Segera!!!........Potong Tunggul Kelapa Yang Mati Ika Ratmawati, SP. POPT Ahli Muda
Pendahuluan Alunan lagu nyiur hijau menggambarkan betapa indahnya tanaman kelapa yang berbuah lebat dan melambaikan nyiurnya menyapa kita. Sungguh, betapa suburnya tanah Indonesia. Tak salah jika ada pepatah gemah ripah loh jinawi. Tapi.....nyiur sekarang apa akan tetap melambai sementara nyiur sekarang mulai banyak yang dirusak.....dipotong....dan mati akibat diserang hama kwangwung. Padahal dilihat dari segi ekonomisnya, tanaman kelapa punya banyak arti penting bagi ekonomi manusia. Tak ada yang sia-sia dari bagian tanaman kelapa karena semuanya bisa dimanfaatkan mulai dari akar sampai lidipun laku dijual. Sebagai bahan dasar kopra, komoditi ini sangat menjanjikan sebagai bahan industri dan perdagangan yang memberikan hasil cukup besar bagi masyarakat dan pemerintah. Peremajaan dan perluasan areal tanam menjadi perhatian besar pemerintah mengingat tanaman kelapa sekarang sudah banyak yang gundul akibat serangan hama kwangwung salah satunya. Tapi apalah arti usaha peremajaan dan perluasan areal tanaman kelapa kalau sarang hama kwangwung masih tetap ada. Miris jika melihat tanaman kelapa daunnya terpotong akibat hama kwangwung apalagi yang gundul tak satupun daun tersisa mirip sekali tanaman kelapa seperti “tiang listrik” yang tak berkabel. Kalau dibiarkan terus menerus, tidak menutup kemungkinan sentra penghasil kelapa menjadi daerah endemis hama kwangwung. Dan akan semakin sulit dikendalikan. Haruskah dibiarkan tunggul kelapa yang mati tetap berdiri? Oo......menunggu pembeli batang kelapa, kapan lakunya? Sementara ancaman bahwa tunggul kelapa akan menjadi sarang berkembangnya hama kwangwung. Kwangwung itu suka tinggal ditempat yang lapuk dan cukup makanan untuk hidupnya, seperti di tunggul kelapa yang mati.
Bioekologi Kwangwung Menurut
Pracaya
(2003)
kumbang
kwangwung
pada
umumnya
menyerang daun kelapa, sering juga disebut kumbang badak karena memiliki tonjolan semacam cula badak. Daun yang terserang kwangwung nampak seakan-
akan tergunting, akan lebih jelas terlihat sesudah pelepah daun terbuka dan bentuk guntingan membentuk huruf “V”, hal ini merupakan ciri khas dari serangan kumbang ini. Stadia yang membahayakan adalah pada stadia dewasa (kumbang). Kumbang dewasa akan terbang ke atas menuju
bagian
tajuk
kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian
dalam
melalui
salah satu ketiak pelepah bagian
atas
tajuk.
Biasanya ketiak pelepah ketiga, kelima Guntingan daun kelapa oleh kwangwung (Foto : Ratmawati, 2014)
tempat
keempat
atau
merupakan masuk
yang
paling disukai. Kumbang yang muncul akan mulai berterbangan pada waktu senja hari atau malam hari menuju mahkota daun tanaman kelapa dan menuju ujung batang kemudian menggerek sampai ke titik tumbuh. Kumbang kwangwung (Oryctes rhinoceros) menurut Kartasapoetra (1993) diklasifikasikan dalam ordo Coleoptera, famili Dynastidae, genus Oryctes dan species Oryctes rhinoceros. Selanjutnya, Kartasapoetra (1987) menjelskan bahwa siklus hidup hama O. rhinoceros melewati empat stadia, yaitu stadia telur, larva, pupa (kepompong) dan imago (dewasa/kumbang) yang lamanya mencapai 293 hari. Kumbang betina yang telah kawin bertelur pada bahan organik yang telah lapuk dengan kemampuan bertelur 35 – 70 butir. Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, panjang 3 – 3,5 mm, terbungkus media tempat telur diletakkkan, masa telur berlangsung 9 – 12 hari. Larva yang baru keluar dari telur berwarna putih dengan panjang 7 – 8 mm, pada perkembangan selanjutnya panjang 60 – 105 mm, lebar 25 mm, masa larva berlangsung 3 – 4 bulan dipengaruhi lingkungan, yaitu pakan dan iklim mikro. Pakan larva berupa kotoran atau bahan organik yang telah lapuk. Kepompong berukuran panjang 50 mm terbungkus hancuran medianya, masa kepompong rata-rata 20 hari. Kumbang berwarna
