LAPORAN AKHIR KEGIATAN MAHASISWA
Program Studi Doktor TRANSPORTASI
SAPPK – ITB
SURVEY POLA PERJALANAN HARIAN PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG
Peneliti AMELIA HAYATI NIM : 34213001
1. IDENTITAS LAPORAN AKHIR a. Nama Kegiatan : Survey Pola Perjalanan Harian Perempuan Di Kota Bandung b.
Tanggal Kegiatan
b. Tempat Kegiatan
: 1 Maret 2016 - 30 Juni 2016 : Kota Bandung
LAPORAN AKHIR
1. LATAR BELAKANG Pergerakan yang terjadi pada kenyataannya ternyata tidak bias gender, baik lakilaki maupun perempuan memiliki akses yang sama untuk melakukan perjalanan (Crane, R., 2007; Hanson, S., 2010). Namun demikian, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan pola perjalanan transportasi (Ironmonger, D., et al, 2007; Popoola, et al, 2006). Pergerakan yang tidak bias gender tersebut didasari oleh peningkatan pemahaman kesetaraan gender (Queiros, et al, 2012; Rosenbloom, S., 2006). Kesadaran kesetaraan gender di Indonesia turut mendukung perubahan pola perjalanan penduduk perempuan, terutama di daerah perkotaan di Indonesia disebabkan karena peningkatan aksesibilitas terhadap kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor yang mengakibatkan mobilitas perempuan meningkat pesat (Scheiner, J., et al, 2012; Nolan, A., 2010). Perempuan menjadi semakin percaya diri untuk melakukan perjalanan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya sebagai efek dari kondisi sosial ekonomi yang diterimanya, dengan tujuankesejahteraan keluarga (Cheng, L., et al, 2014; Khandker, M., et al, 2014; Nolan, A., 2010). Aksesibilitas dan mobilitas dalam perilaku perjalanan perempuan ini terkendala oleh kondisi perjalanan, seperti masalah kemacetan, aktivitas pemenuhan hidup, seperti : bekerja, sekolah, mengantar anak, belanja, wisata, dan lainnya, serta akses terhadap kendaran bermotor, seperti : kepemilikan kendaran bermotor pribadi, punya supir, menyetir sendiri, maupun akses terhadap kendaran umum dan paratransit (Subbarao, et al, 2013; Min Yang, et al., 2013; Scheiner, J., et al, 2012; Gould, J., et al, 2011; Malaitham, S., et al, 2013), sehingga pola perjalanan perempuan berupa model rantai perjalanan (trip-chaining/trip-link) yang sering berhenti pada perjalanan komuter hariannya berdasarkan berbagai jenis aktivitas keseharian yang dilakukan (Al-Jamal, R., 2006; Khandker, M., et al, 2014; Zhiang Zhou, et al, 2014). Atas dasar penjelasan di atas, maka dibutuhkan survey pendahuluan untuk pengujian kuesioner yang sudah berlaku secara internasional yaitu VISTA (Victorian Integrated Survey of Travel and Activity/ www.transport.vic.gov.au/vista) tahun 2012 dalam kerangka implementasi salah satu metodologi penelitian disertasi. Penelitian ini akan difokuskan pada pola perjalanan perempuan dewasa (diatas 17 tahun) dan dilakukan di
kota Bandung. 2. MANFAAT KEGIATAN BAGI TIM/PERORANGAN (Maksimum 1/2 halaman) Tim/perorangan dapat memahami pola perjalanan perempuan di kota Bandung berdasarkan berbagai jenis aktivitas keseharian, dan penggunaan durasi waktu yang ada, yang dapat digunakan untuk memahami fenomena perilaku perjalanan perempuan, baik sebagai individu yang mandiri maupun sebagai bagian dari keluarga dan anggota masyarakat. Hal lain yang turut dipertimbangkan dalam pengambilan data melalui survey primer ini adalah karakteristik sosial-ekonomi yang dianggap turut mempengaruhi pola perjalanan perempuan di kota Bandung, seperti : kondisi sosial-ekonomi keluarga, budaya, basis rumah tangga, kondisi sistem transportasi yang berlaku dan tata guna lahan, yang berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga (household maximum utility).
3.
MANFAAT KEGIATAN BAGI INSTITUSI Hasil survey primer ini akan menambah koleksi data empiris untuk meningkatkan
variasi dalam mengembangkan berbagai metodologi penelitian berdasarkan pengujian kuesioner yang sudah berlaku secara internasional pada prodi doktoral. Data empiris ini juga bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran berbagai mata kuliah, yaitu sebagai salah satu metode pendekatan dan solusi pada kasus yang serupa.
