PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
RUMAH PRODUKTIF: SEBAGAI TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT BEKERJA DI PERMUKIMAN KOMUNITAS PENGRAJIN EMAS (Pola Pemanfaatan Ruang Pada Usaha Rumah Tangga) Wiwik Wahidah Osman & Samsuddin Amin Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 586265/(0411) 587707 e-mail:
[email protected]
Abstract This study discusses the productive house, a house that have more functions not only as a place to live but also place to work or running business for the residents. This study aims to: a) identify patterns of land use that has UBR/HBE, b) find and explain the correspondence between the spatial planning and activity needs UBR/HBE also shelter; c) assess the optimum utilization of space for UBR activities. Giving shape and pattern of land use in the housee with productive function as a home, with a standard requirement of optimum space for UBR activities; availability of space, a good rule of hierarchy of space, organized and directed, organizing space, organizing time, organizing activities and labor is the core of both of these activities, that create harmony and balance between domestic (reproductive) with UBR activities (productive). This study is a qualitative and quantitative research, using descriptive qualitative method. The final results of this study is the space utilization of productive space in the house that functioned as a residence as well as a place of business/work. By build this household enterprises (UBR/HBE) performed by members of the household expected to contribute to improve socioeconomic of the families. Keywords: productive house, place to live, workplace
PENDAHULUAN Rumah dapat diartikan sesuai dengan konteks kita melihatnya, demikian pula dengan fungsinya. Rumah bukan sekedar bangunan, tetapi juga merupakan suatu konteks yang memberi peluang untuk interaksi dan aktivitas komunikasi yang akrab dengan lingkungannya. Saat ini rumah tidak hanya berperan sebagai hunian. Fungsi produktifnya kini semakin menonjol baik pada rumah non tradisi maupun rumah tradisi (dibangun berdasarkan konsep tradisional). Salah satu bentuk fungsi produktifnya yang merupakan fungsi lebih dari rumah adalah sebagai basis kegiatan ekonomi, yang dikenal dengan sebutan Home Based Enterprises (HBEs) atau Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga (UBR). Secara umum UBR adalah kegiatan usaha rumah tangga yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang dijalankan oleh keluarga, kegiatannya bersifat fleksibel dan tidak terikat oleh aturan-aturan yang berlaku umum termasuk jam kerja yang dapat diatur sendiri serta hubungan yang longgar antar modal dengan tempat kerja. Menurut Johan Silas (1993), konsep rumah dan kerja termasuk dimensi sosial dan budaya. Beberapa detail fungsi rumah dapat diuraikan sebagai berikut: Rumah (saja): yaitu tipe rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal tanpa kegiatan lain yang berarti. Pada tipe ini umumnya untuk golongan berpenghasilan menengah ke atas, tetapi sedikit sekali golongan berpenghasilan rendah menggunakannya. Rumah Produktif: pada tipe ini sebagian dari rumah digunakan untuk usaha (produktif) atau kegiatan ekonomi. Rumah produktif sebagai hunian sekaligus sebagai tempat kerja/usaha merupakan cermin kehidupan sosial budaya penghuninya. Terkait dengan hal di atas, cukup menarik untuk dikaji dan diteliti bagaimana bentuk pola pemanfaatan ruang pada rumah produktif. Penelitian ini mengambil studi kasus rumah produktif sebagai hunian dan sebagai tempat kerja pada komunitas pengrajin emas dan perak yang ada di Kota Makassar dengan lokasi di Kecamatan Tallo (di Jalan Daeng Tantu) dan Kecamatan Ujung Tanah (di Jalan Dakwah). Komunitas pengrajin emas dan perak ini merupakan masyarakat pendatang yang berasal dari Kabupaten Sidrap yang secara
Volume 6: Desember 2012
Group Teknik Arsitektur TA12 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Rumah Produktif: Sebagai Tempat… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Wiwik Wahidah Osman & Samsuddin Amin Perkapalan Sipil
turun temurun mendiami permukiman tersebut dan bergerak di sektor informal khususnya menyediakan jasa pembuatan, jasa pengolahan dan penjualan hasil kerajinan emas dan perak.
