Scanned by CamScanner
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL DISCOVERY LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION DENGAN MENERAPKAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF MATERI LIMIT FUNGSI SISWA KELAS XI SMA N 1 KOTA JAMBI Oleh: Dedi Saputra Siagian ), Sufri ) , Muslim ) 1) Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Jambi 2) Dosen Pendidikan Matematika Universitas Jambi Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian dilatar belakangi oleh rasa keingintahuan peneliti mengenai penggunaan model discovery learning dan model direct instruction dengan menerapkan strategi konflik kognitif terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa model discovery learning dibanding direct instruction dengan menerapkan strategi konflik kognitif. Penelitian menggunakan penelitian eksperimen, dilaksanakan di SMAN 1 Kota Jambi pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Sampel yang diteliti terdiri 39 siswa kelas eksperimen dan 39 siswa kelas kontrol. Hipotesis penelitian ini menggunakan uji-t, diperoleh thitung > ttabel yaitu 6,19 > 1,66. Dengan demikian hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar matematika dan masingmasing kelas eksperimen dan kontrol adalah 82,38 dan 69,85. Penelitian menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa menggunakan model discovery learning lebih baik daripada model direct instruction dengan menerapkan strategi konflik kognitif materi Limit Fungsi di kelas XI MIPA SMA N 1 Kota Jambi.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Discovery Learning, Direct Instruction, Strategi Konflik Kognitif
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL DISCOVERY LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION DENGAN MENERAPKAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF MATERI LIMIT FUNGSI SISWA KELAS XI SMA N 1 KOTA JAMBI Oleh: Dedi Saputra Siagian ), Sufri ) , Muslim ) 1) Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Jambi 2) Dosen Pendidikan Matematika Universitas Jambi Email:
[email protected]
PENDAHULUAN Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah menengah atas yaitu matematika. Dalam mempelajari matematika diharapkan siswa bukan hanya mengerti tapi paham dengan apa yang dipelajari. Menurut Saputri, dkk (2015:2) bahwa matematika berperan dalam menyiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan yang ber-kembang melalui tindakan dasar pemi-kiran logis, kritis, rasional, jujur dan cermat serta dapat menggunakan pola pikir matematika baik dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan sehari-hari Salah satu upaya yang dapat membantu siswa dalam mengatasi per-masalahan tersebut adalah peran seorang guru. Menurut Ponamon (2014:2) bahwa tugas profesi seorang guru adalah mengajar, mendidik, dan melatih. Salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan adalah hasil belajar siswa. Zeni (2015:4) menyatakan Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental ter-
Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
sebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Berdasarkan hasil observasi di kelas XI SMA N 1 Kota Jambi, hasil belajar matematika siswa masih tergolong kurang, salah satunya pada materi limit fungsi. Sebagian besar siswa mengalami masalah pada saat menyelesaikan soal limit fungsi. hal itu disebabkan karena siswa kurang memahami konsep yang dipelajari. Pada saat diberikan contoh, siswa dapat me-mahami contoh tersebut dengan baik. Akan tetapi setelah siswa diberikan soal yang memiliki tujuan yang sama dengan contoh dengan pola yang berbeda, siswa tersebut banyak mengalami kesulitan siswa merasa bingun apa yang harus dilkukan. Menurut Meika dan Sudjana (2015:11) pemberian solusi terhadap pertanyaan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif siswa. Jika siswa tidak mampu menempatkan dan menyesuaikan struktur kognitif dalam situasi konflik yang dihadapi, maka siswa tersebut dapat dikatakan berada dalam situasi konflik kognitif. Menurut Widadah (2015:159) konflik kognitif dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan kognitif siswa dengan informasi yang telah tersimpan dalam struktur kognitif siswa yang disebabkan oleh kesaPage 1
