SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA
Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan · Perkembangan dipengaruhi oleh : Perawatan dan pengobatan zaman purba Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan primitive. Namun demikian mereka sudah mampu sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan "merawat" dikerjakan berdasarkan naluri (instink) à naluri binatang à "mother instinct" (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, merawat orang lemah) à Perawatan dan pengobatan secara praktis telah dilakukan oleh orang-orang primitive, misalnya : a. Merawat dan mengobati luka-luka b. Menurunkan panas dengan memberikan air minum yang banyak atau perawatannya dengan menggunakan air (kompres) c. Membuka absoes dengan menggunakan batu-batu tajam d. Menhentikan pendarahan dengan menggunakan batu-batu panas e. Pemakaian tumbuh-tumbuhan sebagai pengobatan penyakit Pengaruh kepercayaan terhadap perawatan dan pengobatan Manusia zaman purba menganut kepercayaan/agama "animisme" menghubungkan terjadinya penyakit dnegan kepercayaan animisme ini, sehingga mereka beranggapan bahwa orang menderita sakit disebabkan karena kemasukan arwah-arwah (roh-roh) itu. Orang-orang yang menaruh perhatian terhadap tanda-tanda penyakit à orang "ahli" dalam mengambil tindakan pengobatan terhadap orang sakit. Orang ahli tersebut kemudiajn disebut ahli obat-obatan = dukun dalam pengobatannya dukun antara lain memperhatikan aturan-aturan sebagai berikut : A. Ajaran alam Suatu kepercayaan yang menganjurkan bahwa alam sendiri memberikan petunjuk-petunjuk tentang obat yang akan dipakai misalnya Luka yang berdarah di beri balutan atau kain yang berwarna merah/daun merah. Apabila sakit kuning di beri obat minum dari akar-akaran atau kulit tumbuhan berwarna kuning. B. Ajaran transmigrasi Suatu ajaran yang mempercayai akan adanya kekeuatanm daya pemindahan. Misal : Pada waktu seorang wanita akan melahirkan, diberi air rendaman daun dan membuka lebar-lebar semua pintu Perawatan pada beberapa bangsa dan Negara A. Mesir Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang terkenal antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat terhadap orang sakit dan memberikan
pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur. Didirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di mesir Ketabiban Ilmu ketabiban terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa mesir zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum serta tentang obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat kurang lebih 700 macam resep obatobatan dari Mesir B. Babylon dan syiria Ilmu pengetahuan tentang anatomi dan obat-obat ramuan telah diketahui oleh bangsa Babylon sejak beberapa abad SM. Pada salah satu tulisan yang menyatakan bahwa pada 680 SM orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari hidung dan merawat jerawant pada muka. Bangsa Babylon menyembah dewa oleh karena itu perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan tersebut. C. Yahudi kuno Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir. Misalnya : cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga dikenal sebagai seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi memajukan minatnya yang besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri. Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern dimana cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang, misalnya : 1. Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di makan 2. Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia 3. Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit 4. Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya, sehingga dapat diambil tindakan D. India Bangsa India (Hindu) di zaman purba telah memeluk agama Brahmana, disamping memuja dan meminta pertolongan kepada dewa (dikuil) untuk menyembuhkan orang sakit. Di India telah terdapat RS khususnya di Utara saat pemerintahan Rasa Asoka, ± 8 RS dimana sebagian kemudian dijadikan sekolah-sekolah pengobatan dan perawatan E. Tiongkok Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi. Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban : 1) Seng Lung Dikenal sebagai "Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan telah menggunakan obat-obat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, Rasa. 2) Chang Chung Ching ± 200 Sm telah mengerjakan lavement dengan menggunakan bamboo F. Yunani Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa (polytheisme) dewa yang terkenal adalah dewa yang dianggap sebagai dewa pengobatan putri dan dewa yang bernama
hygiene sebagai Dewi kesehatan, maka timbullah perkataan higyene. Untuk pemujaan terhadap para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi sebagai pengobatan orang sakit dan perawatan dikerjakan oleh para budak-budak. Orang-orang ternama dalam ketabiban antara lain 1. Hippocrates (hidup ± 400 SM) à bapak pengobatan dengan jasa : - Dasar cara pengobatan sampai sekarang ini - Penyakit bukan karena setan, melainkan rusaknya undang-undang alam - Mengembangkan tehnik pemeriksaan badan - Mengajarkan tentang makanan si sakit - Menganjurkan supaya penderita sakit jiwa dirawat secara perikemanusiaan - Mengajarkan tentang semangat pekerjaan, menghargai teman sejawat, , bertanggung jawab terhadap si sakit yang menjadi sumpah hypocrates 2. Plato ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran 3. Aristoteles Ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat G. Roma Rumah sakit Roma zaman purba di sebut valentrumdinari Roma yang terdapat di swiss ditemukan alat-alat perawatan ex. Peralatan untuk huknah pot-pot tempat selep. Juga ditemukan instrument untuk keperluan pembedahan ex : pisau, pincet, klem arteri, speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM). Seorang wali Negara yang pertama-tama mengakui guruguru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan dan kebersihan H. Irlandia Pengetahuan tentang pengobatan telah diketahui lama SM. Tentang Rumah sakit, Seorang putri raja bernama Macha (abad ke 3) mendirikan rumah sakit untuk orang-orang miskin yang sakit. Nama RS tersebut Broin Beargh à rumah kesusahan I. Amerika Rumah sakit sederhana telah didirikan dikota besar oleh bangsa Asteken di Amerika Utara, sedang RS yang baik dan merupakan RS pertama didirikan pada tahun 1521 oleh cortez dari Mexico yaitu RS san Jesu Nazareno · Perkembangan perawatan zaman permulaan masehi Nabi Isa lahir à "Agama Baru" agama masehi (Nasrasni/Kristen) perkembangan perawatan à bercorak keagamaan à ajaran kasih sayang terhadap sesama manusia (perhatian dan perawatan terhadap orang kesusahan – keadaan sakit) Permulaan diakones Diakones à pembantu pendeta dalam gereja, memberi nasehat, mengobati orang sakit serta mengunjungi tempat tawanan. Diakones menjadi satu lembaga wanita yang pertama dari organisasi agama Kristen yang bekerja dan mengembangkan pekerjaan perawatan à perawat penunjang rumah yang pertama. Philantrop Philantrop à laki-laki dan wanita yang menjauhkan diri dari keramaian dunia dan berkumpul dalam satu tempat-monastic (laki-laki = monk; wanita = non)
3 wanita yang berjasa Morcella, Febicla, Paula Permulaan rumah sakit. Agama Kristen berkembang di Roma, zaman pemerintahan constantyn yang agung (tahun 325). à Mendirikan bangunan/tempat khusus untuk menampung orang terlantar orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan à xenodocheian = rumah tahu (xeno = tamu) dalam bahasan latin tamu; hospes à "Hospital"/rumah sakit Monastic hospital Adalah gabungan antara hospital/xenodochoion dnegan monastery. Disini orang yang sakit dirawat oleh non (wanita) dimana monastic hospital yang terkenal didirikan pada tahun 559, mempunyai kurang lebih 200 non. Bentuk dari monastic hospital : - Bangsal untuk merawat orang sakit - Bangunan untuk orang yang perlu pertolonga, orang cacat, miskin, yatim piatu - Bangunan tempat tabib dan tempat monk-monk dan non - Pekerjaan perawatan dikerjakan oleh non-non B. Penyebaran agama Pada permulaan masehi terjadi penyebaran agama kristen di Eropa. Hal ini berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Kemajuan ini terlihat pada zaman pemerintahan Lord Constandne yaitu dengan : à XENODHOECIN atau HOSPES (penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama orang yang menderita sakit) à Mendirikan Rumah Sakit terkenal di Roma Yaitu MONASTIC HOSPITAL à Pada pertengahan abad VI Masehi di Asia Barat Daya-Timur Tengah terjadi penyebaran agama Islam. Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam abd VII Masehi yang mencakup Afrika, Asia Tenggara, Asia Barat dan sebagian Eropa yaitu Spanyol dan Turki. à Pada wakti itu berkembang ilmu pengetahuan : Ilmu pasti, ilmu kimia, ilmu hygiene dan obatobatan Kegiatan pelayanan keperawatan berkualitas telah di mulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Rufaidah pada zaman Nabi Muhammad SAW, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan kliennya kaya atau miskin Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan keperawatan dimasa Islam dan di Arab Saudi khususnya : 1. Masa Penyebaran Islam/the Islamic period (570-632) Perkembangan keperawatan masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/Jihad (holy wars), memberikan gambaran keperawatan di masa ini. System kedokteran mengenai pengobatan lebih dilakukan dnegan ke rumah pasien dengan diberikannya resep oleh dokter. Dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW yaitu Rufaidah binti Sa'ad / Rufaidah Al-Asamiya 2. Masa setelah nabi/post-prophetic era (632-1000M) Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali. Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr. Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang "The reason why some persons and the common people leave a physician even if he is clever" dan "A clever physician does not have power to heal all diseases, for that is not within the realm of possibility". Dimasa ini ada perawat diberi nama "Al Asiyah"
