REVIEW APLIKASI SOFTWARE “SLiMS” DI PERPUSTAKAAN
Nama Kelompok : Ringgar Maharani (115030700111003) Roositha Ayuwigati (115030700111009) Novarikha Ariyanti (115030707111007)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PRODI ILMU PERPUSTAKAAN 2013
A. Sejarah Pembuatan Software Senayan Software
SLiMS
(Senayan
Library
Management
System)
merupakan salah satu software open source yang cukup nge-trand di kalangan dunia perpustakaan yang tengah mengembangkan perpustakaan digital pada saat ini. SLiMS merupakan perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi web yang dikembangkan oleh tim dari Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ini dibangun dengan menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada tahun 2009, Senayan memenangi INAICTA 2009 untuk kategori open source. Selain pernah memenangkan penghargaan dalam ajang ICT Award 2009 sebagai kategory Open Source System terbaik, SLiMS secara bertahap namun pasti telah mengundang kepedulian banyak pustakawan untuk membangun Komunitas yang menyebar di banyak wilayah, seperti yang ada di Surabaya, Jawa tengah, Pati, dan yang akan segera launching adalah Komunitas SLiMS Jawa Timur. awal mula SLiMS bermula dari perpustakaan Inggris yaitu Library of Congres memberikan sumbangan software perpustakaan yang bernama Alice. Pada masa pemerintah Inggris ketika itu pemerintahan memutuskan bergabung bersama Amerika Serikat dalam sekutu dan menginvasi Afganistan, mulai muncul kekhawatiran di semua institusi yang terkait dengan pemerintah Inggris di seluruh dunia. Salah satunya adalah The British Council (selanjutnya disebut BC), yang merupakan organisasi nonprofit dan mempunyai banyak kantor diseluruh dunia. Kekhawatiran utama adalah ancaman bom dari orang-orang yang dikategorikan “teroris”. Untuk menghindari ancaman tersebut salah satu “langkah preventif” yang diambil adalah, semua layanan BC yang diakses secara langsung oleh publik, harus ditutup. Salah satu yang terkena dampaknya adalah Perpustakaan BC Indonesia yang telah selama bertahun-tahun menjadi andalan layanan BC di Indonesia. Ironis memang. Sebuah inisiatif yang sangat bermanfaat bagi perberdayaan masyarakat, harus ditutup akibat
tindakan politis yang diambil oleh institusi negara yang alasannya pun sampai sekarang masih debatable. Pengelola
BC
Indonesia
kemudian
berinisiatif
untuk
menghibahkan pengelolaan aset perpustakaanya ke tangan institusi pemerintah. Dalam hal ini, institusi pemerintah yang dianggap sesuai bidangnya dan strategis tempatnya, adalah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Yang dihibahkan tidak hanya koleksi, tetapi juga rak koleksi, hardware (server dan workstation) serta sistem termasuk untuk aplikasi manajemen administrasi perpustakaan (Alice). Namun seiring dengan berjalannya waktu, manajemen Perpustakaan Depdiknas mulai menghadapi beberapa kendala dalam penggunaan sistem Alice. Pertama, keterbatasan dalam menambahkan fitur-fitur baru. Antara lain: kebutuhan manajemen serial, meng-online-kan katalog di web dan kustomisasi report yang sering berubah-ubah kebutuhannya. Penambahan fitur jika harus meminta modul resmi dari developer Alice, berarti membutuhkan dana tambahan yang tidak kecil. Apalagi tidak ada distributor resminya di Indonesia sehingga harus mengharapkan support dari Inggris. Masalah kedua yang muncul adalah sulitnya mempelajari lebih mendalam cara kerja perangkat lunak Alice. Karena Alice merupakan sistem proprietary yang serba tertutup, segala sesuatunya sangat tergantung vendor. Dibutuhkan sejumlah uang untuk mendapatkan layanan resmi untuk kustomisasi. Perpustakaan Depdiknas salah satu tupoksinya tidak lain adalah melakukan koordinasi pengelolaan perpustakaan unit kerja dibawah lingkungan Depdiknas. Dalam implementasinya, seringkali muncul kebutuhan
untuk
bisa
mendistribusikan
perangkat
lunak
sistem
perpustakaan ke berbagai unit kerja tersebut. Disini masalah ketiga: sulit (atau tidak mungkin) untuk melakukan redistribusi sistem Alice. Alice merupakan perangkat lunak yang secara lisensi tidak memungkinkan diredistribusi oleh pengelola Perpustakaan Depdiknas secara bebas. Semuanya harus ijin dan membutuhkan biaya.
