Sambutan Ketua Umum (Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho,M.Th., M.Sc., Ph.D ) Untuk Memasuki Puasa Raya 40 Hari Periode 2016 Sudah sekian lama Sinode kita belum mendapatkan status hukum yang pasti dan masih terjadi perselisihan dengan pihak lain yang tidak mau diajak berdamai . Hal tersebut tidak hanya menodai kekristenan yang seharusnya menjadi garam dan terang dan saling mengasihi dan cinta perdamaian . Semua itu tidak hanya membuat suasana hati tidak baik , tetapi juga akan menghambat pelayan mulai Tingkat MPS , MPD dan sampai pelayanan di gereja – gereja lokal dan cabang yang ada . Masalah – masalah yang tidak menyenangkan tersebut mengganggu jiwa kita dan dapat berdampak kepada kerohanian kita, misalnya merasa jengkel terhadap pihak lain dan menganggap mereka pengganggu atau musuh yang harus disingkirkan . Kita bisa jengkel dan tidak puas terhadap sesama pelayanan Tuhan. Semua ini menjadi belenggu kehidupan yang harus kita hancurkan . Dengan melakukan puasa raya selama 40 hari , kita yakin dapat menghancurkan belenggu – belenggu kelaliman , memerdekakan orang dan membuang kuk . Kita baru saja merayakan hari Pencurahan Roh Kudus dimana kita diberi kuasa untuk menaklukan keakuan kita melalui “Kasih” ,(buah Roh) kepada sesama dan “Penguasaan diri” (buah Roh ) dengan menekan hawa nafsu daging . Semua itu dimaksudkan agar dapat meningkatkan kerohanian kita . Dengan puasa sambil melakukan pergaulan yang intim bersama Tuhan , serta minta pertolongan Roh Kudus , kita yakin dapat mencapai tingkat lebih tinggi didalam menjalani kehidupan pelayanan, pergaulan yang lebih baik dengan sesama pelayan Tuhan (Dalam Yesus kita bersaudara ) dan meningkatkan kualitas kerohanian kita dalam aspek yang lebih luas . Dengan demikian Gereja kita akan berkembang kekanan kekiri dan menjadi berkat bagi bangsa dan negara. Selamat Berpuasa , Tuhan Yesus Memberkati.
POKOK DOA SYAFAAT
Dukung Dalam Doa: 1. Kesehatan dan Pelayanan Bapak Bethany Pdt. Abraham Alex Tanuseputra. 2. Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Pdt.Prof.Dr.Ir. Bambang Yudho,M.Th., beserta Keluarga kiranya hikmat, rahmat dan Pimpinan Tuhan senantiasa menyertai di dalam pelayanan dan segala hal yang dikerjakan. 3. Segenap Pegurus Majelis Pekerja Sinode (MPS) dan Majelis Pekerja Daerah (MPD) kiranya pimpinan Tuhan hikmat marifat dan pimpinan Roh kudus senantiasa menyertai. 4. Gereja-Gereja Bethany, Gembala, Pengerja dan seluruh jemaat mulai dari Sabang sampai Merauke
Pokok-Pokok Doa:
Doa untuk Bangsa dan Negara Berdoa untuk Bangsa dan Negara Indonesia, agar selalu aman, sejahtera dan selalu dalam perlindungan Tuhan. Berdoa bagi kota dimana kita berada.
Doa untuk Gereja dimana Anda digembalakan Berdoa untuk Gembala Sidang dan hamba-hamba Tuhan yang melayani di gereja setempat, supaya ada kuasa dan urapan menyertai setiap pelayanan mereka. Berdoa untuk gembala-gembala FA. Berdoa untuk seluruh jemaat Gereja Anda. Berdoa untuk lingkungan dimana Gereja Anda berada. Berdoa untuk Puasa Raya 40 hari (27 Mei 2016 – 5 Juli 2016)
*Setiap Gereja dapat menambahkan pokok doa sesuai kebutuhan Gereja masing-masing
Renungan hari ke 1 ( Jumat , 27 Mei 2016 )
Hati yang penuh damai lebih penting dari kegiatan agamawi. Yes. 58:4 “Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.” Firman Tuhan dalam ayat tersebut di atas berbicara mengenai teguran Allah kepada Israel. Mereka bertanya mengapa Tuhan tidak memperhatikan upaya dan jerih payah mereka berpuasa . Dan Allah menjawab mereka dengan menunjukkan beberapa perbuatan dan tindakan mereka yang semena-mena dan saling berkelahi . Percuma melakukan hukum Tuhan yang satu sementara hukum-Nya yang lain dilanggar. Di awal doa puasa ini, Firman Tuhan mengingatkan kita semua bahwa ketaatan pada aturan-aturan agama tanpa disertai kehidupan yang benar dan ketaatan pada Firman Allah, serta menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang membutuhkan tidak ada artinya di hadapan Tuhan . Pernahkah kita merasakan keadaan serupa seperti yang dialami Israel? Mari kita selidiki dulu hati kita, sungguhkah kita telah menghayati hakekat berpuasa atau tidak makan dan minum sekedar untuk mengikuti ritual agamawi saja? Jangan mengulangi kesalahan yang dilakukan Israel. Renungan hari ini : Beribadah kepada Allah dalam doa dan puasa harus didasari sikap hati kita yang benar di hadapan Allah, serta melayani sesama dengan kasih dan kebaikan hati.
Renungan hari ke 2 ( Sabtu , 28 Mei 2016 )
Berdoa dan berpuasa dengan motivasi yang benar, tulus dan bersih. Yes 58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN? Ibadah yang berkenan kepada Tuhan adalah sikap hati yang benar dalam tindakan yang saleh. Sebaliknya, perilaku rohani yang terlihat saleh, namun tidak keluar dari sikap hati yang benar, tulus dan bersih adalah kemunafikan. Melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran saat berpuasa adalah perbuatan sia-sia. Motivasi berpuasa seperti ini dengan sekedar melakukan ritual agamawi dalam memamerkan kekudusan untuk menarik perhatian dan simpati orang, tetapi tidak bisa menipu Allah. Kiasan "menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur” menunjukkan perbuatan orang munafik yang berlagak suci dan memamerkan sikap merendahkan diri ketika berpuasa untuk mencoba menggerakkan hati Allah.
Renungan hari ini : Perlunya tetap menjaga ketulusan dan kebersihan hati kita dalam berdoa dan berpuasa agar kita tidak terjebak dalam kemunafikan dan kesalehan yang palsu.
Renungan hari ke 3 ( Minggu , 29 Mei 2016 )
Memiliki hati yang penuh belas kasihan dan menegakkan keadilan. Yes 58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk. Mungkin kita masih sering bertindak kurang adil terhadap sesama kita, dengan menjadi orang yang egois, yaitu memperlakukan orang lain dengan ukuran dan standard kebenaran berdasarkan sudut pandang kebenaran pribadi kita, seringkali tanpa mempertimbangkan sudut pandang dan tanpa memperdulikan kepentingan orang lain. Jangan menjadi orang Kristen yang egois. Jangan mengira bahwa rajin beribadah ke gereja, memberi persepuluhan dan persembahan lainnya, mengikuti satu atau dua bidang pelayanan merupakan tanda kesalehan yang diperkenan Tuhan. Kalau pelayanan dan ibadah yang kita lakukan hanya merupakan rutinitas dan bukan keluar dari hati yang tulus untuk mengasihi Tuhan, serta tidak diimbangi dengan kasih dan kepedulian kepada sesama kita yang membutuhkan, maka itu merupakan ibadah yang tidak diperkenan Tuhan. Hindarilah semua itu, dan Jadilah Kristen sejati, pengikut Kristus yang taat, tekun dan setia.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, Hendaknya Kita belajar untuk mengasihi dan memperdulikan sesama kita. Mengasihi Allah harus terwujud nyata dalam tindakan kita mengasihi, memperdulikan dan mau mengulurkan tangan bagi sesama kita.
