PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT JENGKOL (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) DALAM RANSUM TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI Escherichia coli DAN Lactobacillus sp. PADA USUS HALUS AYAM BROILER S. Patimah*, Abun**, dan R. H. Supratman** *Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kandang Unggas Laboratorium Produksi Ternak Unggas serta Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non-Ruminansia dan Industri Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran dari tanggal 19 April sampai 24 Mei 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri Escherichia coli dan Lactobacillus sp. pada usus halus ayam broiler yang diberi perlakuan ransum dengan penambahan ekstrak kulit jengkol (EKJ). Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).Terdapat empat perlakuan persentase EKJ yaitu : (1) R0= ransum basal (tanpa penambahan EKJ), (2) R1= ransum basal + 0,01% EKJ, (3) R2= ransum basal + 0,02% EKJ, (4) R3= ransum basal + 0,03% EKJ. Setiap perlakuan diulang lima kali. Hasil penelitian diperoleh bahwa EKJ dalam ransum berpengaruh terhadap penurunan bakteri E. coli, namun tidak mempengaruhi terhadap jumlah bakteri Lactobacillus sp.. Penggunaan EKJ pada tingkat 0,02% merupakan dosis optimal dalam menghambat pertumbuhan E. coli. Kata kunci : Ransum, Ekstrak Kulit Jengkol, Escherichia coli, Lactobacillus sp., usus halus. ABSTRACT The research had been conducted in Poultry Farm Laboratory of Poultry, and Laboratory of Poultry, Non-Ruminant Nutrition and Feed Industry Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University from 19 April until 24 May 2012. The aim of this research to determine the number of bacteria Escherichia coli and Lactobacillus sp. the small intestine of broiler chickens fed rations treated with the addition of jengkol pericarp extract. The experimental design of this research was Completely Randomized Design (CRD). The treatments was four percentages of jengkol pericarp extract such as: (1) R0 = basal ration (without the addition of jengkol pericarp extract), (2) R1 = basal ration + 0.01% jengkol pericarp extract, (3) R2 = basal ration + 0, 02% jengkol pericarp extract, (4) R3 = basal ration + 0.03% jengkol pericarp extract. Each treatment repeated five times. This results showed that jengkol pericarp extract in the ration were affected on bacterial reduction of E. coli, but were not affected on the bacteria Lactobacillus sp.. The use of jengkol pericarp extract at a rate of 0.02% is the optimal dose in inhibiting the growth of E. coli. Keywords: Ration, jengkol pericarp extract, Escherichia coli, Lactobacillus sp, small intestine.
PENDAHULUAN Pemberian antibiotik pada ternak dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan
atau meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak sehingga meningkatkan
efisiensi produksi. Padahal, pemakaian antibiotik sintetis dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik dan juga dapat meninggalkan residu yang dapat memicu masalah kesehatan pada manusia yang mengonsumsinya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti antibiotik sintetis sebagai imbuhan pakan adalah dengan memanfaatkan senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain). Kulit dari buah jengkol termasuk limbah di pasar tradisional dan tidak memberikan nilai ekonomis. Padahal, menurut Rahayu dan Pukan (1998) kulit jengkol mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan steroid/triterpenoid yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Bila diberikan sesuai dengan kadar yang mampu ditoleransi oleh ternak, senyawa-senyawa ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan sehingga mampu mengoptimalkan proses penyerapan nutrient dan menjaga kesehatan ternak. Menurut Food and Agriculture Organization (2005), batas penggunaan saponin dalam ransum adalah 3,7 g/kg, sedangkan untuk tannin, kandungan di atas 0,5% dalam ransum dapat menghambat pertumbuhan dan energi yang tersedia dalam pakan, menurunkan ketersediaan protein dan tingkat kematian yang tinggi (4% lebih). Telah lama diketahui bahwa pada saluran pencernaan terdapat mikroorganisme normal yang berpotensi menjadi patogen seperti bakteri Escherichia coli. Mikroba tersebut dapat merugikan ternak melalui beberapa cara seperti menghasilkan toksin, memanfaatkan nutrient esensial untuk pertumbuhan unggas, dan menekan pertumbuhan mikroba yang membantu dalam proses pencernaan seperti Lactobacilus sp. Lactobacillus sp. cukup berperan dalam membantu proses pencernaan sehingga keberadaannya perlu diperhatikan. Hubungan antara mikrobial dan metabolik saluran pencernaan masih sedikit dipelajari. Secara tidak langsung, keseimbangan mikroflora saluran pencernaan dapat
menjaga kondisi optimal saluran pencernaan sehingga mengefisienkan dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrien. Dalam kesehatan hewan, rasio jumlah mikroorganisme pada kelompok bakteri tersebut adalah penting (Abun, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak kulit jengkol terhadap jumlah koloni bakteri E. coli dan Lactobacillus sp. pada usus halus pada ayam broiler serta mendapatkan dosis optimal ekstrak kulit jengkol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan mempertahankan jumlah koloni bakteri Lactobacillus sp. pada usus halus ayam broiler. Informasi yang diperoleh dapat menambah informasi ilmiah yang bermanfaat bagi peternak tentang penggunaan/pemanfaatan kulit jengkol sebagai antibakteri herbal pada ransum ayam broiler yang dapat memperbaiki pertumbuhan.
