sisi kirinya dua orang dengan pakaian putih pada perang Uhud berjuang melawan musuh dengan dahsyat dan aku belum pernah melihat mereka sebelum ataupun sesudah itu. (HR Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW bermunajat dalam peristiwa Perang Uhud, “Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka orang-orang yang belum mengerti.” (HR Bukhari dan Muslim). Pasca Perang Badar kaum Quraisy sepakat untuk memerangi kaum muslimin dengan kekuatan penuh. Untuk meredakan amarah mereka dan untuk mengenyangkan amarah kedengkian mereka, mereka menyiapkan segala sesuatu untuk mengeluarkan segala daya dan upaya demi peperangan ini. Rasulullah SAW meminta pendapat dari para sahabatnya, apakah mereka pergi menemui kaum Quraisy atau mereka bertahan di Madinah. Rasulullah SAW sendiri cenderung untuk tidak keluar dari Madinah dan bertahan di dalamnya. Jika Quraisy memasuki kota Madinah, kaum muslimin akan menyerang mereka dari mulut gang dan kaum wanita menyerang dari atap rumah. Abdullah bin Ubay menyetujui pendapat ini. Namun, beberapa sahabat utama yang turut dalam Perang Badar mengungkapkan bahwa mereka ingin menemui Quraisy di luar Madinah dan mereka memohon kepada Rasulullah untuk itu.
97 |
Pada perang ini, Abu Sufyan pemimpin Quraisy, mendatangi Madinah dengan hampir tiga ribu orang Quraisy dan sekutu-sekutunya. Mereka datang dengan membawa istri-istrinya. Ia berhenti di sebuah tempat bernama Ainain di dekat gunung Uhud. Rasulullah SAW berangkat dengan membawa seribu orang pasukan. Beliau menugaskan Ibnu Ummi Maktum untuk menjaga kota Madinah dan menjadi imam shalat bagi orang-orang yang tinggal di Madinah. Rasulullah SAW berangkat pada hari Jum’at, ketika tiba di Syauth, yaitu sebuah daerah yang terletak antara Madinah dan gunung Uhud, tanpa disangka-sangka mendadak Abdullah bin Ubay memutuskan untuk pulang dengan sepertiga jumlah pasukan. Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Kamu menentangku dan lebih mendengar orang lain.” Pasukan Pemanah Melanggar Perintah Rasulullah SAW Ketika pasukan pemanah melihat kesalahan yang menimpa kaum Quraisy dan sekutunya, serta melihat ghanimah (rampasan perang) di medan pertempuran, maka hal tersebut menarik mereka untuk meninggalkan posisi mereka, karena menyangka bahwa peperangan telah berakhir. Mereka berkata kepada pimpinan mereka, Abdullah bin Jubair, “Itu ghanimah. Para sahabat kalian telah mengalahkan mereka. Jadi, apa yang kalian tunggu?” Maka Abdullah bin Jubair berkata, “Apa kalian lupa apa pesan Rasulullah SAW kepada kalian?’ Mereka menjawab, “Sungguh kita harus mendatangi mereka agar kita mendapat ghanimah.” Kemudian mereka pergi mengumpulkan ghanimah dan tidak memperdulikan perkataan pimpinan mereka. Ibnu Abbas menggambarkan keadaan pasukan pemanah pada situasi itu. Dia mengatakan, “Ketika Nabi SAW telah berhasil mendapatkan ghanimah dan memukul mundur pasukan musyrikin, tiba-tiba pasukan pemanah menyerbu 98 |
turun semua dan bergabung dengan pasukan yang lain. Mereka bergabung dengan pasukan Rasulullah SAW dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu-sambil kedua tangannya menjalin jari-jarinya- maka mereka pun bercampur satu sama lain. Ketika terjadi keributan seperti itu dan pasukan pemanah berbaur di dalamnya, sekelompok pasukan berkuda (dari pasukan musyrikin) masuk dari tempat (para pemanah) dan mendekati para sahabat Nabi SAW, lalu terjadilah pertempuran yang sengit di antara mereka dan keadaan semakin kacau, sehingga banyak di antara kaum muslimin yang terbunuh. Khalid bin Walid yang saat itu mengepalai pasukan berkuda kaum musyrik, yang melihat kesempatan yang sangat tepat untuk melakukan pengepungan di sekita kaum muslimin. Ketika kaum musyrikin melihat hal tersebut, maka mereka pun segera kembali untuk bertempur dan mengepung kaum muslimin dari dua arah. Kaum muslimin telah kehilangan posisi mereka yang pertama dan mulailah mereka bertempur dengan centang perentang, tanpa adanya aturan dan kesatuan yang menghimpun mereka. Bahkan, mereka tidak bias lagi membedakan sebagian di antara mereka. Hingga akhirnya, mereka membunuh Al-Yaman-ayahanda Hudzaifah bin Al-Yaman-karena kesalahan. Mulailah kaum muslimin berjatuhan sebagai syuhada’ di medan pertempuran dan kehilangan kontak dengan Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. : Pada hari terjadinya Perang Uhud, Rasulullah SAW dilindungi oleh tujuh orang laki-laki Anshar dan dua orang laki-laki Quraisy (Muhajirin). Ketika orang-orang musyrik mengepung dan mendekati Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Siapakah yang bersedia mengusir mereka dari kami? Maka, balasan baginya adalah surga, atau dia adalah temanku di surga.” Lalu seorang laki-laki Anshar maju dan menggempur 99 |
musuh sampai dia gugur. Kemudian, ketika musuh-musush itu masih mengepung Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Siapakah yang bersedia mengusir mereka dari kami? Maka, balasan baginya adalah surga, atau dia adalah temanku di surga.” Lalu seorang laki-laki Anshar maju dan menggempur musuh sampai dia gugur. Demikianlah, hingga ketujuh orang (Anshar) yang melindungi beliau tewas semua. Akhirnya Rasulullah SAW bersabda kepada kedua sahabat Muhajirin yang berada disampingnya, “Kita tidak berlaku adil kepada kawan-kawan kita (orang-orang Anshar karena mereka yang maju satu per satu sampai tewas semua).” (Shahih Muslim) Pada perang Uhud ini Rasululullah SAW mengalami luka. Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hazim, sesungguhnya ia ditanya tentang luka yang dialami oleh Rasulullah SAW. Ia menjawab, “Demi Allah sesungguhnya aku tahu siapa yang menyeka untuk membersihkan luka Rasulullah SAW, siapa yang membantu menuangkan air, dan dengan apa luka beliau diobati. Fatimah lah yang menyeka untuk membersihkan luka beliau, dan Ali lah yang membantu menuangkan air dengan menggunakan gayung yang terbuat dari pelepah kurma. Melihat air justru semakin banyak mengeluarkan darah, Fatimah kemudian mengambil selembar tikar lalu dibakarnya, kemudian abunya ia tempelkan pada bagian luka beliau sehingga darahnya berhenti, tidak mengalir lagi.” Diriwayatkan dari Anas r.a.: Pada waktu Perang Uhud, gigi seri Rasulullah SAW patah dan kepala beliau luka. Lalu beliau menghapus darah tersebut seraya bersabda, “Bagaimana bisa beruntung orang-orang yang melukai kepala Nabi mereka dan mematahkan giginya? Padahal dia mengajak kepada Allah? Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat Al-Qur’an, Tak ada sedikit pun campur 100 |
tanganmu dalam urusan mereka itu … (QS Ali Imran, 3: 128)” (Shahih Muslim). Perang Kaum Wanita Bersama Kaum Laki-laki Anas r.a. berkata, “Ketika perang Uhud orang-orang kabur dari Nabi SAW sedangkan Abu Thalhah tetap bertahan di dekat Nabi SAW untuk melindungi beliau dengan perisainya. Abu Thalhah adalah seorang yang ahli memanah yang apabila mengenai target langsung menembus kulit. Pada perang itu dia telah mematahkan dua atau tiga anak panah karena sangat kerasnya bidikannya. Ada seorang laki-laki lewat di hadapannya dengan membawa sarung anak panah dan berkata, “Berikanlah ini kepada Abu Thalhah.” Maka Nabi SAW mendongakkan kepala beliau melihat keberadaan musuh, maka Abu Thalhah berkata, “Wahai Nabi Allah, demi ayah ibuku sebagai tebusannya, janganlah baginda mendongakkan kepala sebab bisa jadi ada panah musuh yang mengenai baginda. Cukup aku saja sebagai taruhannya. “ Sungguh aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim, keduanya mengangkat pakaiannya setinggi mata kakinya sehingga terlihat perhiasan yang ada pada betisnya. Keduanya membawa kendi-kendi air untuk memberi minum kepada mulut-mulut dari orang yang terluka. Sementara itu pedang musuh telah mengenai badan Abu Thalhah dua atau tiga kali.” (HR Bukhari) Mutilasi Syuhada Di bawah pimpinan Hind binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan, mereka mengunjungi para korban sesaat setelah kekacauan pasukan Muslim, lalu memutilasi Syuhada. Mereka memotong telinga dan hidung serta membelah perut para korban. Hindun melepaskan dendamnya dengan mengambil hati Hamzah r.a., paman Nabi, dan mengunyahnya, tetapi dia tidak mampu menelannya sehingga memuntahkannya. Telinga dan hidung para 101 |
korban dijadikan oleh Hindun sebagi anting dan kalung, sedang kalung emas dan antingnya diberikan kepada Wahsyi yang membunuh Hamzah sebagai tanda terima kasih. Mendengar/melihat syuhada diperlakukan secara tidak manusiawi, Rasulullah SAW sangat sedih dan marah. Sebelum kaum musyrik meninggalkan Uhud, panglima mereka Abu Sufyan meneriaki kaum Muslim: “Apakah di tengah kalian ada Muhammad?” Nabi SAW melarang menjawabnya. Sampai pada akhirnya Abu Sufyan berkata: “Kita bertemu di Badar tahun depan.’ Nabi memerintahkan menjawab: “baiklah. Itu janji antara kami denganmu.” Ketika Rasulullah SAW kembali dari perang Uhud, beliau mendengar wanita-wanita Anshar menangis. Maka beliau bersabda, “Akan tetapi Hamzah tidak ada yang menangisinya.” Berita tersebut sampai kepada wanitawanita Anshar, maka mereka pun menangisi Hamzah. Setelah itu beliau pergi tidur sejenak dan ketika terbangun, ternyata kaum wanita itu masih saja menangis. Maka beliau pun bersabda “Celaka mereka,mengapa mereka masih menangis di sini. Suruhlah mereka semua pulang, kemudian janganlah mereka menangisi orang yang meninggal setelah hari ini.”
102 |
Gunung Uhud, Madinah
Perang Dzatur Riqa’ Mayoritas penulis kisah peperangan menyebutkan peperangan ini terjadi pada 4 H. Tetapi dengan andilnya Musa Al-Ays-ari dan Abu Hurairah dalam peperangan ini, menujukkan bahwa peperangan ini terjadi setelah Perang Khaibar. Menurut beberapa riwayat, terjadi pada bulan Rabiul’ Awwal 7 H. Abu Musa berkata, “Kami keluar bersama Nabi SAW dalam suatu peperangan. Saat itu kami berjumlah enam orang dan kami hanya memiliki satu ekor unta yang kami gunakan secara bergantian. Kaki-kaki kami menjadi tipis (karena berjalan) begitu juga kuku-kuku kakiku tercabut. Kami lalu membungkus kaki-kaki kami dengan khiraq (sobekan-sobekan kain), oleh karena itu perang ini dinamakan perang Dzatur Riqa’, karena kami membalut kaki-kaki kami dengan khiraq.’ Abu Musa telah menceritakan kepada kami hadits ini, namun dia tidak menyukainya. Dia berkata, “Apa yang telah aku lakukan dengan menceritakannya?” Seakan-akan ia tidak suka menampakkan amalannya. (HR Bukhari). Jabir bin Abdullah berkata,”Kami pernah bersama Nabi SAW dalam perang Dzatur Riqa. Ketika kami mendapatkan pohon yang rindang, kami biarkan pohon itu untuk istirahat Nabi 103 |
SAW. Tiba-tiba seorang laki-laki musyrik datang, sementara pedang Nabi SAW tergantung di pohon tersebut. Laki-laki itu langsung mengambil pedang tersebut sambil berkata, “Kamu takut kepadaku?” Beliau menjawab, ‘Tidak.’ Orang itu berkata lagi, ‘Siapa yang dapat melindungimu dariku?’ Beliau menjawab, ‘Allah.’ Kemudian para sahabat mengancam orang itu. Tidak lama kemudian shalat didirikan, maka beliau shalat dengan satu kelompok sebanyak dua rakaat lalu kelompok ini mundur. Kemudian beliau melanjutkan shalat dua rakaat dengan kelompok yang lain, sehingga Nabi SAW melaksanakan shalat empat rakaat, sedangkan masingmasing kelompok shalat dua rakaat.” (HR Bukhari).
Perang Bani Musthaliq (Al-Muraisi) Dalam menetapkan waktu terjadinya perang ini para Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Setidaknya mereka terbagi menjadi tiga pendapat. Ada yang berpendapat bahwa perang ini terjadi pada tahun 6 H. Mereka yang mengatakannya, di antaranya Ibnu Ishaq, pemuka para ahli Sirah peperangan. Adapun yang mengikutinya, Khalifah bin Khiyath, Ibnu Jarir ath-Thabary, Ibnu hazam, Ibnu Abdulbarr, Ibnu al-araby, Ibnu al-Atsir, dan Ibnu Khaldun. Setiap ulama tersebut menyatakan dengan jelas bahwa peperangan in terjadi pada bulan Sya’ban, tahun ke-6 H. Nabi SAW mendengar bahwa kepala suku Bani Musthaliq, alharits bin Abi Dhirar, ia berkeliling di antara kaumnya dan siapa saja yang bisa ia temui dari bangsa Arab untuk memerangi Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW mengutus Buraidah bin al-Hashib al-Aslamy untuk menginvestigasi berita tersebut. Buraidah pun datang kepada mereka dan bertemu dengan al-Harits bin Abi Dhirar. Ia berbicara dengannya lalu kembali kepada Rasulullah SAW untuk mengabarkan hasil pembicaraannya. 104 |
Setelah jelas bahwa kabar tersebut benar, beliau menyeru para sahabat untuk menyiapkan peperangan. Segera beliau berangkat dan keberangkatannya itu pada dua malam pada bulan Sya’ban. Kali ini kaum munafik juga turut dalam barisan pasukan. Pada peperangan sebelumnya mereka belum pernah turut. Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah untuk mewakili beliau di Madinah. Dalam riwayat lain, Abu Dzar, ada juga yang mengatakan Numailah bin Abdullah al-Laitsy. Al-harits bin Abi Dhirar sendiri telah mengirim mata-mata untuk mencari berita tentang pasukan Islam. Namun, kaum muslimin dapat menangkapnya dan membunuhnya. Ketika berita tentang keberangkatan Rasulullah dan dibunuhnya mata-mata yang ia utus telah sampai pada alharits bin Abi Dhirar dan para pendukungnya, mereka takut sekali. Para pendukukungnya terpecah. Adapun Rasulullah telah tiba di al-Muraisi’, sebuah mata air yang berada di sebelah Qadid ke arah pantai. Mereka bersiap untuk perang. Rasululullah SAW mengatur barisan sahabatnya. Panji kaum Muhajirin dipegang oleh Abu bakar. Panji Anshar dipegang oleh Sa’ad bin Ubadah. Mereka saling menembakkan panah selama beberapa waktu. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyerang satu lawan satu. Akhirnya, pasukan muslimin menang. Musaffi’ bin Shafwan, suami Juwairiyah binti al-harits, satu dari sepuluh orang yang menjadi korban pedang kaum muslimin. Sebagian besar mereka tertawan, jumlah mereka 700 orang. Kaum muslimin merampas harta mereka, menawan kaum wanita dan anak-anak mereka, Juga menggiring binatang ternak mereka. Allah menolong Rasul-Nya dengan kemenangan yang besar. Di antara mereka yang tertawan adalah Juwairiyah binti alHarits, putri kepala suku, yang akhirnya dinikahi oleh Rasulullah SAW.
105 |
Peristiwa Hilangnya kalung dan Fitnah terhadap Aisyah r.a. Dari Aisyah r.a. berkata: “Setiap kali Rasulullah SAW hendak melakukan perjalanan, beliau mengundi istri-istrinya (siapa yang berhak turut dalam perjalanan itu). Dan siapa yang bagiannya keluar, ia pergi bersama Rasulullah SAW.” Aisyah berkata (dalam riwayat lain), “Beliau mengundi di antara kami di suatu pertempuran yang akan beliau lakukan dan bagiankulah yang keluar. Akhirnya, aku pergi bersama Rasulullah SAW, setelah perintah untuk berhijab ditetapkan. Aku ditempatkan di sebuah rumah-rumahan (di atas punggung unta) dan aku berada di situ sepanjang perjalanan. Kami terus melakukan perjalanan, sampai ketika Rasulullah SAW telah menyelesaikan peperangannya dan melakukan perjalanan untuk kembali. Ketika kami mendekati Kota Madinah, ia mengumumkan pada malam hari bahwa sudah waktunya untuk keberangkatan. Ketika mereka mengumumkan berita keberangkatan, aku bangun dan pergi melewati pasukan. Setelah aku menyelesaikan urusanku, aku kembali ke hewan tungganganku. Ternyata kalungku yang terbuat dari manikmanik Zifar (yaitu manik-manik Yaman) telah lepas. Jadi, aku kembali untuk mencari kalungku dan pencarian itu menahanku (untuk pergi). Sementara itu, orang-orang yang biasa membawaku datang, mereka mengangkat bilik kecilku dan meletakkannya di punggung untaku, yang biasa aku kendarai. Mereka menganggap bahwa aku berada di dalamnya. Di masa itu kaum perempuan ringan-ringan dan daging tidak membuat tubuh mereka berat. Sebab, mereka terbiasa makan sedikit. Mereka yang mengangkat bilik kecil itu tidak heran dengan ringannya barang itu. Pada waktu itu aku masih seorang gadis muda.” Mereka mulai menggiring unta dan mereka semua berangkat. Sementara itu, aku telah menemukan kalungku, setelah tentara pergi. Lalu, aku datang ke tempat mereka berkemah. Tidak ada yang memanggil dan tidak ada pula yang merespons panggilan. Jadi, aku berniat untuk pergi ke tempat di mana aku biasa pakai untuk tinggal. Aku mengira bahwa 106 |
mereka akan mencariku dan akan menemukanku kembali. Pada saat aku duduk di tempat peristirahatan, aku mengantuk dan tertidur. Shafwan bin al-Muaththal as-Sulamy, berada di belakang pasukan. Ia berjalan hingga mencapai tempat saya di pagi hari. Ia melihat bayangan hitam seseorang yang sedang tidur. Ia mendatangiku dan mengetahui karena dia pernah melihatku sebelum hijab diwajibkan. Aku terbangun ketika ia membacakan Istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un) ketika ia mengenaliku. Kututup wajahku dengan jilbabku (cadar). Demi Allah, dia tidak mengajakkku bicara sepatah kata pun dan aku tidak mendengarnya mengucapkan sepatah kata pun selain Istirja’-nya tadi. Dia turun dari untanya dan membuatnya berlutut, kemudian aku mengendarainya.