Dari masalah-masalah yang muncul tersebut maka Perpustakaan Depdiknas me-review kembali penggunaan sistem Alice di perpustakaan Depdiknas. Beberapa poin pentingnya antara lain
:
Alice memang handal (reliable), tapi punya banyak keterbatasan. Biaya sewanya memang relatif murah, tetapi kalau membutuhkan support tambahan, baik sederhana ataupun kompleks, sangat tergantung dengan developer Alice yang berpusat di Inggris. Butuh biaya yang kalau di total juga tidak murah.
Model lisensi proprietary yang digunakan developer Alice tidak cocok dengan kondisi kebanyakan perpustakaan di Indonesia. Padahal pengelola Perpustakaan Depdiknas sebagai koordinator banyak perpustakaan di lingkungan Depdiknas, punya kepentingan untuk bisa dengan bebas melakukan banyak hal terhadap software yang digunakan.
Menyimpan data penting dan kritikal untuk operasional perpustakaan di suatu software yang proprietary dan menggunakan sistem sewa, dianggap sesuatu yang konyol dan mengancam independensi dan keberlangsungan perpustakaan itu sendiri.
Alice berjalan diatas sistem operasi Windows yang juga proprietary padahal pengelola Perpustakaan Depdiknas ingin beralih menggunakan Sistem Operasi open source (seperti GNU/Linux dan FreeBSD).
Masalah devisa negara yang terbuang untuk membayar software yang tidak pernah dimiliki.
Intinya: pengelola Perpustakaan Depdiknas ingin menggunakan software yang memberikan dan menjamin kebebasan untuk: menggunakan, mempelajari, memodifikasi dan melakukan redistribusi. Lisensi Alice tidak memungkinkan untuk itu. Langkah berikutnya adalah melakukan banding software sistem
perpustakaan open source yang bisa diperoleh di internet. Beberapa software yang dicoba antara lain: phpMyLibrary, OpenBiblio, KOHA, EverGreen. Pengelola perpustakaan Depdiknas merasa tidak cocok dengan software yang ada, dengan beberapa alasan:
Desain aplikasi dan database yang tidak baik atau kurang menerapkan secara serius prinsip-prinsip pengembangan aplikasi dan database yang baik sesuai dengan teori yang ada (PHPMyLibrary, OpenBiblio).
Menggunakan teknologi yang sulit dikuasai oleh pengelola perpustakaan Depdiknas (KOHA dan EverGreen dikembangkan menggunakan Perl dan C++ Language yang relatif lebih sulit dipelajari).
Beberapa sudah tidak aktif atau lama sekali tidak di rilis versi terbarunya (PHPMyLibrary dan OpenBiblio). Karena tidak menemukan sistem yang dibutuhkan, maka diputuskan
untuk mengembangkan sendiri aplikasi sistem perpustakaan yang dibutuhkan. Dalam dunia pengembangan software, salah satu best practice-nya adalah memberikan nama kode (codename) pengembangan. Nama kode berbeda dengan nama aplikasinya itu sendiri. Nama kode biasanya berbeda-beda tiap versi. Misalnya kode nama “Hardy Heron” untuk Ubuntu Linux 8.04 dan “Jaunty Jackalope” untuk Ubuntu Linux 9.04. Pengelola perpustakaan Depdiknas Untuk versi awal (1.0) aplikasi yang akan dikembangkan, memberikan nama kode “Senayan”. Alasannya sederhana, karena awal dikembangkan di perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan. Apalagi Perpustakaan Depdiknas mempunyai brand sebagai library@senayan. Belakangan karena dirasa nama “Senayan” dirasa cocok dan punya nilai marketing yang bagus, maka nama “Senayan” dijadikan nama resmi aplikasi sistem perpustakaan yang dikembangkan. Pengembangan Software SENAYAN Setelah melalui beberapa tahap-tahap software baru yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Depdiknas itu kemudian dikembangkan dengan General Public License, sistem perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber terbuka. Perizinan ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat digunakan, dipelajari, diubah, dan didistribusikan ke pihak lain secara bebas. Meski dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di semua sistem operasi komputer, termasuk