hitam, bagian bawah badan berwarna coklat. Kumbang jantan bercula dan umumnya lebih panjang dari cula betina dan kumbang betina mempunyai bulubulu pada bagian pasterior abdomen (Lever, 1969 dalam Kartasapoetra, 1987). Kumbang O. rhinoceros mempunyai tipe alat mulut mengigit-mengunyah, digunakan untuk menggerek pelepah daun muda yang belum membuka. Kerusakan yang diakibatkannya baru terlihat jelas setelah daun membuka 1 – 2 bulan kemudian, berupa guntingan-guntingan mirip seperti kipas. Sifat memakan ini selalu berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya, 5 ekor kumbang kelapa ini dalam satu hektar dapat menurunkan produksi 38 %. Berdasarkan pengalaman pribadi dalam mengamati perkembangan serangan hama kwangwung, dicirikan bahwa cukup mengamati 3 – 5 janur utama saja. Jika janur utama tersebut masih terdapat guntingan akibat serangan kwangwung, berarti kwangwung dewasa (imago) masih tetap berada di pohon kelapa tersebut sampai pada akhirnya kelapa tidak tumbuh daun lagi. Akibat pelukaan yang diakibatkan oleh hama kwangwung mengakibatkan hama lain juga ikut menyerang seperti hama kumbang sagu (Rhynchophorus sp), sehingga memudahkan Rhynchophorus menembus titik tumbuh (umbut “jawa”). Jika titik tumbuh mati, tanaman kelapa akan menjadi sarang kwangwung berkembang biak. Tunggul Kelapa Mati Sarang Aktif Kwangwung Stadium yang aktif menyerang adalah imago (kumbang dewasa), sedangkan stadia telur, larva dan pupa berada pada bahan organik seperti tunggul kelapa yang mati untuk dijadikan sarang hidupnya. Imago yang masih mudapun juga berada dalam sarang tersebut. Berbagai cara untuk mengatasi hama kwangwung sudah banyak dilakukan mulai dari pemasangan perangkap sampai menebar obat. Tapi selama sarang kwangwung masih ada otomatis keberadaan kwangwung akan terus ada. Ibarat ketersediaan bahan makanan dan tempat tinggal yang nyaman bagi kwangwung selalu ada, maka hama ini akan tetap jadi ancaman bagi tanaman kelapa.
Jika tunggul dibiarkan apalagi
petani
membiarkan berdiri
biasanya
tunggul
lantaran
tetap masih
menunggu pembeli yang akan membeli pohon kelapa. Kenapa masih nunggu pembeli? Jikalau langsung di potong kemudian dijual sendiri itu akan lebih menyelamatkan pohon kelapa yang
lain
kwangwung.
dari
ancaman Tunggul kelapa yang mati sarang kwangwung (Foto : Ratmawati, 2014)
Kenapa Tunggul Kelapa Harus Dipotong??? Memutuskan siklus kwangwung bila tidak kontinyu akan tetap membuat hama ini akan menjadi momok bagi petani kelapa, apalagi tidak dkendalikan secara bersama. Takkan ada artinya dikendalikan secara individu, karena kwangwung ini mudah sekali menyebar dan menyerang pohon kelapa yang lain. Salah sarang
satu
yang
harus
diputus adalah dengan memotong
tunggul
kelapa yang sudah mati. Akan sangat berbahaya jika tunggul kelapa tidak segera
dipotong
atau
dibiarkan, karena akan menjadi
Pemotongan tunggul kelapa yang mati (Foto : Ratmawati, 2015)
sarang
kwangwung
untuk
berkembang
biak
sebelum akhirnya stadia imago (kumbang dewasa) menyerang daun muda kelapa. Memotong tunggul kelapa yang mati adalah tindakan yang tepat untuk mengurangi populasi kwangwung disarangnya.
Pemotongan tunggul kelapa bisa dengan menggunakan gergaji kayu (chainsaw), karena akan lebih mempercepat pemotongan. Jika tunggul kelapa dipotong dan dibelah akan banyak dijumpai kwangwung mulai stadia telur sampai imago. Jumlah kwangwung yang di dapat dalam satu tunggul bervariasi tergantung berapa lama tunggul mati itu dibiarkan. Karena semakin lama dan lapuk batang kelapa, maka akan banyak dijumpai kwangwung yang bersarang di situ. Ciri khas bahwa tunggul kelapa yang mati menjadi sarang kwangwung adalah jika kondisi batang kelapa sudah mulai mengering, kwangwung tidak menyukai dan lebih memilih tempat-tempat yang lapuk dan lembab serta masih banyak bahan organiknya sebagai makanannya dan rumah tinggalnya. Masihkah menunggu
tunggul
terus kelapa
menjadi lapuk, sementara di dalam tunggul kelapa hama kwangwung
akan
terus
melanjutkan
keturunannya
untuk menyerang kelapa lain yang masih sehat? Tunggu apalagi,
segera
potong
tunggul kelapa yang mati, agar nyiur kembali melambaiBerburu kwangwung di tunggul kelapa yang lapuk (Foto : Ratmawati, 2015)
lambai menyapa kita.
Daftar Pustaka Kartasapoetra AG, 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 165-170. Lever, R.J.A.W, 1969. Pest of the Coconut Palm Food and Agriculture Organisation of United Nation. 188 hal. Mulyono, 2007. Kajian Potogenesitas Cendawan Metarhizium anisopliae terhadap Hama Oryctes rhinoceros L. Tanaman Kelapa pada Berbagai Waktu Aplikasi. Tesis. Unversitas Sebelas Maret. Surakarta. Pracaya, 2003. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Depok. 72 halaman.