Camels with a howdah, by Émile Rouergue, 1855 (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Camel_train) Kemudian ia berangkat menarik unta yang membawaku sampai kami menyusul pasukan, setelah mereka singgah beristirahat dar panasnya siang. Kemudian binasalah dia yang telah binasa dan orang yang menyebarkan fitnah itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Setelah kami sampai di Madinah, 107 |
saya sakit selama satu bulan. Orang-orang banyak membicarakan perkataan yang disebarkan oleh para penyebar fitnah. Sementara itu, aku tidak menyadari apa-apa dari semua itu. Namun, aku merasa bahwa pada saat aku sedang sakit saat ini, aku tidak melihat kelembutan yang iasa aku rasakan dari beliau ketika aku sakit. (Namun, sekarang) jika Rasulullah SAW masuk ke kamarku, beliau mengucapkan salam dan berkata, “Bagaimana keadaanmu?” kemudian berlalu. Itu yang membuatku heran, tetapi aku tidak merasa ada terjadi sesuatu. Hingga ketika aku keluar setelah kondisiku pulih. Aku pergi dengan Ummu Misthah ke al-Manasi’, tempat kami membuang hajat. Dan kami tidak pergi ke sana, kecuali pada malam hari. Hal itu sebelum kami memiliki jamban di dekat rumah. Dan kebiasaan kami dalam membuang hajat, sama dengan kebiasaan orang Arab tempo dulu. Saat itu kami masih kerepotan jika membuat jamban di dekat rumah kami. Jadi, aku dan Ummu Misthah pergi. Aku dan Ummu Misthah kembali ke rumahku, setelah kami selesai membuang hajat. Ummu Misthah terkena bajunya dan berkata, “Biarlah Misthah hancur.” Aku bertanya, “Alangkah buruknya perkataanmu. Mengapa engkau mencela pejuang Badar?” Lalu, dia berkata, “Wahai yang tidak tahu apa-apa, apa kau tidak mendengar apa yang dia katakan?” Aku bertanya, “Apa yang dia katakan?” Kemudian dia menceritakan kepadaku fitnah dari orang-orang yang menyebarkannya. Penyakitku memburuk dan ketika aku sampai di rumahku, Rasulullah SAW datang kepadaku dan mengucapkan salam, beliau berkata, “Bagaiman kondisimu?” Aku berkata, “Apakah engkau mengizinkanku untuk pergi ke orang tuaku?” Aisyah berkata, “Ketika itu aku ingin memastikan berita itu melalui mereka.” Rasulullah mengizinkanku. Aisyah r.a. berkata, “Aku pergi ke orang tuaku dan bertanya kepada ibuku,’Wahai ibu, apa yang orang-orang bicarakan?’ Dia berkata,”Wahai putriku, jangan khawatir karena hampir tidak ada seorang wanita menawan yang dicintai suaminya dan ia memiliki madu (istri-istri suaminya), melainkan mereka 108 |
akan banyak mencari-cari kesalahannya’. Aku berkata,’Subhanallah, apakah orang-orang benar-benar membicarakan itu?’ Aku terus menangis malam itu sampai pagi menjelang, aku tidak bisa berhenti menangis atau tidur sampai pagi menjelang kembali.” Lalu, Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid r.a. ketika wahyu belum turun untuk bertanya dan berkonsultasi dengan mereka jika menceraikanku. Usamah bin zaid mengatakan apa yang ia ketahui tentang keluarga Rasul (Aisyah) yang tidak bersalah dan cinta beliau kepada keluarganya. Usamah berkata, “Wahai Rasulullah, keluargamu, kami tidak tahu apa-apa, kecuali kebaikan saja.” Adapun Ali bin Abi Thalib berkata, “wahai Rasulullah, Allah tidak menempatkanmu dalam kesulitan dan ada banyak wanita lain selain dia. Jika engkau bertanya kepada seorang budak wanita, ia akan memberitahumu kebenaran. Lalu Rasulullah SAW memanggil Barirah (seorang budak) dan berkata, ‘Wahai Barirah, apakah engkau melihat sesuatu yang membuatmu curiga?’ Barirah berkata kepadanya,’Tidak, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Aku belum pernah melihat sesuatu dalam dirinya (yaitu Aisyah) yang akan saya sembunyikan, kecuali bahwa dia adalah seorang gadis muda yang tidur meninggalkan adonan keluarganya, lalu datang seekor kambing dan memakannya. ‘jadi, pada hari itu Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar dan mengeluh tentang Abdullah bin Ubai bin Salul.” Rasulullah berkata ketika beliau di atas mimbar, “Wahai kaum muslimin, siapa yang akan membebaskanku dari pria yang telah menyakitiku, dengan pernyataan kejinya tentang keluargaku? Demi Allah, aku tidak tahu tentang keluargaku, kecuali kebaikan. Mereka menyebutkan seseorang, yang aku tidak mengetahuinya, kecuali kebenaran. Dan tidak ada yang masuk ke rumahku, kecuali bersamaku.” Sa’ad bin Mu’adz al-Anshari berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan membebaskanmu dari dia. Jika dia adalah dari al-Aus, aku akan memenggal kepalanya, dan jika 109 |
ia adalah dari saudara-saudara kita dari al-Khazraj, kemudian engkau perintahkan kami dan kami melakukannya.” Aisyah berkata, “Sa’ad bin Ubadah, kepala Al-Khazraj. Sebelum kejadian ini adalah orang yang shalih, tetapi cintanya kepada sukunya membuatnya terpancing dan berkat kepada Sa’ad (bin Mu’adz). ‘Demi Allah, engkau telah berbohong, kau tidak akan membunuhnya dan tak mampu membunuhnya.” Lalu, Usaid bin Hudair-yang merupakan sepupu dari Sa’ad bin Mu’adz- berdiri dan berkata kepada Sa’ad bin Ubadah, “Demi Allah, engkaulah pembohong. Kami pasti akan membunuhnya, dan Anda adalah seorang munafik berdebat atas nama orangorang munafik.” Orang-orang dari kedua suku al-Aus dan al-Khazraj bertengkar, hingga hampir saja saling bunuh meskipun Rasulullah SAW masih berdiri di mimbar. Rasulullah SAW terus menenangkan mereka sampai mereka diam dan begitu juga beliau. Turunnya ayat yang menyatakan Aisyah r.a. tidak bersalah QS An-Nur, 24; 11-20:
“11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barang siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).
110 |
12. Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata,”Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata.”
13. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-saksi, maka mereka itu dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang berdusta.
14. Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu).
15. (Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu
111 |
menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.
16. Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya, “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau ini adalah kebohongan yang besar.”
17. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali mengulang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang beriman.
18. dan Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
20. Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Sungguh, Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.” 112 |
Perang Badr yang Kedua Pada bulan Sya’ban 4 H atau Januari 626 M, Rasulullah SAW pergi pada hari yang telah dijanjikan bersama 1500 prajurit. Pasukan ini diperkuat dengan 10 orang penunggang kuda. Bendera ada di tangan Ali bin Abu Thalib. Madinah diwakilkan kepada Abdullah bin Rawahah. Mereka tiba di Badr dan menunggu orang-orang musyrik. Dari kaum musyrikin Abu Sufyan pergi bersama 2000 orang prajurit, yang diperkuat dengan 50 orang penunggang kuda. Mereka tiba di Zhahran sejauh satu marhalah dari Mekkah dan bermalam di Majannah, pangkalan air di daerah itu. Ketakutan menyelimuti Abu Sufyan dan pasukkannya, sehingga akhirnya memutuskan kembali ke Mekkah, tanpa harus perperang. Orang-orang Muslim menunggu kedatangan pasukan Quraisy di Badr hingga selama delapan hari. Selama itu mereka menjual barang-barang dagangan dan mendapat laba yang memadai. Kemudian mereka kembali lagi ke Madinah dengan membawa pamor yang harum dan keberadaan mereka disegani. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Perang Badr yang dijanjikan atau Perang Badr yang kedua, atau Perang Badr yang terakhir, atau Perang Badr Shughra.
Perang Dumatul Jandal Setelah Badr Sughra beliau menetap di Madinah selama enam bulan. Kemudian datang berita kepada beliau bahwa beberapa kabilah di sekitar Bumatul Jandal, tak jauh dari Syam, suka merampas dan merampok siapa pun yang lewat daerah itu. Bahkan mereka sudah menghimpun banyak orang, siap untuk menyerang Madinah. Setelah mewakilkan Madinah kepada Siba’ bin Urfthah Al-Ghifari, beliau berangkat bersama seribu prajurit pada akhir Rabi’ul Awwal 5 H. Beliau menunjuk 113 |
seorang laki-laki dari Bani Udzrah sebagai penunjuk jalan yang bernama Madzkur. Beliau mengadakan perjalanan pada malam hari dan berhenti pada siang hari, hingga tiba di tempat musuh yang tidak menyadari kedatangan beliau bersama pasukan muslimin. Setelah tahu, mereka termasuk penduduk Dumatul Jandal berpencar melarikan diri.
Dumatul Jandal (sumber: http://static.republika.co.id) Perang Khandaq Telah satu setengah tahun perang bani Nadhir berlalu. Suasana damai menyelimuti Madinah. Selama rentang waktu itu, Rasulullah SAW memfokuskan diri untuk menyebarkan agama dan memperbaiki kondisi masyarakat Madinah. Kehidupan kaum Muslim penuh ketenangan. Tak ada perang besar yang menyita stamina dan pikiran. Perang ini dinamakan Perang Khandaq (Arab: parit), karena Rasulullah SAW dan pasukan Madinah menggunakan parit sebagai strategi pertahanan. Perang ini juga disebut Perang Ahdzab (Arab; partai-partai atau kelompok-kelompok) karena pasukan yang dihadapi terdiri dari berbagai kelompok pasukan (Ahdzab) yang bersekutu menyerang Madinah.
114 |
Jumlah kaum kafir di Perang Khandaq mencapai 10.000 orang.
Waktu : Zulkaidah tahun 5 Hijriyah / April 627 M Tempat : Sekitar Madinah, khususnya bagian Utara. Khadaq dengan panjang 5544 m, lebar 4,62 m dan kedalaman 3,234 m. Tanah galian parit menjadikan parit semakin dalam karena ditumpuk di sebelah kaum muslimin.
Salman al-Farisi adalah orang yang banyak mengetahui seluk-beluk peperangan, yang belum dikenal di daerah-daerah Arab. Ia menyarankan supaya di sekitar Madinah digali parit dan keadaan kota diperkuat dari dalam. Saran itu segera dilaksanakan oleh kaum Muslimin. Nabi SAW ikut serta bekerja menggali parit dengan tangannya sendiri. Beliau turut mengangkat tanah dan sambil terus memberikan semangat, dengan menganjurkan supaya terus melipatgandakan. Pihak Muslimin sudah membawa alat-alat yang diperlukan, terdiri dari sekop, cangkul dan keranjang pengangkat tanah dari tempat orang-orang Yahudi Quraiza yang masih berada di bawah pihak Islam. Dengan bekerja terus menerus penggalian parit itu selesai dalam waktu enam hari. Diriwayatkan dari Jabir r.a., dia berkata: Kami menggali parit (mengelilingi Madinah untuk persiapan) perang Khandaq, kemudian muncul sebuah batu besar yang amat keras. Orang-orang menemui Nabi SAW untuk mengadu, “Ada batu besar yang amat keras muncul di dalam parit.” Rasulullah SAW menjawab, “Aku akan turun.” Maka beliau berdiri dengan mengganjalkan batu pada perutnya, karena sudah tiga hari kami tidak makan. Rasulullah SAW mengambil sekop kemudian beliau pukulkan pada batu besar tersebut hingga hancur bagai pasir (HR Bukhari).
115 |
Peta Perang khandaq (sumber: http://upload.wikimedia.org)
# Mukjizat Rasulullah SAW Mengabarkan Umat Islam akan Menundukkan Yaman, Syam, Maghrib dan Masyriq Ketika para sahabat sedang menggali parit (saat Perang Khandaq), Rasululullah SAW memberitahukan bahwa Allah akan menundukkan Yaman, Syam, Maghrib (Maroko) dan Masyriq untuk beliau. Dikisahkan bahwa Salman al-Farisi mengatakan, “Aku sedang menggali salah satu sudut parit, tetapi aku terhalang oleh sebuat batu besar, sementara Rasulullah berada tidak jauh dariku.” Ketika beliau melihatku sedang menggali dan parit itu sulit kugali, beliau turun dan meraih cangkul dari tanganku. Beliau mencangkul parit itu dengan keras hingga tampak kilatan api dari bawah cangkulnya. Rasul kembali mencangkul parit itu, dan lagi-lagi tampak kilatan api darinya. Kemudian beliau mencangkul lagi untuk ketiga kalinya, dan kilatan api itu tampak kembali. Karena heran, aku pun bertanya, “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya, wahai Rasulullah, beritahu aku apa sesungguhnya yang berkilatan di bawah cangkul saat engkau menggali parit tadi?” 116 |
Rasulullah menjawab, “Apakah benar engkau melihat itu, wahai Salman?” “Benar, wahai Rasulullah, “ jawabku. Kemudian Rasulullah pun menjelaskan, “Adapun kilatan yang pertama, itu berarti Allah akan menundukkan Yaman untukku, sedangkan kilatan yang kedua, Allah akan menundukkan Syam dan Maghrib. Adapun percikan ketiga, Allah akan menundukkan Masyriq bagiku.” Apa yang terjadi kemudian adalah sama persis seperti yang beliau kabarkan. Negeri pertama yang berhasil ditundukkan pada masa Rasulullah adalah Yaman, kemudian Syam dan Maghrib. Setelah itu, barulah Masyriq yang ditaklukkan tak lama setelah Rasulullah wafat.
Menyerbu Parit Ada beberapa orang ksatria dari Quraisy yang sudah berani maju ke depan, seperti ‘Amr bin Abd Wudd, ‘Ikrima bin Abi Jahl dan Dzirar bin Khattab. Mereka langsung menyerbu parit itu. Mereka menuju ke suatu bagia yang agak sempit. Dipacunya kuda mereka itu sehingga mereka dapat menyebrangi parit daan sampai di sabkha yang terletak antara parit dengan bukit Sal. Ketika itu Ali bin Abi Thalib keluar dengan beberapa orang dari kalangan Muslimin, terus cepat-cepat merebut sebuah rongga dalam parit yang telah diserbu oleh pasukan berkuda mereka. Ketika itu ‘Amr bin Abd. Wudd memangggil-manggil: “Siapa berani bertanding?” Setelah ajakan itu disambut oleh Ali bin Abi Thalib, ia berkata lagi dengan sombong: “Oh, kemenakanku! Aku tidak ingin membunuhmu.” “Tapi aku ingin membunuh kau”, sahut Ali. Kemudian duel itu terjadi, an Ali berhasil membunuhnya. Saat itu juga pasukan berkuda pihak Ahzab berlari kucar-kacir, sehingga mereka 117 |
terbentur ke dalam parit sambil terus berlari tanpa melihat ke kanan kiri lagi. Ketika matahari sudah terbenam, ketika itu datang Naufal bin Abdullah bin Mughira dengan menunggang kudanya hendak menyebrangi parit itu, tapi pada saat itu juga ia mendapat pukulan hebat sehingga ia berikut kudanya itu mati di tempat tersebut. Kemudian Abu Sufyan mengajukan tawaran hendak menebus mayat temannya itu dengan seratus ekor unta. Tetapi ia oleh Nabi SAW ditolak sambil berkata: “Ambillah mayat itu. Barang yang kotor tebusannya kotor juga.” Dengan cara yang berlebih-lebihan pihak Ahzab sekarang mulai lagi hendak mengobarkan api permusuhan dengan maksud menakutnakuti dan melemahkan jiwa kaum Muslimin. Orang-orang Quraiza yang bersemangat mulai turun dari benteng-benteng dan kubu-kubu mereka. Mereka memasuki rumah-rumah di Madinah yang terdekat pada mereka. Maksud mereka mau menakut-nakuti penduduk.
Gambaran Perang Khandaq (sumber: http://i.ytimg.com)
118 |
Angin topan Menghancurkan Perkemahan Ahzab Pada malam hari angina topan bertiup kencang sekali, disertai dengan hujan yang turun sangat deras. Bunyi petir menderu-deru diselingi oleh halilintar yang sambung menyambung. Tiba-tiba angin topan bertiup kencang sekali dan kuali-kuali tempat mereka masak terbalik. Sekarang timbul rasa takut dalam hati. Terbayang oleh mereka bahwa kaum Muslimin akan mengambil kesempatan ini untuk menyerang dan menghantam mereka. Ketika itu Tulaiha bin Khuwailid tampil secara berteriak: “Muhammad telah mendahului menyerang kita. Selamatkan dirimu! Selamatkan!” Kemudian Abu Sufyan berkata, “Saudara-saudara dari Quraisy, tidak layak lagi kita tinggal berlama-lama di tempat ini. Pasukan kita yang terdiri dari kuda dan unta sudah binasa, Bani Quraiza sudah tidak menepati janjinya lagi dengan kita, bahkan kita mendengar hal-hal dari mereka yang tidak menyenangkan hati. Ditambah lagi kita menghadapi angin yang begitu dahsyat. Maka sebaiknya kita pulang saja. Sayapun akan berangkat pulang.” Ahzab Berangkat Pulang Di tengah-tengah angin yang masih bertiup kencang, rombongan itu berangkat dengan membawa perbekalan seringan mungkin, diikuti oleh Ghatafan dan kelompok-kelompok lainnya. Keesokan harinya sudah tidak seorangpun yang dijumpai oleh Nabi SAW di tempat itu. Ia pun lalu pulang kembali ke Madinah bersamasama umat Islam yang lain. Mereka bersama-sama menyatakan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, karena mereka telah terhindar dari segala mara bahaya, orang-orang beriman itu tidak sampai terlibat dalam pertempuran. Perang Khandaq ini tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab, 33: 9-25 :
119 |
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah.”
“Di situlah diuji orang-orang mukmin dengan goncangan yang dahsyat.”
120 |
dan digoncangkan (hatinya)
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit berkata, “Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami hanya tipu daya belaka.”
“Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai penduduk Yasrib (Madinah)! Tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.” Dan sebagian dari mereka meminta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, “Sesungguhnya rumahrumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Padahal rumah-rumah itu tidak terbuka, mereka hanyalah hendak lari.”
“Dan kalau (Yasrib) diserang dari segala penjuru, dan mereka diminta agar membuat kekacauan, niscaya mereka mereka mengerjakannya; dan hanya sebentar saja mereka menunggu.
121 |
“Dan sungguh, mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungjawabannya.
“Katakanlah (Muhammad), ‘Lari tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika demikian (kamu terhindar dari kematian) kamu hanya akan mengecap kesenangan sebentar saja’.”
“Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (Ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?’ Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.”
122 |
“Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang yang berkata kepada saudarasaudaranya,’Marilah bersama kami.’ Tetapi mereka datang berperang hanya sebentar,”
“Mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalikbalik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.”
123 |
“Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan (yang bersekutu) itu belum pergi, dan jika golongan-golongan (yang bersekutu) itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badui, sambil menanyakan berita tentang kamu. Dan sekiranya mereka berada bersamamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja.”
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah.”
“Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.’ Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.”
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka
124 |
ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggununggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),
“agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
“Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh keuntungan apapun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah Maha Kuat, Mahaperkasa.”
