Penulis
:
Dhina Mustika Sari Triana Fitriastuti
ISBN : 978-602-6834-26-3 © 2017. Mulawarman University Press Edisi
:
Februari 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit Isi di luar tanggung jawab percetakan.
Sari, D. M., dan Fitriastuti, T. 2017. Dasar Akuntansi : Pemahaman Konsep dan Praktek. Mulawarman University Press. Samarinda
Penerbit Mulawarman University PRESS Gedung LP2M Universitas Mulawarman Jl. Krayan, Kampus Gunung Kelua Samarinda – Kalimantan Timur – INDONESIA 75123 Telp/Fax (0541) 747432; Email :
[email protected]
= ii =
PENGANTAR
Akuntansi merupakan disiplin ilmu yang terus berkembang, baik akademis maupun praktis. Perkembangan praktis dipicu perkembangan bisnis didukung perkembangan teknologi informasi. Kondisi seperti ini tentu berpengaruh terhadap praktik akuntansi. Akuntansi merupakan bahasa bisnis sebab apapun bentuk usahanya tetap perlu pemahaman akuntansi. Umumnya akuntansi dianggap sebagai sesuatu yang rumit, sehingga menyebabkan pelaku usaha mengabaikan sistem akuntansi. Minimnya pelatihan dasar akuntansi kepada pelaku usaha terutama mikro, kecil dan menengah menjadi bukti masih banyak persepsi bahwa akuntansi hanya untuk entitas usaha besar. Implementasi proses akuntansi tidaklah sulit, hanya mencatat setiap transaksi sesuai kondisi transaksi sebagai kunci proses akuntansi. Buku ini diterbitkan atas dasar kecintaan penulis kepada bidang akuntansi terutama menyangkut pemahaman dasar ilmu akuntansi. Buku ini merupakan rangkuman hasil riset “Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Atas Informasi Akuntansi dalam Usaha”. Terimakasih pada semua pihak yang mendorong penerbitan buku ini, terutama rekan-rekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman, Tim Riset yang terus memberi semangat penyelesaian buku ini, serta semua peneliti yang penelitiannya ditampilkan dalam buku ini. Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan dalam usaha penyempurnaan tulisan di masa datang. Semoga materi yang disajikan dapat memenuhi sebagian harapan para pembaca Samarinda, Februari 2017 Tim Penulis = iii =
DAFTAR ISI
PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………..
v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………….
vi
BAB I AKUNTANSI DAN DEFINISI A. Definisi Akuntansi …………………………………………………..….......................... B. Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi …………………………………… C. Peran Akuntansi dalam Pengelolaan Usaha ………………………………… D. Transaksi Bisnis …………………………………………………………………………………. E. Konsep Persamaan Akuntansi ………………………………………………………….
1 3 6 7 8
BAB II PROSES AKUNTANSI : RANGKAIAN PEREKAMAN TRANSAKSI A. Double Entry vs Single Entry dan Accrual Basis vs Cash Basis ….. B. Proses Akuntansi …………………………………………..…………………………………… C. Mengenal Akun (Rekening) dalam Akuntansi ……………………………… D. Jurnal : Pencatatan Awal …………………………………………………………………. E. Buku Besar dan Neraca Saldo ..………………………………………………………….
16 18 19 25 32
BAB III PROSES PERSIAPAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN A. Proses Penyesuaian ………………………………………………..….......................... B. Penyusutan (Depresiasi) …………………………………………………………………… C. Neraca Lajur …………………………………………..……….……………………………………
35 36 41
BAB IV LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI OUTPUT PROSES AKUNTANSI A. Konsep Umum Laporan Keuangan ……………………..….......................... B. Laporan Laba-Rugi Komprehensif …………….…………………………………… C. Laporan Perubahan Ekuitas ……………………………………………………………… D. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) ………………………………………………….
42 42 44 44
CONTOH SOAL ………………………………………………………………………………………….
47
LATIHAN SOAL ………………………………………………………………………………………..
55
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………
57
= iv =
DAFTAR TABEL
Tabel-1. Definisi Akuntansi …………………………………………………………………..
3
Tabel-2. Pengguna Informasi Akuntansi dan Contoh Informasi yang Dibutuhkan serta Keputusan yang Dibuat ………………………….
6
Tabel-3. Daftar Posisi Debet dan Kredit Masing-Masing Akun ………
25
Tabel-4. Ayat Jurnal Penyesuaian ………………………………………………………..
37
Tabel-5. Contoh Format Neraca Lajur …………………………………………………..
41
Tabel-6. Daftar Pengelompokan Akun dalam Lap. L/R …………………….
43
Tabel-7. Daftar Pengelompokan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ……..
46
= v=
DAFTAR GAMBAR
Gambar-1.
Bagan Pengguna Informasi Akuntansi …………………………..
4
Gambar-2. Proses Aliran Kas dalam Perusahaan ……………………………..
8
Gambar-3. Ilustrasi Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang …
9
Gambar-4. Ilustrasi Perubahan yang Terjadi Pada Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang – (1) Dampak di Kedua Sisa ……………………………………………………………………………….
10
Gambar-5. Ilustrasi Perubahan yang Terjadi Pada Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang – (2) Dampak di Salah Satu Sisi ………………………………………………………………………..
11
Gambar-6. Ilustrasi Perubahan yang Terjadi Pada Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang – (2) Dampak di Sisi yang Sama ……………………………………………………………………..
12
Gambar-7. Proses Akuntansi …………………………………………………………………..
18
Gambar-8. Contoh Jurnal ………………………………………………………………………… 26 Gambar-9. Mekanisme Penjurnalan ……………………………………………………..
27
Gambar-10. Contoh Penyajian Buku Besar ……………………………………………. 33 Gambar-11. Contoh Penyajian Neraca Saldo …………………………………………. 34 Gambar-12. Contoh Laporan Laba Rugi …………………………………………………… 43 Gambar-13. Contoh Laporan Perubahan Ekuitas ………………………………….. 44 Gambar-14. Contoh Neraca………………………………………………………………………… 45
= vi =
BAB I
AKUNTANSI DAN DEFINISI A. Definisi Akuntansi Akuntansi selama ini umumnya sering dimaknai sama dengan kegiatan pembukuan keuangan. Pada dasarnya, akuntansi adalah sebuah proses pertanggungjawaban, di mana setiap penggunaan dan penerimaan dana pada suatu entitas harus tercatat secara memadai dan disusun laporannya. Akuntansi selama ini seringkali dipersepsikan sebagai kegiatan yang rumit dan sulit, sehingga inisiatif pribadi dari penerapan proses ini jarang muncul dari kalangan pelaku usaha. Pelaku usaha dengan catatan dan histori keuangan yang baik dan memadai masih belum banyak ditemukan dalam kelompok pelaku usaha di Indonesia. Fenomena yang sangat disayangkan karena peran dan dampak penerapan akuntansi dalam pengelolaan usaha begitu vital. Hal ini terjadi utamanya pada entitas mikro, kecil, dan menengah yang menganggap bahwa proses akuntansi hanya diperuntukkan bagi perusahaan yang besar dan mapan. Tentu saja ini adalah sebuah anggapan yang salah karena akuntansi tidak memandang besar kecilnya sebuah entitas. Manusia sebagai entitas tunggal pun pada dasarnya dapat melaksanakan
proses
akuntansi
mengingat
adanya
kebutuhan
melakukan pertanggungjawaban setidaknya untuk diri sendiri karena histori uang masuk dan keluar perlu untuk dipantau dan dikendalikan. Akuntansi sendiri pada dasarnya bukanlah proses yang rumit dan sulit. Kunci memahami akuntansi adalah pemahaman dan kesediaan untuk mencatat transaksi satu demi satu sesuai urutan kejadian dan sesuai dengan kondisi transaksi. Akuntansi dimulai dari perekaman transaksi sampai penyajian laporan keuangan, dalam periode tertentu. Periode akuntansi sendiri, bervariasi tergantung kebutuhan dari entitas itu sendiri. Umumnya periode akuntansi adalah satu tahun buku, yakni dimulai pada = 1=
tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Untuk memudahkan pelaporan di akhir periode, dalam perjalanannya proses akuntansi dilakukan dalam masa 1 (satu) bulan untuk kemudian digabungkan dalam pelaporan akhir tahun. Informasi yang dihasilkan dalam laporan keuangan merupakan informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan usaha, baik oleh pihak internal maupun eksternal entitas. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan (Jusup, 2011: 4). Ditinjau dari visual proses, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan suatu entitas (Jusup, 2011:5). Proses tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Pencatatan, merupakan proses mencatat setiap transaksi atau aktivitas bisnis yang dilakukan oleh entitas. Tujuan dari proses ini untuk
melakukan
perekaman
transaksi/aktivitas
bisnis
yang
dilakukan sehingga peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi dapat ditelusuri secara pasti. Proses ini mensyaratkan adanya bukti pendukung, seperti kuitansi, nota, faktur, dan lain-lain. 2. Penggolongan, adalah proses pengelompokan setiap transaksi/ aktivitas bisnis yang dicatat pada proses sebelumnya ke dalam kelompok akun yang sejenis. Tujuan dari proses ini adalah; (a) dapat diketahui secara pasti dan rinci mengenai kondisi masing-masing akun terutama dalam hal saldo dan frekuensi mutasinya, (b) memudahkan dalam proses penyusunan laporan keuangan. 3. Peringkasan, merupakan proses penyederhanaan dari mutasi transaksi yang terjadi, di mana transaksi/aktivitas bisnis ini telah melalui tahapan penggolongan sebelumnya. Tujuan dari proses ini adalah untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan karena pada = 2=
proses ini jumlah saldo seluruh akun yang telah dikelompokkan disajikan secara ringkas. 4. Pelaporan, merupakan proses penyusunan laporan keuangan yang bersumber dari tahapan sebelumnya. Proses ini merupakan keluaran yang dihasilkan dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan entitas, aktivitas ekonomi entitas, dan perubahan modal (ekuitas) yang dimiliki oleh suatu entitas. 5. Penganalisisan data keuangan, merupakan proses analisis yang dilakukan oleh pengguna laporan. Proses ini dilakukan untuk dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Setiap tahapan dilakukan dalam dokumen yang berbeda dengan sistem pencatatan berantai. Dokumen yang dihasilkan dari setiap tahapan menjadi dasar pelaksanaan tahapan selanjutnya. Ketika terdapat kesalahan pencatatan dalam dokumen awal maka akan berakibat hasil penyajian laporan keuangan tersebut menjadi tidak informatif. B. Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasil kepada pengambil keputusan. Akuntansi dapat didefinisikan dari 2 (dua) sudut pandang, yakni pemakai dan pengguna. Tabel-1. Definisi Akuntansi Definisi dari Sudut Pemakai 1. Akuntansi dilaksanakan dalam suatu entitas yang menghasilkan informasi tentang entitas tersebut 2. Informasi akuntansi digunakan dalam pengambilan keputusan internal dan eksternal
Definisi dari Sudut Pengguna 1. Proses identifikasi data yang relevan dengan keputusan yang diambil 2. Proses analisis data yang relevan 3. Proses pengolahan data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan = 3=
Pengguna informasi akuntansi terbagi atas 2 (dua) kelompok, yakni pengguna internal dan eksternal. Pengguna internal adalah pihak manajemen sebagai suatu pengelola perusahaan. Keputusan internal seperti keputusan penambahan atau penggantian aset, ekspansi usaha, diversifikasi produk, kenaikan gaji pegawai, dan sebagainya tidak terlepas dari pertimbangan capaian kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan sendiri tercermin dalam laporan keuangan, di mana hal ini yang kemudian menjadi urgensi laporan keuangan dalam dunia bisnis. Sementara pengguna eksternal merupakan investor, kreditur,
supplier, instansi pemerintah, organisasi buruh, dan sebagainya. Pihak eksternal berkepentingan untuk menilai kinerja perusahaan karena memiliki kepentingan bisnis pada perusahaan tersebut. Sebut saja bagi investor, capaian kinerja perusahaan yang baik dalam laporan keuangan memungkinkan pihak investor untuk menambah nilai investasinya pada perusahaan. Kreditur, sebagai pihak penyedia dana kredit (perbankan dan lembaga kredit non bank) mutlak memerlukan informasi akuntansi untuk melihat kelayakan kredit perusahaan tersebut. Manajemen, Investor, Pemasok, Instansi Pemerintah, Organisasi Buruh, dll
Identifikasi Pemakai Informasi
Jenis Informasi yang Dibutuhkan Pemakai Data Ekonomi & Aktivitas
Sistem Akuntansi
Laporan Akuntansi
Laporan Keuangan, Laporan Pajak, Laporan Khusus, Laporan Manajemen
Pengambilan Keputusan Oleh Pemakai Investasi, Persetujuan kredit, penetapan pajak, negosiasi dengan buruh, penetapan anggaran, dll
Gambar-1. Bagan Pengguna Informasi Akuntansi = 4=
Sistem akuntansi memiliki beragam metode, namun setiap Negara memiliki standar akuntansi tersendiri untuk memudahkan pelaksanaan. Di Indonesia, terdapat 5 (lima) standar akuntansi yang berlaku, yaitu: 1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK), standar akuntansi untuk entitas yang go public dan entitas lain yang tidak diatur dalam standar akuntansi lainnya 2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), standar akuntansi untuk entitas non go public 3. Standar Akuntansi Syariah (SAS), standar akuntansi untuk entitas syariah 4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), standar akuntansi untuk entitas pemerintah. Standar ini merupakan satu-satunya standar yang tidak disusun oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), melainkan diatur khusus dalam Peraturan Pemerintah, sehingga merupakan produk hukum pengelolaan negara. 5. Standar Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK-EMKM), standar ini merupakan standar yang khusus diimplementasikan pada entitas yang tergolong mikro, kecil, dan menengah karena meningkatnya kebutuhan entitas pada golongan ini untuk dapat memiliki sebuah pertanggungjawaban yang andal. Standar akuntansi itu mengatur pengakuan, pengukuran, dan penyajian tiap akun-akun dalam akuntansi. Secara konsep, tidak terdapat perbedaan keempat standar akuntansi tersebut. Perbedaan hanya terdapat pada alternatif pemilihan metode-metode akuntansi yang sesuai dengan lingkup bisnis masing-masing bidang usaha. Di antara 5 pilar standar akuntansi, SAK EMKM adalah SAK terbaru yang selesai disusun Oktober 2016 dan berlaku efektif 1 Januari 2018. SAK EMKM disusun karena secara khusus belum tersedia standar akuntansi untuk entitas mikro, kecil, dan menengah, di mana entitas ini memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dapat dianalogikan berada pada tingkat, = 5=
lingkup, dan sifat yang sama dengan entitas tanpa akuntabilitas publik seperti yang disasar pada SAK ETAP. SAK ETAP dinilai terlalu kompleks untuk EMKM sehingga ketika diterapkan pada entitas itu masih ditemukan kesulitan. Hal tidak tepat ketika memaksakan suatu ukuran tidak sesuai penggunanya karena tujuan utama tidak akan tercapai. EMKM sebagai entitas usaha tidak terlepas dari kebutuhan akan akuntabilitas, baik bagi pihak internal maupun eksternal, terlebih lagi entitas ini merupakan konsumen kredit perbankan yang cukup tinggi, di mana proses persetujuan kredit membutuhkan pelaporan keuangan memadai untuk pengambilan keputusan. Selain itu, sebagai subjek pajak yang hasil usahanya merupakan objek pajak, proses akuntabilitas yang benar perlu dipenuhi untuk dapat menjadi dasar informasi yang akurat dalam pengenaan pajak. C. Peran Akuntansi dalam Pengelolaan Usaha Sebagai suatu proses, luaran akhir dari akuntansi merupakan laporan keuangan, seabgai dasar pengguna dalam pengambilan keputusan. Pengguna laporan keuangan terbagi 2 (dua) kelompok yakni pengguna internal (manajemen perusahaan) dan pengguna eksternal (kreditur, investor, dan pemerintah). Tabel-2. Pengguna Informasi Akuntansi dan Contoh Informasi yang Dibutuhkan serta Keputusan yang dibuat Jenis Pengguna
INTERNAL
1. Manajemen Perusahaan
a. b. c. d. e. f.