daran mengenai informasi-infomasi yang bertentangan dengan apa yang telah diketahui siswa tersebut. Salah satu strategi yang dapat dijadikan sebagai solusi adalah strategi konflik kognitif. Menurut Ponamon (2014:3) strategi konflik kognitif adalah sebuah keadaan di mana siswa merasa ada ketidakcocokan antara struktur kognitif siswa dengan keadaan lingkungan sekitar atau antara komponen-komponen dari struktur kognitif yang dimiliki siswa tersebut. Dalam tulisan ini membahas taha-pan strategi konflik kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ponamon (2014:5) terdiri dari 6 tahapan, yaitu 1) Pemberian informasi prasyarat, 2) Orientasi konflik, 3) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 4) Membimbing siswa dalam penyelidikan terhadap konflik secara individu atau kelompok, 5) Mengembangkan dan menya jikan hasil karya, dan 6) Menganalisis dan mengevaluasi. Dalam proses pembelajaran guru sering menggunakan model direct instructtion. Menurut Paull dan Don (2012:363) model pembelajaran langsung adalah model yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru, digabung-kan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh. Berdasarkan defenisi tersebut bahwa model pembelajaran langsung dapat berpengaruh positif terhadap kognitf dan juga keterampilan siswa. Tahapan model pembelajaran langsung yang dikemukan oleh Majid (2013 : 78) adalah 1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa; 2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan; 3) Membimbing pelatihan; 4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; 5) Memberikan pelatihan dan penerapan konsep. Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Selain itu terdapat model pembelajaran lain yang berhubungan dengan kognitif dan hasil belajar siswa yaitu model discovery learning. Menurut Zeni (2015:28) discovery learning adalah model pembelajaran dimana siswa berperan aktif dalam menemukan, memahami, dan merumuskan informasi-informasi yang terkait dengan materi pembelajaran melalui berbagai proses sehingga terbentuk pengetahuan yang baru. Rahmalia menjelaskan tahapan discovery learning (2014:19) adalah: 1) Menciptakan stimulus/rangsangan ; 2) Menyiapkan pernyataan masalah (problem statement); 3) Mengumpulkan data (data collecting); 4) Mengolah data (data processing); 5) Memverifikasi data (verification); dan 6) Menarik kesimpulan (generalization). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Discovery Learning dan Model Direct Instruction dengan Menerapkan Strategi Konflik Kognitif Materi Limit Fungsi Kelas XI SMAN 1 Kota Jambi. METODE PENELITIAN Dalam tulisan ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan pengelolaan kuantitatif. Variabel yang diamati adalah model discovery learning strategi konflik kognitif dan model direct instruction strategi koflik kognitif. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Jambi pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian adalah seluruh nilai rapor matematika siswa semester ganjil kelas XI MIPA SMA N 1 Kota Jambi yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017. Banyak siswa kelas XI MIPA SMA N 1 Kota Jambi yang menjadi populasi adalah 274 siswa yang dibagi kedalam tujuh kelas. Page 2
Penelitian menggunakan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen menggunakan model discovery learning dan kelas kontrol menggunakan model direct instruction dengan strategi pembelajaran yang sama yaitu strategi konflik kognitif. Penelitian dilaksanan dari Oktober 2016 sampai dengan April 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah: Posttest-Only Control Design yaitu perbandingan dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah diketahui populasi homogen dan rata-rata populasinya sama, maka digunakan tekning sampling yaitu teknik cluster sampling untuk menentukan kedua kelas sampel. Dari hasil undian dari kedua kelas sampel, yang terambil pertama akan digunakan sebagai kelas eksperimen , dan yang terambil kedua digunakan sebagai kelas kontrol. Dari hasil pengambilan secara acak diperoleh kelas XII MIPA3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA4 sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian berupa tes hasil belajar matematika siswa dan lembar kegiatan observasi. 1) Tes Hasil Belajar Matematika Pada penelitian jenis tes yang diberikan yaitu posttest yang diberikan setelah perlakuan. Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi, kemudian menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun disertai dengan kunci jawaban. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah post-test berupa uraian/essay. Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik, sebelum digunakan instrumen tersebut akan diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa yang bukan berasal dari kelompok sampel namun masih di dalam Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