Renungan hari ke 4 ( Senin , 30 Mei 2016 )
Memiliki kemurahan hati pada sesama, akan menggerakkan belas kasihan Tuhan. Yes 58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Sebagai pengikut Kristus, kita mesti belajar untuk memiliki kemurahan hati yaitu dengan berbagi berkat kepada sesama kita yang lebih membutuhkan. Hal tersebut merupakan manifestasi dan perwujudan kasih Allah dalam hidup kita sebagai orang percaya, sehingga hidup kita mampu mencerminkan kemuliaan Allah, dan kita bisa menjadi garam, terang dan saluran berkat Allah bagi orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan. Perilaku egois akan menjadi penghalang bagi tercurahnya berkatberkat Allah bagi kita, dan menghambat kuasa Allah dalam menjawab doa kita. Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan mentaati perintah Kristus untuk saling mengasihi dan saling berbagi, adalah merupakan perwujudan puasa yang sejati. Inilah sikap dan perbuatan yang ingin Allah temukan dalam diri anak-anak-Nya.
Renungan hari ini : Di dalam perwujudan kegiatan doa dan puasa kali ini, kita meminta kepada Tuhan agar senantiasa diberi kemurahan hati, sehingga kita memiliki kerelaan untuk berbagi kepada sesama kita.
Renungan hari ke 5 ( Selasa , 31 Mei 2016 )
Berkat dan pimpinan Tuhan mengalir dan selalu ada dalam kehidupan orang benar. Yes. 58:11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. Berkat-berkat, penyertaan dan pimpinan Tuhan yang kita nikmati sebagai orang benar : 1. Tuhan akan senantiasa menyertai, menuntun dan memimpin kita, sehingga kita boleh yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita ada di bawah kendali Tuhan. 2. Tuhan akan senantiasa menjadi sumber berkat yang tiada habishabisnya dan tidak pernah kering serta senantiasa mencurahkan berkat-berkatnya, baik dalam kesehatan kita, keluarga kita, keuangan kita maupun dalam segala aspek kehidupan kita. 3. Tuhan akan senantiasa menyertai kita dan memperbarui kekuatan kita serta memberikan penghiburan di saat kita lemah dan sedang dalam kesesakan.
Renungan Hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar mencurahkan berkat-berkat-Nya, sehingga aliran berkat-berkat Tuhan seperti damai-sejahtera, sukacita, kebajikan, kebenaran dan pemeliharaan Tuhan akan senantiasa memenuhi dan mencukupi kehidupan kita.
Renungan hari ke 6 ( Rabu , 1 Juni 2016 )
Menantikan kuasa dari atas Kis. 1:14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersamasama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus. Keadaan kita saat ini tidak berbeda jauh dengan keadaan muridmurid Tuhan pada waktu itu. Kita seringkali sepertinya tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk melaksanakan misi yang Tuhan taruh dalam hidup kita. Namun kunci kekuatan bahkan kemenangan terletak pada sikap kita yang mau terus bersandar penuh pada Tuhan melalui kuasa Roh Kudus-Nya yang menjadi sumber kekuatan kita. Karena itu, pada saat-saat yang bersamaan dengan hari Pencurahan Roh Kudus ini, mari kita tetap meneladani para rasul dengan terus bertekun dan bersekutu dalam doa dan puasa, dan kita menantikan sampai kuasa yang dari Atas dicurahkan atas kita. Sehingga kita memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mematahkan dan menghancurkan semua belenggu dalam kehidupan kita, baik kehidupan jasmani maupun kehidupan rohani kita.
Renungan hari ini : Di dalam kegiatan doa dan puasa kali ini, kita meminta kepada Tuhan agar kuasa-Nya dicurahkan atas kita melalui Roh Kudusnya, sehingga kita mampu mematahkan dan menghancurkan segala belenggu dalam kehidupan kita, seperti belenggu kejengkelan, kebencian, dan juga belenggu pertikaian, maupun belenggu-belenggu kehidupan lainnya.
Renungan hari ke 7 ( Kamis , 2 Juni 2016 )
Mencari kehendak Allah. Efe. 5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Apa yang sedang dan akan kita perbuat atau kerjakan hari-hari ini? Apa yang menjadi pergumulan kita? Mungkin kita sedang mengalami pergumulan dalam pernikahan kita, kesehatan kita, anak-anak kita, keuangan kita, bisnis dan pekerjaan kita atau juga mungkin pergumulan dalam pelayanan dan gereja kita. Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbing-Nya ke arah hidup yang bijaksana sehingga kita dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Ayat di atas memperingatkan kita agar kita tidak menjadi bodoh. Seorang yang bodoh adalah orang yang menyia-nyiakan waktunya dengan perkara yang sia-sia untuk menuruti hawa nafsu dan keinginan dagingnya. Karena itu memasuki puasa raya ini, Tuhan menghendaki kita untuk berdoa dan berpuasa, merendahkan diri dan mencari kehendak-Nya dengan lebih serius dan lebih sungguh-sungguh untuk kita bisa semakin mengetahui rencana dan tujuan Allah dalam setiap aspek hidup kita, dan melalui doa dan puasa ini, kita memohon pada Tuhan agar Dia melalui kuasa dan pimpinan Roh Kudus-Nya berkenan memimpin kita dalam menghadapi setiap pergumulan, sehingga kita dapat memperoleh kuasa dan kekuatan-Nya untuk mampu memenangkan setiap pergumulan dan peperangan rohani atas segala masalah, persoalan maupun kelemahan-kelemahan kita selama ini, apapun bentuknya, sehingga pada akhirnya menjadikan kita seorang pemenang, dan memampukan kita untuk bertumbuh ke level yang lebih tinggi lagi. Renungan hari ini : Biarlah melalui doa dan puasa ini, hendaknya kita bisa menjaga hati dan pikiran kita dan menjadi bijaksana agar kita dapat lebih peka akan pimpinan Roh Kudus, sehingga kita dapat mencari dan menemukan rencana, kehendak dan ketetapan-ketetapan-Nya bagi kita pribadi, keluarga kita, maupun bagi gereja dan pelayanan kita sehingga kita bisa menjadi alat yang lebih efektif bagi Tuhan, dan menjadi berkat bagi orang lain.
Renungan hari ke 8 ( Jumat , 3 Juni 2016 )
Bergaul dengan Allah Kej. 6:9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. Bergaul dengan Allah adalah bergaul dengan firman-Nya, sehingga kita bisa mengenal kebenaran-kebenaran Allah melalui firmanNya. Seperti Nuh, kita juga disebut seorang yang benar melalui Tuhan Yesus Kristus. Dan kita membangun kebenaran kita melalui doa dan belajar firman-Nya dengan lebih dalam. Melalui doa dan puasa ini, kita juga perlu menggunakan kesempatan ini untuk lebih mengenal Tuhan dan bergaul dengan-Nya melalui pengetahuan Firman-Nya. Karena Firman Allahlah yang memberi kita informasi dan pengenalan akan pribadi Allah. Firman Allahlah yang akan menuntun kita pada kesuksesan, karena Firman Allah adalah ilham Roh yang mengajar kita untuk berjalan dalam kebenaran, yang menegur kita apabila menyimpang dan melakukan perkara-perkara yang tidak berkenan di hadapan Allah, tetapi Firman Allah juga berkuasa untuk mengoreksi perbuatan dan hidup kita, dan pada akhirnya, Firman Allah mendidik kita untuk hidup dalam kebenaran-Nya.