TINJAUAN PUSTAKA Pemahaman Rumah Secara Umum Undang-Undang No. 1 tahun 2011 pasal 1 ayat 7 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman: “Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya”. Rumah sebagai tempat awal pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga dalam lingkungan yang layak, sehat, serasi dan teratur. Menurut Pedro Arupe, SJ, dalam Eko Budihardjo (1998:55) bahwa rumah bukan hanya sekedar bangunan tetapi merupakan suatu konteks atau hubungan sosial dari suatu keluarga. Rumah memberi peluang untuk interaksi dan aktivitas komunikasi yang akrab dengan lingkungannya. Rumah cenderung mengadakan penyesuaian terhadap aspek kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu rumah sebagai tempat menetap, selayaknya juga melindungi penghuni dari gangguan fisik serta mental untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin. Menurut Amos Rapoport (1969) rumah adalah suatu lembaga dan bukan hanya struktur, yang dibuat untuk berbagai tujuan kompleks dan karena membangun suatu rumah merupakan gejala budaya maka bentuk dan pengaturannya sangat dipengaruhi budaya lingkungan dimana bangunan itu berada. Bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik atau faktor tunggal lainnya, tetapi merupakan konsekuensi dari cakupan faktor-faktor budaya yang terlihat dalam pengertian yang luas. Bentuk berubah menurut kondisi iklim, metode konstruksi, material yang tersedia dan teknologi. Yang utama adalah faktor sosial budaya sedangkan lainnya merupakan faktor yang kedua atau melengkapi/memodifikasi. Bentuk rumah dan permukiman merupakan gambaran fisik dari budaya, agama, material dan aspek sosial serta merupakan alam simbolik mereka. Rumah Sebagai “Suatu Proses” Konsep “Housing is a Process” oleh Turner (1972) dalam “Freedom to Build”, ada tiga hal yang melandasi yaitu: nilai rumah, fungsi ekonomi, dan wewenang atas rumah. Menurut Turner, rumah bukanlah merupakan hasil fisik sekali jadi, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam kurun waktu. Rumah mempunyai berbagai macam fungsi, dan semua fungsi tersebut tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Fungsi tersebut berbeda antara satu dengan lainnya tergantung pada tempat dan waktu. Turner juga menunjukkan hubungan antara perkembangan tingkat penghasilan dengan perkembangan kebutuhan manusia terhadap rumah. Merujuk pada teori Maslow, Turner berpendapat terdapat kaitan antara kondisi ekonomi seseorang dengan skala prioritas kebutuhan hidup dan prioritas kebutuhan perumahan. Dalam menentukan prioritas tentang rumah, seseorang atau keluarga cenderung meletakkan prioritas utama pada lokasi yang berdekatan dengan tempat kerja. Seiring meningkatnya ekonomi, prioritas kebutuhan perumahannya akan meningkat pula. Status kepemilikan lahan dan rumah menjadi prioritas utama, karena penghuni ingin mendapatkan kejelasan tentang status kepemilikan rumahnya. Rumah Produktif Selain sebagai tempat tinggal, rumah saat ini juga berkembang ke arah fungsi produktif. Menurut Johan Silas (1993) konsep rumah dan kerja termasuk dimensi sosial dan budaya, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Rumah (saja): rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal tanpa kegiatan lain yang berarti. 2. Rumah Produktif: rumah yang sebagian digunakan untuk produktif atau kegiatan ekonomi, konsekuensinya juga timbul hubungan antara aspek produksi dan perawatan rumah. Ada tiga kriteria dalam hal proporsi yang terpakai untuk hunian dibandingkan dengan non hunian: a. Tipe Campuran, fungsi rumah sebagai tempat tinggal menjadi satu dengan tempat kerja. Ada fleksibilitas dan kedinamisan dimana pekerjaan dapat diwadahi. Pada kategori ini bertempat tinggal masih menjadi fungsi yang dominan. b. Tipe Berimbang, rumah sangat dipisahkan dengan tempat kerja pada bangunan yang sama, Ada kesamaan kepentingan pada tempat tinggal/hidup dan bekerja, akses ke tempat kerja kadang-kadang juga dipertegas serta dipisahkan dimana orang luar rumah juga terlibat di dalamnya.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA12 - 2
Volume 6: Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
