Mark mengaku, tidak mudah membangun paroki yang akan genap berusia 40 tahun pada tahun 2017. Baginya, Katolik adalah nama yang diberikan pada hidup pengikut-pengikut Yesus sejak semula untuk menyatakan bahwa gereja adalah universal. Pastor Mark berasal dari keluarga Katolik yang biasa, artinya ke gereja setiap hari Minggu, berdoa kepada Bunda Maria dan sebagainya. Lalu pada tahun 1960, Pastor Mark masuk seminari saat berusia 20 tahun. Ia ditahbiskan pada tanggal 14 September 1968. Kemudian dalam waktu enam bulan, tepatnya pada bulan Maret 1969, ia berangkat ke Indonesia dengan kapal kargo. Nah, ada cerita menarik di balik perjuangannya datang ke Indonesia. “Saya ke Indonesia naik kapal kargo selama 35 hari. Sebelum tiba di Indonesia, sempat singgah di Filipina dan Vietnam”, kata Pastor Mark. Setibanya di Indonesia, ia mulai berkarya di Palembang, Sumatera Selatan. Dalam waktu satu tahun, ia menjadi Pastor Kepala Paroki pertama di Lubuk Linggau dan bertugas selama dua tahun yaitu pada tahun 1970-1972. Kemudian diantara tahun 19721977, Pastor Mark menjadi pastor rekan di Paroki Antonius Bidara Cina, Jakarta. Pada tahun 1977, Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Soekoto, SJ meminta bantuan Pastor Mark untuk menjadi pastor paroki Cilandak. Saat itu umat Katolik berjumlah 946 orang dan masih melakukan aktivitas di Gereja St. Yohanes Penginjil Blok B, Jakarta Selatan. MUDA JADI PENANDA Usia muda tak menjadi penghalang untuk melayani. Pastor Mark menjadi pastor kepala di paroki St. Stefanus pada usia 37 tahun. Selama gereja dibangun, Pastor Mark memimpin Perayaan Ekaristi di Jakarta International School (JIS), Terogong, Jakarta Selatan. Bukan hanya Perayaan Ekaristi saja, tapi kegiatan-kegiatan paroki, seperti kelompok doa karismatik, kerasulan kitab suci, dan kegiatan yang berorientasi keluarga, diadakan di JIS atau bergantian di masing-masing lingkungan. Pastor Mark juga menegaskan bahwa seluruh 56 MP Januari 2017
umat banyak ambil bagian dalam pembangunan gereja. Secara khusus didampingi antara lain oleh almarhum Bapak Drs. Frans Seda, almarhum Bapak Nico Susilo, Ibu Lily Kandou, Bapak Ong Kie Gwan dan Ibu Ir. Wanda Basuki. Sebagai tanda bahwa gereja ini dibangun oleh partisipasi umat, di pilar depan altar sebelah kanan bawah (dari pintu utama gereja) ada sebuah prasasti berwarna emas. Prasasti itu bertuliskan mengenai pemberkatan Gereja St. Stefanus yang dilakukan oleh Uskup Agung Mgr. Dr. Leo Soekoto, SJ, pada 1 Mei 1981. Gereja dibangun oleh umat paroki dan ditempatkan di bawah perlindungan St. Stefanus. Pada prasasti itu, juga tertera nama Dewan Paroki St. Stefanus yaitu Pastor Mark Fortner, SCJ dan
orang-orang yang dapat memimpin organisasi di paroki, baik di tempat yang tertinggi dalam dewan, maupun di lingkungan-lingkungan bahkan yang dapat membantu menjadi organis, pemimpin koor, dan lain-lainnya. Bakat-bakat umat juga diperlukan untuk melayani secara khusus. “Misalnya seorang dokter gigi, psikolog, dan sebagainya. Mereka yang mempunyai keahlian khusus. Maka bagi saya melihat strategi untuk organisasi paroki ini, gereja harus dipelihara”. Kunjungan umat dan membangun organisasi paroki, bagi Pastor Mark penting untuk mengetahui kedalaman rohani dari setiap keluarga, serta belajar pentingnya persahabatan. “Bagi saya semua penting! Kunjungan umat termasuk pemeliharaan gereja yang harus bersih
“SAYA KE INDONESIA NAIK KAPAL KARGO SELAMA 35 HARI. SEBELUM TIBA DI INDONESIA, SEMPAT SINGGAH DI FILIPINA DAN VIETNAM”
almarhum Drs. Frans Seda sebagai Ketua Panitia Pembangunan Gereja St. Stefanus. STRATEGI PEMBANGUNAN GEREJA Pastor Mark melancarkan aksi pembangunan gereja dengan beberapa strategi. Pertama ia melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Pastor Mark mengatakan, pentingnya kunjungan ke umat dari rumah ke rumah untuk mengenal keadaan mereka dari dekat. Apakah ada yang sakit, membutuhkan bantuan dari gereja, apakah ada perkawinan yang perlu diselesaikan di gereja, atau anak yang membutuhkan baptis. Selain itu juga untuk mencari bakat
dan dipelihara”. Selain itu ia juga mengungkapkan bahwa“Paling penting dalam kebahagiaan itu adalah kasih, timbal balik, dimana kita bisa saling mencintai, menerima, dan memberi. Bukan hanya one way”. Pastor Mark membangun gereja ini dengan penuh cinta, seperti merawat anak yang masih dalam kandungan hingga akhirnya dilahirkan. Menurutnya, semua itu bisa dilakukan kalau seseorang mau berelasi dengan Kristus dan mengaplikasikannya pada sesama. “Saya mengasihi Tuhan dengan banyak memberi dan salah satu hal yang dilakukan dengan bersahabat. Inilah yang bisa menyatukan panggilan karena saya mau bersahabat lebih mendalam”.
