Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Penanggulangan Infeksi Akibat Aerosol Dalam Praktek Kedokteran Gigi Asdar Gani *, Andi Mirna Nasliah, ** * Bagian Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar ** Mahasiswa kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar Abstrak Aerosol dihasilkan oleh sejumlah prosedur perawatan gigi ketika menggunakan rotary instrument, air abrasion, handpiece, air-water syringe, scaler ultrasonic, dan air polishing. Arosol ini umumnya telah terkontaminasi oleh bakteri, virus, jamur, saliva, plak, dan sering juga dengan darah, sehingga mempunyai kemungkinan tinggi untuk menularkan penyakit apakah dari dokter gigi ke pasien ataupun sebaliknya (infeksi silang). Aerosol adalah partikel halus, padat dan/atau cair di udara yang tersuspensi dalam bentuk gas dengan diameter kurang lebih 50 µm yang dapat tetap berada di udara selama beberapa jam dan berada di sirkulasi udara untuk jarak yang jauh. Aerosol ini paling banyak dihasilkan ketika menggunakan scaler ultrasonic dan high-speed handpiece. Kata kunci : Aerosol, infeksi silang
Abstract Aerosol is generated by amount of dental procedural when using rotary instrument, air abrasion, handpiece, air-water syringe, scaler ultrasonic, and air polishing are used. Aerosol is commonly contaminated by bacteria, virus, fungi, saliva, plaque, and it is often contaminated by blood. Therefore, there is a high possibility to contaminate diseases whether from doctor to patients or conversely (cross infection). Aerosol is a fine particle, solid and/or fluid in suspended air in gas form. It has more than 50 µm diameter which is continued in the air for few hours and is in air circulation for a long distance. Aerosol is at most generated when we use scaler ultrasonic and high-speed handpiece. Key words: aerosol, cross infection
Pendahuluan Didalam mulut tiap manusia mengandung berbagai macam kelompok mikroorganisme termasuk bakteri, jamur, mikoplasma, protozoa dan virus.
Telah
disampaikan dalam literature bahwa sekurang-kurangnya terdapat 200 jenis bakteri berbeda berada di rongga mulut 1, 1 gr cairan gingival crevicular mengandung 150 juta
mikroorganisme, dan 6 juta mikroorganisme dapat ditemukan pada 1 ml saliva. 2 Oleh karena beragamnya jenis mikroorganisme ini di dalam mulut, menyebabkan praktisi kesehatan gigi rentan untuk terkena penyakit infeksi. 3,4 Penelitian mengenai infeksi telah lama diteliti, ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amerika dental Association (1988), yang menunjukkan bahwa terdapat 40 infeksi berbahaya ditemukan pada pasien dan personil gigi pada bedah mulut. Yang paling penting adalah influenza, tuberkulosis, lesi mulut, kongjungtivitis beserta Neisseria gonorrhoeae, lesi sifilis, hepatitis A-E, parotitis, meningitis beserta virus mumps, dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). 7(5-9)-11 Adapun penyebaran penyakit infeksi khususnya mengenai aerosol telah dipublikasikan oleh beberapa peneliti, diantaranya yaitu: pada tahun 1884, Koch menunjukkan bahwa tuberkulosis dapat disebarkan melalui tetesan dahak rongga mulut dan saluran pernapasan. Pada tahun 1991, sebuah paper yang ditulis Willem Hunter, seorang dokter kebangsaan Inggris, menyebutkan bahwa penyebab dari beberapa penyakit dapat ditelusuri ke arah infeksi pada rongga mulut,
10
selanjutnya di tahun
1931, sebuah laporan yang disampaikan oleh Registrar General Inggris Raya menunjukkan bahwa infeksi yang ada di udara & TBC terjadi lebih sering pada dokter gigi dibandingkan dengan bidang pekerjaan lainnya, 20 tahun kemudian Show11, melaporkan bahwa lebih banyak mahasiswa kedokteran gigi yang terjangkit TBC dibandingkan dengan mahasiswa kedokteran umum. Mengingat
bahwa
seringnya
praktisi
gigi
untuk
berkontak
dengan
mikroorganisme patogen, literatur tertentu mengemukakan perlunya kesadaran dan pemahaman akan bahaya potensial kontaminasi silang dari mikroba aerosol yang dihasilkan selama prosedur dental.
10
Adapun tujuan dari telaah pustaka ini adalah,
mengetahui lebih jauh mengenai mekanisme dan bahaya infeksi silang oleh aerosol dalam praktek kedokteran gigi, serta penanggulangan infeksi akibat aerosol.