c. Tipe Terpisah, pada tipe ini tempat kerja merupakan hal yang dominan serta mengambil sebagian besar dari total ruangan. Kadang tempat tinggal diletakkan pada bagian belakang atau depan tempat kerja yang digabungkan dengan kegiatan kerja. Bisa juga pemilik tinggal pada tempat lain yang terpisah sedangkan rumah tersebut selanjutnya digunakan oleh para pekerja. Keberadaan rumah produktif mempertegas fungsi rumah bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai suatu produk hasil teknologi manusia, merupakan sarana (alat) maupun tujuan dalam kehidupan manusia, juga menjadi barang komoditi/modal usaha yang menunjang hidup sehari-hari yang terkait dengan ekonomi. Usaha berbasis Rumah Tangga/UBR (Home Base Enterprises/HBE’s) Home Base Enterprises/HBE’s adalah kegiatan usaha rumah tangga yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang dijalankan oleh keluarga, kegiatannya bersifat fleksibel, tidak terikat oleh aturan-aturan yang berlaku umum termasuk jam kerja yang dapat diatur sendiri, hubungan yang longgar antar modal dengan tempat usaha. Lipton (1980) menyatakan HBE ini sebagai family mode of production enterprise, dengan karakteristik: 1. Keluarga mengontrol sebagian besar dari lahan dan modal dari tempat kerjanya. 2. Sebagian besar dari tanah, modal dan tenaga dari keluarga tersebut disertakan dalam HBE. 3. Sebagian besar tenaga kerja yang terlibat disediakan oleh keluarga. Dari segi jenis usahanya, Johan Silas (1999) merumuskan tipe UBR yaitu: 1. Memproduksi barang (manufacture), misalnya kerajinan, dan sebagainya. 2. Jasa (service), misalnya salon, bengkel, dan sebagainya. 3. Penjualan (distribution), misalnya toko yang menjual barang kerajinan, dan sebagainya. 4. Lain-lain, merupakan kombinasi atau tidak dapat dikelompokkan pada salah satu tipe di atas. Johan Silas menegaskan bahwa dalam UBR yang berorientasi kepada produksi ada 3 (tiga) unsur pokok/ tahapan yang menjadi inti dari kegiatan UBR yaitu: 1). Penyiapan dan penyimpanan bahan baku, 2) Proses produksi, 3) Penyimpanan hasil. Ketiga tahapan ini dapat dijadikan patokan dalam melihat interaksi antara UBR (khususnya UBR produksi) dengan kehidupan rumah tangga. Ada lima ciri pokok dari UBR menurut Johan Silas (1999) yaitu: 1. Rumah dan rumah tangga menjadi modal dan basis dari kegiatan ekonomi keluarga. 2. Keluarga menjadi kekuatan pokok dalam penyelenggaraan UBR, mulai dari menyiapkan, menjalankan hingga mengendalikan semua kegiatan, sarana dan prasarana yang terlibat. 3. Dasar dan pola kerja UBR terkait (erat) dengan dan menjadi bagian dari penyelenggaraan kerumahtanggaan. Isteri/ibu dan anak-anak menjadi tulang punggung dari penyelenggaraan UBR. 4. Rumah makin jelas merupakan proses yang selalu menyesuaikan diri dengan konteks kegiatan yang berlaku, termasuk kegiatan (atau tidak ada kegiatan) melakukan berbagai bentuk UBR. 5. Berbagai konflik yang timbul sebagai konsekuensi dari adanya UBR di rumah dapat diatasi secara alami, baik internal rumah maupun dengan lingkungan dan tetangga di sekitarnya yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam berbagai kegiatan UBR. Sektor Informal Secara umum sektor informal didefinisikan sebagai sektor ekonomi yang mempunyai bentuk usaha anekaragam jenis dan kegiatan; mencari nafkah yang dilakukan seseorang atau kelompok kecil; tidak berada di dalam peraturan yang berlaku; mengatur jam kerjanya sendiri; modal dan tempat usaha mempunyai bentuk hubungan longgar serta mampu melayani kebutuhan dari berbagai golongan masyarakat; terutama yang berpenghasilan dan berpola konsumsi terbatas (Septanti, 2000). Ciri umum atau karakteristik sektor informal yang dikutip dari sumber Pembinaan Sektor Informal di Surabaya oleh Pemda Tk. II Surabaya disebutkan: Kegiatan/usaha berada di luar administrasi resmi pemerintah maupun jangkauan ketentuan umum. Skala kegiatan usaha kecil, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak perlu keahlian khusus dan peka terhadap keinginan konsumen, serta cukup luwes menampungmenyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat pendidikan serta memiliki mobilitas tinggi. Tenaga kerja sektor ini sebagian besar berasal dari lingkungan keluarga atau kerabat sedesa dengan sistem pengupahan yang luwes dan tidak seluruhnya harus berbentuk uang. Usia tenaga kerjanya sebagian besar merupakan usia produktif.
Volume 6: Desember 2012
Group Teknik Arsitektur TA12 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Rumah Produktif: Sebagai Tempat… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Wiwik Wahidah Osman & Samsuddin Amin Perkapalan Sipil
Lokasi usaha tertentu untuk suatu periode waktu dan kegiatan tertentu pula; biasanya yang mudah menyaring pelanggan terutama yang baru. Dalam aktifitas pertukaran barang maupun jasa bersifat langsung tanpa perantara. Hampir tidak ada titik temu dengan fasilitas yang disediakan pemerintah. Belum atau tidak menjadi obyek pajak yang berlaku, hanya dikenal retribusi-leges walau juga ada berwiraswasta untuk menjamin kesempatan berusaha. Mampu berwiraswasta dengan menciptakan lapangan kerja sendiri secara mandiri.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di permukiman komunitas pengrajin emas dan perak di kota Makassar, lokasi di Jalan Dakwah Kecamatan Ujung Tanah (lokasi 1), dan Jalan Daeng Tantu Kecamatan Tallo (lokasi 2).