Lalu apa hubungannya persahabatan dengan pembangunan gereja ini? Hal itu dapat dilihat dari dua langkah utama yang sudah dilakukannya. Pastor yang juga ahli psikoterapi itu menjalin kedekatan emosional dengan semua umat, tanpa terkecuali. “Dalam pembangunan gereja ini, saya banyak dibantu oleh Bapak Yohanes Bedjo, Bapak Tukiran, Bapak Pius Ari. Persahabatan itu adalah anugerah. Saya adalah imam sebagai mediator. Saya rasa Tuhan memberi banyak orang baik, untuk membantu saya menjadi imam yang baik pula”, ujarnya. MASIH BERKARYA Alasan utama Pastor Mark datang ke Indonesia baru-baru ini adalah ingin mendorong panggilan. Ia mengunjungi beberapa seminari, dimulai dengan mengunjungi Seminari Menengah St. Paulus di Palembang, dimana terdapat kurang lebih 135 seminaris. Kemudian ia pergi ke Novisiat di Gisting dimana SCJ mempunyai 15 postulan dan 9 Novis. Selain itu, ia juga berkunjung ke Skolastikat yang berada di Yogyakarta, dimana terdapat 59 frater yang diperkirakan akan ditahbiskan 18 imam, dalam tiga atau empat tahun mendatang. Pastor Mark mengatakan kepada mereka, ada sesuatu yang sangat unik tentang panggilan menjadi seorang imam. Selain mampu menjadi dekat dengan Allah, juga dapat membantu orang mendekat kepada Allah. Membantu mereka untuk masuk dalam kehidupan iman mereka, karena banyak orang memiliki banyak pertanyaan tentang makna kehidupan. Paus Fransiskus mengatakan jika Anda ingin membantu orang lain untuk berpikir tentang imamat, hidupilah panggilan Anda saat ini, sebagai sesuatu yang menyenangkan. Mereka ingin menjadi seorang imam yang penuh sukacita karena sukacita adalah tanda kerajaan Allah. Anugerah murni dari Allah. Terlepas dari hal itu, Pastor Mark yang telah berkarya 11 tahun di Paroki St. Stefanus, ditugaskan untuk belajar counseling pastoral di Loyola University, Baltimore, Maryland, dimana dia mendapat gelar PhD pada tahun 1993. Setelah memperoleh PhD, Pastor
1
2
3
4
1. Pastor Mark Fortner, SCJ berfoto di depan Patung Bunda Maria 2. Pastor Mark Fortner, SCJ membuka Misa pada hari Minggu tanggal 18 Desember 201, 3. Pastor Mark Fortner, SCJ menyiapkan Liturgi Ekaristi pada misa tersenbut. 4. Gereja St. Stefanus sekarang. MP Januari 2017 57
Mark kembali ke Indonesia dan memberikan seminar-seminar, retret-retret di pulau Flores, Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. Kemudian pada tahun 1999, Pastor Mark kembali ke tanah airnya, Amerika Serikat. Sejak berangkat ke Amerika Serikat, dia merasa bangga bahwa paroki ini terus berkembang begitu baik, yang saat ini di bawah pimpinan Pastor Antonius Sumardi, SCJ bersama rekan-rekan pastor lainnya. Mengingat usia yang tak lagi muda, Pastor Mark harus tetap menjaga kesehatannya agar ia dapat menjalankan karyanya dengan baik dan lancar. Saat musim panas misalnya, hampir setiap hari ia berenang. Selama musim dingin Pastor Mark bersepeda menggunakan sepeda roda tiga kesayangannya yang bisa melaju sejauh 50 km. Biasanya aktivitas itu dilakukannya di taman dan jalan yang memiliki jalur khusus pesepeda. Kini, Pastor Mark tinggal menikmati hasil jerih payahnya. Meski sudah ‘pensiun’ menjadi pastor, namun beliau masih aktif di sejumlah kegiatan kemanusiaan. Setelah lima tahun menuntut ilmu lagi, kini Pastor Mark menjadi ahli psikoterapi. “Saya sekarang menghabiskan waktu part-time di bidang psikoterapi. Jadi saya menghadapi orang yang punya masalah depresi, masa lalu yang belum selesai, atau masalah pernikahan” , ungkapnya. Selain itu juga membantu melayani umat merayakan ekaristi di gereja setempat.ELS
Kegiatan Rm. Mark Fortner di kediaman umat paroki St. Stefanus dan di gereja St. Stefanus saat menjabat sebagai Pastor kepala paroki pada tahun 1980-an
58 MP Januari 2017
BAGINYA GEREJA ADALAH UMAT YANG BERPUSAT PADA TUHAN YESUS UNTUK MEMBUAT KERAJAAN ALLAH MENJADI NYATA. “GEREJA MERUPAKAN UMAT ALLAH. PERKUMPULAN ORANG YANG ADA, KARENA PEMBAPTISAN DAN DIPUPUK DENGAN SABDA TUHAN. JADI MEREKALAH YANG MEMBUAT KERAJAAN ALLAH HADIR” “SAYA MENGASIHI TUHAN DENGAN BANYAK MEMBERI DAN SALAH SATU HAL YANG DILAKUKAN DENGAN BERSAHABAT. INILAH YANG BISA MENYATUKAN PANGGILAN KARENA SAYA MAU BERSAHABAT LEBIH MENDALAM”. - MARK FORTNER, SCJ
P
ernahkah Anda mengunjungi perpustakaan di Gereja St. Stefanus Cilandak? Siapa yang pertama kali kalian temui saat masuk ke ruang perpustakaan? Ya … dia adalah Margaretha Marcellinna Toeti Hastati atau biasa dipanggil Tati. Perempuan dengan tinggi sekitar 140an ini memiliki panggilan akrab “ndut”. Panggilan ini diberikan Romo Hendro Aswardani, SCJ karena perawakan Tati yang terbilang gemuk. Tati lahir di Solo, 9 Juni 1960 dan sudah lebih dari 20 tahun, ia berkarya lewat perpustakaan yang berada di gereja. Ternyata bukan badannya saja yang besar, tapi juga hatinya. Kecintaannya terhadap anak-anak, ia tunjukkan dengan menjadi tenaga pengajar di SBI (Sekolah Bina Iman) tahun 90an. Selain itu, ia ingin sekali menumbuhkan minat baca anak sejak dini. Ia hanya berpikir, daripada anak-anak itu berlari di halaman dan bermain saat
POTRET GEREJA
Marcelinna Toeti Hastati (Mba Tati)
Pengabdianku dan Buku misa, lebih baik mereka diajak ke ruangan untuk membaca. Bukan hal yang mudah untuk memulai karirnya di ruang perpustakaan. Banyak buku, koran, majalah, berkas-berkas penting gereja yang masih berserakan di sana. Belum lagi akibat kondisi ruangan yang dipenuhi debu itu mengakibatkan mata Tati selalu bengkak sepulang dari ruangan tersebut. Ilmu dasar untuk membuat penomoran pada buku-buku pun tidak ia miliki. Sedangkan hal tersebut adalah modal utama untuk bekerja di perpustakaan. Mau bagaimana lagi, ia tidak memiliki biaya untuk mengikuti kursus itu. Tapi rencana Tuhan selalu indah pada waktunya. Tanpa disangka, ia mendapatkan kabar dari gereja bahwa ia berkesempatan untuk
