UJI KOLOM TANAH LATOSOL, PODSOLIK, DANREGOSOL SEBAGAI OBJEK SIMULASI PARIT INFILTRASI (INFILTRATION TRENCH) LIMBAH DOMESTIK
SABDA MASHDAR A14062444
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
SABDA MASHDAR. UjiKolom danRegosolsebagaiObjekSimulasiParitInfiltrasi LimbahDomestik.DibimbingolehWAHYU HIDAYAT.
Tanah
Latosol, Podsolik, (Infiltration Trench) PURWAKUSUMAdanYAYAT
Limbah domestik telah menyebabkan peningkatan pencemaran air yang serius. Minimnya fasilitas pengolahan air limbah rumah tangga telah menyebabkan tercemarnya badan sungai. Salah satu teknik pengolahan air limbah rumah tangga yang telah dikembangkan adalah teknik parit infiltrasi. Pada teknik ini, limbah yang telah mengalami penyaringan akan diresapkan ke dalam tanah. Penelitianini bertujuanmengidentifikasikemampuantanahdalammenetralisirlimbahdomestikdalama plikasiparitinfiltrasi.Penelitiandilakukanpada skala laboratorium denganmelakukansimulasialiran vertikal paritinfiltrasiberupakolomtanahsepanjang 30 cm dan diameter 10 cm (4 in), yang masing-masing mewakili top soil (0-30 cm) dan sub soil (30-60 cm).Kolom tanah tersebut selanjutnya dialiri limbah secara periodik dengan rentang waktu tertentu. Dayajeraptanahterhadap air limbahdiindikasikanolehkecepatanlimbahbergerakdalamkolomtanahdankonsentrasili mbah yang lolos.Podsolikmemilikikemampuanmenjerap air limbahlebihtinggidibandingkanLatosoldanRegosol, denganwaktu ratarataperesapanlimbahpadaPodsoliklebih lama dibandingkanLatosol dan Regosol.Volume air limbah yang melalui ketiga jenis tanah tersebutmeningkatdariminggu ke-2 sampaiminggu ke-4. Jenis tanah berpengaruh terhadap pengurangan kadar nitrogen dan fosfat pada limbah setelah melalui kolom tanah yang bersangkutan, sedangkan media filtrasi tidak berpengaruh nyata. Pengurangan kadar nitrogen limbah setelah melalui kolom Latosol, Podsolik, danRegosolberurut-turutsebesar 63%, 87%, dan 75%, sedangkanpengurangan kadarfosfatlimbah rata-rata sebesar 99%.Walaupun tidak berpengaruh nyata, media cenderung berperandalam menjaga struktur tanah danmembuat limbah lebih jernih. Kata Kunci :ParitInfiltrasi (Infiltration Trench), Latosol, Podsolik, Regosol, Nitrat, Sulfat, Fosfat
SUMMARY
SABDA MASHDAR. Soil Column Test ofLatosol, Podzolic, and Regosol as infiltration trench simulant (paritinfiltrasi) of domesticwaste water. Supervised by WAHYU PURWAKUSUMAandYAYAT HIDAYAT. Nowadays, domestic waste water has seriously become a potential pollution source of water bodies. The lack of in situ domestic waste water treatment facilities lead to river pollution. One of the technics used to treat domestic waste water is infiltration trench. Infiltration trench filters out the domestic waste water by certain media and infiltrate them through soil body. The objective of the research is to identify the capability of soil in neutralizing some components of the domestic waste water in infiltration trench application. A set of laboratory scale research has been done using a series of soil columns of 30 cm length (top soil and subsoil) and 4 inch diameter. The columns were subjected to a periodic waste water application. Soil adsorption properties were indicated by the vertical flow velocity of the waste water flowing through the soil column and its quality after discharging off the column. Podzolic has a higher capability in adsorping waste water than Latosol or Regosol. It were indicated by the longer time needed by the waste water to pass through Podzolic column. The volume of waste water discharging off the soil column increased since the second week till the end of the research. Nitrogen and phosphate content of the waste water passing through soil column were affected significantly by the type of soil. However the filter media applied on the top of soil column have no effect on nitrogen and phosphate content of the waste water. Nitrogen content decreased respectively up to 63%, 87%, and 75%, after passing through Latosol, Podzolic, and Regosol. And phosphate content decrease up to 99% either after passing through Latosol, Podzolic, or Regosol. Although filter media have no effect on nutrient content of domestic waste water after passing through soil column they tend to have the ability to protect soil surface from being hit by waste water application and tend to make the waste water clearer after passing through soil column. Keywords phosphate
: Infiltration Trench (ParitInfiltrasi), Latosol, Podsolik, Regosol, nitrogene, sulphate,
UJI KOLOM TANAH LATOSOL, PODSOLIK, DAN REGOSOL SEBAGAI OBJEK SIMULASI PARIT INFILTRASI (INFILTRATION TRENCH) LIMBAH DOMESTIK
Skripsi Sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar SarjanaPertanian padaDepartemenIlmu Tanah danSumberdayaLahan FakultasPertanian InstitutPertanian Bogor
SABDA MASHDAR A14062444
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011 JudulPenelitian:
UjiKolom
Tanah
Latosol,
danRegosolsebagaiObjekSimulasiParitInfiltrasi (Infiltration Trench) LimbahDomestik
NamaMahasiswa
: SabdaMashdar
NomorPokok
:A14062444
Menyetujui, DosenPembimbing I
DosenPembimbing II
Ir. WahyuPurwakusuma, M. Sc. NIP. 196101221987031002
Dr. Ir. YayatHidayat, M. Si. NIP. 196501031992121002
Mengetahui, KetuaDepartemenIlmu Tanah danSumberdayaLahan
(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.) NIP.196211131987031003
Tanggal Lulus :
Podsolik,
RIWAYAT HIDUP Penulislahir
di
Jakarta,
10
September
1988
sebagaianakkeduadaritigabersaudaradaripasanganBapakBachrudin,
SE
danIbuYohana. Riwayatpendidikan
formal
penulisdimulaiketikapenulismemasuki
TK
“Trisula” padatahun 1992.Pendidikansekolahdasar di SDN 07 PG daritahun 1994 sampaitahun
2000,
kemudianmelanjutkanke
SLTPN
3
Jakarta
hinggatahun
2003.Padatahun 2006 penulis lulus SMAN 79 Jakarta, ketika SLTPN dan SMAN penulismengikutiOrganisasiSiswa Intra Sekolah, sebagaiwakilketua MPK (SLTPN) danketua
PASKIBRA
samapenulisditerimasebagaimahasiswa
(SMAN).Padatahun IPB
melaluijalur
yang USMI
(UndanganSeleksiMasuk IPB), penulismemasuki program TPB IPB danmengikuti UKM MerpatiPutih. Padatahun 2007 penulisditerima di mayor ManajemenSumberdayaLahan, DepartemenIlmu Tanah danSumberdayaLahan, FakultasPertanian, InstitutPertanian Bogor.
Penulisjugaaktifdalam
program
diadakanolehHimpunanMahasiswaIlmu Tanah angkatan 43.
kepanitiaan
yang
KATA PENGANTAR Pujidansyukurkehadirat
Allah
SWT,
hanyakarenasegalakaruniadankasih
sayingNyasehinggapenulisdiberikankekuatandankesehatanuntukmenyelesaikanpenelitianda nskripsi
yang
berjudulujikemampuankolomtanahRegosol,Podsolik,
danLatosolsebagaiobjeksimulasiparitinfiltrasi (infiltration trench) limbahdomestik. Rasa
hormat,
ucapanterimakasihdanpenghargaan
besarnyapenulispersembahkankepadaBapak
Ir.
yang
sebesar-
WahyuPurwakusuma,
M,Sc.
SelakuPembimbingAkademiksekaligusPembimbingSkripsi I atassemuabimbingan, arahan, dannasihatselamaini. Ungkapanterimakasihjugapenulispersembahkankepada Dr.
Ir.
YayatHidayat,
M,Si.
SelakuPembimbingSkripsi
telahbanyakmeluangkanwaktunyaunrukmemberikanmasukan,
II
yang motivasi,
danmembagiilmunya
yang
sangatberharga.Padakesempataninipenulisjugainginmenyampaikanucapanterimakasih kepada : 1. Orang
tuapenulis
(Bachrudin
dan
Yohana),
“
Terimakasih
yang
takterhinggaatascinta, terimakasih, doa, materi, dandukungannya”. 2. KakakdanAdikpenulis, terimakasihatasdoadandukungannya. 3. DeviantiHerryAchmad,
terimakasihataskesabaran,
doa,
motivasi,
dandukungannyabagipenulis. 4. Teman-temansatukosanpenulis,
SilvesterArdilesHasugian,
InspiktusSitepu,
Karnoataskerjasama, diskusi, dorongan, dannasehatbagipenulis. 5. Sahabat-sahabatku (LulukDwiWulanHandayani, Mila Mulyani, Melita, Poppy Haryani, BayuSejati, Dodo Aprilianda, Ana MawarIriani, danAinol Yakin), terimakasihatasbantuandandukungannyasertakenangan
yang
takterlupakanselampenuliskuliah. 6. Teman-temanangkatan
43.
“Terimakasihuntukkisah
selalumenginspirasihidupkudantakakanterlupakan”.
yang
7. Teman-temanLaboratoriumKonservasi
Tanah
dan
Air,
terimakasihatasbantuannya. 8. Pak
Saipullaboranlaboratorium
KTA,
terimakasihataskerjasama,
diskusi,
peminjamanalat-alatlaboratoriumdannasihatbagipenulis. 9. Semuapihak
yang
membantu
yang
takdapatdisebutkansatupersatuhinggaterselesaikannyapenelitiandanpenulisanskrip siini. Kritikdan saran selalupenulisharapkan demi kesempurnaanskripsiini.Semogaapa yang penulislakukaninimendapatridhodari Allah SWT. Amin.
Bogor, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................................... i DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................vi PENDAHULUAN ....................................................................................................1 LatarBelakang ................................................................................................ 1 TujuanPenelitian ............................................................................................ 2 Hipotesis ........................................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3 Latosol ...........................................................................................................3 Podsolik .........................................................................................................4 Regosol ..........................................................................................................4 Limbah ...........................................................................................................6 KarakteristikFisik Tanah................................................................................8 ParitInfiltrasi (Infiltration Trench).................................................................10 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................16 WaktudanTempat...........................................................................................16 BahandanAlat.................................................................................................16 MetodePenelitian ...........................................................................................16 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................23 SifatFisik Tanah .............................................................................................23 KarakteristikLimbah Awal ............................................................................26 Kapasitas Tanah Menjerap Air Limbah......................................................... 26
i
KualitasLimbahAkhir ....................................................................................30 Peranan Media ...............................................................................................34 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................36 Kesimpulan ....................................................................................................36 Saran ..............................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................37 LAMPIRAN .............................................................................................................41
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
1. Karakteristik Air Limbah Non Kakus....................................................... 6 2. PerlakuanJenis Tanah danMedia ................................................................ 17 3. Jenis Parameter danMetodeAnalisisSifatFisik............................................ 22 4. Jenis Parameter danMetodeAnalisisLimbahDomestik........................... 22 5. HasilAnalisisSifatFisikLatosol, Podsolik, danRegosol .............................. 23 6. Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, Sulfatpada Air LimbahSetelah MelaluiKolomLatosol, Podsolik, danRegosol ............................................ 31 7. Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, dan Sulfat pada Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah ................................................................................. 31
Lampiran
1. KecepatanAliranLimbahdan Volume Air LimbahpadaKolom Latosol, Podsolik,danRegosolMinggu ke-1.................................................. 42 2. KecepatanAliranLimbahdan Volume Air LimbahpadaKolom Latosol, Podsolik,danRegosolMinggu ke-2.................................................. 43 3. KecepatanAliranLimbahdan Volume Air LimbahpadaKolom Latosol, Podsolik,danRegosolMinggu ke-3.................................................. 44 4. KecepatanAliranLimbahdan Volume Air LimbahpadaKolom Latosol, Podsolik,danRegosolMinggu ke-4.................................................. 45 5. Bobot Isi Podsolik, Latosol, danRegosol...................................................... 46 6. DistribusiUkuran Pori Podsolik, Latosol, danRegosol ................................. 46 7. KelasTeksturPodsolik, Latosol, danRegosol ................................................ 46 8. KelasPermeabilitasPodsolik, Latosol, danRegosol....................................... 47 9. IndeksStabilitasAgregatPodsolik, Latosol, danRegosol ............................... 47 iii
10. Analisis Kimia Air LimbahSesudahMelaluiKolom Podsolik, Latosol, dan Regosol pada Minggu ke-0 ...................................................... 47 11. Analisis Kimia Air LimbahSesudahMelaluiKolom Podsolik, Latosol, danRegosolpada Minggu ke-2 ........................................................ 48 12. Analisis Kimia Air LimbahSesudahMelaluiPodsolik, Latosol, danRegosolpada Minggu ke-4 ........................................................ 49 13. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Sulfat Air Limbah Minggu ke 0 .................................................................................................. 50 14. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Sulfat Air Limbah Minggu ke 2 .................................................................................................. 50 15. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Sulfat Air Limbah Minggu ke 4 .................................................................................................. 51 16. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Nitrogen Air Limbah Minggu ke 0 ................................................................................................. 51 17. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Nitrogen Air Limbah Minggu ke 2 ................................................................................................. 51 18. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Nitrogen Air Limbah Minggu ke 4 .................................................................................................. 52 19. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Fosfat Air Limbah Minggu ke 0 .................................................................................................. 52 20. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Fosfat Air Limbah Minggu ke 2 .................................................................................................. 52 21. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Fosfat Air Limbah Minggu ke 4 .................................................................................................. 53 22. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 1 ....................................................................... 53 23. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 1 ....................................................................... 53 24. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 2 ....................................................................... 54
iv
25. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 2 ....................................................................... 54 26. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 3 ....................................................................... 54 27. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 3 ....................................................................... 55 28. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 4 ....................................................................... 55 29. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 4 ....................................................................... 55 30. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 2 ....................................................................... 56 31. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 2 ....................................................................... 56 32. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 3 ....................................................................... 56 33. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 3 ....................................................................... 57 34. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 4 ....................................................................... 57 35. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 4 ....................................................................... 57 36. Hasil Analisis Beda Nyata Jujur pada Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah ................................................................................... 58 37. Hasil Analisis Beda Nyata Jujur pada Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah ................................................................................... 58
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. AplikasiParitInfiltrasi (Infiltration Trench) ................................................ 18 2. Meja Penyangga Kolom Tanah................................................................... 20 3. Posisi Kolom Tanah Wadah........................................................................ 20 4. Set Kolom Tanah dengan Penampung Limbah .......................................... 20 5. BeberapaSifat Fisik Latosol, Podsolik, dan RegosolPenelitian ................. 23 6. Rata-Rata WaktuTurun Air LimbahSetelahMelaluiKolomTop Soil .......... 27 7. Rata-Rata WaktuTurun Air LimbahSetelahMelaluiKolom SubSoil .......... 28 8. Rata-Rata Volume Air LimbahSetelahMelaluiKolom Top Soil................ 29 9. Rata-Rata Volume Air LimbahSetelahMelalui Kolom SubSoil................ 28 10. Kadar Nitrogen (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, dan Regosolpadamingguke 0, 2, 4 .............................................. 32 11. Kadar Fosfat (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, danRegosolpadamingguke 0, 2, 4 ............................................... 33 12. Kadar Sulfat (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, danRegosolpadamingguke 0, 2, 4 ............................................... 34
Lampiran
1.
