Ruchaya Aisyah, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, 2015 ANALISIS BANTUAN MODAL DENGAN KREDIT BAGI KELOMPOK USAHA MIKRO OLEH PEMERINTAH DESA BEJI MELALUI KOPERASI DESA Dosen Pembimbing Utama : Dr Muhamad. Rifa’i. SE., MM Dosen Pembimbing Pendamping : Retno Ayu Dewi. N. SE., MM
ABSTRAK Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional (Iman dan Adi, 2007). Mengingat besarnya peran UMKM tersebut, maka pemerintah melalui instansi terkait terutama Kementerian Koperasi dan UKM telah meluncurkan berbagai program bantuan. Kebijakan pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah cukup serius. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menegaskan bahwa, usaha ini perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya (Haryadi, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan modal usaha, omzet penjualan, dan laba dari usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintahan Desa Beji. Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, pertama, kredit yang diberikan oleh Pemerintah Desa Beji melalui koperasi Desa dapat membantu meningkatkan modal usaha, omzet penjualan, dan laba para pelaku usaha mikro di Desa Beji yang dilihat dari perbedaan variabel modal usaha, omzet penjualan, dan laba antara sebelum dan setelah mendapat kredit yaitu modal usaha terdapat kenaikan sebesar 47,19%. Omzet penjualan terdapat kenaikan sebesar 93,62% dan kenaikan laba sebesar 52,27%. Kata Kunci: Bantuan Modal, Kredit dan Pemerintah
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda sejak tahun 1997, bahkan menjadi katup penyelamat bagi pemulihan ekonomi bangsa karena kemampuannya memberikan sumbangan yang cukup signifikan pada PDB maupun penyerapan tenaga kerja. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99%dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 52,76 juta unit (BPS,2009). Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 tersebut juga menunjukkan bahwa UMKM terbukti berkontribusi sebesar 56,92% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau setara dengan Rp1.213,25 Triliun. Selain itu, UMKM memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja(menyerap 97,3% dari total angkatan kerja yang bekerja) dan memiliki jumlah yang besar dari total unit usaha di Indonesia serta kontribusi yangcukup besar terhadap investasi di Indonesia yaitu sebesar Rp222,74 Triliun atau 51,80% dari total investasi pada tahun 2008 (Bank Indonesia, 2011). Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional (Iman dan Adi, 2007). Mengingat besarnya peran UMKM tersebut, maka pemerintah melalui instansi terkait terutama Kementerian Koperasi dan UKM telah meluncurkan berbagai program bantuan. Kebijakan pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah cukup serius. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menegaskan bahwa, usaha ini perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui
pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya (Haryadi, 2010). Salah satu kendala dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya mengakses sumber permodalan. Mengutip laporan BPS, Dibyo Prabowo (2004 dalam Noer, 2005) menegaskan bahwa 35,10% UKM menyatakan kesulitan permodalan, kemudian diikuti oleh kepastian pasar 25,9% dan kesulitan bahan baku 15,4%.Dalam kondisi yang demikiankelompok ini akan sangat sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah berjalan lama tersebut, kecuali bila ada intervensi dari pihak lain. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Hal inilah yang akan terus dijaga dan ditingkatkan melalui rencana fasilitasi permodalan yang mampu mengembalikan koperasi sebagai soko guru perekonomian masyarakat yang tidak hanya aktif namun juga benar sehat sehingga mampu menjaga pertumbuhan ekonomi terutama dari pengembangan usaha mikro kecil (www. malangkota.go.id). Bukan itu saja, Pemerintah Desa Beji bermitra dengan konsultan perbankan untuk membantu persoalan modal. Bank ini bertugas menjadi konsultan bisnis dan memberikan pendampingan bagi usaha yang mulai berjalan. Pada tahun 2013 jumlah koperasi yang tumbuh di Desa Beji sebanyak 15-20 unit dan merupakan kelompok-kelompok kecil binaan yang rata-rata terdiri dari 10 kelompok yang selanjutnya bergabung untuk mendirikan koperasi. Hingga akhir 2014 pertumbuhan koperasi di Kabupaten Malang Raya, diprediksi naik sebesar 25%, dipicu oleh pertumbuhan koperasi baru. Pada 2012 tercatat sedikitnya 21 koperasi baru berdiri dari yang ada sebelumnya pada 2011 sebanyak 1.055 menjadi 1.076 unit. Perkuatan Permodalan untuk Pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui Pusat, APBD Provinsi, APBD Kabupaten dan BUMN sejumlah Rp. 50.737.692.000,kepada 17.912 orang baik yang tergabung pada Koperasi, UKM dan Kelompok Ekonomi Produktif. Sedangkan jumlah UKM sebanyak 227.791 UKM. Dengan penyerapan tenaga kerja 464.974 orang dengan omset Rp. 26.083.852.087.000 yang