kursus gratis tentang ilmu dasar penomoran di Percetakan Negara. Sekitar enam bulan lamanya, ia menempuh pendidikan tersebut. Setelah kursus selesai, ia mulai menerapkan ilmunya. Tumpukan demi tumpukan buku mulai diberikan nomor dan disusun pada lemari besar yang ada di ruangan itu. Dua tahun menjadi penjaga perpustakaan ternyata tidak cukup secara keuangan untuk bisa hidup di Jakarta. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan lain di luar gereja. Memang secara finansial semua kebutuhan hidupnya sangat tercukupi saat itu. Tapi, ia merasa uang bukan segalanya, hatinya kosong dan kering. Hal inilah yang membuatnya kembali kepada gereja dan melanjutkan karyanya di perpustakaan. Sejak saat itulah Tati mengabdikan dirinya secara total melayani Tuhan lewat pengelola perpustakaan. Masa jabatan 22 tahun ternyata harus berganti dengan masa pensiun. Namun, ini bukanlah akhir dari segalanya. Karya dan jasa-jasamu selama mengabdi di gereja akan selalu menjadi kenangan terindah. Teruslah berkarya. Tuhan Memberkati! AS MP Januari 2017 59
, u k n a l i gg n a P n a h u T i n Melaya
Jacobus James Suprapto Ketua Panitia Natal 2017
H
ari Natal akan segera tiba…Setiap orang akan mulai sibuk mempersiapkan datangnya Sang Juru Selamat, mulai dari mempersiapkan pohon Natal, kue, dan pernak perniknya. Hal itu tidak hanya terlihat pada dekorasi rumah saja, tapi gereja juga tak kalah mempersiapkan hari besar tersebut. Kali ini di tahun 2016, James Suprapto atau biasa disapa James, menjadi Ketua Panitia Natal gereja St. Stefanus. Suami dari Elisabeth ini merasa sangat bersyukur ketika mendapat kepercayaan untuk menjadi ketua sekaligus siap untuk diutus menjalankan tugas ini. Pria kelahiran 13 Maret 1954 ini ternyata juga cukup berperan aktif dalam lingkungan dan gereja. Selain sebagai koordinator 60 MP Januari 2017
Wilayah XII, Ia juga aktif di KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) di Komisi Liturgi, dan Kepala Keamanan di lingkungan perumahan tempat ia tinggal. Natal bagi James adalah hari raya yang dinanti-nantikan, karena Natal adalah waktu yang tepat untuk reuni keluarga, makan bersama dengan anak mantu cucu serta bertemu dengan sanak keluarga. Konsep Natal 2016 yang diusung bapak dari tiga anak ini (Carlo Genta, Monica Gita dan Gaby Gita) adalah “Go Green”. Tema dan konsep yang dipilih kembali kepada sebuah kesederhanaan, dimana hal ini sesuai dengan arah dasar Gereja St. Stefanus. James sangat berterima kasih kepada semua umat dan sponsor yang sudah membantu baik
dalam dalam bentuk tenaga maupun sumbangan dana yang dibutuhkan untuk memenuhi anggaran biaya Natal tahun ini. Selain itu, ia juga berterima kasih atas peran serta Dewan paroki yang berperan aktif dan sangat terbuka (open minded) terhadap setiap ide-ide yang dikeluarkan. Peran dari Seksi Liturgi, PPG dan keamanan juga sangat membantu dalam kepanitian Natal. Mengingat keterbatasan waktu dan jarak, rapat pantia Natal hanya dilakukan secara per seksi bagian saja, agar lebih efisien dan harapan James kepada semua umat dan gereja dalam menyambut tahun 2017 agar iman kita semakin bertumbuh di dalam Tuhan dan percaya Sang Juru Selamat akan hadir ke dunia.MRY
S
etiap tahunnya paroki St. Stefanus mengadakan pelatihan bagi seluruh karyawan yang bekerja di gereja. Hal ini dilakukan untuk mendukung sasaran prioritas gereja dalam meningkatkan mutu dan kualitas karyawan. Kegiatan yang diselenggarakan kembali pada hari Kamis, 24 November 2016 di Gedung Leo Dehon, terselenggara atas kerjasama dengan Pusat Pastoral KA Samadi. Kali ini tema yang dipilih adalah “Pelayanan Penuh Kegembiraan, Tangkas dan Tuntas”. Acara ini diawali dengan ice breaking bersama seluruh karyawan dan acara ini dipandu oleh Pastor Thomas Ulun Ismoyo, Pr, dan dibantu Cosmas Ismunanto dan Anton Tukan. Pelatihan yang diikuti sekitar 28 peserta ini terdiri dari 17 orang karyawan dari paroki Stefanus dan 11 karyawan paroki Yohanes Penginil Blok B. Kalau ditanya soal cita-cita dari masing-masing pribadi, tidak ada yang punya cita-cita untuk bekerja di lingkungan gereja. Hal ini dituturkan dalam sharing yang dilakukan dalam acara tersebut. Mereka sadar bahwa bekerja di ladang Tuhan adalah sebuah panggilan dari Tuhan untuk bisa melayani
sesama dengan sepenuh hati dan penuh cinta. Dalam membangun relasi dengan umat, dewan paroki/ pastur, rekan kerja, dan masyarakat umum dibutuhkan komunikasi yang baik dan efektif. Hal ini dikarenakan setiap dari bagian tersebut memiliki kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Maka, sebagai karyawan yang bekerja di lingkungan gereja harus dapat memberikan pelayanan baik dari mendengarkan, bertutur kata, dan bersikap. Selain itu diperlukan sikap yang positif serta semangat bekerja di ladang Tuhan. Perlu diingat bahwa bukan seberapa seringnya karyawan mengikuti training tetapi seberapa besar perubahan yang terjadi pada etos kerja dan spiritualitas pelayanan masing masing karyawan setelah itu.MP
MP Januari 2017 61
BASIS INTEGRASI DATA UMAT KEUSKUPAN Tim Informasi Teknologi St. Stefanus / Aris Darmono (Sekretaris 2 Dewan Paroki Harian)
B
IDUK atau Basis Integrasi Data Umat Keuskupan adalah merupakan program pastoral KAJ tentang aplikasi administrasi pencatatan data umat Katolik yang terintegrasi dalam Keuskupan Agung Jakarta, sehingga data terpusat di satu lokasi. Latar belakang dari pembangunan program BIDUK ini adalah upaya Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), mengembangkan tata layanan pastoral berbasis data dimana dengan data tersebut menjadikan pelayanan pastoral dapat terselenggara dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Ide ini tercetus untuk memudahkan pengumpulan data umat dari Lingkungan ke Sekretariat Paroki yang diteruskan ke KAJ. Sebelum adanya BIDUK masing-masing Paroki mempunyai aplikasi yang berbeda-beda, sehingga pengumpulan data umat di Keuskupan menjadi sulit.