MATERI DAN METODE Penelitian menggunakan DOC ayam broiler strain cobb sebanyak 100 ekor (straight run) yang ditempatkan pada 20 petak kandang sistem litter beralaskan sekam. Setiap ternak percobaan ditimbang dan dihitung koefisien variasinya dengan besar KV 6,854%. Adapun pengambilan sampel dilakukan dari 20 ekor ayam yang masing-masing memiliki bobot badan mendekati bobot rata-rata kandang. Ransum disusun dengan kandungan protein sebesar 23% dan energi metabolis ransum sebesar 3200 kkal/kg (NRC, 1994). Ransum percobaan merupakan ransum basal yang diberi tambahan ekstrak kulit jengkol (EKJ) dengan berbagai dosis dan mulai diberikan sejak ayam umur sehari. Adapun susunan ransum percobaan yang digunakan yaitu R0 (ransum basal (0% EKJ)), R1 (ransum basal + 0,01% EKJ), R2 (ransum basal + 0,02% EKJ), R3 (ransum basal + 0,03% EKJ). Peubah yang diamati adalah jumlah koloni bakteri E. coli dan Lactobacillus sp. Pengambilan sampel untuk menghitung jumlah koloni bakteri saluran pencernaan
dilakukan dengan mengeluarkan lumen dari usus halus dengan menyedot isi usus halus menggunakan spluit sebanyak 1 ml. Selanjutnya sesegera mungkin dilakukan pengujian perhitungan koloni saluran pencernaan dengan metode hitungan cawan (Total Plate Count) menurut SNI (2008). Pengukuran bakteri E.coli menggunakan media Mac Conkey dengan ciri spesifik koloni berwarna merah muda berbentuk cembung. Pengukuran bakteri Lactobacillus sp. menggunakan media Man Rugosa Sharp
Agar (MRSA) dengan ciri spesifik koloni berwarna kekuningan. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan tingkat penambahan EKJ dengan 5 kali ulangan. Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), dan untuk melihat adanya pengaruh perbedaan di antara perlakuan dilakukan uji jarak Duncan (Gaspersz, 1995).
Tabel 1. Formulasi Ransum serta Kandungan Nutrien dan Energi Metabolis Ransum Basal Bahan Pakan Formula (%) Nutrient Ransum Basal Kandungan Dedak halus 0,90 Energi metabolis (kkal/kg) 3200,46 Jagung kuning 56,10 Protein kasar (%) 23,07 Tepung ikan 6,86 Lemak kasar (%) 7,76 Minyak kelapa 4,00 Serat kasar (%) 3,53 Bungkil kelapa 3,60 Kalsium (%) 0,85 Bungkil kedelai 26,80 Posfor (%) 0,53 Tepung tulang 1,20 Lysine (%) 1,29 Premix 0,50 Methionin (%) 0,48 DL Methionin 0,06
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan jumlah bakteri Escherichia coli dan Lactobacillus sp. usus halus yang telah diberi perlakuan
penambahan EKJ dalam ransum ayam, disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Jumlah Bakteri Escherichia coli dan Lactobacillus sp Usus Halus pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Peubah Yang Diamati R0 R1 R2 R3 Rataan Jumlah Escherichia coli (CFU/ml) 1,44b 1,13ab 0,61a 0,67a Rataan Jumlah Lactobacillus sp. (CFU/ml) 0,96a 1,27a 1,75a 0,83a Ket. : R0 = ransum basal (0% EKJ), R1 = ransum basal + 0,01% EKJ, R2 = ransum basal + 0,02% EKJ, R3 = ransum basal + 0,03% EKJ
Hasil uji jarak berganda Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah bakteri E. coli menunjukkan bahwa perlakuan R0 nyata lebih tinggi dibanding dengan perlakuan R2 (0,02% EKJ) dan R3 (0,03% EKJ). Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah bakteri Escherichia coli di antara ayam yang diberi ransum perlakuan R0 (0% EKJ) dengan ayam yang diberi ransum perlakuan penambahan EKJ sebanyak 0,02% (R2) dan 0,03% (R3). Perbedaan ini
disebabkan oleh adanya aktivitas senyawa aktif dalam ransum yang mengandung EKJ (R2 dan R3) terhadap bakteri E. coli. Menurut Rahayu dan Pukan (1998), dalam kulit jengkol terkandung senyawa kimia yaitu alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin, flavonoid dan tannin yang bersifat sebagai antibakteri. Davidson dan Branen (1993) menyatakan bahwa tanin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap E. coli. Lokasi utama aktivitas tannin pada