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Jln. Dakwah dan Jln. Dg. Tantu Metode penelitian yang diterapkan adalah “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”. Dasar teoritis penelitian bertumpu pada pendekatan eksploratif. Penelitian ini membahas aspek fisik pada rumah yang meliputi: luas dan besaran ruang, sifat penggunaan ruang, pola penggunaan/pemanfaatan ruang, pola penataan ruang, status kepemilikan rumah, serta kondisi permukiman. Juga membahas aspek non fisik berupa kondisi sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, jumlah penghuni rumah, status pekerja, peran dan kontribusi UBR/HBE bagi keluarga, hambatan/kendala dalam melaksanakan UBR/HBE, dan lain-lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Penduduk Penduduk yang bermukim pada lokasi survei di Jln. Dakwah Kecamatan Ujung Tanah (lokasi 1), dan di Jln. Daeng Tantu Kecamatan Tallo (lokasi 2) sebagian besar bermatapencaharian sebagai tukang emas/pengrajin emas. Komunitas pengrajin emas dan perak ini berasal dari Kabupaten Sidrap yang secara turun temurun mendiami permukiman ini dan berprofesi sebagai pengrajin emas dan perak. Diambil sampel sebanyak 40 KK (lokasi 1 sebanyak 20 KK dan lokasi 2 sebanyak 20 KK) yang berarti 40 rumah sebagai sampel. Usaha/kegiatan kerajinan membuat perhiasan emas dan perak di lokasi penelitian (lokasi 1 dan 2) seluruhnya (100%) dilakukan oleh kaum laki-laki. Kepandaian (skill) dari pengrajin emas dan perak ini didapatkan dari turun temurun, jadi antara bakat dan pekerjaan sehari-hari. Dimulai dari usia sekitar 13 tahun (setelah tamat SD) anak-anak sudah mulai belajar membuat perhiasan dengan bahan baku perak, tembaga atau kuningan, setelah itu baru meningkat dengan menggunakan bahan baku emas. Usia dan Jumlah Penghuni Rumah Pada kedua lokasi survei, usia dari responden yang diwawancarai adalah sebanyak 24 responden (60%) usia 4150 tahun; 10 responden (25%) usia 51-60 tahun; 6 responden (15%) usia 20-30 tahun. Jumlah penghuni yang menempati satu rumah termasuk cukup padat: 1-2 jiwa (2,5%); 3-5 jiwa (10%); 6-8 jiwa (82,5%); 9-10 jiwa (5%). Sedang tingkat kepadatan yang cukup ini bila dilihat dari jumlah keluarga (KK) yang
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA12 - 4
Volume 6: Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
tinggal di dalam satu rumah yaitu: terdapat 38 rumah yang dihuni oleh 1 KK (95%); 2 rumah dihuni oleh 2 KK (5%) dan tidak ada rumah yang dihuni oleh lebih dari 2 KK. Tingkat Pendidikan Pada kedua lokasi survei, tingkat pendidikan responden yang berstatus kepala keluarga (KK), tingkat pendidikan formal responden cukup baik dengan dominasi setingkat SLTA (77,5%); setingkat SLTP (15%); setingkat SD (2,5%), dan tidak ada yang setingkat Perguruan Tinggi. Sementara untuk tingkat pendidikan anak-anaknya datanya tidak dirinci, namun dari hasil wawancara pada kepala keluarga/orangtuanya didapatkan informasi bahwa anak-anak pengrajin emas dan perak yang juga ikut membantu usaha pembuatan perhiasan emas dari keluarganya umumnya berpendidikan sampai perguruan tinggi cukup banyak. Kondisi Fisik Lingkungan Pada kedua lokasi survei, kondisi fisik lingkungan cukup baik dimana lokasi rumah tinggal pengrajin emas yang dijadikan sampel terletak di jalan kolektor primer dan di jalan lingkungan yang telah diaspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat (mobil), serta di jalan setapak yang dapat dilalui kendaraan roda dua (motor, sepeda, becak dan pejalan kaki). Selain prasarana jalan yang cukup baik kondisinya, juga dilengkapi saluran drainase/pembuangan air kotor di sekitar rumah maupun di sisi jalan lingkungan.
Gambar 2. Kondisi Fisik Lingkungan sekitar Jln. Dakwah dan Jln. Dg. Tantu Status Lahan Pada kedua lokasi survei, sebagian besar lahan rumah tinggal telah bersertifikat, dari 40 rumah yang dijadikan sampel terdapat 36 KK/rumah (90%) adalah hak milik, dan sisanya milik keluarga. Perolehan lahannya 36 KK/rumah berasal dari warisan orangtua, sedangkan 4 KK/rumah (10%) status lahan masih milik keluarga. Ini menunjukkan bahwa penghuni ini adalah turun temurun membuat hubungan kekeluargaan yang cukup kuat. Hal ini diperkuat dengan alasan mengapa mereka tinggal pada kedua lokasi tersebut, yaitu 32 responden menyatakan ingin dekat dengan orangtuanya, 8 responden menyatakan alasan ingin dekat dengan pekerjaan. Kondisi Perumahan/Permukiman Kondisi permukiman pada kedua lokasi cukup padat, rumah-rumah saling berhimpitan satu sama lainnya. Dari segi fisik bangunan umumnya adalah rumah permanen yang terletak pada jalan lingkungan, rumah semi permanen dan non permanen yang terletak pada jalan setapak. Usia Bangunan Rumah Tinggal Dari segi usia atau umur bangunan menunjukkan kondisi telah berumur antara 15-20 tahun sebanyak 47,5%; di atas 20 tahun sebanyak 15%; antara 10-15 tahun sebanyak 5%; yang cukup baru antara 5-10 tahun sebanyak 27,5%; serta yang paling baru sebanyak 5%. Yang dimaksud bangunan rumah tinggal baru dalam penelitian ini adalah rumah secara fisik masih baru baik membangun rumah baru maupun merubah atau memperbaiki total.