3. Masa Late to Middle Ages (1000-1500 M) Dimasa ini Negara-negara Arab membangun RS dengan baik dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut5 RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antara ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki 4. Masa Modern (1500-sekarang) Early leaders in nursing's development Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari eropa), Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS dinegara-negara Timur tengah. Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan Sauid pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali ke negeranya. Keperawatan Islam masa kini dan mendatang Dr. H Arif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Bandung 31 Agustus 2004 mengatakan bahwa masalah sehat maupun sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari penyakit. Sehat kerap kali membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehat Tugas sekorang perawat, Menurut Dr. H. Arif, tugas perawat adalah untuk menekankan agar pasien tidak berputus asa apalagi menyatakan tidak memiliki harapan hidup lagi. Pada permulaan abad XVI orientasi masyarakat berubah dari orientasi agama menjadi orientasi pada kekuasaan. Sehingga banyak terjadi perang, eksplorasi kekayaan alam (semangat kolonialisme), akibatnya gereja ditutup, tempat ibadan ditutup C. Perang à Adanya perang berdampak positif bagi keperawatan oleh karena banyaknya korban perang maka kebutuhan tenaga perawat sangat tinggi. à Perang salib Banyaknya sukarelawan dijadikan perawat yang terdiri orde-orde agama, para wanita yang mengikuti suami ke medan perang. Pengaruh perang salib terhadap keperawtan adalah mulai dikenal konsep P3K. keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentraman dan timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial. 1. Hotel Dieu Di Lion Perawat diambil dari mantan wanita jalanan atau wanita yang telah bertaubat 2. Hotel Dieu di Paris Perawat diambil dari orde-orde agama sesudah revolusi perancis orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat digantikan oleh orang-orang bebas yang tidak terikat pada agama. Pelopor perawat yang terkenal di rumah sakit ini adalah GENEVIEVE BOUZUET 3. ST. Thomas Hospital Didirikan pada tahun 1123 M, dirumah sakit inilah FLORENCE NIGHTINGALE memulai karirnya memperbaharui keperawatan. Pada awal abad XIX reformasi sosial masyarakat merubah peran perawat dan wanita secara umum. Perawat mulai dipercaya banyak orang. Contohnya adalah FLORENCE Nightingale yang menjadi pelopor keperawatan dunia. Florencen Nightingale Lahir tahun 1820 dari keluarga kaya raya dan terhormat meniti karirnya dirumah skait ST. Thomas Hospital ditentang keras oleh keluarganya. Ia diterima mengikuti kursus pendidikan
perawat pada usia 31 tahun. Ditunjuk oleh pemerintahan inggris untuk menata asuhan keperawatan rumah sakit militer di turki memberi peluang baginya untuk meraih prestasi (Taylor. C, 1989) Sesudah perang krim Florence nightingale kembali ke Inggris mempelopori berdirinya sekolahsekolah perawat modern tahun 1840 v Kontribusi Florence Nightingale a. Menetapkan standar manajemen rumah sakit b. Menegaskan bahwa nutrisi merupakan bagian penting dari asuhan keperawtan c. Meyakinkan bahwa akupasional merupakan suatu terapi bagi orang sakit d. Mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya e. Mengemdbangkan standar okupasi bagi pasien wanita f. Mengembangkan pendidikan keperawatan g. Menetapkan 2 komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit h. Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dnegan rofesi kedokteran. i. Menekankan kebutuhan pendidikan lanjut bagi perawat Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi social dan ekonomi yaitu penjajahan pemerintahan colonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka v Dibedakan atas : 1. Masa sebelum kemerrdekaan § Masa penjajahan belanda I Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. usaha pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah : ý Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799 ý Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital ý Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients) ý Membentu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst) § Zaman penjajahan Inggris Gubernur jendral Rafles sangat memperhatikan rakyat semboyan :Kesehatan adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan : ý Pencacaran secara umum ý Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa ý Memperhatikan kesehatan pada para tawanan § Zaman penjajahan Jepang Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-kemunduran ini terlihat pada à pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik, à Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang, à Obat-obatan sangat kurang à Wabah penyakit terjadi dimana-mana. § Zaman kemerdekaan Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah skit dan balai kesehatn. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru perawat dan sekolah perawat
setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan keperawatan professional. v Tahun 1962-sekarang Keperawatan mulai berkembang dengan pesat Tahun 1962 mulai banyak berdiri akademi keperawatan (AKPER) tahun 1985 program studi ilmu keperawatan (PSIK) diselenggarakan oleh fakultas kedokteran universitas Indonesia lulusan I tahun 1988 Dampak : Meningkatkan pelayanan keperawatan, pendekatan proses keperawatan dan meningkatkan peran dan fungsi perawat. Keperawatan penyakit jiwa di Indonesia Tahun 1800 pasien jiwa sudah dikumpulkan di bangsal-bangsal dan perawatannya bersifat penjagaan. RS jiwa didirikan pertama kali tahun 1875 di Cilandak Bogor dnegan kapasitas 400 orang. Rumah sakit jiwa kedua di Lawang tahun 1894 dengan kapasitas 3300 pasien. Rumah sakit jiwa ketiga RSJ Prof. Dr. Soeroyo di magelang tahun 1923 dengan kapasitas 1400 pasien. Pendidikan keperawatan jiwa baru dibuka bulan September 1940 di bogor dengan kursus. Saat ini perawatan jiwa diselenggarakan secara modern. Dibangsal-bangsal, pengobatan dengan shock terapi, menggunakan obat-obat tidur dnegan musik, olah raga dan rekreasi. Konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang Islam (Islamic health belief) dan nilai-nilai profesi yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di Negara barat, keyakinan akan spiritual Islam tercermin dalam budaya mereka. Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi tinggal bagaimana keperawatan dan islam berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan informatika kesehatan agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan dimulai oleh Rufaidah binti Sa'ad
MENELUSURI JEJAK SEJARAH ISLAM; DALAM DUNIA KEPERAWATAN Mengenal lebih dekat : Rufaidah binti Sa'ad
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. 1).(Elly Nurahmah, 2001). Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti Sa'ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim (Kasule, 2003; Mansour & Fikry, 1987). Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan
modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim (Jan, 1996). Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah 2) (Miller Rosser, 2006) Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat. Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus 1910) adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti "Sang Wanita dengan Lampu". Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. 3) (Wikipedia) Florence dilahirkan dalam keluarga berada dan tumbuh sebagai wanita yang menawan dan periang yang mempunyai masa depan yang cerah. Bagaimanapun penderitaan yang dilihatnya semasa peperangan di semenanjung Krim di Rusia tahun 1858, menyebabkan hati Florence Nightingale tersentuh melihat penderitaan tentara yang luka dan dibiarkan saja dalam rumah sakit yang kotor. 3) (Wikipedia). Florence Nightingale dikenal sebagai perawat dan teoris pertama yang memiliki body of knowledge keperawatan. Nigtingale menekankan fokus intervensi keperawatan adalah membuat lingkungan yang kondusif bagi manusia untuk hidup sehat. Sebagian besar dari pemikiran Nightingale masih relevan dengan pendidikan keperawatan di Indonesia pada masa sekarang maupun yang akan datang. 4) (A.Yani, 2004) Tulisan ini bermaksud mengeksplorasi lebih jauh studi litelatur sejarah islam dalam bidang keperawatan dan mengenalkan kita tentang tokoh perawat islam. Tentu saja perkembangan keperawatan di masa Rufaidah binti Sa'ad (thn 570 – 632 SM ), dengan perkembangan keperawatan era Florence Nightingale, dan perkembangan keperawatan era tahun 2000 akan tetap berbeda seiring dengan tuntutan pelayanan kesehatan. Kedua tokoh keperawatan tersebut muncul di masa-masa peperangan, sedangkan saat ini keperawatan bergerak maju dalam suasana damai, namun dengan kompleksitas tuntutan asuhan keperawatan dan beragam penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (double burden disease). * Mengenal Rufaidah binti Sa'ad (Ruafaidah Al-Asalmiya)
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa
sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam. 5) Rufaidah binti Sa'ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa'ad bin Ma'adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. 5)(Omar Hassan, 1998) Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis. Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. 5). Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education) 2) Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah
seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata. 8) Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka'ab bin Maziniyat, dia adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan, dan andil dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal denan luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban yang luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan pedang membela Nabi. * Masa Sejarah Perkembangan Islam dalam Keperawatan
Masa sejarah perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat dipisahkan dalam konteks perkembangan keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negaranegara di timur tengah umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan keperawatan di masa Islam dan di Arab Saudi khususnya. 1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M) Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa'ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994) 2) 2. Masa Setelah Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M). Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang "The Reason Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever" dan "A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for
That is Not Within the Realm of Possibility." Di masa ini ada perawat diberi nama "Al Asiyah" dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi. 3. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M) Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004) 2). 4. Masa Modern (1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negaranegara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003) 2). Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi. Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah, sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun 1950 dengan dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab Saudi, keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job training) 7) * Keperawatan, Islam, Masa Kini dan Mendatang
Dr. H Afif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Bandung 31/8/2004 mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari sakit. "Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah-perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang tidak menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi positif," jelasnya. 9) Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi.
"Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa. 9) Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsipprinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah. 10) Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka. Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad. Nur Martono Penulis, staf keperawatan, RS Amiri – Kuwait
Sejarah Keperawatan Jiwa di Dunia dan Indonesia Posted by kuman keciL on 2:34 AM Labels: makalah
Anda mungkin ingat, pada tahun 2002, sebuah film berjudul A Beautiful Mind John Nash peraih Nobel matematika yang juga penderita schizophrenia. Asal tahu saja, film itu lalu dikritik habis-habisan oleh beberapa pengamat film dan perusahaan film pesaing, gara-gara dianggap mengabaikan sisi homoseksualitas dan kecenderungan anti-Semit yang ada pada diri Nash. Sementara itu, penulis biografi Nash, Sylvia Nasar, meskipun membelanya namun ia malah menulis bahwa karya-karya tulis anti-Semit dari Nash lebih merupakan wujud dari sakit jiwanya ketimbang kefanatikannya. dinominasikan meraih piala Oscar. Kisah dalam film tersebut adalah karya Pernyataan para pengkritik Nash ini, bahkan juga penulis biografinya (yang tampak membelanya) adalah contoh gambaran nyata tentang citra negatif dan perlakuan yang tidak mengenakkan terhadap orang yang mengalami schizophrenia, yang malahan disebut oleh penulis biografi Nash sebagai sakit jiwa. Bukan hanya itu, perilaku homoseksual dianggap sebagai praktek yang menyimpang dan abnormal sehingga perlu dikenai sanksi sosial, atau setidaknya disembuhkan. Nasib orang gila dalam keseharian Dalam kehidupan sehari-hari kisah-kisah lain tentang orang-orang gila, orang yang mengalami masalah kejiwaan atau kelainan mental seperti penderita psikosis, schizophrenia, stress, depresi, dan sebagainya seringkali mengalami nasib yang jauh mengenaskan. Gejala-gejala seperti ini dipandang sebagai penyakit yang secara medis perlu disembuhkan. Masih beruntung bagi seorang Nash. Orang-orang yang selama ini dibilang gila dan tidak waras oleh masyarakat berkeliaran di pinggiran jalan dan menjadi obyek cemoohan. Mereka berada dalam kondisi yang benar-benar
menyedihkan. Orang-orang gila ini seringkali dikonsepsikan sebagai mereka yang menyimpang dari mayoritas masyarakat. Mereka dianggap defiant dalam kategori abnormal. Terhadap mereka, masyarakat menghardiknya sementara pemerintah pun menyingkirkannya, setidaknya mengasingkannya secara tidak manusiawi. Di Jakarta dan di kota-kota metropolitan pada umumnya, mereka dianggap sebagai sampah yang mengganggu keindahan, kenyamanan, dan ketertiban kota. Tidak jarang kita jumpai aparat Trantib pemerintah daerah setempat menggaruk mereka tanpa rasa prikemanusiaan sedikitpun. Perlakuan buruk masyarakat dan aparat pemerintah terhadap orang-orang yang disebut gila ini ternyata juga tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh kalangan akademis dan orang-orang terpelajar yang menempuh studi bidang kedokteran. Atas nama penelitian ilmiah, kegilaan dipahami dan diajarkan sebagai penyakit yang harus disembuhkan secara medis. Mereka, para ahli psikiatri, sibuk menciptakan kategori-kategori dan definisi-definisi kegilaan berikut cara-cara penanganannya. Melalui definisi dan kategori itu lantas mereka merasa berhak menentukan mana orang gila dan mana yang waras, siapa yang sehat dan siapa yang sakit, serta apa yang normal dan apa yang abnormal. Pada gilirannya lalu mereka mengintrodusir mekanisme-mekanisme tertentu dan berbeda tentang bagaimana seharusnya memperlakukan mereka. Perlakuan terhadap orang gila yang semena-mena ini biasanya ditentukan oleh persepsi dan konsepsi masyarakat atau pemerintah terhadap kegilaan. Oleh karena itu sebuah konsepsi yang keliru tentang kegilaan pasti akan membuahkan penanganan yang keliru pula. Dan pada gilirannya cara penanganan yang salah ini akan menyebabkan orang yang mengalami kegilaan sendiri malah bertambah menderita, bukannya dipulihkan. Nah, dalam paparan ini saya ingin menunjukkan bahwa dalam sejarahnya konsep kegilaan telah dipahami secara berbeda-beda oleh masyarakat. Setiap masa dan periode memiliki konsep tersendiri mengenai kegilaan dan bagaimana ia harus ditangani, serta bagaimana dampak penanganan itu bagi penderita sendiri. Paparan ini sekaligus memperlihatkan bahwa konsep kegilaan sebagai penyakit yang harus disembuhkan secara medis adalah fenomena baru dalam dunia modern sekarang ini. Demikian juga kategori-kategori abnormalitas dan menyimpang merupakan konstruksi sosial yang telah menjadi mitos. Sebuah mitos rasionalitas yang dibangun oleh aparataparat kemajuan, rezim pengetahuan, dan modernisme. Dalam hal ini tidak bisa tidak kita berhutang jasa pada Michel Foucault yang berhasil menggali bukti sejarah melalui serangkaian penelitiannya tentang sejarah kegilaan di Eropa. Konsep kegilaan dalam lembaran sejarah: Orang Gila dan Penyakit Lepra Pada abad Tengah, sebelum abad ke-15, di Eropa orang-orang gila dihubungkan dengan terjadinya penghilangan dan pengeksklusian terhadap para penderita lepra dari masyarakat umum, dan mereka ditempatkan pada rumah-rumah sakit terpisah. Di seluruh daerah kekristenan ternyata jumlah rumah sakitnya mencapai 19.000 buah. Sekitar tahun 1226 ketika Louis VIII membuat undang-undang rumah sakit lepra bagi Perancis, lebih dari 2000 kantor pendaftaran muncul. Di keuskupan Paris sendiri terdapat 43 kantor. Dua kantor paling besar sekitar Paris adalah Saint-Germain dan
Saint-Lazare. Sementara itu pada abad ke-12, Inggris dan Skotlandia memiliki sedikitnya 220 rumah sakit bagi setengah juta penduduknya. Lalu memasuki abad ke-15 semua rumah sakit itu perlahan-lahan mulai kosong. Dengan mulai menghilangnya penyakit lepra ini di Eropa, masyarakat menyelenggarakan pesta sukacita dan syukuran yang sangat meriah. Namun sesuatu telah berubah. Ada fenomena baru yang muncul seiring dengan menghilangnya lepra. Pada abad berikutnya kantor Saint-Germain di Paris bergeser menjadi tempat untuk mereformasi anak-anak nakal. Sementara itu di Inggris institusi-institusi rumah sakit itu digunakan untuk menangani orang-orang miskin. Adapun di Stuttgart Jerman, sebuah laporan pengadilan tahun 1589 mengindikasikan bahwa selama lima puluh tahun tidak ada lagi penderita lepra di rumah-rumah sakit. Tapi di Lipplingen, rumah sakit lepra berubah dipakai untuk menampung orang-orang yang tidak bisa disembuhkan dan orang-orang gila. Pada awal abad ke-17, lepra benar-benar lenyap dari daratan Eropa. Meski demikian ada hal yang masih tersisa yang menarik dari hilangnya lepra ini dan terus berlanjut ke periode berikutnya. Yakni suatu struktur yang tetap tinggal dalam imaji-imaji masyarakat yang dilekatkan pada ciri penderita lepra, yakni struktur pengucilan atau eksklusi itu sendiri. Mengapa struktur ini masih bertahan meski penderita lepra telah tiada?. Berlanjutnya “tradisi” pengucilan ini sebenarnya bisa ditemukan akarnya pada kosmologi gereja Abad Pertengahan yang mengenal konsep penyerahan diri sebagai kunci penyelamatan. Penyakit merupakan tanda kemarahan sekaligus anugerah Tuhan. Menerima dengan sabar segala penderitaan serta menerima konsekuensi pengucilan akibat penyakitnya memiliki makna sebentuk komuni kepada Allah. Pandangan semacam inilah yang ikut memungkinkan struktur pengucilan itu terus terjadi dan “direproduksi” bersamaan dengan kepercayaan reintegrasi spiritual Gereja. Dengan demikian sebenarnya hilangnya penderita lepra ini telah menyebabkan kekosongan obyek pemberlakuan hukum moral dalam spiritual Gereja. Sehingga konsekuensinya nilai-nilai moral yang semula dikenakan kepada penderita lepra yang kini telah lenyap harus mendapatkan kambing hitam lainnya. Pertanyaannya siapa kambing hitamnya? Mari kita ikuti kisah orang gila pada abad berikutnya. Orang Gila dan Parodi Kritik Sosial Memasuki periode renaisans, kisah tentang orang-orang gila mulai beragam. Dalam beberapa karya sastra klasik digambarkan mengenai orang-orang gila yang yang dinavigasikan dalam kapal di lautan. Namun gambaran kapal-kapal itu bersifat romantik dan satiris yang secara simbolis membawa orang-orang gila ke pulau keberuntungan dan kebenaran mereka. Di antara karya-karya ini adalah Symphorien Champier yang memadukan Ship of Princes and Battles of Nability pada tahun 1502 dengan Ship of Virtous Ladies tahun 1503. Terdapat juga Ship of Health bersama dengan Bauwe Schute Jacob van Oestvoren tahun 1413. Adapun dalam Narranschiff, orang-orang gila itu bebas berlayar dari kota ke kota. Mereka berlayar dengan mudah dan diijinkan mengembara di daerah terbuka. Pada masa renaisance ini, orang-orang gila diperlakukan secara baik, dirawat sedemikian rupa di tengah-tengan warga kota, seperti di Jerman. Selain itu bahtera-bahtera
