BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2013 KELOMPOK ORANG MUDA KATOLIK (OMK)
KELUARGA BERSEKUTU DALAM SABDA Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Timika
“Oleh karena berkat-Mu, keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya” (2Sam. 7:29).
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
DAFTAR ISI Prakata ................................................................................................ 3 Pertemuan 1 Keluarga yang Beriman: Keluarga Abraham & Sara (Kej. 12:1-6) .......................................... 5 Pertemuan 2 Keluarga yang Berakar pada Sabda Allah: Keluarga Zakharia & Elisabet (Luk. 1:57-66) ................................ 13 Pertemuan 3 Keluarga yang Bersekutu: Keluarga Kudus Nazaret (Luk. 2:41-52) ........................................ 22 Pertemuan 4 Keluarga sebagai Sarana Menuju Kesucian (Ef. 5:21-6:4) ..................................................... 29
2 Layout Buku: Jerr Desain Cover Buku dan Banner: AR Gambar Cover dan Banner: Herman Sriwijaya
PRAKATA Orang Muda Katolik yang terkasih, selamat datang kembali dalam pondok permenungan Kitab Suci, khususnya dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2013. Sudahkah ada kerinduan dalam hatimu akan firman Allah? Sudahkah pikiran, hati, dan hidupmu ditaburi firman-Nya? Sungguh, bulan ini istimewa sekali! Seluruh umat Katolik dari berbagai usia – orangtua, kaum muda, remaja, dan anak-anak – mendalami Kitab Suci lewat berbagai cara, berdasarkan panduan yang sudah disiapkan maupun dengan kreativitas masingmasing. Mungkin ada sebagian Orang Muda Katolik (OMK) yang sudah rindu banget pada bulan ini, namun ada juga lho, OMK yang masih bengong-bengong saja alias tidak ada “greget” untuk memahami, merenungkan, dan mencintai firman Allah. Terlepas dari semua itu, dalam bulan ini, firman Allah sungguh menjadi fokus umat beriman. So gimana, kalian yang mengaku diri kaum muda yang sehat dan kuat, cantik dan ganteng, pintar dan terpelajar, “preman” dan “jagoan”, cerdas dan kreatif? Yakin deh, tanpa firman Allah, dijamin hidupmu akan hampa dan galau melulu. Sebagai OMK kita harus punya pegangan dan pedoman hidup, dan itu hanya dapat kita temukan dalam firman-Nya. Kita adalah orang muda yang mempunyai potensi besar dan semangat besar. Kita harus siap mengemban misi pewartaan dalam dunia yang semakin maju, di mana nilai-nilai iman yang ada dalam kehidupan berkeluarga kadang menjadi sesuatu yang mudah dipertaruhkan. Keluarga Bersekutu dalam Sabda. Itulah tema BKSN tahun ini. Dari tema ini, OMK sebagai bagian dari keluarga dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam terbentuknya keluarga kristiani yang sejati. Hal ini mengandaikan bahwa sejak usia dini sampai dewasa, dalam keluarga-keluarga kristiani sudah ditanamkan tradisi untuk membaca dan merenungkan firman Allah. Dengan demikian, orang muda merupakan aktor dalam terbentuknya keluarga kristiani yang sungguh menempatkan firman Allah dalam penziarahan hidup bersama keluarga. Firman Allah sungguh akan menjadi jiwa kaum muda kalau diri kita mempunyai kerinduan akan suara Tuhan, dan kalau firman
3
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Prakata
PERTEMUAN 1
tersebut menjadi suatu “rambu-rambu” yang bisa menjadi patokan yang terus-menerus “membakar” semangat kita dalam menghayati hidup di tengah keluarga, jemaat, dan masyarakat. Orang muda sebagai makhluk pembelajar mesti terus belajar dan menimba inspirasi dari Kitab Suci, khususnya para tokoh yang akan kita bahas dalam pertemuan-pertemuan ini. Jangan malu apalagi bosan dengan para tokoh suci dalam Kitab Suci, karena dari merekalah kita menimba spiritualitas dan kebijaksanaan untuk menjadi OMK yang berkualitas, ulet, tahan banting, dan mempunyai daya juang yang luar biasa dalam hidup dan beriman. Oleh karena itu, kita akan berkenalan dengan para tokoh Alkitab, yakni keluarga Abraham-Sara, keluarga Zakharia-Elisabet, dan Keluarga Kudus Nazaret. Wuih, kok kayaknya berat amat ya? Eit, sabar dulu! Sebagai orang muda, pantang deh bilang berat sebelum menjalaninya. So, gimana? Langsung aja ke pertemuan pertama! Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Timika
4
KELUARGA YANG BERIMAN: KELUARGA ABRAHAM & SARA (KEJ. 12:1-6) GAGASAN POKOK Kata iman diambil dari kata Ibrani aman yang berarti percaya. Namun, makna dasarnya sebenarnya “mengokohkan” atau “mendukung”, mengacu pada suatu perbuatan memukul patok utama dengan palu untuk mendirikan sebuah tenda. Patok utama sangat penting karena sangat menentukan tegak atau robohnya tenda itu. Dalam arti ini, beriman tiada lain menancapkan patok utama sebuah tenda, yakni hidup kita, di batu karang yang kuat, yang bagi kita orang kristiani tiada lain adalah Kristus. Beriman berarti menerima Allah sebagai tempat pertama dalam hidup kita, mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya, bersandar pada-Nya, dan mengakui-Nya sebagai penopang, tonggak di mana kita membangun hidup kita. Iman diawali oleh kemampuan mendengarkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Keberangkatan Abraham dari Haran dapat saja merupakan suatu keharusan baginya karena tuntutan hidup, seperti yang dialami oleh Terah, ayahnya, yang harus meninggalkan Ur Kasdim. Namun, di mata Abraham, keberangkatan ini adalah jawabannya atas perintah Tuhan. “Jawaban” itulah ungkapan imannya. Perjalanan sejarah hidupnya kemudian menunjukkan bagaimana dia bergumul dalam wilayah yang tidak jelas itu. Tidak jarang keraguan menyelimuti hati dan pikirannya, sampai ia melakukan tindakan bodoh karena meragukan kemahakuasaan Tuhan dan kesetiaan Tuhan pada janji-Nya. Misalnya, ia menyebut Sarai sebagai saudaranya, bukan istrinya (Kej. 12:10-20; 20:1-2) dan mengawini Hagar, hambanya (Kej. 16:1-6). Namun, berkat penyertaan Tuhan, dia berhasil taat sampai akhir. Bagaimana kita sebagai orang muda bergulat, jatuh bangun dalam iman kita? Rupanya, meski kita sudah beriman, kita perlu memiliki kerendahan hati untuk mengakui bahwa
5
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 1
6