Volume 6: Desember 2012
Group Teknik Arsitektur TA12 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Rumah Produktif: Sebagai Tempat… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Wiwik Wahidah Osman & Samsuddin Amin Perkapalan Sipil
Gambar 3. Kondisi Fisik Perumahan Luas Ruang/Bangunan Rumah Utama Dari aspek kepemilikan bangunan rumah, sebagai pemilik bangunan rumah sebanyak 97,5%; sebagai penunggu/penjaga atau penyewa sebanyak 2,5%. Sedangkan luas bangunan rumah tinggal pengrajin emas di kedua lokasi adalah rumah dengan luas lantai kurang dari 50 m2 sebanyak 2 rumah (5%); luas antara 50 m2-75 m2 sebanyak 18 rumah (45%); luas antara 75 m2-100 m2 sebanyak 15 rumah (37,5%); luas lantai lebih dari 100 m2 sebanyak 5 rumah (12,5%). Hampir semua rumah tinggal para pengrajin emas telah diubah dengan perbaikan ringan, sedang dan berat/total. Sebanyak 22,5% pengrajin telah melakukan perbaikan ringan pada rumah tinggalnya sehubungan dengan adanya UBR; 57,5% melakukan perbaikan sedang; 20% pengrajin telah melakukan perbaikan berat atau total. Peningkatan ekonomi penghuni/keluarga dari usaha pengrajin emas berdampak pada perluasan bangunan rumah tinggalnya, dimana 35 responden (87,5%) telah mengubah susunan ruangnya; 37 responden (92,5%) mengubah fasade/tampak depan bangunan rumahnya; 3 responden (7,5%) tidak mengubah fasad bangunan rumahnya; 14 responden (35%) mengubah atapnya; 26 responden (65%) tidak mengubah atap; 37 responden mengubah dinding/pintu/jendela rumahnya, bahkan semua responden (40 KK) telah mengganti bahan lantai rumahnya. Tujuan dan alasan penghuni memperbaiki rumahnya yaitu 18 responden (45%) menyatakan alasan untuk peningkatan usaha; 7 responden (17,5%) menyatakan sudah saatnya kondisi rumahnya untuk diperbaiki; 11 responden (27,5%) menyatakan untuk peningkatan status sosial; 4 responden (10%) menyatakan untuk lainnya misalnya karena jumlah anggota keluarganya bertambah atau berkurang. Usaha yang Bertumpu Pada Rumah Tangga (UBR) Jenis usaha yang dilakukan oleh responden adalah kerajinan emas dan perak, order atau pesanan pembuatan emas dan perak berasal dari pihak pemilik modal/emas (pihak 1) yang didominasi oleh pedagang keturunan tionghoa (penjual emas sekitar Jln. Somba Opu), kepada pembuat/pengrajin emas pribumi yang berstatus sebagai juragan/bos yang juga merupakan pemilik modal/emas (pihak 2), lalu diorder/dikerjakan oleh pihak keyang merupakan anak buah/pegawai dari juragan/bos tersebut, pegawai/anak buah ini merupakan anggota keluarga dari juragan/bos. Jenis usaha kerajinan emas dan perak yang dilakukan responden di lokasi survei (lokasi 1 dan 2) adalah: Manufakturing/pembuatan perhiasan : 31 responden (77,5%) Jasa/service pemurnian emas : 2 responden (5%) Distributor/penjualan : 7 responden (17,5%) Tenaga Kerja dan Jam Kerja Kegiatan kerajinan membuat emas dan perak ini semua dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan sebagian kaum perempuannya dapat membantu pada kegiatan jual beli atau membeli perhiasan emas bekas serta membantu pendistribusian atau penjualan bila produksi/hasilnya telah selesai. Dalam aktifitas kerajinan emas dan perak ini melibatkan tenaga kerja, baik kegiatan manufakturing/pembuatan perhiasan/produksi; jasa/pengolahan/ service; maupun distribusi/penjualan. Dari 40 responden yang melibatkan tenaga kerja sebanyak 82,5%, sedang yang bekerja sendiri 17,5%. Tenaga kerja yang digunakan semuanya berasal dari penduduk di lokasi survei, bahkan masih ada hubungan keluarga (berasal dari kabupaten Sidrap). Pengrajin yang melibatkan tenaga kerja yang masih ada hubungan