Renungan hari ini : Kita perlu untuk senantiasa hidup bergaul dengan Allah, melalui pembacaan dan pembelajaran Firman Tuhan di dalam Alkitab. Melalui doa dan puasa ini, kita bisa semakin sungguh-sungguh dalam membaca dan belajar Firman Allah sehingga kita dapat semakin mengenal Pribadi dan kehendak-Nya bagi kita.
Renungan hari ke 9 ( Sabtu , 4 Juni 2016 )
Jangan melayani dosa Rom. 6:13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Melalui kematian Kristus, dosa tidak lagi berkuasa atas kita. Artinya kita dimampukan melawan keinginan dosa kita. Jangan biarkan anggota tubuh kita dipakai untuk alat berbuat dosa. Perlu ada langkahlangkah konkret untuk tidak menyerah pada godaan dosa dan kedagingan. Misalnya, mulut dan lidah kita. Jangan gunakan mulut dan lidah kita untuk mengucapkan kata-kata yang kotor, kasar, dan menyakitkan untuk menjatuhkan orang lain, sehingga menimbulkan kepahitan bagi orang lain. Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki Roh Kudus yang memampukan kita untuk tidak tunduk pada dosa dan kedagingan kita. Tetapi, selama kita masih hidup dalam tubuh yang fana ini, godaan dosa itu akan terus muncul. Kalau kita tidak taat dan dengar-dengaran akan suara dan pimpinan Roh Kudus, kita bisa jatuh dan kembali pada kedagingan manusia lama kita.
Renungan hari ini : Doa dan puasa merupakan usaha dan perjuangan kita untuk melawan dosa dan mematikan tabiat dosa dan kedagingan yang masih melekat pada diri kita dengan cara menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Allah, serta senantiasa melekat kepada-Nya.
Renungan hari ke 10 ( Minggu , 5 Juni 2016 )
Hidup sebagai hamba kebenaran Rom 6:19 Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan. Siapa yang kita layani, dialah majikan kita dan kitalah hambanya. Bila kita masih dikuasai oleh kedagingan dan hidup menuruti hawa nafsu kita, serta mengikuti kemauan diri sendiri dan menghalalkan segala cara untuk mencapainya, itu berarti kita masih menjadi hamba dosa. Akan tetapi kalau kita melatih diri kita dan berusaha sebaik mungkin untuk melakukan kebenaran Kristus dan hidup di dalam-Nya, Kita menjadi manusia baru di dalam Kristus. Ukuran keberhasilan bagi kita adalah bukan lagi mengejar apa yang diinginkan, tetapi melakukan kebenaran dan menjadi hamba kebenaran sebagai ungkapan syukur kepada Allah, yang telah menguduskan hidup kita. Tujuan hidup kita bukan lagi kesenangan di dunia yang sementara ini, melainkan kehidupan kekal sebagai anak Allah.
Renungan hari ini : Melalui doa dan puasa, kita dapat terus melatih diri kita untuk menguasai kedagingan dan hawa nafsu kita dan tidak lagi menjadi hamba dosa yang melayani keinginan dosa, tetapi hidup dan berjalan dalam pimpinan Roh dan menaklukkan diri kita sebagai hamba kebenaran.
Renungan hari ke 11 ( Senin , 6 Juni 2016 )
Hidup dalam kekudusan 1Pet. 1:15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu Kita sebagai orang percaya mengalami pengudusan dalam hidup kita. Kekudusan adalah akibat kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, dan bukan karena kebaikan kita. Kristus mati dan bangkit untuk keselamatan dan pengudusan kita. Selanjutnya, kita juga perlu menyadari status kita yang telah memperoleh keselamatan sebagai umat pilihan Allah yang kudus, karena kita telah ditebus dari cara hidup lama kita yang berdosa dan yang penuh dengan kesia-siaan. Hidup kudus bukan merupakan pilihan bagi kita orang percaya, tetapi Hidup kudus adalah cara hidup dan gaya hidup kita yang telah mengalami kasih karunia dan anugerah penebusan Kristus, dimana dalam proses selanjutnya, kita juga terus mengalami pengudusan dalam seluruh pengalaman hidup kita.
Renungan hari ini : Doa dan puasa memampukan kita untuk menjaga kekudusan melalui pengalaman hidup kita sehari-hari, dimana kekudusan kita akan terus bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya pengenalan kita akan Kristus dan firman-Nya.
Renungan hari ke 12 ( Selasa , 7 Juni 2016 )
Miliki disiplin rohani 1Kor. 9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Untuk memiliki disiplin rohani, kita perlu memiliki dan mengejar suatu sasaran yang ingin kita capai . Terkait dengan puasa raya ini, mungkin moment ini bisa kita jadikan sebagai langkah awal untuk membentuk kedisiplinan rohani kita selanjutnya, baik dalam berdoa, berpuasa, serta membaca dan merenungkan firman Tuhan, dan lain sebagainya. Yang perlu kita ingat dalam proses kita mencapai sasaran-sasaran adalah: 1. Sasaran harus spesifik dan terukur, misalnya kita perlu mengukur dulu kemampuan kita dalam menuntaskan program puasa ini, 2. Sasaran harus realistis dan mampu dicapai, misalnya kalau kita tidak mampu berpuasa 1 hari penuh, maka jangan dipaksakan sehingga akhirnya malah membebani dan kita kehilangan sukacita. Kita harus bisa menentukan skala prioritas mana yang ingin kita capai lebih dulu. 3. Dan akhirnya dalam mencapai sasaran, kita perlu menentukan target waktu yang ingin kita capai, misalnya 40 hari penuh dan selanjutnya berusaha mencapainya.
Renungan hari ini : Kiranya doa dan puasa ini, bisa kita jadikan langkah awal dalam membentuk disiplin rohani kita selanjutnya.
Renungan hari ke 13 ( Rabu , 8 Juni 2016 )
Doa : kunci menuju pertumbuhan rohani 1Tes 5:17 Tetaplah berdoa. Sebagai orang percaya, maka doa merupakan nafas hidup rohani kita dan menjadi bagian penting dalam hidup kita. Kita harus berdoa karena itu merupakan perintah Allah, dan Tuhan Yesus sendiri memberi contoh dan teladan. Tuhan Yesus banyak memakai waktunya untuk berdoa dan membangun hubungan dengan Bapa-Nya. Karena itu, saat kita berdoa dan merenungkan firman-Nya, maka kita sedang berbincang-bincang dan sedang membangun hubungan dengan Allah Bapa di surga. Seringkali melalui doa-doa kita, Dia menjawab dan memberitahu kita apa yang harus kita lakukan. Melalui doa, kita menjadi lebih dekat dengan-Nya, dan kita bisa memperoleh banyak keuntungan rohani, juga doa memampukan kita untuk hidup benar dan kudus, sehingga kita bisa bertumbuh dan menghasilkan buah, dan pada akhirnya, kita akan semakin menyerupai Kristus. Selain itu, doa mampu membuka jalan-jalan disaat kita menghadapi jalan buntu, dan membuka pintu-pintu yang tertutup.
Renungan hari ini : Berdoa adalah hak istimewa kita untuk menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan Allah pencipta langit dan bumi sebagai anak-Nya.
