BAB V PENUTUP
5.1.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang peneliti lakukan dalam
penelitian ini mengenai dinamika perilaku seksual pada pria gay dewasa awal, didapatkan hasil bahwa setiap informan memiliki dinamika perilaku seksual yang berbeda-beda, terlihat dari alasan dan faktor internal maupun eksternal melakukan perilaku seksual tiap informan hasilnya berbeda. Hasil penelitian ini dapat terlihat dari tiga informan yang telah diwawancarai. Adapun hasil penelitian ini mendapatkan tiga hal yang dapat dikaitkan dengan dinamika perilaku seksual pada ketiga infoman, yaitu hubungan sosial mulai dari hubungan dengan ayah, ibu, saudara, dan teman. Lalu adanya pengalaman seorang gay
pada tiap informan yaitu pengalaman
dalam mengenal gay lain, proses terbuka sebagai seorang gay, pengalaman berpacaran saat sebagai gay, penentuan dalam pemilihan pasangan dan kriteria laki-laki yang disukai. Selanjutnya yang terakhir perilaku seksual tiap informan yaitu mulai dari bentuk-bentuk perilaku seksual yang pernah dilakukan, pemikiran dan perasaan tentang perilaku seksual yang dilakukan, pengalaman
dalam
melakukan
perilaku
seksual,
risiko
dan
cara
meminimalisir dampak dari perilaku seksual yang dilakukan. Beberapa hal tersebut ada yang saling berkaitan satu dengan yang lain. a.
Hubungan sosial Hubungan sosial antara informan dengan ibu, ayah, saudara dan teman-temannya berbeda-beda. Hasil yang didapat dari hubungan ketiga informan dengan orang sekitarnya baik-baik 143
144
saja, terutama dengan teman-temannya karena ketiga informan telah coming out kepada teman-temannya bahwa informan seorang gay. Keterbukaan yang dilakukan informan tersebut, karena adanya kenyamanan yang dirasakan informan kepada temantemannya. Hal ini juga termasuk membantu informan yang seorang gay untuk dapat menerima dirinya di lingkungannya. Pada informan PW justru dukungan sosial telah didapatkan bukan hanya dari teman, tapi juga keluarganya yaitu ayah, ibu dan saudarasaudaranya. Situasi hubungan sosial berhubungan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu dukungan sosial (Ogden, 2000: 245). b.
Pengalaman seorang gay Adanya pengalaman seorang gay pada masing-masing informan mulai dari proses awal sebagai seorang gay, proses terbuka sebagai seorang gay, pengalaman mengenal gaya hidup gay lain, pengalaman berpacaran selama sebagai seorang gay, penentu dalam pemilihan pasangan, dan kriteria laki-laki yang disukai. Berbagai pengalaman yang ketiga infoman alami selama menjadi seorang gay. Mulai dari proses awal sebagai gay pada ketiga informan mengalami fase-fase mulai adanya ketertarikan secara fisik kepada sesama jenis saat masih bersekolah. Selain itu juga mulai mencari tahu yang terjadi dengan dirinya, yang pada akhirnya menyadari bahwa dirinya adalah seorang gay. Hal ini sesuai dengan salah satu pandangan yang menyatakan seorang gay atau laki-laki yang tertarik dengan laki-laki lain (APA, 2008:1).