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA12 - 6
Volume 6: Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
keluarga/anggota keluarga sebanyak 72,5%, sedangkan yang melibatkan tenaga kerja yang tidak mempunyai hubungan keluarga sebanyak 27,5%, Usia tenaga kerja yang terlibat dalam usaha kerajinan emas dan perak ini beragam dari yang muda mulai umur 12 tahun sampai pada usia yang menjelang lanjut 65 tahun. Pada awalnya untuk anak-anak pada usia 12-15 tahun belajar dan dipercaya untuk pembuatan perhiasan yang bentuk dan modelnya sederhana seperti perhiasan cincin ring tanpa mata, dan biasanya anak-anak ini belajar lebih dahulu dengan membuat perhiasan dari bahan baku perak, tembaga, kuningan, atau emas ketip. Setelah mahir dan hasilnya baik barulah dipercaya mengerjakan perhiasan emas dengan model yang lebih rumit. Kerajinan emas dan perak ini merupakan home industry sehingga waktu kerja atau jam kerja yang digunakan tidak teratur. Mereka yang bekerja sendiri maupun yang melibatkan orang lain baik keluarga atau tetangga/orang lain, bekerja dengan jam kerja dalam satu hari antara 6 jam s/d 8 jam dikatakan oleh 30 responden (75%), 10 responden (25%) mengatakan dalam bekerja tidak teratur jamnya/waktu kerjanya. Modal dan Perkembangan UBR Modal untuk kegiatan UBR pembuatan perhiasan emas dan perak sebagian besar berasal dari pemberi order atau pesanan yaitu pemilik modal/emas (pihak 1) atau bisa juga berasal dari juragan/bos (pihak 2) berupa emas batangan yang akan diolah oleh para pekerja (pihak 3). Sedangkan campuran bahan perak dan tembaga/kuningan dapat berasal dari juragan/bos (pihak 2) atau milik pekerja (pihak 3). Jumlah modal emas atau perak dihitung dalam gram (gr), sedang tembaga/kuningan dihitung dalam kilogram (kg). Peralatan yang digunakan dalam pembuatan perhiasan emas masih memakai alat-alat sederhana dan tradisional.
Gambar 4. Peralatan Pembuatan Perhiasan Emas dan Perak Ruang Tempat Melakukan Usaha Ruang tempat kerja pembuatan kerajinan emas dan perak dilakukan di dalam rumah karena merupakan home industry (industry rumah tangga), dimana ada pengrajin yang bekerja sendiri, ada pula yang bekerja berkelompok atau bersama-sama. Hanya pada waktu pengolahan/peleburan emas saja yang dilakukan di luar rumah pada tempat yang khusus bahkan dalam skala yang lebih besar, peleburan menghasilkan asap yang mengganggu lingkungan sehingga pelaksanaan peleburan emas dilakukan di tempat jauh dari permukiman. Pada kedua lokasi penelitian (lokasi 1 dan 2), beberapa pengrajin emas yang telah bekerja cukup lama dan telah mempunyai langganan atau konsumen, melakukan pekerjaannya di ruang sendiri sehingga tidak mengganggu ruang lainnya sebanyak 12 responden (30%); yang bekerja tidak di ruang sendiri seperti bekerja di ruang tamu, ruang keluarga sebanyak 28 responden (70%). Pengrajin emas yang bekerja di ruang sendiri/khusus dengan tujuan mendapatkan privasi karena tidak ingin mengganggu dan terganggu oleh aktifitas rumah tangga lainnya, serta banyaknya jenis alat-alat yang dipakai maupun bahan baku agar tidak dipindah-pindahkan seperti yang dilakukan oleh pengrajin yang bekerja di ruang lain seperti ruang tamu, ruang keluarga. Penggunaan ruang tamu sebagai ruang kerja dengan pertimbangan ruang tamu terletak di depan sehingga paling mudah dicapai oleh tamu dan konsumen; lebih banyak mendapatkan sinar matahari/penerangan yang cukup.