ziarah dan kargo-kargo menjadi perlambang orang-orang gila yang tengah mencari rasionya. Masa ini disebut juga “fase ambang” bagi orang-orang gila. Mereka yang di samping sebagai tahanan, juga memiliki ruang bebas. Dalam karya sastra, semisal Praise of Folly karangan Erasmus, dan The Cure of Madnes dan Ship of Fools karangan Hieronymus Bosch, kegilaan sering dimainkan sebagai parodi atau satire dalam pertunjukan drama-drama. Justeru mereka yang dilekati status gila adalah mereka yang dengan keanehannya membawa kabar kebenaran dan pesan kebijaksanaan. Foucault menyebutnya orang-orang yang dikaruniai hikmat. Orang gila, orang bodoh atau orang tolol inilah yang justeru memiliki eksistensi penting sebagai penjaga moral dan kebenaran. Dalam spontanitas parodi, mereka melontarkan kritisisme sosial dan moral. Mereka menjungkirbalikkan norma-norma, asumsi-asumsi, dan pandangan-pandangan umum yang dianut masyarakat. Orang gila macam ini dibiarkan berkeliaran. Ia menjadi lambang/simbol kebijaksanaan, atau semacam Kebodohan yang melawan dan berdialog dengan supremasi kepintaran rasio. Orang Gila dan Hospital Generale Seiring bergulirnya waktu, makna positif kegilaan era renaisans yang menandai dialog kritis antara “kebodohan” dan rasio ini pelan-pelan lenyap. Tema-tema kapal kegilaan berakhir dan muncullah tema “Rumah Sakit Jiwa”. Pada abad ke-17 terjadi pergeseran makna dan posisi orang-orang gila ini. Di Paris, Inggris, Skotlandia, dan juga Jerman, tiba-tiba secara serentak hampir bersamaan, orang-orang gila ditempatkan dalam “Hospital Generale”; sebuah rumah pengurungan yang dibangun atas biaya pemerintah. Di Paris, pendirian Hospital Generale ini sengaja didekritkan pada tahun 27 April 1656. Bersamaan dengan itu, gudang-gudang senjata, rumah tinggal, balai-balai kota, dan rumah-rumah sakit difungsikan sebagai rumah pengurungan. Ruang di mana orang miskin Paris, orang-orang cacat dengan segala jenis kelamin dan keturunan, dalam kondisi sehat atau tidak sehat ditempatkan di dalamnya. Pinel, misalnya menemukan orang-orang Gila dalam Hospital Generale di Bicetre (rumah prajurit) dan La Salpetriere (gudang senjata). Di sana hukuman dan represi diberlakukan dengan sadis oleh raja, polisi dan pengadilan. Di Paris, Hopital Generale ini sama sekali tidak terkait dengan dengan suatu konsep medis tertentu untuk merawat orang-orang gila, melainkan kekuasaan. Kenyataan ini ditunjukkan dari peristiwa pembubaran Pusat Yayasan Sosial Gereja Seluruh Negara (Grand Almonry of the Realm) yang bertugas memberi bantuan sosial dan kesejahteraan kepada masyarakat oleh penguasa raja.. Dengan penghapusan ini diharapkan pemerintah akan lebih leluasa menerapkan proses pengurungan tanpa intervensi hukum dari lembaga-lembaga lain. Dengan demikian sesungguhnya Hospital Generale tidak lain merupakan instansi aturan dari tatanan monakhial dan borjuis belaka yang dijalankan di Perancis selama periode tersebut. Adapun di Jerman, rumah-rumah pengoreksian atau Zuchthausern, semacam Hospital Generale didirikan di Hamburg sekitar tahun 1620, Basel (1667), Breslau (1668), Frankfurt (1684), Spandau (1684) dan
Konigsberg (1691). Jumlah ini pun masih berkembang di Leipzig, Halle, Cassel, Brieg, Osnabruck dan Torgau. Bangunan kurungan ini mirip struktur semi-pengadilan, yang memiliki aparataparat administratif yang memiliki kekuasaan mutlak dan aturan-aturan yang independen di luar peradilan, kehakiman, dan keputusan raja. Orang-orang gila dikurung bersama-sama dengan para tuna-wisma, pengangguran, orang sakit, orang tua, orang yang tidak waras, dan kaum miskin. Di Inggris, asal-usul pengurungan ini diperoleh dengan penemuan akta pada tahun 1575 yang berisi “hukuman atas para gelandangan dan pembebasan orang-orang miskin”. Rumah-rumah pengoreksian dibangun mencapai angka satu rumah setiap desanya. “Akta proyek” ini telah menempatkan para pengangguran, gelandangan, dan orang-orang miskin ke dalam rumah-rumah pengoreksian. Mereka dikurung dan dipekerjakan di dalamnya. Yang paling mengerikan mereka berada di bawah tanggungan pribadi-pribadi sehingga sering diperlakukan sewenang-wenang. Sebuah akta tahun 1670 pengadilan menegaskan status mereka dalam rumah-rumah kerja. Tidak kalah juga pada tahun 1697 beberapa jemaah gereja Bristol bersatu padu membentuk rumahrumah kerja pertama di Inggris. Rumah kerja kedua dibangun di Worcester tahun 1703 dan ketiga di Dublin, lalu di Plymouth, Norwich, Hull dan Exester. Hingga pada akhir abad ke-18, rumah-rumah kerja ini sudah mencapai terdapat 126 buah. Rumah-rumah kerja ini lalu meluas sampai Belanda, Italia, dan Spanyol. Penghuninya pun mulai heterogen. Dari orang-orang yang dituduh melanggar hukum dalam masyarakat, anak nakal, pemboros, orang yang tidak memiliki profesi sampai mereka yang dianggap tidak waras. Perlu ditekankan di sini, bahwa pada abad tersebut masyarakat industri yang menekankan sebesar-besarnya produksi mulai terbentuk di Eropa. Karenanya lalu kriteria kegilaan pun ditujukan bagi mereka yang tidak mampu bekerja, para peminta, orang-orang malas, atau mereka yang tidak lagi produktif. Pada tahun 1532, Parlemen Paris memutuskan menangkap pengemis dan memaksa mereka bekerja di pabrik tenun dengan kaki di rantai. Tahun 1534, para pengemis dan gelandangan harus meninggalkan kota dan dilarang menyanyi himne di jalan-jalan. Pada tahun 1657 keluar sebuah maklumat berisi larangan kepada siapapun untuk mengemis di kota dan di desa sekitar Paris. Bahkan pada tahun 1622 muncul pamflet Grievous Groan for the Poor (Rintihan yang menyedihkan bagi orang-orang miskin) dibuat oleh Thomas Dekker yang menekankan bahaya yang akan terjadi atas keberadaan orang-orang miskin dan merekomendasikan agar mereka dibuang ke tanah baru India Barat dan Timur. Atau mereka ditempatkan dalam rumah-rumah pengoreksian. Tampak kemudian apa yang disebut sebagai Hospital Generale ini adalah tempat pengurungan bagi orang-orang yang dianggap abnormal, gila, dan menyimpang. Mereka adalah pengangguran, pengemis, pemalas, orang-orang cacat, juga orang yang tidak waras dan tidak mampu bekerja. Di dalam Hospital Generale ini lalu mereka ditempatkan untuk diberikan pekerjaan oleh penguasa. Tujuannya bukan untuk menjamin kesejahteraan mereka, melainkan sebagai disposisi penguasa tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Tepatnya sebuah etika bahwa manusia harus melakukan kerja sebagai sebuah hukuman. Menjadi kewajiban moral
penguasa untuk membuat manusia itu bekerja. Dengan bekerja, manusia membedakan dirinya dengan binatang, yakni sebagai manusia yang waras. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa fungsi Hospital Generale adalah alat koreksi belaka terhadap status kegilaan seseorang; yakni mencegah kesemrawutan tatanan dari orang-orang malas, pengemis dan pengangguran, yang notabene dianggap sebagai dimensi kebinatangan manusia. Atas nama “kewajiban moral” ini penguasa melakukan serangkaian praktek pendisiplinan dan represi fisik terhadap orang-orang gila. Mereka diikat dengan rantai, dipukuli, berada dalam pasungan, digantung, dan dtempatkan dalam penjara-penjara untuk mentaati kerja. Peristiwa ini bisa dihubungkan dengan pengkambinghitaman atas hilangnya subyek moral setelah penyakit lepra di daratan Eropa menghilang. Orang Gila dan Disiplin Psikiatri Memasuki abad 19, orang-orang gila dikelompokkan dan dikategorisasikan ke dalam mereka yang mengalami gangguan mental, stres, neurosis, melankolis, atau schizoprenia dimasukkan dalam rumah-rumah sakit jiwa. Mereka menjalani proses “penyembuhan”. Mereka tidak lagi mengalami represi fisik (diikat pada rantai atau dicambuk seperti seabad sebelumnya), juga mereka tidak menjadi tanggung jawab masyarakat bersama, melainkan kegilaan itu ditangani oleh seorang dokter, seorang terapist atau seorang psikiater untuk disembuhkan bak suatu penyakit. Bagaimana mekanismenya? Adapun mekanismenya adalah melalui kesunyian dan penyadaran layaknya orang yang bertatapan dengan “cermin”. Maksudnya: orang-orang gila ini ditempatkan dalam kesunyian, berbicara, menatap dan mengoreksi dirinya sendiri, bagaikan berada dihadapan sebuah cermin, sehingga menyadari kegilaannya. Melalui