PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
ABSTRACT Rapit growth of rubbish volume parallel with population growth of prosperous level and life style of society. That is duty together to composting of rubbish specially from household and there are much beneficial. Beneficial namely make clean, make healthy, make environmental conservation, make added income, etc. Key words : Management, rubbish, compost, organic, clean. .
PENDAHULUAN Bertambahnya besarnya jumlah penduduk yang terjadi di Indonesia mendorong tumbuhnya wilayahwilayah perkotaan baru untuk memperoleh pemukiman-pemukiman baru. Konsentrasi penduduk di wilayah perkotaan semakin bertambah besar dan padat serta terus berkembang dengan pesat dan bisa melampaui jumlah penduduk di wilayah pedesaan. Sejalan dengan itu pertumbuhan volume sampah di Indonesia sangat erat dengan pertumbuhan penduduk, tingkat kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat yang bisa menjadikan jumlah timbunan sampah meningkat pesat, terutama di wilayah perkotaan. Bila diasumsikan timbunan sampah rata-rata 800 g/kapita/hari, maka dengan memperhitungkan hasil proyeksi jumlah penduduk diduga akan terjadi peningkatan produksi sampah sebesar sebesar 12% dan 24% selama 10 tahun dan 20 tahun ke depan, atau meningkat sekitar 164.674 ton/hari pada tahun 2000 menjadi sekitar 198.544 ton/hari pada tahun 2015 dan 218.921 ton/hari pada tahun 2025 (Sony L Tri Bangun, 2006 a : vii). Sampah domestik atau sampah rumah tangga merupakan salah satu jenis sampah yang turut memperberat masalah persampahan yang dihadapi oleh pemerintah suatu kota. Saat ini hampir setiap kota mengalami kesulitan dalam mendapatkan lahan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
tempat pembuangan akhir sampah dan mendapat tentangan yang keras dari masyarakat. Menyadari bahwa masalah sampah rumah tangga tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah, masyarakat sudah saatnya berperan aktif dalam menanganinya. Pengelolaan sampah rumah tangga sebaiknya dimulai dari sumbernya yaitu di rumah tangga. Setiap rumah tangga hendaknya mengelola sampahnya, baik secara individu maupun kelompok dalam lingkungan tempat tinggal masing-masing. Kita harus mulai membiasakan diri mengurangi pembelian barang-barang yang akan menjadi sampah (reduce), menggunakan kembali benda yang masih dapat dimanfaatkan (reuse) dan mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis (recycle). Mengelola sampah organik rumah tangga dengan cara pengomposan berarti melaksanakan kaidah daur ulang dalam upaya ikut menyelamatkan lingkungan. Tekniknya tidak rumit, hanya memerlukan sedikit usaha dan waktu. Selebihnya serahkan saja kepada alam, karena bahan organik secara alamiah akan terurai menjadi kompos (Djamaludin Murniati Sri dan Wahyono Sri, 2006 b : iv). Bila sampah tersebut tidak ditangani maka tumpukan sampah akan menjadi menggunung terutama di perkotaan, tidak sedap dipandang mata, aroma busuk mengganggu, merusak kesehatan dan
1
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
merusak kelestarian lingkungan. Selama ini kita terlalu menyerahkan masalah sampah kepada pemerintah, padahal masalah sampah adalah masalah kita semua. Kita semua adalah produsen sampah, maka marilah kita selesaikan masalah kita sendiri dengan cara yang sederhana, mudah dan menyenangkan yaitu dengan cara pengomposan. Dengan melakukan pengomposan maka sampah yang bau dan kotor menjadi butiran kompos yang halus dan berbau tanah. Barangkali karena sosialisasi yang kurang atau karena kita terlambat dalam menangani sampah sehingga kesadaran dalam masalah sampah masih kurang. Sebagai contoh nyata yaitu masih membuang sampah sembarangan ke jalan, ke selokan dan ke sungai serta belum melakukan pengelolaan sampah secara maksimal atau belum banyak / tidak melakukan ataupun pengomposan belum / belum banyak dilakukan. Hal-hal tersebut merupakan suatu permasalahan yang perlu dilakukan penanganan dan penelitian. Pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan anggota keluarga lainnya, pemberdayaan kelompok, yang mempunyai kelonggaran waktu maka dapat melakukan pengomposan sampah dengan baik, kalau bisa sampah dipilah-pilah dalam kelompok sampah basah/ organik yang dapat diproses dalam pengomposan dan kelompok sampah kering yang umumnya tidak bisa diproses dalam pengomposan, yang pada gilirannya dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kelestarian lingkungan bahkan dapat menambah penghasilan keluarga. Pada bulan April 2012, ada 3 (tiga) orang warga RT 04 / RW 01 Cipadu, Larangan, Tangerang, yang mengikuti kursus pengomposan sampah gratis / cumacuma di Karinda (Karang Indah), Lebak Bulus, Jakarta. Diantaranya kemudian mengaplikasikan teori dan praktek yang diperoleh dengan melakukan pengomposan sampah rumah tangga / kebun dan kami lakukan penelitian terhadapnya. PERUMUSAN MASALAH Dengan keberadaan sampah rumah tangga di wilayah RT 04 / RW 01 Cipadu, Larangan, Tangerang, maka yang menjadi permasalahan adalah : Apakah
2
warga sudah semua melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan ? TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui minat warga RT 04 / RW 01 Cipadu, Larangan, Tangerang, dalam pengelolaan sampah dengan cara pengomposan. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang terjadi pada warga RT 04 / RW 01 Cipadu, Larangan, Tangerang dalam pengelolaan sampah dengan cara pengomposan. 3. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dalam pengeloaan sampah dengan cara pengomposan. MANFAAT PENELITIAN Sebagai masukan dalam mendukung suksesnya program Forum Kota Tangerang Sehat (FKTS). HIPOTESA Warga RT 04 / RW 01 Cipadu, Larangan, Tangerang, belum semua melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan deskriptif analitis dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini dengan melakukan penelitian di lokasi obyek penelitian (Nazir Moh, 1983 : 63). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang bersumber dari warga RT 04 / RW 01 Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, dari pustaka dan dari sumbersumber lain yang terkait serta yang relevan. Data / informasi yang dikumpulkan antara lain : a. Warga yang melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan diantara warga tetap. Jumlah warga tetap sebanyak 40 orang. b. Warga yang belum / tidak melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan, yang merupakan sisa warga yang tidak melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
Pengolahan dan analisis data dilakukan, yang kesemuanya dapat menjawab hipotesa yang disampaikan dan sekaligus dapat menjawab permasalahan yang ada serta dapat diperoleh tujuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Kompos (Djamaludin Murniati Sri dan Wahyono Sri, 2006 c : 2-4). Kompos merupakan material yang bentuknya seperti tanah gembur, baunya segar seperti tanah, berwarna coklat gelap yang sering digunakan oleh para petani bunga, tanaman hias dan sayuran, baik ditanam di lahan maupun di pot, yang dikenal dengan pertanian organik yang banyak dijumpai di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Namun disamping itu dapat dipergunakan untuk keperluan tanaman yang lain dalam skala yang lebih luas lagi. Pada dasarnya semua sampah organik rumah tangga dapat dikomposkan. Namun terdapat beberapa jenis sampah yang sebaiknya tidak ikut dikomposkan karena akan mempersulit proses pengomposan baik karena sifatnya yang tidak mudah lapuk, mengundang hewan pengganggu, ataupun sifatnya yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber sampah organik di rumah tangga adalah dapur dan kebun atau halaman. Sampah organik dari dapur terdiri atas sisa makanan (nasi dan lauk pauk), sisa buah-buahan dan sisa sayuran. Sedangkan sampah organik dari kebun terdiri atas guguran daun dan bunga serta potongan rumput. Sampah organik dari dapur berbeda karakternya dari sampah kebun. Sampah organik dari dapur umumnya kandungan airnya tinggi, berbau (sisa ikan dan daging) dan mudah membusuk sehingga jika tidak segera ditangani akan menarik lalat dan semut untuk berkembang biak dan menarik binatang pengerat (tikus), kucing dan anjing liar. Sampah dari dapur memerlukan perhatian yang lebih banyak dibandingkan dengan sampah kebun. Sedangkan sampah organik dari kebun, kadar airnya relatif rendah, tidak dapat membusuk, tidak berbau menyengat dan bukan sumber makanan bagi lalat, tikus, kucing dan anjing sehingga penanganannya lebih mudah.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sampah dapur umumnya paling banyak diproduksi oleh rumah tangga. Kulit jeruk dan papaya, tangkai bayam dan kangkung, daun tua dari kubis dan sawi, kulit bawang, kulit ubi dan singkong, sisa makanan, serbuk kopi dan teh adalah merupakan makanan lezat bagi mikroba. Tidak masalah material tersebut basah dan berlendir. Daun-daun merupakan bahan yang penting untuk dikomposkan. Daun-daun tersebut disebut si coklat ketika kering karena kaya akan karbon, dan si hijau ketika masih segar karena kaya nitrogen. Ketika telah dicacah, daun-daun lebih cepat terurai. Daun-daunan dapat berasal dari pohon mangga, rambutan, jambu, duku, durian, dan sebagainya. Sebaiknya jangan mengomposkan lemak, tulang dan daging karena berbau busuk sehingga akan menarik hewan terutama tikus, kucing dan anjing untuk mengaisnya. Bahan-bahan tersebut juga menimbulkan tumbuhnya belatung (larva lalat) yang menjijikkan. Mengenai sampah jenis ini, sebagian praktisi tetap memasukkan dalam tempat pengomposan asal jumlahnya tidak banyak. Namun dijaga agar berada di bagian dalam sehingga tidak diganggu serangga atau binatang. Jangan mengomposkan kotoran anjing, kucing atau manusia karena kemungkinan mengandung bakteri patogen. Jangan mengomposkan abu atau arang barbeque, sulfur dioksida dan senyawa kimia lain akan mengganggu pertumbuhan tanaman dan cacing di tanah. Bahan yang sebaiknya dikomposkan yaitu potongan rumput, daun-daunan, sisa tanaman, sisa makanan, kotoran ternak, jerami, bubuk kopi dan bubuk teh. Bahan yang sebaiknya tidak dikomposkan yaitu daging, ikan, lemak, susu, keju, produk makanan berbasis susu, tulang, kotoran manusia, kotoran anjing, kotoran kucing, abu, material yang terkontaminasi B3, ranting pohon, potongan kayu, plastik, kaleng, kaca dan tanaman yang berhama atau gulma. Proses pengomposan dan faktor yang mempengaruhinya (Djamaludin Murniati Sri dan Wahyono Sri, 2006 d : 5-9). Dalam proses pengomposan, sampah organik secara alami akan diuraikan oleh berbagai jasad renik, seperti bakteri, jamur, aktinomicetes, dan
3
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
sebagainya. Mereka itulah mesin pengomposannya. Proses peruraian ini memerlukan kondisi yang optimal seperti ketersediaan nutrisi yang memadai, udara yang cukup, kelembaban yang tepat, dan sebagainya. Makin sesuai kondisi lingkungannya, makin cepat prosesnya dan makin tinggi pula mutu komposnya. Di wadah pengomposan atau komposter, mulamula sejumlah mikroba aerobik yaitu mikroba yang tidak bisa hidup bila tidak ada udara, akan menguraikan senyawa kimia rantai panjang yang dikandung sampah seperti selulosa, karbohidrat, lemak, protein, dan sebagainya, menjadi senyawa yang lebih sederhana, gas karbondioksida dan air. Senyawa-senyawa sederhana tersebut merupakan makanan yang lezat bagi mikroba. Dengan ketersediaan makanan yang melimpah dan mengandung nitrogen yang cukup, mikroba tumbuh dan berkembang biak secara cepat sehingga jumlahnya berlipat ganda, bermilyar-milyar. Sejalan dengan itu, mikroba yang jumlahnya bermilyar-milyar akan mencerna makanan dan menghasilkan panas yang cukup tinggi melalui proses metabolisme yang rumit. Suhunya dapat mencapai 70 derajat Celcius. Pencapaian suhu yang tinggi dalam proses pengomposan sangat penting untuk menjamin produk kompos yang dihasilkannya agar bebas dari bibit gulma (yang terbawa dari potongan rumput) dan bakteri patogen (seperti E.Coli dan Salmonella). Pada saat itu, koalisi mikroba yang hidup di dalamnya didominasi oleh kelompok mikroba termofil yaitu mikroba yang hidup pada suhu tinggi. Untuk menjaga kelangsungan hidup mikroba yang berperan dalam proses pengomposan, dalam waktuwaktu tertentu, sampah dibolak-balik agar udara dapat masuk ke dalamnya. Udara tersebut diperlukan untuk bernapas bagi mikroba. Sampah juga harus disiram jika kelembabannya kurang, agar mikroba cukup minum. Penyiraman tidak boleh berlebihan karena akan menutup pori-pori sampah sehingga udara tidak bisa masuk. Pada fase selanjutnya, senyawa-senyawa kimia sampah tahap demi tahap diuraikan menjadi berbagai macam senyawa yang lebih sederhana lagi, sampai akhirnya senyawa kimia yang menjadi makanan mikroba berangsur-angsur menjadi terbatas.
4
Sejalan dengan menipisnya ketersediaan makanan, pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba menurun. Oleh karena itu, pada fase tersebut suhu akan turun perlahan-lahan menjadi sekitar 40 derajat Celcius. Pada fase ini, koalisi mikroba yang hidup di dalamnya dominasinya digantikan oleh kelompok mikroba mesofil, yaitu mikroba yang hidup pada suhu di bawah 45 derajat Celcius. Pada minggu kelima dan keenam suhu menurun menuju suhu udara yaitu 30-32 derajat Celcius. Pada saat itulah hasil peruraian sampah akhirnya menjadi materi yang relatif stabil yang disebut sebagai kompos. Untuk mendapatkan material kompos yang halus dapat dilakukan pengayakan sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki. Kompos yang kasar bisa dicampurkan kembali untuk dikomposkan sebagai aktivator karena mengandung mikroba yang diperlukan untuk pengomposan. Jadi kalau diperhatikan dari uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan pengomposan adalah proses peruraian sampah organik oleh mikroba menjadi materi yang stabil seperti humus dalam keadaan aerob dalam kondisi yang terkendali. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain adalah rasio atau perbandingan C/N, kelembaban, aerasi, temperature, keasaman, ukuran partikel sampah, ukuran komposter, activator, dan sebagainya. Perbandingan C dengan N : Apapun jenisnya, sampah organik rumah tangga yang akan dikomposkan sebaiknya memiliki perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) sekitar 30 (atau antara 20-40). Jika rasionya tinggi, proses pengomposan akan sangat lambat. Akan tetapi jika rasio terlalu kecil, akan timbul gas amoniak yang menyengat atau berlebihnya pelepasan gas yang mengandung N. Unsur C dipergunakan oleh mikroba terutama sebagai sumber energi, sedangkan unsur N terutama digunakan untuk perkembangbiakan mikroba. Setiap jenis sampah organik mengandung unsur C dan N dengan perbandingan tertentu. Sampah coklat (sampah yang kandungan karbonnya tinggi) memiliki perbandingan C/N 50-500 atau lebih. Pada sampah hijau (sampah yang kandungan nitrogennya tinggi)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
perbandingan C dan N umumnya di bawah 30. Tingginya kandungan unsur C dalam sampah coklat harus diimbangi dengan sampah hijau, sehingga mendapatkan perbandingan C dan N yang optimal. Dalam praktek pengomposan, oleh karena sering memperhitungkan volume, maka kita dapat mencampur sampah coklat dan sampah hijau dengan perbandingan volume 1 : 2 atau 1 : 3. Si Coklat dapat meliputi daun kering, rumput kering, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam padi, kertas, kulit jagung dan jerami. Sedangkan Si Hijau dapat meliputi sampah dapur, sayuran, buah-buahan, daun segar, potongan rumput dan kotoran ternak. Kelembaban : Air sangat diperlukan bagi kehidupan mikroba yang bekerja dalam proses pengomposan. Akan tetapi jika terlalu banyak air maka ruang antar partikel sampah akan tersumbat sehingga udara tidak bisa masuk. Jika udara tidak bisa masuk maka mikroba aerob akan mati. Selanjutnya yang bekerja menguraikan sampah adalah mikroba anaerob yang dapat menyebabkan proses pembusukan dan menghasilkan bau busuk. Namun jika sampahnya terlalu kering maka akan menimbulkan dehidrasi bagi mikroba dan pengomposan berjalan sangat lambat. Kelembaban yang optimal adalah sekitar 50-60%. Nilai kelembaban tersebut dapat dirasakan dengan tangan yaitu terasa basah seperti busa spon yang habis diperas tetapi airnya tidak sampai menetes. Jika menyiram kompos sebaiknya digunakan air yang tidak mengandung klorin. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan cara dipercikkan. Untuk menghindari air yang berlebihan, tempat pengomposan sebaiknya terlindung dari air hujan. Aerasi : Mikroba yang berperan dalam proses pengomposan adalah bersifat aerob sehingga memerlukan udara dalam kehidupannya. Mereka memerlukan udara segar (oksigen) untuk tumbuh dan berkembang biak. Jika udara tidak tersedia, mikroba anaerob akan mengambil alih proses penguraian sampah. Mereka menguraikan lebih lambat, menghasilkan gas metan yang beracun dan gas H2S yang berbau busuk. Pada lapisan sampah yang baru, masih terkandung cukup oksigen. Tetapi kalau mikroba sudah berkembang biak dan kompos sudah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mulai terbentuk, mikroba ini memerlukan banyak oksigen sehingga materi yang dikomposkan perlu sering diaduk atau dibalik untuk memasukkan udara segar. Untuk mempertahankan adanya oksigen, pada dinding bagian bawah atau samping wadah pengomposan diberi lubang. Suhu : Proses pengomposan sampah oleh mikroba menghasilkan energy dalam bentuk panas. Panas ini, sebagian akan tersimpan dalam tumpukan dan sebagian lagi terpakai oleh proses penguapan. Panas yang terperangkap di dalam tumpukan akan menaikkan suhu tumpukan. Biasanya suhu tumpukan berada di atas 55 derajad sampai 70 derajad Celcius pada dua minggu pertama. Selanjutnya temperatur secara perlahan menurun sejalan dengan menurunnya aktivitas mikroba dalam menguraikan material sampah sampai mendekati suhu ruang. Hangatnya suhu pada level tertentu akan meningkatkan proses metabolisme mikroba. Tingkat keasaman (pH) : Pada awal proses pengomposan, pH cenderung menurun karena pembentukan asam organic sederhana. Penambahan kapur untuk menaikkan pH tidak dianjurkan karena beberapa hari kemudian pH akan naik sampai agak basa, akibat adanya peruraian protein dan pelepasan ammonia. Keadaaan awal yang terlalu asam dapat mengakibatkan kegagalan tumpukan untuk menjadi panas. Upaya yang paling bijaksana untuk menghindari kondisi tersebut adalah memberikan perhatian penuh pada saat pencampuran bahan. Kondisi optimum pH adalah 7 atau mulai dari 5 sampai 8. Ukuran partikel : Ukuran partikel akan berpengaruh terhadap aerasi dan efektifitas luas permukaan partikel yang diuraikan mikroba. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas permukaan yang tersedia untuk diuraikan oleh mikroba sehingga proses pengomposan dapat lebih cepat. Akan tetapi partikel yang terlalu kecil dan memadat menyebabkan ruang antar partikel menjadi kecil dan sempit sehingga aliran udara menjadi terhambat. Jika hal itu terjadi, maka akan terjadi proses penguraian sampah secara anaerob. Misalnya potongan rumput atau hasil cacahan sampah yang terlalu halus dicampur merata dengan jenis sampah yang lain agar tidak mengempal.
5
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
Jika ukuran partikelnya amat besar, luas permukaan untuk operasi mikroba menjadi berkurang sehingga proses pengomposan berjalan lambat. Dalam pengomposan sampah rumah tangga, sampah sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil-kecil (1-2 x 2-3 cm). Ukuran wadah pengomposan / komposter : Menurut kepustakaan, ukurn tumpukan atau wadah pengomposan untuk pencampuran satu adonan yang ideal adalah 1 m x 1 m x 1 m. Dengan ukuran ini dapat dipertahankan suhu dan kelembaban kompos dan cukup member kesempatan udara segar masuk ke bagian tengah tumpukan pada saat pembalikan. Drum besi dengan volume 100 liter suhunya hanya dapat mencapai 55-70 derajat Celcius. Jika menggunakan wadah yang lebih kecil atau ukuran 25 liter sampai 50 liter, suhu hanya dapat mencapai sekitar 40 derajat Celcius. Proses pengomposan berjalan, namun memerlukan waktu lebih lama. Aktivator : Kita mengetahui bahwa mesin pengomposan adalah mikroba. Sebenarnya berbagai jenis mikroba secara alamiah telah ada di dalam semua jenis sampah organik yang dikomposkan. Semakin beragam material sampah yang dikomposkan, semakin beragam pula mikroba yang tersedia. Sebagian orang berpendapat bahwa penggunaan aktivator yang diproduksi secara komersial dapat mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos. Namun pengujian independen para pakar kompos dunia mengindikasikan bahwa penggunaan aktivator komersial ternyata tidak mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos secara nyata. Keputusan menggunakan aktivator komersial hendaknya diperhitungkan secara bijaksana karena akan menungkan biaya pengomposan. Kita dapat menggunakan aktivator alamiah yang sangat murah dan bagus seperti kompos, tanah lapisan atas kehitaman (top soil) dan kotoran ternak pemakan rumput. Bahkan dapat menggunakan ragi tape atau ragi tempe. Pengomposan sampah kebun. (Djamaludin Murniati Sri dan Wahyono Sri, 2006 e : 29-33). Pengomposan sampah kebun dapat dilakukan dalam satu kali proses atau secara bertahap
6
tergantung dari jumlah sampahnya. Jika sampah yang dihasilkan setiap harinya banyak maka pengomposan dapat dilakukan dalam satu kali proses sekaligus. Yang dimaksud dengan satu kali proses adalah wadah kompos langsung diisi penuh dengan bahan baku kompos dan tidak diisi-isi lagi sampai proses pengomposan selesai. Sedangkan yang dimaksud dengan proses pengomposan secara bertahap adalah pengisiannya tidak langsung penuh tetapi diisi setiap hari sesuai dengan sampah yang dihasilkan kebun. Pengomposan satu kali proses (sekaligus). Tahap-tahapnya sebagai berikut : Tahap 1 : Kumpulkan sampah potongan rumput / bunga. Pisahkan sampah daun-daunan dari rantingnya, karena ranting sulit terurai menjadi kompos. Tahap 2 : Sampah kebun bila ukurannya besar sebaiknya dicacah atau dipotong-potong dengan golok hingga berukuran 1-5 cm. Tahap 3 : Jika memungkinkan, tambahkan 1 bagian kompos matang, kotoran ternak (ayam, sapi atau kambing) atau lapisan tanah atas (top soil) kepada 3 bagian sampah kebun dan campurlah. (Material ini merupakan aktivator alami yang mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos). Jika tidak ada material tersebut, tidak perlu cemas, proses pengomposan akan tetap berjalan baik. Tahap 4 : Perhatikan kelembaban campuran sampah, jika kering siramlah. Dengan menggunakan gembor atau sprayer, sampah yang dikomposkan disiram dengan air sampai kelebaban yang diinginkan. Jika kelembabannya baik baik, maka ketika digengggam material tumpukan rasanya seperti spon basah (yang telah diperas). Tahap 5 : Masukkan sampah tesebut ke dalam wadah pengomposan. (Wadah pengomposan dapat berupa komposter drum, kotak, ram kawat atau drum berputar). Tahap 6 : Tumpukan sampah dalam komposter memerlukan asupan udara yang cukup. Jika tidak, tumpukan kompos akan terurai secara anaerobik sehingga muncul bau, penguraian yang lambat dan temperaturnya rendah. Oleh karena itu, tumpukan harus diaduk atau dibalik.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
Tahap 7 : Untuk mengetahui apakah proses pengomposan berjalan baik atau tidak, dapat diperiksa dari suhu kompos pada hari kedua. Jika tidak memiliki thermometer, dapat diperiksa dengan memasukkan sebatang kayu panjang 30 cm ke dalam tumpukan kompos, setelah 5 menit diangkat dan dipegang. Jika pnas (bukan hangat) maka proses berjalan baik. Apabila jika tumpukan diaduk, keluar kepulan uap air. Suhu tersebut bisa diatas 55 derajad Celcius. Setelah proses pengomposan berjalan selama 4 minggu, suhu menurun mendekati suhu ruangan. Sampah sudah berubah menjadi kehitaman, ukuran menjadi lebih kecil, sebagian besar menjadi butiran seperti tanah. Pembalikan tetap dilakukan pada proses pematangan. Tahap 8 : Kompos dipanen jika sudah matang yaitu ketika berumur 6 smpai 7 minggu. Tahap 9 : Kompos yang sudah matang diayak untuk memisahkan dari bahan-bahan yang kasar misalnya ranting, potongan daun atau kulit buah yang terlalu lebar atau keras. Kompos kasar yang tertinggal di ayakan dapat dipergunakan sebagai biang karena mengandung mikroba pengurai sampah, dapat dicampurkan ke dalam tempat pengomposan yang baru. Tahap 10 : Kompos yang telah diayak dimasukkan ke dalam kantung-kantung plastic kedap air agar kelembaban terjaga dan disimpan dalam tempat yang tidak lembab sebelum digunakan. Tanda-tanda kompos matang : Baunya seperti tanah. Warna coklat kehitaman. Bentuknya sudah hancur. Tidak mempunyai bahan awalnya. Suhunya sekitar 30 derajat Celcius. Pengomposan secara bertahap sampah kebun. Tahap-tahapnya sebagai berikut : Tahap 1,2 dan 3 : Caranya sama dengan tahap pengomposan sekaligus. Tahap 4 : Jika memungkinkan, tambahkan 1 bagian kompos matang, kotoran ternak (ayam, sapi atau kambing) atau lapisan tanah atas (top soil) terhadap 3 bagian sampah kebun. Penambahannya dilakukan dengan cara melapisi bagian atasnya atau mencampurkannya. Tahap 5 : Pada hari selanjutnya, sampah kebun yang baru ditambahkan ke dalam wadah pengomposan, demikian pula pelapisannya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Penambahan sampah tersebut dilakukan dengan mencampurkannya dengan sampah di lapisan bawahnya. Tahap 6 : Jika tahap pengomposan pertama telah penuh, isilah wadah lainnya seperti tahap 1,2,3,4 dan 5 pada cara ini. Sejalan dengan waktu, jika dalam wadah pertama kompos sudah jadi, maka kompos dapat dipanen dan wadah tersebut dapat digunakan kembali. Tahap selanjutnya : sama dengan tahap ke5,6,7,8,9 dan 10 pada proses pengomposan satu proses sekaligus. Pengomposan sampah dapur (Djamaludin Murniati Sri dan Wahyono Sri, 2006 f : 35-37). Tahap awal yang sangat penting dalam pengelolaan sampah rumah tangga adalah memilah sampah yaitu memisahkan sampah organik dari sampah anorganik dan B3. Pengomposan sampah dapur sulit dilakukan sekaligus dalam satu kali proses karena jumlahnya yang sedikit. Oleh karena itu pengomposannya dilakukan secara bertahap setiap harinya. Tahap 1 : Pisahkan sampah organik dapur dari sampah plastik, kaleng dan kaca. Pisahkan pula sampah organik yang lunak dan segar dari sampah organik yang keras dan kering yang tidak dikehendaki kehadirannya atau tidak baik dikomposkan. Tahap 2 ; Sampah organik berupa sisa makanan, kulit buah dan sisa sayuran dari dapur bila ukurannya besar dicacah dengan golok/pisau/guntingbhingga berukuran 1-2 cm. Sisa sayur yang mengandung santan dibilas dahulu baru masuk ke tempat sampah. Tahap 3 : Campurkan satu bagian kompos matang dengan satu bagian sampah dapur secara merata. Jika masih terlalu lembab tambahkan lagi kompos atau serbuk gergaji secukupnya. Serbuk gergaji selain dapat mengurangi kelembaban juga dapat menambah unsur karbon. Tahap 4 : Masukkan campuran tersebut ke dalam wadah pengomposan (komposter). Lapisi bagian atas dengan serbuk gergaji atau kompos tadi. Wadah pengomposan dapat berupa komposter ember, drum, kotak plastik, kotak kayu, dan sebagainya. Jangan lupa menutup wadah pengomposan agar terhindar dari hewan pengganggu. Walaupun ditutup, usahakan agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.