Windows dan Unix. Untuk memudahkan interaktivitas pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti genbarcode untuk pembuatan barcode, PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan tinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web. Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan koleksi perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules. Senayan
di
produksi
oleh
Pusat
Informasi
dan
Humas
Departemen Pendidikan Nasional. Lebih spesifik lagi kelahiran perangkat lunak otomasi perpustakaan ini dibidani oleh Hendro Wicaksono, Arie Nugraha dan Wardiyono. Guna mendukung pengembangan Senayan kedepan, saat ini perangkat lunak otomasi perpustakaan inimemiliki komunitas pengembang
yang tergabung
dalam
Senayan Developer
Community (SDC). Selain itu untuk mengembangkan Senayan, beberapa perwakilan pustakawan di Perpustakaan Depdiknas tersebut juga mengajak anggota di mailing list ISIS yakni kelompok diskusi para pustakawan pengguna perangkat lunak manajemen perpustakaan milik UNESCO untuk ikut bergabung. Beberapa pustakawan lain menanggapi rencana mereka, bahkan turut membantu mengembangkan peranti lunak tersebut. Jadilah Senayan versi beta yang hanya beredar di kalangan pustakawan di kelompok diskusi itu. Merekalah yang menguji dan kemudian memperbaiki bolongbolong dalam program tersebut. Akhirnya, setelah program itu dirasa cukup stabil, Senayan dirilis ke publik pada November 2007, bertepatan dengan ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional yang ketiga. Selain terus memperkaya Senayan, tim pengembang terus membuat paket program untuk memudahkan pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan (psenayan) ini berisi program Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan MySQL. Pengguna tinggal mengopi, mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada komputer atau server masing-masing.
Berikut secara ringkas perkembangan SLiMS dari waktu ke waktu :
13 Maret 2008 Portable Senayan 3.0 (based on senayan3 stable1)
21 Maret 2008 Portable Senayan 3.1 (based on senayan3 stable2)
24 Maret 2008 Portable Senayan 3.2 (based on senayan3 stable3)
1 Juni 2008 Portable Senayan 3.3 (based on senayan3 stable4)
18 Agustus 2008 Portable Senayan 3.4 (based on senayan3 sta ble5)
21 Septemb er 2008 Portable Senayan 3.5 (based on senayan3 stable6)
13 Januari 2009 Portable Senayan 3.6 (based on senayan3 stable7)
14 Maret 2009 Portable Senayan 3.7 (based on senayan3 stable8)
7 April 2009 Portable Senayan 3.8 (based on senayan 3 stable9)
22 Juli 2009 Portable Senayan 3.9 (based on senayan3 sta ble10-Patch1)
17 Oktob er 2009 Portable Senayan 3.10 (based on senayan3 stable11)
24 Novemb er 2009 Portable Senayan 3.11 (based on senayan3 stable12)
24 Maret 2010 Portable Senayan 3.12 (based on senayan3 stable13-patch2)
24 Maret 2010 Portable Senayan 3.13 (based on senayan3 stable14/Seulanga)
2011 sekarang Portable Senayan 3.14 (based on senayan3 stable15/Matoa)
B. Spesifikasi Teknis Software Senayan Sebagai sebuah Sistem Automasi Perpustakaan yang terintergrasi SENAYAN memiliki fungsi untuk mempermudah kegiatan administrasi perpustakaan. Sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan maka Senayan
harus
perpustakaan.
mampu
Jika
mempermudah
melihat fitur-fitur
yang
kegiatan
administrasi
disediakan
Senayan,
perangkat lunak ini mampu menjalankan fungsi administrasi yang ada di perpustakaan. Kegiatan pengolahan, peminjaman, pengembalian, pemesanan koleksi, penyiangan, manajemen anggota, fasilitas pencetakan barcode (barcode koleksi dan anggota) serta berbagai jenis laporan. tentunya Senayan memiliki fitur-fitur yang berfungsi sebagai fasilitas pendukung sebagai open source system. Senayan juga dapat membantu pihak manajemen untuk membuat kebijakan pengadaan atau sebagai bahan
pertimbangan
untuk
memutuskan
perpustakaan. Semua kegiatan ini mungkin
suatu
kebijakan
dilakukan
bagi dengan
menggunakan fitur-fitur yang terdapat di Senayan. Berikut adalah beberapa fitur atau modul yang terdapat di dalam Senayan:
Modul Pengatalogan (Cataloging Module) 1. Compliance dengan standar AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules). 2. Fitur untuk membuat, mengedit, dan menghapus data bibliografi sesuai dengan standar deskripsi bibliografi AACR2 level ke dua. 3. Mendukung pengelolaan koleksi dalam berbagai macam format seperti monograph, terbitan berseri, audio visual, dsb. 4. Mendukung penyimpanan data bibliografi dari situs di Internet. 5. Mendukung penggunaan Barcode. 6. Manajemen item koleksi untuk dokumen dengan banyak kopi dan format yang berbeda. 7. Mendukung format XML untuk pertukaran data dengan menggunakan standar metadata MODS (Metadata Object Description Schema). 8. Pencetakan Barcode item/kopi koleksi Built-in. 9. Pencetakan Label Punggung koleksi Built-in. 10. Pengambilan data katalog melalui protokol Z3950 ke database koleksi Library of Congress. 11. Pengelolaan koleksi yang hilang, dalam perbaikan, dan rusak serta pencatatan statusnya untuk dilakukan pergantian/perbaikan terhadap koleksi. 12. Daftar kendali untuk pengarang (baik pengarang orang, badan/lembaga, dan pertemuan) sebagai standar konsistensi penuliasn 13. Pengaturan hak akses pengelolaan data bibliografi hanya untuk staf yang berhak.
Modul Penelusuran (OPAC/Online Public Access catalog Module) 1. Pencarian sederhana. 2. Pencarian tingkat lanjut (Advanced). 3. Dukungan penggunaan Boolean’s Logic dan implementasi CQL (Common Query Language). 4. OPAC Web Services berbasis XML. 5. Mendukung akses OPAC melalui peralatan portabel (mobile device)
6. Menampilkan informasi lengkap tetang status koleksi di perpustakaan, tanggal pengembalian, dan pemesanan item/koleksi 7. Detil informasi juga menampilkan gambar sampul buku, lampiran dalam format elektronik yang tersedia (jika ada) serta fasilitas menampilkan koleksi audio dan visual. 8. Menyediakan hyperlink tambahan untuk pencarian lanjutan berdasarkan penulis, dan subjek
Modul Sirkulasi (Circulation Module) 1. Mampu memproses peminjaman dan pengembalian koleksi secara efisien, efektif dan aman. 2. Mendukung fitur reservasi koleksi yang sedang dipinjam, termasuk reminder/pemberitahuan-nya. 3. Mendukung fitur manajemen denda. Dilengkapi fleksibilitas untuk pemakai membayar denda secara cicilan. 4. Mendukung fitur reminder untuk berbagai keperluan seperti melakukan black list terhadap pemakai yang bermasalah atau habis keanggotaannya. 5. Mendukung fitur pengkalenderan (calendaring) untuk diintegrasikan dengan penghitungan masa peminjaman, denda, dan lain-lain. 6. Dukungan terhadap ragam jenis tipe pemakai dengan masa pinjam beragam untuk berbagai jenis keanggotaan. 7. Menyimpan histori peminjaman anggota. 8. Mendukung pembuatan peraturan peminjaman yang sangat rinci dengan mengkombinasikan parameter keanggotaan, jenis koleksi, dan gmd selain aturan peminjaman standar berdasarkan jenis keanggotaan
Modul Manajemen Keanggotaan (Membership Management Module) 1. Memungkinkan beragam tipe pemakai dengan ragam jenis kategori peminjaman, ragam jenis keanggotaan dan pembedaan setiap layanan sirkulasi dalam jumlah koleksi serta lama peminjaman untuk jenis koleksi untuk setiap jenis/kategori.
2. Dukungan terhadap input menggunakan barcode reader 3. Memungkinkan untuk menyimpan informasi preferensi pemakai atau subject interest. 4. Memungkinkan untuk menyimpan informasi tambahan untuk keperluan reminder pada saat transaksi.
Modul Inventarisasi Koleksi (Stocktaking Module) 1. Proses inventarisasi koleksi bisa dilakukan secara bertahap dan parsial tanpa harus menutup layanan perpustakaan secara keseluruhan. 2. Proses inventarisasi bisa dilakukan secara efisien dan efektif. 3. Terdapat pilihan untuk menghapus data secara otomatis pada saat akhir proses inventarisasi terhadap koleksi yang dianggap hilang.
Modul Statistik/Pelaporan (Report Module) 1. Meliputi pelaporan untuk semua modul-modul yang tersedia di Senayan. 2. Laporan Judul. 3. Laporan Items/Kopi koleksi. 4. Laporan Keanggotaan. 5. Laporan jumlah koleksi berdasarkan klasifikasi. 6. Laporan Keterlambatan. 7. Berbagai macam statistik seperti statistik koleksi, peminjaman, keanggotaan, keterpakaian koleksi. 8. Tampilan laporan yang sudah didesain printer-friendly, sehingga memudahkan untuk dicetak. 9. Filter data yang lengkap untuk setiap laporan. 10. API untuk pelaporan yang relatif mudah dipelajari untuk membuat custom report baru.
Modul Manajemen Terbitan Berseri (Serial Control) 1. Manajemen data langganan. 2. Manajemen data Kardex. 3. Manajemen tracking data terbitan yang akan terbit dan yang sudah ada.
4. Memungkinkan tracking data terbitan berseri yang jadwal terbitnya tidak teratur (pengaturan yang fleksibel). Sebagai perangkat lunak yang termasuk dalam kategori free open source software, Senayan berkembang sangat cepat. Sejak dirilis akhir tahun 2007 sampai dengan sekarang, perangkat lunak ini telah mencapai versi Senayan3-Stable14. Senayan3-Stable14 ini merupakan penyempurnaan dari Senayan-Senayan versi sebelumnya yang dirasa masih memiliki berbagai kekurangan. Perkembangan yang cepat ini tidak lepas dari kontribusi pengguna Senayan yang dengan senang hati
akan
memberikan
laporan terkait dengan kelemahan atau
kekurangan yang ada di Senayan. C. Proses Bisnis Software Senayan Aplikasi perpustakaan ini mulai dikembangkan pada awal Maret 2007. Saat itu tim pengembangnya ada dua orang, yaitu: penulis sendiri sebagai Application & Database Designer juga programmer serta Arie Nugraha sebagai programmer utama. Nama kode pengembangan saat itu adalah “Senayan”, karena dikembangkan di perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan. Belakangan karena nama itu dianggap mudah diterima banyak orang, nama “Senayan Library Automation” (atau biasa disebut Senayan) dipilih sebagai nama resmi aplikasi manajemen perpustakaan yang dikembangkan di Perpustakaan Depdiknas. Mulai pengembangan Senayan masuk ke tahap yang lebih lanjut yakni membentuk komunitas pengguna serta berusaha melibatkan banyak orang sebagai developer. Model pengembangan yang dianut adalah Open Source. Dimana tiap orang mempunyai akses ke source code dan didorong untuk aktif dalam desain, pengembangan, dan distribusi Senayan. Tapi berbagai pengambilan keputusan penting tetap ditangan penulis sebagai lead developer Senayan.
Senayan rilis awal masih menyimpan banyak bugs. Ini terbukti dari banyaknya laporan yang masuk melalui milis dan bugs report system serta melalui ujicoba lapangan di beberapa tempat. Untuk mengatasi berbagai bugs tersebut, dirilis senayan3-rc5 sampai senayan3-rc10. Februari 2008 dirilislah senayan3-stable1 yang dianggap sudah stabil untuk produksi. 22 maret 2008 dirilis senayan3-stable2. Awal April 2008 library@senayan mulai resmi mengimplementasikan Senayan menggantikan Alice. Sampai proposal ini dibuat, rilis terakhir Senayan adalah senayan3-stable9. Untuk mempercepat pengembangan Senayan, beberapa hal yang dilakukan antara lain: Mengadakan Senayan Developers Day (SDD). Yaitu para developer inti
Senayan,
dikumpulkan
selama
kurang
lebih
2-3
hari
di
library@senayan dan berkonsentrasi melakukan penambahan fitur, perbaikan dan update dokumentasi. Output dari kegiatan adalah rilis baru dan update dokumentasi. SDD sudah dua kali diadakan pada Maret 2008 dengan mengikuti pameran seperti pameran Indonesia Go Open Source (IGOS, http://hendrowicaksono.multiply.com/photos/album/35/). Dalam setiap rilis Senayan, saat ini didistribusikan dalam dua versi. Pertama, Senayan Source. Yaitu hanya aplikasi Senayan, yang ditujukan untuk pemakai tingkat lanjut, atau mereka yang sudah memiliki komputer dimana web server (biasanya Apache), PHP dan MySQL sudah terinstall sebelumnya. Dan yang Kedua adalah distribusi Portable Senayan (psenayan). Yaitu Senayan yang sudah dipaketkan dengan Apache, PHP dan MySQL. Sehingga pengguna tinggal copy, ekstrak, dan gunakan. Ditujukan untuk pengguna Windows. Dalam melakukan pengembangan Senayan, kira-kira 95% dilakukan pada platform GNU/Linux. Penggunaan Windows dalam pengembangan hanya sebatas pembuatan distribusi Portable Senayan dan ujicoba. Pengembangan Bisnis Komersial berupa: dukungan layanan korporasi dan terdedikasi, web hosting Senayan, sponsorship modul. Dana pengembangan Senayan didapat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pengembang Senayan. Antara lain:
Dedicated support dari institusi
yang meminta dukungan
implementasi Senayan secara khusus.
Training/Pelatihan yang diadakan oleh tim pengembang Senayan
Dari
institusi
yang
mempunyai
concern/perhatian
dalam
pengembangan Senayan atau software Open Source pada umumnya. D. Keunggulan dan Kekurangan Software Senayan Nilai plus atau kelebihan yang dimiliki perangkat lunak ini adalah :
Senayan dapat diperoleh dan digunakan secara gratis Perangkat lunak merupakan salah satu komponen penting dalam implementasi
otomasiperpustakaan.
Sayangnya
tidak
semua
perpustakaan mampu menyediakan perangkat lunak untuk otomasi perpustakaan. Hal ini disebabkan karena harga perangkat lunak otomasi sulit dijangkau oleh banyak perpustakaan di Tanah Air. Kehadiran Senayan sebagai salah satu perangkat lunak otomasi berbasis FOSS menjadi solusi terkait sulitnya dengan pengadaan perangkat lunak otomasi karena perangkat lunak ini dapat diperoleh secara gratis.
Multi Platform Multi platform artinya bisa berjalan secara natif hamper disemua system operasi (komunikasi akses perangkat keras dan komunikasi sumber daya sistem operasi lebih efesien) yang bisa menjalankan bahasa pemprograman PHP (http://php.net) dan RDBMS MySQL ( http://mysql,com). Perangkat lunak ini dikembangkan diatas platform GNU/ Linux dan berjalan dengan baik diatas platform UNIX* BSD dan windows.
Mampu memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan
Menurut Saffady sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan
minimal memiliki fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi serta online public access catalog atau OPAC (Saffady dalam Anctil dan Bahesti, 2004: 4). Senayan tidak hanya menyediakan fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi dan OPAC. Senayan menyediakan fasilitas lain seperti manajemen keanggotaan, fasilitas untuk pengaturan perangkat lunak, cetak barcode (baik barcode anggota maupun barcode buku), penyiangan serta fasilitas laporan dan unggah koleksi digital.
Senayan
dibangun
dengan
menggunakan
bahasa
pemrograman interpreter
Senayana dibangun dengan menggunakan PHP sebagai bahasa pemrograman. PHP merupakan bahasa pemrograman interpreter yang memungkinkan untuk dimodifikasi. Dengan demikian maka perpustakaan memungkinkan memodifikasi Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
Senayan dikembangankan oleh sumber daya manusia local
Senayan dikembangan oleh sumber daya manusia lokal, atau dikembangkan memberikan
oleh
SDM
keuntungan
bangsa
bagi
Indonesia.
perpustakaan
Kondisi
dan
ini
pengguna
Senayan. Keuntungan tersebut adalah Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan di Tanah Air dan pengguna Senayan dapat berkomunikasi dengan mudah dengan para pengembang Senayan jika mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan.
Instalasi Mudah dilakukan
Sebagai perangkat lunak yang tergolong dalam jenis perangkat lunak berbasis web instalasi Senayan mudah dilakukan, baik itu untuk system operasi windows maupun system operasi linux.
Mampu berjalan di sistem operasi linux maupun windows.
Windows ataupun linux merupakan dua sistem operasi yang familiar digunakan oleh perpustakaan di Indonesia. Senayan mampu berjalan stabil di dua sistem operasi tersebut. Dengan demikian maka perpustakaan pengguna sistem operasi windows maupun linux tidak perlu khawatir tidak dapat menggunakan Senayan karena tidak mampu berjalan disalah satu sistem operasi.
Memiliki dokumentasi yang lengkap
Dokumentasi (modul dan manual) memiliki peranan penting dalam pengembangan
sebuah
perangkat
lunak,
termasuk
FOSS.
Eksistensi dokumentasi akan memudahkan pengguna atau calon pengguna dalam memperlajari sebuah perangkat lunak. Dengan dokumentasi yang lengkap pengguna atau calon pengguna Senayan dapat dengan mudah mempelajari Senayan.
Memiliki prospek pengembangan yang jelas
Perkembangan Senayan terjadi sangat cepat dalam kurun waktu 2 tahun perangkat lunak it uterus memperbaiki diri. Perbaikan ini terlihat dari banyaknya versi yang telah dirilis ke publik. Kondisi ini mencerminkan bahwa perangkat lunak ini memiliki prospek pengembangan. Apabila perangkat lunak ini terus diperbaharui maka pengguna Senayan yang akan memperoleh manfaatnya dari perbaikan terhadap kelemahan serta fasilitas tambahan yang disediakan dalam versi Senayan terbaru.
Memiliki
forum
komunikasi
antara
pengguna
dan
pengembang Senayan menggunakan
[email protected]. This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it sebagai forum komunikasi antar sesama pengguna Senayan atau pengembang Senayan. Keberadaan forum pengguna
ini
memungkinkan
pengguna
saling
bertukar
pengalaman
terkait
dengan
pemanfaatan
Senayan
atau
berkomunikasi dengan pengembangan jika mengalami kesulitan dalam pemanfaatan Senayan. Dengan demikian calon pengguna tidak perlu bingung kemana mereka berkonsultasi jika mengalami masalah
dalam
pemanfaatan
Senayan,
pengguna
dapat
berkonsultasi melalui milist ini. Sedangkan nilai minus atau kekurangan dari Senayan sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan berbasis free open source software adalah :
Kompatibilitas web browser
Untuk mengakses Senayan diperlukan web browser. Sayangnya tidak semua web browser mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna. perangkat lunak ini merekomendasikan mozilla firefox sebagai web browser. Sehingga jika penggunaan web browser selain mozilla firefox mampu tampilan Senayan tidak akan muncul secara sempurna. Misalnya ada beberapa menu yang akan tertutupi oleh banner jika pengguna menggunakan internet eksplorer sebagai web browser. Namun jika hanya digunakan untuk mengakses OPAC (online public access catalog) semua web browser dapat digunakan.
Otoritas akses file
Senayan menyediakan fasilitas upload (unggah) file. Dengan
fasilitas
ini
pengelola
perpustakaan
dapat
menyajikan koleksi digital yang dimiliki perpustakaan, seperti e-book, e-journal, skripsi digital, tesis digital dan koleksi digital lainnya. Namun fasilitas upload file ini tidak dilengkapi dengan pembagian otoritas akses file. Akibatnya setiap koleksi digital yang telah di upload ke dalam Senayan berarti dapat diakses oleh semua orang. Kondisi
ini tentu sedikit mengkhawatirkan jika koleksi digital yang diupload adalah skripsi, tesis atau laporan penelitian digital. Skripsi digital, tesis atau laporan penelitian digital dibatasi aksesnya karena koleksi digital jenis rentan dengan masalah plagiasi. E. Pengembangan Software Senayan Kedepan Tingkat kefektifan kinerja SLiMS dalam proses penelusuran menggunakan simple search dan advanced search dilihat dari segi niasi recall dan precision, hasilnya menunjukkan bahwa nilai perolehan (recall) cukup tinggi tetapi nilai kepatan (precision) masih rendah. Jadi menurut kami sebaiknya ke depannya SLiMS harus meningktakan nilai ketepatan. Tidak hanya mampu memberikan jawaban yang cukup baik, tetapi SLiMS harus bisa memberikan hasil penelusuran ke pangkalan data yang akurat. Dari segi upaya pengguna dalam proses penelusuran di SLiMS (dari segi fasilitas penelusuran, menu bantuan (help) dan pelatihan (pendidikan pemakai)) harus lebih disempurnakan, karena upaya-upaya tersebut diharapkan mampu dalam membantu pengguna memproses penelusuran informasi di OPAC SLiMS. Meskipun tampilan SLiMS dinilai cukup menarik tetapi dalam penggunaannya masih butuh pendidikan pemakai dari pustakawan baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Sehingga kedepannya diharapakan SLiMS tidak hanya cukup menarik tetapi diharapakan tampilannya mudah dimengerti oleh kaum awam. Salah satu hambatan lain adalah proses penelusuran informasi menggunakan OPAC yaitu tidak selarasnya informasi pada OPAC dengan yang ada di rak buku. Sehingga kedepannya diharapakan staf pekerja lebih sering dan teratur meng-update informasinya. Pengembangan SLiMS yang selanjutnya adalah staf perpustakaan diharapakan meningkatkan kinerja dari OPAC melalui ketepatan, kecepatan dan kenyamanan. Diharapakan juga untuk kedepannya perpustakaan memperbaiki jaringan internet agar dalam mengakses SLiMS lebih mudah dan cepat,
serta mengganti intranet menjadi jaringan internet. Agar pengguna bisa mengakses OPAC dimana saja. Roadmap Pengembangan Senayan Selain beberapa hal yang telah di sebutkan di atas SENAYAN akan terus dikembangkan
oleh
para
pengembangnya
beserta
komunitas
pengguna
SENAYAN lainnya. Berikut adalah Roadmap pengembangan SENAYAN ke depannya: Pengembangan aplikasi: 1. Kompatibilitas dengan MARC dan standar pertukaran data yang komplit. Contoh implementasinya: Memastikan bahwa format data bibliografi kompatibel dengan MARC secara lebih baik (minimal MARC light). Dukungan terhadap RFID. Fitur untuk impor / ekspor rekod dari The Online Computer Library Centre (OCLC), Research Libraries Information Network (RLIN), vendor sistem lain yang compliant dengan MARC. Validasi data ISBN menggunakan modulus seven. Dukungan terhadap standar di perpustakaan, seperti: Library of Congress Subject Headings, Library of Congress Classification, ALA filing rules, International Standard Bibliographic Description, ANSI Standard for Bibliographic Information Exchange on magnetic tape, Common communication format (ISO 2709). 2. Katalog induk/bersama (union catalog) 3. Implementasi Thesaurus. Contoh implementasinya:
Pemanfaatan tesaurus untuk proses pengatalogan.
Pemanfaatan
tesaurus
untuk
proses
pencarian,
misalnya
memberikan advis pencarian menggunakan knowledge base yang dibangun dengan sistem tesaurus.
4. Implementasi Library 2.0. Contoh implementasinya:
User bisa login dan mempunyai halaman personalisasi.
User bisa melakukan reservasi koleksi dan memperpanjang peminjaman.
User bisa melakukan komunikasi dengan pustakawan via messaging system.
User
bisa
melakukan
tagging,
rekomendasi
koleksi
dan
menyimpannya didalam daftar koleksi favoritnya.
User bisa memberikan komentar terhadap koleksi.
Pustakawan bisa memasukkan preferensi pemakai didalam data keanggotaan. Preferensi tersebut bisa dimanfaatkan salah satunya untuk men-generate semacam daftar koleksi terpilih untuk dicetak atau ditampilkan ketika user login.
5. Peningkatan dukungan manajemen konten digital dan entri analitikal Pengembangan basis komunitas pengguna: Membangun Mengadakan
komunitas pengguna di berbagai kota Senayan Developers Day untuk silaturahmi antar
developer Senayan, update dokumentasi, penambahan fitur baru dan bug fixing dan mencari bibit pengembang yang baru. Workshop/Seminar Nasional Jam Sessions
Tahunan
rutin setiap 3 bulan
DAFTAR PUSTAKA Hakim, Hery Abi Burachman. 2011. Optimalisasi Senayan Sebagai Perangkat Lunak berbasis Open Source. Yogyakarta. Purwoko; Hakim, Heri Abi Burachman dan Surachman, Arif. 2006. “Kajian Awal Aplikasi Open source untuk Otomasi Perpustakaan: Studi Kasus X-igloo, OpenBiblio, Weblis, PhpMyLibrary. Dalam Fihris, Volume 1, Nomor 1. Senayan
Developer
Community.
Manual
Senayan
Versi
Tiga:
Berdasarkan Senayan3-Stable 8. Jakarta, Senayan Developer Community. Unair. 2013. Open Source untuk Otomasi Perpustakaan http://pstpunair.blogspot.com/2007/09/open-source-untuk-otomasiperpustakaan.html diakses tanggal 29 Nei 2013
Wahono, Romi Satria. 2006. “Teknologi Informasi untuk Perpustakaan: Perpustakaan Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan”. Dalam www.ilmukomputer.com tanggal 25 Mei 2013, Pukul 09.00. Wikipedia. 2013. Senayan (Perangkat Lunak) http://id.wikipedia.org/wiki/Senayan_(perangkat_lunak) diakses tanggal 25 Mei 2013