Volume 6: Desember 2012
Group Teknik Arsitektur TA12 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Rumah Produktif: Sebagai Tempat… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Wiwik Wahidah Osman & Samsuddin Amin Perkapalan Sipil
Gambar 5. Ruang Kerja ditempatkan Khusus/ Sendiri Sifat Penggunaan Ruang Jika ditinjau dari sifat penggunaan ruang, maka ruang yang digunakan untuk berusaha bisa bersifat tetap (permanen) bisa pula bersifat tidak tetap (non-permanen/temporer). Ruang yang sifat penggunaannya tetap yang digunakan untuk proses produksi (ruang kerja khusus/sendiri). Penggunaan ruang yang non-permanen adalah penggunaan ruang yang maksimal pada saat musimnya atau pada saat banyak order/pesanan dan tidak digunakan saat sepi order. Pola Penggunaan Ruang Pada sebuah rumah tinggal terdapat pembagian-pembagian area berdasarkan sifat penggunaan dan fungsi ruang. Area tersebut diantaranya adalah: area public, privat, semi public, dan service. Ruang-ruang yang termasuk ke dalam area tersebut adalah sebagai berikut: 1. Area Publik : teras, ruang tamu 2. Area Privat : kamar tidur 3. Area Semi Publik : ruang keluarga 4. Service : dapur, kamar mandi, gudang Setiap kategori jenis usaha terdapat perbedaan-perbedaan mendasar pada ruang-ruang yang digunakan. Ruangruang tersebut digunakan berdasarkan sifat usaha yang dimiliki. Misalnya untuk kategori jenis usaha produksi, biasanya jenis usaha ini membutuhkan tempat untuk mengerjakan produknya dan menyimpan bahan baku/mentah maupun produk hasil yang siap dipasarkan/dijual. Secara umum susunan ruang yang ada pada rumah tinggal pengrajin emas di lokasi survei, umumnya hanya terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapur dan km/wc. Ruang tamu yang berfungsi juga untuk menampung kegiatan keluarga, makan, belajar bagi penghuninya selain berfungsi sebagai ruang kerja bagi kegiatan pembuatan kerajinan emas. Tempat Menyimpan Bahan dan Hasil Kerja Dalam menyimpan bahan baku ataupun hasil produksi perhiasan emas yang telah dikerjakan, 6 responden (15%) yang menyimpan di dalam brankas besi ukuran besar, sebab perhiasan yang disimpan berjumlah besar dengan nilai yang cukup mahal. Sedangkan 34 responden (85%) mengatakan tidak menyimpan dalam brankas tetapi di dalam lemari atau dalam laci lemari karena jumlah maupun nilainya tidak terlalu besar. Dengan demikian penyimpanan bahan baku maupun hasil produksi kerajinan emas ini tidak memerlukan suatu ruangan, bisa menjadi satu dengan ruang dimana lemari atau brankas bias disimpan. Proses Produksi Dalam proses produksi, tahap kegiatan diawali dengan persiapan yaitu mengolah bahan yang ada menjadi bahan yang siap dipakai. Untuk membuat perhiasan emas yang akan dipasarkan di toko-toko emas kecuali pesanan khusus, kadar emas yang dipakai adalah 22 karat. Bahan yang akan dipakai apakah berupa emas batangan atau berbentuk perhiasan emas bekas pakai harus ditest terlebih dahulu kadarnya. Secara umum proses produksi dibagi dalam lima tahapan yaitu: 1. Peleburan : proses pencampuran perak dan tembaga, serta emas. 2. Penggulingan : proses pembentukan emas atau penipisan emas.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA12 - 8
Volume 6: Desember 2012
PROSIDING 20 12© Arsitektur 3. Penyatuan 4. Pencucian 5. Pengkilapan
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
: proses pensolderan atau penyatuan bahan, lalu dicuci dengan air keras. : proses pencucian dengan menggunakan sunrawa, tawas dan garam. : proses pencucian akhir dengan menggunakan sabun cuci (sabun sunlight)
Cara melakukan tes kadar emas secara sederhana: emas digosokkan pada “batu pendataran” (batu untuk mengetes), butir-butir emas yang melekat pada batu pendataran ditetesi dengan “air keras” atau “cairan terusi”, kemudian diamati. Butir-butir logam pencampur (tembaga) akan terpisah, yang melekat pada batu pendataran hanya tinggal emas murninya saja. Kemudian kadarnya dibandingkan dengan emas yang kadarnya sudah standar, setelah itu baru pengrajin bisa menentukan kadar emas tersebut. Emas standar untuk pengetesan kadar emas dijual secara khusus di toko emas.
Gambar 6. Proses Produksi dan Alat Penggulingan/Penipisan Emas Distribusi/Penjualan Tahap akhir dari aktifitas UBR pengrajin emas adalah distribusi atau penjualan, baik yang langsung ke konsumen maupun kepada toko-toko emas dimana mereka mengambil bahan baku (pemilik emas/modal), distribusi atau penjualan hasil kerajinan emas di lokasi survei terkait dengan cara mendapatkan bahan bakunya. Sebagian besar pengrajin yang mengambil bahan baku (emas) dari toko emas di Jln. Somba Opu dengan perjanjian yang dibuat akan mendistribusikan hasil kerajinannya ke toko emas tersebut. Penghasilan Penghasilan dari usaha kerajinan emas dan perak merupakan penghasilan utama bagi pengrajin emas di Jln. Dakwah & Jln. Dg. Tantu. Dari hasil kerajinan emas dan perak masyarakat membiayai kebutuhan hidup seharihari, memperbaiki rumah, membeli kebutuhan barang-barang sekunder, membiayai sekolah anak-anaknya, bahkan bisa membiayai perjalanan ibadah haji. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa rata-rata penghasilan bersih para pengrajin berkisar 2,5 juta–5 juta perbulan. Selain itu pengrajin masih mendapatkan sisa-sisa perak dan tembaga dari proses produksi, perak dan tembaga ini dikumpulkan untuk dijual lagi. Peningkatan Sosial Ekonomi Usaha bertumpu pada rumah tangga (UBR) bertujuan untuk mendapatkan penghasilan keluarga atau ekonomi keluarga baik untuk penghasilan utama maupun sampingan. Sebagai sumber penghasilan, pekerjaan kerajinan emas dan perak ini merupakan penghasilan utama keluarga. Selain berdampak pada peningkatan penghasilan atau ekonomi pengrajin, kehadiran UBR telah mendorong terjadinya pengembangan rumah baik secara kualitas maupun kuantitas dengan tujuan pewadahan kegiatan UBR kerajinan emas tersebut lebih terjamin. Turner (1972) dalam “Freedom to Build” menunjukkan adanya hubungan antara perkembangan tingkat penghasilan/ekonomi dengan perkembangan kebutuhan manusia terhadap rumah tinggal. Pengembangan ini berawal dari kebutuhan dan kesempatan yang didapat baik dari sisi pembiayaan atau dana, tempat maupun hasil yang diperoleh. Terdapat kaitan antara sosial ekonomi seseorang dengan skala prioritas kebutuhan hidup dan prioritas kebutuhan rumah, seiring meningkatnya ekonomi prioritas kebutuhan rumah akan meningkat pula.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian, analisa dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal dapat mendukung kegiatan UBR, yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas kehidupan penghuni maupun rumahnya.