7
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
Tahap 5 : Pada hari berikutnya lakukanlah hal yang sama dari tahap 1 sampai 4. Campuran sampah yang baru dimasukkan ke dalam wadah pengomposan dan diaduk-aduk dengan lapisan yang telah ada sebelumnya. Tahap 6 :Jika wadah pengomposan telah penuh, pindahkan 2/3 isinya ke wadah lain untuk pematangan, aduk setiap 3 hari, sampai semua sampah menjadi kompos dan tidak hangat lagi, biasanya sampai 3 minggu. Sisa kompos yang masih dalam proses di dalam wadah pengomposan menjadi “biang” untuk pengomposan baru. Tahap selanjutnya : Kompos dipanen jika sudah matang yaitu ketika berumur 6 sampai 7 minggu. Kompos yang sudah matang diayak. Kompos yang telah diayak dikemas dan disimpan dalam tempat yang tidak lembab sebelum digunakan. Pengomposan sampah dapur memerlukan perhatian ekstra karena mudah membusuk dan menjadi incaran hewan pengganggu. Pengomposan kombinasi sampah dapur dan kebun (Djamaludin Murniati Sri dan Wahyono Sri, 2006 g : 38) : Tahap 1 : Pisahkan sampah organik dari sampah anorganik, baik yang berasal dari dapur maupun dari kebun. Tahap 2 : Sampah organik dapur dan kebun yang berukuran besar dicacah dengan golok atau pisau. Tahap 3 : campurkan 1 bagian sampah dapur dengan 2-3 bagian sampah kebun dan 1 bagian kompos jadi, kotoran ternak (ayam, sapi atau kambing) atau lapisan tanah atas (top soil). Tahap 4 : Masukkan campuran tersebut ke dalam wadah pengomposan. Lapisi bagian atasnya dengan sampa kebun, serbuk gergaji, kompos atau material kering lainnya. Tahap selanjutnya : Sama dengan tahap 5 dan seterusnya seperti yang dilakukan pada pengomposan sampah dapur.
Mendukung pengendalian gulma dan pencegahan erosi; (3). Meningkatkan daya pegang air dan memperbaiki porositas tanah; (4). Meningkatkan kapasitas buffer tanah; (5). Menambah unsur hara makro pada tanah; (6). Meningkatkan kapasitas pertukaran ion di tanah; (7). Meningkatkan keanekaragaman mikroba tanah; (8). Menekan pertumbuhan penyakit tanah; (9). Menghemat penggunaan pupuk kimia; (10). Meningkatkan pertumbuhan plankton di tambak; (11). Media untuk filter biologis gas buang; (12). Mengurangi ongkos transportasi sampah; (13). Memperpanjang umur dan memperkecil masalah tempat pembuangan akhir (TPA). Berbeda dengan penggunaan pupuk kimia yang sangat tergantung dengan musim, jenis dan jumlah yang dibutuhkan, pupuk kompos dapat ditambahkan setiap waktu. Penggunaan kompos dapat untuk tempat pembibitan/pesemaian, untuk tempat penyapihan dan untuk tanaman di halaman. Jumlah warga yang melakukan pengomposan sampah sebanyak 2 orang dan sisanya 38 orang tidak melakukan pengomposan sampah. 1. Hasil kompos dari “sampah rumah tangga”, yang dilakukan salah seorang warga. Tabel 1 : Perhitungan biaya dan pendapatan bersih pembuatan kompos dari “sampah rumah tangga”. No
Uraian
. 1.
Kranjang/komposter
Harga/unit
Jumlah
Umur
Rp
unit
Ekonomis
70.000,-
1
4 th
Juml.Biaya Rp 2.916,66
Takakura 2.
Kompos starter, 3 Kg.
12.000,-
1
-
12.000
3.
Sekam padi dibungkus nilon
1.000,-
1
-
1.000
4.
Entong pengaduk bertangkai
1.000,-
1
-
1.000
5.
Kerdos
500,-
1
-
500
6.
Tenaga kerja sendiri, dinilai
-
-
-
20.000
7.
Jumlah biaya : 1-6
8.
Hasil kompos per 2 bulan
9.
Pendapatan bersih: 8-7, per 2
2.000,-
-
-
40.416,66
30 Kg
-
60.000
-
-
19.083,34
bl.
Manfaat kompos (Djamaludin Murniati Sri dan Wahyono Sri, 2006 h : 4, 39). Manfaat kompos antara lain yaitu (1). Mengembalikan nutrisi ke tanah seperti material organik, fosfor, potassium, nitrogen dan mineral; (2).
8
Sumber : Data Primer Kapasitas atau volume kranjang / komposter Takakura relative kecil, sehingga yang dihasilkan agak sedikit. Untuk memperoleh hasil yang banyak, maka
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
jumlah kranjang / komposter tersebut harus diperbanyak, dengan catatan sampah rumah tangga yang dikumpulkan harus dapat diperoleh banyak (sampah rumah tangga dari para tetangga atau sisasisa sayur dari pasar dikumpulkan). Agar dapat diperoleh harga jual yang lebih tinggi dan lebih cepat dibeli oleh konsumen, maka kualitas kompos harus ditingkatkan / lebih baik lagi. Hasilnya menguntungkan atau diperoleh tambahan pendapatan/penghasilan. 2.
Hasil kompos dari “sampah kebun”, yang dilakukan salah seorang warga. Tabel 2 : Perhitungan biaya dan pendapatan bersih pembuatan kompos dari “sampah kebun”.
No
Uraian
. 1.
Kranjang kotak bambu dg kaki
Harga/unit
Jumlah
Umur
Rp
unit
Ekonomis
Juml.Biaya
250.000,-
1
4 th
10.416,66
Rp
kayu kaso, vol.80x80x100 cm 2.
Garu besi
50.000,-
1
4 th
2.083,33
3.
Golok utk merajang/mencacah
30.000,-
1
4 th
1.250
4.
Gembor
50.000,-
1
4 th
2.083,33
5.
Aktivator EM4, Rp.20.000,-/liter
4.000,-
20 cc
-
4.000
6.
Gula merah, makanan mikroba
12.000,-
0,5 Kg
-
6.000
7.
Ayakan lubang 0,5 cm
50.000,-
1
2 th
4.166,66
8.
Kain terpal/goni
10.000,-
2
2 th
9.
Tenaga kerja, diperhitungkan
-
-
250.000
-
-
281.666,64
-
480.000
-
193.333,36
10 Jumlah biaya : 1-9 11 Hasil kompos per 2 bulan 12 Pendapatan bersih:11-10,per 2 bl
2.000 -
240 Kg -
Kapasitas atau volume kranjang / komposter kotak bamboo relative besar (sekitar 6 kali Takakura), sehingga yang dihasilkan cukup besar. Untuk memperoleh hasil yang lebih banyak lagi, maka jumlah kranjang / komposter tersebut harus diperbanyak, dengan catatan sampah kebun yang dikumpulkan harus dapat diperoleh banyak (intensif mencari sampah kebun). Agar dapat diperoleh harga jual yang lebih tinggi dan lebih cepat dibeli oleh konsumen, maka kualitas kompos harus ditingkatkan / lebih baik lagi. Hasilnya menguntungkan atau diperoleh tambahan pendapatan/penghasilan. Para warga yang tidak melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan karena tidak mempunyai waktu, sibuk dan cukup merepotkan. Mereka hanya mengumpulkan sampah rumah tangga dan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4.
Jadi warga RT 04 / RW 01 Cipadu, Larangan, Tangerang, belum semua melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan, yang melakukan hanya 2 orang. Hal ini sudah menjawab permasalahan dan hipotesa yang dikemukakan diatas. Kemudian untuk menjawab tujuan penelitian diperoleh informasi bahwa minat warga untuk pengelolaan sampah dengan cara pengomposan baru 2 orang, yang lainnya tidak mempunyai waktu, sibuk dan cukup merepotkan, dimana hal ini merupakan kendala / hambatan yang ditemui. Sedangkan hasil kompos bila diusahakan akan diperoleh keuntungan / ada tambahan penghasilan (lihat perhitungan di atas).
1.666,66
Sumber : Data primer.
3.
dibuang melalui petugas / tukang sampah yang datang menjemput ke rumah secara rutin ratarata setiap 2 hari sekali dengan membayar setiap bulannya. Kebersihan, kesehatan dan lingkungan dapat terjaga, apabila petugas / tukang sampah tersebut datangnya mengambil sampah rutin 2 hari sekali dan tertib.
KESIMPULAN 1. Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara pengomposan merupakan pelaksanaan kaidah daur ulang dalam upaya ikut menyelamatkan lingkungan. 2. Warga yang melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan baru 2 (dua) orang diantara jumlah warga yang ada dan hasilnya menguntungkan / diperoleh pendapatan. 3. Pemberdayaan masyarakat (kepala keluarga, perempuan dan lainnya) secara individu / kelompok untuk bisa melakukan pengelolaan sampah dengan cara pengomposan perlu / harus dilakukan. Untuk itu agar dilakukan sosialisasi secara intensif. 4. Manfaat kompos sangat banyak, antara lain untuk kebersihan, kesehatan, kelestarian lingkungan dan tambahan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA Djamaludin Murniati Sri, Wahyono Sri, 2008, Pengomposan Sampah, Skala Rumah Tangga, Edisi Kedua, November 2008, Penerbit Asdep
9
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir
Urusan Limbah Domestik dan Usaha Skala Kecil, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Handoko Hani T, 1984, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta.
10
Nazir, Moh, 1983, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Sutanto Rachman, 2002, Pertanian Organik, Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan, Cetakan ke 5, Tahun ke 6, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
ABSTRACT The purpose of this study is to find out the effect of self-efficacy, professionalism of lecturer, and training satisfaction to training result. This type of research is descriptif with a survey approach and techniques of data analysis using path analysis. The samples in this study are 50 teachers of Madrasah Ibtidaiyah from DKI Jakarta, Banten, and West Kalimantan Province with proportional random sampling technique. Research data for the variables themselves; self-efficacy, professionalismof lecturer, and training satisfaction are taken by using a questionnaire with Likert scale model. While data of training result taken from tests carried out by each lecturer. The results showed that the training result is effected by self-efficacy with coeficient path 0,34 or effects of 11,5%, the coefficient path of professionalism of lecturer 0,31 or effects of 9,6%, the coefficient path of training satisfaction 0,23 or effects of 5,2%. It also found that training result is effected indirectly by self-efficacy and professionalism of lecturer, both through training satisfaction. Based on the findings above, the greatest total influence on the training results is self- efficacy of 0,184 or 18,4% than professionalism of lecturer 0,172 or 17,2%, it could be concluded that variation on the training result might have been effected by the variations of self-efficacy, professionalism of lecturer and training satisfaction. Kata kunci : Daya Diri, Profesionalisme Widyaiswara, Kepuasan, Hasil Diklat. PENDAHULUAN Hasil dari sebuah kegiatan diklat adalah tercapainya sejumlah pengetahuan yang harus dimiliki oleh peserta diklat dan keterampilan teknis yang terkait dengan jenis pekerjaan yang menjadi tanggug jawabnya. Diklat bagi guru yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan Jakarta yang mencakup tiga wilayah yaitu DKI Jakarta, Banten dan Kalimantan Barat, mengarah pada upaya mewujudkan terciptanya guru yang professional sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang, sekaligus sebagai respon atas fenomena bahwa : (a) Kualifikasi dan kompetensi guru yang kurang layak, sehingga menghambat peningkatan mutu pendidikan; (b) Kualifikasi akademik guru masih banyak yang di bawah standar minimal yang diisyaratkan; dan (c) Kompetensi guru terhadap mata pelajaran
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
yang diajarkan kurang memadai (Setjen Depdiknas, 2004 : 5). Sejalan dengan itu, fokus diklat bagi guru adalah membekali pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan pembuatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Ketiga aspek kegiatan guru di atas, merupakan kinerja pokok sebagai seorang pendidik yang ditekankan dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yakni standar isi, standar proses dan standar penilaian sehingga menghasilkan mutu lulusan yang sesuai standar pula. Sesuai dengan pesan dalam standar nasional pendidikan di atas, kegiatan diklat menekankan pada perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran
11
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
yang efektif karena pembelajaran yang tidak menarik, konvensional dan cenderung monolog, membuat siswa didik berperan menjadi obyek yang hanya diberi dan menerima pengetahuan dari gurunya padahal konsep itu telah lama ditinggalkan dan beralih pada konsep baru yang memposisikan siswa didik menjadi subyek belajar yang harus aktif mengeksplorasi berbagai ilmu pengetahuan dibantu oleh guru sebagai fasilitator. Keterampilan guru yang ditampilkan dalam perilaku kegiatan belajar mengajar di atas, merupakan salah satu bentuk hasil diklat yang diperoleh melalui proses yang terus menerus dan berkesinambungan, artinya, bahwa keterampilan dimaksud akan dapat diperoleh dengan optimal jika keterampilan itu selalu dilatih secara serius dan berulang-ulang melalui upaya pengelolaan dan pengkondisian berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut diungkapkan Wood bahwa perilaku kerja individu (job performance) merupakan fungsi dari interaksi atribut individu (individual atribut), yaitu usaha kerja (work effort) yang muncul dari dalam individu tersebut dan dukungan organisasi (organizational support) (Wood, Wallace, Zeffane, 2001 : 91). Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis ingin melihat hasil diklat yang didapatkan peserta dilihat dari sisi daya diri peserta, profesionalisme widyaiswara, dan kepuasan selama mengikuti diklat.Dalam penelitian ini, dilihat aspek internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil diklat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diuraikan rumusan penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh daya diri peserta diklat terhadap hasil diklat? 2. Apakah terdapat pengaruh daya diri peserta diklat terhadap kepuasan mengikuti diklat? 3. Apakah terdapat pengaruh profesionalisme widyaiswara terhadap hasil diklat peserta? 4. Apakah terdapat pengaruh profesionalisme widyaiswara terhadap kepuasan peserta mengikuti diklat? 5. Apakah terdapat pengaruh kepuasan mengikuti diklat terhadap hasil diklat peserta? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai pengaruh sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh daya diri peserta diklat terhadap hasil diklat.
12
2. 3. 4.
5.
Untuk mengetahui pengaruh daya diri peserta diklat terhadap kepuasan mengikuti diklat. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme widyaiswara terhadap hasil diklat peserta. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme widyaiswara terhadap kepuasan peserta mengikuti diklat. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan mengikuti diklat terhadap hasil diklat peserta.
KERANGKA TEORITIS 1. Hasil Diklat Pendidikan dan pelatihan merupakan kebutuhan setiap pegawai di lembaga manapun dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kemampuan kerja. Menurut Bernandian & Russel dalam Gomes bahwa pelatihan merupakan usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan yang terkait dengan pekerjaannya. (Faustino C. Gomes, 2000: 197) Sesuai dengan visi Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, yakni: Tersedianya data dan informasi keagamaan yang memadai dalam rangka terwujudnya kebijakan pembangunan agama berbasis hasil riset dan tersedianya sumber daya manusia Kementerian Agama yang berkualitas, yang dilanjutkan dengan misi yang sangat mulia berwawasan masa depan, yaitu: a. Meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengembangan kehidupan keagamaan; b. Meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengembangan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan; c. Meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengembangan lektur dan khazanah keagamaan; d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil-hasil pentashihan mushaf Al-Qur’an, kajian AlQur ’an, dan sosialisasi Al-Qur ’an serta mengoptimalkan fungsi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal; e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Kementerian Agama; f. Penguatan tata kelola Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama; Maka peran lembaga pendidikan dan latihan menjadi sangat urgen guna mendukung ketercapaian visi dan misi di atas. Berdasarkan Peraturan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
Pemerintah Nomor 101 tahun 2000, bahwa tujuan dilaksanakannya diklat adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pegawai untuk dapat melakukan tugas secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegwai Negeri Sipil sesuai kebutuhan instansi, berorientasi pada pelayanan, pengayoan, dan pemberdayaan masyarakat, dan menciptakan kesamaan dan dinamika pola pikir. Hasil diklat merupakan sesuatu yang diperoleh peserta selama mengikuti program diklat baik berupa pemahaman secara kognisi, aspek afeksi maupun keterampilan motorik lainnya. Seperti dikatakan Asmu’i, bahwa diklat bagi pegawai merupakan proses pembelajaran yang mengarah pada perubahan kemampuan, sikap, dan perilaku sesuai tujuan dari jenis-jenis diklat. Pembelajaran itu sendiri akan diadopsi dari pengalaman yang dialami pegawai selama mengikuti program diklat baik secara teoretis maupun secara praktis.(Asmu’i, 2011: 3) Keberhasilan sebuah diklat merupakan bentuk efektivitas program pelatihan yang dapat dilihat dari lima aspek berikut: 1. Reaksi, yaitu seberapa baik peserta menyenangi kegiatan pelatihan. 2. Belajar, yaitu seberapa jauh peserta mempelajari fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan pendekatanpendekatan yang terdapat di dalam pelatihan. 3. Behavior, yaitu seberapa jauh perilaku kerja peserta diklat berubah karena pelatihan yang diikutinya. 4. Hasil, yaitu peningkatan produktivitas atau penurunan biaya yang dicapai. (Faustino C. Gomes, 2000: 209) Sesuai dengan kutipan teori di atas, sesungguhnya banyak faktor yang mepengaruhi perilaku kerja sebagai hasil diklat, seperti digambarkan Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2008: 63-74) sebagai berikut: PERSONALITY 1. Big five personality dimention 2. Locus of control 3. Self eficacy
PERCEPTION 1. 2. 3. 4.
Object People Event Environment
ABILITY & SKILL 1. Mental ability 2. Emotional intelligence 3. Tacid knowledge
WORK BEHAVIOR 1. Productivity 2. Creativity 3. Performance
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ATTITUDE 1. Job satisfaction 2. Commitment
Berdasarkan gambar di atas, sesungguhnya perilaku kerja tidak terlepas dari dari dua sisi, yakni internal dan eksternal. Sisi internal adalah keinginan dan kemauan untuk berkembang mencapai terwujudnya profesionalitas diri dalam bekerja sesuai dengan tuntutan yang diperlukan. Pada bagian ini, motivasi dan komitmen internal setiap guru menjadi begian sangat penting yang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan dirinya sebagai sosok yang harus terus berubah. Sisi lain, adalah faktor eksternal yang mampu mendorong dan mengkondisikan guru untuk turut berubah ke arah lebih baik. Pada bagian ini peran kebijakan dan aturan yang memaksa seorang guru untuk berubah sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang berlaku. Termasuk didalamnya adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor yang harus mengelola dan mengendalikan setiap sumber daya untuk bersinergi mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan yang direncanakan serta kondisi lingkungan. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil diklat adalah sesuatu yang didapatkan oleh peserta selama mengikuti diklat sehingga terjadi perubahan baik berupa pengetahuan, sikap, maupun kemampuan menjalankan pekerjaan ketika kembali bertugas pada institusinya. 2.
Daya Diri Setiap manusia terlahir dengan membawa karakteristik sendiri.Bekal potensi, minat, dan bakat yang bervariasi merupakan suatu perwujudan dari keberadaan manusia yang saling bergantung satu dengan lainnya.Seseorang dapat beraktivitas dalam situasi tertentu dan mampu merefleksikan kepercayaan dirinya melalui seluruh kapasitas yang dimilikinya merupakan bentuk dari daya diri yang dimiliki. Hannagan (1998: 369) mengemukakan bahwa daya diri yang dimiliki seseorang yaitu seberapa baiknya seseorang dapat melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan berkaitan dengan situasi yang akan terjadi. Daya diri merupakan totalitas potensi yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini terbukti penting karena mempengaruhi ketekunan dan upaya seorang dalam mencapai kesuksesan dalam hidupnya.(Tom Redman and Adrian Wilkinson, 1999: 43) Seseorang yang memiliki daya diritinggi memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai tugas dan
13
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
sering kali mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada mereka yang kurang memiliki daya diri. Seseorang berdaya diritinggi akan bereaksi terhadap umpan balik negatif dengan cara meningkatkan upaya dan motivasinya. Sebaliknya, mereka yang berkemampuan diri rendah akan memperlihatkan penurunan motivasi pada kinerja selanjutnya. Menurut Lussier (1996: 81) bahwa daya dirimerupakan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu dalam situasi yang khusus.Daya dirimempengaruhiupaya seseorang, kegigihan dan minatnya dalam mengatasi berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapinya. Dengan demikian, daya diri mempengaruhi berbagai macam perilaku dan aktivitas serta mengarahkan seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam penyelesaian masalah dan menyikapi apa yang terjadi dihadapannya secara positif. Ekspektasi seseorang tentang pencapaian kesuksesannya sangat erat kaitan-nya dengan potensi daya diri yang dimilikinya dan merupakan faktor penting yang menentukan seseorang apakah ia akan berusaha untuk membuat perubahan dalam lingkungannya atau tidak. Hal ini karena daya dirimerupakan suatu bentuk kompetensi yang dimiliki seseorang. Menurut Baron (1996: 392) bahwa daya dirimerupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melaksanakan tindakan yang diinginkan.Semakin tinggi perasaan seseorang tentang daya diriyang dimilikinya maka semakin baik kecenderungannya untuk melakukan tugas yang lebih beragam.Keberhasilan seperti itu sudah tentu pada akhirnya dapat mengarahkan seseorang pada perasaan positif tentang dirinya secara lebih menyeluruh. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan daya diri adalah kemampuan internal yang dimiliki setiap orang dalam mendorong dirinya untuk melakukan sesuatu dengan baik dan penuh tanggungjawab. 3.
Profesionalisme Widyaiswara Mengajar adalah suatu pekerjaan yang merupakan profesi.Sebagai profesi, kemampuan mengajar membutuhkan kriteria khusus seperti penguasaan ilmu, seni dan keterampilan. Ilmu pengetahuan tentang dasar-dasar mengajar sangat perlu dikuasai oleh widyaiswara agar ia dapat melaksanakan tugasnya
14
dengan baik dengan demikian ia akan menjadi widyaiswara professional. Mengajar titik poinnya pada aktivitas merangsang dan membimbing orang untuk mengusai suatu obyek tertentu, hal ini seperti dikatakan:” Teaching is essentially helping people get excited in a subject area, which leads them to engage in the big ideas, the cultural ideas”. (A Report of The Holmes Group, Tomorrow’s Schools: Principles For The Design Of Professional Development Schools, 1990: 10) Profesi memiliki arti pekerjaan atau job yang mengharuskan adanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan. Dengan demikian kata profesi mengandung dua unsur yaitu unsur keahlian dan unsur panggilan, sehingga orang yang profesional harus memadukan dalam dirinya kecakapan teknik dan kematangan etik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya. (Anoraga, 1998: 69-70) Tidak semua jenis pekerjaan dapat digolongkan kedalam jenis profesi, pekerjaan profesi hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar dididik, dilatih, dan dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut. Mereka yang menekuni pekerjaan profesi biasanya sering disebut kelompok profesional, dan harus memiliki standar kompetensi profesionalisme di bidangnya. Orang yang berprofesi sebagai widyaiswara dituntut memiliki tingkat profesionalisme di bidang pendidikan dan pengajaran, sehingga disebut widyaiswara yang profesional. Secara spesifik ciri-ciri widyaiswara profesional menurut Abdul Djamil (2011:13) adalah : 1. Berkepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing personality), 2. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, 3.Mampu menjadi suritauladan bagi para peserta pendidikan dan pelatihan, 4.Dapat melakukan pengembagan kemampuan profesional yang berkesinambungan dengan kemampuan spesialisasinya. Maister (1998 : 21-22), mengatakan bahwa ciriciri profesionalisme sejati yaitu : a. Bangga pada pekerjaan mereka, dan menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas. b. Berusaha meraih tanggung jawab. c. Mengantisipasi, dan tidak menunggu perintah, mereka menunjukkan inisiatif.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
d.
Mengerjakan apa yang perlu dikerjakan untuk meram-pungkan tugas. e. Melibatkan diri secara aktif dan tidak sekedar bertahan pada peran yang telah ditetapkan untuk mereka. f. Selalu mencari cara untuk membuat berbagai hal menja-di lebih mudah bagi orang yang mereka layani. g. Ingin belajar sebanyak mungkin mengenai bisnis orang-orang yang mereka layani. h. Benar-benar mendengarkan kebutuhan orangorang yang layani. i. Belajar memahami dan berfikir seperti orangorang yang mereka layani sehingga bisa mewakili mereka ketika orang-orang itu tidak ada ditempat. j. Adalah pemain tim. k. Bisa dipercaya memegang rahasia. l. Jujur, bisa dipercaya dan setia. m. Terbuka pada kritik-kritik yang membangun mengenai cara meningkatkan diri. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme widyaiswara adalah kemampuan menjalankan tugas pekerjaannya terkait substansi materi yang diajarkan, kepribadian, dan keterampilan sosial dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. 4.
