REVOLUSI PENGENDALIAN BANJIR DI INDONESIA
DJOKO SURYANTO Hp. 0812 952 6683
POLA PIKIR BANJIR SELAMA INI
Definisi Banjir : Banjir adalah pertistiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi dan terus menerus. Penyebab banjir antara lain: 1. curah hujan yang tinggi 2. semakin luasnya hutan yang gundul 3. kurangnya daya resap air ke dalam pori-pori tanah 4. pembuangan sampah di sungai 5. sistem drainase yang kurang baik 6. jebolnya waduk atau tanggul, dan lain sebagainya.
Penanggulangan dan Pengendalian Banjir Penanggulangan dan Pengendalian BanjirTraining) 1. Pengaturan Sungai (River
dan Normalisasi Alur
Sungai.
1) 2) 3) 4)2. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall). 5) 6)
3. Saluran Penyalur Banjir atau Banjir Kanal Pengaturan Sungai (River Training) dan Normalisasi Alur(Flood Sungai.Way). Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall). Saluran Penyalur Banjir atau Banjir Kanal (Flood Way). Waduk/Kolam Penampung Banjir Sementara Basin). 4. Waduk/Kolam Penampung Banjir (Retarding Sementara (Retarding Sistem Drainase dan Pompanisasi Bendungan Pengendali Banjir. Basin).
5. Sistem Drainase dan Pompanisasi 6. Bendungan Pengendali Banjir.
Dari 6 item di atas 4 item adalah prioritas utama dan 2 item menjadi pelengkap dan jarang direalisasikan.
4 prioritas utama tersebut mengutamakan luapan air banjir dibuang kelaut, dan tidak ada usaha untuk menyimpannya di darat, ini yang sangat bertentangan dengan filosofi diturunkannya hujan.
POLA PIKIR BANJIR YANG AKAN DITERAPKAN Kejadian turunnya Hujan adalah satu satunya sumber air tawar untuk kebutuhan seluruh mahkluk di bumi, oleh karena itu kita wajib menyimpannya , karena kita tidak dapat melakukan terjadinya hujan. ”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,:21)..
Penyebab banjir antara lain: 1. semakin luasnya hutan yang gundul 2. kurangnya daya resap air ke dalam pori-pori tanah 3. pembuangan sampah di sungai 4. sistem drainase yang kurang baik 5. jebolnya waduk atau tanggul, dan lain sebagainya.
Revolusi Pengendalian Banjir saat ini di prioritaskan untuk menyimpan air hujan sebanyakdanmungkin. Penanggulangan Pengendalian Banjir 1) 2) 3) 4)1. Bendungan Pengendali Banjir. 5) 6)2. Waduk/Kolam Penampung Banjir Sementara (Retarding
Basin).
Pengaturan Sungai (River Training) dan Normalisasi Alur Sungai. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall). 3. Pembuatan Sumur Saluran Penyalur Banjir atauResapan Banjir Kanal (Flood Way). Waduk/Kolam Penampung 4. Revitalisasi – Banjir situ Sementara (Retarding Basin). Sistem Drainase danSitu Pompanisasi Bendungan Pengendali Banjir.Sungai. 5. Normalisasi Alur
6. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall). 7. Sistem Drainase dan Pompanisasi
ALASAN MERUBAH POLA PIKIR TENTANG PENGENDALIAN BANJIR DI INDONESIA 1. TURUNNYA HUJAN ADALAH RAHMAT ALLAH DENGAN TUJUAN UNTUK SUMBER SUMBER AIR DI BUMI. 2.
TURUNNYA HUJAN BULANAN RELATIVE SAMA BESARNYA.
3. SOLUSI PENGENDALIAN BANJIR SELAMA INI BERTENTANGAN DENGAN TUJUAN DITURUNKANNYA HUJAN. 4. PENYEBAB UTAMA BANJIR KARENA PERBUATAN KITA, PEMBANGUNAN TIDAK MEMPERHATIKAN EKOLOGI.
Berikut ini saya berikan beberapa slide bukti dan fakta yang terjadi di bumi indonesia tercinta
Hydrology cycle ini telah di firmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum : 48 (Q.S 30:48) seperti dibawah ini: ” Dialah Allah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya:maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Siklus hidrologi menurut Al’qur’an 3 tahap juga yaitu : Tahap Pertama : “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..” Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal gumpal…..”
Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, ………
Maksud di turunkannya hujan adalah Rahmat Allah untuk seluruh makhluk di alam semesta ini sebagai sumber kehidupan dan bertujuan untuk memberikan keyakinan , keimanan ; peringatan bagi umatnya untuk di maknahi sebagai hikmah bagi umat yang bertaqwa kepada Allah SWT. Tujuan diturunkannya hujan adalah rencana Allah SWT yang Maha Agung dan lagi bijaksana serta maha kasih sayangnya kepada seluruh makhluk di alam semesta ini , sehingga rencana penciptaan hujan tersebut telah ditulis di Lauhul Mahfuzh , 50. 000 tahun sebelum penciptaan Langit dan Bumi dan telah ditakdirkan oleh Allah SWT termasuk kejadian apa saja yang terjadi di muka bumi ini . Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah qolam. Lalu Allah firmankan padanya, „Tulislah‟. Qolam mengatakan, “Apa yang akan aku tulis?‟ Allah berfirman, ‟Tulislah berbagai takdir dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat‟. ” Begitu pentingnya rencana hujan itu diturunkan karena hujan berfungsi sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk di alam semesta ini, sebagai pendukung misi dari Allah SWT yang akan menciptakan langit dan bumi ini sehingga turunnya hujan termasuk kunci ilmu ghoib dan hanya Allah SWT yang mengetahui kapan turunnya.
Allah Ta‟ala berfirman, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan lima perkara gaib yang hanya Allah sendirilah yang mengetahui perkara itu yaitu: 1. Hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan datangnya Hari Kiamat, Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Q.S. Al A'raf: 187) 2. Allah sendirilah yang menurunkan hujan, Dialah yang menetapkan kapan, di mana dan berapa banyak yang akan dicurahkan-Nya, maka ketetapan-Nya itu tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya. 3. Hanya Allah saja yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang ada dalam suatu kandungan, apakah cacat atau sempurna, dan kapan ia akan dilahirkan. 4. Hanya Dia pula yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan oleh seseorang esok harinya. 5. Seseorang tidak mengetahui di mana ia akan meninggal dunia nanti. Apakah di daratan atau di lautan ataupun di udara, apakah di negeri ini, atau di negeri itu. Hanya Allah saja yang dapat mengetahuinya dengan pasti.