Informasi yang Digunakan Laba yang diperoleh Uang kas yang dimiliki Jumlah modal akhir Jumlah utang yang dimiliki perusahaan Jumlah omzet/pendapatan Jumlah beban operasional
= 6=
Keputusan yang Dibuat a. Tuntutan hak pembagian laba b. Menentukan jumlah pengambilan pribadi dan strategi pengembangan usaha c. Keputusan penambahan modal atau tidak pada perusahaan d. Penetapan jumlah uang kas untuk pelunasan utang e. Penilaian kinerja dan penentuan strategi penjualan f. Penilaian kinerja dan penentuan apakah biaya yang sudah dikeluarkan cukup efisien
Jenis Pengguna 2. Kreditur (mis: Bank, Koperasi Simpan Pinjam)
a.
b. c.
EKSTERNAL
d. 3. Investor
4. Pemerintah
Informasi yang Digunakan Aktivitas ekonomi perusahaan (jumlah pendapatan, beban operasional, dan laba/rugi) Uang kas yang dimiliki Kondisi Aset Tetap (dalam nilai dan kuantitas) Jumlah utang yang dimiliki
a. Aktivitas ekonomi perusahaan (jumlah pendapatan, beban operasional, dan laba/rugi) b. Jumlah aset, utang, dan modal yang dimiliki a. Aktivitas ekonomi perusahaan (jumlah pendapatan, beban operasional, dan laba/rugi) b. Jumlah aset, utang, dan modal yang dimiliki
Keputusan yang Dibuat a. Persetujuan pinjaman melalui penilaian RPC (Repayment Capacity = ±75% dari laba) b. Persetujuan pemberian pinjaman melalui penilaian kemampuan pembayaran c. Persetujuan pemberian pinjaman melalui penilaian ketersediaan jaminan d. Persetujuan pemberian pinjaman melalui penilaian kinerja perusahaan dalam pengembalian utang a. Persetujuan investasi melalui penilaian kinerja perusahaan dari sisi hasil aktivitas ekonomi, apakah baik atau tidak b. Persetujuan investasi melalui penilaian kinerja perusahaan untuk melihat kemampuan kelangsungan hidup a. Penetapan jumlah kewajiban pajak, misal Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), serta pajak daerah seperti Pajak Hotel & Restoran b. Penetapan jumlah kewajiban pajak, misal Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
D. Transaksi Bisnis Tidak semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi entitas bisnis dicatat dalam sistem akuntansi. Hanya transaksi bisnis yang dicatat dalam akuntansi. Transaksi bisnis adalah kejadian ekonomi atau kondisi yang secara langsung dapat mempengaruhi posisi keuangan entitas atau mempengaruhi hasil operasi entitas (Jusup, 2011: 22). Aktivitas seperti menerima setoran dari pemilik, meminjam uang dari luar perusahaan, membeli gedung/peralatan, membeli persediaan, membayar gaji pegawai, dan menjual barang termasuk sebagai transaksi bisnis. Aktivitas ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan, di mana hal ini menjadi tujuan bagi setiap entitas bisnis komersial. Pada dasarnya, = 7=
aktivitas perusahaan, apapun jenis usaha dan skalanya, berkisar pada penggunaan sejumlah aset pada usaha produktif sehingga dilakukan penjualan dan diperoleh keuntungan. PEMILIK
KREDITUR Pengembalian harta oleh perusahaan kepada kreditur/pemilik
Penerimaan kas oleh perusahaan dari pemilik dan kreditur
ASET BERUPA KAS Manajemen merubah kas menjadi aset lain untuk menghasilkan keuntungan
-
Aset-Alat Produksi: Gedung Pabrik Peralatan Perlengkapan dan lain-lain
Produk/jasa dijual kepada konsumen, perusahaan lalu menerima kas dari konsumen
Alat produksi digunakan untuk menghasilkan produk/jasa
Menghasilkan produk/jasa: - Hasil produksi - Barang dagangan - Jasa
Gambar-2. Proses Aliran Kas dalam Perusahaan
E. Konsep Persamaan Akuntansi Secara harfiah, persamaan dikonotasikan sebagai dua sisi yang sama atau seimbang. Persamaan dapat digambarkan sebagai suatu keseimbangan di antara kedua sisi. Dalam kaitannya dengan akuntansi, persamaan akuntansi dipahami sebagai keseimbangan jumlah kedua sisi pelaporan. Logika pergerakan keseimbangan sangat dibutuhkan dalam memahami persamaan akuntansi. Persamaan itu diilustrasikan sebagai berikut: = 8=
200
SISI A
SISI B
100
100
200
200
200
Gambar-3. Ilustrasi Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang Untuk mudahnya, persamaan ini digambarkan sebagai penimbang/ neraca yang posisi normalnya adalah posisi seimbang. Saat terjadi perubahan pada salah satu sisi, baik akibat dari penambahan maupun pengurangan jumlah unsur maka akan mengakibatkan kemungkinan dari salah satu dampak sebagai berikut: (1) perubahan yang linier dan dalam jumlah sama pada sisi lainnya, (2) perubahan tidak searah pada satu sisi yang sama, di mana ketika salah satu unsur di sisi A bertambah, maka ada unsur lain di sisi yang sama yang mengalami pengurangan dalam jumlah yang sama, dan (3) perubahan linier dalam sebagian jumlah dari perubahan yang terjadi pada sisi yang berbeda dan perubahan tidak searah dalam sebagian jumlah lainnya pada sisi yang sama. Pada dampak pertama, ketika unsur dengan jumlah 4Kg berkurang maka di sisi lain juga berkurang sebesar 4Kg, sehingga keseimbangan tetap terjaga. Pada dampak kedua, ketika unsur dengan jumlah 4Kg berkurang, maka di sisi yang sama akan terjadi penambahan unsur lain atau unsur baru sebesar 4Kg pula. Sedangkan dampak ketiga, ketika unsur bertambah 8Kg, maka sisi yang sama berkurang 4Kg, dan bertambah 4Kg sisi lainnya. = 9=
SISI A
SISI B
100
200
100
200
200
200
100 1
100 200
200
200
200
2
100
200
200
200
200
100 3 Gambar-4. Ilustrasi Perubahan yang Terjadi Pada Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang – (1) Dampak di Kedua Sisi
= 10 =
SISI A
SISI B
100 100
200
100
200
200
200
100 1
100
200
100
100
200
200
200
2
100 100
200
100
200
200
200
100 3 Gambar-5. Ilustrasi Perubahan yang Terjadi Pada Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang – (2) Dampak di Salah Satu Sisi = 11 =
SISI A
SISI B
200
200
100
100
200
200
200
200 1
200
200
100
100
200
200
200
2
100
200
200
100
200
200
100
100
200
100 3
Gambar-6. Ilustrasi Perubahan yang Terjadi Pada Persamaan Akuntansi dalam Alat Penimbang – (3) Dampak di Sisi yang Sama
= 12 =
Aktivitas ekonomi yang terjadi dalam perusahaan tergantung kepada peristiwa ekonomi yang terjadi. Dalam proses akuntansi, aktivitas beragam itu diklasifikasikan dalam 2 (dua) unsur dasar yakni apa yang dimiliki dan apa yang menjadi kewajiban (Weygandt, Kieso, dan Kimmel, 2005: 15). Apa yang dimiliki dikelompokkan dalam kelompok akun aset (assets), dan apa yang menjadi kewajiban dikelompokkan dalam kelompok akun kewajiban (liabilities) dan ekuitas (equity). Hubungan keduanya digambarkan dalam persamaan berikut:
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS Persamaan itu dikenal sebagai persamaan akuntansi (accounting
equation). Semua transaksi bisnis dapat dinyatakan dengan perubahan pada ketiga unsur persamaan akuntansi. Aset adalah sumber daya yang dimiliki entitas bisnis atau usaha, dapat berbentuk bisnis maupun hak yang mempunyai nilai ekonomis (Niswonger et al., 199: 45). Kewajiban adalah utang kepada kreditur, dan ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset bisnis (Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess, 1999: 46). Sebagai ilustrasi, Irwan berpendapat bahwa dengan uang sebesar Rp100.000.000 dari setoran modal perusahaan mulai beroperasi, maka persamaan akuntansi akan nampak sebagai berikut: ASET Kas Rp100.000.000
=
KEWAJIBAN
+
=
0
+
EKUITAS Modal, Irwan Rp100.000.000
Irwan merasa bahwa untuk keperluan operasionalnya dibutuhkan tambahan kas Rp50.000.000, dan untuk keperluan tersebut perusahaan meminjam ke bank, maka aset perusahaan akan bertambah menjadi Rp150.000.000. Persamaan akuntansi akan nampak sebagai berikut: ASET Kas Rp100.000.000 Rp150.000.000
= = =
KEWAJIBAN Utang Bank 0 Rp50.000.000
= 13 =
+ + +
EKUITAS Modal, Irwan Rp100.000.000 Rp100.000.000
Untuk operasional perusahaannya, Irwan membutuhkan mesin seharga Rp40.000.000. Irwan kemudian mengeluarkan uang kas sebesar jumlah tersebut untuk memperoleh sebuah mesin yang akan digunakan dalam proses produksi. Selain itu, Irwan melakukan pembelian persediaan bahan baku senilai Rp50.000.000. Transaksi ini akan mengurangi kas sebesar Rp90.000.000, di mana kas tersebut berubah menjadi aset mesin dan persediaan. Persamaan akuntansi akan nampak sebagai berikut:
Irwan kemudian membeli perlengkapan secara kredit sebesar Rp5.000.000. Transaksi ini akan menambah aset dalam bentuk perlengkapan dan menambah utang usaha karena pembelian kredit tersebut. Persamaan akuntansi akan nampak sebagai berikut:
Irwan kemudian menerima order secara tunai dari pelanggan senilai Rp35.000.000. Transaksi ini menambah aset perusahaan berupa kas dan modal Rp35.000.000. Dampak pada modal terjadi karena pendapatan yang muncul dari transaksi penjualan akan menambah ekuitas, sehingga berdampak pada persamaan akuntansi:
= 14 =
Pelunasan utang yang muncul dari pembelian perlengkapan kemudian dilunasi 60%-nya. Hal ini akan mengurangi kas dan utang usaha sebesar Rp3.000.000. Dampak pada persamaan akuntansi nampak sebagai berikut:
Di akhir bulan, Irwan harus membayar biaya gaji untuk 3 orang pegawai sebesar Rp10.000.000, biaya listrik Rp1.000.000, dan air Rp1.000.000. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan uang kas total senilai Rp12.000.000, dan mengurangi ekuitas dalam jumlah sama, karena biaya akan mengurangi jumlah modal pemilik.