125 |
Kompleks Masjid lokasi perang Khandaq
Perang Bani Quraizah Peperangan ini terjadi pada bulan Dzulqaidah 5 H. Pengepungan Bani Quraizha berlangsung selama 15 hari, mulai hari rabu, tujuh hari sebelum bulan Dzulqaidah berakhir sampai hari Kamis, tanggal 7 Dzulhijjah. Sebab-sebab Terjadinya Peperangan Sebab terjadinya peperangan itu adalah karena Bani Quraizah mengkhianati perjanjian yang sudah disepakati bersama. Hal ini dikuatkan oleh banyak riwayat yang bisa diangkat sebagai hujjah atas kebenaran berita tersebut. Pembatalan perjanjian itu dipicu oleh hasutan Huyay bin Akhtab. Kondisi muslimin saat itu betul-betul dalam keadaan terjepit. Mereka dikepung oleh sekitar sepuluh ribu pasukan yang tergabung dari berbagai suku dan golongan. Berdasarkan riwayat yang shahih, Rasulullah SAW mengutus Az-Zubair bin Al-Awwam untuk mengecek kebenaran berita bahwa Bani Quraidzah menghianati perjanjian mereka. Nabi SAW juga mengutus Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah yang didampingi oleh Abdullah bin Rawahah dan Khawat bin Jubair dengan tujuan yang sama, yaitu mengecek kebenaran berita yang tersebar 126 |
tentang pengkhianatan Yahudi. Setelah para utusan tersebut yakin terhadap kebenaran berita itu, mereka bergegas kembali menemui Rasulullah SAW dan melaporkannya kepada beliau. Maka semakin mantaplah sikap kaum muslimin mengadapi situasi semacam itu. Pada waktu Zhuhur, pada hari Rasulullah SAW kembali ke Madinah dan saat itu beliau sedang mandi di rumah ‘Aisyah, Beliau meminta agar batu bara dibakar lalu beliau menunaikan shalat Zuhur. Jibril mendatangi beliau sambil berkata, “Mengapa engkau letakkan senjata? Sesungguhnya para malaikat tidak pernah meletakkan senjatanya. Selagi kini engkau sudah pulang, maka sampaikan permintaan kepada orang-orang, lalu bangkitlah dengan orang-orang yang bersamamu ke Bani Quraizhah. Aku akan berangkat ke depanmu. Akan kuguncang benteng mereka lalu kususupkan ketakutan ke dalam hati mereka. “maka Jibril pergi di tengah prosesi para malaikat. Rasulullah SAW memerintahkan Bilal agar berseru kepada orang-orang, “Siapa yang tunduk dan patuh, maka janganlah sekali-kali mendirikan shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah. Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi maktum. Bendera diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib dan menyuruhnya agar lebih dahulu berangkat ke Bani Quraizhah. Setiba di dekat benteng mereka, dia mendengar suara-suara sumbang dan ejekan yang ditujukan kepada diri beliau. Pada akhirnya Bani Quraizhah dapat dikalahkan. Jumlah kaum laki-laki dari Yahudi Bani Quraizhah berjumlah enam ratus hingga tujuh ratus orang. Mereka semua dipenggal. Rasulullah SAW membagi seluruh harta rampasan dari Bani Quraizhah setelah mengambil seperlimanya. Tiga bagian diperuntukkan bagi barisan penunggang kuda. Sedangkan pasukan pejalan kaki mendapat satu bagian. Para tawanan diserahkan kepada Sa’ad bin Zaid Al-Anshari untuk dibawa ke Najd, lalu dijual di sana dan dibelikan kuda serta senjata. Rasulullah SAW memilih untuk diri beliau salah seorang wanita mereka, Raihanah binti Amr bin Junafah. Wanita itu tetap 127 |
berada dalam hak beliau hingga beliau meninggal dunia. Menurut Al-Kalbi, beliau membebaskan Raihanah dan menikahinya pada tahun 6 H. Dia meninggal saat beliau pulang dari Haji Wada’, lalu dikuburkan di Baqi. Para Suhada dlam Penyerbuan ke Bani Quraizha Diantara kaum muslim yang terbunuh pada penyerbuan Bani Quraizha adalah Khallad bin Suwaid dari Balharits bin Khazraj. Ia dibunuh oleh Nubata, yang mendorong sebuah batu gerinda ke arahnya dan batu itu menghantam kepalanya. Nabi berkata, “Ia akan mendapat ganjaran dari dua syuhada.” Beliau juga menghukum mati Nubata sebagai balasannya. Abu Sinan bin Mihshan tewas dan Rasulullah memakamkannya di sana. Ia terbaring di pemakaman Bani Quraizah hingga hari ini. Penyerbuan kepada Bani Quraizah ini disebutkan dalam AlQur’an, surah Al-Ahzab, 33: 26-27.
“Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizah) yang membantu mereka (golongan-golongan yang bersekutu) dari benteng-benteng mereka , dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebagian mereka kamu bunuh dan sebagian yang lain kamu tawan.”
“Dan Dia mewariskan kepadamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.
128 |
Perjanjian Damai Hudaibiyah (Zulkaidah 6 Hijriyah / Februari 628 M) Diriwayatkan dari Barra bin Azib r.a. : Sewaktu Nabi SAW dihalang-halangi berangkat ke Baitullah, penduduk Mekkah mengadakan perdamaian dengan beliau, yaitu memperbolehkan beliau memasuki Kota Mekkah, lalu tinggal di sana selama tiga hari dan tidak boleh memasuki Kota Mekkah dengan membawa senjata, kecuali di dalam sarungnya, tidak boleh pulang membawa seorang pun penduduk Kota Mekkah, dan tidak boleh melarang seorang pun yang bersama mereka untuk tinggal di Kota Mekkah. Beliau bersabda kepada Ali, “Tulislah perjanjian antara kita, ‘Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, inilah ketetapan Muhammad Rasulullah.” Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada beliau, “Kalau kami tahu bahwa Anda adalah Rasul Allah, tentu kami mengikuti Anda. Akan tetapi, tulislah, “Muhammad bin ‘Abdillah.” Lalu beliau menyuruh Ali menghapus kata-kata itu. Akan tetapi, ‘Ali berkata, “Demi Allah, saya tidak akan menghapusnya.” Lalu Rasululullah bersabda, “Perlihatkanlah kepadaku letak kata-kata itu.” Kemudian diperlihatkanlah letak kata-kata itu kepada beliau. Lantas beliau menghapus dan menggantinya dengan tulisan ‘bin Abdillah. Di Mekkah beliau tinggal selama tiga hari saja. Setelah hari ketiga, mereka (orang-orang Musyrik) berkata kepada Ali r.a. “Hari inilah hari terakhir dari perjanjian sahabat Anda, maka suruhlah dia keluar dari Kota Mekkah ini.” Lalu Ali pergi menemui beliau seraya memberitahukannya, lalu beliau bersabda, “Ya”. Lantas keluarlah beliau dari Kota Mekkah. (Shahih Muslim). Setelah beberapa saat dakwah Islam berkembang di jazirah Arab, permulaan kemenangan Islam mulai muncul. Dakwah Islam pun sedikit demi sedikit mulai menuai kesuksesan. Kaum muslim hampir mendapatkan mendapat kesempatan menunaikan ibadah di Masjidil Haram yang dihalangi kaum kafir sejak enam tahun lalu. 129 |
Itulah yang menjadi alasan Nabi SAW berkeinginan pergi ke Mekkah bersama para sahabat untuk melakukan ibadah umrah, sebagaimana dia mengajak sebagian bangsa Arab non muslim untuk ikut umrah. Hal ini dilakukan agar kaum Quraisy dan bangsa Arab tahu bahwa tujuan beliau hanya akan berumrah. Untuk menunjukkan niat baik, Nabi SAW meminta kaum muslimin berpakaian ihram sebelum jauh dari Madinah. Mereka juga diminta tidak membawa senjata, kecuali pedang dalam sarungnya untuk berjaga-jaga selama dalam perjalanan. Di samping itu, mereka juga membawa hewan untuk kurban agar lebih menunjukkan niat baik itu. Kaum Quraisy rupanya mengetahui hal tersebut. Mereka tentu saja tidak ingin kaum muslimin memasuki Mekkah dengan alasan apapun. Dilakukanlah berbagai cara untuk menghalangi mereka, termasuk dengan mengirimkan pasukan perang. Mengetahui apa yang akan dilakukan kafir Quraisy, kaum muslimin beralih dari jalan biasa ke jalan lain yang membawa mereka menuju Hudaibiyah yang berjarak sekitar 22 km dari Mekkah. Demi menghormati tempat dan waktu, kaum muslimin berusaha menghindari perang. Ketika tiba di Hudaibiyah, kaum Quraisy mengirimkan utusan satu demi satu. Semua delegasi Quraisy itu sepakat bahwa kaum muslimin hanya datang untuk melakukan ibadah umrah. Meski sudah mengetahui hal itu, para pembesar Quraisy tidak puas. Pertemuan pun diadakan lagi untuk menguraikan keruwetan ini. Hal paling penting yang diinginkan Quraisy adalah kaum muslimin kembali ke Madinah tanpa memasuki Mekkah. Hal ini agar kehormatan Quraisy terlindungi dan bangsa Arab tidak mentertawakan mereka. Ketika Nabi SAW setuju dengan poin tersebut, ada kemungkinan diadakan perundingan universal untuk menyirnakan permusuhan antara Quraisy dan kaum muslimin. Gencatan senjata Hudaibiyah memberikan kesempatan yang besar untuk menyebarkan agama Islam. Semangat kaum muslimin berlipat ganda dalam periode ini, melebihi semangat mereka di medan perang. 130 |
Kaum Quraisy mengutus Mikraz bin Hafsh dan Suhail bin Amru saudara bani Amir bin Luay menemui Rasulullah SAW. Sebagai saksi perdamaian adalah Abu Bakar, Umar bin Khathab, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Suhail bin Amr, Sa’ad bin Abu Waqqash, Mahmud bin Salamah, Mikraz bin Hafsh-yang waktu itu masih dalam keadaan musyrik, dan Ali bin Abu Thalib, sekaligus penulis teks perdamaian tersebut. Isi perjanjian Hudaibiyah: 1. Bismika Allahumma (Dengan nama-Mu ya Allah) 2. Inilah perjanjian perdamaian yang dilaksanakan oleh Muhammad bin Abdullah dan Suhail bin Amru. 3. Keduanya telah berjanji untuk mengakhiri peperangan atas seluruh manusia selama sepuluh tahun. Pada masa itu orang-orang mendapatkan keamanan dan sebagian mereka menahan (menjaga jangan sampai berperang) atas sebagian yang lain. 4. Bahwa barang siapa mendatangi kota Mekkah dari kalangan sahabat Muhammad, baik itu untuk berhaji ataupun ber-umrah atau mencari karunia Allah, maka ia aman pada darah dan hartanya. Dan barang siapa yang mendatangi kota Madinah dari kalangan kaum Quraisy untuk menyebrang ke Mesir atau Syam atau untuk mencari karunia Allah, maka ia aman pada darah dan hartanya. 5. Bahwa barang siapa mendatangi Muhammad dari kalangan kaum Quraisy tanpa seizin walinya, maka ia harus dikembalikan kepada mereka. Dan barangsiapa mendatangi kaum Quraisy dari kalangan orang-orang yang bersama Muhammad, maka mereka tidak berkewajiban mengembalikannya kepada Muhammad. 6. Bahwa di antara kita berkewajiban untuk saling tahan menahan. Dan bahwa kedua belah pihak tidak boleh mencuri dengan sembunyi-sembunyi dan tidak boleh saling mencederai dan mengkhianati. 7. Bahwa barangsiapa yang suka untuk masuk ke dalam pengukuhan dan perjanjian Muhammad, maka silahkan 131 |
masuk. Dan barang siapa yang suka untuk masuk ke dalam pengukuhan dan perjanjian kaum Quraisy, maka silahkan masuk. Kemudian orang-orang bani Khza’ah melompat berdiri seraya berkata, “kami berada dalam pengukuhan dan perjanjian Muhammad. Sementara orangorang bani Bakar melompat berdiri seraya berkata, “Kami berada dalam pengukuhan dan perjanjian kaum Quraisy.” 8. Bahwa engkau pada tahun ini harus kembali dan tidak boleh masuk ke kota Mekkah. Kemudian pada tahun depan, kami (kaum Quraisy) akan keluar dari Mekkah, dan engkau boleh masuk bersama para sahabatmu, lalu engkau boleh tinggal disana selama tiga hari dengan membawa senjata orang bepergian. Yaitu, pedang-pedang di dalam sarungnya, Engkau tidak boleh masuk dengan senjata selain itu. 9. Untuk binatang sembelihan (kurban), kami tidak akan mengambilnya dan akan melepaskannya. Maka, janganlah engkau berikan kepada kami. 10. Perjanjian ini disaksikan oleh beberapa orang dari kaum muslimin dan beberapa orang dari kaum musyrikin. Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. : Ketika ayat, “Sesungguhnya, kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata supaya Allah memberikan ampunan kepadamu … sampai pada firman-Nya …keberuntungan yang besar di sisi Allah (QS Al-Al-Fath, 48: 1-5), diturunkan, sepulang beliau dari perjanjian Hudaibiyah, dan mereka sedang diliputi kesusahan dan kesedihan, serta beliau telah menyembelih binatang kurban di Hudaibiyah, beliau bersabda, “Sungguh, telah diturunkan sebuah ayat kepadaku, ayat itu lebih menyenangkan kepadaku daripada dunia ini semua.” (Shahih Muslim). Imam Mujahid berkata, ‘Ketika Rasul SAW berada di Hudaibiyyah, beliau bermimpi melihat dirinya dan sahabatsahabatnya memasuki kota Mekkah dengan aman, Sebagian mereka ada yang mencukur rambut seluruhnya serta ada yang 132 |
hanya menggunting sebagian, maka turunlah ayat QS Al-Fath, 48: 27 “Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggunduli rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.” #Mukjizat Nabi SAW: Melimpahnya air sumur Hudaibiyah Diantara mukjizat Nabi SAW adalah tatkala Nabi SAW berada di Hudaibiyah pada tahun ke-6 H, dimana Hudaibiyyah merupakan sumur air, ketika itu para sahabat menghabiskan airnya, hingga tidak tersisa, meskipun hanya secangkir air. Sementaramereka berjumlah 1.400 orang. Maka mereka khawatir kehausan, lalu mengadu kepada Rasulullah SAW. Kemudaian Nabi SAW dating lalu duduk di atas bibir sumur. Nabi SAW meminta dibawakan sedikit air lalu dibawakanlah kepadanya. Selanjutnya beliau berkumur dengannya lalu menyemburkan apa yang telah dikumurkannya itu ke dalam sumur. Tidak lama kemudian, tiba-tiba sumur itu berisi air. Mereka pun mulai minum, memberi minuman (hewan tunggannya), dan mengisi bejana-bejana dan peralatan untuk memikul air milik mereka. Sementara jumlah merka adalah 1.400 orang. Melimpahnya air dari sumur yang kering dan tidak berair sama sekali, hingga akhirnya seluruh penghuni kamp dapat mengambil air darinya, tidak lain merupakan tanda kenabian yang benar, yang seolah berucap, “Percayalah kepada apa yang dibawa dan diserukan oleh Muhammad SAW sebab ia adalah Rasul yang diutus oleh Allah kepadamu dengan sebenar-benar dan setulus-tulusnya.”
133 |
Reruntuhan Bangunan di Hudaibiyah tempat Rasulullah SAW berkemah dengan para sahabat. Bangunan dibuat untuk mengenang peristiwa itu. (Sumber: http://www.liputanbmi.com)
Korespondensi dengan beberapa Raja dan Amir 1. Surat kepada Najasyi, Raja Habasyah Sejak dulu negeri ini dikenal dengan nama Abbesinia atau Ethiopia. Negeri ini terletak di timur Afrika, di sebelah barat daya Laut Merah. Pada masa pemerintahan kerajaan Habasyah di Yaman gubernurnya yang bernama Abrhah pernah mengirimkan tentaranya ke kota Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Kejadian ini dikenal dengan penyerbuan tentara gajah. Beliau mengutus Amru bin Umayyah Adh-Dhamiri. Raja Najasyi menerima utusan Nabi SAW dengan baik dan menjawab surat dengan baik pula.
134 |
2. Surat kepada Muqauqis, Raja Mesir Nabi SAW mengirimkan surat kepada Muqauqis (Juraih bin Mina), raja Iskandariyah dan pembesar Qibthi yang dibawa oleh Hathib bin Abi Balta’ah Al-Lahmi. Ia berkomentar baik terhadap isi surat tersebut, hanya saja ia belum bersedia masuk ke dalam agama islam. Dia juga mengirimkan sejumlah hadiah kepada Nabi SAW, yang di antaranya adalah Mariyah Al-Qibthiyah. Ketika disampaikan jawaban Muqauqis kepada Nabi SAW, maka beliau pun bersabda, “Orang buruk itu terlalu kikir dengan kekuasaannya, sementara kekuasaannya tidak akan kekal.” 3. Surat kepada Kisra Raja Persia Nabi SAW menyurat kepada Kisra (Chosroes), Penguasa Persia, yang dikenal memiliki kekuasaan yang sangat luas dan hidup berfoya-foya. Imam Bukhari meriwayatkan tentang pengiriman surat itu, tetapi tidak meriwayatkan teksnya, hanya menyatakan bahwa surat tersebut dibawa oleh Abdullah bin Huzafah as-Sahmi 135 |
yang diperintah Nabi SAW menuju ke Penguasa Bahrain, alMunzir bin Sawi al-‘Abdi. Setelah surat sampai, Kisra langsung mencabik-cabik surat itu. Dengan sombong dia berkata, “Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku berkuasa.” Setelah mendengar apa yang dilakukan Kisra, Nabi SAW bersabda, “Allah akan mencabik-cabik kerajaannya.”
4. Surat kepada Kaisar Romawi/Byzantium, Heraclius Hercules ini kaisar yang menguasai wilayah yang sangat luas dan kaya. Ia berasal dari keluarga Yunani, tetapi besar di satu wilayah dekat Tunisia. Ia berhasil mengalahkan Persia yang menyerang wilayah Byzantium, bahkan menyerangnya hingga Persia, Iran. Dia juga berhasil menguasai Palestina dan menegakkan kembali kekuasaan Kristen di sana. Yang membawa surat Nabi SAW adalah Dibyah al-Kalbi, seorang sahabat Nabi SAW yang dikenal sangat gagah dan cerdas. Imam Bukhari meriwayatkan teks surat itu yang terjemahannya lebih kurang sebagai berikut: “Bismillah ar-Rahman ar-Rahim, Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya, Kepada Heraclius Romawi yang Agung. Salam sejahtera bagi yang mengikuti Hidayah (Allah). Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam. Peluklah Islam, Engkau akan selamat. Allah akan menganugerahimu dua kali ganjaran, Jika Engkau enggan, maka Engkau akan memikul dosa al-Arisiyin. “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada
136 |
mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS Ali-Imran, 3: 64).”
Surat kepada Heraclius (sumber: http://www.voa-islam.com) 5. Surat kepada Al-Mundzir bin Sawa Rasululullah SAW mengutus Abul Ala’ Al-hadhrami dengan membawa surat untuk Al-Mundzir bin Sawa pemimpin Bahrain, sepulangnya beliau dari Hudaibiyah. Al-Mundzir bin sawa telah merespon baik surat nabi SAW, lalu masuk Islam bersama seluruh penduduk Arab di Bahrain. Adapun penduduk negeri dari kalangan Yahudi dan Majusi, maka mereka mengadakan perjanjian damai dengan Al-‘Ala dan Al-Mundzir atas pembayaran jizyah dari setiap orang yang membawa dinar. 6. Surat kepada Haudzah bin Ali-Hanafi, Pemimpin Yamamah. Rasulullah SAW mengutus Salith bin Amru Al-Amiri dengan membawa surat untuk Haudzah bin Ali Al-Hanafi sekembalinya beliau dari Hudaibiyah. Setelah membaca isi surat Rasulullah, Haudzah bin Ali Al-Hanafi mensyaratkan kepada beliau agar 137 |
memberikan sebagian kekuasaan kepadanya. Namun, Rasulullah SAW menolak hal tersebut. 7. Surat kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani, Pemimpin Damaskus Beliau menunjuk Syuja’ bin Wahb dari Bani Asad bin Khuzinah untuk mengantarkan surat itu. Setelah membacanya, dia berkata, “Siapa yang mau merebut kerajaan ini dari tanganku, aku pasti akan menghadapinya.” Dan dia tidak mau masuk Islam. 8. Surat kepada Raja Uman Nabi SAW menulis surat kepada Raja Uman, Jaifar dan Abd, keduanya adalah anak Al-Julunda. Beliau menunjuk Amr bin Al-Ash untuk menyampaikan surat ini. Amr menuturkan, “Aku pun berangkat hingga tiba di Uman. Aku ingin menemui Abd bin Al-Julunda terlebih dahulu, karena dia lemah lembut dan lebih kompromis. Akhirnya Jaifar dan Abd bin Al-Julunda masuk Islam dan beriman kepada Nabi SAW. Bahkan keduanya siap menyerahkan sedekah dan kerajaan tetap berada di tangan mereka berdua. Pengiriman surat ini kepada Jaifar dilakukan pada waktu-waktu belakangan daripada surat-surat lain yang dikirimkan kepada para raja. Menurut pendapat mayoritas, surat ini dikirimkan setelah Perjanjian Hudaibiyah.