Hujan itu rahmat Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, / Q.S Al Furqaan : 48 Tidak ada yang mampu menurunkan hujan melainkan Allah SWT “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).
Jumlah air di bumi ini 97 % adalah air asin yang berada di lautan dan 3 % adalah air tawar, dari 3 % tersebut 30 % air dalam tanah dan 70 % ada di gunung es dan glacier, hanya 0,3 % air tawar yang ada di permukaan yang bisa di manfaatkan oleh manusia.
KETERSEDIAAN AIR Distribusi air di Bumi Sembilan puluh tujuh % dari tatal air di Bumi berada di laut berupa air asin sekitar 1400 x 1015 m3 Air tawar di Bumi 3 % yang meliputi : Lokasi
Ketersediaan air %
Salju, es, dan gletser Air tanah/jenuh Danau Butir –butit tanah Awan,kabut,embun,hujan Sungai
75.00 24.00 0.30 0.065 0.035 0.030
Total Luas tanah Total Luas laut Precipitasi didaratan Evaporasi dari daratan Precipitasi di wilayah laut Evaporasi dari lautan Applied hydrology by mutreja
: 136 : 374 : 750 : 545 : 870 : 940
x 106 km2 x 106 km2 mm/Tahun mm/Tahun mm/Tahun mm/Tahun
REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan hasil penelitian, dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Menurut Harun Yahya, fenomena alam itu sesunguhnya telah dinyatakan dalam Alquran sejak abad ke-7 M dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". Mari kita simak Alquran surah Az-Zukhruf [43] ayat 11, ''Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).'' Menurut Harun Yahya, air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. ''Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini,'' ujar pemilik nama asli Adnan Oktar ini. Bahkan, kata dia, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini. Satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Alquran. Maha Benar Allah SWT dengan Segala Firmannya..
Jadi begitulah filosofi terjadinya HUJAN, dari air laut yang asin dirubah menjadi air tawar untuk kebutuhan semua mahkluk di bumi Tetapi apa yang terjadi selama ini dalam pengendalian banjir yang dilakukan adalah membuang air hujan secepatnya kelaut, cara ini bertentangan dengan tujuan dan fungsi dari siklus hidrologi , kalau ingin mencegah banjir kita harus kembali ke filosofi dari siklus hidrologi tersebut, selama penanganan banjir masih bertentangan dengan filosofi siklus hidrologi hasilnya tidak akan bermanfaat dan tidak pernah akan selesai permasalahan tersebut. Padahal sudah jelas tujuan dan manfaat air hujan itu untuk kebutuhan mahkluk di bumi, dari air laut yang asin diproses menjadi air tawar di bumi ,supaya menjadi sumber sumber air di bumi. Seperti firman Allah
”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.AzZumar,:21). Kita disuruh memperhatikan dengan diturunkannyanya hujan, dan kita juga di suruh belajar dari kejadian hujan tersebut yang di terangkan dalam ayat di atas karena kita di beri akal oleh Allah SWT Tetapi apa yang kita lakukan setelah air dikirim ke daratan melalui hujan, PANTASKAH AIR HUJAN ITU DIBUANG LAGI KE LAUT , dalam rangka PENGENDALIAN BANJIR, ????? Yang selama ini umumnya dilakukan di Indonesia. Terakhir lebih extrim yaitu mendorong awan awan ke tengah laut kembali, supaya hujannya jatuh kelaut.
IKLIM DI INDONESIA Indonesia secara geografi berada di antara benua Asia dan Australia menjadi tempat perlintasan arah angin yang berganti arah setiap 6 bulan sekali, sehingga Indonesia mengalami pergantian musim hujan dan musim kemarau. Karena itu Indonesia dipengaruhi Iklim musim.
Iklim musim ditandai dengan pergantian musim setiap 6 bulan sekali yaitu musim hujan dan kemarau, musim kemarau atau musim kering terjadi antara bulan April sampai dengan bulan September dengan ciri – ciri curah hujan lebih kecil dari 60 mm per bulan, sedangkan musim hujan atau musim basah di tandai dengan meningkatnya curah hujan di suatu daerah di banding biasanya dalam jangka waktu tertentu secara tetap, musim hujan terjadi antara bulan oktober sampai dengan bulan maret.
Penyebab banjir yang penulis sampaikan di atas adalah hasil dari para pakar banjir yang umumnya selalu didiskusikan dan fakta lapangan yang dilihat, dan itu semua juga benar adanya tapi ada yang lebih dalam secara filosofi bagaimana hujan itu diturunkan dan apa maksud dan tujuan diturunkannya hujan tersebut dan sudah penulis bahas di awal tulisan ini. Padahal diantara penyebab banjir tersebut yang paling utama penyebabnya yang selama ini terjadi di Indonesia adalah berkurangnya resapan air di daerah aliran sungai atau DAS dan di wilayah perkotaan, dengan satu alasan karena curah hujan yang turun relative hampir sama selama 40 tahun terakhir ini , sebagai contoh nyata dan fakta dengan data – data yang akan saya sajikan di bawah ini yaitu banjir yang terjadi di wilayah Jakarta.
Kejadian banjir di Jakarta selama hampir 40 tahun terakhir ini, atau sampai tahun 2014 adalah :
1.
Data curah hujan bulanan maupun tahunan selama 40 tahun terakhir hampir sama tidak ada secara extrim curah hujan meningkat /data di sajikan dalam data indicator no 1.
2.
Penggunaan lahan di kawasan daerah aliran sungai atau DAS dan di wilayah DKI meningkat , data disajikan dalam data indicator no 2.
3.
Dari indicator bahwa data curah hujan selama 40 tahun terakhir ini masih sama, berarti koeffesion run off berubah dan run off meningkat karena curah hujan relative sama yang berubah run offnya ini terbukti dari data debit banjir yang setiap tahun meningkat, dan luas genangan pun meningkat setiap tahunnya di wilayah Jakarta. data disajikan dalam data indicator no 3.