Persamaan akuntansi mensyaratkan nilai yang harus seimbang antara sisi aset dan sisi kewajiban dan ekuitas, sehingga ketika terjadi transaksi-transaksi perlu dilakukan pencatatan secara teliti dampak transaksi tersebut dalam persamaan akuntansi.
= 15 =
BAB II
PROSES AKUNTANSI : RANGKAIAN PEREKAMAN TRANSAKSI A. Double Entry vs Single Entry dan Accrual Basis vs Cash Basis Pada dasarnya tidak semua proses pencatatan keuangan dapat digolongkan sebagai teknis pelaksanaan akuntansi. Teknik pencatatan paling sederhana dikenal dengan istilah pembukuan atau tata buku, di mana pada sistem ini pencatatan dilakukan secara tunggal atau dikenal dengan istilah single entry. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara tunggal (tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. Sistem ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami, akan tetapi kurang lengkap untuk pelaporan karena hanya dapat melaporkan saldo kas, dan tidak dapat melaporkan utang, piutang dan ekuitas dana. Selain itu juga sulit untuk melakukan kontrol transaksi, sehingga akibatnya sulit menelusuri kesalahan pembukuan yang terjadi. Terdapat sistem pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan dari sistem single entry yakni dengan sistem double entry. Sistem pencatatan double entry inilah yang sering disebut akuntansi. Sistem pencatatan double entry juga sering disebut sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi akan dicatat secara berpasangan yakni di sisi debet dan kredit. Setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Melalui sistem pencatatan berpasangan, kontrol transaksi dapat terpenuhi karena masing-masing sisi menggambarkan histori transaksi yang terjadi secara terperinci. Oleh karena itu sistem pencatatan yang dimaksud dalam akuntansi adalah sistem double entry atau pencatatan berpasangan. = 16 =
Berdasarkan metode pencatatan, akuntansi mengenal 2 metode pencatatan yakni accrual basis dan cash basis. Standar akuntansi keuangan yang berlaku di berbagai negara menggunakan metode accrual
basis. Demikian pula yang diatur dalam standar akuntansi keuangan di Indonesia, namun institusi fiskal mensyaratkan cash basis dalam laporan seperti yang diatur dalam Undang-undang Perpajakan yang berlaku. Metode cash basis merupakan metode pencatatan dalam akuntansi di mana setiap transaksi yang terjadi akan dicatat sebesar nilai nominal kas yang diterima, jika uang kas secara fisik belum diterima maupun dikeluarkan maka transaksi tidak perlu dicatat. Metode ini mencatat transaksi pada saat terjadi transaksi penerimaan maupun pengeluaran kas, ketika terjadi penerimaan kas akan dicatat sebagai pendapatan, dan ketika terjadi pengeluaran kas akan dicatat sebagai beban. Metode accrual basis adalah metode pencatatan dalam akuntansi saat setiap transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan konsep pengakuan yang sesungguhnya, dalam arti ketika secara waktu telah terjadi maka transaksi tersebut harus dicatat meskipun belum ada aliran fisik kas. Jika suatu usaha memberikan jasa, melakukan penjualan atau menyelesaikan suatu beban, transaksi itu dicatat tanpa memperhatikan apakah uang kas sudah diterima/dikeluarkan atau belum, sehingga metode ini terdapat pencatatan utang dan piutang untuk mengakomodir transaksi yang belum menerima/mengeluarkan uang kas. Akuntansi acrual basis memberikan gambaran yang lebih akurat atas kondisi keuangan organisasi daripada akuntansi berbasis kas. Namun, jelas bahwa metode ini lebih kompleks daripada cash basis. Selain itu, accrual basis mendukung penggunaan anggaran sebagai teknik pengendalian karena cash basis hanya merekam pembayaran yang telah dilakukan, sementara pembayaran kewajiban dapat dilakukan dengan jarak waktu tertentu setelah timbulnya kewajiban itu sendiri. Untuk alasan penganggaran, lebih baik menggunakan akuntansi accrual basis. = 17 =
B. Proses Akuntansi Akuntansi merupakan sebuah proses pertanggungjawaban, di mana entitas melakukan pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian, dan penyajian transaksi-transaksi bisnis yang terjadi dalam masa periode tertentu. Proses akuntansi digambarkan sebagai berikut:
Bukti Transaksi
Jurnal
Buku Besar (General Ledger)
(Journal)
Laporan Keuangan (Financial
Statement )
Buku Besar Pembantu (Subsudiary Ledger)
Gambar-7. Proses Akuntansi 1. Bukti transaksi menjadi dasar pencatatan transaksi bisnis, dapat berupa invoice, nota, kwitansi, dan bukti transaksi sah lainnya. 2. Pencatatan awal dilakukan pada jurnal berdasarkan bukti transaksi. Fungsi jurnal adalah untuk mengidentifikasi masing-masing transaksi bisnis, dan merekam histori transaksi. 3. Tahapan berikutnya merupakan pemindahan (posing) pencatatan ke buku besar. Fungsi buku besar mengelompokkan akun-akun sejenis yang telah dicatat dalam jurnal ke dalam kelompok-kelompok akun. Buku besar umumnya terdiri atas Buku Besar Umum dan Buku Besar Pembantu. Buku Besar Pembantu berfungsi sebagai rincian dari akun tertentu, misalnya akun utang dan piutang. 4. Laporan keuangan terdiri atas Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Posisi Keuangan (Neraca), dan Laporan Arus Kas. Sebelum menyusun laporan keuangan, penyusunan Neraca Saldo akan memudahkan tahapan ini. Neraca saldo merupakan rekapitulasi dari seluruh saldo akun yang terdapat dalam Buku Besar. = 18 =
C. Mengenal Akun (Rekening) dalam Akuntansi Sebelum melangkah pada tahapan pencatatan awal dalam proses akuntansi, perlu dipahami bahwa akun (rekening) dalam akuntansi merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan peranannya. Kesalahan dalam penggunaan jenis akun tentu saja akan berdampak signifikan pada laporan yang dihasilkan. Akun dapat didefinisikan sebagai tempat untuk mencatat transaksi yang terjadi, sehingga dapat dikatakan bahwa akun adalah identitas transaksi dalam melakukan proses pencatatan. Identitas ini digunakan secara konsisten dan berkelanjutan sampai pada tahapan akhir dari proses akuntansi. Akun dalam akuntansi terbagi atas beberapa jenis sebagai berikut: 1. Akun Riil, adalah akun-akun yang terdapat dalam Neraca, meliputi: a. Aset (Harta) Aset adalah harta yang terdapat dan digunakan di dalam kegiatan perusahaan, yang bersumber dari utang maupun modal. Aset sendiri dikelompokkan dalam beberapa kelompok aset, yakni: - Aset Lancar, adalah jenis aset yang dimiliki dalam jangka waktu pendek atau kurang dari 1 tahun, disusun berdasarkan likuiditas, mulai yang paling likuid ke tidak likuid. Aset lancar dapat juga diartikan sebagai aset yang segera berubah bentuk menjadi kas dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun. Aset lancar disusun: (a) Kas adalah uang tunai yang dimiliki perusahaan (b) Bank adalah jumlah saldo simpanan di bank sampai tanggal pelaporan, (c) Investasi Jangka Pendek (Surat Berharga/Deposito), adalah jenis investasi yang berjangka waktu kurang dari 1 tahun, (d) Piutang Usaha/Dagang, adalah hak atau klaim yang dimiliki perusahaan dari transaksi usaha, (e) Perlengkapan sebagai bahan habis pakai dalam proses usaha, (f) Persediaan (khusus perusahaan dagang dan manufaktur), adalah barang maupun bahan yang dimiliki untuk dijual kembali atau untuk diolah menjadi barang jadi yang = 19 =
kemudian dijual, (g) Beban dibayar di muka, merupakan beban yang dikeluarkan terlebih dahulu meskipun waktu pengakuan beban belum dijalani, (h) akun lain yang dapat dikelompokkan sebagai aset lancar. - Investasi Jangka Panjang, adalah kelompok aset yang dimiliki dalam bentuk investasi pada entitas lain maupun jenis investasi lainnya, khusus investasi keuangan, dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun. Termasuk dalam kelompok aset ini adalah (a) investasi pada saham, yakni investasi yang dilakukan melalui kepemilikan saham pada entitas lain, (b) investasi pada obligasi, yakni jenis investasi yang dilakukan melalui pembelian obligasi (surat utang) yang diterbitkan oleh entitas lain, dan aset lain yang dapat dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang. - Aset Tetap, adalah kelompok aset (berwujud) yang dimiliki entitas usaha selama lebih dari 1 tahun dan digunakan dalam operasional normal perusahaan. Kelompok aset ini disusun berdasarkan kekelannya (masa waktu pakainya), dan harus dialokasikan harga perolehannya selama masa manfaat aset melalui proses depresiasi/penyusutan. Aset disusun: (a) Tanah, merupakan aset yang dimiliki sendiri oleh entitas usaha dan untuk operasional perusahaan, yang aset ini merupakan satusatunya aset tetap yang tidak disusutkan karena diasumsikan manfaatnya tidak akan berkurang seperti jenis aset tetap yang lain, (b) Bangunan, (c) Kendaraan, (d) Mesin, (e) Peralatan, dan aset lain yang dapat digolongkan sebagai aset tetap. - Aset Tetap Berwujud, adalah kelompok aset (tidak berwujud) yang dimiliki entitas usaha selama lebih 1 tahun dan digunakan dalam operasional normal perusahaan. Kelompok aset ini disusun berdasarkan umur/masa manfaat, dan harga perolehan
= 20 =
akan dialokasikan selama masa manfaatnya melalui proses amortisasi. Termasuk dalam kelompok aset ini di antaranya; (a) Goodwill, merupakan aset tetap tidak berwujud yang dimiliki entitas sebagai akibat dari adanya kombinasi bisnis baik merger maupun akuisisi, di mana harga perolehan entitas tersebut lebih rendah daripada harga pasarnya, (b) Hak paten, (c) Hak Cipta, (d) Hak Waralaba (Franchise), dan aset lain yang dapat digolongkan ke dalam kelompok aset tetap tidak berwujud. - Aset lain-lain, merupakan kelompok aset yang disediakan bagi aset lain yang dimiliki oleh suatu entitas yang tidak dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok aset sebelumnya. Sebagai contoh akun Bangunan dalam Konstruksi, di mana bangunan untuk operasional perusahaan konstruksi/dibangun sendiri oleh perusahaan lebih dari 1 periode pelaporan keuangan. Bangunan ini belum dapat dikelompokkan sebagai aset tetap karena belum selesai/digunakan untuk operasional, sehingga dikelompokkan ke dalam kelompok aset lain-lain. Kelompok aset tersebut bukanlah hal mutlak yang harus dimiliki sebuah entitas. Ada kalanya ketika sebuah entitas tidak memiliki investasi jangka panjang, maka kelompok aset ini tidak akan ditemukan dalam laporan keuangannya. Begitu pula halnya dengan unsur akun yang terdapat di dalamnya, misalnya perusahaan jasa tidak memiliki akun persediaan karena tidak melakukan jual beli barang sehingga dalam kelompok aset lancarnya tidak ditemukan akun persediaan. b. Utang (Kewajiban) Utang adalah adalah kewajiban suatu entitas usaha kepada pihak ketiga yang dibayar/dilunasi dengan cara menyerahkan aset atau jasa dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi di
= 21 =
