Satu Langkah Menuju
Impian Lanjut Usia Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Satu Langkah Menuju
Impian Lanjut Usia
Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Center For Ageing Studies University of Indonesia
Satu langkah menuju IMPIAN LANJUT USIA, kota ramah lanjut usia 2030 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan KDT 1. Lanjut Usia 2. Demografi 3. Kebijakan Pembangunan I JUDUL ISBN 978-602-8384-79-7 x + 164 halaman, 15 x 21 cm Desember 2013, cetakan pertama Penyusun Peneliti
: SurveyMETER dan CAS UI : Dr. Ni Wayan Suriastini, M.Phil., Bondan S. Sikoki, SE., MA., Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo, Endra Dwi Mulyanto, SE., Jejen Fauzan, SH.I., Naryanta, SP., Tri Rahayu, S.T., Arief Gunawan, SE., Nur Indah Setyawati, Amd.Kep., Titis Putri Ambarwati, S.Sos., Desti Wahyu Kurniawati, S.Sos., Susi Lestari, S.Sos.I. Penyelaras Bahasa : Jen Fauzan Desain Grafis : Narto Anjala Drawing : Ds. Nugroho Kalibrasi & percetakan : Pustaka Sempu
Penerbit: SurveyMETER Jenengan Raya 109, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282, Indonesia Telepon: +62 274 4477464, Fax: +62 274 4477004. Email:
[email protected], Website: www.surveymeter.org Diterbitkan atas kerja sama: SurveyMETER, Center for Ageing Studies University of Indonesia, The Asia Foundation, AusAID.
Kata pengantaR
Para lanjut usia yang sehat dan aktif akan selalu menginginkan untuk tetap dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sesuai dengan pilihan masing-masing. Sebagai akibat dari proses degenaratif yang terjadi di usia senja, lanjut usia memerlukan dukungan lingkungan isik, sosial, budaya, dan akses pelayanan kesehatan agar bisa tetap aktif. Dukungan tidak merupakan bentuk kemanjaan bagi lanjut usia, namun menunjang lanjut usia agar senantiasa sehat, aktif, dan mandiri sehingga berdaya guna. Seorang ahli saraf, psikolog dan ahli otak, Dr Amen (2012)1 mengungkapkan sejumlah rahasia akan pentingnya support dan aktivitas group, dalam menjaga kesehatan. Beberapa di antaranya aktivitas sehat yang secara kreatif diintergrasikan dalam kegiatan saling mengunjungi dan menghadiri pertemuan sosial; melakukan aktivitas sehat bersama dalam kelompok; mengkombinasikan program makanan sehat dengan pertemanan; melakukan olah raga reguler berkelompok; termasuk meluangkan waktu lebih banyak 1 Amen, Daniel. 2013. Use your brain ↑ to change your Age ↓, dsecrets to look, feel and think younger every day. New York: Three River Press.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
v
di antara orang-orang yang sehat, sehingga tertular kebiasaan sehat. Untuk bisa melakukan aktivitas berkelompok, diperlukan lingkungan yang ramah usia. Oleh karenanya, lingkungan yang ramah lanjut usia juga mendukung penanganan kesehatan lanjut usia menggunakan pendekatan siklus kehidupan khususnya pada fase lansia. Adanya lingkungan yang ramah dan mendukung bagi lanjut usia pada tingkat nasional dan internasional perlu dijadikan prioritas. Hal ini telah diprakarsai oleh sejumlah lembaga internasional antara lain rencana aksi internasional tentang kelanjutusiaan Madrid yang dikukuhkan oleh PBB tahun 2002; Sepuluh prioritas untuk memaksimalkan kesempatan masyarakat lanjut usia oleh UNFPA and HelpAge International2; domain dari Global Age Watch Index oleh HelpAge International3. Sedangkan WHO sejak tahun 2007 mendukung dengan menciptakan alat asesmen untuk kota ramah lanjut usia (Age Friendly Cities Check List). Demikian juga pada tingkat nasional yang dikukuhkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan menteri. Indonesia masih jauh dari kondisi lingkungan yang bisa dikatakan sebagai ramah lanjut usia. Inilah yang mendorong dilakukannya Studi Kota Ramah Lanjut Usia di 14 kota di Indonesia. Studi ini merupakan buah kerja sama antara SurveyMETER dan Center for Ageing Studies, Universitas Indonesia yang didanai oleh Knowledge Sector, Australian Aid yang dikelola oleh The Asia Foundation. Hasil studi memberikan gambaran keadaan kotakota di Indonesia pada tahun 2013. Gambaran yang dipaparkan 2 UNFPA and HelpAge International. 2012. Ageing in The Twenty-First Century: A Celebration and A Challenge. New York and London: UNFPA and HelpAge International 3 HelpAge Internaional. 2013. Global Age Watch Index 2013, Insight Report.
vi
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
tidak hanya mengenai keadaan di kota besar dan menengah juga termasuk juga kota kecil. Yang menjadi penting bagi Indonesia—negara dengan jumlah lanjut usia terbesar kelima di dunia, adalah upaya-upaya mewujudkan kota ramah lanjut usia. Rekomendasi detail dari 95 indikator penting yang dirancang oleh WHO untuk menuju kota ramah lanjut usia pada tahun 2030, termasuk rekomendasi tahapan dalam tiap tahunnya untuk mencapai tujuan tersebut juga perlu mendapat perhatian yang penting. Hasi studi dirangkum dalam 15 buku. Buku pertama memuat metode penelitian dan hasil penelitian keseluruhan serta rekomendasi untuk Indonesia yang mencakup 14 kota. Keempat belas kota yang dicakup dalam studi ini adalah Kota Medan, Payakumbuh, Mataram, Denpasar, Jakarta Pusat, Depok, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Makasar, Balikpapan, Semarang, dan Bandung. Sedangkan 14 buku lainnya merupakan buku yang secara khusus membahas metode dan hasil penelitian beserta rekomendasi bagi setiap kota. Dalam pembahasannya, hasil dari setiap kota dibandingkan dengan keadaan umum di Indonesia. Untuk pemahaman yang komprehensif, hendaknya tidak hanya membaca buku hasil penelitian per-kota tetapi juga membaca buku pertama yang memuat secara lengkap referensi, metode penelitian, hasil dan rekomendasi detail untuk keadaan Indonesia. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan pada Knowledge Sektor Australian Aids melalui The Asia Foundation atas dukungannya yang konsisten pada Studi Satu Langkah Menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia tahun 2030. Terima kasih juga kami ucapakan juga pada Pendiri
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
vii
SurveyMETER, Ibu Bondan Sikoki atas upaya-upaya yang nyata dan inovatif dalam bidang riset, desiminasi hasil, dan pelayanan berbasis data bagi lanjut usia termasuk dalam studi kota ramah lansia ini. Prof Tri Budi W. Rahardjo dari CAS UI atas kerja samanya dan inisiatifnya dalam studi ini. Dan, studi ini tidak akan ada tanpa partisipasi lebih dari 2.100 responden yang tersebar di 14 kota di Indonesia, kerja keras petugas lapangan, dan peneliti SurveyMETER. Untuk itu semua kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan. Mewujudkan impian Kota Ramah Lanjut Usia memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan. Tidak hanya pemerintah (nasional dan daerah) tetapi juga sektor swasta, peneliti, universitas, LSM, dan masyarakat secara keseluruhan. Semoga apa yang telah kita upayakan bersama dalam karya ini dapat berguna bagi kita semua terutama bagi kesejahteraan dan kebahagian para lanjut usia. Yogyakarta, Desember 2013
Ni Wayan Suriastini Direktur Eksekutif SurveyMETER
viii
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
DaFtaR ISI
KATA PENGANTAR • v DAFTAR ISI • ix I. II. III. IV. V. VI.
PENDAHULUAN • 1 METODOLOGI • 8 KARAKTERISTIK WILAYAH DAN SAMPEL STUDI • 21 POTRET LANJUT USIA • 39 KOMITMEN AKAN KELANJUTUSIAAN • 54 GAMBARAN UMUM INDONESIA MENUJU KOTA RAMAH LANSIA 2030: KOMPARASI ANTARKOTA • 107 VII. MENUJU KOTA RAMAH LANJUT USIA 2030 • 135 KESIMPULAN • 155 DAFTAR PUSTAKA • 157 LAMPIRAN • 159
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
ix
x
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
penDaHULUan
1.1. Latar Belakang Indonesia sedang berjalan menuju revolusi demograi. Struktur komposisi umur penduduk Indonesia bergerak ke perubahan yang mendasar. Pada tahun 1990 persentase penduduk yang berumur 0-4 tahun lebih dari 11% sedangkan yang lanjut usia, umur 60 tahun atau lebih, hanya 5,9%. Dua puluh tahun kemudian, pada sensus tahun2010 keadaannya sudah bergeser. Persentase umur 0-4 tahun menjadi 9,5% sedangkan yang berumur 60+ meningkat menjadi 7,6%. Keadaannya akan berbalik di tahun 2025 persentase penduduk lanjut usia yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang berumur 0-4 tahun. Pada tahun tersebut, persentase penduduk umur 0-4 tahun 7,6% sedangkan penduduk usia lanjut akan mencapai 12,7%. Kemudian tahun 2030 populasi lansia akan mencapai 13,9% atau dua kali lipat dari pada jumlah penduduk 0-4 tahun. Dalam jumlah, penduduk lanjut usia yang tahun 2010 berjumlah 18 juta, tahun 2025 akan mencapai 34 juta dan tahun 2030 menSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
1
capai 41 juta (Tabel 1). Keadaan ini di satu sisi membanggakan dan perlu dirayakan karena menunjukkan keberhasilan program Keluarga Berencana, perbaikan nutrisi, kemajuan dalam bidang kesehatan, dan peningkatan usia harapan hidup penduduk lanjut usia. Namun keberhasilan ini memunculkan tantangan baru mengingat keadaan lanjut usia berbeda dengan penduduk kelompok umur lain. Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (1990-2030) 1990* Umur
0-4 Laki-laki Perempuan Total 5-14 Laki-laki Perempuan Total 15-59 Laki-laki Perempuan Total 60 + Laki-laki Perempuan Total
2010*
2025**
Jumlah (Juta)
%
Jumlah (Juta)
%
10,7 10,2 20,9
10,7 11,3 11,0
11,6 11,0 22,6
9,8 9,3 9,5
22,9 21,7 44,7
22,9 24,2 23,5
23,6 22,2 45,9
Jumlah % (Juta)
2030*** Jumlah (Juta)
%
7,8 7,4 7,6
11,0 11,5 22,6
7,5 7,8 7,6
19,8 21,6 16,0 18,9 20,7 15,3 19,3 42,3 15,7
22,3 23,1 45,4
15,1 15,6 15,3
10,4 10,0 20,5
61,3 61,1 76,0 63,6 86,6 64,1 92,7 62,8 51,9 57,9 74,9 63,5 86,7 64,1 94,1 63,4 113,3 59,6 150,9 63,5 173,3 64,1 186,9 63,1 5,3 5,9 11,2
5,3 6,6 5,9
8,2 9,7 18,0
6,9 8,3 7,6
16,3 12,1 17,8 13,1 34,2 12,7
21,5 19,6 41,1
14,6 13,2 13,9
Sumber: *Badan Pusat Statistik, Sensus Tahun 1990 dan 2010 **Badan Pusat Statistik, Proyeksi Tahun 2005-2025 ***Pengembangan Metode Komponen dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2050 Menggunakan Metode Campuran dengan Pendekatan Demografi Multiregional, 2011
2
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Di samping itu, masalah urbanisasi dan persentase penduduk kota di Indonesia mengalami peningkatan pesat. Urbanisasi terjadi sebagai pengaruh dari tiga hal yaitu pertumbuhan alami, perpindahan dari perdesaan ke perkotaan, dan perubahan klasifikasi pedesaan ke perkotaan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan hanya 42,1%. Tahun 2025 diproyeksikan mencapai 67,5%. Pada tahun 2025 ini provinsi di Jawa dan Bali memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan Indonesia secara umum. Bahkan persentase penduduk perkotaan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta melebihi 80% (Tabel 2). Kedua fenomena demograi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di dunia. Secara global pertumbuhan penduduk lanjut usia lebih cepat dibandingkan penduduk usia muda. Pada tahun 1950 jumlah penduduk lanjut usia dunia hanya 205 juta, di tahun 2012 telah mencapai 850 juta, diproyeksikan 1 milyar sebelum tahun 2022 dan di tahun 2050 akan berjumlah 2 milyar yang 24% di antaranya berdomisili di Asia. Dalam hal urbanisasi juga demikian sebagai akibat dari terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi dari yangber-landaskan pertanian ke industri, teknologi dan jasa. Pada tahun 1990 hanya 40% penduduk dunia yang tinggal di perkotaan di tahun 2010 lebih dari 50% sedangkan di tahun 2030, 6 dari 10 penduduk dunia tinggal di perkotaan.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
3
Tabel 2. Persentase Penduduk Perkotaan Per Provinsi Wilayah Studi (2000-2025) Daerah Indonesia Sumatera Utara Sumatera Barat DKI Jakarta Jawa Barat DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Timur Bali NTB Sulawesi Selatan Kalimantan Timur
Sensus 2000
Sensus 2010
proyeksi 2025
% 42,1 42,6 28,9 100,0 50,3 57,6 40,2 40,9 49,7 35,1 31,1 57,8
% 49,8 49,2 38,7 100,0 65,7 66,4 45,7 47,6 60,2 41,7 36,7 62,1
% 67,5 57,8 54,6 100,0 81,7 82,6 73,4 73,4 79,8 76,0 53,4 75,9
Menghadapi dua fenomena demograi di atas, sejumlah lembaga pembangunan internasional termasuk PBB dan WHO mengeluarkan berbagai rekomendasi dan menciptakan berbagai tools, sebagai alat untuk mengantisipasi dan menghadapi tantangan-tantangan yang muncul. Di antaranya WHO menciptakan panduan asesmen untuk kota ramah lanjut usia (Age Friendly Cities Check List) mencakup 8 dimensi yaitu: 1. Gedung dan Ruang Terbuka 2. Transportasi 3. Perumahan 4. Partisipasi Sosial 5. Penghormatan dan Inklusi/KeterlibatanSosial 6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
4
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
7. Komunikasi dan Informasi 8. Dukungan Masyarakat dan Kesehatan
Check list 8 dimensi kota ramah lansia yang dibuat WHO ini sangat komprehensif memperhatikan semua aspek lingkungan yang mensupport kehidupan manusia. Sehingga sebenarnya jika suatu kota atau tempat dapat memenuhi indikator-indikator 8 dimensi tersebut, bukan hanya ramah untuk lanjut usia saja, tetapi ramah untuk semua kelompok umur dan kelompok rentan lainnya. Termasuk anak-anak, kaum difabel, dan perempuan. Misalnya trotoar bebas hambatan dapat meningkatkan mobilitas dan kemandirian orang cacat muda dan tua, ibu hamil, perempuan,dan anak. Komitmen pemerintah Indonesia untuk kesejahteraan, pemberdayaan, dan penanganan lanjut usia sudah tinggi. Namun masih belum optimal dalam tindakan dan implementasinya. Pemerintah sudah berupaya membuat regulasi dalam bentuk Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
5
perudang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri, dan Rencana Aksi Nasional (RAN) penanganan lanjut usia. Banyak faktor yang berkontribusi pada kurangnya implementasi komitmen ini. Di antaranya kurang dan lemahnya sosialisasi, kurangnya koordinasi lintas sektoral, dan tidak adanya data baik dalam kuantitas dan kualitas sebagai dasar membuat kebijakan. Di sisi lain, terpenuhinya indikator-indikator kota ramah lanjut usia akan mendorong terwujudnya impian para pemangku kepentingan tentang lanjut usia Indonesia dimasa depan. Yaitu lansiayang sehat, mandiri, aktif, berguna, bahagia, sejahtera, partisipatif, peduli, self fulfill, dan bermartabat. Mengingat lanjut usia memerlukan dukungan struktur dan pelayanan serta lingkungan hidup dan sosial yang mendukung sebagai konsekuensi dari perubahan isik dan sosial dari penuaan. Secara global, hal ini juga diakui sebagai satu dari tiga prioritas rencana aksi Internasional tentang kelanjutusiaan Madrid yang dikukuhkan PBB tahun 2002. Sejumlah motivasi di atas melatarbelakangi dilakukannya Studi Asesmen Kota Ramah Lansia di 14 Kota di Indonesia pada awal tahun 2013. Keempat belas lokasi studi tersebut mencakup 10 kota besar dan 4 kota kecil. Sepuluh kota besar tersebut adalah Medan, Jakarta Pusat, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Mataram, Denpasar, Makassar, dan Balikpapan. Sementara empat kota kecil meliputi Payakumbuh, Depok, Surakarta, dan Malang. Studi dilakukan dengan mewawancarai 2.100 orang laki-laki dan perempuan yang berumur pra-lansia dan lansia yang tersebar di 140 kelurahan. Juga mewawancarai SKPD di setiap kota sampel terkait 8 dimensi kota ramah lansia. Pewawancara survei juga melakukan observasi di 140 kelurahan 6
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
lokasi studi mengenai indikator-indikator dan praktik kota ramah lansia. Selain itu untuk memperkaya data studi ini dilakukan studi kualitatif tentang praktik terbaik kota ramah lansia yang dilakukan di 6 kota yaitu Payakumbuh, Depok, Jakarta Pusat, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. 1.2. Tujuan Studi Studi ini bertujuan, pertama, mendokumentasikan pendapat masyarakat lanjut usia maupun pra-lanjut usia serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tentang kesesuaian kota-kota lokasi studi atas indikator-indikator kota ramah lansia yang ditetapkan WHO. Kedua, mendokumentasikan praktik terbaik dari usahausaha yang dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pemangku kebijakan lainnya dalam mewujudkan Kota Ramah Lansia. Output dari studi adalah data base tentang asesmen kota ramah lansia dalam bentuk diskriptif dan indeks, secara total dan juga untuk setiap dimensi. Hasil studi ini diharapkan bisa membantu memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam membuat kebijakan menciptakan Kota Ramah Lansia tahun 2030.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
7
MetODOLOgI
2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Metode Kuantitatif Data dikumpulkan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan survei dan observasi dengan mengumpulkan data dari empat tipe responden yaitu: (1)Individu, perempuan dan laki-laki yang berumur 40 tahun atau lebih, berjumlah 2.100 responden; (2) Staf Kelurahan, berjumlah 140 responden; (3) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), 14 kota; dan (4) observasi pewawancara, berjumlah 48 orang. Studi dilakukan di 14 kota (kota besar dan kota kecil). Kota besar terdiri dari lima kota besar di Jawa yaitu Jakarta Pusat, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Lima kota besar berada di luar Jawa yaitu Medan, Makassar, Denpasar, Mataram, dan Balikpapan serta empat kota kecil yaitu Payakumbuh, Depok, Surakarta, dan Malang. Kuesioner yang dipergunakan untuk mengumpulkan data telah melalui proses validasi dengan melakukan uji 8
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
coba kuesioner. Uji coba dilakukan dua kali yaitu 27-28 Desember 2012 dan 2-3 Januari 2013 di Yogyakarta serta pilot test pada 10-11 Januari 2013 di Bekasi. Sesuai dengan tipe responden, ada empat jenis kuesioner yang dipakai dalam melaksanakan survei yaitu kuesioner individu, kuesioner untuk staf kelurahan, kuesioner SKPD dan kuesioner pewawancara (observasi). Kuesioner individu mengumpulkan empat kelompok informasi meliputi lokasi responden, karakteristik responden dan check list mengenai kesesuaian kota dengan indikatorindikator dari delapan dimensi kota ramah lansia. Bagian keempat tentang skala prioritas yang mencakup ranking dan distribusi dana ke dalam setiap dimensi. Dan pada bagian akhir, terdapat catatan pewawancara. Karakteristik responden yang dikumpulkan mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Check list kota ramah lanjut usia WHO totalnya berjumlah 169 sedangkan short list (essential check list)-nya berjumlah 84. Studi ini menggunakan essential check list yang dibuat menjadi beberapa pernyataan untuk memudahkan pemahaman responden sehingga jumlah variabelnya menjadi 95 buah (Tabel 5). Pada check list ini dikumpulkan informasi dalam lima kategori asesmen (penilaian) yaitu Sangat Tidak Sesuai, Tidak Sesuai, Agak Tidak Sesuai, Agak Sesuai, Sesuai, dan Sangat Sesuai. Kuesioner untuk staf kelurahan dan observasi pewawancara sama dengan kuesioner individu dengan informasi karakteristik responden yang lebih singkat. Demikian juga kuesioner untuk SKPD sama dengan kuesioner individu Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
9
namun jumlah responden buku SKPD lebih dari satu responden sesuai dengan dimensi yang ditangani oleh SKPD. Sehingga data karakteristik responden SKPD adalah sebanyak responden yang memberikan informasi untuk buku instrumen ini. Di samping itu, pada setiap indikator ditanyakan bagaimana rencana jangka pendek, rencana 1-2 tahun, dan rencana jangka panjang dari SKPD tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21 Januari - 18 Maret 2013oleh 14 tim. Setiap tim terdiri dari 2 orang pewawancara dan satu supervisor yang merangkap CAFÉ. Data dientri di lapangan oleh supervisor. Petugas lapangan diturunkan ke lapangan setelah mendapatkan training di kelas dan latihan lapangan (ield practice) selama tiga hari. 2.1.2. Metode Kualitatif Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD untuk mendokumentasikan praktik terbaik dalam mewujudkan kota menjadi kota ramah lansia. Pewawancara mengumpulkan informasi dari para pemangku kepentingan kelanjutusiaan di enam kota lokasi studi kualitatif. BAPPEDA merupakan pemangku kepentingan pertama yang dikunjungi untuk mendapatkan informasi tentang pemangku kepentingan lain dari kelanjutusiaan terutama yang memiliki praktik terbaik dalam bidang kelanjutusiaan serta yang memberikan layanan pada lansia. Di BAPPEDA juga digali informasi tentang rencana kegiatan kelanjutusiaan dan pendanaannya serta regulasi yang diciptakan untuk mewujudkan kota ramah lansia. Pada pemangku kepentingan dengan praktik terbaik, tim men10
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
dokumentasikan program yang dilakukan. Pada pemberi layanan, selain mendokumentasikan apa yang dilakukan dan kendala serta rencana ke depan juga menggali pengetahuan pemberi layanan mengenai kedelapan dimensi dari kota ramah lansia yang dibuat oleh WHO. Sedangkan FGD dilakukan pada laki-laki dan perempuan lanjut usia dan pra lanjut usia mengenai kedelapan dimensi dari kota ramah lansia. Pengumpulan data dilakukan oleh 3 tim yang beranggotakan dua orang dari tanggal 23 Januari 2013 sampai dengan 10 Maret 2013, setelah mengikuti training fasilitator kualitaif pada tanggal 16-18 Januari 2013. Masing-masing tim memperoleh target dua kota. Tim berada di kota pertama lebih lama dibandingkan di kota kedua, rata-rata tim berada di kota pertama selama 3 minggu sedangkan di kota kedua 5-8 hari. Kota pertama yang dikunjungi oleh tim adalah Surabaya, Payakumbuh, dan Depok. 2.2. Metode Sampling 2.2.1. Pemilihan Wilayah Penelitian Metode pemilihan wilayah studi kuantitatif adalah sebagai berikut: Sembilan kota besar lokasi studi yang dipilih adalah lima ibu kota provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak (Jakarta Pusat, Surabaya, Bandung, Medan dan Semarang); Perwakilan ibu kota provinsi dari Pulau Sulawesi, Kalimantan, dan Pulau Nusa Tenggara dengan jumlah penduduk terbanyak (Makassar dan Mataram); Ibu kota provinsi dengan jumlah lanjut usia terbanyak (Yogyakarta dan Denpasar); serta Perwakilan kota industri minyak (Balikpapan). Kemudian dipilih empat kota kecil Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
11
perwakilan dari wilayah barat, tengah, dan timur Pulau Jawa (Depok, Surakarta, dan Malang); dan perwakilan kota kecil di luar Pulau Jawa (Payakumbuh). Sementara untuk metode pemilihan wilayah studi kualitatif mengikuti beberapa kriteria, pertama berdasarkan inisiatif dan komitmen dalam menjadikan kota menjadi kota ramah lansia (Surabaya, untuk kota besar dan Payakumbuh untuk Kota kecil); Ibu Kota dari provinsi yang memiliki presentase jumlah lanjut usia terbanyak (Kota Yogyakarta dan Kota Denpasar); untuk mengetahui permasalahan kota megapolitan (Jakarta Pusat), dan kota disekitar kota megapolitan yang merupakan bagian dari Jabodetabek (Depok). 2.2.2. Pemilihan Responden/Informan A. Studi Kuantitatif Pemilihan responden untuk studi kuantitatif melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pertama, area kota dibagi menjadi 5 wilayah (Tengah, Timur, Barat, Utara dan Selatan) berdasarkan luas wilayahnya. Setiap wilayah yang memiliki luas wilayah yang sama atau mendekati sama, misalnya luas kota 250 km2, maka masing-masing wilayah akan memiliki luas wilayah cakupan populasi yang tinggal di area seluas 50 km2. Kemudian di list kecamatan dan desa yang termasuk dalam masing-masing wilayah berdasarkan luas wilayah ini. Dalam mengurutkan kelurahan di setiap wilayah berdasarkan kode lokasi BPS dimulai dari kode lokasi yang paling kecil untuk masing-masing kelurahan tersebut. Tahap kedua, dari masing-masing wilayah dipilih dua kelurahan berdasarkan angka random, dari masing12
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
masing kelurahan terpilih, dipilih satu RT tersampel berdasarkan angka random. Kemudian dari RT terpilih tersebut dilist (memasukkan) semua nama orang yang berumur 40 tahun atau lebih berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur 40-49 tahun, 50-59 tahun, 6069 tahun dan 70+ tahun dengan kriteria pendidikan minimal SMU/sederajat dan sekarang bekerja atau sebelumnya pernah bekerja atau yang sekarang aktif di kemasyarakatan atau sebelumnya aktif. Tahap ketiga, dari setiap RT tersampel (wilayah pencacahan) diwawancarai 15 responden sedemikian rupa sehingga secara total komposisi jumlah laki-laki dan perempuan sama. Komposisi kelompok umurresponden sebagai berikut, kelompok umur 40-49 tahun 23,33%, 50-59 tahun 30%, 60-69 tahun 30% dan 70+ tahun sebanyak 16,67%. Di setiap kota ada 10 wilayah pencacahan sehingga total terdapat 140 wilayah pencacahan (diberikan kode 001-140). Untuk terpenuhinya komposisi total persentase berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (Tabel 3), maka untuk setiap wilayah pencacahan ganjil dan genap ditetapkan target utuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin seperti diperlihatkan dalam Tabel 4. Diprediksikan di beberapa tempat akan terjadi kesulitan mendapatkan responden umur 70 tahun atau lebih yang memenuhi kriteria sampel studi yaitu, berpendidikan SMA dan bekerja atau aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Untuk kasus ini jumlah kekurangan dicari ke RT lain dalam kelurahan yang sama, jika tidak terpenuhi maka diganti dengan responden umur 40-49 Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
13
tahun untuk keseragaman karena di beberapa tempat jumlah kelompok umur 60-69 tahun yang memenuhi kriteria sampel juga terbatas. Tabel 3. Target Wawancara Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur n
persentase (%)
2.100
100,00
Perempuan
1.050
50,00
Laki –laki
1.050
50,00
40-49
490
23,33
50-59
630
30,00
60-69
630
30,00
70 +
350
16,67
total Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Tabel 4. Target Wawancara Wilayah Pencacahan Ganjil dan Genap
14
Wilayah pencacahan ganjil Wilayah pencacahan genap
Kelompok Umur
total
Lakilaki
perempuan
total
Lakilaki
perempuan
40-49
4
2
2
3
2
1
50-59
5
2
3
4
2
2
60-69
4
2
2
5
3
2
70 +
2
1
1
3
1
2
Total
15
7
8
15
8
7
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
B. Studi kualitatif Metode penarikan sampling dari studi kualitatif adalah dengan menggunakan metode Snowballing. Yanga menjadi responden pertama sekaligus informan kunci adalah ketua BAPPEDA. Informan dari studi kualitatif adalah para pemangku kepentingan kelanjutusiaan di kota lokasi studi. Mulai dari SKPD terkait, LSM, tokoh masyarakat serta masyarakat lanjut usia dan pra lanjut usia.