Renungan hari ke 14 ( Kamis , 9 Juni 2016 )
Bertumbuh dalam pimpinan Roh Kudus Gal 2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Ketika kita mengalami kelahiran baru, kita percaya bahwa hidup kita senantiasa dipimpin oleh Roh Kudus yang membawa kita untuk bertumbuh secara rohani, tetapi dalam kenyataannya seringkali kita melihat seakan-akan karakter kita tidak berubah atau mungkin hanya “sedikit” berubah dibanding saat sebelum lahir baru, walaupun ada dorongan dalam hati dan pikiran untuk berubah ke arah karakter Kristen. Hal ini terjadi karena Roh Kudus dalam memimpin kita, tidak pernah melanggar kehendak bebas kita dalam arti Dia tidak pernah menekan kehendak, pikiran dan integritas kita. Sehingga kita senantiasa memiliki kebebasan untuk berhasil atau gagal, kita juga memiliki kebebasan untuk mau bertumbuh atau tidak. Karena itu ketika kita menyerahkan diri dan hidup kita pada pimpinan Roh Kudus, maka kita harus menyerahkan kehendak bebas kita di bawah kuasa dan kendali Roh Kudus, sehingga Dia akan memampukan kita untuk dapat melawan dan mengatasi keinginan daging dan hawa nafsu kita.
Renungan hari ini : Serahkanlah kehendak bebas kita pada pimpinan Roh Kudus, sehingga karakter kita bisa bebas bertumbuh.
Renungan hari ke 15 ( Jumat , 10 Juni 2016 )
Diperlengkapi dengan karunia-karunia 1Kor. 14:12 Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat. Karunia Roh merupakan kemampuan khusus yang diberikan Roh Kudus pada kita orang-orang percaya. tetapi karunia-karunia tersebut tidak dipakai untuk kepentingan pribadi karena karunia-karunia ini seharusnya dipakai untuk memperlengkapi dan membangun gereja sebagai Tubuh Kristus, sehingga gereja Tuhan dapat berfungsi secara maksimal sebagai garam dan terang ditengah-tengah dunia yang gelap dan berdosa ini. Setiap orang menerima dan memiliki karunianya masing-masing, sehingga kita tidak perlu merasa iri dan membanding-bandingkan karunia kita dengan milik orang lain. Kita harus bersuka-cita apabila kita diberi karunia tertentu, karena itu pasti yang paling cocok dan terbaik bagi kita. Disamping itu, Kita juga harus mengucap syukur pada Allah atas begitu banyak dan ragamnya karunia-karunia yang bisa memperlengkapi dan memberdayakan gereja lokal.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini. mintalah kepada Allah, untuk diberi karunia agar kita bisa menjadi bagian yang efektif bagi Tubuh Kristus, dan menjadi alat-Nya untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus.
Renungan hari ke 16 ( Sabtu , 11 Juni 2016 )
Jangan membanggakan karunia yang kita miliki Luk. 10:20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." Seringkali kita melihat orang-orang yang memamer-mamerkan karunia yang dia miliki, seperti misalnya berbahasa lidah, sehingga terkesan bahwa karunia tersebut menjadi symbol status yang layak dipamer-pamerkan, bahkan kadang-kadang dipakai sebagai alat untuk mencari uang. Sebaliknya kita harus selalu ingat bahwa karunia-karunia yang kita miliki adalah pemberian Tuhan melalui Roh Kudus-Nya dan bukan merupakan milik kita, sehingga kita tidak perlu bangga dan menyombongkannya. Karena itu, Alkitab memberikan contoh dalam diri Rasul Paulus, dimana dia diberi suatu duri dalam daging, sehingga dia tidak sombong dan meninggikan dirinya sendiri dan tetap melayani Tuhan dan sesame dengan kerendahan hati. Kita perlu sadar bahwa karunia-karunia itu diberikan pada kita agar kita bisa menjadi alat yang efektif dalam menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus untuk membawa orang-orang masuk Kerajaan Allah.
Renungan hari ini : Karunia-karunia Roh yang kita miliki seharusnya meningkatkan mutu pelayanan kita, sehingga kita bisa menjadi alat yang efektif dalam menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus.
Renungan hari ke 17 ( Minggu , 12 Juni 2016 )
Yesus Kristus sebagai dasar iman Gal. 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. Tidak seperti kepercayaan-kepercayaan lain, yang berdasarkan pada suatu filsafat yang dipercayai melalui perbuatan baik manusia, Kekristenan dan dasar iman Kristen dibangun hanya berdasarkan pribadi pendirinya yaitu Yesus Kristus melalui kebangkitan-Nya. Inilah yang menjadi sumber pertentangan antara Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka mengira bahwa kebenaran adalah mentaati Taurat, tetapi Yesus menyatakan bahwa kebenaran ada pada Diri-Nya yang adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Karena itu dasar dan pusat iman Kristen ada pada ke-Tuhan-an Yesus sebagai Mesias, Kristus, Anak Allah yang Hidup. Seluruh isi Alkitab tertuju dan berpusat hanya pada pribadi Yesus saja.
Renungan hari ini : Sudahkah kita sebagai orang Kristen selama ini memusatkan iman dan hidup kita sepenuhnya pada pribadi Yesus Kristus sebagai Tuhan, Mesias, dan Juru selamat melalui karya salib-Nya dan kuasa kebangkitanNya.
Renungan hari ke 18 ( Senin , 13 Juni 2016 )
Tanggung-jawab pribadi kita sebagai orang percaya Mat. 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Keselamatan, pertumbuhan rohani dan iman kita, sepenuhnya merupakan tanggung-jawab kita secara pribadi pada Tuhan, artinya kita tidak bisa menggantungkan keselamatan, iman dan pertumbuhan rohani kita pada kebenaran yang dibangun oleh manusia bahkan hamba-hamba Tuhan atau pendeta terkenal sekalipun. Seringkali banyak orang Kristen merasa nyaman apabila dekat dengan hamba-hamba Tuhan dan pendeta-pendeta yang diurapi. Mereka berpikir bahwa iman mereka dapat bertumbuh karena mereka dekat dengan orang-orang yang dekat dengan Tuhan. Padahal agar iman dan rohani kita bisa bertumbuh, maka tidak ada cara lain selain belajar dan merenungkan Firman Tuhan secara pribadi melalui Alkitab, baik melalui pembacaan pribadi maupun khotbah-khotbah yang disampaikan oleh hamba-hamba-Nya. Pembaruan hidup dan karakter terjadi karena kedekatan hubungan kita dengan Tuhan secara pribadi baik melalui doa, puasa maupun pembelajaran Firman Tuhan.
Renungan hari ini : Sudahkah kita bertanggung-jawab atas keselamatan, pertumbuhan rohani dan iman kita secara pribadi dengan Tuhan ?
Renungan hari ke 19 ( Selasa , 14 Juni 2016 )
Mengatasi krisis dalam hidup Est. 4:16 "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undangundang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." Pernahkah kita mengalami suatu krisis dalam hidup kita, dimana serasa kita berada dalam suatu ruangan yang gelap pekat, munculnya seberkas cahaya menjadi begitu berarti bagi kita. Atau pernahkah kita berada dalam suatu situasi dimana semua harapan dan mimpi kita serasa hancur sehingga masa depan kita terlihat begitu suram dan gelap? Melalui cerita di kitab Ester ini, kita belajar bahwa dalam situasi yang begitu kritis, kita selalu memiliki keyakinan dan pengharapan akan pertolongan, pemeliharaan, penyertaan dan perlindungan Tuhan. Dan karena keyakinan dan pengharapan ini, maka kita melihat Ester dan bangsanya diluputkan dari bencana dan terbebas dari krisis.