62 MP Januari 2017
Data umat Katolik pertama–tama berasal dari data umat lingkungan – lingkungan di setiap Paroki. Karena itu pengkinian data kedalam aplikasi BIDUK dimulai dari Lingkungan. Setelah Lingkungan memasukkan data umat, maka Paroki yang bersangkutan maupun KAJ dapat melihat data umat tersebut dengan mudah, dan tidak diperlukan entry ulang untuk mengolah data dari Lingkungan tersebut karena aplikasi sudah terintegrasi, sehingga bisa dengan mudah memberikan informasi dalam merumuskan kebijakan pelayanan pastoral. Data yang terintegrasi di BIDUK, diharapkan mampu untuk memberikan informasi dalam merumuskan kebijakan pelayanan pastoral, sehingga tata layanan pastoral berbasis data dapat terselenggara dengan baik. Namun, mungkin saja dengan perkembangannya tidak tertutup kemugkinan bila diperlukan akan adanya penambahan data-data field yang diperlukan. Itu merupakan pembaruan BIDUK untuk kedepannya seperti antara lain : pengembangan program PSE On Line, Integrasi data ke Keuskupan lain. KEBUTUHAN DATA SERTA INTEGRASI SISTEM Menu utama aplikasi terdiri dari sembilan, yaitu: 1. Profile, pengguna aplikasi dapat melihat dan mengubah profil, Pengguna juga dapat mengubah password.
2. Security Access, pengguna aplikasi dapat membuat role, membuat user lain berdasarkan role, dan mengatur akses menu berdasarkan role yang telah dibuat. Hanya Super admin yang diberikan akses security.
3. Data Utama, pengguna aplikasi dapat menambah, mengubah, dan mengurangi data utama yang nantinya akan digunakan di foPastor
4. Form, fitur utama aplikasi yaitu pengguna dapat memaintain data umat.
5. Pencarian, pengguna dapat melakukan pencarian data umat berdasarkan kriteria tertentu.
6. Help, pengguna dapat mengunduh Kartu Keluarga (KK) kosong, Pengguna juga bisa mengunduh file manual penggunaan.
7. Pesan, pengguna dapat mengirimkan pesan kepada pengguna lain. 8. Dashboard, pengguna dapat melihat jumlah umat dalam bentuk grafik. 9. Laporan, pengguna dapat mengunduh laporan statistik dalam bentuk Microsoft Word. Dalam mengimplementasikan BIDUK di Paroki Cilandak St. Stefanus, pada hakekatnya sama dengan yang dilakukan dengan Paroki-paroki lainnya, yang membedakan adalah langkah-langkah yang dilakukan. Karena sistem ataupun administrasi data umat di setiap paroki pastinya berbeda-beda. Beberapa masih mengunakan data yang tersimpan dalam MS Excel , ataupun ada yang sudah terintegrasi dalam Paroki saja dengan program ataupun aplikasi yang berbeda – beda. Langkah-langkah implementasinya adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi BIDUK, sudah dimulai pada saat Rapat Karya di Cisarua 12 November 2016. 2. Penyusunan SOP (Standard Operting Prosedure) dijadwalkan selesai dalam bulan Desember 2016. 3. Pengetesan data UAT (User Assesment Test), dijadwalkan selesai dalam bulan Desember 2016 4. Persiapan training dan materi training sudah siap. 5. Pelaksanaan training yang dijadwalkan beberapa sesi pada 14 Januari, 4 Februari, 11 Februari, dan 18 Februari 2017. 6. Pengkinian data kedalam BIDUK, dilakukan oleh ketua lingkungan setelah training dan diharapkan bisa selesai bulan April 2017. 7. Pengetesan kelengkapan data pada akhir April 2017. 8. Go Live BIDUK. 9. Post implementation support. MANFAAT BIDUK DAN PENGENALANNYA KEPADA UMAT BIDUK ini penting bukan hanya untuk umat St Stefanus, namun juga bagi Paroki dan Keuskupan karena : 1. Dengan basis data terpusat maka proses mutasi atau perpindahan umat antar lingkungan, wilayah, maupun antar paroki dapat dilakukan dengan mudah. 2. BIDUK bisa menghindarkan data umat yang double, sehingga data umat yang masuk dalam BIDUK adalah data umat yang valid. 3. Dengan BIDUK ketua lingkungan bisa mengakses untuk melakukan pencatatan ataupun mengoreksi data umat secara online dan dapat dilakukan dimana saja asalkan ada akses internet karena BIDUK beroperasi dengan basis WEB, sehingga bagi warga baru disuatu lingkungan pengadministrasian data dapat dilakukan dengan cepat, dan terintegrasi. 4. Dengan basis data terpusat, proses mutasi umat antar paroki, wilayah maupun lingkungan dapat terdeteksi lebih baik. 5. Data-data primer dari umat bisa digunakan dengan mudah dan bisa dipertanggung jawabkan untuk pengembangan karya paastoral baik di Paroki maupun di Keuskupan Agung Jakarta.
BIDUK dengan tulisan di MediaPass. • Mempresentasikan BIDUK ke lingkungan bersamaan dengan waktu kunjungan DPH ke Lingkungan – lingkungan. • Pemasangan Help Desk di WEB Paroki Stefanus untuk menampung pertanyaan umat mengenai BIDUK, dengan alamat :
[email protected] • Mengadakan training BIDUK bagi para ketua lingkungan dan koordinator wilayah. Gereja St. Stefanus sendiri sudah siap untuk mengimplementasikan BIDUK, dari survey yang kita lakukan tanggal 12 November 2016, hampir semua ketua lingkungan sudah punya akses internet dan mempunya perangkat laptop/ computer. Di paroki sendiri, Komunikasi Sosial (KOMSOS) juga sudah mengupgrade akses internet melalui akses wifi untuk keperluan training nanti. KEAMANAN DATA Mengingat faktor keamanan data juga sangat penting, karena jika data yang disalahgunakan bisa merugikan KAJ, Paroki maupun umat. Maka dalam aplikasi program BIDUK ini KAJ mengadakan kerjasama dengan Universitas Bina Nusantara (BINUS) dalam pengelolaan program BIDUK. Kerjasama tersebut sudah diwujudkan dalam kontrak sehingga infrastruktur teknologi dipastikan aman karena dilengkapi dengan fitur-fitur security seperti firewall, dan lainlain pada servernya disamping juga menggunakan software yang berlisensi. Aplikasi BIDUK juga dilengkapi dengan Acces Control Security sebagai berikut :
Pada bagian sosialisasi sendiri TIM IT akan bekerja sebagai berikut: • Kick-off sosialisasi BIDUK dilakukan pada Rapat Karya di Cisarua wisma PGI tanggal 12 November 2016 yang lalu. • Kemudian kita juga (akan) membuat standing banner untuk mendapat perhatian dan support dari umat bahwa Paroki akan mengimplementasikan BIDUK. • Bekerjasama dengn KOMSOS untuk mensosialisaikan
MP Januari 2017 63