2.3.Metode Analisis 2.3.1. Kuantitatif Data kuantitatif disajikan secara deskriptif dan dibuat indeks komposit total per kota dan untuk setiap dimensi dari kota ramah lansia serta Kategori Pencapaian sebagai alat ukur Menuju 2030. Untuk itu, dibuat 4 kategori pencapaian seperti dalam Tabel 5. Goal Pencapaian 2030 adalah Kategori Pencapaian HIJAU untuk semua indikator/indeks dimensi/indeks total. Tabel 5. Kategori Pencapaian persentase /Indikator
Kategori pencapaian
0 – 25%
Merah
26 – 50%
Orange
51 – 75%
Kuning
76 – 100%
Hijau
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
15
Gambar 1. Graik Radar Sempurna untuk 8 Dimensi Kota Ramah Lansia 1. Gedung dan Ruang Terbuka 100 2. Transportasi 50 7. Komunikasi dan Informasi
3. Perumahan
0
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
4. Partisipasi Sosial 5. Penghormatan dan Inklusi / Keterlibatan…
16
Gambar 2. Graik Radar Sempurna untuk masing-masing Dimensi Kota Ramah Lansia
1. Gedung dan Ruang Terbuka
2. Transportasi
3. Perumahan
4. Partisipasi Sosial
5. Penghormatan dan Inklusi/ Keterlibatan Sosial
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
7. Komunikasi dan Informasi
8. Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan
Jumlah variabel yang dipergunakan untuk analisis di setiap dimensi ditampilkan dalam Tabel 6. Di dalam setiap dimensi, indikator diberikan bobot yang sama. Tabel 7 menunjukkan bahwa dalam membuat indeks keseluruhan menggunakan weight yang diberikan oleh responden di kuesioner. Indeks dibuat untuk memudahkan memberikan pemahaman kepada para pemangku kepentingan. Indeks yang dibentuk secara keseluruhan menggunakan 95 indikator yang terdiri dari gedung dan ruang terbuka menggunakan 15 indikator, transportasi 22 indikator, perumahan 8 indikator, partisipasi sosial 10 indikator, penghormatan dan inklusi sosial 9 indikator, partisipasi sipil dan pekerjaan 8 indikator, komunikasi dan informasi 11 indikator, serta dukungan komunitas dan pelayanan kesehatan 12 indikator. Selain dibentuk indeks total, juga dibuat indeks per dimensi dengan menggunakan indikator yang merupakan penjabaran dari setiap dimensi. Tentang weight didapatkan dari prioritas yang diberikan oleh responden pada masingmasing dimensi atas pertanyaan hipotetik yang diajukan. Responden diberikan 10 gagang es krim yang diibaratkan dana yang dimiliki, responden diminta untuk mendistriSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
17
busikan gagang es krim tersebut ke setiap dimensi sesuai dengan prioritas menurut responden. Semua pemangku kepentingan, masyarakat lanjut usia, dan pra lanjut usia, laki-laki/perempuan, untuk dimensi Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan mendapatkan prioritas utama, kedua Perumahan, ketiga Transportasi, dan keempat dimensi Gedung dan Ruang Terbuka. Tabel 6. Jumlah Indikator Per Dimensi no
Long Short Jumlah check list check list Indikator
1.
Gedung dan Ruang Terbuka
16
12
15
2.
Transportasi
33
17
22
3.
Perumahan
28
7
8
4.
Partisipasi Sosial
17
8
10
5.
Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial
14
9
9
6.
Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
31
8
8
7.
Komunikasi dan Informasi
16
11
11
8.
Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan
14
12
12
169
84
95
Total
18
Dimensi
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Tabel 7. Weight Per Dimensi no
Dimensi
Individu SKpD
Staf Observasi kelurahan pewawancara
1. Gedung dan Ruang Terbuka
0,9
1,3
1,3
1,6
2. Transportasi
1,1
1,4
1,1
1,3
3. Perumahan
1,5
1,3
1,5
1,4
4. Partisipasi Sosial
1,0
0,7
0,9
0,8
5. Penghormatan dan Inklusi/ Keterlibatan Sosial
0,6
0,7
0,7
0,7
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
1,1
0,6
1,0
1,3
7. Komunikasi dan Informasi
0,4
0,8
0,5
0,3
8. Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan
3,3
3,1
3,0
2,5
2.3.2.Kualitatif Catatan wawancara kualitatif dan dokumen dikaji dengan menggunakan analisis konten/isi (content analysis) dan analisis naratif (narative analysis). Dalam content analysis “pengalaman”, tema-tema, isu-isu dan motif-motif diurai, dihimpun dan diinterprestasikan. Aspek temporal dan struktur dramatis diperhatikan menggunakan analisis naratif untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
19
tentang subjek yang diteliti. Analisis naratif dipakai untuk merepresentasi “pengalaman” melalui kata-kata untuk memaknai dan mengkonstruksi relasi-relasi sosial yang komplek. Dalam analisis ini pengalaman dilihat sebagai tindak simbolik atau sarana untuk membingkai, mendeinisikan dan memaknai sebuah situasi sekaligus memungkinkannya untuk diberi respon.
20
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
KaRaKteRIStIK WILaYaH Dan SaMpeL StUDI
3.1. Karakteristik Wilayah 3.1.1. Lima Kota Terbesar di Indonesia Jakarta Pusat, DKI Jakarta. DKI Jakarta adalah Ibu Kota Negara Indonesia yang terdiri dari 5 kota dan merupakan kota terbesar di Indonesia yang menjadi ibu kota ekonomi, inansial dan politik Indonesia. DKI Jakarta sekaligus juga menjadi kota terbesar di Asia Tenggara dan ke enam di dunia setelah Sanghai, Mexico City, Sao Paulo, New York City dan New Delhi. Untuk studi ini, hanya meneliti Kota Jakarta Pusat yang merupakan kota administrasi terkecil di DKI Jakarta dalam hal populasi dan luas daerah. Jakarta Pusat memiliki jumlah penduduk 902,97 ribu jiwa dan luas 52,38 km2. Kota dengan kepadatan penduduk sebanyak 17.238 jiwa/km2 ini merupakan sumber pertumbuhan ekonomi terbesar di DKI Jakarta yang didorong oleh sektor Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
21
tersier. Meskipun termasuk kota yang padat, kota ini memiliki pemandangan khas metropolitan berupa gedung pencakar langit yang menakjubkan. Persentase penduduk lanjut usia di Kota Jakarta Pusat berdasarkan sensus 2010 sebanyak 6,8%. Surabaya, Jawa Timur. Kota terbesar ke dua di Indonesia dengan jumlah penduduk 2,7 juta jiwa ini merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Dengan luas wilayah yang cukup besar dibandingkan kota-kota lain di Indonesia, yaitu 350,54 km2 menjadikan Kota Surabaya ramai, besar dan padat dengan kepadatan penduduk mencapai 7.889 jiwa/km2. Kota ini juga sering disebut dengan “Kota Pahlawan” dan memiliki taman-taman penghijauan yang mudah ditemukan sehingga termasuk salah satu kota terindah dan ternyaman di Indonesia. Menurut Sensus 2010, persentase penduduk lanjut usia sebesar 6,91% dari total penduduk Kota Surabaya. Bandung, Jawa Barat. Kota Bandung termasuk salah satu kota terpadat di Indonesia dengan kepadatan penduduk 14.283 jiwa/km2 dan luas wilayah 167,67 km2. Kota yang berpenduduk 2,3 juta jiwa ini merupakan ibu kota Provinsi Jawa 22
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Barat yang terletak di dataran tinggi sehingga memiliki hawa sejuk. Hal inilah yang menjadikan Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata, di samping dengan adanya Trans Studio yang termasuk salah satu taman bermain indoor terbesar di dunia. Kota Bandung juga merupakan salah satu “Kota Pelajar” di Indonesia karena banyaknya perguruan tinggi negeri dan swasta yang didirikan. Di tahun 2010, kota yang dikenal sebagai “Paris Van Java” ini memiliki penduduk lanjut usia sebesar 6,57%. Medan, Sumatera Utara. Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara yang memiliki penduduk sebanyak 2 juta jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 265 km2, Kota Medan memiliki kepadatan penduduk 7.915 jiwa/km2 yang menjadikan Kota Medan sebagai salah satu kota terpadat di Indonesia. Medan yang juga merupakan kota terbesar di Sumatera dan wilayah Malaka, menjadi pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat, termasuk bagi wisatawan yang menuju Brastagi dan Danau Toba. Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku dan ras seperti Batak, Melayu, Cina dan India, juga pendatang termasuk dari Jawa. Berdasarkan hasil Sensus 2010, sebanyak 5,59% penduduk Kota Medan adalah penduduk lanjut usia.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
23
Semarang, Jawa Tengah. Dengan jumlah penduduk 1,5 juta jiwa, luas wilayah 373,78 km2, dan kepadatan penduduk sebesar 4.162 jiwa/km2, Kota Semarang menjadi salah satu kota terbesar dan terpadat di Indonesia. Ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini mayoritas penduduknya adalah suku Jawa dan Cina dengan jumlah penduduk lanjut usia sebesar 6,85% di tahun 2010. Memiliki kondisi topograi yang beragam, seperti perbukitan, pantai dan pegunungan, menjadikan Kota Semarang sebagai salah satu kota yang unik di Indonesia. Selain itu, Kota Semarang juga merupakan salah satu kota peninggalan Belanda terpenting di Indonesia yang masih meninggalkan bangunan-bangunan bergaya Belanda.
3.1.2. Perwakilan Kota Besar di Sulawesi/Kalimantan dan Nusa Tenggara Makassar, Sulawesi Selatan. Kota Makassar dahulu dikenal sebagai Ujung Pandang. Kota ini merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pesisir barat daya Pulau Sulawesi dan menghadap Selat Makassar. Dengan luas 199,26 km2, jumlah penduduk 1,3 juta jiwa, dan kepadatan penduduk 6.718 jiwa/ km2, Makassar termasuk salah satu kota terbesar di Indonesia 24
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
dan merupakan kota terbesar di Sulawesi. Kota yang memiliki icon Pantai Losari ini mempunyai penduduk lanjut usia sebanyak 5,46%. Menjadi salah satu kota terindah di Indonesia, Makassar merupakan tujuan wisata yang diminati wisatawan. Hal ini juga didukung dengan adanya Trans Studio (taman bermain indoor) dan sarana International Airport yang mewah. Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok memang terkenal akan pemandangan alam dan lautnya, sehingga tidak heran jika dikatakan bahwa pulau ini akan menyaingi Bali dari segi kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing. Kota yang menjadi wilayah kunjungan dalam Studi Kota Ramah Lansia ini adalah Kota Mataram, yang juga merupakan salah satu kota terindah di Indonesia walaupun objek-objek wisata utama Pulau Lombok seperti Pantai Senggigi dan Pantai Kuta, tidak berada di kota ini. Kota ini memiliki penduduk 402,84 ribu jiwa dengan luas wilayah 61,30 km2. Dengan kepadatan penduduk 6.571 jiwa/km2, Kota Mataram memiliki persentase penduduk lanjut usia sebesar 6,03% dari total penduduk.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
25
3.1.3. Kota besar lainnya, Ibu Kota dari Provinsi dengan Jumlah Penduduk Lanjut Usia Tinggi Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. Yogyakarta merupakan kota budaya yang juga termasuk kota paling indah dan paling ingin dikunjungi di Indonesia. Menjadi daerah satu-satunya di Indonesia yang dipimpin oleh Sultan, Yogyakarta juga termasuk salah satu “Kota Pelajar” di Indonesia. Kota yang pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa revolusi ini memiliki kultur budaya yang masih terjaga dan pernak-pernik kerajinan yang disukai para turis. Dengan luas wilayah hanya 32,50 km2 dan penduduk yang berjumlah 388,62 ribu jiwa di mana 9,87% adalah penduduk lanjut usia, Kota Yogyakarta memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 11.957 jiwa/km2. Kota Yogyakarta terasa semakin padat dengan banyaknya kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing yang juga tertarik dengan keindahan alamnya seperti pantai-pantai dan Gunung Merapi. Denpasar, Bali. Kota Denpasar adalah ibu kota Provinsi Bali yang memiliki satu pulau secara utuh di Indonesia dengan luas keseluruhan 5.780,06 km2. Kota Denpasar yang memiliki luas 2,21% dari luas Pulau Bali atau 127,78 km2, terletak di bagian selatan pulau dan merupakan salah satu kota terindah di 26
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Indonesia. Pulau Bali juga sering disebut “Pulau Dewata” memiliki kultur budaya yang unik, masyarakat yang ramah, dan pemandangan alam yang menakjubkan. Namun sayangnya, objek wisata kenamaan di Bali banyak berada di luar Denpasar. Kota yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini memiliki jumlah penduduk 788,58 ribu jiwa dengan kepadatan penduduk 6.171 jiwa/km2. Persentase penduduk lanjut usia menurut Sensus 2010 adalah 4,54%.
3.1.4. Perwakilan Kota Industri, Industri Minyak Balikpapan, Kalimantan Timur. Balikpapan atau sering disebut “Kota Minyak” merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur yang perekonomiannya bertumpu pada sektor industri. Kota ini mempunyai penduduk berjumlah 557,57 ribu jiwa yang merupakan 18% dari keseluruhan penduduk Kalimantan Timur dengan jumlah lanjut usia sebanyak 4,18%. Dengan luas wilayah 527 km2 dan kepadatan penduduk 1.058 jiwa/km2, Balikpapan menjadi salah satu kota terpadat di Indonesia. Kota yang mempunyai logo beruang madu sebagai fauna khasnya ini merupakan kota termahal se-Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk di Kalimantan Timur merupakan tertinggi ke-3 di Indonesia setelah Papua dan Kepulauan Riau, yaitu di Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Hal ini disebabkan karena tersedianya banyak lapangan pekerjaan dan terbukanya banyak peluang usaha serta memiliki Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
27
Bandar udara berskala internasional, yaitu Bandara Sepinggan yang mendukung pertumbuhan di sektor wisata.
3I.1.5. Perwakilan Kota Kecil di Jawa Depok, Jawa Barat. Kota yang memiliki ikon buah belimbing ini merupakan sebuah kota yang terletak antara Jakarta-Bogor. Kota Depok memiliki luas 200,29 km2 dengan jumlah penduduk 1,7 juta jiwa. Kota ini termasuk 10 kota terpadat di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 8.680 jiwa/km2. Dari 1,7 juta jiwa penduduk Kota Depok, sebesar 4,91% adalah penduduk lanjut usia. Di kota yang baru terbentuk tahun 1999 ini, terdapat salah satu universitas kenamaan di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia. Objek wisata yang disajikan oleh Kota Depok pun beragam, mulai dari wisata alam, religi, sampai wisata belanja. Surakarta, Jawa Tengah. Kota Surakarta atau juga dikenal dengan Kota Solo adalah salah satu kota yang masih memelihara budaya lokal. Di kota ini juga terdapat Keraton Solo yang masih melestarikan tarian daerah, yaitu Bedhaya dan Srimpi. Kota 2 dengan luas 46,01 km dan penduduk berjumlah 499,33 ribu 28
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
jiwa ini memilliki persentase penduduk lanjut usia yang cukup tinggi, yaitu 8,97%. Kota Surakarta seperti juga daerah lain di Indonesia, memiliki beberapa sebutan seperti “The Spirit of Java” dan “The City of Batik”. Wisatawan yang berkunjung ke kota ini biasanya juga akan berkunjung ke Yogyakarta dan sebaliknya. Kepadatan penduduk Surakarta yang mencapai 10.852 jiwa/km2 akan semakin diperbanyak dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung, apalagi jika musim liburan sekolah. Malang, Jawa Timur. Terletak di dataran tinggi yang cukup sejuk, Kota Malang merupakan kota terbesar ke dua di Jawa Timur dengan luas wilayah 145,28 km2. Kota yang berpenduduk 820,24 ribu jiwa ini, memiliki persentase penduduk lansia yang cukup tinggi, yaitu 8,46%. Selain sebagai tempat persinggahan dan tujuan wisata, Kota Malang juga sebagai tujuan wisata belanja serta pusat kerajinan rakyat bagi para turis baik domestik maupun mancanegara. Walaupun kebanyakan lokasi wisata di Jawa Timur berada di luar Malang, akan tetapi fasilitas pariwisata terlengkap ada di kota ini. Dengan kepadatan penduduk 5.645 jiwa/km2 yang tergolong cukup padat, Kota Malang tetap menjadi primadona karena banyak bangunan dan taman khas warisan Kolonial yang masih dilestarikan oleh pemerintah daerah.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
29
3.1.6. Perwakilan Kota Kecil di Luar Jawa Payakumbuh, Sumatera Barat. Kota Payakumbuh adalah kota terbesar ke-2 di Sumatera Barat setelah Kota Padang dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kota yang didominasi oleh etnis Minangkabau ini adalah pusat pemasaran dan sentra ekonomi bagi kabupaten/kota tetangga seperti Kabupaten 50 kota, Tanah Datar, Agam, dan Kota Bukit Tinggi. Terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan, Kota Payakumbuh memiliki penduduk yang berjumlah 116,82 ribu jiwa dengan 7,94% penduduk lanjut usia. Kota yang mempunyai tradisi tahunan “Pacu Itik” ini memiliki luas wilayah 85,22 km2 dengan kepadatan penduduk 1.370 jiwa/km2. Kota Payakumbuh pernah mendapatkan penghargaan khusus Indonesia MDGs Award tahun 2012 untuk kategori pelayanan akses air minum dan sanitasi buat masyarakat. Di sini juga terdapat Universitas Andalas, perguruan tinggi negeri tertua di luar jawa. 3.2.Karakteristik Sampel 3.2.1. Individu Secara total, perbandingan jumlah responden lanjut usia laki-laki dan perempuan seperti yang ditargetkan adalah 50% laki-laki dan 50% perempuan dari total 2100 responden (Tabel 8). Dari sisi umur, persentase responden yang berumur 70 tahun atau lebih 15,48% lebih kecil 1,19% karena kekurangan jumlah kelompok umur ini yang memenuhi syarat sampel, kelompok umur 30
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
50-59 tahun, 60-69 tahun masing-masing sebesar 30% seperti yang ditargetkan, sedangkan kelompok umur 4049 tahun 24,52% lebih besar 1,19% yang merupakan pengganti kelompok umur 70 tahun atau lebih seperti yang disyaratkan oleh aturan sampel. Berdasarkan kelompok umur, perbandingan sampel laki-laki dan perempuan mengikuti pola yang ditargetkan dalam sampel yaitu, di kelompok umur 70+ tahun, lebih banyak responden perempuan, di kelompok umur di bawahnya, lebih banyak responden laki-laki. Perbedaan persentase responden laki-laki dan perempuan dalam kelompok umur hanya 4,6% – 6,7%. Seperti yang diamanatkan oleh prosedur sampling, minimal pendidikan dari responden adalah SMA yang mencapai 69%. Reponden yang berpendidikan Diploma 10% dan S1 atau lebih sebanyak 21%. Seperti keadaan umum masyarakat Indonesia dan dunia, pendidikan reponden perempuan lebih rendah dibandingkan dengan reponden laki-laki. Responden perempuan yang berpendidikan SMA sebanyak 72% sedangkan yang berpendidikan S1 atau lebih hanya 16%. Sebaliknya reponden laki-laki lebih dari 25% berpendidikan S1 atau lebih dan hanya 66% yang berpendidikan SMA. Tabel 8. Karakteristik Responden Individu dalam Persentase Umur 40-49 50-59 60-69 70+
Laki-laki
Perempuan
Total
26,86 26,67 33,33 13,14
22,19 33,33 26,67 17,81
24,52 30,00 30,00 15,48
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
31
Laki-laki
Perempuan
Total
SMA
65,52
72,38
68,95
Diploma (D1, D2, D3)
9,14
11,14
10,14
25,33 61,62
16,48
20,9
41,14
51,38
Pendidikan
S1 atau lebih
% Pekerja
Lapangan Pekerjaan Pertanian
7,73
1,62
5,28
Manufaktur/ Industri
8,96
4,86
7,32
5,1 24,11
0,69 35,19
3,34 28,54
39,88
52,55
44,95
14,22
5,09
10,57
44,05 19,01
42,36 31,94
43,37 24,19
30,14
18,75
25,58
5,26 1,55
2,31
4,08
4,63
2,78
28,38 38,29 33,33
32,66 22,38 44,95
30,53 30,33 39,14
28.953.014
16.741.761
22.847.388
1050
1050
2100
Bangunan Perdagangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya
Status Pekerjaan Berusaha Pegawai Negeri Karyawan Swasta Pekerja bebas Pekerja Keluarga
Kegiatan < 3 kegiatan 3-4 kegiatan 5+ kegiatan Rata-rata pengahasilan per tahun (Rp)
N 32
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Secara keseluruhan, rata-rata 51% responden bekerja, responden laki-laki yang bekerja lebih tinggi dari pada responden perempuan yaitu masing-masing 62% dan 41%. Dari sisi lapangan pekerjaan, 45% responden bekerja di sektor jasa kemasyarakatan dan 28% bekerja di sector perdagangan dan 7% di sektor industri. Dilihat dari status pekerjaan, responden yang berstatus sebagai pengusaha persentasenya paling besar yaitu 43%, sedangkan yang berstatus sebagai pegawai swasta menempati peringkat kedua terbanyak yaitu 26%, pegawai negeri menempati peringkat ke tiga dengan jumlah persentase yang bekerja 25%. Pendapatan rata-rata responden sebesar 22,8 juta. Responden laki-laki memiliki pendapatan 73% lebih tinggi dari perempuan. Seperti diformulasikan dalam prosedur sampling, responden terpilih selain berpendidikan paling tidak SMA juga bekerja atau aktif dalam kegiatan kemasyarakatan saat survei atau sebelumnya. Seperti tampak dalam Tabel 8, sebanyak 39% dari responden berpartisipasi lebih dari 5 kegiatan kemasyarakatan dalam satu tahun terakhir, berpartisipasi 3-4 kegiatan sebanyak 30%. Lebih banyak perempuan yang berkecimpung dalam kegiatan kemasyarakatan 5+ dibandingkan dengan laki-laki, persentase perempuan yang berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan mencapai 45%, sedangkan laki-laki hanya 33%. Total jenis partisipasi masyarakat yang ditanyakan ada 12 jenis yaitu, pertemuan masyarakat, koperasi, kerja bakti, PNPM, kegiatan kelompok pemuda, kegiatan keagamaan, simpan pinjam, PKK, posyandu, arisan, olah raga, dan kesenian. Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
33
3.2.2. Staf Kelurahan Secara keseluruhan terdapat 140 kelurahan yang dikunjungi oleh tim, namun dalam proses pengumpulan datanya, di sejumlah kelurahan ada lebih dari satu responden. Seperti tampak dalam Tabel 9, ada sebanyak 71 responden yang diwawancarai, di mana 73% di antaranya adalah laki-laki dan 27% adalah perempuan. Sebanyak 89% responden berumur 40-59 tahun dan sebagain besar berpendidikan Sarjana (67%). Tabel 9. Karakteristik Responden Staf Kelurahan dalam Persentase Persentase Jenis Kelamin Perempuan
26,90
Laki – laki
73,10
20-29
5,26
30-39
5,26
40-49
44,44
50-59
44,44
60+
0,58
Umur
Pendidikan < SMA
0,58
SMA
28,07
Diploma (D1, D2, D3)
4,09
S1 atau lebih
67,25
N
34
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
171
3.2.3. Staf SKPD Sama seperti kuesioner untuk staf kelurahan, respoden dari kuesioner SKPD lebih dari 1. Responden SKPD rata-rata 5 orang dan di beberapa kota ada yang lebih dari 5 orang. Target 14 SKPD kota yang kunjungi, terdapat 75 responden yang diwawancarai di mana 63% di antaranya adalah Laki-laki dan 37% responden adalah perempuan (Tabel 10). Sama seperti responden staf kelurahan sebagian besar responden SKPD berumur 40-59 tahun sebayak 79% dan hampir semuanya berpendidikan S1 atau lebih. Tabel 10. Karakteristik Responden Staf SKPD dalam Persentase Persentase Jenis Kelamin Perempuan
37,33
Laki – laki
62,67
20-29
5,33
30-39
16,00
40-49
50,67
50-59
28,00
Umur
Pendidikan
N
Diploma (D1, D2, D3)
4,00
S1 atau lebih
96,00 75
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
35
3.2.4. Pewawancara Setelah menyelesaikan survei di 10 wilayah pencacahan di satu kota, pewawancara memberikan hasil observasinya terhadap kota tesebut terkait dengan keramahlansiaan. Sebanyak 48 petugas lapangan memberikan hasil observasinya di mana 56% di antaranya adalah laki-laki, sebagian besar pewawancara berusia 20-29 tahun yang mencapai 52% dan sebagain besar berpendidikan S1 yang mencapai 92% (Tabel 11). Tabel 11. Karakteristik Pewawancara dalam Persentase Persentase Jenis Kelamin Perempuan
43,75
Laki – laki
56,25
20-29
52,08
30-39
43,75
40-49
4,17
Umur
Pendidikan Diploma (D1, D2, D3)
8,33
S1
91,67
N
48
3.2.5. Informan Studi Kualitatif Total sebanyak 107 informan diwawancarai secara mendalam. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa tim berada lebih lama di kota yang dikunjungi pertama oleh tim yaitu Surabaya, Payakumbuh dan Depok, selama
36
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
3 minggu. Ini yang menyebabkan jumlah informan di ketiga kota ini jauh lebih banyak dibandingkan kota lainnya. Di Surabaya bejumlah 30 orang, Depok 25 orang dan Payakumbuh sebanyak 23 orang (Tabel 12). Karakteristik dari informan wawancara mendalam adalah 56% laki-laki, lebih dari 48% informan berusia 40-59 tahun, dan lebih dari 65% berpendidikan S1 atau lebih. Informan berasal dari berbagai kalangan di antaranya pemerintah, kelompok lanjut usia, media, tokoh, bank dan masyarakat biasa. Sebagian besar informan adalah bagian dari staf pemeritah (57%) dan kelompok lanjut usia lebih dari 33%. Total ada 9 FGD yang dilakukan. Di kota yang dikunjungi pertama masing-masing dilakukan dua FGD lanjut usia dan pra lanjut usia laki-laki dan perempuan yang berpendidikan minimal SMA. Tabel 12. Karakteristik Informan Wawancara Mendalam Studi Kualitatif Payakumbuh Depok Surabaya
Jakarta DI Denpasar Total Pusat Yogyakarta
%
Jenis Kelamin Perempuan
14
9
11
3
5
5
47
43,1
Laki – laki
9
16
19
5
7
4
60
56,9
20-29
1
0
3
0
1
0
5
4,6
30-39
1
6
2
1
1
2
13
10,1
40-49
10
13
15
1
4
1
44
34,9
50-59
6
3
5
4
3
2
23
23,9
60+
6
4
5
2
2
3
22
19,3
Umur
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
37
Payakumbuh Depok Surabaya
Jakarta DI Denpasar Total Pusat Yogyakarta
Pendidikan
7,3
< SMA
1
0
3
0
0
0
4
SMA
5
1
6
2
1
1
16
Diploma (D1, D2, D3)
2
2
4
1
2
1
12
S1, S2
15
0,9
11,0 22
17
5
9
7
75
Jenis responden
38
%
11,9 75,2
Pemerintah
13
15
17
5
5
6
61
Kelompok Lanjut Usia
9
8
9
3
5
2
36
Media
0
2
1
0
0
0
3
33,0
56,9
Tokoh
0
0
2
0
1
1
4
3,7
Bank
1
0
0
0
1
0
2
3,7
Masyarakat Biasa
0
0
1
0
0
0
1
TOTAL
23
25
30
8
12
9
107
Jumlah FGD
2
2
2
1
2
0
9
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
1,8 0,9
pOtRet LanJUt USIa
Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lanjut usia merupakan suatu proses alami di mana seseorang mengalami kemunduran isik, mental, sosial secara bertahap. Perubahanperubahan yang terjadi pada lanjut usia di antaranya terkait dengan sistem indra, otot, kardiovaskuler dan repirasi, pencernaan, perkemihan, metabolisme, syaraf, reproduksi, kognitif termasuk juga perubahan spiritual, psikososial dan fungsi dan potensi seksual. Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan seperti genetik, asupan gizi, kondisi mental, pola hidup, lingkungan, dan pekerjaan sehari-hari. Namun demikian, dibandingkan kelompok usia lainnya, lanjut usia memiliki kelebihan dalam hal keahlian, pengalaman, jaringan, kearifan dan waktu yang bisa di kembangkan dan diberdayakan sehingga tetap merupakan aset bagi keluarga dan komunitas dalam bidang ekonomi maupun sosial. Adanya lingkungan isik, infrastuktur, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup seperti yang diisyaratkan oleh delapan dimensi kota ramah lanjut usia, WHO akan mendukung
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
39
terciptanya lanjut usia sehat, aktif dalam bidang sosial dan juga ekonomi serta sejahtera dan bahagia. Dalam sub bab berikutnya akan dipaparkan tipe-tipe dari lanjut usia dan perubahan-perubahan alami yang terjadi sebagai bagian dari proses perkembangan ke lanjut usia sebagai sebuah review literatur singkat untuk bahan dalam membuat kebijakan terkait dengan kelanjutusiaan. 4.1. Tipe Lanjut Usia Keadaan lanjut usia beragam baik dari sisi keadaan kepribadian, maupun sosial ekonomi. Hal ini perlu di perhatikan sehingga dalam pembuatan program dan kebijakan bisa tepat sasaran. Dari sisi psikologi terkait dengan kepribadian ada sejumlah tipe kelanjutusiaan menurut Kuntjoro (2002) yaitu: Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality). Lanjut usia ini memiliki integritas baik, menikmati hidupnya, toleransi tinggi dan leksibel, tenang dan mantap memasuki usia tua, bisa menerima fakta proses menua dan menghadapi masa pension dengan bijaksana dan menghadapi kematian dengan penuh kesiapan isik dan mental. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality). Tipe ini cenderung mengalami post power syndrome, apalagi jika di masa tua tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality). Orang dengan tipe ini cenderung bergantung kepada keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka ketika kehilangan cenderung mengalami kesedihan yang mendalam, cenderung tidak memiliki inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan masih bisa di terima oleh masyarakat. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostile Personality). Orang dalam tipe ini cenderung tidak puas dengan ke40