Renungan hari ini : Dalam menghadapi krisis, kita tidak pernah boleh kehilangan pengharapan dan keyakinan akan pertolongan dan pemeliharan Tuhan. Mungkin saat ini kita sedang menghadapi krisis, maka melalui doa dan puasa ini, kita bisa yakin bahwa pertolongan dan jalan keluar pasti Tuhan sediakan bagi kita.
Renungan hari ke 20 ( Rabu , 15 Juni 2016 )
Ketekunan: kunci keberhasilan Rom. 8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. Walau telah diangkat sebagai anak-anak Allah dan menjadi ahli waris Kerajaan Allah, selama di dunia ini, kita tidak dapat menghindar dari segala macam masalah, persoalan dan pencobaan yang seringkali menimbulkan penderitaan yang justru terjadi setelah kita mengikut Tuhan. Kehidupan orang percaya di dunia ini memang bukan seperti jalan mulus berkarpet merah. Namun kita perlu menyadari bahwa penderitaan yang kita alami saat ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang . Inilah pengharapan yang dapat membangkitkan iman dan sukacita kita. Karena tanpa pengharapan akan kemuliaan, betapa beratnya kehidupan kita sebagai seorang Kristen. Karena itu apabila saat ini mungkin kita sedang menghadapi berbagai-bagai masalah dan pencobaan, kita tidak pernah boleh kehilangan iman dan pengharapan kita, dan keyakinan bahwa Tuhan tidak akan mengijinkan pencobaan melampaui kekuatan kita. Disamping itu Tuhan melalui Roh Kudus-Nya akan menolong kita untuk terus bertekun dalam pengharapan kita melalui doa dan puasa kita, dan juga melalui kekuatan firman-Nya.
Renungan hari ini : Ketekunan memampukan kita memandang melampaui segala masalah, persoalan dan pencobaan untuk terus berpegang pada pengharapan kita.
Renungan hari ke 21 ( Kamis , 16 Juni 2016 )
Jangan memiliki iman yang buta Ibr. 11:3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Sebagian orang Kristen memiliki pemahaman akan definisi iman yang kurang tepat, dimana mereka sering berkata “asal percaya saja” maka semuanya pasti beres. Konsep iman seperti itu kurang tepat, karena iman yang benar adalah iman yang berdasarkan pengertian. Yaitu suatu jenis iman yang juga memakai logika berpikir kita. Karena seperti dikatakan bahwa iman datang dari firman Tuhan, dimana untuk bisa mengerti firman, kita harus memakai logika berpikir kita. Itulah yang membedakan iman percaya Kristen dengan kepercayaan-kepercayaan kuno yang berdasarkan mitos dan dongeng-dongeng. Dalam konsep kekristenan, kita membangun iman percaya kita pada pribadi yang bernama Yesus, seharusnya berdasarkan berbagai informasi yang kita dapatkan dari sumber yang asli yaitu Alkitab. Segala informasi yang datangnya bukan langsung dari Alkitab perlu kita uji kebenarannya, sehingga kita tidak asal percaya saja.
Renungan hari ini : Dalam membangun iman percaya kita, jangan memiliki iman yang buta, tetapi milikilah iman yang bijaksana, yaitu iman yang berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sumbernya langsung dari Alkitab.
Renungan hari ke 22 ( Jumat , 17 Juni 2016 )
Iman yang seimbang Yoh. 8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Terdapat dua aspek pengertian tentang iman yaitu iman yang mencakup aspek logika berpikir kita dan iman yang mempengaruhi perasaan dan emosi kita. Memusatkan perhatian pada salah satu aspek saja, akan mengacaukan pengertian kita tentang iman. Banyak orang Kristen yang membangun imannya, tanpa dasar intelektual yang benar. Iman mereka mengandung banyak emosi, dan mereka memiliki pengertian yang terbatas soal iman. Aspek intelektual atau logika dalam beriman penting bagi orang percaya, tetapi kalau iman kita dibangun hanya berdasarkan aspek intelektual atau logika saja, maka kehidupan rohani kita akan kering dan kehilangan gairah. Seperti yang kita lihat dalam diri orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Iman yang benar, hidup dan bertumbuh adalah iman yang menjangkau seluruh aspek hidup orang percaya. Yaitu iman yang bisa dipertanggung-jawabkan secara intelektual atau logika, disamping juga iman yang senantiasa membangkitkan gairah dan semangat dalam diri orang percaya. Kedua aspek iman ini harus berjalan bersama dan beriringan, serta tidak dapat dipisahkan.
Renungan hari ini : Untuk memiliki kehidupan rohani yang sehat, hendaknya kita dapat menjaga iman kita secara seimbang, sehingga kita dapat memiliki iman yang benar, yang hidup dan bertumbuh.
Renungan hari ke 23 ( Sabtu , 18 Juni 2016 )
Iman yang bertumbuh Luk 17:6 Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." Tuhan Yesus sedang mengajar murid-murid-Nya tentang iman yang hidup dan bertumbuh, ketika para murid meminta iman mereka ditambahkan, dan melalui perumpamaan tentang biji sesawi, Tuhan Yesus sedang mengajarkan tentang iman yang hidup dan bertumbuh. Tanda-tanda iman yang hidup dan bertumbuh adalah : 1. Iman bertumbuh melalui doa. 2. Iman bertumbuh melalui pemberitaan dan pengetahuan Firman Tuhan. 3. Iman bertumbuh melalui kesaksian-kesaksian baik kesaksian tokoh-tokoh dalam Alkitab, maupun kesaksian orang lain. 4. Iman bertumbuh melalui pengalaman-pengalaman rohani bersama dengan Tuhan. 5. Dan yang terpenting, iman bertumbuh melalui pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang Percaya.
Renungan hari ini : Kita tidak harus memiliki iman yang besar untuk menjadi orang percaya, tetapi kita harus memiliki iman yang hidup dan bertumbuh.
Renungan hari ke 24 (MInggu, 19 Juni 2016 )
Iman yang dewasa Yak. 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Banyak orang Kristen yang percaya bahwa jika mereka memiliki iman yang cukup kuat, maka iman mereka akan sanggup menggerakkan bahkan menggoncangkan hati Allah, sehingga Allah akan memberikan apa saja yang mereka minta dalam doa mereka, bahkan ketika berdoa dirasakan tidak cukup, mereka seringkali menambah dengan berpuasa. Mereka selalu menuntut janji Allah dan beranggapan bahwa Allah sudah berjanji, sehingga Dia wajib memenuhi janji-Nya. Iman seperti Ini, bukan jenis iman yang dewasa. Allah menghendaki agar anak-anaknya bisa bertumbuh baik dalam pengenalan akan Dia, maupun bertumbuh dalam iman mereka. Dia menghendaki agar anak-anaknya memiliki jenis iman yang berorientasi melayani orang lain, bukan jenis iman egois yang hanya berpusat pada diri sendiri. Iman yang dewasa adalah iman yang bisa berkata “jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”.
Renungan hari ini : Kiranya dalam doa dan puasa kali ini, kita mau belajar untuk memiliki iman yang berpusat pada kehendak Allah bagi kita, dan juga iman yang berorientasi untuk melayani orang lain.