145
Ada pengalaman saat informan mengenal gay lain, dalam hal ini mengenal sesama gay akan mengetahui beberapa bahasa yang digunakan antara sesama gay saja. Bahasa-bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang berfungsi untuk merahasiakan isi obrolan sesama gay seperti top, bot, chubby, meyes dan lainnya. Ketiga informan yang mengikuti penelitian ini mengetahui bahasabahasa yang digunakan hanyak untuk sesama gay saja, meskipun mereka jarang menggunakan bahasa-bahasa yang digunakan untuk sesama gay. Pengetahuan bahasa yang digunakan untuk sesama gay berhubungan dengan teori bahasa yang digunakan peneliti (Joni & Pascarani, 2013). Proses terbuka atau coming out pada ketiga informan berbeda-beda. akan tetapi pada ketiga informan telah melakukan proses coming out kepada teman-temannya. Pada informan PW, dia telah melakukan comingout bukan hanya ke teman-temannya tapi juga kepada keluarganya. Proses coming out yang dilakukan informan sudah sesuai dengan tahapan ke enam yaitu Identity synthesis
yang
mengakui
bahwa
ada
beberapa
orang
heteroseksualitas yang baik dan mendukung. Dalam tahap akhir ini, orang tersebut mampu menyatukan identitas seksual kepada publik. Proses coming out dapat terjadi pada ketiga informan karena informan mengenal teman-teman dan keluarga secara dekat (Hyde & Delamater, 2008: 341). Selanjutnya ada pengalaman informan mengenal gaya hidup gay lain, kriteria laki-laki-laki yang disukai, penentu dalam pemilihan pasangan,hingga pengalaman berpacaran sebagai gay.
146
hal-hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya gay lain yang telah informan kenal selama ini. Selama melakukan perkenalan, adanya kriteria informan untuk dijadikan pasangan adalah pandangan dari masing-masing individu informan tentang identitas pribadi sebagai seorang gay (APA, 2008: 1). c.
Perilaku seksual Perilaku seksual dari ketiga informan yang dapat dilihat dari bentuk-bentuk perilaku seksual yang pernah dilakukan, pemikiran dan perasaan tentang perilaku seksual yang dilakukan, pengalaman dalam melakukan perilaku seksual, resiko dan cara meminimalisir dampak dari perilaku seksual yang dilakukan. Bentuk-bentuk perilaku seksual yang dilakukan oleh ketiga informan mulai dari berciuman, berpelukan, oral dan anal seks. Hal tersebut juga dilakukan gay mulai dari melakukan sentuhan dan berciuman, baru setelahnya melakukan stimulasi oral atau manual (Hyde & Delamater, 2008: 215). Pemikiran dan perasaan ketiga informan melakukan perilaku seksual karena adanya kepuasan yang didapat saat melakukan perilaku seksual tersebut. Akan tetapi, pada informan PB mengatakan bahwa perilaku seksual yang dilakukan berfungsi sebagai bukti kasih dan sayangnya kepada pasangan. Hal tersebut merupakan hal penting bagia tiap gay pada umumnya untuk mengkomunikasikan sentuhan mana yang paling menyenangkan (Hyde & Delamater, 2008: 215). Pengalaman melakukan perilaku seksual dilakukan oleh ketiga informan. Perilaku seksual dilakukan untuk menyalurkan
147
hasrat seksualnya dan hal itu merupakan kekuatan penting dalam hidup manusia. Hal ini serupa dengan apa yang dinyatakan Freud tentang teori seksualitas (Carroll, 2010: 30). Intensitas melakukan perilaku seksual informan juga dipengaruhi adanya id, ego dan superego yang ada dalam masing-masing diri informan. Mulai dari ingin memuaskan pasangannya, karena adanya mood yang berubah-ubah pada tiap diri masing-masing informan, dan sudah lama jangka waktu menjaling hubungan dengan pasangannya yang sesuai dengan gambaran Freud tentang kepribadian manusia yang dapat mempengaruhi perilaku seksualnya (Hyde & Delamater, 2008: 27). Perilaku seksual yang dilakukan oleh informan memiliki resiko dan dampak. Pada hal tersebut, informan mengetahui resiko dan dampak dari perilaku seksual yang dilakukan seperti terkena HIV/AIDS
dan
beberapa
infeksi.
Ketiga
informan
telah
menggunakan kondom sebagai alat pengaman saat melakukan perilaku seksualnya untuk meminimalisir resiko dan dampak dari perilaku seksual yang dilakukan. Akan tetapi, resiko dan dampak dari perilaku seksual yang dilakukan informan dapat diminimalisir dengan cara menggunakan kondom sebagai alat pengaman (Rathus dkk., 2011).