Perang Khaibar dan Wadil Qura Perang Khaibar adalah perang menghadapi kaum Yahudi yang bermukim di Khaibar. Khaibar telah lama menjadi ancaman bagi Madinah dari sebelah Utara dan selalu mengobarkan rasa permusuhan. Sesudah Perjanjian Hudaibiyah disepakati antara Muhammad SAW dan kaum musyrik Mekkah, maka ancaman dari Selatan Madinah relatif dapat dikendalikan.
138 |
Anas menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah memerangi Khaibar. Lalu, kami shalat Shubuh dekat nergeri tersebut, setelah shalat beliau mengendarai kendaraannya. Abu Thalhah juga mengendarai kendaraannya sedangkan saya membonceng Abu Thalhah. Ketika beliau melewati gang di Khaibar, beliau memacu kendaraannya sampai lututku bersentuhan dengan paha Nabi SAW dan saya melihat putihnya paha Nabiyullah SAW. Lalu, beliau menyingkap sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat paha Nabi SAW yang putih. Ketika memasuki desa beliau bersabda, “Allahu Akbar, binasalah Khaibar dan penduduknya! “Sungguh, jika kami mendatangi halaman suatu kaum, maka (amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu).”(Asf Shaffaat, 37: 177). Beliau mengucapkan kalimat ini tiga kali. “Anas bin malik melanjutkan, “(Saat itu) orangorang keluar untuk bekerja, mereka lantas berkata, ‘Muhammad datang!’ Abdul ‘Aziz berkata, ‘Sebagian sahabat kami menyebutkan, “Pasukan (datang)! ‘Maka kami pun menaklukan mereka. (HR Bukhari). Salamah bin Al-Akwa berkata, “Kami pergi berperang di Khaibar bersama-sama dengan Rasulullah SAW, maka kami mengadakan perjalanan di malam hari. Seorang anggota pasukan lalu berkata kepada Amir bin Al-Akwa’, ‘Bacakanlah kepada kami sajaksajakmu!’ Amir memang seorang penyair. Kemudian dia turun sambil menghalau unta dan berkata, ‘Ya Allah, kalau bukan karena (Hidayah-Mu) maka tidaklah kami akan mendapat petunjuk, kami tidak akan bersedekah, dan kami tidak akan mendirikan shalat. Oleh karena itu, kami tidak akan bersedekah, dan kami tidak akan mendirikan shalat. Oleh karena itu, ampunilah kami sebagai tebusan Engkau atas kesalahan kami. Dan teguhkanlah pendirian kami jika bertemu dengan musuh. Tanamkanlah ketenangan di hati kami, apabila diteriaki kami akan datang. Dan dengan teriakan, mereka akan menangis kepada kami. 139 |
Maka Rasulullah SAW bertanya, ‘Siapakah orang yang menghalau unta sambil bersyair itu?’ Mereka menjawab, ‘Amir.’ Beliau bersabda, Semoga Allah memberinya rahmat.’ Lalu seorang angota pasukan bertanya, ‘Betulkah begitu ya Rasulullah?’ Alangkah baiknya sekiranya Anda menyuruhnya supaya menghibur kami terus. “ Kiranya saat itu kami telah sampai di Khaibar, kemudian kami mengepung penduduknya, sehingga perut kami terasa sangat lapar, lalu Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah menaklukan negeri itu kepada kalian.’ Salamah berkata.’ Setelah hari mulai petang di hari penaklukan Khaibar, mereka mulai menyalakan api, maka Rasulullah SAW bertanya. ‘Nyala api apakah itu? Dan untuk apakah mereka menyalakan api tersebut? Mereka menjawab, ‘Untuk membakar daging. ‘Beliau betanya: ‘Daging apa?’ Mereka menjawab, ‘Daging keledai jinak. ‘Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Tumpahkan dan pecahkanlah (periuknya). ‘Lantas ada seorang laki-laki berkata, ‘Tumpahkanlah lalu dicuci.’ Beliau menjawab, ‘Atau seperti itu.’ Tatkala dua pasukan saling berhadapan, ternyata Amir hanya mempunyai pedang pendek. Dengan pedang itu maka ia menikamkannya di betis orang Yahudi, tetapi malang baginya, ujung pedang itu terus meluncur hingga berbalik mengenai lutut Amir, dan Amir pun gugur karenanya.’ Salamah berkata, Tatkala mereka telah kembali pulang, Rasulullah SAW memegang tanganku, ketika beliau melihat aku diam. ‘Beliau bertanya, ‘Ada apa denganmu?’ Aku menjawab,’Ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda, mereka mengatakan, ‘Pahala Amir telah terhapus.”Beliau bertanya,’Siapakah yang mengatakannya?” Beliau lantas bersabda, ‘Orang yang mengatakannya telah berdusta, sesungguhnya dia memperoleh pahala ganda sambil beliau memberi isyarat dengan menggabungkan jemarinya dialah pejuang sesungguhnya, dan sedikit sekali orang Arab yang pergi berperang seperti dia.’” (HR Bukhari). 140 |
Ali bin Abu Thalib r.a. Pada Perang Khaibar Rasulullah mengutus Abu-Bakar Ash-Shiddiq r.a. dengan panji perangnya yang berwarna putih, ke salah satu benteng Khaibar. Abu bakar pun berjuang untuk menaklukannya, namun ia tidak berhasil dan pulang kembali dalam kondisi lelah. Keesokan harinya Rasulullah mengirim Umar bin Khaththab r.a. Umar pun berjuang untuk menaklukkan benteng tersebut, namun diapun gagal dan mengalami kelelahan yang sama. Kemudian Rasulullah bersabda: “Besok pagi, panji ini niscaya aku berikan kepada orang yang mencintai Allah dan mencintai Rasul-Nya. Allah akan memberi kemenangan melalui tangannya dan ia bukan orang yang melarikan diri.” Rasululullah memanggil Ali bin Abu Thalib yang pada saat itu sedang menderita sakit mata. Rasulullah meludahi matanya seraya bersabda: “Ambillah panji perang ini, majulah dengannya hingga Allah memberi kemenangan bagimu.” Demi Allah, saat itu Ali bin Abu Thalib dengan nafas terengah-engah sambil berlari-lari kecil hingga ia menancapkan panji perang pada tumpukan batu yang berada di bawah benteng. Seorang Yahudi melihat Ali bin Abu Thalib dari atas benteng seraya bertanya: “Siapakah kamu?” Ali bin Abu Thalib menjawab: “Aku Ali bin Abu Thalib.” Orang Yahudi tersebut berkata: “Demi kitab yang diturunkan kepada Musa. Kalian telah menang.” Ali bin Abu Thalib tidak kembali sebelum berhasil menaklukkan benteng tersebut dengan tangannya. Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Al-Hasan meriwayatkan kepadaku dari sebagian keluarganya dari Abu Rafi’ mantan budak Rasulullah, ia berkata: Aku pergi bersama Ali bin Abu Thalib r.a. saat ia dikirim oleh Rasulullah dengan membawa panji perang. Pada saat Ali bin Abu Thalib telah mendekat ke benteng yang akan ditaklukkannya, dengan serta merta penghuni benteng itu
141 |
keluar melawan Ali bin Abu Thalib. Maka terjadilah pertempuran antara Ali bin Abu Thalib dengan mereka. Penaklukan Khaibar Berlangsung pada bulan Muharram tahun 7 H/Mei atau Juni 628 M. 1. Rasulullah SAW mendirikan masjid di daerah itu. 2. Tempat tersebut berjarak 60 km dari Khaibar 3. Rasulullah SAW membuat kubah masjid untuk pertama kalinya. 4. Di sinilah pintu masuk Khaibar dari arah selatan, namun Rasulullah SAW masuk dari arah utara. 5. Benteng yang dibangun Abu Haqiq.
Penaklukan dan Pampasan Perang Setelah Nabi menyelesaikan urusan Khaibar, beliau melanjutkan perjalannya sampai di Fadak. Daerha ini di bawah kekuasan Yahudi. Ketika mereka mendengar kedatangan Nabi beserta pasukannya mereka mengajukan usul perdamaian. Mereka setuju untuk memberikan separuh hasil panen kurma dari Fadak. Usul damai itu diterima oleh Nabi. Dan Nabi membagikan hasil Fadak itu kepada kaum Muslimin sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Kemudian beliau melanjutkan perjalannya sampai di lembah Wadil Qura. Daerah ini terdiri dari beberapa desa yang dikuasai Yahudi. Seperti Khaibar dan Thaima’. Akhirnya daerah ini dijadikan markas kaum Yahudi dan ditambah beberapa kabilah Arab. Sesampainya Nabi disana beliau mengajak mereka ke dalam Islam. Dan mereka juga diberitahukan bila mereka masuk Islam jiwa dan harta mereka akan selamat. Ajakan Nabi ditolak dan mereka mengajak berperang. Dalam perang tanding antara kedua pasukan yang banyak memegang peranan adalah Zubair Ibnul Awwam. Kemenangan terakhir dicapai oleh kaum Muslimin. Keesokan harinya terpaksa kaum yahudi menyerahkan harta mereka, perkakas rumah mereka sebagai pampasan perang 142 |
kepada kaum Muslimin. Sedangkan harta pampasan perang itu oleh Nabi dibagikan kepada para sahabatnya. Sedangkan tanah dan pohon-pohon kurma yang ada di Wadil Qura ditinggalkan kepada kaum Yahudi untuk dikerjakan tanahnya dan hasilnya akan dibagi dua. Ketika kaum Yahudi Taima’ mendengar kekalahan kaum Yahudi Khaibar, Fadak dan Wadil Qura, maka mereka mengajukan usul damai kepada Nabi SAW dan beliau menerima usul damai itu tanpa menggangu harta benda mereka sedikit pun. Kemudian Nabi segera pulang ke Madinah.
Benteng Khaibar (sumber: https://salafartikel.files.wordpress.com)
143 |
Kisah Domba Beracun Pada saat Rasulullah merasa tenang, Zainab binti Al-Harits istri Sallam bin Misykam memberinya hadiah berupa seekor domba guling. Sebelumnya Zainab telah menanyakan tentang bagian domba yang paling disukai oleh Rasulullah. Maka diberitahukan padanya bahwa yang beliau sukai adalah bagian paha. Maka Zainab pun menaburkan racun sebanyakbanyaknya pada bagian paha kambing itu dan meracuniseluruh bagian kambing lalu menyuguhkannya kepada Rasulullah SAW. Beliau pun mengambil bagian paha kambing itu, lalu mengunyah nya dan kemudian memuntahkannya. Sedang Bisyr bin Al-Barra’ bin Ma’rur yang saat itu berada bersama memakan dan menelannya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya tulang kambing itu memberitahu aku bahwa ia mengandung racun.” Rasulullah memanggil Zainab dan iapun mengakui bahwa dirinya telah meracuni domba bakar tersebut. Beliau bertanya padanya: “Mengapa 144 |
engkau melakukan semua ini? Zainab menjawab:”Engkau telah melakukan tindakan terhadap kaumku, sebagaimana yang engkau ketahui. Apabila dia seorang raja maka aku bisa merasa tenang dengan kematiannya dan apabila dia seorang Nabi maka ia akan diberitahu oleh tuhan tentang racun itu.” Rasulullah SAW pun memaafkan Zainab, sedang Bisyr meninggal dunia karena makanan yang telah dimakannya. Rasulullah SAW bersabda pada saat sakit yang menyebabkan wafat, yaitu ketika ibunda Bisyr binti Al-Barra’ bin Ma’rur menjenguk beliau: “Wahai ibu Bisyr, aku rasa inilah waktunya, aku menemukan potongan urat dari makanan yang aku makan bersama saudaramu di Khaibar.” Kaum muslimin beranggapan bahwa Rasulullah meninggal sebagai syahid di samping keNabian yang disandangnya. Setelah Rasulullah berhasil menaklukan Khaibar, beliau berangkat ke arah Lembah Al-Qura dan mengepung penduduknya dalam waktu beberapa malam, lalu beliau kembali ke Madinah.
Perang Mu’tah Perang terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 8 Hijriyah. Mu’tah terletak di dekat Balqa’ yang termasuk kawasan wilayah Syam. Pemicunya ialah, karena Rasulullah SAW mengutus Al-Harits bin Umair Al-Azdi, salah seorang keluarga besar bani Lahab, ke Syam untuk mengantarkan sepucuk surat kepada Syuraibil bin Amr Al-Ghassani, penguasa Romawi Timur atau Bushra. Utusan Nabi itu ditangkap dan digiring dalam keadaan terikat ke hadapannya, kemudian dibunuh. Padahal menurut kebiasaannya tidak boleh seorang utusan dibunuh di kalangan kaum raja dan pembesar, walau bagaimanapun kerasnya permusuhan ataupun surat yang dibawa itu tidak disenangi. Inilah satu-satunya kurir yang diutus oleh Rasulullah SAW dibunuh. Mendengar berita ini, sudah tentu Rasulullah amat murka dan sedih. 145 |
Rasulullah mengirim pasukan ke Mu’tah pada bulan Jumadil Ula tahun kedelapan Hijriyah, Rasulullah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang, Beliau berkata, “kalau seandainya Zaid terbunuh maka dia digantikan Ja’far bin Abi Thalib, kalau seandainya Ja’far terbunuh maka dia digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Orang-orang bersiap-siap untuk berangkat dengan jumlah tentara 3.000 mujahid, umat Islam memberikan ucapan perpisahan dengan berkata, “Semoga Allah bersama kalian, dan semoga kalian kembali dengan selamat.” Mereka terus bergerak sampai akhirnya berhenti di daerah Ma’an. Pada saat itulah, pasukan kaum muslimin mendengar informasi kalau Hiraklius sudah berada di daerah Balqa’ dengan membawa seratus ribu pasukan Romawi. Ikut bergabung bersama mereka adalah orang-orang dari suku Lakham, suku Jadzam, suku Balqin, suku Bahra’, dan suku Billi yang juga berjumlah seratus ribu. Jadi jumlah keseluruhan pasukan Hiraklius sebesar dua ratus ribu. Pasukan Islam terus berjalan. Ketika mereka tiba di perbatasan Al-Balqa’ tepatnya di desa Masyarif, mereka berpapasan dengan pasukan Romawi dan pasukan sekutu Arab. Kedua pasukan itu saling merapat, namun kaum Muslimin bergerak menuju daerah Mu’tah. Disanalah, kedua belah pihak berhadapan. Kaum Muslimin bersiap-siap menghadapi musuh dengan menunjuk Quthbah bin Qatadah seorang sahabat dari Bani Udzrah sebagai pemimpin pasukan sayap kanan sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ubayah bin Malik seorang sahabat dari kaum Anshar.
Kaum Muslim berjuang mati-matian Dalam peperangan kaum Muslimin sebagai panglima perang yang gugur sebagai syahid adalah:
146 |
Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Khalid bin Walid Seorang Pemimpin yang Bijaksana Setelah gugurnya tiga orang pahlawan Islam, kaum Muslimin bersepakat untuk menyerahkan pimpinan kepada Khalid bin Walid. Bendera Islam dipegang oleh Khalid. Kemudian Khalid mengadakan perlawanan dengan sengit sekali. Khalid adalah seorang yang berpengalaman dalam mengatur taktik perang. Ketika beliau melihat besarnya jumlah pasukan musuh yang berlipat ganda itu, beliau mengajak pasukannya mundur ke selatan. Sedangkan musuh mundur ke utara. Ketika malam tiba kedua pasukan itu saling menjauh dari lawannya masing-masing. Kedua belah pihak lebih mengutamakan selamat daripada mereruskan peperangan yang akan membawa kebinasaan. Di pagi harinya Khalid menugaskan sebagian pasukannya yang berada di garis belakang untuk mengadakan kegaduhan sebagai taktik seolah-olah kaum Muslimin mendapat bala bantuan lagi dari Madinah. Taktik yang diatur oleh Khalid sehingga sebagiannya ada yang berkata: “Jika jumlah tentara sebesar tiga ribu orang saja sudah cukup untuk membuat kita seperti yang kita ketahui. Apalagi jika mereka mendapatkan bala bantuan yang tidak diketahui besar jumlah dan kekuatannya.” Selanjutnya pasukan Romawi terus berupaya mundur dan tidak meneruskan peperangan. Dengan ini peperangan berakhir. Nabi Mendapat Kabar dari Allah SWT Jalannya Peperangan Ketika kaum Muslimin sedang dalam medan perang Mu’tah, Rasulullah SAW yang sedang berada di Madinah memberi tahu kepada sebagian para sahabat beliau apa yang terjadi di medan peperangan. Anas bin Malik meriwayatkan sebagai berikut: “Sesungguhnya Rasululllah SAW memberitahukan kepada orang banyak tentang kematian Zaid, Ja’far dan Abdullah bin 147 |
Rawahah sebelum ada seorang pun yang membawa kabar kematian mereka.” Nabi berkata: “Bendera dipegang oleh Zaid ia terbunuh. Selanjutnya bendera itu dipegang oleh Ja’far sampai dia terbunuh. Setelah itu bendera dipegang oleh Abdullah bin Rawahah sampai dia terbunuh. Selanjutnya bendera itu dipegang oleh salah satu daripada pedang Allah (Khalid) sampai Allah memberikan kemenangan. (HR Bukhari).
