RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1 April 2017, 104-117 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret
PENYIMPANGAN TEORI BROWN DAN LEVINSON DALAM TINDAK TUTUR PESERTA TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB (ILC) DI TV ONE DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Bukhori Muslim
Universitas Mataram
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk penyimpangan teori kesantunan Brown dan Levinson dalam tindak tutur peserta Indonesia Lawyers Club di TV One dan relevansinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah teori pragmatik. Sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif dengan tekhnik pengumpulan data yaitu teknik dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk pelanggaran teori kesantunan Brown dan Levinson yang terjadi dalam tindak tutur peserta Indonesia Lawyers Club edisi 27 Mei 2014 dan 7 April 2015 terdiri atas pengancaman muka positif dan pengancaman muka negatif. Tuturan peserta yang mengancam muka positif meliputi ungkapan keluhan, dakwaan, ketidaksetujuan, kritikan, ungkapan yang tidak koopratif, mempermalukan lawan tutur, dan kata-kata tabu. Sedangkan ungkapan yang diggunakan di dalam pengancaman muka negatif yakni ungkapan penolakan, saran, nasihat, permintaan, larangan, janji dan pujian. Jenis tindak tutur yang diggunakan yakni tindak tutur direktif, deklaratif, ekspresif, dan refresentatif. Sementara itu, pelanggaran teori kesantunan Brown dan Levinson dalam tindak tutur peserta ILC lebih didasari pada suatu kesadaran untuk memperoleh keadilan, pembelaan diri sendiri, solidaritas kelompok, kekuasaan, pengakuan diri dan kelompok, penegakan hukum, perjuangan melawan korupsi dan pembelaan atas nama rakyat. Relevansi hasil penelitian dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA kelas XI semester dua, KD 9. 2 dengan materi pokok cara memberikan komentar pada acara diskusi atau seminar.
Kata kunci: Pragmatik, Kesantunan, Pengancaman Muka Positif, Pengancaman Muka Negatif, Tindak Tutur, pembelajaran, ILC, dan Ideologi
Abstract
This research purpose to describe forms of deviation Brown and Levinson's theory of politeness in speech act participant Indonesia Lawyers Club on TV One and its relevance to the Indonesian language learning in high school. The theory is used to solve the problem in this research is the pragmatic theory. While the approach used is descriptive qualitative approach with data collection technique is a technique of documentation and observation. The results showed that the forms of deviations Brown and Levinson's theory of politeness that occur in the speech act participant Indonesia Lawyers Club edition of May 27, 2014 and 7 April 2015 consisted of threatening the positive face and negative face threats. Participants utterances that threaten positive face expression covers complaints, charges, disapproval, criticism, expressions that do not koopratif, embarrass opponents said, and words taboo. While the band is used in the expression of negative advance threatening the expression of rejection, suggestions, advice, requests, prohibitions, promises and praise. Types of speech acts band is used that speech acts directive, declarative, expressive, and refresentatif. Meanwhile, the offense Brown and Levinson’s theory in speech acts ILC participants more based on an awareness for justice, self-defense, solidarity groups, power, recognition of self and groups, law enforcement, the fight against corruption and advocacy on behalf of the people. Relevance of the research results can be applied in learning Indonesian in class XI SMA second half, KD 9. 2 with the subject matter by providing comments on the discussion. Keywords: Pragmatics, Politeness, threatening Face Positive, Negative Front threats, Speech Acts, learning, ILC, and Ideology
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 105
1. PENDAHULUAN
diundang yakni RS seorang aktivis per-
Bahasa merupakan alat komunikasi yang
empuan yang berani merendahkan presiden
diberikan oleh Tuhan kepada manusia se-
di depan khlayak umum dengan menga-
bagai sarana untuk berinteraksi antar sesa-
takan bahwa presiden dalam mengambil
ma makhluk sosial. Kegiatan berbahasa tid-
keputusan tidak melalui proses berpikir.
ak pernah lepas dari kehidupan manusia,
Selain itu, RS mengkritisi sikap Jokowi
karena
untuk
ketika membuat surat keputusan namun tid-
menyampaikan pesan dari satu penutur ke
ak dibaca. Tuturan tersebut menurut pan-
penutur yang lain. Namun, yang perlu di-
dangan Brown dan Levinson tergolong da-
perhatikan di dalam kegiatan berbahasa
lam pelanggaran kesantunan positif.
bahasa
merupakan
alat
yakni bagaimana pesan yang disampaikan
Namun demikian, belum ada bukti ilmi-
dapat diterima dengan baik oleh mitra tutur,
ah yang dapat menjelaskan apakah peserta
karena tidak setiap mitra tutur mampu
Indonesia lawyers club (ILC) memiliki si-
menerima secara langsung apa isi tuturan
kap berbahasa yang kurang santun dalam
yang disampaikan. Bertutur tidak hanya
bertindak bertutur, hal tersebut merupakan
memperhatikan kaidah atau tata bahasa
alasan pertama penelitian ini dianggap pent-
yang baik dan benar, namun lebih ke arah
ing untuk dilakukan. Alasan kedua, untuk
pragmatis seperti bagaimana bertutur yang
mengukur frekuensi penyimpangan teori
santun. Kesantunan berbahasa merupakan
kesantunan Brown dan Levinson yang ter-
bagian yang tidak terpisahkan di dalam
jadi dalam tindak tutur peserta Indonesia
berkomunikasi karena kesantunan merupa-
Lawyers Club (ILC). Alasan ketiga, untuk
kan salah satu faktor penentu keberhasilan
mengetahui hubungan pelanggaran teori
dalam penyampaian pesan kepada mitra
kesantunan Brown dan Levinson dengan
tutur.