5.2.
Refleksi Proses penelitian yang berlangsung selama kurang lebih satu tahun
ini, peneliti mendapatkan banyak pembelajaran yaitu:
148
1.
Peneliti meremehkan proses pencarian informan untuk penelitian karena peneliti merasa mudah mendapatkan informan dari beberapa kenalan teman yang dimiliki peneliti. Saat telah dijalani tidak semudah yang dipikir pertama kali. Peneliti sempat kebingungan karena salah satu infoman ada yang sulit untuk ditemui yang notabene itu adalah teman sendiri. Menurut pengakuan informan, dia sulit ditemui karena padatnya kesibukan dan kurang mood untuk melakukan pertemuan dengan peneliti untuk melakukan wawancara. Tapi beberapa saat setelah itu, informan diundurkan dari penelitian karena beberapa hal yang disarankan oleh dosen pembimbing. Peneliti pun mulai mencari informan kembali, dan bisa menemukan pengganti informan tersebut. Ada satu informan yang juga serupa dengan informan sebelumnya sehingga sulit untuk ditemui karena padatnya jadwal kegiatan perkuliahan, sehingga juga mempengaruhi lamanya waktu pengerjaan penelitian ini. Pada akhirnya, peneliti tetap meneruskan penelitian meskipun pertemuan yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan karena adanya kesibukan dari informan penelitian.
2.
Peneliti merasa kesulitan untuk melakukan wawancara sesuai dengan ketentuan yaitu tidak boleh berasumsi dalam memberikan pertanyaan dan kebingungn mengolah kata-kata untuk memberikan pertanyaan yang mudah dimengerti oleh informan tapi tetap bersifat baku. Peneliti dalam hal ini perlu belajar lebih lagi untuk dapat melakukan wawancara yang sesuai dengan ketentuan, agar hasil yang didapat untuk penelitian lebih maksimal.
3.
Peneliti merasa memerlukan perjuangan yang cukup besar untuk dapat menyelesaikan penelitian ini. Hal ini terjadi karena adanya faktor-
149
faktor tidak terduga yang peneliti alami selama proses penelitian. Mulai dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terkait dengan diri peneliti sendiri yang mengalami banyak peristiwa selama pengerjaan skripsi, dan tidak bisa mengontrol stress diri sendiri sehingga sempat mengacuhkan penelitian ini selama beberapa waktu. Sedangkan faktor eksternalnya terkait dengan informan penelitian yang memiliki kegiatan yang padat sehingga sulit untuk membuat janji untuk bertemu dan melakukan wawancara. Akan tetapi, peneliti tidak mau menunda terus-menerus untuk tidak menyelesaikan penelitian ini, sehinggan peneliti memutuskan untuk bangkit kembali dan dapat menyelesaikan penelitian ini.
5.3.
Kesimpulan Hasil dari penelitian ini mendapatkan kesimpulan yaitu:
1.
Hubungan sosial pada gay dengan sekitarnya mempengaruhi individu untuk proses coming out nya sebagai seorang gay dan penerimaan diri di lingkungan sekitarnya.
2.
Pengalaman sebagai seorang gay pada informan adalah proses yang dijalani informan mulai dari awal menyadari bahwa ada ketertarikan dengan sesama jenis hingga menjaling hubungan dengan sesama jenis.
3.
Perilaku seksual yang dilakukan informan selama menjadi seorang gay selama ini dalam berbagai bentuk perilaku seksual dan intensitas melakukannya tergantung dengan kondisi dirinya sendiri pasangan maupun kondisi lain yang sedang dialami informan saat itu.
150
5.4.