Lokasi Perang Mu’tah, Selatan Yordania
Pembebasan Mekkah (Fathu Mekkah) (10 Ramadhan 8 Hijriyah – 1 Januari 630 M)
148 |
Faktor-faktor yang Mendorong Keberangkatan ke Mekkah Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW menetap di Madinah pada bulan Jumadil Akhir dan Rajab setelah pengiriman pasukan ke Mu’tah. Tidak lama kemudian, kabilah Bani Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah menyerang kabilah Khuza’ah pada saat mereka berada di mata air mereka di Mekkah bawah yang bernama AlWatir. Faktor penyebabnya perang antara kabilah Bani Bakr dengan kabilah Khuza’ah adalah karena orang Bani AlHadhrami yang bernama Malik bin Abbad-saat itu Bani AlHadhrami bersepakat dengan Bani Al-Aswad bin Razn Ad-Daili dari kabilah Bani Bakr-berangkat untuk berdagang. Selanjutnya Kabilah Bani Khuza’ah meminta perlindungan dari Rasulullah SAW. Pada waktu kabilah Bani Bakr bersekongkol dengan Quraisy untuk menyerang kabilah Khuza’ah, menangkap salah seorang dari mereka, melanggar perjanjian dengan Rasulullah, serta untuk membunuh orang-orang dari kabilah Khuza’ah walaupun sebenarnya kabilah Khuza’ah adalah sekutu Rasulullah, maka Amr bin Salim dari Khuza’ah dari Bani Ka’ab pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah. Peristiwa ini merupakan factor yang mendorong terjadinya pembebasan mekkah. Amr bin Salim berdiri di hadapan Rasulullah SAW yang sedang duduk bersama muslimin di masjid. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya awan ini datang membawa pertolongan bagi Bani Ka’ab, kabilah Khuza’ah.” Pihak Quraisy mengutus Abu Sufyan bin Harb ke Madinah menemui Rasulullah SAW untuk menguatkan perjanjian dan memperpanjang masa berlakunya. Abu Sufyan bin Harb menemui Nabi Muhammad SAW dan berbicara dengannya, namun ia tidak memberi respon sedikit pun. Kemudian menemui Abu Bakar, namun menolaknya juga, begitu pula waktu menemui Umar bin Kaththab. Selanjutnya menemui Ali bin Abu Thalib yang memberi nasehat, “Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatu yang bermanfaat bagimu. Engkau adalah pemimpin Bani Kinanah, maka berdiri dan 149 |
lindungilah manusia, dan pulanglah ke tempat asalmu.” Abu Sufyan bertanya: “Apakah yang demikian ini berguna bagiku?” Ali bin Abu Thalib menjawab” “Tidak, demi Allah. Aku kira hal tersebut tidak bermanfaat bagimu, namun aku tidak melihat pilihan yang lebih baik untukmu.” Abu Sufyan bin Harb pergi ke masjid seraya berkata: “Wahai manusia, aku telah memberikan perlindungan kepada manusia.” Setelah mengatakan ucapannya tadi, Abu Sufyan bin Harb menaiki untanya dan kembali ke Mekkah. Rasulullah SAW mengumumkan bahwa beliau segera berangkat ke Mekkah dan memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Lalu beliau membaca do’a: “Ya Allah, tutuplah penglihatan dan pendengaran orang-orang Quraisy agar tidak mengetahui informasi keberangkatan kami, supaya kami bisa menyerang mereka dengan mengejutkan di dalam negeri mereka sendiri.” Kaum muslimin pun segera bersiap-siap. Pada tanggal 10 Ramadhan 8 Hijriyah, Rasulullah SAW berangkat ke Mekkah dengan komandan-komandan Islam yang terkenal tangguh, dan serdadu-serdadu Allah. Beliau menugaskan Abu Raham alias Kultsum bin Hushain Al-Ghiffari untuk menjaga Kota Madinah. Menurut Ibnu Sa’ad, yang dipercaya menjaga Madinah saat itu adalah Abdullah bin Ummi Maktum. Ibnu Qayyim berkata, “ Ini merupakan penaklukan terbesar yang dengannya Allah memuliakan Agama, rasul, para prajurit dan pasukannya yang dapat dipercaya, yang dengan penaklukan ini pula Dia menyelamatkan negeri dan rumahNya, yang telah dijadikan petunjuk bagi semesta alam, menyelamatkan dari cengkraman tangan orang-orang kafir dan musyrik. Ini merupakan penaklukan dan sekaligus kemenangan yang telah dikabarkan penduduk langit, yang kemudian semua manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, sehingga wajah bumi berseriseri memancarkan cahaya dan keceriaan.
150 |
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Rabah, dari Abi Hurairah R.A.: Ada beberapa orang delegasi menghadap Mu’awiyah. Hal itu terjadi pada waktu bulan Ramadhan, sementara kami masingmasing biasanya membuatkan makanan untuk lainnya (pada bulan Ramadhan). Abu Hurairah adalah di antara orang yang sering mengundang kami makan di rumahnya. Lalu aku berkata, “Bukankah saat ini adalah bagianku memasak untuk mengundang mereka ke rumahku?” Lalu kuperintahkan (keluargaku) memasak. Setelah itu, aku menemui Abu Hurairah pada sore harinya, lalu aku mengatkan kepadanya, “Aku mengundangmu untuk makan di rumahku malam ini.” Abu Hurairah menjawab, “Anda mendahului mengundangku.” Aku menjawab, “Ya, aku telah mengundang mereka.” Abu Hurairah r.a. berkata,”Maukah kalian kuajarkan sebuah hadis tentang kalian wahai golongan Anshar?” Kemudian Abu Hurairah menceritakan peristiwa penaklukan Kota Mekkah. Dia berkata, “Ketika sudah tiba di Kota Mekkah, Rasulullah SAW mengangkat Zubair menjadi komandan pasukan salah satu sayap, dan Khalid komandan sayap yang lain. Sedangkan Abu ‘Ubaidah menjadi komandan pasukan tanpa perlengkapan baju besi. Mereka mengambil jalan menelusuri lembah, sedangkan Rasulullah SAW dalam sebuah pasukan tentara.” Abu Hurairah berkata, “Beliau memperhatikan suasana, lalu melihatku dan bersabda, ‘Tidak boleh ada yang mendatangiku, kecuali orang Anshar. Beliau menambahkan, dan kecuali Syaiban. Selanjutnya, beliau bersabda, “Suruhlah orang-orang Anshar itu menjumpaiku!” Kemudian berkumpullah orangorang Anshar di sekeliling beliau, sedangkan orang-orang Quraisy menyusun barisannya dari kabilah-kabilah yang bercerai-berai. Orang Quraisy berkata kepada kawan-kawannya, ‘Biarlah mereka di barisan depan, kalau mereka beruntung, kita beruntung pula. Akan tetapi, jika mereka mendapat musibah, kita berikan saja kepada mereka apa yang dimintanya. ‘Rasulullah SAW bersabda,’Apakah kalian mengetahui pasukan-pasukan Quraisy?” Beliau memberi isyarat dengan 151 |
kedua tangannya, yang satu ditumpangkan kepada lainnya (pertanda mereka harus bersatu padu). Kemudian beliau bersabda,’Sampai berjumpa lagi di Shafa!’ Kata Abu Huraifah, kami pun terus berjalan, dalam perjalanan itu, tak seorang pun di antara kami yang melakukan pembunuhan. Dan tak seorang pun dari mereka yang melakukan perlawanan yang ditujukan kepada kami. Kemudian Abu Sufyan datang menghadap Rasulullah SAW seraya berkata,’Ya Rasulullah, kalau orangorang Quraisy ini ditumpas, tamatlah riwayat Quraisy sesudah hari ini (karena mereka telah menyerah kalah). Lalu beliau bersabda,’Barang siapa memasuki rumah Abu Sufyan, maka dia aman.’ Orang-orang Anshar berkata satu samalain, ’Tampaknya Rasulullah SAW rindu kepada kampung halamannya, sayang terhadap sanak keluarganya.’ Lalu datanglah wahyu, dan apabila wahyu datang, tidak seorang pun berani mengangkat pandangannya kepada Rasulullah SAW sampai wahyu itu selesai turun. Setelah selesai, Rasulullah SAW bersabda,’wahai orang-orang Anshar!’ Mereka menjawab,’Kami penuhi panggilanmu wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda,’Kalian berkata bahwa aku rindu kepada kampung halamanku dan sayang terhadap sanak keluargaku.’ Mereka menjawab, ‘Ya memang demikian.’ Beliau bersabda,’Sama sekali tidak demikian. Aku ini hamba Allah dan Rasul-Nya.’ Rasulullah SAW bersabda,’Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya membenarkan dan memaafkan kalian.’ Lalu orang-orang (penduduk Mekkah) berkumpul di rumah Abu Sufyan, da nada pula yang menutup pintu mereka, sedangkan Rasulullah SAW langsung saja pergi ke Hajar Aswad. Beliau menciumnya, lalu berthawaf. Setelah di Baitullah, beliau mendatangi berhala yang terletak di sekeliling Baitullah, sembahan orang-orang Quraisy. Waktu itu Rasulullah SAW memegang busur panah. Beliau lalu menusuk-nusukkan ujung busur kepada mata patung tersebut seraya berucap,’Telah datang yang hak dan lenyaplah yang batil’. Setelah berthawaf, beliau pergi ke Bukit Shafa, kemudian naik ke puncaknya
152 |
sampai melihat Baitullah dan berdoa dalam waktu lama,” (HR Muslim)
Membersihkan Ka’bah dari Berhala-berhala Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud R.a.: Ketika Nabi SAW memasuki kota Mekkah, di sekeliling Ka’bah terdapat 360 berhala. Lalu beliau menusuk-nusuk berhala-berhala tersebut dengan tongkat kayu yang dipegangnya sambil mengucapkan, “yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya, yang batil itu sesuatu yang pasti lenyap. Kebenaran telah datang dan yang batil tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” Ibn ‘Amr (Muhammad bin Yahya bin Abi’ Amr Al-‘Adani) menambahkan bahwa peristiwa ini terjadi pada waktu Penaklukan Mekkah. (HR Muslim). Patung-patung berhala itu pun berjatuhan di hadapan beliau. Rasulullah SAW melakukan thawaf di atas kendaraan yang pada waktu itu tidak dilarang. Dan beliau hanya melakukan thawaf saja. Selesai thawaf beliau memanggil Utsman bin Thalhah. Beliau menyerahkan kunci Ka’bah kepada Utsman, dan menyuruh untuk membukanya. Di dalam Ka’bah beliau melihat gambar-gambar. Beliau juga melihat gambar Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sedang menyembah patung-patung berhala. Beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka. Demi Allah, Ibrahim dan Ismail tidak pernah melakukan seperti itu” (Shahhih Bukhari). Di Ka’bah, Rasulullah SAW juga melihat sebuah patung berbentuk seekor burung merpati. Beliau menghacurkannya dengan tangan. Beliau menyuruh untuk menghapus gambargambar yang lain. Rasululullah SAW sambil memegangi sepasang tiang, beliau berpidato: “Tidak ada Tuhan selain Allah semata yang tidak memiliki sekutu sama sekali, yang membenarkan janji-Nya, yang menolong hamba-Nya, dan yang mengalahkan pasukan sekutu sendirian. Ingat, semua bentuk balas dendam yang 153 |
terkait dengan harta atau darah sudah berada di bawah sepasang telapak kakiku ini, kecuali tugas mengurus Ka’bah dan memberi minum jama’ah haji. Ingat, denda pembunuhan karena khilaf itu sama seperti pembunuhan dengan sengaja, yaitu seratus ekor unta. Wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Allah Ta’ala telah menghilangkan semua jenis sumpah persekutuan peninggalan jahiliyah, dan membanggabanggakan nenek moyang. Manusia dari Adam, dan Adam itu berasal dari tanah.” Selanjutnya beliau membaca ayat, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Orang Quraisy Tidak Boleh Dibunuh Setelah Penaklukan Mekkah Diriwayatkan dari Abdullah bin Muthi, dari ayahnya: Aku mendengar Nabi SAW bersabda pada hari penaklukan Mekkah, “Tak seorang Quraisy pun yang sengaja dibunuh secara aniaya setelah hari ini sampai kiamat.” Penaklukan Kota Mekkah ini tercantum dalam Surah An-Nasr, 110: 1-3:
“Apabila telah datang pertongan Allah dan kemenangan,”
“Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah.”
154 |
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.” Para Syuhada dalam Penaklukan Mekkah Orang-orang yang gugur adalh Kurz bin Jabir al-Fihri, Khalid al-Asy’ar, dan beberapa orang dari Bani Ka’ab. Orang-orang dari kaum musyrik yang dipancung dengan pedang adalah Ibnul Khatal yang dibunuh oleh Abu Barzah; Huwairits bin Nuqaidz yang dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib; dan Miqyas bin Dhubaba yang tewas di tangan Numaila. Dua puluh empat orang terbunuh pada kubu kaum musyrik di Khandama.
Gambaran Penaklukan Mekkah (sumber: http://1.bp.blogspot.com)
155 |
Ka’bah pada masa lalu (sumber: http://www.englishbaby.com) Perang Hunain Hunain atau Authas adalah nama sebuah tempat yang terletak antara Mekkah dan Tha’if. Nama perang ini diambil dari nama lokasi kejadiannya. Ada yang menyebut ini adalah perang Huwazin, karena merekalah yang aktif memerangi Rasulullah SAW. Hadits Al-Barra, ketika seseorang dari Qais bertanya kepadanya, “Apakah kalian melarikan diri dari Rasululullah SAW pada perang Hunain? Al-Barra’ menjawab, “Adapun Nabi SAW, beliau pantang melarikan diri. Ketika itu Hawazin adalah para pemanah ulung, ketika kami menyerbu mereka, mereka kocar-kacir sehingga kami tergiur mendapatkan ghanimah dan gantian kami yang dihujani anak panah.” Kulihat Rasulullah SAW di atas bighalnya yang putih, dan Abu Sufyan bin AlHarits memegang kendalinya sedang Nabi sambil berseru, “Aku Nabi yang tiada dusta.” (HR Bukhari).
156 |
Diriwayatkan dari Katsir bin Abbas bin Abd-Al-Muththalib: Abbas berkata, Aku ikut bersama Rasulullah SAW pada hari terjadinya Perang Hunain. Aku dan Abu Sufyan bin harits bin Abd-Al-Muththalib selalu mendampingi Rasulullah SAW berada di atas baghal putihnya yang merupakan hadiah dari Farwah bin Nufatsah Al-Judzami. Sewaktu pasukan Islam dan pasukan kafir berhadap-hadapan, mundurlah pasukan Islam. Kemudian Rasulullah SAW bergerak maju dengan memacu baghalnya ke arah orang-orang kafir. Akulah yang memegang tali kekang baghal Rasulullah SAW dan menahannya supaya tidak terlalu cepat larinya, sedangkan Abu Sufyan memegang pelana baghal Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW bersabda,’panggillah orang-orang yang telah berbaiat di bawah Pohon Samurah (pada waktu Bai’ah Al-Ridhwan)!” Abbas-seorang yang bersuara keras-berkata,”lalu aku memanggil mereka dengan suaraku yang paling tinggi,’Di manakah orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon Samurah?” Demi Allah, setelah mereka mendengar suara panggilanku, serentaklah mereka berdatangan, bagai induk lembu mendengar panggilan anaknya. Mereka berkata, ‘Kami penuhi panggilanmu!” Kemudian bertempurlah mereka dengan orang-orang kafir. Sementara itu, ada panggilan khusus kepada orang-orang Anshar, ‘Wahai orang-orang Anshar, wahai orang-orang Anshar!’ Kemudian ada panggilan lagi hanya ditujukan kepada Bani Harits bin Khazraj,’Wahai Bani Harits bin Khazraj, wahai Bani Harits bin Khazraj!’ Lalu Rasulullah SAW memperhatikan suasana pertempuran dari atas baghalnya untuk membakar semangat juang pasukan beliau dalam bertempur. Beliau bersabda, ‘Inilah suasana pertempuran apabila telah berkecamuk sengit.’ Kemudian Rasulullah SAW mengambil beberapa kerikil, lalu melemparkannya ke muka orang-orang kerikil itu seraya bersabda,’Demi Tuhan Muhammad, kalahlah mereka!’ Lalu aku pergi memperhatikan pertempuran itu, ternyata pertempuran itu seperti yang telah diucapkan beliau. Demi Allah, padahal beliau hanya melemparkan beberapa kerikil 157 |
saja kepada mereka, tetapi ternyata mereka semakin berkurang hingga akhirnya mengundurkan diri.” (Shahih Muslim). Para Syuhada dalam Perang Hunain Aiman bin ‘Ubaid yang merupakan anak dari Ummu Aiman, terbunuh. Dia berasal dari kaum Anshar Balharits bin Khazraj dan juga maula Nabi. Juga berasal dari kaum Anshar adalah Suraqah bin Harits dan Ruqaim bin Tsabit bin Tsa’labah bin Zaid bin Laudzan. Abu ‘Amir al-Asy;ari terbunuh di Authas. Semuanya ada empat orang yang tewas terbunuh. Perang Hunain ini dimuat dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah, 9: 25-27:
25. “Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang langgang.”
158 |
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir, itulah balasan bagi orang-orang yang kafir.
27. Setelah itu Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Lokasi Perang Hunain (http://www.justislam.co.uk)
Perang Tabuk
159 |
Masa Perang Tabuk disebut dengan ‘Masa kesulitan’ karena cuaca sangat terik, buah kurma masuk masa panen, perjalanan begitu jauh, dan perlengkapan perang yang minim. Karena itu mereka disebut ‘Jaisyul Usrah’ (Pasukan di masa kesulitan). Rasulullah SAW mengobarkan semangat kaum Muslim untuk bertempur dan berjihad, dan juga menjanjikan kesenangan bagi mereka mengenai jihad. Beliau memerintahkan mereka untuk mengeluarkan sedekah dan mereka pun kemudian berhasil mengumpulkan banyak sedekah. Orang pertama yang mnegelurakan sedekah adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Dia memberikan semua hartanya, yakni sebesar empat ribu dirham. Rasulullah bertanya, “Apakah engkau masih menyimpan sesuatu?” Abu Bakar menjawab, “Allah dan RasulNya yang paling tahu!” ‘Umar menyerahkan setengah dari hartanya. Rasulullah bertanya, “Apakah engkau masih menyimpan sesuatu?” ‘Umar menjawab, “Ya. Setengah dari apa yang apa kuberikan.” Ketika ‘Umar tahu jumlah yang dibawa oleh Abu Bakar, dia berujar, “Kapan pun kami bersaing dalam berbuat kebaikan, dia selalu mengalahkan aku.” ‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib dan Thalhah bin ‘Ubaidillah menyerahkan harta mereka kepada Rasulullah. ‘Abdurrahman bin ‘Auf menyerahkan dua ratus takaran kepada Rasulullah; Sa’ad bin Ubadah dan Muhammad bin Maslamah juga menyerahkan harta mereka, ‘Ashim bin ‘Adi menyerahkan Sembilan puluh gantang kurma sebagai sedekah. ‘Utsman bin Affan menyuplai kebutuhan sepertiga dari pasukan yang ada. Dia mengeluarkan harta paling banyak, hingga pasukan tersebut memiliki persediaan yang cukup, dan bahkan disebutkan bahwa setiap kebutuhan mereka dapat terpenuhi, ‘Utsman bahkan menyediakan tali-temali untuk kantung air mereka.
160 |
Peta Lokasi Tabuk (sumber: http://upload.wikimedia.org)
QS At-Taubah, 9: 5-6 5.” Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. 6. Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.”
Prinsip-prinsip Hukum Humaniter Islam Internasional 161 |
1. 2. 3. 4. 5.
Melindungi Anak-anak dan Wanita. Menghargai Manusia Melarang Berbuat Kerusakan Menjunjung Tinggi Perjanjian Keamanan
Tahun Delegasi Tahun ke 9 Hijriyah ini (630-631 M) disebut sebagai “Tahun Delegasi” (sanah al-wufud). Sepanjang tahun itu, berbagai utusan berdatangan dari tempat yang dekat maupun yang jauh untuk menawarkan persekutuan dengan Rasulullah SAW. Ibnu Ishaq berkata, “Setelah Rasulullah SAW membebaskan Mekkah dan perang Tabuk telah selesai, Tsaqif telah masuk Islam dan mereka telah membai’at Rasulullah, maka berdatanganlah setelah itu delegasi dari negeri-negeri Arab untuk bertemu Rasulullah. Hal ini disebabkan karena orang-orang Arab selama ini menunggu apa yang terjadi dengan orang-orang Quraisy bersama Rasulullah, karena posisi Quraisy di kalangan orang-orang Arab adalah sebagai pemimpin dan suri tauladan, merekalah yang mengelola masjidil Haram, merekalah anak keturunan dari Ismail bin Ibrahim a.s, merekalah pemimpin Arab. Kalangan orang-orang Arab pada umumnya tidak mengingkari akan hal itu. Dan hanya orang-orang Quraisylah yang menjadi ujung tombak dalam melakukan perlawanan terhadap Rasulullah. Setelah Mekkah ditaklukan, dan Quraisy tunduk terhadap Islam, kemudian mereka masuk Islam, pada saat itulah bangsa Arab menyadari bahwa mereka tidak akan mampu melakukan perlawanan dan permusuhan terhadap Rasulullah. Akhirnya mereka memilih untuk masuk Islam secara berbondongbondong. Mereka yang datang menemui Rasulullah SAW, adalah: 1. Atharid bin haajib bersama para tokoh dari bani Tamim, diantaranya al-Aqra bin Habis, al-Zabarqan bin Badar, dan 162 |
termasuk dari Bani tamim adan Nu’aim bin Zaki, Qais bin Ashim, mereka bersama rombongan besar dari Bani Tamim. 2. Dari Banu Sa’ad bin Bakar mengutus tokoh mereka bernama Dhamam bin Tsa’labah 3. Saudara Abdul Qais bernama al-Jaarud bin Amru 4. Utusan dari Tha di antara yang hadir Zaid al-Khail tokoh mereka dan bersamanya ada ‘Adiy bin Hatim 5. Farwah bin Musaik al-Muradi dan meninggalkan kekuasaan dan menjauh dari kerajaan 6. Amru bin Ma’dikarib bersama rombongan dari Zubaid. 7. Al-Asy’ats bin Qais bersama rombongan dari Kindah dengan jumlah 80 penunggang kuda. 8. Shurd bin Abdilah al-Azdi dia masuk Islam dan menjadi Muslim yang baik. Dia bersama utusan dari al-Azdi. 9. Utusan dari Himyar membawa surat dan memberitahukan bahwa mereka telah masuk Islam. 10. Rasulullah SAW mengutus Khalid bin al-Walid kepada Bani alHarits bin Ka’ab di Najran. Mereka datang menemui Rasulullah dan menyatakan masuk Islam. 11. Rombongan dari Hamdan, mereka masuk Islam melalui Ali bin Abu Thalib di Yaman. Kemudian Rasulullah mengirim pemimpin dan utusan untuk mengambil zakat kepada setiap wilayah penjuru negeri yang telah menyatakan masuk Islam.