Kepuasan Kepuasan merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang, apabila apa yang dirasakannya sesuai dengan dirinya, maka ia akan merasa puas. Sebaliknya, apabila apa yang dirasakannya tidak sesuai atau tidak memenuhi keinginan dirinya, maka tidak terpenuhilah kepuasan tersebut. Maslow seperti yang dikutip oleh Goble (1991: 72) menyatakan, bahwa selama hidup praktis manusia selalu mendambakan sesuatu. Manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Begitu suatu hasrat berhasil dipuaskan segera muncul hasrat lain sebagai gantinya. Gibson (1985: 464-465) mengatakan bahwa kepuasan seseorang tergantung pada tingkat hasil intrinksik dan hasil ekstrinsik serta bagaimana persepsi mereka terhadap apa yang dilakukannya. Dengan demikian jelas bahwa kepuasan dipengaruhi oleh faktor yang ada pada diri si pelaku atau faktor intrinsik seperti perasaan, tanggung jawab, perasaan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
diakui yang tercermin dalam sikap rasa bangga, rasa berhasil, rasa memiliki, rasa dihargai, dan faktor eksternal berupa lingkungan dan lainnya. Kepuasan seseorang bergantung pada ada atau tidaknya kebutuhan seseorang. Seseorang akan merasa puas jika mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Hal ini berarti bahwa makin besar kebutuhan seseorang terpenuhi, makin tinggi kepuasan yang dirasakan dan sebaliknya, makin sedikit kebutuhan yang terpenuhi, maka orang tersebut akan merasa tidak puas. Ketika kebutuhan-kebutuhan itu dapat terpenuhi, maka kebutuhan manusia meningkat pada jenjang kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, berupa penempatan seseorang di dalam suatu kelompok penerimaan dalam tata pergaulan sosial, yang berhubungan dengan individu lain. Teori modifikasi perilaku dengan pengkondisian operan (operant conditioning) yang dikembangkan oleh Skinner menyatakan bahwa perilaku manusia didorong oleh dua hal yaitu penguatan positif (positive reinforcement) dan penguatan negatif (negative reinforcement). Pertama bahwa manusia akan senang mengulang-ulang perilakunya yang sekiranya mendapatkan konsekuensi yang menyenangkan (penguatan positif), dan kedua bahwa perilaku manusia terjadi bila tindakannya itu disertai dengan peniadaan konsekuensi yang tidak menyenangkan (penguatan negatif). Konsep penguatan negatif ini berbeda dengan konsep hukuman yang pada akhirnya malah mendatangkan ketidaksenangan bagi pelaku itu sendiri.(Keith Davis & John W. Newstroom, 1985: 76-77).Terkait aktivitas kediklatan, peserta akan ikut secara aktif kegiatan diklat manakala mereka mendapatkan konsekuensi positif sekaligus tiadanya sesuatu yang membuat mereka jenuh atau tidak menyenangkan. Apabila dikaji dari kenyataan di lapangan, kepuasan merupakan faktor sangat penting untuk meningkatkan perilaku individu, sebab seseorang akan melakukan apa saja bila apa yang dilakukan itu terdapat kepuasan. Seseorang merasa puas jika dia mendapatkan apa yang ia inginkan, yang dimaksud apa yang ia inginkan adalah sejumlah minimum yang perlu untuk memenuhi keperluan orang tersebut pada saat ini. (Sutarno, 1996: 67-68). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah sikap senang atas situasi dan kondisi yang dialami peserta selama mengikuti
15
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
kegiatan diklat sehingga muncul rasa gairah, senang, dan dapat berinteraksi dengan lingkungan secara baik. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang pengaruh daya diri, profesionalisme widyaiswara, dan kepuasan mengikuti diklat terhadap hasil diklat ini dilakukan di Balai Diklat Keagamaan Jakarta mulai tanggal 24 Pebruari sampai dengan 15 Maret 2011 meliputi kegiatan persiapan, penyebaran angket, dan analisis data hingga pembuatan laporan hasil penelitian. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan mendatangi secara langsung obyek penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dan teknik analisis jalur sebagai alat analisisnya sehingga diketahui pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total setiap variabel penelitian. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta diklat yang ada di balai diklat keagamaan Jakarta sebanyak 3 angkatan atau 90 orang, sedangkan sampel diambil sebanyak 60 orang guru dengan teknik propotional random sampling yang berasal dari tiga wilayah yakni provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, dan Provinsi Kalimantan Barat. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk menjaring data yang dibutuhkan adalah berbentuk angket model skala rating dari 1 skor terendah sampai 5 skor tertinggi. Instrumen variabel hasil diklat menggunakan tes yang terdiri dari beberapa mata diklat, yaitu: Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Tematik, Pendidikan Agama Islam, dan Standar Nasional Pendidikan. Tes untuk mengukur penguasaan materi diklat ini dilakukan pada setiap mata diklat yang dilakukan secara langsung oleh Widyaiswara setelah selesai kegiatan pembelajaran, kemudian hasilnya dijumlahkan dari seluruh tes mata diklat sehingga dapat diketahui skor totalnya. Instrumen variabel daya diri peserta diklat terdiri dari 5 indikator dan 20 butir pertanyaan yang telah dilakukan validasi dengan teman
16
5.
sejawat. Kisi-kisi instrumen tersebut meliputi kemampuan diri, aktivitas diri, mengendalikan emosi dan mempengaruhi orang lain. Instrumen variabel profesionalisme widyaiswara terdiri dari 3 indikator dan 14 butir pertanyaan.Kisi-kisi instrumen tersebut meliputi kompetensi substansi, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Instrumen variabel kepuasan mengikuti diklat terdiri dari 4 indikator dan 14 butir pertanyaan. Kisi-kisi instrumen tersebut meliputi perasaan senang dalam kegiatan diklat, gairah selama diklat, penerimaan terhadap panitian dan kondisi lingkungan diklat, serta penerimaan terhadap peserta lain. Teknik Analisis Data Analisis data penelitian yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan path analysis atau analisis jalur yang selanjutnya di uji dengan menggunakan uji “t” untuk mengetahui tingkat signifikansinya.Apabila t hitung> t tabel maka pengaruh signifikan, dan jika sebaliknya maka pengaruh tidak signifikan.
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah dengan statistik deskriptif diperoleh gambaran data sebagai berikut: Untuk variabel hasil diklat diperoleh skor maksimum 80,86 dan skor minimum 57,29, sehingga rentang skor adalah sebesar 23,57. Nilai rerata sebesar 71,46, median sebesar 72,71, modus sebesar 75,14, dan simpangan baku sebesar 5,78. Untuk variabel daya diri diperoleh skor maksimum 99 dan skor minimum 69, sehingga rentang skor adalah sebesar 30. Nilai rerata sebesar 86,97, median sebesar 87,50, modus sebesar 94, dan simpangan baku sebesar 7,09. Untuk variabel profesionalisme widyaiswara diperoleh skor maksimum 70 dan skor minimum 49, sehingga rentang skor adalah sebesar 21. Nilai rerata sebesar 60,02, median sebesar 61, modus sebesar 63, dan simpangan baku sebesar 5,38. Untuk variabel kepuasan diperoleh skor maksimum 90 dan skor minimum 64, sehingga rentang skor adalah sebesar 26. Nilai rerata sebesar 79,85, median sebesar 79,50, modus sebesar 76, dan simpangan baku sebesar 6,36.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
2. Uji PersyaratanAnalisis Uji persyaratan analisis dilakukan dengan dua rumus berbeda, yaitu uji normalitas dan uji linearitas.Untuk pertama adalah normalitas data yang dilakukan dengan Kolmogorof Smirnov melalui media SPSS.Kriteria pengujian dilakukan dengan membandingkan skor Assumption significant dengan skor alfa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: Ho : Data berdistribusi normaljikaAssymp. Sig.>0,01 H 1 : Data tidak berdistribusi normaljikaAssymp. Sig.<0,01 Hasil perhitungan, diperoleh skor diperoleh skorAssymp. Sig.(2-tailed) variabel daya diri 0,605, variabel profesionalisme widyaiswara 0,288, variabel kepuasan 0,508, dan variabel hasil diklat 0,266, yang seluruhnya lebih besar dari alfa 0,01 yang berarti seluruh data berdistribusi normal. Sedangkan uji persyaratan kedua adalah uji linearitas data dengan membandingkan skor f hitung dengan f tabel. Kriteria pengujian adalah jika fhitung< ftabel maka data linear, jika sebaliknya berarti data tidak linear. Berdasarkan hasil perhitungan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh skor f hitung daya diri dengan hasil diklat 0,892, daya diri dengan kepuasan mengikuti ddiklat 1,311, profesionalisme widyaiswara dengan hasil diklat 1,039, profesionalisme widyaiswara dengan kepuasan mengikuti diklat 0,897 dan kepuasan mengikuti diklat dengan hasil diklat 1,031. Skor tersebut di atas, lebih kecil dari 2,35 f tabel pada taraf á = 0,01, dengan demikian seluruh data berbentuk linear sehingga dapat dilanjutkan dengan uji berikutnya untuk mengetahui besaran pengaruh dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. 3. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur dengan media Lisrel 8,5, selanjutnya diperoleh nilai koefisien jalur sebagai berikut : Jalur X4X1 X3X1 X4X2 X3X2 X4X3
Korelasi 0,541 0,415 0,527 0,431 0,510
Koefisien Jalur 0,34 0,30 0,31 0,33 0,23
t-hitung 3,12** 2,53** 2,85** 2,73** 2,08**
t0.99(57) 2.39 2.39 2.39 2.39 2.39
Keputusan Siginifikan Siginifikan Siginifikan Siginifikan Siginifikan
Keterangan: ** Koefisien Jalur Sangat Signifikan pada a = 0,01 * Koefisien Jalur Sangat Signifikan pada a = 0,05
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Selanjutnya hasil perhitungan di atas digambarkan ke dalam diagram jalur berikut : Gambar 1. Model Hubungan Struktural Antar Variabel Berdasarkan Perhitungan Analisis Jalur
a.
b.
c.
d.
Daya Diri (X1) Berpengaruh Terhadap Hasil Diklat (X4) . Uji signifikansi dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Setelah dilakukan proses perhitungan diperoleh nilai koefisien jalur P41 = 0,34 dengan t-hitung = 3,12 dan taraf nyata a 0,01 diperoleh t-tabel 2,39. Karena nilai t-hitung> t-tabel maka koefisien jalur sangat signifikan. Daya Diri (X 1 ) Berpengar uh Terhadap Kepuasan (X 3 ). Uji signifikansi dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Setelah dilakukan proses perhitungan diperoleh nilai koefisien jalur P31 = 0,30 dengan t-hitung = 2,53 dan taraf nyata a 0,01 diperoleh t-tabel 2,39. Karena nilai t-hitung> t-tabel maka koefisien jalur sangat signifikan. Profesionalisme Widyaiswara (X 2 ) Berpengaruh Terhadap Hasil Diklat (X4). Uji signifikansi dengan membandingkan t-hitung dengan t -tabel . Setelah dilakukan proses perhitungan diperoleh nilai koefisien jalur P42 = 0,31 dengan t-hitung = 2,85 dan taraf nyata a 0,01 diperoleh t-tabel 2,39. Karena nilai t-hitung> t-tabel maka koefisien jalur sangat signifikan. Profesionalisme Widyaiswara (X 2 ) Berpengaruh Terhadap Kepuasan (X3). Uji signifikansi dengan membandingkan t-hitung dengan t -tabel . Setelah dilakukan proses perhitungan diperoleh nilai koefisien jalur P32 = 0,33 dengan t-hitung = 2,73 dan taraf nyata a 0,01 diperoleh t-tabel 2,39. Karena nilai t-hitung> t-tabel maka koefisien jalur sangat signifikan.
17
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
e.
Kepuasan (X3 ) Berpengaruh Terhadap Hasil Diklat (X4) Uji signifikansi dengan membandingkan t-hitung dengan t -tabel . Setelah dilakukan proses perhitungan diperoleh nilai koefisien jalur P43 = 0,23 dengan t-hitung = 2,08 dan taraf nyata a 0,01 diperoleh t-tabel 2,39. Karena nilai t-hitung> t-tabel maka koefisien jalur sangat signifikan. f. Pengaruh Total Daya Diri (X1)Terhadap Hasil Diklat (X4) Daya diri peserta diklat memiliki pengaruh langsung sebesar 0,34 x 0,34 = 0,115 terhadap hasil diklat, sedangkan pengaruh tidak langsung melalui variabel kepuasan adalah hasil perkalian pengaruh X1 terhadap X3 dengan X3 terhadap X4 yaitu 0,30 x 0,23 = 0,069, sehingga pengaruh total daya diri peserta diklat terhadap hasil diklat adalah hasil jumlah pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yaitu 0,115 + 0,069 = 0,184 atau 18,4 %. g. Pengaruh Total Profesionalisme Widyaiswara (X1) Terhadap Hasil Diklat (X4) Profesionalisme widyaaiswara memiliki pengaruh langsung sebesar 0,31 x 0,31 = 0,096 terhadap hasil diklat, sedangkan pengaruh tidak langsung melalui variabel kepuasan adalah hasil perkalian pengaruh X2 terhadap X3 dengan X3 terhadap X4 yaitu 0,33 x 0,23 = 0,076, sehingga pengaruh total profesionalisme widyaiswara terhadap hasil diklat adalah hasil jumlah pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yaitu 0,096 + 0,076 = 0,172 atau 17,2 %. Hasil perhitungan seperti tertera dalam tabel dan gambar tersebut di atas menunjukkan koefisien jalur antara variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil capaian peserta diklat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya diri mereka masing-masing yang merupakan unsur internal, profesionalisme widyaiswara dalam menyampaikan materi diklat sebagai faktor eksternal, dan faktor kepuasan selama mengikuti diklat. Skor koefisien jalur yang paling besar adalah koefisien jalur antara daya diri dengan hasil diklat sebesar 0,34, sedangkan koefisien jalur yang paling rendah adalah antara kepuasan dengan hasil diklat yakni sebesar 0,23. Begitu pula setelah dilakukan perhitungan pengaruh tidak langsung dan pengaruh total, variabel daya diri memiliki pengaruh lebih besar
18
yaitu 18,4 % terhadap hasil diklat dibandingkan pengaruh profesionalisme widyaiswara yang hanya 17,2 %. Daya diri merupakan totalitas potensi yang dimiliki peserta diklat melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.Hal ini terbukti penting karena mempengaruhi ketekunan dan upaya seorang dalam mencapai kesuksesan dalam hidupnya (Redman & Wilkinson, 1999: 43).Konsep ini menunjukkan bahwa peserta diklat dapat berperan dalam situasi tertentu dan mampu merefleksikan kepercayaan dirinya melalui seluruh kapasitas yang dimilikinya sebagai bentuk dari daya diri yang dimilikinya.Seperti dikemukakan Hannagan (1998: 369) bahwa daya diri yang dimiliki seseorang yaitu seberapa baiknya seseorang dapat melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan berkaitan dengan situasi yang akan terjadi. Pendapat di atas, menunjukkan bahwa daya diri peserta diklat berkaitan dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dialami, bagi peserta diklat yang memiliki daya diri tinggi tidak akan tergoyahkan keikutsertaannya dalam diklat karena faktor-faktor eksternal lainnya seperti kondisi kelas, interaksi pembelajaran dan variasi kesulitan materi diklat, hal itu karena kekuatan diri yang menjadi back-up nya. Keberadaan profesionalitas widyaiswara dituntut juga untuk menjamin kepuasan peserta diklat yang pada akhirnya tercapainya hasil yang optimal.Menurut Eddy Soewarni (1999: 404) bahwa dalam rangka menjamin tercapainya tujuan tersebut, diperlukan perangkat standarisasi dan kompetensi yang bermutu dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Standar kompetensi dikembangkan meliputi seperangkat kemampuan yang dipersyaratkan dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Perangkat kemampuan diamaksud terdiri atas kemampuan aktualisasi, penguasaan, dan kemampuan akses; sedangkan peningkatan kompetensi dititik beratkan pada peningkatan kinerjanya. 2. Pengembangan standar kompetensi pendidik didasarkan atas asumsi-asumsi yang diangkat dari fakta empirik, pertimbangan para ahli, dan pilihan nilai masyarakat yang pola pikir dan pola kehidupannya semakin maju searah dengan kemajuan zaman. 3. Pengembangan standar kompetensi dilakukan secara sistematik, yakni mulai dari kondisi individu dan masyarakat masa depan yang diharapkan, yang dirumuskan dalam bentuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
pilihan nilai maupun kondisi manusia yang tidak pernah berhenti bertanya untuk memahami diri, lingkungan, dunia, dan penciptanya. 4. Substansi yang dikembangkan lebih diarahkan pada terbentuknya suatu koridor atau acuan kemampuan yang bersifat nasional dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pendidik untuk kreatif sesuai dengan bidang kemampuannya. 5. Standar kompetensi merupakan upaya dalam peningkatan mutu proses pembelajaran yang sejalan dengan gerakkan peningkatan mutu pendidikan pada khususnya. Pendapat morison di atas, sesungguhnya tampilan keprofesionalan widyaiswara dalam melakukan kegiatan belajar mengajar akan menjadi ciri khas yang berharga bagi peserta diklat. Sikap positif peserta terhadap kapabilitas widyaiswara pada akhirnya mendorong munculnya kepuasan dan rasa fun dalam pembelajaran sehingga interaksi diklat berjalan lebih efektif. Faktor lain adalah kebutuhan peserta diklat tentunya tidak terlepas dari materi yang diperlukan, oleh karenanya, materi diklat harus diberikan kepada mereka yang membutuhkannya. Untuk menentukan seseorang puas atau tidak, menurut Lock (1969: 165) hal ini tergantung pada selisih antara persepsi terhadap yang dilakukan secara aktual dengan persepsinya mengenai yang diinginkannya. Dengan demikian seorang individu akan memperoleh kepuasan, apabila tidak ada perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang dicapai menurut persepsinya. Apabila dalam perjalanan diklat diperoleh sesuatu yang lebih besar dari pada yang diharapkan, maka dia akanmenjadi lebih puas. Sebaliknya, jika yang diperoleh jauh di bawah yang diharapkan maka timbul ketidakpuasan. Sikap puas ini ini ditandai dengan perasaan senang terhadap apa yang dikerjakan. Apabila seorang peserta diklat merasa senang dengan yang dilakukannya, maka mereka akan memberikan perhatian yang serius terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Sebaliknya jika peserta merasa tidak senang, kemungkinan mereka tidak serius mengikuti kegiatan diklat. Dari tiga faktor sebagai variabel pengaruh terhadap hasil diklat, ternyata faktor daya diri yang memiliki pengaruh lebih besar dibanding faktor lainnya yaitu profesionalisme widyaiswara meskipun faktor ini tidak dapat dilepas begitu saja.Hasil temuan ini menunjukkan bahwa hasil sebuah diklat sangat Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bergantung pada keberadaan peserta baik dari segi kesiapan mental, keinginan mengikuti dan menggalih materi diklat serta dorongan yang ada untuk mencapai hasil terbaik.Hal ini sepadan dengan yang diungkapkan oleh George dan Jones (200: 104), bahwa daya diri yang tinggi dapat membantu memotivasi seseorang untuk mencoba mencapai sasaran yang sulit, daya diri merupakan potensi yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan tugasnya mencapai sukses meskipun harus berhadapan dengan persoalan dan kendala yang memerlukan sikap bagaimana mengelolanya dengan baik. Daya diri merupakan faktor internal yang secara teoritik memiliki peran lebih besar untuk menggerakkan individu berperilaku daripada pengaruh faktor eksternal yang sumbernya dari luar individu tersebut. Kondisi internal ini juga termasuk kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan peluang yang dimilikinya dan berhasil mencapai tugas tertentu. Dikemukakan oleh Kreitner dan Kincki (2000: 195) bahwa daya diriyang tinggi mendorong tindakan yang membangun dan berorientasi pada tujuan, sedangkan daya dirirendah mendorong aktivitas dan emosi yang pasif dan mengarah kepada kegagalan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diuraikan temuan dan kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: 1. Daya diri peserta diklat berpengaruh terhadap hasil perolehan diklat dengan koefisien jalur sebesar 0,34 atau pengaruhnya sebesar 11,5 %. Temuan ini menunjukkan bahwa daya diri peserta diklatsangat mempengaruhi hasil yang dicapai peserta selama mengikuti diklat. 2. Daya diri peserta diklat berpengaruh terhadap kepuasan peserta mengikuti diklat dengan koefisien jalur sebesar 0,30atau pengaruhnya 9 %. Temuan ini menunjukkan bahwa daya diri peserta diklat sangat mempengaruhi keberadaan dirinya dalam menyikapi apa yang dialami dan dirasakan sehingga melahirkan kepuasan dalam beraktivitas selama mengikuti diklat. 3. Profesionalisme widyaiswara berpengaruh terhadap hasil diklat yang dicapai peserta dengan koefisien jalur sebesar 0,31atau pengaruhnya 9,6 %.Temuan ini menunjukkan bahwa profesionalisme widyaiswara berpengaruh terhadap keberhasilan peserta mencapai hasil diklat yang diharapkan.
19
PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi.
4.
5.
6.
Profesionalisme widyaiswara berpengaruh terhadap kepuasan peserta mengikuti kegiatan diklat dengan koefisien jalur sebesar 0,33atau pengaruhnya 10,8 %. Temuan ini menunjukkan bahwa profesionalisme widyaiswara berpengaruh dalam menentukan kepuasan peserta mengikuti kegiatan diklat. Kepuasan peserta dalam mengikuti kegiatan diklat berpengaruh terhadap hasil diklat dengan koefisien jalur sebesar 0,23atau pengaruhnya sebesar 5,2 %. Temuan ini menunjukkan bahwa kepuasan peserta mengikuti diklat mempengaruhi hasil yang dicapai peserta selama mengikuti diklat. Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil diklat yang dicapai oleh peserta diklat guru Madrasah Ibtidaiyah di Balai Diklat Keagamaan Jakarta sangat dipengaruhi oleh faktor daya diri peserta, profesionalisme widyaiswara, dan kepuasan peserta mengikuti program diklat. Dari tiga faktor tersebut, faktor daya dirilah yang memiliki pengaruh lebih besar dibanding yang lainnya, hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi, kesiapan dan keinginan peserta mengikuti diklat patut menjadi pertimbangan dan penekanan agar hasil diklat yang diharapkan dapat dicapai sesuai target yang direncanakan.
REKOMENDASI Sesuai dengan temuan dan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis sampaikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Penentuan peserta diklat oleh lembaga pembinanya masing-masing agar lebih menekankan pada kesiapan dan orientasi peserta terhadap pelaksanaan diklat yang akan diikuti, bukan karena semata-mata pemerataan atau bahkan asal ada peserta untuk memenuhi kuota. 2. Diperlukan pembinaan peserta diklat oleh lembaga asal tentang kesadaran akan tugas dan fungsi jabatan yang diemban yang harus selalu ditingkatkan guna meningkatkan mutu hasil capaian kinerja. Pentingnya kesadaran individu ini diharapkan berdampak pada sikap diri dalam beraktivitas dan menyikapi berbagai persoalan kerja yang muncul termasuk bagaimana menyikapi proses diklat yang dikuti sehingga dapat membekali dirinya dalam menjalakan tugas secara efektif dan profesional.