bergerak pada sektor Perdagangan, Pertanian, Perkebunan, Industri, Aneka Usaha dan Jasa. Di Desa Beji masih terdapat daerah dengan penduduk yang tergolong masyarakat kurang mampu. Untuk itu Pemerintah Desa merasa perlu adanya pembinaan, perbaikan dari segi sosial-ekonomi serta peningkatan kesehatan di daerah tersebut. Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks, sehingga diperlukan penanganan terpadu dan berkelanjutan. Dalam penanggulangannya harus ada sinergitas antara pemerintah Desa, dunia usaha, perbankkan, perguruan tinggi dan masyarakat. Ini penting untuk meningkatkan kesejahteraan warga miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro. Salah satu program dari pemerintahan Desa Beji adalah pemberian bantuan modal dan kredit kepada kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) yang mendapat pembinaan dari Pemerintah Desa Beji dan Perbankkan. Kelompok pelaku usaha mikro ini terdapat di beberapa RT dan RW yang terdiri dari beberapa kelompok usaha per RT dan RW. Setiap kelompok mempunyai anggota yang merupakan pelaku usaha mikro. Dalam penelitian ini, obyek penelitian adalah kelompok pelaku usaha mikro di Desa Beji yaitu kelompok pelaku usaha mikro di Desa Beji yang mendapat bantuan modal dan kredit dari Pemerintah Desa Beji dan perbankkan. Dengan melihat penjelasan di atas, dengan permasalahan yang dihadapi usaha mikro dalam permodalan serta pengaruh kebijakan maupun peran pemerintah dalam membantu pengembangan usaha mikro, maka dalam penelitian ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha mikro dalam modal usaha, omzet penjualan, dan laba setelah mendapat kredit dari pemerintah khususnya Pemerintah Desa Beji dan Perbankkan sebagai mitra. Rumusan Masalah Salah satu program Pemerintah Desa Beji yaitu memberikan bantuan modal dan kredit kepada usaha mikro antara lain di Desa Beji. Salah satu hambatan dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan dana yang dimiliki serta sulitnya mendapatkan sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi modal dalam mendukung produksi usaha mikro. Mengingat hal tersebut, salah satu upaya yang
dilakukan Pemerintah Desa Beji yaitu dengan pemberian kredit bagi usaha mikro untuk pengembangan usahanya. Dalam penelitian ini, pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu :“Adakah perbedaan dari modal usaha, omzet penjualan, dan laba dari usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa Beji dan Perbankkan ?” Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan modal usaha, omzet penjualan, dan laba dari usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintahan Desa Beji. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi Pemerintah Desa Beji, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh bantuan modal dan kredit yang diberikan. 2. Bagi Pengembangan Ilmu, hasil penelitian diharapkan dapat mengungkapkan pengaruh bantuan kredit dari Pemerintah Desa Beji dan Perbankkan bagi usaha mikro. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi pada penelitian selanjutnya 3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi pemerintah daerah maupun instansi pendukung dalam menentukan arah dan kebijakan pengembangan usaha mikro di Kota Batu.
Kerangka Pemikiran Untuk mengarahkan penelitian agar sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ditetapkan, maka perlu disusun kerangka pemikiran dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini lebih ditujukan untuk menganalisis bantuan kredit dari Pemerintah Desa Beji kepada kelompok pelaku usaha mikro dengan melihat perkembangan dari modal usaha, omzet penjualan, dan laba usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit.
Gambar kerangka pemikiran Bantuan kredit dari Pemerintah Desa Beji
Kelompok Pelaku Usaha Mikro (KPUM)
Perkembangan KPUM setelah mendapat kredit
Modal Usaha
Omzet Penjualan
Laba
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Beji. Alasan pemilihan tempat tersebut, karena letaknya sangat strategis, mudah dijangkau,dan banyak kelompok-kelompok Ukm-Ukm kecil, sehingga memudahkan saya dalam melakukan penelitian. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Data primer diperoleh dari data lapangan yang diteliti terutama yang berkaitan dengan informasi modal usaha, omzet penjualan, dan laba dari usaha mikro di Desa Beji yang mendapat bantuan modal dan kredit dari Pemerintah Desa Beji. 2. Data sekunder, yang merupakan data pelengkap diperoleh dari Pemerintah Desa Beji dan instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara/ peneliti dengan responden atau pihak-pihak yang berwenang 2. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data melaui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. 3. Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan mengkaji setiap data yang terdapat pada usaha mikro yang diteliti dan pada sumber lainnya yang mendukung penelitian ini. Populasi Dan Sampel Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010:173) menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. ”Sedangkan menurut Sugiyono (2010:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh anggota kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) di Desa Beji. Penarikan atau pembuatan sampel dari populasi untuk mewakili populasi disebabkan untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Arikunto (2010:174) mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”Selanjutnya menurut Sugiyono (2010:81) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Mengenai hal ini, Arikunto (2010:183) menjelaskan bahwa “purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.”Begitu pula menurut Sugiyono (2010:85) sampling purposive adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”Artinya setiap subjek yang diambil dari populasi
dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu. Tujuan dan pertimbangan pengambilan subjek/sampel penelitian ini adalah sampel tersebut menguasai keterampilan dalam permainan. Sampel digunakan yaitu 20 pelaku usaha mikro (PUM) yang mendapatkan bantuan modal atau kredit. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu modal usaha, omzet penjualan, dan laba dari usaha mikro. Penelitian ini akan menganalisis perbedaan ketiga variabel di atas antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa Beji. Bantuan modal dan kredit dari Pemerintah Desa Beji diberikan pada pertengahan tahun 2013 sehingga kondisi sebelum pemberian bantuan modal dan kredit yaitu sebelum pertengahan tahun 2013, dan kondisi setelah pemberian bantuan yaitu setelah pertengahan tahun 2014 sampai awal penelitian pada bulan November 2014. Definisi Operasional Variabel Untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti, maka akan diterangkan definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Bantuan modal adalah bantuan dalam bentuk barang hibah yang diberikan oleh Pemerintah Desa Beji. 2. Bantuan kredit adalah sejumlah uang pinjaman yang diberikan kepada usaha mikro oleh Pemerintah Desa Beji. 3. Modal Usaha adalah kemampuan finansial untuk memulai usaha dan ketika masih menjalankan usaha untuk memproduksi barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 4. Omzet Penjualan adalah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam sebulan yang dihasilkan oleh pengusaha mikro. Adapun omzet penjualan ini dapat dihitung dengan mengalikan total jumlah yang terjual dengan harga yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
5. Laba adalah jumlah keuntungan yang diperoleh pengusaha dalam sebulan yang didapat dari total pendapatan dikurangi biaya operasional. Laba ini dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Instrumen Penelitian Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakan pertanyaan dalam kuesioner benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur (Imam, 2007). Suatu alat pengukur dikatakan sahih atau valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu (S. Nasution, 2009). Validitas data dapat diukur dengan melihat muatan faktor dan Pearson correlation. Kuesioner dikatakan valid jika memiliki muatan faktor lebih besar dari 0,32 (muatan faktor > 0,32) dan Pearson correlation kurang dari 0,05 (Pearson correlation < 0,05). Uji Reliabilitas Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu alat pengukur dikatakan reliable bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi alat yang reliable secara konsisten member hasil ukuran yang sama (S.Nasution, 2009). Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika cronbach alpha > 0,60 (Imam,2007). Metode Analisis Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Secara lebih luas lagi Sugiyonomenjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah (Sugyono, 2009). Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Uji pangkat bertanda Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Dalam penelitian ini akan dilihat perubahan pada variabel yang diamati pada awal periode maupun pada akhir periode. Adapun variabel-variabel yang diamati dan diuji adalah modal usaha, omzet penjualan dan laba usaha mikro. Setelah uji pangkat tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul nilai Z dan nilai probabilitas (p). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
H0 = Tidak ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa Beji.