4.
LANDASAN TEORI
4.1. Perilaku Rantai Perjalanan McGuckin dan Murakami (1999) membandingkan perilaku rantai perjalanan antara laki-laki dan perempuan yang jelas memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Mereka menganalisis perjalanan harian pada hari kerja dan menjelaskan pengaruh jenis kelamin serta gaya hidup rumah tangga terhadap jumlah dan jenis rantai perjalanan yg dilakukan. Hasilnya adalah perempuan memiliki pola rantai perjalanan komuter yang lebih banyak daripada laki-laki pada setiap harinya, terutama untuk rumah tangga yang memiliki anak. Studi lain mengenai analisis eksplorasi ini juga dilakukan oleh Cirillo dan Toint (2002) dengan melihat perbedaan individu yang bekerja dan tidak bekerja pada pola pemberhentian di setiap perjalanan komuter yang dilakukan, dengan perbandingan data antara Belgia, Perancis, Inggris, Jerman dan Amerika.
Pola rantai perjalanan adalah teori pendekatan yang diturunkan dari teori pola perjalanan baik individu maupun kelompok yang dikembangkan dari teori umum Permintaan perjalanan (Ben-akiva dan Lerman, 1985).
4.2. Pendekatan Teori Perjalanan Berdasarkan Aktivitas Permintaan perjalanan dikembangkan oleh Ben-Akiva dan Lerman (1985) dalam bentuk peramalan perjalanan sebagai elemen penting dari analisis sistem transportasi, dalam bukunya “Discrete Choice Analysis”, yang disederhanakan dalam pemodelan matematis. Menurut Meyer dan Miller (2001), Model transportasi perkotaan (UTMS/Urban Transport Model System) telah digunakan sebagai kerangka kerja untuk menganalisis permintaan perjalanan di perkotaan sejak 1950. UTMS membagi permintaan perjalanan menjadi empat tahapan, yaitu : bangkitan dan tarikan perjalanan, distribusi perjalanan, pembagian moda dan pembebanan arus lalu lintas yang kemudian dikenal dengan nama Four Steps Model. Unit analisis dalam UTMS adalah perjalanan (trip based) yang dipertimbangkan sebagai produk dari perilaku manusia, namun pada kenyataannya perjalanan tersebut lebih menunjukkan pada konsekuensi dari perilaku perjalanannya daripada permintaan perjalanan langsung. Perbedaan utama antara trip-based dan activity-based dalam membuat pola perilaku perjalanan adalah bagaimana menginterpretasikan waktu dalam kerangka kerja analisisnya. Untuk pendekatan trip-based, variabel waktu dikonversikan ke dalam satuan biaya perjalanan. Juga mempertimbangkan perjalanan satu arah selama waktu sibuk sehari penuh dan merupakan perjalanan individu. Sedangkan pendekatan activity-based memperlakukan variabel waktu sebagai kendala utama dalam kajian pola perjalanan terkait aktivitas individu secara harian, bisa berlaku selama 24 jam, bagian dari bentuk interaksi dalam keluarga, juga memiliki kendala ruang/lokasi (Zwert, E., et al, 2007; Auld, J., 2007). Kendala ruang dan waktu ini menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan perjalanan untuk aktivitas berikutnya. Diagram berikut menunjukkan faktor ruang dan waktu dalam pola perjalanan individu :
sed model theory (cont.)
'daily'ac7vity' (for'travel'in'1F
12:00 AM 10:00 PM
Home
8:00 PM
s'represent'ac7vi7es' es'are'travel'episodes'
6:00 PM
enta7on'of'7me'of' 'all'travel'episodes,' iated'ac7vi7es' s'an'ac7vity' deled'individuals'
2:00 PM
and'where'they'are' all'7mes'
Shopping
Time
4:00 PM
Work
Lunch
12:00 PM 10:00 AM 8:00 AM 6:00 AM 4:00 AM
Home
2:00 AM 12:00 AM 0
1
2
3 Location
4
5
6
Gambar 1. Pola Perjalanan Individu terkait Ruang dan Waktu Sumber : Auld, J. (2007) Dua aspek mengenai waktu yang sering dipertimbangkan adalah lamanya waktu melakukan aktivitas (activity-time use) dan penjadwalan aktivitas (activity timing). Pendekatan analisis permintaan transportasi berdasarkan aktivitas, melihat perjalanan sebagai kebutuhan turunan untuk memenuhi aktivitas-aktivitas yang tersebar di dalam ruang (Jones, et al, 1990). Pendekatan ini mengadopsi kerangka kerja yang luas yang dapat memahami interaksi yang kompleks antara perilaku aktivitas dan perjalanan.
4.3. Pola Perjalanan Harian Bradley, M., et al (2008) menjelaskan kendala ruang dan waktu yang terbatas pada pola permintaan perjalanan harian individu berdasarkan aktivitas. Kendala tersebut sangat mempengaruhi pengambilan keputusan individu terhadap jumlah aktivitas harian yang dilakukan. Kondisi tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini, yaitu :
90"min" 550"min"
RUMAH&&
10"min"
1&Makan,&6&Makan,&8&Tidur&
5" 25"min"
5&BELANJA& 30"min"
25"min"
MULAI& 7:00&PAGI&
4"
1"
6"
20"min"
7" 240"min" 15"min"
15"min"
7&MOVIE&
2&&&4& SEKOLAH& 240"min" 2" 10"min"
120"min"
10"min" 3"
3&MAKAN&SIANG& 40"min"
Gambar 2. Jumlah aktivitas dipengaruhi oleh ruang dan waktu Sumber : Bradley, M, et al (2008)
5.
METODOLOGI SURVEI
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif dilakukan untuk menyelidiki secara mendalam pola perjalanan pada perempuan aktif dengan variasi rantai perjalanan yang dilakukan setiap hari, baik hari kerja maupun hari Libur, di wilayah Kota Bandung yang mengacu kepada beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan di luar Indonesia untuk kasus yang sama (Jinmu, C., et al., 2014; Queiros, M., et al., 2012; Bambers, S., et al., 2011; Hanson, S., 2010; Cavagnoli, D. & Norman, P., 2008; Bradley, M., 2008; Ironmonger, D. S. & Norman, P., 2007; Crane, R., 2007; Scheiner, J. & Holz-Rau, C., 2011; Rosenbloom, S., 1997). Objek penelitian ini adalah penyelidikan terhadap pola rantai perjalanan komuter yang dilakukan oleh para perempuan dewasa aktif (usia > 18 tahun, BPS, 2012) terhadap perilaku permintaan perjalanan yang tinggi di wilayah Kota Bandung, terkait dengan karakteristik individu dan rumah tangga yang dimiliki oleh responden saat penelitian dilakukan melalui Survey sampling. Penelitian ini juga melihat kondisi mobilitas dan aksesibilitas yang dimiliki oleh responden dari berbagai segi, seperti karakteristik individu, karakteristik rumah tangga, kondisi sosial-budaya, dan kepemilikan kendaraan, yang akan didefinisikan sebagai variabel bebas yang berpengaruh.
Unit analisis penelitian ini adalah jumlah responden perempuan dewasa aktif yang seringkali melakukan perjalanan dengan banyak pemberhentian, mengikuti pola rantai perjalanan untuk pemenuhan kebutuhan transportasi rumah tangganya untuk kesejahteraan keluarga, berdasarkan sampel dari jumlah penduduk perempuan di Kota Bandung dengan tingkat kesalahan maksimum 5 %, melaui penyebaran Survey kuesioner mengadopsi model kuesioner transportasi negara lain, contohnya Victorian Integrated Survey of Travel and Activity (VISTA), dalam waktu tertentu selama penelitian. 6.
DATA
Data Survey terlampir. 7.
ULASAN DATA
Pada awalnya kami menyebarkan 60 kuesioner VISTA ke 60 responden perempuan dewasa yang tersebar di seluruh kota Bandung. Namun dalam waktu 2 minggu hanya terkumpul 51 kuesioner yang terisi dengan lengkap beserta pola perjalanan selama 1 minggu penuh. Untuk data Usia didominasi oleh usia produktif antara 30 – 39 tahun (41%), dengan dominasi aktivitas adalah Ibu Rumah Tangga murni tanpa kerja sampingan (39%). Besaran penghasilan didominasi dengan kisaran 2,1 – 4 juta Rupiah walaupun tidak diyakina sebagai data akurat namun hal tersebut merupakan fakta dari hasil jawaban kuesioner yang ada. Tingkat pendidikan yang dicapai didominasi lulusan SMA (75%) jauh melibihi rata-rata capaian umum di Kota Bandung yaitu 7, 5 tahun (lulus dari kelas 1 SMP). Jumlah anggota keluarga didominasi 4 orang (35%) dengan jumlah pekerja di dalam keluarga 2 orang (43%). Kepemilikan kendaraan didominasi dengan Kendaraan roda dua (45%) walaupun sebagian besar memiliki sepeda (69 %). Kepemilikan rumah didominasi dengan status SHM/Sertifikat Hak Milik (80%). Sementara itu, data aktivitas meliputi : Wajib (19%), Rutin (45%) dan Diskresi (35%), dengan didominasi waktu antara 1-3 jam (55%) untuk semua aktivitas yang dilakukan. Sedangkan penggunaan moda didominasi oleh Kendaraan Roda Dua untuk semua jenis aktivitas dengan asumsi lebih efektif, efisien, murah dan cepat tanpa melihat aspek keamanan dan kenyamanan.