Dari skema ini, password dengan user ID tertentu hanya dibatasi untuk area atau field tertentu dan otorisasi tertentu, sebagai contoh password ketua lingkugan hanya bisa mengakses dan meng-update data umat yang hanya dilingkungannya. Sedangkan password untuk ketua wilayah hanya bisa melihat umat di wilayahnya namun tidak bisa merubah data umat yang ada. Dengan kata lain akses data umat diatur secara vertikal dan horizontal. • Secara horizontal dimana pengguna lingkungan tidak dapat melihat data umat lingkungan lainnya, hal ini berlaku juga untuk Wilayah, Paroki, dan Keuskupan. • Secara vertikal dimana pengguna Keuskupan dapat membuat user ID baru untuk pengguna Paroki ke bawah, hal ini berlaku juga untuk Paroki. Sebagai catatan, BINUS adalah salah satu universitas swasta di Indonesia yang mempunyai program andalan di bidang Teknik maupun Management Informatika. REKSA PASTORAL BERBASIS DATA Setelah BIDUK ini berjalan maka Reksa Pastoral Berbasis Data bisa benar-benar dijalankan dengan data yang valid dan diolah dengan cepat serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan yang diperlukan untuk Paroki maupun KAJ. Misalnya saja beberapa waktu yang lalu ada permintaan dari Lanjut Usia (Lansia) menanyakan pada ketua lingkungan data lansia. Dengan adanya BIDUK hal ini bisa ditanyakan ke koordintor wilayah, tidak harus ke ketua lingkungan, karena koordinator wilayah bisa melihat data umat yang berada pada lingkungan-lingkungan dalam wilayahnya. Walaupun koordinator wilayah berada diluar kota pun asalkan ada akses internet, maka bisa mengakses data yang diperlukan dan diberikan ke Paguyuban Lansia. Demikian juga untuk Seksi Seksi, sebagai contoh
64 MP Januari 2017
misalnya dari seksi Katekese dalam perencanaan mengadakan Pengajaran Agama Katolik bagi anak-anak yang bersekolah bukan disekolah Katolik dan tidak mendapat pengajaran agma Katolik disekolahnya, maka data tersebut akan dapat mudah dimintakan ke koordinator wilayah. Dengan adanya BIDUK nantinya juga akan mengurangi beban dari ketua lingkungan. TIM IT telah dibentuk oleh Paroki kita dengan tugas awal adalah memastikan implementasi BIDUK bisa berjalan dengan baik, namun tugas TIM IT bukan hanya untuk BIDUK saja, karena dunia digital adalah suatu keniscayaan, maka dari itu Paroki kita juga perlu adanya TIM IT yang akan mensupport karya pastoral kita melalui teknologi informasi. Jadi pada hakekatnya dengan adanya BIDUK tidak secara khusus menambah struktur dalam dewan Paroki. Pengenlan BIDUK oleh Tim IT dapat dilihat lebih lengkap di www.st-stefanus.or.id.MP
ORBITAN LEPAS
Bag. 2 Penulis : Romo Joseph Amirullah, SCJ
Pengantar Setelah dipaparkan sebuah definisi dasar dari pemahaman iman yang menyelamatkan, edisi kali ini akan meguatkannya dengan keberadaan itu diberikan kepada kita. Sadar bahwa iman adalah tanggapan manusia atas wahyu Allah. Sebagai contoh Allah mewahyukan diri melalui penyembuhan orang sakit. Dalam hal ini, Allah mewahyukan bahwa Dia mempunyai kuasa yang mampu menyembuhkan. Kita menanggapi karya penyembuhan yang dilaksanakan Allah dengan iman. Jadi iman timbul sebagai tanggapan atas pewahyuan. Iman adalah suatu karunia dan bukan usaha kita sendiri. Allah memberi kita karunia (dengan pertolongan Roh Kudus) untuk peka menangkap pewahyuanNya dan memberi tanggapan. Selanjutnya, karunia iman ini perlu terus dijaga, dipupuk, dan dikembangkan. St. Paulus mengatakan: “Berkat Roh Kudus yang diam di dalam kita, peliharalah harta yang indah, yang dipercayakanNya kepada kita.” Mengapa? Jawaban yang dapat diberikan adalah karena Iman itu Hidup dan Dinamis; Iman itu adalah sebuah proses. Perkembangan iman merupakan suatu proses pertobatan setiap hari dengan memusatkan kehidupan harian pada Kristus atau membangun hubungan intim dengan-Nya. Selain itu, menerima Yesus sebagai Tuhan atas segala-galanya dalam kehidupan kita, baik segala hal yang kita lakukan, pikirkan, dalam kondisi lemah, penuh kesedihan, bahkan sukacita (lih. Gal 2:20). Selain itu, Iman dapat diterapkan dengan melakukan pelayanan untuk kebaikan semua orang seperti yang telah dikatakan oleh Yakobus, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakekatnya adalah mati." (Yok 2:17) .
“Tanpa kasih iman takkan bertumbuh, ia akan menjadi layu dan tidak berguna” (1 Kor 13: 1-13) Iman Bukanlah Perasaan. Iman bukanlah sebuah perasaan tetapi membuka diri sepenuhnya secara radikal kepada kehendak Allah dalam pesan Injil. Iman itu seperti benih yang tumbuh membesar dan menghasilkan buah. Terang yang menerangi kegelapan dan garam yang memberi rasa dan arti pada kehidupan manusia. Tanpa iman, Roh Kudus tidak dapat berkarya di dalam diri kita. Kehidupan Kristen akan menjadi kosong dan tidak memberi arti dalam kehidupan. Maka sangat penting untuk selalu berdoa meminta karunia iman dari Allah dan memohon pertolongan Roh Kudus untuk meneguhkan dan mengembangkan iman kita.MP
Iman adalah Hubungan Pribadi
dengan Tuhan Iman adalah hubungan dengan Allah secara personal dan dengan ciptaan-Nya, yaitu dengan sesama manusia dan alam. Iman merupakan respon atau tanggapan atau sahutan kepada kehendak Allah untuk melayaniNya dan sesama kita dalam cinta kasih, pengharapan dan sukacita (Mrk 12: 30-31)
MP Januari 2017 65
RUMAHKU DAN
KELUARGAKU Tema Adven tahun ini adalah “Keluarga sebagai Sekolah Kehidupanku”. Makna dari tema ini adalah memberikan suatu gambaran singkat kepada kita semua bahwa “berawal dari dalam”. 66 MP Januari 2017
Bulan ini kita sedang memasuki masa Adven. Adven berasal dari bahasa Latin, Adventus yang berarti kedatangan. Maka, masa adven itu sendiri berarti masa untuk menunggu kedatangan Tuhan atau dalam bahasa sehari-harinya adalah masa dimana seluruh umat Kristiani tengah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Sang Juru Selamat ke dunia. Masa Adven kita laluli dari tahun ke tahun sebagai suatu tradisi dari pendahulu kita semua. Kesan dan pesan, yang dirasakan setiap orang baik dalam ruang lingkup kecil yakni keluarga maupun yang lebih besar lagi yaitu gereja pasti berbeda-beda menyikapi makna dari masa Adven setiap tahunnya. Bahwasannya kita mendapat pelajaran pertama kali dan utama berasal dari dalam keluarga sendiri. Saat kita lahir di dunia ini, kita mulai mengenal