FAKTA YANG TERJADI DENGAN BANJIR JAKARTA 1. CURAH HUJAN BULANAN SELAMA 40 TAHUN RELATIVE SAMA, 2. PENYEBAB UTAMA BANJIR JAKARTA ADALAH : BERKURANGNYA DAERAH RESAPAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN di DKI, INI AKIBAT PERBUATAN KITA. Dengan 2 fakta di atas yang harus kita lakukan adalah : Melakukan perbaikan atas kesalahan kita selama ini yaitu mengadakan perbaikan di Daerah Aliran sungai dan perkotaaan agar bisa menyerap air hujan yang turun setiap musim, sebagai sumber sumber di bumi untuk dimanfaatkan pada waktu musim kemarau, dengan satu alasan:
KITA BUTUH AIR TAWAR, BAHKAN SEMUA MAHKLUH DI DARAT , DAN HANYA SATU SATUNYA SUMBER AIR TAWAR YANG UTAMA DI DAPAT DARI KEJADIAN TURUNNYA HUJAN.
FAKTA 1.
CURAH HUJAN BULANAN SELAMA 40 TAHUN RELATIVE SAMA,
Memperhatikan hasil pengamatan dari BMKG yaitu : Perubahan normal curah hujan 1981-2010 dengan 1971-2000 menampilkan informasi perubahan normal curah hujan 30 tahunan di wilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data curah hujan
rata-rata bulanan selama periode 1971-2010 yang dikumpulkan dari titik pengamatan yang tersebar di Indonesia, yang selanjutnya diolah menjadi informasi curah hujan normal dalam 2 (dua) rentang waktu 1971-2000 dan 1981-2010.
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
SUMATRA
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
JAWA BARAT
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
JAWA TENGAH
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
JAWA TIMUR
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
BALI
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
NTB
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
NTT
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
KALIMANTAN
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
SULAWESI
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
MALUKU
CURAH HUJAN BULANA N SELAMA 40 TAUN
SUMBER BMKG
PAPUA
Tabel 1. Rata-rata hujan bulanan seluruh Indonesia Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Minimum (mm) 100 50 50 50 0 0 0 0 0 0 50 150
Maksimum (mm) >700 500 400 300 300 300 300 300 300 400 450 500
Berikut adalah tabel curah hujan tahunan rata-rata di Indonesia
Gambar 3.22. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Citeko (Jan 1985-Feb 2008).
Gambar 3.23. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Halim Perdana Kusuma (Jan 1977-2006).
Gambar 3.24. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Soekarno-Hatta (Jan 1985-Feb 2008).
Gambar 3.25. Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (5b) Jumlah Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Tanjung Priok (1977-1983 dan 1989-2007).
Perubahan iklim yang ditandai dengan perubahan pola hujan dan jumlah intensitas hujan sering dianggap sebagai faktor yang menyebabkan kejadian banjir di kawasan Jabodetabek. Namun demikian, berdasarkan data curah hujan bulanan dan harian yang ada di kawasan ini tidak dapat menjelaskan bahwa terdapat perubahan pola dan intensitas hujan. Data curah hujan bulanan di stasiun Jakarta Obs (1866-2003) yang disajikan pada Gambar 3.21 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan pola hujan di kawasan ini. Dengan kata lain, anggapan bahwa penyebab utama banjir wilayah Jabodetabek akibat perubahan iklim dan curah hujan adalah sama sekali tidak berdasar data dan fakta.
Gambar 3.21. Curah Hujan Bulanan Jakarta tahun 1866-2003 (sumber: BMG)
Catatan penulis Untuk data curah hujan menurut hasil studi dari Departemen Kehutanan dengan judul rencana detail penanganan banjir jabodetabekjur 2. Adalah sebagai berikut : Pola hujan dalam tempo 150 tahun terakhir menunjukkan banjir di Jabodetabek dapat dikendalikan karena penyebab utamanya bukan perubahan pola iklim dan curah hujan. Pernyataan tersebut artinya selama 150 tahun curah hujan relative sama yang berubah daerah resapannya di hulu dan di hilir.
FAKTA 2.
PENYEBAB UTAMA BANJIR JAKARTA ADALAH : BERKURANGNYA DAERAH RESAPAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN di DKI, INI AKIBAT PERBUATAN KITA.
Daerah resapan yang berkurang di watershed area
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Daerah resapan yang berkurang di DKI
695000
700000
705000
710000
715000
9325000
9325000
690000
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI JAKARTA TAHUN
9320000
9315000
9320000 9315000
705000
710000
1972-2002
715000
Peta Penutupan Lahan DKI Jakarta Tahun 1983
690000 2000
0
695000 2000 Meters
700000
705000
710000
715000
9315000
9315000
9320000
9305000
9320000
2000
0
2000 Meters
9320000 9315000
Peta Penutupan Lahan DKI Jakarta Tahun 1998
2000
0
2000 Meters
715000
695000
9320000 9315000 9310000
710000
715000
715000
9305000 9300000
2002
9295000
9295000
9300000
9305000
710000
KETERANGAN AIR/SUNGAI FASILITAS UMUM LAHAN TERBUKA PERMUKIMAN RAWA/TAMBAK/LAUT SAWAH VEGETASI
9310000
705000
715000
9315000
700000
710000
9320000
695000
705000
9295000
690000
9300000
1998
700000
9325000
9305000
9325000
690000
9310000
9310000
710000
715000
KETERANGAN AIR/SUNGAI FASILITAS UMUM LAHAN TERBUKA PERMUKIMAN RAWA/TAMBAK/LAUT SAWAH VEGETASI
9305000
9295000
9300000
705000
710000
9315000
700000
705000
9320000
Jakarta telah secara signifikan kehilangan daerah hijau, daerah resapan air, danau-danau kecil dan waduk, dan lain-lain akibat konversi guna lahan
695000
700000
9295000
690000
9300000
1993
695000
9325000
9305000
9325000
690000
9300000
715000
9295000
710000
9305000
705000
9310000
700000
9310000
9300000
9325000
Peta Penutupan Lahan DKI Jakarta Tahun 1993
KETERANGAN DANAU FASILITAS UMUM LAHAN TERBUKA RAW A/TAMBAK/LAUT SAWAH URBAN VEGETASI
9295000
695000
9300000
690000
9305000
1983
9310000
9325000
715000
9310000
710000
9295000
9295000
9300000
9305000
705000
700000
KETERANGAN DANAU FASILITAS UMUM LAHAN TERBUKA PERMUKIMAN RAW A/TAMBAK/LAUT SAWAH VEGETASI
9315000
700000
2000 Meters
9320000
695000
695000
0
9295000
690000
9300000
1972
2000
9325000
9305000
9325000
690000
9310000
9310000
9320000
9315000
Peta Penutupan Lahan DKI Jakarta Tahun 1972
690000
695000
700000
705000
DAMPAK DARI PERUBAHAN BERKURANGNYA DAERAH RESAPAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
MENINGKATNYA DEBIT BANJIR DI SUNGAI DAN MELUASNYA GENANGAN DI DKI Berikut data indicator 3 bahwa data curah hujan selama 40 tahun terakhir ini masih sama, berarti koeffesion run off berubah dan run off meningkat karena curah hujan relative sama yang berubah run offnya ini terbukti dari data debit banjir yang setiap tahun meningkat, dan luas genangan di Jakarta meningkat setiap tahunnya.