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
hidupannya ketika memasuki usia lansia, banyak memiliki keinginan yang tidak di perhitungkan yang menyebabkan ekonominya menurun. Tipe Kepribadian Defensive. Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat kompulsif aktif, takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa pensiun. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality). Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya sendiri, selalu menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban dari keadaan. Menurut undang-undang dari sisi potensinya dalam bidang ekonomi lanjut usia dapat dibagi menjadi 2 yaitu: Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Pemberdayaan para lanjut usia yang potensial termasuk di antaranya yang berkarakter konstruktif dan mandiri merupakan aset pembangunanan. 4.2.Perubahan Fisik 4.2.1. Sistem Indra Sistem Penglihatan. Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lemah, ketajaman dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
41
berkurang, penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat digunakan. Sistem Pendengaran. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara dan nada- nada tinggi, suara yang tidak jelas dan kata- kata yang sulit dimengerti, 50% terjadia pada usia di atas 60 tahun. Sistem Integumen. Pada lansia kulit mengalami atroi, kendur, tidak elastic kering dan berkerut. Kulit mengalami kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit bisa terjadi karena atroi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain angin dan matahari, terutama sinar ultra violet. 4.2.2. Sistem Muskuloskeletal Perubahan pada sistem musculoskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut. Jaringan Penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukungutama pada kulit, tendon, tulang dan kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab turunnya leksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Upaya isioterapi 42
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga mobilitas. Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mengalami peradangan kekauan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas sehari hari. Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang setelah observasi adalah bagian dari penuaan isiologis trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorbsi kembali. Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas, dan fraktur. Latihan isik dapat di berikan sebagai cara untuk mencegah adanya osteoporosis. Otot. Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Dampak perubahan morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan, penurunan leksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah perubahan lebih lanjut, dapat di berikan latihan untuk mempertahankan mobilitas. Sendi. Pada lansia jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligament, dan jaringan periarkular mengalami Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
43
penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan klasiikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan leksibilitasnya sehingga penurunan luas dan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan bengkak, nyeri, kekakuan sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian lainnya. 4.2.3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler & Respirasi, Pencernaan dan Metabolisme Sistem Kardiovaskuler & Respirasi. Sistem kardiovaskular mengalami perubahan seperti arteri yang kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah. Perubahan tekanan darah yang isiologis mungkin benar-benar tanda-tanda penuaan yang normal. Di dalam sistem pernafasan, terjadi pendistribusian ulang kalsium pada tulang iga yang kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini berhubungan dengan perubahan postural yang menyebabkan penurunan eisiensi ventilasi paru. Berdasarkan alasan ini, lansia mengalami salah satu perubahan hal terburuk, yang dapat ia lakukan yaitu istirahat di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama. Perubahan dalam sistem pernafasan membuat lansia lebih rentan terhadap komplikasi pernapasan akibat istirahat total, seperti infeksi pernapasan akibat penurunan ventilasi paru. Pencernaan Dan Metabolisme. Penurunan produksi sebagai kemunduranfungsi yang nyata. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah periodental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera pengecap menurun; hilangnya sensitiitas dari saraf 44
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
pengecap di lidah terutama rasa asin, asam, dan pahit. Pada lambung, rasa lapar menurun (sensitiitas lapar menurun), asam lambung menurun. Peristaltik lemah (daya absorsi terganggu), liver (hati) mengecil. 4.2.4. Sistem Perkemihan, Saraf dan Reproduksi Sistem Perkemihan. Dalam sistem perkemihan banyak fungsi yang mengalami penurunan, contohnya laju iltrasi, eksresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini akan mempengaruhi dalam pemberian obat pada lansia, mereka kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk metabolisme obat, pola berkemih juga tidak normal seperti lebih sering berkemih malam hari. Sistem Saraf. SSP (Susunan Saraf Pusat) mengalami perubahan anatomi dan atroi progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Penuaan menyebabkan penurunan presepsi sensori dan respon motorik pada SSP dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena SSP pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Sistem Reproduksi. Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus, terjadi atroi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi sehat dan baik), yaitu dengan kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa usia lanjut usia. Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
45
4.3. Perubahan Kognitif, Spiritual, Psikososial, Fungsi dan Potensi Seksual Perubahan Kognitif. Perubahan kognitif yang terjadi mencakup, pertama, perubahan memory (daya ingat, ingatan). Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (long term memory) sering kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV dan ilm, oleh sebab itu pelayanan terhadap lanjut usia, sangat perlu di buatkan tanda- tanda atau rambu- rambu baik berupa tulisan atau gambar untuk membantu daya ingat mereka seperti yang disyaratkan oleh delapan dimensi kota ramah lansia WHO. Kedua, dalam Kemampuan Belajar (learning), menurut Brocklehurst dan Allen (1987); Darmojo & Martono (2004), lanjut usia yang sehat dan tidak mengalami dimensia masih memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan di negara industri maju didirikan University Of The Third Age, sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup (life long learning), bahwa manusia memiliki kemampuan untuk belajar sejak di lahirkan sampai akhir hayat, oleh karena itu sangat baik para lanjut usia tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan wawasan berdasarkan pengalaman (learning by experience). Implikasi praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia baik yang bersifat promotif- preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar yang di sesuaikan dengan kondisi masing masing lansia. Ketiga, IQ, Lansia tidak mengalami perubahan dengan in46
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
formasi matematika dan perkataan verbal tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi) menurun. Keempat, Kemampuan Pemahaman (Comprehension). Kemampuan pemahaman mengalami penurunan yang di pengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengaran lansia mengalami penurunan. Hal-hal lain yang mengalami perubahan adalah terkait dengan kemampuan pemecahan masalah (problem solving), Pengambilan keputusan (decision making), Kebijaksanaan (wisdom), Bijaksana (wisdom) adalah aspek kepribadian (personality) dan kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksanaan menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung ruginya sehingga dapat bertindak secara adil atau bijaksana. Menurut Kuntjoro (2002), pada lansia semakin bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani. Kinerja (performance), Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan performance yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan (Lumbantobing, 2006). Penurunan itu bersifat wajar, sesuai perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis. Perubahan Spiritual. Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1976; Stuart dan Sundeen, 1998). Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini dapat di lihat dalam berikir dan bertindak sehari-hari (Murray dan Zentner, di kutip Nugroho, 2000). Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsic dan merupakan proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat dalam kehidupan Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
47
lansia, keseimbangan hidup tersebut di pertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya di hadapkan pada tantangan akhir yaitu, kematian. Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau religious untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian. Perubahan Psikososial. Perubahan psikososial mencakup pensiun, perubahan aspek kepribadian, perubahan dalam peran sosial di masyarakat dan perubahan minat. Pensiun sering dikatakan salah dengan kepasifan atau pengasingan. Dalam kenyataannya pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran yang menyebabkan stress psikososial. Nilai seseorang sering di ukur oleh produktiitasnya dan identitas dikaitkan dengan peran dalam pekerjaan. Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat seseorang lansia pensiunan merasakan kekosongan, orang tersebut tibatiba dapat merasakan begitu banyak waktu luang yang ada di rumah disertai dengan sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani. Seseorang yang telah pensiun, sebaiknya dalam kehidupannya di rumah diisi dengan kegiatan-kegiatan atau pelatihan yang bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya. Dan hal ini akan menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa di samping pekerjaannya yang selama ini di tekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan kurang, dan sebagainya. Perubahan Aspek Kepribadian. Pada umumnya orang yang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, 48
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat. Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak isik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran berkurang, penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal ini sebaiknya di cegah dengan melakukan aktivitas selama yang bersangkutan masih sanggup agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang- kadang terus muncul perilaku regresif seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang- barang yang tak berguna serta merengek- rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil (Stanley dan Beare, 2007). Perubahan Minat. Lansia mengalami perubahan minat, berkaitan dengan perubahan ini Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang di alami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992). Penurunan Fungsi Dan Potensi Seksual. Menurut Kuntjoro (2002), faktor psikologis yang menyertai lansia berkaitan dengan seksualitas, antara lain seperti rasa tabu atau malu bila Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
49
mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta di perkuat tradisi dan budaya. Adanya kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya, cemas, depresi, pikun dan lainnya yang mengakibatkan fungsi dan potensi seksual pada lansia mengalami perubahan. 4.4. Penyakit Lanjut Usia Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menujukkan pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti oleh hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus. Sementara, penyebab kematian pada umur 65 tahun ke atas pada laki-laki adalah stroke (20,6%), penyakit saluran nafas bawah kronik (10,5%), Tuberkulosis Paru (TB) (8,9%), hipertensi (7,7%), Neoro Endocrin Carasinoma —NEC (7,0%), penyakit jantung iskemik (6,9%), penyakit jantung lain (5,9%), diabetes mellitus (4,9%), penyakit hati (4,4%), pneumonia (3,8%). Selain itu, pada perempuan adalah stroke (24,4%), hipertensi (11,2%), Neoro Endocrin Carasinoma (9,6%), penyakit saluran pernafasan bawah kronik (6,6%), diabetes mellitus (6,0%), penyakit jantung iskemik (6,0%), penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6%), pneumonia (3,0%) dan penyakit hati (2,2%). Timbulnya penyakit-penyakit tersebut dapat dipercepat oleh faktor-faktor luar, misalnya: makanan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi, dan trauma. Diperlukan pemenuhan asupan makanan bergizi seimbang bagi lansia yang tujuannya bukan lagi untuk pertumbuhan melainkan untuk mempertahankan 50
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
fungsi tubuh dan menjaga kesehatan serta menurunkan resiko terjangkit penyakit-penyakit degeneratif. Melalui asupan gizi seimbang; zat tenaga, zat pengatur (sayur dan buah-buahan), zat pembangun (tinggi protein, rendah lemak), pemenuhan serat dan air. Hampir 8% orang-orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendi- sendinya berupa nyeri biasanya disebabkan olah gout pirai akibat gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh. Osteoporosis, perubahan sistem sensorik, SSP, kognitif dan sistem muskuloskeletal pada lansia mengakibatkan kelambanan bergerak, langkah yang pendekpendek, penurunan irama, kaki tidak menapak dengan kuat dan cenderung mudah goyah mempertinggi resiko lansia mudah jatuh yang bisa menimbulkan trauma (luka, cidera) dan infeksi yang harus diturunkan resikonya agar tidak mempercepat dan memperburuk kondisi penyakit pada lansia. Menjaga pola makan makan yang baik dan olahraga yang cukup akan sangat mendukung kesehatan lansia. 4.5. Perlu Menyesuaikan Diri Terkait dengan proses perkembangan kelanjutusiaan, seorang lanjut usia memiliki “tujuh tugas perkembangan” yang dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977), dan Harvighurst (1953), seperti yang di kutip oleh Potter dan Perry (2005), Azizah, ma’rifatul (2011). Pertama, menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan isik dan kesehatan. Lanjut usia perlu menyesuaikan diri, dengan perubahan isik seiring dengan terjadinya perubahan penampilan dan fungsi yang tidak dikaitkan dengan penyakit tetapi merupakan keadaan normal. Kedua, menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penurunan pendapatan. Seseorang pra lanjut usia dan lanjut usia perlu Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
51
berencana ke depan di antaranya dapat berpartisipasi dalam konsultasi atau aktivitas sukarela, mencari minat atau hobi baru dan melanjutkan pendidikannya. Ketiga, menyesuaikan dengan kematian pasangan. Walaupun, kehilangan seringkali sulit dilalui apalagi bagi lanjut usia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti baginya. Keempat, menerima diri sendiri sebagai individu lanjut usia. Kelima, mempertahankan kepuasan pengaturan hidup. Keenam, mendeinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa. Ketujuh, menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup. Lanjut usia perlu belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu dengan orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, kesulitan akan di temui oleh individu yang sebelumnya introvert dengan sosialisasi terbatas. Terpenuhinya delapan dimensi indikator-indikator kota ramah lanjut usia terutama terkait dengan dimensi komunikasi dan informasi akan mendukung para lanjut usia dapat mengetahui perkembangan kelanjutusiaan. Dengan diketahuinya perkembangan kelanjutusiaan, diharapkan para lanjut usia dan pra lanjut usia lebih mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap, menyesuaikan aktivitas terdahulu semasa muda, mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, membangun hubungan dengan anggota dari kelompok lanjut usia untuk menghindari kesepian. Mekanisme ini akan mendorong lanjut usia untuk bisa tetap aktif di usia tua dengan kegiatan-kegiatan yang diminati yang berkontribusi 52
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
tidak hanya akan bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat secara luas.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
53
KOMItMen aKan KeLanJUtUSIaan
5.1. Komitmen Nasional Komitmen pemerintah mengenai isu kelanjutusiaan ini sangat tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sejumlah undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri yang mengatur tentang kelanjutusiaan. Selain itu pemerintah juga membentuk lembaga yang mengatur kelanjutusiaan. Di antara peraturan yang telah digulirkan adalah: pertama, UU RI No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.Kedua, Peraturan Pemerintah RI No.43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Ketiga, Peraturan Menteri Dalam Negeri No.60 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanganan Lanjut Usia di Daerah. Tiga regulasi ini mendorong terciptanya kota ramah lanjut usia di Indonesia.Tabel 13 berikut akan memetakan pasal-pasal yang ada di dalam undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan menteri ke dalam kedelapan dimensi kota ramah lanjut usia WHO. 54
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Tabel 13. Keselarasan UU, PP dan PERMEN dengan Delapan Dimensi Kota Ramah Lanjut Usia WHO
Dimensi Kota Ramah Lanjut Usia
1. Gedung dan Ruang Terbuka
UU RI No 13 Peraturan Pemerintah Tahun 1998 RI No 43 Tahun 2004 Tentang Tentang Pelaksanaan KesejahUpaya Peningkatan teraan Lanjut Kesejahteraan Sosial Usia Lanjut Usia
Bab VI (Pelaksanaan) pasal 17 (1): pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum dimaksudkan sebagai perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada lanjut usia.
Pasal 17 ayat (1): pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana umum dimaksudkan sebagai perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada lanjut usia.
Bab VI (Pelaksanaan) pasal 17 (2): pelayanan untuk mendapatkan kemudahan
Pasal 17 ayat (2): pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum dilaksanakan melalui:
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 60 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Daerah Bab IV (Pemberdayaan masyarakat) pasal 10 ayat (2) poin (d): sarana dan prasarana milik masyarakat (community material), yaitu sarana dan prasarana seperti ruang pertemuan di balai desa sebagai tempat musyawarah.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
55
56
dalam penggunaan fasilitas umum dilaksanakan melalui: a) pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan dan masyarakat pada umumnya; b) pemberian kemudahan pelayanan dan keringanan biaya; c) pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan; d) penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
a. Pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan dan masyarakat pada umumnya
Bab VI (Pelaksanaan) pasal 17 (3): pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana umum dimaksudkan
Pasal 17 ayat (3): pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana umum dimaksudkan untuk memberikan aksesbilitas terutama di tempattempat umum yang dapat menghambat mobilitas lanjut usia.
b. Pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya c. Pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan d. Penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
untuk memberikan aksesibilitas terutama di tempattempat umum yang dapat menghambat mobilitas lanjut usia. Bab IX (Ketentuan pidana dan sanksi administrasi) pasal 27 (1): setiap orang atau badan/atau organisasi atau lembaga yang dengan sengaja tidak menyediakan aksesibilitas bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (3) dapat dikenai sanksi administrasi berupa: a) teguran lisan; b) teguran tertulis; c) pencabutan izin.
Pasal 21 ayat (1): pemerintah dan masyarakat menyediakan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus kepada lanjut usia dalam bentuk: a. Penyediaan tempat duduk khusus di tempat rekreasi b. Penyediaan alat bantu lanjut usia di tempat rekreasi c. Pemanfaatan tamantaman untuk olahraga d. Penyelenggaraan wisata lanjut usia e. Penyediaan tempat kabugaran
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
57
Pasal 24: penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia pada sarana dan prasarana umum dapat berbentuk: a. Fisik b. Non fisik Pasal 25 ayat (1): penyediaan aksesbilitas yang berbentuk fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 huruf a, dilakukan pada sarana dan prasarana umum yang meliputi: a. Aksesibilitas pada bangunan umum b. Aksesibilitas pada jalan umum c. Aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasi d. Aksesibilitas pada angkutan Pasal 26: aksesibilitas pada bangunan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) huruf a, dilaksanakan dengan penyediaan: a. Akses ke, dari, dan dalam bangunan b. Tangga dan lift khusus untuk bangunan bertingkat c. Tempat parkir dan tempat naik turun penumpang d. Tempat duduk khusus
58
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
e. Pegangan tangan pada tangga, dinding, kamar mandi dan toilet f. Tempat telepon g. Tempat minum h. Tanda-tanda peringatan darurat atau sinyal Pasal 27: aksesibilitas pada jalan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) huruf b, dilaksanakan dengan menyediakan: a. Akses ke dan dari jalan umum b. Akses ke tempat pemberhentian bis/ kendaraan c. Jembatan penyeberangan d. Jalur penyeberangan bagi pejalan kaki e. Tempat parkir dan naik turun penumpang f. Tempat pemberhentian kendaraan umum g. Tanda-tanda/ramburambu dan /atau marka jalan h. Trotoar bagi pejalan kaki/pemakai kursi roda i. Terowongan penyeberangan
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
59
Pasal 28: aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) huruf c, dilaksanakan dengan menyediakan: a. Akses ke, dari, dan di dalam pertamanan dan tempat rekreasi b. Tempat parkir dan tempat naik turun penumpang c. Tempat duduk khusus/istirahat d. Tempat telepon e. Tempat minum f. Toilet g. Tanda-tanda atau sinyal 2. Transportasi
Pasal 20 ayat (1): pemerintah dan masyarakat memberikan kemudahan dalam melakukan perjalanan kepada lanjut usia untuk: a. Penyediaan tempat duduk khusus b. Penyediaan loket khusus c. Penyediaan kartu wisata khusus d. Penyediaan informasi sebagai himbauan untuk mendahulukan lanjut usia Pasal 29: aksesibilitas pada angkutan umum sebagaimana dimaksud dlam pasal 25 ayat (1)
60
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
huruf d, dilaksanakan dengan menyediakan: a. Tangga naik/turun b. Tempat khusus yang aman dan nyaman c. Alat bantu d. Tanda-tanda atau sinyal 3. Perumahan
UU RI No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman BAB II (ASAS DAN TUJUAN) Pasal 4: Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk : a) memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat; b) mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur; c) memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional; d) menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain. BAB IV (PERMUKIMAN) Pasal 18: (2) Pembangunan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditujukan untuk : a) menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman; b) mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan yang telah ada di dalam atau di sekitarnya. (3) Satuan-satuan lingkungan permukiman satu dengan yang lain saling dihubungkan oleh jaringan transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan berbagai pelayanan dan kesempatan kerja. BAB V (PERAN SERTA MASYARAKAT) Pasal 29: (1) Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
61
(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara perseorangan atau dalam bentuk usaha bersama. UU RI No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman BAB II (ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP) Pasal 2: Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan berasaskan: a. kesejahteraan; b. keadilan dan pemerataan; c. kenasionalan; d. keefisienan dan kemanfaatan; e. keterjangkauan dan kemudahan; f. kemandirian dan kebersamaan; g. kemitraan; h. keserasian dan keseimbangan; i. keterpaduan; j. kesehatan; k. kelestarian dan keberlanjutan; dan l. keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan. Pasal 3: Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk: f). menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. BAB V (PENYELENGGARAAN PERUMAHAN) Bagian Kesatu Umum, Pasal 19: (2) Penyelenggaraan rumah dan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/ atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. BAB V (PENYELENGGARAAN PERUMAHAN) Bagian Kesatu Umum, Pasal 20: (1) Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 meliputi: 62
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
a. perencanaan perumahan; b. pembangunan perumahan; c. pemanfaatan perumahan; dan d. pengendalian perumahan. (2) Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup rumah atau perumahan beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum. Bagian Keempat Pembangunan Perumahan Paragraf 1 Umum, Pasal 36: (2) Pembangunan rumah umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau tempat kerja. (3) Kemudahan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan daerah. Pasal 39: (1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bertanggung jawab dalam pembangunan rumah umum, rumah khusus, dan rumah negara. (2) Pembangunan rumah khusus dan rumah negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai melalui anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Paragraf 3 Penghunian, Pasal 50: (1) Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah. BAB VI (PENYELENGGARAAN KAWASAN PERMUKIMAN) Bagian Kesatu Umum, Pasal 56: (1) Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. (2) Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
63
BAB VII (PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN) Bagian Kesatu Umum, Pasal 86: (1) Pemeliharaan dan perbaikan dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman yang dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan kualitas hidup orang perorangan. (2) Pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman. (3) Pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang. Bagian Kedua Pemeliharaan, Pasal 88: (1) Pemeliharaan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum dilakukan melalui perawatan dan pemeriksaan secara berkala. (2) Pemeliharaan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh setiap orang. Pasal 92: (1) Perbaikan rumah wajib dilakukan oleh setiap orang. (2) Perbaikan prasarana, sarana, dan utilitas umum untuk perumahan dan permukiman wajib dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang. (3) Perbaikan sarana dan utilitas umum untuk lingkungan hunian wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang. (4) Perbaikan prasarana untuk kawasan permukiman wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan hukum. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan BAB II (PRINSIP DAN MANFAAT PEMBERIAN IMB) Pasal 2 : Pemberian IMB diselenggarakan berdasarkan prinsip: d. aspek rencana tata ruang, kepastian status hukum pertanahan, keamanan dan keselamatan, serta kenyamanan.