sesuatu, kita belajar dan dituntun keluarga sesuatu, kita belajar dan dituntun oleh oleh keluarga hingga dewasa. akhirnya kita bisa hingga dewasa. PadaPada akhirnya kita bisa melakukan segala sesuatu dengan sendirinya. melakukan segala sesuatu dengan sendirinya. Dalam perjalanan kehidupan, kita tidak pun tidak Dalam perjalanan kehidupan, kita pun namanya permasalahan hidup. lepaslepas dari dari yangyang namanya permasalahan hidup. ini dihadapkan kita dihadapkan pelbagai polemik Saat Saat ini kita padapada pelbagai polemik terjadi. Adanya perubahan budaya, yangyang terjadi. Adanya perubahan budaya, pola pola pikir, kebiasaan dari setiap generasi membuat pikir, kebiasaan dari setiap generasi membuat kita bertanya-tanya, apa penyebab utamanya kita bertanya-tanya, apa penyebab utamanya dari dari polemik tersebut. polemik tersebut. Perbedaan persepsi dan cara pandang, Perbedaan persepsi dan cara pandang, tentu akan berpengaruh terhadap hasilnya. tentu akan berpengaruh terhadap hasilnya. Dalam persoalan ini, entah dipandang Dalam persoalan ini, entah dipandang secara positif maupun negatif, tentunya secara positif maupun negatif, tentunya semua memiliki berbeda, semua memiliki hasilhasil yangyang berbeda, tergantung bagaimana setiap individu tergantung bagaimana setiap individu menyikapinya. menyikapinya. Dalam keluarga ini, kita Dalam bulanbulan keluarga ini, kita semua diajak untuk kembali semua diajak untuk kembali merenungkan apa yang merenungkan apa yang seharusnya kita lakukan seharusnya kita lakukan dalam hidup sederhana dalam pola pola hidup sederhana sebuah keluarga. sebuah keluarga. Ada Ada pepatah mengatakan, pepatah mengatakan, “Buah tak jauh “Buah jatuhjatuh tak jauh dari pohonnya”, dari pohonnya”, telahtelah merepresentasi merepresentasi perilaku setiap perilaku setiap orang. Apakah orang. Apakah yangyang kita kita lakukan sudah lakukan sudah mencirikan mencirikan suatusuatu nilai nilai yangyang dipelajari dipelajari dalam dalam keluarga, atau atau karena pola pola pikirpikir sertaserta perilaku keluarga, karena perilaku majemuk lingkungan membuat kita lebih majemuk lingkungan membuat kita lebih menonjolkan sikapsikap tersebut. menonjolkan tersebut. Proses pembimbingan adalah jawaban dari dari Proses pembimbingan adalah jawaban semua polemik yangyang terjadi. Namun, terlalu luas luas semua polemik terjadi. Namun, terlalu untuk dipahami apa saja masuk atau atau untuk dipahami apa yang saja yang masuk dikategorikan dalam arti kata bimbingan? dikategorikan dalam arti kata bimbingan?
Tempat kitakita tinggal, berlindung, Tempat tinggal, berlindung, belajar, dan dan bermain. Jadikanlah belajar, bermain. Jadikanlah keluarga kitakita sebagai yangyang utama keluarga sebagai utama sebagai perpanjangan tangan Tuhan, sebagai perpanjangan tangan Tuhan, dan dan bersyukur atasatas kebersamaan dan dan bersyukur kebersamaan sukacita yangyang bolehboleh dilimiki dalam sukacita dilimiki dalam keluarga. keluarga.
Dalam Amsal 22:6, Dalam Amsal 22:6, mengatakan bahwa mengatakan bahwa “Didiklah orang muda “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa baginya, maka pada masa tuanya tidak akan tuanya punpun ia ia tidak akan menyimpang pada menyimpang daridari pada jalan itu”. jalan itu”. Secara implisit, moral dan akhlak ditekankan Secara implisit, moral dan akhlak ditekankan untuk menjadi pribadi yangyang berguna baik baik untuk menjadi pribadi berguna sesama untuk diri sendiri, keluarga, dan bag i sesama untuk diri sendiri, keluarga, dani bag yangyang ada di sekitar kita. kita. ada di sekitar Terlepas dari pembahasan tersebut, ada ada Terlepas dari pembahasan tersebut, pointpoint penting yangyang hendak ditekankan dalam penting hendak ditekankan dalam pembelajaran ini, bahwa imaniman tanpatanpa perbuatan pembelajaran ini, bahwa perbuatan adalah mati,mati, begitupun sebaliknya, perbuatan adalah begitupun sebaliknya, perbuatan tanpatanpa imaniman adalah sia-sia. Sebagai orangorang tua, tua, adalah sia-sia. Sebagai perilaku dan cara mereka merupakan perilaku dan hidup cara hidup mereka merupakan contoh gambaran nyatanyata hidup orangorang Kristiani contoh gambaran hidup Kristiani yangyang baik baik dan benar. Jadi, Jadi, sebagai orangorang tua tua dan benar. sebagai kita dituntut untuk bisa bersikap bijakbijak dan dan kita dituntut untuk bisa bersikap bertanggung jawabjawab atas pendidikan baik baik secara bertanggung atas pendidikan secara akademis maupun rohani. akademis maupun rohani. Sebagai anak,anak, kita diminta untuk bisa bisa Sebagai kita diminta untuk menjalin komunikasi yangyang baik baik sertaserta menjalin komunikasi membangun relasirelasi yangyang baik baik terhadap orangorang membangun terhadap tua. Selain itu, kita kembali bahwa tua. Selain itu, diingatkan kita diingatkan kembali bahwa dari keluarga kita akan belajar banyak hal yang dari keluarga kita akan belajar banyak hal yang akanakan menjadi bekalbekal jika kita nanti.nanti. menjadi jika dewasa kita dewasa MakaMaka dari itu, di masa Adven ini, kita darimari itu, mari di masa Adven ini, kita lebihlebih bersyukur atas keluarga yang bersyukur atas keluarga yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan bagi bagi kita. kita. mengajarkan nilai-nilai kehidupan Selain itu, jadikanlah keluarga kita sebagai Selain itu, jadikanlah keluarga kita sebagai rumah kita sendiri. KO Penulis KO. MP rumah kita sendiri.
MP Januari 2017 67
PSIKOLOGI
KESENJANGAN SOSIAL DAN JIWA PERSATUAN M.M. Nilam Widyarini Koord. Tim Konseling Agape (0815 995 2463)
68 MP Januari 2017
Kelahiran Yesus di dunia merupakan Anugerah Bapa bagi kita, untuk hidup damai dan bahagia karena kesenjangan telah dijembatani. Yesus adalah ‘jembatan’ antara surga dan dunia, miskin dan kaya, dan antar golongan-golongan dalam masyarakat.