Saran Pada penelitian ini ada beberapa saran yang diberikan yaitu:
a. Informan 1. Bagi informan PB, disarankan untuk mempertahankan sikap menjaga diri dengan cara tidak melakukan hubungan seksual dengan sembarangan. 2. Bagi informan AP dan PW, disarankan untuk dapat mengurangi perilaku seksual yang dilakukan dengan orang yang baru dikenalnya agar dapat meminimalisir resiko terkena penyakit. b. Penelitian selanjutnya 1. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat mencari informan yang benar-benar dapat mengikuti proses penelitian sampai selesai agar hasil penelitian dapat berguna untuk wawasan mengenai dinamika perilaku seksual pada pria gay. 2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat meneliti variabel lainnya dari gay selain dinamika perilaku seksual agar wawasan yang didapatkan mengenai gay menjadi lebih luas dan mendalam.
151
DAFTAR PUSTAKA Adesla, Veronica. (2009). Definisi dan proses homoseksual. Diambil pada 22 September 2014 di http://www.epsikologi.com/artikel/klinis/definisi-proses-homoseksual American Psychological Association (APA). (2008). Answers to your questions: For a better understanding of sexual orientation and homosexuality. Washington, DC: Author. Diunduh pada 21 September 2014 dari www.apa.org/topics/sorientation.pdf APA. (2009). Appropriate affirmative responses to sexual orientation distress and change efforts. Diunduh pada 22 September 2014 dari http://www.apa.org/about/policy/sexual-orientation.pdf Boellstorft, T. (2005). The Gay Archipelago: seksualitas dan bangsa di Indonesia. Inggris: Princeton University Press. Brannon, L. (2008). Gender: Psychological Perspective (5th edition). Boston: Pearson Education, Inc. Carroll, J.L. (2010). Sexuality Now: Embracing Diversity (3rd edition). USA: Wadsworth, Cengage Learning. D’Augelli, A.R. & Patterson, C.J. (2001). Lesbian, Gay, and Bisexual Identities and Youth : psychological perspective. New York: Oxford Unersity Press. Dwilaksono, D. & Rahardjo, W. (2013). Kontrol diri dan perilaku seksual permisif pada gay. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Vol 5, 108-115. Diunduh pada 3 Oktober 2013 dari https://www.academia.edu/5441503/Kontrol_Diri_dan_Perilaku_Sek sual_Permisif_pada_Gay Fromm, E. (2007). Cinta, Seksualitas, dan Matriarki: kajian komperhensif tentang gender. Alih bahasa: Maizier, P. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.
152
GLAAD Media Refrence Guide. (2013). AP & New York Times Style. Diambil pada 22 September 2014 dari http://www.glaad.org/reference/style Gorda, M. (2014). Warga Amerika ramai-ramai tolak RUU bebas homoseks dan lesbian. Diambil pada tanggal 03 Oktober 2014 dari http://www.spektanews.com/2014/02/warga-amerika-ramai-ramaitolak-ruu.html Hyde, J.S. & Delamater, J.D. (2008). Undrestanding Human Sexuality (10th edition). New York: McGraw-Hill. Joni, I.D.A.S. & Pascarani, N.N.D. (2013). Makna simbol komunikasi kalangan homoseksual (kajian pola komunikasi antar pribadi kalangan gay di kota Denpasar). Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Udayana. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2015 dari http://kom.fisip.unud.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/LaporanPenelitian-MAKNA-SIMBOL-KOMUNIKASI-KALANGANHOMOSEKSUAL.pdf Mtsumoto, D. (2004). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Moleong, L.J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif (edisi ke-11). Bandung: PT. Remaja Posdakarya. Mubarokah, K., Shaluhiyah, Z. & Widjanarko, B. (2011). Seks pranikah sebagai pemenuhan hak reproduksi mahasiswa di kota Semarang. Jurnal Kesehatan Reproduksi, Vol. 1, No. 3, 155-165. Diunduh pada 19 Januari 2016 dari http://www.google.com/url?q=http://ejournal.litbang.depkes.go.id/in dex.php/kespro/article/download/1391/698&sa=U&ved=0ahUKEwj TzYy64rfKAhWCSY4KHeazDhIQFggZMAE&sig2=bUPIZ2r_aL7 Yl7pKDjq5RQ&usg=AFQjCNEhjZ7mcPao9UmQwUcF4q2YxQluN w