64
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
4. Partisipasi Sosial
Bab II (asas, arah, dan tujuan) pasal 3: upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta terseleng-garanya pemeliharaan taraf hidup kesejahteraan sosial lanjut usia. Bab V (Pemberdayaan) pasal 9: pemberdayaan lanjut usia dimaksudkan agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bab VII (Peran masyarakat) pasal 23: lanjut usia potensial
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
65
dapat membentuk organisasi lembaga sosial berdasarkan kebutuhan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 5. Penghormatan dan Inklusi/ Keterlibatan Sosial
Bab III (Hak dan kewajiban) pasal 5 (2): sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi: a) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b) Pelayanan kesehatan; c) Pelayanan kesempatan kerja; d) Pelayanan pendidikan dan pelatihan; e) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum; f) Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; g) Perlindungan sosial; h) Bantuan sosial.
Pasal 35 ayat (1): pemberian perlindungan sosial dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar
Bab VII (Peran masyarakat) pasal 22 (1): masyarakat mempunyai hak
66
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
dan kesempatan yang seluasluasnya untuk berperan dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar panti. Lanjut usia tidak potensial terlantar yang meninggal dunia dimakamkan sesuai dengan agamanya dan menjadi tanggung jawab pemerintah dan/atau masyarakat
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
Bab I (ketentuan umum) pasal 1: lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
Pasal 9 ayat (1): pelayanan kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial dimaksudkan memberi peluang untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya.
Bab IV pasal 10 ayat (2) point (e) : pengetahuan masyarakat (community knowledge), yaitu pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi yang dapat didayagunakan untuk kegiatan penangannan lanjut usia seperti lomba mengarang dan usaha ekonomi produktif (uep)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
67
Bab VI (Pelaksanaan) pasal 15 (1): pelayanan kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial dimaksudkan memberi peluang untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya.
Pasal 9 ayat (2): pelayanan kesempatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan pada sektor formal dan non formal, melalui perseorangan, kelompok/ organisasi atau lembaga baik pemerintah maupun masyarakat.
Bab VI (Pelaksanaan) pasal 15 (2): pelayanan kesempatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada sektor formal dan nonformal, melalui perseorangan, kelompok/ organisasi, atau lembaga, baik pemerintah maupun masyarakat.
Pasal 12: setiap pekerja/ buruh lanjut usia potensial mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pekerja/buruh lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 14: dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif dalam menumbuhkan iklim usaha bagi lanjut usia potensial.
68
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Pasal 15 ayat (1): lanjut usia potensial yang mempunyai keterampilan dan/ atau keahlian untuk melakukan usaha sendiri atau melalui kelompok usaha bersama dapat diberikan bantuan sosial. 7. Komunikasi dan Informasi
Pasal 25 ayat (2): penyediaan aksesbilitas yang berbentuk non fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 hurub b meliputi: a. Pelayanan informasi b. Pelayanan khusus Pasal 30: pelayanan informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) huruf a, dilaksanakan dalam bentuk penyediaan dan penyebarluasan informasi yang menyangkut segala bentuk pelayanan yang disediakan bagi lanjut usia.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
69
Pasal 31: pelayanan khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) huruf b, dilaksanakan dalam bentuk: a. Penyediaan tanda-tanda khusus, bunyi dan gambar pada tempattempat khusus yang disediakan pada setiap sarana dan prasarana pembangunan/ fasilitas umum b. Penyediaan media massa sebagai sumber informasi dan sarana komunikasi antar lanjut usia. 8. Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan
70
Bab V (Pemberdayaan) pasal 11: upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial meliputi: a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. Pelayanan kesehatan; c. Pelayanan kesempatan kerja;
Pasal 8 ayat (1): pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar.
Bab IV pasal 10 ayat (2) point (c) : dana masyarakat (community fund) yaitu dana-dana masyarakat seperti dana jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang digunakan bagi penanganan lanjut usia.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan; e. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum; f. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; g. Bantuan sosial. Bab V (Pemberdayaan) pasal 12: upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia tidak potensial meliputi: a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. Pelayanan kesehatan; c. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum; d. Pemberian kemudahan dalam pelayanan dan bantuan hukum; e. Perlindungan sosial.
Pasal 8 ayat (2) : pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan : a. Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia b. Upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik c. Pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kronis dan/ atau penyakit terminal
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
71
d. derita penyakit kronis dan/ atau penyakit terminal Bab VI (Pelaksanaan) pasal 14 (1): pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. Bab VI (Pelaksanaan) pasal 14 (2): pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan: a. Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia; b. Upaya penyembuhan (kuratit), yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; c. Pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang. 72
Pasal 8 ayat (3): untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bab IV pasal 10 ayat (2) point (c) : dana masyarakat (community fund) yaitu dana-dana masyarakat seperti dana jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang digunakan bagi penanganan lanjut usia.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
menderita kronis dan/atau penyakit terminal Bab VI (Pelaksanaan) pasal 14 (3): untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu, diberikan keringanan dan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan yang berlaku.
Regulasi lain yang terkait dengan kelanjutusiaan mencakup: Kepres No. 52 tahun 2004 tentang Pembentukan Komisi Nasional Lanjut Usia dan Penyusunan Keanggotaannya. Komisi Nasional Lanjut Usia bertugas membantu presiden dalam mengkoordinasikan pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dan memberikan saran dan pertimbangan kepada presiden dalam penyusunan kebijakan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Keanggotaan komisi nasional lanjut usia yang berasal dari unsur pemerintah merupakan wakil instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintah di bidang kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan prasarana wilayah, pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata, perhubungan serta pemerintah dalam negeri. Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
73
Undang-undang RI No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk: meningkatkan taraf kesejahteraan; kualitas dan kelangsungan hidup; memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial; meningkat kan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas: kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas, dan keberlanjutan. Undang-undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia mencakup hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak anak, kewajiban dasar manusia, kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, pembatasan dan larangan, komisi nasional hak asasi manusia, partisipasi masyarakat, pengadilan hak asasi masyarakat. Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia 2009-2014 (RAN-LU). Merupakan wujud komitmen pemerintah dalam pemenuhan dan perlindungan lanjut usia yang ditandatangani Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I. pada bulan Desember 2008. RAN-LU adalah pengejawantahan dan hasil reduksi dari sejumlah komitmen nasional dan internasional yang diharapkan mampu 74
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
menjawab sejumlah isu nasional untuk lanjut usia serta kebutuhan strategis untuk lanjut usia secara komprehensif dengan bersandar pada kekuatan, kelemahan, peluang dan kesempatan yang dimiliki selama ini. Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia 2009-2014 mencakup sembilan butir yaitu: 1. Membentuk dan memperkuat Kelembagaan Lanjut Usia 2. Memperkuat Koordinasi Antar Instansi dan Institusi terkait 3. Memperkuat Penanganan terhadap Lanjut Usia Miskin, Terlantar, Cacat dan mengalami Tindak Kekerasan 4. Memelihara dan memperkuat dukungan Keluarga danMasyarakat terhadap Kehidupan Lanjut Usia 5. Memantapkan Upaya Pelayanan Kesehatan bagi Lanjut usia 6. Meningkatkan Kualitas Hidup Lanjut Usia baik dari Aspek Ekonomi, Mental Keagamaan, Aktualisasi dan Kualitas Diri Lanjut Usia 7. Meningkatkan Upaya Penyediaan Sarana dan Fasilitas Khusus bagi Lanjut Usia 8. Meningkatkan Upaya Mutu Pendidikan Kemandirian bagi Lanjut Usia 9. Meningkatkan Jaringan Kerja sama Internasional 5.2. Komitmen Global Secara global komitmen tentang kelanjutusiaan juga sangat kuat di antaranya ditandai dengan lahirnya sejumlah deklarasi dan rencana aksi internasional oleh berbagai negara tentang kelanjutusiaan yang dikukuhkan oleh PBB atau diprakarsai oleh lembaga internasional di antaranya: 5.2.1. Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia, Madrid, 2002 Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia, Madrid (2002) menetapkan tiga sasaran prioritas. Pertama, Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
75
pengarusutamaan penduduk lanjut usia dalam pembangunan. Kedua, mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia. Ketiga, lingkungan yang mendukung dan ramah semua usia termasuk lanjut usia. Prioritas ketiga ini selaras dengan delapan dimensi yang dipromosikan oleh WHO. Dan sebaliknya adanya kota ramah lansia mendukung terwujudnya prioritas satu dan dua. Masing-masing prioritas rencana aksi internasional ini mencakup sejumlah isu. Isu yang dicakup oleh prioritas pertama “pegarusutamaan penduduk lanjut usia dalam pembangunan” adalah, Isu 1: partisipasi aktif dalam masyarakat dan pembangunan; isu 2: pekerjaan dan angkatan kerja para lanjut usia; isu 3: pembangunan pedesaan, migrasi dan urbanisasi; Isu 4: akses pengetahuan, pendidikan dan pelatihan; Isu 5: solidaritas antargenerasi; isu 6: penghapusan kemiskinan; Isu 7: jaminan pendapatan, jaminan sosial/keamanan sosial, dan pencegahan kemiskinan; Isu 8: situasi darurat. Isu yang dicakup oleh prioritas kedua “mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia” di antaranya, Isu 1: peningkatan kesehatan dan kesejahteraan hidup; Isu 2: akses pelayanan kesehatan yang setara dan universal; Isu 3: para lansia dan HIV/AIDS; Isu 4: pelatihan untuk petugas kesehatan dan para profesional; Isu 5: kebutuhan kesehatan mental bagi para lansia; Isu 6: para lansia dan penyandang cacat. Isu yang dicakup oleh prioritas ketiga “lingkungan yang mendukung dan rahmah semua usia termasuk lanjut usia” di antaranya, Isu 1: perumahan dan lingkungan 76
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
tempat tinggal; Isu 2: pelayanan dan dukungan bagi para perawat (caregivers); Isu 3: pengabaian, penyalahgunaan, dan kekerasan; Isu 4: Citra para orang lansia. 5.2.2. Sepuluh Prioritas Untuk Memaksimalkan Kesempatan Masyarakat Lanjut Usia (2012, UNEPA) 1. Mengenali pentingnya perhatian untuk masyarakat lanjut usia serta pentingnya mempersiapkan semua stakeholder (pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, komunitas, dan keluarga) secara cukup dalam menghadapi pertumbuhan masyarakat lansia. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan pemahaman, memperkuat kapasitas daerah dan nasional, serta mengembangkan reformasi sosial, ekonomi, dan politik yang diperlukan dalam menyesuaikan masyarakat ke dalam lingkungan lansia. 2. Memastikan bahwa semua orang lanjut usia bisa hidup secara aman dan bermartabat, bisa menikmati akses pelayanan kesehatan dan sosial serta mendapatkan pendapatan minimum melalui penyelenggaraan jaminan sosial tingkat nasional serta investasi sosial lainnya yang mencakup otonomi dan kemandirian para lansia, mencegah kemiskinan pada hari tua dan memberikan kontribusi kepada masyarakat lansia yang lebih sehat. Tindakan ini harus didasarkan pada visi jangka panjang, dan didukung oleh komitmen politik yang kuat serta jaminan budget yang akan mencegah dampak negatif pada saat krisis atau pergantian pemerintah. 3. Mendukung masyarakat serta keluarga untuk mengembangkan sistem pendukung yang bisa memastiSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
77
kan bahwa masyarakat lanjut usia yang lemah akan mendapatkan perawatan jangka panjang yang mereka butuhkan serta meningkatkan kehidupan masyarakat lansia yang sehat dan aktif pada tingkat daerah untuk memfasilitasi masyarakat lansia dengan tepat. 4. Menanamkan modal kepada masyarakat yang lebih muda zaman sekarang dengan mengkampanyekan kebiasaan sehat, dan memastikan kesempatan pendidikan dan pekerjaan, akses ke pelayanan kesehatan, dan cakupan jaminan sosial untuk semua pekerja sebagai investasi terbaik untuk meningkatkan taraf hidup para lansia pada generasi-generasi berikutnya. Lapangan kerja yang leksibel, pembelajaran seumur-hidup dan kesempatan pelatihan ulang harus dimajukan untuk memfasilitasi integrasi dalam pasar kerja dari para lansia generasi sekarang. 5. Mendukung usaha nasional dan internasional untuk mengembangkan penelitian komparatif terhadap masyarakat lansia, serta memastikan ketersediaan data dan fakta-fakta berbasis gender dan berbudaya (culture-sensitive) dari hasil penelitian tersebut untuk kepentingan pembuatan-kebijakan. 6. Memasukkan isu lansia ke dalam semua kebijakan gender dan memasukkan gender ke dalam kebijakan lansia, dengan mempertimbangkan persyaratan-persyaratan khusus dari lansia laki-laki dan perempuan. 7. Memastikan keterlibatan para lansia serta pentingnya para lansia di dalam semua kebijakan dan program pengembangan nasional. 8. Memastikan keterlibatan para lansia serta pentingnya 78
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
para lansia di dalam kegiatan kemanusiaan nasional, mitigasi perubahan iklim dan rencana-rencana perubahan, serta manajemen bencana dan programprogram kesiapan. 9. Memastikan bahwa isu lansia telah dimasukkan dalam agenda pembangunan pasca-2015, termasuk dalam indikator-indikator atau tujuan khusus. 10. Mengembangkan budaya baru berbasis keadilan terhadap lansia dan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap para lansia dan isu penuaan, yang dahulunya hanya penerima berubah menjadi masyarakat yang aktif dan memiliki kontribusi kepada masyarakat. Hal ini memerlukan kerja sama dari para pengembang instrumen hak-asasi manusia internasional serta perwujudannya ke dalam hukum dan peraturan-peraturan nasional dan langkah-langkah airmatif (affirmative measures) berkaitan dengan diskriminasi umur, dan menganggap golongan lansia sebagai masyarakat yang mandiri (autonomous). 5.2.3. Dokumen Penuan Aktif WHO Berikut adalah dokumen penuaan aktif menurut WHO yang dicanangkan pada Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia, Madrid (2002). Momen di Madrid tersebut merupakan bagian dari upaya mengkampanyekan tujuan penuaan aktif di berbagai belahan dunia. Penuaan Aktif (Active Ageing) menurut WHO terdiri dari tiga pilar yakni Kesehatan, Partisipasi, dan Keamanan. Pilar Kesehatan mencakup empat hal yaitu: (1) Pencegahan dan penurunan beban kecacatan, penyakit kronis dan penuaan dini. (2) Penurunan faktor risiko berhubungSatu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
79
an dengan penyakit yangumum pada lanjut usia atau penyakit kronis yang dimulai pada usia menengah, dan meningkatkan berbagai factor yang mempertahankan kesehatanselamasikluskehidupanseseorang. (3) Mengembangkan suatu sistem pelayanan kesehatan dansosial ramah lanjut usia yang memenuhi kebutuhan dan hakperempuan dan laki-laki di masa tua. (4) Memberikan pelatihan dan pendidikan bagi pengasuh lanjutusia. Pilar Partisipasi mencakup: (1) Menyediakan pendidikan dan kesempatan belajar sepanjang siklus kehidupan seseorang. (2) Memahami dan menfasilitasi partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pembangunan ekonomi, baik formal maupun informal, dan kegiatan kerelawanan bagi lanjut usia sesuai kebutuhan pribadi, keinginan dan kemampuan. (3) Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan sampai usia tua. Pilar Keamanan terdiri dari: (1) Menjamin perlindungan, keamanan dan harga diri lanjut usia dengan memenuhi kebutuhan dan hak sosial, inansial dan keamanan isik. (2) Menurunkan ketidakadilan dalam hak dan kebutuhan keamanan perempuan lanjut usia. Di samping budaya dan gender terdapat enam faktor yang mempengaruhi pencapaian ketiga pilar penuaan aktif ini yaitu: determinan isik, pribadi, layanan kesehatan dan sosial, ekonomi, sosial dan tingkah laku. Gagasan kota ramah lansia WHO mencakup kebijakan, pelayanan, kondisi dan struktur pendukung, dan mendorong orang menua secara aktif melalui 5 hal: (1) Pengakuan dari cakupan luas kapasitas dan sumber 80
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
daya lansia; (2) Antisipasi dan respons leksibel terhadap kebutuhan dan preferensi berhubungan usia; (3) Menghargai keputusan dan pilihan gaya hidup; (4) Melindungi mereka yang rentan; dan (5) Mempromosi inklusi dan kontribusi lansia di setiap aspek kehidupan masyarakat. 5.2.4. Dokumen Kota Ramah Lanjut Usia WHO A. Delapan Dimensi Kota Ramah Lansia Selain sebagai bagian dari upaya mencapai sasaran yang dicanangkan dalam Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia, Madrid, 2002, gagasan Kota Ramah Lanjut Usia WHO juga dibentuk dalam kerangka pencapaian penuaan aktif. Gagasan Kota Ramah Lanjut Usia WHO ini respon atas tantangan keberhasilan pembangunan manusia selama abad terakhir yaitu terjadinya penuaan penduduk dan urbanisasi. Dokumen kota ramah lansia dibangun dari hasil penelitian di 33 kota dari semua benua. Termasuk di dalamnya enam kota megapolitan yang berpenduduk lebih dari 10 juta yaitu Kota Meksiko, Moskow, New Delhi, Rio de Janeiro, Shanghai dan Tokyo. Studi ini menggunakan pendekatan partisipatorik dari bawah ke atas (bottom-up) dengan melibatkan 1.485 lansia dalam analisis. Studi juga menggambarkan situasi mereka dalam memberikan penerangan terhadap kebijakan pemerintah yang diselenggarakan antara September 2006 hingga April 2007. Karakteristik peserta adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas berasal dari kelompok penghasilan rendah dan menengah. Sebagai informasi pelengkap, juga diwawancarai 250 pengasuh dan 515 petugas layanan. Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
81
Delapan dimensi kota ramah lanjut usia dieksplorasi dalam kelompok yang diteliti untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang keramah-lansiaan suatu kota. Dimensi ini mencakup ciri kota yang terdiri dari struktur, lingkungan, pelayanan, dan kebijakan yang menggambarkan determinan penuaan aktif. Delapan dimensi kota ramah lanjut usia ini adalah: 1. Gedung dan Ruang Terbuka 2. Transportasi 3. Perumahan 4. Partisipasi Sosial 5. Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial 6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan 7. Komunikasi dan Informasi 8. Pelayanan Masyarakat dan Kesehatan Tiga dimensi pertama, ruang terbuka dan bangunan (1), transportasi (2) dan perumahan (3) adalah ciri kunci lingkungan isik kota. Ketiga dimensi ini memilki pengaruh kuat terhadap mobilitas pribadi, keselamatan dari cidera, keamanan dari kriminalitas, perilaku sehat, dan partisipasi sosial. Ketiga dimensi berikutnya, Partisipasi Sosial (4), Penghormatan dan Keterlibatan (inklusi) Sosial (5), Partisipasi Sipil dan Pekerjaan (6) menggambarkan aspek lingkungan sosial dan budaya yang mempengaruhi partisipasi dan rasa sehat mental. Partisipasi sosial (4) mengacu pada hubungan lansia dalam rekreasi, sosialisasi dan aktivitas kultural, edukasi dan spiritual. Penghormatan dan inklusi sosial (5) berhubungan dengan sikap, perilaku dan kesan lansia dan ko82
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
munitas secara keseluruhan terhadap lansia. Partisipasi sipil dan pekerjaan (6) berhubungan dengan kesempatan untuk kewarganegaraan, pekerjaan tidak dibayar; hal tersebut berhubungan dengan lingkungan sosial dan determinan ekonomi penuaan aktif. Dua determinan terakhir, komunikasi dan informasi (7) serta dukungan komunitas dan layanan kesehatan (8) melibatkan lingkungan sosial dan determinan layanan kesehatan dan sosial. Sama halnya dengan determinan penuaan aktif, kedelapan dimensi kota ramah lanjut usia saling mengisi/ menguatkan dan berinteraksi: Penghormatan dan inklusi sosial (5) dilukiskan dalam aksesibilitas bangunan dan ruang (1) dan cakupan peluang yang ditawarkan kota kepada lansia untuk partisipasi sosial, hiburan (4) dan pekerjaan (6). Partisipasi sosial (4) mempengaruhi inklusi sosial (5) disamping akses pada informasi (7) Perumahan (2) mempengaruhi kebutuhan layanan dukungan komunitas (8) Partisipasi sosial (4), sipil dan ekonomi (6) sebagian dipengaruhi oleh aksesibilitas dan keamanan ruang terbuka dan bangunan publik (1). Transportasi (2) serta komunikasi dan informasi (7) terutama berinteraksi dengan area lain: tanpa transportasi atau kemampuan memperoleh informasi tak memungkinkan orang bertemu dan berhubungan. Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
83
B. Check List (Daftar) Kota Ramah Lansia Tabel 14. Tabel Check List Ruang Terbuka Dan Bangunan Ramah Lansia Long Check Lict Sub Domain
Check List
Short Check List
Lingkungan Kota bersih dengan peraturan Area publik bersih dan nyayang diterapkan untuk memman (RLA01a) batasi kebisingan dan bau Taman dan tempat duduk menyengat atau berbahaya di di luar jumlahnya memadai, tempat umum (RLA01a) terawat dengan baik dan aman (RLA02a) Ruang Ruang hijau dirawat baik Hijau dan aman dengan fasilitas Jalan untuk pejalan kaki dan Jalur toilet dan perlindungan terawat dengan baik, Pejalan cukup serta tempat duduk bebas hambatan dan diuterjangkau (RLA02a) tamakan untuk pejalan kaki Jalur ramah pejalan (RLA03a) bebas hambatan, mulus, mempunyai toilet dan mudah Jalan anti-selip, cukup luas untuk kursi roda dan meterjangkau (RLA03a) miliki bagian trotoar yang Bangku Tempat duduk tersedia sama rata dengan permuruang terutama di taman, tempat kaan jalan (RLA04a) terbuka pemberhentian dan ruang Persimpangan untuk pepublik serta di tempatkan jalan kaki memiliki jumlah cukup baik, dirawat baik, dan diawasi untuk menjamin yang memadai dan aman akses bagi semua (RLA02a) bagi penyandang cacat, memiliki tanda anti selip, Trotoar Trotoar dirawat dengan petunjuk visual dan audio, baik, mulus, anti slip dan dan waktu yang mencucukup lebar bagi kursi roda kupi untuk menyebrang dengan tepi landai ke jalanan (RLA05A, RLA05B) (RLA04a) Trotoar bebas segala Pengemudi memberikan hambatan (seperti asongan, jalan bagi pejalan kaki kemobil, pepohonan, tinja tika di persimpangan dan binatang, salju) dan pejalan penyebrangan (RLA06a) mempunyai prioritas Jalur sepeda dipisahkan penggunaan (RLA03a) dari jalur pejalan kaki serta jalan-jalan lain (RLA07a) 84
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Jalanan
Lalu lintas
Jalur sepeda Keamanan
Pelayanan