Sifat Kepemimpinan Rasululullah SAW adalah teladan yang baik di dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak ada manusia yang demikian sempurna yang dapat diteladani karena di dirinya terdapat berbagai sifat mulia. Di samping itu, juga pernah mengalami berbagai keadaan dalam hidupnya. Beliau pernah merasakan hidup sebagai orang yang susah sehingga dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang sedang mengalami kesulitan hidup. Beliau juga pernah jadi orang kaya, sehingga dapat menjadi teladan bagaimana seharusnya menggunakan kekayaan. 163 |
Beliau pernah jadi pemimpin di berbagai bidang sehingga kita dapat meneladani kepemimpinannya. Gaya Khutbah Keutamaan dan kemuliaan sifat Rasulullah SAW tergambar dalam setiap tutur kata beliau, termasuk dalam khutbah-khutbah-nya. Seluruh sabda Nabi SAW., baik yang disampaikan dalam bentuk dialog maupun yang disampaikan di hadapan banyak orang dari atas mimbar, yakni khutbah, memiliki ciri khas yang istimewa. Gaya bahasa dan gaya tuturnya ringkas, sederhana, tegas, dan mengandung kedalaman makna. Dari sisi kefasihan pun tak ada yang membandinginya. Setiap kata dan rangkaian kalimat disampaikan dengan apik dan efektif. Dalam beberapa kesempatan, ketegasan dan keteguhan Rasulullah tergambar jelas lewat raut wajah dan gaya tutur bahasanya sehingga terkesan Nabi SAW sedang marah. Sesungguhnya, beliau bukan marah, melainkan tegas dan kukuh. Ketika ada nilai-nilai kebenaran yang dilanggar, atau ketika ada orang yang melakukan kekeliruan, Nabi SAW. Menegurnya dengan tegas dan keras dengan tujuan agar orang tersebut tidak mengulanginya dan orang lain tidak mengikuti perbuatannya yang salah. Amar makruf dan nahyi mungkar tak pernah lepas dari kehidupan Nabi SAW.
Haji Pertama Dalam Islam Ibadah haji diwajibkan dalam tahun 9 Hijriyah. Rasulullah SAW mengutus Abu Bakar menjadi Amir Haji dalam tahun 9 H ini untuk melakukah ibdaha haji bersama seluruh umat Islam, bersamaan dengan kaum Musyrikin yang juga melakukan ibadat haji mereka. Jumlah kaum Muslimin yang turut berhaji di bawah pimpinan Abu Bakar itu berjumlah 300 orang dari Madinah. Lalu turunlah surah Al-Baraah (Surah Taubat) kepada Nabi Muhammad SAW Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib dan berkata kepadanya: “Berangkatlah engkau membawa berita surat Al164 |
Baraah ini, terangkan kepada manusia surah ini di hari nahar – ketika masusia berkumpul di Mina. Terangkan kepada mereka tidak akan masuk surge orang yang kafir, sesudah tahun ini tidak diperbolehkan mengerjakan ibadah haji orang-orang musyrik. Mereka juga tidak diizinkan lagi berthawaf (mengelilingi Ka’bah) dengan telanjang. Tetapi orang-orang yang masih terikat janji (perjanjian) dengan Rasulullah SAW, masih diperkenankan sampai berakhirnya masa berlakunya perjanjian tersebut. Ali bin Abi Thalib berangkat dengan berkendaraan unta Rasulullah SAW yang bernama Al-‘Adlbaa’ sehingga dapat menyusul dan bertemu dengan Abu Bakar Siddiq yang masih dalam perjalanan. Langsung Abu Bakar bertanya kepada Ali, “Apakah engkau Amir atau makmum. Apakah engkau yang ditetapkan jadi Amir (pemimpin Jemaah haji) atau hanya orang suruhan?” Berkata Ali menjawab, “Saya hanyalah orang suruhan.” Kemudian keduanya bersama-sama meneruskan perjalanan. Dan Abu Bakarlah yang memimpin manusia menunaikan ibadah haji. Setelah tiba di hari Nahar (10 Dzulhijjah), berdirilah Ali di tengah orang banyak menyampaikan yang diperintahkan Rasulullah SAW untuk disampaikan.
Haji Wada Perjalanan kaum Muslimin ke Haji Pada 25 Zulkaidah 10 Hijriyah Nabi berangkat dengan membawa semua istrinya, masing-masing dalam hodahnya. Dia berangkat dengan diikuti jumlah manusia yang begitu melimpah – penulispenulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan ada pula yang menyebutkan 114.000 orang. Mereka berangkat dibawa oleh iman, hati mereka penuh kegembiraan, penuh keikhlasan, menuju ke Baitullah yang suci. Mereka hendak menunaikan kewajiban ibadah haji besar. Ihram dan Talbiah 165 |
Sesampainya mereka di Dzul-Hulaifah, mereka berhenti dan tinggal selama satu malam disana. Keesokan harinya, bila Nabi sudah mengenakan pakaian ihram kaum Muslimin yang lain juga memakai pakaian ihram. Mereka semua masing-masing mengenakan kain selubung bagian bawah dan atas. Mereka berjalan semua dengan pakaian yang sama, yaitu pakaian yang sangat sederhana. Dengan demikian mereka telah melaksanakan suatu persamaan dalam arti yang sangat jelas.
Tempat –tempat Miqat (sumber: http://alfarisi.web.id)
Dzul Hulaifah (sekarang Bir Ali) tempat Miqat Nabi SAW 166 |
(sumber: http://www.daftarhajiumroh.com) Dengan seluruh kalbu Nabi SAW telah menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan mengucapkan talbiah yang diikiuti pula oleh kaum Muslimin dari belakang: “Labbaika Allahumma labbaika, labbaika la syarika laka labbaika. Alhamdu lillah wan-ni’matu wa’sy-syukru laka labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika.” (Kupenuhi panggilanMu, ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu. Kupenuhi panggilan-MU. Tiada bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilan-Mu. Puji, nikmat dan syukur kepunyaan-Mu. Kupenuhi panggilan-Mu, kupenuhi panggilan-Mu, tiada bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilan-Mu.” Melepaskan Umrah Ketika rombongan sampai di Sarif, suatu tempat antara jalan Mekkah dengan Madinah, Nabi SAW berkata kepada sahabat-sahabat, “Barangsiapa di antara kamu tidak membawa binatang-binatang qurban dan ingin menjadikan (ihram) ini sebagai umrah, lakukanlah; tetapi yang membawa binatang qurban jangan.” Sesampainya jamaah haji di Mekkah pada hari keempat Zulhijjah, Nabi SAW cepat-cepat menuju Ka’bah diikuti oleh kaum Muslimin yang lain. Kemudian ia mengusap hajar aswad dan menciumnya, lalu bertawaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali dan pada kali yang pertama ia berlarilari seperti yang dilakukan pada waktu ‘umrat’l-qadza’. Setelah melakukan sholat di Maqam Ibrahim dia kembali dan sekali lagi mencium hajar aswad. Kemudian dia keluar dari masjid itu menuju ke sebuah bukit di Shafa, lalu melakukan Sa’i antara Shafa dan Marwa. Selanjutnya Nabi SAW berseru supaya barang siapa tidak membawa ternak qurban untuk disembelih, jangan terus mengenakan pakaian ihram. Ada beberapa orang yang masih ragu-ragu. Atas sikap yang masih ragu-ragu ini Nabi marah sekali seraya berkata, “Apa yang kuperintahkan, lakukanlah.” Setelah mengetahui bahwa Rasulullah sampai marah, maka kaum Muslimin segera melepaskan pakaian ihramnya dengan perasaan menyesal sekali. Juga istri-istri Nabi, Fatimah putrinya seperti yang
167 |
lain juga melepaskan pakaian ihramnya. Yang masih mengenakan ihram hanya mereka yang membawa ternak qurban.
Sai antara Bukit Safa-Marwah (https://muhammadassad.files.wordpress.com)
Khutbah Arafah Di Namira, sebuah desa sebelah timur ‘Arafat, dipasang kemah buat Nabi SAW atas pemintaannya. Bila matahari sudah tergelincir, dimintanya untanya Al-Qashwa’ dan dia berangkat lagi sampai perut wadi di bilangan ‘Urana. Di tempat inilah manusia dipanggilnya, sambil dia masih di atas unta, dengan suara lantang; tapi sungguhpun begitu masih diulang oleh Rabi’a b. Umayya b. Khalaf. Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah, dengan berhenti pada setiap anak kalimat ia berkata: “Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi akan bertemu dengan kamu sekalian. “Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang 168 |
suci – sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah sampaikan ini! “Barang siapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya. “Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah SWT telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba ‘Abbas b. ‘Abd’l-Muttalib semua sudah tidak berlaku. “Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi’a bin’l-harith b. Abd’l-Muttalib!. “Wahai manusia!. Hari ini nafsu setan yang minta disembah di negeri ini sudah putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walaupun dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu periharalah agamamu ini baik-baik. “Wahai manusia! Menunda-nunda berlakunya larangan bulan suci berarti memperbesar kekufuran. Dengan itu orang-orang kafir itu tersesat. Pada satu tahun mereka langgar dan pada tahun lain merka sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Tuhan. Kemudian mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang sudah dihalalkan. “Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada dua belas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab itu antara bulan Jumadilakhir dan Sya’ban. “Wahai manusia. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas istri kamu, juga istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai 169 |
menginjakkan kaki ke atas lantaimu, dan jangan sampai mereka secara jelas membawa perbuatan keji. Kalau sampai mereka melakukan semua itu Tuhan mengizinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka dengan suatu pukulan yang tidak sampai mengganggu. Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan sopan-santun. Berlaku baiklah terhadap istri kamu, mereka itu kawan-kawan yang membantumu, mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka dihalalkan buat kamu dengan nama Tuhan. “Perhatikanlah kata-kataku ini, wahai manusia. Aku sudah menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu takkan sesat selama-lamanya. Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. “Wahai manusia sekalian, dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dan kaum Muslimin semua bersaudara. Tetapi seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri. “Ya Allah! Sudahkan kusampaikan?” Sementara Nabi mengucapkan itu Rabi’ah mengulanginya kalimat demi kalimat, sambil meminta kepada orang banyak itu menjaganya dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia supaya menanyai mereka misalnya: Rasulullah bertanya “hari apakah ini? Mereka menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi bertanya lagi: “Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari yang suci, sampai datang masanya kamu sekalian bertemu Tuhan.” Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu dia berkata lagi: “Ya Allah! Sudah kusampaikan?!” 170 |
Maka serentak dari segenap penjuru orang menjawab: “Ya!” Lalu katanya: “Ya Allah, saksikanlah ini!” Selesai Nabi mengucapkan pidato ia turun dari al-Qashwa’- untanya itu. Dia masih di tempat itu juga sampai pada waktu sholat zuhur dan asar. Kemudian menaiki kembali untanya menuju Syakharat. Ada waktu itulah Nabi SAW membacakan firman Tuhan ini kepada mereka: “Hari Inilah Kusempurnakan Agamamu.” “…Hari inilah Kusempurnakan agamamu ini untuk kamu sekalian, dengan Kucukupan nikmat-Ku kepada kamu, dan yang Kusukai Islam inilah menjadi agama kamu...” (QS Al-Maidah, 5: 3) Abu Bakar ketika mendengarkan ayat itu dibaca ia menangis, ia merasa bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula saatnya Nabi hendak menghadap Tuhan. Setelah meninggalkan Arafat malam itu Nabi bermalam di Muzdalifa. Pagi-pagi ia bangun dan turun ke Masy’ar’al-Haram. Kemudian ia pergi ke Mina dan dalam perjalanan itu ia melemparkan batu-batu kerikil. Bila sudah sampai di kemah ia menyembelih 63 ekor unta, setiap seekor unta untuk satu tahun umurnya, dan yang selebihnya dari jumlah seratus ekor unta yang dibawa Nabi sewaktu keluar dari Madinah – disembelih oleh Ali. Kemudian mencukur rambut dan menyelesaikan ibadah hajinya. Pencukuran Rambut Rasululullah SAW Setelah Rasulullah selesai menyembelih hewan kurban, beliau memanggil seorang pemotong rambut. Kaum Muslim yang berada di dekat beliau berlomba mengambil sejumput rambut Rasulullah SAW. Rasulullah SAW memberikan orang yang memotong rambutnya sejumput rambut dari sisi kanan kepala beliau, kemudian beliau memberikan sejumput lagi kepada Abu Thalhah al-Anshari. Khalid bin Walid telah meminta Gombak beliau, maka saat bagian itu dicukur, 171 |
Nabi memberikannya kepada Khalid. Khalid menaruhnya di bagian depan penutup kepalanya, dan setelah itu setiap Khalid melawan musuh dia selalu menyembulkan rambut Gombak tersebut. Abu Bakar mengatakan: Aku melihat Khalid bin Walid dan apa yang ia perbuat kepada kami dalam perang Uhud, Khandaq, dan di Hudaibiyyah, dan di setiap situasi saat kami berhadapan. Kemudian aku memperhatikannya pada hari penyembelihan, ketika ia menghampiri Nabi dan hewan kurban beliau yang terikat kakinya. Setelah itu, aku melihatnya lagi saat Rasulullah sedang mencukur rambut beliau, dan Khalid berkata, “Ya Rasulullah, gombakmu! Janganlah kau berikan gombakmu kepada siapa pun selain aku. Aku akan menjaminkan ayah dan ibuku untukmu!” Dan aku pun melihatnya mengambil Gombak Rasulullah, lantas ditempelkan pada mulut dan matanya.
Wukuf di Arafah (sumber: https://keranacinta.files.wordpress.com)
172 |
Melempar jumrah (sumber: https://agorsiloku.files.wordpress.com)
Keberangkatan Usamah Bin Zaid ke Palestina Setelah menunaikan haji wada’, Rasulullah SAW pulang ke Madinah dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya disana pada sisa bulan Dzulhijjah, Muharram, Shafar. Rasulullah SAW mengirim pasukan ke Syam dengan Usamah bin Zaid bin Haritsah, mantan budak beliau sebagai komandannya. Beliau memerintahkannya untuk menjejakkan kuda-kudanya ke perbatasan Al-Baqa’ dan Ad-Darum, di wilayah Palestina. Kaum Muslimin segera berlaga dan sejumlah Muhajirin generasi awal ikut Usamah bin Zaid dalam pasukan kali ini.
Sakitnya Rasulullah SAW Ketika kaum Muslimin tengah bersiap-siap untuk berangkat bersama Usamah bin Zaid, Rasulullah SAW jatuh sakit, karena Allah ingin memuliakannya dan merahmatinya pada akhir Shafar atau awal Rabiul Awwal. Awal mula sakitnya Rasulullah SAW. Beliau keluar 173 |
untuk menziarahi kuburan Baqi’ Al-Gharqad pada pertengahan malam untuk memintakan ampunan bagi para penghuninya. Menjelang tengah malam Rasulullah bersabda kepada Abu Muwaihibah, mantan budaknya: “Wahai Abu Muwaihibah, aku diperintahkan agar memintakan ampunan bagi para penghuni kuburan Al-Baqi’. Maka, ikutlah engkau bersamaku.” Kemudian akupun menemui beliau. Tatkala berdiri di tengah-tengah kuburan Albaqi’, Rasulullah bersabda; “Assalamu’Alaikum, wahai para penghuni kuburan, berbahagialah kalian semua dengan apa yang kalian rasakan di dalamnya, daripada apa yang kini dirasakan manusia. Banyak cobaan kini datang bagaikan serpihan malam yang gelap gulita dimana cobaan terakhir menyusul cobaan pertama dan cobaan terakhir lebih buruk daripada cobaan pertama.” Kemudian Rasulullah SAW menghadapkan wajahnya kepadaku dan bersabda; “Wahai Abu Muwaihibah, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan surga, lalu aku perintahkan untuk memilih di antaranya atau aku memilih dengan pilihan bertemu Tuhanku dan surga.” Aku berkata: “Wahai Rasulullah, ambillah kuncikunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan surga.” Rasulullah SAW bersabda: “Tidak, demi Allah, wahai Abu Muwaihibah, aku lebih mencintai bertemu dengan Tuhanku dan surga.” Setelah itu, Rasulullah SAW memohonkan ampunan bagi penghuni kuburan Al-Baqi’, setelah itu pulang, dan besoknya mulai sakit-sakitan yang membuatnya meninggal dunia. Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia bekata, “Ketika sakit menjelang wafatnya, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ‘Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit bekas hidangan racun yang kumakan di Khaibar. Ini saatnya urat aortaku terputus akibat racun itu (HR Bukhari) Pesan terakhir Nabi SAW Dari Anas r.a., ia berkata, “Kebanyakan wasiat Rasulullah SAW dan yang paling sering beliau tekankan adalah: ‘Jagalah Shalat dan budak-budak kalian.’ (HR Ibnu Majah).