masa lalu. Utang (kewajiban) dikelompokkan dalam beberapa kelompok sebagai berikut: - Utang Lancar, merupakan kewajiban yang dimiliki entitas dengan masa jatuh tempo kurang dari 1 tahun, dan akan dilunasi dengan menggunakan aset lancar. Utang lancar terdiri atas; (a) utang usaha, yakni utang yang timbul dari kegiatan usaha entitas, (b) pendapatan diterima di muka, yakni pendapatan yang telah diterima terlebih dahulu namun jasanya belum diberikan, (c) utang pajak, yakni kekurangan pajak yang harus dibayarkan, dan utang lain yang dapat dikelompokkan sebagai utang lancar. - Utang Jangka Panjang, merupakan kewajiban yang dimiliki entitas dengan masa jatuh tempo lebih dari 1 tahun, terdiri atas; (a) utang bank, yakni utang kepada pihak bank, (b) utang obligasi, yakni surat utang yang diterbitkan oleh entitas dan dibeli oleh pihak ketiga sehingga muncul kewajiban untuk melunasinya di kemudian hari, dan utang lainnya yang dapat dikelompokkan sebagai utang jangka panjang. c. Ekuitas (Modal) Ekuitas atau dikenal dengan istilah modal merupakan hak yang dimiliki pemilik atas aset perusahaan. Akun ini menggambarkan jenis modal yang dimiliki oleh sebuah entitas. Jenis entitas bisnis dapat diidentifikasi dari akun ini, sebagai contoh jika jenis modal yang dimiliki adalah modal pemilik maka entitas bisnis tersebut merupakan jenis perusahaan perorangan, demikian pula jika jenis modal yang dimiliki adalah modal saham maka entitas bisnis tersebut merupakan jenis perusahaan perseroan. Akun ini di Neraca/Laporan Posisi Keuangan menggambarkan nilai modal/ ekuitas akhir yang dimiliki entitas pada tanggal tertentu, sebagai hasil akumulasi modal/entitas awal dengan laba tahun berjalan. = 22 =
2. Akun Nominal, merupakan akun-akun yang terdapat di Laporan Laba Rugi Komprehensif, meliputi: a. Pendapatan Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas ekonomi yang dilakukan suatu entitas, apakah yang bersumber dari transaksi penyerahan jasa, penjualan maupun transaksi sejenis lainnya. Umumnya pendapatan terbagi atas pendapatan operasional dan non operasional. Pendapatan operasional didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi normal sebuah entitas bisnis, seperti pendapatan jasa dan penjualan barang dagangan. Sementara pendapatan non operasional adalah pendapatan dari aktivitas ekonomi di luar aktivitas normal perusahaan, sebagai contoh pendapatan bunga simpanan. b. Beban Beban adalah pengurang dari pendapatan yang akan menghasilkan laba bersih sebelum pajak pada laporan laba rugi komprehensif. Beban umumnya dikelompokkan dalam beban operasional dan beban non operasional. Beban operasional adalah beban yang dikeluarkan terkait dengan aktivitas ekonomi normal entitas bisnis, misalnya beban gaji dan beban listrik. Sementara beban non operasional merupakan beban yang dikeluarkan sehubungan dengan aktivitas ekonomi entitas bisnis di luar aktivitas normal, misalnya beban bunga pinjaman. Pendapatan akan dipertemukan dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan itu, atau yang dikenal sebagai matching
principle (prinsip mempertemukan) dalam akuntansi. Mudahnya, pendapatan operasional hanya akan dikurangkan dengan beban operasional, begitu pun halnya dengan pendapatan dan beban non operasional. Hasil dari prinsip mempertemukan ini adalah laba atau rugi tahun berjalan. = 23 =
Pada dasarnya, tidak ada penerapan mutlak dalam akuntansi. Tidak ada istilah benar dan salah dalam akuntansi, melainkan wajar dan tidak wajar. Hal ini berdasarkan pada adanya perbedaan antara entitas satu dengan yang lain sehingga memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda dalam proses pertanggungjawaban. Logika akuntansi berlaku umum di semua entitas, namun hal-hal yang bersifat tidak mutlak seperti unsur kelompok akun dan pemilihan metode akuntansi disesuaikan dengan kondisi dan karakter entitas. Artinya bahwa dari jenis-jenis akun yang diuraikan sebelumnya, setiap entitas tidak harus memiliki unsurunsur dari setiap kelompok akun. Secara logika akuntansi, 5 (lima) kelompok akun pasti dimiliki oleh suatu entitas, namun unsur-unsur di dalamnya tidak selalu sama, misalnya pada satu entitas terdapat kelompok aset tetap tidak berwujud sedangkan di entitas lain tidak sehingga kelompok akun ini tidak disajikan dalam Neraca. Begitu pula dalam pengelompokan aset tetap dan pendapatan. Pengelompokan ini bergantung pada jenis aktivitas ekonomi normal suatu entitas bisnis. Sebagai contoh, bagi perusahaan jual beli mobil, maka mobil yang diperdagangkan dikelompokkan sebagai persediaan dalam aset lancar, meskipun secara fisik masuk dalam kelompok aset tetap, tetapi karena peruntukannya untuk jual beli dan tidak digunakan dalam operasional sehari-hari perusahaan maka mobil itu tidak dikelompokkan sebagai aset tetap. Sementara pada perusahaan ekspedisi, mobil yang digunakan untuk pengantaran barang dikelompokkan sebagai aset tetap karena digunakan untuk operasional rutin. Dalam pengelompokan pendapatan operasional dan non operasional, pertimbangan aktivitas normal perusahaan juga menjadi dasar pengelompokan. Sebagai contoh, bagi perusahaan penyewaan bangunan, pendapatan sewa dikelompokkan sebagai pendapatan operasional, sementara bagi supermarket yang menyewakan bangunan kepada pihak ketiga pendapatan sewa yang timbul dikelompokkan dalam pendapatan non operasional. = 24 =
D. Jurnal : Pencatatan Awal Jurnal merupakan alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya) dengan menunjukkan akun yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah Rupiahnya masing-masing (Jusup, 2011: 126). Tabel-3. Daftar Posisi Debet dan Kredit Masing-Masing Akun DEBET
KREDIT
Kenaikan/Penambahan aset (+) Penurunan/Pengurangan kewajiban (-) Penurunan/Pengurangan ekuitas (-) Penurunan/Pengurangan pendapatan (-) Kenaikan/Penambahan beban (+)
Penurunan/Pengurangan aset (-) Kenaikan/Penambahan kewajiban (+) Kenaikan/Penambahan ekuitas (+) Kenaikan/Penambahan pendapatan (+) Penurunan/Pengurangan beban (-)
Transaksi dalam jurnal dicatat dengan menggunakan double entry
system (pembukuan berpasangan-debet dan kredit) dan disusun berdasarkan urutan tanggal kejadian. Double entry system mensyaratkan bahwa setiap transaksi harus mempengaruhi dua atau lebih akun untuk tetap membuat persamaan akuntansi seimbang. Untuk setiap transaksi sisi debet harus memiliki jumlah yang sama dengan sisi kredit. Posisi debet dan kredit satu sama lain akan saling menjelaskan suatu transaksi, sehingga cerita transaksi dapat tergambar dalam jurnal yang dibuat. Perlu diperhatikan, kesalahan persepsi seringkali terjadi dalam memahami posisi debet dan kredit. Posisi Debet tidak selalu menunjukkan posisi penambahan manfaat yang dimiliki perusahaan, baik bertambahnya uang kas, aset tetap atau penambahan lainnya. Begitu pula posisi Kredit tidak selalu menunjukkan pengurangan manfaat yang dimiliki perusahaan, baik pengurangan uang kas, aset tetap atau pengurangan lainnya. satusatunya cara memahami posisi debet dan kredit setiap mutasi yang terjadi adalah dengan memahami logika persamaan akuntansi, karena posisi mutasi akun tidak terlepas dari bunyi persamaan akuntansi. Format jurnal sendiri setidaknya terdiri atas 5 (lima) kolom, yang masing-masing adalah kolom tanggal, nomor bukti, uraian (keterangan = 25 =
transaksi), debet, dan kredit. Jurnal mencatat transaksi yang terjadi secara berurutan sesuai dengan kronologis kejadian. Hal ini menjadikan jurnal sebagai alat perekaman transaksi yang baik karena ketika terjadi sesuatu, penelusuran secara berurutan dapat dilakukan dengan menggunakan histori data yang tersedia dalam jurnal. Umumnya setiap akhir bulan jurnal akan ditutup, kemudian dijumlah, di mana jumlah sisi debet dan kredit harus sama, untuk kemudian dilakukan proses pemindahan (posting) ke Buku Besar. Waktu penutupan jurnal tidak harus selalu dilakukan di setiap akhir bulan. Pentutupan jurnal dilakukan sesuai kebutuhan dan pertimbangan entitas terkait dengan efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Jika transaksi yang terjadi dalam satu hari cukup banyak maka penutupan jurnal dapat dilakukan secara harian karena dikhawatirkan akan muncul kesalahan atau transaksi yang yang terlewat pada proses posting sebagai akibat dari banyaknya jumlah transaksi.
Tanggal 2015 Jan
2
PD Rahayu Jurnal Umum Per-Januari 2015 Uraian
No. Bukti Kas
Debet 300.000.000
Modal, Rahayu 10
Kendaraan
300.000.000 200.000.000
Kas 14
200.000.000
Beban Sewa
75.000.000
Kas 18
75.000.000
Perlengkapan
1.500.000
Utang Usaha 20
Kredit
Kas
1.500.000 35.000.000
Pendapatan Jumlah
35.000.000 761.500.000
761.500.000
Jumlah harus sama
Gambar -8. Contoh Jurnal = 26 =
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa kesalahan dalam penjurnalan akan berakibat kesalahan pada proses selanjutnya, sehingga perlu diperhatikan ketelitian dalam melakukan pencatatan. Kesalahan yang umumnya terjadi pada proses penjurnalan adalah sebagai berikut: 1. Kesalahan memposisikan akun dalam debet dan kredit Kesalahan ini tidak menimbulkan angka debet dan kredit yang seimbang tetapi menyebabkan cerita transaksi menjadi tidak benar, tentu saja akan berdampak pada kenormalan jumlah saldo di Buku Besar pada saat transaksi ini telah diposting. 2. Kesalahan dalam pencatatan nilai/angka transaksi Jika kesalahan angka terjadi di kedua sisi debet dan kreditnya, maka jumlah debet dan kredit tetap seimbang namun menunjukkan informasi nilai transaksi yang salah. Jika kesalahan angka terjadi di salah satu sisi, maka jumlah debet dan kreditnya menjadi tidak seimbang. Setiap akun memiliki pengaruh yang berbeda satu sama lain dalam posisi debet dan kreditnya. Sebagai contoh, pada tanggal 1 Maret 2015 Anwar melakukan pembelian perlengkapan di Toko Makmur sebesar Rp500.000 secara tunai. Mekanisme penjurnalan untuk transaksi ini disajikan sebagai berikut: Pembelian Perlengkapan secara tunai: Kas (-) ---> Kredit
Menerima Perlengkapan: Perlengkapan (+) ---> Debet
Toko Makmur
Anwar Jurnal Anwar: Perlengkapan (D) Kas (K)
Rp500.000 Rp500.000
Gambar-9. Mekanisme Penjurnalan
= 27 =
Contoh penjurnalan: 1. Ridwan menanamkan modal pada perusahaannya Rezeki Abadi Ekspedisi dalam bentuk uang tunai sebesar Rp100.000.000, dan kendaraan senilai Rp80.000.000. Transaksi ini merekam penanaman modal oleh pemilik dalam bentuk uang tunai dan kendaraan. Hal yang terjadi adalah perusahaan menerima aset berbentuk Kas sebesar Rp100.000.000 dan Kendaraan sebesar Rp80.000.000, sehingga terjadi penambahan atau kenaikan pada kedua jenis aset ini. Penambahan aset ada di posisi debet, sehingga sisi debet akan disajikan sebagai berikut: Kas (D)
Rp100.000.000
Kendaraan (D)
Rp 80.000.000
Sementara itu, sisi kredit menjelaskan dari mana penambahan Kas dan Kendaraan tersebut berasal. Pada transaksi ini aset tersebut berasal dari Ekuitas Pemilik, dengan jumlah total Rp180.000.000. Jika terjadi penambahan/kenaikan ekuitas maka posisi pencatatan rekening ini di posisi kredit, sehingga sisi kredit akan disajikan sebagai berikut: Ekuitas Pemilik (K)
Rp180.000.000
Secara keseluruhan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas (D) Kendaraan (D) Ekuitas Pemilik (K)
Rp100.000.000 Rp 80.000.000
Rp180.000.000
2. Sebagai tambahan modal untuk menjalankan usahanya, Ridwan meminjam uang ke Bank Dana sebesar Rp120.000.000 dengan jangka waktu pinjaman 2 tahun. Transaksi ini merekam transaksi peminjaman dana yang dilakukan perusahaan (melalui pemilik) ke Bank Dana. Hal yang terjadi adalah perusahaan menerima aset dalam bentuk Kas sebesar Rp120.000.000 sehingga terjadi penambahan/kenaikan pada aset ini. Penambahan aset ada di posisi debet, sehingga sisi debet disajikan sebagai berikut: = 28 =
Kas (D)
Rp120.000.000
Sementara itu, sisi kredit akan menjelaskan dari mana penambahan Kas tersebut berasal. Pada transaksi ini aset tersebut berasal dari Utang Bank sebesar Rp120.000.000. Jika terjadi penambahan/kenaikan utang maka posisi pencatatan rekening ini di posisi kredit, sehingga sisi kredit akan disajikan sebagai berikut: Utang Bank (K)