153
Oetomo, D. (2001). Memberi Suara pada yang Bisu. Yogyakarta: Galang Press. Diunduh pada 22 September 2014 dari http://gndownload.blogspot.com/2014/03/memberi-suara-pada-yangbisu_6.html Oetomo, D., Suvianita, K., Halim, K.S.S., Liang, J., Soeparna, S. & Surahman, L. (2013). Hidup sebagai LGBT di Asia: laporan nasional Indonesia-tinjauan dan analisa partisipatif tentang lingkungan hukum dan sosial bagi orang dan masyarakat madani lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT). Bali: USAID & UNDP. Diunduh pada 22 September 2014 dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2 Fwww.un.or.id%2Fcounter%2Fdownload.php%3Ffile%3Dhidup_se bagai_lgbt_di_asia_laporan_nasional_indonesia.pdf&ei=3yEuVIXLJ IfjuQTT6ILYBg&usg=AFQjCNHUDcCkGXlYDDdy2d9Qr4oHSc m76w&sig2=_BTedsCMvN7SR5iGeG_rWA Ogden, J. (2000). Health Psychology (2nd edition). Buckingham: Open University Press. Pelangi, Y. (2012). Tanti Noor said: gay, diskriminasi dan komnas HAM diambil pada tanggal 03 Oktober 2014 dari http://www.suarakita.org/2012/09/tanti-noor-said-gay-diskriminasidan-komnas-ham/ Pelangi, Y. (2013). Tanti Noor said: Wacana pernikahan sepasang manussia, bukan jenis kelamin diambil pada tanggal 14 Januari 2015 dari http://www.suarakita.org/2013/04/wacana-pernikahan-sepasangmanusia-bukan-jenis-kelamin/ Pentagon setuju kaum gay & lesbi bekerja secara terbuka. (2010). Diambil pada tanggal 03 Oktober 2014 dari http://www.memobee.com/pentagon-setuju-kaum-gay-lesbibekerja-secara-terbuka-763-news.html Rahardjo, W. (2014). Kecenderungan mencari sensasi seksual dan perilaku seks beresiko: suatu studi meta-analisis. Jurnal Psikologi
154
Universitas Gunadarma. Diunduh pada 15 September 2014 dari http://repository.gunadarma.ac.id/492/ Rathus, S.A., Nevid, J.S. & Fichner, L. (2011). Human Sexuality in a World of Diversity. Boston: Pearson Education, Inc. Santrock, J.W. (2009). Life-Span Development. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc. Strong, B., Devault, C., Sayad, B.W. & Yarber, W.L. (2005). Human Sexuality: diversity in contemporary america (5th edition). New York: McGraw-Hill. Silalahi, G.A. (2003). Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo: Citra Media. UGM (2014). Raih doktor setelah teliti model perilaku seks beresiko pada pria. Diambil pada 14 Januari 2015 dari http://ugm.ac.id/id/berita/8046raih.doktor.usai.teliti.model.perilaku.s eks.berisiko.pada.pria Wedanthi, P.H. & Fridari, I.G.A.D. (2014). Dinamika kesetiaan pada kaum gay. Jurnal Psikologi Udayana, Vol. 1, No. 2, 363-371 Willig, C. (2001). Introducing Qualitative Reserach in Psychology: adventures in theory and method. New York: Open University Press. Winarsih. (2014). Perilaku seksual komunitas gay kaitannya dengan HIV/AIDS. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sosial Antropologi, Vol. 4, No. 1, 1-14. Diunduh pada 19 Januari 2016 dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/3924 Wulandari, V.S. (2013). Perilaku seksual penyuka sesama jenis perempuan atau lesbi di kota Palembang. Skripsi (tidak diterbitkan). Palembang: Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya. Diunduh pada 15 September 2014 dari http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/TA_07081 002039.pdf