TINJAUAN PUSTAKA Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai pengertian aerosol. Kennedi12 mendefenisikannya sebagai partikel halus, yang tersuspensi dalam bentuk gas dengan diameter 10 µm, Hinds13, mendefinisikan aerosol sebagai suatu suspensi dari suspensi
partikel padat atau cair (kurang lebih beberapa detik) dalam bentuk gas, ukuran partikel berkisar antara 0,001- sampai lebih dari 100 µm, sedangkan Micik dkk14, mendefinisikannya sebagai partikel yang memiliki diameter kurang dari 50 µm. Ukuran partikel tersebut cukup kecil untuk berada di udara untuk periode lama sebelum berada pada permukaan lingkungan dan memasuki saluran pernapasan. Adapun komposisi dari aerosol beragam dari pasien yang satu dengan pasien lainnya, bergantung pada lokasi dan jenis prosedur dalam rongga mulut (preparasi gigi, polishing, pengeluaran deposit gigi). 4 Namun, dapat diperkirakan bahwa yang terdapat dalam aerosol adalah saliva, sekresi nasopharingeal, plak, darah, sekresi gingiva, komponen gigi dan berbagai material yang digunakan dalam prosedur dental seperti air polishing dan air abrasion. Dahulu, penelitian biasanya berfokus pada jumlah bakteri yang terdapat dalam dental aerosol. Sekarang, beberapa penelitian terbaru menganalisa adanya komponen darah dalam dental aerosol.4,15 Mikroorganisme yang ditemukan di dalam aerosol gigi termasuk stafilokokus, streptokokus, difteroid, pneumokokus, tuberkel basili, virus influenza, virus hepatitis, herpesvirus hominis, dan neisseria. Organisme–organisme ini dengan perkecualian stafilokokus, biasanya tidak ditemukan di udara.5 Mekanisme Terbentuknya Aerosol Gigi Mekanisme terbentuknya aerosol telah didokumentasikan didalam beberapa literatur diantaranya oleh, Miller dan kawan-kawan16 serta Peyton17, melaporkan bahwa aerosol terbentuk ketika udara, semprotan air atau handpiece turbin udara digunakan selama prosedur dental. Mikroorganisme dari saliva dan plak bercampur dengan udara atau semprotan air untuk membentuk kabut aerosol yang tersuspensi di atmosfer dan sekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Harrel dkk18, menunjukkan bahwa aerosol terbuat dari air pendingin. Jika alat dan air dental unit water line (DUWL) dipelihara seperti yang direkomendasikan oleh ADA, air dingin aerosol hanya berbahaya sedikit terhadap operator. Resiko infeksi akan muncul ketika alat ini digunakan pada pasien dan aerosol terlihat bercampur dengan mikroorganisme yang tidak terlihat, yang bisa timbul dari pasien. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa scaler ultrasonic dan highspeed air driven sangat baik dalam menghasilkan aerosol dan splatter. Yang kemudian diikuti oleh air polisher, dan berbagai instrumen lainnya seperti air water syringe dan
prophylaxis angle. Hingga saat ini, tidak ada penelitian yang mengemukakan tentang kontaminasi bakteri oleh air abrasion. 16,19-22 Mekanisme Terbentuknya Infeksi Silang Oleh Aerosol Gigi Kebanyakan prosedur dental mempunyai potensi untuk menciptakan terjadinya infeksi silang akibat aerosol, apakah dari pasien ke dokter gigi, pasien ke pasien atau dari dokter gigi ke pasien.
Penggunaan handpiece terbukti dapat
menyebarkan infeksi, ini disebabkan karena adanya bakteri patogen yang terkandung dalam DUWL yang dapat menyebabkan antara lain pneumonia, infeksi saluran pernafasan yang menyerupai flu ringan, dan yang agak jarang terjadi adalah infeksi pada luka oleh Legionella pneumophila dan Mycobacterium avium yang dapat menyebabkan infeksi yang menyebar pada orang yang seropositif HIV setelah tertelan dan berkembang biak pada saluran pencernaan.23
Selain penggunaan handpiece,
prosedur yang dilakukan dengan menggunakan rotary instrument, air abrasion, airwater syringe, scaler ultrasonic, dan air polishing yang terkontaminasi dengan bakteri, virus, jamur, saliva, plak, dan darah, juga terbukti menghasilkan aerosol patogenik, ataupun ketika pasien yang mengidap penyakit pernapasan tertentu batuk, bersin, dan berbicara sehingga menghasilkan aerosol patogenik. 24-30 Aerosol ini terdiri dari debu dan nuklei tetesan. Aerosol yang mengandung debu dapat dihilangkan dari udara dengan membentuk sedimentasi, tetapi nuklei tetesan dapat tetap berada di udara dalam waktu yang lama (beberapa jam). Bila tetesan yang mengandung organisme menguap, sisa nuklei tetesan akan terbentuk dan mengendap perlahan dan menyebar ke seluruh ruang praktek melalui arus udara, dan dapat mengkontaminasi atmosfer. 5 Partikel yang lebih kecil dari aerosol (diameter 0.5 µm hingga 10 µm) masih dapat tersuspensi di udara dan dapat terdispersi secara luas melalui sirkulasi udara. Transmisi di udara dapat terjadi melalui diseminasi partikel-partikel kecil jika partikelpartikel ini mengandung patogen, dan berpotensi masuk hingga ke paru-paru dan dapat berdampak pada terjadinya infeksi jika partikel ini dihirup. Ketika pasien ataupun personil gigi tidak menggunakan perlindungan yang adekuat, dan memiliki daya tahan tubuh yang lemah ketika aerosol patogenik ini dihasilkan, maka disinilah infeksi silang dapat terjadi antara pasien ke personil gigi ataupun sebaliknya.5,18,27,31
Bahaya Yang Ditimbulkan Oleh Aerosol Menurut Hinds13 dan Cottone32 infeksi terbesar melalui udara dalam dunia kedokteran gigi, berasal dari potensi aerosol (diameter partikel lebih kecil dari 50 µm) yang memasuki saluran pernapasan. Percikan atau butiran nuclei juga memiliki kemungkinan penyebaran penyakit melebihi TBC, misalnya SARS, campak. Beberapa penyakit yang dapat menyebar melalui aerosol ditampilkan pada tabel 1.27 Tabel 1. Penyakit yang Menyebar Melalui Aerosol Penyakit TBC
SARS
Metode Penyebaran Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Droplet nuclei dikeluarkan dari pasien melalui batuk; dianggap sebagai penyakit yang berbahaya bagi dokter gigi Menyebar melalui kontak langsung dan droplet yang mengalami aerolisasi
Penyakit Legionnaires
Aerolisasi Legionella pneumophila dihubungkan dengan system AC, bak mandi panas spa,juga pada dental unit waterline yang terkontaminasi oleh Legionella
Influenza
Tampaknya berhubungan dengan batuk memerlukan kontak langsung dengan pasien
Commond Cold
Disebabkan oleh virus common cold itu sendiri, ditularkan secara cepat dari satu penderita kepada orang lain melalui titik ludah yang infektif
tetapi
PEMBAHASAN Penanggulangan Infeksi Akibat Aerosol Secara umum, aerosol dan percikan yang timbul selama prosedur dental, berpotensi untuk menyebarkan infeksi ke operator dan orang lain yang berada dalam kamar praktek. Namun, dengan semua prosedur kontrol infeksi yang dilakukan, tidak mungkin untuk menghilangkan semua risiko dari aerosol gigi.
Yang mungkin
dilakukan adalah mengurangi risiko dengan pencegahan yang sederhana dan murah. Saat ini, tidak dapat ditentukan risiko infeksi yang pasti dari aerosol.
Potensi
penyebaran infeksi melalui aerosol yang tidak dapat dilihat, harus diketahui dan diminimalisasi atau dihilangkan.
Operator Pada proses mengurangi dental aerosol, tindakan pertama pencegahan adalah pemakaian pelindung oleh operator misalnya masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung, memiliki standar yang bersifat proteksi, murah, dan secara universal digunakan pada dental surgeries sebagai barrier yang efektif dalam melawan splatter. Metode ini biasanya hanya melindungi prosedur yang melawan aerosol dan splatter.27 1.
Masker Masker yang menutupi mulut dan hidung dapat mengurangi penghirupan partikel aerosol yang menular. Juga melindungi membran mukosa dari mulut dan hidung dari terkontaminasi langsung.5,33 Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat efektivitas masker yang berbeda didalam menyaring aerosol, diantaranya, Micik dan kawan-kawan19, menunjukkan bahwa efisiensi pemfilteran dari masker bedah komersial bervariasi dari 14 sampai 99% dan masker serat kaca serta serat sintesik merupakan filter yang paling efektiif di dalam menyaring aerosol, dan Checchi34 didalam penelitiannya menunjukkan bahwa bahwa respirator 1862, merupakan respirator yang paling baik, dengan efisisensi penyaringan sebesar 94-96%, kemudian diikuti oleh 1942 dengan efisiensi penyaringan sebesar 90-92%,dan yang terakhir adalah 1818 dengan efisiensi penyaringan sebesar 85-86%.
Pippin dan kawan-kawan35 menunjukkan bahwa bahkan ketika masker dikenakan dengan tepat, aliran udara selama penghisapan bisa membypass material masker, menghasilkan kemampuan yang rendah didalam penyaringan. Lebih dari itu, tujuan umum dari masker pada umumnya sebagian besarnya untuk menangkap mikroorganisme yang berhembus dibandingkan untuk melindungi operator dari infeksi airbone.
2. Sarung Tangan Sarung tangan karet diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. William Halstead, seorang ahli bedah pada Johns Hopkins University pada tahun 1890. ADA pada tahun 1976 menganjurkan pemakaian sarung tangan sekali pakai (disposable) untuk melindungi orang-orang yang bekerja pada bidang kedokteran gigi terhadap mikroorganisme patogen yang terdapat dalam darah.36 3. Kacamata Pelindung Kacamata pelindung harus dipakai, tidak hanya untuk mencegah terjadinya luka, tetapi juga untuk mencegah terjadinya infeksi, dan juga untuk melindungi konjungtiva dan membran periodontal dari splatter yang menular, oleh karena mata dapat menjadi port d'entree bagi masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.
Kacamata pelindung dipakai pada semua prosedur klinis untuk semua pasien, dimana kacamata dapat memberi perlindungan pada bagian atas dan bagian sisi, dan beberapa model dibuat sehingga dapat dipakai di luar kacamata baca, selain kacamata dapat pula dipakau pelindung wajah yang terbuat dari plastik jernih (face shield). Kacamata yang terkontaminasi harus dicuci dengan air dan sabun, bilas sampai bersih dan disterilkan bila mungkin atau didesinfeksi dengan bahan yang tidak merusak.36,37 4. Pakaian pelindung Semua personil harus memakai pakaian yang dapat melindungi dirinya dari aerosol gigi dan percikan yang dapat mengkontaminasi pakaian yang digunakan dokter gigi dan stafnya.
Celemek atau jaket klinik harus digunakan untuk
menghindari kontaminasi dari pakaian biasa. Pakaian pelindung ini harus tertutup
dan menutupi seluruhnya dan tidak boleh digunakan di luar lingkungan perawatan. Untuk mencegah penyebaran infeksi ke anggota keluarga, pakaian kerja harus dibuka di ruang praktek dan dicuci terpisah dari pakaian biasa yang lainnya, dan harus diganti paling kurang sehari dan lebih sering lagi jika terlihat kotor.5 5. Imunisasi Dokter gigi dan mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi harus memiliki data imunisasi yang baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis dan rubella (bagi dokter gigi wanita) dianjurkan untuk mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi sebagai tambahan dari imunisasi rutin seperti tetanus, poliomyelitis dan difteri. Di USA dianjurkan imunisasi terhadap semua penyakit ini kecuali TBC dan influenza.38
Pasien 1.
Berkumur-Kumur Sebelum Prosedur Dental Dilakukan Aerosol asli atau butiran nuclei dapat berada dalam udara hingga 30 menit setelah prosedur. Hal ini berarti setelah prosedur dental, jika operator melepas alat pelindungnya misalnya masker wajah untuk berbicara dengan pasien setelah prosedur selesai, potensi untuk terjadinya kontak dengan kontaminasi di udara dapat terjadi.13 Salah satu cara mengurangi jumlah bakteri selama prosedur dental adalah berkumur sebelum prosedur dilakukan. Penggunaan chlorhexidine 0,1% atau esensial oil yang mengandung pembersih mulut, menunjukkan pengurangan jumlah bakteri yang signifikan pada udara sekitar daerah operasi.
Chlorhexidine
merupakan antiseptik yang efektif untuk bakteri bebas dalam mulut yang terdapat pada saliva dan membran mukus. Namun, chlorhexidine tidak berpengaruh pada bakteri biofilm misalnya pada plak, tidak berpenetrasi ke daerah subgingival, dan tidak berpengaruh pada darah yang keluar dari daerah operasi dan pada bakteri atau virus di daerah nasopharynx. Meskipun berkumur-kumur sebelum prosedur dental mengurangi kontaminasi aerosol dental, tetapi tidak menghilangkan potensi infeksi dental aerosol.39,40
Beberapa penelitian telah mengevaluasi kemampuan prosedur kumur untuk mengurangi jumlah CFU yang berasal dari beragam instrument kedokteran gigi. Muir dan kawan-kawan41 melaporkan bahwa pengurangan 2 % obat kumur Chlorhexidine sebelum scalling ultrasonic sangat bagus dalam mengurangi jumlah CFU di udara. Logothetis dan Martinez—wells39 menemukan bahwa penggunaan obat kumur antiseptik
dan cholhexidine sebelum prosedur polis culup untuk
mengurangi jumlah CFU yang terdapat di udara. 2.
Posisi Pasien Menurut Szymanska30, posisi pasien selama perawatan dental juga penting. Seorang pasien harus ditangani dengan posisi supine karena selain keuntungannya, juga menyebabkan mungkinnya dokter untuk menghindari bekerja dengan jarak yang terlalu dekat dengan pasien.
3. Menggunakan Rubber Dam Pada banyak prosedur dental, penggunaan rubber dam dapat mengurangi berkembangnya kontaminasi dari bakteri. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tag El-Din dan Ghoname42, menunjukkan terjadi pengurangan bakteri sebesar 98,8 % ketika menggunakan rubber dam. Pengurangan ini dapat meningkat dengan penggunaan obat kumur antiseptik sebelum rubber dam digunakan, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Samanarayake43, menunjukkan terjadi penurunan kontaminasi bakteri di udara yang signifikan, dan pengurangan ini paling tinggi 1 meter dari sandaran kepala. Akan tetapi penggunaan rubber dam ini sangatlah terbatas, karena ia tidak dapat digunakan untuk prosedur restorstif, misalnya restorasi subgingival dan akhiran preparasi mahkota, juga tidak bisa dilakukan untuk prosedur periodontal dan hygiene misalnya root planing, operasi periodontal, dan prophylaxis. 27
Alat 1. Pelindung Permukaan Banyak permukaan kerja yang terkontaminasi selama perawatan pasien akibat aerosol gigi, percikan saliva, atau jari yang terkontaminasi. Bila permukaan ini tidak dilindungi selama dilakukannya perawatan, akan dapat berfungsi sebagai sumber penyebaran kontaminasi untuk pasien yang datang berikutnya. Adapun contoh dari permukaan kerja yang harus diberi pelindung barrier dengan penutup disposible adalah: Pegangan lampu, tombol kursi, sandaran kepala, selang henpis, unit kontrol, meja bracket/instrument, tangkai henpis dan kontrol semprit air-udara.5 2. Sterilisasi Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme. Idealnya semua bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya pengurangan jumlah mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan masih dapat diterima.38
Menurut Samanarayake38, sterilisasi
dilakukan dalam 4 tahap yaitu :1) Pembersihan sebelum sterilisasi. 2). Pembungkusan. 3). Proses sterilisasi. 4). Penyimpanan yang aseptik. Pada bidang kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode:1). Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave). 2). Pemanasan kering (oven). 3). Uap bahan kimia (chemivlave). Adapun metode sterilisasi yang tidak digunakan pada kedokteran gigi adalah gas etilen oksida dan radiasi gamma (yang digunakan pada pabrik alat-alat dari plastik) dan filtrasi (yang digunakan untuk mensterilkan obat suntik).24 3. Disinfeksi dan Antiseptik Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik. Sedangkan antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.44
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. Menurut Samanarayake38 macam-macam desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi yaitu: 1). Alkohol. 2). Aldehid. 3). Biguanid. 4). senyawa halogen. 5). Fenol. 6). klorsilenol. 7). 4. Pembuangan Sampah Bekas Praktek Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tissue bekas dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik. Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam.45 5. Pemeliharaan Handpiece Yang Benar Pemeliharaan handpiece yang benar harus mengikuti prinsip berikut : Jangan lakukan disinfeksi bila sterilisasi dapat dilakukan. Inti prinsipnya adalah perlunya sterilisasi rutin.23,46 6. Monitoring Air Pada Bagian Udara Air yang mengalir dari unit handpiece harus memenuhi persyaratan air bersih. Kualitas air sebaiknya dimonitor dengan penggunaan tes laboratorium komersil, atau perangkat yang biasa dipakai pada pembedahan gigi untuk menentukan jumlah mikroflora heterotofik dalam air wadah.47,48. 7. Pencucian Dental Unit Dental unit harus dicuci saat akan mulai bekerja, dan pada saat pergantian pasien. Cara mencuci yang pertama menjamin eliminasi mikroflora yang apabila ada disebabkan oleh alat yang diinapkan. Cara yang kedua, dimana pencucian yang dianjurkan adalah selama 20-30 detik, adalah untuk mengurangi resiko retraksi cairan rongga mulut, dan memenuhi tujuan menghilangkan infeksi silang30. Pada
saat yang sama, harus diingat bahwa dengan mencuci akan mengurangi konsentrasi bakteri hanya untuk sementara, dan tidak mempengaruhi Kontaminasi
bakteri yang baru,
gambaran biofilm.
yang nampaknya merupakan hasil pelepasan
bakteri dari biofilm, ditemukan pada waktu yang berbeda pada saat pencucian.49,50 8. Penggunaan Unit Dengan Sistem Perairan Yang Tertutup Sebaiknya digunakan unit dengan sistem perairan yang tertutup; karena ada jaminan, dengan aplikasi prosedur disinfeksi, dengan kualitas, mikrobiologis yang baik dari air yang digunakan pada perawatan pasien. Pembersihan regular, disinfeksi, dan sterilisasi dari unit penampungan air, pengisian dengan air yang telah disaring, dan pemakaian bahan kimia untuk memonitor kualitas mikrobiologis dari air DUW, menjamin kontrol mikrobiologis yang efektif dan keamanan dari unit pengguna.51 Unit dental dengan sistem untuk menghangatkan air untuk menyamai suhu tubuh manusia sebaiknya tidak digunakan. Suhu tubuh dapat membantu perkembangan mikroorganisme yang beradaptasi untuk tinggal dalam tubuh manusia dan juga mendorong perkembangan mikroorganisme di dalam SADU.52 9. HVE High volume evacuator atau disingkat dengan HVE merupakan suatu sistem pengisapan udara, yang selanjutnya volume udara dipindahkan dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.
HVE yang umum digunakan di kedokteran gigi
memiliki ruang masuk yang lebih lebar (biasanya 8 mm atau lebih) dan dihubungkan dengan sistem penghisap yang akan memindahkan volume udara dalam jumlah besar (hingga 100 cm3 per menit).27
www.b-productions.com/typo3temp/...fc7f.jpg Penggunaan HVE menunjukkan berkurangnya kontaminasi dari daerah operasi lebih dari 90%. Evacuator yang menggunakan high vacuum tetapi tidak memindahkan udara dalam jumlah besar seperti halnya yang rutin digunakan di rumah sakit, tidak dapat digolongkan sebagai HVE. Jalan masuk pada saliva ejector tidak dapat memindahkan udara dalam jumlah yang cukup sehingga tidak dapat digolongkan sebagai HVE .14,26,53-55
KESIMPULAN Penyakit infeksi yang disebabkan oleh aerosol harus diperhitungkan dengan cermat, mengingat bahaya yang ditimbulkan meliputi TBC, SARS, Penyakit Legionnaires, Influenza, dan Commond Cold.
Untuk itu diperlukan tindakan
pencegahan yang meliputi operator dan asistennya, pasien dan perangkat instrument.
SARAN Klinisi gigi harus memahami mengenai aerosol dan bahayanya,sehingga dapat menanggulangi infeksi akibat dari aerosol.
DAFTAR PUSTAKA 1. Samaranayake, L. P.,1998., Essential Microbiology for Dentistry. 2nd ed. Edinburgh: Churchill Livingstone; 263–320. 2. Checchi, L., Matarasso, S., Pirro., P, D'Achille C., 1991, Topographical analysis of the facial areas most susceptible to infection with transmissible diseases in dentists. Int J Periodont Restorative Den; 11:164–172. 3. Lu, D. P., Zambito, R. F., 1981, Aerosols And Cross Infection In Dental Practice A Historic View. Gen Dent; 29:136–143 4. King, T. B., Muzzin, K. B., Berry, C. W., Anders, L. M., 1997, The effectiveness of an aerosol reduction device for ultrasonic scalers. J Periodontol; 68:45–4. 5. Bean, B, dkk., 1982, Survival Of Influenza Viruses On Environmental Surfaces. Journal Of Infectious Diseases; 146:47-51. 6. Davies, K. S dkk., 1994, Seroepidemiological study of respiratory virus infections among dental surgeons. British dental journal; 176(7):262-5. 7. Beekmann, S. E., Henderson, D. K., 1994, Managing Occupational Risks In The Dental Office: HIV And The Dental Professional. Journal of the American Dental Association; 125:847-52. 8. Petersen, N. D,, Bond, W. W., Favero, M. S,. 1979, Air sampling for hepatitis B surface antigen in a dental operatory. Journal of the American Dental Association; 99:465-7. 9. Forrest, W. R., Perez, R. S., 1986, AIDS and hepatitis prevention: the role of the rubber dam. Operative dentistry; 11(4):159. 10. Cottone, J. A., Terezhalmy, G. T., Molinari, J. A., 1998, Mengendalikan Penyebaran infeksi Pada praktek Kedokteran Gigi. Alih bahasa: Lilian Juwono. Penerbit widya Medika, Jakarta. 11. Shaw, B. A., 1952, Tuberculosis in medical and dental students, Lancet ; 2:400-4. 12. Kennedy DA. Detection of surface and airborne blood contamination. In: Collins CH, Kennedy DA, editors. Occupational blood-borne infections: risk and management. New York: CAB International; 1997. p 89-100. 13. Hinds, W. C., 1982, Aerosol technology: Properties, behavior, and measurement of airborne particles. New York: Wiley;:6-8. 14. Micik, R.E., Miller, R. L., Mazzarella, M. A.,Ryge, G., 1968, Studies of aerobiology: bacterial aerosols generated during dental procedures. J Dent Res;48:49-56. 15. Logothetis, D. D., Gross, K. B., Eberhart, A., Drisko, C., 1988, Bacterial Airborne Contamination With An Air-Polishing Device. Gen Den; 36: 496-9. 16. Miller, R. l., 1976, Generation Of Airborne Infection By High Speed Dental Equipment. J Am Soc PrevDent; 6(3):14-7. 17. Peyton, F. A., 1974, Status Report On Dental Operating Handpieces. Council On Dental Materials And Devices. JADA;89:1,162-70. 18. Harrel, S. K., Barnes, J. B., Rivera-Hidalgo, F., 1998, Aerosol and splatter contamination from the operative site during ultrasonic scaling. JADA ,129:1241–9. 19. Micik, R. E., Miller, R.L., Leong, A. C., 1971, Studies on dental aerobiology, III: efficacy of surgical masks in protecting dental personnel from airborne bacterial particles. J Dent Res;50:626-30.
20. Holbrook, W. P, Muir, K. F., Macphee, I. T., Ross, P. W., 1978;. Bacteriological Investigation Of The Aerosol From Ultrasonic Scalers. Br Dent J; 144(8):2457. 21. Larato, D., Ruskin, P., Martin, A., 1967, Effect of an ultrasonic scaler on bacterial counts in air. J Periodontol; 38: 550-554. 22. Gross, K. B., Overman, P. R., Cobb, C., Brockmann, S., 1992, Aerosol generation by two ultrasonic scalers and one sonic scaler: a comparative study. J Dent Hyg 1;66:314-8 23. Lewis, D. L., Boe, R. K., 1992, Cross-infection risks associated with current procedure for using high-speed dental handpieces. J Clin Microbiol; 30: 401406. 24. Nisengard, R. J., Newman MG. 1994.Oral microbiology and immunology, 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; Pp.402-23. 25. Toraglu, M, S., Hayta M. C., koksal, F., 2001, Evaluation of Aerosol Contamination During Debonding Procedures. The Angle Orthodontist; Volume 71, Issue. Pp:299-306 26. Bentley, C. D., Burkhart, N. W., Crawford, J. J., 1994, Evaluating Spatter And Aerosol Contamination During Dental Procedures. J Am Dent Assoc; 125, 79584. 27. Harrel, S. K., Molinari, J., 2004, Aerosols And SplatterIn Dentistry :A Brief Review Of The Literature And Infection Control Implications. Jada, Vol. 135, April. Pp 429-437. 28. Sacchetti, R., Baldissarri, A., De Luca, G., Lucca ,P., Stampi, S., Zanetti, F., 2006, Microbial contamination in dental unit waterlines: comparison between Er:YAG laser and turbine lines. Ann Agric Environ Med; 13,275-279.. 29. Szymańska, J., 2006, Antifungal efficacy of hydrogen peroxide in dental unit waterline disinfection, Ann Agric Environ Med; 13: 313-317. 30. Szymańska, J., 2005, Endotoxin level as a potential marker of concentration of Gram-negative bacteria in water effl uent from dental units and in dental aerosols, Ann Agric Environ Med; 12: 229-232 31. Wong, K.C., Leung, K. S., 2004, Transmission and Prevention of Occupational Infections in Orthopaedic Surgeons. The Journal of Bone and Joint Surgery (American); 86:1065-1076 32. Cottone JA, Terezhalmy GT, Molinari JA. 1996, Practical infection control in dentistry. Baltimore: Williams & Wilkins;:139-40. 33. Roberson, M. T., Harold, O. H., Edward J.S., 2002, Operative Dentistry, 4 th ed, Pp:363, Mosby Inc St. Louis Missoury. 34. Checchi, L,, Montevecchi, M., Moreschi, A., Graziosi, F., Taddei P.,Violante, F. S., 2005, Efficacy of three face masks in preventing inhalation of airborne contaminants in dental practice. J Am Dent Assoc;136;877-882. 35. Pippin, D. J., Verderame, R. A., Weber, K. K., 1987, Efficacy Of Face Masks In Preventing Inhalation Of Airborne Contaminants. J Oral Maxillofac Surg; 45:319-23. 36. Sunoto, I. R., 2006, Tindakan Pencegahan Penularan penyakit Infeksi Pada Praktek Dokter Gigi, Available from: www.Pdgionline.Com/Web/Index.Php?Option=Content&Task=Category&Sectio nid=4&Id=10&Itemid=26. Accesed Mei 17, 2008. 37. (Kelly dan Janella., 2002
38. Samanarayake, L. P,. 1996, Essential microbiology for dentistry. New York. Churchill Livingstone; Pp.317-35. 39. Logothetis, D. D., Martinez-Welles, J. M., 1995, Reducing Bacterial Aerosol Contamination With A Chlorhexidine Gluconate Pre-Rinse. JADA ;126: 1634–9. 40. Fine, D. H., Mendieta C., Barnett M. L., Furgang D., Meyers R., Olshan A., And Vincent J.. 1992. Efficacy Of Preprocedural Rinsing With An Antiseptic In Reducing Viable Bacteria In Dental Aerosols. J. Periodontol; 63:821–824. 41. Muir, K. F., Ross, P. W., MacPhee, I. T., Holbrook W. P., Kowolik, M. J., 1978, Reduction of microbial contamination from ultrasonic scalers. Br Dent J;145:76-8. 42. Tag El-Din, A. M., Ghoname, N. A., 1999, Efficacy Of Rubber Dam Isolation As An Infection Control Procedure In Paediatric Dentistry. Eastern Mediterranean Health Journal; Pp: 530-539. 43. Samaranayake, L. P., Reid, J., Evans, D., 1989, The efficacy of rubber dam isolation in reducing atmospheric bacterial contamination. ASDC J Dent Child, 56, 442-444. 44. Inglis, T. J., 1996, Microbiology and infection. New York: Churchill Livingstone;. p.44-6. 45. Cottone JA. 1991,The global challenge of hepatitis B: Implications for dental personel. J Am Dent Assoc; 130: 509-20. 46. Matsuyama, M,. Usami, T., Masuda, K., Niimi, N., Ohta, M., Ueda, M., 1997, Prevention Of Infection In Dental Procedures. J Hosp Infect, 35, 17- 25. 47. Pankhurst, C. L., 2003: Risk assessment of dental unit waterline contamination. Prim Dent Care, 10, 5-10. 48. Pederson, E. D., Stone, M. E, Ragain ,J. C., Simecek, J. W, 2002, Waterline BiofiLm And The Dental Treatment Facility: A Review. Gen Dent; 50, 190195 49. Santiago, J. I., Huntington, M. K., Johnston, A. M., Williams, J. F., 1994, Microbial Contamination Of Dental Unit Waterlines: Short And Long-Term Effects Of Fl Ushing. Gen Dent; 48,: 528-535. 50. Whitehouse, R. L., Peters, G., Lizotte, J., Lilge, C., 1991, Influence Of Biofilms Microbial Contamination In Dental Unit Water. J Dent 1; 19: 290-295. 51. Murdoch-Kinch, C. A., Andrews, N.L., Atwan, S., Jude, R., Gleason, M.J., Molinari, J.A., Comparison of dental water quality management procedures. J Am Dent Assoc 1997, 128, 1235-1243. 52. Barbeau, J., 2000, Waterborne Biofilms And Dentistry: The Changing Face Of Infection Control. J Can Dent Assoc; 66, 539-541. 53. Harrel, S.K., Barnes, J. B., Rivera-Hidalgo, F., 1996. Reduction of aerosols produced by ultrasonic scalers. J Periodontol;67(1):28-32. 54. Jacks, M. E., 2002, A laboratory comparison of evacuation devices on aerosol reduction. J Dent Hyg, 76(3):202-6. 55. Klyn, S. L., Cummings, D. E., Richardson, B. W., Davis, R. D., 2001, Reduction of bacteria- containing spray produced during ultrasonic scaling. Gen Dent ;49(6):648-52.