Rp120.000.000
Secara keseluruhan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas (D) Utang Bank (K)
Rp120.000.000
Rp120.000.000
3. Rezeki Abadi Ekspedisi menerima pembayaran dari Toko Alamanda atas jasa pengantaran yang diberikannya sebesar Rp3.000.000 secara tunai. Transaksi ini merekam transaksi penerimaan pendapatan yang diterima secara tunai dari pelanggan. Hal yang terjadi adalah perusahaan menerima aset dalam bentuk Kas karena transaksi dilakukan secara tunai sebesar Rp3.000.000 sehingga terjadi penambahan/kenaikan pada aset ini. Penambahan aset ada di posisi debet, sehingga sisi debet akan disajikan sebagai berikut: Kas (D)
Rp3.000.000
Sementara itu, sisi kredit akan menjelaskan dari mana penambahan Kas tersebut berasal. Pada transaksi ini aset tersebut berasal dari Pendapatan Usaha sebesar Rp3.000.000. Jika terjadi penambahan/ kenaikan pendapatan maka posisi pencatatan rekening ini di posisi kredit, sehingga sisi kredit akan disajikan sebagai berikut: Pendapatan Usaha (K)
Rp3.000.000
Secara keseluruhan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas (D) Pendapatan Usaha (K)
Rp3.000.000
= 29 =
Rp3.000.000
4. Rezeki Abadi Ekspedisi telah selesai melakukan pengantaran yang diorder oleh Toko Sejahtera, namun berdasarkan perjanjian jasa itu baru dibayarkan seminggu kemudian. Biaya pengantaran Rp175.000. Sistem accrual basis mensyaratkan pencatatan berdasarkan waktu terjadinya tanpa memperhatikan apakah terdapat aliran fisik kas baik masuk maupun keluar dalam transaksi tersebut. Transaksi ini menggambarkan bahwa perusahaan telah berhak mengakui adanya pendapatan karena jasa usaha telah selesai diberikan meskipun pembayaran untuk jasa ini baru akan dilakukan seminggu kemudian. Penerimaan pendapatan pada transaksi ini diakui sebagai Piutang Usaha karena belum ada aliran fisik kas masuk, sehingga yang terjadi adalah adanya penambahan/kenaikan aset dalam bentuk Piutang Usaha yang ditempatkan pada posisi Debet, sebagai berikut: Piutang Usaha (D)
Rp175.000
Sementara itu, sisi kredit akan menjelaskan dari mana piutang tersebut berasal. Pada transaksi ini piutang timbul dari transaksi pengakuan pendapatan yang diartikan sebagai adanya penambahan/kenaikan pendapatan dalam bentuk Pendapatan Usaha sebesar Rp175.000. Jika terjadi penambahan/kenaikan pendapatan maka posisi pencatatan rekening ini di posisi kredit, sehingga sisi kredit sebagai berikut: Pendapatan Usaha (K)
Rp175.000
Secara keseluruhan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Piutang Usaha (D) Pendapatan Usaha (K)
Rp175.000
Rp175.000
5. Rezeki Abadi Ekspedisi membayar Beban BBM kendaraan operasional sebesar Rp250.000 secara tunai. Transaksi ini merekam transaksi pembayaran beban BBM untuk kebutuhan operasional usaha secara tunai. Hal yang terjadi adalah perusahaan membayar Beban BBM sebesar Rp250.000 sehingga
= 30 =
terjadi penambahan/kenaikan pada jenis beban ini. Terjadinya beban diartikan sebagai penambahan/kenaikan beban dan dicatat pada sisi debet, sehingga sisi debet akan disajikan sebagai berikut: Beban BBM (D)
Rp250.000
Sementara itu, sisi kredit akan menjelaskan sumber pembayaran beban tersebut. Pembayaran beban dilakukan secara tunai yang artinya perusahaan mengeluarkan aset dalam bentuk Kas sebesar Rp250.000, sehingga terjadi pengurangan/penurunan pada aset ini. Jika terjadi pengurangan/penuruan aset maka posisi pencatatan rekening ini di posisi kredit, sehingga sisi kredit akan disajikan sebagai berikut: Kas (K)
Rp250.000
Secara keseluruhan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Beban BBM (D) Kas (K)
Rp250.000
Rp250.000
6. Rezeki Abadi Ekspedisi membeli perlengkapan untuk kebutuhan administrasi perusahaan sebesar Rp780.000, namun sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelumnya pembayaran ini akan dilakukan seminggu kemudian. Sistem accrual basis mensyaratkan pencatatan berdasarkan waktu terjadinya tanpa memperhatikan apakah terdapat aliran fisik kas baik masuk maupun keluar. Transaksi menggambarkan bahwa perusahaan harus mengakui adanya beban karena perlengkapan telah diterima meskipun pembayaran untuk pembelian ini akan dilakukan seminggu kemudian. Dalam hal ini perusahaan telah menerima aset dalam bentuk Perlengkapan yang menyebabkan penambahan/kenaikan aset sehingga penambahan ini diposisikan di sisi debet, dan akan disajikan sebagai berikut: Perlengkapan (D)
Rp780.000
Sementara itu, sisi kredit akan menjelaskan bagaimana perlengkapan itu diperoleh. Pada transaksi ini, perlengkapan diperoleh melalui utang = 31 =
karena pembayaran atas pembelian belum dilakukan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penambahan/kenaikan utang dalam bentuk Utang Usaha. Jika terjadi penambahan/kenaikan utang maka posisi pencatatan rekening di posisi kredit sebagai berikut: Utang Usaha (K)
Rp780.000
Secara keseluruhan, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Perlengkapan (D) Utang Usaha (K)
Rp780.000 Rp780.000
Sebagai proses awal perekaman transaksi, pencatatan yang benar mutlak diperlukan. Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan dasar dalam memahami proses ini, yaitu: 1. Pahami logika persamaan akuntansi, sehingga posisi penempatan akun dalam sebuah transaksi, apakah di debet atau di kredit dapat dipahami dengan baik 2. Pahami 5 (lima) kelompok besar akun dan unsur-unsur di dalamnya, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi akun apa saja yang terlibat dalam suatu transaksi 3. Pahami sebuah cerita transaksi, karena jurnal pada dasarnya adalah sebuah cerita transaksi yang dijelaskan dalam akun dan posisi mutasi debet kreditnya. Dalam mencatat sebuah transaksi, pahami apa yang terjadi, apa yang mengalami penambahan/kenaikan, pengurangan/ penurunan, dan dari mana terjadinya hal tersebut. Akun di sisi debet dan kredit akan saling menjelaskan satu sama lain sehingga terangkai menjadi sebuah cerita transaksi. E. Buku Besar dan Neraca Saldo Buku besar berisi kumpulan akun-akun, di mana pada bagian pencatatan ini akun-akun sejenis yang telah dicatat dalam jurnal dikelompokkan dalam satu jenis akun yang sama. Proses pemindahan pencatatan dari jurnal ke buku besar disebut posting. Akun-akun dalam = 32 =
Buku Besar adalah akun yang telah dicatat di dalam Jurnal, sehingga tidak mungkin muncul akun baru dalam Buku Besar yang tidak ada histori dalam Jurnal sebelumnya. Proses pemindahan dilakukan sesuai dengan urutan kejadian dalam Jurnal. Setiap akun di Jurnal akan menempati Buku Besar sendiri sesuai dengan nama akunnya. Perlu diperhatikan bahwa proses posting tidak merubah posisi debet dan kredit akun di dalam jurnal, jika di dalam jurnal akun tersebut dicatat pada sisi debet maka di Buku Besar juga berada pada sisi yang sama, begitu pula jika akun tersebut dicatat pada sisi kredit. Proses posting dapat diperhatikan pada Gambar10, di mana akun Kas di Jurnal dicatat pada sisi debet kemudian diposting ke akun Kas di Buku Besar pada posisi Debet pula dengan uraian nama akun lawannya yakni akun Modal, Rahayu. Begitu pula dengan akun Modal, Rahayu yang dicatat pada sisi kredit di Jurnal kemudian diposting ke akun Moda, Rahayu di Buku Besar pada sisi kredit dengan nama akun lawannya yakni akun Kas.
Gambar-10. Contoh Penyajian Buku Besar Setiap akun Buku Besar akan memiliki saldonya masing-masing yang umumnya dihitung setiap akhir bulan atau periode tertentu sesuai dengan kebutuhan entitas, dan diformulasikan sebagai berikut: Saldo Akun = Saldo Awal + Mutasi Masuk – Mutasi Keluar
= 33 =
Saldo awal merupakan jumlah saldo setiap akun yang tercatat di awal bulan, atau merupakan saldo akhir akun tersebut pada periode sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa, pencatatan pada sisi debet tidak selalu diartikan sebagai mutasi masuk, dan pencatatan di sisi kredit juga tidak selalu diartikan sebagai mutasi keluar. Jika sebuah akun pada saat terjadi penambahan/kenaikan berada pada sisi debet, maka mutasi masuk adalah segala transaksi akun tersebut yang dicatat pada sisi debet, dan mutasi keluar adalah semua transaksi akun yang dicatat pada sisi kredit. Sebaliknya, jika sebuah akun pada saat terjadi penambahan/kenaikan berada pada sisi kredit, maka mutasi masuk adalah segala transaksi akun tersebut yang dicatat pada sisi kredit, dan mutasi keluar adalah semua transaksi akun yang dicatat pada sisi debet. Di akhir periode, saldo akun-akun buku besar tersebut kemudian diringkas dalam Neraca Saldo. Laporan ini merupakan laporan antara sebelum dilakukan penyusunan laporan keuangan utama untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan tersebut. Akun-akun di Neraca Saldo disusun berdasarkan urutan akun dan tidak diperkenankan untuk disajikan secara acak.
Gambar-11. Contoh Penyajian Neraca Saldo
= 34 =
BAB III
PROSES PERSIAPAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Sebelum lanjut pada penyusunan laporan keuangan, perlu adanya proses persiapan yang diakomodir dalam Neraca Lajur (kertas kerja). Neraca lajur menunjukkan langkah arus setiap data sampai laporan keuangan tersusun, termasuk proses penyesuaian yang dibuat untuk memutakhirkan saldo beban dan pendapatan dalam laporan laba rugi. Arus informasi yang disajikan dalam neraca lajur akan mempermudah proses penyusunan laporan keuangan. Setiap langkah pemindahan akun dari Buku Besar menuju laporan keuangan disajikan secara bertahap, termasuk dalam pemutakhiran saldo akun yang perlu dimutakhirkan. Neraca lajur menyajikan pula penyesuaian di mana proses ini merupakan proses yang disyaratkan terjadi karena penggunaan metode pencatatan
accrual basis yang mencatat beban dan pendapatan nilai sesungguhnya dalam suatu periode. Sementara pencatatan cash basis, penyesuaian tidak perlu dilakukan karena basis pencatatannya adalah aliran fisik kas. A. Proses Penyesuaian Konsep periode akuntansi mengharuskan pendapatan dan beban dilaporkan pada periode yang tepat. Hal ini terkait basis pencatatan akuntansi accrual basis. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam pencatatan accrual basis pendapatan dicatat dalam laporan laba rugi pada periode saat pendapatan tersebut dihasilkan. Begitu juga dengan beban, yang dilaporkan pada periode yang sama dengan pendapatan yang terkait dengan pendapatan tersebut. Proses penyesuaian dilakukan di akhir periode akuntansi dengan memutakhirkan akun tertentu untuk beberapa alasan : (1) beberapa beban tidak dicatat harian, seperti bahan habis pakai, (2) beberapa pendapatan dan beban direalisasi = 35 =
dengan berlalunya waktu dan bukan transaksi yang terjadi secara khusus, seperti pendapatan sewa diterima di muka, (3) beberapa pendapatan dan beban mungkin belum dicatat, contoh utang gaji. Analisis dan pemutakhiran akun-akun pada akhir periode sebelum laporan keuangan disiapkan disebut proses penyesuaian, di mana ayat jurnalnya disebut ayat jurnal penyesuaian. Seluruh ayat jurnal penyesuaian mempengaruhi setidaknya satu akun dalam laporan laba rugi dan satu akun dalam laporan posisi keuangan, sehingga ayat jurnal penyesuaian akan selalu melibatkan akun pendapatan atau beban dan akun aset atau kewajiban. Perlu dipahami bahwa ayat jurnal penyesuaian yang dibuat tidak melibatkan arus fisik kas, baik masuk maupun keluar. Berikut jenis akun yang memerlukan penyesuaian: 1. Beban dibayar di muka 2. Pendapatan Diterima di muka 3. Utang Beban 4. Piutang Pendapatan 5. Bahan Habis Pakai 6. Kerugian Piutang 7. Penyusutan. Penjelasan masing-masing akun tampak pada Tabel-4. B. Penyusutan (Depresiasi) Seiring berjalannya waktu, aset tetap selain tanah kehilangan kemampuan untuk memberikan jasa atau dalam memberikan manfaat. Berkurangnya kemampuan tersebut perlu dialokasikan dari biaya (harga perolehan) secara sistematis ke akun beban selama manfaatnya, untuk menunjukkan berkurangnya nilai suatu aset akibat menurunnya manfaat dari aset tersebut. Proses alokasi biaya (harga perolehan) ke beban disebut penyusutan (depresiasi). Seluruh aset tetap berwujud harus didepresiasi = 36 =
kecuali tanah. Depresiasi dapat disebabkan oleh (Warren, Reeve, Duchac, Suhardianto, Kalanjati, Jusuf, dan Djakman, 2015: 499): 1. Penyusutan fisik, terjadi karena penggunaan dan disebabkan cuaca 2. Penyusutan fungsional, terjadi saat aset tetap tidak lagi menyediakan jasa pada tingkat yang diharapkan. Tabel-4. Ayat Jurnal Penyesuaian 1
Beban Dibayar di Muka
2
Pendapatan Diterima di Muka
Terdapat 2 opsi dalam penyusunan jurnal ini: a) Jurnal Awal: b) Jurnal Awal: Beban .... xxx Beban .... dibayar di muka xxx Kas/Utang xxx Kas/Utang xxx Penyesuaian: Penyesuaian: Beban ... dibayar di muka xxx Beban ... xxx Beban ... xxx Beban ... dibayar di muka xxx (dicatat sebesar beban yang belum (dicatat sebesar beban yang sudah dijalani/terjadi) dijalani/ terjadi) Contoh: Dibayar asuransi gudang untuk 1 tahun tanggal 1 Agustus 2016 sebesar Rp12.000.000 Beban yang sudah dijalani (Agustus-Desember = 5 bulan) = (5/12) x Rp12.000.000 = Rp5.000.000 Beban yang belum dijalani (Januari-Juli = 7 bulan) = (7/12) x Rp12.000.000 = Rp7.000.000 a) Jurnal Awal: b) Jurnal Awal: Asuransi Rp12.000.000 Asuransi dibayar di muka Rp12.000.000 Kas Rp12.000.000 Kas Rp12.000.000 Penyesuaian: Penyesuaian: Asuransi dibayar di muka Rp7.000.000 Asuransi Rp5.000.000 Asuransi Rp7.000.000 Asuransi dibayar di muka Rp5.000.000 (dicatat sebesar beban yang (dicatat sebesar beban yang belum dijalani/terjadi) sudah dijalani/ terjadi) Terdapat 2 opsi dalam penyusunan jurnal ini: a) Jurnal Awal: b) Jurnal Awal: Kas/Piutang xxx Kas/Piutang xxx Pendapatan ... xxx Pendapatan ... diterima di muka xxx Penyesuaian: Penyesuaian: Pendapatan ... xxx Pendapatan ... diterima di muka xxx Pendapatan ... diterima di muka xxx Pendapatan ... xxx (dicatat sebesar pendapatan yang (dicatat sebesar pendapatan yang belum dijalani/terjadi) sudah dijalani/terjadi) Contoh: Diterima sewa gudang untuk 1 tahun tanggal 1 September 2016 sebesar Rp60.000.000 Beban yang sudah dijalani (September-Desember = 4 bulan) = (4/12) x Rp60.000.000 = Rp20.000.000 Beban yang belum dijalani (Januari-Agustus = 8 bulan) = (8/12) x Rp60.000.000 = Rp40.000.000 a) Jurnal Awal: b) Jurnal Awal: Kas Rp60.000.000 Kas Rp60.000.000 Pendapatan sewa Rp60.000.000 Sewa diterima di muka Rp60.000.000 Penyesuaian: Penyesuaian: Pendapatan sewa Rp40.000.000 Pendapatan sewa Rp20.000.000 Sewa diterima di muka Rp40.000.000 Pendapatan Rp20.000.000 (dicatat sebesar pendapatan yang (dicatat sebesar pendapatan yang belum dijalani/terjadi) sudah dijalani/terjadi)
= 37 =
3
Utang Beban
4
Piutang Pendapatan
5
Bahan Habis Pakai
6
Penyusutan (depresiasi)
7
Cadangan Kerugian Piutang
Beban ... xxx Utang ... xxx Contoh: Beban gaji karyawan bulan Desember 2016 yang masih harus dibayar Rp 36.000.000 Beban gaji Rp36.000.000 Utang gaji Rp36.000.000 Piutang ... xxx Pendapatan ... xxx Contoh: Pendapatan bunga obligasi yang masih harus diterima pada periode Agustus-Desember 2016 sebesar Rp24.000.000 Piutang bunga Rp24.000.000 Pendapatan bunga Rp24.000.000 Beban Bahan Habis Pakai xxx Bahan Habis Pakai xxx Contoh: Bahan habis pakai awal tahun sebesar Rp32.000.000, berdasarkan hasil stock opname bahan habis pakai sisa Rp12.000.000. Bahan habis pakai yang digunakan selama tahun 2016 = Rp32.000.000 – Rp12.000.000 = Rp20.000.000 Beban Bahan Habis Pakai Rp20.000.000 Bahan Habis Pakai Rp20.000.000 Penyusutan ... xxx Akumulasi penyusutan ... xxx Contoh: Penyusutan kendaraan selama tahun 2016 tercatat sebesar Rp 12.000.000 Penyusutan kendaraan Rp12.000.000 Akumulasi penyusutan kendaraan Rp12.000.000 Beban Kerugian Piutang xxx Cadangan Kerugian Piutang xxx Contoh: Beban kerugian piutang pada tahun 2016 ditaksir sebesar Rp15.000.000 Beban Kerugian Piutang Rp15.000.000 Cadangan Kerugian Piutang Rp15.000.000
Penyusutan dilakukan setiap akhir tahun dan termasuk mekanisme proses penyesuaian. Penyusutan tidak menunjukkan sebuah penurunan nilai dan tidak melibatkan arus fisik kas menggantikan berkurangnya manfaat dari suatu aset. Faktor-faktor yang menentukan jumlah beban penyusutan adalah sebagai berikut: a. Biaya awal aset tetap (harga perolehan), yakni nilai harga perolehan aset tetap yang akan disusutkan b. Masa manfaat yang diharapkan, yakni estimasi periode pemanfaatan aset yang dihitung sejak aset mulai menyediakan jasa. Ditetapkan oleh entitas berdasarkan pertimbangan penggunaan aset, pengalaman masa lalu, maupun aturan fiskal.
= 38 =
c. Estimasi nilai di akhir masa manfaat (nilai residu/sisa), merupakan nilai manfaat yang diperkirakan masih dapat diberikan oleh aset di akhir masa manfaatnya. Penyusutan dapat dihitung dalam beberapa metode, namun hanya 2 (dua) metode yang direkomendasikan oleh standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, termasuk juga yang diizinkan dalam regulasi fiskal, yakni metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda. Metode Garis Lurus Metode garis lurus menghasilkan nilai beban penyusutan yang tetap setiap tahun, dengan asumsi berkurangnya nilai manfaat aset tersebut dalam jumlah yang tetap. Metode ini idealnya diimplementasikan pada aset tetap dengan pengurangan manfaat stabil, seperti bangunan. Metode ini memperhitungkan beban penyusutan dengan perhitungan sebagai berikut: Beban Penyusutan/thn =
Harga Perolehan - Nilai Residu Masa Manfaat
Contoh: Tanggal 1 Januari 2013 dibeli 1 unit mesin cetak seharga Rp25.000.000, dengan perkiraan masa manfaat 5 tahun, tanpa nilai residu. Beban Penyusutan/thn =
25.000.000 - 0 5
= 5.000.000/thn
Beban Penyusutan Akumulasi Nilai Buku (Rp)*) (Rp) Penyusutan (Rp) 2013 5.000.000 5.000.000 20.000.000 2014 5.000.000 10.000.000 15.000.000 2015 5.000.000 15.000.000 10.000.000 2016 5.000.000 20.000.000 5.000.000 2017 5.000.000 25.000.000 0 *) Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan Aset Tahun
= 39 =
Metode Saldo Menurun Ganda Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset. Tarif penyusutan aset ditentukan dua kali dari tarif garis lurus. Idealnya metode ini diimplentasikan pada aset dengan manfaat yang lebih besar pada awal penggunaan aset dan semakin menurun pada periode selanjutnya. Metode ini memperhitungkan beban penyusutan dengan perhitungan: Beban Penyusutan/thn = (2 x tarif garis lurus) x Nilai Buku Contoh menggunakan soal yang sama dengan contoh sebelumnya. Tarif garis lurus ditentukan 20% (100/5 tahun), sehingga tarif penyusutan dengan metode saldo menurun ganda adalah 40% Tarif Penyusutan
Thn
2013 40% 2014 40% 2015 40% 2016 40% 2017 40% *)pembulatan
Beban Penyusutan (Rp)
Akumulasi Penyusutan (Rp)
10.000.000 6.000.000 3.600.000 2.160.000 3.240.000*)
10.000.000 16.000.000 19.600.000 21.760.000 25.000.000
Nilai Buku (Rp) 25.000.000 15.000.000 9.000.000 5.400.000 3.240.000 0
Setiap metode penyusutan memberikan beban penyusutan berbeda setiap tahun sehingga berdampak pada laba yang dibukukan dalam tahun bersangkutan. Namun perbedaan ini secara kumulatif tidak mencatat jumlah beban depresiasi yang berbeda di antara masing-masing metode. Thn 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah
Beban Penyusutan (Rp) Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun Ganda 5.000.000 10.000.000 5.000.000 6.000.000 5.000.000 3.600.000 5.000.000 2.160.000 5.000.000 3.240.000 25.000.000 = 40 =
25.000.000
C. Neraca Lajur Neraca lajur sendiri terdiri atas 5 kolom di mana masing-masing kolom dibagi atas sisi Debet dan Kredit. Kolom-kolom dalam Neraca lajur terdiri atas Neraca Saldo, Penyesuaian, Neraca Saldo Penyesuaian, Laba/Rugi, dan Neraca. Neraca saldo berisi saldo keseluruhan akun yang diposting dari Buku Besar, disusun berdasarkan urutan kode akun. Kolom penyesuaian berisi jurnal penyesuaian yang dibuat untuk menunjukkan saldo akun tertentu pada jumlah yang sesungguhnya terjadi (akan dibahas pada bagian selanjutnya). Neraca Saldo Setelah Penyesuaian berisi saldo keseluruhan
akun
setelah
dilakukan
penyesuaian
pada
proses
sebelumnya. Kolom Laba/Rugi berisi saldo akun-akun pendapatan dan beban, sedangkan kolom Neraca berisi saldo akun-akun aset, kewajiban, dan ekuitas. Kolom Laba/Rugi dan Neraca akan menunjukkan selisih angka yang sama di antara sisi debet dan kreditnya, di mana angka tersebut menunjukkan nilai Laba atau Rugi yang diperoleh sebuah entitas. Bentuk Neraca Lajur disajikan dalam Tabel-5. Tabel-5. Contoh Format Neraca Lajur PO RANI Neraca Lajur Per-31 Desember 2011 URAIAN
NERACA SALDO PENYESUAIAN NS STLH DISESUAIKAN LABA RUGI NERACA DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
KAS PIUTANG USAHA PIUTANG KARYAWAN PERLENGKAPAN SEWA DIBAYAR DI MUKA KENDARAAN AKUMULASI PENYUSUTAN KENDARAAN UTANG USAHA PENDAPATAN SEWA DITERIMA DI MUKA MODAL, RANI PRIVE, RANI PENDAPATAN USAHA BIAYA GAJI BIAYA LTA TOTAL
= 41 =
BAB IV
LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI OUTPUT PROSES AKUNTANSI A. Konsep Umum Laporan Keuangan Fungsi utama akuntansi adalah menyajikan laporan keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis perusahaan. Laporan keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Laba-Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Laporan keuangan umumnya disusun dalam periode tahunan, namun terdapat pula entitas yang juga menyusun dalam periode bulanan, triwulan, kwartal, maupun semester. Antara laporan keuangan satu dengan lain saling berhubungan, sehingga ketika terjadi kesalahan dalam penyusunan salah satu Laporan Keuangan maka kesalahan tersebut juga akan berdampak pada Laporan Keuangan lainnya. Laporan Laba Rugi Komprehensif merupakan Laporan Keuangan yang pertama kali disusun, kemudian angka laba/rugi disajikan dalam Laporan Keuangan berikutnya yaitu Laporan Perubahan Ekuitas. Angka Ekuitas akhir di Laporan Perubahan Ekuitas kemudian disajikan dalam penyusunan Neraca. Laporan Arus Kas menjadi laporan yang paling akhir disusun karena bersumber dari beberapa akun yang mempengaruhi aliran kas di Neraca dan Laporan Laba Rugi. B. Laporan Laba-Rugi Komprehensif Laporan Laba Rugi Komprehensif merupakan laporan yang akan menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam waktu 1 (satu) tahun. Hasil operasi perusahaan diukur dengan menandingkan pendapatan dengan beban. Jika pendapatan lebih besar dari beban maka perusahaan membukukan Laba, sedangkan jika terjadi sebaliknya maka perusahaan membukukan Rugi. = 42 =
Percetakan “Karya” Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011
Pendapatan Pendapatan Jasa Beban Gaji Karyawan Listrik Air Depresiasi Jumlah Beban
Rp
Rp
125.000.000
Rp
(91.500.000)
Rp
33.500.000
Menunjukkan periode operasi perusahaan.
15.000.000 1.150.000 350.000 75.000.000
Laba Bersih
Dipindahkan ke Lap. Perubahan Ekuitas
Gambar-12. Contoh Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi Komprehensif terdiri dari 2 (dua) kelompok besar akun yaitu akun Pendapatan dan Beban. Pendapatan terdiri atas pendapatan dan keuntungan. Pendapatan adalah peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli (Niswonger, 1999: 45). Keuntungan adalah hal yang memenuhi definisi penghasilan tetapi tidak bersumber dari pendapatan (misal keuntungan dari penjualan aset tetap). Tabel-6. Daftar Pengelompokan Akun dalam Lap. L/R KELOMPOK AKUN DALAM LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF PENDAPATAN Pendapatan Usaha (jasa) Penjualan (dagang & manufaktur) dll BEBAN Harga Pokok Penjualan (dagang & manufaktur) Beban gaji Beban Sewa Beban listrik & air Beban Depresiasi dll = 43 =
Sementara beban adalah aset atau jasa yang digunakan dalam proses menghasilkan pendapatan (Niswonger, 1999: 45). Akun dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif dikenal dengan istilah akun nominal. C. Laporan Perubahan Ekuitas Jumlah ekuitas dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yakni (a) penambahan ekuitas oleh pemilik maupun investor lain, (b) laba/rugi sebagai hasil operasional perusahaan dalam suatu periode, dan (3) adanya pengambilan pribadi oleh pemilik (prive). Percetakan “Karya” Laporan Perubahan Ekuitas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 Ekuitas, 1 Januari 2011 Rp Ditambah: Penambahan Modal Laba Bersih
Rp
180.000.000
Berasal dari Laporan L/R
0 33.500.000
DIkurangi: Prive
Rp Rp
33.500.000 (13.500.000)
Ekuitas, 31 Desember 2011
Rp
200.000.000
Dipindahkan ke Neraca
Gambar-13. Contoh Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan penghubung antara Laporan Laba Rugi dan Laporan Posisi Keuangan, di mana laporan ini menggambarkan hal-hal yang akan menyebabkan bertambah atau berkurangnya jumlah ekuitas. Penambahan modal dan perolehan laba akan menambah jumlah ekuitas, sedangkan rugi dan prive mengurangi jumlah ekuitas. Pada SAK EMKM Laporan Perubahan Ekuitas tidak disyaratkan untuk disusun dalam pertanggungjawaban keuangan EMKM. D. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Laporan Posisi Keuangan adalah laporan yang menggambarkan keadaan/posisi aset, kewajiban, dan ekuitas yang dimiliki oleh suatu entitas pada tanggal tertentu. Laporan tersebut memberikan informasi mengenai jenis dan jumlah kekayaan (aset) perusahaan, serta sumber = 44 =
dana untuk memperoleh kekayaan tersebut (kewajiban dan ekuitas). Sisi sumber dana menggambarkan sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai sisi penggunaan dana. Sumber dana berasal dari kewajiban (bentuk utang) dan ekuitas (modal pemilik, modal sekutu, maupun modal saham). Sementara penggunaan dana menggambarkan hasil penggunaan dana yang diperoleh dari sumber dana tersebut, bisa jadi tetap dalam bentuk uang kas, digunakan untuk membeli perlengkapan, bangunan, dan kendaraan. Jumlah sumber dana dan penggunaan harus sama, sehingga jumlah aset dan kewajiban & modal harus seimbang.
Gambar-14. Contoh Neraca Laporan Posisi Keuangan terbagi atas 3 (tiga) kelompok besar akun, yakni akun Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Akun-akun nerca dikenal dengan istilah akun riil. Setiap kelompok akun memiliki akun-akun yang digolongkan dalam kelompok tersebut. Secara sederhana, kelompok akun aset terbagi atas: 1. Aset lancar, merupakan kelompok aset yang dapat berubah menjadi kas dalam waktu 1 (satu) tahun, sehingga kelompok aset ini disusun berdasarkan likuiditasnya. Kelompok aset lancar umumnya berkaitan dengan kegiatan operasional normal perusahaan. 2. Aset tak lancar, merupakan kelompok aset yang digunakan selama operasional usaha dan tidak menjadi uang kas dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun. Salah satu unsur aset tak lancar adalah = 45 =
kelompok aset tetap, di mana aset ini mengelompokkan aset-aset yang digunakan dalam operasional perusahaan dan masa penggunaannya lebih dari 1 (satu) tahun. Aset dalam kelompok aset tetap disusun berdasarkan kekekalannya. Tabel-7. Daftar Pengelompokan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ASET Aset Lancar Kas Piutang Usaha Persediaan Perlengkapan
KELOMPOK AKUN DALAM NERACA KEWAJIBAN Utang Lancar Utang Usaha Utang Jangka Panjang Utang Bank
ASET TAK LANCAR Aset Tetap Berwujud Tanah Bangunan Kendaraan Peralatan
EKUITAS Modal, Pemilik
Sama halnya dengan aset lancar, kewajiban lancar merupakan kelompok kewajiban yang jangka waktu pelunasannya dalam waktu 1 (satu) tahun. Sementara kewajiban jangka panjang mengelompokkan kewajiban dengan jangka waktu pelunasan lebih dari 1 (satu) tahun. Ekuitas menyajikan jumlah penyertaan modal dari pemilik. Komponen ini bergantung pada bentuk perusahaan, apakah perorangan, persekutuan, atau perseroan.
= 46 =
CONTOH SOAL Transaksi CV Kejora (jasa transportasi) pada tahun 2011 sebagai berikut: November 2
Rani sebagai pemilik menginvestasikan dana pribadi sebesar Rp. 2.000.000.000
5
Dibeli Kendaraan untuk operasional sebanyak 2 unit @Rp225.000.000
6
Dibayar sewa ruko kantor untuk 1 tahun sebesar Rp180.000.000
10
Dibeli perlengkapan sebesar Rp55.000.000 secara kredit
15
Diterima pendapatan dari Rp25.000.000 secara tunai
18
Diterima pendapatan dari penyewaan mobil untuk 3 bulan sebesar Rp30.000.000
penyerahan
jasa
20 Penyerahan jasa kepada CV Karya sebesar Rp64.000.000, di mana sebesar Rp10.000.000 dibayar tunai, sisanya dilunasi bulan berikutnya 22
Dibayar beban LTA sebesar Rp2.800.000
24 Diberikan pinjaman kepada salah satu karyawan an. Tarno sebesar Rp9.000.000 dengan bunga 2%, jangka waktu 3 bulan, angsuran dibayar tunai
Desember
25
Dilunasi pembelian perlengkapan pada tanggal 10 November
1
Dibayar gaji karyawan sebesar Rp40.000.000
5
Diberikan jasa kepada PD Pesona sebesar Rp75.000.000 secara kredit
10
Diterima pelunasan dari CV Karya
15
Diterima pendapatan dari Rp55.000.000 secara tunai
22
Dibayar beban LTA sebesar Rp3.100.000
25
Diterima pelunasan Rp30.000.000
dari
PD
penyerahan
Pesona
jasa
sebesar
26 Pengambilan dana perusahaan sebesar Rp5.000.000 untuk keperluan pribadi pemilik = 47 =
Informasi Tambahan: a. Saldo fisik perlengkapan sebesar Rp40.000.000 b. Sesuaikan saldo sewa dibayar di muka c. Sesuaikan saldo pendapatan sewa diterima di muka d. Terdapat utang gaji sebesar Rp40.000.000 e. Sesuaikan saldo piutang bunga f. Beban depresiasi selama tahun 2011 adalah sebesar Rp25.000.000 Proses Akuntansi dari soal tersebut adalah sebagai berikut: Tanggal 2011 2 Nov 5 6 10 15 18 20 22 24 25 Des
1 5 10 15 22 25 26
Uraian
JURNAL
Kas Modal, Rani Kendaraan Kas Sewa Dibayar Di Muka Kas Perlengkapan Utang Usaha Kas Pendapatan Usaha Kas Pendapatan Sewa Diterima Di Muka Kas Piutang Usaha Pendapatan Usaha Beban LTA Kas Piutang Karyawan Kas Utang Usaha Kas Jumlah Beban Gaji Kas Piutang Usaha Pendapatan Usaha Kas Piutang Usaha Kas Pendapatan Usaha Beban LTA Kas Kas Piutang Usaha Prive, Rani Kas Jumlah
= 48 =
Debet 2,000,000,000 450,000,000 180,000,000 55,000,000 25,000,000 30,000,000 10,000,000 54,000,000 2,800,000 9,000,000 55,000,000
Kredit 2,000,000,000 450,000,000 180,000,000 55,000,000 25,000,000 30,000,000 64,000,000 2,800,000 9,000,000
55,000,000 2,870,800,000 2,870,800,000 40,000,000 40,000,000 75,000,000 75,000,000 54,000,000 54,000,000 55,000,000 55,000,000 3,100,000 3,100,000 30,000,000 30,000,000 5,000,000 5,000,000 262,100,000 262,100,000
Buku Besar KAS TANGGAL Nov 2 5 6 15 18 20 22 24 25 Des 1 10 15 22 25 26
DEBET KREDIT SALDO Ekuitas, Rani 2,000,000,000 2,000,000,000 Kendaraan 450,000,000 1,550,000,000 Sewa Dibayar di Muka 180,000,000 1,370,000,000 Pendapatan Usaha 25,000,000 1,395,000,000 Pendapatan Sewa Diterima di Muka 30,000,000 1,425,000,000 Pendapatan Usaha 10,000,000 1,435,000,000 Beban LTA 2,800,000 1,432,200,000 Piutang Karyawan 9,000,000 1,423,200,000 Utang Usaha 55,000,000 1,368,200,000 Beban gaji 40,000,000 1,328,200,000 Piutang Usaha 54,000,000 1,382,200,000 Pendapatan Usaha 55,000,000 1,437,200,000 Beban LTA 3,100,000 1,434,100,000 Piutang Usaha 30,000,000 1,464,100,000 Prive, Rani 5,000,000 1,459,100,000
TANGGAL Nov 20 Des 5 10 25
URAIAN Pendapatan Usaha Pendapatan Usaha Kas Kas
TANGGAL Nov 24
URAIAN
PIUTANG KARYAWAN DEBET 9,000,000
KREDIT
SALDO 9,000,000
URAIAN
PERLENGKAPAN DEBET 55,000,000
KREDIT
SALDO 55,000,000
SEWA DIBAYAR DI MUKA URAIAN DEBET 180,000,000
KREDIT
SALDO 180,000,000
KREDIT
SALDO 450,000,000
TANGGAL Nov 10
TANGGAL Nov 6
URAIAN
Kas
Utang Usaha
Kas
PIUTANG USAHA DEBET 54,000,000 75,000,000
KREDIT
54,000,000 30,000,000
SALDO 54,000,000 129,000,000 75,000,000 45,000,000
KENDARAAN TANGGAL Nov 5
Kas
TANGGAL Nov 10 25
URAIAN Perlengkapan Kas
TANGGAL Nov 18
URAIAN
Kas
DEBET 450,000,000 UTANG USAHA DEBET
KREDIT 55,000,000
55,000,000
PENDAPATAN SEWA DITERIMA DI MUKA URAIAN DEBET KREDIT 30,000,000
= 49 =
SALDO 55,000,000 -
SALDO 30,000,000
TANGGAL Nov 2
TANGGAL Nov 15 20 Des 5 15
URAIAN
EKUITAS, RANI DEBET
Kas
URAIAN
KREDIT SALDO 2,000,000,000 2,000,000,000
PENDAPATAN USAHA DEBET
KREDIT 25,000,000 64,000,000 75,000,000 55,000,000
SALDO 25,000,000 89,000,000 164,000,000 219,000,000
DEBET 40,000,000
KREDIT
SALDO 40,000,000
DEBET 2,800,000 3,100,000
KREDIT
SALDO 2,800,000 5,900,000
DEBET 5,000,000
KREDIT
SALDO 5,000,000
Kas Kas, Piutang Usaha Piutang Usaha Kas BEBAN GAJI
TANGGAL Des 1
URAIAN Kas BEBAN LTA
TANGGAL Nov 22 22
URAIAN Kas Kas PRIVE, RANI
TANGGAL Des 26
URAIAN Kas
CV KEJORA NERACA SALDO PER-31 DESEMBER 2011 URAIAN DEBET KAS 1,459,100,000 PIUTANG USAHA 45,000,000 PIUTANG KARYAWAN 9,000,000 PERLENGKAPAN 55,000,000 SEWA DIBAYAR DI MUKA 180,000,000 KENDARAAN 450,000,000 AKUMULASI DEPRESIASI KENDARAAN UTANG USAHA PENDAPATAN SEWA DITERIMA DI MUKA MODAL, RANI PRIVE, RANI 5,000,000 PENDAPATAN USAHA BEBAN GAJI 40,000,000 BEBAN LTA 5,900,000 TOTAL
2,249,000,000
= 50 =
KREDIT
30,000,000 2,000,000,000 219,000,000
2,249,000,000
Laporan Keuangan: CV Kejora Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 Pendapatan Pendapatan Usaha Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga Jumlah Pendapatan
Rp
Beban Gaji Karyawan LTA Perlengkapan Sewa Depresiasi Jumlah Beban Laba Bersih
Ekuitas awal
219.000.000 10.000.000 60.000
Rp
Rp
229.060.000
Rp Rp
(155.900.000) 73.160.000
80.000.000 5.900.000 15.000.000 30.000.000 25.000.000
CV KEJORA Laporan Perubahan Ekuitas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 Rp
Ditambah: Penambahan Modal Laba Bersih
Rp
ASET Kas Piutang Usaha Piutang Karyawan Piutang Bunga Perlengkapan Sewa Dibayar di Muka Kendaraan Akumulasi Depr. Kend. Jumlah Aset
Rp
Rp
0 73.160.000 Rp Rp Rp
DIkurangi: Prive Ekuitas, 31 Desember 2011
CV KEJORA Neraca Per- 31 Desember 2011 KEWAJIBAN 1.459.100.000 Utang Gaji 45.000.000 Pendapatan sewa 9.000.000 diterima di muka 60.000 40.000.000 EKUITAS 150.000.000 Ekuitas, Rani 450.000.000 (25.000.000) 2.128.160.000 Jml Kewajiban & Modal
= 51 =
2.000.000.000
73.160.000 (5.000.000) 2.068.160.000
Rp
40.000.000 20.000.000
Rp
2.068.160.000
Rp
2.128.160.000
Tidak semua laporan keuangan berlanjut ke periode selanjutnya, hanya neraca yang akan berlanjut. Hal ini dikarenakan laporan keuangan yang lain berisi histori transkasi keuangan dan menggambarkan kinerja pada satu periode saja. Oleh karena itu,setelah laporan keuangan selesai disajikan, perusahaan perlu menyusun jurnal penutup. Jurnal penutup berfungsi sebagai jurnal untuk menutup akun-akun nominal (rekening L/R), karena jenis rekening ini tidak berlanjut ke periode berikutnya. Berdasarkan pada soal sebelumnya, penyusunan jurnal penutup akan nampak sebagai berikut: JURNAL PENUTUP Tgl Uraian Debet 2011 Des Pendapatan Usaha Rp 219.000.000 31 Pendapatan Sewa 10.000.000 Pendapatan Bunga 60.000 Ikhtisar L/R (menutup akun pendapatan) Ikhtisar L/R Rp 155.900.000 Beban Gaji Beban LTA Beban Perlengkapan Beban Sewa Beban Depresiasi (menutup akun beban) Ikhtisar L/R Rp 73.160.000 Ekuitas, Rani (menutup laba bersih ke ekuitas) Ekuitas, Rani Rp 5.000.000 Prive, Rani (menutup penarikan pribadi)
Kredit
Rp
229.060.000
Rp
80.000.000 5.900.000 15.000.000 30.000.000 25.000.000
Rp
73.160.000
Rp
5.000.000
Beberapa pencatatan dari kolom penyesuaian yang disusun pada Neraca Lajur memerlukan jurnal penyesuaian kembali di awal periode berikutnya. Penyusunan jurnal ini hanya untuk menyederhanakan pembuatan jurnal yang bersangkutan pada periode berikutnya. Berdasarkan pada soal sebelumnya, jika disusun Jurnal penyesuaian kembali maka akan nampak sebagai berikut:
= 52 =
Tanggal 2012 Jan - 02
JURNAL PENYESUAIAN KEMBALI Uraian Debet Utang Gaji Beban Gaji (menyesuaikan kembali penyesuaian atas utang gaji) Pendapatan Bunga Piutang Bunga (menyesuaikan kembali penyesuaian atas piutang bunga)
Rp
Rp
Kredit
40.000.000
60.000
Rp
40.000.000
Rp
60.000
Jurnal ini tidak menjadi keharusan untuk disusun, hanya perusahaan dengan jurnal penyesuaian yang banyak akan merasakan manfaat dari penyusunan jurnal ini.
= 53 =
Laporan Keuangan: CV Kejora Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 Pendapatan Pendapatan Usaha Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga Jumlah Pendapatan
Rp
Beban Gaji Karyawan LTA Perlengkapan Sewa Depresiasi Jumlah Beban Laba Bersih
Ekuitas awal
219.000.000 10.000.000 60.000
Rp
Rp
229.060.000
Rp Rp
(155.900.000) 73.160.000
80.000.000 5.900.000 15.000.000 30.000.000 25.000.000
CV KEJORA Laporan Perubahan Ekuitas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 Rp
Ditambah: Penambahan Modal Laba Bersih
Rp
ASET Kas Piutang Usaha Piutang Karyawan Piutang Bunga Perlengkapan Sewa Dibayar di Muka Kendaraan Akumulasi Depr. Kend. Jumlah Aset
Rp
Rp
0 73.160.000 Rp Rp Rp
DIkurangi: Prive Ekuitas, 31 Desember 2011
CV KEJORA Neraca Per- 31 Desember 2011 KEWAJIBAN 1.459.100.000 Utang Gaji 45.000.000 Pendapatan sewa 9.000.000 diterima di muka 60.000 40.000.000 EKUITAS 150.000.000 Ekuitas, Rani 450.000.000 (25.000.000) 2.128.160.000 Jml Kewajiban & Modal
= 52 =
2.000.000.000
73.160.000 (5.000.000) 2.068.160.000
Rp
40.000.000 20.000.000
Rp
2.068.160.000
Rp
2.128.160.000
Tidak semua laporan keuangan berlanjut ke periode selanjutnya, hanya neraca yang akan berlanjut. Hal ini dikarenakan laporan keuangan yang lain berisi histori transkasi keuangan dan menggambarkan kinerja pada satu periode saja. Oleh karena itu,setelah laporan keuangan selesai disajikan, perusahaan perlu menyusun jurnal penutup. Jurnal penutup berfungsi sebagai jurnal untuk menutup akun-akun nominal (rekening L/R), karena jenis rekening ini tidak berlanjut ke periode berikutnya. Berdasarkan pada soal sebelumnya, penyusunan jurnal penutup akan nampak sebagai berikut: JURNAL PENUTUP Tgl Uraian Debet 2011 Des Pendapatan Usaha Rp 219.000.000 31 Pendapatan Sewa 10.000.000 Pendapatan Bunga 60.000 Ikhtisar L/R (menutup akun pendapatan) Ikhtisar L/R Rp 155.900.000 Beban Gaji Beban LTA Beban Perlengkapan Beban Sewa Beban Depresiasi (menutup akun beban) Ikhtisar L/R Rp 73.160.000 Ekuitas, Rani (menutup laba bersih ke ekuitas) Ekuitas, Rani Rp 5.000.000 Prive, Rani (menutup penarikan pribadi)
Kredit
Rp
229.060.000
Rp
80.000.000 5.900.000 15.000.000 30.000.000 25.000.000
Rp
73.160.000
Rp
5.000.000
Beberapa pencatatan dari kolom penyesuaian yang disusun pada Neraca Lajur memerlukan jurnal penyesuaian kembali di awal periode berikutnya. Penyusunan jurnal ini hanya untuk menyederhanakan pembuatan jurnal yang bersangkutan pada periode berikutnya. Berdasarkan pada soal sebelumnya, jika disusun Jurnal penyesuaian kembali maka akan nampak sebagai berikut:
= 53 =
Tanggal 2012 Jan - 02
JURNAL PENYESUAIAN KEMBALI Uraian Debet Utang Gaji Beban Gaji (menyesuaikan kembali penyesuaian atas utang gaji) Pendapatan Bunga Piutang Bunga (menyesuaikan kembali penyesuaian atas piutang bunga)
Rp
Rp
Kredit
40.000.000
60.000
Rp
40.000.000
Rp
60.000
Jurnal ini tidak menjadi keharusan untuk disusun, hanya perusahaan dengan jurnal penyesuaian yang banyak akan merasakan manfaat dari penyusunan jurnal ini.
= 54 =
LATIHAN SOAL 1. Beberapa transaksi terpilih dari Bakrie, seorang decorator interior, di bulan pertama Ia menjalankan bisnisnya disajikan sebagai berikut: Jan 2
Menginvestasikan uang Rp250.000.000 ke dalam bisnis
3
Membeli mobil bekas seharga Rp105.000.000 secara tunai untuk digunakan demi keperluan bisnis
9
Membeli perlengkapan secara kredit seharga Rp2.500.000
11
Menerima pembayaran dari pelanggan Rp2.800.000 untuk jasa yang telah diberikan
16
Membayar Rp200.000 untuk iklan
20 Menerima uang Rp1.700.000 dari pelanggan 22
Dilunasi pembelian perlengkapan tanggal 9 Januari
28 Menarik uang Rp200,000 untuk keperluan pribadi pemilik Diminta: a. Catatlah transaksi-transaksi tersebut dalam ayat jurnal b. Postinglah ayat jurnal tersebut ke dalam Buku besar c. Buatlah Neraca Saldo d. Susunlah Laporan L/R Komprehensif, Lap. Perubahan Ekuitas, dan Laporan Posisi Keuangan 2. Pada tanggal 1 April Kurniati mendirikan agen perjalanan Barokah. Berikut ini transaksi-transaksi yang dilakukan selama bulan tersebut: April 2 Menginvestasi uang tunai Rp1.000.000.000 untuk mulai usaha tersebut 3
Membayar kas Rp175.000.000 untuk sewa bulan April
9
Membeli peralatan kantor Rp150.000.000 secara tunai
11
Mengeluarkan beban iklan sebesar Rp300.000 untuk Harian Cahaya, secara kredit
16
Membayar Rp600.000 tunai untuk perlengkapan kantor
20 Menerima Rp7.500.000 atas jasa yang telah dilaksanakan: Rp1.000.000 diterima tunai dari pelanggan, dan saldo sisanya sebesar Rp6.500.000 secara kredit
= 55 =
23 Menarik kas Rp200.000 untuk keperluan pribadi 28 Membayar jumlah yang jatuh tempo dari transaksi tanggal 11 April kepada Harian Cahaya 29 Membayar gaji karyawan sebesar Rp22.000.000 Diminta: a. Catatlah transaksi-transaksi tersebut dalam ayat jurnal b. Postinglah ayat jurnal tersebut ke dalam Buku besar c. Buatlah Neraca Saldo d. Susun Laporan L/R Komprehensif, Perubahan Ekuitas, dan Posisi Keuangan 3. Transaksi CV Kejora (jasa transportasi) pada 2011 sebagai berikut: Nov 2
Rani sebagai pemilik menginvestasikan dana pribadinya sebesar Rp2.000.000.000
5
Dibeli Kendaraan operasional 2 unit @Rp225.000.000
6
Dibayar sewa ruko kantor 1 tahun sebesar Rp180.000.000
10
Dibeli perlengkapan sebesar Rp55.000.000 secara kredit
15
Diterima pendapatan dari penyerahan jasa Rp25.000.000 secara tunai
18
Diterima pendapatan dari penyewaan mobil untuk 3 bulan sebesar Rp30.000.000
20 Penyerahan jasa ke CV Karya Rp64.000.000, di mana sebesar Rp10.000.000 tunai, sisanya dilunasi bulan berikut 22
Dibayar beban LTA sebesar Rp2.800.000
25
Dilunasi pembelian perlengkapan tanggal 10 November
Diminta: a. Catatlah transaksi-transaksi tersebut dalam ayat jurnal b. Postinglah ayat jurnal tersebut ke dalam Buku besar c. Buatlah Neraca Saldo d. Susunlah Laporan L/R Komprehensif, Lap. Perubahan Ekuitas, dan Laporan Posisi Keuangan
= 56 =
DAFTAR PUSTAKA
Fajarini, Evo. 2014. Menguasai Akuntansi Dasar. Penerbit dan Idea. Hery. 2012. Mengenal dan Memahami Laporan Keuangan. Penerbit Laksana. Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah. IAI Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2017a. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. IAI Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2017b. Standar Akuntansi Keuangan. IAI Jakarta. Juan, Ng Eng., Ersa Tri Wahyuni. 2012. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan (Berbasis IFRS). Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta. Jusup, Al Haryono. 2011. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid 1. Edisi 7. STIE YKPN Yogyakarta. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. 16th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Lam, Nelson., Peter Lau. 2013. Akuntansi Keuangan (Intermediate Financial Reporting). Buku 1. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta. Martani, Dwi., Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Farahmita. Edward Tanujaya, dan Taufik Hidayat. 2015. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. Mintarti, Sri., Dhina Mustika Sari, Triana Fitriastuti. 2016. Riset Eksperimen: Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Atas Informasi Akuntansi dalam Pengelolaan Usaha. Laporan Hasil Penelitian Fundamental Dikti. Tidak Dipublikasikan. Pandiangan, Roristua. 2014. Buku Pintar Akuntansi dan Pengendalian Usaha. Penerbit Laksana.
= 57 =
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan-Adaptasi IFRS. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sodikin, Slamet Sugiri., Bogat Agus Riyono. 2014. Akuntansi Pengantar 1. Edisi Kesembilan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Trisnawati, Tuti. 2009. Akuntansi Untuk Koperasi dan UKM. Salemba Empat. Jakarta. Warren, Carl S., James M. Reeve, Jonathan E. Duchac, Novrys Suhardianto, Devi Sulistyo Kalanjati, Amir Abadi Jusuf, dan Chaerul D. Djakman. 2015. Pengantar Akuntansi-Adaptasi Indonesia. Edisi 25. Salemba Empat. Jakarta. Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, dan Paul D. Kimmel. 2008. Pengantar Akuntansi. Edisi 7. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
= 58 =