ideologi yang tersirat dalam tindak tutur
Globalisasi telah banyak mencederai tatanan
kebudayaan,
adat
peserta diskusi Indonesia Lawyers Club
istiadat
(ILC) di TV One. Bentuk lain, perlu dicari
“Ketimuran” atau orang Indonesia. Salah
keterkaitan kesantunan berbahasa pada ma-
satu dampak yang mampu dirasakan dari
teri pembelajaran bahasa Indonesia di
pengaruh globalisasi dalam berbahasa yakni
SMA.
kurangnya perhatian penutur terhadap etika
Untuk memecahkan permasalahan yang
berbahasa. Hal ini sering ditemukan dalam
menjadi fokus dalam penelitian ini, maka
berbagai acara yang ditayangkan oleh me-
pendekatan
dia masa. Seperti pada acara Indonesia
digunakan adalah pendekatan pragmatik.
Lawyers Club edisi 28 April 2015 dengan
Karena pragmatik mengkaji tentang prinsip-
tema “Ekskusi Mati Jokowi Dibawah
prinsip kesantunan dalam bertindak tutur.
Tekanan” salah satu peserta peserta yang
Sedangkan teori kesantunan yang akan
yang
paling
tepat
untuk
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 106
digunakan yakni teori kesantunan yang
tidak menyinggung lawan bicara.
dikemukakan oleh Brown and Levinson
c) Penyimpangan teori Brown dan Levin-
tentang konsep wajah “Face” yang terdiri
son dalam penelitian ini adalah tindakan
dari wajah positif dan wajah negatif.
yang mengancam muka positif dan
Berdasarkan latar belakang yang sudah
negatif lawan tutur yang tidak memper-
dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
hatikan strategi bertutur yang santun
masalah yang menjadi fokus kajian dalam
yang sudah dikemukakan oleh Brown
penelitian ini adalah
dan Levinson.
bagaimana bentuk-
bentuk penyimpangan teori Brown dan Levinson yang terjadi dalam tindak tutur
Kerangka Teori
peserta Indonesia Lawyers Club di TV One
Tindak Tutur Menurut Searle, dalam setiap komu-
dan relevansinya terhadap pembelajaran
nikasi terdapat tindak tutur, komunikasi
bahasa di SMA. Adapun tujuan penelitian ini adalah un-
bukanlah sekedar lambang, kata atau ka-
tuk untuk mendeskripsikan penyimpangan
limat, tapi akan lebih tepat apabila disebut
teori Brown dan Levinson dalam tindak tu-
produk yang berwujud perilaku tindak tutur,
tur peserta Indonesia Lawyers Club (ILC)
(Rohmadi, 2010:30). Sementara itu, Chaer,
di TV One dan relevansinya terhadap pem-
(2010:27) mengemukakan bahwa yang di-
belajaran bahasa Indonesia di SMA.
maksud dengan tindak tutur yakni tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan
2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI
yang dilihat dari makna tindakan dalam tu-
Konsep
turannya. Serangkaian tindak tutur akan
Terdapat definisi operasional dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mem-
membentuk suatu peristiwa tutur (speech event).
berikan penjelasan terhadap istilah yang
Searle (dalam Chair, 2010: 29-30) mem-
dipakai secara konsisten dalam keseluruhan
bagi tindak tutur ke dalam lima kategori,
penelitian.
yakni sebagai berikut: “(a) representatif
a) Tindak tutur adalah segala bentuk tinda-
yaitu tindak tutur yang mengikat penuturn-
kan yang berupa ucapan dan tingkah
ya
kepada kebenaran
atas apa
yang
laku peserta Indonesia Lawyers Club di
dikatakannya; (b) direktif yaitu tindak tutur
TV One.
yang dilakukan penuturnya dengan maksud
b) Pengertian santun dalam penelitian ini
agar lawan tutur melakukan tindakan yang
yakni perilaku berbahasa peserta Indone-
disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya,
sia Lawyers
Club di TV One dengan
memohon, menuntut, menyarankan, dan
memperhatikan etika, kesabaran, dan
menantang; (c) ekspresif yaitu tindak tutur
ketenangan dalam berbicara sehingga
yang dilakukan dengan maksud agar tutur-
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 107
annya diartikan sebagai evaluasi mengenai
digunakan secara luas dalam berbagai
hal yang disebutkan di dalam tuturan itu,
kajian komunikasi antar budaya, (Elen,
misalnya memuji, mengucapkan, berterima
2001:i).
kasih, mengkritik, dan menyelak; (d)
Teori yang dikemukakan oleh Brown
komisif yaitu tindak tutur yang mengikat
dan Levinson memandang bahwa kesan-
penuturnya untuk melaksanakan apa yang
tunan
disebutkan di dalam tuturannya misalnya
penghindaran konflik, (Elen, 2001:4). Se-
berjanji, bersumpah, dan mengancam; (e)
mentara itu konflik merupakan realitas so-
deklarasi, yaitu tindak tutur yang dilakukan
sial yang selalu ada dalam setiap kehidupan
si penutur dengan maksud untuk mencip-
masyarakat.
takan hal (status, keadaan, dan sebagainya)
wewenang yang tidak merata menjadi
yang baru. Misalnya memutuskan, membat-
faktor yang menentukan konflik secara so-
alkan, melarang, mengizinkan, dan mem-
sial, (Wirawan, 2012:88). Oleh sebab itu,
beri manfaat.”
kesantunan sangat penting bagi struktur ke-
memiliki
kaitan
Distribusi
dalam
usaha
kekuasaan
dan
Memperhatikan jenis tindak tutur yang
hidupan sosial dan masyarakat itu sendiri
dikemukakan oleh Austin dan Searle, maka
dalam pengertian bahwa kesantunan meru-
dalam penelitian ini bentuk tindak tutur
pakan ekspresi sosial dan memberikan cara
yang
dalam
verbal untuk meredakan ketegangan inter-
menganalisis tindak tutur adalah bentuk tin-
personal yang muncul dari berbagai maksud
dak tutur yang dikemukakan oleh Searle
komunikasi yang bertentangan, (Lihat Ibid,
karena bentuk tindak tutur tersebut dibagi
dalam Elen, 2001).
akan
menjadi
landasan
ke dalam bagian yang detail sehingga dalam
Konsep wajah “face” juga disinggung
menganalisis tindak tutur para peserta Indo-
oleh Yule, (2006:104) dalam suatu interaksi
nesia Lawyers Club (ILC) lebih mudah un-
ada tipe khusus kesopanan yang lebih sem-
tuk dikalsifikasikan ke dalam jenis-jenis
pit di tempat kerja. Untuk mendeskripsi-
tindak tutur yang digunakan.
kannya, kita memerlukan konsep wajah. Sebagai istilah teknis, wajah merupakan
Teori Kesantunan Brown dan Levinson
wujud peribadi seseorang dalam masyara-
Kesantunan merupakan istilah umum
kat. Wajah mengacu kepada makna sosial
yang memiliki sejarah panjang, karena telah
dan emosional itu sendiri dimana setiap
ada sekurang-kurangnya sejak abad keenam
orang memiliki dan mengharapkan orang
belas. Kesantunan juga merupakan konsep
lain untuk mengetahui. Kesopanan dalam
ilmiah yang telah mapan yang bersifat men-
berintraksi dapat didefinisikan sebagai alat
dasar bagi teori kesantunan salah satu
yang
cabang pragmatik kontemporer yang lebih
kesadaran tentang wajah orang lain.
popular
dan
merupakan
piranti
yang
digunakan
untuk
menunjukkan
Secara alamiah terdapat berbagai tuturan
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 108
yang cendrung merupakan tindakan yang
Brown dan Levinson antara lain meliputi:
tidak
diistilahkan
“a) tindakan yang memperlihatkan bahwa
dengan Face Threatning A ct (Tindakan
penutur memberi penilaian negatif terhadap
Mengancam Muka) disingkat dengan TPM.
lawan tutur, seperti ungkapan mengenai dis-
Brown dan Levinson membuat kategori
approval, criticism, contempt or ridicule,
TPM berdasarkan dua kriteria, yaitu tinda-
complaints and reprimands, accusations,
kan yang mengancam muka negatif lawan
insults (mengungkapkan sikap tidak setuju,
tutur dan tindakan yang mengancam muka
mengkritik, tindakan merendahkan atau
positif, (Brown dan Levinson dalam Ama-
yang mempermalukan, keluhan, kemarahan,
roh, 2010:16). Tindakakan yang mengan-
dakwaan, penghinaan); b) tindakan yang
cam muka negatif lawan tutur, menurut
memperlihatkan sikap tidak peduli penutur
Brown dan Levinson, antara lain meliputi:
terhadap muka positif lawan tutur, seperti
“(a) tindakan yang mengakibatkan lawan
ungkapan mengenai contradictions or disa-
tutur menyetujui atau menolak melakukan
greements, challenges, emitions, irrever-
sesuatu seperti ungkapan mengenai: orders
ence, mention of taboo topiks, including
and requests, suggestions, advice, remind-
those that are inappropriate in the context
ing threats, warnings, dears (memerintah,
(pertentangan, ketidaksetujuan atau tan-
cemoohan, memberi saran, memberi na-
tangan, emosi, ungkapan yang tidak sopan,
sihat, mengingatkan, mengancam, mem-
membicarakan hal yang dianggap tabu atau-
peringatkan, dan menentang); (b) tindakan
pun yang tidak selayaknya dalam situasi,
yang
penutur
yaitu penutur menunjukkan bahwa penutur
melakukan sesuatu terhadap lawan tutur
tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur dan
dan memaksa lawan tutur untuk menerima
juga tidak mau meninggalkan hal-hal yang
atau menolak tindak tersebut, seperti ungka-
ditakuti oleh lawan tutur; c) ungkapan
pan
promises
mengenai bad news about H, or good news
(menawarkan dan berjanji); (c) tindakan
(boasting) abaout S (S indicates that he
yang mengungkapkan keinginan penutur
willing to cause distress to H, and/or
untuk melakukan sesuatu terhadap lawan
doesn’t care about H’s feeling) (“ungkapan
tutur atau apa yang dimiliki oleh lawan tu-
kabar buruk mengenai lawan tutur atau me-
tur, seperti ungkapan mengenai compli-
nyombongkan berita baik, yaitu yang
ments, expressions of strong (negatif) emo-
menunjukkan bahwa penutur tidak segan-
tions towerd, hatred, anger ( Pujian atau
segan menunjukkan hal-hal yang kurang
memberi
menyenangkan pada lawan tutur dan tidak
menyenangkan
yang
mengungkapkan
mengenai
ucapan
upaya
offers,
selamat,
mengagumi,
membenci, dan marah).”
begitu mempedulikan perasaan lawan tu-
Sementara itu, tindakan yang mengan-
tur”); d) ungkapan tentang hal-hal yang
cam muka positif lawan tutur, menurut
membahayakan serta topik yang bersifat
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 109
memecah belah pendapat, seperti masalah
(pemberian makna) secara terus menerus
topik, ras, agama, pembebasan wanita. Da-
menjalani relasi dominasi, (Thompson,
lam hal ini penutur menciptakan suatu sua-
2014:14).
sana yang dapat atau mempunyai potensi
(2006:187) adalah konstruksi atau konsep
untuk mengancam muka lawan tutur yaitu
sosial yang menyatakan apa seharusnya dil-
penutur membuat suatu atmosfir yang ber-
akukan atau seharusnya tidak dilakukan
bahaya terhadap muka tutur; e) ungkapan
seseorang sebagai anggota masyarakat.
yang tidak koopratif dari penutur terhadap
Dengan demikian konsep ideologi adalah
lawan tutur yaitu penutur menyela pembic-
konsep berpikir dan keyakinan sebagai lan-
araan lawan tutur, menyatakan hal-hal yang
dasan dalam melakukan tindakan terhadap
tidak
menunjukkan
apa yang boleh dilakukan dengan apa yang
kepedulian. Penutur menunjukkan bahwa
tidak boleh dilakukan di dalam interaksi
dia tidak mempedulikan keinginan muka
sosial.
gayut
serta
tidak
Ideologi
menurut
Saragih,
negatif maupun muka positif lawan tuturn-
Ideologi mempunyai dua buah pan-
ya; f) unkapan-ungkapan mengenai sebutan
dangan atau pengertian sebagaimana yang
atau hal-hal yang menunjukkan status
dikemukakan oleh Jorge Larrin (dalam Dar-
lawan tutur pada perjumpaan pertama. Da-
ma, 2014) yakni pengertian secara positif
lam situasi ini mungkin penutur membuat
dan pengertian secara negatif. Secara posi-
identifikasi yang keliru mengenai lawan
tif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pan-
tutur yang melukai perasaan atau memper-
dangan dunia yang menyatakan nilai-nilai
malukannya baik secara sengaja ataupun
kelompok sosial tertentu untuk membela
tidak, (Brown dan Levinson dalam Nadar,
dan memajukan kepentingan-kepentingan
2009: 33-34).”
mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi
Jadi yang dimaksud dengan pelanggaran
dilihat sebagai suatu kesadaran palsu yaitu
teori Brown dan Levinson yakni tindakan
kebutuhan
mengancam muka lawan tutur baik muka
dengan cara memutarbalikkan pemahaman
positif maupun muka negatif yang membuat
orang mengenai realitas sosial. Pemahaman
lawan
idelogi menurut Holmes, (2012:59) adalah
tutur
mesa
harga
diri
dan
kebebasanya terancam.
untuk
melakukan
penipuan
ide-ide dari suatu kelompok, yakni kelompok yang berkuasa, menjadi digenerali-
Ideologi Ideologi merupakan istilah yang murni deskriptif sebagai sistem berpikir, sistem kepercayaan dan peraktek-peraktek simbolik yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik. Mempelajari ideologi berarti mempelajari cara-cara dimana makna
sasi keseluruh masyarakat. Hal ini sering diartikan sebagai hubungan mekanis. 3. PEMBAHASAN Bentuk-Bentuk Pelanggaran Teori Brown and Levinson dalam Tindak Tu-
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 110
tur Peserta ILC edisi 27 Mei 2014 dan 7
hanya 2 kali yakni dilakukan oleh pembawa
April 2015.
acara dan Irjen Kemenag.
Bentuk pelanggaran yang terjadi dalam
Pembawa
acara
(PA),
melakukan
tindak tutur peserta Indonesia Lawyers
pengancaman muka dengan bentuk ungka-
Club pada video 1 edisi 27 Mei 2014 terdiri
pan yang berupa kritikan, dakwaan, kelu-
atas tindakan pengancaman muka positif
han, dan ungkapan mempermalukan mitra
(TPMP) dan tindakan pengancaman muka
tutur. Pengancaman muka positif yang dil-
negatif (TPMN). Penutur yang melakukan
akukan oleh PA lebih banyak ditujukan
pengancaman muka positif dan negatif pada
kepada
video 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
pemerintah. Pengancaman muka positif
menteri
agama
(SDA)
dan
dapat ditemukan pada dua contoh penggalan tuturan berikut “Malam ini kita terpaksa mengupas yakni “Menteri agaTabel 1 Tabel Data Pengancaman Muka Positif dan Negatif Peserta ILC Edisi 27 Mei 2014 N o
1
Peserta Tutur
2
Juru Bicara KPK Irjen Kemenag
3
Dirjen PHU
4
Ketua Lembaga Penelitian Fitra Anggota DPR Komisi III Perwakilan Unsur Pemerintah Pembawa Acara
5 6 7
Kode
Fre kue nsi TP MN
P1
8
4
1
P2
15
4
2
P3
14
4
1
edisi 27 Mei 2014. Kedua penggalan tutur-
P4
4
1
1
an tersebut termasuk ke dalam bentuk
P5
4
1
2
P6
3
1
1
PA
49
7
2
but tergolong ke dalam tindak tutur deklaratif, yakni PA menjelaskan alasan mengapa mengangkat tema “Menteri Agama pun Tersanga Korupsi” pada acara ILC
pengancaman muka positif, karena PA menyampaikan kepada publik berita yang
pengancaman
muka,
baik
pengancaman muka postif maupun muka Penutur
lik yakni seorang menteri.” Tuturan terse-
Fre kue nsi TP MP
semua peserta ILC periode 27 Mei 2014
negatif.
ini juga melibatkan pejabat tinggi repub-
Juml ah Tuturan
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa melakukan
ma pun tersangka korupsi” dan “Kasus
yang
paling
banyak
melakukan pengancaman muka positif yakni pembawa acara, kemudian juru bicara KPK, Irjen Kemenag dan Dirjen PHU. Sementara itu, jumlah tuturan pada pengancaman muka negatif paling banyak terjadi
kurang menyenangkan terhadap mitra tutur (SDA). Selain itu, tuturan tersebut dapat merendahkan serta merusak nama baik SDA selaku menteri agama. Ungkapan mengenai kabar yang kurang baik mengenai SDA yang terlibat dalam tindak pidana korupsi dana haji melalui media dan disaksikan seluruh rakyat Indonesia dari sabang sampai maroke merupakan bentuk pengancaman muka positif. Hal ini senda dengan apa yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson (1987), bahwa setiap tuturan
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 111
yang berupa ungkapan mempermalukan
Agama). Sementara itu, Irjen Kemenag (P2)
atau membuat harga diri seseorang terco-
melakukan
reng di depan umum maka dianggap tinda-
dengan ungkapan yang tidak koopratif,
kan pengancaman muka positif.
pertentangan dan menyombongkan berita
pengancaman
muka
positif
Selanjutnya, tuturan PA yang mengan-
baik yang ditujukan kepada penyelenggara
cam muka negatif berupa ungkapan yang
haji 2012/2013. Sedangkan pada tuturan
dapat menghalangi kebebasan mitra tutur
Dirjen PHU (P3) pengancaman muka posi-
dapat ditemukan pada penggalan tuturan
tif ditujukan kepada penyelenggara haji dan
berikut “Walaupun saya konfirmasi saja
KPK
beredar pula nama-nama rombongan
dengan
menteri, undangan-undangan yang gratis
kritikan, ketidaksetujuan, dan pertentangan.
ikut naik haji bahkan ada kerabat, ada
P3 lebih banyak melakukan pengancaman
teman DPR yang dibawa. Apakah itu ju-
muka positif kepada SDA. Dalam tuturan
ga termasuk pidana bagi KPK?” Tindak
Ketua Lembaga Peneliti Fitra (P4), pengan-
tutur tersebut termasuk tindak tutur direktif
caman muka positif ditujukan kepada KPK
(Meminta), yaitu PA meminta kepada P1
yang berupa ungkapan kritikan. Selanjut-
untuk menyebutkan nama-nama rombongan
nya,
menteri yang ikut naik haji secara gratis.
melakukan
PA mempertanyakan apakah nama-nama
kepada KPK dan SDA dengan ungkapan
yang terlibat dalam rombongan gratis tego-
kritikan, keluhan, dan mempermalukan.
long ke dalam tindak pidana oleh KPK.
Berbeda halnya dengan yang dilakukan oleh
Tuturan PA dapat membuat P1 merasa ter-
perwakilan dari unsur pemerintahan (P6)
ancam karena terhalangi kebebasanya di
yang melakukan pengancaman muka positif
dalam menentukan apakah nama-nama
kepada SDA yang berupa ungkapan mem-
yang ikut dalam rombongan gratis tersebut
permalukan dan ungkapan tidak koopratif.
melakukan
pengancaman
ungkapan
anggota
DPR
muka
mempermalukan,
Komisi
pengancaman
III
muka
(P5) positif
termasuk ke dalam tindak pidana atau tidak.
Sementara itu, bentuk pengancaman
Pertanyan-pertanyaan yang bertujuan untuk
muka negatif yang terdapat pada video 1
meminta atau memohon dalam pandangan
edisi 27 Mei 2014 yang dilakukan oleh PA,
Brown dan Levinson tergolong ke dalam
P1, P2, P3, dan P4 berupa bentuk ungkapan
tindakan pengancaman muka negatif lawan
memerintah, meminta, penolakan, pem-
tutur.
berian saran, peringatan, dan pujian. Beri-
Juru
Bicara
KPK
(P1)
melakukan
kut salah satu contoh tuturan yang mengan-
pengancaman muka positif berupa ungka-
cam muka negatif yang dituturkan oleh P3
pan dakwaan, ungkapan mempermalukan,
yang berupa ungkapan memberi saran,
kritikan, dan ketidaksetujuan yang di-
“Nanti pak Anggitolah yang cerita. Nah
tujukan kepada penyelenggara haji (Menteri
ini kepada pak Johan Budi karena data
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 112
itu sudah disita waktu penggeledahan di
lik, karena jika tidak P3 juga akan teracam
depan pak Anggito. Siapa yang nitip itu
muka positifnya sebagai Dirjen pelaksanaan
ada semua di KPK, kalau bisa di
haji dan umrah apabila tidak berani
samping itu mengedarkan surat untuk
mengungkapkan nama-nama pejabat dan
melarang. KPK juga melakukan surat
lembaga yang sering melakukan penitipan
edaran itu. Karena data-datanya sudah
jamaah haji. Begitu juga dengan KPK muka
ada di pak Johan Budi. Itu yang paling
positifnya dapat tercoreng di depan publik
penting itu. Yang kedua ini juga pak ya,
jika tidak mengikuti saran P2.
ini pihak luar jangan ikut-ikut dalam
Selanjutnya pada video 2 edisi 27 April
transaski untuk kontrak-kontrak di Ar-
2015, penutur yang melakukan pengan-
ab Saudi,” tuturan tersebut tergolong ke
caman muka positif dan negatif dapat
dalam tindak tutur direktif (meminta), yaitu
dilihat pada tabel berikut.
P2 meminta kepada P3 untuk menceritakan pejabat-pejabat
negara
yang
sering
melakukan penitipan jamaah haji. Selain itu, P2 juga meminta kepada KPK agar membuat surat larangan kepada pejabatpejabat yang sering melakukan penitipan
Tabel 2 Data Pengancaman Muka Positif dan Negatif Peserta ILC Edisi 7 April 2015 No
Peserta Tutur
Kod e
1
Pengacara Tersangka Pedofil Istri Terdakwa Pedofil Istri Terdakwa Cleaning Service Ketua Satgas Perlindungan Anak Pengacara Terdakwa Cleaning Service Pengacara Anak Korban Pengacara Anak Korban Pengacara JIS
jamaah haji agar tidak melakukan penitipan
2
karena KPK sudah memegang nama-nama
3
lembaga negara dan pejabat yang sering
4
melakukan penitipan. Oleh sebab itu, P2 meminta
KPK
untuk
membuat
surat
6
larangan kepada lembaga negara dan pejab-
7
at-pejabat yang sering melakukan penitipan.
8
Dengan demikian, dalam konteks tuturan
9
P1
Jumla h tuturan 21
Frekuensi TPM P 11
Frekuensi TPM N 4
P2
7
1
1
P3
9
2
1
P4
15
1
2
P5
4
2
1
P6
5
-
1
P7
14
-
-
P8
6
2
-
P9
8
2
-
P10
13
3
2
P11
7
1
-
tersebut, maka P2 dianggap melakukan tin-
10
dakan pengancaman muka negatif kepada
11
pembawa acara (PA), Dirjen PHU (P3) dan
12
Ibu Wali Murid 1/Guru JIS Ibu Wali Murid 2 Ibu Korban
Juru Bicara KPK (P1) karena tuturan terse-
13
Dokter Forensik
P12
3
2
-
but berindikasi dapat membatasi kebebasan
14
P13
11
4
1
PA untuk memperoleh informasi yang lebih
15
P14
2
-
1
lengkap dari P2. Kemudian P3 secara
16
P15
9
5
-
P16
1
1
-
PA
89
4
16
terpaksa harus memenuhi permintaan P2
17
Ketua Serikat Kerja Pakar Hukum Tata Negara Aktivis Pemerhati Anak Indonesia Anggota DPR
agar nama-nama yang sering melakukan
18
Pembawa Acara
penitipan jamaah haji dibuka di depan pub-
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 113
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
tidak berani mengambil keputusan.” Tu-
dari 18 penutur yang melakukan tuturan
turan tersebut tergolong ke dalam tindak
pada video 2 edisi 7 April 2015 terdapat 3
tutur ekspresif
peserta yang tidak melakukan pengancaman
mengkritik putusan hakim terhadap dua
muka positif yakni P6, P7 dan P14. Se-
guru JIS yang menimbulkan reaksi negatif
dangkan, pada pelanggaran muka negatif
berbagai media di seluruh dunia. Selain itu,
jumlah penutur yang tidak melakukan
P1 juga mengkritik kinerja pemerintah SBY
pengancaman muka negatif sebanyak 7 pe-
pada waktu menjabat yang terkesan lambat
nutur yakni P7, P8, P9, P11, P12, P15, dan
dan tidak berani mengambil keputusan ter-
P16. Pengancaman muka positif lebih ban-
hadap penegakan hukum.
(Mengkritik), yaitu P1
yak dilakukan oleh pengacara terdakwa
Tuturan yang diungkapkan oleh P1
yakni sebanyak 11 pelanggaran, sedangkan
merupakan bentuk kritikan dan keluhan
pengancaman muka negatif didominasi oleh
yang ditujukan kepada penegak hukum dan
pembawa acara dengan jumlah pelanggaran
petinggi negara (Presiden). Tuturan tersebut
16 tuturan.
berpotensi untuk mengancam kehormatan
Berikut disajikan beberapa contoh tutur-
serta mencoreng nama baik hakim dan
an yang mengancam muka positif dan
SBY. Oleh karena itu, tuturan tersebut di-
negatif yang terjadi pada video 2 edisi 7
anggap mengancam muka positif.
April 2015. Contoh tuturan P1 yang tergo-
Selanjutnya
contoh
tuturan
yang
long ke dalam pengancaman muka positif,
mengancam muka negatif yang terjadi pada
dapat dilihat pada penggalan tuturan beri-
video 2 dapat dilihat pada penggalan tutur-
kut, “Selama sepuluh tahun saya me-
an PA berikut ini, “Baik, kalau dari para
nangani berbagai perkara di belahan
pelapor motif tertentu, tapi bagimana
dunia, inilah yang pertama kali urusan
mungkin ya? Polisi bisa percaya sama
koran seluruh dunia mengkritik dan
mereka ada motif apa lho? Kok bisa di-
semua Koran Top dunia, Time Megiszin,
percaya diceritanya itu. Bagaimana juga
Wordsit Jurnal, Kanedian, sampai ke
jaksa apa motifnya? Juga bisa percaya
Cina. K amar Dagang Iindustry Amerika
itu. Apalagi yakin. Ini yang bagi saya be-
mengatakan “does not mensen.” Jadi
lum apa ya, belum bikin saya, kalau tadi
sampai ratusan koran, itu satu. Di awal
saya yakin sebelah sana. Sekarang saya
kasus ini mungkin ini rahasia yang tidak
ragu, karena saya juga belum bisa di-
pernah terbongkar. SBY pernah me-
yakinkan sebelah sini gitu loh. Apa motif
manggil KTT Non Blok, memanggil 3
hakim sampai menjatuhkan hukuman?
duta besar, memanggil Kapolri, me-
Apa motif polisi menjadikan tersangka?
manggil Menlu, Polkhumkam, Tapi sep-
Apalagi kalau benar terjadi tersangka
erti biasa waktu itu, Pak SBY masih ragu
ada
penyiksaan
yang
menyebabkan
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 114
meninggal, Itu harusnya ada motif besar
tutur refresentatif, direktif, deklaratif, dan
di balik itu. Sementara pelopornya juga
komesif. Tuturan yang berpotensi mengan-
bukan siapa-siapa, kira-kira dari orang
cam muka negatif lebih banyak didominasi
tua murid melihatnya bagaimana?” Tu-
oleh petuturan yang pendek.
turan tersebut tergolong ke dalam tindak
Ideologi yang tersirat dalam tuturan PA
tutur direktif, PA menanyakan motif polisi,
dalam video 1 edisi 27 Mei 2014 adalah
kejaksaan, dan hakim sehingga memutus-
perjuangan melawan korupsi dan pene-
kan dua guru JIS dan clening service ber-
gakan hukum di Indonesia. Selain itu, PA
salah, sementara fakta yang disampaikan
bertujuan untuk
oleh pihak pendukung terdakwa bahwa tid-
hukum dan melawan korupsi di Indonesia
ak ada bukti yang menunjukkan terjadinya
PA bermaksud mengangkat topik tersebut
kasus sodomi tehadap siswa JIS. Oleh
untuk
melakukan
sebab itu, PA menayakan pandangan P9
rakyat
dengan
selaku wali murid terkait dengan motif di
bagaimana keluhan masayarakat terhadap
balik terdakwanya dua guru JIS. Tuturan
penyelenggara haji. Atas dasar itulah PA
tersebut digolongkan ke dalam tindakan
melakukan pengancaman muka positif mau-
mengancam muka negatif karena mengan-
pun negatif. Secara garis bersar dapat
dung permintaan yang membuat P9 tidak
disimpulkan bahwa pengancaman muka
bebas untuk menjawab apakah ada motif
positif dan negatif yang dilakukan oleh pe-
pribadi atau tidak, dalam hal ini P9 akan
serta ILC pada video 1 edisi 27 Mei 2014
merasa tertekan dengan pertanyaan yang
didasarkan pada usaha untuk melakukan
diajukan oleh PA.
pembelaan lembaga, penegakan hukum,
melakukan pembelaan
pembelaan
sengaja
terhadap
menyampaikan
Berdasarkan analisis bentuk pengan-
pemberantasan korupsi, dan pembelaan
caman muka yang terjadi dalam video 2
kepentingan satu golongan. Demi membela
dengan tema “Dua Guru Jis Divonis Pe-
kepentingan pribadi dan golongan, para pe-
dofil:Amerika Marah” terdapat sembilan
serta ILC edisi 27 Mei 2014 tidak segan-
penutur yang melakukan pengancaman
segan melakukan pengancaman muka ter-
muka negatif. Bentuk ungkapan yang
hadap lawan tutur.
digunakan dalam pengancaman muka yakni
Pada video 2 edisi 7 April 2015 dengan
berupa perintah, saran, pertentangan, per-
topik “ Dua guru JIS diponis pedofil:
mintaan, peringatan, dan janji. Pelanggaran
Amerika marah,” peserta yang terlibat ter-
muka negatif lebih banyak didominasi oleh
pecah menjadi dua bagian. Bagian pertama
PA.
Sedangkan strategi yang digunakan
merupakan peserta yang membela hak-hak
yakni strategi bertutur on record dan strate-
dan memperjuangkan terdakwa untuk mem-
gi kesantunan negatif. Sedangkan bentuk
peroleh keadilan. Sedangkan pihak kedua
tindak tutur yang digunakan yakni tindak
yakni, peserta yang memperjuangkan dan
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 115
membela anak yang dijadikan korban sodo-
nanggapi hasil diskusi atau seminar mem-
mi. Adapun penutur yang melakukan pem-
butuhkan etika berbahasa yang santun agar
belaan terhadap terdakwa sebanya 9 penu-
tidak menyinggung perasaan peserta diskusi
tur, yakni P1, P2, P3, P5, P8, P9, P10, P12,
yang lain.
dan
P13.
Sedangkan
peserta
yang
Adapun
langkah-langkah
yang
bisa
melakukan pembelaan terhadap korban
ditempuh di dalam mengintegrasikan hasil
sebanyak 6 penutur yakni P4, P6, P7, P11,
penelitian ini ke dalam pembelajaran me-
P14, P15. Sementara itu, P16 yang mem-
nanggapi hasil diskusi adalah sebagai beri-
iliki kedudukan sebagai perwakilan DPR
kut. Pertama, guru menjelaskan bagaimana
lebih memposisikan diri sebagai orang yang
etika berbahasa yang santun dalam mem-
netral atau berpihak atas nama rakyat dan
berikan komentar atau kritikan dalam
pembelaan hukum bagi rakyat secara
kegiatan diskusi. Kedua, guru dapat men-
umum.
jadikan tindak tutur peserta ILC yang santun menjadi model di dalam menentukan
Relevansi Teori Kesantunan Brown dan
bahasa yang santun dan kurang santun. Ke-
Levinson dalam Pembelajaran Bahasa
tiga, siswa memperaktikkan bahasa yang
Indonesia di SMA
santun di dalam kegiatan berdiskusi baik
Kesantunan berbahasa bukan hanya di-
ketika menyampaikan ataupun mengomen-
peruntukkan bagi politisi dan pejabat tinggi,
tari hasil diskusi dalam kelas. Kempat, guru
namun yang tidak kalah pentingnya yakni
melakukan revleksi terhadap proses pem-
bagi pelajar yang seyogyanya dalam bersi-
belajaran. Keterkaitan materi yang dimak-
kap dan bertutur harus memperhatikan etika
sud dapat dilihat pada silabus di bawah ini.
berbahasa
sehingga
tidak
memicu
kesalahpahaman antar sesama siswa yang bisa berujung tawuran. Guru bertanggung jawab di dalam menanamkan sikap santun dalam berbahasa melalui peroses belajar mengajar
mengajar
di
kelas.
Hasil
penelitian tentang kesantunan berbahasa dalam tindak tutur peserta ILC di TV One memiliki kaitan di dalam usaha untuk menanamkan sikap santun peserta didik. Materi pembelajaran bahasa Indonesia yang memiliki kaitan dengan penelitian ini adalah materi tentang menanggapi hasil diskusi atau seminar pada kelas XI semester 2. Me-
Tabel 3 silabus bahasa Indonesia Kelas XI Bahasa semester 2 Standar Kompetens i 9. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar
Kompeten si Dasar 9.2 Mengome ntari pendapat seseorang dalam suatu diskusi atau seminar
Indikator Mengajukan pertanyaan Menanggapi pembicara dalam bentuk kritikan atau dukungan Menambahkan alasan yang dapat memperkua t tanggapan
Materi Pembelajaran cara memberika n komen tar Tanggapan para pembicara
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tentang kesantunan berbahasa dalam tindak tutur peserta Indonesia Lawyers Club di TV One dapat diap-
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 116
likasikan di dalam pembelajaran bahasa In-
sendiri, solidaritas kelompok, kekuasaan,
donesia kelas XI semester 2 pada KD. 9.2
pengakuan diri dan kelompok, pengekakan
dengan materi pokok cara menanggapi hasil
hukum, perjuangan melawan korupsi dan
diskusi.
pembelaan atas nama rakyat. Atas dasar itulah yang membuat penutur pada video 1 edisi 27 Mei 2014 dan video 2 edisi 7 April
4. SIMPULAN Bentuk pelanggaran teori Brown dan
2015 tidak bisa menghindari tindakan
Levinson dalam tindak tutur peserta ILC
pengancaman muka, baik muka positif
periode 27 Mei 2014 dan 7 April 2015
maupun muka negatif.
terdiri diri dari bentuk pengancaman muka positif dan pengancaman muka negatif. Penutur yang melakukan pengancaman muka positif
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepa-
dan negatif pada video satu
da mitra bestari atas kritikan dan masukan
sebanyak 7 penutur. Bentuk pengancaman
yang membangun untuk perbaikan artikel
muka positif didominasi oleh pembawa cara
ini.
(PA). Sementara itu, jumlah penutur yang melakukan penagncaman muka positif pada video 2 edisi 7 April 2015 berjumlah 14 penutur, dan 10 penutur yang melakukan pengancaman muka negatif. Pengancaman muka positif pada video 2 lebih banyak dilakukan oleh P1 sedangkan pengancaman muka negatif lebih banyak dilakukan oleh PA. Ungkapan yang digunakan oleh penutur di dalam pengancaman muka positif berupa ungkapan kritikan, dakwaan, ketidaksetujuan, ungkapan mempermalukan, dan ungkapan kata-kata tabu. Sedangkan ungkapan yang diggunakan dalam pengancaman
muka negatif berupa ungkapan penolakan, saran, nasihat, permintaan, larangan, janji dan pujian. Ideologi yang tersirat dalam pelanggaran teori kesantuan Brown dan Levinson dalam tindak tutur peserta ILC adalah didasari pada suatu kesadaran untuk memperoleh
keadilan,
pembelaan
diri
DAFTAR PUSTAKA
Aan, Munawar Syamsudin. 2013. Resolusi Neo -Metode Riset Komunikasi Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amaroh, Damis. 2010. Tindakan Pengancam Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik “Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian Pragmatik. UNS. digilib.uns.ac.id Black, Elizabeth. 2011.Stilistika Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brown dan Levinson. 1987.Politeness:Some Universals In Language Use. New York: Cambridge University Press. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa.Jakarta: Rineka Cipta. Chair Abdul dan Lonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Darma, Yoce Aliah. 2014. A nalisis W acana Kritis. Bandung: PT. Refika Aditama. Eelen, Gino. 2001. Kritik teori Kesantunan. Surabaya: Airlangga University Press. Moleong, Lekxy J. 2011.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yoyakarta: Grha Ilmu. Pramujino, Agung. 2012.Dari Minazi Lian Menuju Face: Dari Kearifan Lokal Cina Menuju Teori Kesantunan yang Mendunia. Surabaya: Jurnal Lingua Culture.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 117
Pranowo. 2012. Berbahasa Secara Santun. Y ogyakarta:Pustaka Pelajar. Rahardi, Kunjana. 2009. Sosioprgamtik. Yogyakarta: Erlangga. Rohmadi, Muhammad. 2010.Pragmatik Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Santoso, Anang. 2012.Studi Bahasa Kritis :Menguak Bahasa Membongkar Kuasa. Bandung: CV. Mandar Maju. Saragih, Amrin. 2006. Bahasa dalam Konteks Sosial: Pendektan Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Tatabahasa dan W acana. Universitas Negeri Medan: Sekolah Pascaserjana. Sosiowati, I Gusti Ayu Gede.2013. Kesantunan Berbahasa Politisi dalam Talk Show di Metro TV. Dempasar: Universitas Udayana.
Thompson, John B. 2014. A nalisis Ideologi Dunia: Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia. Jogjakarta: Divapress. Wirawan, I. B. 2013. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigama. Jakarta:Prenada Media Grup. Yule, George. 2006.Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuliza.dkk. 2013.Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Tindak Tutur Para Da’I di Masjid Nurus Hiddik di Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara.Universitas Negeri Padang.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668