Renungan hari ke 25 ( Senin , 20 Juni 2016 )
Komitmen Luk 13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Menjalani kehidupan di dunia sebagai anak Tuhan bukan hal yang mudah! Memang, pengampunan dan keselamatan adalah anugerah yang kita terima secara cuma-cuma dan bukan hasil usaha kita. Tetapi menjalani hidup sebagai orang yang sudah menerima kasih karunia Allah, adalah sebuah komitmen yang membutuhkan perjuangan untuk terus tekun dan setia sampai akhir. Dunia ini selalu mengajak kita untuk memilih jalan yang banyak alternatifnya, sehingga kita tidak perlu berkomitmen. Apalagi di era postmodern seperti sekarang ini. Orang dunia berpendapat bahwa ketekunan pada satu komitmen adalah kebodohan. Kita diajak bersikap pragmatis, dimana yang kelihatan enak dan menguntungkan, itulah yang harus kita kejar.
Renungan hari ini : Menjalani kehidupan sebagai anak Tuhan, mengharuskan kita untuk berkomitmen kepada Tuhan dan sesama. Orientasi hidup kita bukan lagi pada diri sendiri, tetapi kita harus terus berjuang untuk taat, tekun dan setia dalam mengiring Tuhan Yesus sampai akhir.
Renungan hari ke 26 ( Selasa , 21 Juni 2016 )
Menikmati kasih karunia Allah Rom. 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Definisi dari kasih karunia adalah menerima keselamatan dan dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Tetapi, janganlah kita berhenti hanya sampai pada "iman yang menyelamatkan." Tetapi kita harus bertumbuh ke arah "iman yang melayani Allah." "Iman yang menyelamatkan", tidak mampu membuat penilaian diri dengan benar. Tetapi hanya menghasilkan kesombongan dan tinggi hati, serta menganggap status kita sebagai “anak-anak Allah” terlalu tinggi. Kerendahan hati sebagai hamba Tuhanlah yang memampukan kita memiliki iman untuk melaksanakan rencana dan kehendak Allah. Yang akan selalu menuntun kepada perubahan dan pembaruan pikiran dan karakter melalui pengakuan, pertobatan dan pertumbuhan rohani berdasarkan pola pikir dan pola hidup Kristen yang alkitabiah, tanpa membuat kita menjadi Kristen legalistic.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa kali ini, hendaknya kita selalu meminta kerendahan hati pada Tuhan, agar rohani kita bisa bertumbuh dewasa sehingga kita mampu melaksanakan rencana dan kehendak Allah dengan sempurna.
Renungan hari ke 27 ( Rabu , 22 Juni 2016 )
Bermental anak Raja, berhati hamba Fil. 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Sebagai anak Tuhan, seharusnya kita belajar untuk memiliki pikiran Kristus dengan memiliki mental dan pola pikir sederhana yang tidak mendasarkan diri kita pada berapa uang atau harta yang kita miliki, tetapi pada kebenaran Allah, sehingga kita bisa memiliki kerendahan hati Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba. Ukuran berkat dan keberhasilan seorang anak Tuhan bukan hanya berdasarkan berkat materi atau uang saja, tetapi memiliki karakter dan pikiran Kristus merupakan tujuan utama mengikut Kristus, meskipun Bapa di surga juga selalu memperhatikan kebutuhan jasmani dan materi anak-anaknya. Menjadi seperti Kristus artinya memiliki mental anak Raja, dan kerendahan hati seorang hamba sehingga, ketika memiliki uang dan kekayaan akan menjadi berkat bagi orang lain, dengan memakai kekayaannya untuk melayani Tuhan dan sesama.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah kepada Tuhan agar kita bisa memiliki mental sebagai anak-Nya, tetapi hati sebagai hamba yang mau taat dan setia melayani sebagaimana kristus.
Renungan hari ke 28 ( Kamis , 23 Juni 2016 )
Kehidupan Kristen yang seimbang Mat. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Banyak orang Kristen yang hidup dalam dikotomi (2 kutub yang berlawanan) yaitu kehidupan Jasmani atau kehidupan sehari-hari dipisahkan dari kehidupan rohani karena anggapan bahwa Tuhan hanya suka dan berkenan kepada yang rohani saja. Sehingga akhirnya orang Kristen hanya berpusat kepada hal-hal rohani saja ketika di gereja, tetapi hidup dan berbuat semaunya ketika di luar gereja. Semua kegiatan di luar gereja mulai senin sampai sabtu tidak terpantau dan tersentuh oleh otoritas gereja. Padahal sebagai orang percaya, kita harus melakukan penilaian dalam segala aspek hidup kita berdasarkan Firman Tuhan baik ketika dalam gereja, maupun ketika melakukan aktifitas harian kita di luar gereja. Dan bukan sebaliknya memakai konsep dunia dan mencocokcocokan dengan Firman Tuhan. Dalam menjalani hidup ini, orang percaya harus selalu belajar untuk ketat terhadap diri sendiri sehingga memiliki penguasaan diri untuk menghindari dosa. Serta memiliki kehidupan dan iman yang stabil dalam Kristus sehingga menjadi seperti poros roda yang mengendalikan putaran roda kehidupan meskipun kadang berputar keatas dan kebawah tetapi porosnya tetap stabil baik dalam aspek rohani, jasmani dan materi.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, hendaknya Kita minta pada Tuhan agar diberi kehidupan dan iman yang stabil dan seimbang.
Renungan hari ke 29 ( Jumat , 24 Juni 2016 )
Nilai diri lebih penting dari harga diri Kej. 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Di dunia ini, Orang dihargai berdasarkan penampilan karena prestasi dan reputasinya, bukan nilai karakternya. Dunia tidak peduli nilai-nilai karakter apa yang dilanggar demi mendapatkan status itu. Jangan bingung antara harga dan nilai. Harga adalah sederet angka kuantitatif yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan penampilan, prestasi dan reputasi, tetapi nilai adalah sifat dan karakter asali yang Tuhan tanamkan dalam diri manusia sebagai gambar-Nya. Kita tidak bisa menyangkal bahwa uang, jabatan, kekuasaan dan lain-lain memang diperlukan di dunia, tetapi kebenaran, damai sejahtera, sukacita, belas kasihan, kebaikan hati, kejujuran, kesetiaan, integritas dan karakter agung lainnya, jauh lebih bernilai. Sebagai orang percaya, mengejar label harga diri dan gengsi bukanlah prioritas kita, tetapi menjadi orang yang bernilai tinggi di hadapan Allah lebih penting dari harga diri dan gengsi. Karena di dalam Kristus kita mengalami pemulihan dan pembaharuan sehingga kita memiliki nilai-nilai sejati sebagai anak Allah, yang serupa dengan Bapa kita di Surga.
Renungan hari ini : Melalui doa dan puasa ini, hendaknya kita senantiasa bersyukur pada Bapa di Surga, karena di dalam Kristus, kita memiliki nilai sejati sebagai gambar dan rupa Allah.