S
elama masa Adven hingga Natal, kita telah menyelami makna kehadiran Sang Anak Allah di dunia. Ia yang Maha Tinggi rela merendahkan diri serendah-rendahnya dengan hidup miskin dan bersatu dengan umatNya. Seolah Ia menyatakan “Hai, lihat Aku juga merasakan dan mengalami apa yang kau rasakan. Jangan takut!” Dalam realitas sehari-hari saat ini, kesenjangan juga menganga. Kesenjangan di masyarakat sudah menjadi fenomena. Misalnya saja kesenjangan ekonomi, sungguh nyata antara kaya dan miskin. Kesenjangan sosial semakin terlihat, meski masyarakat tak hidup dalam kasta. Bukan hanya itu saja, status sosial dan pendidikan juga seringkali membuat kita merasa berjarak. Hal tersebut tentu berdampak luas dalam setiap sendi kehidupan. Tanggungjawab menyoal masalah kesenjangan, sebenarnya bukan hanya menjadi beban pribadi, tapi juga negara dan dunia. Adanya kesenjangan membuat kita berpikir mengenai cara penanggulangannya.
M E N G A PA T E R J A D I KESENJANGAN SOSIAL? Setiap masyarakat selalu terdiri dari lapisan-lapisan kelompok. Kita mengenal istilah SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan). Antar golongan itu sendiri dapat dirinci lebih lanjut, misalnya usia dan gender, aneka peran sosial atau kerja, status sosial atau ekonomi, level pendidikan, dan sebagainya. Perbedaan tersebut kasat mata. Indera dan pengetahuan kita menangkap adanya perbedaan tersebut. Selanjutnya pikiran dan perasaan merespon lebih lanjut. Bagaimana respon kita saat merasakan adanya perbedaan terkait SARA? Apabila kita berada atau berhadapan dengan kelompok yang berbeda yang tak biasa jumpai. Secara otomatis kita merasa tidak nyaman. Demikianlah pikiran bawah sadar bekerja, yaitu merasa tidak nyaman dengan hal yang tak biasa. Namun akan merasa nyaman bila berhadapan dengan situasi yang biasa dialami. MP Januari 2017 69
Nah umumnya yang biasa terjadi, kita menghindar atau merespon negatif kelompok yang membuat tidak nyaman dan sebaliknya. Lalu memilih dekat dan berada di dalam kelompok yang membuat nyaman. Inilah awal kesenjangan, yakni kita merasa berjarak. Bagaimana proses persepsi kita saat berinteraksi dengan berbagai kelompok yang berbeda itu? Secara alami kita mengetahui lebih banyak mengenai kelompok sendiri (in group). Kita lebih banyak mengenal adanya perbedaan individual dalam kelompok sendiri. Di sisi lain, kita hanya punya sedikit informasi mengenai individu dalam kelompok lain (out group). Akibatnya, cara kita menilai diri sendiri dan anggota lain di dalam in group akan berbeda dengan cara menilai individu dari out group. Kekosongan informasi atau ketidaktahuan mengenai orang di dalam out group, cenderung kita isi dengan informasi apapun yang
70 MP Januari 2017
didapatkan tentang mereka. Kita tidak menyadari bahwa setiap individu dalam out group juga bervariasi seperti in group. Inilah proses stereotip, dimana kita memberikan label sama atau mengeneralisir para anggota out group, berdasarkan informasi yang pernah didapatkan. Ya, stereotip akhirnya menjadi jalan pintas pemikiran sesorang manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks, dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Stereotip mempengaruhi kita tentang memproses dan mengintepretasikan informasi. Padahal kita tahu bahwa proses psikologis tersebut akhirnya berpotensi menghasilkan prasangka negatif dan konflik. Kelompok yang merasa lebih rendah misalnya, dapat saja mengembangkan konsep diri negatif. J I WA P E R S AT U A N Kita tahu bahwa perbedaan alami, seperti suku, ras, gender, dan lainnya yang ada, seungguhnya merupakan anugerah indah dari Tuhan. Lain halnya kesenjangan sosial atau ekonomi memang perlu diatasi. Padahal kita tahu bahwa persepsi sangat menentukan ada atau tidaknya rasa senjang atau rasa sama satu dengan yang lain. Rasa senjang dihasilkan oleh proses persepsi yang cenderung berprasangka terhadap golongan lain. Di sisi lain, sesungguhnya kita juga mempunyai kapasitas untuk mengarahkan pikiran dan perasaan, agar memiliki rasa sama sebagai sesama warga gereja, warga bangsa, dan warga dunia. Hal ini terjadi bila kita menyadari kesamaan martabat di antara kita, “Damai di bumi, yang paling dirindukan oleh semua orang dari segala zaman, dapat ditegakkan dengan kuat, hanya apabila perintah yang ditetapkan oleh Allah dapat ditaati dengan setia.” (Paus Yohanes XXIII, dalam Pacem in Terris, Ensk).MP
TUNAS STEFANUS
n a g n e d t a k e d Lebih
s u n a f e t S s Tuna
, g n a gg n a t i S Berman OFM
Menjadi imam, tentu tidaklah mudah. Apakah ada pergulatan batin yang dirasakan saat itu? Bagaimana semua itu bisa terlewati?
Ada keraguan, kecemasan dan kekhawatiran. Seperti apa nantinya di dalam (biara/seminari), saya belum pernah tahu kehidupan membiara, dan imam. Banyak hal yang saya takuti tetapi saya mempunyai keyakinan, Tuhan telah memanggil saya. Ini adalah penggilan hidup saya. Secara pribadi saya merefleksikan bahwa menjadi imam adalah cara yang cocok bagi saya untuk menjalani hidup.
Seringkali kita mendengar, memiliki status baru berarti memulai kehidupan baru. Anggap sekarang ini adalah “kehidupan baru”, apakah ada perbedaan yang mendasar? Perubahan ini saya alami secara perlahan-lahan, mungkin saya tidak bisa langsung menyadari. Saya mengetahuinya dari orang – orang yang mengenal saya sebelumnya ketika berjumpa kembali. Perubahan ini adalah berkat campur tangan Tuhan yang menguatkan saya dalam pangilan.
Banyak hal yang menurut saya sangat berat dihadapi. Dari situ saya sangat mengandalkan kekuatan Tuhan untuk melalui semua tantangan-tantangan itu.
Penugasan dan perutusan, sebuah kata yang harus dilengkapi dengan kesiapsediaan. Dalam hal ini, apa harapan Pater terhadap persaudaraan (kongregasi), terhadap misi yg nantinya akan diemban Pater?
