RODAD KOTEKAN LESUNG SRAGEN
MAKALAH Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam
Disusun oleh : ZAIN ARIFIN ROCHMAT NIM 14148108
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015
i
KATA PENGANTAR Alhamdulilah dan puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Rodad Kotekan Lesung Sragen ini dengan lancar. Dengan makalah ini budaya kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen dapat menambah wawasan budaya sebagaimana yang telah diuraikan penulis secara ringkas. Penyusunan makalah ini tidak mampu penulis susun sendiri tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Rasa terimakasih penyusun ucapkan kepada : 1. Dosen pengampu mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara, Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn. 2. Narasumber dalam penulisan makalah, Bapak Hadi Qoiri selaku pamong Desa Saren, Kalijambe, Sragen 3. Kedua orang tua yang selalu memberi motivasi dan doa’anya kepada penyusun 4. Semua pihak yang telah membantu penulisan makalah Semoga makalah ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi penyusun dan semua yang membaca makalah ini. Banyak kekurangan dari penyusunan makalah ini, kritik dan saran yang membangun, penyusun selalu harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Surakarta, Desember 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................. ii DAFTAR ISI ........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... V I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................... 2 C. Tujuan .................................................................................. 2 D. Tinjauan Teori ..................................................................... 3 E. Metode Penelitian.................................................................. 5 1. Jenis Penelitian ............................................................. 5 2. Objek Penelitian ........................................................... 5 3. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan .................................... 6 4. Metode Pengambilan Data............................................. 6 a. Observasi................................................................. 6 b. Wawancara ............................................................ 7 c. Kajian Pustaka ....................................................... 8 II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Wujud Budaya Konsep ......................................................... 9 1. Sejarah Tradisi Kesenian Musik Kotekan Lesung ........ 9 2. Fungsi Kotekan Lesung ................................................ 10 3. Perbedaan Musik Kotekan Lesung ............................... 12 B. Wujud Budaya Tindakan....................................................... 13 1. Tahapan Pertunjukan .................................................... 13 2. Pola Permainan Musik Kotekan ................................... 14 3. Bentuk Pertunjukan dan teknik pertunjukan .................. 15 C. Wujud Budaya Artefak ......................................................... 16 1. Properti ......................................................................... 16 2. Kostum dan Make Up.................................................... 17 3. Alat Musik .................................................................... 18 III. PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 19 B. Saran ..................................................................................... 19 DAFTAR ACUAN LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pengamatn langsung di Sangiran ....................................................... 7 Gambar 2. Wawancara bersama nararsumber ........................................................ 7 Gambar 3. Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-Hidayah .................................. 9 Gambar 4. Posisi Pertunjukan ................................................................................ 13 Gambar 5. Pola permainan musik Kotekan Lesung ............................................. 15 Gambar 6. Properti kesenian Kotekan Lesung ..................................................... 16 Gambar 7. Pakaian pemain Rodad Kotekan Lesung ............................................. 17 Gambar 8. Alat musik Kotekan Lesung ................................................................ 18 Gambar 10. Biodata narasumber .......................................................................... 23 Gambar 11 . Rundown Acara dan Foto Dokumentasi............................................ 25
iv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 . Pedoman dokumentasi ....................................................... 22 Lampiran 2. Rundown acara dan Foto Dokumentasi ............................. 23 Lampiran 3 Transkip wawancara ........................................................... 24
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki aneka ragam bentuk kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di banyak daerah dan mempunyai ciri khas tertentu. Keanekaragaman tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan adat istiadat antara satu daerah dengan daerah yang lain. Dengan keanekaragaman bentuk kesenian tradisional tersebut merupakan aset kebudayaan
negara
keanekaragaman contohnya
Indonesia.
kesenian
adalah
Dari
daerah
kesenian
atau
segi
etnik,
Indonesia
kesenian tradisional.
tradisional musik
Kotekan
memiliki
Salah satu
Lesung
Rodad
perempuan Al-hidayah di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen, Jawa tengah. Menurut Hadi Qoiri selaku pamong desa kesenian menjelaskan: Para anggota Rodad Perempuan Al-Hidayah kebanyakan adalah para warga setempat yang berusia lanjut sekitar 60 tahun sampai dengan 70 tahun. Mereka masih bersemangat untuk melestarikan kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen dengan baik yang merupakan peninggalan tradisi nenek moyang dan sejak zaman kemerdekaan. Pertunjukan kesenian Rodad Kotekan Lesung ini harus dimainkan warga setempat oleh beberapa perempuan. Karena perempuan menggambarkan seolah-olah petani yang sedang menumbuk padi dan tidak boleh dilakukan oleh Laki-laki. (Wawancara, 29 Nopember 2015) Pada kenyataan sekarang ini, kesenian Rodad Kotekan Lesung telah mengalami kepunahan dan kurang mendapat regenerasi penerus selanjutnya. Oleh karena itu kesenian tersebut perlu dikembangkan dan dilestarikan sehingga memperkaya keragaman budaya bangsa Indonesia agar tidak punah oleh kemajuan jaman dan teknologi yang semakin berkembang. Menurut Bobby Marsatya Putranto (2014:2) Lesung pada dasarnya berfungsi sebagai alat penumbuk padi tradisional yang berawal dari kondisi masyarakat yang setiap masa
panen
selalu
kesulitan
untuk
menggiling
padi.