Renungan hari ke 30 ( Sabtu, 25 Juni 2016 )
Sabar dalam kesesakan Rom. 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa. Masalah dan penderitaan atau Alkitab sering menyebutnya dengan kesesakan dan pikul salib, menjadi bagian dalam kehidupan kita orang percaya. Karena itu, kita harus belajar sabar dalam kesesakan. Ketidak-sabaran kita tidak menyelesaikan masalah, karena setiap masalah itu ada masa kadaluarsanya sendiri. Di samping itu, semua yang terjadi dalam hidup kita ada di bawah kuasa dan kendali Tuhan, karena Dia tahu bahwa masalah dan pencobaan yang terjadi, tidak melebihi kekuatan kita dan hasil dari kesabaran akan membuktikan kemurnian iman kita. Ketika kita sedang dalam kesesakan, Janganlah mencari pertolongan dan jalan keluar di luar Tuhan. Tetapi, tetaplah tekun berdoa dan hanya berharap pada Tuhan. Belajarlah mengucap syukur dan jangan mengeluh atau bersungut-sungut. Dan akhirnya, sebagai pengikut Kristus, anggaplah sebagai sukacita ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar kita senantiasa diberi kekuatan untuk bertahan ketika masalah dan pencobaan datang, dan kemampuan untuk mengatasinya dengan tetap bertekun dan sabar dalam pengharapan oleh pimpinan Roh Kudus, di dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Renungan hari ke 31 ( Minggu , 26 Juni 2016 )
Kristen yang berkemenangan Rom. 8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Pemenang adalah orang yang ulet, dan terus bertahan dibawah tekanan sampai akhir. Pemenang bukan orang yang tidak pernah kalah, tetapi orang yang memiliki bahu yang cukup kuat untuk memikul beban salib tanpa kehilangan kesadaran dan kesabaran, sehingga memiliki waktu dan ketahanan untuk mampu mengatasinya. Setiap masalah punya rentang kehidupan terbatas. Tidak ada orang yang terus menerus mengalami pasang atau terus menerus mengalami surut, masalah dan persoalan akan berakhir dan semuanya akan terpecahkan pada waktunya. Setiap orang punya masalahnya masing-masing dan adalah manusiawi ketika di dalam lembah kekelaman kita merasa down, kalah dan putus asa. Ketika seseorang mengalami masa-masa sulit akibat kematian, penyakit, kebangkrutan dan lain-lain, maka seringkali hanya diperlukan kasih Kristus dan pimpinan Roh Kudus yang menolong dan menguatkan untuk bertahan agar tidak cepat lelah dan putus asa ketika harus memikul beban salib sambil tetap menanti-nantikan Tuhan, sampai Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar diberi bahu yang cukup kuat untuk memikul salib dan tetap bertahan sampai akhir.
Renungan hari ke 32 (Senin , 27 Juni 2016 )
Kasih yang menutupi segalanya 1Kor. 13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Mudah bagi kita untuk bisa menerima orang-orang yang “sama” dengan kita, baik secara status sosial, level rohani, level berpikir dan lain sebagainya, tetapi apakah mudah bagi kita untuk bisa menerima orang yang “berbeda” dengan kita, apalagi kalau kita merasa bahwa kita lebih rohani, lebih kaya, lebih pintar dan lain sebagainya atau menerima orang yang pernah bersalah dan menyakiti kita? Dalam injil, Tuhan Yesus berfirman bahwa bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit, untuk menegur orang Farisi yang selalu merasa diri paling suci, paling benar dan paling baik. Firman Tuhan ini mengajar kita agar tidak pernah merasa diri lebih benar dan lebih baik dari orang lain. Sebagai orang Kristen, kita seharusnya mentaati apa yang Tuhan Yesus dan Rasul Paulus ajarkan, yaitu mengasihi dan menerima sesama kita apa adanya, tanpa memandang muka dan kesalahan orang. Karena, semua pelayanan kita, sebagus apapun, tanpa dasar kasih, sama sekali tidak berguna dan tidak akan menyenangkan hati Tuhan.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah kepada Tuhan agar kita dipenuhi dengan kasih-Nya, yang memampukan kita untuk bisa mengasihi dan memenuhi hati kita dengan belas kasihan.
Renungan hari ke 33 ( Selasa, 28 Juni 2016 )
Menghasilkan buah pertobatan Mat. 3:8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Banyak orang yang merasa telah menerima Yesus dan diselamatkan. Tetapi ternyata hidupnya tidak berubah dan tidak tampak adanya buah pertobatan dalam dirinya. Pertobatan dan penyesalan bukan hanya wacana saja, melainkan harus diimplementasikan dan dinyatakan dalam hidup dan tindakan kita. Sia-sia belaka bila orang hanya berpura-pura bertobat atau merasa sudah bertobat, tetapi tidak meninggalkan semua dosa dan tabiat lamanya. Pertobatan memang bukan masalah perasaan, walaupun itu perasaan menyesal atas dosa yang telah dilakukan. Menyesal memang perlu, tetapi tidak cukup sampai di situ saja karena pertobatan merupakan tindakan aktif, yaitu perubahan dan pembaruan dalam pola pikir dan pola hidup. Bila Tuhan telah melakukan reformasi dalam diri kita, jangan tinggal diam, tetapi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan kita. Bila kita seorang karyawan, bagaimana cara kerja kita? Apakah kita sudah bekerja dengan professional dan integritas yang tinggi? Atau sudahkah kita mencapai hasil maksimal dalam pekerjaan kita? Ingatlah bahwa pertobatan bukan hanya berbicara tentang rajin berdoa, rajin ke gereja, atau aktif melayani saja. Bila masih ada aspek hidup yang belum sesuai dengan yang Tuhan inginkan….. berubahlah!!!
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, apakah kita sudah minta Tuhan melalui Roh Kudus-Nya untuk terus memperbarui pikiran dan hidup kita, sehingga buah pertobatan nyata dalam hidup kita.
Renungan hari ke 34 ( Rabu, 29 Juni 2016 )
Menghasilkan buah Roh Gal. 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Buah Roh adalah pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita, yang meliputi: 1. Kasih kepada Allah dan sesama, yaitu hukum yang utama. 2. Sukacita ketika melihat orang lain bertobat, menerima Yesus, mengalami kelahiran baru dan diselamatkan. 3. Damai sejahtera merupakan hasil berdamai dengan Allah, yang memampukan kita untuk berdamai dengan sesama. 4. Kesabaran yaitu kerelaan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan kebesaran hati, tanpa bersungut-sungut. 5. Kemurahan yaitu kerelaan berbagi dengan orang lain. 6. Kebaikan yaitu ketulusan jiwa yang membenci kejahatan. 7. Kesetiaan yaitu kerelaan untuk berkomitmen. 8. Kelemah-lembutan adalah sikap yang ramah, lembut dan sopan pada orang lain, serta menghindari sikap yang kasar dan garang. 9. Penguasaan diri adalah kemampuan untuk menahan diri dari godaan dosa dan mematikan tabiat lama yang penuh dengan kedagingan.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan melalui Roh Kudus-Nya untuk menghasilkan buah Roh dalam hidup kita.
Renungan hari ke 35 (Kamis , 30 Juni 2016 )
Mengatasi kekuatiran Mat. 6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Adalah manusiawi kalau kita mengalami kekuatiran, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Tetapi, Tuhan Yesus memperingatkan tentang dosa mengkuatirkan kebutuhan hidup seharihari yang sampai menimbulkan perasaan takut, gelisah dan bingung, karena sikap seperti ini merupakan pertanda buruk, bahwa hati kita masih dikuasai perkara-perkara dunia, dan terikat pada harta. Karena itu, Tuhan Yesus meyakinkan dan menguatkan kita, bahwa Bapa kita di sorga tahu bahwa kita memerlukan semuanya itu, yakni semua kebutuhan hidup kita. Dia bahkan lebih tahu dari kita sendiri, meskipun Dia berada di sorga dan kita di bumi. Dia perduli dan memperhatikan apa yang dibutuhkan anak-anak-Nya, tanpa melihat besar-kecilnya iman kita. Selama kita memiliki status sebagai anak Allah di dalam Kristus, baik bayi, anak-anak maupun dewasa, maka kita bisa yakin akan pemeliharaan-Nya.