174 |
Dari Abdullah bin Abbas r.a. ia berkata, “Rasulullah SAW membuka tirai kamarnya, sementara orang-orang sedang berbaris di belakang Abu Bakar (melaksanakan shalat). Beliau bersabda, “Wahai manusia, tidak lagi tersisa berita gembira keNabian kecuali mimpi baik (ar-rayu ‘ya ash-Shalihah) yang dilihat seorang Muslim. Ketahuilah bahwa dahulu aku dilarang membaca Al-Qur’an saat ruku atau sujud. Adapun saat ruku’, agungkanlah Tuhan kalian. Sedangkan di waktu sujud, perbanyaklah doa.” Di dalam satu lafal disebutkan: Rasulullah SAW membuka tirai kamarnya, sementara kepala beliau dibalut kain, beliau sedang sakit menjelang ajalnya. Kemudian, beliau bersabda, “Ya Allah, apakah aku sudah menyampaikan?”. Beliau mengucapkan tiga kali. Lalu bersabda, “Tidak ada lagi berita gembira keNabian yang tersisa, kecuali mimpi benar yang dialami seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya.” Ibnu Abbas lalu menyebutkan sisa haditsnya yang sama dengan hadits sebelumnya. (HR Muslim) Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Ini adalah hari Kamis. Tahukah kalian apa itu hari Kamis?” Kemudian, Ibnu Abbas menangis hingga air matanya mengair deras. Sa’id bin Jubair bertanya kepadanya, “Wahai Ibnu Abbas, ada apa di hari Kamis? Ia menjawab, “Di hari itu penyakit Rasulullah SAW bertambah parah. Beliau bersabda,”Kemarilah, datanglah kepadaku, aku akan menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat sepeninggalku.” Orang-orang pun berhamburan mendekati beliau dan tidaklah patut di hadapan Nabi SAW mereka berhamburan seperti itu. Orang-orang bertanya,”Apa wasiatnya, wahai Rasulullah? “Kemudian, beliau bersabda, “Biarkan aku tetap berada seperti ini dan itu lebih baik dari apa yang kalian inginkan sekarang!” Setelah itu Rasulullah berwasiat dengan tiga hal, “Keluarkan kaum musyrikin dari Jazirah Arab, berikan hadiah kepada para utusan seperti yang pernah kulakukan.” Namun, di wasiat ketiganya, Ibnu Abbas hanya diam atau mungkin Ibnu Abbas menyampaikannya, tetapi Sa’id bin Jubair lupa. Dalam satu riwayat ketika Rasulullah SAW sedang mengalami sakaratul maut, di rumah beliau banyak orang, di antaranya adalah Umar bin Khattab. Nabi SAW bersabda, “Kemarilah, aku akan 175 |
menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat.” Umar lalu berkata, “Rasulullah SAW sudah sakit parah dan kalian sudah memiliki Al-Qur’an. Cukuplah bagi kita kitab Allah ini!” kemudian, keluarga beliau berebutan mendekati beliau. Di antara mereka ada yang berseru,”Mendekatlah, Rasulullah akan menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat.” Ada pula yang mengatakan seperti dikatakan Umar. Ketika mereka berdebat dan banyak berbicara di dekat Rasulullah, akhirnya beliau pun berseru,”Berdirilah kalian!.” Ubaidillah berkata, “Ibnu Abbas berkata,”Sungguh, merupakan petaka besar tatkala Rasulullah SAW terhalangi dari menulis wasiat untuk mereka akibat perdebatan dan suara berisik dari mereka.”
Hari-hari Terakhir Rasul 1. Nabi SAW berbisik Kepada Putri Beliau, Fathimah RA. Istri Nabi, Siti Aisyah RA, menjelaskan bahwa pada hari-hari terakhir Nabi, berkumpul di sisi beliau istri-istri beliau. Lalu datang putri beliau Fathimah. Nabi menyambutnya: ”marhaban, wahai putriku,” sabda Nabi, lalu didudukkannya Fathimah di kanan (atau kiri) beliau. Beliau membisikkan sesuatu kepada Fathimah, maka ia menangis, lalu dibisikkan sekali lagi, dan ia tertawa. Aku-kata Aisyah- berkata kepadanya: “Apa yang dibisikkan Rasul SAW kepadamu?” Fathimah menjawab: “Aku tidak akan menyampaikan apa yang menjadi rahasia Rasul.” Setelah beliau wafat, aku-kata Aisyahbertanya lagi demi hak yang terdapat di sisiku atasmu (selaku istri ayahmu). Maka Fathimah berkata bahwa Rasul SAW membisikkan kepadanya dengan bersabda: “Malaikat Jibril setiap tahun bertadarus Al-Qur’an denganku sekali; pada tahun ini dua kali. Aku tidak melihat itu, kecuali bermakna ajalku telah dekat, maka bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Aku adalah pendahulu terbaik untukmu.” Mendengar itu, kata Fathimah, aku menangis, lalu beliau membisikkan lagi kepadaku bahwa: “Tidakkah Engkau puas 176 |
menjadi pemimpin perempuan-perempuan mukminah atau perempuan-perempuan umat ini? Maka aku pun tertawa. Riwayat Muslim menambahkan, “dan Engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang menyusulku” (HR Bukhari dan Muslim). 2. Bersedekah dengan sisa Uang Beliau Pada saat-saat akhir hidupnya, Nabi SAW berpesan kepada Aisyah agar segera menyedekahkan beberapa dinar emas yang disimpannya pada Aisyah. Aisyah berkata bahwa ketika Rasulullah SAW sakit-dalam penyakit yang mengantar kepada wafatnya- beliau bersabda: “Wahai Aisyah, kirimlah uang emas itu pada Ali (bin Abi Thalib).Akhirnya pesan Rasul SAW dilaksanakan dan Sayyidina Ali pun menyedekahkan dinar-dinar Rasul SAW itu.”
Wasiat-wasiat terakhir Nabi SAW 1. Wasiat kepada kaum Anshar Abbas melewati sekelompok kaum Anshar yang sedang menangis ketika mengetahui sakit Nabi SAW semakin bertambah parah, Abu Bakar bertanya, ‘Kenapa kalian menangis?’ mereka menjawab, ‘Kami mengingat hari-hari pertemuan kami dengan Rasulullah SAW.Abbas kemudian menemui Rasulullah SAW dan memberitahukan apa yang dia lihat kepada rasulullah SAW. Kemudian beliau diperban dengan kain hitam, lalu beliau keluar dan naik mimbar, dan itulah saat terakhir beliau naik mimbar, beliau kemudian memuji Allah SWT lalu bersabda, ‘Aku wasiatkan kaum Anshar kepada kalian (kaum Muhajirin) karena mereka adalah tempat penyimpanan rahasiaku dan barang berhargaku.’ Mereka telah menuntaskan tugas mereka dan saat ini yang tersisa adalah hak mereka, karena itu terimalah kebaikan mereka dan maafkanlah keburukan mereka. 2. Menjaga shalat dan budak-budak 177 |
Dari Anas .r.a., ia berkata, “Kebanyakan wasiat Rasulullah SAW dan yang paling sering beliau tekankan adalah: ‘Jagalah Shalat dan budak-budak kalian.’ (HR Ibnu Majah). 3. Larangan menjadikan kuburannya sebagai masjid Di antara ungkapan terakhir Nabi SAW adalah, “Allah melaknat Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan makam para Nabi sebagai masjid, tidak akan kekal dua agama di Arab.” 4. Berbaik sangka kepada Allah SWT Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah berkata pada tiga hari sebelum kewafatannya; ‘Berbaik sangkalah kalian kepada Allah’.” 5. Tidak ada lagi berita-beritaa gembira kenabian kecuali mimpi Dari Abdullah bin Abbas r.a. ia berkata, “Rasulullah SAW membuka tirai kamarnya, sementara orang-orang sedang berbaris di belakang Abu Bakar (melaksanakan shalat). Beliau bersabda, “Wahai manusia, tidak lagi tersisa berita gembira keNabian kecuali mimpi baik (ar-rayu ‘ya ash-Shalihah) yang dilihat seorang muslim. Ketahuilah bahwa dahulu aku dilarang membaca Al-Qur’an saat ruku atau sujud. Adapun saat ruku’, agungkanlah Tuhan kalian. Sedangkan di waktu sujud, perbanyaklah doa.” Di dalam satu lafal disebutkan: Rasulullah SAW membuka tirai kamarnya, sementara kepala beliau dibalut kain, beliau sedang sakit menjelang ajalnya. Kemudian, beliau bersabda, “Ya Allah, apakah aku sudah menyampaikan?”. Beliau mengucapkan tiga kali. Lalu bersabda, “Tidak ada lagi berita gembira keNabian yang tersisa, kecuali mimpi benar yang dialami seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya.” Ibnu Abbas lalu menyebutkan sisa haditsnya yang sama dengan hadits sebelumnya. (HR Muslim) 6. Perintah mengusir orang-orang musyrik dari jazirah Arab Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Ini adalah hari 178 |
Kamis. Tahukah kalian apa itu hari Kamis?” Kemudian, Ibnu Abbas menangis hingga air matanya mengalir deras. Sa’id bin Jubair bertanya kepadanya, “Wahai Ibnu Abbas, ada apa di hari Kamis? Ia menjawab, “Di hari itu penyakit Rasulullah SAW bertambah parah. Beliau bersabda,”Kemarilah, datanglah kepadaku, aku akan menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat sepeninggalku.” Orang-orang pun berhamburan mendekati beliau dan tidaklah patut di hadapan Nabi SAW mereka berhamburan seperti itu. Orangorang bertanya,”apa wasiatnya, wahai Rasulullah? “Kemudian, beliau bersabda, “Biarkan aku tetap berada seperti ini dan itu lebih baik dari apa yang kalian inginkan sekarang!” Setelah itu Rasulullah berwasiat dengan tiga hal, “Keluarkan kaum musyrikin dari Jazirah Arab, berikan hadiah kepada para utusan seperti yang pernah kulakukan.” Namun, di wasiat ketiganya, Ibnu Abbas hanya diam atau mungkin Ibnu Abbas menyampaikannya, tetapi Sa’id bin Jubair lupa. Dalam satu riwayat ketika Rasulullah SAW sedang mengalami sakaratul maut, di rumah beliau banyak orang, di antaranya adalah Umar bin Khattab. Nabi SAW bersabda, “Kemarilah, aku akan menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat.” Umar lalu berkata, “Rasulullah SAW sudah sakit parah dan kalian sudah memiliki Al-Qur’an. Cukuplah bagi kita Kitab Allah ini!” kemudian, keluarga beliau berebutan mendekati beliau. Di antara mereka ada yang berseru,”Mendekatlah, Rasulullah akan menuliskan satu wasiat yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat.” Ada pula yang mengatakan seperti dikatakan Umar. Ketika mereka berdebat dan banyak berbicara di dekat Rasulullah, akhirnya beliau pun berseru,”Berdirilah kalian!.” Ubaidillah berkata, “Ibnu Abbas berkata,”Sungguh, merupakan petaka besar tatkala Rasulullah SAW terhalangi dari menulis wasiat untuk mereka akibat perdebatan dan suara berisik dari mereka. Dua hari atau Sehari Sebelum Wafat
179 |
Pada hari sabtu atau Ahad, Nabi SAW merasakan badannya agak ringan. Maka dengan dipapah dua orang laki-laki beliau keluar rumah untuk melaksanakan shalat zhuhur. Sementara pada saat yang sama Abu Bakar sedang mengimami orang-orang. Saat melihat kedatangan beliau, Abu Bakar beranjak untuk mundur ke belakang. Namun beliau memberi isyarat kepada Abu Bakar agar dia tidak usah mundur.” Beliau bersabda, “Dudukkan aku disamping Abu Bakar.” Maka keduanya mendudukkan beliau disamping Abu Bakar, lalu Abu Bakar shalat mengikuti shalat beliau dan mengeraskan bacaan takbir agar didengar orang-orang. Wafatnya Rasulullah SAW Hadits Aisyah RA Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda sebelum beliau wafat di pangkuan Aisyah dan ia pun mendengar beliau mengucapkan, “Ya Allah, ampunilah aku, berikanlah rahmat kepadaku dan pertemukanlah aku dengan kekasihku (HR Bukhari). Diriwayatkan dari Anas r.a., ia berkata,”Pada hari Senin, hari beliau wafat, orang-orang tengah melakukan shalat Shubuh dan Abu Bakar menjadi imamnya. Mereka kaget melihat Rasulullah membuka tirai kamar Aisyah. Dari sana Rasulullah memandangi orang-orang yang tengah berbaris melaksanakan shalat. Beliau tersenyum senang.” Anas melanjutkan, “Kami kaget dan senang bukan main, sedangkan kami di tengah shalat. Kami senang dengan keluarnya Rasulullah SAW. Dari kamarnya. Kemudian, Abu Bakar mundur dari tempatnya, ia mengira Rasulullah SAW ingin keluar dan melaksanakan shalat bersama mereka. Orang-orang merasa gembira dengan keadaan itu. Akan tetapi, Rasulullah memberi isyarat kepada mereka untuk tetap melanjutkan shalat. Setelah itu beliau kembali masuk ke kamarnya dan menutup tirai tersebut. Di hari itulah beliau wafat. (HR Bukhari dan Muslim). Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah SAW. Wafat pada hari Senin dan dikuburkan pada malam Rabu.” (HR Ahmad).
180 |
Hal ini terjadi ketika waktu dhuha sudah terasa panas, pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun lebih empat hari. Usia Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., ia berkata,”Rasulullah SAW. Wafat ketika berusia 63 tahun.” (HR Bukhari dan Muslim). Aisyah r.a. meriwayatkan, “Saya tidak pernah lagi merasa dengki kepada seseorang yang meninggal dengan mudah setelah saya melihat betapa berat datangnya ajal yang dialami Rasulullah SAW.” (HR Tirmidzi, Bukhari, Nasa’I, dan Ahmad). Aisyah r.a. meriwayatkan, Abu Bakar r.a. masuk ke tempat Rasulullah SAW, setelah beliau wafat, kemudian ia mengecup kening beliau, lalu meletakkan tangannya di atas lengan beliau, seraya Abu Bakar berseru, ‘Duhai Nabiku! Duhai sahabatku! Duhai kekasihku!’” (HR Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Sa’d) Rasulullah SAW meninggalkan dunia sebagai penguasa jazirah Arab yang disegani raja-raja dunia. Para sahabat beliau rela mengorbankan jiwa, anak-anak dan harta demi beliau, namun saat wafat beliau tidak meninggalkan satu dinar atau dirham pun, tidak juga meninggalkan seorang budak lelaki atau wanita, tidak meninggalkan apapun selain senjata dan sebidang tanah yang dijadikan sedekah.
Siapa yang Menguburkan Rasulullah SAW? Sebelum mengurus jasad Rasulullah SAW, terjadi silang pendapat tentang pengganti beliau. Terjadi dialog dan debat serta sanggahan dari pihak Muhajirin dan Anshar di Shafiqah Bani Sadi’ah. Namun akhirnya mereka sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai 181 |
khalifah. Hal ini terjadi hingga masuk waktu malam dari hari Senin. Orang-orang sibuk membuat persiapan untuk mengurus jasad beliau hingga akhir malam mendekati subuh atau malam Selasa. Sementara jasad beliau yang mulia masih membujur di atas tempat tidur dengan diselubungi kain hitam. Pintu rumah ditutup dan hanya boleh dimasuki keluarga beliau. Pada hari Selasa para sanak keluarga memandikan jasad beliau tanpa melepaskan kain yang menyelubunginya. Adapun yang memandikan adalah Al-Abbas, Ali, Al-Fadhl, Qatsam (keduanya anak Al-Abbas), Syarqan (pembantu Rasulullah), Usamah bin Zaid, dan Aus bin Khaili, Al-Abbas, Al-Fadhl, dan Qatsam bertugas membalikbalikan jasad, Syarqan mengguyurkan air, Ali membersihkannya dan Aus mendekap jasad beliau di dadanya. Kemudian mereka mengkafani jasad beliau dengan tiga lembar kain putih dari bahan katun, tanpa menyertakan pakaian ataupun penutup kepala. Kemudian mereka saling berbeda pendapat, di mana beliau akan dimakamkan. Maka Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Nabi meninggal dunia melainkan dia dikuburkan di tempat dia meninggal dunia.” Abu Thalhah menyingkirkan tempat tidur di mana beliau meninggal dunia, lalu menggali liang lahat persis di bawah tempat tidur beliau. Orang-orang masuk ke dalam bilik secara bergiliran, sepuluh orangsepuluh orang untuk menshalati jenazah Rasulullah SAW, tanpa seorangpun menjadi imam. Giliran pertama kali yang menshalati adalah keluarga, kemudian disusul orang-orang Muhajirin, lalu Anshar. Setelah kaum laki-laki, giliran kaum wanita yang menshalati, kemudian disusul anak-anak. Semua ini dilaksanakan sehari penuh pada hari Selasa, hingga menginjak malam Rabu. Aisyah berkata, “Kami tidak mengetahui penguburan Rasulullah SAW hingga kami mendengar suara sekop di tengah malam Rabu.” 182 |
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Abbas, al-Fadhl, dan Ali masuk ke dalam kuburan Rasulullah. Liang lahatnya sendiri dibuat oleh seorang Anshar. Ia pula yang biasa membuat liang lahat untuk kuburan para syuhada.” Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a., ia berkata, “Aku yang memandikan jenazah Rasulullah. Kulihat jenazah beliau, tak kudapati apa-apa. Sungguh, tubuh beliau amat baik di masa hidup dan wafatnya. Yang menguburkan beliau empat orang, yaitu: aku, Abbas, al-Fadhl, dan Shalih, bekas budak Rasulullah.Untuk beliau dibuatkan liang lahat, kemudian, di atasnya ditambahi dengan batu bata.”
Makam Rasulullah SAW di Kompleks Masjid Nabawi, Madinah Wahyu Terhenti Dari Langit Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., ia mengatakan bahwa suatu hari Rasulullah SAW mengunjungi Ummu Aiman. Anas ikut bersama beliau. Ummu Aiman kemudian menghidangkan minuman untuk beliau. Namun, beliau tidak meminumnya, entah karena puasa atau tidak menginginkan minuman itu. Beliau lalu mengembalikannya. Sepeninggal Rasulullah, Abu Bakar berkata kepada Umar r.a. “Mari kita kunjungi Ummu Aiman.” Ketika kami tiba di rumahnya, Ummu Aiman sedang menangis. Abu Bakar bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis? Ketahuilah bahwa apa yang ada di di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasul-Nya.” Ummu Aiman menjawab, “Demi Allah, aku menangis bukan karena tidak tahu bahwa di sisi Allah itu lebih baik bagi Rasulullah, tetapi aku menangis karena wahyu telah terhenti dari langit.” Ucapan Ummu Aiman itu telah menggugah perasaan Abu Bakar dan Umar, keduanya pun ikut menangis. (HR 183 |
Muslim). Ummu Aiman adalah pengasuh Nabi SAW sewaktu masih kecil. Ummu Aiman telah mendapat tempat yang agung di hati Rasulullah SAW beliau tidak pernah lupa bahwa dia adalah sebagai ibu sepeninggal ibu kandungnya. Ummu Aiman juga lebih mencintainya daripada dirinya sendiri, bahkan mencurahkan segenap kasih sayang untuknya.
QS Ali Imran, 3: 144
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.”
184 |
Pemakaman Baqi, Madinah (sumber: http://i782.photobucket.com)
Dampak Wafatnya Rasulullah bagi Umat Wafatnya Rasulullah memiliki dampak yang dahsyat bagi umat: 1. Andaikat Rasulullah SAW masih hidup, kejahatan dan kezaliman tidak akan mampu berkembang pesat sebagaimana yang kita lihat sekarang ini. 2. Andaikata Rasulullah SAW masih hidup, kenyamanan, keamanan, dan ketenangan bagi ummat senantiasa terwujud. Nabi Muhammad SAW Adalah Penutup Para Nabi Allah SWT berfirman: “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab, 33: 40). Abu Hurairah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaanku dan Nabi-Nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun suatu rumah, lalu dia membaguskannya dan memperindahnya, kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata yang tertinggal belum diselesaikan) yang berada di salah satu sudut rumah tersebut. Manusia kemudian mengelilinginya dan terkagumkagum sambil berkata, ‘Duh, seandainya ada orang yang meletakkan labinah (batu bata) di tempatnya ini (menutupi)’” Beliau bersabda, “Maka akulah labinah itu dan aku adalah penutup para Nabi.” (HR Bukhari) Jabir bin Abdullah mendengar Nabi SAW bersabda, “Perumpamaan aku dan Nabi-Nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun suatu rumah lalu dia menyempurnakannya dan memperindahnya, kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata yang tertinggal belum diselesaikan) Lalu manusia memasuki rumah tersebut dan terkagum-kagum sambil berkata, ‘Duh, seandainya saja labinah ini disempurnakan.” (HR Bukhari). 185 |
Nabi Muhammad SAW adalah manusia Pertama kedudukannya, dan Nabi yang Terakhir diutus Allah SWT.
dalam
Dalam sabda Rasulullah SAW, “Akulah manusia pertama yang diciptakan, tetapi aku yang terakhir diutus.” Rasulullah SAW adalah orang yang pertama kali menduduki posisi di sisi Allah SWT, tetapi beliau adalah orang terakhir yang diutus, sebab Rasulullah SAW adalah rasul terakhir yang diutus Allah SWT kepada semua makhluk dari sisi kenabiannya. Setelah beliau wafat, tak ada lagi kenabian. Yang ada hanyalah ulama dan dan para guru besar yang fokus untuk mengungkap kebenaran, menjabarkan permasalahan, dan mencari solusi. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Aku diistimewakan atas Nabi lainnya dengan enam buah keistimewaan; (1) Aku dianugerahi jawaami’ul kalim (perkataan yang singkat dan mengandung banyak hikmah), (2) aku dimenangkan atas musuh dengan dilemparkan pada mereka perasaan takut (satu bulan perjalanan sebelum peperangan dimulai), (3) dihalalkan bagiku harta rampasan perang, (4) tanah dijadikan untukku sebagai tempat shalat dan alat bersuci, (5) aku diutus ke seluruh makhluk dan (6) aku menjadi penutup para Nabi.”