Saya menyakini, apa yang sudah saya putuskan itu merupakan kehendak Tuhan sendiri. Sebelum saya mendapatkan perutusan di tanah suci ini. Saya selalu bertanyatanya kepada Tuhan, apa yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan saya, kemana saya mau diutus dalam persaudaraan? Persaudaraan sepertinya ingin mempersiapkan saya untuk menjadi pendamping para imamimam baru. Dalam hal itu saya berpegang melalui apa yang tuhan kehendaki bagi saya. Saat pergumulan itu, sambil mencari motto tahbisan, saya menemukan; “LIHAT RAJA MU DATANG KEPADAKU IA LEMAH LEMBUT DAN MENGENDARAI SEBUAH KELEDAI.” Saya tertarik dengan kutipan itu karena saya mau
mengidentifikasikan diri saya sebagai keledai Tuhan yang membawa Yesus. Jadi jika saya dihormati, dihargai oleh umat itu bukan karena sayanya tapi karena Yesus yang saya bawa. Saya harus menghayatinya dengan rendah hati. Keledai yang dikendarai Yesus, menerangkan kepada saya, bahwa saya tidak boleh sombong, atau merasa harus dihormati dan dihargai sehingga saya besar kepala. Kemudian saya lupa. Itulah yang coba saya hayati dalam panggilan menjadi seorang Imam. Yesus yang mengendarai keledai memasuki kota Yarusalem ini, bisa dikatakan sebagai petunjuk yang diberikan Tuhan kemana arah panggilan dan perutusan selanjutnya. Berman Sitanggang, OFM, lahir di Sanggau, 29 September 1978. Ia merupakan anak dari pasangan Ir. Sonan Sitanggang dan Rosmina Sitohang. Setelah lulus dari Studi Hukumnya di Universitas Negeri Tanjungpura, Pontianak dan bekerja sebagai tenaga konsultan kontrak selama 3 tahun dari tahun 2001-2006, ia memutuskan untuk mengambil panggilannya sebagai imam. Sebuah keputusan yang luar biasa bagi seorang yang masa remajanya tinggal di Jakarta. Kita dapat melihat cerita lengkapnya dengan mengunjungi website kami di www.st-stefanus.or.id. SS
MP Januari 2017 71
Annabel, siswi yang duduk di kelas IV SD Charitas itu mengatakan, kalau dia menyukai lagu ‘SabdaMu Bapa Bagai Air Segar. “Aku suka sama kata-katanya.”
Annabel Evangeline Crista dan Felicia Tiffany Gabriela adalah murid sekolah
minggu yang jatuh cinta pada Bina Iman Anak (BIA). Ya, kakak beradik itu mengaku menyukai kegiatan yang rutin dilakukan di Lantai III Gedung Leo Dehon, St Stefanus. Jadi apa sih yang mereka sukai? Sambil melempar senyum, kedua anak cantik menjawab, “Aku suka sama sekolah minggu, soalnya punya banyak teman,” kata Felicia. “Kalau aku menggambar,” Annabel menimpal.
72 MP Januari 2017
“Oh kalau aku paling suka lagu Bapa Kami, karena Tuhan Yesus baik dan pasti (selalu) menolong kita,” jawab si bungsu yang duduk di kelas I SD Charitas itu.
Mereka berharap kelak dapat menjadi berkat bagi orang lain, melalui talenta yang dimiliki. Felicia yang hobi menari dan menyanyi, sementara Annabel pada kegemarannya menggambar. ELS
Jika teman-teman sudah mewarnai lembar mewarnai dalam Tunas Stefanus. Hasil karya-nya bisa dimasukkan ke dalam kotak KOMSOS atau difoto dan dikirimkan ke email
[email protected]. Hasil karya pemenang akan dipasang di website dan Facebook.
MP Januari 2017 73
DANA PAROKI ST. STEFANUS NOVEMBER 2016 No Wil
Lingkungan St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Sta.Angela
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5
18
5 St.Bartholomeus
BTS
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
5 5 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12
EML URS MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS FSE ANS MRD BDS DNS ELS
Emmanuel Sta.Ursula St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai St.Bernardus St.Dionisius St.Elias
HBS YPE GRR YTA THE MIM MFA BDE MKI NDS OTS PLN QRS ATS CLS FSA AGE
Perhit. 7 Nov16 Perhit. 14 Nov16 Perhit. 21 Nov16 Perhit. 28 Nov16 Amplop RP Amplop RP Amplop RP Amplop RP 8 818000 3 210000 3 120000 3 200000 3 100000 10 470000 8 1185000 4 150000 5 180000 5 480000 4 100000 2 100000 3 300000 1 200000 3 40000 9 280000 2 60000 5 120000 3 15000 9 410000 1 50000 12 245000 4 455000 2 215000 1 20000 3 90000 6 320000 2 60000 3 220000 2 120000 14 1235000 5 85000 7 307000 2 300000 2 300000 2 150000 4 250000 5 400000 1 50000 2 400000 2 120000 4 40000 3 20000 5 160000 10 420000 11 500000 1 20000 22 1300000 3 150000 4 350000 4 1000000 4 1600000 trf 2400000 4 300000 2 200000 4 340000 6 470000 2 400000 1 ** 9 1450000 1 100000 5 180000 8 365000 1 20000 5 60000 12 540000 1 10000 1 50000 4 350000 6 370000 2 150000 6 45000 1 15000 3 25000 3 15000 1 15000 3 35000 2 20000 1 5000 36 439000 1 20000 1 5000 1 10000 3 14000 14 390000 1 25000 2 60000 6 430000 17 405000 7 100000 14 ** 65000 10 305000 7 110000 9 240000 5 370000 1 50000 4 240000 5 470000 1 100000 1 20000 1 5000 4 90000 3 75000 5 405000 7 80000 1 5000 7 55000 6 185000 2 40000 5 70000 4 140000 2 10000 7 70000 1 30000 12 762000 2 150000 16 980000 2 70000 1 100000 4 50000 1 100000 4 185000 1 30000 5 230000 1 50000 2 200000 5 230000 1 15000 7 560000 4 250000 4 270000 1 20000 1 100000 1 100000
** note: ada 28 lembar amplop yg sdh dibuka/dihitung oleh Ptgs.Tata Laksana , sejumlah Rp. 1.520.000,-
(sehingga Tim Inti Penghitung Kol.pada hari Senin, sdh tdk dpt memilah lagi jumlah sumb.& nama lingkungannya)
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS DESEMBER 2016 Terima kasih atas donasi yang telah
1 Lingk. Sta. Maria Fatima (Ralat) 2 Lingk. Sta. Angela
74 MP Januari 2017
100000 500000 Total 600000
diberikan. Kami menunggu kontribusi anda di edisi-edisi berikutnya. Setiap donasi, mohon disertakan nama lingkungan pada copy bukti transfer dan disampaikan kepada Ibu Liliek (Kasir Paroki St. Stefanus).
MP Januari 2017 75
76 MP Januari 2017