20
DAFTAR BACAAN A Report of The Holmes Group, Tomorrow’s Schools: Principles For The Design Of Professional Development Schools, (USA: Holmes Group, 1990) Abdul Djamil, Arah Kebijakan Diklat dan Peningkatan Peran Widyaiswara (Jakarta: Makalah Temu Widyaiswara Tingkat Nasional I, 2011) Asmu’i, Peningkatan Mutu Pelayanan Kewidyaiswaraan (Jakarta: Makalah Temu Widyaiswara Tingkat Nasional I, 2011) Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi Offset, 2000) Frank G. Goble. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Terjemahan A. Supratiknya (Yogyakarta : Kanisius,1991) Ivancevich, John M, Robert Konopaske & Michael T. Matteson. (2008). Organizational Behavior and Management.Eighth Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. James L. Gibson, James H. Donelly, and Ivancevich, Organization: Behaviour, Stucture,Process (Texas: Business Pub INC., 1985) Keith Davis & John W. Newstroom, Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ke 7 jili 1 (Jakarta: Erlangga, 1985) Muhamad Sutarno, Psikologi Industri (Bandung: Teknik Industri ITB, 1996) Panji Anoraga, Psikologi Kerja(Jakarta: Rineka Cipta, 1998 ) Robbert A. Baron and Jerald Greenberg, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side of Work, Third Edition (Boston: Allyn and Bacon, 1990) Robbert Kreitner dan Angelo Kinicki, Prilaku Organisasi, Terjemahan Erly Suandy (Jakarta: Salemba Empat, 2000) Robert A. Baron, Essentials of Psychology (Boston: Allyn and Bacon, 1996) Robert N. Lussier, Human Relations in Organizations: A Skill Building Approach (Chicago: Irwin,1996) Tim Hannagan, Management:Concepts & Practice (London: Pitman, 1998) Tom Redman and Adrian Wilkinson, Contemporary Human Resource Management (Great Britain, Prentice Hall, 1999)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
ABSTRACT Improved quality of service information in an educational institution can be reflected from the readiness of infrastructure and personnel readiness to consistently maintain the quality of education is always competitive, the implementation of management information systems relating to services academic information systems in educational institutions needs to be done so that the results of continuous monitoring is more focused. The purpose of this study to determine the effect of the implementation of management information systems and monitoring the performance of employees in providing information services academic at the Institute of Education and Training Ariyanti Bandung. Presentation of data each variable presents the research done by the average standard deviation, range of scores and histograms using sampling techniques saturated, while the analytical tools used in this study is the analysis of the path with the help of SPSS software version 17. This descriptive study describes in general that the application of information systems management and monitoring employee performance has been good enough. Based on the results of hypothesis testing has been known that the implementation of information systems management and monitoring employee performance has a significant influence on academic information services either partially or simultaneously. PENDAHULUAN Keunggulan dan kecanggihan teknologi informasi secara langsung mampu menggeser bahkan merubah sistem pola hidup manusia. Dalam perkembangannya teknologi informasi mampu memicu gejala-gejala sosial yang dapat dikatakan baru. Gejala tersebut antara lain, jarak dan waktu bukan lagi kendala yang utama, munculnya sistem pembelian dengan cara online, dan gejala yang sering terjadi adalah perubahan dalam bidang hukum, perundangan dan nilai-nilai budaya. Era Informasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi berkembang dengan cepat, juga arus informasi berjalan dan menyebar dengan kecepatan tinggi seolah-olah tanpa batas. Setiap informasi penting dari negara manapun akan dapat tersebar dan diketahui oleh penduduk di seluruh dunia yang sudah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dapat mengakses informasi. Segala macam informasi akan berlalu lalang di hadapan manusia. Menghadapi hal semacam ini setiap orang harus dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan agar dapat memilih informasi yang tepat bagi dirinya.(Azhar, 2004:25) Pada dasarnya informasi yang ada baik atau buruk, benar atau salah pada hakekatnya bersifat netral. Artinya akibat dan efek informasi bagi seseorang atau masyarakat tergantung pada kepandaian dan kepiawaian seseorang atau masyarakat untuk menggunakan informasi tersebut. Pada saat ini sumber informasi sangat banyak, beragam dan tersebar di mana-mana. Sangat sulit untuk membatasi atau membentengi suatu informasi untuk tidak sampai kepada suatu masyarakat tertentu. Langkah yang terbaik bukannya menghalangi kehadiran informasi karena hal itu tidak mungkin, yang
21
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
tepat adalah menyiapkan masyarakat untuk bisa menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang tersedia. Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif dan mendewasakan masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik.(Moekijat, 1993:39) Teknologi informasi telah merambah ke seluruh sektor kehidupan, mulai dari digunakannya teknologi informasi ini hanya sebagai pengganti mesin ketik sampai dengan yang sudah mendukung dalam pengambilan keputusan manajemen. Teknologi informasi telah berkembang begitu pesat. Hal ini tentu saja membawa dampak perubahan seluruh sektor kehidupan manusia. Permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam interaksi antara manusia dengan komputer adalah sering terjadinya salah persepsi manusia (user) terhadap software yang ada, sehingga bukan efektivitas dan efisiensi kerja yang diperoleh, akan tetapi justru menyebabkan pekerjaan tidak efisien dan efektif, user sering mengalami kesulitan menggunakan software tersebut karena tidak familiar dengan perangkat lunak yang ada. Dalam dunia pendidikan, sistem informasi manajemen merupakan cara yang sangat praktis dan produktif untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan) dalam lembaga pendidikan. Sistem informasi manajemen dapat menunjang kegiatan dunia pendidikan pada umumnya. Untuk menerapkan sistem informasi manajemen pendidikan yang terpadu dan memiliki kapabilitas dalam mendukung keberhasilan dunia pendidikan yang signifikan, diperlukan keseimbangan sumber daya yang tersedia antara ketersediaan dana sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dalam mengoperasikan teknologi informasi seperti komputer dan ketersediaan dana untuk mengadakan perangkat komputer yang sudah semakin canggih. Oleh karena itu, dalam penerapan sistem informasi manajemen dalam lembaga pendidikan yang memiliki nilai tambah, betul-betul membutuhkan persiapan yang sangat matang sehingga harapan untuk mengaplikasikan sistem informasi manajemen dalam lembaga pendidikan dapat terwujud sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan yang dituntut
22
masyarakat lebih markable dan sellable. Di samping itu, informasi yang dapat disajikan oleh sistem informasi manajemen dapat memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam proses pengambilan keputusan bidang pendidikan, seperti informasi kebutuhan tenaga kependidikan, informasi jumlah lembaga pendidikan dari mulai tingkat dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. (Jalaudin, 1999:47) Sistem informasi manajemen dalam lembaga pendidikan diharapkan sangat bermanfaat tidak hanya bagi masyarakat sebagai salah satu subsistem dan control society, terutama dalam proses operasional lembaga pendidikan dan penyajian kualitas jasa pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan tugas pokok pimpinan itu akan berhasil baik apabila didukung oleh sistem informasi yang baik. Pengambilan keputusan yang logis misalnya itu membutuhkan pemahaman tentang masalah dan pengetahuan mengenai alternatif pemecahannya. Informasi yang lebih tepat menghasilkan keputusan yang lebih baik. Oleh karena itu, sistem informasi manajemen (SIM) itu sangatlah penting. Untunglah bahwa saat ini ada kecenderungan pengembangan terus sistem informasi manajemen sehingga makin lama makin baik. Agar analisis kebijakan dan keputusan dapat memberikan alternatialternatif yang sebaik-baiknya, diperlukan informasi yang lengkap, tepat waktu, relevan dan akurat. Sistem Informasi Manajemen merupakan jaringan informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan dalam rangka mempermudah dan memperlancar tugastugas perencanaan, tugas-tugas pengaturan pelaksanaan dan tugas-tugas pengendalian. Tetapi dalam kesempatan ini terutama sistem informasi manajemen tersebut ditunjuk untuk mempermudah pimpinan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian (SIM) dapat mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam organisasinya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada lembaga pendidikan dan pelatihan Ariyanti dengan judul “ Pengaruh Implementasi Sistem Informasi Manajemen dan Pengawasan Kinerja Pegawai Terhadap Pelayanan Informasi Akademik” IDENTIFIKASI MASALAH Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan Sistem Informasi Manajemen di
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
LPP Ariyanti Bandung yaitu : 1. Konsep Sistem Informasi Manajemen di LPP Ariyanti dalam penerapannya dibidang akademik di LPP Ariyanti. 2. Sistem Pengawasan kinerja pegawai dari proses penerapan Sistem Informasi Manajemen di LPP Ariyanti. 3. Sistem Informasi Akademik dalam memberikan layanan informasi pada proses penerapan Sistem Informasi Manajemen di LPP Ariyanti. BATASAN MASALAH Mengingat banyaknya aplikasi penerapan sistem informasi manajemen yang berkaitan dengan pelayanan sistem informasi akademik di lembaga pendidikan dan pelatihan Ariyanti, maka perlu dilakukan pembatasan agar penelitian lebih terfokus. Dari sekian banyak aplikasi yang terkait dengan masalah penelitian dan pengawasan suatu kinerja pegawai maka penelitian ini hanya akan mengkaji bagaimana pelaksanaan sistem informasi manajemen dan pengawasan kinerja pegawai terhadap pelayanan sistem informasi akademik. PERUMUSAN MASALAH Bagaimana pengaruh penerapan sistem informasi manajemen terhadap pelayanan informasi di LPP Ariyanti Bandung ? Bagaimana pengaruh pengawasan kinerja pegawai terhadap pelayanan informasi akademik di LPP Ariyanti Bandung ? Bagaimana pengaruh penerapan sistem informasi manajemen dan pengawasan kinerja pegawai terhadap pelayanan informasi akademik di LPP Ariyanti Bandung ? TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui tentang pengaruh implementasi konsep sistem informasi manajemen dan pengawasan kinerja pegawai terhadap pelayanan informasi akademik di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ariyanti Bandung. Untuk mengetahui tentang pengaruh dari proses penerapan sistem informasi akademik dan pengawasan kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan informasi akademik di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ariyanti Bandung. Untuk mengetahui pengaruh dari implementasi sistem informasi manajemen dan pengawasan kinerja
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pegawai dalam memberikan pelayanan informasi akademik di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ariyanti Bandung. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dijabarkan dalam kaitan antar variabel penelitian, dikemukakan Kerlinger ( 1973:20) bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari, dan suatu sifat diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dengan demikian kaitan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Gambar : Kaitan Antar Variabel Penelitian
Implementasi SIM
Pelayanan Akademik ( Y)
Pengawasan Kinerja Pegawai
Keterangan : X1 : Variabel Independen Implementasi SIM X2 : Variabel Independen Pengawasan Kinerja Pegawai Y : Variabel Dependen Pelayanan Akademik HIPOTESIS Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berkut: 1. Terdapat Pengaruh positif Implementasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) terhadap pelayanan Akademik di LPP Ariyanti 2. Terdapat pengaruh positif pengawasan kinerja pegawai terhadap pelayanan akademik di LPP Ariyanti. 3. Terdapat pengaruh Positif Implementasi Sistem Informasi Manajemen dan Pengawasan Kinerja Pegawai terhadap pelayanan akademik di LPP Ariyanti. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Penelitian 1. Penyajian hasil penelitian berdasarkan data terkumpul dan diolah sesuai dengan yang telah ditulis 2. Pendekatan statistik deskriptif dan statistik induktif dipakai dalam analisis data. Hasil data
23
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
3.
4.
analisis deskriptif tersebut menguraikan dan menjelaskan tentang profil para responden, gambaran proses penegakan disiplin, pendapat dan harapan para responden tentang dengan variabel Implementasi SIM (X1) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung ( Y) Deskripsi diawali dengan profil para responden yang terdiri atas para personil yang bekerja di LPP Ariyanti Bandung. Sebelumnya diinformasikan bahwa penelitian ini dilakukan di LPP Ariyanti Bandung Pengambilan sampel memanfaatkan metode stratified-proporsional random sampling. Ukuran (besar) sampel dihitung dengan memanfaatkan penerapan penarikan sampling rumus n. Berdasarkan tingkat keterbatasan dalam melakukan studi ini, peneliti mengambil sampel dari jumlah populasi yaitu sebesar 35 orang. Kemudian menggunakan berdasarkan metode sensus, seluruh populasi dijadikan sampel, dengan demikian diperoleh sampel sebanyak 35 responden.
Analisis Penelitian Analisa induktif adalah analisis secara induktif berdasarkan analisis satatistik terhadap data penelitian. Analisis induktif berkaitan dengan pengujian terhadap hipotesis-hipotetsis yang diajukan sebelumnya dan semuanya mengenai ujin normalitas, regeresi, korelasi baik ganda , dan sederhana (pearson). Analisis menggunakan variabel berskala interval dan nominal. Korelasi antara Implementasi SIM (X1), Pengawasan Kinerja Pegawai (X2), dan Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung(Y) Dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa koefisien korelasi multiple antara Korelasi antara Implementasi SIM (X1), Pengawasan Kinerja Pegawai (X2), dan Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung (Y) ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 5.1 Tabel Correlations Implementasi Pengawasan Pelayanan Spearma Implementasi Correlation 832 n's rho Coefficient
Pengawasan
Pelayanan
Sig. (2tailed)
.
N
35
Correlation 738 Coefficient
738
**
672
**
.0 00
.000
35
35
1.000
1.000
Sig. (2tailed)
.000
.
.
N
35
35
35
Correlation 672 ** Coefficient
1.000**
1.000
Sig. (2tailed)
.
.
.000
N 35 35 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
35
Tabel 5.2. Model Summaryb Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the DurbinEstimate Watson
1 .769a .572 .522 6.86359 a. Predictors: (Constant), Implementasi, Pengawasan b. Dependent Variable: Pelayanan
.633
Berdasarkan Tabel A. dari hasil uji korelasi Spearmans rho diketahui bahwa Variabel Implementasi SIM ( X1) mempunyai hubungan erat dengan variabel Pelayanan Akademik (Y) sebesar 0, 738, atau sebesar 73,80% dan Variabel Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) mempunyai hubungan yang erat pula dengan variabel Pelayanan Akademik (Y) sebesar 0,672 atau 67,20 % serta variabel Implementasi SIM (X1) mempunyai hubungan yang erat dengan variabel Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) sebesar 0,832 atau 83,20% Koefisien korelasi multiple sebesar 0,769 artinya bahwa hubungan antara Implementasi SIM (X1), Pengawasan Kinerja Pegawai (X2), dan Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung (Y) adalah erat. Nilai R 2 =0, 769 artinya bahwa perubahan pada pelayanan informasi akademik di LPP Ariyanti Bandung sebesar 76,90 % karena perubahan pada Pengawasan Kinerja Pegawai (X2) Implementasi Sistem Informasi Manajemen ( X1) berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik (Y) Model Summary Model R
b
Adjusted R R Square Square
Std. Error of the Estimate
1 0,687a 1.000 1.000 .00000 a. Predictors: (Constant), Imp lementasi, Pengawasan b. Dependent Variable: Pelayanan
24
**
DurbinWatson .012
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
Berdasarkan tabel Model Summary, bahwa untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel Implementasi SIM ( X1 ) terhadap variabel Pelayanan Akademik ( Y) atau koefisien determinan = r2 X 100% atau (0, 687)2 X 100% = 47,19 % sedangkan sisanya sebesar 52,81 % ditentukan oleh variabel lain. Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikan koefisien korelasi Implementasi SIM ( X1 ) terhadap Pelayanan Akademik (Y) dengan metode satu sisi (1 tailed) dari ouput Diukur dari probabilitas) menghasilkan angka 0,00. Karena probabilitas jauh dibawah 0,05, maka pengaruh antara Implementasi SIM terhadap Pelayanan Akademik adalah signifikan. Coefficients a Unstandardize Standardized d Coefficients Coefficients Std. Error
Model
B
1
4.070 .371
(Constant)
Implementasi -.030 .035 Pengawasan .008 .003 a. Dependent Variable: Pelayanan
Beta
Collinearity Statistics t
Sig. Tolerance VIF
10.963 .000 -.126
-.853
.397 .592
1.688
.651
2.374 .020 .592
1.688
Dari tabel koefisien menggambarkan bahwa persamaan regresi sederhana sebagai berikut : Ý = a + b1x1 = 4.070 + 0,687 X1 Dimana : X1 = Implementasi SIM Y = Pelayanan Konstanta sebesar 4.070 menyatakan bahwa tidak ada kenaikan nilai dari variabel Implementasi SIM ( X1 ), maka nilai Pelayanan Akademik (Y) adalah 4.070. Koefisien regresi sebesar 0,687 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda +) satu skor atau nilai kompetensi akan memberikan kenaikan skor sebesar 0,687 Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel Y (Pelayanan akademik). Kriteria uji koefisien dari variabel Implementasi SIM terhadap Pelayanan Akademik sebagai berikut : Ha : Implementasi SIM berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik Ho : Implementasi SIM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik Hipotesis dalam bentuk statistik : Ha : rx1y = 0 Ho : rx1y = 0 Dasar pengambilan keputusan: dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel sebagai berikut : Jika nilai t hitung > nilai t tabel , maka Ho ditolak artinya koefisien regresi signifikan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Jika nilai t hitung < nilai t tabel , maka Ho ditolak artinya koefisien regresi tidak signifikan Nilai t = 10,96 ( diambil pada coefisien nilai t hitung untuk variabel X1 , nilai t tabel = 1,671 * Tingkat signifikani ( á ) = 0,05 * dk ( derajat Kebebasan) numlah n – 2 = 74 – 2 = 72 * uji dilakukan satu sisi, sehingga nilai t tabel = 1,671 Keputusan : Karena nilai t hitung > nilai t tabel , atau 10,96 > 1,671 , maka Ho ditolak terlihat pada kolom sig ( signifikan ) coefficien sig 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilao 0,05 > 0,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi adalah signifikan. Dengan demikian Implementasi SIM berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik (Y) Model Summaryb
Model R 1
Std. Error Adjusted R of the DurbinR Square Square Estimate Watson
.570a .373
.360
4.61321
.457
a. Predictors: (Constant), Pengawasan b. Dependent Variable: Pelayanan
Berdasarkan tabel correlasi bahwa besarnya pengaruh variabel Pengawasan Kinerja (X2) terhadap Pelayanan Akademik (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,570 atau ( rx2y = 0,570). Hal ini menunjukkan pengaruh yang cukup kuat. Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel Pengawasan Kinerja Pegawai (X2) terhadap Pelayanan Akademik (Y) atau koefiisen determinan = r2 X 100% atau (0,570)2 X 100% = 32,49 %, sedangkan sisanya sebesar 67,51 % ditentukan oleh variabel lain. Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikan koefisien korelasi X2 terhadp Y dengan metode satu sisi ( 1 tailed) dari ouput Diukur dari probabilitas) menghasilkan angka 0,00. Karena probabilitas jauh dibawah 0,05, maka pengaruh Pengawasan Kinerja Pegawai (X 2 ) terhadap Pelayanan Akademik (Y) adalah signifikan. Dari tabel koefisien menggambarkan bahwa persamaan regresi sederhana sebagai berikut : Ý = a + b2x2 = 4,070 + 0, 570 X2 Dimana : X2 = Pengawasan Kinerja Pegawai Y = Pelayanan Akademik
25
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
Konstanta sebesar 4,070 menyatakan bahwa tidak ada kenaikan nilai dari variabel Pengawasan Kinerja Pegawai ( X 2 ), maka nilai Pelayanan Akademik (Y) adalah 4,070. Koefisien regresi sebesar 0, 570 menyatakan bahwa setiap penambahan ( karena tanda +) satu skor atau nilai pengawasan akan memberikan kenaikan skor sebesar 0, 570 Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel Y ( Pelayanan Akademik ). Kriteria uji koedisien dari variabel Pengawasan Kinerja Pegawai terhadap Pelayanan Akademik sebagai berikut : Ha : Pengawasan kinerja pegawai berpengaruh secara signifikan terhadap pelayanan akademik Ho : Pengawasan kinerja pegawai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pelayanan akademik Hipotesis dalam bentuk statistik : Ha : rx2y = 0 Ho : rx2y = 0 Dasar pengambilan keputusan: dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel sebagai berikut : Jika nilai t hitung > nilai t tabel , maka Ho ditolak artinya koefisien regresi signifikan Jika nilai t hitung < nilai t tabel , maka Ho ditolak artinya koefisien regresi tidak signifikan Nilai = 2,374 ( diambil pada coefisien nilai t untuk variabel X2 , nilai t tabel = 1,671 hitung * Tingkat signifikansi ( á ) = 0,05 * dk ( derajat Kebebasan) numlah n – 2 = 67 – 2 = 65 * uji dilakukan satu sisi, sehingga nilai t tabel = 1,671 Keputusan : Karena nilai t hitung > nilai t tabel , atau 2,374 > 1,671 , maka Ho ditolak terlihat pada kolom sig ( signifikan ) coefficien sig 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi adalah signifikan. Dengan demikian Pengawasan kinerja pegawai berpengaruh secara signifikan terhadap. Pelayanan akademik Dengan demikian persamaan regeresi adalah : Ý = a + b1x1 + b2x2 = 4,070 + 0, 687X1 + 0, 570 X2 Dimana : X1 = Implementasi SIM X2 = Pengawasan kinerja pegawai Y = Pelayanan akademik Konstanta sebesar 4.070 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel Implementasi
26
SIM (X1) dan Pengawasan Kinerja Pegawai (X2 ), maka nilai Pelayanan akademik (Y) adalah 4.070. Koefisien regresi sebesar 0, 687 dan 0, 570 menyatakan bahawa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor atau nilai Implementasi SIM dan Pengawasan Kinerja Pegawai akan memberikan kenaikan skor 0, 629 dan 0, 649 Implementasi SIM (X 1 ) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2 ) secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung.(Y) Uji F pada tabel anovab untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen ( Pelayanan akademik). Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Implementasi SIM dan Pengawasan Kinerja Pegawai terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung adalah sebagai berikut : Hi potesis ke tiga yang diajukan adalah Ha : Implementasi SIM (X1 ) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X 2 ) secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik LPP Ariyanti Bandung (Y) Ho : Implementasi SIM (X1 ) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) secara bersama – sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan akademik di LPP Ariyanti Bandung ( Y) Hipotesis dalam bentuk statistik : Ha : r x1x2y = 0 Ho : r x1x2y = 0 ANOVA
b
Sum of Squares
df
Mean Square F
Sig.
Regression 16.664
2
8.332
.047
Residual
71
2.612
Model 1
185.476
3.189
a
Total 202.140 73 a. Predictors: (Constant), Pengawasan , Implementasi b. Dependent Variable: Pelayanan
Diambil dari tabel anovab nilai F hitung = 3,189 Dasar pengambilan keputusan : dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel , sebagai berikut : Jika nilai F hitung > F tabel, , maka Ho ditolak artinya koefisien regresi signifikan Jika nilai F hitung < F tabel, , maka Ho ditolak artinya koefisien regresi tidak signifikan Mencari nilai F hitung menggunakan tabel F dengan rumus : Taraf signifikansi ( á ) = 0,05
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
= F (1 – α)(dk=k), (dk = n-k-1) = F (1 – α)(dk = 3), ( dk = 74 – 3 – 1) = F (1- 0,05) (3, 70) Cara mencari F tabel = 3, sebagai pembilang, dan 70 sebagai penyebut F tabel = 2,72 ( interpolasi) Keputusan : Ternyata F hitung > F tabel, atau 3,189 > 2,72 maka Ho ditolak,dan Ha diterima sehingga Implementasi SIM (X1 ) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung (Y) Terlihat bahwa pada kolom Sig ( Significan) pada tabel anovab nilai Sig. 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi ganda adalah signifikan. Jadi Implementasi SIM (X1 ) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2 ) secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung ( Y) F tabel
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian baik secara praktis maupun teoritis serta rekomendasirekomendasi pada bab ini dapat ditarik berbagai pemikiran-pemikiran, baik itu yang berasal dari para pegawai di LPP Ariyanti Bandung, maupun masyarakat luas, dimana hasil Implementasi SIM (X1 ) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2 ) secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung (Y) Temuan dan pembahasan penelitian mengindikasikan berbagai kesimpulan yang berkaitan dengan : Bahwa terdapat hubungan yang erat antara Implementasi SIM (X1 ) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung (Y) sebesar 76,90 % Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Implementasi SIM (X1) terhadap Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung (Y) sebesar 47,19 % Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Pengawasan Kinerja Pegawai ( X2) terhadap Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pelayanan Akademik di LPP Ariyanti Bandung (Y) sebesar32,49 %, Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Implementasi SIM (X1) dan Pengawasan Kinerja Pegawai ( X 2 ) secara bersama – sama terhadap Pelayanan Akademi di LPP Ariyanti Bandung (Y) Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, saran ditujukan kepada pihak-pihak yang memilikii hubungan dengan kepemimpinannya serta dapat melaksanakan percepatan pelayanan akademik di LPP Ariyanti Bandung . Pihak-pihak tersebut adalah: Pimpinan di LPP Ariyanti Bandung dalam hal penetapan kebijakan secara menyeluruh dan pelatihan personil harus mampu menyesuaikan dengan era perubahan diberbagai bidang. Pegawai di LPP Ariyanti Bandung atau profesi yang relevan, mampu menetapkan standarisasi yang tepat dan mampu menampilkan karakteristik kualitas personil yang profesional sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat. Pimpinan Lembaga mampu menyediakan anggaran yang optimal bagi peningkatan kualitas lembaga. Penelitian dapat dikembangkan lebih lanjut, tentunya dengan mempertimbangkan kelemahankelemahan dalam penelitian ini serta faktor lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anwar Mangkunegoro, Manajemen Sumberdaya Manusia, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. Azhar Susanto, sistem informasi Manajemen, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, Penerbit: Lingga Jaya, Bandung, 2004. Azhari, Azril, Metodologi Penelitian, Bagian Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2002. Davis, Gordon. B, Sistem Informasi Manajemen, Penerbit: CV. Teruna Grafica, Jakarta, 2002. Gibson L James, Perilaku Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1997. GR. Terry, Pengembangan sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Liberty, 1996. Husein, Muhammad Fakhri dan Wibowo, Amin, Sistem Informasi Manajemen, UPP AMP
27
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : RONI SURAHMAN dan DJODI A HUSSAIN S
YKPN, Yogyakarta, 2002. Iskandar dan Suharno, Pengantar Organisasi dan Manajemen. Fisipol: Universitas Negeri Surakarta, 1992. John. R Schermerhorm Jr, Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset, 2005. Kristanto Andri, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Gava Media, Yogyakarta, 2006 Marzuki, Pengorganisasian. Yogyakarta : Andi Offset, 2003. Moekijat, Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Rosdakarya, Bandung, 2003 Moenir A.S, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Pegawai. Jakarta : Gunung Agung, 1999. Mulyadi dan Johny Setiawan, System Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Edisi 1, Aditya Media, Yogyakarta, 1999. Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi. Jakarta : Erlangga. Sarwoto.2003. Dasar-dasar Organisasi. Universitas Indonesia : Ghalia.