H1 = Ada beda variabel yang diuji antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa Beji. Jika probabilitas (p) > 0,05 maka H0 diterima, jika probabilitas (p) < 0,05
maka H1 diterima. Pengambilan keputusan dengan membandingkan Zhitung dan Ztabel. Jika Zhitung > Ztabel maka H0 diterima, jika Zhitung < Ztabel maka H1 diterima (Singgih, 2004). Dengan tingkat signifikansi α=5% dengan uji dua sisi maka nilai kritis yang bersesuaian dari tabel adalah Z0.025 = 1,96 dan -Z0.025 = -1,96. Daerah kritis adalah Zhitung > 1,96 atau Zhitung < -1,96.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Analisis Hasil Deskriptif Kusioner 1. Modal Usaha Hasil kuesioner variabel modal usaha dari usaha mikro antara sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.3 Modal Usaha No
Modal Usaha
Sebelum Jumlah Presentasi
Setelah Jumlah Presentasi
1 2
≤ 1000.000 18 90% 0 0 1.000.000-3.000.000 2 10% 20 100% Total 20 100% 20 100% Sumber: Diolah dari kuesoner 2015 Berdasarkan tabel 4.3 modal awal, di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2013, belum memperoleh kredit Kelompok Pelaku Usaha Mikro (KPUM) memiliki modal awal di bawa 1,000,000 dengan jumlah 18 orang atau presentasi (90%) sedangkan di atas 1,000,000 hanya 2 orang (10%) dari total 100%. Selain itu pada tahun 2014 para Kelompok Pelaku Usaha Mikro (KPUM) mendapatkan bantuan langsung dari pemerintah Desa Beji berupa modal awal sekitar 1.000.000 sebanyak 20 orang pelaku usaha mikro. 2. Omzet Penjualan Hasil kuesioner variabel omzet penjualan dari usaha mikro antara sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Omzet Penjualan No
Omzet Penjualan Jumlah
1 2
≤ 1000.000 16 1.000.000-3.000.000 4 Total 20 Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
Sebelum Presentasi 80% 20% 100%
Setelah Jumlah Presentasi 8 12 20
40% 60% 100%
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, pada tahun 2013, responden paling banyak memiliki omzet penjualan kurang dari Rp1.000.000 per bulan sebesar 80% atau 16 pelaku usaha mikro dan 4 pelaku usaha mikro lainnya memiliki omzet penjualan sebesar 1.000.000-3.000.000 per bulan atau dengan presentasi 20% dari jumlah keseluruhannya. Peningkatan terjadi pada tahun 2014 setelah memperoleh bantuan kredit dari pemerintah Desa melalui Koperasi Desa yaitu 8 orang pelaku usaha memiliki omzet penjualan dibawah Rp1.000.000 per bulan di sisi lain ada sekitar 12 orang pelaku usaha yang mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu sebesar 1.000.000-3.000.000 per bulan dengan jumlah presentasi 60% dari total keseluruhannya. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 para pelaku usaha mikro mengalami kenaikan omzet penjualan dibandingkan pada tahun 2013 lalu. 3. Laba Hasil kuesioner variabel laba dari usaha mikro antara sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.5 Laba No
Laba
1 2
Sebelum Jumlah Presentasi
≤ 1000.000 9 1.000.000-3.000.000 11 Total 20 Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
45% 55% 100%
Setelah Jumlah Presentasi 6 14 20
30% 70% 100%
Dari tabe 4.5, dapat di jelaskan bahwa sebelum mendapatkan bantuan modal dan kredit, laba pelaku usaha mikro Rp ≤ 1000.000 sebanyak 9 orang dengan presentasi 45% sedangkan responden yang lain memiliki laba Rp 1.000.0003.000.000 sekitar 11 orang dengan presentasi 55%. Setelah responden mendapatkan bantuan dari Pemerintah Desa berupa modal dan kredit mengalami peningkatan cukup siknikan yaitu sekitar 6 orang saja masi mendapatkan laba Rp ≤ 1000.000 di presentasikan 30% dan sekitar 14 orang memiliki laba Rp 1.000.000-3.000.000 atau dengan presentasi 70% dari keseluruhan responden. Uji Validitas dan Reabilitas
Hasil uji validitas variabel modal usaha, omzet Penjualan, dan laba dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 4.6 Pengujian Validitas No No. Item Muatan Faktor Pearson Correlation 1 MQ1 0,722 0,000 2 MQ2 0,831 0,000 3 OQ1 0,823 0,000 4 OQ2 0,772 0,000 5 LQ1 0,901 0,000 6 LQ2 0,872 0,000 Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan modal usaha (MQ), omzet penjualan (OQ), dan laba (LQ) memiliki muatan faktor lebih besar dari 0,32 dan memiliki Pearson correlation 0,000 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan semua item dalam variabel penelitian dapat dikatakan valid sehingga memenuhi syarat validitas. Hasil uji validitas variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Reliablitas No Variabel Peneliti 1 Modal Usaha 2 Omzet Penjualan 3 Laba Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
Cronbach Alph 0,872 0,882 0,902
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa nilai cronbach alpha modal usaha sebesar 0,872, cronbach alpha omzet penjualan sebesar 0,882, cronbach alpha laba sebesar 0,902. Hal ini menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha dari masing-masing variabel penelitian lebih besar dari 0,60 (cronbach alpha > 0,60), sehingga variabel penelitian yaitu modal usaha, omzet penjualan, dan laba dapat dikatakan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur. Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Uji pangkat bertanda Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Dalam
penelitian ini akan dilihat perubahan pada variabel yang diamati pada awal periode maupun pada akhir periode. 1. Modal Usaha Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji pangkat tanda Wilcoxon mengenai perbedaan modal usaha sebelum dan setelah adanya kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Modal Usaha Sebelum dan Sesudah memperoleh Bantuan dari Pemerintah Desa Beji melalui Koperasi Desa. Modal Usaha Mean Standar Deviasi Sebelum 1.890.623 4.342.932 Sesuda 2.782.902 4.472.442 Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
Nilai Z -6.723
Nilai-p 0,000
Berdasarkan perhitungan pangkat tanda Wilcoxon, terjadi peningkatan modal usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 1.890.623 sebelum adanya kredit dari Pemerintah Desa Beji menjadi rata-rata sebesar Rp 2.782.902 setelah mendapat kredit Pemerintah Desa Beji melalui koperasi Desa. Dari hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) dan nilai Zhitung sebesar -6,723 (Zhitung < -1,93). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya H1 diterima, yaitu ada beda variabel modal usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa Beji melalui Koperasi Desa. 2. Omzet Penjualan Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji pangkat tanda Wilcoxon mengenai perbedaan omzet penjualan sebelum dan setelah mendapat kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Omzet Penjualan Sebelum dan Sesudah memperoleh Bantuan dari Pemerintah Desa Beji melalui Koperasi Desa. Omzet Penjualan Mean Standar Deviasi Sebelum 1.200.000 4.332.322 Sesuda 2.323.456 4.289.902 Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
Nilai Z -4.723
Nilai-p 0,000
Berdasarkan perhitungan pangkat tanda Wilcoxon, terjadi peningkatan omzet penjualan usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 1.200.000 sebelum adanya kredit dari Pemerintah Desa melalui Koperasi Desa menjadi rata-rata sebesar Rp 2.323.456 setelah mendapat kredit Pemerintah Desa melalui Koperasi Desa. Dari hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai p sebesar 0,000 (0,000 <0,05) dan nilai Zhitung sebesar -4,723 (Zhitung < -1,93). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya H1 diterima, yaitu ada beda variabel omzet penjualan usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa melalui Koperasi Desa. 3. Laba Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji pangkat tanda Wilcoxon mengenai perbedaan laba sebelum dan setelah pemberian kredit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Laba Sebelum dan Sesudah memperoleh Bantuan dari Pemerintah Desa Beji melalui Koperasi Desa. Omzet Penjualan Mean Standar Deviasi Sebelum 1.000.000 4.724.321 Sesuda 2.522.759 4.651.612 Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
Nilai Z -3.223
Nilai-p 0,000
Berdasarkan perhitungan pangkat tanda Wilcoxon, terjadi peningkatan laba usaha mikro dari rata-rata sebesar Rp 1.000.000 sebelum adanya kredit dari Pemerintah Desa melalui Koperasi Desa menjadi rata-rata sebesar Rp 2.522.759 setelah mendapat kredit Pemerintah Desa melalui Koperasi Desa. Dari hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai p sebesar 0,000 (0,000 <0,05) dan nilai Zhitung sebesar -3,223 (Zhitung < -1,93). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya H1 diterima, yaitu ada beda variabel omzet penjualan usaha mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa melalui Koperasi Desa. Analisis Deskriptif Perbedaan Variabel Penelitian Program pemberian kredit kepada kelompok pelaku usaha mikro (KPUM) mempunyai perubahan yang cukup signifikan terhadap modal usaha, omzet
