Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
REVITALISASI SIRKULASI DAN PEDESTRIAN PADA KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA Yoga Gayuh Mukti1 dan Ir. Suparwoko, MURP., Ph. D.2 Mahasiswa Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia 2 Dosen Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia Email:
[email protected]
1
ABSTRAK
Kawasan Malioboro merupakan kawasan wisata, budaya, dan pusat perekonomian di Yogyakarta. Jalan Malioboro (bahasa Jawa: Hanacaraka, Dalan Malioboro) adalah nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta. Pada tanggal 20 Desember 2013, pukul 10.30 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo. Kemacetan jalan dan kesempitan ruang pedestrian di Malioboro menjadi masalah utama yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Analisis dilakukan dengan berpedoman pada teori yang terdapat dalam buku “The Urban Design Process” oleh Hamid Shirvani. Dalam membuat rancangan revitalisasi, kami mengumpulkan data dengan kajian literature, dan survey lapangan. Hingga muncul rekomendasi yaitu pengaturan terhadap sirkulasi kendaraan bermotor yang melintasi jalan Malioboro dengan cara memutari Kawasan Malioboro, area pedestrian tidak digunakan untuk parkir motor, menempatkan area parkir baru. menata pepohonan yang menghalangi pertokoan, dan menghilangkan kios-kios yang tidak sesuai peraturan Kawasan Malioboro. Tujuan Penulisan Makalah adalah untuk melakukan analisis sirkulasi dan pedestrian pada Kawasan Malioboro, Yogyakarta. Kata Kunci: Kawasan Malioboro, Kemcetan Jalan, Sirkulasi, Pedestrian, Area Parkir, dan Revitalisasi
1. PENDAHULUAN Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menata Kawasan Malioboro menyiapkan aturan mengenai transportasi wisata yang akan menjadi bagian dari program penataan kawasan Malioboro. Penataan kawasan Malioboro juga akan diikuti dengan penataan Alun-Alun Utara Yogyakarta. Penerapan aturan untuk transportasi pariwisata tersebut akan diberlakukan bersamaan dengan TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Revitalisasi sirkulasi dan pedestrian pada Kawasan Malioboro agar menjadi kawasan yang lebih tertata dan nyaman bagi penggunanya. 2. Sasaran
penetapan Titik Nol Kilometer hingga simpang tiga Ngejaman sebagai kawasan pedestrian secara penuh pada awal 2015. Yogyakarta. Pada grafik menunjukkan pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 hingga 2012 meningkat pesat dan tidak terkendali yang disebabkan laju urbanisasi dan jumlah kunjungan mahasiswa dan pekerja dari luar daerah ke kota Yogyakarta. a. Melakukan analisis sirkulasi ditinjau dari : - Kendaraan bermotor : mobil, motor, bus transjogja. - Kendaraan non-motor : becak, andong, sepeda, manusia. b. Melakukan analisis area parkir sepanjang Jalan Malioboro dan Marga Mulya.
1
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
c. Melakukan analisis elemen-elemen pedestrian yang meliputi, elemen pendukung pedestrian dan street furniture. II. KAJIAN RUMAH SUSUN DENGAN PENDEKATAN GREEN FACADE DAN LANDSCAPE II.1 Sejarah Malioboro, Yogyakarta Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna karangan bunga. itu mungkin ada hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka jalan malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama “Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 18111816 M. pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta (Kediaman Sultan). Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan malioboro ditata sebagai sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung merapi di bagian utara dan laut Selatan sebagai simbol supranatural. Di era kolonial (1790-1945) pola perkotaan itu terganggu oleh Belanda yang membangun benteng Vredeburg (1790) di ujung selatan jalan Malioboro. Selain membangun benteng belanda juga membangun Dutch Club (1822), the Dutch Governor‟s Residence (1830), Java Bank dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada masa itu yang disebabkan oleh perdaganagan antara orang belanda dengan orang cina. Dan juga disebabkan adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik Cina. Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Sementara itu, jalan Malioboro
memiliki peranan penting di era kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan. Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi Indonesia di Yogyakarta 19452000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku tersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta selama kurun waktu lebih dari setengah abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan Malioboro menjadi „panggung‟ bagi para “seniman jalanan” dengan pusatnya gedung Senisono. Namun daya hidup seni jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung Senisono ditutup. II.2. “The Urban Design Process” oleh Hamid Shirvani Menurut teori Shirvani Hamid, The techniques used are organized around three major principles. First, roads should be positive visual open space elmentsin themselves. Second, the road is to give orientaton to the driver and to make the environment legible. third, public and private sectors should combine in partnership to acheive these goals. The parking element has two direct effect on quality of environment. first, survival of downtown commercial activities. second, severe visual impact on the physical form and fabric of the city. It is realistic assume that the automobile has become an essential part of American life and that the trend will probably continue in the future. however, serveral factors will contribute to its continuance. first, increase in eficiency of the automobile to a large extent countract increase in the cost of gasoline. Second, the relative unvail ability of public transportation in this country is matched by seeming unwillingness (with some notable exception) to invest in it as evidanced
2
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