28
Robbins Stephen P., Perilaku Organisasi, Konsep Kontroversi Aplikasi, Prenhallindo, Jakarta, 2002. Siagian, Sondang P., Sistem Informasi Manajemen, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2002. Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Penerbit: PT Abadi, Jakarta, 2004 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2004. Sunyoto Danang, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, PT Buku Kita, Jakarta Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali, 2004. Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus Margono, Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi-organisasi Publik Gajah Mada Press, Yogyakarta, 2001 Winarno, Wing Wahyu, Sistem Informasi Manajemen, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman
ABSTRACT This research is intended to know management model curriculum art music education in SMAN 5 Karawang with action research. Data collection techniques in-depth interviews,observation, and documentation. Findings showed that at this stage of curriculum planning is done based on the demands and needs of the community about the art of music adjusted to the national curriculum. In the implementation of arts education curriculum music collaboration of traditional and modern music that focuses on the competencies through practice and training. In the evaluation phase obtained factors supporting and inhibiting factors, especiallythe lack of teachers of art. In the reflection phase of usability found a number of high art music, character education in improving the discipline and hard work, spirit and academic achievement. Keywords: management. curriculum, education, art music, traditional,modern, competence, preservation, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan kurikulum merupakan upaya penataan sumber belajar mengajar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Pengelolaan Kurikulum harus diarahkan dalam suatu model agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Tolok ukurnya adalah pencapaian tujuan sekolah dan prestasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Untuk memperoleh pencapaian tujuan sekolah maka diterapkan model pengelolaan kurikulum dari hasil sautu penelitian. Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional. Namun demikian dalam implementasinya, sekolah dapat melakukan pengembangan, memperdalam, memperkaya, dan memodifikasi, tetapi tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Sekolah dibolehkan memperdalam kurikulum, artinya, materi yang diajarkan boleh dipertajam, diperluas dengan aplikasinya. Modifikasi kurikulum artinya materi yang diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta didik dan Budaya lokal.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pengelolaan Kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Tolok ukurnya adalah pencapaian tujuan sekolah dan prestasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Strateginya adalah melaksanakan kurikulum yang berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan dengan melakukan tugas-tugas pada standar kinerja (performance) Organisasi pembelajaran pendidikan seni music di SMAN 5 Karawang disusun dalam suatu model pengelolaan kurikulum. Model pengelolaan tersebut meliputi: 1) identivikasi tuntutan dari kebutuhan masyarakat, 2) merencanakan kurikulum, 3) melaksanakan kurikulum, 3) evaluasi kurikulum, 4) refleksi keguanaan kurikulum, B. Focus Penelitian Fokus penelitian dapat diidentifikasi meliputi: (1) perencanaan kurikulum pendidikan seni music di SMA N 5 karawang, (2) pelaksanaan kurikulum yang meliputi: pengembangan materi pembelajaran, saranaprasarana pembelajaran, SDM pelaksana kurikulum, (3) evaluasi kurikulum pendidikan seni music di SMA
29
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
N 5 Karawang. (4) refleksi kegunaan kurikulum pendidikan seni music di SMAN 5 Karawang C. Perumusan Masalah 1. Bagaimana perencanaan kurikulum pendidikan seni music di SMA N 5 Karawang ? 2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan music di SMA N 5 Karawang? 3. Bagaimana evaluasi kurikulum pendidikan music di SMA N 5 Karawang ? 4. Bagaimana refleksi kegunaan kurikulum pendidikan seni music di SMA N 5 Karawang? D. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Untuk mendapatkan deskripsi umum tentang model pengelolaan kurikulum pendidikan seni music di SMA N 5 karawang. 2. Sebagai kajian ilmiah dalam Manajemen Pendidikan yang dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan situasi pembelajaran pendidikan seni music. 3. Bagi subjek penelitian, dapat mengembangkan diri, meningkatkan partisipasi, dan meningkatkan profesionalisme guru dan kepala sekolah dalam pengelolaan kurikulium pendidikan seni musik. II. KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL Pengelolaan Kurikulum Pendidikan Seni Musik Kurikulum pendidikan seni musik adalah suatu perangkat pembelajaran yang mempunyai kontribusi dalam pengembangan, pelestarian, dan pembinaan kesenian kepada generasi penerus agar memiliki karakter positif dan integritas dalam mempertahankan budaya bangsa. Oleh sebab itu pengelolan kurikulum menjadi sangat penting dalam menjalankan proses pendidikan. Menurut Mulyasa (2004) sejak digulirkan reformasi pendidikan dari system pengelolaan sentralisasi menjadi system pengelolaan desentralisasi, pengembangan kurikulum lebih banyak dilakukan oleh guru disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan daerah. Model kurikulumnya akan beragam sesuai dengan tujuan, fungsi dan isi program pendidikan. Tahapan pengelolaan kurikulum di sekolah meliputi: (a) Perencanaan, (b) Pengorganisasiaan dan koordinasi, (c) Pelaksanaan, (d) Pengendalian Pengelolaan kurikulum pendidikan seni musik mempunyai keunikan tersendiri bila dibandingkan
30
dengan mata pelajaran lain. Dalam pengelolaanya perlu kolaborasi antara guru dan seniman ataupun sanggar seni untuk merencanakan kurikulum seni music yang seimbang. Begitu pula dalam implementasinya harus melibatkan seniman atau sanggar seni agar keberhasilannya memuaskan sesuai kompetensi yang diharapkan. refleksi dari kolaborasi pelaksanaan program kurikulum seni music dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Menurut Mulyasa (2004) keberhasilan implementasi kurikulum berbasis kompetensi tergantung kepada kemampuan guru dan sekolah dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan daerah. Perubahan kurikulum 2004 ke 2006 yang esensial adalah bahwa perancangan kurikulum tidak lagi sentralistik, tapi diserahkan kepada sekolah. Itu sebabnya kurikulum 2006 dikenal sebagai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang maknanya adalah bahwa sekolah sebagai Tingkat Satuan Pendidikan terkecil yang dapat merancang sendiri kurikulum pendidikannya. Kekhasan model kurikulum berdasarkan kondisi aktual sekolah dan potensi-potensi yang dimilikinya. Permasalahannya adalah bagaimana standar manajemen atau pengelolaan kurikulum pendidikan seni music. Menurut Betty Budiaty (2010) pendidikan seni adalah suatu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Seni adalah kreativitas manusia yang mengandung unsur keindahan,Seni bersifat universal, dengan seni manusia dapat berekpresi, berkomunikasi, bermain serta dapat mengembangkan bakat, dan melalui seni dapat dijadikan media pendidikan karakter. Seni music adalah kreativitas manusia yang mengandung unsur keindahan melalui unsur nada, irama,birama, melodi, tempo dan dinamik. Nada adalah suara yang jumlah getarannya (frekuensi) beraturan. Irama adalah panjang pendek nada yang dibentuk oleh nilai-nilai nada. Birama adalah ketukan yang berulang-ulang dengan terarur dan dalam waktu bersamaan.melodi adalah rangkaian nada yang berirama. Tempo adalah cepat lambat suara dalam lagu. Dinamik adalah keras lunaknya suara dalam lagu.Dalam seni music terdapat dua macam notasi yaitu notasi angka dan notasi balok. Notasi angka adalah notasi yang dilambangkan dengan angka-angka yaitu nol, satu (Do), dua (Re), tiga (Me), empat (Fa), lima (So), enam (La), tujuh (Ti). Angka nol sebagai tanda istirahat.Untuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
membentuk suatu irama harus mengenal bentuk dan nilai nada yaitu : Not berdiri sendiri mempunyai nilai satu ketukan contoh: 1 3 5 4 1 . Notasi balok adalah susunan nada-nada yang dilambangkan dengan huruf a - b – c – d – e – f – g yang ditulis dalam bentuk gambar dan disimpan dalam satu paranada atau balok not. Isi materi kurikulum pendidikan seni music merupakan gabungan dari seni music modern dan seni music tradisional. Menurut data base seni budaya (2007) kabupaten Karawang memiliki sejumlah seni music tradisional yaitu: Kesenian Kliningan , Kesenian Reog, Kesenian Jaipongan , Kesenian Ketuk Tilu, Kesenian Tanjidor , Kesenian Ajeng , Kesenian Degung, Kesenian Degung Menurut Warliyah dan Wahyudin (2007) degung adalah semacam waditra pukul (instrument perkusi) berbentuk enam buah gong kecil yang digantung secara berderet pada sebuah ancak/rancak. perangkat waditra itu disebut gamelan degung. Kesenian gamelan degung dikenal di Karawang sejak tahung 1927 ketika gamelan degung pentas mengiringi film “Lutung Kasarung “ di Subang, purwakarta dan Karawang. Kesenian degung menjadi populer setelah ditambah waditra rebab, gambang, dua buah saron barung, panerus, kulanter dan kempul sehingga dapat dipakai untuk mengiringi tarian. Kesenian degung berfungsi sebagai media hiburan, pada resepsi pernikahan, khitanan, selain itu gamelan degung sering digunakan untuk penyambutan tamu dan mengiringi tari dalam pertunjukkan. Kesenian Ajeng Menurut Warliyah dan Wahyudin (2007) ajeng adalah kesenian tradisional daerah Karawang yang dikategorikan kelompok seni karawitan. Kesenian Ajeng menggunakan alat-alat sejenis gamelan yang terdiri dari bonang renteng, gambang gangsa, dua buah ketuk, dua buah bonang, kecrek dan kendang. Gending-gendingnya yang dimainkan selalu dalam tangga nada (laras) pelog. Kesenian ajeng digunakan sebagai pelengkap upacara penyambutan tamu terhormat, dan upacara pernikahan dalam mengarak penganten. Alunan musik ajeng karawitan yang bertautan menimbulkan harmoni irama yang mampu mempengaruhi jiwa dan menimbulkan rasa kagum terhadap wibawa seni. Melalui kepiawaian penabuh/ seniman dalam menyajikan kesenian yang penuh nilai-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
nilai sehingga walaupun tanpa alunan lagu yang dibawakan oleh juru kawih, namun melalui optimalisasi fungsi waditra mampu menggantikan lagu dalam bentuk instrumentalia.Pemain ajeng dalam pertunjukan sebanyak 12 orang yang terdiri dari 2 orang juru kendang, 2orang juru ketuk, 2 orag juru goong, dua orang juru saron, 1 orang juru kedemung, 1 orang juru terompet, 1 orang juru kecrek. Kesenian Tanjidor Menurut Warliyah (2007) tanjidor barasal dari kata tanji. Tanji adalah salah satu jenis kesenian yang menggunakan alat tiup dan alat pukul seperti ; terompet, terombon, piston, tenor, basung, tambur , tam-tam, dan alat intrumen tradisional seperti ketuk, kecrek, kendang dan gong. Tanjidor dipergunakan untuk mengarak pengantin, selain itu untuk menghibur masyarakat pada perhelatan-perhelatan perkawinan atau khitanan. Jalan pertunjukkan dilakukan pertama pembukaan dengan tatalu dengan lagu instrumentalia, tujuannya untuk menunggu tamu berkumpul. Setelah itu baru ditambah dengan vocal dengan juru kawih membawakan lagu-lagu sunda. Kesenian Ketuk Tilu Menurut Warliyah dan Wahyudin(2007) ketuk tilu adalah kesenian rakyat, dalam pertunjukan ketuk tilu terjadi komunikasi antara pemain (penabuh), ronggeng/penari dan penonton. Ketuk tilu diambil dari salah satu alat pengiringnya yaltu tiga buah ketuk (penclon) yang dalam bahasa sunda tiga artinya tilu. Ketuk tilu awalnya berfungsi sebagai media upacara ritual pada musim tanam untuk kepentingan permintaan hujan. Perkembangan Selanjutnya menjadi tari pergaulan, setelah adanya pengaruh kolonial Belanda dengan adanya Ball Room barat, fungsi ronggeng menjadi penari, penghibur, dan penari bayaran yang memberi kepuasan kepada penonton terutama kepada pria yang menjadi pasangan menari. Kesenian Jaipongan Menurut Data Base Kebudayaan Karawang (2007) kesenian jaipong adalah kesenian tradisional asli Karawang. Terdapat 32 (tiga puluh dua) kelompok organisasi sanggar seni jaipongan yang masih eksis di Karawang. Menurut Warliyah dan Wahyudin (2007) kesenian jaipong berasal dari Karawang yang diciptakan seniman Karawang dikembangkan oleh Alm Abah
31
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
Askin, Alm Abah Atut (tokoh Topeng banjet) dan H. Ujang Suanda (Jugala Grup). Kesenian jaipong Karawang terkenal dengan ciri khas gaya kaleran ditandai dengan keceriaan, erotisme, humorisme, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Menurut Asep Ruhyuni (2011) dalam rangka melestarikan kesenian tradisional jaipongan , Dinas Kebudayaan Pariwisata Karawang mengadakan kegiatan tari jaipong kolosal dengan peserta 7000 orang lebih tercatat sebagai rekor MURI. Mereka terdiri dari pelajar, masyarakat umum dan seniman. Kegiatan itu menunjukkan bahwa masyarakat Karawang mampu melestarikan seni dan budaya sebagai kearifan lokal. Kesenian Reog Menurut Warliyah dan Wahyudin (2007) kesenian reog menjadi salah satu media hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat Karawang. Waditra atau alat yang digunakan adalah empat buah alat music perkusi yang disebut dog-dog yang berbeda ukuran. Kesenian Kliningan Menurut Warliyah dan Wahyudin (2007) kliningan adalah kesenian sekar gending yang mengutamakan suara kawih pesinden sebagai sajian utama dengan menggunakan alat music gamelan secara lengkap dengan laras salendro . Berdasarkan uraian tentang kesenian tradisional di atas, maka dapat dikemukanan bahwa pengelolaan kurikulum seni music dalam implementasinya penerapan konsep yang bersipat potensial, actual yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai dituangkan dalam perencanaan kurikulum (curriculum planning) Menurut Mulyasa (2004) keberhasilan implementasi kurikulum dipengaruhi tiga factor yaitu; kepala sekolah, guru sendiri, dan rekan guru sejawat, Namun denikian terdapat permasalahan dalam pendidikan seni yaitu kekurangan guru. Menurut Cut Wardan Kamaril (2011) permasalahan kekurangan guru seni rupa, musik dan tari di sekolah hampir tidak tersentuh untuk diatasi secara kreatif. Dampaknya seringkali kebijakan yang diambil adalah cukup satu guru untuk mata pelajaran seni budaya. Bahkan sering ditemui guru bidang lain mengajarkan mata pelajaran ini karena tergantung pada ketersediaan guru yang ada. Alasan klise yang selalu dikedepankan adalah
32
sekolah tidak memiliki dana untuk membayar 2–3 guru seni. Peran kepala sekolah dalam mengatasi permasalahan pendidikan seni adalah sampai sejauhmana kemampuan dalam pengelolaan kurikulum. Menurut Wahjo Sumidjo (2003) pengelolaan adalah suatu proses yang meliputi pengadaan, pendayagunaan, guru, dan sumberdaya lainnya yang mendukung terhadap keberhasilan pendidikan. Kaitannya dengan pengelolaan dan pembinaan kurikulum, Wahjo Sumidjo (2003) pengelolaan kurikulum diawali dengan mengidentifikasi tuntutan dan kebutuhan masyarakat, merencanakan kurikulum, melaksanakan kurikulum , evaluasi kurikulum, dan jaminan program berikutnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pengelolaan kurikulum pendidikan seni music dapat diajukan dalam langkahlangkah sebagai berikut : 1) identifikasi tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pengguna, 2) merencanakan program kurikulum, 3) melaksanakan program kurikulum, 4) evaluasi program kurikulum, 5) refleksi kegunaan dari hasil pelaksanaan program kurikulum. III. Metode Penelitian A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mencari model pendekatan pengelolaan kurikulum pendidikan seni music untuk perbaikan situasi pembelajaran dari mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, refleksi kegunaan kurikulum pendidilkan seni di SMAN 5 Karawang. B.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di SMAN 5 Karawang, waktu penelitian 8 bulan (juli 2010-Feburuari 2011) C.
Metode dan Disain Intervensi Tindakan Metode penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan (Action Research). D.
Subjek Yang terlibat dalam penelitian Kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, hubungan masyarakat, kesiswaan, administrasi keuangan, guru seni, siswa kelas I SMA N 5 karawang, seniman dari sanggar seni di kabupaten Karawang.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
E.
Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peneliti ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan model kurikulum pendidikan seni music di SMAN 5 karawang, mulai dari identifikasi tuntutan kebutuhan masyarakat tentang seni music, penyusunan peren rencanaan kurikulum, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi kebergunaan kurikulum pendidikan seni music di SMAN 5 Karawang. F.
Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan intervensi tindakan menurut Kurt Lewin (1952) menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses siklikal spiral, yang meliputi : perencanaan ( planning ), tindakan (acting ), pengamatan((observing ), dan refleksi (reflecting )
seni music, program semester, rencana pembelajaran, pelaksanaan kurikulum, evaluasi kurikulum dan prestasi yang diperoleh. I.
Teknik dan Instrumen Pengumpul Data Teknik dan instrument yang digunakan meliputi : 1) teknik Pengalaman (experiencing) melalui observasi, 2) teknik Pengungkapan (enquiring) melalui wawancara, 3) teknik Pembuktian (examining)melalui studi dokumentasi.Pengujian keterpercayaan data dilakukan dengan validitas dan realibilitas. Validas data dilakukan dengan cara pengujian terhadap kredibilitas (credibility), transfer-abilitas, keabsahan (dependability), dan konfirmabilitas. J.
G.
Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan 1. Meningkatnya profesionalisme kepala sekolah, wakasek, guru dalam pengelolaan kurikulum pendidikan seni musik 2. Adanya inovatisi dan perubahan terhadap sistem pembelajaran seni music yang berkelanjutan. 3. Adanya perbaikan sistem komunikasi antara guru, kepala sekolah, wakasek, seniman, sanggar seni. dan masyarakat sebagai pengguna. 4. Meningkatnya prestasi siswa dalam mengikuti pertunjukkan seni yang diadakan oleh instansi pemerintah, swasta, individu, organisasi masyarakat, dan lembaga pendidikan tinggi. 5. Meningkatnya sarana prasarana dan pembiayaan dalam pengelolaan kurikulum pendidikan seni music. 6. Tersedianya model pengelolaan kurikulum pendidikan seni music yang dapat dijadikan pedoman.
Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Analisis data bersifat naratif yaitu identifikasi tema-tema menjadi kesatuan data yang sistematis dan berguna, identifikasi isu-isu dan permasalah kemudian dibuat peta konsep dari factor-faktor pendukung dan factor penghambat. Temuan hasil analisis dihubungkan dengan teori atau permasalahan yang dihadapi. IV. Hasil Penelitian DESKRIPSI TEMUAN HASIL PENELITIAN 1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Seni Musik SMAN 5 Karawang Proses perencanaan krurikulum pendidikan seni music di SMAN 5 Karawang diawali dengan identifikasi tuntutan dan permintaan masyarakat disajikan dalam table sebagai berikut : NO 1 2
3
4
H. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi; kurikulum pendidikan seni music, kesenian tradisional kabupaten Karawang, sanggar seni, tuntutan dan kebutuhan masyarakat tentang seni music, struktur organisasi SMAN 5 Karawang terdiri dari kepala sekoleh, wakasek, guru seni, jumlah siswa, sarana prasarana pembelajaran, program tahunan kurikulum pendidikan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
INSTANSI Pemda Karawang Badan Narkotika Karawang Indomie Bekasi
5
Dinas Kebudayaan pariwisata PMI Karawang
6 7
KONI jabar Slamet Riyadi
8
ITB
9
UNSIKA
10
UPI Purwakarta
JENIS PERMINTAAN Paduan suara
EVEN PERTUNJUKAN Upacara hari besar nasional Sosialisasi BNK
KETERANGAN
Mengarang lagu jingle dear indomie Mengarang lagu tradisional Karawang Lag u mars PMI, dan hymne PMI Hymne porprov Lag u because of you Rampak sekar
Lomba mengarang lagu di Jabotabek
Jingle indomie dalam bentuk rekaman Pesona karawang
Lag u rosulullah dan nea shalawat Lag u bunda (mely guslow)
Lomba Nasid
Lagu mars PMI, dan hymne PMI Hymne porprov Lomba antar SMP, SMA se Karawang Lagu Irian yamko rambe yamko Lomba tingkat SMA
Lomba solo
Lomba tingkat SMA
Mengarang lagu mars BNK
Festival Musik Dinas pariwisata Karawang Sosialisasi di Subang Pekan olahraga Singing kontes Lomba-lomba
Lagu-lagu wajib dan lagu perjuangan Lagu Mars BNK
33
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
Perencanaan kurikulum pendidikan seni music SMAN 5 Karawang, dibuat berdasarkan kurikulum nasional, dipadukan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Materinya adalah kolaborasi antara seni music tradisional dan seni music modern. Materi seni music tradisional meliputi : seni music tradisional Karawang dan seni musik tradisional daerah lain. Seni music tradisional karawang mencakup: kesenian degung, Ajeng (karawitan), Tanjidor, Ketuk tilu, Jaipongan, Reog, Kliningan. Kesenian tradisional daerah lain seperti yamko rambe yamko (irian). Sedangkan kesenian modern adalah band. Jadwal pembelajaran dalam intra kurikuler dialokasikan 2 jam setiap minggu sesuai kurikulum nasional disajikan dalam bentuk teori dan praktek. Untuk meningkatkan kompetensi siswa, dialokasikan 9-12 jam tiap hari minggu. Untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran, diadakan kerjasama dengan sanggar seni seperti dalam table berikut: Tabel Kerja Sama dengan Sanggar Seni No 1
2
3
Sanggar seni Chic Shavira Karawang
Jenis kesenian Modern: piano, vocal,
Purwa Caraka Karawang
Modern: keterampilan
Putra Mandiri Jaipong, dan jugala grup
key bord, Gitar, Dram.
keterangan Studio rekaman dan praktek alat musik
key bord, Gitar, Dram.
Studio rekaman dan praktek alat music modern dan vocal
Kesenian trdisional jaipongan, degung, kliningan, ketuk tilu, tanjidor
Latihan praktek alat music tradisinal
bidang piano, vocal,
Dalam tahap perencanaan masih terdapat kelemahan yaitu kurangnya sarana prasarana dan jumlah guru seni, 2.
Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Seni Musik SMAN 5 Karawang Pelaksanaan kurikulum pendidikan seni music dilaksanakan secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Program pengelolaan kurikulum secara intra kurikuler dilakukan 2 kali pertemuan dalam seminggu ditambah dengan ekstra kurikuler 9-12 jam setiap hari minggu, dan praktek keahlian penggunaan seni music modern di sanggar seni Chic Shavira Karawang, dan Purwacaraka Karawang. Praktek seni tradisional di sanggar seni Putra Mandiri Jaipong, dan Jugala Grup Karawang. Standar kompetensi yang
34
diberikan adalah mengekpresikan seni music, dengan kompetensi dasar mengungkapkan pengalaman musical dan hasil pengamatan terhadap pertunjukkan seni music tradisional kabupaten Karawang. Indikator keberhasilannya adalah mendeskripsikan jenis-jenis music, elemen dan karya music tradisional, dan mendemonstrasikan alat music dan menyanyikan karya music tradisional Karawang. Materi ajar music tradisional karawang seperti karawitan, ajeng, degung, gamelan, tanjidor, kliningan, ketuk tilu dan karya-karya lagunya, ditambah music tradisional daerah lain seperti Sumatera, Irian, Sulewesi, Betawi seperti keroncongan kemayoran dengan lagu sijalijali. Alokasi waktu 2 kali pertemuan (2 x 45 menit) tiap minggu. Alokasi waktu berdasarkan kurikulum tersebut sangat tidak mencukupi sehingga pihak sekolah mengadakan ekstrakurikuler 9 -12 jam setiap hari minggu. Pelaksanaan kegiatan kurikuler pendidikan seni music dibuat struktur organisasi dari unsur siswa untuk memudahkan koordinasi dan memecahkan persoalan terutama dalam hal biaya praktek di sanggar sanggar seni. Metode pembelajaran menggunakan metode diskusi, eksperimen, demonstrasi dan unjuk kerja. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan tahapantahapan yaitu kegiatan awal 5 menit terdiri dari absensi siswa, informasi materi, pembagian kelompok. Kegiatan inti 30 menit tediri dari pertemuan pertama diisi dengan materi mendeskripsikan jenis jenis seni music tradiasional karawang dan berbagai daerah di Indonesia, mendeskripsikan susunan nada music tradisional, mendeskripsikan irama music tradisional, dan harmoni karya music tradisional. Pertemuan ke dua diisi dengan materi mendemonstrasikan bermain alat dan bernyanyi karya music tradisional setempat. Penilaian hasil pembelajaran berupa tagihan perorangan atau kelompok, dengan bentuk tagihan berupa praktek dan unjuk kerja. Alat bantu media pembelajaran meliputi buku-buku seni Budaya, partitur lagu yang dibuat oleh guru, dan alat music tradisional (gamelan) maupun modern (key board), dan tape recorder. Untuk meningkatkan kompetensi diadakan kerjasama dengan sanggar seni baik seni modern maupun seni tradisional. Program ekstra kurikuler pendidikan seni music dibentuk kepanitiaan yang ditandatangani oleh kepala sekolah. Selain kegiatan ekstrakurikuler terdapat program kegiatan inagurasi bagi siswa baru (Unjuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
Kebolehan dalam bidang Kreasi Seni), dan pada Akhir smester 1 ada kegiatan pentas seni, menggunakan bahasa sunda untuk kelas 1 , bahasa Indonesia kelas 2 dan bahasa inggris untuk kelas 3, jenis seni yang di pentaskanantara lain: Drama, Solo Vokal, Paduan Suara, Tari- tarian (Tradisional dan Modern), Dalam tahap pelaksanaan masih terdapat kendala yaitu kurangnya alokasi waktu, tenaga guru, sarana prasarana dan pembiayaan. 3.
Evaluasi Kurikulum Pendidikan Seni Musik di SMAN Karawang. Evaluasi terhadap pengelolaan kurikulum pendidikan seni music SMAN 5 Karawang dilakukan secara internal dan eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh pihak sekolah yaitu kepala sekolah, wakasek, guru dan masukan dari siswa, Kepala sekolah selalu mengadakan pengawasan baik dari perencanaan, pelaksanaan maupun kegunaan atau relevansi dari kurikulum pendidikan seni. Wakasek meberikan evaluasi terhadap dukungan program, sarana prasaran, pembiayaan maupun hubungan dengan masyarakat. Guru melakukan evaluasi dalam hal kopentensi yang dimiliki siswa terhadap pendidikan seni music. Siswa memberikan evaluasi terhadap kelancaran proses belajar mengajar terutama kaitannya dengan praktek di sangrar-sanggar seni. Evaluasi eksternal dilakukan oleh masyarakat dan pihak pengguna dari hasil pendidikan seni music SMAN 5 Karawang. Evaluasi eksternal yang selalu dilakukan terutama Pemerintah Kabupaten karawang yaitu ketika pentas paduan suara pada upacara hari besar nasional, dan dinas kebudayaan pariwisa dalam acara festival-festifal tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten. Dari hasil evaluasi terdapat factor-faktor pendudung dan factor-faktor penghambat. Faktor-faktor pendukung keberhasilan yaitu: 1. Adanya dukungan kepala sekolah, wakasek, dan stakeholder 2. Tingkat profesionalisme guru seni 3. Organisasi ekstra kurikulur yang sepenuhnya dilakukan oleh siswa dibimbing oleh guru seni music dan wakil kepala sekolah. 4. Adanya kerja sama dengan sangga seni baik modern maupun seni tradisional. 5. Adanya penghargaan dan kepercayaan dari Pemda Karawang terhadap Tim Paduan Suara SMAN 5 Karawang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Faktor-fator Penghambat Pelaknsanaan Pendidikan Seni Musik: 1) Alokasi waktu hanya 2 pertemuan (2X 45 menit) sangat kurang 2) Jumlah guru seni music hanya satu orang (sangat kurang) 3) Biaya untuk melaksanakan pementasan maupun mengikuti lomba-lomba sangat kurang. 4) Alat-alat kesenian masih kurang baik seni tradisional maupun modern. 5) Ruangan latihan kesenian kurang nyaman. 6) Tidak memiliki Studio Rekaman 4.
Refleksi Kegunaan dan Relevansi Kurikulum Pendidikan Seni SMAN 5 Karawang Kegunaan dan relevansi dalam model pengelolaan kurikulum pendidikan seni music di SMAN 5 Karawang, diukur berdasarkan indicator keberhasilan atau prestasi yang diperoleh. Keberhasilan penerapan model pengelolaan kurikulum pendidikan seni music di SMAN 5 Karawang dilakukan konfirmasi kepada masyarakat sebagai pengguna. Dari hasil konfirmasi diperoleh keterangan sebagai berikut : 1. Paduan suara Tim paduan suara siswa siswi SMAN Karawang selalu digunakan dalam upacara peringatan hari-hari besar nasional di PEMDA Karawang, hasilnya sangat memuaskan dan mendapat penghargaan dari PEMDA, atas keberhasilan tersebut dibuatkan kontrak kerja antara pihak PEMDA dan Sekolah dalam mengisi paduan suara untuk membawakan lagu wajib, lagu perjuangan maupun lagu pilihan dalam kegiatan acara peringatan hari besar nasional maupun event-event tertentu yang diadakan PEMDA Karawang. Lomba paduan suara dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Karawang mendapat juara I, II, judul lagu yang dibawakan lagu Pantang Mundur karangan Titik Puspa, lagu pilihan lagu Indonesia Pusaka karangan Ismail Marjuki, lagu Yamko Rambe Yamko (lagu daerah Irian). Paduan suarara dalam Pekan Olah Raga Propinsi Jawa Barat (Porprop), lagu yang dibawakan lagu Patriot, himne porprov, lagu tambahan adalah Manuk Dadali, Rayuan Pulau Kelapa karangan Ismail Marjuki.
35
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
36
Vokal Group Tim Vokal group (lima orang) SMAN 5 Karawang mendapat juara I pada acara festifal seni music di Dinas Pendidikan karawang dengan lagu yang dibawakan Gebyar-gebyar karangan Gomloh. Lagu Solo Mendapat juara I pada acara festifal lagu tradisional sunda di dinas Pendidikan Karawang dengan lagu yang dibawakan Mojang Priangan. Lagu Mars Badan Narkotika Nasional (BNK) BNK karawang memberikan pesanan untuk mengarang lagu mars BNK, lagu tersebut telah direkam dan dipublikasikan oleh pemda Karawang. Lagu Mars PMI dan Himne PMI dalam acara Gerakan Anti Narkoba di Subang mendapat juara II. Dan juara I paduan suara di Subang lagu wajib yang dibawakan adalah lagu Bendera karangan kelompok Band Coklat, dan lagu pilihan adalah lagu sunda yaitu lagu Eslilin. Lagu Tradisiaonal Sunda Lomba nyanyi Lagu sunda di ITB mendapat juara II. Lagu yang dibawakan adalah lagu Pakusarakan karangan mang Koko, lagu pilihan adalah lagu Karatagan karangan Nano,dan lagu Kamuning karangan mang Koko. Jingle dear Indomi Mengikuti lomba menciptakan lagu jingle indomi nuansa sunda durasi lagu satu menit, alat music Angklung Accompenegmen dan melodi diatonic. kolaborasi alat musik angklung dan band direkam di sanggar seni chic syafira, dari 200 Cd keambil 20 peserta, pentas di Bekasi dapat juara III dengan jurinya dibawakan oleh Nugi Katon Bagaskara Lomba Solo Dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) purwakarta mendapat juara I lagu yang dibawakan lagu Bunda karangan Melki Guslau Singing Contes Slamet Riyadi Karawang mengadakan acara singing contes antar SMA, SMP terdapat 30 peserta . SMAN 5 Karawang mendapat Juara I,II,III, atas nama Juliandir , Eka, Ulpa dengan judul lagunya because of you. Lomba cipta lagu Dinas Kebudayaan Pariwisata mengadakan lomba cipta lagu nuansa sunda dengan judul
Pesona Karawang, ciptaan Betty (guru seni music SMAN 5 Karawang). Lomba presenter dalam bahasa sunda mendapat juara I, II Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, Lomba dongeng sunda dengan judul Sakadang Kuya dan judul Kisah Curug Santri mendapat juara I, III dinas Kebudayaan dan Priwisata Karawang. 10. Lomba Nasid Universitas Singa Perbangsa Karawang mengadakan lomba Nasid tingkat SMA, mendapat juara I dengan lagu yang dibawakan lagu Rasulullah dan Nea Salawat karangan Raihan. Dan mendapat juara I, III lomba nasid di Kantor Kementrian Agama Karawang dengan lagu yang dibawakan lagu Demi Masa dan lagu Bismillah. Refleksi dari penerapan model pengelolaan kurikulum pendidikan seni berpengaruh pula terhadap pendidikan karakter dan prestasi akademik. Keberhasilan dalam pendidikan karakter mayoritas siswa siswi yang mengikuti ekstra kurikuler pendidikan seni menunjukkan perilaku yang sangat baik, yaitu disiplin tinggi, kerja keras, tanpa kenal lelah, semangat dan prestasi akademiknya pun sangat baik. Menurut kepala sekolah, anak yang ikut ekstra kurikuler pendidikan seni sejumlah 60 % melanjutkan ke perguruan tinggi. V. Kesimpulan 1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Seni Musik Pada tahap perencanaan, penyusunan kurikulum memperhatikan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Diawali dengan mengidentifikasi tuntutan dan kebutuhan dari instansi pemerintah, swasta, individu, maupun dari organisasi masyarakat. Permintaan yang menjadi rutinitas adalah mengisi paduan suara pada upacara hari hari besar nasional maupun acara kedaerahan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten karawang. Permintaan berikutnya adalah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karawang untuk mengisi acara-acara kebudayaan dan kepariwisataan di tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten, Selain itu terdapat pula pesanan lagu seperti lagu mars Badan Narkotika Nasional, dan lomba-lomba cipta lagu maupun nyanyi solo atau rampak sekar. Berdasarkan permintaan tersebut,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
2.