Gambar 4.1. Kenaikan debit puncak di S. Ciliwung Hulu
Gambar 4.2. Penurunan debit rendah di S. Ciliwung Hulu di stasiun Katulampa
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Luas Wilayah Banjir di Jakarta yang semakin meningkat
Catatan penulis di indicator 3 adalah dari data tersebut sudah terbukti faktanya , penyebab utamanya adalah daerah resapan yang berkurang.
SOLUSI JAKARTA BEBAS BANJIR
SOLUSI JAKARTA BEBAS BANJIR Belum lama ini gubernur DKI menurut berita telah berkoordinasi dengan Bapenas mengenai pembangunan Giant Sea Wall berikut beritanya :
Belum lama ini gubernur DKI menurut berita telah berkoordinasi dengan Bapenas mengenai pembangunan Giant Sea Wall berikut beritanya : Proyek Giant Sea Wall DKI Dimulai Pertengahan 2014 Zulfi Suhendra - detikfinance Rabu, 05/03/2014 16:02 WIB Jakarta -Proyek Giant Sea Wall atau tanggul raksasa penangkal banjir akan segera dibangun dari Teluk Naga Tangerang hingga Tanjung Priok Jakarta Utara. Proses kontruksinya akan dimulai pada pertengahan tahun 2014. Hal ini disampaikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat ditemui di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jalan Taman Suropati, Jakarta, Rabu (5/3/2014). "Pertengahan tahun ini (dimulai)," kata Jokowi. Jokowi menjelaskan saat ini proyek raksasa di DKI tersebut, masih dalam tahap studi kelayakan dan detail engineering design. "Sekarang lagi FS sama DED," singkatnya. Secara terpisah, Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas Dedi Priatna mengatakan pembangunan Giant Sea Wall akan dilakukan secara bertahap. Untuk membangun Giant Sea Wall, pemprov DKI menyiapkan dana hingga Rp 150 miliar.
"DKI menyediakan dana kalau tidak salah itu Rp 150 miliar," kata Dedi. Pembangunan Giant Sea Wall, lanjut Dedi akan dibarengi dengan percepatan proyek pengelolaan limbah terpusat atau Jakarta Sewerage. Giant Sea Wall sendiri ditargetkan akan rampung pada tahun 2024. Sedangkan 15 zona proyek Jakarta Sewerage ditargetkan selesai dalam waktu yang sama. "Nah jadi pak Gubernur berharap bahwa Giant Sea Wall ini akan membantu pembangunan Jakarta Sewerage. Jakarta Sewerage ini kan kalau normal dibiayai oleh pemerintah selesainya akan 2050. Kata Pak Gubernur itu kelamaan. Karena Giant Sea Wall ini yang tahap 1 akan selesai pada 2024 maka diharapkan Jakarta Sewerage itu 2024 juga kan selesai. Jadi itu akan dijadikan satu paket dengan Giant Sea Wall," kata Dedi. "Tapi untuk zona 1 sekarang tetap akan dibangun oleh pemerintah. Zonanya kan ada 15. Zona 1 akan dibangun oleh pemerintah dan akan dikasihkan ke swasta," tutupnya.
Pembangunan Giant Sea Waall ini adalah solusi yang benar karena air hujan di simpan dijadikan air baku dan Jakarta bisa bebas banjir karena air hujan tersebut alirannya bisa di atur dengan pompa serta tidak terpengaruh dengan air pasang laut, tetapi hasil kelayakannya belum selesai. Sekiranya tidak layak seperti yang disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI seperti berikut beritanya Basuki Nilai "Deep Tunnel" dan "Giant Sea Wall" Tak Layak Dibangun Kamis, 16 Januari 2014 | 11:14 WIB KOMPAS.com/KURNIA SARI AZIZA Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (kiri) bersama Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans (kanan). Menlu Belanda menyambangi Balaikota Jakarta, Rabu (20/2/2013), dalam rangka kerjasama giant sea wall, penanggulangan banjir, dan revitalisasi kawasan Kota Tua. Baca juga JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak yakin megaproyek penanggulangan banjir, deep tunnel dan giant sea wall, jadi dibangun. Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta tidak akan mengalokasikan anggaran sepersen pun untuk membangun proyek ratusan triliun tersebut. "Dulu kita berpikir bangun giant sea wall untuk menahan rob, sebuah ide bagus. Tapi, sekarang apa masih perlu bikin itu?" kata Basuki, saat berkunjung ke kantor Kompas.com, Palmerah, Jakarta, Rabu (15/1/2014). Kajian pembangunan megaproyek giant sea wall dibutuhkan Jakarta pada 20 tahun yang lalu. Hingga saat ini, kata dia, Pemprov DKI masih mencari investor atau pihak swasta yang mau melakukan feasibility study (uji kelayakan) dan membangun megaproyek giant sea wall. Apabila pihak investor atau swasta tidak ada yang berminat melakukan uji kelayakan, maka proyek tersebut ditengarai memang tidak feasible.
Daripada membangun giant sea wall, kata Basuki, lebih baik Pemprov DKI menjalankan program reklamasi 17 pulau. Selain dapat menanggulangi banjir di kawasan utara Jakarta, program tersebut diyakini mampu menarik para investor mereklamasi pulau. Beberapa waktu lalu, Basuki sempat disambangi oleh pihak asing. Pihak asing itu berniat ikut membangun giant sea wall, tetapi kekurangan biaya untuk melakukan uji kelayakan. Saat itu juga, Basuki berujar, jika ingin mencari untung dari proyek giant sea wall, terlebih dahulu biayai uji kelayakannya. Pemprov DKI hanya bertugas untuk memberikan izin pada investor. "Desain giant sea wall ini kelihatan hebat sekali seperti garuda yang mengepakkan sayap. Tapi, gimana? Reklamasi 17 pulau saja belum dikerjakan," kata Basuki. Sama halnya dengan giant sea wall, proyek terowongan bawah tanah, deep tunnel, juga dinilai tidak layak. Sebab, kata Basuki, konsep deep tunnel yang dibangun di Malaysia berbeda dengan yang akan dibangun di Jakarta. Ia mengaku, tak sedikit investor yang tertarik membangun megaproyek itu di awal pemerintahannya bersama Jokowi. Namun, hingga saat ini, pihak investor itu tidak lagi menyambanginya. Hal itu berarti pihak investor telah mengetahui apakah proyek tersebut layak dibangun atau tidak. Dalam pembangunan proyek besar, Basuki enggan berspekulasi. Lebih baik, pihak swasta yang melakukan uji kelayakan. Apabila memang layak, nantinya swasta pula yang akan meraup keuntungannya. "Walaupun kita enggak menaruh uang, tapi tetap kita masukkan proyeknya ke rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2013-2017," ujarnya. Giant sea wall ini merupakan salah satu gagasan Foke, sapaan mantan gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, untuk menjaga dari bahaya rob dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih. Ada jalan melingkar di atas giant sea wall dan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Sementara itu, megaproyek deep tunnel nantinya dapat berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi, jalan tol, fiber optik, penyaluran air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya.