Renungan hari ini : Kalau mungkin hari-hari ini kita sedang kuatir, maka dalam kesempatan doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar diberi iman dan keyakinan akan pemeliharaan-Nya, dan kemampuan untuk mengatasi kekuatiran kita, serta jangan ijinkan siapapun menghakimi kita dengan tuduhan kurang beriman.
Renungan hari ke 36 ( Jumat , 1 Juli 2016 )
Fokus hidup yang benar. Mat. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Banyak kepercayaan dan agama di dunia ini menganggap bahwa kenikmatan jasmani itu jahat dan harus dihindari. Tetapi, iman Kristen tidak menganggap kenikmatan jasmani itu sebagai sesuatu yang jahat, tetapi memandangnya sebagai karunia Allah. Karena, seluruh ciptaan yang pada mulanya amat baik ini sesungguhnya, hanya merupakan alat pernyataan kemuliaan Allah sebagai Penciptanya. Dan Allah mengaruniakannya bagi manusia. Sebagai orang Kristen, kita tidak dilarang untuk menikmati kenikmatan jasmani dan materi, tetapi kita harus selalu ingat bahwa semua kenikmatan jasmani itu, sepenuhnya merupakan karunia Allah yang merupakan sumber utama dari semuanya itu. Karena itu, kita tidak seharusnya berfokus pada hal-hal yang jasmani dan materi, karena semua itu hanya merupakan karunia dan fasilitas yang Allah sediakan bagi kita, yang seharusnya kita pakai untuk menyatakan kemuliaan-Nya melalui hidup kita. Seorang Kristen sejati seharusnya lebih berfokus pada Allah dan kebenaran-Nya, sebagai sumber karunia dan berkat yang sejati, melebihi fokus kita pada berkat-berkat dan segala kenikmatan jasmani dan materi itu sendiri.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar kita bisa meletakkan tujuan hidup kita pada fokus yang benar yaitu mencari dulu kerajaan-Nya dan kebenarannya.
Renungan hari ke 37 ( Sabtu , 2 Juli 2016 )
Bahaya uang dan harta Luk. 12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Uang dan harta itu berbahaya, tetapi tidak jahat, tergantung pemiliknya. Seperti pisau yang bisa dipakai untuk membunuh, tetapi juga bisa dipakai untuk menolong orang. Karena itu sebagai murid Tuhan, mari kita belajar mengelola uang dan harta yang dipercayakan-Nya pada kita, sesuai dengan prinsipprinsip Firman-Nya, sebagai berikut : 1. Belajar mengatasi dan menghilangkan kekuatiran kita tentang uang dan harta, berdasarkan iman dan keyakinan bahwa hidup kita hanya bergantung dan bersumber pada Tuhan, dan bukan pada uang dan harta kita. 2. Minta Tuhan agar dijauhkan dari ketamakan dan diberi kemurahan hati untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan, sehingga menjadi saluran berkat Tuhan. 3. Belajar mengucap syukur atas berkat-berkat-Nya, termasuk uang dan harta kita, dan belajar bergaya hidup sederhana, serta mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan sudah tentukan untuk menjadi bagian kita.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, minta Tuhan agar menjauhkan kita dari ketamakan, dan memberi kita kemurahan hati, kesederhanaan, serta kemampuan untuk mencukupkan diri.
Renungan hari ke 38 ( Minggu , 3 Juli 2016 )
Orang Kristen yang “miskin” Mat 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Alkitab menyatakan, bahwa kemiskinan bukanlah kehendak Allah, malah Allah melawan kemiskinan, khususnya kekurangan harta benda. Tetapi Alkitab juga memandang kemiskinan dari sudut berbeda, yaitu ketergantungan dan merendahkan diri pada Tuhan, serta kehidupan yang berpusat pada sorga dan kekekalan. Karena itu, Alkitab dengan jelas menolak kemiskinan material, karena kemiskinan dalam harta benda bukan merupakan kebajikan Kristen, karena kemiskinan seringkali menyebabkan kebodohan, ketidaktertiban dan kondisi kurang manusiawi. Orang Kristen harus miskin, yaitu miskin di hadapan Allah, dengan kesadaran bahwa tanpa Tuhan, kita bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Kita perlu mengakui kemiskinan, kelemahan dan ketidak-berdayaan kita di hadapan Tuhan. Sehingga seperti kata Rasul Paulus, bahwa ketika kita lemah, kita kuat, karena kekuatan dari Tuhan semakin nyata dalam kita.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, Kita perlu menyadari dan mengakui kekurangan, kemiskinan dan kelemahan kita di hadapan Tuhan, dan mohon pada-Nya agar kita semakin diperkaya dan dikuatkan di dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Renungan hari ke 39 ( Senin , 4 Juli 2016 )
Ibadah yang sejati 1Tim. 6:5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. Saat ini, kita sering melihat orang datang beribadah ke gereja, bukan untuk bersekutu dan menyembah Tuhan, serta mendengarkan Firman-Nya dan hidup dalam kebenaran-Nya, tetapi dengan tujuan hanya mencari perlindungan dan berkat-berkat-Nya. Doa-doa mereka hanya untuk kepentingan diri sendiri. Mereka mengira bahwa mereka bisa mendapatkan berkat, perlindungan, urapan kuasa Allah dan perkenan Tuhan hanya dengan mengikuti acara dan kegiatan ibadah di gereja, tanpa perlu hidup dalam pertobatan dan kebenaran-Nya. Kita perlu tahu dan sadar, bahwa Allah tidak bisa ditipu dengan pujian, penyembahan dan ibadah yang palsu dan munafik, serta tanpa didasari sikap hati yang tulus dan hidup yang benar. Ibadah bukan alat untuk mengeksploitasi kasih karunia dan kemurahan Tuhan demi memperoleh keuntungan pribadi. Ibadah yang berkenan dan menyukakan hati Tuhan adalah mempersembahkan seluruh hidup kita, roh, jiwa dan tubuh kita untuk menjadi alat kebenaran-Nya. Renungan hari ini : Kiranya kegiatan doa dan puasa ini jangan hanya dijadikan ritual dan kegiatan rutin ibadah yang biasa-biasa saja, tetapi biarlah melalui kegiatan doa dan puasa ini, memampukan kita untuk bisa semakin membangun hubungan dan persekutuan yang semakin intim dengan Bapa di Surga.
Renungan hari ke 40 ( Selasa , 5 Juli 2016 )
Hidup dalam damai sejahtera Yoh. 14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Damai sejahtera yang merupakan terjemahan dari kata Ibrani Shalom memiliki beberapa makna seperti berkat, perdamaian, keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, keadilan, persatuan dan persekutuan. Makna lebih luas dari damai sejahtera atau Shalom adalah memperbaiki hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kasih-Nya, serta menikmati persekutuan dan menyandarkan hidup hanya kepada-Nya. Di samping itu, Shalom juga berarti membangun hubungan dengan sesama, berdasarkan kasih Allah, tanpa memandang muka, status maupun golongan, dengan semangat: “Dalam Yesus kita bersaudara”. Puncak dari makna damai sejahtera atau Shalom adalah ketika Tuhan Yesus Kristus, mempersatukan seluruh bangsa di dunia, baik bangsa Yahudi, maupun bangsa-bangsa bukan Yahudi, untuk menerima keselamatan dan hidup kekal, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, dan juga kebangkitan-Nya. Karena hanya Dialah, satu-satunya yang mampu memberikan damai sejahtera yang sejati pada dunia dan kita.
Renungan hari ini : Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan, agar damai sejahtera Allah, dalam Kristus yang melampaui segala akal, akan senantiasa memelihara hati, pikiran dan hidup kita.