Peranan Media pada Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah................ 58
vi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dewasa ini selain pencemaran oleh limbah industri, pencemaran yang diakibatkan oleh limbah domestik telah menunjukkan peningkatan yang serius. Minimnya fasilitas pengolahan air buangan rumah tangga telah menyebabkan tercemarnya badan sungai oleh air limbah domestik. Jarangnya pengolahan air limbah rumah tangga (on site treatment) turut serta pula menyumbangkan pencemaran terhadap badan sungai. Sebagian besar air bersih (±80%) yang digunakan oleh manusia akan berubah menjadi air limbah domestik. Sedangkan kebutuhan air bersih rumah tangga diketahui berkisar antara 160-250 liter/orang per hari. Dengan demikian, rata-rata setiap orang akan menghasilkan air limbah sebanyak 150 liter/hari. Berdasarkan pendekatan besaran People Equivalent (PE), untuk rumah biasa diperkirakan jumlah air limbahnya adalah 120 liter/hari per orang (Nilai PE untuk bangunan lain akan berbeda). Jika jumlah ini dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia (229.964.720 jiwa) maka air limbah domestik yang diproduksi setiap hari akan mencapai jumlah yang sangat besar (27.595.766.400 liter/hari). Agar limbah domestik tidak mencemari badan-badan air, berbagai teknik pengelolaan air limbah domestik rumah tangga (on site treatment) telah dikembangkan. Salah satunya adalah teknik parit infiltrasi (infiltration trench). Parit infiltrasi adalah parit yang dibuat diatas tanah dengan dimensi tertentu. Pada bagian dalam parit dimasukan media filtrasi dengan tujuan untuk menyaring air limbah dan meloloskan air yang telah mengalami penyaringan ke bagian bawah dan samping parit. Teknik ini pada dasarnya dirancang untuk meresapkan air hujan, meskipun demikian, di beberapa negara teknik ini digunakan sebagai teknik pengelolaan air limbah domestik non toilet (grey water). Teknik parit infiltrasi berbeda dengan teknik pengelolaan limbah lainnya. Pada teknik lain, air limbah domestik yang sudah dikelola akan dibuang ke badanbadan air, sedangkan pada parit infiltrasi limbah domestik yang sudah disaring akan diresapkan kedalam tanah. Dengan demikian, teknik ini jika tidak dilakukan
2
dengan benar akan beresiko terhadap terjadinya pencemaran air bawah tanah. Oleh karena itu, penelitian yang dititik beratkan pada penilaian kemampuan tanah dalam menetralisir limbah cair domestik pada teknik parit infiltrasi perlu dilakukan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kemampuan tanah dalam menetralisir limbah domestik dalam aplikasi parit infiltrasi (infiltration trench).
Hipotesis Setiap jenis tanah mempunyai kapasitas netralisasi tanah yang berbedabeda sehingga tidak semua jenis tanah dapat digunakan untuk aplikasi parit infiltrasi limbah domestik.
3
TINJAUAN PUSTAKA Latosol Menurut Hardjowigeno (2007) Latosol merupakan tanah muda yang umumnya mempunyai horizon kambik, belum berkembang lanjut sehingga kebanyakan tanah ini cukup subur. Dudal dan Soepraptohardjo (1957) menambahkan Latosol merupakan tanah dengan pelapukan lanjut karena sangat tercuci, batas-batas horison baur, kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, pH rendah (4,5-5,5), konsistensi remah, stabilitas agregat tinggi, dan terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan induk, umur, iklim, dan ketinggian. Di Indonesia, umumnya, Latosol berasal dari bahan induk volkanik, baik berupa tufa ataupun batuan beku. Latosol umumnya berada di daerah iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2500 mm - 7000 mm. Buringh (1979) menambahkan Latosol mempunyai kadar unsur hara rendah, kejenuhan basanya rendah (kurang 35%) dan KTK rendah (15-25 me/100g). Wiranegara (1975) mengolongkan Latosol Coklat Kemerahan Darmaga (Bogor) kedalam Humitropept Tipik atau Humitropept Fluventik.Latosol Darmagaterdapat pada fisiografi menengah, dengan relief makro berombak dan kemiringan landai. Latosol Darmaga rata-rata memiliki solum dalam dengan horison B tebal. Batas antar horisongradual atau berangsur dimanalebar peralihan antara 6,5-12,5 cm dan batas horison berombak dan tidak teratur, rata-rata tiap horizon berwarna coklat kemerahan (Hue antara 5 YR – 7,5 YR dan value antara 3-4). Horizon A rata-rata bertekstur lempung berdebu hingga liat berdebu, dan horizon B bertekstur liat atau debu. Struktur tanah berbentuk granular (semakin ke bawah berbentuk subangular blocky), dan konsitensinya lebih teguh dan lekat. Ketebalan top soil Latosol Darmaga antara 0-30 cm(Lestari, 2010).Hasibuan (1993) menambahkan Latosol Darmaga memiliki kapasitas tukar kation (KTK) kurang dari 25 me/100g. Ginting (1990) menambahkan Latosol Darmaga mempunyai kapasitas tukar kation 15,20 me/100g. Podsolik
4
Menurut Hardjowigeno (2007) Podsolik merupakan tanah-tanah dimana terjadi penimbunan liat di horison bawah (horizon argilik), bersifat masam, kejenuhan basa kurang dari 35%. Dudal dan Soepraptohardjo (1957) menambahkan Podsolik merupakan tanah yang sangat tercuci,terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat (kadar liat tinggi), permeabilitas rendah, stabilitas agregat rendah, dan peka terhadap erosi. Podsolik umumnya memiliki sifat-sifat kimia sebagai berikut : pH H2O berkisar 3.5 dan 5, C/N rasio >12, bahan organik maksimum pada horison A (<10%), bersifat masam, kejenuhan basa rendah (<35%), kadar unsur hara rendah terutama N, P, K, Ca, dan Mg. Kadar bahan organik dan KTK tanah umumnya rendah, sering disertai Al dan Mn yang tinggi dan mempunyai daya fiksasi P yang tinggi (Adiningsih dan Rochayati, 1987). Prihartono (1990) menambahkan Podsolik Gajrug mempunyai pH H2O, Ntotal, Ptersedia, dan KTK secara berturut-turut adalah 4,51, 0,25%, 0,33 ppm, dan 32,65 me/100g. Setijawan (1990) menambahkan bahwa Podsolik Jasinga mempunyai pH H2O, Ntotal, Ptersedia, dan KTK secara berturut-turut adalah 4,12, 0,23%, 1,036 ppm, dan 32,62 me/100g.
Regosol Regosol merupakan jenis tanah yang baru terbentuk, ditandai dengan masih banyaknya kandungan batu dan kerikil yang belum melapuk secara sempurna. Selain itu, tanah Regosol belum menampakkan horizon-horison tanah. Hardjowigeno (2007) menambahkan Regosol merupakan tanah yang masih sangat muda yaitu baru pada tingkat permulaan perkembangan. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epipedon okrik atau histik bila tanah sangat lembek. Regosol berasal dari bahan lepas, bukan berupa bahan alluvial, dengan tingkat perkembangan profil lemah atau tanpa perkembangan profil. Rendahnya perkembangan profil dapat disebabkan oleh erosi atau oleh bahan induk yang masih muda.Tanah ini ditemukan pada bahan induk abu volkan, mergel, dan bukit pasir pantai, pada iklim dan ketinggian yang beraneka ragam (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957).
5
Sinaga (1993) menyatakan bahwa Regosol Darmaga mempunyai empat horison, yaitu horison Ap (kedalaman 0-10 cm), horison Bw (kedalaman 10-45 cm), horison C1 (kedalaman 45-74 cm), horison C2 (kedalaman 74-100 cm). Warna tanah ini coklat gelap sampai coklat gelap kekuningan (10 YR 4/3-3/4) yang cenderung mendominasi semua horison. Perbedaan warna antar horison cukup jelas, sedangkan batas antar horison cenderung rata. Regosol tergolong bersifat agak masam. Hal ini terlihat pada pH tanah rata-rata pada setiap horison yang berkisar antara 5,8-6,4. Horison Ap memiliki kadar C-organik dan N-total pada horison ini paling tinggi dibandingkan horison dibawahnya. Kadar C-organik dan N-total ini berasal dari bahan organik tanah, dari vegetasi yang terdapat pada permukaan tanah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada horison pertama ini tergolong rendah (6,32 me/100g), sebaliknya Kejenuhan Basa-nya sangat tinggi (100%). Hal ini disebabkan kadar basa-basanya lebih tinggi dibandingkan dengan KTK tanah. Unsur Mg terdapat paling banyak dibanding unsur makro lainnya. Hal ini diduga Mg berasal dari mineral hipersten yang sudah melapuk. Bobot Isi (BI) Regosol rata-rata pada lapisan atas (kedalaman 0-20 cm) sebesar 1,36 g/cm3, sedangkan pada lapisan bawah lebih besar yaitu sebesar 1,51 g/cm3. Pada umumnya, tanah-tanah di permukaan dengan tekstur kasar mempunyai kisaran BI sekitar 1,3 g/cm3 sampai 1,8 g/cm3. Adanya kandungan pasir yang relatif tinggi (> 72%) menyebabkan Ruang Pori Total (RPT) tanah rata-rata lapisan atas dan lapisan bawah relatif rendah (45,95%). Tekstur setiap horison agak bervariasi, yaitu dari pasir berlempung sampai lempung berpasir. Regosol Darmaga mempunyai epipedon Okrik, yang dicirikan oleh value dan kroma > 3, lapisan yang terlalu tipis, kadar C-organik tergolong rendah sampai sangat rendah (< 1%), dan Kejenuhan Basa (NH4OAc) > 50%, sehingga tanah ini menurut taksonomi USDA digolongkan sebagai Entisol. Pada kategori suborder, tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai Orthent, dan pada kategori great group, tanah ini diklasifikasikan sebagai Udorthent. Pada kategori subgroup, tanah ini diklasifikasikan sebagai Udorthent Tipik. Regim suhu yang berlaku di daerah darmaga adalah isohipertermik, sehingga pada kategori famili, Regosol ini
6
diklasifikasikan sebagai Udorthent Tipik, berpasir, campuran, tidak masam, isohipertermik (Sinaga, 2003).