3.
4.
dibuatkan perencanaan kurikulum baik intra maupun ekstra kurikulum. Rencana Program Kurikulum bersifat intra disesuaikan dengan kurikulum nasional yaitu 2 kali pertemuan dalam satu minggu, Sedangkan ekstra kurikulum diprogramkan selama 9-12 jam tiap hari minggu ditambah praktek di sanggar seni seperti Chic Shavira Karawang, Purwa Caraka SanggarKarawang untuk seni modern, dan praktek seni music tradisional di sanggar Putra Mandiri Jaipong, dan Jugala Grup. Dalam tahap perencanaan masih terdapat kelemahan yaitu kurangnya sarana prasarana dan jumlah guru seni. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan seni Musik Pada tahap pelaksanaan berpedoman pada perencanaan kurikulum yang telah dibuat. Alokas waktu 2 kali pertemuan dalam seminggu untuk intrakurikuler, dan 9-12 jam setiap hari minggu untuk ekstrakurikuler. Demikian juda materi kurikulum meliputi seni music tradisional karawang dan daerah lainnya, seni music modern, dan materi seni music sesuai tuntutan dan permintaan masyarakat. Dilaksanakan di ruang kesenian SMA N 5 Karawang, Sanggar Chic Shavira Karawang, Purwa Caraka SanggarKarawang untuk seni modern, dan praktek seni music tradisional di sanggar Putra Mandiri Jaipong, dan Jugala Grup. Dalam tahap pelaksanaan masih terdapat kendala yaitu kurangnya alokasi waktu, tenaga guru, sarana prasarana dan pembiayaan. Evaluasi Kurikulum Pendidikan Seni Musik Pada tahap evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah maupun wakasek secara garis besar untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan. Seperti: sarana-prasarana, pembiayaan, hubungan kerja sama dengan instansi maupun sanggar seni. dan pengecekan terhadap kesiapan tim kesenian pada event – event penting yang membawa nama baik sekolah maupun pemerintah daerah Karawang. Evaluasi Selanjutnya adalah oleh guru bersangkutan untuk mengetahui keberhasilan siswa secara individu maupun kelompok. Repleksi Kegunaan Untuk menjamin keberlangsungan program pengelolaan kurikulum tahun berikutnya, maka
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
diadakan pengecekan refleksi kegunaan (relevansi). Pengecekan relevansi indikatornya adalah kompetensi siswa berupa prestasi dalam event-event di luar sekolah seperti paduan suara di pemda Karawang, dan lomba-lomba. Hasil dari pengecekan refleksi kegunaan tersebut ternyata siswa siswi SMAN 5 Karawang memperoleh prestasi sangat memuaskan. Refleksi dari penerapan model pengelolaan kurikulum pendidikan seni berpengaruh pula terhadap pendidikan karakter dan prestasi akademik. Keberhasilan dalam pendidikan karakter mayoritas siswa siswi yang mengikuti ekstra kurikuler pendidikan seni menunjukkan perilaku yang sangat baik, yaitu disiplin tinggi, kerja keras, tanpa kenal lelah, semangat dapat bekerja sama. Demikian pulan dalam prestasi akademiknya pun sangat baik. Menurut kepala sekolah, anak yang ikut ekstra kurikuler pendidikan seni sejumlah 60 % melanjutkan ke perghuruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Model pengelolaan Kurikulum Pendidikan Seni Musik di SMAN 5 Karawang berhasil dan layak untuk diterapkan di sekolah-sekolah lain di Kabupaten Karawang. Saran-Saran Banyak aspek yang belum mendukung pada setiap tahapan pengelolaan kurikulum pendidikan seni music di SMAN 5 Karawang masih terdapat factor kendala . Terdapat beberapa rekomendasi perlu diperhatikan secara seksama yaitu: a. SMAN 5 Karawang 1. Agar lebih banyak memperhatikan seni tradisional Karawang dalam kurikulum seni music sebagai upaya pelestarian budaya daerah. 2. Agar menambah sarana prasarana alat kesenian baik alat seni tradisional maupun modern. b. Dinas Pendidikan Kabupaten Karawang 1. Perlu menambah guru kesenian ditiap sekolah agar terpenuhinya rasio guru seni : murid 2. Perlu segera membangun gedung kesenian sebagai tempat latihan di sekolah yang dilengkapi fasilitas pendukungnya.
37
MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG OLEH : ENJANG SUDARMAN
3.
Perlu mengintensipkan program- program pekan kesenian tingkat kabupaten untuk memotivasi sekolah-sekolah berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA ______________, Data Base Kebudayaan Karawang, Dinas Penerangan Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang, 2007. _______________, Pedoman Penulisan Tesis & Desertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta, 2005. Depdiknas , Pengelolaan Kurikulum Sekolah, Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional, Depdiknas, Jakarta, 2008. Muhadjir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Penerbit PT. Rosda Karya, Bandung, 2004.
38
Ruhyani Asep, Tradisi dan Budaya Karawang, Majalah Promo Edisi III, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, 2011. Ruhyani Asep, Karawang On History, Majalah Promo Edisi II, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, 2011. Ruhyani Asep, Redifinisi Goyang Karawang , Majalah Promo Edisi I, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, 2011. Wardani, Cut Kamaril, Pendidikan Seni Budaya di Sekolah,Tantangan di Abad 21, Goegle, 1 Maret 2011. Warliyah.U,dan Wahyudin, Kabupaten Karawang dalam Dimensi Budaya, Dinas Penerangan Pariwisata dan Budaya, Pemerintah Kabupaten Karawang, Karawang, 2007. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan teoretik, dan Permasalahannya, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2003.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
ABSTRACT Target of research are as following : To know what is by together there are influence of Compensation variable (X1) and Discipline Job (X 2 ) to Performance Officer (Y) at Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Technique intake of sampel in this research is conducted with Random Sampling, that is way intake of sampel at random regardless of existing strata in sampel. Pursuant to result analyse that there are positive influence between Compensation variable (X1) to Performance Officer (Y) with value of parsial equal to 0,870 meaning there is very strong influence. This matter in proving from result test hypothesis between Compensation variable (X1) to Performance Officer (Y) obtained by value of to = 2,469 > t0,05 (108) = 1,669, hence Ho refused and Is ha accepted. Pursuant to result analyse that there are positive influence between Discipline Job variable (X 2) to Performance Officer (Y) with value of parsial equal to 0,950 meaning there is very strong influence. This matter in proving from result test hypothesis between Discipline Job variable (X2) to Performance Officer (Y) obtained by value of to = 12,885 > t0,05 (108) = 1,669, hence Ho refused and Is ha accepted. By simultan there are positive influence between Compensation variable (X1) and Discipline Job (X2 ) to Performance Officer variable (Y) with correlation value by Simultan or model of Summary yielding value of R equal to 0,951 and while value of R Square equal to 0,905 or 90,5%, this matter can be expressed with result analyse by together Compensation variable (X1), and Discipline Work to Performance Officer variable (Y) have positive value and the influence level of very strong. Proved with test of F (ANOVA) or of FCount in obtaining value equal to 507,750 where bigger than Ftable (109) equal to 2,705 with level isn’t it equal to 0,000 because 0,000 < 0,05, hence can be told by Compensation variable (X1) and Discipline Job variable (X2) by together have an effect on very strong and positive to Performance Officer variable (Y) at Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompensasi sebagai pemberian imbalan jasa yang layak dan adil kepada para pegawai karena mereka telah memberikan sumbangan kepada pencapaian tujuan organisasi. Kebutuhan dasar yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari adalah meliputi sandang, pangan dan papan (Basic-Need). Manusia tidak akan bisa berusaha kebutuhan yang berada pada tingkat yang lebih tinggi sebelum kebutuhan yang paling dasar terpenuhi. Agar dapat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka manusia harus bekerja. Konsekuensi dari bekerja tersebut mereka menerima imbalan jasa yang berwujud uang yang lazim disebut gaji atau upah (Kompensasi). Pemberian kompensasi bukan hanya penting, karena merupakan dorongan utama seseorang menjadi pegawai dan besar pengaruhnya terhadap semangat serta kegairahan kerja para pegawai. Dengan demikian maka setiap organisasi harus dapat menetapkan kompensasi yang paling tepat hingga dapat mendorong kinerja yang gilirannya
39
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
dapat menopang tercapainya tujuan organisasi secara lebih efektif dan efisien. Sistem kompensasi dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai yang akhirnya menentukan kinerja pegawai. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan jika sistem pembayaran gaji yang kurang memadai dapat berakibat fatal bagi organisasi yang disebabkan oleh kurangnya kinerja pegawai. Hal ini mengandung arti bahwa penetapan kinerja pegawai yang pada gilirannya dapat pendorong merangsang pencapaian tujuan organisasi. Sistem penggajian atau pemberian kompensasi dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai yang akhirnya menentukan tingkat kinerja pegawai itu sendiri. Bagi pegawai kompensasi adalah sangat penting dalam rangka memenuhi harapannya seperti kebutuhan hidup dan karir. Sedangkan untuk organisasi, kompensasi merupakan salah satu instrumen dalam mencapai tujuan organisasi dan tentunya harapan serta aspirasi dari setiap pegawai perlu dicermati oleh pihak manajemen. Setiap pegawai yang bekerja hendaknya lebih mengutamakan berdisiplin dalam setiap pekerjaannya. Disiplin kerja lebih banyak bersumber dari dalam diri pegawai sendiri, yang diperlihatkan mereka dalam bentuk mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku dalam melaksanakan pekerjaan. Pegawai hendaknya dapat menerapkan disiplin kerja yang sesuai ketentuan yang berlaku di organisasi diantaranya adalah selalu mentaati dan melaksanakan aturan-aturan yang diwajibkan atau diharapkan oleh perusahaan agar setiap pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya secara tertib dan lancar. Biasanya disiplin kerja tidak hanya mencerminkan perilaku pegawai pada saat mereka bekerja, tetapi juga menunjukkan realitas dan sering tidaknya mereka bekerja (absenteeism). Disiplin kerja diartikan jika pegawai selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku organisasi. Kinerja pegawai pada dasarnya mencakup hasil kerja yang dicapai setiap pegawai yang melakukan pekerjaannya secara optimal, sikap mental dan perilaku yang selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan saat ini harus lebih berkualitas dibanding hasil kerja pada masa lalu dan pekerjaan untuk masa yang akan datang harus lebih
40
berkualitas dibanding hasil kerja pada saat ini. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor, pemberian kompensasi, peningkatan gaji berdasarkan beban kerja (job description) dan lain sebagainya. Tingkat kinerja pegawai merupakan suatu ukuran dari output produk dan jasa dibandingkan dengan input kerja, bahan-bahan, dan peralatan. Peningkatan kinerja bukan berarti bekerja lebih keras, tetapi bekerja cerdas dan hasilnya lebih optimal. Selain itu peningkatan kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh pemberian kompensasi dan disiplin kerja pegawainya. Kinerja pegawai harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan dan kedisiplinan pegawai meningkat. Peningkatan kinerja pegawai harus dirasakan sebagai tanggung jawab dan perlu diyakini sebagai kepentingan bersama, sebab tinggi rendahnya kinerja pegawai tidak saja menyangkut hasil pekerjaan, tetapi menyangkut kelangsungan hidup organisasi itu sendiri. Kinerja yang tinggi pada suatu organisasi akan memberi jaminan demi tercapainya tujuan organisasi itu sendiri. Untuk merealisasikan tujuan tersebut organisasi ini maka pimpinan harus mengambil langkah-langkah, antara lain memilih alternatif kegiatan yang akan dilaksanakan atau diusahakan dengan melihat kemungkinan kesempatan baik atau jangka pendek, menetapkan kebijaksanaan, selanjutnya menata struktur organisasi dan struktur tugas yang merupakan alat untuk melaksanakan rencana kerja yang telah ditetapkan semula. Mengingat pentingnya suatu pemberian kompensasi yang sesuai harapan para pegawai dan disiplin kerja yang baik dalam mencapai tujuan yakni untuk meningkatkan kinerja pegawai yang maksimal, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan mengambil contoh kasus pada organisasi. Penelitian ini selanjutnya akan dituangkan dalam sebuah penelitian atau penulisan tesis dengan tema atau judulnya: “Pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka penelitian akan merumuskan permasalahan dalam bentuk kalimat tanya sebagai berikut :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
1.
2.
3.
Seberapa besar pengaruh variabel Kompensasi (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian ? Seberapa besar pengaruh antara variabel Disiplin Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian ? Secara simultan seberapa besar pengaruh pengaruh variabel Kompensasi (X1) dan Disiplin Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini secara operasional ada 3 (tiga) tujuan yang nyata, untuk mendapatkan jawaban secara empiris dan realitas dari penelitian ini mengenai beberapa perumusan masalah tersebut di atas, adapuan tujuannya adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Kompensasi (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Disiplin Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. 3. Untuk mengetahui Secara simultan bagaimanakah tingkat pengaruh antara variabel Kompensasi (X 1 ) dan Disiplin Kerja (X 2 ) terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan yang ingin dicapai setiap peneliti, baik bagi perusahaan, bagi penulis, dan bagi pihak lain. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Aspek teknis, menjadi bahan informasi yang akurat bagi Kementerian Pertanian khususnya Bagi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai guna tercapainya tujuan organisasi. 2. Aspek Operacional, menjadi bahan informasi penting bagi para pimpinan dalam upaya menciptakan suasana yang kondusif agar kinerja pegawai dapat tercipta dengan baik. 3. Aspek Akademik, menjadi bahan informasi bagi peneliti selanjutnya, terutama bagi peneliti yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ingin mengkaji penelitian yang sama dalam kajian yang lebih luas. II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Kompensasi Menurut pendapat Henry Simamora (2004 : 412), dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menyatakan “Kompensasi diartikan sebagai semua bentuk kembalian (Return Financial), jasa-jasa berwujud dan tunjangan-tunjangan yang diperoleh pegawai sebagai bagian dari sebuah hubungan pegawai.” Sedangkan menurut Edwin B. Flippo (2005 : 81) merumuskan pengertian kompensasi bahwa “Kompensasi sebagai pemberian imbalan jasa yang layak dan adil kepada pegawai-pegawai karena mereka telah memberikan sumbangan kepada pencapaian tujuan organisasi”.Sedangka menurut pendapat Andrew F. Sikula dalam Moekijat (2006 : 1) mengatakan bahwa “Kompensasi adalah konsep pemberian imbalan jasa kepada pegawai yang paling luas, yang menyatakan bahwa baik administasi upah/ gaji maupun kesejahteraan pegawai merupakan bagian dari padanya. Kompensasi itu sama dengan administrasi upah/gaji ditambah dengan kesejahteraan pegawai”. Menurut Malayu SP. Hasibuan (2007 : 98) bentuk pemberian kompensasi yang bersifat finansial bukan hanya upah dan gaji saja melainkan ada faktor lain yang termasuk dalam perhitungan kompensasi antara lain, yaitu bonus, tunjangan-tunjangan, jaminan kesehatan dan uang pensiun. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa, kompensasi merupakan imbalan jasa atau balas jasa kepada pegawai karena yang bersangkutan telah memberikan bantuan atau sumbangan tenaga, pemikiran, perhatian yang telah dicurahkan oleh pegawai karena partisipasinya demi kemajuan dan kontinuitas perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Ada beberapa variabel yang terdapat dalam kompensasi, diantaranya adalah :1) Gaji/upah, 2) Tunjangan Innatura, 3) Fasilitas Perumahan, 4) Fasilitas Kendaraan dan 5) Tunjangan Natura
41
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
2.
Pengertian Disiplin Kerja Menurut pendapat Susilo Martoyo (2005 : 125) mengemukakan bahwa : “Disiplin berasal dari kata latin Disipline yang berarti latihan atau pendidikan, kesopanan, dan kerohanian serta pengembangan karier”. Menurut T. Hani Handoko, (2005 : 65) mengemukakan definisi disiplin adalah sebagai berikut: “Disiplin adalah kegiatan menajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi”. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (20007 : 190-191) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mengemukakan bahwa : “Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan prusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Menurut Henry Simamora (2005 : 665) mengemukakan pengertian Disiplin adalah “Disiplin berasal dati kata disipline yang artinya suatu bentuk pengendalian diri setiap pegawai dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja (pegawai) di dalam suatu organisasi”. Menurut Sugeng Pridjodarminto (2006 : 23) mengemukakan disiplin sebagai berikut “Suatu kondisi yang terciptakan dan berbentuk pengendalian diri melalui proses dari serangkaian perilaku pegawai yang menunjukkan nilai-nilai, ketentuan, kepatuhan, kesetian, keteraturan dan atau tata tertib”. Ada dua bentuk disiplin, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif Anwar Prabu Mangkunegara, (2005 : 129 – 130) adalah : 1) Disiplin Preventif Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturanperaturan yang ada dalam organisasi. Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem
42
organisasi baik, maka diharapkan akan lebih menegakkan disiplin kerja. 2) Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dan menyatukan suatu peraturan dan menggerakkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sangsi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sangsi adalah untuk memperbaiki pegawai yang melanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar. Disiplin korektif memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya. Hasibuan (2007 : 191 – 195) menyebutkan 8 indikator yang mempengaruhi kedisiplinan pegawai, yaitu : tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sangsi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Indikator tersebut adalah : 1) Tujuan dan Kemampuan, 2)Teladan Pimpinan, 3) Balas Jasa, 4) Keadilan, 5) Waskat , 6) Sangsi Hukuman 7) Ketegasan 8) Hubungan Kemanusiaan 3.
Pengertian Kinerja Pegawai Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (Kinerja kerja sesungguhnya yang dicapai seseorang). Menurut pendapat Susilo Martoyo (2005 : 84) mengemukakan pengertian kinerja berikut ini “Kinerja yang baik dapat dilihat dari penampilan kerja pegawai dan kemampuan melaksanakan tugasnya, menyusun laporan atas pekerjaannya, keterangan jasmani maupun rohaninya selama bekerja serta taraf potensi pegawai untuk mengembangkan demi kepentingan organisasi lewat pelaksanaan tugas”. Menurut pendapat Sumarlan Margono (2008 : 7) dapat dirinci sebagai berikut “Perbaikan tingkat kinerja pegawai, penyesuaian-penyesuaian Pengawasan, keputusan penempatan, kebutuhan latihan dan pengembangan, Perencanaan dan pengembangan karier, penyimpangan proses staffing, ketidakakuratan informasional, kesalahan desain pekerjaan, kesempatan kerja yang adil serta tantangan eksternal”.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
Menurut pendapat Bernardin dan Russel yang dikutif oleh Triton, (2005 : 94) menyatakan bahwa “... a way of measuring the contributions of individuals to their organization”. Yaitu suatu cara untuk mengukur berbagai kontribusi yang diberikan oleh setiap individual bagi perusahaan atau organisasianya”. Menurut pendapat Anwar Prabu Mangkunegara (2005 : 67), mengemukakan bahwa “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai/pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Menurut pandangan Jhon Soeprihanto (2008 : 7) mengemukakan sebagai berikut “Kinerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja seorang pegawai pada periode tertentu dibandingkan dengam standar, target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”. Menurut Robbins (2008 : 100) ada 3 (tiga) macam faktor yang mempengaruhi kinerja a). Kemampuan fisik, mental, pengetahuan dan keterampilan.b). Motivasi, c) Kesempatan, atau opportunity Menurut Sinungan Muchdarsyah (2007 : 16), mengelompokkan pengertian kinerja menjadi tiga yaitu: a. Kinerja adalah rasio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input). b. Kinerja pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. c. Kinerja merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa pengertian “kinerja” mengandung hal-hal yang dapat diperhatikan, yaitu hasil kerja, pelaku pekerja itu sendiri. Penilaian pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yagn ditetapkan secara rasional serta diterapkan secara obyektif serta didokumentasikan secara sistematik.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan pada permasalahan tersebut di atas yang telah penulis sajikan sebelumnya, maka secara ringkas penulis membuat kerangka pemikiran penelitian dalam digambarkan sebagai berikut : Kompensasi (X1)
ryx1
Kinerja Pegawai (Y)
Ryx1x2
Disiplin Kerja (X2)
ryx2
Keterangan : X1 = Variabel bebas (Kompensasi) X2 = Variabel bebas (Disiplin Kerja) Y = Variabel terikat (Kinerja Pegawai) ry1.2 = Korelasi parsial antara variabel Kompensasi terhadap variabel Kinerja Pegawai. ry2.1 = Korelasi parsial variabel Disiplin Kerja terhadap variabel Kinerja Pegawai. R = Korelasi secara simultan variabel Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap variabel Kinerja Pegawai. C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Pegawai 2. Terdapat pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai 3. Terdapat pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja secara bersama-sama tehadap Kinerja Pegawai (Y). III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini penulis lakukan bertempat di Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Adapun waktu melakukan penelitian ini dilakukan di mulai pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan metode deskriptif dan kausal.
43
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pada Ditjen Prasarana dan Sarana pegawai sebanyak 364 orang. 2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam sampel. Dengan jumlah sampel sebanyak 110 orang. D. 1.
2.
44
Alat Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, observasi dan kuisioner. Instrumen Penelitian a. Kompensasi 1) Difinisi konseptual Kompensasi adalah sebagai pemberian imbalan jasa yang layak dan adil kepada pegawai-pegawai karena mereka telah memberikan sumbangan kepada pencapaian tujuan organisasi 2) Difinisi Operasional Kompensasi adalah tindakan bentuk pemberian kompensasi yang bersifat materi maupun non materi, bukan hanya upah dan gaji saja melainkan ada faktor lain yang termasuk dalam perhitungan kompensasi antara lain, yaitu bonus, tunjangan-tunjangan, jaminan kesehatan dan uang pensiun. b. Disiplin 1) Difinisi konseptual Disiplin adalah kegiatan menajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi. 2) Difinisi Operasional Disiplin adalah kegiatan menajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi. Yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti a) disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh
c.
perusahaan. b) disiplin Korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dan menyatukan suatu peraturan dan menggerakkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Kinerja 1). Difini Konseptual Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai/pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. 2) Difinisi Operasional Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai/pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang sangat erat hubungannya dengan a) Kualitas b) Kuantitas kerjac)konsistensi Pegawai d) Sikap Pegawai
E. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kuantitatif, metode analisis kuantitatif adalah metode analisis yang menggunakan bantuan statistik. Dari hasil rekapitulasi angket kemudian di tabulasikan dengan bantuan SPSS ver 19 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penelitian ini bersumber dari hasil kuesioner pada 110 orang pegawai yang dijadikan responden untuk memberikan jawaban. Karakteristik responden dalam penelitian ini jenis kelamin laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 89 responden atau 80,91%, sedangkan perempuan 21 responden atau 19,09%. Karakteristik responden berdasarkan usia, berusia < 30 tahun ada 12 responden atau 10,91%, berusia 31–40 tahun ada 38 responden atau 34,54%, berusia 41-50 tahun ada 49 responden atau 44.54%, sedangkan yang berusia > 51 tahun ada 11 responden atau 10.00%. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan yang berpendidikan SMA sebanyak 21 orang atau 32.31%,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
yang berpendidikan D3 sebanyak 3 orang atau 4.61%, yang berpendidikan S1 sebanyak 27 orang atau 41,54%, yang berpendidikan S2 sebanyak 14 orang atau 21.54%. B. Distribusi Data Adapun data-data hasil penyebaran kuesioner dari variabel Kompensasi (X1), Disiplin Kerja (X2) serta variabel Kinerja Pegawai (Y) dapat di bahas sebagai berikut : 1. Variabel Kompensasi (X1 ) Mengenai pernyataan pertama variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 8 responden atau 7,3%, tidak setuju 24 responden atau 43,6%, cukup setuju 8 responden atau 7,3%, setuju 48 responden atau 43,6%, serta sangat setuju 22 responden atau 20,0%. Mengenai pernyataan kedua variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 6 responden atau 5,5%, tidak setuju 18 responden atau 16,4%, cukup setuju 27 responden atau 24,5%, setuju 43 responden atau 39,1%, serta sangat setuju 16 responden atau 14,5%. Mengenai pernyataan ketiga variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 10 responden atau 9,1%, tidak setuju 23 responden atau 20,9%, cukup setuju 20 responden atau 18,2%, setuju 41 responden atau 37,3%, serta sangat setuju 16 responden atau 14,6%. Mengenai pernyataan keempat variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 20 responden atau 18,2%, cukup setuju 20 responden atau 18,2%, setuju 22 responden atau 20,0%, serta sangat setuju 41 responden atau 37,3%. Mengenai pernyataan kelima variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 5 responden atau 4,5%, tidak setuju 26 responden atau 23,6%, cukup setuju 16 responden atau 14,5%, setuju 36 responden atau 32,7%, serta sangat setuju 27 responden atau 24,5%. Mengenai pernyataan keenam variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 15 responden atau 13,6%, cukup setuju 17 responden atau 15,5%, setuju 42 responden atau 38,2%, serta sangat setuju 29 responden atau 26,4%.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Mengenai pernyataan ketujuh variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 8 responden atau 7,3%, tidak setuju 20 responden atau 18,2%, cukup setuju 15 responden atau 13,6%, setuju 37 responden atau 33,6%, serta sangat setuju 30 responden atau 27,3%. Mengenai pernyataan kedelapan variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 22 responden atau 20,0%, cukup setuju 17 responden atau 15,5%, setuju 34 responden atau 30,9%, serta sangat setuju 30 responden atau 27,3%. Mengenai pernyataan kesembilan variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 19 responden atau 17,3%, cukup setuju 12 responden atau 10,9%, setuju 42 responden atau 38,2%, serta sangat setuju 30 responden atau 27,3%. Mengenai pernyataan kesepuluh variabel Kompensasi (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 21 responden atau 19,1%, cukup setuju 12 responden atau 10,9%, setuju 36 responden atau 32,7%, serta sangat setuju 34 responden atau 30,9%. 2. Variabel Disiplin Kerja (X2) Variabel independent yakni Disiplin Kerja (X2) dari sebaran angket/kuesioner sebanyak 110 orang terkumpul jawaban sebagai berikut : Mengenai pernyataan pertama variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 6 responden atau 5,5%, tidak setuju 13 responden atau 11,8%, cukup setuju 19 responden atau 17,3%, setuju 22 responden atau 20,0%, serta sangat setuju 50 responden atau 45,5%. Mengenai pernyataan kedua variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 2 responden atau 1,8%, tidak setuju 15 responden atau 13,6%, cukup setuju 25 responden atau 25,5%, setuju 20 responden atau 18,2%, serta sangat setuju 45 responden atau 40,9%. Mengenai pernyataan ketiga variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 14 responden atau 12,7%, cukup setuju 20 responden atau 18,2%, setuju 26 responden atau 23,6%, serta sangat setuju 43 responden atau 39,1%.