Volume 6: Desember 2012
Group Teknik Arsitektur TA12 - 9
ISBN : 978-979-127255-0-6
Rumah Produktif: Sebagai Tempat… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Wiwik Wahidah Osman & Samsuddin Amin Perkapalan Sipil
Kehadiran UBR pada komunitas pengrajin emas dan perak di Jln. Dakwah dan di Jln. Dg. Tantu menunjukkan salah satu aspek penting dari rumah yaitu rumah mempunyai nilai lebih dari hanya sekedar sebagai tempat tinggal, terutama dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan penghuninya. Penelitian ini memberikan bentuk dan pola pemanfaatan ruang pada rumah dengan fungsi sebagai rumah produktif, standar kebutuhan ruang yang optimum bagi kegiatan UBR pengrajin emas dan perak; ketersediaan ruang, aturan hirarki ruang yang baik, tertata dan terarah, pengorganisasian tempat, pengorganisasian waktu, pengorganisasian kegiatan dan tenaga kerja/pelaku, merupakan inti dari pengelolaan kegiatan, sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan antara kegiatan rumah tangga (reproduktif) dengan kegiatan UBR (produktif), kegiatan UBR pengrajin emas terdapat tiga tahapan proses kegiatan yaitu manufakturing/pembuatan perhiasan; jasa/service pemurnian emas; distribusi/penjualan.
DAFTAR PUSTAKA Altman, Irwin.1980. Culture and Environment, Cambridge University Press. Badudu, J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Bogdan, R. dan Taylor, S.J. 1993. Dasar - Dasar Penelitian Kualitatif, diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi, Usaha Nasional, Surabaya. Moleong, Lexy. J. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Pemerintah Kotamadya Daerah TK. II Surabaya. 1991. Pembinaan Sektor Informal di Surabaya, Pemerintah Kotamadya Daerah TK. II Surabaya. Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Rapoport, A. 1969. House Form and Culture, Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs, N.J., New York. Septanti, Dewi. 2000. Rumah Sebagai Tempat Tinggal dan Tempat Bekerja, Studi Kasus di Banyu Urip Surabaya, Rumah Produktif Dalam Dimensi Tradisional dan Pemberdayaan. Laboratorium Perumahan dan Permukiman, Jurusan Arsitektur FTSP-ITS bekerjasama dengan Centre for Architectural Research & Development Overseas (CARDO) University of Newcastle Upon Tyne. Silas, Johan. 1999. Home Based Enterprises, dalam Materi Kuliah Seminar, Alur Permukiman Kota dan Lingkungan, Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Silas, Johan. 1993. Housing Beyond Home: The Aspect of Resources and Sustainability, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Supriyanto, Aries. 2000. Perubahan Fisik Rumah Tinggal Dengan Adanya Usaha Yang Bertumpu Pada Rumah Tangga, Di Kampung Sekarbela, Mataram. Rumah Produktif Dalam Dimensi Tradisional dan Pemberdayaan. Laboratorium Perumahan dan Permukiman Jurusan Arsitektur FTSP-ITS bekerjasama dengan Centre for Architectural Research & Development Overseas (CARDO) University of Newcastle Upon Tyne. Swanendri, Ni Made. 2000. Eksistensi Rumah Bali Sebagai Basis Ekonomi Rumah Tangga, Studi Kasus Desa Belega dan Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar Bali. Thesis S2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Tipple, A.G., Kellett, P.W. 2000. The Home as Workplace: A Study of Income Generating Activities within The Domestic Setting, dalam Environment and Urbanization. Vol. 11. No 2. Tipple, A.G., Kellett, P.W., Masters, G.A., Krishnamurty, Smita. 1996. Mix Use in Resedential Area, A Pilot Study, University of Newcastle. Turner, Bertha. 1988. Building Community, Building Community Books, London. Turner. J.F.C. 1972. Housing as a Verb, in Freedom to Build, eds: Turner J.F.C., Fichter R., The Macmilian Company. UNCHS. 1997. Proceeding of The International Conterence on Urban Poverty. http://www.google.earth.com
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA12 - 10
Volume 6: Desember 2012