Limbah Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada saat tertentu tidak dikehendaki
oleh lingkungan karena menurunkan kualitas
lingkungan. Putra (2004) menambahkan, limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga, dan kotoran manusia.Limbah cair rumah tangga terdiri dari 2 tipe, yaitu Blackwater dan Greywater. Blackwater merupakan limbah cair yang berasal dari toilet dan hasil pembuangan industri. Blackwater harus diolah terlebih dahulu dengan cara biologi atau kimiawi maupun dengan disinfektan sebelum digunakan kembali. Limbah ini biasanya diolah dan didaur ulang di luar ruangan. Greywater adalah limbah cair bukan hasil buangan toilet, contohnya seperti sisa detergen, sisa mandi maupun sisa hasil wastafel rumah tangga. Pencemaran air limbah dibatasi dengan standar kualitas (baku mutu) air limbah. Menurut BAPPENAS (2003), baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air suatu usaha atau kegiatan. Baku mutu air limbah non kakus menurut Laboratorium Teknik Lingkungan ITB ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Air Limbah Non Kakus No 1 2 3 4 5 6 7
Parameter pH Temperatur Amonium Nitrat Nitrit Sulfat Phospat Tabel 1. (Lanjutan)
Satuan o C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Konsentrasi 8,5 24 10 0 0,05 150 6,7
7
No 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Parameter CO2 HCO3 DO BOD COD Khlorida Zat Organik Detergen Minyak
Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L KMnO4 mg/L mg/L
Konsentrasi 44 107 4,01 189 317 47 554 2,7 <0,05
Sumber: Laboratorium TL ITB tahun 1994
Pencemaran yang disebabkan oleh limbah cair yang berasal dari kamar mandi dikenal sebagai pencemaran kurang nampak. Karena kurang nampak dan efeknya baru terasa setelah waktu yang lama, pencemaran ini kurang mendapat perhatian.Limbah kamar mandi
akan meresap ke dalam tanah atau dibuang
melalui selokan ke sungai, danau atau laut. Di badan air efek pencemarannya dapat dicirikan oleh naiknya populasi bakteri dan tingkat kesuburan badan air penerima limbah. Naiknya populasi bakteri akan membahayakan kesehatan pengguna air tersbut (Soemarwoto, 1997). Hasil survai pada tahun 1991 terhadap 581 industri di enam propinsi menunjukkan sebanyak 156 industri (27%) memiliki instalasi pengolahan limbah dengan kategori baik, 211 industri (36%) memiliki instalasi kurang baik, sedangkan sisanya sebanyak 216 industri (37%) belum memiliki instalasi pengolahan air limbah.Keadaan tersebut menunjukkan belum banyak industri yang melengkapi sarana pembersihan air.Pemanfaatan sumber daya air secara intensif dan sekaligus produksi limbah yang meningkat, mengakibatkan penurunan kualitas air tanah. Pengambilan air tanah secara besar-besaran juga mengakibatkan penurunan permukaan air tanah secara drastis. (Dewan Riset Nasional, 1994).
Karakteristik Fisik Tanah
8
Sifat fisik tanah adalah sifat tanah yang bertanggung jawab atas peredaran udara, panas, air, dan zat mineral yang terlarut di dalam tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produktivitas lahan. Sifat fisik beragam untuk setiap jenis tanah. Beberapa sifat fisik dapat berubah melalui berbagai cara pengolahan tanah (Sanchez, 1992).
Bobot Isi Bobot isi atau Bulk Density adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam satuan gram per centimeter kubik. Unit volume ini merupakan total volume bahan padat dan volume ruangan antara partikel-partikel tanah (Soepardi, 1983). Sudharto, Barus dan Suwardjo (1989) menyatakan bahwa bobot isi tergantung kepada kepadatan tanah. Tanah yang mengalami pemadatan mempunyai bobot isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang gembur. Bobot isi akan berpengaruh pula terhadap ruang pori total, pori aerasi, dan air tersedia. Buckman dan Brady(1969) menambahkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bobot isi tanah adalah (1) jumlah ruang pori dan padatan tanah, (2) struktur tanah, (3) kandungan liat dan kadar air tanah, dan (4) sifat mengembang dan mengerut tanah.
Permeabilitas Menurut Sinukaban (1986), permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh, yang dinyatakan dalam cm/jam. Dalam hal ini sebagaicairan adalah air dan sebagai media pori adalah tanah. Kalpage (1974) menyatakan bahwa permeabilitas tanah dipengaruhi oleh kondisi porositas tanah. Tanah yang banyak ronggamempunyai porositas yang lebih baik dibandingkan dengan tanah yang padat, sehingga akan mempunyai ruangan yang ditempati air dan udara yang lebih banyak. Tingkat permeabilitas untuk tiap jenis tanah berbeda. Permeabilitas tanah akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman lapisan tanah dan meningkatkan
9
kadar air dalam tanah. Permeabilitas juga bergantung pada tekstur, struktur, bobot isi, dan ion terlarut, kestabilan agregat dan pengelolaan tanah (Baver, 1959).
Distribusi Ukuran Pori dan Air Tersedia Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara (Hardjowigeno, 2007). Jumlah pori-pori di dalam tanah menempati kurang lebih 50% dari volume tanah, sehingga jumlah air dan udara di dalam tanah dapat berubah-ubah, karena itu distribusi pori-pori menjadi sangat penting artinya bagi tata air dan udara dalam tanah (Hardjowigeno, 1993). Sitorus, Haridjaja, Brata (1983) menyatakan bahwa pori makro (pori drainase) dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu : (1) pori drainase sangat cepat; berdiameter >300 mikron, akan kosong pada pF1, (2) pori drainase cepat; berdiameter antara 300-30 mikron, pori ini akan kosong pada pF1-2, dan (3) pori drainase lambat; berdiameter antara 30-9 mikron yang akan kosong pada pF 22.54. Soepardi (1983) menambahkan faktor yang mempengaruhi jumlah ruang pori adalah (1) cara penyusunan partikel, (2) tekstur, (3) kandungan bahan organik, dan (4) cara pengolahan tanah.
Stabilitas Agregat Stabilitas agregat menunjukkan ukuran ketahanan tanah terhadap pengaruh perusakan. Perusakan dapat terjadi oleh pengaruh air dan manipulasi mekanik. Air menyebabkan memburuknya agregat melalui 2 cara, yaitu (1) pengaruh hidrasi pada air menyebabkan gangguan pada agregat melalui proses pengeluaran udara yang terjebak, (2) kerusakan struktur tanah melalui tumbukan air hujan yang jatuh ke permukaan. Kedua hal ini akan menyebabkan terdispersinya agregat-agregat tanah sehingga akan meningkatkan kepadatan tanah dan menurunkan porositas.
10
Manipulasi mekanik berhubungan dengan pengolahan tanah, bila hal ini dilakukan kandungan air yang tidak tepat akan menghancurkan agregat tanah (Baver, 1959). Pengolahan tanah yang tepat biasanya dilakukan pada keadaan kelembaban tanah yang optimal karena dapat menciptakan keadaan tanah yang baik untuk permulaan pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan stabilitas agregat meliputi : tekstur, jenis ion pada komlpleks pertukaran kation, tipe liat, kandungan bahan organik, dan bahan penyemen selain liat (Soepardi, 1983). Liat dapat berfungsi langsung sebagai agen pengikat dalam pembentukan agregat tanah. Semakin kecil diameter liat maka semakin efektif membentuk agregat. Dalam hubungannya dengan liat sebagai agen pengikat maka ada 3 kondisi yang penting untuk pembentukan stabilitas agregat yaitu : Diameter partikel liat berukuran kurang dari 1 mikron, (2) KTK liat yang tinggi, dan (3) molekul cairan pendispersi bermuatan dipole (Wantini, 1988).
Parit Infiltrasi (Infiltration Trench) Parit infiltrasi adalah suatu parit yang digali serta diisi dengan kerikil yang digunakan untuk menangkap dan memungkinkan meresapnya aliran permukaan hujan ke dalam tanah melalui bagian bawah dan sisi parit.Dengan mengalihkan aliran permukaan hujan ke tanah, parit infiltrasi tidak hanya menjaga kualitas air, tetapi juga menjaga keseimbangan alam air di satu tempat dan dapat menambah persediaan air tanah serta mempertahankan aliran air bawah tanah. Oleh karena itu,aplikasi parit infiltrasi terbataspada daerah dengan tanah yang sangat berpori serta pembuatannya harus tepat sehingga menghindari resiko pencemaran air tanah. Parit infiltrasi tidak digunakan untuk menangkap sedimen dan dalam aplikasinya selalu harus dirancang dengan adanya bak penampung sedimen dan saluran rumput (strip filter), atau langkah-langkah perlakuan pendahuluan lainnya yang diperlukan untuk mencegah penyumbatan dan kegagalan. Karena parit infiltrasi berpotensi tinggi untuk gagalmaka rancangannya harus dipertimbangkan
11
untuk satu tempat. Petunjuk untuk pertimbangan perancangan utama parit infiltrasi adalah sebagai berikut:
Laju infiltrasi tanah rata-rata 0,5 meter/jam atau lebih.
Penggalian parit (3-8 kaki), diisi dengan media batu (diameter 1,5-2,5 cm), batu kerikil, dan pasir.
Sebuah bak penampung sedimen dan saluran rumput atau perlakuan pendahuluan harus disediakan.
Pengamatan terhadap perkolasi tanah yang baik.
Ukuran dari area drainase.
Keuntungan :
Menyediakan cadangan air bawah tanah.
Baik untuk tempat yang sempit dengan tanah berongga kecil
Kerugian :
Air bawah tanah berpotensi tercemar
Berpotensi tinggi tersumbat; tidak boleh digunakan pada satu tempat dengan tanah yang berpartikel halus (liat atau debu) di daerah drainase.
Signifikan mengalami penurunan fungsi.
Tidak boleh di daerah kapur.
Memerlukan tes geoteknik, dua lubang per fasilitas.
Persyaratan Pemeliharaan :
Pemeriksaan terhadap penyumbatan.
Memindahkan sedimen dari bak penampung.
Mengganti kerikil jika diperlukan.
Sebuah parit infiltrasi dianggap mampu memindahkan 90% dari total padatan tersuspensi dalam aliran permukaan perkotaan berdasarkan ukuran, desain, konstruksi dan pemeliharaan yang sesuai dengan spesifikasi yang direkomendasikan. Kinerja total padatan tersuspensi akan berkurang pada parit berukuran kecil, kesalahan rancangan, atau tidak terawatnya parit infiltrasi.
12
Parit infiltrasi yang baik memiliki manfaat pengurangan polutan lain, selain padatan tersuspensi (misalnya fosfor, nitrogen,koliform tinja, dan logam berat), dengan baik. Dalam situasi dimana pengurangan tidak signifikan, maka digunakan kontrol untuk justifikasi. Berikut ini adalah pengurangan polutan oleh parit infiltrasi (Knox County, 1984) :
TSS (Total Suspended Solid) : 90%
Total Fosfor : 60%
Total Nitrogen: 60%
Bakteri pathogen: 90%
Logam berat : 90%
Parit infiltrasi umumnya cocok digunakan pada perumahan yang padat, dimana tanah dibawahnya cukup permeabeluntuk infiltrasi sehinggaterjadinya aliran permukaanyang sedikit serta dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi. Penerapan ini diutamakan pada area yang tidak memiliki partikel halus, yang tinggi pada aliran permukaannya, dan hanya dipertimbangkan pada situs yang memiliki kandungan sedimen yang rendah. Parit infiltrasi dapat digunakan untuk menangkap aliran air dari daerah drainase atau berfungsi sebagai perangkat yang berdiri sendiri (offline). Karena berukuran kecil, parit infiltrasi dapat diadaptasikan untuk berbagai tempat dan bisa diaplikasikan untuk kondisi perbaikan. Tidak seperti struktur penyerapan air hujan lainnya, parit infiltrasi dapat dengan mudah disesuaikan pada daerah dan area pengembangan situs. Untuk melindungi air tanah dari kemungkinan kontaminasi, parit infiltrasi sebaiknyatidak digunakan untuk aliran permukaanyang membutuhkan perlakuan khusus. Selain itu, parit ini tidak bisa digunakan pada daerah yang memiliki tanah yang terkena polusi atau tempat padat aktivitas. Sebagai contoh, parit infiltrasi tidak diaplikasikan pada daerah industri, dimana kemungkinan polusi logam berat dan polutan yang larut air sangat tinggi, atau di daerah yang memiliki air yang terkontaminasi pestisida.
13
Kelayakan umum
Cocok untuk digunakan di perumahan perkotaan
Cocok untuk digunakan dalam kepadatan tinggi/ultra-perkotaan
Tidak cocok untuktempat yang miring atau dilakukan lebih dari satu tempat.
Fisik Kelayakan serta Kendala di Proyek Fisik Situs
Luas wilayah - 5 hektar maksimum
Kebutuhan ruang - akan bervariasi, tergantung pada kedalaman fasilitas
Kemiringan Lereng - Tidak lebih dari 6% kemiringan (untuk pra-fasilitas konstruksi di lokasi)(Knox County, 1984).
Deskripsi dari parit infiltrasi adalah parit yang panjang dan sempit, berisi batu dan tanpa outlet yang menampung aliran permukaan air hujan. Aliran permukaan disimpan pada ruang kosong diantara batu dan menginfiltrasi ke bawah dan masuk ke dalam matriks tanah. Parit infiltrasi dapat mengurangi sedimen dan beberapa polutan. Pra-perlakuan dengan menggunakan bak penampung sangat penting untuk membatasi sedimen kasar yang masuk ke dalam parit yang dapat menyumbat dan membuat parit tidak efektif.