Penulis masih mempunyai dua alternative yang fungsinya masih sama dengan pembangunan Giant Sea Wall tersebut yaitu Alternatve 1. 1.Membuat Waduk di sepanjang pantai utara Jakarta, yang berfungsi sepert Waduk pluit tetapi lebih luas dan kedalaman waduk tidak perlu dalam karena fungsinya hanya supaya debit banjir yang datang dari BKB dan BKT serta sungai lainnya bisa mengalir scara grafitasi dengan cara air di waduk tersebut dipompa kelaut dengan kapasitas pompa sama dengan debit yang masuk ke waduk. 2. Membedung pengaruh air pasang laut , seluruh tepi pantai utara di buat tanggul yang berfungsi untuk menjaga air pasang laut yang mengakibat terjadinya banjir rob. Berikut gambar dari Alternative 1. Letak waduk di antara sepanjang pantai tidak seluruh pantai, yang terpenting aliran BKB dan BKT masuk terlebih dulu ke Waduk tersebut.
A
Alternative 2. Membuat Waduk di Muara BKB dan BKT seperti di bawah ini :
Muara BKB
Muara BKT A
Pond
Pond
A
Muka air laut/ el. + 0
Muka air sungai
Dasar sungai
Kondisi sekarang
Dasar laut
Potongan A - A
Muka air laut / el. + 0 Muka air sungai
Muka air waduk/ el. - 3 -3m
Dasar sungai
Dasar Laut
Kondisi setelah ada Waduk
Jika pada musim hujan permukaan air di waduk di turunkan minus (-3 m) dibawah elevasi muka air Laut (elv. + 0 ) dengan cara di pompa sebelum musim hujan datang, antara bulan Nopember, dengan kondisi tersebut jika hujan turun air limpasan yang masuk ke bkt dan bkb langsung terbuang secara lancar karena posisi air di waduk lebih rendah dari pada muka air di bkt dan bkb.
Perhitungan secara estimasi, perkiraan debit banjir dengan kala ulang 100 tahun pada tiga sungai :
BKT debit banjirnya sebesar Q = 591,20 m3/detik, BKB debit banjirnya sebesar Q = 699,80 m3/detik Cengkaeng Drain debit Banjirnya Q = 593.30 m3/detik dari sumber hasil analisa oleh PT.MULTIMERA HARAPAN ENGINERING CONSULTANT Tahun 2009 Jika intensitas hujan selama 6 jam Volume air yang harus ditampung di waduk BKT = 12,7 juta m3 dan Volume air yang harus ditampung di waduk BKB & Cengkareng = 27.9 juta m3 Jika kedalaman yang dipakai 3 m maka Luas waduk untuk BKT = 455 Ha dan Luas waduk untuk BKB & Cengkareng = 930 Ha Kapasitas waduk yang direncanakan dengan kedalaman rata rata 6m volume waduk BKT = 25,4 juta m3 dan volume waduk BKB dan Cenkareng Drain = 56 juta m3
Estimasi Data Waduk BKB & Cengkareng Drain Kapasitas Luas Panjang Lebar Kedalaman Kapasitas Pompa Kebutuhan pompa Waktu operasi Pompa
data Waduk Data Waduk BKT
: 56 juta m3 : 930 Ha : 8400 m : 1100 m :6m : 5 m3/det : 20 unit :3,5 hari
Kapasitas : 25,4 juta m3 Luas : 455 Ha Panjang : 7000 m Lebar : 650 m Kedalaman :6m Papasitas pompa : 5 m3/det Kebutuhan pompa : 10 unit Waktu operasi pompa : 3,5 hari
untuk menurunkan elevasi minus 3m dibawah elevasi muka air laut
untuk menurunkan elevasi minus3 m dibawah muka air laut
2 3
PRINSIP PENGOPERASIAN WADUK Secara teknis sama seperti cara pengopersian waduk pluit, kalau waduk pluit mengamankan wilayah pluit saja kalau waduk BKT dan Waduk BKB ini mengamankan wilayah Jakarta seluruhnya. 1.
Melalui informasi dari BMG kita tahu bahwa musim hujan akan datang dan perkiraan hujan dg intensitasnya kita akan tahu waktu dan lamanya hujan.
2.
Perkiraan musim hujan pada bulan Nopember, dari bulan ini permukaan air di waduk kita turunkan untuk supaya jika ada hujan sedang bisa cepat ke waduk dan jika hujan besar kita turunkan sesuai rencana yaitu minis 3 m dibawah muka air laut. Dengan cara di pompa dan dibuang kelaut.
Setelah musim hujan akan ber akhir permukaan waduk mulai kita naikkan sampai sama dengan muka air laut.
3. Air dalam waduk secara terus menerus akan terisi oleh air sungai yang alirannya mendapat suplai dari resapan waktu musim hujan melalui aliran bawah tanah ( base flow) walaupun sudah tidak ada hujan. 4. Kondisi air di waduk pada awal pembuatan secara ber angsur angsur akan terganti oleh air hujan dan air asin akan di pompa ke laut. 5. Setelah air di waduk sudah terganti dengan air tawar , air tersebut dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan untuk pemerintah DKI. 6. Dengan demikian tujuan dari hydrology cicle yang difirmankan oleh Allah SWT telah sesuai, insya Allah bermanfaat amiin.