percakapan, bahasa dan kata-kata, terapi mencoba meyakinkan orang gila akan status kegilaannya dan menyadari dirinya sendiri benar-benar gila supaya bebas dari kegilaan tersebut. Melalui terapi itu mereka dihinakan karena status kegilaannya itu. Di sini tentu saja sang terapis-lah (dokter) yang menentukan disposisi gila dan tidak, rasional atau tidak rasional. Dan perlahan-lahan cara-cara, aturan-aturan, dan pengetahuan terapi ini diinstitusionalisasikan dalam suatu disiplin ilmu yang kita kenal sekarang ini sebagai disiplin ilmu psikiatri, berikut teknik psikoanalisisnya. Penilaian kegilaan ini dilakukan secara terus menerus! Apa yang dilakukan oleh tokoh medis ini dalam teknik psikiatrinya bukanlah diagnosa obyektif dan ketat atas kegilaan itu sendiri, melainkan mengobservasi dan mempercakapkan kegilaan itu sendiri pada penderitanya. Tokoh medis itu mengorek sumber-sumber kegilaan, mengungkap kesalahan-kesalahan tersembunyi, dan biasanya berusaha menghadirkan rasionalitas menggantikan unsur-unsur atau perasaan irasionalitas penyebab kegilaan. Dokter, melalui otoritas keilmuannya, mengontrol, mengawasi, dan menentukan kehendak, moralitas dan makna keteraturan atau kewarasan dalam diri pasien. Menurut Foucault, tahap ini merupakan tindakan yang lebih menyakitkan daripada represi fisik sebagaimana terjadi sebelumnya. Mengapa? Karena disiplin psikiatri justeru menjadi alat represi paling paripurna yang langsung menusuk ke jantung batin, mengawasi perasaan dan pikiran manusia. Jika pada abad klasik orang gila dibiarkan berkeliaran atau dihempaskan berlayar dalam samudra kebebasan, lalu pada abad berikutnya mereka dikurung dalam penjara Hospital Generale yang represif dan mematikan, maka pada abad 19 ini kegilaan adalah sebuah
penyakit dan penderitanya mesti ditempatkan dalam rumah sakit jiwa untuk disembuhkan secara medis. Bukan hanya itu, sekarang telah muncul suatu otoritas baru yang memiliki otoritas tunggal menentukan status kegilaan seseorang. Yakni: para ahli dan dokter. Tidak berhenti di situ mereka pun menciptakan disiplin keilmuan baru untuk melegitimasi kekuasaannya. Yakni: disiplin ilmu psikiatri. Dengan demikian pada jaman modern ada tiga institusi yang saling terkait dan dianggap paling berhak menghakimi status kegilaan seseorang. Pertama, dokter atau ahli medis; kedua, disiplin ilmu psikiatri; dan ketiga, sebuah struktur aneh yang disebut rumah sakit jiwa. Foucault menyebut fenomena ini sebagai pendewaan atas tokoh medis dalam struktur penanganan kegilaan. Tiga institusi inilah yang akhirnya memberikan label baru terhadap orang-orang gila ini sebagai orang yang berpenyakit jiwa. Kesimpulan: Sensitifitas terhadap kuasa/pengetahuan Dalam terang hasil penelitian Michel Foucault mengenai sejarah kegilaan di atas, sekarang kita bisa pahami bagaimana sebuah kegilaan telah dikonsepsikan dan ditangani secara berbeda-beda dalam setiap periode sejarah tertentu. Ada pergeseran-pergeseran tentang makna kegilaan berikut posisi orang-orang gila dalam masyarakat. Di situ pula ditunjukkan kekuasaan macam apa yang mengklaim punya hak menentukan kategori-kategori kegilaan dan cara penanganannya. Dalam kapal-kapal kegilaan abad renaisans, misalnya, orang-orang gila adalah mereka kaum bijak yang bebas menyampaikan khotbah-khotbah satiris dan kritis terhadap kekuasaan. Dalam Hospital Generale orang-orang gila didefinisikan dan dikendalikan oleh kuasa obligasi etis negara. Sedangkan dalam rumah sakit jiwa mereka diawasi, dikontrol dan dikendalikan para tokoh medis dan ilmu psikiatrinya. Kini disiplin psikiatri sangat sentral dalam penanganan masalah kelainan mental atau kegilaan ini. Dengan mudahnya kegilaan dipersepsi sebagai penyakit yang mesti disembuhkan secara medis. Lihatlah misalnya laporan Scientific American 1999. Dengan mengutip hasil penelitian W.W. Eaton, laporan ini menyatakan bahwa pada tahun 1985 terdapat sekitar 1 % penduduk dunia yang berumur antara 15 hingga 30 tahun mengidap penyakit Schizoperenia. Angka tersebut akan terus membesar karena hingga kini belum ditemukan metoda penyembuhan dan obat penyembuh yang manjur dan meyakinkan. Lalu laporan itupun mengajukan tiga pendekatan untuk mengenali gejala penyakit jiwa ini. Yaitu pendekatan genetika, pendekatan kejiwaan, dan pendekatan anatomis keorganan otak. Pendekatan genetika, katanya, cenderung mengkaitkan penderita penyakit Schizoprenia berdasarkan garis keturunan dengan genetika generasi sebelumnya seperti ayah-bunda, kakek-nenek dan seterusnya, mengenai kemungkinan mengidap penyakit yang sama. Adapun pendekatan kejiwaan menyimpulkan bahwa penyebab penyakit schizoprenia berasal dari ketidakberesan mental (mental disorder). Masalah kejiwaan ini (pathophysiology) berkaitan timbal balik dengan kerja fungsional otak melalui jaringan sistem persyarafan. Dan pada akhir laporan tersebut dinyatakan bahwa uji coba perawatan medis terhadap gejala-gejala kejiwaan tersebut (penyakitpenyakit itu, kata mereka) terkadang menimbulkan dampak yang mengerikan,
terutama bagi penderita yang berusia produktif, karena dapat menimbulkan kekurangan pathognomonic yang berpengaruh pada tingkat kesuburan penderita. Oleh karena itu, diharapkan pengobatan alternatif dapat berperan Dari laporan tersebut setidaknya secara implisit menunjukkan bahwa penanganan medis terhadap gejala kegilaan atau sakit mental tidaklah berhasil. Bisa jadi (atau malahan mungkin bisa dipastikan), ketidakberhasilan ini akibat salah diagnosa terhadap gejala kegilaan. Ia dianggap sebuah penyakit. Padahal bisa jadi gejala-gejala yang ahli medis anggap sebagai sakit jiwa, kelainan mental, atau kegilaan tersebut adalah produk atau pengaruh dari sistem sosial kita yang sebenarnya fasis dan tidak memberi ruang sejengkalpun pada manusia untuk membangun proyek imajinasinya. Bisa jadi mereka adalah jiwa-jiwa yang kosong yang meratap dan mengalami histeria ketakutan oleh situasi masyarakat dan sistem sosial kita yang telah sakit parah. Sayangnya orangorang yang mengaku sehat (padahal sebenarnya sakit ini) malahan menghakimi mereka sebagai penderita penyakit jiwa. Sejarah kegilaan dan bagaimana ia ditangani secara berbeda-beda di atas memberi pelajaran mengenai kejatuhan kita dalam berbagai asumsi naif. Asumsi-asumsi yang berakibat fatal bagi kehidupan manusia. Karenanya, kita seyogyanya perlu curiga terhadap asumsi-asumsi itu dan kekuasaan (kuasa pengetahuan, kuasa institusi, kuasa otoritas tertentu) di baliknya. Ini artinya, kita dituntut memiliki sensitifitas dan kepekaan dalam melihat kenyataan: apakah suatu konsep atau sistem pengetahuan tertentu lebih humanis dan emansipatoris atau, sebaliknya, justeru melakukan dehumanisasi? Jelasnya, kita patut mempertanyakan jangan-jangan persepsi dan cara kita memperlakukan orang gila, tidak waras, gangguan mental, dan sebagainya selama ini adalah konstruksi belaka dari sebuah “rezim kebenaran” yang diciptakan oleh para ahli medis dan disiplin ilmu psikiatri yang sekarang ini giat diintrodusir melalui sekolah-sekolah dan perguruan tinggi kita. Jika benar demikian, maka tibalah kita pada kesimpulan hipotetis, bahwa pengetahuan dan tindakan kita sepenuhnya dikendalikan rezim kekuasaan/pengetahuan yang fasis dan yang tak henti-hentinya mencengkeram kehidupan kita.
Yang Harus Anda Tahu Tentang Florence Nightingale (Pelopor Perawat Modern) March 21, 2009 by admin Filed under Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar 1 Comment
Jika anda perawat ataupun mahasiswa keperawatan, tentu tidak asing lagi dengan nama Florence Nightingale. Dialah yang disebut-sebut sebagai pelopor keperawatan modern yang kita kenal. Berikut ini adalah sejarah kehidupan Florence yang jika coba kita cermati akan membuat kita semakin memahami nilai dan esensi keperawatan. Anda bisa mendownload ebook kisah hidup Florence di halaman Download Area. Selain itu anda juga bisa mendownload buku pertama Florence yang berjudul “Notes On Nursing” di halaman yang sama. Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – wafat di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia. Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiatkiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris. Masa kecil Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope. Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Perjalanan ke Jerman Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik). Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut.
Belajar merawat Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa “terpanggil” untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan. Ditentang oleh keluarga Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah. Perawat pada masa itu hina karena:
Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran. Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis. Kembali ke Inggris Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober
1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya. Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa; “ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ” Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence. Perang Krimea Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”. Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan. Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi. Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal. Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda. Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;
Perban diganti secara berkala. Obat diberikan pada waktunya.
Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
Meja kursi dibersihkan.
Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale. Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual. Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala. Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui. Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk. Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan. Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Bidadari berlampu Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali. Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal. Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena”, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu. “ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku. ” Pulang ke Inggris Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (”demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya. Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria – dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya – Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata. Karir selanjutnya Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat
didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian. Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut. Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London. Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut. Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian. Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya. Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempattempat tersebut. Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia. Orang sakit menjadi pihak yang paling
beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini. Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, “Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.”
Meninggal dunia Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.
Page 1 Page 1 HISTORY OF NURSING DISPLAY SEJARAH OF NURSING DISPLAY Dedicated to Lois Blais 1938-2008 Didedikasikan untuk Lois Blais 1938-2008 Lois Blais was a passionate historian and a dedicated Lois Blais adalah seorang sejarawan bersemangat dan berdedikasi
member of the BC History of Nursing Group. anggota SM Sejarah Keperawatan Group. Lois Lois served as the group treasurer and as the chair of the menjabat sebagai bendahara kelompok dan sebagai ketua Archive Committee. Arsip Komite. Her work to build the archives Pekerjaannya untuk membangun arsip collection is deeply appreciated by the nursing Koleksi ini sangat dihargai oleh perawat history group. kelompok sejarah. In this picture, Lois is dressed as Dalam gambar ini, Lois yang berpakaian sebagai Florence Nightingale Florence Nightingale Pageant of Nursing History Sejarah Keperawatan Pageant A historical presentation of portrait dolls revealing the origins and Sebuah presentasi sejarah potret boneka mengungkapkan asal-usul dan social significance of nursing costumes signifikansi sosial keperawatan kostum Study of clothing throughout the centuries provides a wealth of valuable historical Studi pakaian selama berabad-abad memberikan kekayaan sejarah berharga data. data. Research into women's dress, for example, reveals subjugation of women and their Penelitian gaun perempuan, misalnya, mengungkapkan penundukan perempuan dan mereka struggles for independence and empowerment. perjuangan untuk kemerdekaan dan pemberdayaan. Costumed dolls are a significant kind of Berkostum boneka adalah jenis signifikan historical research into dress and clothing. penelitian sejarah gaun dan pakaian. The costumed doll, sometimes called the The berkostum boneka, kadang-kadang disebut portrait doll, has existed for thousands of years and has survived to provide historical potret boneka, telah ada selama ribuan tahun dan telah bertahan untuk menyediakan sejarah background and facts. latar belakang dan fakta. They provide details on images, style, fabrics and customs. Mereka memberikan rincian pada gambar, gaya, kain dan adat istiadat. This presentation was developed by Sheila J. Rankin Zerr and Glennis Zilm. Presentasi ini dikembangkan oleh Sheila J. Rankin Zerr dan Glennis Zilm. The portrait Potret dolls were designed and dressed by Sheila and the script was developed by Glennis. boneka yang dirancang dan berpakaian oleh Sheila dan script dikembangkan oleh Glennis. Page 2 Page 2 -2- -2 -Ancient Civilizations Peradaban kuno (circa 4000 to 100 BC) (sekitar 4.000-100 SM) Records indicate there was a form of medical Catatan menunjukkan ada bentuk medis practice and the orderly care of the sick in praktek dan teratur merawat orang sakit di temples by caretakers (early “nurses”) under the candi oleh pengasuh (awal "perawat") di bawah direction of priest-physicians in ancient Egypt. arah imam-dokter di Mesir kuno. The roots of public sanitation and some laws governing Akar dari sanitasi umum dan beberapa undang-undang yang mengatur health care developed in ancient Rome and early Babylon. perawatan kesehatan yang dikembangkan di Roma kuno dan awal Babel. Earlier Sebelumnya references have been found in Egyptian papyri for medical and referensi telah ditemukan di papyrus Mesir untuk medis dan
surgical treatment and dietary regimes for daily care of patients bedah perawatan dan pola diet untuk perawatan pasien sehari-hari under the direction of trained attendants. di bawah arahan petugas terlatih. In Greece, there were the Di Yunani, ada yang beginnings of hospitals or “sanatoria.” For example, Aesculapius awal dari rumah sakit atau "sanatorium." Sebagai contoh, Aesculapius (circa 1134 BC) and his daughters Hygeia, Panacea, and (sekitar 1134 SM) dan anak-anak perempuannya Hygeia, Panacea, dan Mediterina were famous for their healing and cures. Mediterina terkenal untuk penyembuhan dan menyembuhkan mereka. Page 3 Halaman 3 -3- -3 -Influence of Christianity Pengaruh kekristenan (circa 1 to 500 AD) (kira-kira 1-500 AD) Fabiola, who died about 399, was a Roman Fabiola, yang meninggal kira-kira 399, adalah seorang Romawi matron converted to Christianity. sipir dikonversi menjadi Kristen. She dressed in Dia mengenakan sackcloth and went into the city streets to kain karung dan pergi ke jalan-jalan kota untuk minister to the poor and sick. menteri kepada orang miskin dan sakit. She is credited with Dia dikreditkan dengan founding the first public Christian hospital. mendirikan rumah sakit Kristen publik pertama. The highly developed Roman Empire was Sangat berkembang Kekaisaran Romawi flourishing and its trade routes had spread throughout Europe and maju dan rute perdagangan telah menyebar ke seluruh Eropa dan to the British Isles. ke Kepulauan Inggris. Influenced by the teachings of the Greek Dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Yunani Hippocrates, the Romans had developed some public health Hippocrates, orang Romawi telah mengembangkan beberapa kesehatan masyarakat principles and state hospitals were established for the soldiers and prinsip-prinsip dan rumah sakit negara didirikan untuk para tentara dan gladiators. gladiator. During this time, Christianity became established and Selama waktu ini, kekristenan menjadi mapan dan spread, based on the fundamental elements of Christ's teaching menyebar, didasarkan pada unsur-unsur mendasar ajaran Kristus including love and service for all humanity. termasuk cinta dan pelayanan bagi semua umat manusia. Page 4 Halaman 4 -4- -4 -Medieval Hospitals and Monastic Nurses Rumah sakit dan monastik abad pertengahan Perawat (circa 500 to 1500) (circa 500-1.500) Under the auspices of the Roman Catholic Di bawah naungan Katolik Roma Church, the religious orders grew and began to Gereja, perintah agama tumbuh dan mulai