Karakteristik Nabi Muhammad SAW Sesungguhnya Nabi SAW memiliki karakeristik yang dikhususkan oleh Allah SWT untuk kesempurnaan fisik dan rohaninya, yang tidak dimiliki oleh individu-individu dalam umatnya. Berikut beberapa sebagian darinya: 1. Nubuwwah (Kenabian) Sekali-kali tidak seorang pun sepeninggal Nabi SAW yang dapat mengklaim atau mendapatkannya karena Allah SWT telah menutup seluruh kenabian dengan kenabiannya, dan seluruh risalah dengan risalahnya. 186 |
Siapa saja yang mengklaim sebagai Nabi di masa hidup beliau, seperti Musailamah al-Kadzdzab, atau setelah beliau wafat, maka ia adalah seorang pendusta dan kafir. Karenanya ia dituntut untuk bertaubat. Jika bertaubat, ia akan dibebaskan, namun bila tidak, maka ia dibunuh sebagai seorang kafir. 2. Wahyu Tidak seorang pun, baik sepeninggal maupun di masa hidup beliau, yang dapat mengklaim bahwa dirinya telah mendapatkan wahyu, atau sedang diwahyukan kepadanya, baik dalam kondisi terjaga maupun di dalam mimpi. Baik dengan cara dilemparkan rasa takut (mencekam) ataupun bisikan malaikat, apalagi melihat malaikat dan menerima wahyu darinya. Hal ini karena wahyu telah terputus setelah wafatnya Nabi SAW, sementara syari’at telah sempurna dan tidak membutuhkan penyempurnaan apa pun. Karena itu, siapa yang mengklaim menerima wahyu, sekali pun sedikit, maka ia menjadi kafir, dan berlaku padanya hukum yang berlaku pada orang yang mengklaim kenabian. 3. Kedua mata tidur, sementara hati tidak tidur Ini termasuk karakteristik Nabi SAW. Sebab, beliaulah orang yang hanya matanya tidur, sementara hatinya tidak tidur. Ini adalah karakteristik yang beliau beliau beritakan sebagai kekhususannya, yang tidak dimiliki oleh selain beliau. Siapa yang mengklaim hal itu, maka ia seorang pendusta dan pembohong, serta klaimnya tidak bisa diterima. 4. Dibolehkan menikahi lebih dari empat istri Hal ini tidak dibolehkan bagi seluruh kaum laki-laki dari umatnya, di mana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah engkau berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang engkau miliki …” (QS Al-Ahzab, 33: 50)
187 |
Ketika ayat ini turun, Nabi SAW telah memiliki sembilan orang istri. Itu adalah untuk beliau SAW, sedangkan untuk umatnya, Allah SWT berfirman: “ … Maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat …” (QS An-Nisaa, 4: 3) Dalam ayat ini Allah SWT tidak membolehkan bagi mereka lebih dari empat istri sehingga memiliki lebih dari empat itu merupakan kekhususan Nabi SAW. 5. Berpuasa wishal (menyambung puasa) Salah satu karakteristik Nabi SAW adalah menyambung puasa. Nabi SAW berpuasa selama dua hari berturut-turut tanpa berbuka, kecuali di akhir hari kedua. Hal ini tidak diizinkan kepada seorang pun dari umatnya. Ada yang bertanya kepada beliau mengenai hal ini, maka beliau menjawab: “Sesungguhnya aku tidak seperti salah seorang dari kalian. Sesungguhnya aku bermalam di sisi Rabb-ku, sementara Dia memberiku makan dan minum.” (HR Bukhari-Muslim). 6. Diharamkan memakan harta sedekah Dalam karakteristik ini, keluarga beliau diikutsertakan juga bersama Nabi SAW, dan tidak terhadap individu-individu dari umat Nabi SAW karena dihalalkan bagi siapa pun orang fakir atau orang yang membutuhkan untuk memakan harta sedekah dan memintanya bila membutuhkannya, kecuali Rasulullah SAW dan keluarganya. 7. Qiyamul lail (Shalat malam/Shalat Tajahud) Nabi SAW melakukan qiyamul lail (shalat Tahajjud) sebagai suatu kewajiban, berdasarkan firman Allah SWT: “Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil.” (QS Al-Muzzamil: 2) Dan firman-Nya: “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat Tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu (QS Al-Isra, 17: 79) 188 |
Ini berbeda dengan individu-idividu dari umat ini, di mana qiyamul lail bukanlah suatu kewajiban atas salah seorang di antara mereka. Mereka hanya melakukannya sebagai ibadah sunnah dan tambahan saja. 8. Rasulullah SAW tidak mewariskan Apa yang ditinggalkan oleh Nabi SAW adalah sedekah. Fathimah tidak mewarisi bagian setengah darinya, tidak juga para istrinya, Ummahatul Mukminin mewarisi bagian seperdelapannya. Tidak pula al-‘Abbas yang merupakan ‘Ashib (yang mewarisi) dari bagian faraidh yang tersisa. Bahkan Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya kami para Nabi tidak diwarisi. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” Sedangkan firman Allah SWT: “Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud ..” (QS An-Naml: 16) Maksudnya di sini bukanlah mewarisi harta, tetapi mewarisi kenabian dan kerajaannya. Sebab, Allah SWT tidak mengabarkan dalam rangka memberikan nikmat dan pemuliaan bahwa seorang akan mewarisi seorang ayah atas harta yang ditinggalkannya karena ini merupakan hal yang sudah dimaklumi oleh semua orang. 9. Hibah Nikah Ini merupakan salah satu karakteristik Nabi SAW. Wanita mana saja yang menghibahkan (memberikan) dirinya kepada Nabi SAW, maka beliau boleh menikahinya tanpa memberikan mahar (maskawin) kepadanya. Hal ini sama sekali tidak dibolehkan bagi seorang pun dari umatnya karena pernikahan itu harus dengan mahar, baik diberikan di muka (segera) atau dikemudian hari (nanti). Kecuali bagi Nabi SAW, berdasarkan firman Allah SWT: “…dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi ingin menikahinya, sebagai kekhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin …” (QS AlAhzaab, 33: 50) 189 |
Adapun wanita yang tidak menghibahkan dirinya untuk Nabi SAW, maka Nabi SAW harus membayar mahar kepadanya. Dalam hal ini, Nabi SAW telah memberikan mahar sejumlah 400 dirham kepada kebanyakan istrinya. 10. Diharamkan menikahi para istri Rasulullah SAW setelah beliau wafat. Hal ini tidak berlaku bagi seorang pun selain Nabi SAW. Allah SWT berfirman: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. …” (QS Al-Ahzab, 33: 6) Tidak halal bagi seorang mukmin menikahi salah seorang dari para istri yang ditinggal mati oleh Nabi SAW. Hal ini berbeda dengan umatnya, baik dari kalangan para ulama maupun orang-orang shalih, dimana mereka semua adalah para wali Allah. Karenanya, tidak dihalalkan bagi salah seorang di antara mereka melarang istrinya menikah sepeninggalnya, kecuali atas kehendak sang istri, dimana hal itu terserah kepadanya selama yang dikehendaki oleh Allah SWT baginya.
Kewajiban Mencintai Nabi Muhammad SAW Dari Anas r.a. dia berkata:”Nabi SAW bersabda:’Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya, dan dari manusia seluruhnya.” (HR Bukhari). Sesungguhnya mencintai Nabi SAW merupakan dasar yang sangat agung dari dasar-dasar Islam. Sehingga tidak ada iman bagi orang yang tidak menjadikan Rasulullah SAW sebagai orang yang paling dia cintai dari anak, ayah, dan manusia seluruhnya. Di dalam AlQur’an surah At-Taubah: 24, Allah SWT berfirman: “Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istriistri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal 190 |
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” Bukti Cinta kepada Nabi Muhammad SAW 1. Mendahulukan dan mengutamakan Nabi Muhammad SAW di atas siapa pun. 2. Menjalankan adab dan sopan santun terhadap beliau, yaitu dengan cara: a. Menyanjung beliau dengan mengucapkan shalawat dan salam kepada beliau. b. Memperbanyak mengingat Nabi SAW. c. Sopan ketika menyebut nama beliau. d. Bersopan santun dalam masjidnya. e. Memuliakan perkataan beliau, bersikap sopan saat mendengarkannya, dan sangat memuliakan saat mempelajari hadits. 3. Membenarkan setiap berita yang beliau kabarkan. 4. Mengikuti Rasulullah SAW, mentaati beliau, dan mengambil petunjuk dari jalan beliau. 5. Berhukum kepada Sunnah Nabi SAW. 6. Membela Rasulullah SAW. 7. Membela Sunnah Nabi SAW.
Shalawat atas Nabi Muhammad SAW Para sahabat yang hidup bersama Rasulullah SAW dapat menunjukkan dan mengungkapkan rasa cinta mereka kepada beliau secara langsung. Mereka mengutamakan Rasulullah SAW dibandingkan diri dan keluarga mereka sendiri. Mereka mengorbankan dan mengerahkan apapun yang mereka miliki demi Allah dan Rasul-Nya. Mereka pun dapat mengungkapkan kecintaan dan ketundukan mereka kepada Rasulullah SAW secara langsung. Diriwayatkan, ada sahabat yang menyimpan rambut Rasulullah usai
191 |
Nabi SAW bertahalul; ada juga sahabat yang mencampurkan keringat Rasulullah dengan minyak wangi mereka, dan lain-lain. Bukti , ketaatan dan kecintaan kepada Rasulullah SAW adalah menjaga amanat dan wasiatnya serta mengamalkan segala titahnya. Jika kita tetap terhubung, semoga kita bisa merasakan kehadiran Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari. Allah SWT telah memuliahkan Nabi Muhammad SAW dengan ayat,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab, 33: 56) Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Anshari r.a.: Rasulullah SAW pernah mendatangi kami sewaktu kami berada di majelis Sa’ad bin Ubadah r.a. Lalu Basyir bin Sa’ad bertanya kepada Rasulullah SAW, “Allah telah memerintahkan kami membaca shalawat untuk engkau wahai Rasulullah, bagaimana cara kami membaca shalawat untukmu?” Rasulullah SAW terdiam cukup lama sehingga kami berharap dia tidak menanyakan hal tersebut kepada beliau. Setelah itu, beliau bersabda, “Katakanlah, ‘Allohumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Ali Muhammad, kama shallaita ‘ala Ali Ibrahim, wabarik ‘ala Muhammad wa ‘ala Ali Muhammad, kama barakta ‘ala Ali Ibrahim fil ‘alamina inna-Ka Hamidun Majid (Wahai Allah, limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkannya atas keluarga Ibrahim, dan limpahkanlah keberkahan atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkannya atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya, Engkau Maha Terpuji lagi Mahabesar),’ lalu kamu memberi salam sebagaimana yang telah kamu ketahui.” (Sahih Muslim). 192 |
Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki pasukan malaikat yang berkeliling mencari ahli zikir. Ketika mendapati suatu majelis zikir, sebagian mereka berkata kepada sebagian lain, ‘Duduklah’. Saat ahli zikir bershalawat, mereka pun ikut bershalawat hingga selesai. Sebagian malaikat itu lalu berkata kepada sebagian yang lain, ‘Alangkah beruntungnya mereka yang kembali (menghadap Allah) dalam keadaan terampuni.”
Masjidil Haram, Mekkah (sumber: http://images.travelpod.com)
193 |
Daftar Pustaka 1. Al-Qur’anul Karim 2. Al-Qur’an Tematis Panduan Praktis Memahami Ayat-ayat AlQur’an, Abu Nizhan, Mizan, Bandung, April 2011 / Jumada AlUla 1432 H. 3. Mutiara Hadits Sahih Bukhari Muslim, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Ummul Qura, Cet-III, Jakarta Timur, Juni 2013 M./Sya’ban 1434 H. 4. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari, Imam Az-Zabidi, Pusaka Amani, Jakarta, Jumadil Ula 1423 H / Agustus 2002 M 5. 10 Episode Teragung Rasulullah SAW., Khalid Muhammad Khalid, PT Mizan Pustaka, Bandung, 2014 6. 41 Kunci Memahami Sirah Nabawiyah, DR. Munir Muhammad Al-Ghabdhan, Pustaka Ikadi, Jakarta, Cet II, November 2014 M. 7. Al-Habib Muhammad Rasulullah SAW, Syaikh Abubakar AlJazairi, Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta, Cet-II, Agustus 2012 8. Atlas Sejarah Islam Sejak masa Permulaan hingga Kejayaan Islam, dar Al-‘Ilm, Kaysa Media, Jakarta, Cet-I, 2011 9. Berlabuh di Sidratul Muntaha, KH Muhammad Sholikhin, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2013 10. Biografi Istri-Istri Rasulullah, Dr. Ali Yusuf Subki, Keira Publishing, Depok, Cet-I, Februari 2014 11. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, Dr. Nadiah Thayyarah, Zaman, Jakarta, Cet-I, 2013. 12. Buku Pintar Khutbah Rasulullah, 668 Khutbah Penggugah Iman dan Penyempurna Akhlak, Nawaf Al-Jarrah, Zaman, Jakarta, Cetakan-I, 2013 13. Ensiklopedia Muhammad SAW Meluruskan Sejarah Nabi dan KeNabian Jilid 1-2-3-4, DR. Abdul Mun’im Al-Hafni, Noura Books (PT Mizan Publika), Bandung, Cet-I Maret 2014 14. Kelengkapan Tarikh Rasulullah, Imam Ibnu Qayyim AlJauziyah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, Cet- I September 2012
194 |
15. Kisah-Kisah Masyur Tapi Tak Sahih Dalam Sirah Nabawiyah, Muhammad bin Abdullah Al-Ausyan, Kiswah Media, Solo, CetI, Oktober 2014 16. Kitab Sejarah Nabi Muhammad SAW dari Sebelum Masa KeNabian Hingga Sesudahnya, Abdurrahman bin Abdul Karim, Diva Press, Yogyakarta, Cet-I, Desember 2013 17. Kitab Al Maghazi Muhammad, Sumber Sejarah Tertua Tentang Kisah Hidup Rasululullah, Al Waqiqi, Zaytuna PT Ufuk Publishing House, Jakarta, Cet-I, 2012 18. Muhammad SAW The Super Leader Super Manager, Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec., Tazkia Publishing & ProLM Centre, Jakarta, CetXIII, Agustus 2008 19. Dan Muhammad adalah Utusan Allah Cahaya Purnama Kekasih Tuhan, PT Mizan Pustaka, Bandung, Edisi Baru, CetI, Juni 2012 20. Muhammad SAW Makhluk Paling Mulia, Fauzi Ibrahim, Citra Risalah, Cet-I, Juni 2008 21. Muhammad Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik, Martin Lings, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, Cet-X, Mei 2011 M. 22. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, Dan Teladan Ibrahim, Zuhairi Misrawi, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2009. 23. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan AlQur’an dan Hadits-Hadits Shahih, M.Quraish Shihab, Lentera Hati, Tangerang, Cet-II Juni 2012. 24. Mengenal Rasulullah Dari Dekat, Imam at-Tirmidzi, Keira Publishing, Cet-I, Desember 2014. 25. Muhammad in The Bible - Bibel Pun Mengakui Muhammad Sebagai Seorang Rasul, Abdul Ahad Dawud, Almahira, Jakarta, Cet ke-2, 2009 26. Muhammad My Hero, Muhammad Zakariyya, Citra Risalah, Yogyakarta, 1433 H/2012 M 27. Mukjizat-Mukjizat Nabi Muhammad, Abdul Aziz bin Muhammad as-Salman, Turos, Jakarta, Cet-I, Desember 2014
195 |
28. Nabi Muhammad SAW Hikayat Hidup Sang Pembawa Cahaya Dari Lahir Hingga Menutup Mata, Indah Permatasari S.Pd, La Tahzan, Tangerang, 2014 29. Para Pewaris Muhammad, Barnaby Rogerson, Diglossia Media, Bantul, Cet-I, September 2007 30. Perang Muhammad Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah, Dr. Nizar Abazhah, Zaman, Jakarta, Cet-I, 2011 31. Ramalan tentang Muhammad SAW. Dalam Kitab Suci Agama Zoroaster, Hindu, Buddha, dan Kristen , Abdul Haq Vidyarthi & Abdul Ahad Dawud, Noura Books (PT Mizan Publika), Cet-I, Agustus 2013 32. Rasulullah Teladan Semesta Alam, Dr. Raghib As-Sirjani, Insan Kamil, Solo, Cet-I, Desember 2011 33. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW, HMH AHamid Al-Husaini, Pustaka Hidayah, Bandung, cet ke-XIII, Mei 2009 34. Riwayat Hidup Rasulullah, Abul Hasan Ali An-Nadwi, PT Bina Ilmu, Surabaya, Cet-VII, 2007 35. Sahih Sirah Nabawiyah, Dr. Akram Dhiya’ Al-Umuri, Pustaka As-Sunnah, Jakarta, Cet-II, Januari 2013 36. Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal,PT Pusaka Litera AntarNusa, Bogor, Cet ke-25, Maret 2001 37. Sejarah Ka’bah Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk Dimakan Zaman, Prof.Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli, Turos, Jakarta, Cet-I, 2013 38. Shahih Wasiat Rasulullah SAW, Syaikh Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jamal, Pustaka As-Sunnah, Jakarta, Cet-II, Januari 2014 39. Sidratul Muntaha, Agus Mustofa, Padma Press, Surabaya, Shafar 1429 H/Februari 2008 M 40. Sirah Nabawiyah, Syaikh Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, Cet ke-40, Mei 2014 41. Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah SAW, Ibnu Ishaq & Ibnu Hisyam, Akbar Media, Jakarta Timur, Cet-VII, Rabi’ul Awwal 1436 H/Januari 2015 M
196 |
42. Sirah Nabawiyah Ulasan Kejadian dan Analisa Peristiwa dalam Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW, Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Insan Kamil, Solo, Cet-I, Januari 2014/Rabiul Awwal 1435 H 43. Sirah Nabi Muhammad SAW, Al-Hafidz Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-Syafi’I, Jakarta Timur, Jumadil Awwal 1431 H / Mei 2010 M 44. Sirah Rasulullah Perjalanan Hidup Manusia Mulia, Syekh Mahmud Al-Mishri, Tinta Medina Tiga Serangkai, Solo, Cet-I, 2014 45. Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rasulullah SAW, Prof. DR. Muh. Rawwas Qo’ahji, Al-Azhar Press, Cet VII, Agustus 2014
http://www.alquran-indonesia.com
197 |
Tentang Penulis
Kunkun Kuntara, S.Sos, lahir di Bandung 5 Desember 1963. Penulis memiliki minat yang besar untuk mendalami Riwayat Kehidupan Rasulullah SAW. Buku ini didedikasikan untuk masyarakat agar sama-sama mengenal Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga dapat meneladaninya dalam aktivitas sehari-hari. Penulis saat ini bekerja di PT Pos Indonesia (Persero) Jakarta. Komunikasi dapat melalui email :
[email protected]
198 |