Prakiraan volume limpasan hujan jika terjadi di wilayah jakarta Tabel 3. Penggolongan hujan daerah Jakarta sesuai dengan intensitasnya (Sumber :BMG Jakarta) Keterangan Intensitas hujan Hujan ringan 5 – 20 mm/hari Hujan sedang 20 – 50 mm/hari Hujan lebat 50 – 100 mm/hari Hujan sangat lebat > 100 mm/hari
Hujan lebat = 100 mm /hari = 0.1 m /hari
Sedangkan 1 x hujan lebat di jakarta limpasannya = 0.95 x 0. 1 x 664 000 000 = 63.080.000 m3 Sedangkan 1 x hujan sedang di jakarta limpasannya = 0.95 x 0. 05 x 664 000 000 = 31.540.000 m3 Sedangkan 1 x hujan ringan di jakarta limpasannya = 0.95 x 0. 02 x 664 000 000 = 12.616.000 m3
PENGOPERASIAN WADUK DAN SITU UNTUK MENGURANGI GENANGAN BANJIR DI JAKARTA Luas waduk di jakarta = 198.26 Ha = 1 982 600 m2 Luas situ situ di jakarta = 115.3 Ha = 1 153 000 m2 Kalau muka air di dalam waduk dan di situ di turunkan 2 meter sebelum hujan datang dari bogor atau sebelum hujan turun di jakarta Waduk dan situ akan bisa menampung limpasan hujan sebesar = 3.135.600 x 2 m = 6.271.200 m3 Sedangkan 1 x hujan di jakarta limpasannya = 0.95 x 0. 01388 x 664 000 000 = 8.755.504 m3 / dr rt rt hujan tahunan Rekayasa Penurunan muka air waduk atau situ berkurang 2 meter dari muka air maximum akan berdampak berkurangnya genangan
10 % dari hujan lebat 20 % dari hujan sedang dan 50 % dari hujan ringan 70% dari hujan rata rata harian
No.
Sungai
Koef. Runoff Intensitas Hujan hari hujan C
m/hari-hujan
DAS
Volume
m2
m3/tahun
1
Angke
0.75
0.01388
180
239750000
449243550
2
Pesanggrahan
0.75
0.01388
180
177370000
332355906
3
Krukut grogol
0.75
0.01388
180
221990000
415964862
4
Ciliwung
0.75
0.01388
180
374720000
702150336
5
Sunter
0.75
0.01388
180
153490000
287609562
6
Cakung
0.75
0.01388
180
134030000
251145414
7
Mokervat
0.75
0.01388
180
25710000
48175398
8
kali baru barat
0.75
0.01388
180
8430000
15796134
9
kali baru timur
0.75
0.01388
180
10 cipinang
0.75
0.01388
180
57430000
107612334
11 kali buaran
0.75
0.01388
180
8930000
16733034
12 kali jati kramat
0.75
0.01388
180
37020000
69368076
TOTAL
0
2696154606
Estimasi air yang tersedia dan kebutuhan Air yang tersedia dari hujan di hulu , intensitas 0,01388 m/ hari -hujan 1. Angke : 449.243.550 m3/th 2. Pesangg. : 332.355.906 m3/th 3. Kruku+grogol : 415.964.862 m3/th 4. Ciliwung : 702.150.336 m3/th 5. Sunter : 287.609.562 m3/th 6. Cakung : 251.145.414 m3/th 7. Mokervart : 48.175.398 m3/th 8. Kali baru brt : 15.796.134 m3/th 9. Kali baru tmr : 10.Cipinang : 107.612.334 m3/th 11. Kali buaran : 16.733.034 m3/th 12. Kali Jati kramat : 69.368.076 m3/th
TOTAL
= 2.696.154.606 m3/th
Kebutuhan air asum. 30 l/hari/org : 130 jt m3/th asum. 27000l/detik
: 850 jt m3/th
7 5
Seandainya air hujan itu bisa di tampung pada waktu hujan yang Daerah aliran sungai dan Wilayah DKI seperti saat ini kondisinya volumenya adalah 3 milyart meter kubik per tahun sedangkan kebutuhan DKI hanya 1 milyart meter kubik per tahun. Ini sudah melebihi yang di butuhkan diluar kebutuhan industri dan lain lain. Selama ini DKI mendapatkan air baku dari Sungai Citarum melalui Bendungan Jatiluhur dan Sungai Cisadane melalui Bendung Pasar Baru dengan membeli air baku di kedua wilayah tersebut untuk keperluan pelayanan masyarakatnya, padahal potensi sumber air dari 13 sungai yang melewati wilayahnya dibiarkan terbuang kelaut waktu musim hujan karena untuk mengendalikan banjir, kejadian ini yang seharusnya tidak boleh terjadi karena sudah diberikan rahmat di wilayahnya tetapi belum bisa mensyukuri rahmatnya akirnya belum diberikan petunjuk untuk penyelesaiaanya masalah banjir yang sudah terjadi selama hampir 40 tahun lamanya, bahkan makin parah cara penanganannya yaitu menghalau awan ke tengah laut atau ke daerah lain se olah olah menolak awan yang telah dibawa oleh Allah SWT. Insya Allah tulisan saya ini bisa meng inspirasi kepada yang membuat kebijakan di Negara yang kita cintai ini, karena Indonesia secara geografi letaknya sangat baik untuk kehidupan makhluk di bumi ini sebab oxsigennya berlebihan karena hutannya terluas di bumi ini dan begitu juga dengan curah hujannya cukup banyak serta sinar matahari yang begitu ideal siang dan malam dengan waktu yang sama lamanya yaitu 12 jam, karena posisinya yang berada di garis katulistiwa.
Kesimpulan dari solusi Pengendalian Banjir di DKI adalah. 1.Perbaikan tanah resapan di DAS dan DKI aplikasikan hasil studi Depatemen Kehutanan judul RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR 2.Pembutan Waduk di hilir atau di laut untuk menampung air hujan serta normalisasi seluruh sungai dan drainase di DKI. Untuk Penanggulangan Banjir secara umum atau mencegah banjir adalah harus kembali ke filosofi inti ditunrunkannya hujan tersebut itu adalah pokok persoalannya karena, itu hukum dari Allah SWT yang Maha benar dengan firmannya : Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderaiderai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,:21). Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih atas data data dari sumber para pakar yang telah memberikan datanya melalui penampilannya di internet tanpa data data dari nara sumber tersebut saya tidak bisa memberikan kesimpulan tersebut sebab itu data dan fakta apa yang terjadi selama hampir 40 tahun terakhir ini, dan insya Allh tulisan saya ini bermanfaat bagi yang membacanya, amiiin.
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan pembangunan Waduk Ciawi di hulu Sungai Ciliwung tersendat karena kebutuhan dana untuk pembangunannya terlalu besar dibandingkan manfaat pendirian waduk itu. Pembangunan waduk yang rencananya bertempat di Ciawi, Jawa Barat itu diperkirakan akan menelan dana Rp 3,5 triliun. »Bandingkan, harga pembangunan Waduk Jatigede dengan kapasitas air hampir 1 miliar kubik, hampir sama dengan Waduk Ciawi yang hanya dapat menampung 33 juta kubik air,” kata Djoko saat ditemui di sela-sela kunjungan ke Kanal Banjir Barat Jumat, 18 Januari 2013. Hal senada juga dikatakan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Muhammad Hasan. Ia menjelaskan, pertimbangan dana pembangunan tersebutlah yang membuat pemerintah mempertimbangkan untuk mengehntikan pembangunan. Gubernur DKI Jakarta Jokowi sempat minta tolong Wakil Presiden Boediono untuk mempercepat pembangunan Waduk Ciawi. Jokowi yakin waduk itu bisa mengurangi debit air Ciliwung yang masuk ke Ibu Kota. »Pembangunan Waduk Ciawi termasuk mahal,” kata Hasan pada kesempatan yang sama. Mahalnya pembangunan waduk dikarenakan waduk harus melalui proses review geologi. Review ini penting karena kondisi lahan waduk dinilai mengkhawatirkan sehingga perlu penataan geologi ulang untuk mengetahui dengan pasti seluruh kondisi tanah yang ada. Akibat tanah yang dinilai lebih labil dan sulit dibangun, harga konstruksi pembangunan waduk pun juga menjadi lebih besar daripada pembangunan Waduk Jatigede. Kementerian Pekerjaan Umum tidak ingin pembangunan waduk yang sangat mahal itu hanya sia-sia karena air dalam waduk malah merembes dan tidak bisa menampung aliran air di hulu sungai. Selain itu, pembangunan waduk tersebut dinilai hanya dapat mengurangi resiko banjir di di hilir, yaitu Jakarta, sekitar 10-15 persen saja. "Karena semua pertimbangan itu, desain teknik dan kajian ulang geologi tanah pembangunan waduk terus dilakukan dengan hati-hati," kata Djoko Kirmanto. Setelah desain teknik jadi, Kementerian Pekerjaan Umum akan meminta persetujuan DPR sebelum melanjutkan proyek ini. »Jadi pembangunan Waduk Ciawi manfaatnya tidak seberapa,” kata Djoko. RAFIKA AULIA
Kamis, 23 Januari 2014 | 01:50
Waduk Ciawi dan Sukamahi Hanya Bisa Kurangi 10% Banjir Jakarta
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto bicara soal banjir di Jabodetabek. (sumber: Beritasatu.com) Jakarta - Waduk Ciawi dan Sukamahi yang rencananya mulai dibangun tahun 2015 dan selesai tahun 2018, hanya bisa mengurangi banjir masuk ke Jakarta sekitar 10%. Waduk Sukamahi disebut hanya bisa menampung air 2,4 juta meter kubik (m3), sementara Waduk Ciawi cuma bisa menampung air 11,8 juta m3. Hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto, di kantornya, Rabu (22/1). Dijelaskan Djoko, Waduk Sukamahi akan dibangun di atas lahan seluas 46 hektare (ha), sedangkan Waduk Ciawi akan dibangun di atas lahan seluas 104 ha. Djoko pun mengatakan, dua waduk yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu, dapat mulai dibangun pada tahun 2015, dengan catatan pengadaan tanah yang dilakukan pemerintah daerah dapat selesai. Konstruksinya direncanakan akan berlangsung selama 2-3 tahun. "Bisa dibangun pada tahun 2015. Saat ini detail engineering design sedang disempurnakan. Dapat selesai pada 2018, namun tergantung pembebasan lahan," kata Djoko. Djoko pun mengatakan bahwa dana untuk membangun dua waduk itu disediakan sebesar Rp1,8 triliun, di mana semuanya berasal dari anggaran Kementerian PU. Penulis: E-8/SIT
Sodetan ditolak, Ahok mau bangun waduk di Jakarta Utara Reporter : Angga Yudha Pratomo | Jumat, 24 Januari 2014 21:25
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok menilai wajar penolakan yang dilakukan Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar soal sodetan dari Kali Ciliwung ke Kali Cisadane. Ahok mengaku tengah memikirkan cara lain untuk memecah volume air dari Ciliwung. "Kita lagi pikir juga, bisa nggak kita bikin semacam gorong-gorong ke arah KBT (Kanal Banjir Timur) dari Casablanca," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Jumat (24/1). Selain itu, Ahok juga ingin menambah beberapa waduk di Jakarta Utara. "Kami juga mau nambah waduk-waduk di (Jakarta) Utara. Sehingga ketika Manggarai di siaga 3 saja sudah kami lepas. Ini akan dicoba sekarang," jelasnya. Guna menjalankan proyeknya, Ahok bakal membuat dua waduk di daerah Cakung dan Cilincing. Sedangkan untuk waduk lama, nantinya bakal diperlebar. "Kira-kira luasnya 20 sampai 50 hektare. Yang waduk lama terus kita per besar," ujarnya. Selain itu, mantan bupati Belitung Timur ini bakal membuat beberapa waduk di wilayah lainnya. "Terus yang ke arah tol, ada Kali Tunjungan, kita mau bikin waduk 90 hektare. Terus Cengkareng, kita mau bebasin tanah. Kita mau bangun waduk berbatasan dengan Tangerang sekitar 120 hektare. Terus PIK, akan ada 30 hektare waduk. Waduk Pluit, Sunter diperbaiki. Kita yakin akan punya banyak waduk," ungkapnya.
Menteri PU: Tidak Ada yang Bisa Jamin Jakarta Bebas Banjir Oleh Hanz Jimenez Salim Posted: 15/01/2014 21:50 TOPIK #Banjir Jakarta
Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto. (Liputan6.com/Danu Baharuddin) Liputan6.com, Jakarta : Beberapa kali Ibukota dilumpuhkan oleh penyakit kronisnya, banjir. Program-program penanganan banjir pun disusun setiap tahun. Namun Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, banjir yang melanda Ibukota tak akan pernah selesai. "Saya bukannya nakut-nakutin. Tidak ada yang bisa menjamin Jakarta bisa bebas banjir. Apalagi kalau kegiatan nonstruktural tidak dilakukan. Contohnya menanam pohon, membuang sampah di kali dan lain-lain," kata Djoko di kantornya, Jakarta, Rabu (15/1/2014). "Banjir akan tetap datang," imbuhnya. Menurut Djoko, meski pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir terus dilakukan, namun selama tidak dibarengi dengan peremajaan lingkungan maka akan sulit mengatasi banjir. "Kalau tidak diimbangi dengan kegiatan nonstruktural tadi tetap akan banjir. Saya yakin kegiatan non-struktural akan berperan lebih besar untuk penanganan banjir. Namun memang lebih sulit, sementara kegiatan struktural asal ada duit jalan," pungkas Djoko. (Ndy/Yus)
4.3.1.1. Penanaman Vegetasi Tetap dan Penghijauan Lingkungan Penanaman vegetasi tetap dan penghijauan merupakan cara yang sesuai untuk menurunkan aliran permukaan dan erosi, terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah aliran sungai/tangkapan air untuk mengurangi potensi banjir. Penghijauan dimaksudkan untuk memulihkan dan menghutankan kembali lahan yang mengalami kerusakan. Areal yang perlu direhabilitasi dengan bentuk penghijauan ditentukan berdasarkan pada tingkat kekritisan, penutupan lahan, dan kemiringan lereng. Areal ini terutama ditentukan pada areal dengan penutupan lahan semak belukar, tanah terbuka, dan tegalan yang ada pada kawasan hutan. Hasil identifikasi berdasarkan pemdelan spasial menunjukkan bahwa areal prioritas untuk lokasi penghijauan di dalam kawasan hutan terdapat di tiga DAS yaitu DAS Cisadane, Ciliwung, dan Kali Bekasi dan secara administrasi semuanya terletak di Kabupaten Bogor, dengan luas masing-masing secara berurutan adalah 783.4 Ha, 209.0 Ha, dan 921.7 Ha. Identifikasi luas areal kesesuaian lahan kegiatan vegetasi tetap dan penghijauan untuk masing-masing DAS dan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
4.3.2.4. Sumur Resapan Sumur resapan air adalah lubang yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter 0,5-1 m, kedalaman sekitar 3-5 m atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan koral. Split atau ijuk untuk menyaring sedimen dan mencegah penyumbatan pori tanah. Sumur resapan ditujukan untuk meresapkan air ke zona bawah tanah sehingga cadangan air bawah tanah bertambah. Calon lokasi sumur resapan air ditetapkan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria berikut: a) Daerah pemukiman padat penduduk dengan curah hujan tinggi, b) Neraca air defisit (kebutuhan > ketersediaan) c) Aliran permukaan tinggi d) Vegetasi penutup tanah rendah (< 30 %) e) Tanah porous.
Gambar 4.23. Sebaran sumur resapan ideal dan optimal di Jabodetabek
Gambar 4.24. Data kegiatan sumur resapan di Wilayah Jabodetabek yang telah di bangun (2003-2007)
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis kawasan dan hasil analisis kajian dapat simpulkan sebagai berikut : 1. Kejadian banjir di Jakarta dan sekitarnya dipicu oleh perubahan penutupan lahan terutama pembangunan pemukiman baik di hulu, tengah maupun hilir yang tidak diimbangi dengan resapan, 2. Pola hujan dalam tempo 150 tahun terakhir menunjukkan banjir di Jabodetabek dapat dikendalikan karena penyebab utamanya bukan perubahan pola iklim dan curah hujan. 3. Penyebab utama banjir di Jakarta adalah karena sistem drainase di Jakarta yang kurang baik, pola penggunaan lahan yang tidak optimal, dan konsentrasi penduduk yang padat sehingga berdampak pada ditribusi pemukiman yang tidak diimbangi daerah resapan 4. DAS Ciliwung di bagian hulu dan tengah dapat dikendalikan dengan pendekatan vegetatif 61,1% dan sipil teknis 38,9% sementara di DAS Cisadane, vegetatif 84.56% dan sipil teknis 15,45% sedangkan di DAS Kali Bekasi pendekatan vegetatif 72,51% dan sipil teknis 27,49%, di DAS Pesangrahan pendekatan vegetatif 47,3% dan sipil teknis 52,72%, di DAS Kali Angke pendekatan vegetatif 54,68% dan 45,32% sipil teknis, di DAS Sunter 45,42% vegetatif dan 54,58% sipil teknis, sedangkan di DAS Cakung, Krukut dan Grogol hanya pendekatan teknis 100% yang berupa pembuatan sumur resapan.
5. Untuk mengendalikan banjir 25 tahun-an seperti tahun 2007 diperlukan jumlah sumur resapan optimal di DAS Ciliwung 24.447 unit, di DAS Cisadane 16.984 unit, di DAS Pesangrahan 21.598 unit, di DAS Krukut-Grogol 75.379 unit, di DAS Kali Angke 27.370 unit, di DAS Cakung 36.956 unit, di DAS Sunter 30.934 unit, dan di DAS Kali Bekasi 28.154 unit 6. Pola vegetatif dengan pola agroforestry dapat dilakukan di 6 DAS yaitu 6.505 Ha di DAS Cisadane, 1.470,7 Ha di DAS Angke, 801,7 Ha di DAS Pesangrahan, 3.461,4 Ha di DAS Ciliwung, 354,2 Ha di DAS sunter dan 5.014,9 Ha di DAS Kali Bekasi
7. Jumlah DAM penahan yang seharusnya dibuat di DAS Cisadane 376 unit, DAS Ciliwung 94 Unit dan DAS Kali Bekasi 155 unit semuanya berada di Kabupaten Bogor 8. Jumlah gully plug yang sesuai, dibangun di DAS Cisadane 622 unit, di DAS Ciliwung 151 unit dan di DAS Kali Bekasi 203 unit, DAS Angke 4 unit, DAS Pesanggrahan 1 unit. 9. Saat ini jumlah sumur resapan yang sudah dibangun di sekitar Jabodetabek 1.910 unit atau hanya 0,73 % dari yang seharusnya dibangun 10. Lokasi yang ideal untuk kegiatan konservasi dengan sistem gulud sejumlah 1.160 ha yang semuanya terletak di Kabupaten Bogor 11. Luas ideal untuk vegetasi tetap di DAS Cisadane 9.931 ha, DAS Angke 4.595 ha, DAS Pesangrahan 2.943 ha, DAS Ciliwung 5.806 ha, DAS sunter 3.594 ha dan DAS Kali Bekasi 7.725 ha.