Jalanan bersifat anti slip, persimpangan jalur cukup memadai untuk menjamin keamanan penyeberang jalan (RLA05a) Jalanan dirancang baik dan struktur fisik sesuai seperti area ditengah penyeberangan, terowongan atas maupun bawah untuk membantu pejalan menyeberang jalanan yang penuh kendaraan (RLA05a) Lampu persimpangan jalan memungkinkan waktu cukup untuk lansia menyeberang jalanan dan mempunyai tanda visual dan audio (RLA05b)
Peraturan lalu lintas ditaati dengan pengendara memprioritaskan pejalan (RLA06a)
Jalur sepeda terpisah (RLA07a)
Keamanan umum di semua ruang terbuka dan bangunan merupakan prioritas sebagai contoh upaya untuk menurunkan resiko pada bencana alam, penerangan jalan baik, patrol polisi, pentaatan hukum, dan inisiatif dukungan masyarakat dan keselamatan pribadi (RLA08a, RLA08b)
Keamanan di luar ruangan didukung oleh penerangan jalan yang baik, polisi patroli, dan pendidikan komunitas (RLA08a) Pelayanan pelanggan khusus tersedia, misalnya tempat antrian terpisah atau tempat pelayanan khusus bagi orang tua (RLA10a) Pelayanan berada di lokasi yang berdekatan dan dapat diakses (RLA09a) Bangunan memiliki tanda yang jelas baik di luar maupun di dalam, dengan jumlah toilet yang mencukupi, elevators yang bisa diakses, jalan landai, terali dan anak tangga, serta lantai anti selip (RLA11a,RLA11b) Toilet umum di luar dan di dalam ruangan memiliki jumlah yang memadai, bersih, terawat dengan baik, dan dapat diakses (RLA12a)
Pelayanan terkelompok, lokasi dekat tempat tinggal lansia dan mudah diakses (contoh lokasi di lantai dasar bangunan) (RLA09a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
85
Terdapat layanan pelanggan khusus bagi lansia seperti tempat antrian terpisah atau konter khusus untuk lansia (RLA10a) Bangunan
Toilet umum
Akses ke dalam bangunan mempunyai: (RLA11a, RLA11b) - Lift - Jalan landai - Tanda memadai - Pegangan tangga - Tangga tidak terlalu tinggi atau curam - Lantai tidak licin - Tempat istirahat dengan kursi nyaman - Toilet umum memadai
Toilet umum bersih, dirawat baik, mudah dijangkau bagi orang dengan berbagai kemampuan, dirancang baik dan di tempatkan di lokasi mudah dicapai (RLA12a)
Tabel 15. Tabel Check List Transportasi Ramah Lansia (Lanjutan) Long Check Lict Sub Domain Keterjangkauan
Check List
Transportasi umum terjangkau bagi semua lansia (RLB01a)
Konsistensi dan pengenaan tarif transportasi jelas (RLB01a)
86
Short Check List Biaya transportasi umum tetap, terpampang dengan jelas, serta harganya terjangkau (RLB01a) Transportasi umum banyak dan dapat dipercaya, dan beroperasi pada malam hari, akhir pekan dan hari libur (RLB02a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Keteran Transportasi umum dapat Semua area perkotaan dan dalan dan diandalkan dan sering tempat pelayanan bisa dijangpenerap-an (termasuk pelayanan kau oleh transportasi umum, waktu malam dan akhir memiliki koneksi yang bagus, pekan) (RLB02a) info rute dan jenis kendaraannya jelas (RLB03a,RLB03b) Tujuan Transportasi umum perjalanan tersedia untuk lansia Kendaraan bersih, terawat, mencapai tujuan penting dan bisa diakses. Tidak seperti rumah sakit, berjubel dan tempat duduk puskesmas, taman diprioritaskan untuk para lansia umum, pusat belanja, (RLB04a, RLB04b) bank dan tempat Transportasi khusus tersepertemuan lansia dia bagi penyandang cacat (RLB03a) (RLB05a) Semua tempat dilayani secara memadai oleh Pengemudi memberhentikan rute transportasi di kendaraan di tempat yang dalam kota (termasuk sudah dibuat dan di samping daerah pinggiran kota) tepi jalan untuk memudahkan dan antar kota (RLB03a) penumpang untuk naik dan Rute transportasi menunggu penumpang untuk terhubung dengan duduk sebelum kendaraan berberbagai pilihan jalan (RLB06a, RLB06b) transportasi lain (RLB03b) Terminal bis dan pemberhen-
Kenda Kendaraan dapat diakses, tian terletak di lokasi yang nyaraan ramah dengan landasan yang man dan dapat diakses, aman, lansia dapat diturunkan, tangga bersih, penerangan cukup, tanrendah dan tempat duduk danya jelas, dan tempat duduk lebar, dan tinggi (untuk serta shelter yang mencukupi orang cacat) (RLB04a) (RLB07a, RLB07b) Kendaraan bersih dan Informasi lengkap dan dapat dirawat baik (RLB04a) diakses bagi pengguna Kendaraan mempunyai tertutama tentang rute, jadtanda jelas yang wal, dan fasilitas bagi mereka menunjukan nomer dan tujuan kendaraan yang berkebutuhan khusus (RLB08a) Layanan Layanan transportasi khusus khusus memadai Pelayanan transportasi sukaretersedia bagi orang cacat la tersedia ketika transportasi (RLB05a) umum terbatas (RLB09a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
87
Tempat duduk prioritas Taxi dapat diakses dan haruntuk lansia tersedia, dan ganya terjangkau, dan sopir ditaati oleh penumpang taksinya sopan dan membantu lain (RLB04b) penumpang lansia (RLB10a, RLB10b) Supir trans- Sopir sopan, me Jalanan terawat dengan baik, portasi naati peraturan lalu selokan tertutup, dan pencalintas, berhenti pada hayaan cukup (RLB11a) tempat pemberhentiaan, menunggu sampai pen Regulasi lalu lintas tertata denumpang duduk sebelum gan baik (RLB12a) melanjutkan perjalanan, berhenti dipinggi jalan Jalanan bebas dari hambatan untuk memudahkan lanyang bisa menghalangi pansia turun dari kendaraan dangan pengemudi (RLB13a) (RLB06a, RLB06b) Tanda-tanda lalu lintas jelas Keamanan Transportasi umum dan persimpangan bisa terlihat dan kenyaaman dari kejahatan dan manan tidak penuh sesak dan letaknya tepat (RLB14a) Tempat duduk prioritas
Pember Tempat pemberhentian Pendidikan bagi para pengehentian transportasi terletak mudi dan refresher courses dan stasiun dekat tempat tinggal dianjurkan bagi semua pengetranslansia, dilengkapi mudi kendaraan (RLB15a) portasi tempat duduk dan tempat pemberhentiaan, Tempat parkir dan area untuk terlindungi dari hujan, menurunkan penumpang bersih dan aman, aman, jumlahnya mencudengan penerangan baik kupi, serta lokasinya nyaman (RLB07b) (RLB16a) Stasiun dapat diakses, jalur landai, terdapat Tempat parkir dan tempat untuk tangga berjalan, landasan menurunkan penumpang bagi sesuai, toilet umum dan mereka yang berkebutuhan tanda yang jelas dan khusus (RLB17a) strategis (RLB07b) Pemberhentian dan stasiun transportasi mudah diakses dan lokasi strategis (RLB07a) Staf stasiun ramah dan membantu 88
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Informasi
Transport komunitas
Taksi
Jalanan
Informasi di berikan kepada lansia mengenai penggunaan transportasi umum dan berbagai pilihan transportasi yang tersedia (RLB08a) Jadwal jelas dan mudah terjangkau (RLB08a) Jadwal dengan jelas menunjukkan rute bis yang dapat diakses oleh orang cacat (RLB08a)
Layanan transport komunitas termasuk sopir relawan dan layanan ulang-alik tersedia untuk membawa lansia ke kegiatan dan tempat khusus (RLB09a)
Taksi terjangkau dengan diskon atau tarif subsidi untuk lansia penghasilan rendah (RLB10a) Taksi nyaman dan dapat diakses dengan tempat untuk kursi roda dan atau rangka berjalan Sopir taksi sopan dan membantu (RLB10b)
Jalanan di rawat baik, lebar dan penerangan baik, mempunyai desain dan alat penenang lalu lintas, signal lalu lintas dan lampu penerangan, inter seksi dengan tanda jelas, saluran tertutup dan tanda jelas dan strategis (RLB11a) Arus lalu lintas diatur dengan baik (RLB12a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
89
Jalanan bebas hambatan yang dapat menghambat pandangan sopir (RLB13a) Peraturan jalanan ditaati dan sopir dididik untuk mengikuti peraturan
Kompetensi Kursus penyegaran pengendara diberikan dan ditawarkan (RLB15a) Perparkiran Perparkiran murah tersedia (RLB16a) Tempat parkir prioritas diberikan kepada lansia dekat bangunan dan pemberhentian transportasi (RLB17a) Tempat parkir prioritas diberikan kepada orang cacat dekat bangunan dan pemberhentian transportasi, penggunaannya dimonitor (RLB17a) Tempat pemberhentian dan pengangkutan dekat bangunan dan pemberhentian transportasi diberikan kepada orang cacat dan lansia (RLB17a)
90
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Tabel 16. Tabel Check List Perumahan Ramah Lansia Long Check Lict Sub Domain Keterjangkauan Layanan penting Desain
Modifikasi
Check List
Short Check List
Rumah yang terjangkau tersedia untuk semua lansia (RLC01a)
Perumahan memadai dan harganya terjangkau dengan lokasi yang aman dan dekat tempat pelayanan serta masyarakat Layanan penting yang lain (RLC01a) diberikan yang terjangkau bagi semua (RLC02a) Perawatan rumah dan layanan Perumahan dibangun bantuan mencukupi dan terdengan materi sesuai jangkau (RLC02a) dan berstruktur baik (RLC03a) Konstruksi perumahan bagus Terdapat cukup ruang dan memiliki pelindung dari untuk memungkinkan cuaca yang aman dan nyaman lansia bergerak dengan (RLC03a) bebas (RLC04a) Perlengkapan perumahan Ruangan luas dan permukaan disesuaikan keadan rata sehingga memberi kelellingkungan (seperti AC uasan untuk berjalan di dalam atau pemanas) rumah (RLC04a) Perumahan disesuaikan untuk lansia, landasan Pilihan dan perlengkapan rata, pintu masuk lebar modifikasi rumah tersedia dan untuk kursi roda dan terjangkau, dengan provider kamar mandi, toilet dan yang bisa mengerti kebutuhan dapur dengan rancangan lansia (RLC05a) sesuai (RLC04b) Perumahan dimodifikasi untuk lansia sesuai kebutuhan (RLC05a) Modifikasi perumahan terjangkau (RLC05a) Peralatan untuk modifikasi perumahan tersedia setiap saat (RLC05a) Bantuan finansial diberikan untuk
Persewaan umum dan perdagangan rumah tersedia dengan rumah yang bersih, terawat, dan aman (RLC06a) Perumahan untuk orang-orang tua yang lemah dan cacat tersedia dan pelayanannya tepat (RLC07a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
91
modifikasi perumahan (RLC05a) Terdapat pengertian baik tentang cara perumahan dapat dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan lansia (RLC05a)
Perawatan
Penuaan di tempat
Integrasi komunitas
Opsi perumahan
92
Layanan perawatan terjangkau bagi lansia Terdapat pemberi layanan yang mempunyai kualifikasi sesuai dan dapat diandalkan melakukan pekerjaan perawatan Perawatan umum, akomodasi sewa dan area umum di rawat dengan baik Perumahan terletak dekat layanan dan fasilitas Layanan terjangkau diberikan untuk memungkinkan lansia tinggal di rumah, untuk menua di tempat Lansia mengetahui dengan baik layanan yang tersedia untuk membantu mereka menua di tempat
Desain perumahan menfasilitasi integrasi berkelanjutan bagi lansia ke dalam komunitas Pilihan perumahan yang sesuai dan terjangkau tersedia bagi lansia, termasuk lansia lemah dan cacat di lokasi mereka (RLC07a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Lansia telah diberitahu dengan baik ketersediaan pilihan perumahan Perumahan memadai dan terjangkau diperuntukkan bagi lansia tersedia secara lokal Pilihan layanan dan perlengkapan terjangkau dan aktivitas di fasilitas perumahan lansia Perumahan lansia terintegritas dengan lingkungan sekitar
Lingkungan Perumahan tidak penuh hidup sesak Lansia merasa nyaman di lingkungan perumahan (RLC06a) Perumahan tidak terletak di daerah rawan bencana (RLC06a) Lansia merasa aman dalam lingkungan hidupnya(RLC06a) Bantuan finansial diberikan untuk keperluan keamanan perumahan
Tabel 17. Tabel Check List Partisipasi Sosial Ramah Lansia Long Check Lict Sub Domain Aksesibilitas pada peristiwa dan aktivitas
Check List
Short Check List
Lokasi mudah di capai Tempat untuk acara dan kelansia disekitar tempat giatan terletak dilokasi yang tinggal, dengan transpornyaman, dapat diakses, pentasi terjangkau dan memerangan cukup, dan mudah punyai berbagai pilihan dijangkau oleh transportasi (RLD01a) umum (RLD01a) Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
93
Keterjangkauan
Ruang lingkup peristiwa dan kegiatan
Fasilitas dan lokasi
94
Waktu peristiwa sesuai Acara dilaksanakan pada untuk lansia yakni di pagi waktu yang sesuai bagi lansia hari (RLD02a) (RLD02a) Lansia mempunyai Kegiatan dan acara bisa dipilihan berpartisipasi hadiri oleh lansia baik sendiri dengan teman atau penmaupun didampingi orang lain gasuh (RLD03a) (RLD03a) Admisi ke peristiwa terbuka (seperti tanpa keanggotaan) dan proses Kegiatan dan acara hiburan terjangkau, tanpa biaya tamadmisi seperti pembelian bahan atau tersembunyi bagi karcis cepat pada satu partisipan (RLD04a) loket tanpa menungu lama Tersedia informasi tentang Peristiwa dan aktivitas kegiatan dan acara, termasuk dan atraksi lokal rincian pilihan fasilitas dan terjangkau oleh lansia, aksesibilitas transportasi bagi tanpa biaya siluman para lansia (RLD05a) atau tambahan (seperti ongkos transportasi) Berbagai macam jenis kegiatan (RLD04a) ditawarkan untuk menarik Organisasi relawan minat berbagai kalangan untuk didukung oleh sektor lansia (RLD06a) publik dan swasta untuk mempertahankan biaya Pertemuan yang melibatkan aktivitas lansia terjangkau orang tua harus diseleng Aktivitas bervariasi garakan di tempat umum tersedia yang menarik yang berbeda-beda seperti populasi lansia aneka pusat rekreasi, sekolah, perragam, masing-masing pustakaan, pusat komunitas, mempunyai peminatan dan taman (RLD07a) khusus (RLD06a) Aktivitas komunitas Ada jangkauan yang konsisten menganjurkan partisipasi dalam melibatkan para lansia masyarakat berbagai untuk menghindarkan merusia dan latar belakang eka dari isolasi masyarakat budaya (RLD06b) (RLD08a) Pertemuan, termasuk dengan lansia berlangsung di beberapa lokasi dalam komunitas seperti pusat rekreasi,
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
perpustakaan, pusat komunitas di daerah tinggal, taman dan kebun (RLD07a) Fasilitas terjangkau dan lengkap untuk memungkinkan partisipasi orang dengan disabilitas atau mereka yang memerlukan pengasuhan
Promosi dan pemberitahuan tentang aktivitas
Menghadapi isolasi
Aktivitas dan peristiwa dikomunikasikan dengan baik kepada lansia, termasuk informasi tentang aktivitas keterjangkauan dan pilihan transportasi (RLD05a)
Undangan pribadi dikirim untuk promosi kegiatan dan ajuran berpartisipasi (RLD08a) Peristiwa mudah dihadiri dan tanpa keterampilan khusus (termasuk kemampuan membaca) diperlukan Anggota kelompok yang tidak lagi menghadiri aktivitas tetap dipertahankan dalam daftar undangan dan telepon kecuali apabila anggota tersebut mundur sendiri (RLD08a) Organisasi berupaya untuk menemui lansia terisolasi melalui misalnya kunjungan pribadi atau telepon (RLD08a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
95
Fasilitas komunitas mempromosikan penggunaan bersama dan multi guna bagi orang berbagai usia dan peminatan dan mempertahankan interaksi di antara kelompok pengguna (RLD08b) Tempat pertemuan lokal dan aktivitas mempromosikan pengenalan dan pertukaran di antara penghuni suatu lingkungan hidup
Mempertahankan integrasi komunitas
Tabel 18. Tabel Check List Penghormatan dan Inklusi (Keterlibatan) Sosial Ramah Lansia Long Check Lict Sub Domain Layanan penghormatan dan inklusif
96
Check List
Short Check List
Lansia dikonsultasikan Orang tua diajak berbicara oleh layanan publik, secara reguler oleh masyarakat relawan dan komersial umum, sukarela, dan layanan bagaimana cara pembekomersial tentang bagaimana rian layanan yang lebih mereka bisa melayani para lanbaik (RLE01a) sia dengan lebih baik (RLE01a) Layanan publik dan Pelayanan dan produk tersedia komersial memberikan dalam berbagai macam jenis layanan dan produk (RLE02a) disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi Staf pelayanan sopan dan lansia (RLE02a) membantu (RLE03a) Layanan mempunyai staf yang membantu dan santun yang terlatih untuk melayani lansia (RLE03a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Pandangan publik tentang kelanjutusiaan Interaksi intergenerasi dan keluarga
Pendidikan publik
Inklusi komunitas
Media termasuk lansia dalam pandangan publik dilukiskan secara positif tanpa pengkategorian (Ageism) (RLE04a)
Lingkungan, aktivitas dan peristiwa dalam komunitas menarik masyarakat segala usia melalui akomodasi kebutuhan dan preferensi spesifik usia (RLE05a) Lansia khusus dimasukkan kegiatan komunitas keluarga (RLE06a) Aktivitas yang mempertemukan berbagai generasi untuk kesenangan dan perayaan bersama secara rutin di selenggarakan
Pembelajaran tentang kelanjutan usiaan dan lansia di masukan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah (RLE07a) Lansia terlibat secara aktif dan rutin dalam aktivitas sekolah dengan murid dan guru Lansia memperoleh kesempatan untuk berbagi pengetahuan, sejarah dan keterampilan dengan generasi lain
Para lansia dimasukkan di dalam media dan digambarkan secara positif tanpa stereotip tertentu (RLE04a) Tempat untuk acara atau kegiatan menarik semua kalangan masyarakat dengan memberikan menyesuaikan kebutuhan dan pilihan masyarakat dengan umur tertentu (RLE05a) Para orang tua diikutsertakan dalam kegiatan masyarakat untuk “keluarga” (RLE06a) Sekolah-sekolah memberikan kesempatan untuk mempelajari tentang orang tua, dan melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah (RLE07a) Kontribusi para lansia dihargai baik yang di masa lalu maupun di masa sekarang (RLE08a) Para lansia yang kurang mampu memiliki akses ke layanan publik, sukarela, dan layanan pribadi (RLE09a)
Lansia dimasukan sebagai mitra penuh dalam pengambilan keputusan masyarakat yang menyangkut dirinya Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
97
Lansia diakui oleh masyarakat untuk kontribusi di masa lalu dan kini (RLE08a) Aksi komunitas untuk memperkuat ikatan dan dukungan tetangga termasuk warga lansia sebagai informan kunci, penasehat dan penerima santunan Inklusi ekonomi
Lansia miskin menikmati akses layanan publik, kerelawanan dan swasta serta peristiwa (RLE09a)
Tabel 19. Tabel Check List Partisipasi Sipil dan Pekerjaan Ramah Lansia Long Check Lict Sub Domain Opsi kerelawanan
98
Check List
Terdapat cakupan opsi untuk relawan lansia berpartisipasi (RLF01a) Organisasi kerelawanan berkembang dengan baik, dengan infrastruktur, program pelatihan dan kelompok relawan (RLF01a) Keterampilan dan minat relawan disesuaikan dengan posisi seperti pencatat atau komputer (RLF01a) Relawan didukung dalam pekerjaan kerelawanan, sebagai contoh di bekali
Short Check List Berbagai macam pilihan pekerjaan yang fleksibel bagi orang tua, dengan pelatihan, pengakuan, petunjuk, dan kompensasi biaya pribadi (RLF01a) Kualitas dari pekerja lansia ditingkatkan (RLF02a)
Berbagai macam kesempatan kerja bagi lansia yang fleksibel dan berpendapatan bagus ditingkatkan (RLF03a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
transportasi atau penggantian ongkos parker (RLF01a)
Opsi pekerjaan
Pelatihan
Terdapat lingkup kesempatan lansia bekerja (RLF03a) Kebijakan dan legislasi mencegah diskriminasi atas dasar usia (RLF04a) Pensiun adalah pilihan bukan keharusan Terdapat kesempatan fleksibel dengan pilihan untuk pekerjaan paruh waktu atau musiman bagi lansia (RLF03a) Terdapat program pekerjaan dan agen untuk lansia (RLF04a) Organisasi pekerja (seperti buruh) mendukung opsi fleksibel seperti pekerjaan paruh waktu dan relawan untuk memungkinkan lebih banyak partisipasi lansia (RLF02a) Majikan dianjurkan memperkerjakan dan mempertahankan pekerja lansia (RLF04a)
Diskriminasi tentang umur, penyimpanan, kenaikan jabatan, dan pelatihan pekerja dalam perekrutan tenaga kerja tidak diperbolehkan (RLF04a) Tempat kerja disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan orangorang yang memiliki kekurangan (difabel) (RLF05a) Pilihan untuk berusaha sendiri bagi para orang tua sangat dianjurkan dan didukung (RLF06a) Pilihan pelatihan setelah pensiun disediakan untuk para lansia (RLF07a) Dewan pengambilan keputusan di sektor publik dan sukarela mendorong dan memfasilitasi keanggotaan lansia (RLF08a)
Pelatihan kesempatan setelah pensiun diberikan kepada lansia (RLF07a) Kesempatan pelatihan kembali seperti pelatihan teknologi baru tersedia lansia (RLF07a) Organisasi relawan memberikan pelatihan untuk posisi lansia (RLF07a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
99
Keterjangkauan
Partisipasi sipil
100
Kesempatan sebagai relawan atau pekerjaan dibayar disebarluaskan dan dipromosikan (RLF01a) Transportasi untuk bekerja disediakan (RLF01a) Tempat kerja disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan orang cacat (RLF05a) Tidak dikenakan biaya bagi pekerja yang berpartisipasi secara dibayar ataupun sukarela (RLF01a) Terdapat dukungan bagi organisasi (contoh pembiayaan atau biaya asuransi lebih rendah) untuk merekrut melatih relawan lansia (RLF01a) Dewan penasehat, pimpinan organisasi, dll, termasuk lansia (RLF08a) Dukungan memungkinkan lansia untuk berpartisipasi dalam pertemuan dan peristiwa sipil, seperti pemesanan tempat, dukungan bagi orang cacat, alat bantu pendengaran dan transportasi (RLF08a) Kebijakan, program, dan rencana untuk lansia, termasuk kontribusi dari lansia (RLF08a) Lansia dianjurkan untuk berpartisipasi (RLF08a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Kontribusi berharga
Kewirausahaan
Pembayaran
Lansia dihormati dan diakui untuk kontribusinya Majikan dan organisasi peka terhadap kebutuhan pekerja lansia Keuntungan memperkerjakan pekerja lansia dipromosikan di antara majikan
Terdapat dukungan untuk wirausaha lansia dan kesempatan untuk wirausaha (seperti pasar untuk menjual hasil pertanian dan kerajinan, pelatihan usaha kecil, dan usaha mikro bagi lansia) (RLF06a) Informasi diperuntukan bagi dukungan bisnis kecil dan rumah tangga dalam format sesuai untuk pekerja lansia (RLF06a)
Pekerja lansia dibayar secara adil untuk pekerjaannya Relawan diganti biaya yang dikeluarkan dalam pekerjaannya (RLF01a) Penghasilan pekerja lansia tidak dipotong dari pension dan bentuk lain dukungan penghasilan yang menjadi haknya
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
101
Tabel 20. Tabel Check List Komunikasi dan Informasi Ramah Lansia Long Check Lict Sub Domain Tawaran informasi
Check List
Sistem informasi dasar yang universal berupa media tertulis dan elektronik serta telepon yang mencapai setiap penduduk (RLG01a) Distribusi reguler dapat diandalkan oleh pemerintah atau organisasi relawan (RLG02a) Diseminasi informasi mencapai lansia dekat rumat dan di tempat kegiatan sehari-hari Diseminasi informasi dikoordinasi melalui layanan komunitas terjangkau yang dipublikasikan sebagai pusat informasi tunggal Informasi dan tayangan program rutin yang diminati lansia ditawarkan media reguler maupun khusus (RLG03a)
Komunikasi Komunikasi oral oral terjangkau oleh lansia misalnya melalui pertemuan publik, pusat komunitas, dan media tayangan, dan melalui individu yang bertanggung jawab menyebarkan informasi satu per satu (RLG04a) 102
Short Check List Sistem komunikasi dasar dan efektif mencakup semua masyarakat dari semua kalangan umur (RLG01a) Distribusi informasi tersedia secara reguler dan luas, terpercaya, terkoordinir, dan aksesnya terpusat (RLG02a) Tersedia informasi dan penyiaran secara reguler yang menarik minat orang tua (RLG03a) Komunikasi lisan dapat diakses oleh para lansia (RLG04a) Mayarakat yang beresiko terisolasi bisa mendapatkan informasi secara personal dari orang yang dipercaya (RLG05a) Layanan publik dan komersial menyediakan layanan perorangan yang ramah (RLG06a) Informasi media cetak — termasuk formulir resmi, tulisan di tv dan di papan pengumuman— memiliki huruf yang besar, ide pokok tertera di headline dan tulisan dicetak tebal (RLG07a) Komunikasi cetak dan lisan menggunakan bahasa yang sederhana, mudah, pendek, dan lugas (RLG08a) Telefon yang melayani untuk memberikan petunjuk secara pelan dan jelas serta memberi
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Masyarakat beresiko petunjuk bagaimana cara terisolasi sosial memutar pesan setiap waktu memperoleh informasi (RLG09a) melalui individu Peralatan elektronik seperti terpercaya yang telefon seluler, radio, televisi, berinteraksi seperti bank dan mesin pembeli tiket relawan dan pengunjung, memiliki tombol-tombol yang pekerja dukungan rumah, besar serta huruf yang jelas penata rambut, pengelola (RLG10a) atau pengasuh (RLG05a) Ada akses luas untuk komputer Individu di kantor publik dan internet umum atau dan bisnis memberikan dengan tarif yang serendah layanan baik secara mungkin di tempat umum pribadi sesuai permintaan seperti kantor pemerintah, (RLG06a) tempat rekreasi masyarakat, dan perpustakaan (RLG11a)
Informasi cetak
Bahasa sederhana
Informasi cetak termasuk formulir resmi, termasuk teks televisi dan tampilan visual dengan huruf besar dan ide utama diperlihatkan melalui judul dan kalimat jelas (RLG07a)
