SANMAI NO OFUDA DALAM PERSPEKTIF GREIMAS Yuliani Rahmah Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang FIB Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
ABSTRACT This paper entitled Sanmai no Ofuda in Greimas’s perspective. Sanmai no ofuda is the title of Japan’s folktale has similarities with localfolktales from several regions in Indonesia. In this paper, the writer tried to explain the narrative structure of Sanmai no Ofuda in Greimas’s perspective.Its mean to reveal the narrative structure of this folktale,the writer used structural naratology approaches with Algirdas Julien Greimas’s theory. The writer tried to understand about the intrinsic elements in Sanmai no Ofuda by examining the actans schemes and functional structure. The findings show that the narrative structure can explain the intrinsic elements more specificly. Keyword : Folktale, Narrative Structure, Greimas’s Perspective
1. PENDAHULUAN Dalam kegiatan pengkajiaan karya sastra terdapat sebuah konsepsi yang mengemukakan bahwa sebuah karya sastra dapat dipahami lebih tepat, jelas dan utuh apabila tidak melepaskan unsur struktur intrinsik sebagai pembangun karya sastra tersebut. Untuk dapat memahaminya maka salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah pendekatan dengan menggunakan teori strukturalisme. Mengenai teori strukturalisme sendiri terdapat beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli. Hawkes mengemukakan bahwa strukturalisme adalah cara berfikir tentang dunia yang terutama berkaitan dengan persepsi dan deskripsi struktur (melalui Jabrohim,1996;9). Ratna (2004) mengemukakan bahwa strukturalisme adalah paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu sendiri,mekanisme antar hubungannya,baik hubungan yang bersifat positif (keselarasan,kesesuaian dan kesepahaman maupun hubunagan yang bersifat negatif (konflik dan pertentangan). Kemudian lebih menurut Pradopo (melalui Jabrohim 2003) untuk dapat memahami makna dari sebuah 28
karya sastra maka karya sastra tersebut harus dikaji berdasarkan strukturnya saja sehingga terlepas dari latar belakang sejarah, dari penulisnya juga terlepas dari pengaruhnya terhadap pembaca. Terdapat banyak jenis pendekatan strukturalisme yang telah dikembangkan oleh para ahli di bidang sastra, dan salah satunya adalah strukturalisme Naratologi. Secara definitif Naratologi berasal dari dua kata yaitu Narratio yang berarti cerita,kisah,hikayat dan Logos yang berarti ilmu. Jadi Naratologi dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang mempelajari tentang cerita dan penceritaan.Dengan demikian maka secara naratif,dalam sebuah karya fiksi, strukturnya adalah rangkaian peristiwa yang di dalamnya terdapat unsur-unsur seperti tokoh, latar, sudut pandang dan sebagainya, sehingga melibatkan unsur bahasa, sastra dan budaya. Hal ini dengan sendirinya menjadi sangat relevan untuk dijadikan objek humaniora. Objek dari kajian naratologi cukup luas. Selain karya-karya fiksi seperti novel,cerpen dan roman, objek kajian naratologi dapat berupa puisi naratif, lelucon, biografi,catatan harian, dongeng dan sebagainya. Untuk melakukan Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
pengkajian terhadap karya-karya fiksi tersebut pun banyak terdapat model struktur naratologi yang dapat digunakan, seperti strukturalisme model Claude Levi Strauss,Lucien Goldmann, A.J.Greimas,Vladimir Propp dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan kajian sastra Jepang, maka pada pemaparan kali ini penulis akan memilih model strukturalisme A.J Greimas yang akan digunakan untuk mengkaji sebuah dongeng Jepang (mukashi banashi) yang berjudul Sanmai no Ofuda.Penulis memilih strukturalisme model A.J.Greimas karena strukturalisme model ini memiliki kelebihan dalam menyajikan secara terperinci kehidupan tokoh-tokoh dalam cerita dari awal sampai akhir. Selain itu, strukturalisme model ini pun mampu menunjukkan secara jelas dan dikotomis antara tokoh protagonis dan antagonis. 