mikroorganisme yang sensitif diperkirakan adalah pada dinding sel, karena tannin mengakibatkan pleomorfisme pada mikroorganisme yang ukurannya bertambah besar tanpa membelah diri. Reaksi tannin tersebut dengan dinding sel mengakibatkan rusaknya permeabilitas dinding sel (Mc. Leod, 1974 dalam Farida 1998). Perbedaan jumlah bakteri E. coli dengan kontrol diperoleh pada perlakuan penambahan ekstrak kulit jengkol sebanyak 0,02% (R2). Antara R2 dengan R3 tidak memperlihatkan perbedaan terhadap jumlah bakteri E. coli. Hal ini memberi gambaran bahwa ekstrak kulit jengkol yang efektif untuk menghambat jumlah bakteri E. coli adalah sebanyak 0,02%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kulit jengkol sampai tingkat 0,03% dalam ransum terdapat pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap total bakteri Lactobacillus sp. usus. Hal ini berarti diantara perlakuan penambahan ekstrak kulit jengkol tidak menyebabkan perubahan jumlah bakteri Lactobacillus sp. secara nyata. Hal ini memberi arti bahwa senyawa aktif dalam ekstrak kulit jengkol tidak menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp. Menurut Todar (2000), berdasarkan spektrum kerjanya, terdapat dua golongan antibakteri yaitu antibakteri spektrum luas dan antibakteri spektrum sempit. Antibakteri spektrum sempit, bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja. Antibakteri spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik gram negatif maupun gram positif serta jamur. Pada penelitian ini, senyawa aktif dalam ekstrak kulit jengkol dapat menghambat bakteri E. coli, namun tidak mempengaruhi bakteri Lactobacillus sp.. Hal ini memberi kejelasan bahwa aktivitas senyawa aktif dalam ekstrak kulit jengkol spesifik terhadap satu jenis bakteri yaitu bakteri E. coli yang merupakan bakteri dari golongan Gram negatif dan tidak berpengaruh terhadap bakteri Lactobacillus sp.
KESIMPULAN
Penambahan ekstrak kulit jengkol dalam ransum berpengaruh terhadap penurunan bakteri E. coli, namun tidak mempengaruhi terhadap jumlah bakteri Lactobacillus sp.. Penggunaan ekstrak kulit jengkol pada tingkat 0,02% merupakan dosis optimal dalam menghambat pertumbuhan E. coli dan mempertahankan jumlah bakteri Lactobacillus sp.. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini melalui Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Abun. 2008. Hubungan Mikroflora dengan Metabolisme dalam Saluran Pencernaan Unggas dan Monogastrik. Makalah Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. Davidson, P. M., and A. L. Branen. 1993. Antimicrobials In Food. Marcel Dekker Inc, New York. Farida, Wartika Rosa dkk. 1998. Tanin dan Pengaruhnya pada Ternak. Jurnal Peternakan dan Lingkungan vol. 06 no. 3 Oktober 2000. Food and Agriculture Organization. 2005. Endogenous and Exogenous Feed Toxins.http://www.fao.org/docrep/a rticle/Agrippa/659_en_10.htm3Top OfPage2005. (Diakses 2 Januari 2012) Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisa dalam Percobaan, Jilid 1. Tarsito. Bandung.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Press, Washington. Rahayu, E. S. & K. K. Pukan. 1998. Kandungan Senyawa Alelokemi Kulit Buah Jengkol dan Pengaruhnya terhadap Beberapa Gulma Padi. Karya Ilmiah. FMIPA IKIP Semarang, Semarang. Standar Nasional Indonesia. 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikrobia dalam Daging, Telur dan Susu Serta Hasil Olahannya, SNI 2897:2008. www.bsn.go.id/files/170441/genaps nibuku/bab10.pdf. (Diakses tanggal 14 November 2011) Todar.
K. 2000. Antibiotic. http: //lecturer.ukdw/ichira/antibiotic.ht ml. (Diakses 07 Juli 2012).