populasi kelas yang dipilih yaitu kelas XII MIPA2. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah instrument tes yang diberikan memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang baik. Kriteria tersebut diantaranya adalah validitas, taraf kesukaran, daya pembeda, dan reabilitas. 2) Lembar Observasi Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran di kelas. Yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah salah satu guru matematika kelas XI SMA N 1 Kota Jambi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan menggunakan tes dan observasi. Tes dilakukan setelah berakhirnya serangkaian pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang dianalisis adalah skor hasil tes akhir siswa kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas control. Setelah data diperoleh dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis dengan membandingkan skor rata-rata nilai siswa kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Untuk menganalisis data Metode stastik yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan uji-t untuk menguji hipotesis sebelum menganalisis uji-t dengan asumsi untuk uji-t yaitu uji homogenitas dan normalitas. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian digunakan uji kesamaan dua ratarata. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah uji-t pihak kiri. Maka untuk hipotesis statistik yang digunakan: H : = H : > Dimana adalah rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas ekspe-rimen dan adalah rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol. Selan-jutnya Page 3
digunakan uji-t dengan kriteria pe-ngujian untuk uji-t satu pihak kiri adalah terima H , jika thitung < t ( ) dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan = ( + –2) dengan peluang (1- ) untuk taraf nyata = 0,05. PEMBAHASAN Sebelum dijadikan soal post test untuk kedua kelas sampel diakhir pertemuan, instrumen penelitian diuji cobakan terlebih dahulu diluar kelas sampel. Dimana uji coba dilaksanakan dikelas XII MIPA 2 Kota Jambi. Setelah diperoleh data hasil uji coba, untuk validitas saol terdapat 4 soal dengan validitas tinggi yaitu nomor soal 1,3,5 dan 6, dan validitas cukup 2 soal yaitu nomor soal 2 dan 4. Dalam hal ini tidak terdapat soal dengan validitas sangat tinggi, rendah, sangat rendah dan soal yang tidak valid. Selanjutnya ditentukan pula tingkat kesukaran dan daya beda soal. Untuk tingkat kesukaran uji coba soal post-test terdapat soal 4 soal dengan kategori se-dang yaitu nomor soal 1, 4, 5,dan 6, dan kategori soal mudah ada 2 soal yaitu soal nomor 2 dan 3. Dalam hal ini tidak terda-pat soal dengan kategori sukar. Untuk daya beda hasil uji coba posttest terdapat 1 soal dengan kriteria cukup yaitu soal nomor 2 dan selebihnya adalah soal dengan kategori baik yaitu nomor saol 1, 3, 4, 5 dan 6. Dalam hal ini tidak ada daya beda soal kategori jelek. Hasil perhitungan untuk reliabilitas soal diperoleh r11 = 0,65. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas soal post-test yang dijadikan instrumen dalam penelitian adalah tinggi. Dari keseluruhan hasil analisis data mulai dari tingkat kesukaran, daya beda, validitas dan realibilitas soal digunakan sebagai soal posttest peme-cahan masalah mate-matika dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Tabel 1. Hasil Analisis Soal Uji Coba Soal Posttest N Validi- KesuDaya InterRealio tas karan beda pretasi bilitas 1 Tinggi Sedang Baik Dipakai 2 Sedang Mudah Cukup Dipakai 3 Tinggi Mudah Baik Dipakai Tinggi 4 Sedang Sedang Baik Dipakai 5 Tinggi Sedang Baik Dipakai 6 Tinggi Sedang Baik Dipakai
Hasil observasi yang diambil pada penelitian adalah observasi keterlaksanaan aktivitas pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan langsung oleh observer pada saat proses pembelajaran dengan model discovery learning strategi konflik kognitif terhadap hasil belajar matematika siswa. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh salah satu guru matematika kelas XI SMA 1 Kota Jambi, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama memiliki nilai persentase yang paling tinggi dibandingkan pada pertemuan dua dan tiga yaitu dengan nilai 89. Pertemuan dua dan pertemuan tiga mempunyai nilai yang sama yaitu 84. Berdasarkan perolehan nilai pertemuan pertama termasuk kategori “Sangat Baik”, sedangkan pertemuan kedua dan ketiga termasuk pada kategori “Baik”. Jadi rata-rata nilai dari keseluruhan pertemuan pada kelas eksperimen adalah 85,67. Hasil observasi terhadap penelitian menerapakan model direct instruction strategi konflik kognitif dikelas XI MIPA 4 SMA N 1 Kota Jambi pada pertemuan pertama memiliki nilai tertinggi yaitu 94 dengan kategori sangat baik. Sedangkan pada kedua pertama dan ketiga mempunyai nilai persentase yang sama 89 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan perolehan nilai tersebut peneliti melakukan pembelajaran dikelas kontrol dengan baik. Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis ialah rata-rata skor post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika sisPage 4
wa antara kelas eksperimen yang menerapkan model discovery learning strategi konflik kognitif lebih baik dari pada kelas kontrol yang menerapkan model direct instruction strategi konflik kognitif. Adapun data hasil post-test, dilakukan perhitungan rata-rata dan simpangan baku masingmasing kelompok sampel seperti tabel 1 berikut: Tabel 1. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Post-Test Kelas Jumlah Rata-rata Simpangan peserta baku tes Eksperimen 39 83,38462 7,600607 Kontrol 39 69,84615 10,09048
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji-t. Asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan uji-t adalah data berdistribusi normal dan homogen. Sebelum melakukan uji-t terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dengan hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Post-Test Kelas Lo Lt Ket. Eksperimen 0,134 0,141 Normal Kontrol 0,133 0,141 Normal
Dari tabel 2 terlihat bahwa Lo < Lt, yaitu kelas eksperimen berdistribusi normal dengan Lo < Lt (0,134< 0,141), kelas kontrol berdistribusi normal dengan Lo < Lt (0,133< 0,141) Uji statistik yang digunakan dalam melakukan uji homogenitas variansi adalah uji F. Dengan n1 = 39, n2 = 39, S12 = 57,77 dan S22 = 101,82. Tabel 3. Uji Homogenitas Hasil Post Test Varians Kelas Fhitung Ftabel ( ) ( =0,05) Eksperimen Kontrol
57,77 101,82
3,011
3,84
sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas sampel adalah homogen. Setelah diketahui hasil belajar/nilai awal dari seluruh kelas sampel dalam populasi benar-benar sama, selanjutnya baru dilakukan uji hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t satu pihak untuk melihat apakah hipotesis penelitian bahwa hasil belajar matematika siswa menggunakan model discovery learning strategi konflik kognitif lebih baik daripada model direct instruction strategi konflik kognitif diterima atau ditolak. Tabel 4. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Satu Pihak Kelas thittabel Kesimpulan tung
Eksperimen Kontrol
6,19
1,67
Tolak H0
Dari table diatas dapat dilihat bahwa ditolak dan H1 diterima pada taraf kepercayaan 95%. Pengujian masing-masing hipotesis tersebut yaitu: Pada hipotesis dengan uji-t satu pihak. diperoleh thitung > t ( . )( ) yaitu 6,19> 1,67 maka tolak Ho. Dari perhitungan uji hipotesis maka H1 diterima yaitu hasil belajar matematika siswa menggunakan model discovery learning strategi konflik kognitif lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa menggunakan model direct instructon strategi konflik kognitif. Demikianlah pembahasan hasil penelitian yang penulis laksanakan. Berdasarkan uraian-uraian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mate-matika siswa menggunakan model disco-very learning strategi konflik kognitif lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa menggunakan model direct instruction strategi konflik kognitif pada materi limit fungsi kelas XI SMA N 1 Kota Jambi.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Bartlett. Diperoleh hitung = 3,011 dan = 3,84 karena tabel hitung < tabel Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 5
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa yang belajar menggunakan model discovery learning strategi konflik kognitif dengan nilai rata-rata 82,38 dan simpangan baku 7,60 lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang belajar menggunakan model direct instruction strategi konflik kognitif dengan nilai ratarata 69,84 dan simpangan baku 10,09 pada pokok bahasan limit fungsi di kelas XI MIPA SMA N 1 Kota Jambi. Saran Guru diharapkan dapat menggunakan model discovery learning dan model direct instruction dengan menerapkan strategi konflik kognitif dalam pembelajaran matematika agar siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi sehingga dapat meningkat hasil belajar matematika. Peneliti hanya melakukan penelitian pada satu pokok bahasan yaitu limit fungsi. peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian dilakukan pada pokok bahasan lain-nya dan dapat membandingkan dengan model pembelajaran yang lain. DAFTAR PUSTAKA Saputri M. Dwijanto, dan Mariani S. 2015. Pengaruh PBL Pendekatan Kontekstual Strategi Konflik Kognitif dan Kemampuan Awal Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Materi Geometri. Penelitian Eksperimen
mampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Penelitian Eksperimen Rofiqoh, Zeni. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X dalam Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Widadah, Soffil. 2015. Pengaruh Konflik Kognitif dalam Memecahkan Masalah dengan Intevensi Ditinjau dari Perbedaan Gender. Jurnal Edukasi. I(2): ISSN. 2443-0455. Paull dan Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam. Jakarta: PT Indeks Rahmalia, Yuli. 2014. Efektivitas Model Discovery Learning untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Kompetensi Dasar Analisis Rangkaian Kemagnetan di Smk 1 Pundong. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ponamon H. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Konflik Kogitif Terhadap Ke-
Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 6