establish larger and more specialized hospitals, menetapkan lebih besar dan lebih khusus rumah sakit, such as the Hôtel Dieu in Lyons, France, which seperti Hôtel Dieu di Lyons, Perancis, yang was founded in 542. didirikan pada tahun 542. This costume, that of a nun Kostum ini, bahwa seorang biarawati of this order, circa 1443. dari urutan ini, sekitar tahun 1443. After the fall of the Roman Empire, during the “Dark Ages,” Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, selama "Dark Ages," epidemics and plagues (eg, the “Black Death”) flourished. epidemi dan wabah penyakit (misalnya, "Black Death") berkembang. Care of Perawatan the sick, and particularly care of the sick poor, was carried out by orang sakit, dan terutama merawat orang sakit miskin, dilakukan oleh nuns and monks, who often developed herbal treatments and biarawati dan biarawan, yang sering dikembangkan herbal perawatan dan exchanged knowledge and medical lore. bertukar pengetahuan dan pengetahuan medis. The influences of Pengaruh Christianity and the religious orders shaped the early development Kristen dan perintah agama membentuk perkembangan awal of health care in Europe and Great Britain. perawatan kesehatan di Eropa dan Britania Raya. Page 5 Halaman 5 -5- -5 -Knight Hospitaller Knight Hospitaller (circa 1096 - 1600) (circa 1096-1600) Male military nursing orders began to appear Laki-laki perintah menyusui militer mulai muncul during the Crusades, combining attributes of selama Perang Salib, menggabungkan atribut religion, chivalry, and militarism . agama, kesopanan, dan militerisme. One order, Satu urutan, the Knight Hospitallers of St. John of Hospitaler Ksatria Santo Yohanes dari Jerusalem established several great hospitals Yerusalem didirikan beberapa rumah sakit besar in Europe. di Eropa. During the Crusades, groups of knight crusaders from Europe Selama Perang Salib, kelompok ksatria tentara salib dari Eropa and Britain attempted to reclaim the “holy land,” and during their dan Britania mencoba untuk merebut kembali "tanah suci," dan selama mereka pilgrimages and wars established hospitals throughout the Middle ziarah dan perang mendirikan rumah sakit di seluruh Tengah East and Europe to care for the sick and wounded. Timur dan Eropa untuk merawat orang sakit dan terluka. During this time, medicine established educational patterns in Selama waktu ini, obat-obatan pola pendidikan didirikan di centres of learning outside the Church and within the developing pusat-pusat belajar di luar Gereja dan dalam mengembangkan universities. universitas. By the time of the Renaissance, medicine had largely Pada masa Renaissance, obat itu sebagian besar separated from the Church, although nursing largely remained terpisah dari Gereja, meskipun sebagian besar tetap menyusui
within its confines. di dalam batas-batas. Page 6 Halaman 6 -6- -6 -Early Nursing in Canada Keperawatan awal di Kanada (1617 - 1800) (1617 - 1800) Jeanne Mance (1606 - 1673), nurse and hospital Jeanne Mance (1606 - 1673), perawat dan rumah sakit administrator extraordinaire, has earned an administrator luar biasa, telah menerima sebuah special place in the history of Canadian nursing tempat khusus dalam sejarah Kanada menyusui as co-founder of the city of Ville-Marie (now sebagai ko-pendiri kota Ville-Marie (sekarang Montréal). Montréal). Provided with funds to establish a hospital in New France, Disediakan dana untuk mendirikan sebuah rumah sakit di New Perancis, Jeanne Mance ventured to the new world in 1642. Jeanne Mance memberanikan diri ke dunia baru pada tahun 1642. Educated in a Pendidikan pada convent, she learned the basics of nursing there and soon brought biara, dia mempelajari dasardasar keperawatan di sana dan segera membawa out more lay nurses to help care for the settlers. lebih berbaring perawat untuk membantu perawatan bagi para pendatang. Her hospital was Rumah sakit itu not a religious hospital. bukan rumah sakit keagamaan. Earlier, Marie Hébert had arrived with her apothecary Sebelumnya, Marie Hebert telah tiba dengan apotek husband and the first French settlers in 1617. suami dan pemukim Perancis pertama pada 1617. Soon widowed, she Segera menjanda, dia became a lay nurse and provided care both in her home and as a awam menjadi perawat dan memberikan perawatan baik di rumahnya dan sebagai visiting nurse. mengunjungi perawat. The first hospital in what is now Canada was Rumah sakit pertama di Kanada yang sekarang ini established in Quebec City by three Augustinian Sisters in 1639. didirikan di Quebec City oleh tiga Augustinian Sisters in 1639. These nuns provided care for the Indians as well as the settlers. Biarawati ini disediakan perawatan untuk orang-orang Indian serta pemukim. Typhoid and cholera were rampant in the early days. Tipus dan kolera yang merajalela di awal hari. Page 7 Halaman 7 -7- -7 -Establishment of Nursing in Canada Pendirian Keperawatan di Kanada (1700s - Early 1800s) (1700-an - awal 1800-an) Marguerite d'Youville (1701-1771) was the Marguerite d'Youville (1701-1771) adalah founder of the Canadian Order of the Sisters of Kanada pendiri Ordo Suster-suster Charity – commonly called the “Grey Nuns.” Amal - biasanya disebut "Grey biarawati." Born in Montreal, she began a program of Lahir di Montreal, ia memulai program visiting nursing in the city soon after she was mengunjungi keperawatan di kota segera setelah ia widowed. janda.
She and other like-minded women soon approached the Dia dan lainnya seperti hati perempuan segera mendekati Roman Catholic Church for sanction and in 1737 became a non- Gereja Katolik Roma untuk sanksi dan pada 1737 menjadi non cloistered order specializing in health care in the community. order menyendiri mengkhususkan dalam perawatan kesehatan di masyarakat. Later, Kemudian, at the request of the city, these women also took over and reformed atas permintaan kota, para perempuan ini juga mengambil alih dan direformasi the decrepit Montreal City Hospital. Kota Montreal yang rungkuh Rumah Sakit. The Order grew and sent Sisters to many developing Ordo suster tumbuh dan dikirim ke banyak berkembang communities across Canada. masyarakat di seluruh Kanada. They are credited with bringing the Mereka dikreditkan dengan membawa first nursing care to Western Canada with a delegation of four perawatan pertama Kanada Barat dengan sebuah delegasi dari empat Sisters to St. Boniface in Winnipeg in 1844. Sisters ke St Bonifasius di Winnipeg di tahun 1844. Page 8 Halaman 8 -8- -8 -Dark Ages of Nursing in England Kegelapan Keperawatan di Inggris (1600s - 1860s) (1600-an - 1860-an) Sairy Gamp , a character in a Charles Dickens' Sairy payung besar, tokoh dalam Charles Dickens ' novel Martin Chuzzlewit , has come to symbolize novel Martin Chuzzlewit, telah datang untuk melambangkan (perhaps unfairly) the dark ages of nursing in (mungkin tidak adil) usia gelap menyusui di England. Inggris. Because England had broken with the Roman Catholic Karena Inggris telah melanggar dengan Katolik Roma Church (so Henry VIII could obtain his divorce), the monasteries Gereja (jadi Henry VIII bisa memperoleh perceraiannya), biara-biara and convents – and with them their atttendant hospitals – were dan biara-biara - dan dengan mereka mereka atttendant rumah sakit - adalah closed. tertutup. With few exceptions, there was almost no education for Dengan sedikit pengecualian, hampir tidak ada pendidikan bagi caregivers. pengasuh. Hospitals were death houses, and disease in the crowded Rumah sakit rumah kematian, dan penyakit dalam penuh sesak poorer sections of cities such as London was rampant. bagian miskin kota-kota seperti London merajalela. Only the Hanya poorest type of woman – those too poor to carry out any other tipe wanita paling miskin - mereka yang terlalu miskin untuk melakukan lainnya work – was drawn to become a nurse. kerja - tertarik untuk menjadi seorang perawat. Dressed in cast-off finery Memakai perhiasan yg dibuang supposedly stolen from dying patients, these women represented diduga dicuri dari pasien yang sekarat, para perempuan ini diwakili
the worst in nursing – and the need for reform. yang terburuk dalam perawatan - dan perlunya reformasi. Page 9 Halaman 9 -9- -9 -Florence Nightingale Florence Nightingale (1820 - 1910) (1820 - 1910) Florence Nightingale , daughter of a wealthy and Florence Nightingale, putri seorang kaya dan powerful family, wanted to become a nurse, keluarga yang kuat, ingin menjadi seorang perawat, recognizing from an early age that sick people mengenali dari usia dini bahwa orang sakit needed better care. membutuhkan perawatan yang lebih baik. Well-educated and well- Terdidik dan baik traveled, she knew of the better conditions in bepergian, dia tahu kondisi yang lebih baik dalam Europe. Eropa. Despite opposition from her family, she studied with a group Meskipun oposisi dari keluarganya, ia belajar dengan kelompok of lay deaconesses in Kaiserworth, and returned to London to open diakones awam di Kaiserworth, dan kembali ke London untuk membuka a model hospital for “retired gentlewomen.” As Britain was soon model rumah sakit untuk "pensiun gentlewomen." Seperti Britain segera involved in a dreadful war in Crimea, she volunteered to take a terlibat dalam perang yang mengerikan di Krimea, ia menawarkan diri untuk mengambil group of nurses to improve care in the war zone – with great kelompok perawat untuk meningkatkan perawatan di zona perang - dengan penuh success. sukses. She was honored and decorated for her efforts, and was Dia merasa terhormat dan dihias untuk usahanya, dan glorified in a poem by Tennyson called “The Lady of the Lamp.” dimuliakan dalam sebuah puisi oleh Tennyson berjudul "The Lady of the Lamp." She continued her work to improve health care through Dia melanjutkan pekerjaannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui introduction of sound nursing. pengenalan suara menyusui. She backed the opening of a model Dia mundur pembukaan model school for nurses at St. Thomas' Hospital, which became the sekolah perawat di St Thomas 'Hospital, yang menjadi standard for nursing education throughout the world. standar untuk pendidikan keperawatan di seluruh dunia. Page 10 Halaman 10 -10- -10 -Early Schools of Nursing Sekolah awal Keperawatan (1874 - 1895) (1874 - 1895) The first of the “Nightingale schools” for nurses Pertama dari "Nightingale sekolah" untuk perawat in Canada – the Mack School for Nurses – was di Kanada - the Mack School for Nurses - adalah established in 1874 at St. Catharines, Ontario. didirikan pada tahun 1874 di St Catharines, Ontario. A Sebuah