Komunikasi cetak dan lisan menggunakan kata sederhana dan umum, dan kalimat langsung kepada sasaran (RLG08a)
Komunikasi Layanan jawaban telepon dan memberikan instruksi peralatan secara pelan dan jelas otomatik dan memberitahu pendengar cara mengulang pesan setiap waktu (RLG09a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
103
Pengguna mempunyai pilihan untuk berbicara dengan seseorang atau meninggalkan pesan untuk ditelepon kembali Peralatan elektronik seperti telepon, radio, televisi, dan mesin bank atau karcis, mempunyai tombol dan huruf besar (RLG10a) Tampilan panel mesin layanan bank, pos, dan lainnya mempunyai pencahayaan cukup dan dapat dijangkau oleh orang berbagai ukuran Komputer dan internet
104
Terdapat akses publik luas terhadap komputer dan internet dengan biaya minim di tempat umum seperti kantor pemerintah, pusat komunitas (RLG11a) Instruksi dirancang dan bantuan individual bagi pemakai tersedia setiap saat
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Tabel 21. Tabel Check List Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan Ramah Lansia Long Check Lict Sub Domain Keterjangkauan layanan
Check List
Layanan kesehatan dan sosial tersebar dalam kota, keduanya mudah terjangkau, dan setiap saat dapat dicapai melalui berbagai macam transportasi (RLH03a) Fasilitas layanan tempat tinggal seperti rumah pensiunan dan panti terletak dekat daerah layanan dan tempat tinggal sehingga penghuni tetap terintegrasi dalam masyarakat (RLH04a) Fasilitas layanan bangunannya aman dan sepenuhnya terjangkau bagi orang dengan disabilitas (RLH05a) Informasi jelas dan terjangkau diberikan tentang layanan kesehatan dan sosial lansia. (RLH06a) Antaran tiap macam layanan di koordinasikan dengan birokrasi minim (RLH07a) Personil administrasi dan layanan menghadapi lansia dengan hormat dan peka (RLH08a) Hambatan ekonomi minimal bagi layanan kesehatan dan dukungan komunitas (RLH09a)
Short Check List Layanan kesehatan serta bantuan untuk masyarakat diberikan untuk mendorong, mempertahankan kesehatan serta membantu proses penyembuhan (RLH01a) Pelayanan kesehatan dan pelayanan rumah tersedia dan terjangkau, termasuk pelayanan pribadi dan mengurus rumah (RLH02a)
Layanan kesehatan dan sosial terletak di lokasi yang tepat dan dapat diakses oleh semua jenis alat transortasi (RLH03a) Fasilitas pengurus rumah dan perumahan yang dibuat khusus untuk para lansia diletakkan berdekatan dengan fasilitas pelayanan dan juga di tengah masyarakat yang lain (RLH04a) Fasilitas kesehatan dan masyarakat dibangun dengan aman dan dapat diakses secara penuh (RLH05a)
Informasi yang jelas dan dapat diakses tentang kesehatan dan layanan sosial untuk para lansia (RLH06a)
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
105
Terdapat akses pada tempat pemakaman yang telah ditentukan (RLH11a)
Tawaran layanan
Dukungan relawan
Cakupan memadai layanan kesehatan dan dukungan komunitas ditawarkan untuk promosi, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan (RLH01a) Layanan pengasuhan rumah ditawarkan termasuk layanan kesehatan, pengasuhan pribadi, dan kerumahtanggaan (RLH02a) Layanan kesehatan dan sosial yang ditawarkan memenuhi kebutuhan dan kekhawatiran lansia Layanan profesional berketerampilan dan pelatihan sesuai untuk berkomunikasi efektif dalam pelayanan lansia
Relawan setiap usia dianjurkan dan didukung untuk membantu lansia dalam cakupan kesehatan dan komunitas luas (RLH10a)
Pelayanan terkoordinisir dengan baik, dan administrasi mudah (RLH07a)
Semua staf menghormati, membantu dan terlatih untuk membantu lansia (RLH08a) Keterbatasan ekonomi menghambat akses ke pelayanan kesehatan dan bantuan (RLH09a) Pelayanan sukarela dari semua kalangan umur didukung dan dianjurkan (RLH10a)
Tempat pemakaman memadai dan dapat diakes (RLH11a) Perencanaan keadaan darurat masyarakat mempertimbangkan kerentanan dan kapasitas para lansia (RLH12a)
Peren Perencanaan kondisi darurat canaan dan termasuk bagi lansia, layanan dengan memperhatikan darurat kebutuhan dan kapasitas dalam kesiapan dan respon terhadap kedaruratan (RLH12a)
106
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
gaMBaRan UMUM InDOneSIa MENUJU KOTA RAMAH LANSIA 2030: KOMPARASI ANTARKOTA
6.1. Indikator Kesesuaian Studi Asesmen Kota Ramah Lansia melemparkan pertanyaan kepada responden dalam tiga kategori penilaian sebagai indikator kesesuaian. Ketiga kategori penilaian responden tersebut adalah Agak sesuai, Sesuai dan Sangat sesuai; Sesuai dan Sangat Sesuai; dan Sangat sesuai. Hasil analisis perbandingan ketiga kategori tersebut menunjukkan pernyataan empat kelompok responden (Individu, Kelurahan, SKPD, dan Observasi pewawancara) pada kategori Sangat sesuai memperoleh nilai persentase paling kecil. Persentase kategori pernyataan Sesuai dan Sangat sesuai berada di tengah-tengah. Persentase paling besar ada di kategori pertama yang merupakan gabungan dari pernyataan Agak sesuai, Sesuai dan Sangat sesuai (Gambar 3). Pada dua kategori pertama, Observasi pewawancara memberikan penilaian yang paling kecil. Penilaian paling tinggi diberikan oleh SKPD lalu setelahnya penilaian Staf Kelurahan. Sementara indeks penilaian individu (masyarakat) yang ber-
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
107
jumlah 2.100 responden orang berada diurutan kedua setelah observasi pewawancara. Penilaian masyarakat pada dua kategori ini terlihat lebih stabil dan konsisten. Oleh karena itu, fokus analisis dalam studi untuk penilaian kesesuaian kota ramah lanjut usia WHO ini adalah pendapat responden Individu (masyarakat) dan kategori penilaian Sesuai dan Sangat Sesuai. Penilaian masyarakat dijadikan acuan karena pendapat mereka dinilai lebih objektif. Mereka merasakan langsung hal-hal yang berkaitan dengan dimensi kota ramah lansia di lingkungannya. Apalagi sebagian dari responden individu adalah lanjut usia yang merepresentasikan pandangan kelompoknya. Gambar 3. Indeks Total 14 Kota mengenai Penilaian Responden pada Tiga Kategori Pernyataan 90 80
73.8
70 60 40
61.1
58.5
50
76.9
53.2
52 42.9
agak sesuai, s esuai, sa ngat sesuai sesuai, s angat sesuai
30 23.4
20 10 0
0.4 Individu
4.5
2
Kelurahan
SKPD
Sangat Sesuai
0.5 Observasi Pwwc
Tingginya penilaian responden SKPD pada indek total tersebut dapat dilihat pada kategori jawaban Sesuai dan Sangat sesuai untuk tiap dimensi. Indeks rata-rata persentase jawaban SKPD di 14 kota lebih tinggi dibandingkan jawaban tiga responden lainnya (Gambar 4). Hanya pada dimensi Gedung dan Ruang Terbuka indeks penilaian SKPD sedikit di bawah 108
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
staf Kelurahan. Pada beberapa dimensi skor indeks penilaian masyarakat mendekati penilaian staf Kelurahan. Dari semua dimensi yang dinilai empat kelompok responden, indeks paling rendah adalah dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan berdasarkan penilaian pewawancara. Indeks penilaian masyarakat terlihat membentuk pola yang konsisten pada semua dimensi. Gambar 4. Indeks Total 8 Dimensi 14 Kota (Sesuai, Sangat Sesuai)
8. Dukungan Komunitas dan Pelayanan…
1.Gedung dan Ruang Terbuka 100 80
2. Transportasi
60 Individu
40 20
7. Komunikasi dan Informasi
3. Perumahan
0
Kelurahan SKPD
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
4. Partisipasi Sosial
Observasi Pwwc
5. Penghormatan dan Inklusi Sosial
Konsistensi pola penilaian responden masyarakat terhadap indikator pada 8 dimensi kota ramah lansia dapat dilihat pada perbandingan tiga kategori penilaian tersebut. Kategori Sesuai dan Sangat sesuai berada di antara kategori Sangat sesuai dan kategori Agak sesuai, Sesuai dan Sangat sesuai (Gambar 5). Masyarakat Indonesia di 14 kota sampel memberikan penilaian, kategori Sesuai dan Sangat sesuai masih lebih rendah dibandingkan kategori Agak sesuai, Sesuai, Sangat sesuai. Penilaian tertinggi masyarakat dalam dua kategori ini terdapat pada di-
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
109
mensi Partisipasi Sosial. Sedangkan persentase penilaian paling rendah adalah dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan. Gambar 5. Indeks Total Semua Dimensi mengenai Pernyataan Individu pada Tiga Kategori Penilaian 1.Gedung dan Ruang Terbuka
8. Dukungan Komunitas dan…
7. Komunikas i dan Informasi
80
2. Transporta si
60 40 20
3. Perumaha n
0
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
4. Partisipasi Sosial
agak sesuai, sesuai, sangat sesuai
sesuai, sangat sesuai
Sangat sesuai
5. Penghorm atan dan Inklusi…
6.2.Keadaan Umum di 14 Kota Berdasarkan kategori pencapaian warna yang disesuaikan pada persentase skor penilaian masyarakat yang menyatakan Sesuai dan Sangat sesuai, 14 kota Indonesia masuk dalam warna orange. Karena tingkat kesesuaian secara umum 14 kota sampel dalam memenuhi kriteria kota ramah lanjut usia WHO mencapai 42.9% dari skor total 100. Dimensi terdepan di 14 kota di Indonesia yang baru masuk kategori kuning yaitu Partisipasi Sosial (55.6%); Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan (53.8 %); serta komunikasi dan informasi (52.2%). Dimensi
110
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
kota ramah lanjut usia yang masih kurang di Indonesia pada umumnya adalah Partisipasi Sipil dan Pekerjaan, 16.9% yang masih masuk dalam kategori merah. Dimensi lainnya adalah Perumahan (31.3%) dan Gedung dan Ruang Terbuka (35.2 %) yang masuk dalam kategori orange (Tabel 22, Gambar 3-5). Satu dimensi warna merah dan juga lima warna orange ini menjadi kelemahan capaian total semua kota. Apalagi skor capaian dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan yang masih merah ini relatif masih rendah. Tabel 22. Skor Total Persentase Penilaian Responden untuk Setiap Dimensi di 14 Kota
Dimensi
Gedung dan Ruang Terbuka Transportasi Perumahan Partisipasi Sosial Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial Partisipasi Sipil dan Pekerjaan Komunikasi dan Informasi Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan Skor Total Berdasarkan Bobot
Skor Berdasarkan Sesuai dan Sangat Sesuai %
Kategori Pencapaian
35.2 40.1 31.3 55.6
Orange Orange Orange Kuning
48.7
Orange
16.9 52.2
Merah Kuning
53.8
Kuning
42.9
Orange
Dari data analisis lebih rinci dengan menunjukkan skor penilaian dari semua indikator pada tiap dimensi, dapat dipahami bagaimana total 14 kota sampel dinilai masih berwarna orange dengan skor 42.9%. Capaian yang baru akan mendekati skor Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
111
warna kuning. Delapan dimensi kota ramah lansia memiliki jumlah variabel indikator penilaian berbeda-beda. Sehingga akan berpengaruh pada total skor penilaian setiap dimensi (Tabel 23). Distribusi capaian 95 indikator pada 8 dimensi dalam empat kategori warna ini, warna orange masih mendominasi dengan skor total hampir 39%. Warna kuning di posisi kedua dengan skor total hampir 33% lebih. Warna merah di posisi berikutnya dengan skor persentase 25%. Sementara capaian warna hijau hanya “menyumbangkan” persentase 3%. Hanya pada dimensi Partisipasi Sosial serta dimensi Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan yang sudah tidak ada indikator yang dinilai berwarna merah. Sebaliknya, baru tiga dimensi yang sebagian kecil indikatornya sudah ada yang berwarna hijau. Tabel 23. Distribusi Persentase Indikator Kategori Pencapaian 14 Kota se-Indonesia Kategori Pencapaian Dimensi
112
Merah Orange Kuning
Hijau
Jumlah Variabel
1. Gedung dan Ruang Terbuka
26.7
73.3
0.0
0.0
15
2. Transportasi
27.3
40.9
27.3
4.5
22
3. Perumahan
50.0
50.0
0.0
0.0
8
4. Partisipasi Sosial
0.0
30.0
70.0
0.0
10
5. Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial
11.1
33.3
55.6
0.0
9
6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan
100.0
0.0
0.0
0.0
8
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
7. Komunikasi dan Informasi
9.1
27.3
54.5
9.1
11
8. Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan
0.0
33.3
58.3
8.3
12
Total
25.3
38.9
32.6
3.2
95
4.3.Komparasi Antar Kota Jumlah penduduk dan luas wilayah ikut mempengaruhi kemajuan dan pencapaian suatu kota memenuhi kriteria menjadi kota ramah lanjut usia WHO. Komparasi indeks total antar kota (Gambar 6) menunjukkan kota kecil lebih maju dalam pemenuhan kriterianya.Jika lima kota terbesar penilaiannya berkisar 27-46%, kota besar lainnya bernilai 28-48%, kota industri minyak kita kecil mencapai 46%, untuk kota kecil telah mencapai 42-56%. Gambar 6. Indeks Total per Kota
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
113
Analisis lainnya juga membandingkan indeks per dimensi dilakukan per kategori kota. Di antara lima kota terbesar di Indonesia, Surabaya dan Bandung terdepan dalam capaian (Gambar 7). Kota Surabaya terdepan untuk dimensi 8 (Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan), 1 (Gedung dan Ruang Terbuka), dan 2 (Transportasi). Kota Bandung terdepan pada dimensi 4 (Partisipasi Sosial), 5 (Penghormatan dan Inklusi Sosial), dan 7 (Komunikasi dan Informasi). Gambar 7. Indeks Dimensi 5 Kota Terbesar di Indonesia
Pada perbandingan indeks dimensi antarkotabesar lainnya (Gambar 8) Makassar paling rendah dan Yogyakarta terdepan. Sementara perbandingan antara kota kecil (Gambar 9), Surakarta dan Payakumbuh terdepan pada dimensi 4 (Partisipasi Sosial), 5 (Penghormatan dan Inklusi Sosial), 7 (Komunikasi dan Informasi), dan 8 (Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan).
114
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Gambar 8. Indeks Dimensi Kota Besar Lainnya di Indonesia
Gambar 9. Indeks Dimensi: Kota Kecil
6.4.Detail Hasil Per Dimensi 6.4.1.Gedung dan Ruang Terbuka Berdasarkan pernyataan responden individu (masyarakat) secara keseluruhan di 14 kota pada dimensi Gedung dan Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
115
Ruang Terbuka, sebanyak 61.1% responden mengatakan tempat pelayanan umum berada di lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal lansia dan mudah diakses. Indikator ini berkaitan langsung dengan lanjut usia. Sedangkan untuk tempat pelayanan pelanggan khusus bagi lansia (seperti tempat antrian terpisah dan tempat khusus lansia) belum sepenuhnya menunjang atau sesuai lansia, hanya 12.6%. Di antara ciri kota ramah lansia adalah tempat-tempat umum bersih dan nyaman. Pada indikator ini menurut masyarakat belum maksimal dalam hal penanganan kebersihan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penilaian masyarakat yang masih di bawah 50% (Tabel 24a). “Ruang terbuka hijau wah jauh banget…(tertawa)”. (R, LSM, 02 Maret 2013). “Karena itu keterbatasan lahan kalau di Jakarta kan kondisi lahan sangat tinggi harganya. Keadaan seperti itu yang kita kesulitan. Cuma dari segi anggaran kita bisa untuk pengadaan lahan buat RTH buat rumah lansia apapun itu. Semua terbentur lahan kondisi geografis Jakarta Pusat paling kecil. Kalau di wilayah lain mungkin di (Jakarta) Timur di (Jakarta) Barat itu yang masih banyak lahan terbukanya mungkin bisa. Kalau di Jakarta Pusat susah kita saja kemarin dapat bantuan dari Bank Dunia sama Islamic Banking dapat bantuan satu lokasi cuma menyediakan lokasinya saja kita nggak sanggup. Susah bukan nggak sanggup cuma dapat berapa lokasi. Cuma karena tahu sendiri kondisi kampung di Jakarta padet banget kita cuma pengen bikin MCK komunal. Menyediakan 116
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
lahan nggak terlalu gede saja susah sekali apalagi kita di Jakarta Pusat kondisi warganya padat sekali”. (F, SKPD, 06 Maret 2013). Tabel 24a.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Gedung dan Ruang Terbuka geDUng Dan RUang teRBUKa
RLA02a
RLA03a
RLA04a
RLA05a
RLA05b
Langsung Ruang terbuka hijau dengan tempat duduk jumlahnya memadai, terawat dengan baik dan aman. Jalan untuk pejalan kaki (trotoar) terawat dengan baik, bebas dari hambatan dan dikhususkan bagi pejalan kaki. Trotoar anti selip (tidak licin), cukup luas untuk kursi roda dan sama rata dengan permukaan jalan. Tempat penyeberangan untuk pejalan kaki jumlahnya memadai, aman bagi penyandang cacat dan memiliki tanda anti selip (tidak licin/tanda kalau licin dikasih tahu). Lampu persimpangan jalan memungkinkan cukup waktu untuk lansia menyebrang jalan dan memiliki tanda visual dan audio.
%
Kategori pencapaian
39.1
Orange
27.7
Orange
19.9
Merah
24.9
Merah
36.0
Orange
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
117
RLA09a Tempat pelayanan umum berada di lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal lansia dan mudah diakses. RLA10a Terdapat pelayanan pelanggan khusus bagi lansia (sepertitempat antrian terpisah dan tempat khusus lansia). RLA11a Sebagian besar bangunan memiliki tanda yang jelas baik di luar maupun di dalam ruangan, memiliki toilet dan tempat duduk yang cukup memadai. RLA11b Sebagian besar bangunan mudah diakses dan memiliki tangga yang landai dengan pegangan serta lantai anti slip/tidak licin. RLA12a Toilet umum bersih, terawat dengan baik mudah dijangkau dengan berbagai kemampuan, dirancang baik dan di tempatkan di lokasi yang mudah dicapai. tidak Langsung RLA01a Tempat-tempat umum bersih dan nyaman. RLA06a Peraturan lalu lintas ditaati dengan pengendara memprioritaskan pejalan kaki. RLA07a Jalur sepeda dipisahkan dari trotoar serta jalan untuk pejalan kaki yang lain.
118
61.1
Kuning
12.6
Merah
58.0
Kuning
45.0
Orange
30.5
Orange
47.7
Orange
30.9
Orange
11.2
Merah
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
RLA08a Keamanan umum di semua ruang terbuka didukung oleh penerangan jalan yang baik dan patroli polisi. RLA08b Keamanan umum di semua ruang terbuka didukung pentaatan hukum dan dukungan masyarakat untuk keselamatan pribadi.
42.7
Orange
41.5
Orange
6.4.2.Transportasi Dalam mendukung kota sebagai kota ramah lansia salah satu indikatornya adalah transportasi umum yang mempunyai tarif standar yang jelas dan harganya terjangkau bagi lansia. Secara keseluruhan capaian 14 kota Indonesia pada indikator ini cukup bagus. Penilaian masyarakat mencapai 75.7%. Indikator ini sekaligus merupakan persentase paling tinggi yang diberikan oleh responden pada dimensi transportasi dan berkaitan langsung dengan lanjut usia. Namun sebaliknya transportasi khusus bagi penyandang cacat belum sepenuhnya tersedia. Total persentase penilaian masyarakat pun masih sangat rendah, hanya 1.6% (Tabel 24b). Sementara pada indikator yang tidak langsung berkaitan dengan lanjut usia, persentase paling tinggi adalah mengenai rambu-rambu lalu lintas dan persimpangan jalan terletak di tempat yang tepat dan terlihat dengan jelas, sebesar 71.0%. Sebaliknya pelayanan transportasi sukarela tersedia ketika transportasi umum jumlahnya terbatas masih menunjukkan persentase yang masih rendah, yaitu hanya 8.7%. Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
119
“Mungkin kurang ya… adakalanya juga gini, lampu lalulintasnya udah merah tapi si pengendara memaksakan diri. Walaupun orang-orang ada yang masih nyebrang itukan, nerabas gitu..” (S, SKPD, 04 Maret 2013) Tabel 24b. Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Transportasi tRanSpORtaSI Langsung RLB01a Transportasi umum mempunyai tarif standar yang jelas dan harganya terjangkau bagi lansia. RLB04a Kendaraan umum bersih, terawat, mudah diakses (landasan dapat diturunkan, tangga rendah, tempat duduk lebar). RLB04b Kendaraan umum tidak penuh sesak dan tersedia tempat duduk yang diprioritaskan untuk lansia. RLB05a Transportasi khusus tersedia bagi penyandang cacat. RLB08a Informasi tentang rute, jadwal perjalanan dan informasi khusus lainnya tersedia bagi pengguna transportasi terutama lansia. RLB10a Taksi terjangkau dengan diskon atau tarif subsidi untuk lansia berpenghasilan rendah. RLB10b Sopir taksi berperilaku sopan dan selalu membantu. 120
%
Kategori pencapaian
75.7
Hijau
39.7
Orange
21.1
Merah
1.6
Merah
37.9
Orange
7.1
Merah
66.0
Kuning
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
RLB17a Tempat parkir dan area untuk menurunkan penumpang bagi lansia dan penyandang cacat tersedia di kota ini. tidak Langsung RLB02a Transportasi umum tersedia dan dapat diandalkan termasuk pada malam hari, akhir pekan dan hari libur. RLB03a Transportasi umum dapat menjangkau semua tempat, serta info rute dan jenis kendaraan yang jelas. RLB03b Rute transportasi terhubung dengan berbagai pilihan transportasi lain. RLB06a Pengemudi kendaraan umum memberhentikan kendaraannya di tempat yang sudah ditentukan dan dekat dengan trotoar supaya mempermudah penumpang untuk naik dan turun. RLB06b Pengemudi kendaraan umum selalu menunggu penumpang untuk duduk terlebih dahulu sebelum menjalankan kendaraan. RLB07a Terminal bis dan tempat pemberhentian bis terletak di lokasi yang nyaman, mudah diakses, aman dan bersih. RLB07b Terminal bis dan tempat pemberhentian bis memiliki penerangan yang cukup, tanda lokasi yang jelas, tempat duduk dan shelter yang mencukupi. RLB09a Pelayanan transportasi sukarela tersedia ketika transportasi umum jumlahnya terbatas.
2.3
Merah
49.1
Orange
63.6
Kuning
70.3
Kuning
30.9
Orange
56.6
Kuning
42.1
Orange
44.4
Orange
8.7
Merah
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
121
RLB11a Jalan-jalan terawat dengan baik, selokan tertutup dan lampu penerangan jalan cukup. RLB12a Pengaturan lalu lintas tertata dengan baik. RLB13a Jalan bebas dari hambatan yang bisa menghalangi pandangan pengemudi. RLB14a Rambu rambu lalu lintas dan persimpangan jalan terletak di tempat yang tepat dan terlihat dengan jelas. RLB15a Pendidikan bagi para pengemudi dan kursus penyegaran kembali dianjurkan bagi semua pengemudi kendaraan. RLB16a Tempat parkir dan area untuk menurunkan penumpang keadaannya aman, jumlahnya mencukupi dan nyaman.
38.1
Orange
48.1
Orange
59.9
Kuning
71.0
Kuning
15.1
Merah
32.6
Orange
6.4.3. Perumahan Rumah merupakan kebutuhan pokok, sehingga keberadaan rumah sangat penting bagi lanjut usia. Pilihan rumah yang sesuai dan terjangkau serta terdapat cukup ruang untuk memungkinkan lanjut usia bergerak bebas di dalam rumah merupakan salah satu ciri rumah ramah lanjut usia. Penilaian masyarakat menunjukkan dimensi Perumahan dinilai masih kurang memenuhi kategori ciri ramah lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari persentase tertinggi yang berhubungan langsung dengan lansia untuk indikator perumahan hanya 45.9%, yaitu indikator masih cukup ruang untuk memungkinkan lanjut usia bergerak bebas di dalam rumah (Tabel 24c). Persentase paling 122
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
rendah ada pada indikator mengenai harga rumah yang sesuai dan terjangkau bagi lanjut usia (9,9%). Pada indikator yang tidak berhubungan langsung dengan lanjut usia, persentase tertinggi adalah indikator rumah di bangun dengan konstruksi yang baik,memberikan tempat yang nyaman dan aman dari gangguan cuaca, 56,7%. Sedangkan persentase paling rendah (34,8%) pada indikator terkait dengan mahalnya biaya pemeliharaan rumah dan pelayanan pendukung lainya di Indonesia. Mahalnya harga rumah dan biaya pemeliharaan ini menjadi keluhan utama dari masyarakat. Tabel 24c.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Perumahan peRUMaHan Langsung RLC01a Rumah jumlahnya memadai, harganya terjangkau bagi lansia, berlokasi di tempat yang nyaman, dekat tempat pelayanan dan masyarakat yang lain. RLC04a Terdapat cukup ruang untuk memungkinkan lansia bergerak bebas di dalam rumah. RLC04b Rumah disesuaikan untuk lansia, landasan rata, pintu masuk lebar untuk kursi roda, serta kamar mandi, toilet dan dapur mempunyai rancangan yang sesuai untuk lansia.
%
Kategori pencapaian
18.2
Merah
45.9
Orange
19.4
Merah
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
123
RLC05a Pilihan dan perlengkapan untuk memodifikasi rumah tersedia dan terjangkau dengan pengembang yang bisa mengerti kebutuhan lansia. RLC07a Pilihan rumah yang sesuai dan terjangkau tersedia bagi lansia, termasuk lansia lemah dan cacat di lokasi mereka. tidak Langsung RLC02a Pemeliharaan rumah dan pelayanan pendukung lainnya jumlahnya cukup dan biaya terjangkau. RLC03a Rumah dibangun dengan kontruksi yang baik, memberikan tempat yang nyaman dan aman dari gangguan cuaca. RLC06a Rumah kontrak/sewa tersedia dengan rumah yang bersih, terawat dan berada di lokasi yang aman.
19.3
Merah
9.9
Merah
34.8
Orange
56.7
Kuning
46.2
Orange
6.4.4. Partisipasi Sosial Dimensi Partisipasi Sosial sudah mulai menunjukkan ciri keramahlanjutusiaan. Indikator yang berhubungan langsung dengan lansia, skor tertingginya mencapai 73,8%. Yaitu indikator mengenai kegiatan dan acara bisa dihadiri oleh lansia baik sendiri maupun didampingi orang lain (Tabel 24d). Persentase paling rendah yaitu 35,8% terkait pertemuan, termasuk dengan lansia, berlangsung di beberapa lokasi dalam komunitas seperti pusat rekreasi, perpustakaan, pusat komunitas di daerah tertinggal, taman, dan kebun. Fositifnya lagi, indikator yang tidak berhubungan dengan lanjut usia nilai semua indikatornya sudah melebihi 50%. Termasuk di antaranya tempat dan 124
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
acara untuk kegiatan terletak di lokasi yang nyaman dan mudah diakses, penerangan cukup dan mudah dijangkau yang mencapai skor 68,7%. Tabel 24d.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Partisipasi Sosial paRtISIpaSI SOSIaL Langsung RLD02a Kegiatan dan acara dilaksanakan pada waktu yang sesuai bagi lansia. RLD03a Kegiatan dan acara bisa dihadiri oleh lansia baik sendiri maupun didampingi orang lain. RLD05a Aktivitas dan peristiwa dikomunikasikan dengan baik kepada lansia, termasuk in formasi tentang aktivitas, keterjangkauan dan pilihan transportasi. RLD06a Berbagai macam jenis kegiatan ditawarkan untuk menarik minat berbagai kalangan lansia. RLD06b Aktivitas komunitas menganjurkan partisipasi masyarakat berbagai usia dan latar belakang budaya. RLD07a Pertemuan, termasuk dengan lansia, berlangsung di beberapa lokasi dalam komunitas seperti pusat rekreasi, perpustakaan, pusat komunitas di daerah tertinggal, taman dan kebun.
%
Kategori pencapaian
70.6
Kuning
73.8
Kuning
52.3
Kuning
43.5
Orange
59.1
Kuning
35.8
Kuning
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
125
RLD08a Aktivitas jangkauan yang konsisten (memberikan undangan pribadi, kunjungan pribadi atau telepon) dalam melibatkan para lansia untuk menghindarkan mereka dari isolasi masyarakat. RLD08b Fasilitas komunitas mempromosikan penggunaan bersama berbagai usia dan mempertahankan interaksi di antara kelompok pengguna. tidak Langsung RLD01a Tempat untuk acara dan kegiatan terletak di lokasi yang nyaman, dapat diakses, penerangan cukup, dan mudah dijangkau oleh transportasi umum. RLD04a Kegiatan dan acara hiburan terjangkau, tanpa biaya tambahan atau tersembunyi bagi partisipan.
52.2
Kuning
49.4
Orange
68.7
Kuning
51.1
Kuning
6.4.5. Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial Indikator dimensi Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial dengan skor tertinggi (69.4%) adalah mengenai “lansia dimasukkan sebagai bagian dari keluarga dalam kegiatan komunitas”. Sejumlah indikator lain dalam dimensi ini juga mendapatkan skor yang tinggi di antaranya lansia diikutsertakan dalam kegiatan, dan lansia sudah dirangkul dalam setiap kegiatan, serta dihormati dan dihargai. Namun pada dimensi ini, sejumlah indikator juga masih mendapat penilaian rendah. Yang paling rendah adalah mengenai pernyataan “sekolah memberikan kesempatan untuk mempelajari
126
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
tentang lansia dan melibatkan lansia dalam kegiatan sekolah”, hanya 9.2% (Tabel 24e). Indikator dinilai sulit diwujudkan karena berkaitan dengan kebijakan di institusi pendidikan. Indikator lain yang juga masih di bawah rata-rata yaitu indikator ”para lansia dimasukkan dalam media (surat kabar/tv/radio) dan digambarkan secara positif tanpa stereotif tertentu (contoh stereotif: sakit-sakitan, pelit, menjadi beban, terlalu lambat, pikun,dan lain-lain)” dengan persentase 32.8% Tabel 24e.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial pengHORMatan Dan InKLUSI/KeteRLIBatan SOSIaL
%
Kategori pencapaian
Langsung RLE01a Pelayanan umum, sukarela, dan pelayanan komersial selalu mengajak bicara lansia secara teratur tentang bagaimana melayani mereka dengan lebih baik. RLE03a Pegawai yang siap membantu santun serta terlatih. RLE04a Para lansia dimasukkan dalam media (surat kabar/tv/radio) dan digambarkan secara positif tanpa stereotif tertentu (contoh stereotif: sakit-sakitan, pelit, menjadi beban, terlalu lambat, pikun,dan lain-lain).
42.9
Orange
57.0
Orange
32.8
Orange
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
127
RLE05a Lingkungan, aktivitas dalam komunitas menarik masyarakat dalam segala usia melalui akomodasi kebutuhan dan keinginan sesuai tingkatan umur. RLE06a Lansia dimasukkan sebagai bagian dari keluarga dalam kegiatan komunitas. RLE07a Sekolah memberikan kesempatan untuk mempelajari tentang lansia dan melibatkan lansia dalam kegiatan sekolah. RLE08a Kontribusi lansia baik di masa lalu maupun di masa sekarang dihargai dengan baik. RLE09a Para lansia yang kurang mampu memiliki akses ke pelayanan publik, sukarela, dan pelayanan swasta. tidak Langsung RLE02a Pelayanan dan produk tersedia dalam berbagai macam jenis.
48.2
Orange
69.4
Kuning
9.2
Merah
68.7
Kuning
54.1
Kuning
56.0
Kuning
6.4.6.Partisipasi Sipil dan Pekerjaan Berdasarkan penilaian masyarakat, semua variabel indikator pada dimensi ini yang berhubungan langsung dengan lansia, masih memperoleh persentasenya sangat rendah. Indikator dengan skor tertinggi (24.9%) yaitu mengenai “badan-badan pengambil keputusan di sektor pemerintah, swasta, sukarela mendorong partisipasi dan keanggotaan lansia”, capaiannya masih merah (Tabel 24f). Skor penilaian paling rendah (8.1%) adalah “tempat kerja disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan orang cacat (difabel)”. 128
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Tabel 24f.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai IndikatorDimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan paRtISIpaSI SIpIL Dan peKeRJaan
%
Kategori pencapaian
Langsung RLF01a Terdapat pilihan bagi lansia untuk berpartisipasi sebagai relawan dengan pelatihan, pengakuan, petunjuk dan kompensasi biaya yang dikeluarkan. RLF02a Kualitas dari pekerja lansia ditingkatkan. RLF03a Terdapat berbagai macam kesempatan kerja bagi lansia yang fleksibel dan berpendapatan bagus. RLF04a Ada kebijakan dan peraturan dalam mencegah diskriminasi atas dasar usia dalam perekrutan, kenaikan jabatan dan pelatihan untuk pekerja. RLF05a Tempat kerja disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan orang cacat (difabel). RLF06a Terdapat dukungan untuk wirausaha dan kesempatan untuk wirausaha bagi lansia. RLF07a Kesempatan pelatihan setelah pensiun diberikan kepada lansia. RLF08a Badan-badan pengambil keputusan di sektor pemerintah, swasta, sukarela mendorong partisipasi dan keanggotaan lansia.
22.4
Merah
16.2
Merah
14.2
Merah
12.5
Merah
8.1
Merah
21.1
Merah
16.1
Merah
24.9
Merah
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
129
6.4.7.Komunikasi dan Informasi Pada dimensi ini sebanyak 76.8% masyarakat mengatakan sudah ada sistem informasi dasar yang universal berupa media tertulis dan elektronik serta telepon yang mencapai semua kalangan masyarakat termasuk lansia. Sedangkan mengenai informasi dan tayangan khusus lansia belum tersedia secara reguler karena persentase penilaiannya baru mencapai 16% (Tabel 24g). Sehingga indikator langsung tersebut masih merah. Capaian indikator yang tidak berkaitan langsung dengan lansia secara umum sudah cukup bagus. Sebanyak 61.2% responden menyatakan layanan komputer dan internet sudah tersedia secara luas dan bisa diakses secara murah di tempat-tempat umum seperti kantor pemerintah, tempat rekreasi, dan perpustakaan. Demikian juga halnya mengenai penyebaran informasi tersedia secara reguler, luas, terpercaya, terkoordinir dan adanya akses informasi terpusat yang persentasenya mencapai 56.3%. Masyarakat menilai pada indikator tersebut sudah relatif ramah lansia. Tabel 24g.Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai IndikatorDimensi Komunikasi dan informasi KOMUnIKaSI Dan InFORMaSI Langsung RLG01a Sistem informasi dasar yang universal berupa media tertulis dan elektronik serta telepon mencapai semua kalangan masyarakat termasuk lansia. 130
%
76.8
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Kategori pencapaian
Hijau
RLG03a Informasi dan tayangan khusus lansia tersedia secara reguler. RLG04a Tersedia media komunikasi lisan yang bisa diakses lansia. RLG06a Layanan publik dan komersial menyediakan layanan yang ramah dan bisa meyediakan layanan individu (bila mana diminta). RLG07a Informasi cetak termasuk formulir resmi, teks televisi dan tampilan visual dengan huruf besar dan ide utama diperlihatkan melalui judul dan kalimat jelas. RLG08a Komunikasi cetak dan lisan menggunakan kata sederhana dan umum, dan kalimat langsung kepada sasaran. RLG09a Layanan jawab telepon memberikan intruksi secara pelan dan jelas dan memberitahu pendengar cara mengulang pesan setiap waktu. RLG10a Peralatan elektronik seperti telepon, radio, televisi dan mesin bank atau karcis mempunyai tombol dan huruf yang besar. tidak Langsung RLG02a Penyebaran informasi tersedia secara reguler, luas, terpercaya, terkoordinir dan adanya akses informasi terpusat. RLG05a Masyarakat beresiko terisolasi sosial memperoleh informasi dari individu yang terpercaya.
16.0
Merah
37.1
Orange
42.8
Orange
54.1
Kuning
66.6
Kuning
62.0
Kuning
64.2
Kuning
56.3
Kuning
41.7
Orange
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
131
RLG11a layanan Komputer dan internet tersedia secara luas dan bisa diakses secara murah di tempat - tempat umum (kantor pemerintah, tempat rekreasi dan perpustakaan).
61.2
Kuning
6.4.8.Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dengan lokasi yang mudah dijangkau secara fundamental penting bagi lanjut usia. Fasilitas pelayanan kesehatan di kota-kota Indonesia sendiri terbilang sudah cukup baik, mudah dijangkau, dan setiap saat bisa dicapai dengan berbagai macam transportasi. Hal ini tampak dari tingginya persentase (76,8%) pada indikator ini. Layanan yang diberikan secara terkoordinasi melalui administrasi yang sederhana sudah dinilai dengan skor 64,5% (Tabel 24h). Kedua variabel tersebut merupakan variabel yang tidak berhubungan lansung dengan lansia. Artinya sistem pelayanan kesehatan di kota secara umum sudah mencakup semua lapisan masyarakat. Sedangkan pada indikator yang berhubungan langsung dengan lansia, mengenai petugas pelayanan menghormati, membantu, terlatih dalam melayani lansia mendapatkan penilaian tertinggi dengan skor 66,3%. Persentasi paling rendah pada indikator mengenai fasilitas layanan tempat tinggal seperti rumah pensiunan dan panti terletak dekat daerah layanan dan tempat tinggal sehingga penghuni tetap terintegrasi dalam masyarakat masih dinilai warna orange dengan skor 29,3%.
132
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Tabel 24h. Penilaian Masyarakat Menyatakan Sesuai dan Sangat Sesuai Indikator Dimensi Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan DUKUngan MaSYaRaKat Dan peLaYanan KeSeHatan RLH01a
RLH02a
RLH04a
RLH05a
RLH06a
RLH08a RLH09a
Langsung Pelayanan kesehatan dan dukungan komunitas untuk promosi, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan lansia memadai. Layanan kerumah termasuk layanan kesehatan, layanan pribadi dan kerumah tanggaan tersedia bagi lansia. Fasilitas layanan tempat tinggal seperti rumah pensiunan dan panti terletak dekat daerah layanan dan tempat tinggal sehingga penghuni tetap terintegrasi dalam masyarakat. Fasilitas kesehatan dibangun sesuai dengan standar keselamatan dan bisa diakses dengan mudah bagi lansia dan orang dengan keterbatasan. Informasi tentang layanan kesehatan dan layanan sosial tersedia dengan jelas dan bisa diakses oleh lansia. Petugas pelayanan menghormati, membantu, terlatih dalam melayani lansia. Lansia yang kurang mampu juga bisa mengakses layanan fasilitas kesehatan dan layanan sosial.
%
Kategori pencapaian
63.1
Kuning
31.5
Orange
29.3
Orange
64.9
Kuning
62.1
Kuning
66.3
Kuning
64.2
Kuning
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
133
RLH10a Relawan berbagai usia dianjurkan dan didukung untuk membantu lansia. RLH11a Tersedia cukup lahan pemakaman dan mudah diakses. RLH12a Perencanaan kondisi darurat memperhitungkan kapasitas/ketidak mampuan dari lansia. tidak Langsung RLH03a Fasilitas layanan kesehatan dan layanan sosial tersebar dalam kota, mudah dijangkau, dan setiap saat bisa dicapai dengan berbagai macam transportasi. RLH07a Layanan diberikan secara terkoordinasi melalui proses administrasi yang sederhana.
134
34.0
Orange
58.7
Kuning
29.9
Orange
76.8
Hijau
64.5
Kuning
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
MenUJU KOta RaMaH LanJUt USIa 2030
7.1.Kota Ramah Lanjut Usia 2030 Sebuah Kebutuhan Secara singkat WHO mendeinisikan kota ramah lanjut usia adalah lingkungan perkotaan yang inklusif dan mudah diakses sehingga mendorong para lanjut usia untuk hidup secara aktif (active ageing). WHO mengidentiikasi 8 dimensi kehidupan perkotaan yang bisa mempengaruhi kesehatan serta kualitas kehidupan para lansia, yaitu: (1) Gedung dan ruang terbuka; (2) Transportasi; (3) Perumahan; (4) partisipasi sosial; (5) penghormatan dan Inklusi (keterlibatan) Sosial (6); Partisipasi Sipil dan Pekerjaan; (7) Komunikasi dan Informasi; dan (8) Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan. Sehingga sebuah kota ramah lanjut usia berarti juga ramah untuk anak, semua kelompok umur, dan kaum difabel. Komitmen nasional dalam mewujudkan kota ramah lanjut usia tercermin dalam Undang-undang Nomor13 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah Nomor43 Tahun2004, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor60Tahun 2008 yang mengamanatkan suatu lingkungan yang ramah lanjut Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
135
usia demi terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia. Kota atau lingkungan yang ramah lanjut usia tidak hanya menjadi komitmen dari pemerintah Indonesia tetapi juga merupakan mandat masyarakat global yang dikukuhkan oleh PBB sebagai prioritas tiga rencana aksi internasional Madrid 2002. Berbagai tokoh pemerintahan, akademisi, LSM, dan lansia di Indonesia juga mengungkapkan hal yang senada. Kota ramah lanjut usia perlu diwujudkan di Indonesia seperti tampak dalam beberapa petikan berita berikut: Kota Ramah Lansia Harus Diwujudkan. Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri meminta Kota Ramah Lansia (Lanjut usia) segera diwujudkan. “Kota Ramah Lansia harus diwujudkan, mungkin dari kota-kota kecil dulu. Kita belum ada Kota Ramah Lansia,” katanya usai membuka Rakornas VII Komisi Nasional Lanjut Usia di Hotel Salak, Bogor, Rabu (28/11/2012). Saat ini belum ada Kota Ramah Lansia di Indonesia. Kondisi fasilitas publik juga belum memenuhi kebutuhan lansia seperti transportasi, lift untuk lansia, dan gedung-gedung.”Coba bayangkan lansia naik kereta dari Bogor ke Jakarta tapi fasilitas keretanya tidak mendukung untuk lansia, saya nggak tahu jadi apa itu,” katanya. Ia mengharapkan dalam Rakornas Komisi Lanjut Usia tersebut bisa dimunculkan kota yang akan menjadi ramah lansia sebagai proyek percontohan proyek Kota Ramah Lansia.” (www.republika.co.id, 28 November 2012) Indonesia Butuh Rumah Ramah Lansia. Kepala Pusat Kesehatan Intelegensia Kementerian Kesehatan Eka Viora mengatakan Indonesia memerlukan infrastruktur dan prasarana ramah bagi warga lanjut usia (Lansia). Rumah
136
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
tersebut diperlukan agar warga Lansia bisa produktif di usia senja.Menjaga warga Lansia agar bisa tetap produktif perlu dilakukan sebab proporsi jumlah warga Lansia masa mendatang semakin besar. Bahkan, kata dia, mereka bisa menyamai jumlah anak Bawah Lima Tahun (Balita).“Populasi Lansia terus bertambah akan menjadi beban jika mereka hidup bergantung orang lain. Harus bergerak mencari solusi mulai dari sekarang,” kata Eka di Jakarta Kamis, 5 April 2012 siang. (www.tempo.co, 06 April 2012) Wakako: Payakumbuh Ingin Jadi Kota Ramah Lansia. Wakil Walikota Payakumbuh, Sumatera Barat, Suwandel Muchtar, mengatakan kota itu bercita-cita menjadikan daerahnya menjadi kota ramah lanjut usia dengan mempersiapkan sejumlah fasilitas dan infrastuktur. “Ke depan kita akan mempersiapkan sejumlah fasilitas dan infrastruktur untuk pelayanan terhadap lansia di payakumbuh” kata dia di Payakumbuh, Senin 18 Februari 2013. (www.antarasumbar.com) Depok Berpeluang Menjadi Kota Ramah Lansia. Ketua Umum Perhimpunan Gerontologi Indonesia (Pergeri), Toni Setiabudhi, mengatakan Depok bisa menjadi contoh sebagai kota yang ramah terhadap para lanjut usia. Hal tersebut disampaikannya dalam acara pelantikan Pengurus Pergeri Kota Depok periode 2009-2013 di RS Hermina, Depok, Rabu (27/05). Menurut Toni, salah satu indikasi Depok siap menjadi kota yang ramah pada para lansia adalah dengan dibangunnya jalur khusus penyeberangan di depan RS Bhakti Yudha dan depan gedung Pemkot Depok. Tempat penyebaran itu dilengkapi tombol untuk menyalakan lampu
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
137
merah jika lansia akan menyeberang jalan. Selain itu, Depok memiliki 344 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) yang tersebar di enam kecamatan di Kota Depok. “Saya harapkan Depok bisa menjadi ujung tombak,” ujarnya. (www.tempo.co, 27 Mei 2009) Dr. Nugroho Abikusno, komisioner Komnas Lansia mengatakan, sebenarnya tidak terlalu sulit menciptakan kota ramah lansia asalkan pemerintah memiliki komitmen.”Sederhana saja penerapannya, misalnya trafficlight untuk menyeberang dibuat lebih lama karena lansia berjalan lebih lambat. Di kawasan belanja di tempatkan banyak tempat duduk dan toilet karena para lansia mudah lelah dan sering buang air kecil,” ujarnya.(www.beritasatu. com, 06 April 2012) Dr. Martina Wiwi, SpKJ dari Asosiasi Alzheimer Indonesia mengatakan tidak ramahnya infrastruktur di Indonesia telah mengakibatkan kerugian secara ekonomi.”Banyak lansia dari negara lain yang ingin berlibur di Indonesia, tetapi mereka tentu bertanya apakah Indonesia memilikifasilitas penitipan/ day care untuk lansia yang memadai?”ujar Martina. (www.beritasatu.com, 06 April 2012) Sambut Hari Lansia Internasional, Surabaya Targetkan Kota Ramah Lansia. Pemberian pelayanan yang lebih baik terhadap Lansia oleh RSUD BDH merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan program Surabaya Ramah Lansia, yang dilakukan pula oleh seluruh instansi yang ada di Pemerintah Kota Surabaya. Kepala Seksi Bina Swadaya Sosial, Dinas Sosial Kota Surabaya, Panandaka Candra Ramayana mengatakan, berbagai program diadakan untuk mendukung 138
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Surabaya Ramah Lansia. “Di Dinas Sosial telah menganggarkan 9 Milyar Rupiah untuk menunjang makanan untuk Lansia di Surabaya, khususnya Lansia miskin dan sangat miskin,” Candra Ramayana menjelaskan. “Jumlah lansia ini lebih besar dari balita di Surabaya sekitar 2,5 persen. Karena itu, lansia layak mendapatkan perhatian besar,” ujarnya menambahkan. Selain itu di beberapa Dinas atau instansi pemerintah juga mengupayakan program yang ramah lansia. “Dinas PU misalnya, mereka membangun harus memperhatikan kebutuhan serta kemudahan bagi lansia, seperti membuat pegangan pada fasilitas umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan adanya Taman Lansia, ada juga pelatihan dan solusi bisnis untuk lansia, dan masih banyak lagi,” terangnya.( http://surabaya1.com, 22 September 2012) Jakarta Ramah Lansia, Oleh Saparinah Sadli, Guru Besar dan Peneliti Kajian Kelansiaan Universitas Indonesia:“… Ibu kota ini mesti menjadi ”Jakarta Ramah Lansia” dengan menyajikan ”Layanan Umum yang Ramah Lansia”, antara lain: (1) Membuat jalur khusus di bank bilamana banyak lansia datang mengambil uang pensiun. Mungkin jalur ini hanya diadakan di minggu pertama setiap bulan dan pada jam-jam tertentu. Mereka mengambil pensiunnya sendiri, bukan karena anaknya atau keluarganya tidak mau membantu, tetapi karena bagi lansia merasakan kemandiriannya merupakan suatu kenikmatan tersendiri. (2) Bank yang melayani para nasabah yang mengambil uang pensiun, sebaiknya menyediakan tempat duduk khusus bagi lansia yang harus menunggu pasangannya yang sedang antri
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
139
mengambil uang pensiun. (3) Perlu ada aturan agar tempat berbelanja yang besar—supermarket atau hypermarket di mal besar-- menyediakan ruang khusus bagi lansia. Lansia bisa memesan semangkok soto, sambil menunggu antrean panjang di tempat pembayaran. (4) Dalam hal angkutan umum, perlu dibenahi jalan menujupintu Bus TransJakarta yang sama sekali tidak ramah lansia, karena jalan yang harus dilalui sangat panjang, menanjak, dan kalau hujan kondisinya sangat licin. (5) Selain itu, dalam busbus kota tidak tersedia tempat duduk khusus bagi lansia. Sering ditemukan selama perjalanan, lansia harus berdiri di dalam bus kota yang biasanya sopir mengendarainya ngebut, sering berbelok tajam. Ini cukup membahayakan bagi lansia, selain juga sangat melelahkan. (6) Juga, tangga naik masuk kereta api membahayakan para lansia karena anak tangga itu tinggi. Seringkali lansia harus dibantu orang lain untuk naik tangga masuk gerbong. Kadang-kadang memang tersedia bangku kecil yang memudahkan naik tangga, tetapi jumlahnya tidak cukup sehingga penumpang berebut menggunakannya. (7) Di pusat perbelanjaan atau tempat umum lainnya, yang sering tempat satu dan tempat lain dihubungkan dengan tangga, ternyata tangga-tangga tersebut tidak selalu dilengkapi dengan pegangan di tengah atau di kedua sisi. Ini membahayakan, apalagi anakanak tangga biasanya cukup tinggi bagi seorang lansia.” (http://www.jakartanesia.com) Jumlah penduduk lansia akan mencapai 41 juta (14%) di tahun 2030. Jumlah tersebut melebihi jumlah anak di bawah lima tahun. Karena itu terciptanya kota ramah lansia tahun 2030 menjadi sebuah kebutuhan. Mewujudkan indikator setiap 140
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
dimensi —yang dinilai sangat holistik sehingga indikatornya mencapai lebih dari 90 item— menjadi ramah lansia dapat dimulai dari yang paling sederhana. Seperti yang diungkapkan oleh banyak tokoh dalam kutipan di atas,dapat dimulai dari penyediaan tempat duduk dan toilet yang lebih banyak bagi lanjut usia di mall dan pusat perbelanjaan, pemasangan pegangan tangga, penyediaan antrian khusus lansia, dan seterusnya. Di samping itu dukungan dan komitmen pemerintah yang sudah ada dalam bentuk perundangundangan maupun peraturan seharusnya diaplikasikan dalam program nyata. Sehingga pada saat ini yang diperlukan adalah perencanaan tahapan-tahapan pencapaian dari tahun ke tahun hingga tahun 2030.
7.2.Usulan Tahapan Menuju Kota Ramah Lanjut Usia Tahapan-tahapan usulan yang diuraikan dalam sub-bab ini mengacu pada frame work tahapan, siklus penilaian berkelanjutan, dan upaya meningkatkan keramahan kota dari anggota Jaringan Global Kota Ramah Lansia WHO (WHO Global Network of Age-friendly Cities). Jaringan global ini dibentuk WHO untuk mendukung kota-kota yang berkomitmen menjadi kota ramah lansia dengan cara: pertama, menghubungkan kota-kota yang berpartisipasi dalam WHO dengan satu sama lain. Kedua, memfasilitasi pertukaran informasi dan praktik terbaik (best practices). Ketiga, mengadopsi intervensi yang sesuai, berkelanjutan, serta cost-efective untuk meningkatkan kehidupan para lanjut usia. Keempat, memberikan dukungan teknis dan pelatihan. Tahapan menuju kota ramah lansia dan keberlanjutannya dapat dibagi menjadi 4 tahapan yang kontinu yaitu: Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
141
Perencanaan (Tahun ke 1-2): Dalam tahapan ini terdapat sejumlah kegiatan yang perlu dilakukan di antaranya: (1) Penggalangan Komitmen para pemangku kepentigan, pemerintah, legeslatif, LSM, swasta, para lanjut usia di mana pemerintah yang menjadi lokomotif. (2) Identiikasi data potret kelanjutusiaan; (3) Identiikasi potensi kota dalam kelanjutusiaan di antaranya meliputi: dana yang dapat dialokasikan untuk kelanjutusiaan, kelembagaan kelanjutusiaan, program kelanjutusiaan yang sudah dilakukan atau program lain yang mendukung terujudnya kota ramah lanjut usia. (4) Asesmen kota ramah lansia. (5) Mengembangkan rencana kerja 1-3 tahun ke depan dengan melibatkan para lanjut usia. (6) mengidentiikasi indikator-indikator penilaian. IImplementasi (Tahun ke 3-5): Mencakup (1) Pelaksanaan rencana kerja dan (2) memonitor indikator penilaian. Evaluasi Kemajuan (akhir tahun ke-5): (1) Mengukur kemajuan; (2) Mengidentiikasi keberhasilan dan kelemahan yang masih ada. Perkembangan Keberlanjutan Program: Mulai lagi dari proses awal untuk 5 tahun berikutnya sampai tahun 2030.
142
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Gambar 10. Tahapan Menuju Kota Ramah Lanjut Usia Tahun ke 1-2 1. Perencanaan a. Melibatkan para lansia b. Penilaian keramahan kota terhadap lansia c. Mengembangkan rencana kerja d. Mengidentifikasi indikator-indikator
4.
Perkembangan berkelanjutan siklus 5-tahun sampai dengan 2030
Tahun ke 3-5 2. Implementasi a. Pelaksanaan rencana kerja b. Memonitor indikator
3.
Evaluasi Kemajuan a. Mengukur kemajuan b. Mengidentifikasi keberhasilan dan kelemahan yang masih ada c. Menyerahkan laporan kemajuan
Hasil studi ini akan membantu Kota dalam melakukan proses perencanaan menuju kota ramah lansia. Dukungan hasil studi ini, akan disampaikan dalam bab berikutnya dari buku ini. Informasi hasil studi akan dibahas secara nasional dan juga keadaan di setiap kota dalam buku yang terpisah. Dalam setiap buku, beberapa hal yang akan dibahas adalah:
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
143
7.3.Usulan Kategori Pencapaian Per Tahapan Berdasarkan hasil baseline study ini keadaan kota di Indonesia tahun 2013 secara keseluruhan masih masuk dalam kategori orange. Karena dari 8 dimensi yang dinilai satupun belum ada yang hijau. Riciannya, 3 dimensi masuk dalam kategori kuning, 4 orange, dan satu merah. Tahun 2030 semua hasil pengukuran ini baik secara keseluruhan maupun perdimensinya ditargetkan mencapai kategori warna hijau (Tabel 25). Maka untuk meraih predikat ramah lansia tahun 2030 (warna hijau), Indonesia harus memulai perjalanan dari kategori pencapaian warna “orange” dan harus melewati fase warna “kuning” terlebih dahulu. Tabel 25. Baseline 2013 – Goal 2030 Total 14 kota Dimensi
144
Baseline 2013
goal 2030
tOtaL 1. Gedung dan Ruang Terbuka
Orange Orange
Hijau Hijau
2. Transportasi
Orange
Hijau
3. Perumahan
Orange
Hijau
4. Partisipasi Sosial
Kuning
Hijau
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
5.Penghormatan dan Inklusi/Keterlibatan Sosial 6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan 7. Komunikasi dan Informasi 8. Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan
Orange
Hijau
Merah
Hijau
Kuning
Hijau
Kuning
Hijau
Proses pencapaian tahapan menuju kota ramah lansia tahun 2030 dimulai tahun 2015. Tahun 2014 bisa digunakan sebagai tahun persiapan. Tahapan-tahapan yang direkomendasikan adalah: tahun pertama (2014) adalah tahun persiapan untuk semua program kerja.Tahun 2015 merupakan tahun dimulainya program atau pelaksanaan terhadap komitmen menjadi kota ramah lanjut usia. Di tahun 2018 atau 3 tahun pelaksanaan program pertama harus dilakukan evaluasi terhadap programprogram yang sesuai atau permasalahan yang dihadapi. Setelah membuat hasil evaluasi dari 3 tahun pertama maka mulai tahun 2018 mulai dibuat program 5 tahunan menuju kota ramah lanjut usia di tahun 2030. Indeks total untuk mencapai kategori warna hijau pada tahun 2030 memerlukan skor minimal 32.1%. Dengan asumsi presentase pertumbuhan rata-rata yang linier per tahun diperlukan minimal 2.1%(Tabel 26).Berdasarkan hasil studi ini dimensiyang masih membutuhkan presentase paling besar untuk mencapai kategori warna hijautahun 2030 adalah dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan. Untuk mencapai kategori warna hijau tahun 2030 masih membutuhkan minimal 58.1% dengan asumsi perubahan per tahun yang linier dan sama mencapai rata-rata minimal 3.9%. Sedangkan dimensi yang membutuhkan presentase pencapaian paling ringan atau sedikit untuk mencapai
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
145
kategori warna hijau adalah dimensi Partisipasi Sosial sebesar minimal 19.4% dengan asumsi pertumbuhan pertahun yang sama dengan rata-rata pencapaian pertahun minimal 1.3%. Tabel 26. Gambaran Umum Persentase Penilaian14 kota Dimensi 1. Gedung dan Ruang Terbuka 2. Transportasi 3. Perumahan 4. Partisipasi Sosial 5. Penghormatan dan Inklusi Keterlibatan Sosial 6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan 7. Komunikasi dan Informasi 8. Dukungan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan Total
Indeks 2013
Minimal indeks 2030
35.2
75.0
39.8
2.7
40.1 31.3
75.0 75.0 75.0
34.9 43.7
2.3 2.9
19.4
1.3
55.6
Minimal Minimal progres 15 progres per tahun tahun
48.7
75.0
26.3
1.8
16.9
75.0
58.1
3.9
52.2
75.0
22.8
1.5
53.8
75.0
21.2
1.4
42.9
75.0
32.1
2.1
Dengan mengasumsikan pertumbuhan per tahun-nya sama pada tiap dimensi, Tabel 27 menampilkan kategori pencapaian per tahapan. Pada tahun 2018 indeks total masih orange, 4 dimensi mencapai kategori wana orange dan 4 dimensi lainnya sudah mencapai warna kuning. Di tahun 2023 indeks total berwarna kuning, namun satu dimensi masih orange. Pada 146
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
tahun 2028 indeks total semua dimensi sudah mencapai kategori warna kuning. Akhirnya tahun 2030, indeks total semua dimensi mencapai warna hijau. Tabel 27. Gambaran Umum Progres 15 Tahun Ke depan Dimensi
2013
2018
2023
2028
2030
1. Gedung dan Ruang Terbuka
Orange Orange
Kuning
Kuning
Hijau
2. Transportasi
Orange Orange
Kuning
Kuning
Hijau
3. Perumahan
Orange Orange
Kuning
Kuning
Hijau
Kuning
Kuning
Kuning
Hijau
Orange Kuning
Kuning
Kuning
Hijau
Merah
Orange
Orange
Kuning
Hijau
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Hijau
4. Partisipasi Sosial Kuning 5. Penghormatan dan Inklusi Sosial 6. Partisipasi Sipil dan Pekerjaan 7. Komunikasi dan Informasi 8. Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan Total
Kuning Kuning
Kuning
Kuning
Hijau
Orange Orange
Kuning
Kuning
Hijau
7.4. Menemukan Strategi Menuju Kota Ramah Lanjut Usia 2030 Strategi menuju kota ramah lanjut usia 2030 adalah,pertama, mencermati hasil deskriptif setiap indikator dengan mengawali mengerjakan indikator yang “mudah”, skor penilaian yang rendah, dan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder). Beberapa contohnya adalah indikator “Peraturan lalu lintas ditaati dengan pengendara memprioritaskan pejalan Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
147
kaki”. Tahun 2013 skor indikator tersebut 30% dan stakeholdernya adalah masyarakat luas. Kemudian indikator “Terdapat pelayanan pelanggan khusus bagi lansia (seperti tempat antrian terpisah dan tempat khusus lansia)”, skornya hanya 13% dan stakehodernya adalah swasta umum. Pada sub bab berikutnya akan disampaikan hasil indikator per dimensi. Strategi kedua adalah menjadikan komitmen mewujudkan kota ramah lanjut usia sebagai suatu gerakan advokasi tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga pada tingkat provinsi dan tingkat kota. Selanjutnya setiap kota meneruskan kepada satuan kerja, dinas, dan unit administrasi kecil lainnya. Selain dari itu, program implementatifnya harus mencakup meliputi berbagai sektor. Karena itu strategi berikutnya adalah upaya pengarusutamaan isu ramah lanjut usia dalam berbagai bidang. Mengingat dimensi kota ramah lanjut usia tidak selalu langsung berhubungan dengan kaum lanjut usia tetapi juga dengan masyarakat umum. Sebanyak 30 dari total 95 indikator WHO yang dipergunakan dalam studi ini merupakan indikator yang tidak langsung berhubungan dengan lanjut usia. Misalnya indikator “Tempat-tempat umum bersih dan nyaman”, “Peraturan lalu lintas ditaati dengan pengendara memprioritaskan pejalan kaki”. Hal ini menandakan kota ramah lanjut usia sebenarnya juga merupakan kota ramah bagi semua kelompok umur. Strategi lainnya adalah pemerintah membuat sejumlah peraturan yang terkait langsung dengan lanjut usia, seperti diperlihatkan dalam Bab 5. Namun tidak cukup hanya itu saja, peraturan yang dibuat harus mencakup atau masuk dalam peraturan yang bersifat umum seperti dokumen-dokumen kebijakan. Di sebagian kota, sejumlah alikasi program mulai 148
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
memperhatikan kebutuhan para lanjut usia meski tidak tercantum dalam dokumen kebijakan pembanguan. Contoh seperti ungkapan salah satu pemangku kepentingan berikut: “menginduk kepada Renja dan Renstra SKPD nggak ada yang harus ke lansia, fokus ke lansia, padahal sebenarnya program itu juga mendukung untuk lansia, misalnya kalau di Dinas PU pembangunan marka jalan khusus lansia, di perhubungan ada jembatan penyebrangan orang (JPO) khusus lansia, terus halte-halte khusus lansia sebenarnya sudah ada. Cuma karena dalam kegiatannya tidak membunyikan itu harus untuk lansia, jadi kita untuk mem-breakdown kegiatan apa untuk lansia itu nggak spesifik, jadi sebenarnya sudah banyak kegiatan. Yang kita benar-benar menemukan kegiatan yang ada kata-katanya lansia cuma di sosial dan kesehatan”(SKPD Jakarta, 06 Maret 2013) Dari contoh tersebut, upaya lain yang sangat bermanfaat adalah memasukkan item-item check list dalam aturan dan juga Renja SKPD. Ini pentinguntuk meningkatkan komitmen dan memberikan landasan kuat pada pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan program-program yang ramah lanjut usia. Komitmen pemerintah Indonesia untuk mewujudkan kota ramah lanjut usia secara nasional dilihat dari peraturan perundang-undangan sudah ada, namun belum lengkap dan belum menyentuh semua aspek penting check list kota ramah lansia yang digagas oleh WHO. Di antaracheck list esensial yang belum ada pada peraturan pemerintah dalam tabel13 adalah ”Area publik bersih dan nyaman (RLA01a)” dan “Keamanan di Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
149
luar ruangan didukung oleh penerangan jalan yang baik, polisi patroli, dan pendidikan komunitas (RLA08a)”. Artinya komitmen pemerintah yang sudah ada ini belum banyak diimplementasikan dalam kebijakan dan program. Selaindiperlukan peningkatan implementasi dari apa yang diamanatkan peraturan, adanya koordinasi yang baik antarsektor dan pemangku kepentingan juga sangan menentukan untuk kecepatan perwujudan kota ramah lanjut usia di Indonesa. Di lain pihak, keberadaan lembaga/organisasi independen esensial untuk mengkritisi pemangku kepentingan yang tidak memiliki planning dan tidak implementatif juga diperlukan. Di atas segalanya implementasi perwujudan kota lanjut usia bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi semua pemangku kepentingan. Deseminasi hasil penelitian Hasil studi ini telah didiseminasikan ke sejumlah pemerintah kota dan provinsi sampel sejak bulan Mei 2013 dan akan terus dilanjutkan sampai tahun 2014 dengan menyampaikan ke tingkat nasional. Kegiatan diseminasi dikemas dalam agenda workshop terbatas dengan tema “Satu Langkah Menuju Impian Lanjut Usia Kota Ramah lanjut Usia 2030”. Di sejumlah kota workshop ini diikuti oleh walikota atau wakil walikota, perwakilan SKPD terkait di lingkungan pemerintahan kota, dan stakeholder lainnya. Tanggapan dari stakeholder perkotaan, mereka sangat menyambut baik hasil studi dan akan menindaklanjutinya. Para stakeholders menjadikan hasil penelitian ini dan terutama indikatornya sebagai pegangan dalam melakukan pembangunan menuju kota ramah lanjut usia. Mereka setuju rekomendasi
150
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
memulai pembenahan dari indikator yang nilainya rendah dan tidak memerlukan banyak dana. Mereka juga berencana akan mengintegrasikan dengan program-program lain yang sifatnya saling melengkapi seperti program kota layak anak, kota sejahtera, kota inklusi, dan lain-lain. Bahkan sejumlah kepala pemerintahan ingin mencapai kota ramah lanjut usia sebelum tahun 2030, seperti Pemkot Payakumbuh dan Denpasar. Berikut di antara contoh petikan dokumentasi diseminasi: “Sementara Walikota Denpasar I.B Rai Dharmawijaya Mantra menyambut baik studi kasus menuju Kota Ramah Lanjut Usia yang dilakukan lembaga SurveyMETER. Saat ini Denpasar telah memulai dengan mewujudkan Kota Layak Anak, Kota Sehat, dan Kota LayakPenyandangDisabilitas yang dilakukanmelaluiberbagaiprogramkegiatan, danmelakukan perbaikan beberapa fasilitas penunjang. Dari studi kasus yang telah dilakukan SurveyMETER ada beberapa kesamaan menuju Kota Layak Lansia, salahsatunyapenataaninfrastrukutursepertitrotoar dan ruang terbuka hijau.Di samping itu perbaikan tempat parkir, dan publik transport dengan membuat angkutan pengumpan Sarbagita sebagai penunjang program tersebut telah dilakukan Pemerintah Kota Denpasar, namun masih menemui beberapa kendala.“Program ini sangat baik dan dapatdijadikansebagaiprogrampembangunan Kota Denpasar yang nantinya bermuara pada Kota Ramah Semua Usia,” ujar Rai Mantra.” (Walikota Kota Denpasar, 12/6/2013). “Aparatur perlu mendukung program Kota ramah lanjut usia 2030 sehingga tidak ada nantinya lansia yang “berkeliaran” di jalan-jalan tetapi lanjut usia adanya di taman bersantai Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
151
dengan para cucu. “Program kota ramah lansia akan disinergikan dengan program kota layak anak dan kota sehat. Di Kota Depok, akan dicanangkan Kota Ramah Lansia pada tahun 2014, karena Depok sudah memiliki konsep dan program untuk Kota Ramah Lansia”. (Wakil Walikota Depok, 25/6/2025). “Menanggapi hasil survei tersebut, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan akan segera membenahi indikator yang pencapaiannya rendah.”Selaku pemerintah kota, saya membutuhkan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan kota ramah lansia,” jelas Rizal Effendi. Dalam hal perumahan, Rizal berharap agar pengelola rumah susun mengutamakan para lansia untuk menempati lantai bawah agar memudahkan akses mereka. Sementara untuk partisipasi sipil dan pekerjaan, Rizal berharap agar terdapat berbagai macam kesempatan kerja bagi lansia. “Lansia bisa dipekerjakan pada sektor-sektor yang membutuhkan keahlian mereka tanpa terhalang oleh batasan fisik dan usia,’’ ujar Rizal. Dia mencontohkan negara Singapura yang menyediakan pekerjaan yang fleksibel dan kerja paruh waktu yang cocok bagi lansia seperti di bidang pariwisata, penjual makanan dan minuman, dan pelayanan industri.“Saya bercita-cita Balikpapan akan memiliki taman yang nyaman bagi para lansia, di mana mereka dapat duduk sembari menikmati udara segar, olahraga, membaca buku, hingga memancing,” harap Rizal. Dia berpesan kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkot Balikpapan agar segera menyusun perencanaan dan tindak lanjut dalam mewujudkan Kota Balikpapan sebagai kota ramah lanjut usia.” (Walikota Balikpapan, (3/7/2013). 152
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
“Pemerintah Provinsi Bali bakal merancang peta jalan (road map) menuju terwujudnya Pulau Dewata yang ramah untuk kaum lanjut usia.”Makin maju sebuah negara, maka jumlah lansianya akan meningkat. Selain jumlahnya meningkat, mereka juga banyak yang potensial dengan berbagai ide dan pengalaman,” kata Gubernur Bali, Made Mangku Pastika saat menerima Direktur SurveyMETER Dr Ni Wayan Suriastini di Denpasar, Jumat (5/7/2013). Ia berharap road map tersebut bisa terwujud sebelum 2030. “Makin meningkatnya usia harapan hidup berimplikasi pada bertambahnya jumlah lansia secara nasional maupun Bali khususnya, sehingga keberadaan mereka perlu mendapat perhatian serius dari pemangku kepentingan dan masyarakat luas,” ujarnya. Ia berpendapat, jika sudah mendapat perhatian serius, maka lansia dapat menikmati sisa hidupnya secara lebih berkualitas baik fisik maupun mental”.(Gubenur Bali, 5/7/2013).
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
153
154
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
KeSIMpULan
Tingkat kesesuaian kota-kota di Indonesia dalam memenuhi kriteria kota ramah lanjut usia kurang dari 43%. Dimensi kota ramah lanjut usia yang terdepan di Indonesia adalah Partisipasi Sosial, Dukungan Komunitas dan Pelayanan Kesehatan, serta Komunikasi dan Informasi yang mencapai lebih dari 52%. Kota kecil lebih maju dalam pemenuhan kriteria kota ramah lanjut usia. Srategi menuju kota ramah lanjut usia tahun 2030, dapat dimulai dengan membenahi indikator yang pencapaiannya rendah, tidak memerlukan banyak dana, dan melibatkan semua pemangku kepentingan. Hasil studi mensuplai asesmen, data, rekomendasi yang diperluan untuk perencanaan menuju kota ramah lanjut usia tahun 2030.Di atas segalanya diperlukan komitmen dari pemerintahan kota dan pemangku kepentingan lainnya untuk bisa menggapai kota ramah lanjut usia tahun 2030.
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
155
156
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
DaFtaR pUStaKa
Azizah, Ma’rifatul, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu. Yogyakarta Darmojo & Martono, 2004. Buku Ajar Geriatri( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI : Jakarta Hurlock, E.B, 1990. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. (Edisi Kelima). Erlangga. Jakarta http://www.antarabali.com. 2013. Bali Rancang Peta Jalan Menuju Ramah Lansia. http://www.antarabali.com/berita/41082/ bali-rancang-peta-jalan-menuju-ramah-lansia?utm_ source=twitterfeed&utm_medium=facebook http://padangekspres. co. id. 2013. Payakumbuh Direkomendasi Menjadi KRL ke WHO. http://padangekspres.co.id/? news=berita&id=43462 http://padang-today.com.2013.Payakumbuh Direkomendasi Menjadi KRL ke WHO. http://padang-today.com/?mod=beri ta&today=detil&id=44462 Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
157
http://upt.denpasarkota.go.id. 2013. Lembaga Survey Meter Jadikan Denpasar Pilot Project Kota Ramah Lansia.http://upt. denpasarkota.go.id/main.php?act=news&kd=8965 Kuntjoro, 2002. Depresi pada Lanjut Usia. http://www.e-psikologi. com. 20 September 2007 Lumbantobing, 2006. Kecerdasan pada Lanjut Usia Lanjut dan Dimensia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 7-15 Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik ed.4, alih bahasa Yasmin Asih. EGC. Jakarta, 723, 738-739, 752 Stanley dan Beare, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed. 2. Alih bahasa Juniarti dan Kurnianingsih. EGC. Jakarta. 43, 166-170, 367,368 www.denpasarkota.go.id. 2013. Lembaga Survey Meter Jadikan Denpasar Pilot Project Kota Ramah Lansia. http://humasdepok.blogspot.com. 2013.Depok Akan Canangkan Kota Ramah Lansia Tahun Depan. http://humasdepok. blogspot.com/2013/06/depok-akan-canangkan-kotaramah-lansia.html www.balikpapan.go.id. 2013.Balikpapan Menuju Kota Ramah Lansia. http://www.balikpapan.go.id/index.php?option =com_content&view=article&id=5605%3Abalikpap an-menuju-kota-ramah-lansia&catid=1%3 Aberita-kota & lang=in www.kaltimpost.co.id. 2013. Balikpapan Paling Ramah Lansia. http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/24474/ balikpapan-paling-ramah-lansia.html
158
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
LaMpIRan
Lampiran 1 Global Network Of Age-Friendly Cities WHO mendukung kota-kota yang berkomitmen menjadi kota ramah lansia dengan membentuk jaringan global kota ramah lansia (Global Network of Age-friendly Cities). Yang bisa menjadi anggota dari jaringan global ini adalah kota-kota yang berpartisipasi dalam jaringan dan bersedia untuk berkomitmen dengan siklus penilaian keberlanjutan dan meningkatkan keramahan dari kota mereka. WHO Global network ini melakukan aktivitas: pertama, menghubungkan kota-kota yang berpartisipasi dalam WHO dengan satu sama lain. Kedua, memfasilitasi pertukaran informasi dan praktikterbaik (best practices). Ketiga, mengadopsi intervensi yang sesuai, yang berkelanjutan serta cost-efective untuk meningkatkan kehidupan para lanjut usia. Keempat, memberikan dukungan teknis dan pelatihan. Sejumlah keuntungan menjadi anggota Jaringan Global Kota Ramah Lansia yaitu: (1) Hubungan dengan jaringan global para pakar/ahli lansia dan masyarakat sipil. (2) Akses terhadap informasi Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
159
kunci tentang program: berita terkini, best practices, even-even, hasil, tantangan dan inisiatif baru melalui praktik masyarakat kota kota ramah lansia (www.who.int/ezcollab/ afc_network). (3) Mendapatkan petunjuk teknis dan pelatihan melalui proses implementasi kota ramah lasia. (4) Kesempatan untuk kerja sama dengan kota lain. Syarat untuk bergabung dalam Network ini adalah: (1) melengkapi formulir pendaftaran ini yang bisa diakses di www.who.int/ ageing/age_friendly_cities/en/index.html; (2) mengirimkan surat dari Bupati/Walokotadan kantor administrasi kabupatenkepada WHO yang menyatakan komitmen mereka terhadap Siklus Jaringan dari perkembangan yang berkelanjutan; (3) memulai siklus dari empat tahap berikut: 1. Perencanaan (Tahun ke 1-2): Tahap ini terdiri dari empat langkah; (a) Pembentukan mekanisme yang melibatkan para lansia melalui siklus Kota ramah lansia. (b) Penilaian awal (baseline) terhadap keramahan dari kota tersebut. (c) Pembentukan rencana kerja 3 tahunan untuk seluruh kota berdaasarkan hasil penilaian awal. (d) mengidentiikasi indikator untuk memonitor progress. 2. Implementasi (Tahun ke 3-5): Penyelesaian tahap1 yang tidak lebih dari dua tahun setelah bergabung dengan Network, semua kota harus menyerahkan rencana-kerja (action plan) mereka kepada WHO sebagai peninjauan dan pengesahkan (review and endorsement). Atas persetujuan dari WHO, kota-kota tersebut akan melaksanakan program dengan masa periode 3 tahun. 3. Evaluasi progres (akhir tahun ke 5): Pada akhir tahun pertama pelaksanaan, kota-kota tersebut harus menyerahkan laporan hasil pelaksanaan/progress dari WHO yang menggambarkan kemajuan menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan pada tahap 1. 160
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
4. Perkembangan Kontinu: Jika ada kemajuan yang terlihat dari rencana kerja original, kota-kota tersebut akan melanjutkan ke tahap perkembangan kontinu. Mereka akan diundang untuk mengembangkan rencana kerja yang baru (durasi sampai 5 tahun) bersama dengan indikator-indikator yang terkait. Kemajuan dari rencana kerja baru ini akan diukur pada akhir periode tahap kedua ini. Kota-kota tersebut bisa melanjutkan keanggotaan mereka dalam Network dengan memasuki siklus implementasi selanjutnya. Siklus Network Kota ramah lansia Global tahun ke 1-2
d.
4.
c.
Perencanaan Melibatkan para lansia Penilaian keramahan kota terhadap lansia Mengembangkan rencana kerja Mengidentifikasi indikatorindikator
1. a. b.
Perkembangan berkelanjutan siklus 5-tahun
tahun ke 3-5 2.
Implementasi a. Pelaksanaan rencana kerja b. Memonitor indikator
3.
Evaluasi Kemajuan a. Mengukur kemajuan b. Mengidentifikasi keberhasilan dan kelemahan yang masih ada c. Menyerahkan laporan kemajuan
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
161
Formulir aplikasi untuk bergabung Kontak detail Kota: 1) Nama Kabupaten /Kota dan Negara: *
2) Alamat lengkap: *
3) Nama Bupati: *
4) Nama lengkap, peran dan gelar dari kontak person: *
5) E‐mail kontak person: *
Format E‐mail sebagai berikut "
[email protected]" 6) Mohon tuliskan alamat web site Anda atau website lain dari pemrakarsa Kota Ramah Lansia: http://
Format URL sebagai berikut "http://xxxxx". 7) Apakah kota ini merupakan anggota Program Nasional? * Ya Tidak
8) Mohon lampirkan surat dari Bupati dan kantor administrasi kabupaten yang menyatakan kesediaannya untuk berkomitmen dalam melaksanakan/menyelesaikan ke‐empat langkah yang disebutkan di atas dalam jangka waktu 2 tahun kedepan; Ukuran file maksimal 5MB.
162
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
Sertakan informasi‐informasi tambahan berikut jika memungkinkan:
1) Berapa persen lansia yang tinggal di kota ini (umur 65 dan 65 ke atas)
2) Apakah memiliki dana untuk melaksanakan proyek ini?
3) Apakah ada proyek lain yang berkaitan dengan proyek ini atau proyek yang ditargetkan untuk para lansia yang akan atau sedang dilaksanakan di kota ini? Jika ada, gambarkan tentang proyek tersebut.
4) Apakah sudah dilaksanakan proses penilaian awal dari keramahan kota terhadap lansia? Sudah Belum
5) Jika proses penilaian awal sudah dilakukan, lampirkan rencana 3‐tahun kota jika ada:
Satu langkah menuju Impian Lanjut Usia, Kota Ramah Lanjut Usia 2030
163