iman kita masih terlalu kecil. Seperti ayah seorang yang bisu dalam Injil, kita pun patut berkata, “Aku percaya, tolonglah aku yang tidak percaya ini” (Mrk. 9:24). Perbedaan antara orang beriman dan tidak beriman kadangkala sangat tipis. Ketika orang tidak beriman lulus ujian, ia berkata, “ Saya lulus karena saya rajin belajar.” Tetapi, orang beriman mengatakan, “Semua itu adalah anugerah Tuhan.” Dia pun lalu bersyukur kepada Tuhan dan tidak menyombongkan dirinya. Apakah saya, sebagai orang muda, melihat peristiwa hidup sehari-hari semata-mata sebagai yang alami ataukah ada campur tangan Allah dalam hidup saya? Iman merupakan jawaban atas firman atau panggilan Tuhan. Inisiatifnya selalu dari Tuhan. Asal-usul Abraham menunjukkan kepada kita bahwa panggilan dari Tuhan tidak menuntut prasyarat tertentu, entah itu latar belakang yang baik, kekayaan, iman, ataupun kesalehan yang istimewa. Abaraham hidup dalam lingkungan kafir. Dia tidak mengenal hukum Tuhan dan oleh karenanya ia tidak pernah menunjukkan secara eksplisit kesetiaannya kepada perintah Tuhan. Namun, Tuhan memanggil dia. Dengan kata lain, panggilan dan berkat Tuhan diberikan menurut kehendak bebas Tuhan. Panggilan itu benar-benar rahmat yang diberikan secara cuma-cuma. Jika Tuhan menghendaki, orang setua Abraham pun (75 tahun) bisa menapaki perjalanan yang dikehendaki-Nya, apalagi kita kaum muda yang masih mempunyai banyak waktu dan kesempatan di dunia ini. Menjawab panggilan Tuhan dalam iman berarti berani meninggalkan zona aman dalam hidup kita, seperti Abraham yang meninggalkan negeri kelahiran dan sanak saudara yang memberikan rasa aman kepadanya. Meninggalkan zona aman berarti juga siap memasuki zona gelap, wilayah yang tidak jelas, seperti Abraham yang siap pergi ke tempat “yang akan ditunjukkan” (yang berarti belum ditunjukkan). Abraham belum tahu atau tidak tahu persis ke mana ia harus pergi. Namun, karena imannya, juga karena percaya sepenuhnya kepada Tuhan, Abraham siap berjalan dalam kegelapan, dalam ketidakjelasan. Kej. 15:6 mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Keluarga yang Beriman: Keluarga Abraham & Sara (Kej. 12:1-6)
LAGU PEMBUKA Carilah lagu yang sesuai dengan tema. TANDA SALIB DAN SALAM P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. U : Amin. P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu. U : Dan sertamu juga. PENGANTAR Orang Muda Katolik yang terkasih dalam Kristus, pada pertemuan pertama dalam bulan Kitab Suci ini, kita diajak untuk mendalami kehidupan iman Abraham bersama keluarganya. Sejak remaja, kita telah mengenal Abraham sebagai bapa kaum beriman (Rm. 4:16), tentu karena ia telah menunjukkan penghayatan hidupnya sebagai orang beriman (Gal. 3:9). Penghayatan iman tokoh ini dalam mengikuti jalan Tuhan begitu luar biasa. Betapa tidak, sejak menjawab panggilan Tuhan, ia dan keluarganya melewati berbagai ujian iman, khususnya dalam kehidupan berkeluarga dan kelompoknya. Iman itu pertamatama ditunjukkan dengan kesiapsediaannya melaksanakan perintah Tuhan untuk meninggalkan negeri dan kerabatnya (Kej. 12:1-6). Namun demikian, ia tetap teguh dan setia di jalan Tuhan yang telah menjanjikan keselamatan dan berkat yang melimpah kepadanya dan seluruh keluarganya. Sebagai orang muda, pelajaran apa yang bisa kita petik dari kisah panggilan Abraham? PENDARASAN MAZMUR (MZM. 18) Antifon dibacakan pemimpin satu kali kemudian diulangi bersama umat. Antifon: Sabda Tuhan menyenangkan hati dan menerangi mata. Sabda Tuhan sempurna,* menyegarkan jiwa.
7
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 1
Peraturan Tuhan teguh,* membuat arif orang bersahaja. Titah Tuhan tepat,* menyenangkan hati. Perintah Tuhan jelas,* menerangi mata. Hikmat Tuhan baik,* tetap selamanya. Keputusan Tuhan benar,* adil selalu. Lebih indah daripada emas murni,* lebih manis daripada madu lebah. Aku memperhatikan hukum-Mu,* maka besarlah ganjaranku. Siapa sadar akan pelanggarannya?* ampunilah dosa yang tak kusadari. Lindungilah hamba-Mu terhadap keangkuhan,* jangan aku dikuasi oleh-Nya. Maka hidupku suci,* bebas dari pelanggaran besar. Semoga Engkau berkenan akan ucapan mulutku+ dan akan renungan hatiku di hadapanMu,* ya Tuhan, padas dan penebusku. Kembali ke antifon (dibaca bersama). DOA PEMBUKA P : Marilah kita berdoa.
8
Allah Bapa yang penuh kasih, kami mengucap syukur atas karunia-karunia yang telah Engkau limpahkan kepada kami. Pada kesempatan ini, secara istimewa Engkau telah memanggil kami dan mengumpulkan kami di tempat ini dalam satu iman akan Tuhan kami Yesus Kristus. Pandanglah dan tiliklah kami, ya Bapa, dengan kasih pengampunan-Mu yang memberdayakan umat-Mu. Dengan rendah
Keluarga yang Beriman: Keluarga Abraham & Sara (Kej. 12:1-6)
hati dan sujud hormat, kami mohon, bukalah telinga, pikiran, dan hati kami untuk setiap firman-Mu yang akan kami baca dan renungkan. Doa ini kami panjatkan dengan perantaraan Yesus Kristus yang hidup dan meraja bersama Engkau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. U : Amin. MENDALAMI FIRMAN TUHAN Firman Tuhan dibaca sekali oleh lektor lalu diulangi oleh umat secara bersama-sama. a. Membaca Firman Tuhan (Kej. 12:1-6) P : Pembacaan dari kitab Kejadian. Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang 2 Keluarga yang akan Kutunjukkan kepadamu; AkuBeriman: akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kej. 12:1-6) 4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. 5 Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. 6 Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. 1
P: Demikianlah sabda Tuhan. U: Syukur kepada Allah.
9
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 1
b. Lagu Pengantar Refleksi Carilah lagu yang sesuai dengan tema. c. 1. 2. 3.
10
Pertanyaan Refleksi Dari sudut pandang orang muda, tentu saja iman itu penting banget, apalagi bagi Abraham. Nah, apa makna dan wujud iman dalam kacamata Abraham? (Jawabannya lihat Gagasan Pokok alinea satu dan dua) Menjawab panggilan Tuhan dalam iman berarti berani meninggalkan zona aman dalam hidup kita seperti Abraham. Wuih, dalem banget ya? Apa saja zona aman yang ditinggalkan Abraham? Mungkin nggak ya kita sebagai OMK meninggalkan zona-zona aman ini? Kalau boleh tahu, apaan tuh zona-zona aman yang dialami oleh kaum muda pada umumnya? Abraham menghayati imannya dalam keluarga khususnya bersama Sara, juga Lot, anak saudaranya. Mengapa harus dalam keluarga? Bukankah model yang demikian itu sering dianggap kuno banget, bahkan kuper atau kurang pergaulan? Benarkah demikian?