Keuntungan
Mampu memuat seluruh air aliran permukaan
Meningkatkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah secara signifikan.
Bila volume air berada pada porsi tertentu, parit infiltrasi dapat mengurangi erosi dan frekuensi banjir.
Parit ini tidak mengganggu estetika lingkungan, karena berada di bawah tanah
Kelemahan/Batasan
Tingkat kegagalan yang tinggi bila tanah dan kondisi permukaan di bawah tanah tidak sesuai.
Tidak cocok untuk lokasi industri atau lokasi dimana tumpahan dapat terjadi.
14
Luasan maksimum area yang diinfiltrasi harus dibawah 5 hektar.
Batas laju infiltrasi adalah 2.4 meter/jam, untuk menjaga kualitas air tanah.
Tidak cocok untuk daerah yang memiliki kemiringan curam.
Area drainase di aliran hulu harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dikonstruksi.
Sulit untuk mengembalikan fungsi parit infiltrasi ketika tersumbat.
Panduan Desain dan Ukuran
Diperlukan sedimen.
perlakuan Perlakuan
pendahuluan pendahuluan
untuk adalah
mengurangi tahap
kandungan
pengolahan
yang
melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan adatan tersuspensi dalam aliran air limbah. Perlakuan pendahuluan penting untuk semua pengaturan air hujan, tetapi menjadi sangat penting pada parit infiltrasi.
Perlakuan pendahuluan akan benar-benar efektif bila
ditambahkan filter atau bak penampungan secara seri.
Batuan yang digunakan pada parit berdiameter 1.5 hingga 2.5 cm.
Volume parit ditentukan oleh asumsi volume air yang akan mengisi ruang kosong berdasarkan perhitungan porositas pada matriks batuan (sekitar 35%)
Kinerja Parit infiltrasi dapat mengurangi buruknya kualitas air di permukaan dan secara konsekuen dapat menghilangkan hingga 100% polutan yang terkandung dalam air tersebut. Parit infiltrasi dapat menghilangkan 90 persen sedimen, logam, koliform, dan materi organik, dan menghilangkan 60 persen fosfor dan nitrogen pada proses infiltrasi aliran air (Schueler, 1987). BOD yang berkurang mencapai 70-80 persen. Jumlah bahan lain yang berkurang dalam jumlah sedikit adalah nitrat, klorid, dan logam terlarut, terutama pada tanah berpasir. Efisiensi pengurangan polutan dapat ditingkatkan dengan proses pencucian dan penambahan bahan organik dan lempung pada tanah dibawahnya. Batu harus dicuci untuk menghilangkan kotoran sebelum diletakkan pada parit. Penambahan
15
bahan organik dan lempung akan meningkatkan penghilangan logam dengan proses absorpsi (California Stromwater Quality Association, 2003).
16
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Oktober 2010 bertempat di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia tanah dan analisis limbah domestik dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari contoh tanah Latosol dan RegosolCikabayan, serta Podsolik di belakang Gymnasium, Kampus IPB Darmaga, pipa PVC, pasir, ijuk, arang, kayu, kerikil, triplek, kasa, karet, sabun, pasta gigi, shampoo, paku, cangkul, gergaji besi, gergaji kayu, pahat, palu, dan gelas ukur.
Metode Penelitian Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian adalah rancangan faktorial. Rancangan terdiri dari 2 faktor sebagai perlakuan, yaitu jenis tanah (Latosol, Podsolik, dan Regosol) dan media penyaring (tanpa media, Media A, Media B). Parameter yang diamati adalah kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat sesudah air limbah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol. Setiap perlakuan percobaan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali sehingga terdapat 27 percobaan, seperti pada Tabel 2.
17
Tabel 2. Perlakuan Jenis Tanah dan Media Perlakuan Jenis tanah L
P
R
M0 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2
Media M1 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2
M2 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2
Perlakuan jenis tanah L, P, R secara berturut-turut adalah Latosol, Podsolik, dan Regosol sedangkan media M0, M1, M2 secara berturut-turut adalah contoh tanah tanpa media, contoh tanah dengan media A, dan contoh tanah dengan media B.
Pengaturan (setting) Penelitian Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan melakukan simulasi aliran vertikal parit infiltrasi berupa kolom tanah dengan panjang 30 cm dan diameter 10 cm (4 in), masing-masing mewakili top soil (0-30 cm) dan sub soil (30-60 cm). Kolom tanah yang digunakan dalam penelitian merupakan contoh tanah utuh yang diambil dengan menggunakan pipa PVC 4 in sepanjang 30 cm. Kolom tanah tersebut selanjutnya dialiri limbah secara periodik dengan rentang waktu tertentu. Kolom tanah dilengkapi dengan media pada bagian atasnya berupa susunan pasir, ijuk, kerikil. Media ini merupakan perlakuan awal limbah sebelum dilewatkan kedalam kolom tanah. Air limbah (domestik) yang diberikan sebanyak 250 ml liter. Jumlah iniditurunkan dari perhitungan volume parit infiltrasi untuk skala rumah tangga berkapasitas 50 L/m2/hari. Berdasarkan dimensi kolom tanah dengan diameter pipa 4 in (10 cm) maka luas permukaannya merupakan1/100 dari luas permukaan
18
parit infiltrasi sebenarnya. Dengan demikian, volume limbah yang diresapkan oleh kolom tanah tersebut adalah sebanyak 1/100 x 50 L= 0,5 liter/hari. Jika diasumsikan kegiatan mandi adalah 2 kali sehari, maka frekuensi simulasi pemberian limbahnya adalah 2 kali sehari masing-masing yaitu 250 ml. Simulasi air limbah domestik dibuat dengan cara Safitri (2009). Kolom tanah selanjutnya diletakkan pada perangkat yang telah disiapkan sedemikian rupa seperti terlihat pada Gambar 3.Daya netralisasi tanah terhadap limbah domestik dikaji berdasarkan sifat kimia (NO3, PO4, SO4) air limbah setelah melalui kolom tanah. Secara skematis, kerangka fikiran penelitian disajikan pada Gambar 1 : LIMBAH DOMESTIK (non toilet)
TANAH
PERAIRAN
PARIT INFILTRASI
KAPASITAS NETRALISASI TANAH
PENCEMARAN
Gambar 1.Aplikasi Parit Infiltrasi (Infiltration Trench)
19
Analisis Statistik Model statistika untuk percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor (jenis tanah dan media), yaitu :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan :
Yijk
= Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor jenis tanah dan taraf ke-j dari faktor media)
µ
= Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya)
αi
= Pengaruh aditif taraf ke-i dari jenis tanah
βj
= Pengaruh aditif taraf ke-j dari media
(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i jenis tanah dan taraf ke-j media εijk`
= Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij.
Prosedur Penelitian a. Pengambilan contoh tanah latosol, regosol, dan podsolik : Contoh tanah diambil dengan menggunakan pipa PVC (diameter 4indan panjang 30 cm) Pengambilan contoh tanah diambil pada dua kedalaman yaitu pada kedalaman 30 cm dan 60 cm. Jumlah contoh tanah yang diambil sebanyak54 buah. Contoh tanah dijaga kelembabannya agar contoh tanah tidak turun dari pipa pada saat dilakukan perlakuan. Inkubasi contoh tanah dilakukan selama 2 minggu. Pengambilan contoh tanah utuh, agregat utuh, dan contoh tanah terganggu dilakukan untukpengukuran bobot isi, permeabilitas, ruang pori tanah, serta stabilitas agregat.
20
b. Persiapan media (ijuk, kerikil, pasir, ijuk), pembuatan limbah kamar mandidan rangkaian percobaan. Media disusun berdasarkan 2 urutan (dari bawah ke atas), yaitu media A (ijuk (6,28 gr), kerikil (262,48 gr), pasir (160,14 gr), ijuk (6,68 gr)) dan media B (ijuk (6,28 gr), pasir (160,14 gr), kerikil (262,48 gr), ijuk (6,68 gr)). Simulasi limbah domestik dibuat dengan cara mencampurkan sabun (8,970 gr), pasta gigi (15,875 ml), shampoo (5,460 ml) dengan 30 liter air (Safitri, 2009). Rangkaian percobaan : Kolom tanah selanjutnya diletakkan pada meja yang telah dipersiapkan (Gambar 2, 3 dan 4).
Gambar 2. Meja Penyangga Kolom Tanah The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.
Media
Kasa
Gambar 3.PosisiKolom TanahGambar 4.SetKolom Tanah dengan Wadah Penampung Limbah c. Pengamatan :
21
Limbah diberikan 1-2 kali per hari, sebanyak 0,25 liter. Kecepatan limbah yang turun diukur dengan cara mencatat waktu air yang keluar pertama kali ke wadah penampung setelah limbah diberikan. Volume air diukur dengan gelas ukur setelah air limbah turun secara grafitasi dari kolom tanah Percobaan dilakukan selama 4 minggu. Pada minggu ke 0, 2 dan 4 dilakukan analisis limbah domestik di laboratorium, yaitu sulfat (SO4), fosfat (PO4), dan nitrat (NO3). Selain pengamatan debit limbah pada kolom tanah dilakukan juga pengukuran sifat fisik tanah, yaitu bobot isi, tekstur, permeabilitas, ruang pori tanah, dan stabilitas agregat.
AnalisisLaboratorium Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis sifat fisik dan analisis kimia tanahserta analisis kualitas air limbah setelah melalui kolom tanah. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Analisis kimia air limbah dilakukan diBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, setiap 2 minggu pengamatan (minggu ke 0, 2, dan 4).
a. Sifat Fisik Tanah Analisis sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui pengaruh sifat fisik tanah terhadap waktu turun dan volume air limbahyang melalui kolom tanah. Parameter yang diukur adalah bobot isi, porositas total, pori drainase, indeks stabilitas agregat, tekstur, dan permeabilitas.
Tabel 3.Jenis Parameter dan Metode Analisis Sifat Fisik
22
No. Parameter Sifat Fisik
Metode
1.
Bobot Isi
Gravimetri
2.
Porositas Total
Gravimetri
3.
Pori Drainase
pF
4.
Indeks Stabilitas Agregat
Pengayakan Kering dan Basah
5.
Tekstur
Bouyoucus (Hidrometer)
6.
Permeabilitas
Permeabilitas
Tanah
dalam
Keadaan Jenuh
b. Kimia Tanah Analisis kimia tanah dilakukan untuk mengetahui kadar N awal pada tanah yang digunakan. Parameter yang diukur adalah N total yang diukur dengan metode destilasi.
c. Air Limbah Analisis kimia pada air limbah dilakukan untuk mengetahui daya netralisasi tanah pada air limbah. Analisis ini dilakukan pada air limbah sesudah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol. Parameter yang diukur adalah nitrat (NO3), fosfat (PO4), dan sulfat (SO4). Tabel 4.Jenis Parameter dan Metode Analisis Limbah Domestik No. Paramater Kimia
Metode
1.
Nitrat
Spektrofotometri
2.
Fosfat
Kolorimetri dengan pewarnaan biru molibden pada panjang gelombang 693nm
3.
Sulfat
Turbidimetri
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Sifat Fisik Tanah Hasil analisis sifat fisik tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol, disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 5. Tabel 5.Hasil Analisis Sifat Fisik Latosol, Podsolik, dan Regosol Latosol
Parameter Sifat Fisik
Podsolik
30-60 cm 0,85 Lempung Berliat Sedang (4,01)
0-30 cm 1,09 Liat
30-60 cm 1,07 Liat
Kelas Permeabilitas (cm/jam)
0-30 cm 0,91 Lempung Berliat Sedang (4,77)
Sedang (3,99)
Porositas Total (%)
65,66
67,92
Indeks Stabilitas Agregat
Sangat stabil sekali (312)
Sangat stabil sekali (360)
Bobot Isi (g/cm3) Kelas Tekstur
Regosol
Sedang (3,33)
0-30 cm 1,26 Pasir Berlempung Sangat cepat (75,88)
30-60 cm 1,39 Lempung Berpasir Sangat cepat (90,22)
58,68
59,77
52,26
49,51
Sangat stabil sekali (439)
Sangat stabil sekali (385)
Agak stabil (66)
Stabil (68)
Bobot Isi (g/cm3) 50 Permeabilitas (cm/jam) Porositas Total (%) 1 0-30 cm
30-60 cm
Latosol
0-30 cm
30-60 cm
Podsolik
0-30 cm
30-60 cm
Indeks Stabilitas Agregat
Regosol
Gambar 5. Beberapa Sifat Fisik Latosol, Podsolik, dan Regosol Penelitian
a. Bobot Isi Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5, diketahui BI tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian berturut-turut adalah 0,88 g/cm3, 1,08 g/cm3, dan 1,33 g/cm. Bobot isi Latosol penelitian lebih besar dibandingkan bobot isi Latosol menurut Syakur (2010), sedangkan bobot isi Podsolik dan Regosol penelitianlebih kecil
dibandingkan bobot isi Podsolik menurut Syakur (2010) dan bobot isi
24
Regosol menurut Sinaga (2003). Menurut Syakur (2010) bobot isi Latosol dan Podsolik secara berturut-turut adalah 0,86 g/cm3 dan 1,21 g/cm3. Sinaga (2003) menambahkan bobot isi Regosol adalah 1,44 g/cm3 Bobot isi menunjukkan tingkat kesarangan tanah. Semakin kecil nilai bobot isi tanah maka semakin besar kesarangannya. Pada umumnya semakin sarang tanah maka kemampuannya dalam melalukan air (permeabilitas) semakin besar.Menurut Huda (2010) pengaruh bobot isi pada proses infiltrasi tanah tergantung pada jumlah rongga, jika sebuah tanah memiliki rongga atau pori-pori yang banyak maka penyerapan air akan baik atau cepat.Dengan demikian, dalam kaitannya dengan aplikasi limbah cair, semakin sarang tanah akan semakin mudah limbah dilakukan. Meskipun demikian, untuk Regosol meskipun bobot isinya relatif besar tidak selalu berkaitan dengan nilai kesarangan yang rendah. Hanafiah (2005) menyebutkan nilai bobot isi tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar maka bobot isi makin tinggi. Jumlah kandungan pasir yang tinggi dan jenis mineralnya dapat menyebabkan nilai bobot isi Regosol tinggi, tapi kemampuannya dalam melalukan air pun relatif tinggi (Gambar 5)
b. Porositas Total Berdasarkan Tabel 5 diketahui porositas total tanah pada Latosol, Podsolik, dan Regosolpenelitian berturut-turut adalah 66,79%, 59,23%
dan
50,88%. Porositas total merupakan penurunan dari persamaan yang dikaitkan dengan bobot isi tanah. Dengan demikian, semakin tinggi bobot jenis isi akan didapatkan
nilai
porositas
yang
semakin
kecil.Porositas
total
belum
menggambarkan secara mutlak kemampuan tanah dalam melalukan air. Kemampuan tanah dalam melakukan air dalam hubungannya dengan porositas lebih ditentukan oleh distribusi ukuran porinya. Kemampuan tersebut ditentukan oleh banyaknya pori drainase. Tabel lampiran 6 menunjukkan sebaran ukuran pori tanah penelitian.Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa Regosol mempunyai persentase pori drainase sangat cepat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya dan memeiliki pori drainase lambat paling sedikit, sehingga berpotensi dalam meloloskan air limbah.
25
Menurut Tollefson (2011) tanah yang bertekstur halus (lempung) sebagian besar menghasilkan banyak pori-pori berukuran kecil (pori mikro) sedangkan tanah yang bertekstur kasar (pasir) sebagian besar menghasilkan banyak pori-pori berukuran besar (pori makro). Pori makro memungkinkan masuknya udara atau air dengan cepat ke dalam tanah sedangkan pori mikro membatasi pergerakan udara atau air melalui massa tanah.
c. Tekstur Tekstur tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturutturut adalah lempung berliat, liat, dan pasir berlempung pada top soil
dan
seluruhnya lempung berpasir pada subsoil. Tekstur Latosol pada hasil analisis fisik berbeda dengan tekstur Latosol Darmaga menurut Mutmainah (2006) sedangkan tekstur Podsolik dan Regosol pada hasil analisis fisik sama dengan tekstur Podsolik Merah Kuning Jasinga menurut Sumono (1981) dan tekstur Regosol menurut Sinaga (2003).Menurut Mutmainah (2006) Latosol Darmaga bertekstur liat, Podsolik Merah Kuning Jasinga menurut Sumono (1981) bertekstur liat, sedangkan Regosol menurut Sinaga (2003) bervariasi pada setiap horison, yaitu dari pasir berlempung sampai lempung berpasir. Tekstur mempengaruhi kecepatan laju infiltrasi tanah, dengan demikian adanya variasi tekstur pada tanah yang digunakan pada penelitian akan mempengaruhi kemamuan tanah tersebut dalam meloloskan limbah. Sutanto (2005)menyatakan umumnya jenis tanah lempung mempunyai laju infiltrasi yang rendah sedangkan pada tanah berpasir laju infiltrasinya tinggi.
d. Permeabilitas Berdasarkan Tabel 5 diketahui permeabilitas tanah pada Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturut-turut adalah sedang (4,39 cm/jam), sedang (3,66 cm/jam) dan sangat cepat (83,05cm/jam). Nilai ini bersesuaian dengan hasil pengamatan Premono (1986), Syakur (2010) dan Lisnawati (1999). Permeabilitas menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air, semakin tinggi nilainya maka akan semakin banyak peluang air yang dapat diloloskan. Gambar 2 menunjukkan bahwa Regosol mempunya nilai paling
26
tinggi.Meskipun demikian nilai tersebut masih lebih kecil dari nilai yang disyaratkan untuk parit infiltrasi (< 2.4m/jam) sehingga diharapkan masih relatif aman.
e. Stabilitas Agregat Berdasarkan Tabel 5 diketahui stabilitas agregat tanah pada Latosol, Podsolik, dan Regosol penelitian secara berturut-turut adalah sangat stabil sekali (336), sangat stabil sekali (412), dan stabil (67). Stabilitas agregat tanah menunjukkan daya tahan agregat tanah terhadap kekuatan dari luar, seperti pukulan air hujan dan aliran air. Pada tanah dengan agregat stabil aliran air tidak dapat dengan mudah menghancurkan agregasi tanah sehingga rongga-rongga antar agregat akan tetap stabil. Dengan demikian kemampuannya untuk melalukan air akan tetap tinggi. Ketiga tanah penelitian mempunya agregat stabil sampai sangat stabil sehingga air limbah yang diresapkan akan relatif lancar kecuali limbah tersebut mengandung bahan kimia yang dapat merusak bahan pengikat agregat tanah.
Karakteristik Limbah Awal Limbah awal yang digunakan dalam penelitian mempunyai kadar N, PO4, dan SO4 berturut-turut sebesar 17,29 ppm, 4,27 ppm, dan 10,61 ppm.Kadar N tersebut lebih tinggi dari standard baku mutu air limbah non toilet menurut Laboratorium Teknik Lingkungan ITB tahun 1994 sedangkan kadar PO4 dan SO4 nya lebih rendah.Standar air limbah non toilet menurut Laboratorium Teknik Lingkungan ITB tahun 1994 adalah mempunyaikadar minimal N, PO4, dan SO4 berturut-turut 0 ppm, 6,70 ppm, 150 ppm.
Kapasitas Tanah Menjerap Air Limbah Kapasitas tanah dalam menjerap air limbah dapat dilihat dari waktu turun air limbah yang diberikan dan volume air limbah yang dilewatkan. Air limbah yang dilewatkan dapat diamati dengan mengukur volume air limbah yang turun dari kolom tanah setelah periode tertentu.
27
Waktu Turun Air Limbah Rata-rata waktu turun air limbah setelah melalui kolom top soil tanah penelitian disajikan pada Gambar 6. 350
waktu (detik)
300 250 Minggu ke-1
200
Minggu ke-2
150
Minggu ke-3 Minggu ke-4
100 50 0 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2
Gambar 6.Rata-Rata Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil. (Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).
Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa kolom tanah yang tidak menggunakan media (M1), umumnya pada minggu ke-4, air limbah cenderung membutuhkan waktu turun yang lebih lama dibandingkan dengan pada mingguminggu sebelumnya.
Hal ini diduga terjadi sebagai akibat perubahan sifat
permukaan kolom tanah karena pemberian air limbah secara langsung. Pemberian air limbah secara langsung menyebabkan terjadinya penyumbatan akibat disintegrasi agregat tanah di bagian permukaan yang terkena air limbah. Disintegrasi agregat di permukaan kolom akibat tekanan air limbah menyebabkan tanah menjadi butiran-butiran halus sehingga menutup pori-pori tanah dan akibatnya menghambat proses infiltrasi. Meskipun demikian, hasil analisis sidik ragam waktu turun air limbah (Tabel Lampiran 22-29) menunjukkan bahwa tanah, media, dan interaksi media dengan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap waktu turun air limbah pada kolom top soil.
28
120
waktu (detik)
100 80
Minggu ke-1 Minggu ke-2
60
Minggu ke-3
40
Minggu ke-4
20 0 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2
Gambar 7. Rata-Rata Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom SubSoil. (Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol;M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B). .
Secara statistik perlakuan tanah berpengaruh nyata pada taraf 5 % terhadap waktu turun air limbah pada kolom tanah sub soil. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perlakuan media atau interaksi antara media dengan tanah. Gambar 7 menunjukkan bahwa waktu turun air limbah pada kolom tanah sub soil Podsolik lebih lama dibandingkan dengan pada kolom tanah sub soil kedua tanah lainnya. Berdasarkan data sifat fisik (Tabel 5) tampaknya tekstur menjadi penyebab lebih lamanya waktu turun air limbah pada kolom sub soil. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa sub soil Podsolik mempunyai kelas tekstur liat, sedangkan Latosol dan Regosol masing-masing lempung berliat dan lempung berpasir. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa Posolik mempunyai nilai permeabilitas tanah paling kecil (rata-rata 3 cm/jam). Hasil analisis beda nyata jujur (Tabel Lampiran 36) menunjukkan bahwa waktu turun air limbah minggu ke 1 dan minggu ke 3 padakolom Latosol berbeda nyata dengan kolom Podsolik tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Regosol sedangkan pada kolom Podsolik tidak berbeda nyata dengan kolom Regosol. Pada minggu ke 2, waktu turun air limbah pada kolom Regosol berbeda nyata dengankolom Podsolik tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol sedangkan pada kolom Podsolik tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol.
29
Semakin lama air limbah berada pada kolom tanah akan semakin banyak kesempatannya untuk “dinetralkan” oleh tanah.
Volume Air Limbah Rata-rata volume air limbah setelah melalui kolom tanah disajikan pada Gambar 8 (kolom top soil) dan Gambar 9 (kolom sub soil)
Volume (ml liter)
250
225 Minggu ke-2 Minggu ke-3 200
Minggu ke-4
175 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2
Gambar 8.Rata-Rata Volume Air Limbah Setelah MelaluiKolom Top Soil. (Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B). .
Gambar 8 dan 9menunjukkan bahwa volume air limbah yang melalui kolom tanah penelitian meningkat dari minggu ke-2 sampai minggu ke-4. Hal ini diduga karena pemberian air limbah yang dilakukan secara periodik menyebabkan tanah semakin jenuh sehingga sebagian besar air limbah dilepaskan melalui kolom tanah. Hasil analisis sidik ragam volume air limbah (Tabel Lampiran 30-35) menunjukkan bahwa tanah, media, dan interaksi media dengan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap volume air limbah yang melalui kolom top soil.
30
Volume (ml liter)
250
225 Minggu ke-2 Minggu ke-3 200
Minggu ke-4
175 LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1 RM2
Gambar 9.Rata-Rata Volume Air Limbah Setelah MelaluiKolom SubSoil. (Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).
Secara statistik perlakuan tanah berpengaruh nyata pada taraf 5 % terhadap volume air limbah pada kolom tanah sub soil. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perlakuan media atau interaksi antara media dengan tanah.Gambar 9menunjukkan bahwa volume air limbah yang melalui kolom sub soil meningkat dari minggu ke-2 sampai minggu ke-4. Hasil analisis beda nyata jujur (Tabel Lampiran 37) menunjukkan bahwa volume air limbah minggu ke 2 pada kolom Podsolik berbeda nyata dengan kolom Regosol tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol sedangkan pada kolom Regosol tidak berbeda nyata dengan kolom Latosol. Pada minggu ke 4, volume air limbah pada kolom Regosol berbeda nyata dengan kolom Latosol tetapi tidak berbeda nyata dengan kolom Podsolik sedangkan pada kolom Latosol tidak berbeda nyata dengan kolom Podsolik.
Kualitas Limbah Akhir Kualitas limbah setelah air limbah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol, disajikan pada Tabel 6.
31
Tabel 6.
Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, Sulfat pada Air Limbah Setelah Melalui Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol Latosol
Kadar N, PO4, SO4 yang dijerap tanah Podsolik
Regosol
M1
M2
M3
M1
M2
M3
M1
M2
M3
Nitrogen (ppm)
10.27
12.26
10.57
15.63
15.87
13.77
14.91
11.49
12.64
Fosfat (ppm)
4.25
4.26
4.18
4.23
4.21
4.24
4.22
4.21
4.25
Sulfat (ppm)
10.00
10.39
7.48
4.89
6.54
5.79
-12.18
-7.10
-9.16
(ket : Kadar nitrogen didapatkan dari perubahan kadar nitrat menjadi nitrogen, M1 (tanah tanpa media), M2 (tanah dengan media A), M3 (tanah dengan media B). Hasil (-) menunjukkan terjadinya penambahan kadar limbah.
Secara statistik (Tabel Lampiran 13-21) perlakuan tanah berpengaruh nyata pada taraf 1% dan 5% terhadap kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perlakuan media atau interaksi antara media dengan tanah. Tabel 6 menunjukkan kadar nitrogen dan fosfat berkurang setelah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol, sedangkan kadar sulfat berkurang setelah melalui Latosol dan Podsolik tetapi bertambah setelah melalui Regosol. Hasil analisis beda nyata jujur kualitas limbah setelah air limbah melalui kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Perubahan Kadar Nitrogen, Fosfat, dan Sulfat pada Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah M0
Perlakuan
M2
M4
N
PO4-
SO42-
N
PO4+
SO42-
N
PO4-
SO42-
Latosol
11,22
4,26
9,71Aa*
9,78Aa*
4,27Aa*
10,57Aa*
11,25Aa*
4,16
7,58Aa*
Podsolik
14,77
4,25
7,45Ab
15,76Bb
4,23Bb
7,55Bb
15,91Ab
4,20
2,23Bb
Regosol
8,79
4,25
-2,32Bb
15,98Bb
4,24Cc
-13,42Cc
14,23Ab
4,19
-12,71Cc
Nilai Kritis BNJ 5%
-
-
7,92
2,3
0
3,03
2,2
-
8,11
BNJ 1%
-
-
10,85
3,16
0
4,14
3,07
-
11,1
*) Angka yang diikuti dengan huruf besar dan kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% dan 5%. (M = Minggu ke, BNJ = Beda Nyata Jujur)
Berkurangnya kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat diduga karena sebagian dari bahan tersebut dijerap oleh tanah pada kompleks jerapan dan atau diimobilisasi oleh unsur lainnya.Kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat limbah setelah melalui kolom tanah disajikan pada Gambar 9, 10, dan 11.
kadar N (ppm)
32
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Limbah LM0 LM1 LM2 PM0 PM1 PM2 RM0 RM1
Minggu ke-0
Minggu ke-2
Minggu ke-4
RM2
Gambar 9. Kadar Nitrogen (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke 0, 2, 4.(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).
Hasil analisis menunjukkan bahwa fosfat mengalami penurunan terbesar setelah melalui kolom tanah, yaitu sebesar 99%. Hal ini diduga karena P dalam tanah sangat rendah sehingga sebagian besar P (dalam bentuk fosfat) yang terdapat dalam limbah dijerap oleh tanah. Fosfat dijerap pada komplek jerapan dan oleh oksidasi Fe dan Al. Meskipun demikian, fosfat dapat memiliki reaksi jerapan yang lebih kompleks, tidak hanya diikat dengan cara reaksi pertukaran anion saja (Parfitt, 1978). Gambar 10 menunjukkan adanya peningkatan kadar fosfat dalam limbah setelah melalui kolom tanah pada pengamatan minggu ke 2 dan minggu ke 4. Hal ini menunjukkan dengan semakin meningkatnya kadar P dalam tanah akibat penambahan dari limbah jerapannya semakin berkurang. Pola jerapan sulfat hampir mirip dengan pola jerapan fosfat.Keterikatan sulfat dengan tanah sebagian besar terjadi di permukaan liat dan hidroksi Fe dan Al saja, sedangkan fosfat berikatan lebih kuat dengan membentuk ikatan kovalen dengan tanah, sehingga memberikan reaksi yang lebih konstan daripada sulfat.
33
0.30
LM0
kadar PO4 (ppm)
0.25
LM1 LM2
0.20
PM0 0.15
PM1 PM2
0.10
RM0
0.05
RM1
0.00
RM2 Minggu ke-0
Minggu ke-2
Minggu ke-4
Gambar 10. Kadar Fosfat (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke 0, 2, 4(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B, Kadar Fosfat Air Limbah = 4,27 ppm).
Jerapan sulfat pada tanah terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu 1) pertukaran anion yang disebabkan oleh muatan positif pada oksida besi dan aluminium atau pada sisi luar kristal liat (terutama liat jenis kaolinit pada pH tanah rendah); 2) pengikatan ion sulfat oleh kompleks hidroksi aluminium dan besi dengan ikatan koordinasi.Sanchez (1976) menambahkan bahwa jerapan sulfat oleh tanah terjadi melalui 1) pertukaran ion SO42- dengan OH- pada permukaan besi, aluminium, dan liat;2) ion SO42- tersebut berikatan dengan muatan positif bebas. Gambar 11 menunjukkan terjadinya penurunan kadar sulfat pada limbah setelah melalui kolom tanah Latosol dan Podsolik masing-masing sebesar 54% dan 87%. Akan tetapi pada Regosol terjadi peningkatan kadar sulfat yaitu sebesar 67% dan 86% pada minggu ke 2 dan minggu ke 4. Peningkatan kadar sulfat diduga terjadinya aktifitas mikrobial pada Regosol dan terjadinya pencucian sulfat yang diduga sebelumnya ada pada Regosol akibat penambahan limbah yang mengandung sulfat dan fosfat. Kasus demikian terjadi pada Fitzgerald, Strickland, dan Swank (1982).
34
30
Limbah
kadar SO4 (ppm)
25
LM0 LM1
20
LM2
15
PM0
10
PM1 PM2
5
RM0
0
RM1
Minggu ke-0
Minggu ke-2
Minggu ke-4
RM2
Gambar 11.Kadar Sulfat (ppm) Limbah Setelah MelaluiKolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke 0, 2, 4(Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol; M0 = Tanpa Media, M1 = Media A, M2 = Media B).
Pengurangan kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat rata-rata setelah air limbah melalui Latosol secara berturut-turut sebesar 63%, 99%, dan 87%. Pengurangan kadar nitrogen, fosfat, dan sulfat rata-rata setelah air limbah melalui Podsolik secara berturut-turur sebesar 87%, 99%, dan 54%. Pengurangan kadar nitrogen dan fosfat rata-rata setelah air limbah melalui Regosol secara berturut-turut sebesar 75 % dan 99%, sedangkan peningkatan kadar sulfatadalah 89%.
Peranan Media Hasil analisis sidik ragam pada (Tabel Lampiran 13-35) menunjukkan bahwa media tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan kadar air limbah, waktu turun air limbah, dan volume air limbah. Walaupun tidak berpengaruh nyata, media cenderung berperan dalam menjaga struktur tanah agar tidak hancur oleh pukulan air pada saat pemberian limbah dan membuat air limbahyang melalui kolom tanah lebih jernih (Gambar Lampiran 1) . Tanah yang diberi media mempunyai waktu turun air limbah yang lebih lama dibandingkan tanah yang tidak diberi media pada minggu ke-0 hingga minggu ke-2. Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4 waktu turun air limbah pada tanah yang diberi media lebih cepat dibandingkan tanah yang tidak diberi media. Hal ini diduga pada bagian atas tanah yang tidak menggunakan media terjadi
35
kerusakan struktur tanah oleh pukulan-pukulan air pada saat pemberian limbah sehingga terjadi penyumbatan. Lebih jernihnya limbah setelah melalui tanah yang diberi media (M1 dan M2) dibandingkan dengan tanah tanpa media (M0), karena media dapat berperan dalam menyaring limbah sebelum meresap kedalam tanah.
36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Jenis tanah berpengaruh terhadap pengurangan kadar nitrogen dan fosfat pada limbah setelah melalui kolom tanah yang bersangkutan. 2. Pemberian media filtrasi pada kolom tanah tidak berpengaruh terhadap kualitas limbah yang dilewatkan. 3. Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol menurunkan kadar nitrogen limbahberurut-turut sebesar 63%, 87%, dan 75%. 4. Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol menurunkan kadar fosfat limbah rataratasebesar 99 %.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk aplikasi infiltration trench di lapang. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis tanah, jenis media yang berbeda, dan menggunakan konsentrasi limbah yang lebih tinggi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S. J. dan S. Rochayati. 1987. Peranan bahan organik dalam menaikkan efisiensi penggunaan pupuk dan produktivitas tanah. Prosiding Lokakarya Nasional. Efisiensi Pupuk. Cipayung 16-17 Nov 1987. Alimaksum, N. M. 2010. Evaluasi hantaran hidrolik tanah lubang resapan biopori pada Latosol Coklat Darmaga dan Latosol Merah Jakarta. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Baskoro, D. P. T. dan H. D. Manurung. 2005. Pengaruh metoda pengukuran dan waktu pengayakan basah terhadap nilai indeks stabilitas agregat tanah. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Baver, L. D. 1959. Soil Physics. 3rd. ed. John Wiley and Sons. INC. New York. Champman & Halls. London. Buckman, H. O. and N. C. Brady. 1989. The Nature and Properties of Soil. The Macmilan Company, INC. New York. London. California Stromwater Quality Association. 2003. Infiltration trench. Sacramento, CA(www.stromwatercenter.net) diakses tanggal 26 Januari 2010. Dewan Riset Nasional. 1994. Kebutuhan riset dan koordinasi pengelolaan sumber daya air di Indonesia. DRN Kelompok II, Jakarta. Dudal, R. dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil classification in Indonesia. Cont. Gen. Agr. Res. Sta. No. 148, Bogor. Farni, Y. 2005. Karakteristik fisika dan mekanika tanah pada berbagai jenis tanah. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fitzgerald, J. W., T. C. Strickland, and W. T. Swank. 1982. Metabolic fate of inorganic sulphate in soil samples from undisturbed and managed forest ecosystems. Soil Biology and Biochemistry Journal 14, 529-536. Ginting, S. 1990. Pengaruh lumpur aktif (Activated Sludge) limbah pabrik kertas dan lamanya inkubasi terhadap sifat kimia Latosol (Tropudult orthoksik) Darmaga, pertumbuhan dan serapan hara tanaman kedelai (Glycine max. (L.) Merrill). Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta .1993. Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
38
. 2003. Ilmu tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. . 2007. Ilmu tanah. Akademika Pressindo, Jakarta Hasibuan, Z. 1993. Bahan organik tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di dua macam tanah. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hillel, D. 1971. Soil and Water. Physical Principles and Process. Academic Press, New York. Huda, S. 2010. http://blog.ub.ac.id/assesories/files/2010. (diakses Mei 2011) Kalpage, F. S. C. P. 1974. Tropical soil. The Macmillan Press. LTD. New York. Knox County. 1984. Infiltration trench general application stromwater BMP. Knox County Tennessee Stromwater Management Manual. (www.stromwatercenter.net) diakses tanggal 26 Januari 2010. Lestari, D. P. 2010. http://lestaripujidwi.blogspot.com/2010. (diakses Mei 2011) Lisnawati, Y. D. 1999. Pengaruh aplikasi limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit terhadap sifat permeabilitas dan mobilitas nitrogen pada tanah Sindangbarang. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mutmainah, H. 2006. Mobilisasi fosfor dan kalium melalui gerakan air tak jenuh pada Latosol Darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parfitt, R. L. 1978. Anion adsorption by soils and soil materials. Adv. Agron. 30. Pp. 1-50. Pasaribu, M. 2005. http://rimbaraya.blogspot.com/2005. (diakses Mei 2011). Premono. 1986. Laju erosi dan perubahan sifat fisik tanah selama beberapa musim tanam tanaman semusim dan pemberian bahan organik pada Latosol Darmaga, Bogor. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Prihartono, I. E. Pengaruh lumpur aktif limbah pabrik kertas terhadap sifat kimia Podsolik Merah Kuning Gajrug, serta pertumbuhan dan kandungan hara tanaman jagung (Zea mays. L) varietas pionir. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putra, Y. 2004. http://repository.usu.ac.id/2004. (diakses Mei 2011) Risza, S. 2010. Masa depan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.
39
Safitri, R. 2009. Phytoremediasi greywater dengan tanaman kayu apu (Pistia stratiotes) dan tanaman kiambang (Salvinia molesta) serta pemanfaatannya untuk tanaman selada (Lactuca sativa) secara hidroponik. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sanchez, A. P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 1. ITB, Bandung. Setijawan, E. 1990. Pengaruh kapur dan sampah kota terhadap beberapa sifat kimia tanah, serapan hara N, P, dan K serta pertumbuhan bibit tanaman coklat (Theobroma cacao L.) var. lindak pada Podsolik dari Jasinga. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Schueler, T. 1987. Controlling urban runoff: A Practical Manual for Planning and Designing Urban BMPs. Metropolitan Washington Council of Governments, Washington, DC. Schwab, G.O.,R. K. Prevert, T. W. Edminster and K.K. Barnes. 1981. Soil and Water Soil Conservation Engineering. 3rd ed. John Wiley and Sons Inc, New York. Sinaga, S.O. 2003. Karakteristik tanah regosol dan latosol Darmaga serta dinamika konsentrasi residu herbisida glisofat di dalam tanah. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sinukaban, N. 1986. Dasar-dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Tanah. IPB. Bogor. Sitorus, S. R. P., O. Haridjaja, dan K. R. Brata. 1982. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Dept. Ilmu-ilmu Tanah. IPB. Bogor. Soemarwoto, O. 1997. Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan (Edisi Revisi). Djambatan, Jakarta. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Faperta. IPB, Bogor. Sudharto, T., A. Barus, dan H. Suwardjo. 1989. Pengaruh cara pembukaan lahan terhadap kepadatan tanah haplorthox Kuamang Kuning Jambi. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat, Cisarua, Bogor 22-24 Agustus 1989. Sumono, S. Soepardjo, D. Herudjito, K. Abdullah, dan M. A. Dhalhar. 1981. Pengaruh kedalaman pengolahan tanah terhadap besarnya evaporasi pada tanah podsolik merah kuning p ada suhu dan kelembaban udara tertentu. Jurnal Tanah dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius, Yogyakarta.
40
Syakur, A. 2010. Keragaman tanah pada berbagai satuan lahan di Desa Setu Kecamatan Jasinga Bogor. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tollefson, T. S. 2010. agcal.usask.ca/slsc240. (diakses Mei 2011) Wantini. 1998. Peranan Beberapa Soil Conditioner Terhadap Perbaikan Sifat Fisik Planosol Serang dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays, L.). Var. H6. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Wiranegara, H. 1975. Penggolongan tanah dari tujuh tempat di bagian tengah Jawa Barat menurut sistem taksonomi tanah. Tesis. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
41
LAMPIRAN
42
Tabel lampiran 1. Kecepatan Aliran Limbah dan Volume Air Limbah pada Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol Minggu ke-1 No.
Kode
Waktu (detik)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
TL1 TL2 TL3 TL4 TL5 TL6 TL7 TL8 TL9 TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7 TP8 TP9 TR1 TR2 TR3 TR4 TR5 TR6 TR7 TR8 TR9
19 22 74 335 98 22 22 22 19 23 54 62 44 24 18 31 62 58 110 49 33 80 110 81 132 48 43
Volume No. (ml) 229 234 233 225 233 231 234 238 229 231 229 228 232 226 221 231 234 228 223 234 227 235 240 233 234 226 235
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kode
Waktu (detik)
Volume (ml)
SL1 SL2 SL3 SL4 SL5 SL6 SL7 SL8 SL9 SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8 SR9
25 58 34 57 37 42 44 53 23 100 79 91 50 65 105 107 158 65 44 43 72 120 64 50 103 71 47
210 214 220 211 216 212 221 221 214 181 211 199 205 213 199 210 206 201 195 203 190 201 211 196 209 200 215
Keterangan : TL = Top Soil Latosol, SL = Sub Soil Latosol, TP = Top Soil Podsolik, SP = Sub Soil Podsolik, TR = Top Soil Regosol, SR = (Sub Soil Regosol)
43
Tabel lampiran 2. Kecepatan Aliran Limbah dan Volume Air Limbah pada Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol Minggu ke-2 No.
Kode
Waktu (detik)
Volume (ml)
No.
Kode
Waktu (detik)
Volume (ml)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
TL1 TL2 TL3 TL4 TL5 TL6 TL7 TL8 TL9 TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7 TP8 TP9 TR1 TR2 TR3 TR4 TR5 TR6 TR7 TR8 TR9
47 75 223 530 71 22 31 45 55 62 162 258 114 51 28 109 86 99 354 64 62 54 55 59 63 72 84
228 226 226 211 227 236 232 229 231 223 198 203 219 223 220 224 203 219 212 227 229 226 234 233 229 231 231
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
SL1 SL2 SL3 SL4 SL5 SL6 SL7 SL8 SL9 SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8 SR9
71 82 87 88 78 87 59 76 75 96 107 82 84 77 87 91 98 86 43 55 78 85 60 61 78 64 64
203 199 201 188 211 216 211 209 209 194 194 180 193 198 192 199 176 191 195 205 199 205 219 216 207 209 212
44
Tabel lampiran 3. Kecepatan Aliran Limbah dan Volume Air Limbah pada Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol Minggu ke-3 No.
Kode
Waktu (detik)
Volume (ml)
No.
Kode
Waktu (detik)
Volume (ml)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
TL1 TL2 TL3 TL4 TL5 TL6 TL7 TL8 TL9 TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7 TP8 TP9 TR1 TR2 TR3 TR4 TR5 TR6 TR7 TR8 TR9
150 187 245 575 34 24 39 38 37 79 172 198 184 21 15 106 87 82 323 102 87 60 38 64 58 63 49
239 228 232 216 239 239 246 244 246 242 215 203 199 237 241 231 224 226 220 238 237 238 240 234 239 224 236
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
SL1 SL2 SL3 SL4 SL5 SL6 SL7 SL8 SL9 SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8 SR9
28 51 55 68 45 38 33 40 38 40 69 67 74 80 54 82 64 52 37 31 40 55 62 45 75 51 44
226 219 224 210 230 226 236 233 230 220 208 189 189 215 223 205 185 221 214 224 216 226 226 219 228 211 229
45
Tabel lampiran 4. Kecepatan Aliran Limbah dan Volume Air Limbah pada Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol Minggu ke-4 No
Kode
Waktu (detik)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
TL1 TL2 TL3 TL4 TL5 TL6 TL7 TL8 TL9 TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7 TP8 TP9 TR1 TR2 TR3 TR4 TR5 TR6 TR7 TR8 TR9
295 329 332 454 25 19 50 49 47 133 295 352 328 21 18 209 189 179 434 269 253 48 47 65 86 60 62
Volume No (ml) 239 240 238 238 247 248 246 244 242 243 223 229 219 243 247 228 225 230 238 244 244 241 240 244 244 237 245
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kode
Waktu (detik)
Volume (ml)
SL1 SL2 SL3 SL4 SL5 SL6 SL7 SL8 SL9 SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8 SR9
30 45 47 47 48 44 40 45 38 40 71 45 79 99 69 95 93 51 18 31 77 96 91 68 101 69 42
226 231 229 228 235 236 235 234 235 230 214 225 205 231 229 215 213 219 238 234 229 226 231 229 233 226 236
46
Tabel lampiran 5. Bobot isi Podsolik, Latosol, dan Regosol Kode
TL SL TP SP TR SR
d (cm)
t (cm)
V (cm)
Bobot ring (g)
Bobot ring+tanah (g)
BI (g/cm3)
4.7 4.9 4.8 4.8 4.7 4.8
4.8 5 5.2 5.1 4.9 5.2
83.235 86.703 94.049 92.24 84.969 92.24
96.93 70.77 101.39 84.54 97.87 94.91
210.3 174.88 242.05 216.41 236.34 252.36
0.91 0.85 1.095 1.066 1.265 1.338
Tabel lampiran 6. Distribusi Ukuran Pori Podsolik, Latosol, dan Regosol Kode
TL SL TP SP TR SR
Porositas Total (%)
Persen Pori Drainase Sangat Cepat (%)
Persen Pori Drainase Cepat (%)
Persen Pori Drainase Lambat (%)
65.66 67.92 58,68 59,77 52.26 49.51
8.77 17.55 3.587 5.984 9,26 14,86
11,42 15,04 17.887 4,46 10,39 6,92
18,07 7,58 3,38 13,55 3,35 4,78
Tabel lampiran 7. Kelas Tekstur Podsolik, Latosol, dan Regosol Kode TP SP TL SL TR SR
KA (%)
BKM (g)
% Liat
% Pasir
% Debu
Kelas Tekstur
15.37 13.76 7.03 10.51 5.21 5.36
43.339 43.952 46.716 45.245 47.524 47.456
57.223 63.251 38.102 39.341 7.996 14.329
26.625 23.098 31.929 38.557 79.379 73.028
16.152 13.651 29.969 22.102 12.625 12.643
Liat Liat Lempung Berliat Lempung Berliat Pasir Berlempung Lempung Berpasir
Keterangan : TL = Top Soil Latosol, SL = Sub Soil Latosol, TP = Top Soil Podsolik, SP = Sub Soil Podsolik, TR = Top Soil Regosol, SR = (Sub Soil Regosol)
47
Tabel lampiran 8. Kelas Permeabilitas Podsolik, Latosol, dan Regosol Kode TP SP TL SL TR SR
Krata-rata 5.58 4.01 3.99 3.33 75.88 90.22
Tabel lampiran 9. Kode TP SP TR SR TL SL
Kelas Permeabilitas Sedang Sedang Sedang Sedang Sangat Cepat Sangat Cepat Indeks Stabilitas Agregat Podsolik, Latosol, dan Regosol
Indeks Stabilitas 439 385 66 68 312 360
Kelas Stabilitas Agregat Sangat Stabil Sekali Sangat Stabil Sekali Agak Stabil Stabil Sangat Stabil Sekali Sangat Stabil Sekali
Tabel lampiran 10.Analisis Kimia Air limbah Setelah Melalui Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada Minggu ke-0 No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Limbah L1T0 L2T0 L3T0 L4T0 L5T0 L6T0 L7T0 L8T0 L9T0 P1T0 P2T0 P3T0 P4T0 P5T0
Air Bebas Lumpur N 17.29 5.53 5.96 7.85 5.53 5.30 4.27 8.30 6.92 4.94 1.21 2.21 0.90 0.59 3.53
PO4 SO4 ----------mg/L----------4.27 10.61 0.04 1.68 0.01 0.34 0.00 0.34 0.00 0.34 0.00 0.17 0.00 0.34 0.00 0.51 0.00 0.84 0.01 3.54 0.01 5.01 0.04 2.36 0.01 3.03 0.04 4.71 0.02 2.53
48
Tabel lampiran 10. (Lanjutan) No.
Kode
16
P6T0
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Air Bebas Lumpur N 3.68
PO4 ----------mg/L----------0.00
SO4 0.84
P7T0 P8T0
4.58 4.26
0.00 0.01
1.35 5.22
P9T0 R1T0 R2T0 R3T0 R4T0 R5T0 R6T0 R7T0 R8T0 R9T0
1.71 2.95 1.49 0.92 14.32 10.01 17.74 10.82 9.32 8.91
0.03 0.01 0.08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02
3.37 21.05 21.05 21.72 7.07 7.91 7.58 9.6 10.94 9.43
Tabel lampiran 11. Analisis Kimia Air Limbah SetelahMelalui Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke-2 No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
L1T2 L2T2 L3T2 L4T2 L5T2 L6T2 L7T2 L8T2 L9T2 P1T2 P2T2 P3T2 P4T2 P5T2 P6T2
Air Bebas Lumpur N 7.88 6.59 9.20 8.07 9.70 6.89 5.46 9.19 4.59 1.07 3.13 2.68 0.89 0.93 0.65
PO4 ----------mg/L----------0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.10 0.00 0.01 0.04 0.08 0.03
SO4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.16 0.16 0.00 1.63 4.73 5.05 1.96 1.96 1.47
49
Tabel lampiran 11. (Lanjutan) No.
Kode
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Air Bebas Lumpur N
PO4 ----------mg/L-----------
SO4
P7T2
2.47
0.00
7.98
P8T2 P9T2 R1T2 R2T2 R3T2 R4T2 R5T2 R6T2 R7T2 R8T2 R9T2
0.98 0.93 2.47 1.58 0.84 1.27 0.46 1.80 1.29 1.04 1.07
0.07 0.05 0.02 0.04 0.02 0.10 0.02 0.04 0.01 0.03 0.02
1.30 1.47 24.60 22.98 23.14 24.12 23.95 21.35 25.91 25.58 24.60
Tabel lampiran 12. Analisis Kimia Air Limbah SetelahMelalui Kolom Latosol, Podsolik, dan Regosol pada minggu ke-4 No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
L1T4 L2T4 L3T4 L4T4 L5T4 L6T4 L7T4 L8T4 L9T4 P1T4 P2T4 P3T4 P4T4 P5T4 P6T4 P7T4 P8T4
Air Bebas Lumpur N 5.63 5.97 8.56 7.91 4.67 5.50 4.85 7.10 4.20 1.03 2.06 0.69 0.88 0.91 0.68 3.01 1.07
PO4 ----------mg/L----------0.02 0.05 0.02 0.01 0.00 0.10 0.28 0.15 0.33 0.14 0.06 0.03 0.05 0.07 0.18 0.01 0.10
SO4 3.01 0.00 0.16 0.16 0.16 0.81 7.01 7.66 8.31 1.79 14.34 13.52 12.55 9.29 1.30 8.80 1.30
50
Tabel lampiran 12. (Lanjutan) No.
Kode
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
P9T4 R1T4 R2T4 R3T4 R4T4 R5T4 R6T4 R7T4 R8T4 R9T4
Air Bebas Lumpur N 2.09 4.42 3.81 2.92 2.68 1.75 2.17 3.32 2.15 3.91
PO4 ----------mg/L----------0.01 0.06 0.07 0.11 0.16 0.12 0.09 0.05 0.03 0.02
SO4 12.55 19.88 25.75 24.93 23.46 22.16 21.83 21.83 23.46 26.56
Keterangan : L = Latosol, P = Podsolik, R = Regosol, T0 = Minggu ke-0, T2 = Minggu ke-2, T4 = Minggu ke-4
Tabel Lampiran 13. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Sulfat Air Limbah Minggu ke 0 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
740,482(a)
8
92,560
4,772
,003
Intercept
865,527
1
865,527
44,626
,000
Tanah
735,654
2
367,827
18,965
,000
Media
,098
2
,049
,003
,997
4,730
4
1,183
,061
,993
Galat
349,112
18
19,395
Total
1955,121
27
Tanah * Media
Total Koreksi
1089,594 26 a R Squared = ,680 (Adjusted R Squared = ,537)
Tabel Lampiran 14. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Sulfat Air Limbah Minggu ke 2 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
3080,609(a)
8
385,076
135,302
,000
66,490
1
66,490
23,362
,000
Tanah
3072,546
2
1536,273
539,790
,000
Media
4,868
2
2,434
,855
,442
Tanah * Media
3,195
4
,799
,281
,887
Galat
51,229
18
2,846
Total
3198,328
27
Intercept
Total Koreksi
3131,838 26 a R Squared = ,984 (Adjusted R Squared = ,976)
51
Tabel Lampiran 15. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Sulfat Air Limbah Minggu ke 4 Sumber Model Koreksi Intercept
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
2005,787(a)
8
250,723
F
Sig.
12,330
,000
25,249
1
25,249
1,242
,280
Tanah
1989,762
2
994,881
48,927
,000
Media
7,323
2
3,661
,180
,837
Tanah * Media
8,703
4
2,176
,107
,979
Galat
366,008
18
20,334
Total
2397,045
27
Total Koreksi
2371,796
26
a R Squared = ,846 (Adjusted R Squared = ,777)
Tabel Lampiran 16. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Nitrogen Air Limbah Minggu ke 0 Sumber Model Koreksi Intercept Tanah Media
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
177,566(a)
8
22,196
1,410
,258
3630,337
1
3630,337
230,626
,000
162,732
2
81,366
5,169
,107
1,314
2
,657
,042
,959
13,519
4
3,380
,215
,927
Galat
283,342
18
15,741
Total
4091,244
27
460,908
26
Tanah * Media
Total Koreksi
a R Squared = ,385 (Adjusted R Squared = ,112)
Tabel Lampiran 17. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Nitrogen Air Limbah Minggu ke 2 Sumber Model Koreksi Intercept
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
227,842(a)
8
28,480
17,336
,000
5172,562
1
5172,562
3148,554
,000
Tanah
222,609
2
111,305
67,752
,000
Media
1,366
2
,683
,416
,666
Tanah * Media
3,866
4
,967
,588
,675
Galat
29,571
18
1,643
Total
5429,974
27
Total Koreksi
257,413 26 a R Squared = ,885 (Adjusted R Squared = ,834)
52
Tabel Lampiran 18. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Nitrogen Air Limbah Minggu ke 4 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
101,729(a)
8
12,716
8,221
,000
Intercept
329,771
1
329,771
213,202
,000
Tanah
100,399
2
50,200
32,455
,000
Media
,900
2
,450
,291
,751
Tanah * Media
,430
4
,107
,069
,990
Galat
27,842
18
1,547
Total
459,342
27
Total Koreksi
129,571
26
a R Squared = ,785 (Adjusted R Squared = ,690)
Tabel Lampiran 19. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Fosfat Air Limbah Minggu ke 0 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat 8
,000
Sig.
489,474
1
489,474
Tanah
,001
2
,000
,553 1159280, 842 ,658
Media
,000
2
,000
,553
,585
Tanah * Media
,001
4
,000
,500
,736
Galat
,008
18
,000
Total
489,484
27
Intercept
,002(a)
F
,802 ,000 ,530
Total Koreksi
,009 26 a R Squared = ,197 (Adjusted R Squared = -,160)
Tabel Lampiran 20. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Fosfat Air Limbah Minggu ke 2 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
,010(a)
8
,001
486,413
1
486,413
Tanah
,008
2
Media
,000
2
Tanah * Media
,001
Galat
,015
Total
486,438
27
,025
26
Intercept
Total Koreksi
a R Squared = ,389 (Adjusted R Squared = ,118)
F
Sig. ,249
,004
1,434 581113,2 74 5,031
,000
,279
,760
4
,000
,212
,928
18
,001
,000 ,018
53
Tabel Lampiran 21. Hasil Analisis Sidik Ragam Perubahan Kadar Fosfat Air Limbah Minggu ke 4 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat 8
,002
Sig.
472,675
1
472,675
Tanah
,006
2
,003
,252 55512,05 3 ,353
Media
,003
2
,002
,188
,830
Tanah * Media
,008
4
,002
,234
,916
Galat
,153
18
,009
Total
472,845
27
Intercept
,017(a)
F
,974 ,000 ,707
Total Koreksi
,170 26 a R Squared = ,101 (Adjusted R Squared = -,299)
Tabel Lampiran 22. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 1 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
24990,000(a)
8
3123,750
,711
,679
106408,333
1
106408,333
24,218
,000
Tanah
6109,556
2
3054,778
,695
,512
Media
9240,222
2
4620,111
1,052
,370
Tanah * Media
9640,222
4
2410,056
,549
,702
Galat
79086,667
18
4393,704
Total
210485,000
27
Total Koreksi
104076,667
26
Intercept
a R Squared = ,240 (Adjusted R Squared = -,098)
Tabel Lampiran 23. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 1 Sumber Model Koreksi Intercept Tanah Media
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
13894,519(a)
8
1736,815
2,461
,054
120935,148
1
120935,148
171,332
,000
11123,185
2
5561,593
7,879
,003
923,185
2
461,593
,654
,532
1848,148
4
462,037
,655
,631
Galat
12705,333
18
705,852
Total
147535,000
27
Tanah * Media
Total Koreksi
26599,852 26 a R Squared = ,522 (Adjusted R Squared = ,310)
54
Tabel Lampiran 24. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 2 Sumber Model Koreksi Intercept
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
52735,630(a)
8
6591,954
,425
,891
319045,370
1
319045,370
20,568
,000
Tanah
3004,741
2
1502,370
,097
,908
Media
27216,519
2
13608,259
,877
,433
Tanah * Media
22514,370
4
5628,593
,363
,832
Galat
279216,000
18
15512,000
Total
650997,000
27
Total Koreksi
331951,630
26
a R Squared = ,159 (Adjusted R Squared = -,215)
Tabel Lampiran 25. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 2 Sumber
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
Model Koreksi
3121,185(a)
8
390,148
3,030
,024
Intercept
163177,815
1
163177,815
1267,127
,000
Tanah
2690,741
2
1345,370
10,447
,001
Media
9,185
2
4,593
,036
,965
421,259
4
105,315
,818
,530
Galat
2318,000
18
128,778
Total
168617,000
27
5439,185
26
Tanah * Media
Total Koreksi
a R Squared = ,574 (Adjusted R Squared = ,384)
Tabel Lampiran 26. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 3 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
80722,667(a)
8
10090,333
,627
,745
359840,333
1
359840,333
22,344
,000
Tanah
14572,222
2
7286,111
,452
,643
Media
47897,556
2
23948,778
1,487
,253
Tanah * Media
18252,889
4
4563,222
,283
,885
Galat
289878,000
18
16104,333
Total
730441,000
27
Total Koreksi
370600,667
26
Intercept
a R Squared = ,218 (Adjusted R Squared = -,130)
55
Tabel Lampiran 27. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 3 Sumber Model Koreksi Intercept
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
2621,407(a)
8
327,676
1,596
,195
74471,259
1
74471,259
362,750
,000
Tanah
2099,852
2
1049,926
5,114
,017
Media
262,296
2
131,148
,639
,539
Tanah * Media
259,259
4
64,815
,316
,864
Galat
3695,333
18
205,296
Total
80788,000
27
6316,741
26
Total Koreksi
a R Squared = ,415 (Adjusted R Squared = ,155)
Tabel Lampiran 28. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 4 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
57502,074(a)
8
7187,759
,282
,963
800144,593
1
800144,593
31,394
,000
Tanah
9316,741
2
4658,370
,183
,834
Media
39739,185
2
19869,593
,780
,473
8446,148
4
2111,537
,083
,987
Galat
458769,333
18
25487,185
Total
1316416,000
27
516271,407
26
Intercept
Tanah * Media
Total Koreksi
a R Squared = ,111 (Adjusted R Squared = -,284)
Tabel Lampiran 29. Hasil Analisis Sidik Ragam Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 4 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
5999,630(a)
8
749,954
1,440
,247
97080,037
1
97080,037
186,347
,000
Tanah
4172,074
2
2086,037
4,004
,306
Media
691,185
2
345,593
,663
,527
1136,370
4
284,093
,545
,705
Galat
9377,333
18
520,963
Total
112457,000
27
15376,963
26
Intercept
Tanah * Media
Total Koreksi
a R Squared = ,390 (Adjusted R Squared = ,119)
56
Tabel Lampiran 30. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 2 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
1346700,000
1
1346700,000
Tanah
1016,000
2
508,000
Media
56,000
2
28,000
,482
,626
465,333
4
116,333
2,001
,138
Galat
1046,667
18
58,148
Total
1349284,000
27
Tanah * Media
8
192,167
Sig.
3,305 23159,80 9 8,736
Intercept
1537,333(a)
F
,017 ,000 ,202
Total Koreksi
2584,000 26 a R Squared = ,595 (Adjusted R Squared = ,415)
Tabel Lampiran 31. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 2 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
1092435,593
1
1092435,593
Tanah
1474,074
2
737,037
Media
40,074
2
20,037
,301
,743
282,593
4
70,648
1,063
,403
Galat
1196,667
18
66,481
Total
1095429,000
27
Tanah * Media
8
224,593
Sig.
3,378 16432,17 9 11,086
Intercept
1796,741(a)
F
,015 ,000 ,001
Total Koreksi
2993,407 26 a R Squared = ,600 (Adjusted R Squared = ,423)
Tabel Lampiran 32. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 3 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
829,185(a)
8
103,648
,605
,762
1448148,481
1
1448148,481
8448,576
,000
Tanah
762,741
2
381,370
2,225
,137
Media
35,630
2
17,815
,104
,902
Tanah * Media
30,815
4
7,704
,045
,996
Galat
3085,333
18
171,407
Total
1452063,000
27
3914,519
26
Intercept
Total Koreksi
a R Squared = ,212 (Adjusted R Squared = -,138)
57
Tabel Lampiran 33. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 3 Sumber Model Koreksi Intercept
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
F
Sig.
2094,741(a)
8
261,843
1,876
,128
1281404,593
1
1281404,593
9179,603
,000
Tanah
1954,296
2
977,148
7,000
,609
Media
44,963
2
22,481
,161
,852
Tanah * Media
95,481
4
23,870
,171
,950
Galat
2512,667
18
139,593
Total
1286012,000
27
4607,407
26
Total Koreksi
a R Squared = ,455 (Adjusted R Squared = ,212)
Tabel Lampiran 34. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Top Soil Minggu ke 4 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
727,185(a)
8
90,898
1538922,815
1
1538922,815
Tanah
635,185
2
Media
58,741
2
Intercept
Tanah * Media
F
Sig. ,138
317,593
1,822 30847,00 5 6,366
29,370
,589
,565
,167
,953
33,259
4
8,315
Galat
898,000
18
49,889
Total
1540548,000
27
,000 ,738
Total Koreksi
1625,185 26 a R Squared = ,447 (Adjusted R Squared = ,202)
Tabel Lampiran 35. Hasil Analisis Sidik Ragam Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Sub Soil Minggu ke 4 Sumber Model Koreksi
Tipe III Jumlah Kuadrat
df
Rataan Kuadrat
1401744,593
1
1401744,593
Tanah
811,630
2
405,815
Media
53,852
2
26,926
,612
,553
Tanah * Media
69,926
4
17,481
,397
,808
Galat
792,000
18
44,000
Total
1403472,000
27
Total Koreksi
8
116,926
Sig.
2,657 31857,83 2 9,223
Intercept
935,407(a)
F
1727,407 26 a R Squared = ,542 (Adjusted R Squared = ,338)
,041 ,000 ,002
58
Tabel Lampiran 36. Hasil Analisis Beda Nyata Jujur pada Waktu Turun Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah Waktu Turun Air Limbah Perlakuan
M1
M2
M3
M4
Top Soil
Sub Soil
Top Soil
Sub Soil
Top Soil
Sub Soil
Top Soil
Sub Soil
Latosol
70,33
41,44Aa*
122,11
78,11Aa*
147,67
44,00Aa*
177,78
42,67
Podsolik
41,78
91,11Ab
107,67
89,78Ab
104,89
64,67Ab
191,56
71,33
Regosol
76,22
68,22Aa
96,33
65,33Aa
93,78
48,89Aa
147,11
65,89
BNJ 5%
-
47,86
-
20,44
-
25,8
-
-
BNJ 1% 65,5 27,97 35,31 *)Angka yang diikuti dengan huruf besar dan kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% dan 5%. (M = Minggu ke, BNJ = Beda Nyata Jujur)
Tabel Lampiran 37. Hasil Analisis Beda Nyata Jujur pada Volume Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah Volume Air Limbah Perlakuan
M2
M3
M4
Top Soil
Sub Soil
Top Soil
Sub Soil
Top Soil
Sub Soil
Latosol
227,33
205,22Aa*
236,56
226,00
242,44
232,11Ab*
Podsolik
214,67
190,78Aa
224,22
206,11
231,89
220,11Aa
Regosol
228,00
207,44Ab
234,00
221,44
241,89
231,33Aa
BNJ 5%
-
14,69
-
-
-
11,95
BNJ 1% 20,11 16,35 *)Angka yang diikuti dengan huruf besar dan kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% dan 5%. (M = Minggu ke, BNJ = Beda Nyata Jujur)
A
D
B
E
C
F
Gambar Lampiran 1. Peranan Media pada Air Limbah Setelah Melalui Kolom Tanah. (Keterangan : A = Kolom tanah yang tidak menggunakan media,B dan C = Kolom tanah yang menggunakan media A dan media B, D = Limbah sebelum melalui kolom tanah, E = Limbah setelah melalui kolom top soil, F = Limbah setelah melalui kolom sub soil).