45
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
Mengenai pernyataan keempat variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 2 responden atau 1,8%, tidak setuju 18 responden atau 16,4%, cukup setuju 22 responden atau 20,0%, setuju 24 responden atau 21,8%, serta sangat setuju 44 responden atau 40,0%. Mengenai pernyataan kelima variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 16 responden atau 14,6%, cukup setuju 18 responden atau 16,4%, setuju 19 responden atau 17,3%, serta sangat setuju 50 responden atau 45,5%. Mengenai pernyataan keenam variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 12 responden atau 10,9%, cukup setuju 24 responden atau 21,8%, setuju 25 responden atau 22,7%, serta sangat setuju 42 responden atau 38,2%. mengenai pernyataan ketujuh variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 9 responden atau 8,2%, tidak setuju 9 responden atau 8,2%, cukup setuju 22 responden atau 20,0%, setuju 25 responden atau 22,7%, serta sangat setuju 45 responden atau 40,9%. Mengenai pernyataan kedelapan variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 6 responden atau 5,5%, tidak setuju 12 responden atau 10,9%, cukup setuju 19 responden atau 17,3%, setuju 28 responden atau 25,5%, serta sangat setuju 45 responden atau 40,9%. Mengenai pernyataan kesembilan variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 5 responden atau 4,5%, tidak setuju 11 responden atau 10,0%, cukup setuju 26 responden atau 23,6%, setuju 21 responden atau 19,1%, serta sangat setuju 47 responden atau 42,7%. Mengenai pernyataan kesepuluh variabel Disiplin Kerja (X2 ) yang menjawab sangat tidak setuju 7 responden atau 6,4%, tidak setuju 12 responden atau 10,9%, cukup setuju 22 responden atau 20,0%, setuju 22 responden atau 20,0%, serta sangat setuju 47 responden atau 42,7%. 3. Variabel Kinerja Pegawai (Y) Variabel Kinerja Pegawai (Y) adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen. Untuk itu peneliti membagikan kuesioner sebanyak 110 orang pegawai,
46
terkumpul jawaban sebagai berikut : Mengenai pernyataan pertama variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 2 responden atau 1,8%, tidak setuju 12 responden atau 10,9%, cukup setuju 16 responden atau 14,5%, setuju 28 responden atau 25,5%, serta sangat setuju 52 responden atau 47,3%. Mengenai pernyataan kedua variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 3 responden atau 2,7%, tidak setuju 15 responden atau 13,6%, cukup setuju 10 responden atau 9,1%, setuju 24 responden atau 21,8%, serta sangat setuju 58 responden atau 52,7%. mengenai pernyataan ketiga variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 5 responden atau 4,5%, tidak setuju 15 responden atau 13,6%, cukup setuju 13 responden atau 11,8%, setuju 22 responden atau 20,0%, serta sangat setuju 55 responden atau 50,0%. Mengenai pernyataan keempat variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 5 responden atau 4,5%, tidak setuju 12 responden atau 10,9%, cukup setuju 14 responden atau 12,7%, setuju 27 responden atau 24,5%, serta sangat setuju 52 responden atau 47,3%. Mengenai pernyataan kelima variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 9 responden atau 8,2%, tidak setuju 13 responden atau 11,8%, cukup setuju 13 responden atau 11,8%, setuju 23 responden atau 20,9%, serta sangat setuju 52 responden atau 47,3%. mengenai pernyataan keenam variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 2 responden atau 1,8%, tidak setuju 11 responden atau 10,0%, cukup setuju 14 responden atau 12,7%, setuju 21 responden atau 19,1%, serta sangat setuju 62 responden atau 56,4%. Mengenai pernyataan ketujuh variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 4 responden atau 3,6%, tidak setuju 12 responden atau 10,9%, cukup setuju 16 responden atau 14,5%, setuju 26 responden atau 23,6%, serta sangat setuju 52 responden atau 47,3%. Mengenai pernyataan kedelapan variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 4 responden atau 3,6%, tidak setuju 13 responden atau 11,8%, cukup setuju 9 responden atau 8,2%, setuju
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
25 responden atau 22,7%, serta sangat setuju 59 responden atau 53,6%. Mengenai pernyataan kesembilan variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 6 responden atau 5,5%, tidak setuju 10 responden atau 9,1%, cukup setuju 19 responden atau 17,3%, setuju 18 responden atau 16,4%, serta sangat setuju 57 responden atau 51,8%. Mengenai pernyataan kesepuluh variabel Kinerja Pegawai (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 8 responden atau 7,3%, tidak setuju 6 responden atau 5,5%, cukup setuju 21 responden atau 19,1%, setuju 26 responden atau 23,6%, serta sangat setuju 49 responden atau 44,5%. C. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Variabel Kompensasi (X 1 ) Hasil analisis dari variabel Kompensasi (X1) menggunakan Komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows input data variabel Kompensasi (X1) yang merupakan data ordinal dari sampel berjumlah 10 Try Out (N =10) dengan jumlah soal sebanyak 10 pertanyaan uji validitas variabel Kompensasi (X1), dimana didapatkan nilai rhasil positif dan lebih besar dari rtabel (0,666) maka variabel Kompensasi (X 1 ) dapat dinyatakan valid. Uji Reliabilitas variabel Kompensasi (X1), dengan nilai rtabel 0,666, sedangkan pada nilai Alpha sebesar 0,949 sehingga dapat disimpulkan bahwa rAlpha positif dan lebih besar atau 0,949 > 0,666 maka dengan demikian instrumen penelitian mengenai variabel Kompensasi (X1), adalah Reliabel. 2.
Variabel Disiplin Kerja (X2) Untuk dapat mengetahui hasil analisis dari variabel Disiplin Kerja (X 2 ) menggunakan Komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows input data variabel Disiplin Kerja (X2) yang merupakan data ordinal dari sampel berjumlah 10 Try Out (N =10) dengan jumlah soal sebanyak 10, Uji validitas variabel Disiplin Kerja (X2) dinyatakan valid.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Uji Reliabilitas variabel Disiplin Kerja (X2) dengan nilai rtabel 0,666 sedangkan nilai Alpha 0,974 sehingga dapat disimpulkan bahwa Alpha positif dan lebih besar atau 0,974 > 0,666 maka instrumen penelitian variabel Disiplin Kerja (X2) adalah Reliabel. 3.
Variabel Kinerja Pegawai (Y) Untuk dapat mengetahui hasil analisis variabel Kinerja Pegawai (Y) dengan menggunakan Komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows input data variabel Kinerja Pegawai (Y) yang merupakan data ordinal dari sampel berjumlah 10 Try Out (N =10) dengan jumlah soal sebanyak 10 uji Uji validitas Kinerja Pegawai (Y), oleh karena hasilnya positif Uji Reliabilitas variabel Kinerja Pegawai (Y) dengan Nilai rtabel 0,666 sedangkan nilai Alpha 0,944 sehingga dapat disimpulkan bahwa Alpha positif dan lebih besar atau 0,944 > 0,666 maka instrumen variabel Kinerja Pegawai (Y) adalah Reliabel.
D. Analisis Data Statistik 1. Uji Normalitas Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan menggunakan perhitungan Chi kuadrat (X2) dengan menggunakan Komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows diperoleh hasil uji normalitas variabel Kompensasi (X 1 ), diperoleh nilai X2hitung sebesar 37,564, sedangkan nilai X2tabel pada taraf signifikan a = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = 30 adalah sebesar 43,775 (X2 tabel terlampir). Dengan demikian X2 hitung lebih kecil dari pada X2tabel. Hal ini berarti frekuensi skor/data hasil observasi untuk variabel Kompensasi (X1), berdistribusi normal atau tidak menyimpang dari frekuensi yang diharapkan. Hasil uji normalitas variabel Disiplin Kerja (X2 ) diperoleh nilai X2 hitung sebesar 35,091 sedangkan nilai X2tabel pada taraf signifikan a = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = 28 adalah sebesar 41,337. Dengan demikian X2hitung lebih
47
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
kecil daripada X2tabel. Hal ini berarti frekuensi skor/data hasil observasi untuk variabel Disiplin Kerja (X2 ) berdistribusi normal atau tidak menyimpang dari frekuensi yang diharapkan. Pada uji normalitas variabel Kinerja Pegawai (Y), diperoleh nilai X2hitung sebesar 35,818, sedangkan nilai X2tabel pada taraf signifikan a = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = 26 adalah sebesar 38,885. Dengan demikian X2hitung lebih kecil daripada X2tabel. Hal ini berarti frekuensi skor/data hasil observasi untuk variabel Kinerja Pegawai berdistribusi normal atau tidak menyimpang dari frekuensi yang diharapkan. 2.
3.
48
Analisis Koefisien Korelasi Parsial Dari hasil analisa data-data dengan menggunakan Komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows diketahui pengaruh dari masingmasing variabel sebagai berikut : a) Pengaruh Variabel Kompensasi (X 1 ) terhadap Variabel Kinerja Pegawai (Y) Dari output komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows diperoleh bahwa variabel Kompensasi (X) mempunyai pengaruh sebesar 75,7% terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) dan sisanya 34,3% disebabkan oleh faktor-faktor yang lainnya. b) Pengaruh Variabel Disiplin Kerja (X 2 ) terhadap Variabel Kinerja Pegawai (Y) Dari output komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows diperoleh bahwa, bahwa variabel Disiplin Kerja (X 2 ) mempunyai pengaruh sebesar 90,2% terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) dan sisanya 9,8% disebabkan oleh faktorfaktor yang lainnya, Analisis Koefisien Korelasi Berganda Secara simultan dengan menggunakan komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows diperoleh nilai R sebesar 0,951 dan sedangkan nilai R Square sebesar 0,905 atau 90,5%,
dengan hasil analisa secara simultan variabel Kompensasi (X 1 ) dan Disiplin Kerja (X 2 ) terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) memiliki nilai positif dan signifikan. 4.
Analisis Regresi Linear Berganda Hasil analisis regresi linear berganda dengan menggunakan Komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 5,733 + 0,593 X1 + 0,819 X2 Nilai konstanta intersep sebesar 5,733, nilai koefisen regresi variabel Kompensasi (X 1 ) terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) adalah sebesar 0,593. nilai koefisien regresi variabel Disiplin Kerja (X2) terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) adalah sebesar 0,819.
5.
Uji t Berdasarkan hasil uji t, terbukti bahwa secara nyata Kompensasi (X1) mempunyai pengaruh yang kuat terhadap Kinerja Pegawai (Y) dimana nilai thitung > dari ttabel, sedangkan uji t Disiplin Kerja (X2 ) terhadap Kinerja Pegawai (Y), dimana nilai thitung > dari ttabel. Dengan demikian variabel Kompensasi (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y) secara nyata mempunayi pengaruh signifikan dengan demikian dapat dikatakan bahwa H0 ditolak H1 diterima. Sedangkan variabel Disiplin Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y) secara nyata mempunyai pengaruh signifikan dengan demikian dapat dikatakan bahwa H0 ditolak H1 diterima. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang diperoleh dengan nilai thitung sebesar = 2,469 > t0,05 (108) = 1,669, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti mempunyai cukup bukti antara variabel Kompensasi (X1 ) terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) mempunyai pengaruh signifikan. Berikut ini uji t antara variabel Disiplin Kerja (X2) terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) maka dapat dilihat dalam bentuk kurvanya sebagai berikut :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
Kurva Uji t Hipotesis Kedua
Ho Ditolak
-12,885
Ho Diterima
-1,669
0
Ho Ditolak
1,669 12,885
Dari hasil uji hipotesis variabel Disiplin Kerja (X2) yang diperoleh yakni karena nilai thitung = 12,885 > t0,05 (108) = 1,669 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti mempunyai cukup bukti, bahwa antara variabel Disiplin Kerja (X2) terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) mempunyai pengaruh signifikan. 6.
Uji F Berdasarkan pada hasil uji F atau uji secara simultan/bersama-sama dengan menggunakan Komputer program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 19 for Windows diperoleh hasil bahwa hasil uji Fhitung di peroleh nilai sebesar 507,750 dimana lebih besar dari Ftabel (109) sebesar 2,705 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 karena 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan variabel Kompensasi (X1) dan Disiplin Kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y).
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan , sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil analisis bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel Kompensasi (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y) dengan nilai parsial sebesar 0,870 berarti ada pengaruh sangat kuat. Hal ini di buktikan dari hasil uji hipotesis antara variabel Kompensasi (X 1 ) terhadap Kinerja Pegawai (Y) diperoleh nilai to = 2,469 > t0,05 (108) = 1,669, maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Berdasarkan hasil analisis bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel Disiplin Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y) dengan nilai parsial sebesar 0,950 berarti ada pengaruh sangat kuat. Hal ini di buktikan dari hasil uji
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
c.
hipotesis antara variabel Disiplin Kerja (X2 ) terhadap Kinerja Pegawai (Y) diperoleh nilai to = 12,885 > t0,05 (108) = 1,669, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Secara simultan terdapat pengaruh positif antara variabel Kompensasi (X1) dan Disiplin Kerja (X2) terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) dengan nilai korelasi secara Simultan atau model Summary yang menghasilkan nilai R sebesar 0,951 dan sedangkan nilai R Square sebesar 0,905 atau 90,5%, hal ini dapat dinyatakan dengan hasil analisa secara bersamasama variabel Kompensasi (X1), dan Disiplin Kerja terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) memiliki nilai positif dan tingkat pengaruhnya sangat kuat. Dibuktikan dengan uji F (ANOVA) atau F hitung di peroleh nilai sebesar 507,750 dimana lebih besar dari Ftabel (109) sebesar 2,705 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 karena 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan variabel Kompensasi (X1) dan variabel Disiplin Kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh positif dan sangat kuat terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.
5.2. Saran-saran Berdasarkan pada hasil kesimpulan, beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Hendaknya dapat mempertahankan dan bila perlu meningkatkan pemberian Kompensasi sesuai dengan beban kerja pegawai karena hasil analisa dari variabel Kompensasi terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y) diperoleh nilai korelasi sebesar 0,870 berarti berpengaruh positif dan sangat kuat, karena dengan Kompensasi yang sesuai dengan beban kerja dapat mempengaruhi peningkatan Kinerja Pegawai. b. Perlu dipertahankan bahwakan lebih ditingkatkan disiplin kerja para pegawainya agar kedepannya Kinerja Pegawai akan lebih baik lagi dan sesuai harapan pimpinan. c. Seluruh pegawai diharapkan dapat memberikan sumbangsinya baik tenaga dan fikirannya demi kemajuan dan perkembangan organisasi atau institusi.
49
PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto
DAFTAR PUSTAKA Anwar Prabu Mangkunegara, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Penerbit, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Arikunto, Suharsimi, 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Cetakan Kedua, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Bernardin dan Russel dalam Triton, 2005, Manajemen Personalia, Aplikasi dalam perusahaan”, Penerbit Djambatan, Jakarta. Hadari Nawawi, 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial, Penerbit Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta. Hasibuan, Malayu S.P. 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Gunung Agung, Jakarta.
50
Henry Simamora, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-9, PT. Gunung Agung, Jakarta. Husein Umar, 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. Sondang P. Siagian, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Badan Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis, Badan Penerbit ALFABETA Bandung. T. Hani Handoko, 2005, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPEE, Yogyakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Syarif Hidayat
ABSTRACT The method of learning is one important factor in stimulating students to follow the learning with enthusiasm. So, the study was conducted with the objective of identifying and analyzing the variations in the methods by teachers in any learning emphasized in national standards, the magnitude of the influence of variations in the use of teaching methods to students’ motivation, obstacles faced by teachers in using a variety of learning methods. The research was conducted in November 2012 at the Junior High School (SMPN) 20 Kramat Jati, East Jakarta using survey methods correlational. Poplasi is a student of SMP 20 Jakarta Timur, the sample was taken as 200 students with proportional random sampling technique. The results stated that there are teachers who use conventional methods and monotonous, the use of varying methods of learning shown to influence student motivation, and many problems were found in a study using methods vary both material and immaterial from the teacher. Keyword : Variation of learning method and student motivation
A.
LATAR BELAKANG MASALAH Pelaksanaan pendidikan membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apaapa, manakala tidak memiliki metode/cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya metode adalah syarat untuk efisiensinya aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam tersebut di atas, tidak cukup hanya mengandalkan materi yang baik saja, karena hal itu bukanlah merupakan jaminan bagi keberhasilan pendidikan. Sebab, materi yang baik, apabila menggunakan metode yang tidak tepat, akan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mengakibatkan materi tersebut terasa tidak menarik yang pada akhirnya akan dapat menghambat tercapainya tujuan dari proses belajar mengajar. Sedangkan materi yang sederhana, apabila menggunakan metode yang tepat, maka akan membuat materi tersebut terasa lebih menarik, sehingga dapat mencapai tujuan dari proses belajar mengajar. Dalam hal ini, peranan guru sangat penting untuk dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode, guru harus benar-benar memahami dan menguasai pelaksanaan metode yang dipilihnya. Selain itu, seorang guru juga harus mempertimbangkan aspek efektifitas dan relevansi suatu metode dengan materi yang disampaikan. Suatu materi yang disampaikan akan lebih mudah diterima oleh peserta didik dengan menggunakan metode. Metode mengajar merupakan suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat diterima oleh anak dengan baik. Oleh karena itu, terdapat berbagai cara
51
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
yang dapat ditempuh. Dalam memilih cara atau metode ini guru dibimbing oleh filsafat pendidikan yang dianut guru dan tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Di samping itu penting pula bagi guru untuk memperhatikan hakikat anak didik yang hendak dididik, dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan. Jadi metode itulah yang menentukan prosedur yang akan diikuti. Penggunaan metode dalam suatu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam (bervariasi). Metode yang bervariasi dapat memotivasi anak didik. Metode variatif di sini, yaitu menggunakan beberapa metode mengajar dalam satu materi pelajarana. Seperti, menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih ketika membahas masalah shalat. Bermacam-macam teknik dapat digunakan dalam interaaksi dan komunikasi, seperti: bermain, ceramah, tanya-jawab, diskusi, peragaan, eksperimen, tugas kelompok, sosio-drama, karyawisata dan modul. Dengan hanya menggunakan satu metode saja akibatnya materi pelajaran yang terus menerus diajarkan menjadi suatu proses yang membosankan bagi siswa. Ini membuat siswa menjadi pasif, dan dapat mempengaruhi motivasi belajar anak didik menjadi menurun. Motivasi merupakan situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan. Yang dimaksud motivasi di sini adalah motivasi belajar, yaitu situasi atau keadaan yang dapat mendorong anak didik memiliki kemauan untuk belajar. Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang berkecimpung dalam kegiatan belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah memotivasi seseorang mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang dipihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malasan. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar. Dalam situasi sekolah, setiap anak memiliki motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis. Di samping itu, anak memiliki pula sikap-sikap, minat, penghargaan dan cita-cita tertentu. Motif, sikap, minat dan sebagainya seperti
52
tersebut di atas akan mendorong seseorang untuk berbuat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, tetapi biasanya tidak sekaligus mencakup tujuan-tujuan belajar dalam situasi sekolah. Oleh sebab itu, tugas guru adalah menimbulkan motif yang akan mendorong anak berbuat untuk mencapai tujuan belajar. Tidak ada langkah-langkah atau prosedur yang sudah distandar untuk diikuti dalam memotivasi murid. Namun demikian, ada beberapa prinsip dan prosedur yang perlu mendapat perhatian agar tercapai perbaikan-perbaikan dalam memotivasi. Di antaranya, murid ingin bekerja dan akan bekerja keras bila ia berminat terhadap sesuatu. Ini berarti bahwa hasil belajar lebih baik bila murid dibangkitkan minatnya. Di antara usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik adalah: menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar. Karena potensi yang dimiliki setiap anak didik itu berbeda-beda, mereka juga memiliki cara belajar dan memahami pelajaran yang berbeda pula. Oleh karena itu, penggunaan metode tanpa memvariasikannya akan membuat proses belajar mengajar menjadi kurang baik dan dapat menurunkan motivasi siswa dalam belajar. B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Fokus masalah yang diteliti adalah penggunaan variasi metode oleh guru dan dampaknya terhadap motivasi belajar siswa yang kemudian dirumuskan kedalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah variasi penggunaan metode oleh guru dalam pembelajaran? 2. Seberapa besar pengaruh penggunaan variasi metode mengajar terhadap motivasi belajar siswa? 3. Bagaimanakah kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan variasi metode pembelajaran? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Variasi penggunaan metode oleh guru dalam pembelajaran seperti yang ditekankan dalam standar nasional pendidikan. 2. Besaran pengaruh penggunaan variasi metode mengajar terhadap motivasi belajar siswa.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
3.
Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan variasi metode pembelajaran. Selain tujuan di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi para guru menyadari betapa pentingnya penggunaan metode yang tepat dan variatif dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. 2. Dapat berdaya guna terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam meningkatkan motivasi siswa demi kepentingan kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang. 3. Diharapkan pula penelitian ini berguna sebagai bahasan bacaan para guru tentang berbagai macam metode dalam pembelajaran. D. 1.
Kerangka Teori Motivasi Belajar Siswa Secara etimologi, motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Secara terminologi, motivasi adalah dorongan (dengan sokongan moral); dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan sesuai tujuan tertentu (Soemanto, 1998: 43). Menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata dan Fauzan (2005: 159), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Mc. Donald yang lalu bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, mengandung tiga elemen penting, bahwa: 1). Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophsyological yang ada pada organisme manusia. 2). Motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3). Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan yang menyangkut soal kebutuhan. Karenanya, timbulnya motivasi ini didorong oleh adanya tujuan kebutuhan dan keinginan. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan/ dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi 2 hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Tanpa motivasi, kegiatan belajar sulit untuk berhasil. Secara umum, ada 2 macam motivasi yang mempengaruhi kegiatan belajar seseorang (Abudin Nata & Fauzan, 2005: 160) : 1) Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif/berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. “Intrinsic motivations are inheren un the learning situations and meet pupil-needs and purpose”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu dipahami bahwa orang yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakan itu bersumber pada satu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol/ seremonial.
53
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
2)
Motivasi Ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.Kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukan itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik ini dalam kegiatan belajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan seseorang itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar ada yang kurang menarik bagi seseorang, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Menurut Usman (2006: 29-30) Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik. 1) Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. 2) Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tujuan yang akan dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. 3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. 4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
54
banyak memberikan kesempatan kepada anak didik untuk meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. 6) Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Oleh karena itu, mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu: (1) keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan. (2) perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan. (3) tujuan (goal) yang dituju oleh perilaku tersebut. Kebutuhan, dipakai untuk menjelaskan adanya kekurangan yang pokok pada tubuh atau tuntutan yang lebih dipelajari atau gabungan antara adanya kekurangan yang pokok pada tubuh dan tuntutan yang lebih dipelajari. Dorongan (Drive), motif yang muncul untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan, minum. Instink, kadang-kadang dipergunakan utnuk memberikan gambaran tentang kebutuhan fisik dan untuk menggambarkan perilaku rumit yang pada dasarnya warisan keturunan (iska, 2006: 39-40). 2.
Metode Pembelajaran Bervariasi Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran (Arief, 2002: 40).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
Menurut Zakiyah Daradjat (2002: 41) bahwa yang dimaksud dengan sistem penyampaian (metode) dalam garis besarnya adalah strategi penyampaian program belajar mengajar. Metode merupakan aspek yang sangat penting dan menentukan dalam pelaksanaan program belajar mengajar, terutaama apabila dipandang dari segi pendidikan sebagai proses. Metode mengajar adalah sistem penggunaan teknik-teknik di dalam interaksi dan komunikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan program belajar sebagai proses pendidikan. Jika dilihat dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para tokoh di atas, nampak saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara yang teratur yang harus dilalui oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik) hingga pengajaran menjadi berkesan sehingga dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Adapun pengertian kata bervariasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata variasi berarti bentuk (rupa) yang lain, yang berbeda bentuk (rupa). Dengan demikian bila kata metode pembelajaran dan bervariasi digabungkan menjadi metode pembelajaran bervariasi, maka dapat diartikan sebagai metode (cara) yang teratur harus dilalui oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik) yang bervariasi (bermacam-macam). Macam-macam Metode Pembelajaran a. Metode Ceramah Yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai. Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di kelas, adalah peranan guru tampak sangat dominan. Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang disampaikan oleh guru di depan kelas (Yusuf dan Anwar, 1995: 41). Keuntungan Metode Ceramah : 1) Bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat. 2) Guru dapat menguasai situasi kelas 3) Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah dilaksanakan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4)
Tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga Kelemahan Metode Ceramah: 1) Dalam pengajaran yang dilakukan dengan metode ceramah, perhatian hanya berpusat pada guru dan guru dianggap murid selalu benar. Di sini tampak bahwa guru lebih aktif sedangkan murid pasif saja. 2) Pada metode ceramah ada unsur paksaan, karena guru berbicara (aktif) sedang murid hanya mendengar, melihat dan mengutip apa yang dibicarakan guru. Murid diharuskan mengikuti apa kemauan guru, meskipun ada murid yang kritis, namun semua jalanpikian guru dianggap benar oleh murid. 3) Untuk sekolah dasar metode ceramah ini, jika dilaksanakan 100% tidak baik, karena segala sesuatu akan ditelannya tanpa kritik bahkan muridnya sama sekali tidak mengerti apa yang diceramahkan gurunya. Kekurangan-kekurangan dari metode ceramah, menurut Zakiyah Darajat (1995: 289) teori dapat diatasi/dikurangi dengan menggunakan metode lain yaitu tanya jawab, atau memakai alat-alat peraga dan lain-lain. Dengan kata lain, dalam menyampaikan materi pelajaran guru harus menggunakan metode yang bervariasi, untuk menghindari kelemahan dari metode ceramah. b.
Metode Diskusi Diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan (mulyasa, 2005: 116). Menurut Abdul Rahman Shaleh (2000: 66) bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh, guna memecahkan suatu masalah. Dalam metode ini siswa mempelajari sesuatu melalui cara musyawaraah di antara sesama mereka di bawah pimpinan atau bimbingan guru, hal ini perlu bagi kehidupan siswa kelas, bukan saja karena manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, melainkan juga karena melalui kerja sama atau musyawarah mungkin diperoleh suatu pemecahan yang lebih baik.