few schools in the United States predated this. beberapa sekolah di Amerika Serikat mendahului ini. Students in the schools quickly adopted the use of uniforms Siswa di sekolah-sekolah yang diadopsi dengan cepat penggunaan seragam and caps, such as this one from about the early 1890s. dan topi, seperti ini dari sekitar awal 1890an. Uniforms Seragam were based on the fashions of the day, and were considered a mark didasarkan pada mode hari, dan dianggap tanda of the professional. profesional. Page 11 Page 11 -11- -11 -University Education for Nurses Universitas Pendidikan untuk Perawat (1919 forward) (1919 ke depan) University Education for Nurses was introduced Universitas Pendidikan untuk Perawat diperkenalkan in Canada in 1919 when the University of British di Kanada pada tahun 1919 ketika University of British Columbia opened the first degree program. Columbia membuka program sarjana pertama. Ethel Ethel Johns, a nursing pioneer of international stature, Johns, sebuah panti perintis keunggulan internasional, was the first director of the UBC School. adalah direktur pertama dari Sekolah UBC. The introduction of the degree program was Pengenalan program gelar an attempt to have nursing education controlled by educational usaha untuk memiliki pendidikan keperawatan dikontrol oleh pendidikan authorities, rather than have it based on an apprenticeship work berwenang, dan bukan memilikinya berdasarkan kerja magang program. program. During the 1990s, some provinces in Canada have Selama tahun 1990-an, beberapa provinsi di Kanada telah adopted the baccalaureate program as the basis for entry to mengadopsi program Baccalaureat sebagai dasar untuk masuk ke practice, as recommended by the Canadian Nurses Association. praktek, seperti yang direkomendasikan oleh Canadian Nurses Association. The costume shown is a graduation gown of the University of Kostum yang ditampilkan adalah gaun wisuda Universitas Ottawa in the 1960s. Ottawa pada 1960-an. Page 12 Page 12 -12- -12 -Victorian Order of Nurses Victoria Order of Nurses (1897 forward) (1897 ke depan) The Victorian Order of Nurses was established in Orde Victoria Perawat didirikan pada 1897 under the auspices of Lady Aberdeen, wife 1897 di bawah naungan Lady Aberdeen, istri of Canada's Governor General. dari Gubernur Jenderal Kanada. The order was Perintah itu
set up to bring community nursing to small menyiapkan masyarakat untuk membawa menyusui kecil Canadian communities where there was no form Kanada komunitas dimana tidak ada bentuk of health care. perawatan kesehatan. Community nursing in Canada dates back a long way, but the Komunitas keperawatan di Kanada tanggal kembali jauh, tetapi establishment of the VON brought nurses to remote communities. pembentukan VON dibawa perawat ke masyarakat terpencil. The VON marks a special kind of volunteer organization in The VON menandai jenis khusus organisasi sukarela Canada, where fund raising was conducted to introduce services; Kanada, di mana penggalangan dana dilakukan untuk memperkenalkan jasa; these were offered until the community could establish its own ini ditawarkan sampai masyarakat dapat membangun sendiri services. layanan. The records of VON services in outpost communities – VON catatan-catatan di pos pelayanan masyarakat -and similarly nursing services offered by the Red Cross – show dan juga pelayanan keperawatan yang ditawarkan oleh Palang Merah - menunjukkan extraordinary nursing in the field. menyusui luar biasa di lapangan. The uniform shown is that of the mid-1960s. Seragam yang ditampilkan adalah bahwa pada pertengahan tahun 1960-an. Page 13 Halaman 13 -13- -13 -Hospital Nursing Hospital Nursing (1800s to present) (1800-sekarang) Although nurses work in many settings, bedside Meskipun perawat bekerja di banyak pengaturan, di samping tempat tidur nursing in hospitals remains the main venue for perawat di rumah sakit tetap merupakan tempat utama untuk nursing practice. praktik keperawatan. However, nursing today is more Namun, keperawatan saat ini lebih open to a wide variety of cultures and religious terbuka terhadap berbagai budaya dan agama back-grounds than in the past. kembali-dasar daripada di masa lalu. As well, Canadian Juga, Kanada nurses today need to offer appropriate care to a perawat saat ini perlu menawarkan perawatan yang tepat untuk wide range of cultural backgrounds. berbagai latar belakang budaya. After the introduction of the Nightingale model of nursing Setelah pengenalan model Nightingale menyusui education, nursing was carried out mainly by young women. pendidikan, perawatan dilakukan terutama oleh perempuan muda. Hospital schools of nursing generally required students to live in Perawatan rumah sakit pada umumnya sekolah yang diperlukan siswa untuk hidup di residences and to live strictly chaperoned lives. tempat tinggal dan menjalani kehidupan dikawal ketat. Transfer of basic Transfer dasar
RN educational programs from hospitals to colleges began in the RN program pendidikan dari rumah sakit untuk perguruan tinggi dimulai di 1960s and 1970s. 1960-an dan 1970-an. Traditional hospital uniforms and the traditional Seragam rumah sakit tradisional dan tradisional caps slowly began to be replaced with more casual and utilitarian topi perlahan-lahan mulai diganti dengan lebih santai dan utilitarian forms of clothing. bentuk pakaian. This costume represents a graduation dress of the Ottawa Kostum ini merupakan pakaian wisuda Ottawa General Hospital of 1966. Rumah Sakit Umum tahun 1966. Page 14 Page 14 -14- -14 -First Nations Nursing First Nations Keperawatan Before the arrival of European Sebelum kedatangan Eropa settlers, nursing care in Canada’s pemukim, perawatan di Kanada's Aboriginal peoples was mainly Aborigin bangsa ini terutama carried on within the family with dilakukan di dalam keluarga dengan interventions by shamans and healers intervensi oleh dukun dan penyembuh (both men and women). (baik laki-laki dan perempuan). First Nations people generally First Nations orang pada umumnya followed healthy lifestyles, but were mengikuti gaya hidup sehat, tetapi well versed in herbal care. fasih di dalam perawatan herbal. Many Banyak treatments carried out by early European nurses in New France perawatan dilakukan oleh perawat Eropa awal di New Perancis were based on information learned from First Nations healers – didasarkan pada informasi yang belajar dari First Nations penyembuh -such as the use of Spruce bark and root teas in the treatment of seperti penggunaan kulit kayu dan akar Spruce teh dalam perawatan scurvey. scurvey. The reproduction in this display is an authentic Bonnechere Reproduksi layar ini otentik Bonnechere (Ontario) Algonquin doll figure. (Ontario) Algonquin tokoh boneka. These were often given to sick Ini sering diberikan kepada sakit children, along with incantations and rituals, to help in the healing anak-anak, bersama dengan mantera dan ritual, untuk membantu dalam penyembuhan process. proses. Page 15 Halaman 15 Military Nursing Militer Keperawatan Military Nursing in Canada gained its Keperawatan militer di Kanada yang diperoleh dengan first recognition at the time of the pengakuan pertama pada saat yang North West Rebellion in 1885. North West Pemberontakan pada 1885. The Itu uniform was the simple dress, apron seragam adalah pakaian sederhana, celemek and cap. dan topi. The true pioneers in military Perintis sejati militer nursing were the devoted nuns of menyusui adalah suster setia
various religious orders who cared for berbagai perintah agama yang peduli untuk the casualties of the battle, regardless korban pertempuran, tanpa of race, creed, colour or religion ras, agama, warna kulit atau agama beginning with the French and dimulai dengan Perancis dan English battles and the aboriginal Inggris pertempuran dan asli people of Canada. orang Kanada. Canadian nurses Kanada perawat served in South America (Boar) War bertugas di Amerika Selatan (Boar) Perang of 1899 where the first professionally pada 1899 di mana profesional pertama trained nurse volunteers signed up for perawat dilatih relawan mendaftar untuk service with the Canadian Regiments. layanan dengan Resimen Kanada. Uniforms for nurses had been established in 1899 and the nurses wore Seragam untuk perawat telah didirikan tahun 1899 dan para perawat mengenakan the distinctive grey dress, apron, veil or cap and cape. gaun abu-abu yang khas, celemek, jilbab atau topi dan jubah. In WW I thousands of Canadian nurses signed up for military service Dalam WW Saya ribuan perawat Kanada mendaftar untuk layanan militer with the Overseas Military Services of Canada. dengan Layanan Militer Luar Negeri Kanada. Nurses wore the Perawat mengenakan distinctive Canadian Army Medical Corps street uniform. Kanada khas jalan Korps Medis Angkatan Darat seragam. It is Ini adalah believed that nurses serving in WW I front lines set the trends in percaya bahwa perawat melayani di garis depan WW saya menetapkan tren having hemlines raised in the coming 1920s as it was necessary to memiliki hemlines dibesarkan di tahun 1920-an yang akan datang seperti yang diperlukan untuk raise their unworkable floor length hemlines out of the mud of the meningkatkan panjang lantai tidak bisa dijalankan hemlines keluar dari lumpur trenches. parit. In WW II Canadian nurses were among the first to be sent overseas. Dalam WW II perawat Kanada merupakan yang pertama yang akan dikirim ke luar negeri. Nurses of the Royal Canadian Army Medical Corps were granted the Perawat dari Royal Canadian Army Medical Corps yang diberi rank of officer and were issued regulation uniforms for the many pangkat perwira dan peraturan dikeluarkan seragam untuk banyak duties they performed. tugas-tugas mereka tampil. The dress uniform was the traditional blue Gaun seragam biru tradisional under dress, apron, veil, cape, and belt with the identifying buckle. bawah pakaian, celemek, jilbab, jubah, dan mengidentifikasi sabuk dengan gesper. The hemline was much shorter than in WW I. Yang hemline jauh lebih pendek daripada di WW I. Page 16 Page 16 -16- -16 -Modern Nursing Modern Nursing Today's nurses wear Today's perawat mengenakan comfortable clothing suited pakaian yang nyaman cocok to demanding and busy roles. menuntut dan sibuk peran.
More men are entering the Lebih banyak laki-laki memasuki profession compared with profesi dibandingkan dengan less than 1% of new students kurang dari 1% dari siswa baru in 1966. pada tahun 1966. The development of Pengembangan Nurses' Unions since the Perawat 'Serikat sejak 1960s has been an important trend in nursing, as has the 1960-an telah menjadi tren penting dalam perawatan, karena memiliki introduction of multicultural and holistic nursing. pengenalan multikultural dan holistik menyusui. Current issues Current masalah relate to expanded roles for nurses and a greater involvement of berhubungan dengan peran diperluas untuk perawat dan keterlibatan yang lebih besar nurses in the development of health care policy. perawat dalam pengembangan kebijakan kesehatan.