2. TINJAUAN PUSTAKA Dongeng yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan mukashi banashi merupakan sebuah sastra lisan yang pada masa sekarang telah dikumpulkan, disusun dan kemudian banyak diterbitkan sebagai bacaan untuk anak-anak dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah buku cerita yang berisi kumpulan Mukashi Banashi yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan penerbitan Jepang bernama Gakushu Kenkyuu (Gakken). Dalam buku tersebut terdapat sebuah mukashi banashi yang berjudul Sanmai no Ofuda. Mukashi banashi ini bercerita tentang usaha seorang anak laki-laki melawan Yamanba (hantu penguasa pegunungan pemakan manusia) yang akan memakannya. Dalam menghadapi Yamanba, anak laki-laki tersebut menggunakan tiga helai ofuda pemberian kakek gurunya. Dengan tiga helai ofuda tersebut akhirnya ia mampu mengalahkan Yamanba dan bisa kembali ke kuil tempat kakek gurunya tinggal. Secara sepintas dapat dilihat bahwa isi dan alur cerita pada mukashi banashi tersebut mempunyai kemiripan dengan beberapa dongeng yang ada di Indonesia. Namun karena lahir dari masyarakat yang berbeda, maka tentu saja banyak pula Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
perbedaan yang membangun struktur ceritanya. Hal tersebut yang akan coba penulis kaji dengan menggunakan kajian strukturalisme model A.J Greimas. Algirdas Julien Greimas adalah seorang ahli sastra yang berasal dari Perancis. Sebagai seorang penganut teori struktural, ia telah berhasil mengembangkan teori strukturalisme menjadi strukturalisme naratif dan memperkenalkan konsep satuan naratif terkecil dalam karya sastra yang disebut aktan. Teori ini dikembangkan atas dasar analogi-analogi struktural dalam linguistik Ferdinand de Saussure. A.J. Greimas menerapkan teorinya ini dalam dongeng/ cerita rakyat Rusia. Dalam strukturalisme naratologi yang dikembangkan oleh A.J Greimas, pengkajiannya lebih memperhatikan aksi dibandingkan pelaku. Subjek yang terdapat dalam wacana merupakan manusia semu yang dibentuk oleh tindakan yang disebut Actans dan Acteurs. Menurut Rimon- Kenan baik actans maupun acteurs dapat berupa suatu tindakan , tetapi tidak selalu harus merupakan manusia, melainkan juga nonmanusia. (melalui Ratna, 2004: 138). Adapun dalam menganalisis struktur cerita sebuah sebuah karya fiksi, teori struktural naratif yang dikemukakan oleh A.J Greimas, menggunakan analisis struktur aktan dan struktur fungsional sebagai konsep dasar langkah kerjanya, (Jabrohim 1996:21) Penjelasan teori A.J Greimas tersebut secara singkat dapat dilihat melalui skema aktansial berikut ini
Tanda panah dalam skema menjadi unsur penting yang menghubungkan fungsi sintaksis naratif masing-masing aktan. 29
Adapun penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut. Sender adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Sender ini yang menimbulkan keinginan bagi subjek untuk mendapatkan objek Receiver adalah sesuatu atau seseorang yang menerima objek hasil perjuangan subjek Subjek adalah seseorang atau sesuatu yang ditugasi oleh sender untuk mendapatkan objek yang diinginkannya Objek adalah seseorang atau sesuatu yang diinginkan atau dicari oleh subjek Helper adalah seseorang atau sesuatu yang membantu memudahkan usaha subjek dalam mendapatkan objek sebagai keinginannya Opposant adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha atau perjuangan subjek dalam mendapatkan objek. Tanda panah dari sender yang mengarah pada objek mengandung arti bahwa dari sender ada keinginan untuk mendapatkan objek. Tanda panah dari objek ke receiver mengandung arti bahwa sesuatu yang dicari subjek atas keinginan sender diberikan pada receiver. Tanda panah dari helper ke subjek mengandung arti bahwa helper memberikan bantuan kepada subjek dalam rangka menunaikan tugas yang dibebankan oleh sender. Tanda panah dari opposant ke subjek mengandung arti bahwa opposant mengganggu, menghalangi, menentang dan merusak usaha subjek. Tanda panah subjek ke objek mengandung arti subjek bertugas menemukan objek yang dibebankan oleh sender. Bergantung pada siapa yang menduduki fungsi subjek, maka suatu aktan dalam struktur tertentu dapat menduduki fungsi aktan yang lain, atau suatu aktan dapat berfungsi ganda, sehingga seorang tokoh dalam suatu cerita dapat menduduki fungsi aktan yang berbeda. Selain skema 30
yang dijelaskan di atas, dalam teori naratologi A.J.Greimas dikemukakan pula sebuah model cerita yang tetap sebagi alur. Model ini merupakan sebuah jalan cerita yang tidak berubah-ubah yang berfungsi untuk menguraikan peran suatu subjek dalam tugasnya sebagai pelaksana apa yang dikehendaki oleh sender atau pengirim yang terdapat dalam aktan. A.J Greimas memberikan istilah model fungsional untuk hal tersebut. Operasi struktur model fungsional yang dijelaskan di atas terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama merupakan deskripsi dari situasi awal ; bagian kedua merupakan tahap transformasi. Bagian kedua ini terbagi lagi dalam tiga tahap, yaitu tahap uji kecakapan, tahap utama dan tahap kegemilangan ; dan bagian ketiga merupakan situasi akhir. Bila dijelaskan dalam bagan, maka ketiga bagian tersebut menjadi bagan sebagai berikut :
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis akan menggunakan teori struktualisme model A.J Greimas ini untuk mengetahui motif cerita dan usaha-usaha sebagai fungsi tindakan tokoh-tokoh yang terdapat dalam dongeng Sanmai no Ofuda. 3. ANALISIS STRUKTUR CERITA SANMAI NO OFUDA Pada uraian berikut ini penulis akan memaparkan analisis struktural dari cerita dongeng Sanmai no Ofuda, dengan menggunakan konsep strukturalisme model A.J Greimas sebagai dasar analisis teks dongeng tersebut. Dalam konsep strukturalisme ini penulis menggunakan dua langkah kerja yaitu membuat skema aktansial dan membuat struktur fungsional. Analisis struktural dengan cara membuat skema aktansial dilakukan untuk mengetahui latar belakang motivasi dan obsesi tokoh Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
utama penggerak cerita, sedangkan analisis struktural dengan cara membuat struktur fungsional digunakan untuk mengetahui peran subjek dalam menjalankan tugas yang dibebankan oleh sender (pengirim) kepada subjek tersebut. Berikut pemaparannya.
1.2 Aktan 2
1. Skema Aktansial 1.1 Aktan 1 Penjelasan skema :
Penjelasan Skema: Datangnya musim gugur (sender) mendorong kozoosan (subjek) pergi ke hutan untuk mencari buah kuri (object) yang akan dijadikan pelengkap sajian bagi para penghuni kuil (receiver). Usaha kozoosan untuk mendapatkan buah kuri tersebut dibantu oleh Oshoosan (helper) Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini : あきになって、こぞおさんが山へく りひろいにいくといいます。そこで おしょうさんが「山に天ぐだの、山 んばだの、こわいものがおる。これ、 もっておいき」と、三まいのまもり ふ だ を く り ま す 。
(Gakken,2004;70) (Saat musim gugur tiba, kozoosan mengatakan bahwa ia akan pergi ke gunung mencari buah kuri. Mendengar hal tersebut oshoosan berkata “Gunung itu tempatnya Tengu,yamanba dan makhlukmakhluk menyeramkan lainnya.Karena itu bawalah bendabenda ini” sambil menyerahkan tiga buah ofuda (jimat pelindung)
Terbenamnya matahari (sender) menyadarkan kozoosan (subject) dari keasyikannya mengumpulkan buah kuri sehingga ia berusaha untuk mencari jalan pulang (object). Usahanya ini terhambat oleh kegelapan malam (opposant) yang menyelimuti hutan. Tetapi beberapa saat kemudian dia tertolong dengan adanya cahaya lampu (helper) yang terpancar dari sebuah rumah. Hal tersebut terlihat dari kutipan berikut: くりをさがして、だんだんおく山の ほうへはいりました。ずいぶんくり もひろいましたが、いつか日がくれ てしまいました。「こまったなあ。あ んまりおく山へきて、くらくなった ので、かえりみちがわからないなあ。」 こぞうさんは、なきそうになりまし た。(Gakken, 2004;70)
(Karena mencari buah kuri,tanpa terasa ia telah masuk terlalu jauh ke tengah hutan.Ia mendapatkan banyak buah kuri, namun tanpa disadarinya matahari sudah mulai tenggelam. "wah bagaimana ini?aku sudah terlalu jauh masuk hutan dan sekarang aku tidak tahu jalanpulang” Kozoosan hampir menangis karena kebingungan ) 「家があるらしい。あそこへいって、 みちをきこう」こぞうさんは、あか り の ほ う へ い き ま し た 。 (Gakken,2004;71)
(Di sana nampaknya ada sebuah rumah.Aku akan pergi kesana untuk menanyakan jalan.” Kozoosan kemudian berjalan ke arah cahaya tersebut) Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
31
1.3 Aktan 3
Namun usahanya tersebut mendapatkan halangan dari si nenek (opposant). Akhirnya kozoosan mengeluarkan ofuda pertama untuk menyelamatkannya (helper) Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini :
Penjelasan Skema: Rasa takut dan kebingungan (sender) mendorong kozoosan (subjek) segera menuju sebuah rumah untuk mendapatkan pertolongan (object) agar dirinya (receiver) dapat segera pulang. Usahanya tersebut dibantu oleh seorang nenek (helper) Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini : そのいえには、ひとりのおばあさん がいます。 「こんやは、とまっておいき。」しん せつなおばあさんです。 こぞうさんは、ひとばんとめてもら う こ と に な り ま し た 。 (Gakken,2004;71)
(Dirumah tersebut tinggal seorang nenek."malam ini menginaplah disini" tawar si nenek dengan ramah.Malam itu Kozoosan memutuskan untuk menginap di rumah tersebut) 1.4 Aktan 4
ねるとき、ふと見たえんの下にひと のほねがいっぱいあります。このい えが、ただのいえでないことをしっ たこぞおさんは、「べんじょうへいき ます。」といって、にげようとします。 (Gakken,2004;71)
(Pada saat hendak tidur, kozoosan melihat banyak sekali tulang belulang manusia dibawah serambi rumah. Menyadari bahwa rumah tersebut bukan rumah biasa, kozoosan berusaha melarikan diri dengan berpura-pura ingin pergi ke toilet) が、おばあさんは、こぞうさんのこ しになわをつけ、そのはしをにぎっ て 、 に が そ う と し ま せ ん 。 (Gakken,2004;71)
(Tetapi si nenek malah mengikatkan seutas tali di pinggang kozoosan dan memegang ujungnya agar kozoosan tidak melarikan diri) こぞうさんはべんじょうへいって、 なわのはしをはしらにしばり、おふ だをいちまいつけて、にげだしまし た。 おばあさんはなわをひき、「こぞうや、 まだか」と、たずねました。 「まだ、まだ」とふだがいいました。 (Gakken,2004;72)
Penjelasan Skema: Kumpulan tulang belulang manusia yang dilihatnya (sender) membuat kozoosan (subjek) sadar bahwa si nenek adalah yamanba pemakan manusia, sehingga ia berusaha keluar dari rumah tersebut (object). 32
(Kozoosan kemudian pergi ke toilet. Ia melepaskan ujung tali di pinggangnya,mengikatkannya pada sebuah tiang,menempelkan sebuah ofuda di ujungnya kemudian di melarikan diri. Ketika si nenek menarik ujung tali dan bertanya “Kozoosan ,sudahkah?” “belum nek”, jawab ofuda.) Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
1.5 Aktan 5
1.6 Aktan 6
Penjelasan Skema:
Penjelasan Skema:
Pengejaran yamanba (sender) membuat kozoosan (subjek) berusaha untuk segera berlari dan berusaha menyelamatkan diri (object). Usahanya ini dihalang-halangi oleh yamanba (opposant) yang semakin cepat mengejarnya. Dalam keadaan terdesak kozoosan mendapatkan pertolongan dari ofuda keduanya (helper)
Kesaktian Yamanba (sender) membuat kozoosan (subjek) berusaha untuk menghentikan pengejaran Yamanba (object) agar dirinya (receiver) selamat. Usahanya ini mendapat halangan dari Yamanba (opposant) namun mendapat bantuan dari ofuda ketiganya (helper)
Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini : 「やい、まてえい。 」 あっとおどろいて、こぞおさんは 「山あ、出ろ」と、いちまいおふだ をなげました。すると、大きな山が できました。 (Gakken,2004;73)
( ”Hei tunggu!!" Terkejut dengan pengejaran yamanba,kozoosan kemudian melemparkan selembar ofuda sambil berteriak “Gunung keluarlah!!” Seketika munculah sebuah gunung yang tinggi) でも、山んばは、山のみちにはなれ ています。たちまち山をとびこえて 「こぞうっ、まてえい」と、おいか っけてきました。(Gakken,2004;73)
(Tetapi yamanba yang sudah sangat terbiasa dengan jalanan di pegunungan serta merta mampu melewati gunung tersebut dengan mudah.”Tunggu Kozoo!!”,teriaknya sambil terus mengejar)
Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini : すぐ、こぞうさんは、つかまりそう。 「川あ、出ろ。」こぞうさんは、のこ りの一まいのおふだを、うしろへな げました。たちまちそこへ、川がで きました。山んばは、ジャンプと川 をとびこんで、どこまでもおいかけ ようとします。 「あっ、ぶくぶく...、あっ、ぶくぶ く...。」もがきながら山んばは、水 に な が さ れ て い き ま し た 。 (Gakken,2004;73)
(Kozoosan hampir tertangkap. "Sungai,keluarlah!", teriak kozoosan sambil melemparkan sehelai ofuda yang masih tersisa ke belakangnya. Seketika muncullah sebuah sungai.Melihat hal tersebut, Yamanba yang terus mengejar kozoosan sampai kemanapun segera melompati sungai tersebut. Namun, usahanya gagal dan “aa...blup..blup,aa...blup...blup”, Yamanba akhirnya tenggelam terbawa arus sungai.)
33
2. Struktur Fungsional 2.1 Struktur Fungsional 1
2.2. Struktur Fungsional 2
dilihat kozoosan, , sedangkan objek pada aktan 5 yaitu keselamatan diri. Hal yang dilihatnya tersebut, membuatnya sadar akan jati diri sebenarnya si nenek penolongnya. Dengan kesadaran dan rasa takut yang dirasakannya, kozoosan kemudian segera mencari cara untuk dapat menyelamatkan diri dari cengkraman si nenek yang sebenarnya adalah yamanba yang diyakini akan segera menjadikannya santapan. Usaha-usaha kozoosan untuk mendapatkan objek yang terdapat pada aktan 5 berhubungan erat dengan helper (penolong) dan objek yang terdapat pada aktan 6, yaitu pertolongan yang didapat dari tiga helai jimat yang akhirnya membuat kozoosan berhasil menyelamatkan jiwanya dari pengejaran yamanba. Rangkuman cerita dari keseluruhan aktan yang merupakan representasi dari inti cerita dongeng Sanmai no Ofuda di atas apabila digambarkan dalam skema aktansial utama adalah sebagai berikut : Aktan Utama
3. Hubungan aktan-aktan Dari penjelasan skema aktansial dan struktur fungsional di atas, maka dapat diuraikan bahwa korelasi aktan-aktan dalam membentuk aktan utama, dimulai dari objek yang terdapat dalam aktan 2, yaitu mencari jalan pulang ke kuil, karena kozoosan tersesat di hutan saat mencari buah kuri. Objek pada aktan 2 ini berhubungan erat dengan objek dan helper (penolong) pada aktan 3, dimana kozoosan kemudian mendapatkan pertolongan dari seorang nenek yang menawarinya untuk menginap di rumah nenek tersebut. Berkaitan dengan usaha kozoosan melepaskan diri dari ancaman yamanba, sender (pengirim) pada aktan 4 berhubungan erat dengan objek pada aktan 5. Sender pada aktan 4, yaitu adanya tumpukan tulang belulang manusia yang 34
Penjelasan Skema : Ancaman yamanba (sender) mendorong kozoosan (subjek) berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwanya (objek). Usaha kozoosan ini dibantu oleh tiga helai ofuda pemberian oshoosan (helper).
Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
Adapun hubungan fungsional yang dapat dilihat dari struktur cerita Sanmai no Ofuda dapat dijelaskan sebagai berikut.
dan siasat subjek sangat menentukan perjuangannya, sehingga Kozoosan sebagai subjek harus mampu menentukan cara yang tepat menggunakan tiga buah benda yang dibawanya agar mampu mengalahkan yamanba. (2) Sender. Penggerak cerita (sender) dalam dongeng ini adalah ancaman makhluk jahat yang akan memakan subjek. Hal ini diawali dengan adanya konflik diantara subject dan opposant. konflik timbul karena sifat dasar dari opposant (penentang) yang mempunyai kebiasaan membunuh dan memakan manusia (subjek). (3) Helper
4. SIMPULAN Hasil analisis struktur cerita dalam dongeng Sanmai no ofuda yang diuraikan dalam bentuk skema aktansial, struktur fungsional dan hubungan aktan serta hubungan struktur fungsionalnya menunjukkan bahwa struktur cerita dongeng tersebut terdiri dari 6 skema aktansial dan 2 struktur fungsional.Berikut simpulan dari hasil analisisnya 1. Skema aktansial (1) Subject dan Object Dalam dongeng Sanmai no Ofuda, object yang diperjuangkan adalah keselamatan diri/ jiwa dari ancaman makhluk jahat (yamanba) oleh satu orang subjek, yaitu kozoosan.(seorang anak lakilaki). Dalam dongeng ini subjek (Kozoosan) mempunyai kekuatan untuk menentukan perubahan seperti apa yang dia inginkan untuk menghambat pengejaran yamanba. Misalnya saat Kozoosan mengatakan 「山, 出ろ」(gunung keluarlah), maka serta merta munculah sebuah gunung seperti yang diinginkan Kozoosan. Begitu pula saat kozoosan mengucapkan「川,出ろ」 (sungai, keluarlah), maka saat itu pula dibelakangnya terdapat sungai yang mampu menenggelamkan yamanba. Dengan adanya kedua contoh tersebut, jelas terlihat bahwa dalam dongeng Sanmai no Ofuda kekuatan Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015
Helper berjumlah tiga buah dan berwujud lembaran kertas bertuliskan huruf kanji. Dimana angka tiga bagi masyarakat Jepang dipercaya sebagai angka keberuntungan . Helper diterima langsung dari orang sucinya (Oshoosan), dan sengaja diberikan sebagai bekal untuk menjaga diri apabila mendapat serangan dari makhlukmakhluk jahat. Helper bisa berubah sesuai dengan keinginan subject. (4) Opposant dan Receiver Dalam cerita kedudukan opposant dan receiver tidak dipaparkan secara jelas karena penjelasan skema sudah menyiratkan posisi keduanya yaitu subject yang sekaligus menjadi receiver dan opposant yang menghalangi usaha subject 2. Unsur Intrinsik. (1) Tema yang diceritakan dalam dongeng Sanmai no Ofuda yaitu mengenai perjuangan seorang anak laki-laki menyelamatkan jiwanya dengan menggunakan benda-benda ajaib. (2) Tokoh utama dalam cerita ini adalah tokoh kozoosan, karena dia menjadi subject terbanyak yang melaksanakan tugas dari sender untuk memperjuangkan keselamatan diri/ jiwanya sebagai object yang harus diraihnya. Sementara tokoh bawahannya adalah Yamanba yang menjadi ancaman bagi kozoosan. Tokoh utama merupakan tokoh 35
protagonis, sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh antagonis. Hal tersebut dijelaskan pada skema aktansial dimana yang menjadi penggerak subject berusaha untuk memperjuangkan keselamatan dirinya. Sementara Yamanba digambarkan sebagai makhluk yang mempunyai kebiasaan membunuh dan memakan manusia (subject). Dalam dongeng tersebut diceritakan tentang kebiasaan yamanba sebagai hantu gunung pemakan manusia yang berhasil menangkap subject yang dalam keadaan tersesat dengan tipu dayanya dan berusaha memakannya. Keberadaan makhluk jahat ini menjadi pihak opposant (penentang) dalam skema aktansial.
(3) Alur dalam dongeng ini adalah alur maju/ kronologis. Hal ini dijelaskan dalam skema bahwa subject terus menerus melakukan perlawanan dengan menggunakan ofuda secara berurutan sehingga akhirnya dapat mengalahkan opposant (penentang) dengan benda terakhir yang berubah menjadi tempat yang menenggelamkan opposant. Dan akhir cerita ditandai dengan keberhasilan subject mencapai tujuannya dan memperoleh hasil dari apa yang telah diperjuangkan dengan gigih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1998. The Kodansha Bilingual Encyclopedia of Japan. Tokyo : Kodansha Internasional
Jabrohim.2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Hanindita Graha Widya
_______.2002.Gendai Yogo no Kihon Chisiki. Japan : Jiyu Kokuminsha
Matsumura, Akira & Yamaguchi.1986.Kokugo Jiten. Tokyo: Akira Bunsha
Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang : Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Gakken, 2004. Mukashi Banashi, Japan : Gakushu Kenshuusha Jabrohim. 1996. Pasar dalam Perspektif Greimas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Piaget, Jean. 1995. Strukturalisme (terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh Hermoyo). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Sugiura, Yoichi dan John K.Gillespie.1999. Nihon Bunka o Eigo de Shokai suru Jiten. Tokyo: Nashimesha
36
Jurnal Izumi, Volume 5, No 1, 2015