8. DAFTAR PUSTAKA Al-Jamal, R. (2006) : A Comprehensive Representation and Analysis Framework for TripChaining Activity Pattern Modeling for Travel Behavior of Individuals with Fixed Activities. Ph.D Dissertation of University of Massachussets of Amherst, USA. Ben-Akiva, M., dan Lerman. (1985) : Discrete Choice Analysis: Theory and Application to Travel Demand. MIT Press, Cambridge, MA. Ben-Akiva, M., dan J.L., Bowman. (1995) : Activity-based Dissaggregate Travel Demand Model System with Daily Activity Schedules. EIRASS Conference on Activity-Based Approaches : Activity Schedulling and The Analysis of Activity Patterns, Eindhoven, The Netherland. Bhat, C.R., dan Koppelman. (2005b ) : Activity Based Modelling of Travel Demand”, Journal of Transportation Research, Vol. 15, No. 1-2, pg. 35-40. Cheng, L.(2014) : Modeling Mode Choice Behavior Incorporating Household and Individual Socio-Demographic and Travel Attributes Based on Rough Sets Theory. Full Paper that is funded by : Chinese Postdoctoral Fund. Choi, J. (2014) : Analyzing Changes in Travel Behavior in Time and Space Using Household Travel Surveys in Soul Metropolitan Area Over Eight Years. Journal of Travel Behavior and Society, Vol.1, pg. 3-14, Elsevier. Gould, J. and Zhou, J. (2011) : A Commitment to Continue? Comparing Women and Men Commuters Who Choose Transit over Driving Alone. Proceedings The 4th International Women Conference of Transportation Women’s Issues, TRB. Habib, K.M.N., and E.J. Miller. (2008) : Modelling Daily Activity Program Generation Considering Within-Day and Day-to-Day Dynamics in Activity-Travel Behaviour. Journal of Transportation, Vol. 35, No.4, pg. 467-484. Springer. Hyodo, T. (2005) : Urban Travel Behavior Characteristics of 13 Cities Based on Household Interview Survey Data. Journal of The Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 6, pg. 23-38. Malaitham, S., Nakagawa, D., Matsunaka,R. , Yoon, J dan Oba, T., (2013) : An Analysis of Residential Location Choice Behavior in Bangkok Metropolitan Region: An Application of Discrete Choice Models for the Ranking of Alternatives. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol.10. Mc. Guckin, N., and Murakami, E. (2006) : Examining Trip Chaining Behaviour : A Comparison of Travel by Men and Women. Working Paper. Nolan, A. (2010) : A Dynamic Analysis of Household Car Ownership. Transportation Research Part A, Vol. 44, pg. 446-455. Elsevier.
Popoola, KO. dan Faborode, TG., 2007, “Effect of Socio-Economic Status on Household All Purpose Travel Patterns of Men and Women in Ibadan, Oyo State Nigeria”, Full Paper of Department of Urban and Regional Planning, Obatemi-Awololo University. Pouyanne, G. (2010) : Urban form and daily mobility: methodological aspects and empirical study in the case of Bordeaux. Journal of European Transport, Vol. 44, pg. 76-95. Rivera, M.A.I, dan Tiglao, N.C.C. (2005) : Modeling Residential Location Choice, Workplace Location Choice And Mode Choice Of Two-Worker Households In Metro Manila. Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 5, pg. 1167 – 1178. Subbarao, SSV. dan Krishna Rao, KV. (2013) : Trip Chaining Behavior in Developing Countries: A Study of Mumbai Metropolitan Region, India. Journal of European Transport Issues, Vol. 53. Xu, B dan Milthorpe, F. (2010) : Analysis of Journey to Work Travel Patterns In Sydney. Australasian Transport Research Forum 2010 Proceedings.
Zhou, Z., et al (2014) : Activity–Trip Chaining Behavior of Urban Low-Income Populations in Nanjing, China: A SEM Analysis. Hindawi – Journal of Discrete Dynamic in Nature and Society, Vol. 2014.