RENUNGAN Dalam suatu kesempatan, ada seorang artis terkenal dalam bidang pertunjukan yang diminta untuk mendeklamasikan sebuah mazmur di depan para peserta pertemuan. Karena didesak oleh para tamu undangan, ia akhirnya tampil dengan satu syarat, setelah dia, ada keluarga yang tampil ke depan untuk mengidungkan mazmur tersebut. Pada awalnya ada satu keluarga sederhana yang ditunjuk oleh panitia, namun mereka tidak mau, dengan alasan mereka ini keluarga yang sederhana dan miskin. “Kan ada yang lain yang lebih bagus, kaya, pintar, dan menghibur. Mengapa keluarga saya?” Namun panitia tetap menunjuk keluarga sederhana ini untuk tampil. Pertunjukan akhirnya dimulai. Sang artis tampil dengan memukau. Suaranya yang bagus terasa mengobati kerinduan telinga para pendengarnya yang selama ini menantikan saat-saat seperti ini. Alhasil, sang artis sungguh dapat menghibur dengan kepiawaiannya.
Keluarga yang Beriman: Keluarga Abraham & Sara (Kej. 12:1-6)
Kemudian giliran keluarga sederhana tadi. Dengan sedikit ragu, bapak dan ibu serta seorang anaknya tampil ke depan. Mereka memberi hormat kepada penonton, lalu duduk dengan tenang dan mulai mendaraskan mazmur tersebut secara bergantian. Suasana tenang, angin berhembus seolah menembus sungsum. Diakhir pendarasan, banyak orang menangis. Lalu sang artis maju lagi sebelum keluarga sederhana itu turun dari mimbar. Ia menyalami bapak, ibu, dan seorang anaknya itu, dan dengan lantang berseru, “Saudara-saudari, saya sudah mendaraskan mazmur dan mazmur tadi sudah sampai ke telinga anda semua dengan baik. Tetapi keluarga ini membawakan mazmur sampai ke hati anda!” Kita semua ingin disebut keturunan Abraham yang akan mewarisi berkat Abraham. Menurut Paulus, unsur yang paling menentukan untuk menjadi keturunan Abraham bukanlah hubungan darah, melainkan iman yang diungkapkan dalam perbuatan dan kesetiaan. Mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham, “Olehmu segala bangsa akan diberkati.” Jadi, mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham (lih. Gal. 3:7-9; bdk. Kej. 15:6). Semoga iman Abraham dan keluarganya mewarnai kehidupan keluarga kita, sehingga kita semua pantas disebut anak-anak Abraham. DOA PERMOHONAN P: Rekan-rekan yang terkasih, marilah dengan rendah hati kita panjatkan doa-doa permohonan kepada Allah, yang telah mengaruniakan rahmat iman kepada umat-Nya, khususnya kepada keluarga-keluarga kita, yang telah menumbuhkembang- kan iman kepercayaan dalam diri kita, putra-putrinya.
Umat dipersilakan menyampaikan doa spontan.
11
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 1
P: Demikianlah ya Bapa, doa-doa yang muncul dari hati kami yang paling dalam, semoga Engkau berkenan mendengarkan dan mengabulkannya. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. DOA BAPA KAMI Doa Bapa Kami sebaiknya dinyanyikan bersama-sama. DOA PENUTUP P: Marilah kita berdoa. Allah Bapa kami yang penuh cinta kasih, kami bersyukur atas semua penyertaan dan pendampingan yang telah Engkau limpahkan kepada kami selama pertemuan ini. Melalui sabda-Mu, Engkau mengundang kami untuk menjadi keluarga beriman seperti keluarga Abraham dan Sara. Semoga semua ini memompa semangat kami sebagai orang muda untuk terus terlibat aktif dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Semoga semua ini semakin menjadikan kami alat-alat-Mu di dunia ini. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. LAGU PENUTUP Carilah lagu yang sesuai dengan tema.
12
PERTEMUAN 2 KELUARGA YANG BERAKAR PADA SABDA ALLAH: KELUARGA ZAKHARIA & ELISABET (LUK. 1:57-66) GAGASAN POKOK Sabda Tuhan menunjukkan kepada kita betapa pentingnya kehadiran seorang anak dalam keluarga. Apakah dalam tradisi kita anak benar-benar didambakan dan dihargai sebagai anugerah istimewa dari Tuhan? Bagaimana pandangan kita melihat pasangan yang tidak mau mempunyai anak? Bagaimana sikap kita terhadap aborsi, terhadap kasus bayi yang dibuang begitu saja oleh orang yang melahirkannya? Bagaimana sikap kita terhadap orang mandul? Bila sudah berkeluarga, apa yang kita lakukan jika tak kunjung dikarunia anak? Bila sudah begitu lama menantikan anak, masih beranikah kita berharap dan percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan? Sunat dalam Perjanjian Lama pertama-tama merupakan tanda lahiriah perjanjian Israel dengan Allah. Namun, sunat tidak boleh terbatas sebagai tanda lahiriah, melainkan juga tanda rohani. Sunat berkaitan erat dengan ketaatan, menjadi tanda jawaban manusia atas kasih karunia Allah yang memilih dan menandai umat milik-Nya. Jawaban itu berupa penyerahan diri kepada Allah dan kesetiaan dalam menaati hukum-Nya. “Hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” Darah yang tumpah dalam sunat menunjukkan tuntutan mahal yang harus dibayar oleh manusia yang hidup dalam perjanjian dengan Tuhan. Perjanjian Lama sebenarnya sudah menekankan pentingnya sunat rohani, “Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk” (Ul. 10:16; lih. juga Ul. 30:6). Yeremia mengajak orang Yehuda bertobat dengan berkata, “Sunatlah dirimu bagi TUHAN dan jauhkanlah kulit khatan hatimu” (Yer. 4:4). Perjanjian Baru lebih tegas lagi dalam menandaskan pentingnya sunat rohani, terutama ketika hukum sunat hendak dijadikan syarat
13
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 2
14
untuk keselamatan. Paulus dengan keras menentang hal itu. “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting adalah menaati hukum-hukum Allah” (1Kor. 7:19; lih. juga Gal. 5:6). Keselamatan diperoleh bukan karena sunat, melainkan karena Kristus, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor. 5:17). Sunat dalam Perjanjian Baru bukan lagi sunat lahiriah, melainkan sunat dalam Kristus, yaitu putus hubungan dengan dosa (Kol. 2:11). Sunat yang sejati adalah sunat “di dalam hati, secara rohani, bukan secara harfiah” (Rm. 2:29). Hati dalam arti tertentu merupakan tempat benih bertumbuh, baik benih kasih maupun benih kejahatan. Pembungkus yang menodai hati kita harus dibuang agar kita terbuka dan bebas dari perbuatan-perbuatan daging, seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, dan sebagainya (Gal. 5:19-21). Sunat baru yang menandai kita masuk menjadi umat perjanjian ialah sakramen baptis. Dengan baptis, kita dibersihkan dari dosa-dosa kita oleh Kristus dan mulai menjalani hidup baru yang dipimpin oleh Roh. Ketaatan pada firman mendatangkan berkat. Belajar dari pengalaman, Zakharia dan Elisabet berusaha sebisa mungkin menaati firman Tuhan. Mereka menyunatkan anaknya pada hari kedelapan dan menamainya Yohanes. Dalam memberi nama ini, mereka lebih memilih taat kepada firman Tuhan daripada tradisi yang berlaku. Mereka pun menjadi orang yang terberkati dan Allah menyertai anak mereka. Betapa banyak tradisi dan peraturan-peraturan duniawi yang sepertinya kurang sesuai bahkan bertentangan dengan firman Tuhan. Bagaimana kita menyikapinya? Nama menunjukkan identitas diri. Nama merupakan pembeda identitas dan menggambarkan siapa saya, apa yang Tuhan dan orang lain harapkan dari saya. Betapa sering kita memilih nama secara sembarangan atau menyebut nama orang lain secara tidak benar. Nama atau sebutan yang diberikan kepada kita menunjukkan dan menggambarkan identitas kita. Sebuah pepatah Cina berbunyi, “Awal kebijaksanaan adalah memanggil sesuatu dengan namanya yang benar.” Apakah kita menghargai nama? Ataukah kita menganggapnya sebagai hal yang sepele saja?
Keluarga yang Berakar pada Sabda Allah: Keluarga Zakharia & Elisabet (Luk. 1:57-66)
LAGU PEMBUKA Carilah lagu yang sesuai dengan tema. TANDA SALIB DAN SALAM P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. U : Amin. P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu. U : Dan sertamu juga. PENGANTAR Rekan-rekan yang terkasih dalam Kristus, sudahkah kita hidup berdasarkan firman Tuhan? Kalau sudah, itu patut kita syukuri, tapi kalau belum, jangan malu hati untuk mengakuinya sebagai langkah pertobatan diri. Sebagai umat beriman, kita sudah mengikuti jalan Tuhan sebagai pilihan hidup kita. Dalam praktiknya, sering kali jalan Tuhan itu dikaburkan oleh suara-suara duniawi yang tidak hanya menutup telinga, namun juga batin dan hati kita sendiri. Kita sudah meyakini bahwa firman Tuhan adalah pegangan hidup kita, maka kita harus meletakkan firman itu di atas norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pengalaman dan pergumulan hidup Zakharia memberi inspirasi bagi kita untuk mengutamakan firman Tuhan di atas segalanya. PENDARASAN KIDUNG ZAKHARIA(LUK. 1:68-79) Antifon dibacakan pemimpin satu kali, lalu diulangi oleh umat. Antifon: Bukan kamu sendiri yang berbicara, melainkan Roh Kuduslah yang berbicara dalam dirimu. Terpujilah Tuhan Allah Israel,* sebab Ia mengunjungi dan membebaskan umat-Nya. Ia mengangkat bagi kita seorang penyelamat yang gagah perkasa,* putra Daud, hamba-Nya.
15
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 2
Seperti dijanjikan-Nya dari sediakala,* dengan perantaraan para nabi-Nya yang kudus. Untuk menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita,* dan dari tangan semua lawan yang membenci kita. Untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada leluhur kita,* dan mengindahkan perjanjian-Nya yang kudus. Sebab Ia telah bersumpah kepada Abraham, bapa kita,* akan membebaskan kita dari tangan musuh. Agar kita dapat mengabdi-Nya tanpa takut,* dan berlaku kudus dan jujur dihadapan-Nya seumur hidup. Dan engkau, anakku, akan disebut nabi Allah yang mahatinggi,* sebab engkau akan mendahului Tuhan untuk menyiapkan jalan-Nya. Untuk menanamkan pengertian akan keselamatan dalam umatNya,* berkat pengampunan dosa mereka. Sebab Allah kita penuh rahmat dan belas kasihan,* Ia mengunjungi kita laksana fajar cemerlang. Untuk menyinari orang yang meringkuk dalam kegelapan maut,* dan membimbing kita ke jalan damai sejahtera. Kembali ke antifon (dibaca bersama). DOA PEMBUKA P: Marilah kita berdoa.
16
Allah Bapa yang penuh kasih, Putra-Mu telah menyerahkan diri-Nya dalam cinta kasih pada kehendak-Mu. “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Itulah ungkapan ketaatan-Nya kepada-Mu yang diwujudkan dalam setiap perkataan dan perbuatan. Bantulah kami, kaum muda, yang mencoba menjawab panggilan suci-Mu dalam dunia ini, sehingga dengan mendengarkan firman-Mu, kami akhirnya mampu membatinkan dan mengakarkannya dalam
Keluarga yang Berakar pada Sabda Allah: Keluarga Zakharia & Elisabet (Luk. 1:57-66)
diri kami. Semoga firman-Mu menjadi satu-satunya pegangan hidup kami, khususnya dalam mengarungi berbagai tantangan, kesulitan, dan tawaran-tawaran duniawi. Doa ini kami haturkan dengan perantaraan Putra-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau, dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. U: Amin. MENDALAMI FIRMAN TUHAN Firman Tuhan dibaca sekali oleh lektor lalu diulangi oleh umat secara bersama-sama. a.
Membaca Firman Tuhan (Luk. 1: 57-66) P: Tuhan beserta kita. U: Sekarang dan selama-lamanya. P: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas. U: Dimuliakanlah Tuhan.
Kemudian tibalah waktunya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. 58 Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. 59 Lalu datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapaknya, 60 tetapi ibunya berkata, “Jangan, ia harus diberi nama Yohanes.” 61 Kata mereka kepadanya, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” 62 Lalu mereka memberi isyarat kepada bapaknya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. 63 Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini, “Namanya adalah Yohanes.” Mereka pun heran semuanya. 64 Seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. 65 Lalu ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah pembicaraan di seluruh pegunungan 57
17
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 2
Yudea. 66 Semua orang yang mendengarnya, merenungkannya dalam hati dan berkata, “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
P: Demikianlah Injil Tuhan. U: Terpujilah Kristus.
b. Lagu Pengantar Refleksi Carilah lagu yang sesuai dengan tema. c. 1. 2. 3. 4.
18
Pertanyaan Refleksi Apakah kamu setuju bahwa kelahiran Yohanes bagi Zakharia dan Elisabet adalah anugerah dari Tuhan? Mengapa? Bagaimanakah Zakharia dan Elisabet menghayati ketaatan mereka kepada firman yang mendatangkan berkat? Apakah kita termasuk orang yang menghargai nama, atau sebaliknya mengikuti pendapat Shakespeare yang berkata, “Apalah arti sebuah nama?” Peserta bisa diajak untuk mensharingkan maksud dari nama yang diberikan oleh orangtua mereka. Dari televisi dan surat kabar akhir-akhir ini kita melihat banyak bayi malang yang diperlakukan tidak adil oleh orangtuanya sendiri. Bagaimana tanggapan kita terhadap aborsi, juga terhadap kasus bayi yang dibuang begitu saja oleh orang yang melahirkannya?
RENUNGAN Di sebuah kota, ada seorang gadis yang hamil di luar pernikahan. Ia diusir oleh keluarganya dan menetap di pinggir kota, di sebuah gubuk yang sederhana. Setelah sembilan bulan mengandung, akhirnya ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberinya nama Erik. Ia merawat anak itu sambil bekerja di sebuah rumah makan. Ketika melihat betapa lambat perkembangan fisik Erik, hati perempuan itu menjadi gundah. Ia tidak bisa menerima bahwa anaknya itu mengalami gangguan mental dan tidak bisa berbicara dengan jelas walau
Keluarga yang Berakar pada Sabda Allah: Keluarga Zakharia & Elisabet (Luk. 1:57-66)
usianya sudah enam tahun. Erik pun kemudian ditinggalnya pergi. Tiga tahun kemudian, ibu Erik menikah dengan seorang pengusaha kaya. Pada suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan seorang anak jalanan yang berpakaian kumal. Wajahnya kotor karena tidak pernah mandi. Dalam mimpi itu, si anak jalanan sedang duduk di pinggir jalan, lalu ibu Erik turun dari mobil mewahnya dan menyapa anak itu, “Nak, kamu lagi buat apa?” Jawab anak itu tanpa memperhatikan yang bertanya, “Emmuilis... caya blaja emmulis.” Kemudian ia melanjutkan pertanyaannya, “Namamu siapa?” Jawab anak itu, “Elik..., Elik..., Elik...” Ibu Erik langsung terbangun dari tidurnya. Ia segera mengajak suaminya untuk pergi menjemput anaknya yang sudah ditinggalkannya tiga tahun lalu. Dua jam kemudian, mereka sampai di pinggir kota, di daerah yang kumuh, di mana gubuk-gubuk berjajar dengan tumpukan sampah di sana-sini. Ibu Erik langsung menuju gubuk di mana dulu ia meninggalkan anak laki-lakinya itu ketika sedang tidur. Ketika berada di muka pintu, ia langsung dihadang oleh seorang nenek tua yang tahu bahwa dia adalah ibu Erik. “Hai nyonya yang cantik, kamu ibunya Erik, bukan?” “Ya, saya ibunya Erik, di mana dia?” balas ibu Erik. “Dasar perempuan jahat, tega sekali engkau meninggalkan anak yang cacat. Ketahuilah, ia sangat merindukannmu. Kadang ia mengintip di balik dinding ini agar bisa melihat ibunya yang malu dengan keadaan anaknya! Selama tiga tahun ini, ia belajar menulis agar bisa mengirim surat untuk ibunya dan mengatakan: Mama jangan malu punya anak seperti Erik karena Erik sangat mengasihi Mama,” kata nenek tua itu dengan marah. Ibu Erik menjadi lemas. Ia hanya bisa membayangkan betapa berdosa dirinya selama ini. Lalu ia bertanya kepada nenek tua itu, “Di manakah Erik sekarang, Nek?” “Nyonya, anakmu telah meninggal tiga hari yang lalu.” Dalam kisah Injil, Zakharia hidup menurut perjanjian dengan Allah. Kelahiran anak laki-laki dan berakhirnya kebisuan menunjukkan kepada Zakharia bahwa Allah pasti menepati janji-Nya dan tidak ada yang mustahil bagi-Nya (Luk. 1:37). Dia harus membayar mahal
19
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 2
untuk ketidakpercayaannya, namun ketidak-percayaan itu tidak dapat menghalangi Allah dalam melaksanakan rencana-Nya. Kita pun umat perjanjian, umat yang hidup dalam janji. Hidup dalam janji tidaklah mudah, apalagi kalau apa yang dijanjikan itu seakan mustahil dan lama tidak terpenuhi. Pengalaman Zakharia menyadarkan kita bahwa Allah tidak pernah melupakan janji-Nya. Janji Allah bisa dipercaya. Kita tidak perlu meragukannya karena Allah tidak mungkin berdusta (Ibr. 6:18). Tapi, bagaimana dengan janji kita yang menyebut diri sebagai anak Allah? Masih pantaskah kita disebut anak Allah bila janji kita tidak bisa dipercaya lagi?
Keluarga yang Berakar pada Sabda Allah: Keluarga Zakharia & Elisabet (Luk. 1:57-66)
Semoga ketaatan itu juga Engkau limpahkan kepada kami, sehingga dalam kehidupan ini kami semakin menjunjung tinggi sabda-Mu. Perbaruilah kami dengan kekuatan Roh-Mu, dan jadikanlah kami pemuda-pemudi yang hidup untuk bersaksi akan datangnya kerajaanMu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. LAGU PENUTUP Carilah lagu yang sesuai dengan tema.
DOA PERMOHONAN P: Rekan-rekan terkasih, mencintai Tuhan berarti menempatkan firman-Nya di atas segala sesuatu. Maka marilah kita panjatkan doa-doa permohonan kita dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkenan mengabulkannya.
Umat dipersilakan menyampaikan doa spontan.
P: Demikianlah ya Bapa, doa-doa yang muncul dari hati kami yang paling dalam. Semoga semua ini semakin menjadikan kami beriman teguh kepada-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. DOA BAPA KAMI Doa Bapa Kami sebaiknya dinyanyikan bersama-sama.
20
DOA PENUTUP P: Marilah kita berdoa. Allah Bapa kami di surga, kami bersyukur atas ketaatan Zakharia dan keluarganya kepada firman-Mu. Kelahiran Yohanes dalam keluarga ini sungguh menjadi berkat karena keluarganya hidup dalam perjanjian.
21
Keluarga yang Bersekutu: Keluarga Kudus Nazaret (Luk. 2:41-52)
PERTEMUAN 3 KELUARGA YANG BERSEKUTU: KELUARGA KUDUS NAZARET (LUK. 2:41-52)
22
GAGASAN POKOK Maria dan Yusuf sangat patuh pada peribadatan. Mereka membangun keluarga yang berpusat pada ibadah dan berusaha menjaga keseimbangan antara melayani dan bekerja untuk hidup sehari-hari. Ketika Yesus “hilang”, Yusuf dan Maria cemas mencariNya karena mereka merasa kehilangan Dia. Pernahkah keluarga kita merasa kehilangan Yesus, merasa sepertinya Yesus tidak hadir? Apakah kita bersusah payah mencari-Nya? Ke mana? Sebenarnya Yesus tidak pernah hilang karena Ia ada dalam Bait Allah. Paulus berkata, “Kamu adalah Bait Allah” (1Kor. 3:16). Itu berarti kita dalam persekutuan, yakni keluarga domestik, bersama-sama merupakan Bait Allah. Kita merasa kehilangan mungkin karena kita kurang peduli dengan Dia atau terlalu menyepelekan Dia. Jika ada anggota keluarga yang meninggalkan rumah, ke manakah kita akan mencari-Nya? Mungkinkah kita akan menemukannya di gereja? Ataukah di tempat-tempat hiburan dan permainan? Mengapa kita lebih nyaman berada di tempat-tempat hiburan daripada di gereja? Jawaban Yesus kepada Maria, “Mengapa kamu mencari Aku?”, menyadarkan kita bahwa Yesus bukanlah pertama-tama milik Maria dan Yusuf, melainkan milik Allah. Apakah orangtua kita termasuk tipe orang yang terlalu mengontrol anak, mengatur, dan mengarahkan kita sesuai dengan kemauan mereka tanpa mempedulikan keinginan kita? Apakah mereka kurang memberi keleluasan kepada kita? Maria dan Yusuf menunjukkan kepada kita pentingnya pembinaan iman usia dini. Sejak masih kecil kita perlu dibiasakan untuk berdoa, beribadat, dan membaca Kitab Suci, baik itu melalui pembinaan di rumah maupun kegiatan bersama dalam komunitas. Bagaimana dengan pendidikan iman orang muda kita di tengah keluarga? Apakah
para orangtua mengharapkan anak-anak mereka berkembang hanya dalam pendidikan intelektual dan kurang memperhatikan segi sosialspiritual, sehingga orang-orang muda kita tidak bisa dewasa secara menyeluruh serta dikasihi Tuhan dan sesama? LAGU PEMBUKA Carilah lagu yang sesuai dengan tema. TANDA SALIB DAN SALAM P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. U : Amin. P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu. U : Dan sertamu juga. PENGANTAR Rekan-rekan OMK yang terkasih dalam Kristus, kita merupakan bagian dari Ecclesia Domestica (Gereja Domestik, Gereja Rumah Tangga). Ini berarti, keluarga-keluarga kristiani diharapkan menjadi perwujudan Gereja, yaitu persekutuan hidup dalam iman akan Yesus Kristus yang menghadirkan nilai-nilai Injili. Nilai-nilai itu terutama kasih, ketaatan kepada Allah dan sesama, serta kerendahan hati. Tiga pilar ini menjadi tiang penyangga persatuan dalam kehidupan berkeluarga. Hal ini akan kita pelajari dari penziarahan Keluarga Kudus Nazaret, khususnya tentang Yesus yang ditemukan dalam Bait Allah (Luk. 2:41-52). PENDARASAN MAZMUR (MZM. 147) Antifon dibacakan pemimpin satu kali, lalu diulangi oleh umat. Antifon: Tuhan mengutus sabda-Nya ke bumi, cepatlah firman-Nya berlari. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem,* pujilah Allahmu, hai Sion.
23
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 3
Sebab Ia menguatkan palang pintu gerbangmu,* Ia memberkati para pendudukmu. Sebab Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu,* dan mengenyangkan dikau dengan gandum yang paling baik. Ia mengutus sabda-Nya ke bumi,* dengan segera firman-Nya berlari. Diturunkan-Nya salju seperti bulu domba,* dihamburkan-Nya embun beku bagaikan abu. Dilemparkan-Nya hujan es seperti kerikil,* siapa dapat menahan dinginnya? Ia bersabda lagi maka es mencair kembali,* Ia menyuruh angin-Nya bertiup, maka air mengalir. Dialah yang menyampaikan firman-Nya kepada Yakub,* ketetapan dan hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa,* hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Kembali ke antifon (dibaca bersama). DOA PEMBUKA P: Marilah kita berdoa.
24
Ya Bapa, kami menyembah Engkau dan bersyukur kepada-Mu, karena dalam Kristus, Engkau telah mewahyukan kepada kami misteri cinta kasih-Mu. Pada kesempatan ini, Engkau memanggil dan menyatukan kami, khususnya kaum muda, untuk senantiasa hidup dalam persekutuan Tritunggal Kudus, yakni dengan meneladani hidup Keluarga Kudus Nazaret. Ajarilah kami juga untuk mempersembahkan hidup kami demi kedatangan kerajaan-Mu dan demi keselamatan semua orang. Doa ini kami haturkan dengan perantaraan Putra-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau, dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. U: Amin.
Keluarga yang Bersekutu: Keluarga Kudus Nazaret (Luk. 2:41-52)
MENDALAMI FIRMAN TUHAN Firman Tuhan dibaca sekali oleh lektor lalu diulangi oleh umat secara bersama-sama. a.
Membaca Firman Tuhan (Luk. 2:41-52) P: Tuhan beserta kita. U: Sekarang dan selama-lamanya. P: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas. U: Dimuliakanlah Tuhan.
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. 42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. 43 Ketika hari-hari itu berakhir, sementara mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. 44 Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. 45 Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. 46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah para guru agama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. 47 Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan jawaban-jawaban yang diberikan-Nya. 48 Ketika orangtua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Lihat, bapak-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” 49 Jawab-Nya kepada mereka, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” 50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. 51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan tetap hidup dalam asuhan mereka. Ibu-Nya pun menyimpan semua hal itu di dalam hatinya. 52 Yesus makin dewasa dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. 41
25
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 3
P: Demikianlah Injil Tuhan. U: Terpujilah Kristus.
b. Lagu Pengantar Refleksi Carilah lagu yang sesuai dengan tema. c. 1. 2. 3. 4.
26
Pertanyaan Refleksi Mengapa tiap-tiap tahun orangtua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah? “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (ay. 49). Wuih... pedes banget kan kalimat Yesus ini. Bayangkan saja, kedua orangtua-Nya sudah susah payah mencari Dia, eh malah mendapat pertanyaan yang di luar dugaan. Apa sih alasan Yesus mengatakan demikian? “Yesus makin dewasa dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (ay. 52). Hal ini tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan dalam keluarga-Nya, khususnya Yusuf dan Maria. Bagaimanakah peran orangtua dewasa ini dalam mendidik kita? Apa masih kurang, cukup, atau sudah baik? Betulkah orang muda lebih merasa nyaman di tempat-tempat hiburan daripada di gereja?
RENUNGAN Ada seorang bapak yang telah lama menelantarkan keluarganya. Ia meninggalkan istri dan kedua anaknya, lalu pergi ke tempat yang jauh dan hidup berfoya-foya dengan segala kekayaannya. Yang menarik adalah, kendati hidupnya kacau, ia tidak bisa meninggalkan iman Katoliknya karena ia berasal dari keluarga Katolik yang kuat. Ia tetap pergi ke gereja, walau ia tidak menyambut komuni. Ada sesuatu yang menarik dari pengalamannya, bahwa selama ia hidup dalam kesesatan, ia tidak berani memandang wajah Yesus, apalagi tatapan mata-Nya. Tatapan itulah yang selama ini paling dihindarinya. Mengapa demikian? Dalam pikirannya, ia merasa
Keluarga yang Bersekutu: Keluarga Kudus Nazaret (Luk. 2:41-52)
bahwa tatapan mata Yesus adalah tatapan mata yang menghakimi, menyalahkan, dan menghukum. Karena itulah ia tidak berani melihat wajah-Nya. Suatu saat, ia mendapat kiriman surat dari anaknya yang paling bungsu yang sudah duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Ketika ia membuka isi surat, ia menemukan gambar Yesus yang mendekap anak-anak dengan penuh kehangatan. Lama ia memperhatikan gambar itu. Ia kaget karena tanpa sadar melihat wajah Yesus. Ia memberanikan diri memperhatikan mata-Nya. Luar biasa, tatapan mata itu tiada sedikit pun menyalahkan atau menghakimi. “Rupanya aku selama ini salah. Tatapan Yesus tidak seperti yang kubayangkan. Tatapan mata-Nya teduh, penuh kasih dan pengampunan.” Ketika ia membaca surat anaknya yang baru saja bisa menulis, ia menemukan tiga kata saja, “Aku sayang ayah.” Mulai saat itu, ia kembali kepada keluarganya dan hidup dalam persekutuan kasih sejati. Keluarga Kudus Nazaret merupakan keluarga yang anggotaanggotanya patuh pada peraturan peribadatan. Keluarga itu berpusat pada ibadah dan berusaha bekerja untuk hidup sehari-hari dengan baik dan jujur. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka saling melayani dan mengasihi, misalnya ketika Yesus tertinggal di Yerusalem. Saat itu, kedua orangtua-Nya rela berjalan kembali untuk mencari-Nya. Hal ini hendak menegaskan bahwa setiap anggota keluarga memegang peranan masing-masing dan kehadirannya selalu dibutuhkan oleh anggota keluarga lainnya. Bagaimana dengan keluarga kita? Apakah kebersamaan menjadi bagian pokok dalam keluarga? Apakah liturgi, khususnya Ekaristi, sudah menjadi puncak dan sumber kehidupan keluarga, sehingga mencerminkan persekutuan Keluarga Kudus Nazaret? DOA PERMOHONAN P: Rekan-rekan terkasih, menjadi murid-Nya berarti hidup dan tinggal dalam persekutuan-Nya. Maka marilah kita panjatkan doa-doa permohonan kita dengan penuh keyakinan kepada- Nya.
27
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 3
Umat dipersilakan menyampaikan doa spontan.
P: Demikianlah ya Bapa, doa-doa yang muncul dari hati kami yang paling dalam, semoga Engkau berkenan mendengarkan dan mengabulkannya. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. DOA BAPA KAMI Doa Bapa Kami sebaiknya dinyanyikan bersama-sama. DOA PENUTUP P: Marilah kita berdoa. Kami memuji Engkau, ya Bapa yang Kudus, karena Engkau memanggil kami dalam Kristus untuk hidup bersatu dengan Dikau. Kami bersyukur bahwa Engkau mengikutsertakan Orang Muda Katolik dalam karya penebusan-Mu. Kami hunjukkan kepada-Mu segala cita-cita, kehendak, dan jerih payah kami dalam persatuan dengan semua saudara-saudari kami yang memperjuangkan iman mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik di tengah keluarga, jemaat, maupun masyarakat. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. LAGU PENUTUP Carilah lagu yang sesuai dengan tema.
28
PERTEMUAN 4 KELUARGA SEBAGAI SARANA MENUJU KESUCIAN (EF. 5:21-6:4) GAGASAN POKOK Perintah “kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” berlaku bukan hanya bagi Israel, namun juga umat Kristen dewasa ini. Tempat pertama yang diharapkan membantu manusia mencapai kekudusan ialah keluarga. Relasi kasih yang harmonis dan sesuai dengan kehendak Tuhan di antara anggota keluarga merupakan jalan menuju kekudusan. Nasihat Paulus agar istri tunduk kepada suami sepertinya tidak relevan lagi, bahkan bertentangan dengan gagasan keseteraan yang berkembang dewasa ini. Namun, bila disimak lebih dalam, Paulus dalam ayat tersebut sebenarnya hendak menekankan kesatuan dan kesamaan orang Yahudi dan bukan Yahudi di hadapan Allah. Semuanya memperoleh pembenaran dan keanggotaan yang penuh sebagai umat Allah melalui iman akan Kristus. Sebaliknya, perbedaan perlu untuk saling melengkapi (1Kor. 12:12-28). Ef. 5:21-6:4 berisi ajaran yang kaya sekali tentang perkawinan kristiani. Di dalamnya kita menemukan dasar biblis pemahaman Gereja tentang nilai perkawinan sebagai sakramen dan hubungan cinta suami-istri yang menyerupai hubungan kasih antara Yesus Kristus dan jemaat-Nya. Seluruh anggota komunitas oleh Paulus diminta untuk merendahkan diri (Ef. 5:21). Kata “merendahkan diri” secara harfiah berarti “menempatkan diri di bawah” atau “tunduk”. Dari konteksnya, jelas bahwa yang dimaksud di sini adalah takluk atau tunduk secara sukarela. Merendahkan diri tidak sama dengan menjadi rendah diri, melainkan rendah hati seperti yang dinasihatkan Paulus dalam Ef. 4:2, “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.” Bagi Paulus, kerendahan hati sangat penting dalam membangun relasi yang harmonis. Ia menganjurkan agar orang rendah hati seperti
29
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 4
30
Yesus yang merendahkan diri-Nya menjadi manusia. Inti kerendahan hati tiada lain peduli akan kepentingan orang lain dan menganggap mereka lebih utama daripada diri sendiri (Flp. 2:3-8). Alasan untuk tunduk atau merendahkan diri tersirat dari katakata “di dalam takut akan Kristus”. Dalam Perjanjian Lama, makna “takut akan Tuhan” berkembang dari pengertian harfiah ke sakral atau religius dan moral. Aslinya, kata Yunani phobeomai berarti “ta-kut” dalam pengertian biasa, lalu berkembang menjadi takut terhadap TUHAN yang kudus, dahsyat, dan misterius. Selanjutnya, phobeomai banyak dipakai dalam arti devosi religius, ungkapan kesalehan, dan penyembahan. Peralihan ini bisa dimengerti mengingat keagungan dan kekudusan Allah menimbulkan rasa kagum yang mengantar manusia kepada kerendahan hati dan selanjutnya mempercayakan diri mereka sepenuhnya kepada Allah serta menyembah-Nya. Selain itu, takut akan Tuhan juga sering dikaitkan dengan tingkah laku moral, yakni hormat dan taat kepada hukum Tuhan yang bergandengan dengan hormat terhadap hak dan kebebasan orang lain (Kej. 20:11; Yer. 5:24-25). Pemakaian dalam arti ini banyak kita jumpai dalam teks-teks kebijaksanaan. Misalnya, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan” (Ams. 1:7). Dalam ayat ini, takut akan Tuhan tentu tidak dipakai dalam arti harfiah melainkan religius. Sebagai anggota komunitas, kita diminta untuk saling merendahkan diri, mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri, terdorong oleh rasa hormat, kagum, dan cinta kepada Kristus. Cinta yang mengantar kita kepada kesatuan dengan Kristus membuat kita melihat sesama anggota Gereja sebagai bagian dari tubuh Kristus. Paulus menghayati apa yang pernah Yesus sendiri telah katakan, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). LAGU PEMBUKA Carilah lagu yang sesuai dengan tema. TANDA SALIB DAN SALAM
Keluarga sebagai Sarana Menuju Kesucian (Ef. 5:21-6:4)
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. U : Amin. P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu. U : Dan sertamu juga. PENGANTAR Rekan-rekan OMK yang terkasih dalam Kristus, perintah “kuduslah kamu, sebab Aku Tuhan, Allahmu, kudus” berlaku bukan hanya bagi Israel, namun juga bagi semua umat Kristen dewasa ini. Tempat pertama yang diharapkan membantu manusia mencapai kekudusan adalah keluarga. Relasi kasih yang harmonis dan sesuai dengan kehendak Tuhan di antara anggota keluarga merupakan jalan menuju kekudusan. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus mengajak kita untuk mencapai kekudusan melalui keluarga, yaitu dengan menghargai makna dan hakikat sakramen perkawinan (Ef. 5:21-6:4). Bagi kita, kaum muda, kita patut bertanya, sudahkah panggilan kekudusan menjadi prioritas dalam kehidupan beriman kita selama ini? PENDARASAN MAZMUR (MZM. 1) Antifon dibacakan pemimpin satu kali, lalu diulangi oleh umat. Antifon: Pohon kehidupan ditampakkan dalam salib Tuhan. Berbahagialah orang yang tidak mengikuti nasihat orang berdosa+ yang tidak menempuh jalan orang sesat,* dan tidak bergaul dengan kaum pencemooh. Tetapi yang suka akan hukum Tuhan,* dan mendarasnya siang dan malam. Ia bagaikan pohon di tepi aliran sungai,* yang menghasilkan buah pada musimnya. Daunnya tak pernah layu,* barang apa yang dihasilkannya bermutu. Sebaliknya orang berdosa,* mereka bagaikan sekam yang dihamburkan angin.
31
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 4
Sungguh orang berdosa takkan bertahan dalam pengadilan,* orang tersesat takkan bertahan dalam himpunan orang jujur. Sebab Tuhan menjamin hidup orang jujur,* tetapi hidup orang berdosa menuju kebinasaan. Kembali ke antifon (dibaca bersama). DOA PEMBUKA P: Marilah kita berdoa. Ya Bapa kami menyembah Engkau, karena Engkau telah memanggil kami dalam Kristus, supaya kami kudus dan tak bernoda dalam kasihMu. Kuduskanlah kami dalam kebenaran dan ajarilah kami untuk bersikap rendah hati seperti Kristus. Doa ini kami haturkan dengan perantaraan Putra-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. U: Amin. MENDALAMI FIRMAN TUHAN Firman Tuhan dibaca sekali oleh lektor lalu diulangi oleh umat secara bersama-sama. a. Membaca Firman Tuhan (Ef. 5:21-6:4) P: Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus.
32
Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. 22 Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23 karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24 Karena itu, sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami 21
Keluarga sebagai Sarana Menuju Kesucian (Ef. 5:21-6:4)
dalam segala sesuatu. 25 Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28 Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. 29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi memelihara dan merawatnya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31 Sebab itu, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya. 1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena demikianlah yang benar. 2 Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: 3 Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. 4 Dan kamu, Bapak-bapak, janganlah bangkitkan kemarahan di dalam hati anakanakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
P: Demikianlah Sabda Tuhan. U: Syukur kepada Allah.
b. Lagu Pengantar Refleksi Carilah lagu yang sesuai dengan tema. c. 1.
Pertanyaan Refleksi Keluarga kristiani melalui relasi suami-istri dipanggil untuk menghayati hidup dalam semangat saling merendahkan diri, saling mencintai, dan saling menghormati satu sama lain. Mengapa keluarga menjadi tempat pertama dalam mencapai
33
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 4
2. 3. 4.
34
kekudusan? (Lih. Gagasan Pokok alinea 1). Nasihat Paulus agar istri tunduk kepada suami sepertinya sudah tidak relevan lagi, bahkan bertentangan dengan gagasan keseteraan gender. Benarkah demikian? (Lih. Gagasan Pokok alinea 2). Bagaimana menjelaskan bahwa perkawinan suami-istri melambangkan relasi Kristus dengan jemaat? Ayat manakah yang menunjuk kepada perkawinan Kristus dengan jemaat? (Lih. Gagasan Pokok alinea 3). Kesucian perkawinan dewasa ini sering dicederai oleh ketidaksetiaan masing-masing pasangan, sehingga dengan mudahnya mereka berpisah. Menurut kalian, apakah kesetiaan masih dibutuhkan dalam menjalin relasi dengan pasangan kita?
RENUNGAN Ada seorang ibu yang memelihara ayam lumayan banyak. Setiap hari Minggu, ia menyesali ayam-ayamnya yang tetap saja bertelur, padahal baginya hari Minggu adalah hari Tuhan. Ia saja beribadah di gereja, berhenti bekerja, dan libur selama hari itu, “Kok ayam-ayam ini tetap nekat. Dasar ayam tidak mengenal hari Tuhan!” gumam ibu itu kepada ayam-ayamnya. Pada suatu kesempatan, ia mendatangi pastor dan memberikan uang dua juta dalam amplop, sambil mengatakan bahwa ini adalah persembahan ayam-ayam yang tidak mau bertobat karena tidak menaati hari Tuhan. Sang pastor terbengong-bengong sambil tersenyum mendengar hal itu, namun dengan senang hati sumbangan tersebut diterimanya. Ibu dalam kisah ini mengharapkan agar ayam-ayamnya memahami hukum Tuhan, yaitu menaati hari Minggu dengan tidak bekerja alias tidak bertelur. Di balik semua itu, ada motivasi bahwa pada hari Minggu semua umat beriman diundang untuk menguduskan dirinya. Bagaimana dengan diri kita dalam memandang hukum Tuhan? Bagaimana keluarga kita menghayati kekudusan anggotanya? Bagaimana kita memelihara relasi dengan pasangan kita sebagai
Keluarga sebagai Sarana Menuju Kesucian (Ef. 5:21-6:4)
bentuk kesetiaan satu sama lain? Ef. 5:21-6:4 berisi ajaran yang kaya tentang jalan menuju kekudusan, yaitu melalui kehidupan berkeluarga yang menghargai sakramen perkawinan. Di dalamnya kita menemukan dasar biblis pemahaman Gereja tentang perkawinan sebagai sakramen dan hubungan kasih suami-istri yang menyerupai hubungan kasih antara Yesus Kristus dan jemaat-Nya. Paulus mengambil pengajaran ini dari tata relasi keluarga yang dipakai oleh budaya-budaya yang ada di sekitarnya pada abad pertama. Namun, kita harus bersyukur bahwa ia telah memberi warna baru terhadap relasi kasih suami-istri dengan menempatkan kasih Kristus sebagai modelnya. Lebih dari itu, panggilan anak-anak atau kaum muda untuk menghormati orangtua pun menjadi jalan kekudusan. Permasalahannya adalah perubahan-perubahan nilai budaya modern cenderung mendorong kaum muda kurang menghargai dan menghormati hukum Tuhan, orangtua, dan nilai-nilai yang ada dalam suatu kebudayaan. Selain itu, tanggung jawab orangtua untuk mendidik anak di dalam hukum Tuhan menjadi tugas yang sulit untuk dijalankan, padahal itu sangat vital dalam kekatolikan. Ketika dunia dan media massa menawarkan nilai-nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai kristiani, orangtua diharapkan mampu memberi pengarahan agar orang muda tidak bingung dalam memilih jalannya. Keluarga sebagai sarana menuju kesucian akan tercapai kalau masing-masing anggota keluarga saling menghormati. Seluruh anggota keluarga diminta oleh Paulus untuk saling merendahkan diri. Dari konteksnya, menjadi jelas bahwa yang dimaksud adalah takluk dan tunduk dengan sukarela. Paulus dalam Ef. 4:2 menasihati jemaat untuk selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Kerendahan hati sangat penting dalam membangun relasi yang harmonis. Ia menganjurkan agar orang rendah hati seperti Yesus, yang merendahkan diri-Nya dengan menjadi sama seperti manusia. Dengan demikian, kerendahan hati berarti menganggap yang lain lebih utama dari diri sendiri dan peduli akan kepentingan orang lain (Flp. 2:3-8). Pengurbanan Yesus di salib menyucikan kita, karunia Roh-Nya menghiasi keluarga-keluarga kita dengan semarak.
35
Bulan Kitab Suci Nasional 2013: Pertemuan 4
DOA PERMOHONAN P: Rekan-rekan yang terkasih, menghayati hidup dalam kekudusan adalah panggilan Tuhan kepada semua umat beriman. Maka marilah kita panjatkan doa-doa permohonan kita dengan penuh keyakinan agar kekudusan menjadi prioritas dalam hidup kita.
Umat dipersilakan menyampaikan doa spontan.
P: Demikianlah ya Bapa, doa-doa yang muncul dari hati kami yang paling dalam, semoga Engkau berkenan mendengarkan dan mengabulkannya. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. DOA BAPA KAMI Doa Bapa Kami sebaiknya dinyanyikan bersama-sama. DOA PENUTUP P: Marilah kita berdoa.
36
Kami memuji Engkau, ya Bapa yang kudus, karena Engkau telah menyerahkan Putra-Mu bagi kami. Ia mencintai kami sampai akhir dan telah memberikan hidup-Nya bagi kami untuk menghimpun kami sebagai keluarga-Mu. Semoga kami sebagai orang muda senantiasa mempunyai komitmen yang teguh, yaitu dengan meneladan kekudusan Putra-Mu, sehingga dalam zaman yang kurang menghargai nilai-nilai kekudusan ini, kami bersama dengan keluarga memulai langkah baru untuk menguduskan keluarga kami masing-masing. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin. LAGU PENUTUP Carilah lagu yang sesuai dengan tema.