by current policies of the present administration. There are various ways of handling paring that permit virtual elimination of surface parking. First, of course, is the construction of parking garages in those parts of the city where structures have been built without provision for parking. Second, Approach is the multiple program, with maximizes uses of existing parking by means of a program that shares different use and attracts different people at different times, Third, is package plan parking.A bussines with a large number of employees may form a parking district or provide a few blocks off all day remote parking. Finally, forth program is urban edge parking. Here, a city of the most powerfull tools for structuring an urban environment. Pedestrian ways are an essential element of urban design, and they are not just part of a beautification program. Rather, they are a comfort system as well as support element retailing and for vitality of urban spaces. A good pedestrian system reduces dependency on automobiles in a downtown area, increases trips downtown, enchances the environment by promoting a human-scale system and finally, helps to improve air quality. The key issue in pedestrian planning is balance, “how much to give pedestrians and how much to give vehicles” .( PAS 368,1982 : 3). II.3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan,
sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi
pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir,
perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung. II.3. SNI 03-1733-2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Penyediaan jaringan parkir, Persyaratan dan kriteria ini disusun sebagai acuan bagi pengembang lingkungan perumahan dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas transportasi umum lokal. Lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan Lokasi lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan dapat didesain baik dengan dikelompokkan ataupun menyebar di setiap pusat kegiatan tergantung pada perencanaan. Beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi: - lahan parkir merupakan fasilitas pelengkap dari pusat kegiatan, sehingga sedapatnya sedekat mungkin dengan pusat kegiatan yang dilayani; - lokasi parkir harus mudah diakses/dicapai dari/ke pusat-pusat kegiatan tanpa gangguan ataupun memotong arus lalu lintas jalan utama; - lahan parkir harus memiliki hubungan dengan jaringan sirkulasi pedestrian secara langsung; dan - lokasi parkir harus mudah terlihat dan dicapai dari jalan terdekat. Luas lahan parkir pada area pusat kegiatan. Adapun luas dari lahan parkir tergantung pada beberapa faktor: - jumlah pemilikan kendaraan; - jenis kegiatan dari pusat kegiatan yang dilayani; dan - sistem pengelolaan parkir, misalnya parkir bersama, parkir berbagi antar beberapa kapling (shared parking area), ataupun parkir lahan pribadi (private parking area). Dengan demikian besaran parkir akan berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang dilayaninya. Standar besaran yang umumnya dipakai adalah: - setiap luas 60 m2 luas area perbelanjaan 1 lot parkir mobil
3
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
- setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot parkir mobil. Sedangkan pemilikan kendaraan adalah 60 mobil setiap 1000 penduduk.
paling mencolok adalah ruang – ruang pedestrian dan open space yang berubah menjadi lahan parkir dan PKL.
III. DATA & ANALISIS SIRKULASI DAN PEDESTRIAN KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA III.1. Sirkulasi 1.
Teori Mengenai Sirkulasi Hamid Shirvani dalam bukunya “The Urban Design Process”, The techniques used are organized around three major principles. First, roads should be positive visual open space elmentsin themselves. Second, the road is to give orientaton to the driver and to make the environment legible. third, public and private sectors should combine in partnership to acheive these goals. Yang bermakna bahwa, Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu memperhatikan : a. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra kawasan dan aktivitas pada kawasan. b. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada penggunan dan membuat lingkungan yang legible. c. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan tujuan dari kawasan. Permasalahan Berdasarkan teori didapati bahwa pada lokasi jaringan jalan ruang terbuka sudah mendukung citra kawasan dan aktivitas pada kawasan, akan tetapi lingkungan kurang legible, bentuk – bentuk fisik dari elemen paths, edges, nodes, landmark, dan district belum mampu membantu kejelasan dalam bersirkulasi, sehingga kerap menimbulkan pengunjung tersesat. Selain itu Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan tujuan dari kawasan Terjadi penyalahgunaan ruang / lahan, yang
Kemacetan pada akses Jalan Masuk ke Kawasan Malioboro, Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Penulis
Pertigaan Pasar Bringharjo di Kawasan Malioboro, Yogyakarta. Sumber : Dokumentasi Penulis
2.
Jalur Bus Transjogja di Kawasan Malioboro, Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Penulis
4
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
3.
Skor Setelah menganalis permasalahan yang ada maka diperoleh skor dengan rentang 1 sampai 5, yaitu : visual jalan = 2 orientasi driver = 3 lingkungan legible = 3 public sectors = 2 perivate sectors = 3
Area Parkir pada Pedestrian di Kawasan Malioboro, Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Penulis
akses kendaraan dalam gang = 2 III.2. Area Parkir 1. Teori Mengenai Area Parkir Hamid Shirvani dalam bukunya “The Urban Design Process” The parking element has two direct effect on quality of environment. first, survival of downtown commercial activities. second, severe visual impact on the physical form and fabric of the city. Yang berarti bahwa elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu, Kelangsungan aktivitas komersial, dan Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota. Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan : a. keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan b. pendekatan program penggunaan berganda c. tempat parkir khusus d. tempat parkir di pinggiran kota. 2. Permasalahan Dalam merencanakan tempat parkir tidak benar, Keberadaan tempat parkir mengganggu pedestrian, penggunaan area parkir mengganggu sirkulasi, terdapat tempat parkir khusus kendaraan non motor yaitu dokar dan becak, akan tetapi parkiran motor sangat berefek ketidaknyamanan pengguna.
Ketidakjelasan Area Parkir Sementara di Kawasan Malioboro, Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Penulis
3.
Skor Dari hasil analisis diperoleh hasil berupa score dengan rentang 1 sampai 5, yaitu : aktivitas komersial = 1 kondisi visual = 1 automobile = 1 public transportation = 3 Gedung Parkir = 1 daya tampung = 2 letak tempat parkir = 3 III.2. Pedestrian 1. Teori Mengenai Pedestrian Hamid Shirvani dalam bukunya “The Urban Design Process” Pedestrian ways are an essential element of urban design, and they are not just part of a beautification program.
5
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
Rather, they are a comfort system as well as support element retailing and for vitality of urban spaces. Dari teori didapatkan bahwa elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang. Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : a. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti toko, restoran, café. b. Street furniture berupa pohon-pohon, ramburambu, lampu, tempat duduk, dan sebagainya. Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat untuk dapat digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada penggunanya. Syarat-syarat tersebut adalah : a. Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor. b. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan hambatan kepadatan pejalan khaki. c. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain. d. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan seperti: taman, bangku, tempat sampah dan lainnya.
Arcade di Kawasan Malioboro, Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Penulis
Jalur Pedestrian yang menjadi Area Parkir Motor di Kawasan Malioboro, Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Penulis
4.
Skor Dari hasil analisis diperoleh hasil berupa score dengan rentang 1 sampai 5, yaitu: Reduce dependency an automobiles = 1 Increase trips downtown = 3 enhances the environment by promoting a human-scale system = 2 helps to improve air quality = 2
2. Permasalahan Terdapat pendukung aktivitas disepanjang jalan. Terdapat pula street furniture. Akan tetapi dalam perancangannya, keamanan kurang terjaga, jalur pedestrian terganggu oleh area parkir motor, semrawut, kurang menyenangkan, jalurnya sempit, fungsi ruang berganti menjadi kios illegal.
6
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
III. KESIMPULAN Dari analisis yang sudah dipaparkan sebelumnya oleh penulis dapat disimpulkan bahwa mengatur sirkulasi dengan mempertimbangkan sejarah Kawasan Malioboro. Kawasan Malioboro dijadikan Kawasan berbudaya dengan mengsirkulasikan Kendaraan Non Motor melalui Jalur Khas Malioboro yaitu dari Alun-alun Utara hingga Rel Kereta Api, mengsirkulasikan kendaraan Bermotor memutari Kawasan Malioboro, Kendaraan Bermotor tidak melewati Jalur Dalam Kawasan Malioboro. Area Parkir dihilangkan dari Pedestrian, dengan membuat Area Parkir baru di Kawasan Malioboro. Kios illegal dihilangkan dari Jalur Pedestrian.
Rekomendasi desain yang kami peroleh yaitu, SIRKULASI
H
H
H
Dari arah Stasiun Tugu (Akses Pedestrian)
Dari Jalan Abu Bakar Ali
Arah pergerakan kendaraan Bermotor dan Non Motor Arah pergerakan kendaraan Non Motor Jalur Khas Jogja (Pedestrian dan Non Motor) H
Halte Trans Jogja
7
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
AREA PARKIR
DESAIN AREA PARKIR
AREA PARKIR BARU
BANDARAI GUSTI NGURAH RAI, BALI
8
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
PEDESTRIAN
KAWASAN BEBAS KENDARAAN BERMOTOR
Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang kami berikan untuk malioboro yang lebih baik.
9
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
IV. DAFTAR PUSTAKA Anonim. TUGAS BESAR MATA KULIAH PERANCANGAN PERKOTAAN. .https://docs.google.com/presentation/d/1HCCAcnHkq_fFX0bXBVhjIZPWIX1gAnHeXvsLXw056M U/embed#slide=id.i0Sirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold: New York CSIR Building and Construction Technology. 2000. HUMANSETTLEMENT PLANNING AND DESIGN. CSIR, Pretoria Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, SNI 031733-2004 Holmes Andrew M. 2003. Edinburgh The Standards For Urban Design. 1 COCKBURN STREET, EDINBURGH Maharika, Ilya F. 2012 Pengantar Kajian Perkotaan dan Permukiman: Perundangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan. Slideshare. 07 Maret 2013. Kota Jalan Malioboro Yogyakarta. Diakses 30 Juli 2015 dari sumber file:///E:/FINAL/Wisata%20kota.html Tentang Tata Ruang di Indonesia. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta Wikipedia. 25 Juli 2015. Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses tanggal 2 Agustus 2015 dari sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta Wikipedia. 2015. Jalan Malioboro. https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro (Diakses pada 08/07/2015) http://kotajogja.com/wisata/index/85
10