Seiring
dengan
perkembangannya fungsi lesung berubah menjadi salah satu alat musik tradisional.
1
2
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesenian tradisional adalah mengenalkan dengan gencar kepada masyarakat, serta menggerakkan seniman untuk lebih kreatif untuk memperkaya ide sehingga berpengaruh baik terhadap karya yang mereka hasilkan. Faktor lain yang dapat menyebabkan berkurangnnya perhatian terhadap kesenian tradisional Rodad Kotekan Lesung Sragen adalah kemungkinan masyarakat mulai melupakan keberadaan lesung tersebut yang telah berada sejak jaman dulu atau bahkan kebudayaan ini masih belum ada yang mengenal. Oleh karena itu guna menjaga kelestarian kesenian tersebut agar terhindar dari kepunahan kesenian Rodad Kotekan Lesung perempuan AlHidayah yang terdapat di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe Sragen Jawa Tengah, untuk dikaji lebih dalam. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat khususnya generasi muda memahami tentang kesenian Rodad Kotekan Lesung, sehingga
masyarakat
khususnya
generasi
muda
bersemangat
untuk
melestarikannya. B. Rumusan Masalah Penulisan makalah ini untuk mengetahui wujud budaya pada Rodad Kotekan Lesung, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana wujud budaya konsep/ide pada kesenian Rodad Kotekan Lesung ?
2.
Bagaimana wujud budaya tindakan/kegiatan pada kesenian Rodad Kotekan Lesung?
3.
Bagaimana wujud budaya artefak/fisik pada kesenian Rodad Kotekan Lesung?
C. Tujuan Penulisan
makalah
ini dimaksudkan
untuk
mendeskripsikan
budaya yang terdapat pada kesenian Rodad Kotekan Lesung.
wujud
3
D. Tinjauan Teori Kesenian Tradisional Kotekan Lesung merupakan salah satu kesenian unggulan yang ada di Kabupaten Sragen karena termasuk kesenian yang unik dan khas. Kesenian ini merupakan bagian dari tradisi kecil masyarakat petani yang sudah cukup dikenal luas penduduk pedesaan. Menurut website resmi (karanganyarkab.go.id) Kesenian Kotekan Lesung merupakan rasa syukur para petani kepada Tuhan atas hasil panen yang telah di berikan Tuhan kepada mereka. Seni budaya Kotekan Lesung ini sebenarnya sudah ada sejak zaman nenek moyang dan sebelum kemerdekaan sekitar beberapa abad yang lalu yang berada di berbagai daerah di Nusantara. Dari berbagai daerah tersebut hanya penyebutan nama saja yang berbeda, ada yang menamakan Kotekan lesung, Gejok lesung, lesung jumengglung dan lainnya. Tetapi pada intinya Menurut Darmawan Tri Drajadmo (2013:2) Kesenian lesung hadir karena adanya budaya masyarakat agraris, yaitu lesung sebagai sebuah alat untuk memproses padi menjadi beras. Lesung kemudian berkembang menjadi sebuah media yang mempunyai nilai-nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. Jadi lesung berkaitan dengan kehidupan masyarakat agraris atau masyarakat petani. Sedangkan menurut bukunya Pono Banoe sebagaimana dikutip oleh Dwi Haryadi (2013:3) menjelaskan pengertian Kesenian Rodad adalah kesenian dari daerah pesisir yang di dalamnya terdapat puji-pujian atau nyanyian yang bernafaskan Islam. Sedangkan menurut bukunya Triyono Bramantyo sebagaimana dikutip oleh Darmawan Tri Drajadmo (2013:10) yang berjudul Revitalisasi Musik Tradisi dan Masa Depan dalam “ Mencari Ruang Hidup Seni Tradisi ”, (2000) Buku ini membahas tentang : Keberadaan musik tradisi ini hampir punah. Musik tradisional pada saat ini makin hari makin menyusun, kepunahan seni musik tradisi dalam era transformasi budaya dari masyarakat agraris ke semi industrial terutama akibat mimimnya kesempatan genre ini untuk eksis menjadi bagian yang dulu seolah tak terpisahkan dari pendukungnya.
4
Seperti contohnya kesenian kotekan lesung pada saat ini telah jarang terdengar. Baik di pedesaan maupun di perkotaaan. Jika kita bertanya pada masyarakat tentang musik lesung/kotekan ada sebagian yang tahu tetapi lebih banyak yang tidak tahu dan dalam bukunya Triyono Bramantyo sebagaimana dikutip oleh Darmawan Tri Drajadmo (2013:10) mengatakan : Bramantyo, menawarkan dalam menghidupkan dan mengembangkan musik tradisional memiliki perspektif kemasa depan yaitu melalui transmisi formal dan pelaksanaan program penelitian besar-besaran dalam kesnianmbungan yang terpadu (intergratid continuity). Proses ini sekaligus akan mendorong dunia penciptaan karu seni dengan teknik yang lebih sophisticated (canggih), dan sekaligus akan diikuti landasan estetika yang lebih reasonable. Sedangkan fungsi musik kotekan menurut Siti Aesijah menurut jurnalnya (2007) fungsi musik kotekan lesung dari waktu ke waktu mengalami perubahan menurut kebutuhan masyarakat setempat. Mula-mula digunakan sebagai alat penghibur dikala menumbuk padi, kemudian sebagai penanda saat ada bahaya antara lain bencana alam gerhana, sebagai penanda berkumpul bagi masyarakat pada saat ada upacara; panen padi, perhelatan, bersih desa. Sedangkan menurut kronologisnya atau berdasarkan waktu kesenian mencakup sifat tradisional dan non-tradisional. Menurut Bobby Marsatya Putranto (2014:8) mengutip sebagaimana bukunya Dharmawan menjelaskan : Kesenian tradisional adalah kesenian yang abadi yang tidak terpengaruh oleh kemajuan jaman dalam masyarakat pendukungnya. Terlepas dari kesenian tradisional tersebut, kesenian non-tradisional selalu terpengaruh oleh kemajuan zaman. Dari tinjaun teori yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian mencakup 2 sifat tradisional, yaitu sifat tradisional dan nontradisional yang merupakan salah satu bentuk kebudayaan. Sedangkan kesenian ini juga dibilang seni yang pernah hidup dan akhirnya mati hal ini di jelaskan oleh Sigit Astono (2005:1) Yang dimaksud dengan “mati” bagi suaru bentuk kesenian disini adalah tidak mengadakan kegiatan apapun minimal selama satu dekade belakangan. Alasannya adalah kesenian apabila tidak melakukan aktivitas apapun selama
5
satu dekade kemungkinan besar telah dilupakan dan diganti fungsinya oleh bentuk kegiatan lain, bentuk hiburan lain, dan sebagainya Oleh karena itu, kesenian pula menjadi ciri khas pada masing-masing daerah.
Kesenian
daerah
perlu
dipelihara
dan
dikembangkan
untuk
melestarikan dan memperkaya keanekaragaman budaya bangsa. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitiaan Dalam
kajian
menggunakan
metode
makalah
Rodad
deskriptif
Kotekan
kualitatif.
Lesung
Menurut
Sragen
bukunya
ini Dani
Vardiansyah sebagaimana dikutip oleh skripsi Cahya Surya Harsakya Deskripsi adalah upaya pengelolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Deskripsi
ini
diperlukan
agar
pengkaji
makalah
dapat
mendeskripsikan tentang kesenian kotekan lesung. Sedangkan makalah ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Maksud dari kualitatif menurut buku Anselm Strauss & Juliet Corbin (2003:4) menjelaskan : Jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset, video dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan yang lain., misalnya data sensus. Jadi makalah yang dibuat penulis dengan metode deskriptif kualitatif, sehingga data yang didapatkan lebih banyak. 2. Objek Penelitian Objek Penelitian dari makalah ini adalah musik kotekan lesung yang dimainkan oleh kesenian tradisional Rodad perempuan Al-Hidayah dan saat ini dikembangkan di Desa Saren RT 15 RW III Kalijambe Sragen Jawa Tengah.
6
3. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Tradisi Kesenian Kotekan Lesung Sragen Jawa Tengah ini terselenggara pada Tanggal 29 Nopember 2015 bertepatan dalam acara Srawung Seni Segara Gunung “ Sadranan Agung Sri Tandur ” di museum manusia purba Sangiran. Didalam acara ini terdapat beberapa banyak kegiatan antara lain terlampir, tetapi penulis hanya mengambil salah satu dari kegiatan kesenian yaitu kesenian Rodad seni Kotekan Lesung Sragen. 4. Metode Pengambilan Data Pelaksanaan kegiatan Tradisi Kesenian Kotekan Lesung Sragen Jawa Tengah yang bertepatan dalam acara Srawung Seni Segara Gunung “Sadranan Agung Sri Tandur” di museum Manusia Purba Sangiran ini menggunakan beberapa metode pengambilan data. Instrumen atau alat pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Handycam Sony DCR SCR 021 yang mana digunakan sebagai bentuk pendokumentasian video kegiatan kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen. Selain itu pengambilan data dengan komputer sebagai bentuk editing video untuk menggabungkan video sehingga dapat ditonton dengan jelas. Penulis juga menggunakan peralatan alat tulis sebagaimana digunakan untuk mencatat data dan penulis juga mendokumentasi foto dengan handphone sebagaimana penulis telah melaksanakan wawancara bersama narasumber. Adapun metode yang akan dilakukan adalaha sebagai berikut : a. Observasi Metode pelaksanaan kegiatan secara observasi ini dilakukan langsung di lapangan saat kegiatan Srawung Seni Segara Gunung “Sadranan Agung Sri Tandur” di museum Manusia Purba Sangiran.
7
Gambar 1. Pengamatan langsung di Sangiran (Foto Zain Arifin Rochmat, 2015)
Pengamatan dilakukan secara langsung untuk menulusuri tentang kesenian Budaya Kotekan Lesung Sragen. b. Wawancara
Gambar 2. Wawancara bersama nararsumber (Foto : Zain Arifin Rochmat,2015)
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung dengan pamong desa atau ketua dewan seni yang di beri amanah oleh Allah untuk melestarikan kesenian Kotekan Lesung di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen yang terbilang hampir punah. Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara langsung yang Berkaitan dengan Kesenian Rodad Kotekan Lesung kepada pamong desa.
8
c. Kajian pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi sebagai data pelengkap dan pembading dalam melakukan alternativ pemecahan masalah. Referensi tersebut antara lain diperoleh dari skripsi, jurnal, internet, dan buku.
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN A. Wujud Budaya Konsep 1. Sejarah Tradisi kesenian Musik Kotekan Lesung Musik Kotekan Lesung ini identik dengan masyarakat petani atau pedesaan yang memang mata pencahariannya adalah petani (masyarakat agraris).
Gambar 3. Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-Hidayah (Sumber : Foto Zain Arifin Rochmat, 2015)
Masyarakat pada saat itu memang masih sangat rukun dalam kehidupan bertetangga walau satu rumah dengan rumah yang lain sangat jauh tidak seperti sekarang yang penuh berdesakan. Saling bahu membahu, bergotong royong, dengan rasa ikhlas tanpa imbalan, hanya sekedar makan itu pun kalau ada, seperti mendirikan rumah, ada hajatan, kerja bakti lingkungan semua itu tida ada rasa terpaksa tetapi dikerjakan dengan rasa ikhlas dan tanggung jawab. Kotekan lesung awalnya muncul dari kerukunan yang dibina sejak berabad-abad secara turun temurun dari daerah tersebut. Karena jaman dulu belum ada mesin penggiling padi, maka jika ada orang yang punya hajat tentunya orang kelas menengah ke atas, memerlukan beberapa orang untuk mengubah gabah/padi menjadi beras.
9
10
Maka dari itu, masyarakat yang sudah mengenal tradisi ini tingkat kerukunan satu sama lain antar warga sangat erat. Menuru Hadi Qoiri musik kotekan lesung ini sudah ada sejak zaman dahulu sebagai hiburan bagi ibuibu yang bekerja sebagai buruh nutu (alu) sebagai menumbuk padi. Namun sekarang adanya resmil akhirnya hanya ada orang-orang yang peduli dengan kebudayaan tradisional. Jika tidak maka orang tidak akan memperdulikan tradisi kotekan lesung ini. Akibat dari hasil menumbuk padi yang dilakukan secara bersamasama itulah menyebabkan adanya bunyi-bunyian yang enak didengar dan mengalir begitu saja secara spontan. Akhirnya masyarakat Kalijambe, Sragen membuat alat yang bentuknya seperti perahu yang terbuat dari jenis kayu nangka yang berukuran sebesar pohon utuh. Kemudian dilubangi tengahnya persis seperti perahu nelayan. Lesung tersebut digunakan untuk menguliti gabah menjadi beras dengan dibantu alat yang namanya alu atau antan. Yang disebut nutu atau ndeplok (menumbuk padi dengan antan). 2. Fungsi Kotekan Lesung Dalam
permainan
musik
apapun
terdapat
fungsi-fungsi
yang
terkadung didalam musik tersebut. Fungsi tersebutlah yang menjadikan sebuah musik memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda. Dalam makalah ini penulis akan menjelsakan beberapa bentuk fungsi kesenian tradisional kotekan lesung di deskripsikan sebagai berikut mmenurut Bapak Hadi Qoiri Selaku pamong desa kesenian kotekan lesung di deskripsikan sebagai berikut ini : a. Fungsi sebagai sarana komunikasi Sebagai sarana kumpul dengan teman-teman tani terutama ibu-ibu ketika di siang hari karena penat dengan pekerjaan di sawah, sekali tempo itu bermain kotekan lesung pada malam hari. Kalau tidak ada seperti itu antar ibu setelah siang hari aktivitas di sawah tidak ada hiburan, yang ada kesibukan masing-masing dirumah. Namun dengan adanya kesenian itu disamping pelestarian budaya memang sebagai
11
media untuk berkomunikasi satu dengan orang lain yaitu terutama ibuibu bertukar pikiran tentang pertanian. b. Fungsi sebagai sarana hiburan Minimal ditekankan
kepada
seluruh
anggota
terutama
untuk
menghibur dirinya sendiri dan orang lain. Ketika kita juga memerlukan hiburan daripada ke tempat hiburan yang memerlukan biaya. Dengan tradisi kotekan lesung ini setidaknya mampu menghibur, mengisi waktu luang,
menghilangkan
kepenatan
disela
kesibukan
masing-masing
anggota. Kecuali ada media atau pihak lain yang berkenan untuk mengundang dan bisa menambahkan semangat kesenian dari kelompok Al-hidayah. Misalnya tidak bisa untuk menghadapi stress dari problem keluarga, gagal panen minimal dengan pertunjukan itu dapat menghibur diri sendiri. c. Fungsi sebagai sarana edukatif dan pengetahuan. Lesung merupakan alat musik tradisional tentunya tidak banyak orang yang mengerti bagaimana cara memainkannya, sehingga maksud dari arahan tersebut agar banyak warga yang tertarik untuk belajar memainkan alat musik lesung. Terutama dalam pelestraian Rodad Koetekan lesung untuk melibatkan anak-anak untuk bisa melihat, berlatih dan mengajak untuk belajar. Tidak hanya lanjut usia namun anak-anak juga perlu untuk regenerasi selanjutnya. Selain itu selalu menekankan dan mengajak para warga untuk selalu melestarikan keberadaan kesenian tradisional tersebut.
Dari adanya hal tersebut mampu memberikan
pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang indahnya suatu kesenian tradisional yang perlu tetap dijaga dan dipertahankan sebagai aset kebudayaan bangsa Indonesia. d. Fungsi pelestari kebudayaan Ketika zaman sudah modern sudah pasti budaya tradisional akan tergilas oleh modernisasi zaman. Harapan nya dengan Budaya kotekan Lesung dari Sragen ini minimal bisa membendung budaya barat yang tidak cocok di lingkukangan, terutama anak-anak. Kalau tidak dibentengi
12
budaya tradsional bisa terbawa dengan budaya modernisasi zaman seperti nonton televisi, bermain Handphone dll. Dengan kondisi tersebut dapat mengkhawatirkan bagi anak-anak. e. Fungsi kebersamaan Permainan kesenian lesung adalah seni memukulkan alu ke lesung yang dimainkan secara bersama-sama. Kalau nabuh lesung tidak ada kebersamaan tidak ada alurnya maka tidak ada irama yang di hasilkan. Tanpa disadari dari adanya permainan kebersamaan tersebut mampu menciptakan rasa kebersamaan yang erat antar sesama pemainnya. Para pemain pada dasarnya telah berusia rata-rata diatas 60 tahun bahkan 70 tahun sebagai penabuh lesung sedangkan untuk penari diatas 45 tahun. f. Fungsi kekerabatan Setiap ketemu bermain berkumpul harus ditekankan satu dengan yang lain dengan system kekerabatan. Jangan sampai iri dengan harta, rizki masing masing, entah itu sudah diatur oleh tuhan. Maka kita tanamkan
untuk
seperti
itu.
Misalkan
dalam
pertunjukan
untuk
pementasan dilarang menggunakan gelang atau kalung emas jikalau dibebeskan maka memberikan dampak yang tidak baik atau iri yang satu dengan yang lain. Dengan mengantisipasi memang susah dan berdampak. 3. Perbedaan musik kotekan lesung Perbedaan kotekan lesung lama sama kotekan lesung sekarang yaitu menurut Hadi Qoiri : Hampir tidak ada karena peninggalan nenek moyang. Hanya syair yang menunjukan perbedaan. Kalau jaman dahulu tidak ada syair nya kalau sekarang ada syairnya dengan penambahan penari dan rodad. Atau mutlak kotekan lesung saja. (Wawancara 18 Desember 2015) Sedangkan perbedaan kotekan lesung dari pada yang lain menurut Hadi Qoiri adalah : Asli dari musik kotekan lesung yaitu dari jawa. Hanya namanya saja yang berbeda tetapi fungsinya sama . Sejarahnya dulu jawa sebelum ada resmil sudah barang tentu ketika menumbuk padi
13
menjadi beras menggunakan lesung. Bahkan mungkin seluruh Indonesia yang belum ada resmil juga menggunakan alat tradisional hanya saja namanya yang berbeda. Hanya saja yang membikin ikon kotekan lesung di karanganyar. (Wawancara 18 Desember 2015) B. Wujud Budaya Tindakan 1. Tahapan pertunjukan Pertunjukan kesenian Rodad Kotekan Lesung Sragen berdasarkan hasil observasi di acara Srawung Seni Segara Gunung tahapan-tahapnya sebagai berikut berdasarkan observasi dan wawancara : a. Menyiapkan durasi yang akan dipertunjukkan Sebelum
melakukan
pentas
sebaiknya
menanyakan
dahulu
seberapa lama pertunjukan akan berlangsung. Hal ini tergantung durasi yang disediakan. Misalnya hajatan bisa dilakukan dengan waktu yang panjang bisa bervariasi. Tapi kalau acara srawung seni segara gunung dibatasi dengan 20 menit paling 3 judul lagu sudah cukup. Maka durasi yang diperlukan untuk pementasan sudah cukup. Pertunjukan ini juga disesuaikan dengan tema yang akan di tampilkan. b. Semua anggota dapat mempersiapkan diri di posisinya masing masing.
Gambar 4. Posisi Pertunjukan (Foto Zain Arifin Rochmat)
Posisi Penari dan Ibu tani memposisikan di samping panggung. Untuk posisi penyanyi tetap berada di depan bersebelahan dengan pemain musik Kotekan Lesung.
14
c. Menunggu aba-aba dari pembaca sinopsis. Sinopsis itu berisikan tentang sambutan, memberikan perintah, dan membacakan narasi tentang makna Musik Kotekan Lesung yaitu Kegembiraan ibu-ibu petani dalam menyambut musim tanam jadi ketika musim tanam hampir tiba ibu-ibu petani bergembira disambut dengan kotekan lesung. Synopsis ini juga menggambarkan sebagai bentuk syukuran. Kemudian melanjutkan beberapa kalimat macapat kanti judul tembang gambuh yang menggambarkan kehidupan para petani. d. Memulai pertunjukan Di awali dengan musik Kotekan lesung selanjutnya penyanyi menyesuaikan dengan musik oleh penabuh lesung. Lagu awal yang dinyanyikan adalah lagu Rodad yang ada didalamnya berisi puji-pujian islam atau solawat. Selanjutnya lagu bervariasi karena ada perkembangan zaman seperti lagu kereta malam, pokokmen Joged dll. e. Pada saat memulai Pementasan musik kotekan lesung berada diawal untuk memulai. Sedangkan penari mulai menari Rodad setelah tabuhan kotekan lesung. Namun juga kotekan lesung berlangsung, Penari menyesuaikan dengan iringan lagu kotekan lesung. Penari ini menarikan sesuai dengan ibu-ibu ketika sedang bercocok tanam. Penari tersebut juga membawa property sebagai bentuk variasi. f. Pada saat mengakhiri Pementasan musik kotekan lesung menggunakan gerakan yang memutar sambil membawa bendera. 2. Pola Permainan Musik Kotekan Pemainan musik kotekan lesung merupakan permainan menggunakan berbagai pola. Menurut bapak Hadi Qoiri Ada banyak pola musik kotekan lesung. Ada namanya Kupu Tarung, Ngudang Anak dll namun itu masingmasing pola berbeda-beda caranya.
15
Gambar 5. Pola Permainan M usik Kotekan Lesung ( Foto Zain Arifin Rochma,2015)
Jadi memang ada untuk jenis-jenis pola musik kotekan lesung. Posisi pemain penabuh a. Posisi 1 bass b. Posisi 2 gendong 1 dan 2 c. Posisi 3, 4, 5, kelek 1 2 d. 5, 6, 7 penyela Yang baku memang bass gendong 12 , kelek 1.2, 5, 6, 7, 8 penyela dan pelaras. 3. Bentuk pertunjukan dan Teknik Pertunjukan Bentuk pertunjukan kesenian Kotekan Lesung ini menurut Hadi Qoiri adalah memainkan alat musik kotekan lesung dengan diiringi nyanyian, disambut awal dengan pujia-pujian Islam atau Rodad dan kemudian di lanjutkan dengan variasi musik seperti di acara Srawung Seni Segara Gunung ini menyanyikan lagu saat ini seperti Kereta Malam, Pokoke Joged dll guna untuk menggabungkan antara musik tradisional dan lagu modern. Untuk
teknik
sebenarnya
diduna
pendidikan
hanya
dingdong
atau
keselerasan ketika ada tabuhan itu mencoba memasukan lagu tradisional ini dengan memadukan jika selaras maka bisa untuk dipakai. Jadi tidak ada teknik khusus untuk memainkan musik kotekan lesung tapi hanya dingdong keselarasan saja.
16
C. Wujud Budaya Artefak 1. Properti Properti yang digunkan pada kesenian ini dalam acara Srawung Seni Segara Gunung adalah kipas sebagai pelengkap untuk penari dan bendara. Menggunakan 4 suara micropone menggunakan stand microphone dan menggunakan clip on microohone, diantaranya adalah 2 micropone beserta stand yang diletakan disamping lesung, 2 lainnya menggunakan microphone clip on untuk penyanyi dan membacakan synopsis.
Gambar 6. Properti Kesenian Kotekan Lesung ( Foto Zain Arifin Rochmat,2015)
Suara lesung dapat terdengar hingga sekitar 200 m lebih. Suara akustik memiliki eksotisme yang tinggi, karena dari suara yang dikeluarkan terdapat terdengar keriuhan dan keriangan para petani setelah menuai panen padi. Tata panggung tidak ada, hanya menggunakan alas tanah dengan 2 batang kayu sebagai alas/dudukan lesung agar suara yang terdengan menjadi nyaring. Pementasan dilakukan di tempat terbuka maupun tertutup. Jika di tempat tertutup maka ruangan harus agak lebar agar suara dapat keluar dan tidak memekakan telingga. Ada lampu penerang walau hanya menggunakan lampu neon saja, sehingga penonton dapat melihat aktivitas para pemain. Namun property juga menyesuaikan dengan even-even tertentu, Misalnya srawung
seni segoro
gunung dengan kaitannya ada tanaman maka
17
disesuaikan dengan tanaman. Dengan menggunakan property dibuat sendiri. Jikalau penabuh memang tradisional kuno lurik sama jarik. 2. Kostum dan makeup Penampilan musik kotekan dalam bentuk pementasan menggunakan segala sesuatu yang bersifat sangat sederhana. Pakaian menggunakan pakaian kerja para ibu tani dengan kain sebatas lutut dengan pakaian kebaya motif lurik tutup kepala menggunakan caping.
Gambar 7. Pakaian pemain Rodad Kotekan Lesung (Foto Zain Arifin Rochmat,2015)
Demikian pula dengan rias yang digunakan seperti riasan sehari-hari hanya ditambah pemerah bibir. Menurut Bapak Hadi Qoiri Penari biasanya terdiri dari 20 orang atau relativ (bisa kurang atau lebih) dan penari menggunakan pakaian sopan dengan kain lurik. Musik kotekan ditampilkan pada saat ada suatu acara, misalnya acara bersih desa, 17 Agustus, hajatan, event-even dll ditampilkan pada awal acara sebagai tanda untuk berkumpul (mengundang masyarakat berkumpul di tempat asal suara kotekan). Dari beberapa acara Tari kesenian Rodad Kotekan Lesung di Sragen ini Bapak Hadi Qoiri pernah memngarahkan kesenian Kotekan Lesung Perempuan Al-hidayah di Desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen, Jawa tengah menjuarai Festival Kabupaten Juara 3 dan Festival Seni dan Budaya Juara 1.
18
3. Alat musik Musik kotekan adalah permainan musik dengan instrumen pokok Lesung dan alu/antan. Menurut Hadi Qoiri permainan musik kotekan di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen dimainkan oleh 5-6 orang orang. Kesenian ini sangat sederhana baik dari bentuk musik maupun penampilan pemainnya, tetapi bunyi yang dihasilkan sangat indah terdengar dan didalamnya sarat akan makna. Untuk memahami lebih lanjut tentang musik kotekan maka akan dideskripsikan menurut Hadi Qoiri selaku pamong desa
Gambar 8. Alat M usik Kotekan Lesung Sumber : Foto Zain Arifin Rochmat
Lesung yang digunakan untuk permainan musik kotekan memiliki panjang sekitar 4 meter. Bahan dasar kayunya menurut Hadi Qoiri kalau orang kalangan atas pada waktu itu adalah kayu jati, Untuk kalangan Menengah yaitu nangka, Untuk kalangan misikin menggunakan Kayu seadanya untuk menumbuk padi. Namun untuk kualitas suara untuk paling bagus sendiri untuk hiburan yaitu kayu nangka. Namun sekarang ini kayu nangka yang besar sudah langka. Bisa juga dengan kayu jati. Tapi kayu yang digunakan pada saat acara kesenian Srawung Seni ini adalah nangka. Musik ini yang digunakan bapak Hadi Qoiri berasal dari nenek moyang. Alu disesuaikan dengan penabuh dan disesuaikan dengan bunyi dan pelaku.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Lesung pada dasarnya berfungsi sebagai alat penumbuk padi tradisional yang berawal dari kondisi masyarakat yang setiap masa panen selalu kesulitan untuk
menggiling
padi.
Seiring
dengan perkembangannya fungsi lesung
berubah menjadi salah satu alat musik tradisional. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesenian tradisional adalah mengenalkan dengan gencar kepada masyarakat, mempertunjukan kesenian
dengan
mengikuti
acara
pemerintah
seperti
hajatan,
acara
kemerdekaan RI, hari-hari besar, Upacara serta menggerakkan seniman lebih kreatif untuk memperkaya ide sehingga berpengaruh baik terhadap karya yang mereka
hasilkan.
Faktor
lain
yang
dapat menyebabkan berkurangnnya
perhatian terhadap kesenian tradisional Rodad Kotekan Lesung Sragen adalah kemungkinan masyarakat mulai melupakan keberadaan lesung tersebut yang telah berada sejak jaman dulu atau bahkan kebudayaan ini masih belum ada yang mengenal. Oleh karena itu guna menjaga kelestarian kesenian tersebut agar terhindar dari kepunahan kesenian Rodad Kotekan Lesung perempuan AlHidayah yang terdapat di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe Sragen Jawa tengah agar tetap dijaga. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat khususnya generasi muda memahami tentang kesenian Rodad Kotekan Lesung, sehingga masyarakat khususnya generasi muda bersemangat untuk melestarikannya. B. Saran Saran yang dapat diberikan untuk Kesenian Kotekan lesung adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan musik Kotekan Lesung secara berkala. 2. Mengajak generasi muda untuk mempelajari musik Kotekan Lesung 3. Memperkenal musik Kotekan Lesung di berbagai daerah
19
DAFTAR ACUAN Skripsi : Haryadi, Dwi. 2013. Bentuk Dan Fungsi Kesenian Rodad Pada Upacara Ritual Potong Gembel Di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Skripsi Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang. Marsatya, Bobby Putranto. 2011. Fungsi Dan Teknik Permainan Kesenian Tradisional Gejog Lesung Di Sanggar Nitibudhoyo Dusun Nitiprayan Bantul. Skripsi Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Surya, Cahya Harsakya. 2012. Struktur Naratif Serial Animasi The Little Krishna Episode The Darling Of Vrindavan. Skripsi Institut seni Indonesia Surakarta. Tri, Darmawan Drajadmo. 2013. Dinamika Kesenian Lesung Sanggar Seni ”Sekar Jagad” Desa Kotakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2012. Skripsi Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Buku : Anselm Strauss & Julliet Corbin. 2003. Dasar Dasar penelitian Kualitatif. Penerbit Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Astono, Sigit. 2005. Kothekan Lesung Banaran. Penerbit Intra Pustaka Utama: Semarang Timur. Jurnal: Aesijah, Siti. 2007. Makna Simbolik Dan Ekspresi Musik Kotekan. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/774/706 diaskes pada tanggal 6 Desember 2015 pada jam 13:45 WIB. Website : Anonim. 2011. Kotekan Lesung. http://www.karanganyarkab.go.id/20110119/kotekanlesung/. Diakses pada tanggal 2 Desember 2015 jam 10:16 WIB.
Narasumber : Hadi Qoiri, 49 tahun, Pamong Desa, Ketua Dewan Seni, Sragen, Saren, Dukuh plawar, RT 17 Kalijambe, Sragen.
20
LAMPIRAN
21
LAMPIRAN 1 PEDOMAN DOKUMENTASI
A. Tujuan Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan observasi yang digunakan untuk pembuatan makalah
tentang
Kesenian Tradisional Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-hidayah di desa Saren RT 15 RW III Kalijambe, Sragen, Jawa tengah. B. Pembatasan Bentuk dokumentasi data dalam pembuatan makalah ini berupa : 1. Catatan hasil wawancara dengan narasumber berbentuk transkip wawamcara 2. Video dokumentasi kesenian tradisional Kotekan Lesung 3. Foto-foto tentang permainan kesenian tradisional Kotekan lesung
22
LAMPIRAN 2 RUNDOWN ACARA
Gambar 10. Rundown Acara ( Foto Zain Arifin Rochmat,2015)
FOTO DOKUMENTASI
Gambar 11. Kesenian Rodad Kotekan Lesung perempuan Al-Hidayah (Foto Zain Arifin Rochmat,2015)
23
LAMPIRAN 3 TRANSKIP WAWANCARA (Pada Tanggal 18 Desember 2015) dengan Bapak Hadi Qoiri di Desa Kalijambe Sragen Bagaimana Teknik memainkan music kotekan lesung ini ? -
Sebenarnya diduna pendidikan hanya dingdong atau keselerasan ketika ada tabuhan itu mencoba memasukan lagu tradisional ini dengan memadukan jika selaras maka bisa untuk dipakai. Jadi tidak ada teknik khusus untuk memainkan musik kotekan lesung tapi hanya dingdong keselarasan saja.
Bagaimana Pola musik kotekan yang ada didesa Kalijambe ? -
Ada banyak pola musik kotekan lesung. Ada namanya kuku tarung, ngudang anak dll namun itu masing-masing pola beerbeda beda caranya. Jadi memang ada untuk jenis-jenis pola musik kotekan lesung.
Kapan biasanya dilakukan untuk tradisi kotekan lesung ini ? -
Ketika ada kegiatan even even pemerintah seperti srawung seni, festival tradisional yang berirama rebab,
Apa maksud dari rodad sendiri ? -
Seperti tarian tarian yang berlafalkan Islam. Sebenarnya boleh dilakukan tidak menggunakan rodat tetapi diiringi dengan lesung, tapi juga ada rodad diiringi dengan hadrah
Bagaimana Tahapan pementasan tradisi kesenian rodad ? -
Tergantung durasi yang disediakan. Misalnya hajatan bisa dilakukan dengan waktu yang panjang bisa bervariasi. Tapi kalau acara Srawung Seni Segara Gunung dibatasi dengan 20 menit paling 3 judul lagu sudah cukup. Maka durasi yang diperlukan untuk pementasan
Bagaimana Sinopsis yang digunakan dikesenian ini ? -
Kegembiraan ibu-ibu petani dalam menyambut musim tanam jadi ketika musim tanam hampir tiba ibu-ibu petani bergembira disambut dengan kotekan lesung. Synopsis yang menggambarkan sebagai bentuk syukuran.
24
Apa saja yang digunakan pada Property pertunjukan kotekan lesung ? -
Menyesuaikan even, Misalnya Srawung Sni Segoro Gunung dengan kaitannya ada tanaman maka disesuaikan dengan tanaman. Dengan menggunakan property dibuat sendiri. Jikalau penabuh memang tradisional kuno lurik sama jarik.
Berapa panjang Musik kotekan lesung ? -
Panjang lesung 4 meter kalau lebih panjang lebih baik. Peninggalan nenek moyang. Alu disesuaikan dengan penabuh dan disesuaikan dengan bunyi dan pelaku.
Apa Mata pencaharian di kalijambe ? -
Petani.
Perbedaan kotekan lesung lama sama kotekan lesung sekarang -
Hampir tidak ada karena peninggalan nenek moyang. Hanya syair yang menunjukan perbedaan. Kalau jaman dahulu tidak ada syair nya kalau sekarang ada syairnya dengan penambahan penari dan rodad. Atau mutlak kotekan lesung saja.
Perbedaan kotekan lesung dari pada yang lain -
-
Asli dari musik kotekan lesung yaitu dari jawa. Hanya namanya saja yang berbeda tetapi fungsinya sama. Sejarahnya dulu jawa sebelum ada resmil sudah barang tentu ketika menumbuk padi menjadi beras menggunakan lesung. Bahkan mungkin seluruh Indonesia yang belum ada resmil juga menggunakan alat tradisional hanya saja namanya yang berbeda. Hanya saja yang membikin ikon kotekan lesung di karanganyar
Apa bahan dasar musik kotekan lesung -
Bahan dasar kayunya kalau orang kalangan atas pada waktu itu adalah kayu jati, Untuk kalangan Menengah yaitu nangka Untuk kalangan misikin menggunakan Kayu seadanya untuk menumbuk padi
25
-
Namun untuk kualitas suara untuk paling bagus sendiri untuk hiburan yaitu kayu nangka. Namun sekarang ini kayu nangka yang besar sudah langka. Bisa juga dengan kayu jati.
Bagaimana Sistem kekerabatan anggota satu dengan yang lain ? -
Setiap ketemu bermain berkumpul harus ditekankan satu dengan yang lain dengan system kekerabatan. Jangan sampai iri dengan harta, rizki masing masing, entah itu sudah diatur oleh tuhan. Maka kita tanamkan untuk seperti itu. Misalkan dalam pertunjukan untuk pementasan dilarang menggunakan gelang atau kalung emas jikalau dibebeskan maka memberikan dampak yang tidak baik atau iri yang satu dengan yang lain. Dengan mengantisipasi memang susah dan berdampak.
Apa Penyebab kotekan lesung punah ? -
Dulu sebagai hiburan ibu ibu yang buruh nutu menumbuh padi dari dulunya untuk menghibur dirinya masing masing, namun sekarang adanya resmil akhirnya hanya ada orang orang yang peduli dengan kebudayaan tradisional
Bagaimana Posisi pemain penabuh ? -
Posisi 1 bass Posisi 2 gendong 1 dan 2 Posisi 3, 4, 5, kelek 1 2 5, 6, 7 penyela Yang baku memang bass gendong 12 , kelek 1.2, 5, 6, 7, 8 penyela dan pelaras.
26