penjualan, dan laba yang dilihat antara sebelum dan setelah mendapat kredit dari Pemerintah Desa Beji melalui Koperasi Desa. Dari hasil penelitian, terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah mendapat kredit yaitu adanya peningkatan nilai dari ketiga variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Perbedaan Variabel Penelitian antara Sebelum dan Setelah Memperoleh Kredit Pemerintah Desa Beji melalui Koperasi Desa No Variabel Sebelum 1 Modal Usaha 1.890.623 2 Omzet Penjualan 1.200.000 3 Laba 1.000.000 Sumber: Diolah dari kuesoner 2015
Setelah 2.782.902 2.323.456 2.522.759
Persentase 47,19% 93,62% 52,27%
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa seluruh variabel penelitian yaitu modal usaha, omzet penjualan, dan laba mengalami peningkatan. Modal usaha sebelum mendapat kredit dari Pemerintah Beji rata-rata sebesar Rp 1.890.623 dan setelah mendapat kredit meningkat menjadi rata-rata sebesar Rp 2.782.902 dengan persentase kenaikan yaitu 47,19%. Peningkatan modal usaha menyebabkan adanya peningkatan omzet penjualan usaha para pelaku usaha mikro. Sebelum mendapat kredit rata-rata omzet penjualan sebesar Rp 1.200.000 dan setelah mendapat kredit mengalami peningkatan rata-rata sebesar Rp 2.323.456 dengan persentase kenaikan 93,62%. Adanya peningkatan omzet penjualan berdampak pada meningkatnya laba yaitu sebelum mendapat kredit rata-rata sebesar Rp 1.000.000 dan setelah mendapat kredit menjadi rata-rata sebesar Rp 2.522.759 sehingga terdapat kenaikan 52,27% dari laba sebelumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, pertama, kredit yang diberikan oleh Pemerintah Desa Beji melalui koperasi Desa dapat membantu meningkatkan modal usaha, omzet penjualan, dan laba para pelaku usaha mikro di Desa Beji yang dilihat dari perbedaan variabel modal usaha, omzet penjualan, dan laba antara sebelum dan setelah mendapat kredit yaitu modal usaha terdapat kenaikan sebesar 47,19%. Omzet penjualan terdapat kenaikan sebesar 93,62% dan kenaikan laba sebesar 52,27%. Hasil uji pangkat tanda Wilcoxon menunjukkan ada beda variabel modal usaha, omzet penjualan, dan laba mikro antara sebelum dan setelah memperoleh kredit dari Pemerintah Desa Beji melalui koperasi Desa. Saran 1. Program modal dan kredit yang diberikan oleh Pemerintah Desa Beji melalui koperasi Desa terus di tingkatkan agar pemerintah Desa mampu meningkatkan pendapatan masyarakat kurang mampu di wilaya Desa Beji. 2. Penerapan kebijakan oleh Pemerintah Desa Beji seyogyanya tidak hanya memberikan bantuan modal dan kredit bagi kelompok pelaku usaha mikro di Desa Beji tetapi melakukan pengawasan serta memberikan program bantuan ini mudah terjangkau oleh siapapun.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Bambang Riyanto, 2006, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisike empat, Yogyakarta. Ghazali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Menggunakan Program SPSS, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta Haryadi, 2010. UMKM. Edisike empat, Yogyakarta. Iman dan Adi, 2007. Menuju Ekonomi Kreatif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kasmir, 2010. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers Listyawan Ardi Nugraha, 2011. Manajemen Keuangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Moh. Tjoekam. 1999, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Noer, 2005. Gerakan UKM menuju Indonesia Sejahtera. Insan Cita. Malang Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Alfabeta, Bandung. Saudin, 2008. UKM dan Perannya. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutrisno dan Sri, 2006. Koperasi, UMKM dan masyrakat. Indara. Jakarta. Thomas Suyatno dkk, 2003. Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakart. Winardi, 1995. Teori Struktur Modal, Jurnal Manajemen. Vol. 2 no 3. Referensi Lain: BPS.com Bank Indonesia.com Kementerian Koperasi dan UKM. com www.malangkota.go.id Lembaga Penelitian SMERU.com Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. di akses tanggal 12 desember 2014