55
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
Kelebihan Metode Diskusi 1) Metode diskusi dapat merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri. 2) Melihat poin satu di atas maka kelebihan lainnya adalah metode diskusi dapat memotivasi siswa untuk menemukan argumen yang menguatkan pendapatnya 3) Menjadikan semua murid (anggota diskusi) turut aktif dan berperan dalam diskusi tersebut. Kelemahan Metode Diskusi 1) Kekurangan mampuan seseorang dalam mengarahkan aktivitas diskusi dapat menimbulkan berbagai peristiwa yang tidak diinginkan, mungkin pula ada beberapa murid yang belum lagi memahami hal-hal yang didiskusikan. 2) Dapat juga terjadi bahwa suasana diskusi menjemukan dan tidak bersemangat. 3) Karena pemimpin diskusi yang bertele-tele sehingga sukar bagi murid mengira-ngirakan apa sikap terbaik yang harus dilakukan. Pemimpin diskusi yang baik akan dapat menjaga kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dan sudah dipersiapkan tindakan untuk mengatasi hal-hal negatif yang mungkin timbul dalam diskusi. c.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah: metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian, atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. To show atau memperkenalkan /mempertontonkan. Kalau demonstrasi titik tekannya terletak pada memperagakan, bagaimana jalannya proses tertentu. Maka pada eksperimen adalah melakukan percobaan/praktek langsung atau dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Dalam pelaksanaannya kedua metode ini dapat dipakai bersama-sama/bergantian. Kebaikan Metode Demonstrasi 1) Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap penting bagi guru. 2) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biayanya bersifat tahan lama.
56
3)
Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di mana siswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai mengucapkan tapi tidak mengerti maksudnya), atau bisa membaca al-Qur’an tetapi tidak bisa menulis dengan benar. 4) Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatan langsung. 5) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab di waktu mengamati demonstrasi Kekurangan Metode Demonstrasi 1) Dalam pelaksanaannya demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga dapat menyita waktu yang cukup banyak. 2) Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga yang tidak sedikit (jika memakai alat-alat yang mahal). 3) Tidak semua hal yang dapat didemonstrasikan di dalam kelas. 4) Demonstrasi akan menjadi tidak efektif bila siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh. Kelebihan Metode Eksperimen 1) Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh haati dan mendalam, mengenai pelajaran yang diberikan. 2) Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan. 3) Siswa dapat mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Hal ini dilakukan melalui pengumpulan data-data observasi memberikan penafsiran serta kesimpulan, yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. 4) Kemungkinan kesalahan dalam mengambil kesimpulan dapat dikurangi, karena siswa mengamati langsung terhadap suatu proses yang menjadi obyek pelajaran atau percobaan melakukan sesuatu. 5) Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan praktis dalam kenyataan sehari-hari yang sangat berguna bagi dirinya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
Kekurangan Metode Eksperimen 1) Apabiala sarana tidak tersedia atau kurang memadai, maka proses jalannya eksperimen akan menjadi tidak aktif. 2) Metode ini sulit dilaksanakan bila siswa belum matang untuk melaksanakan eksperimen. 3) Memerlukan waktu yang panjang/lama. 4) Memerlukan keterampilan/kemahiran dari pihak guru dalam menggunakan serta membuat alatalat eksperimen. 5) Bagi guru yang telah terbiasa dengan metode ceramah serta rutin misalnya, cenderung memandang metode eksperimen sebagai suatu pemborosan dan memberatkan (Yusuf dan Anwar, 1995: 49). d.
Metode Tanya Jawab Yang dimaksud metode tanya jawab yaitu: suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan jalan guru mengajukan suatu pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dijawab, bisa pula diatur pertanyaanpertanyaan diajukan siswa lalu dijawab oleh siswa lainnya. Keunggulan Metode Tanya Jawab a) Situasi kelas menjadi hidup/dinamis, karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. b) Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat secara argumentaataif dan bertanggung jawab. c) Mengetahui perbedaan pendapat antar siswa dan guru yang dapat membawa ke arah diskusi yang positif. d) Membangkitkan semangat belajar dan daya saing yang sehat di antara siswa. e) Dapat mengukur kemampuan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan. Kelemahan Metode Tanya Jawab 1) bila terjadi perbedaan pendapat, akan banyak menyita waktu untuk menyelesaikannya. 2) Tanya jawab dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan/materi pelajaran, hal ini jika guru tidak dapat mengendalikan jawaban atas segala pertanyaan siswanya. 3) Tidak cepat merangkum bahan pelajaran. 4) Tanya jawab akan dapat membosankan jika yang ditanyakan tidak ada variasi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
e.
Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Pemberian tugas atau resitasi, berasal dari bahasa Inggris to cite yang artinya mengutip (re=kembali), yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri bagianbagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya. Metode ini populer dengan membentuk PR (Pekerjaan Rumah). Sebetulnya bukan hanya itu/bukan hanya di rumah. Dengan kata lain metode resitasi dimaksudkan; yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakana dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran. Kebaikan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) a) Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan siswa. b) Siswa belajar dan mengembangkan inisiatif dan sifat mandiri. c) Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar. d) Dapat mempraktekkan hasil teori/konsep dalam kehidupan yang nyata/masyarakat. e) Dapat memperdalam pengetahuan siswa dengan spesialisasi tertentu. Kekurangan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) 1) Siswa dapat melakukan penipuan terhadap tugas yang diberikan hanya dikerjakan oleh orang lain, atau menjiplak karya orang lain. 2) Bila tugas diberikan terlalu banyak diberikan, siswa dapat mengalami kejenuhan/kesukaran, dan hal ini dapat berakibat ketenangan batin siswa merasa terganggu. 3) Sukar memberikan tugas yang dapat memenuhi sifat perbedaan individu dan minat dari masingmasing siswa 4) Pemberian tugas cenderung memakan waktu dan tenaga serta biaya yang cukup berarti. f.
Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan (Role Playing Method) Istilah sosiodrama dan bermain peran dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan di dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti. Sosiodrama yang dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial.
57
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
Kebaikan Metode Sosiodram/Bermain Peran 1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. 2) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan antusias. 3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi 4) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. 5) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan/ membuka kesempatan bagi lapangan kerja. Kelemahan Metode Sosiodram/Bermain Peran 1) Sosiodrama dan bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak. 2) Memerlukan kretaifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. 3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu 4) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peranan mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai. 5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. 6) Pada pelajaran agama masalah keimanan sulit disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan (Annahlawai, 1992: 243). g.
Metode Simulasi Metode simulasi (simulation) yaitu tiruan atua suatu perbuatan yang bersifat pura-pura saja. Sebagai metode mengajar simulasi dapat diartikan sebagai: suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa (dengan bimbingan guru) melakukan peran dan simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peran melakukan lingkungan tiruan dari kejadian yang sebenarnya (Ahmadi, 2005: 83). Tujuan simulasi, antara lain: 1) Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam mempelajari
58
situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. 2) Untuk melatih siswa menguasai keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari. 3) Untuk pelatihan pemecahan masalah 4) Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa 5) Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasi-situasi masyarakat di sekitarnya. 6) Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang lain dan memupuk daya kreatifitas siswa. Dengan demikian, penggunaan simulasi dalam proses belajar mengajar sesuai dengan kecenderungan pengajaran modern sekarang, yaitu meninggalkan pengajaran yang bersifat pasif, menuju kepada pembelajaran siswa yang bersifat individual dan kelompok kecil heuristik (mencari sendiri perolehan), dan aktif (CBSA). Sesuai dengan hal itu, simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, ialah: 1) Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pengajaran di kelas, baik guru maupun siswa mengambil bagian di dalamnya. 2) Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih siswa melakukan pendekatan interdisiplin di dalam belajar. Di samping itu, juga mempraktekkan keterampilan-keterampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat. 3) Simulasi adalah model mengajar yang bersifat dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berpikir dalam memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah. Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan (dua orang). Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat melakukan simulasi yang sama dengan kelompok
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
lainnya atau simulasi yang berbeda dengan kelompok lainnya. Di dalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan yang menimbulkan (menghasilkan) domein efektif (misalnya: menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong dan sebagainya, domein psikomotorik (misalnya keterampilan berbicara, bertanya, berdebat, mengemukakan pendapat, memimpin, mengorganisir dan sebagainya) dan domein kognitif (misalnya memahami konsepkonsep tertentu, pengertian, teori dan sebagainya). Di samping itu dalam simulasi juga harus dapat dilakukan korelasi antara beberapa bidang studi atau disiplin situasi yang lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut, hubungan sebab akibat, percobaan-percobaan, fakta-fakta dan pemecahan masalah. Kelemahan-kelemahan Simulasi 1) Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, peralatan tidak sempurna, waktu dan kondisi siswa. 2) Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak atau anak dituntut terlalu banyak di dalam memegang peranan sehingga ia tidak menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas bagi para apemegang peranan kurang jelas atau penunjukkan peranan kurang tepat. 3) Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya (mewakili realitias yang disederhanakan) dengan peniruan yang sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolah-sekolah. 4) Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa simulasi yang berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya: kehidupan di pasar, di kantor pos, di stasiun, di bank dan sebagainya, sehingga kadang-kadang bersifat lepas atau saling bertentangan antara satu dengan yang lani (misalnya: pedagang yang menghendaki harga barang naik dengan konsumen yang menghendaki harga barang turun).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
h.
Metode Latihan (Drill) Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dari apa yang telah dipelajari: Prinsip dan petunjuk menggunakan metode ini: 1) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu. 2) Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnisis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna. 3) Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan. 4) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa 5) Proses latihan hendaknya mendahulukan halhal yang esensial dan berguna (Sabri, 2007: 60). Keunggulan Metode Latihan Siap (Drill) 1) Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya. 2) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari. 3) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa di saat berlangsungnya pengajaran. Kelemahan Metode Latihan Siap (Drill) 1) Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya. 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan tidak diberikan keleluasaan. Siswa menyelesaikan tugas secara status sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah siswa melakukan seuatu secara mekanis, dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomtis.
59
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
4)
Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pelajaran yang bersifat menghapal di mana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaanpertanyaan yang berkenan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berpikir secara logis.
i.
Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa ke luar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan. Sebelum keluar kelas guru terlebih dahulu membicarakan dengan anak-anak tentang hal-hal yang diselidiki, aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. Untuk lebih terarahnya dalam beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang akan diselidiki atau diobservasi. Keunggulan Metode ini 1) Dapat memberikan kepuasan terhadap keinginan anak-anak, dengan menyaksikan kenyataan-kenyataan, keindahan alam, dan sebagainya; 2) Dapat menambah pengalaman pada siswa, dan guru mempunyai kesempatan yang baik untuk menerangkan suatu objek dengan jelas; 3) Melatih siswa bersikap lebih terbuka, objektif dan luas pandangan mereka terhadap dunia luar. Kelemahan Metode ini 1) Metode ini akan gagal bila mana menemui objek yang kurang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan; 2) Waktu yang tersedia tidak mencukupi dan menyita waktu pelajaran; 3) Karyawisata membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang besar sehingga menjadi beban siswa dan guru itu sendiri. E.
Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2012 yang berlokasi di SMP Negeri Jakarta Timur. Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan kuantitatif analisis regresi sederhana dengan menggunakan media SPSS sebagai alat analisisnya. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMP Negeri 20 Kramat Jati di Jakarta Timur yang terdiri dari 9 rombongan belajar untuk setiap levelnya. Penentuan obyek penelitian ini didasarkan pada
60
pertimbangan bahwa SMP Negeri 20 ini merupakan pusat informasi SMP di kawasan Jakarta Timur sebagai sanggar yang membina sekolah-sekolah lainnya. Sedangkan sampelnya diambil 200 orang siswa dengan teknik proporsional random sampling dari kelas VII sampai kelas IX. Instrumen penelitian yang di gunakan untuk memperoleh data yang valid adalah angket bentuk skala Likert yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan media SPSS untuk dicari skor korelasi, regerasi, dan determinasinya. F.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian hasil penelitian dan pembelahan ini dikemukakan daskripsi data, uji persyaratan analisis dan pembahasan hasil penelitian, yaitu: 1. Deskripsi data Hasil penyebaran angket kepada responden diperoleh gambaran data sebagai berikut: Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian X N
Valid
y 200
200
0
0
Mean
42.4950
43.1600
Median
42.0000
43.0000
46.00
42.00
6.58535
8.16995
43.367
66.748
Range
28.00
35.00
Minimum
30.00
27.00
Maximum
58.00
62.00
8499.00
8632.00
Missing
Mode Std. Deviation Variance
Sum
Untuk data variabel penggunaan metode bervariasi (x) diperoleh skor emiprik rata-rata 42,49 dan median 42,00, sedangkan data teoritik angket sebanyak 17 butir x 4 pilihan jawaban = 68 artinya bahwa penggunaan metode yang bervariasi berada di atas skor tengah teoritik yaitu 34. Dengan demikian dapat diartikan bahwa rata-rata guru telah menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
Untuk data variabel motivasi belajar (y) diperoleh skor empirik rata-rata 43,16 dan median 43,00, sedangkan data teoritik angket sebanyak 19 butir x 4 pilihan jawaban = 76 artinya bahwa motivasi belajar siswa berada di atas skor tengah teoritik yaitu 38. Dengan demikian dapat diartikan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa cukup baik. 2.
Uji persyaratan analisis Uji persyaratan analisis digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memeuhi syarat sehingga dapat dilakukan uji lanjutan yakni uji korelasi dan regresi. Pengujian persyaratan ini menggunakan Kolmogorov Smirnov melalui SPSS untuk mengetahui normalitas data dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Uji Normalitas Data Penelitian
Pada tabel 3 di atas, diperoleh skor koefisien korelasi r = 0,365 dan skor sig. 0,000 < dari 0,05 yang berarti penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi memiliki hubungan positif dan signifikan dengan motivasi belajar siswa. Skor determinasinya r2 = 0,133 atau 13,3 % yang berarti bahwa sumbangan variabel penggunaan metode pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa adalah 13,3 % sedangkan sisanya merupakan pengaruh variabel lain yag tidak diteliti. Tabel 4 Skor Pengujian Koefisien Regresi Sum of Model 1
Mean
Squares
Regression
Df
Square
F
1770.746
1
1770.746
Residual
11512.134
198
58.142
Total
13282.880
199
Sig.
30.455
.000a
a. Predictors: (Constant), x
X N Normal Parametersa
y
b. Dependent Variable: y
200
200
Mean
42.4950
43.1600
Std. Deviation
6.58535
8.16995
.053
.066
Positive
.053
.046
Negative
Most Extreme Differences Absolute
-.042
-.066
Kolmogorov-Smirnov Z
.750
.930
Asymp. Sig. (2-tailed)
.628
.353
Ketentuan pengujian adalah : jika skor Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka distribusi tidak normal dan jika skor Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka distribusi normal. Pada table di atas diperolah skor Asymp. Sig (2-tailed) = 0,628 dan 0,353 > 0,05 yang berarti kedua variabel penelitian berdistribusi normal. Dengan demikian, data penelitian ini memenuhi syarat untuk dilakukan analisis korelasi dan regresi untuk penarikan kesimpulan.
Pada tabel 4 di atas diperoleh skor f hitung 30,45 dengan skor sig. nya 0,000 < 0,05 yang berarti koefisien regresi signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variasi perubahan pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh variasi yang terjadi pada variabel penggunaan metode pembelajaan yang bervariasi atau semakin variatif guru menggunakan metode dalam mengajar maka akan semakin membuat siswa termotivasi dalam mengikti proses pembelajaran tersebut. Tabel 5 Skor Koefisien Regresi Sederhana
Model 1
(Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
23.911
3.529
.453
.082
X
Beta
T
.365
Sig.
6.775
.000
5.519
.000
a. Dependent Variable: y
3.
Pembahasan temuan hasil penelitian Hasil pengolahan data penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 3 Skor Korelasi dan Determinasi Adjusted R Std. Error of the Model
R
1
.365a
R Square .133
Square .129
Estimate 7.62510
Pada tabel 5 di atas, diketahui skor persamaan regresi linear sederhana Y = 23,91 + 0,45 X, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 poin pada variabel motivasi belajar disumbang sebesar 0,45 oleh variabel penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa jika kita hendak meningkatkan motivasi belajar siswa maka terlebih dahulu perlu ditingkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang
a. Predictors: (Constant), x
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
61
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
bervariasi sesuai dengan konteks dan tuntutan standar kompetesi dan kompetensi dasarnya. Temuan di atas menjadi penegasan bahwa di dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam metode yang dalam penggunaannya perlu disesuaikan dengan faktor, misalnya situasi sedang berlangsungnya proses mengajar belajar, alat-alat yang ada, kemampuan guru sendiri sebagai pelaksana metode, serta tingkat kemampuan murid, yang kesemuanya itu disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Akan tetapi sebenarnya di dalam hal aplikasi metode tersebut, faktor kemampuan guru dalam penguasaan terhadap metode itulah yang sangat menentukan berhasil tidaknya pendidikan/pengajaran, bukan semata-mata terletak pada corak metode beserta alat-alat yang tersedia. Bahkan bilamana perlu sikap dan kepribadian guru itu sendiri bisa dijadikan metode yang efektif. Bilamana guru telah melakukan mengajar di dalam kelas, maka berati ia telah melakukan komunikasi dengan murid dalam kelas itu. Komunikasi antara guru dengan murid terjadi bilamana guru dengan wibawanya sebagai pendidik mampu menimbulkan minat murid sehingga tercipa situasi belajar mengajar. Dengan demikian motivasi atau minat tersebut merupakan jembatan yang menghubungkan antara bahan pelajaran yang disajikan oleh guru dengan kegiatan menerima, mengolah serta menanggapi bahan tersebut dari pihak murid. Oleh karena itu, bilamana situasi keterjalinan yang didasari atas minat murid terhadap guru telah terbentuk, maka proses belajar dan mengajar telah terjadi diantara mereka. Untuk menimbulkan situasi yang demikian itu, salah satunya diperlukan metode pengajaran yang benar-benar dapat mengungkapkan minat bagi kegiatan belajar peserta didik. Metode pengajaran, baru dapat berfungsi dengan baik bilamana guru mampu menguasai metode yang dipilih seecara tepat dalam penerapannya. Agar metode tersebut dapat bekerja dengan efektif, maka guru sebagai penanggung jawab penggunaan metode perlu memperhatikan beberapa faktor, antara lain: kondisi murid/anak didik, alat-alat yang tersedia juga mengakibatkan penggunaan metode tertentu yang mungkin dapat dilaksanakan, materi pelajaran yang hendak disajikan, situasi/sekitar di dalam mana anak sedang melaksanakan kegiatan belajar juga menuntut penerapan metode yang berlainan sesuai yang dibutuhkan, kemampuan guru sendiri dalam hal
62
penguasaan terhadap berbagai metode adalah merupakan faktor yang menentukan efektif tidaknya penggunaan metode yang dipilih, tujuan atau cita-cita adalah hakikat yang menjadi pedoman pokok penggunaan metode pengajaran, dan pandangan hidup guru itu sendiri (Arifin, 1978: 151). Maka jelaslah guru merupakan factor kunci yang diharuskan mampu memahami serta mengetahui berbagai macam metode mengajar atau mendidik, yang kepentingannya sudah jelas yaitu agar dia dapat menyesuaikan metode yang dipilihnya dengan faktorfaktor tersebut di atas, sehingga ia menjadi pendidik yang dinamis dan fleksibel menurut berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Hal ni sejalan dengan pandangan bahwa guru dapat menggunakan bermacam-macam cara dan pendekatan agar peserta didik giat belajar, diantaranya melalui pemberian angka atau nilai, hadiah, persaingan, hasrat untuk belajar, ego-involvement, sering memberi ulangan, mengetahui hasil belajar yang dicapai, kerja sama, tugas yang “challenging,” minat, suasana yang menyenangkan, tujuan yang diakui dan diterima baik oleh murid, pujian, teguran dan kecaman, sarkasme (sindiran) dan celaan, hukuman dan standar/taraf aspirasi (level aspiration) (Nasution, 1995: 78). Sedangkan data kualitatif yang diperoleh hasil observasi dan wawancara tidak terstruktur dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah adalah banyaknya kendala yang dihadapi dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode yang bervariasi diantaranya adalah keterbatasan sarana prasarana, pola duduk masih konvensional, pelatihan guru masih jarang dilakukan, keterlibatan guru mengikuti kegiatan ilmiah diluar masih rendah, MGMP masih belum menyentuh pembahasan tentang metode pembelajaran akan tetapi lebih banyak pada konten materi, dan daya dorong atau keinginan guru untuk berlatih mengembangkan metode bervariasi yang lemah dan komunikasi profesi jarang dilakukan. Kendala-kendala di atas, kemudian menyebabkan tidak 100 % guru melakukan pembelajaran dengan bervariasi, sebagian mereka mengajar hanya mennjalankan kewajiban sehingga lemahnya inovasi dan kreativitas. Kondisi demikian salah satunya menjadi penyebab siswa merasa bosan dan jenuh mengikuti pembelajaran, sedangkan untuk guru yang kreatif menggunakan metode yang menyenangkan cenderung menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
G.
Kesimpulan Sesuai hasil pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Masih terdapat guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni hanya ceramah saja, meskipun sebagian besar telah menggunakan metode secara bervariasi sesuai dengan konteks dan tuntutan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode yang bervariasi berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran. 3. Kendala yang dihadapi dalam menggunakan variasi metode diantaranya adalah kondisi sarana yang terbatas, posisi tempat duduk masih mengggunakan meja kursi, pemahaman guru masih kurang terhadap jenis-jenis metode pembelajaran, musyawarah guru mata pelajaran masih terfokus membahas konten materi tapi belum menyentuh tentang penggunaan metode yang menyenangkan. H. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berdasarkan temuan di lapangan perlu penulis sampaikan sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan sejenis workshop atau up-grading guru yang mengkaji masalah metode-metode pembalajaran sehingga dapat memberikan pencerahan dan wawasan baru kepada para guru dalam melakukan proses pembelajaran. 2. Kepala sekolah perlu menekankan kepada kelompok MGMP agar diskusi dan pengakajian mata pelajaran tidak hanya terfokus pada konten materi tetapi juga perlu menemukan dan membahas metode-metode dalam pembelajaran dengan mengacu pada pola pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) 3. Perlunya kebijakan kepala sekolah terkait dengan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ada.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abu bin Ismail al-Bukhari. 1994. Shahih al-Bukhari, jus. 3. Libanon: Darul Fikri. Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultasi Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia. Cet. 2. An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: CV. Diponegoro. Cet. 2. Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Cet. 1. Aripin, Jaenal dan Azharudin Lathif. 2006. Filsafat Hukum Islam: tasyri’ dan Syar’i. Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet. 1. Daradjat, Zakiah, dkk. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 1. Daradjat, Zakiah. 2002. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. Iska, Zikri Neni. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan Bahan Kuliah dan Diskusi Mahasiswa. Jakarta: Kizi Brother. Cet. 1. Jalaluddin dan Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet. 2. Khalaf, Abdul Wahab. 1996. Ilmu Ushulul Fiqh. Terj. Oleh Masdar Helmy. Bandung: Gema Risalah Press. Cet. 1. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 2. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta Bumi Aksara. ed. 2. Cet. 1. Nata, Abuddin dan Fauzan. 2005. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta: UIN Jakarta. Cet. 1. Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi agama/IAAIN di Jakarta. 1984. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Cet. 2.
63
Sabri, Alisuf. 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching.Cet. 2. Shaleh, Abdul Rahman. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi. Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa. Cet. 1. Soamanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
64
Usman, Muhammad Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 19. Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cet. 1.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
65
66
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ISSN 1907 - 3666
Volume Desember 2012 Volume7, 1,Nomor Nomor14, 3, Nopember 2007
Penanggung jawab/Pemimpin Umum : Dra. Yenny Budiasih, MBA Pemimpin Redaksi : Hj. Sri Wahyuningsih, SE, MM. Staf Ahli : Dr. Sugito Effendi, MSi. Dr. Mohamad Ilmi, M.Ec. Dr. Marinus R. Manurung, MPA Indri Astuti, S.Pd., MM., M.Pd. Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH. Noverdi Bross, Ph.D. Hadi Mulyo Wibowo, SH, MM. M. Riduan Karim, SE, MM Pelakasana Harian : H. Zaharuddin, SE, MM Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH Dr. Zulkifli Amsyah, MA. Tim Editing Budi Purnomo Sugito Hartadi Sirkulasi & Pemasaran Teorida Simarmata Dewi Listiorini
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
67
Volume Desember 2012 Volume7,1,Nomor Nomor14, 3, Nopember 2007
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 7, Nomor 14, bulan Desember 2012 dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam edisi ke tujuh ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain:
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di RT 04 / RW 01 Cipadu, Larangan, Tangerang
Pengaruh Daya Diri Peserta, Profesionalisme Widyaiswara, dan Kepuasan Mengikuti Diklat Terhadap Hasil Diklat
Pengaruh Implementasi Sistem Informasi Manajemen dan Pengawasan Kinerja Pegawai Terhadap Pelayanan Informasi Akademik ( Penelitian Di LPP Ariyanti )
Model pengelolaan kurikulum pendidikan Seni musik di SMAN 5 karawang
Pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Penggunaan Metode Pembelajaran Bervarisi dan Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 20 Jakarta timur
Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Semoga kami Jurnal ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal ini pada edisi mendatang. Terima kasih Redaksi
68
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume Desember 2012 Volume7, 1,Nomor Nomor14, 3, Nopember 2007 DAFTAR ISI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RT 04 / RW 01 CIPADU, LARANGAN, TANGERANG Oleh : Munawir -------------------------------------------------------------------------------PENGARUH DAYA DIRI PESERTA, PROFESIONALISME WIDYAISWARA, DAN KEPUASAN MENGIKUTI DIKLAT TERHADAP HASIL DIKLAT Oleh : Asroi. -------------------------------------------------------------------------------PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PENGAWASAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN INFORMASI AKADEMIK ( Penelitian di LPP Ariyanti ) Oleh : Roni Surahman dan Djodi A. Hussain ---------------------------------------------MODEL PENGELOLAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SMA N 5 KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman --------------------------------------------------------------------PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Oleh : Nasfirman Yul NZ dan Mei Dudung Hariyanto -----------------------------------PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat. ----------------------------------------------------------------------
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
1
11
21
29
39
51
69
Volume Desember 2012 Volume7, 1,Nomor Nomor14, 3, Nopember 2007
PEDOMAN PENULISAN JURNAL
70
1.
Naskah tulisan diketik di komputer program MS Word dengan ukuran 2 (dua) spasi, huruf (font) time new roman, ukuran huru 12 pt, jumlah halaman 14-20 lembar ukuran A4 (termasuk gambar, tabel, ilustrasi, dan daftar pustaka). Margin kiri 4 cm, margin bawah, atas dan kanan 3 cm. Menyertakan salinan soft copy (print out) dan hard copy (dalam disket, CD, flasdisk)
2.
Naskah adalah asli, belum pernah dipublikasikan melalui media lainnya.
3.
Naskah berupa hasil penelitian atau hasil studi kepustakaan yang bersifat obyektif, sistematis, analistis dan deskriptif
4.
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris
5.
Judul naskah singkat, sesuai dengan ini naskah. Abstraksi Bahasa Indonesia untuk naskah Bahasa Inggris dan sebaliknya, terdiri dari pendahuluan, isi (hasil, metode penelitian, analisis hasil), kesimpulan dan daftar pustaka.
6.
Isi naskah bukan tanggung jawab redaksi. Redaksi mempunyai hak mengedit redaksional tanpa merubah arti aslinya.
7.
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi redaksi Jurnal Aliansi Magister Manajemen STIMA IMMI.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi