PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIKNYA ATAS SABDA-SABDA YESUS DALAM INJIL SANTO LUKAS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Antonius Mili NIM: 131224059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENIDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Orang yang sabar bertahan sampai pada waktu yang tepat, kemudian akan terbit sukacita baginya (Sir 1:23).
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan tanda bakti, hormat, syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadikan segala sesuatu benar adanya. Persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang telah memberi dukungan, perhatian, kepercayaan, doa serta ketulusan cintanya kepada penulis. Anggota keluarga yang selalu mendoakan dan memberi perhatian juga dukungan selama ini.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Mili, Antonius. 2017. Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua persoalan utama, yakni (1) jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas?, (2) Makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam setiap jenis tindak tutur dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas? Adapun data penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Sumber data penelitian ini diperoleh dari sabda-sabda Yesus yang terdapat dalam Injil Santo Lukas pada Kitab Suci Perjanjian Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan metode simak dan cakap. Peneliti mengumpulkan tuturan-tuturan Yesus dalam Injil Santo Lukas dan kemudian melakukan klasifikasi atau pengelompokan berdasarkan jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya. Hasil penelitian ditemukan jenis-jenis tindak tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas, yaitu tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur langsung, tindak tutur langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal, dan tindak tutur literal. Adapun dalam penelitian ini ditemukan makna pragmatik dari setiap jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas, yaitu makna pragmatik perintah, nasihat, pemberitahuan, teguran, peringatan, menyindir, larangan, kecaman, penolakan, pengujian, penguatan, pujian, kekaguman, syukur, permohonan, penyerahan, pengampunan, dan kecaman. Hasil penelitian ini ditemukan jenis-jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas yang paling dominan, yaitu tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak literal dan tindak tutur tidak langsung. Adapun tindak tutur yang paling sedikit digunakan atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas, yaitu tindak tutur tidak langsung tidak literal dan tindak tutur literal. Yesus dalam mewartakan sabda-Nya kepada umat manusia, kerap kali memakai perumpamaan, ilustrasi, pepatah, dan istilah untuk memberi pemahaman akan keselamatan. Hasil penelitian ini, ditemukan makna pragmatik yang paling menonjol atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas, yaitu makna pragmatik perintah, nasihat, pemberitahuan, teguran, dan peringatan. Adapun makna pragmatik yang paling sedikit muncul adalah makna pragmatik kekaguman, syukur, permohonan, penyerahan, pengampunan, dan kecaman. Dalam tugas perutusan, Yesus hadir sebagai pemimpin dan pengajar di tengah umat manusia. Dalam pengajaran-Nya, Yesus memerintah, memberitahu, mengingatkan, menegur, menasihati, dan mengecam, baik para murid-Nya maupun orang-orang yang menolak-Nya. Kata kunci: jenis-jenis tindak tutur, makna pragmatik, teks Injil Santo Lukas
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Mili, Antonius. 2017. The Types of Speech Acts and Pragmatic Purpose on the Utterences of Jesus in the Gospel of Saint Luke. Thesis.Yogyakarta: PBSI, JPBSI, FKIP, USD. The purpose of this research is to describe two main problems. They are (1) what are the types of speech acts of Jesus in the Gospel of Saint Luke? and (2) what are the pragmatic meaning contained in speech acts of Jesus in the Gospel of Saint Luke? As for this research data is secondary data. Secondary data is retrieved and used as the object of research is the types of speech acts and pragmatic purpose on the utterences of Jesus in the Gospel of Saint Luke. Source of research data was obtained from the speech acts of Jesus found in the Gospel of Saint Luke in the New Testament Bible of Lembaga Alkitab Indonesia edition. This type of this research is qualitative. Data collection methods the research is using the method refer and ably. Reserarchers collet speechs of Jesus in the Gospel of Saint Luke and then do a classification or gruping based on the type of speech acts and pragmatic meanings said. The results were found ranging from the most, that was literal indirect speech acts comprising utterences, nonliteral speech acts , indirect speech acts, direct speech acts, literal speech acts, nonliteral direct speech acts, nonliteral indirect acts speech acts and literal speech act. The research discovered the meaning of pragmatic, namely the meaning of pragmatic instruction, advice, notice, admonition, warning, quipped, ban, satire, rejection, testing, reinforcement, praise, admiration, gratitude, petition, surrender, forgiveness, and criticism. The result showed that there were three dominant types of speech acts of Jesus in the Gospel of Saint Luke. Those were literal indirect speech acts, nonliteral speech acts, and indirect speech acts. The least speech acts of Jesus used in the Gospel of Saint Luke were nonliteral indirect speech acts and literal speech acts. He spread His words using parables, illustrations, sayings, and terms to give understanding of the salvation. The result also showed the pragmatic meanings which were dominant from the Words of Jesus in the Gospel of Saint Luke. Those were pragmatic instruction, pragmatic advice, pragmatic notice, pragmatic admonition, and pragmatic warning. The meaning of pragmatic admiration, greeting, gratitude, petition, surrender, forgiveness, and criticism were least exist. In His teaching, Jesus instruction, notice, warning, admonition, advice, and criticism, bot to His disciples and the people His refuse. Keywords: type of speech acts, pragmatic meaning, the text of the Gospel of Saint Luke
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakuasa atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Penelitian ini disusun demi menelaah dan mengkaji tindak tutur dan makna atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas yang sulit ditangkap dari maksud atau maknanya. Maka dari itu, penulis memecahkan atau menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian menggunakan ilmu pragmatik Bahasa Indonesia tanpa terkungkung pada ilmu teologis untuk menangkap maksud dan makna dari tuturan-tuturan atau sabda-sabda Yesus. Penulis mengakui bahwa perkuliahan pragmatik Bahasa Indonesia menambah pengetahuan dan memberi banyak pengalaman nyata bagi penulis, khususnya dalam menangkap maksud dan makna dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Selama ini, penulis memahami, menangkap maksud atau makna dari sabda-sabda Yesus dari sisi ilmu teologi atau dibantu oleh buku-buku tafsiran yang bertolak dari ilmu teologi. Adanya ilmu pragmatik Bahasa Indonesia, membuat penulis tidak terkungkung pada ilmu teologis dalam menangkap maksud atau makna atas sabda-sabda Yesus. Skripsi ini selesai berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pantaslah penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sanata Dharma dan selaku triangulator dari data-data penelitian penulis. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, atas ketulusan hati meluangkan waktu untuk membimbing, memberi solusi dan masukan, membagikan ide-ide dan memotivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing, mengoreksi, memberi masukan, ide-ide, dan selalu memotivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberi dan mengajarkan banyak ilmu bahasa Indonesia kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 6. R. Marsidiq, pegawai sekretariat Program Studi PBSI yang telah membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang berhubungan dengan skripsi ini. 7. Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang telah mengutus penulis untuk studi pada Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma dan mendukung dalam berbagai hal hingga selesainya penulisan skripsi ini. 8. Para saudara sekomunitas: Br. Flavianus Ngardi, MTB., selaku pemimpin komunitas Alverna MTB Kotabaru, Yogyakarta dan para saudara: Br. Mikael, MTB, Br. Bonifasius, MTB, dan Br. Ferdianus Jelahu, MTB yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendoakan penulis selama studi dan selesainya penulisan skripsi ini. 9. Para saudara komunitas Novisiat Alverna Bruder MTB Banguntapan-Bantul yang juga berperan serta dalam memberi dukungan dan doa bagi penulis selama studi hingga penyelesaian skripsi ini. 10. Romo Antonius Padua Danang Bramasti, S.J., yang ikut serta mendukung, memberi saran dan solusi kepada penulis dalam merampungkan penulisan skripsi ini. 11. Romo N. Devianto Fajar T., S.J., yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Orang tua, abang, kakak, adik dan semua keluarga yang telah mendukung dalam doa dan selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan sampai pada penyelesaian skripsi ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………..……………………ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….…….iii MOTO…………………………………………………………………....………iv HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS……………..………………...vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBILKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ….……………………………….....vii ABSTRAK……………………………………………………………………...viii ABSTRACT……………………………………………………………………….………ix KATA PENGANTAR…………………………………………………………....x DAFTAR ISI...……………………………………………………....…………xiii BAB I PENDAHULUAN…………………………...…………………………....1 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………..…….…..…………1 1.2 Perumusan Masalah…………………………………………….…..…………7 1.3 Tujuan Penelitian……………………………….…..………………..………..7 1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………….....7 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN……………………………………..………..9 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan……………………………..……………9 2.2 Landasan Teori…………………………………………………………........13 2.2.1
Pragmatik...…………………………………………….………………...14
2.2.2
Lingkup Pragmatik……..……………………….……………………….16
a) Praanggapan……………………………………………………………...16 b) Tindak Tutur…………………………………….……………………….17 c) Entailment..………………………………………………………………19 2.2.3
Tindak Tutur dalam Pragmatik…………………………….……………19
2.2.4
Jenis-jenis Tindak Tutur…………………………………………………21
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.4.1 Tindak Tutur Langsung …………………………………………………22 2.2.4.2 Tindak Tutur Tidak Langsung…………………………………………...23 2.2.4.3 Tindak Tutur Literal……………………………………………………..25 2.2.4.4 Tindak Tutur Tidak Literal………………………………………………26 2.2.4.5 Tindak Tutur Langsung Literal………………………………………….26 2.2.4.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal……………………………..........27 2.2.4.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal…………………………..............27 2.2.4.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal…………………………...28 2.2.5
Konteks Intralinguistik…………………………………………………..29
2.2.6
Konteks Ekstralinguistik………………………………………………....34
2.2.7
Injil Lukas………………………………………………………………..40
2.2.8
Kerangka Berpikir………………………………………………………..45
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….49 3.1 Pendekatan Penelitian………………………………………….……............49 3.2 Data dan Sumber Data……..…………………………………..…………….50 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………………………………..51 3.4 Teknik Analisis Data……………………………………..………………….52 3.5 Triangulasi Data……………………………………………………………...53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA…………………….54 4.1 Deskripsi Data……………………………………………………………….54 4.2 Hasil Analisis Data…………………………………………………………..67 4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas……………..………………………………...................68 4.2.1.2 Tindak Tutur Langsung………………………………………………….68 4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung…………………………………………...72 4.2.1.3 Tindak Tutur Literal……………………………………………………..76 4.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal………………………………………………76 4.2.1.5 Tindak Tutur Langsung Literal………………………………….……….80 4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal…………………………………...82 4.2.1.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal…………………………………...88
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.1.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal…………………………….89 4.2.2 Makna Pragmatik dalam Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas…………………………………………….92 4.2.2.1 Makna Pragmatik Perintah………………………………………………93 4.2.2.2 Makna Pragmatik Pemberitahuan……………………………………….96 4.2.2.3 Makna Pragmatik Larangan……………………………………………..99 4.2.2.4 Makna Pragmatik Nasihat…………………………………………......100 4.2.2.5 Makna Pragmatik Menyindir…………………………………………..104 4.2.2.6 Makna Pragmatik Peringatan…………………………………………..107 4.2.2.7 Makna Pragmatik Penguatan…………………………………………..110 4.2.2.8 Makna Pragmatik Syukur ………………………………………………111 4.2.2.9 Makna Pragmatik Teguran ……………………………………………..112 4.2.2.10 Makna Pragmatik Permohonan ……………………………………….116 4.2.2.11 Makna Pragmatik Penyerahan ………………………………………..117 4.2.2.12 Makna Pragmatik Pengampunan ……………………………………..118 4.2.2.13 Makna Pragmatik Pujian ……………………………………………...120 4.2.2.14 Makna Pragmatik Penolakan………………………………………….121 4.2.2.15 Makna Pragmatik Kekaguman ………………………………………..122 4.2.2.16 Makna Pragmatik Pengujian………………………………………..…123 4.2.2.17 Makna Pragmatik Kecaman……………………………………….…..125 4.2.2.18 Makna Pragmatik Anjuran ……………………………………………128 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………….128 4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas………………………………………………………….128 4.3.2 Makna Pragmatik atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas…….136 BAB V PENUTUP……………………………………………………………..147 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………147 5.2 Saran………………………………………………………………………...150 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…………152 LAMPIRAN……………………………………………………………………154 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan bagian dari cabang ilmu bahasa yang disebut pragmatik. Dalam memahami tindak tutur harus didasarkan pada pengertian dari pragmatik. Menurut Wijana (1996:1-2) pragmatik adalah ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Beranjak dari pengertian pragmatik menurut Wijana, masyarakat diberi pemahaman bahwa untuk mendalami tindak tutur seseorang harus didasarkan pada makna atau maksud dan struktur kebahasaan yang digunakan oleh penutur. Memahami tindak tutur seseorang merupakan bagian terpenting dalam berkomunikasi. Semua orang melakukan hal untuk memahami dan mengerti tidak tutur, terutama mitra tutur dalam menangkap maksud penutur. Jika penutur dalam penyampaian sebuah tuturan tidak dengan jelas secara gramatikal dan tidak secara langsung, maka mitra tutur dapat saja tidak mengerti, salah menanggapi dan dapat menimbulkan persepsi yang salah dari mitra tutur. Hal untuk memahami dan mengerti tindak tutur tidak serta merta dapat dengan mudah ditangkap oleh mitra tutur. Hal tersebut harus didukung oleh konteks. Lebih eksplisit dari aspek konteks adalah konteks intralinguistik dan ektralinguistik. Adapun konteks intralinguistik bertolak dari pilihan kata dan gaya bahasa. Hal tersebut dikarenakan bahwa bahasa tulis, hanya dapat dipahami melalui diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa. Salah satu pendapat dari Gorys 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Keraf (1984:22) mengenai diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Sementara itu, dalam Rahardi (2003:18) bertolak dari pendapat Leech yang dikutip dari Wijana (1996), konteks ekstralinguistik (aspek-aspek luar kebahasaan) mencakup penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai bentuk tindak verbal. Searle (dalam Rohmadi, 2010:31-32) berpendapat bahwa dalam semua komunikasi linguistik terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Lebih tegasnya bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah, atau yang lainnya. Pendapat Searle ini sangat jelas tindak tutur termasuk dalam komunikasi linguistik. Dikatakan kesatuan terkecil linguistik karena aspek pendukung tindak tutur lebih banyak dari luar bahasa (ekstralinguistik) daripada aspek linguistik (intralinguistik). Tindak tutur adalah produk atau hasil dari usaha penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur dengan aspek pendukung, yaitu menggunakan lambang atau simbol, kalimat atau kata guna memberi pemahaman kepada mitra tutur untuk mengerti dan menangkap maksud penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Adapun
tindak
tutur
yang
dilakukan
oleh
masyarakat
dalam
berkomunikasi terdapat berbagai macam jenis tindak tutur. Jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tidak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Sementara itu, interseksi berbagai jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Berbagai macam jenis tidak tutur ini dimaksudkan sebagai realita aktivitas di masyarakat dalam berkomunikasi dan sebagai bentuk bahwa berbagai macam cara pula yang dapat digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas berkomunikasi kepada sesama di lingkungan masing-masing. Tergantung kebutuhan dan konteks yang menentukan saat melakukan aktivitas komunikasi. Terdapat berbagai macam jenis tindak tutur juga menuntut masyarakat penutur dan mitra tutur harus memahaminya dari berbagai aspek guna memperlancar arus komunikasi, menciptakan situasi komunikasi yang kondusif, terbebas dari konflik dan kesalahpahaman. Aktivitas bertutur merupakan interaksi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya, dalam berinteraksi antarsesama mempunyai tujuan tertentu sebagai buah dari aktivitas komunikasi seperti memerintah, menginformasikan, bekerja sama, bernegosiasi dan sebagainya. Memahami aktivitas bertutur yang dilakukan secara langsung atau bertatap muka, berbeda dengan memahami tuturan dari sebuah bacaan karena memahami tuturan dari sebuah bacaan tidak dapat melihat mimik dan suara penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Chaer (2007:43) menyatakan bahwa bahasa tulisan sebenarnya hanyalah “rekaman” dari bahasa lisan. Jadi, bahasa yang seharusnya dilisankan atau diucapkan, dalam bahasa tulisan diganti dengan huruf-huruf dan tanda-tanda lain menurut suatu sistem aksara. Dengan demikian, memahami dan menangkap maksud tuturan dari sebuah bacaan harus didasarkan pada gaya penulis dalam karya yang ditulisnya, salah-satunya adalah gaya bahasa. Haryanta (2012:78) mengatakan bahwa gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur dan menulis. Bertolak dari pendapat Haryanta, dapat diartikan bahwa gaya bahasa juga menjadi salah satu titik tolak untuk melihat konteks intralingusitik sebuah tuturan. Tuturan dari sebuah bacaan yang merupakan data sekunder inilah yang akan mengantar peneliti untuk menemukan jenis-jenis tindak tutur dan maksud melalui sabda-sabda Yesus yang terdapat dalam Injil Santo Lukas menggunakan kajian pragmatik. Bacaan Injil Santo Lukas ini yang terdapat 24 bab yang dimulai dari bab 4 yang terdapat tuturan Yesus. Dalam Injil Santo Lukas ini dikisahkan bahwa Yesus banyak berjumpa dan berinteraksi dengan orang-orang pada zamanNya, baik orang berdosa, orang yang dipandang baik, orang munafik seperti orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, orang miskin, orang kaya, dan Bapa-Nya. Perjumpaan dan interaksi Yesus dengan berbagai macam karakter orangorang pada zaman itu, baik yang menerima Dia maupun yang menolak akan banyak pula menampilkan jenis-jenis tuturan dari Yesus. Berbagai jenis tuturan dari Yesus ini, tentu karena didasarkan pada lawan tutur Yesus. Pasti berbeda tuturan Yesus dengan orang kaya, orang miskin, orang yang dipandang baik, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
orang berdosa pada zaman itu. Adanya perbedaan tuturan Yesus ini karena disesuaikan pula dengan konteks dan maksud. Pada umumnya untuk memahami maksud dan pesan Injil Yesus Kristus bagi umat Kristiani dipahami dari sisi teologi. Teologi yang berarti pembicaraan tentang Allah. Menurut Gutierrez, teologi bertolak dari praksis, yakni pengalaman akan Allah dalam kontemplasi (ibadat/mistik) dan aksi/komitmen (Chen, 2002:32). Usaha tersebut berarti menangkap dan memahami maksud dari Injil berdasarkan pengalaman seseorang melalui doa dan tindak nyata dari doa (ujud doa). Umat Kristiani melakukan pendalaman iman juga merupakan usaha memahami maksud atau pesan dari perikop Kitab Suci yang menjadi bahan pendalaman. Banyak juga para pemuka agama dengan berbagai teknik memahami dan menangkap pesan Injil pada saat hendak berkhotbah dan berbagai macam cara pula para pemuka agama menyampaikan pesan Injil kepada umat. Semua yang dilakukan dalam pendalaman dan persiapan homili, baik umat dan para pemuka agama untuk menangkap pesan Injil. Dalam menafsirkan pesan yang terkandung dalam Injil juga tidak dapat ditafsirkan sesuka hati. Banyak pula para pemuka agama menulis dan menerbitkan buku-buku homili atau tafsiran yang dapat membantu memahami maksud atau pesan dari bacaan Injil. Beranjak dari usaha umat Kristiani dan para pemuka agama dalam menangkap maksud atau pesan dari Injil yang berpusat pada Yesus, peneliti ingin menemukan jenis-jenis tindak tutur Yesus dan mengartikan maksud melalui sabda-sabda
dalam
Injil
Santo
Lukas
berdasarkan
cara
Santo
Lukas
menggambarkan jenis-jenis tindak Yesus. Injil Santo Lukas menjadi sumber data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
dari tuturan-tuturan Yesus karena peneliti ingin menemukan jenis-jenis tindak tutur Yesus dan mengartikan maksud dari tuturan yang digambarkan oleh Santo Lukas ketika Yesus berhadapan dengan murid-murid-Nya, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, orang kaya dan miskin, orang-orang berdosa dan orang-orang yang mendapat penyembuhan dari-Nya, dan ketika Yesus berhadapan dengan Bapa-Nya. Tentunya, tindak tutur Yesus yang digambarkan Santo Lukas dalam karangan Injil bertolak juga dari latar belakang atau profesi Santo Lukas yang merupakan seorang dokter, ahli sejarah dan penulis yang mempengaruhi pula karya tulisannya yang dianggap suatu karya sastra yang hebat, penginjil, dan teman sekerja Rasul Paulus. Kembali lagi, beranjak dari pendapat Searle (dalam Rohmadi, 2010:31-32) bahwa tindak tutur merupakan produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah, atau yang lainnya. Begitu juga tindak tutur Yesus yang sebenarnya produk atau hasil dari tuturan Yesus adalah „Keselamatan Bagi Umat Manusia‟ yang didukung berbagai macam jenis tindak tutur yang dilakukan oleh Yesus untuk mewartakan keselamatan bagi umat manusia dengan memerhatikan siapa lawan tutur-Nya, konteks, dan maksud. Sudah ada beberapa peneliti sebelumnya yang mengambil Injil Lukas sebagai data penelitian, terutama penelitian yang bersifat teologis. Namun, penelitian yang hendak dilakukan ini bermuara pada “JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIKNYA ATAS SABDA-SABDA YESUS DALAM INJIL SANTO LUKAS” dengan kajian ilmu pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1. Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas? 2. Makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam setiap jenis tindak tutur dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. 2. Mendeskripsikan makna pragmatik setiap jenis tindak tutur dari sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian tentang tindak tutur Yesus dalam Injil Santo Lukas bermanfaat secara teoretis dan praktis dalam beberapa hal di bawah ini: 1. Manfaat secara teoretis a) Penelitian ini dapat memberian acuan untuk referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
b) Penelitian ini juga dapat memberi tambahan khazanah bagi perkembangan ilmu bahasa pada Prodi PBSI, khususnya jenis-jenis tindak tutur kajian pragmatik. 2. Manfaat praktis a) Hasil penelititan ini dapat memberi acuan kepada pembaca, khususnya umat Kristiani tentang jenis-jenis tindak tutur Yesus dan maksud dari sisi kajian ilmu pragmatik. b) Hasil penelitian ini dapat memberi wawasan tentang aspek pragmatik khususnya jenis-jenis tindak tutur dalam kajian pragmatik. Lebih spesifiknya, penelitian ini dapat juga memperkaya wawasan dalam menemukan, memahami maksud atau makna pragmatik dari jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Telah banyak penelitian yang mengkaji tindak tutur dengan pendekatan pragmatik. Namun, yang meneliti jenis-jenis tindak tutur dan maknanya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Lukas menggunakan kajian pragmatik belum ada yang melakukannya. Namun, penelitian yang sama dengan sumber data dari Injil Lukas sudah ada yang melakukannya. Berikut peneliti menampilkan dua penelitian yang memilih sumber data dari Injil Lukas, Pertama, penelitian FX. Handy Kristian Adi Putra (2005) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Naratif atas Teks Lukas 15:11-32 (Kisah Anak yang Hilang) Program Studi Ilmu Teologi Jurusan Teologi Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, berusaha menganalisis dan menguraikan teks perumpamaan dalam Injil Lukas, yakni Kisah Anak yang Hilang dengan menggunakan metode kritik naratif. Kritik naratif teks hanyalah salah satu cara untuk mendalami suatu kisah yang terdapat dalam Kitab Suci. Penelitian kritik naratif teks perumpamaan Kisah Anak yang Hilang untuk menangkap isi atau pesan teks. Sesudah teks Kisah Anak yang Hilang dianalisis dengan metode kritik naratif, teks tersebut ditinjau kembali dengan sudut pandang teologis. Hasil dari penelitian FX. Handy Kristian Adi Putra adalah perikop Lukas 15:11-32 menurut kisah yang menggugah kesadaran pembacanya untuk selalu bercermin di hadapan Allah. Oleh karena manusia selalu dikasihi dan diampuni oleh Allah, maka relasi istimewa dan personal itu selalu mendapat tempatnya.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Kisah ini adalah cermin kehidupan manusia di hadapan Allah. Cermin yang memantulkan gambaran akan betapa agungnya cinta Allah agar anak-anak-Nya mencapai kedamaian hidup yang sejati (keselamatan kekal bersama Allah). Peneliti mengambil 3 butir nasihat yang tersimpan dalam kisah ini. Tiga butir nasihat tersebut bukanlah diambil karena pertimbangan kesahihan tafsir atau teologis semata. Melainkan hasil dari mencecap kisah sebagai sabda dan menangkap maksud kisah sebagai kehendak baik Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Adapun tiga hal tersebut: (1) Sesuatu yang hilang (kedosaan), (2) Kesadaran akan kekhilafan dan dosa (pertobatan), dan (3) Kembalinya yang hilang (pengampunan dan belas kasih Allah). Kedua, Bonifatius Dwi Yuniarto Nugroho (2009) dalam skripsinya yang berjudul Menjadi Manusia Baru Kritik Naratif atas Teks Lukas 19:1-10, Program Studi Ilmu Teologi Jurusan Teologi Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta , berusaha menganalisis dan menguraikan teks Lukas 19:1-10 dengan menggunakan metode kritik naratif. Teks Lukas 19:1-10 dianalisis menggunakan metode kritik naratif karena berbentuk kisah. Tentu saja cara lain bisa dipakai untuk menganalisis teks Lukas 19:1-10. Kritik naratif kisah Zakeus dapat membantu pembaca untuk menemukan makna-makna yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kritik naratif kisah Zakeus ini lebih menyoroti bagaimana dinamika proses perubahan diri Zakeus sebelum dan setelah bertemu dengan Yesus. Hasil dari penelitian Bonifatius Dwi Yuniarto Nugroho adalah kisah Zakeus ditempatkan Lukas dalam seluruh rangkaian misi kedatangan Yesus ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
dunia. Kisah Zakeus merupakan kisah salah satu teks khas yang hanya terdapat dalam Injil Lukas. Melalui kisah ini, Lukas ingin berbicara tentang lingkup keselamatan. Peneliti juga menampilkan penelitian yang hampir sama, yaitu tentang jenis-jenis tindak tutur dalam kajian pragmatik, yaitu Beata Prima Equatoria Panuntun (2011), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Beata Prima Equatoria Panuntun (2011) dalam skripsinya yang berjudul Jenis-jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan dalam Novel 9 Matarhari: Suatu Tinjauan Pragmatik, berusaha menemukan, mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dalam novel 9 Matahari dan menganalisis pola kesantunan yang terdapat dalam novel 9Matahari. Beata Prima Equatoria Panuntun harus dapat menjawab dua pertanyaan, yaitu mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dalam novel 9 Matahari dan menganalisis pola kesantunan yang terdapat dalam novel 9Matahari. Beata Prima Equatoria Panuntun menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data berupa jenis-jenis tindak tutur dan pola kesantunan yang berupa kata-kata dari novel 9 Matahari. Berdasarkan hasil penelitian oleh Beata Prima Equatoria Panuntun adalah jenis tindak tutur yang terdapat dala novel 9 Matahari, yakni tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Tindak tutur langsung literal diungkapkan dengan kalimat berita dan tanya, gabungan kalimat berita dan perintah, gabungan kalimat tanya dan perintah, serta gabungan kalimat berita, tanya, dan perintah. Tindak tutur tidak langsung literal diungkapkan dengan kalimat berita dan gabungan kalimat berita dan tanya. Berdasarkan hasil analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
data, simpulan dari Beata Prima Equatoria Panuntun bahwa pola kesantunan yang terdapat dalam tuturan-tuturan novel 9 Matahari adalah pola kesantunan yang telah memenuhi enam maksim kesantunan, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim permufakatan, dan maksim simpati. Penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas” berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Penelitian FX. Handy Kristian Adi Putra (2005) yang berjudul Kritik Naratif atas Teks Lukas 15:11-32 (Kisah Anak yang Hilang) menggunakan kajian teologis dan datanya hanya perikop Lukas 15:11-32. Penelititan Bonifatius Dwi Yuniarto Nugroho (2009) dalam skripsinya yang berjudul Menjadi Manusia Baru Kritik Naratif atas Teks Lukas 19:1-10 juga menggunakan kajian teologis dan datanya hanya perikop Lukas 19:1-10. Sementara itu, penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas” menggunakan kajian pragmatik dan datanya merupakan jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya berdasarkan konteks dari bab 4 sampai bab 24 yang terdapat tuturan Yesus dalam Injil Santo Lukas. Sementara itu, perbedaan dengan penelitian yang ketiga oleh Beata Prima Equatoria Panuntun (2011) dalam skripsinya yang berjudul Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan dalam Novel 9 Matarhari: Suatu Tinjauan Pragmatik adalah terletak pada data, yaitu tuturan dan pola kesantunan yang terdapat dalam novel 9 Matahari. Sementara itu, penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas” datanya jenis-jenis tindak tutur dan makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
pragmatiknya berdasarkan konteks atas sabda-sabda Yesus yang terdapat dalam Injil Santo Lukas. Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu tersebut, peneliti tertarik menelaah jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
melengkapi
penelitian-penelitian
sebelumnya dengan menggunakan metode dan teknik yang berbeda. Penelitian ini menggunakan sumber data dari Kitab Suci Perjanjian Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Sementara itu, data dari penelitian ini adalah jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya beserta konteks atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas yang dimulai dari bab 4 sampai bab 24 yang terdapat tuturan Yesus. Tentu saja sumber data, data, dan objek penelitian ini belum banyak digunakan. Penelitian ini berfokus pada menemukan jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas berdasarkan konteks. Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, terutama dalam metode dan teknik penelitian.
2.2 Landasan Teori Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memahami, menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan memberi arah di dalam penelitian. Subroto (1992:32) memandang teori sebagai landasan untuk menentukan metode dan teknik penelitian. Dalam landasan teori ini dijabarkan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan peneliti dalam mengkaji jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
pragmatik, lingkup pragmatik: praanggapan, entailment, tindak tutur, tindak tutur dalam pragmatik, jenis-jenis tindak tutur, konteks intralinguistik, konteks ekstralinguistik, dan Injil Santo Lukas. Berikut akan dijelaskan teori-teori yang terkait dengan kajian ilmiah yang mendasarinya.
2.2.1
Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996: 1-2). Wijana memosisikan pragmatik mempelajari struktur bahasa secara eksternal dalam berkomunikasi, yang berarti struktur kebahasaan yang bersifat luar bahasa atau esktralinguistik. Senada dengan hal tersebut, Kridalaksana (2001:176) menyatakan pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari isyarat-isyarat bahasa yang mengakibatkan keserasian pemakaian bahasa dalam komunikasi. Kridalaksana lebih menekankan pragmatik sebagai ilmu bahasa yang mempelajari keserasian isyarat-isyarat bahasa dalam berkomunikasi. Hal ini berarti, isyarat bahasa tidak dapat ditangkap secara internal tetapi secara eksternal. Dalam berkomunikasi, adanya keterkaitan antara isyarat bahasa dengan keserasian bahasa. Di sisi lain Parker berpendapat bahwa pragmatics is the study of how language is used to communicate. Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language (Parker, 1986:11). Parker dengan tegas mengatakan bahwa pragmatik bukan mempelajari tata bahasa dan bukan pula mempelajari bahasa secara internal dalam berkomunikasi. Hal ini berarti pragmatik mempelajari bahasa dalam komunikasi yang tidak terlepas dari konteks tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Adapun pendapat Yule mengenai ilmu bahasa pragmatik, yaitu pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis-analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Dengan kata lain, pragmatik adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006: 3). Pendapat Yule menambahkan pendapat dari Parker yang mengatakan bahwa pragmatik mempelajari bahasa dalam komunikasi yang tidak terlepas dari konteks tuturan. Yule menambahkan bahwa ilmu bahasa pragmatik mempelajari tentang maksud atau makna dari sebuah tuturan. Hal tersebut berarti belajar dan memahami pragmatik yang harus ditekankan adalah makna atau maksud dari sebuah tuturan. Levinson (1983) menegaskan bahwa pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkondifikasi dalam strukutr bahasa. Levinson berpendapat dalam memahami dan belajar pragmatik tidak boleh memisahkan antara bahasa dengan konteks. Hal yang lebih penting lagi adalah gramatikalisasi atau kondisifikasi dalam struktur bahasa juga sangat penting karena jika tidak, bahasa yang dituturkan tidak memiliki arti dan sulit bagi mitra tutur dalam menangkap maksud. Pendapat Levinson ini, senada dengan pendapat Parker yang menekankan pada konteks yang tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Searle, Kiefer dan Bierwich (1980: ix) mengatakan bahwa pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti suatu aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi suatu ungkapan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
tergantung pada kondisi-kondisi suatu penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks. Hal tersebut berarti bahwa konteks penting dalam berkomunikasi. Kasher berpendapat tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli sebelumnya. Kasher (1998) dalam Ida Bagus (2014:1) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut diintegrasikan ke dalam konteks. Hal tersebut berarti bahwa pragmatik ilmu bahasa yang terikat konteks. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk tindak tutur antara penutur dan mitra tutur dengan memerhatikan aspek pendukung, yaitu konteks ekstralinguistik yang meliputi: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, waktu dan tempat pertuturan itu terjadi.
2.2.2
Lingkup Pragmatik Sebelum mengenal ilmu pragmatik lebih jauh atau lebih spesifik yang
bertitik tolak dari tindak tutur sebagai aspek utama penelitian yang dilaksanakan, perlu juga mengetahui dan mempelajari lingkup ilmu pragmatik, yaitu: (a) Praanggapan, (b) Implikatur, (c) Tindak tutur. Adapun di bawah ini beberapa definisi dari beberapa ahli mengenai tiga lingkup pragmatik tersebut. a) Praanggapan Wijana (1996:37) dalam buku Dasar-Dasar Pragmatik mengatakan sebuah kalimat dapat mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Wijana lebih menitikberatkan pada posisi kalimat yang kedua adanya kebenaran atau tidak, guna memosisikan kebenaran kalimat yang pertama. Ida Bagus (2014:16) dalam buku Pragmatik mengatakan praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan tuturan. Yang memiliki praanggapan adalah penutur, bukan kalimat. Pendapat Ida Bagus sedikit berbeda dengan Wijana. Ida Bagus mengatakan bahwa yang memiliki praanggapan adalah penutur bukan kalimat. Sementara itu, Wijana lebih menitikberatkan presuposisi pada kalimat dan tidak menyebut penutur. Adapun Rahardi (2003:83) dalam buku Berkenalan dengan Ilmu
Bahasa
presuposisikan
Pragmatik atau
mengatakan
mempraanggapkan
sebuah tuturan
tuturan yang
dapat
dikatakan
lainnya,
apabila
ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali. Pendapat Rahardi senada dengan pendapat Wijana, yaitu sebuah tuturan dianggap presuposisi adalah apabila ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa praanggapan, yaitu sesuatu yang diasumsikan oleh penutur, bahwa yang dikatakan penutur sudah diketahui oleh mitra tutur. b) Tindak Tutur Kridalaksana (1993) mengatakan tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Hudson dalam Alwasilah (1993) mengatakan tindak tutur adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial (Ida Bagus, 2014:85). Chaer (1995) menyatakan tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindakan dalam tuturan akan terlihat dari makna tuturan (Rohmadi, 2010:33). Senada dengan Suwito (1983) dalam Ida Bagus (2014:84) mengatakan tindak tutur merupakan merupakan gejala individu, bersifat psikologis, dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur dititikberatkan kepada makna atau arti tindak, sedangkan peristiwa tutur lebih dititikberatkan pada tujuan peristiwanya. Dalam kajian tindak tutur, biasanya beranjak dari karya Austin pakar filsafat dan lingusitik dari Inggris tentang tindak tutur. Austin berpendapat bahwa kajian tentang makna haruslah tidak hanya mengonsentrasikan diri pada pernyataan kosong, lepas dari konteks karena bahasa itu benar-benar dipakai dalam bentuk tutur, dalam berbagai fungsi atau dalam berbagai maksud dan tujuan (Ida Bagus, 2014:86). Selanjutnya Searle (dalam Rohmadi, 2010:32) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan perintah atau yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan pengertian dari tindak tutur, yaitu prilaku seseorang dalam bertutur bersifat psikologis yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa. c) Entailment Rahardi (2003:86) berpendapat bahwa entailment adalah hubungan antara tuturan dan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan. Tuturan yang berbunyi Eli hamil muda, mengindikasikan bahwa wanita yang bernama Eli itu sudah pernah berhubungan sebadan dengan seorang pria tertentu, sehingga dia sekarang dalam keadaan hamil muda. Dengan demikian, Rahardi menegaskan bahwa hubungan antara tuturan dengan maksud tuturan pada entailment itu bersifat mutlak dan harus ada (necessary consequence). Beranjak dari pendapat Rahardi di atas, Ida Bagus (2014:83) juga berpendapat serupa dengan Rahardi, yaitu entailment dalam hubungan antara tuturan dan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan. Ida Bagus mengatakan bahwa penafsirannya harus didasarkan pada latar belakang pengetahuan yang sama (the same back-ground knowledge) antara penutur dan mitra tutur tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa entailment adalah hubungan antara tuturan dan maksud tuturan bersifat mutlak atau menjadi keharusan. 2.2.3
Tindak Tutur dalam Pragmatik Tindak tutur merupakan salah satu lingkup ilmu pragmatik. Tindak tutur
tidak terlepas dari penutur, mitra tutur, konteks dan maksud. Secara pragmatis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
tindak tutur diklasifikasi menjadi tiga dimensi tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ketiga jenis tindakan ini juga menjadi titik tolak dari penelitian yang akan dilakukan. Berikut dijelaskan beberapa pengertian tentang lokusi, ilokusi, dan perlokusi dari beberapa ahli. Searle (1969) dalam Wijana (1996:18-20) secara pragmatis setidaktidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah tuturan yang berfungsi untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang dapat mempengaruhi lawan tutur. Adapun Yule (2006:83-84) mengatakan bahwa pada suatu saat, tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Yule menyatakan bahwa tindak tutur lokusi merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Tindak tutur ilokusi adalah suatu tuturan yang memiliki tujuan dan tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran.
Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan
komunikatif suatu tuturan untuk membuat suatu pernyataan, tawaran, penjelasan atau maksud-maksud komunikatif lainnya. adalah akibat dari sebuah tuturan.
Dimensi ketiga, tindak perlokusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Rahardi (2003:71-72) bertolak dari pendapat Searle (1983) menyatakan tindak lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak ilokusioner tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Tindak perlokusioner adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada diri sang mitra tutur. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindak lokusi adalah hanya sebatas kalimat dari sebuah tuturan yang dituturkan oleh penutur atau bunyi dari kalimat yang dituturkan oleh penutur, tindak ilokusi adalah maksud yang ingin disampaikan oleh penutur dalam tuturannya kepada mitra tutur, dan tindak perlokusi adalah maksud yang ditangkap oleh mitra tutur dari tuturan yang dituturkan oleh penutur.
2.2.4
Jenis-Jenis Tindak Tutur Bertolak dari pengertian tindak tutur dari beberapa ahli bahasa mengenai
tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi di atas, ada beberapa jenis lagi tindak tutur berdasarkan bermacam-macam aktivitas komunikasi, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Adapun penjelasan dari berbagai jenis tindak tutur tersebut dapat dilihat di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
2.2.4.1 Tindak Tutur Langsung Tindak tutur langsung adalah kalimat berita yang difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31). Berdasarkan pendapat Wijana dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung suatu tuturan yang bersifat umum dan tidak bersifat tersirat. Adapun Yule (2006:95) mengatakan tindak tutur langsung adalah ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi. Berdasarkan pendapat Yule, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung adalah adanya hubungan struktur dan fungsi dalam berkomunikasi. Struktur yang dimaksud adalah bahasa dan fungsi adalah tujuan penuturan. Tindak tutur langsung adalah tindakan yang dinyatakan langsung oleh isi kalimatnya (Rahardi dan Cummings dalam Ida Bagus, 2014:92). Rahardi (2003:74) berpendapat bahwa dari berbagai macam suruhan dapat disimpulkan adanya dua hal yang amat mendasar dalam pembicaraan tindak tutur ini, yakni: (1) adanya tuturan yang bersifat langsung dan (2) adanya tuturan yang pada hakikatnya memang berciri tidak langsung. Tingkat sebuah kelangsungan sebuah tuturan dapat diukur berdasarkan besar kecilnya jarak tempuh. Adapun yang dimaksud dengan jarak tempuh dalam hal ini adalah jarak antara titik ilokusi yang secara konseptual berada di dalam diri si penutur, dengan titik tujuan ilokusi yang terdapat dalam diri si mitra tutur. Semakin jauh jarak tempuhnya, akan semakin tidak langsunglah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin dekat jarak tempuhnya akan semakin langsunglah tuturan tersebut. Berdasarkan pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Rahardi, tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang memiliki jarak tempuh yang dekat antara titik tolak ilokusi dan titik tujuan ilokusi. Selain itu, Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan pragmatiknya adalah kenyataan bahwa semakin tembus pandang maksud sebuah tuturan akan semakin langsunglah maksud tuturan yang dimunculkan. Rahardi menegaskan kembali bahwa kelangsungan dan tidak langsung sebuah tuturan tergantung kejelasan pragmatik, yaitu semakin tembus pandang maksud, semakin langsunglah sifat tuturan tersebut. Sementara semakin tidak tembus pandang maksud sebuah tuturan, semakin tidak langsunglah sifat tuturan tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tindak tutur langsung, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dalam pengungkapannya secara langsung tanpa mengandung kata-kata tersirat seperti perumpamaan, peribahasa atau kata yang mengandung kiasan dalam bertutur. 2.2.4.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dijawab secara langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud dan terimplikasi di dalamnya (Wijana, 1996:31). Berdasarkan pendapat Wijana, tindak tutur tidak langsung adalah suatu tuturan yang tidak serta merta dapat dijawab langsung, harus memerhatikan konteks untuk menangkap maksud dan impilkasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Yule (2006:95) mengatakan tindak tutur tidak langsung adalah apabila ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi. Berdasarkan pendapat Yule, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah tidak adanya hubungan struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksud adalah bahasa dan fungsi adalah tujuan penuturan. Tindak tutur tidak langsung itu harus dimaknai dengan sesuatu yang tersirat atau yang terimplikasi di dalamnya. Makna yang demikian itu dapat diperoleh hanya dengan melibatkan konteks situasi (Rahardi dan Cummings dalam Ida Bagus, 2014:92). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan langsung dinyatakan secara langsung tanpa mengandung kata atau kalimat tersirat dan tuturan tidak langsung bersifat tersirat. Seorang mitra tutur harus melihat konteks dan implikasi dari tuturan untuk menangkap maksud tuturan. Rahardi (2003:74) berpendapat bahwa dari berbagai macam suruhan dapat disimpulkan adanya dua hal yang amat mendasar dalam pembicaraan tindak tutur ini, yakni: (1) adanya tuturan yang bersifat langsung dan (2) adanya tuturan yang pada hakikatnya memang berciri tidak langsung. Tingkat sebuah kelangsungan sebuah tuturan dapat diukur berdasarkan besar kecilnya jarak tempuh. Adapun yang dimaksud dengan jarak tempuh dalam hal ini adalah jarak antara titik ilokusi yang secara konseptual berada di dalam diri si penutur, dengan titik tujuan ilokusi yang terdapat dalam diri si mitra tutur. Semakin jauh jarak tempuhnya, akan semakin tidak langsunglah tuturan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan tidak langsung adalah tuturan yang jarak tempuhnya jauh antara titik tolak ilokusi dan titik tujuan ilokusi yang terdapat dari dalam diri si penutur. Selain itu, Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan pragmatiknya adalah semakin tidak tembus pandang maksud sebuah tuturan akan semakin tidak langsunglah maksud dari tuturan itu. Rahardi menegaskan kembali bahwa kelangsungan dan tidak langsung sebuah tuturan tergantung kejelasan pragmatik, yaitu semakin tembus pandang maksud, semakin langsunglah sifat tuturan tersebut. Sementara semakin tidak tembus pandang maksud sebuah tuturan, semakin tidak langsunglah sifat tuturan tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tindak tindak tutur tidak langsung, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung merupakan tindak tutur yang dalam pengungkapannya secara tidak langsung dan mengandung katakata tersirat seperti menggunakan peribahasa, kiasan, atau perumpamaan dalam bertutur, sehingga mitra tutur tidak serta-merta bisa menangkap langsung maksud tuturan dari penutur. 2.2.4.3 Tindak Tutur Literal Wijana (1996:32) mengatakan tindak tutur literal (literal speech act) tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Contoh: Penyanyi itu suaranya bagus. Maksudnya, memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi (tindak tutur literal).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Berdasarkan pendapat Wijana mengenai tindak tutur literal, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur literal adalah tindak tutur antara maksud dan makna kata yang menyusunya sama.
2.2.4.4 Tindak Tutur Tidak Literal Wijana (1996:32) mengatakan tindak tutur tidak literal adalah (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Contoh: Suaramu
bagus, (tapi tak usah nanyi saja). Maksudnya, penutur mau mengatakan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus (tindak tutur tidak literal). Berdasarkan pendapat Wijana mengenai tindak tutur tidak literal, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur antara maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama.
2.2.4.5 Tindak Tutur Langsung Literal Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Contoh: (a) “Orang itu sangat pandai.” Maksudnya, memberitakan orang itu sangat pandai. (b) “Buka mulutnya!” Maksudnya, menyuruh lawan tuturnya membuka mulut. (c) “Jam berapa sekarang?” Maksudnya, menanyakan pukul berapa ketika itu. Wijana menekankan pada kesamaan antara modus tuturan dan makna dan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
tutur langsung literal adalah adanya kesesuaian antara modus tuturan, makna dan maksud pengutaraannya.
2.2.4.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur. Adapun contohnya: (a) “Lantainya kotor sekali.” Maksudnya, tuturan ini tidak hanya sekedar menginformasikan tetapi terkandung maksud memerintah yang secara tidak langsung dengan kalimat berita. (b) “Di mana handuknya?” Maksudnya, memerintah untuk mengambil handuk diungkapkan dengan kalimat Tanya. Wijana menekankan tindak tutur langsung tidak literal pada modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud tuturan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung literal merupakan tuturan yang dituturkan dengan bentuk yang tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi ada kesamaan antara makna literal dengan tindakan yang diharapkan. 2.2.4.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speedh act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang menyusunnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Adapun contohnya adalah: (a) “Suaramu bagus kok.” Maksudnya, suara lawan tuturnya tidak bagus. (b) “Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!” Maksudnya, menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini anak, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan. Kembali Wijana membalikan dari arti tindak tutur tidak langsung literal, yaitu jika tindak tutur tidak langsung literal tidak sesuai antara modus tuturan dan maksud tetapi makna kata-katanya sama dengan maksud tuturan. Sebaliknya, tindak tutur langsung tidak literal, yaitu kesesuaian antara modus tuturan dengan maksud. Namun, makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama dengan maksud. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diungkapkan sesuai dengan tindakan, tetapi mempunyai maksud lain dari ungkapan yang dituturkan. 2.2.4.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal Wijana (1996:35) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Contoh:
(a) “Lantainya bersih sekali.” Maksudnya, menyuruh
membersihkan. (b) “Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran.” Maksudnya, menyuruh mengecilkan volume atau mematikan radionya supaya tidak berisik. Wijana menekankan pada ketidaksesuaian antara modus kalimat dan makna kalimat dengan maksud pengutaraannya. Maksudnya, kebalikan dari apa yang dituturkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Berdasarkan pendapat di atas mengenai tindak tutur tidak langsung tidak literal, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang tidak sesuai antara bentuk dan makna literal dengan tindakan atau maksud yang diharapkan. 2.2.5
Konteks Intralinguistik Adapun konteks linguistik yang akan menjadi bahan yang mendukung
penelitian ini adalah pilihan kata dan gaya bahasa. Adapun penjelasan mengenai pilihan kata dan gaya bahasa dapat dilihat di bawah ini. 2.2.5.1 Pilihan Kata Gorys Keraf (1984:22) menyatakan bahwa pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karateristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Gorys Keraf (1984:22) juga mengungkapkan bahwa suatu kekhilafan yang besar untuk menganggap bahwa persoalan pilihan kata adalah persoalan yang sederhana, persoalan yang tidak perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada setiap manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orang yang sulit sekali mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
maksudnya dan sangat miskin variasi bahasanya. Namun, terkadang juga kita berjumpa dengan orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan katanya dan tidak ada isi yang tersirat di balik kata-kata itu. Dengan demikian, tiap anggota masyarakat harus mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata dalam komunikasi sehari-hari. Selain itu, masyarakat juga harus memiliki kosa kata yang luas. Masyarakat yang memiliki kosa kata yang luas maka akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepattepatnya kata mana yang paling harmonis untuk memwakili maksud atau gagasannya. Gorys Keraf memberi tiga kesimpulan mengenai pilihan kata (diksi). Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk
menyampaikan
suatu
gagasan,
bagaimana
membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Berdasarkan pendapat Gorys Keraf di atas, dapat disimpulkan bahwa pilihan kata atau diksi adalah kemampuan dalam memilih kata, membedakan nuansa-nuansa makna dan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
kemampuan sejumlah besar dalam penguasaan kosa kata seseorang dalam berkomunikasi. 2.2.5.2 Gaya Bahasa Beranjak dari pilihan kata atau diksi yang telah dipaparkan di atas maka perlu juga memaparkan gaya bahasa dalam penelitian „Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Namun, tidak semua gaya bahasa dipaparkan oleh peneliti karena yang dipaparkan hanya yang ada kaitannya dengan penelitian. Adapun pemaparan gaya bahasa tersebut sebagai berikut. Sudaryat dan Natasasmita dalam buku yang berjudul Ringkasan Bahasa dan Sastra Indonesia (hlm. 135) mengatakan bahwa gaya bahasa adalah pemakaian kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu maksud untuk membentuk plastik bahasa. Yang dimaksud dengan plastik bahasa ialah daya cipta pengarang dalam membuat cipta sastra dengan mengemukakan pemilihan kata yang tepat memungkinkan “tenaga” yang sesuai dengan buah pikiran dan perasaan yang terkandung dalam karya itu. Adapun Sudaryat dan Natasasmita memaparkan empat gaya bahasa, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa penegasan, gaya bahasa pertentangan, dan gaya bahasa sindiran. Gaya bahasa perbandingan meliputi: (1) Metafora adalah gaya bahasa perbandingan dengan memperbandingkan suatu benda dengan benda yang lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. Contoh: Raja siang telah pergi ke peraduannya (=matahari). (2) Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan keadaan sesuatu dengan kata-kata yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna meredahkan diri. Contoh: Datanglah ke gubuk orang tuaku. (3) Antonomasia adalah gaya bahasa perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang sesuai dengan sifat orang tersebut. Contoh; Si Pincang itu kini telah tiada. Gaya bahasa penegasan meliputi: (1) Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa penegasan dengan mempergunakan yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban. Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali? (2) Gaya bahasa repetsi adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang sepatah kata berkali-kali dalam kalimat yang lain dan biasanya dipergunakan oleh ahli pidato. Contoh: Cinta adalah keindahan. Cinta adalah kebahagiaan. Cinta adalah pengorbanan. Gaya bahasa pertentangan meliputi: Paradoks adalah gaya bahasa pertentangan yang hanya kelihatan pada arti kata yang berlawanan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena obyeknya berlainan. Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai ini. Gaya bahasa sindiran meliputi: (1) Ironi adalah gaya bahasa sindiran yang menyatakan sebaliknya dengan maksud menyindir. Contoh: merdu benar suaramu, hingga terbangun aku. Sementara itu, Tarigan (1984:195) menambahkan salah satu gaya bahasa perbandingan, yaitu perumpamaan. Gaya bahasa perumpamaan menurut Tarigan adalah gaya bahasa perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Contoh: Seperti air di daun keladi. Selain itu, Tarigan juga menambahkan salah satu gaya bahasa pertautan, yaitu elipsis. Gaya bahasa elipsis menurut Tarigan adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan pembuangan atau penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa. Contoh: Dia dan istrinya ke Jakarta minggu lalu (Penghilangan predikat: pergi, berangkat). Adapun Ratna (2013:171) memaparkan salah satu gaya bahasa perbandingan simbol. Gaya bahasa simbol menurut Ratna adalah (Symballein, Yunani) berarti memasukkan, mencampurkan, dan membandingkan secara bersama-sama, sehingga terjadi analogi antara benda dengan objeknya.
Oleh
karena itulah, Ratna mengutip pendapat Wellek dan Warren (1989) mengatakan bahwa pada dasarnya simbol mengandung unsur kata kerja. Simbol bunga mawar, pakaian warna hitam, di samping bunga mawar itu sendiri, dengan warnannya yang cerah dan baunya yang harum, juga menunjuk seseorang gadis remaja, wanita cantik sebagai idaman banyak pemuda. Demikian juga pakaian hitam, di samping warnanya gelap, yang lebih penting adalah maknanya sebagai tanda berduka cita. Baik bunga mawar dan gadis remaja maupun warna hitam dan suasana berduka cita memasukan makna secara bersama-sama ke dalam sistem simbol, sehingga salah satu mewakili yang lain. Sementara itu, Waridah (2014:26) menambahkan salah satu gaya bahasa penegasan, yaitu gaya bahasa ekslamasio. Gaya bahasa ekslamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata seru. Contoh: “Amboi indah sekali pantai ini!” Adapun Haryanta (2012:19) menambahkan salah satu gaya bahasa sindiran, yaitu antifrasis. Gaya bahasa antifrasis adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang bermakna kebalikannya dan bernada ironis. Berdasarkan paparan gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan warna, cara, seseorang dalam berkomunikasi. Warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
dimaksudkan memberi warna pada aktivitas berkomunikasi. Sementara itu, cara berkomunikasi juga demikian, yaitu seorang penutur dan mitra tutur memiliki cara masing-masing dalam melakukan aktivitas komunikasi. Baik warna maupun cara terutama yang berkaitan dengan gaya bahasa, penggunaannya tergantung siapa penuturnya dan lawan tuturnya dan tidak terlepas pula dari konteks situasi tuturan yang diciptakan oleh penutur dan mitra tutur pada saat berinteraksi.
2.2.6
Konteks Ekstralinguistik Dalam buku Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik (Rahardi,
2003:18) menyatakan konteks situasi tuturan yang dimaksud menunjuk pada aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspek-aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta melatarbelakangi hadirnya sebuah penuturan tertentu. Maka dengan mendasarkan pada gagasan Leech tersebut, Wijana (1996) dengan tegas menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut juga konteks situasi pertuturan (speech situational context). Konteks situasi penuturan menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996:10) seperti yang dikatakan di depan, dapat mencakup aspek-aspek luar kebahasaan seperti berikut ini: (1) Penutur dan lawan tutur, (2) Konteks tuturan, (3) Tujuan tuturan, (4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, (5) Tuturan sebagai produk tindak verbal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
1. Penutur dan Lawan Tutur Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dsb (Wijana, 1996:10). Rahardi (2003:19) menambahkan bahwa aspek-aspek yang mesti dicermati pada diri penutur maupun mitra tutur di antaranya adalah jenis kelamin, umur, daerah asal, dan latar belakang keluarga serta latar belakang sosial-budaya lainnya yang dimungkinkan akan menjadi penentu hadirnya makna sebuah tuturan. Dari kedua pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penutur dan lawan tutur dalam berkomunkasi tidak terlepas oleh latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat keakraban. Walau tidak menutup kemungkinan dapat juga aktivitas komunikasi tidak terikat dari tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat keakraban. Tergantung situasi tuturan pada saat itu. 2. Konteks Tuturan Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks bersifat fisik lazim disebut koteks, sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur (Wijana, 1996:11). Wijana menekankan bahwa konteks tuturan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan. Maksudnya, latar belakang pengetahuan memegaruhi kelancaran sebuah komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Adapun Rahardi (2003:20) menambahkan dengan menyatakan konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan bersama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu dalam keseluruhan proses bertutur. Geoffrey N. Leech (1983) dalam Rahardi (2003:20) telah menyatakan pandangannya sebagai berikut. “I shall consider context to be any background knowledge assumed to be shared by S dan H and which contributes to H’s interpretation of what S means by a given utterance.” Pengetahuan dan pemahaman jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang samasama dimiliki oleh pelibat pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan. Maksud dari pendapat Rahardi adalah kelancaran dalam interpretasi dari sebuah tuturan baik dari penutur kepada mitra tutur maupun mitra tutur kepada penutur, dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan masing-masing. Mey dalam Nadar (2009) dan Cummings (2005) dikutip oleh Ida Bagus (2014:94) mengemukakan bahwa konteks adalah situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat di pahami. Maksud dari pendapat Mey adalah bahwa konteks merupakan aspek penting bagi penutur dan mitra tutur dalam berinteraksi untuk membantu pemahaman terhadap ujaran masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Kridalaksana bertolak dari Leech (1991) dalam Ida Bagus (2014:94) menyatakan bahwa konteks adalah sebagai latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Kridalaksana (1983:103) mengatakan makna adalah maksud pembicara atau pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman, hubungan, dalam arti kesepadanan dan ketidaksepadanan, antara bahasa dan alam luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditujunya. Inti dari pendapat Kridalaksana ini adalah alam luar bahasa yang disebut konteks ekstralinguistik. Pendapat Kridalaksana sangat jelas bahwa konteks mendukung sesorang dalam memahami makna dari sebuah tuturan. Alwasilah (1993) dalam Ida Bagus (2014:85) juga berpendapat bahwa ujaran bersifat context dependent (tergantung konteks). Hal tersebut berarti konteks merupakan syarat utama dalam memahami makna tuturan. Ida Bagus (2014:85) juga menyatakan bahwa ujaran atau tindak tutur sangat tergantung dengan konteks ketika penutur bertutur. Tuturan-tuturan baru dapat dimengerti hanya dalam kaitannya dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat itu terjadi. Berdasarkan pengertian dari konteks tuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks tuturan adalah salah satu aspek yang mendukung pemahaman atau penangkapan maksud dari sebuah tindak tutur antara penutur dan mitra tutur dengan melihat latar belakang yang melatari peristiwa tutur antara penutur dan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
3. Tujuan Tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities) (Wijana, 1996:11).
Berdasarkan pendapat Wijana,
Rahardi (2003:21) menambahkan dengan menyatakan ihwal tujuan tutur berkaitan sangat erat dengan bentuk-bentuk tuturan yang digunakan seseorang. Dikatakan demikian, pada dasarnya tuturan dari seseorang akan dapat muncul karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang sudah jelas dan amat tertentu sifatnya. Berdasarkan pendapat Wijana dan Rahardi menekankan pada sebuah maksud. Adanya sebuah tuturan pasti dilatarbelakangi oleh maksud dari tuturan tersebut. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan tuturan adalah buah atau produk akhir dari sebuah tuturan yang didasari oleh maksud. Tidak mungkin seseorang bertutur tanpa adanya tujuan dan tujuannya pun bermacam-macam. 4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik. Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
dibandingkan dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya (Wijana, 1996:12). Rahardi (2003:21) menambahkan bahwa tuturan sebagai bentuk tindakan atau wujud dari sebuah aktivitas linguistik, merupakan bidang pokok yang dikaji di dalam ilmu bahasa pragmatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang sungguh-sungguh terdapat dalam situasi dan suasana pertuturan tertentu, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya yang dibicarakan di dalam ilmu bahasa pragmatik bersifat konkret-aktual. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah tuturan menghasilkan tindakan atau sebuah tuturan merupakan bentuk tindakan karena ketika seorang penutur dan lawan tutur dalam bertutur pasti menghasilkan tindakan, baik secara suara, mimik, dan gaya tubuh. 5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal Tuturan
yang digunakan dalam rangka pragmatik
seperti
yang
dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenannya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal (Wijana, 1996:12). Berdasarkan pendapat Wijana tersebut, Rahardi (2003:22) menambahkan bahwa tuturan dapat dipandang sebagai produk tindak verbal di dalam aktivitas bertutur sapa. Dapat dikatakan demikian karena pada dasarnya tuturan yang muncul di dalam sebuah proses penuturan itu adalah hasil atau produk dari tindakan verbal dari para pelibat tuturnya, dengan berbagai macam pertimbangan konteks situasi sosial-kultural dan aneka macam kendala konteks yang melingkupi, mewarnai, dan mewadahinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Bertolak dari pendapat kedua ahli di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa tuturan sebagai produk tindak verbal seperti memerintah, menyuruh, memperingatkan, memberitahu, menyindir, dan menyarankan. Adanya tindak verbal, penutur dan mitra tutur telah melakukan selayaknya aktivitas berkomunikasi. 2.2.7
Injil Lukas Penelitian yang dilaksanakan ini, datanya dari teks Injil Santo Lukas, yaitu
menemukan jenis-jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dan makna pragmatiknya. Maka, peneliti memaparkan secara singkat mengenai Injil Lukas dan pengarang Injil Lukas, yaitu Santo Lukas. Peneliti memaparkan secara singkat tentang Injil Lukas dan Santo Lukas bertolak dari buku yang ditulis oleh Jansen (1970) dan Stefan Leks (2003). Berikut pemaparan mengenai Injil Lukas terlebih pengarangnya, yaitu Santo Lukas. Leks (2003:13) berpendapat bahwa di antara keempat Kitab Injil, hanya Injil Lukas saja didahului dengan sebuah prolog yang disusun menurut patokanpatokan sastra Yunani zaman itu. Prolog itu ditujukan kepada seorang bernama Teofilus yang tampaknya seorang tokoh. Kisah Para Rasul juga dibuka dengan sebuah prolog dan ditujukan kepada orang yang sama. Kisah Para Rasul malah mengacu kepada Injil sebagai “bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada hari Ia diangkat ke surgA” (Kis 1:1). Leks juga mengatakan bahwa dalam prolog Injilnya, Luk memberitahukan tema, metode dan tujuan kitabnya. Ia ingin memperkenalkan “peristiwa-peristiwa”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
yang menjadi titik tolak pemberitaan Gereja. Ia sempat menyelidiki tradisi para saksi mata serta berusaha menyusunnya dalam bentuk narasi teratur. Melalui Injilnya begitulah jaminannya Teofilus akan memperoleh bahan yang dapat diandalkannya tentang peristiwa-peristiwa yang diperkenalkan di dalamnya. Selain itu, Leks mengatakan bahwa karya Luk tampak sebagai karya penulis sejarah. Tetapi, perlu diingat bahwa ia seorang penulis sejarah menurut patokanpatokan zaman dulu, bukan menurut patokan-patokan yang berlaku zaman sekarang. Ia memperkenalkan suatu sejarah suci! Tujuannya yang utama ialah menunjukkan makna semua peristiwa yang diceritakannya itu bagi iman, yaitu iman yang diterangi perisitwa Paskah Yesus dan hidup Gereja. Kembali lagi Leks menegaskan bahwa pada dasarnya susunan Injil Lukas serupa dengan susunan Injil Matius dan Injil Markus. Ada pengantar, lalu narasi tentang karya Yesus, tentang kepergian Yesus ke Yerusalem, dan akhirnya narasi tentang pengenapan misi-Nya di Yerusalem. Tetapi susunan Injil Lukas tampaknya dikerjakan dengan rapi dan terencana sekali. Berbeda dengan penulis Injil lain, Luk sangat memetingkan waktu dan tempat terwujudnya tahap-tahap sejarah penyelamatan. Beberapa pendapat Leks yang telah dipaparkan di atas, tidak memaparkan siapa itu Santo Lukas, pengarang Injil Lukas. Pendapat Leks hanya sebatas memaparkan seluk- beluk atau latar belakang penulisan Injil Lukas. Selain Leks yang membicarakan mengenai latar belakang Injil Lukas, ada ahli lain yang berpendapat mengenai latar belakang Injil Lukas, bahkan berpendapat mengenai penulis Injil Lukas, yaitu Santo Lukas. Ahli tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Jansen. Jansen lebih lengkap berpendapat mengenai Injil Lukas karena ia memaparkan pula mengenai latar belakang penulis Injil Lukas, yaitu Santo Lukas. Jansen (1970:10) berpendapat bahwa Lukas adalah seorang Yunani, dan dia adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan-Yahudi. Ia dilahirkan pada waktu yang kira-kira bersamaan dengan waktu Tuhan Yesus dan Rasul Paulus dilahirkan. Dua tempat yang diperkirakan sebagai kota kelahirannya ialah Antiokhia di Pisidia dan Filipi di Makedonia. Orang tuannya menamakannya Lukas, singkatan dari nama Romawi, Lucanus.* Pendidikan lanjutannya mungkin diperolehnya di Atena atau di Tarsus, di mana ia belajar ilmu kedokteran. Dari isi dan gaya bahasanya, dapat kita perkirakan bahwa sejarah dan kesusastaraan merupakan dua pokok yang paling digemarinya. Jansen mengatakan bahwa ketika Yesus masih melayani di bumi ini, Lukas bukanlah salah seorang murid Tuhan Yesus. Mungkin Lukas bertobat karena dilayani Paulus tinggal di Antiokhia, sebagaimana yang disebut dalam Kisah para Rasul 11:25-26. Kembali Jansen (1970:10) memaparkan mengenai profesi dan pelayanan Santo Lukas. Jansen mengatakan bahwa Lukas memiliki banyak bakat dan panggilan: (a) Lukas sebagai dokter. “Tabib Lukas yang kekasih” (Kol 4:14)**, (b) Lukas sebagai ahli sejarah, perhatiannya terhadap sejarah yang dikutip dalam Injil (umpamanya 1:5,26,56;2:1,2,21-22,36-37,42;3:12), (c) Lukas sebagai penulis. Bagi banyak orang, Injilnya merupakan suatu karya sastra yang hebat, (d) Penginjil dan pendeta. Ia adalah teman bekerja Rasul Paulus dalam perjananannya mengabarkan Injil dan selalu bersamanya hingga saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Paulus meninggal (Kol 1:14; Flm 24: 2 Tim 4:11). Rupanya Lukas tidak pernah menikah. Jensen juga memaparkan dan menjelaskan tempat dan waktu penulisannya Injil Lukas. Jansen mengatakan bahwa dimana Injil ini ditulis tidak jelas, mungkin di Kaisaria atau mungkin juga di Roma. Lukas menulis Injil itu sekitra tahun 60 masehi, hampir bersamaan waktunya dengan ditulisnya Kisah para Rasul (kirakira tahun 61 Masehi). Bacalah Kisah para Rasul 1:1, di mana Dr. Lukas menyebut Injilnya sebagai “Bukuku yang pertama”. Mengenai sumber-sumber informasi tentang penulisan Injil Lukas, Jansen mengatakan bahwa Lukas mempunyai catatan-catatan tertulis yang lain yang terdahulu tentang kehidupan dan pekerjaan Tuhan Yesus dan ia juga memawancarai banyak orang yang telah menjadi saksi mata tentang kehidupan Yesus (Luk 1:2). Takkala Paulus dipenjarakan di Kaisaria, sebelum pelayanannya ke Roma, Lukas mempunyai banyak kesempatan untuk mewawancarai orang di kota-kota Palestina. Walaupun Paulus sendiri bukanlah seorang saksi mata. Namun, besar sekali pengaruh Paulus terhadap apa yang ditulis Lukas dalam Injilnya itu, sama seperti pengaruh Petrus terhadap Markus. Beberapa bagian Injil ini diilhamkan atau dinyatakan oleh Allah. Jansen pun menegaskan pula kepada siapa dialamatkan penulisan Injil Lukas. Jansen mengatakan bahwa Lukas menulis Injilnya khusus untuk kawannya Teofilus (yang mengasihi atau dikasihi Allah; bandingkan dengan Kis 1:1; Luk 1:3). Teofilus rupanya adalah seorang awam Kristen yang berpengaruh di Yunani, mungkin juga seorang yang bertobat karena dilayani Lukas. Takala pada abad
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
pertama Injil Lukas mulai beredar di seluruh Kerajaan Romawi, yang terutama sekali tertarik untuk membacanya ialah orang-orang berkebudayaan Yunani, yang menjunjung tinggi hikmat, keindahan, dan manusia yang ideal. Gaya sastra yang indah dalam Injil inilah yang mungkin telah sanggup menarik perhatian golongan pembaca yang seperti itu. Pendapat Jansen mengenai kepada siapa Injil Lukas dialamatkan, senada dengan pendapat Leks, yaitu sebuah prolog. Prolog itu ditujukan kepada seseorang yang dinamakan Teofilus yang tampaknya seorang tokoh. Adapun Jansen mengatakan bahwa tujuan dan tema seperti telah dikemukakan sebelumnya, Lukas menyatakan tujuan ia menulis Injil dalam 1:1-4, yaitu untuk membukukan dengan teratur kebenaran mengenai pekerjaan Tuhan Yesus. Juga berdasarkan kenyataan bahwa ada empat buah Injil dan bukan satu, mungkin kita dapat menarik kesimpulan bahwa Injil Lukas dimaksudkan untuk melengkapi ketiga Injil lainnya; Lukas menceritakan kehidupan Kristus dari sudut yang lain dan untuk pembaca yang berbeda. Jikalau keempat Injil itu dibandingkan maka akan terlihat perbedaannya:
Tuhan Yesus
MATIUS
MARKUS
LUKAS
YOHANES
Raja Israel
Hamba
Anak
Anak Allah
Tuhan
Manusia
Sebagai: Pembaca:
Yahudi
Romawi
Yunani
Dunia
Ide yang
Taurat
Kuasa
Anugerah
Kemuliaan
menonjol:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Jansen mengatakan pula bahwa tema Injil Lukas ialah “Yesus orang Nazaret”. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami” (Luk 24:19). Lukas menggambarkan Yesus sebagai Anak Manusia di antara manusia (19:10). Berdasarkan pendapat dua ahli di atas mengenai Injil Lukas dan Santo Lukas, dapat disimpulkan bahwa Injil Lukas merupakan Injil sinoptik yang dituliskan oleh Santo Lukas berdasarkan sejarah kehidupan Yesus. Tujuan dari penulisan Injil Lukas adalah mewartakan kabar keselamatan bagi umat manusia dengar dasar kisah keselamatan yang diperbuat Yesus pada zaman-Nya. Adapun gaya bahasa penulisan Injil Lukas juga dipengaruhi oleh latar belakang Santo Lukas sebagai tabib, penyuka bidang sejarah dan sastra, sehingga terlihat dari bahasa-bahasa yang melukiskan kisah Yesus banyak tentang penyembuhan, bentuk narasi yang teratur, dan terdapat bahasa yang bersifat tersirat. 2.2.8
Kerangka Berpikir Penelitian mengenai „Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya
atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas‟ memiliki kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan skema mendasar dan fondasi bagi setiap pemikiran dari keseluruhan proses penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari kerangka berpikir adalah mempermudah peneliti dalam menguraikan dan menjelaskan alur penelitian „Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas‟. Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan berusaha membahas permasalahan yang diangkat, yaitu mengenai kesulitan umat kristiani dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
memahami maksud-maksud dari tuturan-tuturan Yesus yang terdapat dalam Injil, khususnya tuturan Yesus yang terdapat dalam Injil Santo Lukas. Pembahasan masalah tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep, teori, dan metode penelitian yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. Konsep, teori, dan metode penelitian digunakan sebagai alat analisis untuk membantu menjawab permasalahan utama dalam penelitian. Peneliti berawal menggunakan teori pragmatik sebagai payung dalam menjelaskan dan memecahkan permasalahan penelitian tersebut. Jenis-jenis tindak tutur Yesus merupakan salah satu atau sebuah tuturan. Dengan demikian sangat relevan dan tepat jika menggunakan teori pragmatik. Walaupun dalam menangkap maksud atau makna dari tuturan Yesus tersebut dapat pula menggunakan teori secara teologis. Namun, dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini menangkap maksud dari jenis-jenis tuturan Yesus menggunakan kajian pragmatik. Penentuan jenis dan makna pragmatik dari jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas berdasarkan metode penelitian kualitatif. Penelitian kulitatif merupakan pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan atau tertulis. Peneliti memberi gambaran secara menyeluruh mengenai data penelitian yang dilaksanakan ini, tergantung pada proses pengumpulan data, triangulasi data, dan penganalisisan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan dari penelitian. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder. Data yang terkumpul selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
ditriangulasi oleh pakar bahasa, dan kemudian dianalisis. Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh sebuah temuan berdasarkan fokus masalah yang ingin dijawab. Analisis data ini merupakan cara peneliti dalam mengolah data supaya dapat menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Kegiatan pengumpulan data, triangulasi data oleh pakar bahasa, dan penganalisisan data mengarahkan peneliti untuk menuliskan hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitiannya. Peneliti menguraikan hasil penelititan mulai dari proses penelitian dengan menggunakan metodologi tertentu sampai temuan yang didapat kemudian dideskripsikan secara singkat dalam butir-butir yang spesifik. Adapun alur penelitian „Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas‟ memiliki bagan kerangka berpikir sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIKNYA ATAS SABDA-SABDA YESUS DALAM INJIL SANTO LUKAS
PENDEKATAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR 1. TINDAK TUTUR LANGSUNG 2. TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG 3. TINDAK TUTUR LITERAL 4. TINDAK TUTUR TIDAK LITERAL 5. TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL 6. TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG LITERAL 7. TINDAK TUTUR LANGSUNG TIDAK LITERAL 8. TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL
MAKSUD ATAU MAKNA TINDAK TUTUR: 1. TINDAK TUTUR LANGSUNG 2. TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG 3. TINDAK TUTUR LITERAL 4. TINDAK TUTUR TIDAK LITERAL 5. TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL 6. TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG LITERAL 7. TINDAK TUTUR LANGSUNG TIDAK LITERAL 8. TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL
METODE PENELITIAN KUALITATIF
PENGUMPULAN DATA
TRIANGULASI DATA OLEH PAKAR BAHASA
ANALISIS DATA
HASIL PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena dalam penelitian akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Hal ini senada dengan pendapat Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3) yang menyatakan bahwa metodologikualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati. Moleong (2007:6) mengatakan penelitian kualitatif sebagai suatu jenis penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomen tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik; dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa; pada suatu konteks yang alamiah; serta memanfaatkannya sebagai metode ilmiah. Sugiyono (2009:3) menambahkan pendapat dari Moleong bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Selain itu, Afifudin dan Saebani (2009:56) berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau dalam bentuk hitungan lainnya. Dalam memperbincangkan proses penelitian kualitatif, ada tiga hal yang perlu
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
diperhatikan, yaitu kedudukan teori, metodologi penelitian, dan desain penelitian kualitatif. Tuturan-tuturan dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas merupakan tuturan-tuturan yang ditulis berdasarkan sejarah keselamatan umat manusia oleh Santo Lukas pada zaman Yesus. Tentunya, peneliti ingin mendeskripsikan secara jelas jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas berdasarkan realitas secara kualitatif. Dalam arti, peneliti berupaya membaca, mendata, menelaah jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dengan menggunakan kajian pragmatik berupa kata-kata tertulis bukan statistik. Penelitian ini akan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Oleh karena itu, hasil penelitian ini berupa deskripsi data dalam bentuk kata-kata tertulis mengenai uraian jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatik sesuai konteks yang membentuk setiap tuturan dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas.
3.2 Data dan Sumber Data Sudaryanto (2015:224) mengatakan data sekunder merupakan data diperoleh peneliti bahasa yang linguis itu tidak bersumberkan langsung pada peruturan para penutur melainkan pada tulisan laporan kinerja dan hasil kinerja penganalisis bahasa sejawatnya. Bertolak dari pendapat Sudaryanto, maka data penelitian ini merupakan data sekunder. Sumber data penelitian ini adalah Kitab Suci Perjanjian Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Sementara itu, data sekunder penelitian ini adalah teks tertulis dari Injil Santo Lukas mulai dari bab 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
sampai bab 24. Berdasarkan sumber data dan data sekunder penelitian di atas objek penelitian ini adalah jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Data merupakan bahan yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan penelitian. Data dan kualitas data merupakan hal pokok yang paling penting dalam penelitian. Dengan demikian, penggunaan metode dan teknik yang tepat, memegaruhi kualitas hasil penelitian. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan; teknik adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode. Sebagai cara, kejatian atau identitas teknik ditentukan adanya oleh alat yang dipakai (Sudaryanto, 2015:9). Beranjak dari pengertian metode dan teknik, kualitas penelitian tentang jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas didukung oleh penerapan metode dan teknik yang sesuai. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap (Mahsun, 2005:92-93). Adapun dalam penelitian ini upaya memperoleh data dengan menyimak bahasa tertulis, yaitu jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Injil Santo Lukas. Dengan demikian, dalam menyimak, peneliti hanya dapat menggunakan teknik catat sebagai gandengan teknik bebas libat cakap, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian. Adapun data yang relevan adalah jenis-jenis tidak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas.
3.4 Teknik Analisis Data Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan karena pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah aktivitas ilmiah yang disebut penelitian. Dalam penanganan tahapan analisis data, diperlukan metode dan teknik-teknik yang cukup andal (Mahsun, 2005:117). Penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas” menggunakan teknik analisis padan. Jenis padan yang digunakan adalah padan ekstralingual. Metode padan ekstralingual digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa dari jenisjenis tindak tutur dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Lukas. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah menentukan jenis-jenis tindak tutur dan menguraikan makna atau maksud pragmatik yang sesuai dengan teori yang mendasari penelitian. Tahap penganalisisan data merupakan upaya dari peneliti untuk menangani masalah yang terkandung pada data-data yang telah diperoleh atau didapat dan telah ditriangulasi oleh salah seorang pakar bahasa. Proses yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
dilakukan oleh peneliti adalah menguraikan atau pembedahan dan memburaikan dengan berbagai macam cara yang khas. Bertolak pada penjelasan Sudaryanto dalam Mahsun (2005:123), penyajian analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode informal. Dalam metode ini, peneliti menyajikan hasil analisis data dalam bentuk pemaparan dengan kata-kata biasa.
3.5 Triangulasi Data Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas
data,
yaitu
mengecek
kredibilitas
dengan
berbagai
teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Sugiyono (2007:241) bertolak dari pendapat Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Bertolak dari pendapat para ahli di atas, maka data penelitian tentang jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas ditriangulasi untuk menguatkan data penelitian. Adapun data penelitian ini ditriangulasi oleh pakar bahasa, yaitu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Sumber data dari penelitian ini adalah Kitab Suci Perjanjian Baru. Data dari penelitian ini adalah teks Injil Lukas yang dimulai dari bab 4 sampai dengan bab 24. Data penelitian dimulai dari bab 4 karena pada bab 1 sampai dengan bab 3 tidak terdapat tuturan Yesus yang merupakan obyek dari penelitian yang dilakukan. Adapun jenis-jenis tindak tutur dari sabda-sabda Yesus yang dimulai dari bab 4 sampai dengan bab 24 dalam Injil Santo Lukas yang akan dianalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Jenis-jenis dan Jumlah Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas No. 1
Jenis Tindak Tutur Tindak tutur langsung
Contoh Tuturan
Jumlah
(1) Lukas 5:24 “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”
18
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang yang sakit lumpuh Konteks tuturan: Yesus menyembuhkan seorang yang sakit lumpuh Tujuan tuturan: Yesus menyuruh orang sakit yang telah disebuhkan untuk pulang dan bersyukur atas rahmat kesembuhan Waktu: pada suatu hari Tempat: di sebuah rumah 2
Tindak tutur tidak langsung
(2) Lukas, 4:23: Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. 54
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Perbuatlah di sini juga, di tempat asalMu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum! Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: mereka (orang Nazaret) Konteks tuturan: Yesus mengajar di rumah ibadat Tujuan tuturan: Yesus menasihati orang Nazaret yang menolak Dia. Waktu: pada hari Sabat Tempat: Nazaret 3
Tindak tutur literal
(3) Lukas, 5:13: “Aku mau, jadilah engkau tahir.”
1
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang yang sakit kusta Konteks tuturan: Yesus menyembuhan orang yang sakit kusta Tujuan tuturan: mentahirkan orang kusta Waktu: pada suatu kali Tempat: di sebuah kota 4
Tindak tutur tidak literal
(4) Lukas, 6:24-26 “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. 25Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berduka cita dan menangis. 26Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: peringatan akan kekayaan
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
5
Tindak tutur langsung literal
Tujuan tuturan: memperingatkan muridmurid-Nya untuk tidak tamak akan kekayaan Waktu: ketika bersama dengan muridmurid-Nya Tempat: di tempat yang datar (5) Lukas, 6:9 “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”
13
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: beberapa orang Farisi Konteks tuturan: menjawab pertanyaan apa yang diperboleh pada hari Sabat? Tujuan tuturan: meluruskan mengenai hari Sabat Waktu: hari Sabat lain Tempat: rumah ibadat 6
Tindak tutur tidak langsung literal
(6) Lukas, 7:44-47 “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberi Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasuh kaki-Ku dengan air mata dan menyekannya dengan rambutnya. 45 Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti- hentinya mencium kaki-Ku. 46Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. 47Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosa yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit sedikit juga ia berbuat kasih.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Simon
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Konteks tuturan: Yesus membandingkan perbuatan Simon dan seorang perempuan yang melayani Dia. Tujuan tuturan: sindiran utama terhadap orang-orang Farisi yang menolak orang berdosa Waktu: ketika Yesus diundang makan di rumah orang Farisi Tempat: rumah orang Farisi 7
Tindak tutur langsung tidak literal
(7) Lukas, 7:31-35 “31Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? 32Mereka itu seumpama anakanak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. 33Karena Yohanes Pembabtis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan 35 orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh orang yang menerimanya.”
13
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Farisi dan ahliahli Taurat Konteks tuturan: tidak mau di babtis oleh Yohanes Tujuan tuturan: Yesus mengecam orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menolak dibabtis dengan sindiran Waktu: ketika mengajar orang banyak Tempat:di suatu tempat 8
Tindak tutur tidak langsung tidak literal
(8) Lukas, 11:39-44 “39Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
kejahatan. 40Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? 41Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu. 42 Tetapi celakalah kamu, hai orangorang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. 43Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. 44Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Farisi dan ahliahli Taurat Konteks tuturan: kecaman Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi Tujuan tuturan: Yesus mengecam orangorang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena kemunafikan mereka. Waktu: ketika Yesus selesai mengajar dan Yesus diundang ke rumah orang Farisi untuk makan. Tempat: rumah orang Farisi Jumlah
132
Objek atau fokus dari penelitian ini adalah berupa jenis-jenis tuturan dari sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Dengan demikian, teori tindak tutur akan menjadi titik tolak atau landasan dari penelitian ini. Tindak tutur merupakan produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya. Tentunya, dalam berkomunikasi, tindak tutur berwujud sesuai dengan kondisi dan situasi penuturan antara penutur dan mitra tutur pada saat itu. Adapun wujud dari tuturan yang bermacam-macam juga memegaruhi bentuk atau jenis tuturan. Adapun jenis-jenis tindak tutur dalam pragmatik adalah tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Jenis-jenis tindak tutur tersebut dipengaruhi oleh tujuan dan situasi komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Dalam berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur tentunya tidak terlepas dari konteks dan maksud atau makna pragmatik yang terkandung di dalamnya. Kridalaksana (1982:93) menyatakan bahwa konteks situasi adalah lingkungan non-linguistis ujaran yang merupakan alat untuk memperinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami makna ujaran. Beranjak dari pendapat Kridalaksana tersebut, mempertegas kembali bahwa sebuah tindak tutur tidak akan terlepas dari konteks karena dalam menangkap atau memahami makna ujaran bertolak dari konteks tuturan.
Tujuan atau fungsi dari konteks,
mempermudah dalam memahami maksud penutur, terlebih mitra tutur dalam menangkap maksud penutur. Tujuan dari sebuah komunikasi antara penutur dan mitra tutur adalah memahami, mengerti, dan dapat menangkap maksud. Ketika mitra tutur sudah dapat menangkap maksud dari penutur, maka tercapailah tujuan dari sebuah komuikasi. Adapun makna-makna pragmatik dari jenis-jenis tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
tutur pada sabda-sabda Yesus secara keseluruhan dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Makna-Makna Pragmatik Secara Keseluruhan pada Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas No. Makna Pragmatik 1 Perintah
Contoh Tuturan
Jumlah
(9) Lukas, 6:27-29 “Kasihilah musuhmu, 24 berbuatlah baik kepada orang 28 membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. 29Barang siapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: mudir-murid-Nya Konteks tuturan: Yesus berkata kepada murid-murid-Nya untuk mengasihi musuh Tujuan tuturan: menasihati untuk mengasihi musuh Waktu: mengajar orang banyak dan murid-murid-Nya Tempat: di tempat yang datar
2
Pemberitahuan
(10) Lukas, 9:22 "Anak Manusia harus 18 menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." Konteks ekstralinguistik Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syaratsyarat mengikuti Dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Tujuan tuturan: memberitahu tentang penderitaan dan syarat mengikuti Dia Waktu: ketika murid mendatangi Yesus sedang berdoa seorang Diri Tempat: di suatu tempat Yesus berdoa 3
Larangan
(11) Lukas, 9:62 "Setiap orang yang siap 1 untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: salah seorang murid-Nya Konteks tuturan: hal mengukti Yesus Tujuan tuturan: dalam mengikuti Dia tidak hanya sebuah keinginan dan bukan usaha sementara, tetapi toalitas dan sampai mati. Waktu: ketika Yesus dan para murid melanjutkan perjalanan Tempat: di tengah perjalanan
4
Nasihat
(12) Lukas, 11:9-10 “9 Oleh karena itu Aku 23 berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 10 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: dua buah perumpamaan hal berdoa Tujuan tuturan: Yesus mengajarkan keutamaan dalan hal berdoa dengan dua buah perumpamaan Waktu: ketika para murid meminta Yesus mengajari mereka berdoa Tempat: di salah satu tempat Yesus berdoa
5
Menyindir
(13) Lukas,
21:3-4
"Aku
berkata 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. 4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang kaya Konteks tuturan: persembahan Tujuan tuturan: menyindir persembahan orang kaya Waktu: ketika orang-orang kaya memasukan persembahan ke dalam peti Tempat: di sebuah rumah ibadat 6
Peringatan
(14) Lukas, 12:1 "Waspadalah terhadap 16 ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: ragi orang Farisi Tujuan tuturan: memperingatkan para murid-Nya untuk waspada terhadap ragi orang Farisi Waktu: ketika Yesus pertama-tama mengajar kepada murid-murid-Nya dari kerumunan orang banyak Tempat: Yesus, para murid, dan orang banyak berkumpul
7
Penguatan
(15) Lukas, 8:50 "Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: seorang dari keluarga kepala rumah ibadat Konteks tuturan: mengatakan anak kepala rumah ibadat sudah mati dan jangan menyusahkan Yesus Tujuan tuturan: menguatkan Yairus untuk percaya bahwa anaknya hidup
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Waktu: ketika Yesus masih berbicara Tempat: di rumah kepala ibadat 8
Syukur
Lukas, 10:21-22 "Aku bersyukur kepada- 1 Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. 22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Bapa-Nya Konteks tuturan: ungkapan bahagia dan gembira Yesus kepada Bapa-Nya karena para murid-Nya berhasil dalam mengalahkan kekuatan iblis Tujuan tuturan: ungkapan syukur kepada Bapa-Nya Waktu: ketika para murid-Nya berhasil mengusir kekuatan iblis Tempat: Yesus dan para murid berjumpa 9
Teguran
(16) Lukas, 8:25 “Di manakah kepercayaanmu?”
15
Konteks ekstralingusitik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: ketika murid-murid-Nya metakutan Tujuan tuturan: pengujian terhadap iman murid-murid-Nya Waktu: ketika Taufan turun ke danau Tempat: di tengah danau 10
Permohonan
Lukas, 23:34 "Ya Bapa, ampunilah 1 mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Allah, Bapa-Nya Konteks tuturan: pengampunan terhadap perlakuan alogjo-lgojo terhadap-Nya Tujuan tuturan: pengampunan Waktu: penyaliban Yesus Tempat: Golgota 11
Penyerahan
Lukas, 22:42 "Ya Bapa-Ku, jikalau 1 Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Allah, Bapa-Nya Konteks tuturan: berdoa ketika hendak ditangkap Tujuan tuturan: keluhan akan rasa tidak pantas dan penyerahan Diri Waktu: beroda di Taman Getsemani Tempat: taman Getsemani
12
Pengampunan
Lukas, 7:48 “Dosamu telah diampuni.”
2
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: perempuan berdosa Konteks tuturan: pengampunan terhadap perempuan yang berdosa di rumah orang Farisi Tujuan tuturan: memberi nasihat kepada orang Farisi yang anti orang berdosa Waktu: ketika diundang makan di rumah orang Farisi Tempat: di rumah orang Farisi 13
Pujian
(17) Lukas, 7:9 “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Lawan tutur: seorang perwira Konteks tuturan: Yesus menyembuhkan seorang perwira Tujuan tuturan: memuji iman seorang perwira di tengah orang-orang yang tumpul hatinya. Waktu: setelah selesai berbicara dengan orang banyak Tempat: tidak jaUh dari rumah perwira di Kapernaum 14
Penolakan
(18) Lukas, 4:4 “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”
4
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: iblis Konteks tuturan: iblis menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti. Tujuan tuturan: Yesus menolak tawaran iblis. Waktu: ketika Yesus kembali dari sungai Yordan. Tempat: padang gurun 15
Kekaguman
(19) Lukas, 8:45 "Siapa yang menjamah Aku?"
2
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Konteks tuturan: keheranan karena kuasa keluar dari-Nya Tujuan tuturan: ingin mengetahui siapa yang menjamah-Nya Waktu: ketika Yesus didesak-desak orang untuk membangkitkan anak Yairus Tempat: dalam perjalanan ke rumah kepala ibadat 16
Pengujian
(20) Lukas, 24:41 "Adakah padamu makanan di sini?" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Konteks tuturan: meminta makanan untuk membuktikan secara nyata kepada muridNya bahwa Ia benar-benar bangkit. Tujuan tuturan: untuk semakin menyakinkan kepercayaan murid-Nya. Waktu: penampakan Yesus Tempat: di suatu tempat para murid berkumpul. 17
Kecaman
(21) Lukas, 13:32-35 32 "Pergilah dan 4 katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. 33 Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. 34 Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, 35 tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Farisi Konteks tuturan: suruhan orang Farisi supaya Yesus cepat pergi karena Herodes ingin membunuh-Nya Tujuan tuturan: ingin mencobai Yesus, tetapi Yesus mengetahui pikiran buruk mereka Waktu: ketika beberapa orang Farisi datang memberitahu Yesus Tempat: di suatu tempat Yesus dan orangorang Farisi berjumpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
18
Anjuran
Lukas, 20:25 Lalu kata Yesus kepada 1 mereka: "Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: ahli-ahli Taurat dan imamimam kepala Konteks tuturan: penegasan dan anjuran Yesus terhadap jawaban mereka atas pertanyaan yang Yesus ajukan. Tujuan tuturan: memberi nasihat kepada mereka atas pertanyaan yang sebenarnya ingin menjerat Yesus mana yang paling utama diberikan, Kaisar dan kepada Allah (pajak: pelaksanaan firman-Nya) Waktu: ketika Yesus mengajar di Bait Allah Tempat: Bait Allah
Jumlah
132
Jenis-jenis tindak tutur dan makna-makna pragmatik dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas beserta contoh-contohnya yang telah dipaparkan di atas merupakan landasan utama untuk mengantar pada analisis data yang telah terkumpul. Data-data yang telah terkumpul akan dianalisis seperti pemaparan jenis-jenis tindak tutur dan makna-makna pragmatik beserta contoh di atas. 4.2 Hasil Analisis Data Keseluruhan data yang telah terkumpul dan ditrianggulasi oleh pakar akan dianalisis satu per satu untuk mendapatkan jawaban atas dua rumusan masalah penelitian, yaitu jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatik atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Langkah awal dari analisis data adalah menguraikan maksud atau makna pragmatik tuturan dengan memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
konteks ekstralinguistik yang dipergunakan oleh penutur. Adapun aspek konteks tersebut, dapat menentukan jenis tindak tutur yang digunakan oleh penutur dan dapat ditemukan makna pragmatik yang terkandung di dalam tindak tutur tersebut. Dalam menemukan makna pragmatik tentu saja terletak pada asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Dalam bagian analisis data, akan dilaporkan dua sampai lima contoh dari masingmasing jenis tindak tutur dan makna pragmatik yang telah ditemukan. Agar pemahaman semakin jelas mengenai hasil temuan dan kajian sederhana tersebut, di bawah ini akan diuraikan secara mendetil mengenai jenis-jenis tindak tutur. 4.2.1
Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas Dalam penelitian ini, peneliti menemukan jenis-jenis tindak tutur atas
sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas, yaitu 18 tindak tutur langsung, 22 tindak tutur tidak langsung, 1 tindak tutur literal, 27 tindak tutur tidak literal, 13 tindak tutur langsung literal, 13 tindak tutur langsung tidak literal, 29 tindak tutur tidak langsung literal, dan 9 tindak tutur tidak langsung tidak literal. Adapun jenis-jenis tindak tutur yang telah terkumpul ini ditentukan oleh konteks yang mewadahinya, khususnya konteks ekstralinguistik. Di bawah ini akan dianalisis hasil temuan berdasarkan jenis-jenis tindak tutur dan konteks ekstralinguistiknya. 4.2.1.1 Tindak Tutur Langsung Tindak tutur langsung adalah kalimat berita yang difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Dalam penelitian ini ditemukan 18 tuturan yang merupakan jenis tindak tutur langsung. Dari 18 tuturan tersebut 5 contoh tuturan dapat dilihat di bawah ini. (22) Lukas, 4:8: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: iblis Konteks tuturan: Yesus menolak tawaran iblis untuk menyembah penguasa lain selain Allah. Tujuan tuturan: Yesus memerintah iblis untuk menyembah Tuhan. Waktu: saat Yesus berpuasa di Padang gurun. Tempat: tempat yang paling tinggi. Bertolak dari pendapat Wijana di atas maka tuturan (22) merupakan jenis tindak tutur langsung karena tuturan Yesus tersebut merupakan kalimat „perintah‟ (Engkau harus menyembah..dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!). Perintah Yesus tersebut ditujukan kepada iblis yang mencobai-Nya untuk menyembah allah lain yang adalah dia (iblis). Penentuan jenis tindak tutur langsung pada tuturan (22) yang merupakan jenis tindak tutur langsung berdasarkan konteks ekstraliguistiknya. (23) Lukas, 4:35 “Diam, keluarlah dari padanya!” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: roh setan Konteks tuturan: Yesus mengusir roh setan dari dalam diri seseorang. Tujuan tuturan: Yesus memerintah roh setan untuk keluar dari dalam badan seseorang. Waktu: hari Sabat Tempat: rumah ibadat di Kapernaum. Tuturan (23) juga merupakan jenis tindak tutur langsung. Tindak tutur ini dikatakan langsung karena merupakan „perintah‟, yaitu perintah Yesus terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
iblis untuk diam dan keluar dari badan seseorang. Tentunya, penentuan jenis tindak tutur (24) ini yang merupakan jenis tindak tutur langsung juga didasarkan pada konteks ekstralinguistiknya. Dalam tuturan-tuturan tersebutpun tidak mengandung kata-kata yang tersirat. (24) Lukas, 4:43 “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: mereka (di kota-kota lain) Konteks tuturan: Yesus memberitahu mereka bahwa Ia juga memberitakan Injil di kota-kota lain. Tujuan tuturan: Yesus menyampaikan tugas perutusan-Nya. Waktu: siang hari. Tempat: suatu tempat yang sunyi. Tuturan (24) juga merupakan jenis tindak tutur langsung karena tuturan Yesus tersebut merupakan „pemberitahuan‟ tentang tugas perutusan-Nya (“Juga di kota-kota lain untuk itulah Aku diutus”). Yesus memberitahu tentang tugas perutusan-Nya, yaitu memberitakan Injil di kota-kota lain juga kepada mereka (murid-murid-Nya). Tuturan Yesus inipun tidak mengandung makna tersirat dan dapat dengan mudah dipahami oleh para pengikut-Nya. (25) Lukas, 5:4: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Simon Konteks tuturan: Yesus menyuruh Simon bertolak ke tempat yang dalam. Tujuan tuturan: Yesus memerintah Simon bertolak ke tempat yang dalam untuk menangkap ikan Waktu: ketika Ia telah selesai mengajar orang banyak di atas perahu. Tempat: di dalam perahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Tuturan (25) merupakan jenis tindak tutur langsung karena tuturan Yesus merupakan sebuah „perintah‟ (“Bertolaklah…tebarkanlah…”). Yesus memerintah Simon untuk bertolak ke tempat yang dalam karena tujuannya adalah mencari dan menangkap ikan di danau. Penentuan jenis tindak tutur langsung pada tuturan (25) tentunya, berdasarkan konteks ekstralinguistiknya. Tuturan Yesus inipun tidak mengandung kata-kata yang bersifat tersirat tetapi memang merupakan sebuah „perintah‟ yang bersifat langsung. (26) Lukas, 5:14: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang yang sakit kusta Konteks tuturan: Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta. Tujuan tuturan:Yesus memerintahkan orang sakit kusta yang telah disembuhkan untuk memperlihatkan diri kepada imam dan mempersembahkan pada hari pentahirannya persembahan yang diperintahkan Musa. Waktu: pada suatu kali Tempat: di sebuah kota Sementara itu, tuturan (26) juga merupakan tindak tutur langsung. Tuturan (26) merupakan jenis tindak tutur langsung karena tuturan Yesus tersebut berupa „perintah‟ (“Pergilah…perlihatkanlah…persembahkanlah…”). Perintah Yesus tersebut ditujukan kepada lawan tuturnya yang adalah orang sakit kusta. Setelah orang sakit kusta itu disembuhkan-Nya, Yesus menyuruhnya untuk pergi memperlihatkan diri kepada imam dan mempersembahkan seperti yang diperintahkan Musa pada masa pentahirannya. Tuturan Yesus inipun langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
tanpa mengandung kata-kata tersirat. Dengan demikian, dapat dengan mudah dipahami oleh orang sakit kusta tersebut. 4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat ketidaklangsungan sebuah tuturan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan pragmatiknya adalah kenyataan bahwa semakin tidak tembus pandang maksud sebuah tuturan akan semakin tidak langsunglah maksud dari tuturan itu. Dalam penelitian ini, terdapat 22 tindak tutur tidak langsung dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 4 dari 22 contoh tindak tutur tidak langsung dapat dilihat di bawah ini. (27) Lukas, 5:22-24: “22Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? 23 Manakah lebih mudah, mengatakan; Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? 24Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: ahli-ahli Taurat Konteks tuturan: Yesus mengampuni dosa orang-orang yang mengusung orang sakit lumpuh. Tujuan tuturan: Yesus menasihati dan menegur secara halus ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi atas pikiran jahat mereka terhadap Dia. Waktu: pada suatu hari Tempat: di sebuah rumah Bertolak dari pendapat Rahardi di atas, tuturan yang mengatakan bahwa ketidaklangsungan sebuah tuturan, ditentukan kejelasan pragmatiknya. Artinya, kenyataan bahwa semakin tidak tembus pandang maksud tuturan semakin tidak langsunglah tuturan itu. Oleh sebab itu, tuturan (27) ini termasuk jenis tindak tutur tidak langsung karena tuturan Yesus merupakan sebuah nasihat dan teguran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Teguran Yesus ini tercipta karena ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikiran jahat terhadap Yesus yang dapat mengampuni dosa (Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?). Namun, nasihat Yesus tidak dikatakan secara langsung tetapi dinyatakan dengan 2 pertanyaan. “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan; Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah?” 2 pertanyaan ini merupakan sebuah teguran. Teguran Yesus tersebut bukan sekedar ingin bertanya, tetapi rasa geramnya Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang begitu memiliki pikiran jahat terhadap perbuatan baik Yesus. Teguran Yesus tersebut membuat orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat membutuhkan waktu untuk dapat menangkap maksud Yesus karena tuturan Yesus tidak tembus pandang. (28) Lukas, 5:36-39: “36Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. 37Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. 38 Tetapi anggur yang baru itu harus disimpan dalam kantong yang baru pula. 39Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: mereka (orang Farisi) Konteks tuturan: berpuasa Tujuan tuturan: Yesus menasihati orang-orang Farisi dalam hal berpuasa Waktu: perjamuan di rumah Lewi Tempat: rumah Lewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Tuturan (28) juga termasuk tindak tutur tidak langsung karena Yesus menyatakan maksud tidak tembus pandang. Tidak tembus padang tuturan Yesus tersebut terlihat dari kalimat yang diutarakan-Nya menggunakan beberapa istilah , yaitu secarik kain, mengisikan anggur yang baru ke kantong kulit yang tua, dan memilih meminum anggur tua dari pada yang baru. Tuturan Yesus tersebut merupakan nasihat tentang hal berpuasa yang ditujukan kepada orang-orang Farisi yang mempermasalahkan hal berpuasa terhadap Yesus dan murid-murid-Nya dengan Yohanes dan murid-muridnya. Tentunya, contoh yang diberikan Yesus untuk memberi pemahaman kepada orang-orang Farisi tersebut tidak serta-merta dapat ditangkap dengan mudah dan secara langsung oleh orang-orang Farisi, tetapi perlu membutuhkan waktu untuk memahami maksud Yesus tersebut. (29) Lukas, 6:3-4 “3Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 4bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Konteks ekstralnguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Orang-orang Farisi Konteks tuturan: murid-murid Yesus memetik gandum pada hari Sabat Tujuan tuturan: Yesus menasihati orang-orang Farisi tentang larangan pada hari Sabat. Waktu: hari Sabat Tempat: ladang gandum Tuturan (29) juga merupakan tuturan tidak langsung karena secara pragmatik tuturan tersebut juga tidak tembus pandang. Tuturan Yesus tersebut juga merupakan nasihat yang ditujukan kepada orang-orang Farisi tentang larangan pada hari Sabat. Dalam menasihati orang-orang Farisi, Yesus memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
sebuah contoh, yaitu Daud dan murid-muridnya ketika murid-muridnya kelaparan (“Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud…”). Tentunya, contoh yang diberikan Yesus tersebut merupakan tanda bahwa Dia tidak serta-merta menjawab dengan memberi nasihat secara langsung. Yesus ingin orang-orang Farisi semakin mengerti dengan adanya contoh tersebut. Yesus mengutamakan nyawa manusia daripada sebuah peraturan. (30) Lukas, 9:41 "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: para murid tidak dapat menyembuhkan anak yang kerasukan roh jahat Tujuan tuturan: Yesus memarahi murid-murid-Nya yang tidak percaya atau tidak beriman. Waktu: ketika para murid tidak dapat mengusir roh jahat dari seorang anak Tempat: lereng gunung Tuturan (30) ini juga termasuk tuturan tidak langsung karena secara pragmatik maksud tuturan Yesus tidak tembus pandang. Tuturan Yesus merupakan ungkapan kekecewaan terhadap murid-murid-Nya yang kurang percaya terhadap kekuatan Allah yang mereka miliki. Tidak tembus pandang tuturan Yesus tersebut terlihat dari kalimat tuturan-Nya yang berupa pernyataan Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, dan pertanyaan berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Kekecewaan Yesus tersebut merupakan „teguran‟ yang cukup keras kepada murid-murid-Nya untuk percaya terhadap kekuatan Allah yang mereka miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
4.2.1.3 Tindak Tutur Literal Tindak tutur literal (literal speech act) tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 1996:32). Dalam penelitian ini, hanya terdapat 1 jenis tindak tutur literal dari sabda-sabda Yesus. Adapun contoh 1 tindak tutur literal dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat di bawah ini. (31) Lukas, 5:13: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang yang sakit kusta Konteks tuturan: menyembuhkan orang yang sakit kusta Tujuan tuturan: mentahirkan orang kusta Waktu: pada suatu kali Tempat: di sebuah kota Bertolak dari pendapat Wijana di atas, tuturan (31) ini merupakan jenis tindak tutur literal. Tuturan Yesus tersebut merupakan sebuah „perintah‟. Perintah ini terlihat dari kata “Aku mau…” Tuturan Yesus antara maksud dan makna katakata yang menyusunya sama, yaitu Yesus ingin orang sakit kusta tersebut sembuh dan bersih dari penyakitnya dengan nada perintah. 4.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur tidak literal adalah (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 1996:32). Dalam penelitian ini, ditemukan 27 tindak tutur tidak literal dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 5 contoh dari 27 tindak tutur tidak literal dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
(32) Lukas, 6:20:22 “20Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. 21Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. 22 Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai suatu yang jahat. Konteks ekstraliguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: ungkapan bahagia dan peringatan Yesus terhadap murid-murid-Nya. Tujuan tuturan: peringatan kepada murid-murid-Nya Waktu: ketika Yesus bersama dengan murid-murid-Nya Tempat: suatu tempat yang datar Bertolak dari pendapat Wijana di atas, maka tuturan (32) merupakan tindak tutur tidak literal. Tuturan Yesus ini termasuk tindak tutur tidak literal karena antara maksud makna kata-kata yang menyusunya berlawanan. Tanda tuturan Yesus tersebut tindak tutur literal terlihat dari kata orang miskin empunya kerajaan Allah, orang lapar akan dipusakan, orang menangis akan tertawa, dan berbahagia jika karena Anak Manusia ia dibenci dan dikucilkan. Tuturan Yesus tersebut merupakan ungkapan kebahagiaan dalam bentuk nasihat. Namun, nasihat Yesus tersirat peringatan yang ditujukan terhadap murid-murid-Nya. (33) Lukas, 6:43-45 “43Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. 44Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena semak duri orang tidak memetik buah ara dan duri-duri tidak memetik buah anggur. 45Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Konteks tuturan: Yesus mengajar tentang perumpamaan pohon dan buah Tujuan tuturan: mengajarkan buah kebaikan Waktu: ketika bersama-sama murid-murid-Nya Tempat: di sutau tempat yang datar Tuturan (33) merupakan tindak tutur tidak literal karena antara maksud dan makna kata-katanya berlawanan. Yesus menggunakan perumpamaan tentang pohon yang baik yang sebenarnya untuk menggambarkan buah kebaikan dalam hidup. Sebenarnya, tuturan Yesus tersebut bukan ingin sekedar memberitahu pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tetapi sebenarnya ingin menggambarkan orang yang baik akan menghasilkan perbuatan yang baik. (34) Lukas, 7:24-28 “24Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? 25Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. 26Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 27Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 28Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: memuji Yohanes Pembabtis Tujuan tuturan: untuk menyatakan Yohanes juga manusia biasa Waktu: Yohanes mengutus dua muridnya ketika mendengar kabar tentang Yesus Tempat: di suatu tempat Tuturan (34) ini juga merupakan tindak tutur tidak literal karena antara maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama. Tuturan Yesus tersebut merupakan sebuah „pujian‟. Dilihat dari tuturan Yesus yang bermaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
memuji Yohanes, berlainan dengan kata-kata yang diungkapkan-Nya Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.Yesus memberi pujian terhadap Yohanes Pembabtis di hadapan orang banyak. Tindak tutur Yesus tersebut merupakan tindak tutur tidak literal ditandai dengan tuturan-Nya yang menggunakan perbandingan atau metafora. Sebenarnya, membandingkan Yohanes dengan orang-orang di istana raja. Tentu orang banyak tersebut, harus membayangkan orang-orang di istana raja dan membayangkan Yohanes Pembabtis untuk dapat memberi pujian kepada Yohanes sama seperti Yesus. (35) Lukas, 9:23-27 "23Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. 24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. 25Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? 26Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus. 27 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: pemberitahuan syarat mengiktui Yesus Tujuan tuturan: Yesus memberitahu syarat mengikuti-Nya Waktu: ketika para murid mendatangi Yesus berdoa seorang Diri Tempat: di suatu tempat Yesus berdoa Tuturan (35) juga merupakan tindak tutur tidak literal karena antara maksud dan makna kata-katanya berlawanan. Terlihat jelas tindak tutur ini merupakan tindak tutur tidak literal dari pernyataan Yesus tentang bagi siapa yang mengikuti Dia, ia harus memikul salib (menderita), siapa yang menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya, dan orang yang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya. Sebenarnya, Yesus “memberitahu” dalam mengikuti Dia harus siap mati, menderita, dan siap dibenci karena ketika para murid-Nya dapat menjalankan syarat-syarat Yesus tersebut akan mendapat kebahagian sejati dari-Nya. 4.2.1.5 Tindak Tutur Langsung Literal Tindak tutur langsung literal adalah (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (Wijana, 1996:33). Dalam penelitian ini telah ditemukan atau teridentifikasi 13 tindak tutur langsung literal dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 3 contoh dari 13 tindak tutur langsung literal Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat di bawah ini. (36) Lukas, 4:12: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: iblis Konteks tuturan: iblis mencobai Yesus dengan menjatuhkan diri dari bumbung Bait Allah. Tujuan tuturan: Yesus menolak godaan iblis untuk mencobai Allah. Waktu: saat Yesus berpuasa di padang gurun. Tempat: Yerusalem bumbung Bait Allah. Bertolak dari pendapat Wijana di atas maka tuturan (36) merupakan jenis tindak tutur langsung literal karena modus tuturan Yesus berupa larangan dan makna kata-katanya juga merupakan larangan, yaitu jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu. Larangan untuk tidak mencobai Tuhan Allah itu ditujukan kepada iblis sebagai dasar Yesus menolak godaannya. (37) Lukas, 12:22-23 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. 23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: hal kekuatrian harta benda Tujuan tuturan: nasihat jangan kuatir akan segala makanan dan pakaian Waktu: ketika berkumpul bersama murid-murid-Nya Tempat: murid-murid dan Yesus berkumpul Tuturan (37) merupakan jenis tindak tutur langsung literal karena modus tuturan Yesus tersebut berupa nasihat dan makna kata-kata-Nya juga merupakan sebuah nasihat untuk jangan khawatir akan hidup. Nasihat tersebut terlihat dari kata “Janganlah kuatir akan hidupmu,… Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan …” Maksud Yesus tersebut juga memberi nasihat kepada murid-muridNya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
(38) Lukas, 8:39: "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: seorang laki-laki Konteks tuturan: perintah kepada seorang laki-laki untuk menceritakan apa yang telah terjadi padanya. Tujuan tuturan: Yesus menyuruh laki-laki tersebut menjadi saksi. Waktu: ketika Yesus naik ke darat Tempat: di tanah orang Grasa di seberang Galilea Tuturan (38) merupakan jenis tindak tutur langsung literal karena tuturan Yesus tersebut berupa „perintah‟. Perintah Yesus tersebut terlihat dari kata “Pulanglah…dan ceriterakanlah…” Perintah Yesus tersebut ditujukan kepada seorang laki-laki yang sakit. Tuturan Yesus tersebut antara modus tuturan dan makna kalimat sama dengan maksud pengutaraannya, yaitu memerintah laki-laki yang telah sembuh untuk pulang dan menjadi saksi dengan menceriterakan apa yang telah terjadi padanya.
4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur (Wijana, 1996:34). Dalam penelitian ini, telah teridentifikasi 29 tindak tutur tidak langsung literal dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 5 contoh dari 29 tindak tutur tidak langsung literal dapat dilihat di bawah ini. (39) Lukas, 9:48 "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: siapa yang terbesar di antara para murid Tujuan tuturan: Yesus menasihati murid-murid-Nya tentang siapa yang menerima Dia seperti anak kecil, dialah yang terbesar Waktu: perjumpaan Yesus dengan para murid Tempat: berkumpulnya Yesus dan para murid Bertolak dari pendapat Wijana di atas, maka tuturan (39) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena modus tuturan Yesus tidak sesuai dengan maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya. Modus tuturan Yesus berupa „pemberitahuan‟ bahwa jika menyambut anak kecil dalam nama-Nya maka mereka menyambut Yesus, dan jika menyambut Yesus maka mereka menyambut Dia yang mengutus-Nya, dan yang terakhir adalah jika menjadi yang terkecil maka merekalah itulah yang terbesar. Namun, maksud dan makna kata-kata Yesus tidak sekedar pemberitahuan tetapi memerintah. Inti dari jika para murid-Nya menjalankan „perintah‟ Yesus adalah terlihat pada kata Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar. Yesus dalam menyampaikan maksud juga tidak menyebut siapa itu Dia dan siapa itu yang terkecil secara langsung. (40) Lukas, 11:11-13 “11Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? 12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? 13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: dua buah perumpamaan dalam hal berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Tujuan tuturan: Yesus membangun keyakinan para murid terhadap sebuah doa Waktu: ketika Yesus berhenti berdoa di salah satu tempat Tempat: salah satu tempat Yesus berdoa Tuturan (40) juga merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena modus tuturan Yesus tidak sesuai dengan maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya. Modus tuturan Yesus merupakan nasihat yang menggunakan perumpamaan seorang bapa yang baik. Bapa yang baik tidak akan memberikan yang tidak baik kepada anaknya. Namun, perumpamaan tersebut sebenarnya bermaksud memberi pemahaman tentang hal berdoa. Makna kata-kata Yesus juga sebenarnya tentang hal berdoa. Berarti jika para murid berdoa dengan setulus hati, tidak mungkin Allah tidak mengabulkannya. Maksud dari Yesus, jika para murid paham tentang doa terlihat pada kata “Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Nasihat ini, ditujukan Yesus kepada muridmurid-Nya. (41) Lukas, 11:17-23 "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 18Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. 19Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 20 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 21Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. 22Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. 23Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: tuduhan orang banyak terhadap Yesus yang menggunakan kekuatan Beelzebul Tujuan tuturan: Yesus meluruskan pikiran jahat orang banyak. Waktu: ketika suatu kali Yesus mengusir setan dari salah seorang yang membisukan Tempat: Yesus melakukan penyembuhan Tuturan (41) juga merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena modus tuturan Yesus tidak sama dengan maksud dan makna kata-kata yang
menyusunnya.
Yesus
menggunakan
modus
tuturan
berita
atau
pemberitahuan dengan kalimat tanya. Yesus memberitahu orang banyak bahwa Ia mengusir roh setan bukan menggunakan kekuatan beelzebul, tetapi kekuatan Allah ("Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikutpengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”). Namun, walaupun modus tuturan Yesus berupa berita atau pemberitahuan, Dia tidak serta-merta memberitahu secara langsung tetapi menggunakan gambaran kerajaan yang terpecah-pecah dan keluarga yang terpecah-pecah untuk memberi pemahaman kepada orang banyak mengenai kekuatan yang dimiliki-Nya untuk mengusir roh setan. Maksud dan makna dari kata-kata Yesus sebenarnya adalah menegur orang banyak atas pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
jahat mereka yang menuduh Dia menggunakan kekuatan beelzebul untuk mengusir roh jahat. (42) Lukas, 11:24-26 "24Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. 25Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. 26Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: kembalinya roh jahat Tujuan tuturan: Yesus memberi peringatan kepada orang banyak tentang kembalinya roh jahat Waktu: ketika Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan roh setan yang membisukan Tempat: ketika Yesus melakukan penyembuhan Tuturan (42) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena antara modus tuturan dengan maksud dan makna kata-kata yang menyusunya tidak sesuai. Sementara itu, maksud dan makna kata-kata pengutaraannya sesuai. Modus tuturan Yesus berupa „pemberitahuan‟ terlihat pada kalimat: “Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian,…” Sementara itu, maksud dan makna kata-kata yang menyusunya merupakan sebuah „peringatan‟ kepada orang-orang untuk berjagajaga akan roh jahat yang sewaktu-waktu akan kembali. Namun, walau modus tuturan
Yesus
ini
merupakan
pemberitahuan,
tidak
serta-merta
Yesus
menyampaikannya secara langsung tetapi Yesus masih memberi gambaran kembalinya roh jahat dengan sebuah ilustrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
(43) Lukas, 11:33-36 "33Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya. 34Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. 35 Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. 36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: perumpamaan pelita Tujuan tuturan: Yesus menasihati orang banyak supaya sabda Yesus tetap dijaga dan jangan sampai padam Waktu: ketika orang banyak mengerumuni Dia Tempat: perjumpaan Yesus dengan orang banyak Tuturan (43) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena antara modus tuturan dengan maksud dan makna kata-kata pengutaraannya tidak sama. Tuturan Yesus tersebut menggunakan modus tuturan „perintah‟ yang bermakna nasihat. Namun, perintah Yesus ini disampaikannya secara tidak langsung kepada orang banyak, tetapi Ia menyampaikannnya dengan sebuah perumpamaan tentang „pelita‟ (Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.) Ilustrasi tentang „pelita‟ ini sebenarnya mau menggambarkan tentang „mata yang baik‟. Gambaran mata yang baik terlihat pada kata “Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.” Mata yang baik maksudnya,
mata
yang
dipergunakan
sesuai
dengan
perintah
Allah.
„Pemberitahuan‟ bermaksud dan bermakna „nasihat‟ ini ditujukan kepada orang banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
4.2.1.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speedh act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan
maksud
penuturnya
(Wijana,
1996:35).
Dalam
penelitian
ini,
teridentifikasi 13 tindak tutur langsung tidak literal dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 3 contoh dari 13 tindak tutur langsung Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat di bawah ini. (44) Lukas, 5:10: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Simon Konteks tuturan: Yesus mengusir rasa takut dan tidak pantas Simon. Tujuan tuturan: Yesus mengajak Simon menjala manusia (menjadi pengikut-Nya. Waktu: ketika menjala ikan di tengah danau. Tempat: di dalam perahu. Bertolak dari pendapat Wijana di atas, maka tuturan (44) merupakan jenis tindak tutur langsung tidak literal. Modus tuturan Yesus merupakan „perintah‟ dan maksud tuturan Yesus tersebut juga merupakan sebuah „perintah‟, yaitu perintah yang ditujukan kepada Simon. Namun, kata-kata dari tuturan Yesus tidak memiliki makna yang sama dengan maksud Yesus. Kata-kata Yesus memerintah Simon menjala manusia. Kata yang tidak sesuai adalah kata „menjala‟. Maksud Yesus bukan menjala manusia dengan pukat atau alat penangkap ikan, tetapi menjala manusia dengan pewartaan Injil tentang Yesus Kristus. (45) Lukas, 5:27 “Ikutlah Aku!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Lewi pemungut cukai Konteks tuturan: ketika Lewi pemungut cukai duduk di rumah cukai. Tujuan tuturan: Yesus mengajak Lewi menjadi pengikut-Nya Waktu: ketika Yesus pergi ke luar. Tempat: rumah cukai Tuturan (45) juga merupakan jenis tindak tutur langsung tidak literal karena kata-kata yang menyusunnya tidak sama dengan maksud penguntaraannya. Modus kalimatnya sama dengan maksud Yesus, yaitu modus kalimat dan maksud Yesus adalah „mengajak‟ (“Ikutlah...”). Yesus memerintah Lewi pemungut cukai untuk mengikuti-Nya. Namun, tuturan Yesus tersebut bukan hanya sekedar memerintah Lewi pemungut cukai itu sekedar ikut, tetapi ikut di sini dalam arti mengajaknya menjadi murid Yesus. Yesus mengajak Lewi untuk menjadi pengikut-Nya mewartakan Injil Yesus Kristus demi keselamatan semua orang. 4.2.1.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 1996:35-36). Dalam penelitian ini, teridentifikasi 9 tindak tutur tidak langsung tidak literal dari sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 3 contoh dari 9 tindak tutur dari sabda-sabdaYesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat di bawah ini. (46) Lukas, 5:34-35 “Dapatkan sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Lawan tutur: orang Farisi Konteks tuturan: hal berpuasa Tujuan tuturan: Yesus menjawab sekaligus menasihati orang Farisi mengenai hal berpuasa Waktu: perjamuan di rumah Lewi Tempat: rumah Lewi Bertolak dari pendapat Wijana mengenai jenis tindak tutur tidak langsung tidak literal maka, tuturan (46) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung tidak literal karena modus kalimat dan makna kalimat Yesus tidak sesuai dengan maksud Yesus. Modus tuturan Yesus merupakan „pemberitahuan‟ tentang berpuasa dan makna kalimatnya juga mengenai hal berpuasa. Yesus menggunakan pertanyaan “Dapatkan sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?” untuk memberi pemahaman tentang hal berpuasa. Sulit bagi orang-orang mengerti atau dapat dengan mudah menyambungkan hubungan antara mempelai laki-laki dengan hal berpuasa. Sebenarnya, maksud Yesus bukan membahas hubungan mempelai laki-laki dengan berpuasa, tetapi menegur orang-orang Farisi yang mengajukan pernyataan “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga muridmurid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.” Pernyataan orang-orang Farisi tersebut membuat Yesus geram dan akhirnya memberi teguran kepada mereka. Mempelai laki-laki adalah Yesus sendiri. Kehadiran Yesus bersama para murid-Nya merupakan kegembiraan, sukacita dan bukan kehadiranNya membawa dukacita yang membuat orang berpuasa. Pernyataan “Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Maksudnya, setelah Yesus pergi dan tidak bersama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
mereka lagi baru para murid-Nya berpuasa. Berpuasa dalam arti „masa pertobatan‟. (47) Lukas, 12:16-21 "16Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 17Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barangbarangku. 19Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 20Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: perumpamaan tentang orang kaya Tujuan tuturan: Yesus memberi nasihat tentang kekayaan belaka Waktu: orang banyak berkerumun mendengarkan Dia Tempat: orang banyak berkerumun Tuturan (47) juga merupakan jenis tindak tutur tidak langsung tidak literal karena modus tuturan dan makna kalimat Yesus tidak sesuai dengan maksud Yesus. Modus kalimat yang digunakan Yesus adalah „perumpamaan‟ tentang orang kaya dan makna kalimatnya juga tentang „perumpamaan‟ tentang orang kaya (Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya…). Dasar utama yang membuat Yesus mengutarakan sebuah perumpamaan tersebut karena berawal dari permintaan seorang dari orang banyak yang mengerumuni Dia “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Yesus meluruskan permintaan seorang dari orang banyak itu dengan perumpamaan tentang orang kaya. Sebenarnya, maksud dari tuturan Yesus bukan untuk menjelaskan kehidupan orang kaya, tetapi „teguran dan peringatan‟ kepada orang kaya untuk segera bertobat dan sadar akan kekayaan yang menyesatkan hidup mereka dan memisahkan mereka dengan Allah. (48) Lukas, 13:12 “Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: perempuan yang sakit Konteks tuturan: menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat Tujuan tuturan: melawan aturan tentang hari Sabat Waktu: pada saat mengajar di rumah Ibadat Tempat: rumah ibadat Tuturan (48) juga merupakan jenis tindak tutur tidak langsung tidak literal karena modus tuturan dan makna kalimat Yesus tidak sesuai dengan maksud Yesus. Modus tuturan dan makna kata-kata Yesus merupakan „pemberitahuan‟ tentang kesembuhan terhadap penyakit dialami seorang ibu (“Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.”). Namun, sebenarnya dari pemberitahuan tersebut, Yesus bermaksud menentang atau menolak peraturan pada hari Sabat yang tidak boleh salah satunya menyembuhkan orang sakit.
4.2.2
Makna Pragmatik dalam Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas Hasil penelitian dan analisis terhadap jenis-jenis tindak tutur atas sabda-
sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas menunjukkan bahwa tuturan-tuturan Yesus mengandung makna atau maksud pragmatik tertentu. Adapun makna atau maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
pragmatik yang dapat diidentifikasi dari jenis-jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas adalah 24 perintah, 18 pemberitahuan, 1 larangan, 23 nasihat, 9 menyindir, 16 peringatan, 4 penguatan, 1 syukur, 15 teguran, 1 permohonan, 1 penyerahan, 2 pengampunan, 2 pujian, 4 penolakan, 2 kekaguman, 4 pengujian, 4 kecaman, dan 1 anjuran. Adapun untuk lebih jelas dan dapat mendalami lebih jauh mengenai makna atau maksud pragmatik yang terkandung dalam jenis-jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat di bawah ini. 4.2.2.1 Makna Pragmatik „Perintah‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 24 makna pragmatik „perintah‟. Adapun 4 contoh dari 24 makna perintah dapat dilihat di bawah ini.
(49) Lukas, 9:14 "Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: Yesus menyuruh para murid-Nya mengatur orang banyak Tujuan tuturan: Yesus memerintah murid-murid-Nya untuk mengatur orang banyak sebelum mendapatkan makanan Waktu: ketika orang banyak mengikuti Yesus dan murid-Nya ke sebuah kota Betsaida Tempat: Betsaida Tuturan (49) merupakan tuturan yang mengandung makna „perintah‟ terlihat pada kata-kata Yesus “Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok…” Penuturnya Yesus dan mitra tuturnya adalah murid-murid Yesus. Tuturan Yesus bermaksud „memerintah‟ murid-murid-Nya untuk mengatur orang banyak duduk berkelompok agar mempermudah membagi makanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
(50) Lukas, 10:26 "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: seorang ahli Taurat Konteks tuturan: pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai apa yang dapat ia lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal? Tujuan tuturan: ahli Taurat ingin mencobai Yesus Waktu: ketika ahli Taurat mengajukan pertanyaan kepada Yesus Tempat: perjumpaan Yesus dengan ahli Taurat Tuturan (50) merupakan tuturan yang mengandung makna „perintah‟. „Perintah‟ tuturan Yesus ini dalam bentuk pertanyaan (Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?). Penuturnya Yesus dan mitra tuturnya seorang ahli Taurat. Komunikasi ini terjadi karena seorang ahli Taurat mempertanyakan apa yang harus ia perbuat untuk beroleh hidup yang kekal. Ketika pertanyaan itu diajukan, Yesus sebenarnya sudah tahu apa yang ada dalam pikiran seorang ahli Taurat itu. Maka, Yesus menanyakan tentang apa yang tertulis dalam hukum Taurat dan menanyakan apa yang ia baca di sana? Pertanyaan Yesus itu adalah jawaban dari pertanyaan seorang ahli Taurat itu. Tidak secara langsung Yesus bermaksud memerintah seorang ahli Taurat untuk melaksanakan apa yang ia baca dalam hukum Taurat. (51) Lukas, 12: 2-7 2 “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 3Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. 4Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. 5Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! 6Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, 7bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: pengajaran kepada murid-murid-Nya Tujuan tuturan: Yesus menasihati para murid siapa yang harus ditakuti? Waktu: ketika Yesus pertama-tama memberi pengajaran kepada para murid sebelum mengajar orang banyak Tempat: Yesus dan para murid berkumpul Tuturan (51) merupakan tuturan yang mengandung makna „perintah‟ dalam bentuk pemberitahuan terlihat pada kata “Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!” Tuturan Yesus bermaksud memberitahu siapa yang harus mereka takuti. Namun, dalam pemberitahuan itu, Yesus bermaksud „memerintah‟ para murid untuk takut terhadap Dia, yaitu Yesus. Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Tuturan itu terjadi ketika Yesus memberi pengajaran kepada murid-murid-Nya tentang siapa yang harus mereka takuti. (52) Lukas, 6:27-29 “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang membenci kamu; 28mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. 29Barang siapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: mudir-murid-Nya Konteks tuturan: Yesus berkata kepada murid-murid-Nya untuk mengasihi musuh Tujuan tuturan: memerintah para murid untuk mengasihi musuh Waktu: mengajar orang banyak dan murid-murid-Nya Tempat: di tempat yang datar Tuturan (52) merupakan tuturan yang mengandung makna „perintah‟. Namun, perintah Yesus tersebut menggunakan modus kalimat „nasihat‟. Perintah Yesus terlihat pada kata: “Kasihilah…,..mintalah,…berikanlah...dan…biarkan juga….” Perintah Yesus tersebut jelas ditujukan kepada para murid-Nya untuk saling mengasihi sesama, terlebih perintah untuk mengasihi musuh. 4.2.2.2 Makna Pragmatik „Pemberitahuan‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 18 makna pragmatik „pemeritahuan‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 5 dari 18 makna „pemberitahuan‟ dapat dilihat sebagai berikut. (53) Lukas, 17:19 "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau." Konteks ekstralingusitik: Penutur: Yesus Lawan tutur: salah seorang dari kesembilan orang kusta Konteks tuturan: pentahiran orang kusta Tujuan tuturan: perintah untuk berdiri dan pergi atas pentahirannya Waktu: ketika Yesus berjumpa dengan orang kusta yang meminta ditahirkan Tempat: di sebuah desa perbatasan Samaria dan Galilea Tuturan
(53)
merupakan
tuturan
yang
mengandung
makna
„pemberitahuan‟ yang menggunakan modus kalimat perintah. Perintah terlihat pada kata “Berdirilah dan pergilah..” dan „pemberitahuan‟ terlihat pada kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
“…imanmu telah menyelamatkan engkau." Kata-kata Yesus “…imanmu telah menyelamatkan
engkau.”
Menandung
makna
„pemberitahuan‟.
Namun,
pemberitahuan itu tidak disampaikan Yesus secara langsung. Sebenarnya, bukan sekedar imannya saja yang menyelamatkan orang sakit kusta tersebut tetapi kepercayaannya terhadap Yesus. Yesus yang memiliki kuasa menyembuhkan. Yesus menghindari kata-kata Dia yang telah menyelamatkan seorang yang sakit kusta tersebut. (54) Lukas, 11:28 "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: seorang perempuan di antara orang banyak Konteks tuturan: siapa yang berbahagia Tujuan tuturan: Yesus menyampaikan siapa yang berbahagia Waktu: ketika seorang perempuan di antara orang mengajukan pernyataan kepada Yesus Tempat: di suatu tempat Yesus melakukan penyembuhan Tuturan „pemberitahuan‟
(54) dalam
merupakan bentuk
tuturan penegasan
yang dari
mengandung sebuah
makna
pernyataan.
„Pemberitahuan‟ itu terlihat pada kata-kata Yesus "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan…dan memeliharanya.” Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah seorang perempuan di antara orang banyak. Tuturan Yesus itu terjadi ketika seorang mengatakan “Berbahagialah ibu yang mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Yesus bermaksud „memberitahu‟ bahwa yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
(55) Lukas, 22:34 "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Simon Konteks tuturan: tanggapan Yesus terhadap penyangkalan Petrus Tujuan tuturan: penyangakalan Petrus akan benar-benar terjadi Waktu: perjamuan malam Tempat: di sebuah tempat perjamuan Tuturan
(55)
merupakan
tuturan
yang
mengandung
makna
„pemberitahuan‟ terlihat pada kalimat Yesus: “….Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku." Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah Petrus. Yesus bermaksud „memberitahu‟ Petrus bahwa ia akan menyangkal Yesus. Pemberitahuan Yesus merupakan ramalan tentang apa yang akan terjadi pada Petrus ketika Yesus dihukum. (56) Lukas, 8:21 “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: pemberitahuan orang-orang kepada Yesus bahwa ibu dansaudara-Nya berada di luar dan ingin bertemu Tujuan tuturan: Yesus mengajarkan bahwa semua orang yang melakukan firman Allah, itulah saudara dan ibu-Nya. Waktu: ketika ibu dan saudara-saudara-Nya datang kepada-Nya Tempat: Yesus dan orang banyak berkumpul Tuturan
(56)
merupakan
tuturan
yang
mengandung
makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
„pemberitahuan‟ terlihat dari kata-kata Yesus “……ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Pemberitahuan Yesus ini ditujukan kepada orang banyak yang mengatakan bahwa ibu dan saudara-saudaraNya ingin menemui Yesus. Namun, Yesus memberitahu bahwa ibu dan saudarasaudara-Nya ialah mereka yang mendengarkan dan melakukan firman Allah. (57) Lukas, 10:23-24 "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. 24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: hak istimewa para murid yang mengikuti-Nya Tujuan tuturan: menyampaikan kepada murid hak istimewa mereka karena menjadi pengikut-Nya Waktu: ketika para murid menyampaikan keberhasilan mereka dalam mengusir kekuatan iblis Tempat: Yesus dan para murid berkumpul Tuturan
(57)
merupakan
tuturan
yang
mengandung
makna
„pemberitahuan‟ terlihat dari kata-kata Yesus “Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." Pemberitahuan Yesus ini ditujukan kepada para murid-Nya. Pemberitahuan Yesus ini merupakan pemberitahuan tentang hak istimewa para murid yang telah setia menjadi pengikut-Nya. 4.2.2.3 Makna Pragmatik „Larangan‟ Dalam penelitian ini ditemukan 1 makna pragmatik „larangan‟ dari sabda-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun contoh makna „larangan‟ pada sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dapat di lihat di bawah ini. (58) Lukas, 9:62 "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: salah seorang murid-Nya Konteks tuturan: hal mengukti Yesus Tujuan tuturan: dalam mengikuti Dia tidak hanya sebuah keinginan dan bukan usaha sementara, tetapi totalitas dan sampai mati. Waktu: ketika Yesus dan para murid melanjutkan perjalanan Tempat: di tengah perjalanan Tuturan (58) merupakan tuturan yang mengandung makna „larangan‟. Namun,
modus
tuturan
Yesus
menggunakan
kalimat
pemberitahuan.
Pemberitahuan terlihat pada kata-kata Yesus: “….membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Pemberitahuan Yesus tersebut sebenarnya mengandung makna „larangan‟, yaitu melarang melihat kebelakang saat sudah menjadi penikut-Nya. 4.2.2.4 Makna Pragmatik „Nasihat‟ Dalam penelitian ini ditemukan 23 makna pragmatik „nasihat‟. Adapun 5 dari 23 makna „nasihat‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat di bawah ini. (59) Lukas, 11:2-4 "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. 3Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya 4dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Konteks tuturan: hal berdoa Tujuan tuturan: para murid ingin Yesus mengajari mereka dalam hal berdoa Waktu: ketika Yesus berhenti berdoa di salah satu tempat Tempat: salah satu tempat Yesus berdoa Tuturan (59) merupakan tuturan yang mengandung makna „nasihat‟. Modus tuturan Yesus tersebut merupakan perintah, namun mengandung makna „nasihat‟. Yesus bermaksud memberi „nasihat‟ dalam hal berdoa. Nasihat itu terlihat pada kata-kata Yesus "Apabila kamu berdoa, katakanlah:….” Nasihat itu ditujukan kepada murid-murid-Nya. (60) Lukas, 12:30-34 “30Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. 31Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. 32Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. 33Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. 34Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: hal kekauatiran Tujuan tuturan: Yesus menasihati murid-murid-Nya untuk mencari Kerajaan Allah Waktu: perjumpaan dengan para murid-murid-Nya Tempat: para murid berkumpul Tuturan (60) merupakan tuturan yang mengandung makna „nasihat‟ dalam bentuk perintah terlihat pada kata-kata Yesus “Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah para murid-Nya. Tuturan Yesus terjadi ketika Yesus memberi pengajaran kepada murid-muridNya. Maskud dari tuturan Yesus tersebut adalah memberi „nasihat‟ untuk tidak khawatir akan segala kebutuhan hidup karena Bapa di sorga telah memberi yang lebih dari pada itu. Yesus juga memerintah murid-murid-Nya untuk menjual segala milik mereka dan memberi sedekah. (61) Lukas, 13:18-19 18 Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? 19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya." Konteks ekstralingusitik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: perumpamaan tentang biji sesawi Tujuan tuturan: memberitahu bahwa Kerajaan Allah terjadi secara ajaib, tersembunyi, dan tidak terhalangi Waktu: ketika mengajar di rumah ibadat Tempat: rumah ibadat Tuturan (61) merupakan tuturan yang mengandung makna „nasihat‟ terlihat dari kata-kata Yesus "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?...” Nasihat Yesus tentang Kerajaan Allah yang ditujukan kepada orang banyak. Namun, nasihat Yesus ini menggunakan bahasa symbol, yaitu „biji sesawi‟. Yesus menggambarkan nasihat tentang Kerajaan Allah seperti biji sesawi yang terjadi secara ajaib, tersembunyi dan tidak tertandingi. Nasihat Yesus inipun menggunakan kalimat „pemberitahuan‟ tentang biji sesawi. Namun, tuturan itu mengandung makna „nasihat‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
(62) Lukas, 17:7-10 “7Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! 8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. 9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? 10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Konteks ekstralingusitik: Penutur: Yesus Lawan tutur: rasul-rasul-Nya Konteks tuturan: hamba dan tuan Tujuan tuturan: nasihat untuk tidak mengharapkan imbalan Waktu: perjumpaan bersama para murid-Nya Tempat: berkumpulnya Yesus dan para rasul-Nya Tuturan (62) merupakan tuturan yang mengandung makna „nasihat‟ terlihat dari kata-kata Yesus “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Nasihat Yesus ini ditujukan kepada rasul-rasul-Nya untuk tidak mengharapkan imbalan atau upah dari jika melaksanakan suatu pekerjaan. Yesus memberi nasihat digambarkan-Nya dengan ilustrasi antara hamba dan tuan kepada rasul-rasul-Nya. (63) Lukas, 21:25-28 25 "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. 26 Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 28 Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." Konteks ekstralingusitik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: kedatangan Anak Manusia Tujuan tuturan: pesan untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Anak Manusia Waktu: ketika berkumpul bersama murid-murid-Nya Tempat: Bait Allah Tuturan (63) merupakan tuturan yang mengandung makna „nasihat‟ terlihat dari kata-kata Yesus “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." Nasihat Yesus ini, ditujukan kepada murid-muridNya untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Anak Manusia. Kedatangan Anak Manusia merupakan suatu penyelamatan bagi umat manusia. 4.2.2.5 Makna Pragmatik „Menyindir‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 9 makna „menyindir‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 3 dari 9 makna „menyindir‟ tersebut dapat dilihat sebagai berikut. (64) Lukas, 22:20-22 “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: pesan dan sindiran Yesus terhadap murid-murid-Nya , terlebih kepada murid yang menghiananti-Nya. Tujuan tuturan: menyampaikan pesan dan menyindir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Waktu: perjamuan malam Tempat: di sebuah tempat perjamuan Tuturan (64) merupakan tuturan yang mengandung makna „sindiran‟ dalam bentuk pemberitahuan. Pemberitahuan terlihat pada kata-kata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku…. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan..” Sementara itu, maksud utama tuturan Yesus adalah „sindiran‟ kepada Yudas salah satu dari 12 Rasul Yesus. Sindiran itu terlihat pada kata “Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.” Yesus sudah mengetahui bahwa salah satu dari 12 rasul-Nya akan menghianati-Nya. (65) Lukas, 4:24 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: mereka (orang Nazaret) Konteks tuturan: ketika Yesus memberi pengajaran di rumah Ibadat. Tujuan tuturan: Yesus menyinggung mereka (orang Nazaret) yang menolak-Nya dengan memberitahu bahwa tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Waktu: pada hari Sabat Tempat: rumah ibadat di Nazaret. Tuturan (65) merupakan tuturan yang mengandung makna „menyindir‟ dalam bentuk pemberitahuan terlihat pada kata-kata Yesus “....sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah mereka (orang Nazaret). Tuturan itu terjadi ketika Yesus mengajar di rumah ibadat di Nazaret. Maksud dari tuturan Yesus tersebut adalah „menyindir‟ orang Nazaret yang menolak kehadiran dan pengajaran-Nya. (66) Lukas, 7:44-47 “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberi Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
membasuh kaki-Ku dengan air mata dan menyekannya dengan rambutnya. 45 Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada hentihentinya mencium kaki-Ku. 46Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. 47Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosa yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit sedikit juga ia berbuat kasih.” Konteks ekstralinguistik Penutur: Yesus Lawan tutur: Simon Konteks tuturan: Yesus menyindir Simon tentang perempuan yang melayani Dia melebihi Simon Tujuan tuturan: sindiran utama terhadap orang-orang Farisi yang menolak orang berdosa Waktu: ketika Yesus diundang makan di rumah orang Farisi Tempat: rumah orang Farisi Tuturan (66) merupakan tuturan yang mengandung makna „menyindir‟. Sindiran tersebut ditujukan Yesus kepada orang-orang Farisi terlihat dari katakata Yesus “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosa yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit sedikit juga ia berbuat kasih.” Namun, sindiran Yesus terhadap orang-orang Farisi melalui percakapan-Nya dengan Simon. 4.2.2.6 Makna Pragmatik „Peringatan‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 16 makna „peringatan‟. Adapun penemuan makna tersebut karena berdasarkan konteks tuturan. Makna „peringatan‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil lukas dapat dilihat sebagai berikut. (67) Lukas, 20:46-47 "46Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, 47 yang menelan rumah janda-janda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
dan yang mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: waspada terhadap ahli-ahli Taurat Tujuan tuturan: Yesus memperingatkan orang banyak itu untuk waspada terhadap ahli-ahli Taurat Waktu: ketika orang banyak mendengarkan sabda-Nya Tempat: Yesus dan orang banyak berkumpul Tuturan (67) merupakan tuturan yang mengandung makna „peringatan‟ dalam bentuk himbauan terlihat pada kalimat:“Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar,…” Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah orang banyak. Tuturan itu terjadi ketika Yesus bersabda kepada orang banyak. Tuturan Yesus bermaksud memberi „peringatan‟ kepada orang banyak untuk selalu waspada terhadap ahli-ahli Taurat yang bersikap munafik. (68) Lukas, 21:29-33 29Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. 30 Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. 31 Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. 32 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. 33 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: perumpamaan tentang pohon ara Tujuan tuturan: Yesus menyampaikan suatu tanda-tanda kedatangan Anak Manusia Waktu: ketika berkumpul bersama-sama murid-murid-Nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Tempat: Bait Allah Tuturan (68) merupakan tuturan yang mengadung makna „peringatan‟ dalam bentuk perumpamaan terlihat pada kata-kata: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.” Namun, dalam perumpamaan itu, Yesus bermaksud „memperingatkan‟ para murid bahwa Kerajaan Allah sudah dekat terlihat pada kata-kata “Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.” Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah para murid-Nya. Yesus mengingatkan para murid untuk selalu siap dan peka terhadap apa yang terjadi berkenaan dengan „tanda‟. (69) Lukas, 12:15 "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: kekayaan Tujuan tuturan: Yesus memberi peringatan kepada orang banyak untuk waspada terhadap kekayaan Waktu: ketika orang banyak berkerumun Tempat: orang banyak berkumpul Tuturan (69) merupakan tuturan yang mengandung makna „peringatan‟ dengan menggunakan modus kalimat pemberitahuan. „Peringatan‟ Yesus tersebut terlihat dari kata-kata “Berjaga-jagalah dan waspadalah…” Pemberitahuannya terlihat
pada
kata
“...sebab
walaupun
seseorang
berlimpah-limpah
hartanya,….tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Penuturnya Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
dan lawan tuturnya orang banyak. Tuturan Yesus itu, terjadi ketika orang banyak mengerumuni Dia dan mendengarkan sabda-Nya. Maksud dari tuturan Yesus adalah memberi „peringatan‟ untuk waspada terhadap kekayaan. (70) Lukas, 12:35-40 "35Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. 36Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. 37Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. 38Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dini hari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka. 39 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. 40Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: tentang kewaspadaan Tujuan tuturan: Yesus memberi nasihat untuk selalu berjaga dan waspada Waktu: perjumpaan dengan para murid-Nya Tempat: para murid berkumpul Tuturan (70) merupakan tuturan yang mengandung makna „peringatan‟ dengan modus kalimat pemberitahuan tentang kewaspadaan. Peringatan Yesus terlihat pada kata-kata: “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.” Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya para muridNya. Tuturan itu terjadi ketika Yesus berjumpa dan berkumpul dengan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
murid-Nya memberi pengajaran. Tuturan Yesus tersebut bermaksud memberi „peringatan‟ kepada murid-murid-Nya untuk waspada karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak disangka-sangka. 4.2.2.7 Makna Pragmatik „Penguatan‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 4 makna „penguatan‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil santo Lukas. Konteks merupakan salah satu pendukung menemukan makna „penguatan‟ tersebut. Adapun contoh makna „penguatan‟ tersebut dapat dilihat sebagai berikut. (71) Lukas, 8:52 "Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Konteks tuturan: penghiburan terhadap orang-orang yang menangisi anak Yairus yang mati Tujuan tuturan: menguatkan untuk percaya Waktu: ketika orang-orang sedang menangis Tempat: rumah Yairus Tuturan (71) merupakan tuturan yang mengandung makna „penguatan‟ terlihat pada kata-kata Yesus “…..ia tidak mati, tetapi tidur." Modus tuturan Yesus tersebut merupakan kalimat pemberitahuan. Pemberitahuan Yesus bahwa anak Yairus tidak mati. Dalam pemberitahuan tersebut, Yesus bermaksud memberi „penguatan‟ kepada Yairus bahwa anaknya tidak mati. Penguatan itu untuk membangun kepercayaan Yairus akan kekuatan Allah yang ada dalam Yesus yang dapat membangkitkan anaknya yang telah meninggal. (72) Lukas, 8:54 "Hai anak bangunlah!"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Yairus dan istrinya Konteks tuturan: Yesus membangunkan anak Yairus yang mati Tujuan tuturan: Yesus memberi kesaksian bahwa anak Yairus memang belum mati. Waktu: ketika di rumah Yairus Tempat: rumah Yairus Tuturan (72) di atas merupakan tuturan yang mengandung makna „penguatan‟ terlihat pada kata “….bangunlah!” Penuturnya Yesus dan mitra tuturnya Yairus dan istrinya. Kala itu Yesus membangunkan anak Yairus yang mati. Ketika Yesus sudah berada di hadapan anak Yairus yang mati, Yesus langsung menerintah anak yang mati itu untuk bangun. Modus tuturan itu merupakan „perintah‟. Namun, tuturan itu mengandung makna „penguatan‟ yang ditujukan kepada Yairus dan istrinya untuk percaya bahwa anak mereka yang mati dapat bangun dan hidup kembali. 4.2.2.8 Makna Pragmatik „Syukur‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 1 makna „syukur‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Tuturan-tuturan Yesus tersebut dimengerti hanya dalam kaitannya dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat itu terjadi. Adapun makna „syukur‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas dapat dilihat sebagai berikut. (73) Lukas, 10:21-22 "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. 22Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Bapa-Nya Konteks tuturan: ungkapan bahagia dan gembira Yesus kepada BapaNya karena para murid-Nya berhasil dalam mengalahkan kekuatan iblis Tujuan tuturan: ungkapan syukur kepada Bapa-Nya Waktu: ketika para murid-Nya berhasil mengusir kekuatan iblis Tempat: Yesus dan para murid berjumpa Tuturan (73) merupakan tuturan yang mengandung makna „syukur‟ terlihat dari kata-kata Yesus "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,..” Ungkapan „syukur‟ ini Yesus sampaikan kepada Bapa-Nya karena para murid-Nya berhasil dalam mengalahkan kekuatan iblis. Ungkapan „syukur‟ ini Yesus sampaikan dalam bentuk doa dan disampaikan ketika Yesus berdoa kepada Bapa-Nya. Modus tuturan Yesus adalah „pujian‟. Pujian bagi Allah Bapa-Nya yang telah memberi kekuatan-Nya kepada para murid-Nya dalam mengalahkan kekuatan iblis. 4.2.2.9 Makna Pragmatik „Teguran‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 15 makna „teguran‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Sebuah ujaran terikat konteks. Kontekslah yang dapat menemukan makna dari sebuah tuturan. Maka, ditemukan „teguran‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas karena berdasarkan konteks yang menyertai tuturan. Adapun 5 dari 15 makna „teguran‟ tersebut dapat dilihat sebagai berikut. (74) Lukas, 14:8-11 "8Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 9supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 10Tetapi, apabila engkau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 11Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: tamu yang berusaha duduk di tempat yang terhormat Konteks tuturan: Yesus memberi sebuah perumpamaan tentang tempat yang paling utama dan yang paling rendah Tujuan tuturan: Yesus menasihati tentang kerendahan hati karena yang Allah cari adalah orang yang meredahkan diri. Waktu: ketika Yesus melihat tamu-tamu menduduki tempat yang terhormat Tempat: di suatu tempat kehormatan Tuturan (74) merupakan tuturan yang mengandung makna „teguran‟ dalam bentuk perintah. Perintah terlihat pada kata “….janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu,…., Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah.” Penuturnya Yesus dan mitra tuturnya adalah tamu yang berusaha duduk di tempat yang terhormat. Tuturan itu terjadi ketika Yesus melihat tamu-tamu yang mencari tempat duduk yang terhormat. Tuturan Yesus bermaksud memberi „teguran‟ dalam bentuk perumpamaan kepada tamu-tamu yang datang mencari tempat yang terhormat. (75) Lukas, 12:54-59 "56Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? 57Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? 58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
59
Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: menilai zaman Tujuan tuturan: Yesus menegur orang-orang munafik. Waktu: perjumpaan-Nya dengan orang banyak Tempat: berkumpulnya orang banyak Tuturan (75) merupakan tuturan yang mengandung makna „teguran‟ dalam bentuk pertanyaan terlihat pada kata-kata Yesus “Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?” Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah orang banyak. Tuturan itu terjadi ketika Yesus mengajar orang banyak dan Ia melihat begitu mudahnya orang menilai zaman seperti orang munafik. Maksud dari tuturan Yesus tersebut adalah memberi „teguran‟ kepada orang-orang munafik. (76) Lukas, 5:31-32 “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Konteks ekstralinguistik Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Faris dan ahli-ahli Taurat Konteks tuturan: saat makan bersama dalam perjamuan bersama pemungut cukai dan orang berdosa Tujuan tuturan: menasihati orang Farisi dan para ahli Taurat bahwa Dia diutus untuk menyelamatkan orang berdosa Waktu: ketika mengadakan perjamuan besar di rumah Lewi Tempat: rumah Lewi Tuturan (76) merupakan tuturan yang mengandung makna „teguran‟. Namun, modus kalimat yang digunakan Yesus adalah pemberitahuan, terlihat pada kata-kata Yesus “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Tuturan Yesus tersebut bermaksud „menegur‟ orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ketika mereka tidak suka melihat Yesus makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. (77) Lukas, 11:17-23 "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 18Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. 19Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 20Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 21Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. 22Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. 23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." Konteks ekstralinguistik Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: tuduhan orang banyak terhadap Yesus yang menggunakan kekuatan Beelzebul Tujuan tuturan: meluruskan pikiran jahat orang banyak Waktu: ketika suatu kali Yesus mengusir setan dari salah seorang yang membisukan Tempat: Yesus melakukan penyembuhan Tuturan (77) merupakan tuturan yang mengandung makna „teguran‟. Namun,
tuturan
Yesus
menggunakan
modus
kalimat
pemberitahuan.
Pemberitahuan tersebut terlihat pada kata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 18
Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.” Dalam pemberitahuan tersebut mengandung makna teguran. Makna „teguran‟ tersebut terlihat dari kata-kata Yesus “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." Teguran itu ditujukan Yesus kepada orang banyak yang berpikiran jahat terhadap Dia. Orang banyak tersebut menuduh Yesus menggunakan kekuatan beelzebul untuk mengusir setan. (78) Lukas, 5:22-24: “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan; Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa. Konteks ekstralingusitik: Penutur: Yesus Lawan tutur: ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi Konteks tuturan: mengampuni dosa orang-orang yang mengusung orang sakit lumpuh. Tujuan tuturan: menasihati ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi atas pikiran jahat mereka terhadap Dia. Waktu: pada suatu hari Tempat: di sebuah rumah Tuturan (78) merupakan tuturan yang mengandung makna „teguran‟. Teguran itu terlihat dari kata-kata Yesus dengan pertanyaan yang pertama “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?...” Pertanyaan itu mengandung makna „teguran‟ yang ditujukan kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang berpikiran jahat terhadap Yesus. 4.2.2.10 Makna Pragmatik „Permohonan‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 1 makna „permohonan‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Bertolak dari pendapat Kridalaksana dalam Ida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Bagus (2014:94) bahwa konteks sebagai latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Adanya konteks sebagai latar belakang pemahaman sebuah tuturan, baik penutur maupun mitra tutur, maka dapatlah dipahami makna dari tuturan tersebut. Adapun makna „permohonan‟ tersebut dapat dilihat sebagai berikut. (79) Lukas, 23:34 "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Allah, Bapa-Nya Konteks tuturan: pengampunan terhadap perlakuan alogjo-lgojo terhadap-Nya Tujuan tuturan: pengampunan Waktu: penyaliban Yesus Tempat: Golgota Tuturan (79) merupakan tuturan yang mengandung makna „permohonan. Makna „permohonan‟ tersebut dapat dilihat dari kata-kata Yesus "Ya Bapa, ampunilah mereka,…” Permohonan tersebut disampaikan Yesus kepada BapaNya untuk mengampuni para algojo yang menyiksa dan menyalibkan-Nya hingga wafat. 4.2.2.11 Makna Pragmatik „Penyerahan‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 1 makna „penyerahan‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Dalam menemukan makna „penyerahan‟ dari tuturan Yesus, tentunya didukung oleh konteks tuturan-Nya, yaitu salah satunya kepada siapa Yesus bertutur. Adapun makna „penyerahan‟ tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
(80) Lukas, 22:42 "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Allah, Bapa-Nya Konteks tuturan: berdoa ketika hendak ditangkap Tujuan tuturan: keluhan akan rasa tidak pantas dan penyerahan Diri Waktu: beroda di Taman Getsemani Tempat: taman Getsemani Tuturan (84) merupakan tuturan yang mengandung makna „penyerahan‟. Modus tuturan Yesus tersebut merupakan kalimat perintah.
kalimat perintah
Yesus terlihat pada kalimat: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku;…” Perintah Yesus kepada Bapa-Nya mengandung makna „penyerahan‟. Penyerahan tersebut dilakukan Yesus karena Ia merasa tidak pantas di hadapan Bapa-Nya. Yesus mengungkapkan penyerahan Diri dalam sebuah doa. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya karena Ia sudah mengetahui bahwa Ia akan diserahkan kepada para penyamun, disiksa, dan sampai wafat di salib demi menebus dosa umat manusia. 4.2.2.12 Makna Pragmatik „Pengampunan‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 2 makna „pengampunan‟ dari sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Makna „pengampunan‟ ini ditemukan berdasarkan konteks sebagai latar belakang tuturan, yaitu siapa penutur, lawan tutur, dan hal apa yang diperbincangkan? Adapun makna „pengampunan‟ tersebut dapat dilihat sebagai berikut. (81) Lukas, 7:48 “Dosamu telah diampuni.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: perempuan berdosa Konteks tuturan: pengampunan terhadap perempuan yang berdosa di rumah orang Farisi Tujuan tuturan: memberi nasihat kepada orang Farisi yang anti orang berdosa Waktu: ketika diundang makan di rumah orang Farisi Tempat: di rumah orang Farisi Tuturan
(81)
merupakan
tuturan
yang
mengandung
makna
„pengampunan‟. Modus tuturan Yesus menggunakan kalimat pemberitahuan, yaitu bahwa dosanya telah diampuni. Makna „pengampunan‟ tersebut terlihat dari kata-kata Yesus “….telah diampuni.” Namun, dalam pemberitahuan Yesus tersebut terkandung makna „pengampunan‟. Pengampunan tersebut dilakukan oleh Yesus terhadap seorang perempuan berdosa ketika Yesus berada di rumah orang Farisi. (82) Lukas, 5:27 “Ikutlah Aku!” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Lewi pemungut cukai Konteks tuturan: ketika Lewi pemungut cukai duduk di rumah cukai. Tujuan tuturan: Yesus mengajak Lewi menjadi pengikut-Nya Waktu: ketika Yesus pergi ke luar Tempat: rumah cukai Tuturan
(82)
merupakan
tuturan
yang
mengandung
makna
„pengampunan‟. Namun, modus tuturan Yesus menggunakan kalimat „mengajak‟ terlihat pada kata Yesus “Ikutlah…..” Yesus mengajak Lewi pemungut cukai untuk menjadi pengikut-Nya, yaitu mewartakan kabar gembira kepada semua orang. Pemungut cukai dianggap tidak baik pada zaman itu. Namun, Yesus tidak memandang latar belakang dia (Lewi) dan mengajaknya untuk menjadi pengikut-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
Nya. Yesus mengajak seorang pemungut cukai yang adalah orang berdosa. Yesus mengajak seorang pemungut cukai untuk menjadi pengikut-Nya. Ajakan Yesus merupakan tanda pengampunan-Nya terhadap seorang pemungut cukai yang berdosa tersebut. 4.2.2.13 Makna Pragmatik „Pujian‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 2 makna „pujian‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Berbagai macam makna dalam tuturan Yesus, khususnya makna „pujian‟ karena berdasarkan mitra tutur yang berhadapan dengan Yesus. Siapa mitra tuturnya sangat menentukan makna dari sebuah tuturan. Makna tersebut ditangakp dan dipahami karena adanya interpretasi dari penutur dan mitra tutur terhadap sebuah tuturan. Hasil dari interpretasi itu yang dapat menghasilkan makna apa yang terkandung dalam tuturan. Adapun makna „pujian‟ tersebut dapat dilihat sebagai berikut. (83) Lukas, 7:24-28 “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? 25Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. 26 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 27Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 28Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak Konteks tuturan: memuji Yohanes Pembabtis Tujuan tuturan: untuk menyatakan Yohanes juga manusia biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
Waktu: Yohanes mengutus dua muridnya ketika mendengar kabar tentang Yesus Tempat: Yesus dan orang banyak berkumpul Tuturan (83) merupakan tuturan yang mengandung makna „pujian‟. Modus tuturan Yesus menggunakan kalimat pertanyaan. Terlihat pada kalimat: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun?....” Namun, dalam pertanyaanpertanyaan Yesus tersebut, terkandung makna „pujian‟. Makna „pujian‟ tersebut terlihat dari kata-kata Yesus “Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” Dalam tuturan tersebut, Yesus memuji Yohanes Pembabtis di hadapan orang banyak. Yesus ingin menyatakan bahwa Yohanes Pembabtis juga manusia biasa. 4.2.2.14 Makna Pragmatik „Penolakan‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 4 makna „penolakan‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Makna dari sebuah tuturan merupakan pokok penting dari sebuah komunikasi. Dalam menentukan makna yang terkandung dalam sebuah tuturan, didukung oleh konteks tuturan. Melihat siapa penuturnya, mitra tuturnya, dan tujuan tuturannya. Adapun makna „penolakan‟ tersebut dapat dilihat di bawah ini. (84) Lukas, 4:12: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: iblis Konteks tuturan: iblis mencobai Yesus dengan menjatuhkan diri dari bumbung Bait Allah. Tujuan tuturan: Yesus menolak bujukan iblis Waktu: saat Yesus berpuasa di padang gurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Tempat: Yerusalem bumbung Bait Allah Tuturan (84) merupakan tuturan yang mengandung makna „penolakan‟. Modus tuturan Yesus menggunakan kalimat larangan, yaitu terlihat pada kalimat: “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Namun, dalam larangan Yesus tersebut terkandung makna „penolakan‟. Memahami makna „penolakan‟ dalam tuturan Yesus ini tidak serta-merta berdasarkan kata-katanya tetapi berdasarkan siapa lawan tutur-Nya dan tujuan tuturnya. Yesus memang tidak menolak dengan kata-kata penolakan, tetapi melarang iblis untuk mencobai Tuhan. Larangan Yesus tersebut sebagai dasar penolakan atas tawaran iblis untuk menjatuhkan diri dari atas bumbungan Bait Allah. 4.2.2.15 Makna Pragmatik „Kekaguman‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 2 makna „kekaguman‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Bertolak dari pendapat Kridalaksana (1983:103) yang mengatakan makna adalah maksud pembicara atau pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman, hubungan, dalam arti kesepadanan dan ketidaksepadanan, antara bahasa dan alam luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditujunya. Hal tersebut berarti bahwa makna terkandung dalam sebuah tuturan. Penentuan jenis makna juga tergantung konteks sebuah tuturan. Penentuan makna yang terkandung dalam sebuah tuturan juga berdasarkan interpretasi antara penutur dan mitra tutur. Adapun di bawah ini, dapat dilihat makna „kekaguman‟ dari tuturan Yesus. (85) Lukas, 8:46 "Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: Petrus Konteks tuturan: keheranan Yesus terhadap kuasa yang keluar dari pada-Nya Tujuan tuturan: ingin mengetahui siapa yang menjamah-Nya Waktu: ketika orang-orang berkerumun dan mendesak Yesus Tempat: perjalanan ke rumah kepala rumah ibadat. Tuturan (85) merupakan tuturan yang mengandung makna „kekaguman‟. Modus tuturan Yesus menggunakan kalimat pemberitahuan. Pemberitahuan tersebut terlihat pada kalimat: “Ada seorang yang menjamah Aku.” Namun, pemberitahuan tersebut mengandung makna „kekaguman‟. Makna „kekaguman‟ tersebut terlihat dari kata-kata Yesus “….sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku." Tuturan tersebut memang mengandung makna „kekaguman‟ karena keluarnya kuasa dari Diri Yesus karena seseorang yang beriman telah menjamahNya untuk meminta kesembuhan. Namun, inti dari kekaguman itu terletak pada kata-kata-Nya yang terakhir, yaitu “….sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku." 4.2.2.16 Makna Pragmatik „Pengujian‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 4 makna „pengujian‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 3 dari 4 makna „pengujian‟ tersebut dapat dilihat di bawah ini. (86) Lukas, 9:20 "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Konteks ekstralinguistik Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: pertanyaan siapakan Yesus menurut para murid-Nya Tujuan tuturan: menguji sejauh mana para murid-Nya mengenal Yesus Waktu: ketika Yesus berdoa seorang Diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Tempat: di suatu tempat Yesus berdoa Tuturan (86) merupakan tuturan yang mengandung makna „pengujian‟ dalam bentuk pertanyaan terlihat pada kata-kata Yesus “….siapakah Aku ini?” Pertanyaan itu ditujukan Yesus kepada para murid-Nya dengan maksud „menguji‟ iman para murid-Nya sejauh mana mereka mengenal Yesus. Jika mereka tidak mengenal Dia, maka sedihlah hati Yesus karena percuma Dia hadir sudah begitu lama dengan para murid jika mereka tidak mengenal-Nya.
(87) Lukas, 24:36 "Damai sejahtera bagi kamu!" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: Yesus menampakkan Diri kepada semua murid Tujuan tuturan: menyapa para murid bahwa Ia sudah bangkit Waktu: penampakan Yesus Tempat: di suatu tempat para murid berkumpul Tuturan (87) merupakan tuturan yang yang menadung makna „pengujian‟. Namun, modus tuturan Yesus menggunakan kalimat „salam‟ atau „sapaan‟. Salam Yesus tersebut terlihat dari kata-kata Yesus “Damai sejahtera…!” Salam Yesus ini ditujukan kepada para murid-Nya ketika Ia menampakkan Diri kepada para murid-Nya. Namun, salam Yesus tersebut terkandung makna „pengujian‟. Pengjian Yesus berkenaan dengan sejauh mana para murid-Nya percaya dengan apa yang telah Ia katakan dahulu, bahwa Anak Manusia akan wafat dan bangkit pada hari yang ketiga. Salam ini merupakan sapaan bahwa Ia telah bangkit pada hari ketiga sesuai dengan janji-Nya. (88) Lukas, 8:22 “Marilah kita bertolak ke seberang danau.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: naik perahu bertolak ke seberang danau Tujuan tuturan: mengajak ke seberang danau Waktu: ketika di dalam perahu Tempat: di dalam perahu Tuturan (88) merupakan tuturan yang mengandung makna „pengujian‟. Namun, modus tuturan Yesus adalah „ajakan‟ atau „mengajak‟ terlihat pada kata “Marilah….” Kalimat mengajak Yesus tersebut mengandung makna „pengujian‟, yaitu Yesus mengajak para murid ke danau. Danau ada airnya. Air itu menurut kepercayaan kuno adalah tempat tinggal kuasa kejahatan. Yesus ingin menguji kepercayaan para murid-Nya terhadap kekuatan Allah yang ada dalam diri mereka untuk dapat mengusir roh-roh jahat. 4.2.2.17 Makna Pragmatik „Kecaman‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 4 makna „kecaman‟ dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Makna „kecaman‟ tersebut dapat dilhat sebagai berikut. (89) Lukas, 11:29-32 "29Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 30Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”. Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang banyak yang mengerumuni Dia Konteks tuturan: tanda nabi Yunus Tujuan tuturan: Yesus mengecam orang-orang yang menghendaki tanda dari-Nya sebagai bentuk pembuktian untuk menbangun kepercayaan Waktu: ketika orang banyak mengerumuni Dia Tempat: suatu perjumpaan Yesus dengan orang banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Tuturan (89) merupakan tuturan yang mengandung makna „kecaman‟ dalam bentuk pemberitahuan terlihat pada kata “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat…” Penuturnya Yesus dan mitra tuturnya adalah orang banyak yang mengerumuni Dia. Tuturan Yesus bermaksud „mengecam‟ orang-orang yang meminta suatu tanda dari-Nya sebagai bentuk pembuktian kepercayaan terhadapNya. Namun, pemberitahuan ini disampaikan Yesus bahwa untuk angkatan ini yang menjadi tanda adalah „Anak Manusia‟. (90) Lukas, 11:39-44 "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 40Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? 41Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu. 42Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. 43Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. 44Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat Konteks tuturan: kecaman Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orangorang Farisi Tujuan tuturan: mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena kemunafikan mereka Waktu: ketika Yesus selesai mengajar dan Yesus diundang ke rumah orang Farisi untuk makan. Tempat: rumah orang Farisi Tuturan (90) merupakan tuturan yang mengandung makna „kecaman‟. Sesuai dengan konteks situasi penuturan menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996:10) seperti yang dikatakan di depan, dapat mencakup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
aspek-aspek luar kebahasaan seperti berikut ini: penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, dan tujuan tuturan. Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, konteks tuturannya kecaman Yesus terhadap kemunaifikan, dan tujuan tuturan Yesus mengecam orang-orang Farisi terlihat dari kata-kata Yesus “Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi,…. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Namun, modus tuturan Yesus tersebut menggunakan kalimat pemberitahuan. Pemberitahuan tersebut terlihat pada kalimat: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.” Pemberitahuan Yesus tersebut mengandung makna „kecaman‟. 4.2.2.18 Makna Pragmatik „Anjuran‟ Dalam penelitian ini, ditemukan 1 makna „anjuran‟ dari sadda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun makna „anjuran‟ tersebut dapat dilihat di bawah ini. (91) Lukas, 20:25 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala Konteks tuturan: penegasan dan anjuran Yesus terhadap jawaban mereka atas pertanyaan yang Yesus ajukan. Tujuan tuturan: memberi nasihat kepada mereka atas pertanyaan yang sebenarnya ingin menjerat Yesus mana yang paling utama diberikan, Kaisar dan kepada Allah (pajak: pelaksanaan firman-Nya) Waktu: ketika Yesus mengajar di Bait Allah Tempat: Bait Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Tuturan (91) merupakan tuturan yang mengandung makna „anjuran‟. Modus tuturan Yesus tersebut menggunakan kalimat perintah terlihat pada kalimat: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar….” Namun, dalam perintah Yesus tersebut terkandung makna „anjuran‟. Makna „anjuran‟ ditentukan sesuai dengan konteksnya. Sesuai dengan Konteks situasi penuturan menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996:10) seperti yang dikatakan di depan, dapat mencakup aspek-aspek luar kebahasaan seperti berikut ini: penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, dan tujuan tuturan. Penuturnya Yesus, lawan tutur-Nya ahli-ahli Taurat, konteks tuturan: pertanyaan ahli-ahli Taurat dan orangorang Farisi mana yang paling utama diberikan, kepada kaisar atau Allah. Tujuan tuturan Yesus mengajurkan orang-orang Yahudi atas jawaban mereka, yaitu memberikan mana yang wajib untuk kaisar dan mana yang wajib diberikan kepada Allah.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1
Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas Chaer (1995) dalam Rohmadi (2010:33) menyatakan tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Bertolak dari pendapat Chaer memberi jalan penerangan dalam memahami tindak tutur sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan dalam penuturannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur. Tindak tutur terbagi menjadi berbagai macam jenis juga dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Adanya tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal juga dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa seseorang. Selain dipengaruhi kemampuan berbahasa seseorang, adanya berbagai macam jenis tindak tutur juga dipengaruhi oleh konteks yang melatarbelakangi situasi tuturan. Konteks menjadi pengaruh utama terjadinya berbagai macam jenis tindak tutur seorang penutur dan mitra tutur. Dilihat dari penuturnya, mitra tuturnya, konteks tuturannya, dan tujuan dari tuturan tersebut. Adapun berbagai macam jenis tindak tutur yang ditemukan atas sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas juga tidak terlepas dari konteks yang melatarbelakanginya. Sang pengarang Injil Yesus Kristus, yaitu Santo Lukas menggambarkan berbagai macam jenis tindak tutur Yesus pada zaman-Nya. Tentunya, penentuan tindak tutur Yesus oleh Santo Lukas dilatarbelakangi oleh konteks, yaitu penutur, mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan dan tuturan sebagai bentuk tindakan. Santo Lukas sangat jelas menentukan tindak tutur Yesus sesuai dengan mitra tuturnya. Tindak tutur Yesus berbeda jenis tuturan ketika Ia berhadapan dengan para murid-Nya, orang-orang yang disembuhkan-Nya, orangorang berdosa, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, dan Bapa-Nya yang di surga. Salah satu contohnya dapat dilihat sebagai berikut. (92) Lukas, 16:19-25 19 "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, 21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. 22 Kemudian matilah orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. 23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. 24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. 25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: orang-orang Farisi dan hamba-hamba uang Konteks tuturan: Yesus memberi kisah tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin Tujuan tuturan: menyindir orang-orang Farisi dan hamba-hamba uang akan kekayaan belaka yang mereka miliki. Waktu: ketika Yesus mendapat cemoohan dari orang-orang Farisi dan hamba-hamba uang. Tempat: Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul Sesuai dengan pendapat Wijana bahwa tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur maka tuturan (92) merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Modus tuturan Yesus tersebut tidak sesuai dengan maksud tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud. Modus tuturan Yesus menggunakan kisah Lazarus yang miskin dan orang kaya. Sebenarnya, maksud Yesus menyindir orang-orang Farisi dan hamba-hamba uang yang memiliki kekayaan belaka dan bukan menjelaskan apa yang didapat Lazarus dan orang kaya setelah meninggal. Inti dari “sindiran” Yesus tersebut adalah terlihat dari kalimat terakhir cerita Lazarus dan orang kaya “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.” Orang kaya adalah orang-orang Farisi dan hambahamba uang dan Lazarus adalah orang-orang miskin dan sederhana yang tidak tamak akan kekayaan. Jenis tuturan tindak tutur tidak langsung literal memang dipakai Yesus ketika berhadapan dengan orang-orang Farisi dan hamba-hamba uang. Tuturan di atas, sangat jelas menggambarkan bahwa ketika Yesus berhadapan dengan orang-orang Farisi dan hamba-hamba uang akan tercipta jenis tuturan tidak langsung literal. Kebanyakan tuturan Yesus ketika berhadapan dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah tuturan yang bersifat tidak langsung karena Yesus harus memberi sebuah ilustrasi atau bahasa simbol tertentu untuk memberi pemahaman kepada mereka. Yesus mengetahui kerpibadian dan latar belakang mitra tuturnya seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang dikenal dengan kemunafikan, hamba uang, dan anti Kristus. Maka dari itu, jenis tuturan Yesuspun kebanyakan tidak langsung, baik secara literal maupun tidak literal jika berhadapan dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Berbagai macam tuturan Yesus tersebut, selain dipengaruhi oleh mitra tuturnya juga dipengaruhi oleh tujuan tuturan. Yesus jika berhadapan dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bertujuan menyindir, menegur dan mengecam karena Yesus ingin menyadarkan mereka dari perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah. Sangat berbeda jenis tuturan ketika Yesus berhadapan dengan para muridNya. Yesus banyak menggunakan bahasa yang bersifat langsung, baik secara literal maupun tidak literal dan tujuan tuturannya kebanyakan mengajak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
menasihati, memberitahu, dan memerintah. Salah satu contohnya dapat dilihat sebagai berikut. (93) Lukas, 10:5-12 “5Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. 6Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. 8Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 9dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. 10Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: 11Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. 12Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." Konteks enstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para murid-Nya Konteks tuturan: Yesus mengutus ketujuh murid-Nya Tujuan tuturan: Yesus menasihati dan memberitahu para murid-Nya apa yang akan mereka kerjakan dan lakukan dalam menjalankan tugas perutusan Waktu: ketika Yesus mengutus ke tujuh puluh murid-Nya Tempat: Yesus dan para murid berkumpul Bertolak dari pendapat Wijana bahwa tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Dengan demikian, tuturan (93) merupakan jenis tindak tutur langsung tidak literal karena modus tuturannya sama dengan maksud tuturan, yaitu „memberitahu‟ hal-hal apa saja yang akan dilakukan mereka dalam menjalankan tugas perutusannya. Pemberitahuan Yesus terlihat dari kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
Yesus “Kalau kamu memasuki suatu rumah,… Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya… tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." Sementara itu, makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama dengan maksud pengutaraannya,
yaitu „perintah‟ terlihat dari kata-kata Yesus
“….katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.., Tinggallah dalam rumah itu…. Janganlah berpindah-pindah rumah….makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu…pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu;…” Maksud Yesus ini, sama dengan modus tuturan-Nya, yaitu pemberitahuan tentang tugas perutusan, tetapi dalam menyampaikan tugas perutusan itu, kata-kata Yesus tidak sesuai dengan modus kalimat dan maksud Yesus. Berkali-kali Yesus mengatakan Kerajaan Allah sudah dekat. „Kerajaan Allah‟ merupakan kata-kata yang masih mengandung kata-kata yang tidak lieral. Kata „Kerajaan Allah‟ masih perlu dijelaskan secara harfiah. Dilihat dari tuturan (93) sangat jelas bahwa ketika Yesus berhadapan dengan para murid-Nya salah satunya menggunakan jenis tindak tutur langsung tidak literal. Tindak tutur Yesus seperti pemberitahuan, teguran, dan nasihat kebanyak bersifat tidak literal karena Yesus sangat menuntut para murid-Nya untuk bersama-sama dengan Dia berpikir kritis dan bekerja keras untuk memahami maksud kedatangan „Anak Manusia‟ yang diutus oleh Allah. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
dengan para murid-Nya, tuturan Yesus yang bersifat langsung tetapi tidak literal juga dalam penyampaian Yesus ketika berkhotbah di hadapan orang banyak. Yesus banyak memberi bahasa-bahasa simbol dalam bentuk perumpamaan dan metafora, seperti anak yang hilang, biji sesawi, pohon ara yang tidak berbuah, benih dan penabur, kebun anggur, dan Anak Manusia yang adalah Yesus sendiri. Penyampaian-penyampaian Yesus yang secara tidak literal tersebut merupakan bentuk dari misteri Kerajaan Allah yang harus disadari manusia ketika sudah mengalami pertobatan, bahwa segala perkataan Yesus itu benar dan dari Allah. Selanjutnya Searle (dalam Rohmadi, 2010:32) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan perintah atau yang lainnya. Selain dalam bentuk nasihat dan pemberitahuan, tindak tutur Yesus yang bersifat langsung lebih banyak terdapat pada tuturan bentuk perintah. Salah satu contoh dapat dilihat sebagai berikut. (94) Lukas, 6:8 “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: seorang yang mati tangannya Konteks tuturan: menyembuhkan orang yang sakit tangan Tujuan tuturan: memperlihatkan kesembuhannya. Waktu: mengajar di rumah ibadat Tempat: di rumah ibadat Tuturan (94) merupakan tindak tutur langsung karena tuturan berbentuk perintah. Perintah Yesus ditujukan kepada seorang yang mati tangannya. Perintah tersebut terlihat dari kata-kata Yesus “Bangunlah dan berdirilah….” Tentunya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
mitra tutur Yesus dapat dengan mudah menangkap maksud Yesus, yaitu memerintahkannya untuk bangun dan berdiri di tengah setelah Yesus menyembuhkan penyakit yang dideritanya.Tuturan (94) di atas sangat jelas menggambarkan bahwa hasil atau produk dari tuturan adalah „perintah‟. Dalam tuturan Yesus yang lain juga masih banyak terdapat tindak tutur langsung yang bersifat memerintah. Memerintah di sini bukan dalam arti seperti seorang majikan memerintah pembantunya, tetapi memerintah Yesus sebagai pelayan, penyelamat, penuntun, dan pencerah agar umat belajar rendah hati, dapat memilih dan menuju ke jalan yang sesuai dengan kehendak Allah. Adapun jenis-jenis tindak tutur Yesus yang paling menonjol atas sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas adalah tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak langsung, dan tindak tutur tidak literal. Ketiga jenis tindak tutur ini paling menonjol dan paling banyak digunakan Yesus karena dalam pengajaran dan pewartaan, Yesus tidak pernah mengungkapkan jati diri-Nya. Contohnya istilah yang selalu Ia sebut dalam sabda-Nya adalah Anak Manusia. Selain itu, Yesus juga sering kali menggunakan istilah Kerajaan Allah dalam pewartaan-Nya kepada orang banyak. Tindak tutur Yesus yang tidak langsung dan tidak literal ditunjukkan pula oleh banyaknya pemakaian perumpamaan dan ilustrasi dalam sabda-sabda atau pengajaran Yesus kepada orang banyak seperti Biji Sesawi, Pohon Ara yang Tidak Berbuah, Anak yang Hilang, Orang Samaria yang Baik Hati, Hamba dan Tuan, dan sebagainya. Ketidaklangsungan tindak tutur Yesus mau menggambarkan bahwa sabda-sabda-Nya memang tidak akan dimengerti para murid dan semua orang yang mendengarnya, tetapi akan dipahami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
mereka yang mendengarkan sabda-Nya kelak ketika Yesus sudah bangkit.
4.3.2
Makna Pragmatik atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas Geoffrey N. Leech (1983) dalam Rahardi (2003:20) menyatakan
pandangannya sebagai berikut “I shall consider context to be any background knowlege assumed to be shared by S and H and which contributes to H’s interpretation of what S mean by a given utterance”. Pengetahuan dan pemahaman jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang samasama dimiliki oleh pelibat pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan. Maksud Leech adalah kelancaran dalam interpretasi dari sebuah tuturan baik dari penutur kepada mitra tutur maupun mitra tutur kepada penutur, dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan masing-masing. Pendapat Leech di atas sangat jelas bahwa semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh pelibat pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan. Makna atau maksud menjadi tujuan utama keberhasilan dalam melakukan sebuah komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Jika antara penutur dan mitra tutur tidak dapat menangkap makna atau maksud ketika berkomunikasi, maka tidak ada produk atau hasil dari aktivitas komunikasi tersebut. Tidak adanya produk atau hasil dari aktivitas komunikasi tersebut, maka tidak dapat dikatakan bahwa situasi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
sebagai situasi bertutur antara penutur dan mitra tutur. Dalam kajian tindak tutur, biasanya beranjak dari karya Austin pakar filsafat dan lingusitik dari Inggris tentang tindak tutur. Austin berpendapat bahwa kajian tentang makna haruslah tidak hanya mengonsentrasikan diri pada pernyataan kosong, lepas dari konteks karena bahasa itu benar-benar dipakai dalam bentuk tutur, dalam berbagai fungsi atau dalam berbagai maksud dan tujuan (Ida Bagus, 2014:86). Bertolak dari pendapat Austin, jelas mengatakan bahwa sebuah tuturan terkandung makna atau maksud. Dalam menangkap makna atau maksud dalam situasi bertutur, tidak dapat dilepas dari konteks yang melatarbelakangi situasi tuturan tersebut. Konteks sebagai wadah utama dalam menangkap dan menentukan makna atau maksud dari sebuah komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Adapun jenis-jenis tindak tutur pada sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas juga terkandung makna dan maksud pragmatik yang berbeda-beda. Entah itu, makna pragmatiknya perintah, pemberitahuan, larangan, nasihat, menyindir, peringatan, penguatan, syukur, teguran, permohonan, penyerahan, pengampunan, pujian, penolakan, kekaguman, pengujian, kecaman, dan anjuran. Semua makna pragmatik tersebut tergantung dari konteks situasi bertutur pada saat itu. Salah satu contoh dapat dapat dilihat sebagai berikut. (95) Lukas, 22:69 “Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: para tua-tua bangsa Yahudi, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
Konteks tuturan: pertanyaan tentang apakah Yesus adalah Mesias? Tujuan tuturan: memberitahu bahwa Ia sekarang sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa Waktu: ketika di hadapan Mahkamah Agama Tempat: Mahkamah Agama Melihat tuturan (95) merupakan tuturan yang mengandung makna „penolakan‟. Namun,
modus
tuturan
Yesus
menggunakan
kalimat
„pemberitahuan‟.
Pemberitahuan Yesus tentang „Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah‟. Pemeritahuan itu mengandung makna „penolakan‟ karena Yesus menolak pertanyaan para tua-tua bangsa Yahudi, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi tentang “Jikalau Engkau Anak Mesias, katakanlah kepada kami?” Tuturan Yesuspun masih harus dipahami lebih jauh lagi, yaitu kata Anak Manusia dan duduk di sebelah kanan Allah. Untuk memahami makna tuturan Yesus tersebut perlu mengetahui bahwa penuturnya Yesus dan lawan tuturnya para tua-tua bangsa Yahudi, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi. Tuturan itu terjadi ketika mereka menanyakan apakah Yesus adalah Mesias. Kedatangan Yesus ke dunia memang diutus oleh Bapa-Nya terlahir sebagai manusia. Namun, orang-orang pada zaman itu, tidak mengetahui bahwa Ia adalah Anak yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan umat mansia. Maka dari itu, dalam keseharian Yesus mewartakan kabar gembira, banyak orang yang tidak percaya dan menolak kehadiran dan pengajaran-Nya tentang kasih Allah dan tanda-tanda zaman tentang Kerajaan Allah. Perkataan Yesus yang mengandung berbagai macam makna merupakan salah satu bentuk bahwa mewartakan Kerajaan Allah kepada manusia tidak cukup hanya dengan satu makna pada perwartaan-Nya. Salah satu contoh dapat dilihat sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
(96) Lukas, 9:3 "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.” Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: perutusan Yesus terhadap murid-murid-Nya Tujuan tuturan: Yesus melarang nasihat para murid-Nya untuk membawa bekal dalam menjalankan tugas perutusan. Waktu: ketika Ia memanggil kedua belas murid-Nya Tempat: di suatu tempat Yesus dan murid berkumpul Melihat tuturan (96) merupakan tuturan yang mengandung makna „penguatan‟. Namun, tuturan Yesus tersebut menggunakan modus kalimat „larangan‟. Terlihat pada kata “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan…” Penuturnya Yesus dan mitra tuturnya murid-murid Yesus. Terjadinya penuturan itu ketika Yesus mengutus mengutus murid-murid-Nya dan melarang mereka untuk membawa bekal atau tongkat, roti atau uang, atau dua helai baju. Dengan demikian, tuturan Yesus bermaksud „melarang‟. Larangan Yesus itu ditujukan kepada murid-muridNya. Namun, dalam larangan Yesus tersebut terkandung makna „penguatan‟, yaitu percaya dan mengandalkan akan kekuatan Allah yang telah mereka terima dalam menjalani tugas perutusan Yesus. Makna „penguatan‟ pada tuturan di atas jelas mau menggambarkan karya penyelamatan Allah bagi umat manusia. Dalam mewartakan kabar gembira kepada umat manusia, Yesus tidak bekerja sendiri, tetapi Yesus harus memiliki pengikut. Hal tersebut bermaksud karena Yesus mengetahui bahwa setelah Ia pergi ada yang akan menggantikan-Nya untuk menyelamatkan umat manusia. Maka, makna „penguatan‟ tersebut menuntut para pengikut-Nya jika mau mengikuti menjadi murid-Nya jangan membawa bekal. Perutusan tidak membawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
bekal berarti percaya dan mengandalkan kekuatan dari Allah. Dalam perutusan Yesus, membangun kepercayaan kepada murid-Nya untuk percaya akan kekuatan Allah yang dapat membuat mereka kuat dan tahan uji. Dalam perutusan Yesus ke dunia tidak serta-merta hanya berjumpa dengan manusia yang mau mendengarkan sabda-Nya, tetapi Yesus juga berjumpa dengan orang-orang yang menolak kehadiran-Nya dan perwartaan-Nya. Tentunya, ada makna pragmatik yang tercipta dari tuturan Yesus tersebut. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut. (97) Lukas, 10:30-36 "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: seorang ahli Taurat Konteks tuturan: kisah orang Samaria yang baik hati Tujuan tuturan: menyindir seorang ahli Taurat yang ingin mencobaiNya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
Waktu: ketika seorang ahli Taurat menjawab pertanyaan Yesus Tempat: Yesus dan seorang ahli Taurat berjumpa Melihat tuturan (97) jelas merupakan tuturan yang mengandung makna „menyindir‟. Modus tuturan Yesus menggunakan kalimat Tanya. Kalimat Tanya tersebut dapat dilihat dari pertanyaan Yesus pada kalimat terakhir, yaitu “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Pertanyaan itu ditujukan untuk menyindir seorang ahli Taurat yang ingin mencobai-Nya. Namun, Yesus membalasnya dengan kisah seorang Samaria yang baik hati. Sedangkan penyamun itu adalah orang-orang Farisi. Makna „menyindir‟ pada tuturan (97) di atas sangat jelas menggambarkan bahwa kedatangan Yesus ke dunia juga menumpas orang-orang yang anti Kristus. Makna „menyindir‟ dari tuturan Yesus menggambarkan bahwa dalam perutusanNya ke dunia juga menyelamatkan umat manusia dari perbuatan-perbuatan munafik seperti yang dilakukan oleh orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan tuatua Yahudi. Berkali-kali Yesus menyerukan kepada para murid-Nya dan orang banyak dalam pengajaran-Nya untuk waspada terhadap ragi-ragi orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang penuh kemunafikan dalam perlakuannya di hadapan semua orang. Yesus mengetahui bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak menyukai dan menolak kehadiran dan perwartaan-Nya. Kridalaksana dalam Ida Bagus (2014:94) menyatakan bahwa konteks adalah sebagai latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Tentunya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
interpretasi dari mitra tutur terhadap tuturan dari penutur dilatarbelakangi oleh pemahaman seseorang yang telah dimiliki. Bertolak dari pendapat Kridalaksana sangat menegaskan kembali bahwa konteks sangat membantu penutur dan mitra tutur dalam menginterpretasikan sebuah tuturan. Hal ini terlihat ketika para murid Yesus paham akan kehadiran-Nya di tengah-tengah mereka sebagai orang yang akan menyelamatkan, penuh dengan kebenaran dalam perkataan dan perbuatan, dan sebagai pembawa kabar sukacita bagi umat manusia, para murid setia mendengarkan sabda-sabda-Nya. Salah satu contohnya, dapat dilihat sebagai berikut. (98) Lukas, 8:10 “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. 11Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu adalah firman Allah. 12Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. 13Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengarkan firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. 15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: murid-murid-Nya Konteks tuturan: pengajaran tentang iman yang baik dengan perumpamaan penabur dan benih Tujuan tuturan: menjelaskan arti perumpamaan, yang artinya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
iman Waktu: ketika berkumpul dengan orang banyak Tempat: Yesus dan orang banyak berkumpul Melihat tuturan (98) jelas merupakan tuturan yang mengandung makna „nasihat‟. Makna „nasihat‟ dapat dilihat dari konteks tuturan mitra tuturnya, yaitu para murid Yesus. Dalam memberi nasihat terlihat dari kata-kata Yesus “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu adalah firman Allah.” Nasihat Yesus yang ditujukan kepada murid-murid-Nya disampaikan-Nya dengan perumpamaan tentang „penabur‟ dan „benih‟. Nasihat Yesus tersebut merupakan „iman yang baik‟. Tujuan dari tuturan itu adalah Yesus mengharapkan para murid-Nya mengerti tentang „iman yang baik‟. Namun, modus tuturan yang Yesus gunakan adalah „pemberitahuan‟. Pemberitahuan tentang penabur dan benih. Makna „nasihat‟ dapat dimengerti oleh para murid-Nya berdasarkan interpretasi mereka. Konteks pada saat itu adalah Yesus sebagai penutur yang dianggap sebagai yang memimpin mereka. Maka, makna yang terkandung dalam tuturan Yesus tersebut adalah „nasihat‟. Sangatlah wajar jika yang memimpin memberi nasihat. Dalam tugas perutusan-Nya memang Yesus akan banyak menasihati para pengikut dan pendengar setia sabda-sabda-Nya karena nasihat Yesus tersebut sebagai salah satu karya penyelamatan Allah bagi umat manusia. Dalam tugas perutusan Yesus untuk menyelamatkan umat manusia tentunya berbagai cara yang dilakukan-Nya untuk menyelamatkan umat manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
dari dosa. Yesus tidak hanya mengajar dan memberi nasihat kepada murid-muridNya tetapi semua orang yang berjumpa dengan-Nya. Yesus mengetahui pikiran dan hati setiap orang yang berjumpa dengan-Nya. Maka, terkadang orang-orang yang mendengarkan sabda-Nya sebelum mereka berbicara Yesus sudah mengetahui maksud yang diinginkan mereka. Namun, dalam menanggapinya, Yesus memiliki cara tersendiri, yaitu melihat lawan tutur-Nya. Beranjak dari pernyataan di atas maka tepatlah pendapat dari Rahardi (2003:19) bahwa aspek-aspek yang mesti dicermati pada diri penutur maupun mitra tutur di antaranya adalah jenis kelamin, umur, daerah asal, dan latar belakang keluarga serta latar belakang sosial-budaya lainnya yang dimungkinkan akan menjadi penentu hadirnya makna sebuah tuturan. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut. (99) Lukas, 18:24-25 "24Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. 25Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus Lawan tutur: seorang pemimpin yang kaya Konteks tuturan: kesedihan pemimpin kaya terhadap perintah Yesus untuk membagikan kekayaannya dengan orang miskin Tujuan tuturan: Yesus menasihati dan memerintah seorang pemimpin yang kaya untuk menjual dan membagikan kekayaannya. Waktu: perjumpaan Yesus dengan seorang pemimpin kaya Tempat: Yesus melakukan pengajaran. Melihat tuturan (99) merupakan tuturan yang mengandung makna „perintah‟ dalam bentuk pemberitahuan terlihat pada kata: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Penuturnya Yesus dan lawan tuturnya adalah seorang pemimpin yang kaya. Tuturan itu terjadi ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
seorang pemimpin yang kaya bertanya kepada Yesus tentang apa yang harus ia lakukan untuk beroleh hidup yang kekal. Tuturan Yesus bermaksud “memerintah” seorang yang kaya itu untuk menjual segala miliknya supaya beroleh hidup yang kekal. Tuturan (99) sangat jelas mengandung makna „perintah‟ karena sesuai dengan konteks pembicaraan dan mitra tutur Yesus, yaitu membicarakan mengenai bagaimana seorang kaya beroleh hidup yang kekal. Yesus dalam menjawab pertanyaan orang kaya, tentunya Yesus sudah mengetahui latar belakang sosial mitra tutur-Nya. Dengan demikian, Yesus tentu memberi sebuah gambaran yang tepat bagi mitra tutur-Nya yang adalah seorang yang kaya. Gambaran yang tepat bagi Yesus untuk seorang yang kaya tersebut, yaitu dengan sebuah gambaran “…Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Gambaran tersebut adalah cara Yesus untuk menjawab pertanyaan seorang yang kaya tersebut. Makna dari jawaban tersebut merupakan sebuah „perintah. Jika ingin beroleh hidup yang kekal, maka seorang kaya tersebut harus menjual segala harta miliknya. Adapun makna pragmatik yang paling menonjol atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas adalah perintah, nasihat, pemberitahuan, peringatan, dan teguran. Makna-makna pragmatik ini banyak muncul bertolak dari maksud Allah mengutus Yesus ke dunia, yaitu mewartakan kabar keselamatan atau menyelamatkan umat manusia dari dosa. Yesus hadir di tengah-tengah manusia sebagai pemimpin yang melayani dan pengajar. Yesus sebagai pemimpin maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
munculah makna perintah. Perintah dalam hal ini bukan diartikan sebagai perintah Yesus sebagai bos yang memerintah pembantunya, tetapi perintah melakukan perbuatan yang baik dan sesuai dengan kehendak Allah. Sementara itu, Yesus sebagai pengajar maka munculah banyak makna pragmatik nasihat. Yesus dalam pengajaran-Nya banyak menasihati para murid-Nya dan orang-orang yang mendengarkan sabda-Nya untuk saling mengasihi sesama, berbagi, dan rela menderita demi kebenaran akan Allah. Adapun makna pragmatik pemberitahuan, peringatan, dan teguran banyak muncul karena Yesus yang selalu dapat membaca pikiran setiap orang yang menjadi mitra tutur-Nya. pemberitahuan, peringatan, dan teguran dari Yesus tergantung mitra tutur dan tujuan dari tuturan tersebut. Bagi para murid-Nya dan orang-orang yang mendengarkan sabda-Nya, Yesus kerap kali memberitahu akan Kerajaan Allah dan maksud kedatangan Anak Manusia ke dunia. Makna pragmatik peringatan dan teguran, Yesus mengajarkan akan bahaya ketamakan dalam hidup, kekayaan yang menyesatkan, ragi-ragi orang-orang Farisi, dan perbuatan-perbuatan sesat lainnya. Sementara itu, teguran dan peringatan dari Yesus bagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah meminta mereka untuk sadar akan kemunafikan dan sikap mereka yang anti Kristus, yang menolak ajaran akan Kristus. Yesus dengan keras menentang dan mengecam peraturan dan sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang penuh kemunafikan, anti Kristus, dan mempengaruhi orang-orang untuk sesat bersama ajaran mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV mengenai “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas”, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Jenis tuturan dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal. Adapun jenis-jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas yang paling dominan muncul digunakan adalah tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak literal dan tindak tutur tidak langsung. Ketiga tindak tutur ini, banyak digunakan karena berkaitan erat dengan misteri kedatangan Anak Manusia yang diutus oleh Allah ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Yesus hadir di tengah-tengah manusia kala itu berperan sebagai pemimpin yang melayani dan sebagai pengajar. Maka dari itu, dalam memimpin dan mengajar, kerap kali Yesus tidak mau mengungkapkan jati diri-Nya secara langsung. Yesus dalam mewartakan sabda-Nya kerap kali memakai perumpamaan, ilustrasi, pepatah, dan istilah untuk memberi pemahaman akan keselamatan dan tentang Kerajaan Allah. Makna kata-kata Yesus sama dengan maksud. Namun, penyampaian dengan
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
perumpamaan, ilustrasi, pepatah, perbandingan dan istilah, tidak dapat ditangkap mitra tutur-Nya secara langsung. Selain itu, sabda-sabda Yesus yang bersifat tidak langsung dan tidak literal didasarkan pada rahasia Ilahi yang tidak bisa dimengerti dan dipahami manusia secara spontan tetapi pada akhirnya dipahami setelah manusia menjalani kehidupan nyata dan mewujudnyatakan sabda-sabda Yesus dalam kehidupan nyata. Adapun tindak tutur yang paling sedikit digunakan atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal dan tindak tutur literal. Tindak tutur tidak langsung tidak literal digunakan ketika Yesus memberi pengajaran dengan menyindir, menegur, dan mengecam saat berhadapan dengan orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan orang-orang yang menuntut suatu tanda dari-Nya. Ketika Yesus menyindir, menegur, dan mengecam mitra tutur-Nya, khususnya orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, modus dan makna kata tidak sesuai dengan maksud seperti menggunakan ilustrasi, perumpamaan, istilah, dan perbandingan. Sementara itu, tindak tutur yang bersifat literal digunakan Yesus ketika Ia melakukan penyembuhan, seperti melakukan penyembuhan kepada orang yang sakit kusta. Dalam melakukan penyembuhan, tindak tutur Yesus bersifat memerintah. Perintah Yesus tersebut tanpa mengandung kata-kata tersirat. 2. Adapun dari berbagai jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas ditemukan makna atau maksud yang terkandung dalam berbagai macam jenis tindak tutur, di antaranya adalah perintah, pemberitahuan, larangan, nasihat, menyindir, peringatan, penguatan, syukur, teguran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
permohonan, penyerahan, pengampunan, pujian, penolakan, kekaguman, pengujian, kecaman, dan anjuran. Makna pragmatik yang paling menonjol adalah makna pragmatik perintah, makna pragmatik nasihat, makna pragmatik pemberitahuan, makna pragmatik teguran, dan makna pragmatik peringatan. Makna pragmatik perintah, nasihat, pemberitahuan, teguran, dan peringatan paling menonjol dikarenakan Yesus diutus Allah ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam tugas perutusan, Yesus hadir sebagai pemimpin dan pengajar di tengah umat manusia. Yesus memerintah untuk berbuat sesuai dengan kehendak Allah kepada sesama. Yesus kerap kali menasihati ketika Ia memberi pengajaran, baik kepada para murid-Nya maupun kepada orang-orang yang mendengarkan Sabda-Nya. Yesus kerap kali memberitahu tentang tanda-tanda zaman, Kerajaan Allah, tugas perutusan Anak Manusia yang diutus Allah ke dunia ketika memberi pengajaran kepada orang-orang yang mendengarkan sabda-Nya. Yesus kerap kali memberi peringatan dan teguran ketika orang-orang sudah mulai tersesat hidupnya, terutama kepada para murid-Nya dan terlebih kepada orang-orang berdosa, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Makna pragmatk perintah kerap muncul ketika Yesus melakukan penyembuhan dan berkotbah. Sementara itu, makna pragmatik yang paling sedikit muncul adalah makna pragmatik kekaguman, makna pragmatik syukur, makna pragmatik permohonan, makna pragmatik penyerahan, makna pragmatik pengampunan, dan makna pragmatik kecaman. Makna-makna pragmatik ini sedikit mucul dikarenakan berdasarkan maksud kedatangan Yesus yang diutus ke dunia, yaitu bukan membawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
perdamaian tetapi pertentangan. Maksudnya, Allah mengetahui keadaan manusia di dunia, yaitu hidup penuh dosa. Kebahagiaan yang dialami manusia juga karena hidup dalam dosa. Maka dari itu, Yesus datang ke dunia untuk menghancurkan kebahagiaan manusia yang hidup dalam dosa dan bersifat tidak abadi. Yesus mengajarkan hidup menderita kepada manusia tetapi mengandung kebahagiaan yang abadi, yaitu rela dicemooh, dibenci, dihukum, ditolak, dan mati karena kebenaran akan Kristus. Sementara itu, makna penyerahan dan permohonan muncul ketika Yesus berdoa kepada Bapa-Nya yang di sorga. Yesus menyerahkan nyawa-Nya demi menebus dosa manusia dan Yesus memohon agar dosa manusia diampuni Bapa-Nya. 3. Adapun acuan atau referen sebagai dasar penentuan jenis-jenis tindak tutur dan makna atau maksud dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas adalah bertolak dari konteks. Konteks merupakan sebuah kunci utama dalam mengarahkan penentuan jenis tindak tutur dan makna atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Konteks sebagai pilar utama dalam memahami dan menangkap makna atau maksud dari sebuah tuturan dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tindakan nyata. 5.2 Saran Beberapa saran berdasarkan hasil penelitian yang sekiranya dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut. 1. Bagi mahasiswa pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dapat melakukan penelitian yang sejenis, yaitu penelitian dari kajian ilmu pragmatik dengan berbagai aspeknya guna memperkaya penelitian pada bidang ilmu pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
dan mendongkrak linguistik agar tidak tenggelam dan tertelan oleh zaman. 2. Bagi para pengajar, perlu memperkenalkan ilmu pragmatik yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran guna membantu mempermudah menangkap maksud atau makna dari sebuah tuturan dengan menyertakan konteks sebagai pilar utama penentuan. 3. Bagi para pemuka agama dan masyarakat gereja, perlu pemahaman yang tidak terkungkung oleh bidang tertentu, khususnya ilmu teologi dalam memahami maksud atau makna dari Injil Yesus Kristus karangan Santo Matius, Injil Santo Markus, Injil Santo Lukas, dan Injil Santo Yohanes. Perlu juga memahami maksud atau makna teks Injil dari bidang ilmu yang lain, yaitu ilmu pragmatik Bahasa Indonesia. Tentunya, kedua ilmu tersebut memang memiliki teknik-teknik tertentu dalam menentukan atau memahami makna atau maksud yang terkandung dalam teks Injil. Tentunya, kedua bidang ilmu tersebut dalam menentukan makna atau maksud dari teks Injil karangan Santo Matius, Injil Santo Markus, Injil Santo Lukas, dan Injil Santo Yohanes, tidak akan menghilangkan nilai-nilai penting yang tersirat dan tersurat dalam teks Injil dari keempat pengarang tersebut. 4. Bagi para pembaca dan peneliti lain. Penelitian ini, diharapkan dapat memberi tambahan wawasan baru dalam ilmu pragmatik Bahasa Indonesia, terkhusus jenis-jenis tindak tutur dan maknanya. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi para pembaca dan peneliti lain, untuk penelitian-penelitian berikutnya, terkhusus pada jenis-jenis tindak tutur dan maknanya dalam kajian pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
DAFTAR PUSTAKA 2007. Kitab Suci Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan (Edisi NLO). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia Anggota IKAPI. Afifudin, Ahmad Saebani, Beni. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Bagus, Ida. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: RINEKA CIPTA. Chen, Martin. 2002. Teologi Gustavo Gutierrez. Yogyakarta: Kanisius. Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta: Sinergi Dunia. Jensen Irving L. 1970. Lukas. Bandung: Kalam Hidup. Keraf, Gorys.1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. .1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Kutha Ratna, Nyoman. 2013. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Leks, Stefan. 2003. Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nadar, Franciscus Xaverius. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nugroho, Bonifatius Dwi Yuniarto. 2009. “Menjadi Manusia Baru” Kritik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
Naratif Atas Teks Lukas 19:1-10”. Skripsi. Program Studi Ilmu Teologi Jurusan Teologi Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Panuntun, Beata Prima Equatoria. 2011. “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan Dalam Novel 9 Matarhari: Suatu Tinjauan Pragmatik.” Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguistics. London.Taylor & Francis Ltd. Putra, FX. Handy Kristian Adi. 2005. “Kritik Naratif Atas Teks Lukas 15:11-32 (Kisah Anak yang Hilang).” Skripsi. Program Studi Ilmu Teologi Jurusan Teologi Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik Teori dan Analisis. Surakarta: Lingkar Media Jogja. Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang. Dioma. Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Anggota APPTI. Sudaryat, Ndang; Natasasmita, Hanapi. Ringkasan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Ganeca Exact Anggota IKAPI. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Kosakata. Bandung: ANGKASA. Waridah, Ernawati. 2014. Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa Plus Kesusastraan. Bandung: Kawan Pustaka. Wijana, I Dewaputu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI