RESPON PEMUDA PERBATASAN DALAM MENGHADAPI KETERBATASAN FASILITAS PENDIDIKAN PADA PULAU COMBOL DESA SELAT MIE KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
DASRUL HAIRI NIM : 110563201074
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
RESPON PEMUDA PERBATASAN DALAM MENGHADAPI KETERBATASAN FASILITAS PENDIDIKAN PADA PULAU COMBOL DESA SELAT MIE KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN DASRUL HAIRI Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Daerah-daerah perbatasan yang pada hakikatnya merupakan daerah terdepan sebagai pintu gerbang untuk memasuki Indonesia menjadi daerah yang paling terbelakang dalam hal pendidikan dan kesejahteraan guru. Diantara banyak kesenjangan pembangunan nasional tersebut, pembangunan di bidang pendidikan di daerah perbatasan sampai saat ini belum menunjukan perkembangan yang berarti. Salah satu pulau yang berada di perbatasan adalah Pulau Combol Desa Selatmi Kecamatan Moro Kabupaten Karimun. Keadaan pulau ini masih sangat memprihatinkan khususnya dalam masalah pendidikan. Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Respon Pemuda Perbatasan Dalam Menghadapi Keterbatasan Fasilitas Pendidikan Pada Pulau Combol Desa Selat Mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun. Dalam pembahasan skripsi ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa Pemuda Perbatasan Pada Pulau Combol Desa Selat Mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun sudah berupaya merespon dengan baik keterbatasan pendidikan yang mereka miliki. Mereka merasakan pendidikan merupakan hal yang penting sehingga harus didukung dengan fasilitas pendidikan yang memadai baik secara jumlah maupun kualitasnya. Perhatian pemerintah terhadap masyarakat perbatasan sangatlah minim, yang dapat dibuktikan dilapangan, dimana keadaan sangat memprihatinkan dengan kehidupan apa adanya dan tidak ditopang pemberdayaan ekonomi yang mapan dan berkesinambungan. Kemudian Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa kalau memang untuk mengharapkan perubahan di Pulau combol ini sangat lama sehingga mereka melakukan perubahan dari diri sendiri yaitu mencari pendidikan di luar daerahnya.
Kata Kunci : Respon, Pendidikan, Wilayah Perbatasan
1
ABSTRACT
The border areas on the fact of the matter is the leading region as a gateway to enter Indonesia became the most underdeveloped regions in terms of education and teachers ' welfare. Among the many gaps in the national development, development in the field of education in border areas to date haven't showed the development of meaning. One of the Islands that lie on the border is the village of Selatmi Subdistrict Combol Moro Kabupaten Karimun. The State of the island is still very alarming especially in matters of education. The purpose of this research is basically to find out Response Youth Border in the face of limited facilitie Education In the island village of Selatmi Sub-district Combol Moro Kabupaten Karimun. In the discussion of the thesis is descriptive qualitative research uses. Informants in this study is taken using a Purposive sampling technique. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the results of the study so it can be analyzed that the Youth of the border At the island village of Selatmi Sub-district Combol Moro Kabupaten Karimun is already working to respond well the limitations of the education they have. They feel education is crucial so that should be supported with adequate education facilities both in amount or quality. The attention of the Government towards the Community border is extremely minimal, which can be proven in field, where the circumstances are extremely concerned with what life is and not supported the established economic empowerment and continuous improvement. Then based on the results of interviews with informants so it can be analyzed that if indeed to expect changes at this very long combol Island so they do change from yourself i.e. look for education outside of its territory. Key Words: Response, Education, Border Region
2
I A.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Daerah-daerah perbatasan yang pada hakikatnya merupakan daerah terdepan sebagai pintu gerbang untuk memasuki Indonesia menjadi daerah yang paling terbelakang dalam hal pendidikan dan kesejahteraan guru. Kenyataan tersebut tentu saja sangat bertentangan dengan konstitusi karena sesuai dengan pasal 34 UUD 1945, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Artinya, baik anak-anak di daerah perkotaan maupun anak-anak di daerah perbatasan mempunyai hak yang sama, yaitu sama-sama mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Tidak dapat dipungkiri bahwa selain memiliki hak, warga negara juga mempunyai kewajiban, salah satu diantaranya adalah kewajiban untuk membela kedaulatan negara. Namun, ketika pemerintah tidak dapat memenuhi hakhak warga negara, warga negara tersebut juga cenderung untuk mengabaikan kewajibannya. Sebagai ujung tombak dalam menjaga kedaulatan suatu bangsa, masyarakat yang berada di daerah perbatasan memiliki peranan yang sangat vital, terutama menyangkut penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber kekayaan alam dan menjaga keamanan serta keutuhan negara. Berbagai kebijakan pembangunan nasional seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya sejak era kemerdekaan sampai saat ini masih cenderung bersifat sentralistis. Pemekaran dan otonomi daerah dianggap belum mampu memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan bagi
banyak masyarakat perbatasan, sehingga tidak mengherankan pula bila rasa nasionalisme mereka kian hari kian memudar akibat kekecewaan akan kesenjangan di berbagai bidang yang semakin melebar. Tidak dapat dipungkiri bahwa selain memiliki hak, warga negara juga mempunyai kewajiban, salah satu diantaranya adalah kewajiban untuk membela kedaulatan negara. Namun, ketika pemerintah tidak dapat memenuhi hak-hak warga negara, warga negara tersebut juga cenderung untuk mengabaikan kewajibannya. Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan dengan masyarakat negara tetangga mempengaruhi watak dan pola hidup masyarakat setempat dan berdampak negatif bagi pengamanan daerah perbatasan dan rasa nasionalisme. Inilah dampak buruk yang terjadi apabila pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan diabaikan, karena akan mengikis rasa nasionalisme yang bukan tidak mungkin akan mengancam kedaulatan bangsa. Diantara banyak kesenjangan pembangunan nasional tersebut, pembangunan di bidang pendidikan di daerah perbatasan sampai saat ini belum menunjukan perkembangan yang berarti. Tampaknya sila ke-5 Pancasila yakni ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan Pembukaan UUD 1945 yang mengamanahkan ”bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak bagi kemanusiaan” tetap menjadi simbol dan cita-cita semu belaka.
Proses pembangunan di wilayah perbatasan kedepan semakin banyak kendala, apabila kondisi demikian tidak segera diambil langkah-langkah strategis, semakin lambat penanganannya respon dan dukungan masyarakat semakin pudar sejalan dengan semangat nasionalisme dan kebangsaan semakin luntur akibat tidak adanya kemajuan pembangunan di daerah perbatasan. Perhatian Pemerintah pada daerah perbatasan akan memberikan efek penting untuk kemajuan berpikir, cara pandang dan akses informasi serta pemerataan pembangunan. Melalui program pendidikan di perbatasan yang komprehensif, dari level terbawah sampai perguruan tinggi, akan memacu semangat belajar warga negara kita yang berada di daerah perbatasan. Selain itu, perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan di perbatasan juga akan mengukuhkan konsep pendidikan kesetaraan, yang sebenarnya seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
untuk masa depan cerah. Jumlah orangorang muda yang sangat marjinal tumbuh, itu menjadi semakin penting untuk memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan kehidupan dan budaya mereka. Dalam rangka untuk mengembangkan program pemuda harus mengembangkan program yang efektif untuk mengatasi masalah di mereka kehidupan. Partisipasi dalam masyarakat sering kali diukur melalui partisipasi dalam kelompok masyarakat dan masyarakat kegiatan (Putnam 2000:21). Kegiatan pemuda dalam berpartisipasi sebagian besar diabaikan. Kaum muda yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang dianggap mereka tidak mampu. Namun, dengan memperluas ruang lingkup di mana keterlibatan masyarakat dianggap terjadi untuk menyertakan partisipasi yang berbasis pemuda dalam setiap kegiatan, Pemuda saat ini di tuntut untuk mampu berpartisipasi dalam kehidupan politik, karena sebagian dari mereka apatis terhadap kehidupan politik.
Permasalahan utama yang dihadapi Kepulauan Riau adalah minimnya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Tanpa SDM yang unggul, Kepri tidak akan mampu bersaing dengan daerah lain. Sebagai wilayah kepulauan yang berbatasan dengan negara asing, permasalahan perbatasan merupakan manifestasi utama dalam menjaga kedaulatan. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan dan pemanfaatan sumber kekayaan alam.
Berdasarkan data yang terhimpun dalam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Di Kepulauan Riau ada beberapa kawasan yang masuk dalam perbatasan Seperti Belakang Padang, Meral, Tambelan, Tebing, Karimun, Batam Kota, Lubuk Raja, Nongsa, Bintan Utara, Ranai, Jemaja, Jamaja Timur, Serasan Bunguran Barat, dan Midai. Salah satu pulau yang berada di perbatasan adalah Pulau Combol Desa Selat mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun. Keadaan pulau ini masih sangat memprihatinkan khususnya dalam masalah pendidikan. Secara
Pemuda adalah orang-orang yang dipersiapkan untuk masa depan. Dimana bangsa mempercayakan harapan kepada orang-orang muda
4
umum terdapat dua hal penting yang harus dilakukan yaitu pembangunan daerah perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan untuk mengangkat taraf kehidupan masyarakat setempat dan pendekatan keamanan yang diperlukan guna terciptanya stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan sehingga memungkinkan terwujudnya keserasian hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara tetangga di sepanjang daerah perbatasan.
Tabel I.1 Data Sarana Pendidikan
No 1 2 3 4
Sinergitas antara pemuda dengan pemerintah dibutuhkan dalam menjaga dan pengelola potensi di pulau-pulau milik Kepri yang berbatasan dengan Negara tetangga. Pemerintah dan berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan perbatasan memiliki kewajiban untuk meningkatkan karakter dasar pemuda yang berjiwa nasionalis, berwawasan nusantara, berjiwa patriotik, pro pembangunan dan memiliki kepekaan yang tinggi menggunakan kekuatannya untuk menjaga NKRI.
5
6
Jenjang Pendidikan anak usia dini (PAUD) Taman Kanakkanak (TK) Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Perguruan Tinggi
Jumlah Tidak ada Tidak ada 2 2
Tidak ada
Tidak ada
Sumber : Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Karimun, 2016
Jika dilihat dari tabel diatas maka sarana pendidikan sangat minim, masyarakat pulau Combol ini harus mencari daerah terdekat jika mau melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Wilayah perbatasan harus mendapatkan perhatian serius seluruh pihak. Pemuda harus mengambil peran yang signifikan dalam menjaga perbatasan, menjaga perbatasan tidak harus dalam segi pertahanan keamanan saja. Selain penguatan sisi pertahanan keamanan, maka perlu dioptimalkan pemberdayaan masyarakat diwilayah perbatasan. Sebagai penerus estafet kepemimpinan kedepan, pemuda harus mampu bekerja keras, berpikir kreatif, mandiri serta cerdas menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang kian komplek kedepan. Sebab
Pemuda Pulau combol diharapkan dapat merekomendasikan pemikirannya kepada pemerintah atau dapat melakukan kegiatan yang positif dalam meningkatkan perekonomian dan sumber daya manusia di Kepri khususnya di Pulau Combol Desa Selat mie tersebut. Semakin banyak pemuda yang memikirkan permasalahan perbatasan, maka semakin besarlah kontribusinya menjaga perbatasan sebagai beranda depan Kepri. Berikut sarana pendidikan yang ada di Pulau Combol Desa Selat mie :
5
pemuda merupakan harapan bangsa sehingga harus menyadari tanggung jawabnya terhadap masa depan bangsa dan Negara.
pendidikan menjadikan para anak-anak bangsa ini tidak mendapatkan pendidikan yang yang layak yang seharusnya mereka dapatkan. Tidak meratanya pendidikan di Indonesia karena dipengaruhi infrastruktur sekolah dan rendahnya kepedulian masyarakat yang menyebabkan sekolah di Indonesia tidak memiliki standar yang sama.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Salah satunya adalah sarana dan perasarana yang dibutukan dalam proses belajar dan mengajar di sekolah. Sarana dan Prasarana merupakan salah satu objek yang sangat vital dalam mendukung tecapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar dan mengajar. Sekarang ini berbagai macam cara telah di lakukan praktisi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan pratikum loboratorium dan segala sesuatu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar. Fasilitas sekolah merupakan faktor yang teramat penting dalam menunjang proses belajar mengajar dalam rangka pemberian bekal kepada siswa. Diharapkan dengan dukungan fasilitas yang cukup siswa mampu mengaplikasikan ilmunya dengan baik.
Tantangan untuk pemuda di daerah perbatasan sangat besar mengingat adanya ancaman dari berbagai sudut baik dari dalam negeri maupun dari negara luar. Membangun sebuah daerah yang berada di daerah perbatasan memang cukup sulit, karena sebagian besar daerah perbatasan tersebut sangat minim perhatian pemerintah baik itu pemerintah pusat dan provinsi maupun kabupaten. Untuk mengantisipasi ancaman dan intervensi negara luar tersebut, pemuda yang berada di daerah perbatasan berperan sebagai garda terdepan dalam menghadapi masalahmasalah yang akan terjadi. Namun fenomena yang terjadi saat ini banyak pemuda di daerah perbatasan seperti Pulau Combol Desa Selat mie yang tidak memahami permasalahan yang ada di wilayahnya dan cenderung pasif dan tidak mau melakukan perubahan. Pemuda merupakan kekayaan masa depan yang kuat, mereka harus terlibat dalam kebijakan-kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah. Sementara perilaku mereka sering stereotip sebagai anti-sosial mereka juga mengalami ketidak pedulian di lingkungan mereka. Keterlibatan, pemuda memberikan dukungan untuk
Banyak daerah-daerah yang sangat memprihatinkan, jangankan sekolah yang memiliki komputer, ruang kelas yang nyaman, gedung sekolah yang kokoh seperti di kota-kota atau daerah-daerah yang mudah di akses dari pusat kota, kurang pemerataanya
6
kebijakan intervensi
dan
ditujukan
untuk
2) Sebagai sumber informasi maupun referensi bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut sebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan memilih judul penelitian: “RESPON PEMUDA PERBATASAN DALAM MENGHADAPI KETERBATASAN PENDIDIKAN PADA PULAU COMBOL DESA SELAT MIE KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN”.
D. Konsep Operasional Berdasarkan teori yang dikemukakan Steven (dalam Rendra : 2013: 11), respon dibagi menjadi tiga bagian Kognitif, Afektif dan Konatif, dimana disini pemuda diharapkan mampu merespon keterbatasan fasilitas pendidikan dengan memiliki pemahaman tentang fasilitas pendidikan yang harusnya ada di wilayahnya karena jika hal ini sudah dipahami maka akan timbul perubahan terhadap yang dipahami pemuda. Kemudian respon pemuda yang dilihat dari sikap pemuda dalam mengahadapi keterbatasan fasilitas pendidikan, serta respon pemuda yang dapat dilihat dari tindakan yang dilakukan pemuda untuk memenuhi fasilitas pendidikan di Pulau Combol Desa Selat mie.
B. Perumusan Masalah Bagaimana Respon Pemuda Perbatasan Dalam Menghadapi Keterbatasan Fasilitas Pendidikan Pada Pulau Combol Desa Selat mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Respon Pemuda Perbatasan Dalam Menghadapi Keterbatasan Pendidikan Pada Pulau Combol Desa Selat mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun 2. Kegunaan Penelitian
1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. Kognitif merupakan proses untuk mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu, kognitif merupakan cara mempersepsikan dan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1) Sebagai bahan masukan berupa pemikiran kepada pihak yang terkait khususnya mengenai Respon Pemuda Perbatasan Dalam Menghadapi Keterbatasan Fasilitas Pendidikan Pada Pulau Combol Desa Selat mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun
7
menyusun informasi yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif. Dalam hal ini respon yang diperlihatkan para pemuda adalah melalui pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan dalam memperjuangkan untuk mendapatkan hak pendidikan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator : a. Pemuda tersebut merespon dengan kognitif melalui pengetahuan yang baik tentang pendidikan. b. Keterampilan khusus yang diperlihatkan pemuda Pulau Combol Desa Selat mie. 2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila para pemuda melihat adanya ketertinggalan desanya dalam fasilitas pendidikan, para pemuda merespon dengan cara bertindak langsung dengan mencari apa yang akan di lakukan dan upaya apa yang harus mereka lakukan. Hal ini dapat dilihat dari indikator : a. Sikap pemuda menyikapi keterbatasan pendidikan b. Upaya yang dilakukan untuk
mendapatkan pendidikan 3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. Dalam hal ini merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah bagaimana para pemuda berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap keterbatasan fasilitas pendidikan yang mereka rasakan. Hal ini dapat dilihat dari indikator : a. Para pemuda di Pulau Combol Desa Selat mie menunjukan perilaku yang nyata untuk membantu pemerintah memberikan sarana pendidikan b. Tindakan pemuda untuk mendapatkan sarana pendidikan yang layak. E. Metode Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif, dalam penelitian deskriptif ini, peneliti hanya memberikan suatu gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian. Menurut pendapat Sugiyono (2012:11) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan,
8
atau menghubungkan antar variabel”. Dalam kaitanya dengan penelitian yang dimaksud dengan mendapatkan informasi yang seluas-luasnya adalah untuk mengungkapkan berbagai fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu Respon Pemuda Perbatasan Dalam Menghadapi Keterbatasan Fasilitas Pendidikan Pada Pulau Combol Desa Selat mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun F. Teknik Analisis Data Teknik analisa data dalam penelitian ini Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori Moleong (2006:35) menyatakan analisa dan kualitatif adalah proses pengorganisasian, dan penguratan data kedalam pola dan kategori serta satu uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan tema yang seperti disarankan oleh data. Adapun langkah – langkah analisa data yang dilakukan adalah : (1) menelaah dari semua data yang tersedia dari berbagai sumber, (2) reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi, (3) menyusun data kedalam satuan-satuan, (4) pengkategorian data sambil membuat koding, (5) mengadakan pemeriksaaan keabsahan data, dan (6) penafsiran data secara deskripsif. teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data Deskriptif Kualitatif.
mengalami, dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya. Beberapa prinsip dasar respon yang perlu diketahui yaitu : tanggapan itu relative absolute; tanggapan itu selektif; tanggapan itu mempunyai tataran, tanggapan it u dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan ; dan tanggapan seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan tanggapan orang atau kelompok lain sekalipun situasi sama. Skinner dalam Notoatmodjo (2003:114-115) mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut teori ‘S – O – R’, atau Stimulus – Organisme – Respon. Skinner membedakan adanya dua respon: a. Respondent respon atau reflexive/refleks, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation (stimulus yang memunculkan respon), karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. b. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang
II. LANDASAN TEORI 1. Respon Respon adalah gambaran pengamatan yang tinggal dalam pada kesadaran kita sesudah mengamati sesuatu objek, makna lainnya adalah suatu proses dimana seseorang mengorgansasi dalam pikirannya, menafsirkan,
9
ditimbulkan dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation (penguat rangsangan) atau reinforcer, karena memperkuat respon.
bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktik (practice). Dari teori yang dikemukakan oleh Skinner diatas, dapat penulis jelaskan bahwa konsep-konsep yang terdapat didalam teori Stimulus-organismeresponnya antara lain: respondent respon (respon dari stimulus), operant respon (respon dari penguat), covert respon (respon tertutup), overt respon (respon terbuka). Respon dari stimulus merupakan respon yang mucul akibat dari datangnya rangsangan yang datang dari luar, sehingga menghasilkan respon yang relatif tetap. Berdasarkan dimensinya, yang termasuk didalam respondent respon adalah dimensi afeksi. Operant respon adalah respon yang hadir karena adanya penguat berupa ganjaran atau hukuman. Ganjaran dan hukuman tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap respon dimasa mendatang. Covert respon merupakan respon yang tidak terlihat oleh mata. Berdasarkan dimensinya, yang termasuk didalam covert respon antara lain dimensi kognitif dan dimensi afeksi. Pengetahuan, pemahaman, dan sikap merupakan perilaku yang tidak bisa dilihat oleh mata. Kedua dimensi tersebut bisa dilihat jika direfleksikan dalam tindakan nyata. Overt respon
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua: a. Perilaku tertutup (covert behavior), merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesada ran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka (overt behavior), merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
10
merupakan perilaku nyata yang tampak oleh mata.
keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. 2. Kawasan Perbatasan Perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara dua Negara yang berdaulat. Pada awalnya perbatasan sebuah Negara atau state border dibentuk dengan lahirnya Negara. Sebelumnya penduduk yang tinggal di wilayah tertentu tidak merasakan perbedaan itu, bahkan tidak jarang mereka berasal dari etnis yang sama. Namun dengan munculnya Negara mereka terpisahkan dan dengan adanya tuntutan Negara itu mereka mempunyai kewarganegaraan yang berbeda (Rijal Darmaputera,2009: 3). Pengertian perbatasan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Boundaries dan frontier kedua definisi ini mempunyai arti dan makna yang berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai nilai yang strategis bagi kedaulatan wilayah Negara. Perbatasan disebut flontier karena posisinya yang terletak di depan front dari suatu Negara, sedangkan istilah boundary digunakan karena fungsinya yang mengikat atau membatasi (bound or limit) suatu unit
Berdasarkan teori yang dikemukakan Steven (dalam Rendra : 2013: 11), respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu. 3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. Pembangunan yang dilakukan pemerintah merupakan media perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan dengan maksud menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari program-program pembangunan tersebut. Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidangbidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat. Secara
11
politik, dalam hal ini adalah Negara. (Suryo Sakti Hadiwijoyo,2011: 63). Dalam kaitannya dengan konsep ruang, batas wilayah kedaulatan Negara (boundary) amatlah penting di dalam dinamika hubungan antara Negara. Hal ini karena batas antarnegara atau delitimasi sering menjadi penyebab konflik terbuka. Walaupun demikian penentuan delimitasi telah diatur dalam berbagai konvensi internasional. Tetapi latar belakang sejarah setiap bangsa dapat memberikan nuansa politik tertentu yang mengakibatkan penyimpangan dalam menarik garis boundary tadi dan akhirnya bertabrakan dengan Negara lain. Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (UU No. 43 Tahun 2008). Menurut pasal 10 ayat 3 UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan strategis, yaitu kawasan yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak, baik ditinjau dari sudut kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan pertahanan keamanan. Namun pada umumnya daerah perbatasan belum mendapatkan perhatian secara proporsional. Saat ini pengelolaan kawasan perbatasan di Indonesia dihadapkan pada dua isu strategis dengan variasi permasalahan yang menonjol di dalamnya, yaitu isu pengelolaan batas wilayah negara dan isu pengelolaan kawasan perbatasan. Belum optimalnya pengembangan, pemanfaatan potensi dan kurang tersedianya sarana/prasarana dasar di kawasan perbatasan, merupakan permasalahan umum yang terjadi dan dihadapi hampir di semua kawasan perbatasan wilayah negara Indonesia (BNPP, 2013). Hal tersebut
menyebabkan kawasan perbatasan senantiasa tertinggal dan terisolir, tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang rendah dan aksesibilitas yang kurang, terutama akses kawasan perbatasan dengan pusat pemerintahan, pusat-pusat pelayanan publik, atau wilayah lain yang relatif lebih maju. Oleh karena itu, maka kawasan perbatasan Indonesia dapat diartikan sebagai kawasan perbatasan terdepan yang dilupakan. Perwujudan kawasan perbatasan negara menjadi halaman depan negara masih menghadapi kendala terutama dari dalam negeri sendiri, sedangkan dari negara tetangga merupakan tantangan yang harus di antisipasi. Permasalahan kawasan perbatasan negara sangat kompleks dari berbagai dimensi baik sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan. Kondisi ini memerlukan dukungan program lintas sektor secara terpadu. Berbagai upaya untuk menterpadukan pembangunan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kewilayahan masih mengalami kendala. Isu strategis pengembangan kawasan perbatasan negara yang dihadapi pada periode 2016-2019 adalah: 1. Keterisolasian kawasan perbatasan negara Lokasi kawasan perbatasan negara yang berbasis kecamatan menjadi suatu kendala tersendiri dalam peningkatan akses infrastruktur dan pelayanan sosial dasar di kawasan perbatasan. Minimnya akses ke kawasan perbatasan juga disebabkan minimnya anggaran pemerintah pusat
12
dan pemerintah daerah untuk pembangunan kecamatan perbatasan yang lokasinya terpencil dan terluar. Selama ini, akses infrastruktur minim sekali yang dibangun di kecamatankecamatan perbatasan. Keterbatasan akses infrastruktur perbatasan terutama yaitu transportasi, energi (listrik dan BBM), komunikasi dan informasi, serta minimnya pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan dan kesehatan; 2. Belum ada sistem untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan baik industri maupun perdagangan berbasis potensi sumber daya kawasan perbatasan, serta menjamin pemberdayaan masyarakat perbatasan; 3. Terdapat overlapping claim areas segmen-segmen batas wilayah negara Indonesia dengan negara tetangga; 4. Masih lemahnya pengamanan batas wilayah laut, darat, dan udara di kawasan perbatasan negara; 5. Integrasi pengelolaan dan pembangunan kawasan perbatasan negara dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan. Selain itu, penetapan Lokasi Prioritas (Lokpri) kecamatan terluar perbatasan, Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, dan penetapan pengembangan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dalam PP No. 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional belum mampu menjadi arus utama untuk mengarahkan sektor. Dalam kawasan Kepualau Riau masuk dalam Daftar Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) Penanganan Kawasan Perbatasan 2016-2019 Provinsi Kep. Riau yaitu 1. Kabupaten Natuna: Bunguran Timur, Serasan, Bunguran Barat, Midai, Pulau Laut, Subi, Serasan Timur, Bunguran Utara; Kabupaten Kep. Anambas: Jemaja, Jemaja Timur, Palmatak, Siantan; 2. Kota Batam: Belakang Padang, Batam, Bulang, Sekupang, Lubuk Raja, Nongsa, Batu Ampar, Batu Aji; 3. Kabupaten Bintan: Bintan Utara, Tambelan, Bintan Pesisir, Teluk Sebong, Gunung Kijang; 4. Kabupaten Karimun: Kundur, Meral, Moro 3. Pembangunan Desa Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terncana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia seperti yang ada dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945 telah mencantumkan tujuan pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan masyarakat adalah suatu keadaan yang selalu menjadi cita-cita seluruh bangsa di dunia ini. Agar pembangunan di desa dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, maka harus diterapkan prinsip-prinsip pembangunan, sasaran pembangunan dan ruang lingkup pengembangannya.
13
Berikut penjelasan mengenai ketiga unsur tersebut menurut Adisasmita (2006: 18-20):
(khususnya terhadap kawasankawasan miskin), dan. 5. Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan (inter ruralurban relationship)
a) Prinsip-prinsip pembangunan pedesaan, yaitu pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan prinsip-prinsip berikut ini:
Pembangunan Desa merupakan hal penting untuk meningkatkan masyarakat Desa menjadi lebih sejahtera. Tidak itu saja, yang terpenting dari pembangunan Desa adalah adanya partisipasi masyarakat, seperti yang diungkapkan seperti dibawah ini :
1. 2. 3. 4.
Transparansi (Keterbukaan). Partisipatif. Dapat dinikmati masyarakat. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas). 5. Berkelanjutan (sustainable).
Menurut R.Bintoro (2003:25): “Pembangunan Desa adalah pembangunan yang dilaksanakan di Wilayah Pemerintahan yang terendah, yaitu Desa dan Kelurahan, ciri utama pembangunan Desa yang terpenting adalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan di Desa itu atau Kelurahan baik melaksanakan langsung dalam bentuk swadaya mandiri atau gotong royong. Sasaran utamanya adalah menjadikan Desa-desa diseluruh Indonesia memiliki tingkat perkembangan Desa dengan klasifikasi Desa swasembada yaitu Desa yang maju, dan berkembang dimana masyarakat memiliki taraf hidup dan kesejahteraan yang terus meningkat”.
b) Sasaran pembangunan pedesaan, adalah untuk terciptanya: 1. Peningkatan produksi dan produktifitas. 2. Percepatan pertumbuhan desa. 3. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha produktif. 4. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat, dan. 5. Perkuatan kelembagaan. c) Ruang lingkup pengembangan Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup, yakni: 1. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan jalan, lingkungan pemukiman dan lainnya). 2. pemberdayaan masyarakat. 3. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). 4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan
Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002:201) menyatakan bahwa: “Pembangunan masyarakat Desa adalah suatu proses dimana orangorang disitu bersama-sama dengan pejabat-pejabat Pemerintahan berusaha untuk memperbaiki keadaan perekonomian sosial dan kebudayaan dalam masyarakat yang bersangkutan mengintegrasi masyarakat ini dalam kehidupan Bangsa dan Negara”.
14
Pembangunan masyarakat Desa meliputi dua unsur, yaitu ikut serta penduduk sendiri dalam usaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan dengan inisiatif mereka sendiri dibarengi dengan bantuan-bantuan teknik serta lain-lain bantuan sedemikian rupa sehingga memajukan inisiatif mereka sendiri dan saling membantu.
perecanaan, pengorganisasian, implementasi dan tindak lanjutnya, harus diorientasikan pada pengikutsertaan masyarakat, begitupun bentuk-bentuk organisasi pembagunan Desa harus mengunakan sistem dan prosedur yang selalu memperhitungkan dan memberikan peluang bagi terselenggaranya partisipasi masyarakat secara maksimal.
Taliziduhu Ndraha (2002:9) mengatakan bahwa: “Pembangunan Desa adalah proses dengan mana usahausaha masyarakat Desa yang bersangkutan dipadukan dengan usahausaha pemerintah, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengintegrasikan kehidupan masyarakat Desa ke dalam kehidupan bangsa yang memungkinkan mereka untuk memberikan sumbangan sepenuhnya kepada pembangunan nasional”.
Partisipasi masyarakat Desa dalam konteks ini adalah termasuk didalamnya upaya mewujudkan gagasan-gagasan baru atau inovasi sebagai segi positif dari kebiasaan masyarakat mengikuti proses pengambilan keputusan pembangunan Desa. Pengelolaan pembangunan Desa pada akhirnya menuntut pendekatan secara holistik, apalagi pembangunan Desa sekarang ini, dalam tataran geraknya mencakup juga berbagai aspek kehidupan sejak dari aspek politik, ekonomi, sosial budaya, idiologi serta hankamnas.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para sarjana atau ahli tentang pembangunan Desa tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembangunan masyarakat Desa dilaksanakan dalam rangka pembangunan nasional yang bertujuan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat baik dalam bentuk material maupun spiritual atau dengan kata lain adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan pelaksanaannya dapat berhasil dengan optimal apabila dengan sejumlah aset, potensi, dan kekayaan yang ada dapat dipadukan sehingga merupakan kesatuan gabungan yang strategis. Dalam hal ini partisipasi masyarakat merupakan faktor penentuan berhasilnya pembangunan Desa.Oleh karena itu pembangunan Desa dalam seluruh prosesnya mulai dari
Pembangunan menurut Siagian (2001:2-3) adalah:” suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan tugas.” Sedangkan menurut Tjokromidjojo (2000:7) yang dimaksud dengan pembangunan adalah keseluruhan dari proses kegiatan pengendalian usaha untuk merealisasikan pertumbuhan yang berencana kearah modernisasi serta kemajuan dalam bidang sosial ekonomi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial/masyarakat yang berencana kearah kemajuan yang
15
menyangkut berbagai segi kehidupan guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dan bangsa. Sedangkan pembangunan desa adalah usaha pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintahan yang terendah yang harus dilaksanakan dan dibina terus menerus sistematis dan terarah sebagai usaha pembangunan negara yang menyeluruh.
masyarakat berusaha untuk menentukan berbagai kebutuhan atau berbagai tujuan kemudian mengatur atau menyusun kebutuhan dan tujuan tersebut, mengembangkan kepercayaan dan hasrat untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tersebut, serta melaksanakan tindakan untuk semua itu dengan cara memperluas dan mengembangkan sikap-sikap dan praktek kooperatif dan kolaboratif diantara warga masyarakat pedesaan”.
Berkaitan dengan keberhasilan pembangunan desa, maka hendaknya setiap kepala desa dapat mengacu dan memahami tentang arti pentingnya pembangunan desa bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Dengan demikian semakin jelas bahwa pembangunan desa merupakan miniatur dari pembangunan yang lebih luas, yaitu pembangunan nasional. Dalam pembangunan desa juga terintegrasi dengan program-program pembangunan yang bersifat makro, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten dan kota, propinsi dan nasional yang kesemuanya bermuara di tngkat pedesaan/kelurahan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembangunan desa itu memiliki beberapa unsur yang harus ada, yaitu adanya proses, adanya masyarakat sebagai pelaku, adanya penentuan kebutuhan/tujuan, adanya upaya perumusan atau pentusunan rencana tindakan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, serta pelaksanaan terhadap rencana-rencana yang telah di sepakati bersama. Dengan kata lain bahwa pembangunan desa adalah perencanaan dan pengintegrasian masyarakat. Perencanaan itu sendiri merupakan proses untuk menentukan, menemukan dan memperjelas arti suatu masalah, meningkatkan hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang di perlukan guna penanggulangannya, memilih upaya penanggulangan yang kiranya dapat dilaksanakan, serta mengadakan kegiatan yang sesuai dengan upaya yang dipilih.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa program-program yang dilaksanakan di desa dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong adanya prakarsa agar masyarakat desa setempat dapat memiliki kemandirian untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan potensi dan dukungan serta kebutuhan mereka sendiri. Pihakpihak luar hanyalah sebagai pendorong untuk menumbuhkembangkan prakarsaan kepemimpinan masyarakat setempat. Pendapat lain yang menekankan kepada aspek perubahan, dikemukakan oleh Rose yang dikutip oleh Kasryno (1994:53) yang menyatakan bahwa pembangunan desa: “Yaitu suatu proses dimana suatu
4. Pemuda Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan menjelaskan bahwa Pemuda adalah
16
warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut sebagai” young people” dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea” atau remaja. Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. (Mulyana. 2011:12)
definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda/ generasi muda/ kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan progresif. Mulyana (2011:1) mengemukakan bahwa pemuda lebih dilihat pada jiwa yang dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jika yang suka memberontak, penuh inisiatif, kreatif, antikemapanan, serta ada tujuan lebih membangun kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pemuda. Acuan yang kedua inilah yang pada masa lalu digunakan, sehingga pada saat itu terlihat bahwa organisasi pemuda itu lebih banyak dikendalikan oleh orang-orang yang secara usia sudah tidak muda lagi, tetapi mereka mempunyai jiwa pemuda. Oleh sebab itu kelemahan dari pemikiran yang kedua itu organisasi kepemudaan yang seharusnya digunakan sebagai wadah untuk berkreasi dan mematangkan para pemuda dijadikan kendaraan politik, ekonomi, dan sosial untuk kepentingan perorangan dan kelompok.
Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu. Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan
Lebih lanjut Mulyana (2011:1) mengemukakan bahwa selain didasarkan pada usia pemuda juga dapat dilihat dari sifat/jiwa yang mengiringinya. Jika didasarkan pada sifat maka pemuda mempunyai ciri-ciri : 1) Selalu ingin memberontak terhadap kemapanan. Hal ini lebih disebabkan karena pada usia ini seorang pemuda sedang mencari identitas diri. Keinginan untuk diakui dan ingin mendapatkan perhatian mendorong pemuda
17
untuk berbuat sesuatu yang ”tidak biasa-biasa saja dan sama dengan yang lain”. Ditinjau dari sisi positif perilaku ini akan memunculkan kreatifitas, akan tetapi disisi lain akan muncul penentangan dari pihak lain khususnya pihak orang dewasa yang sudah mapan. 2) Bekerja keras dan pantang menyerah. Sifat kedua ini berhubungan erat dengan sifat pertama. Kerja keras dan pantang menyerah inilah yang mendorong pemuda berlaku revolusioner. Perilaku revolusioner inilah yang memunculkan anggapan bahwa pemuda itu tidak berpikir panjang sehingga akan berpotensi untuk menimbulkan konflik baik itu dengan sesama pemuda maupun dengan orang tua. 3) Selalu optimis. Sifat ini sangat menunjang sifat kerja keras dan pantang menyerah. Sifat optimis ini akan mendorong pemuda selalu bersemangat berusaha untuk mencapai citacitanya.
dikatakan pemuda jika sifat/jiwanya tidak mencerminkan seorang pemuda. Demikian juga sebaliknya seseorang yang sudah tidak masuk kategori muda secara usia belum tentu tidak mempunyai sifat/jiwa seperti pemuda pada umumnya. Untuk lebih mudahnya definsi pemuda haruslah didasarkan pada usia yaitu usia antara 13 sampai 35 tahun dan harus mempunyai sifat/jiwa pemberontak, pekerja keras, pantang menyerah, serta selalu optimis. III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Desa Selat Mie, awal menjadi Kampung pada tahun 1914. Letak Desa tersebut dipulau Combol, arah mata tenggara timur. Luas pulau Combol tersebut +/- 49.000 km2. Orang pertama yang menduduki Desa Selat Mie adalah seorang perempuan yang bernama MIM. Beliau bersal dari suku laut. Tidak lama kemudian kira – kira pada tahun 1919 M, datanglah suku Melayu Ladi 4 (empat) bersaudara. Pada waktu itu Indonesia masih dibawah jajahan Belanda. Pada mulanya Desa Selat Mie bernama Pasir MIM, sesuai dengan nama orang yang pertama menduduki Desa tersebut. Dengan kedatangan dari suku Melayu Ladi ini Desa Selat Mulai bertambah ramai, diantara nama – nama dari 4 (empat) bersaudara itu : Sapar, Awang sai, Nek Gemuk dan Wahab. Laki –Laki : 1.196 Jiwa. Perempuan 1.114 Jiwa Jumlah 2.310 Jiwa IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 1. Kognitif Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa pengetahuan pemuda terhadap pendidikan di pulau combol Desa Selat Mie sudah cukup baik, karena di Pulau ini sudah tersedia sekolah walaupun
Tidak hanya dari sisi usia bahwa seorang individu dikatakan muda, akan tetapi juga harus ditunjang oleh sifat/jiwa yang berbeda dengan golongan usia lainnya. Seseorang yang berusia muda belum tentu dapat
18
hanya 1 unit dalam setiap 1 jenjang. Walaupun memang pemerintah masih belum dapat menyelesaikan pendidikan di pulau terluar seperti pulau combol. Dengan adanya pendidikan ini maka manusia atau seseorang dapat mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan Sumber Daya Manusia yang tinggi. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan formal (sekolah). Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang sebagai sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan sistematis, programatis, dan berjenjang. Kemudian Berdasarkan hasil wawancara dapat dianalisa bahwa di Pulau Combol Desa Selat mie ini banyak pemuda yang dari segi pendidikan formal memang sangat terbatas. Namun dengan keterampilan seperti dalam bidang olahraga banyak pemuda di Pulau ini menuai prestasi. Pemuda adalah salah satu elemen masyarakat yang populasinya cukup banyak. Namun ditengah populasi yang banyak sangat langka kita melihat pemuda yang produktif. Indikatornya dapat kita lihat tingkat kejahatan perkotaan masih banyak melibatkan
kalangan pemuda. Kalau mau ditelisik lebih jauh, sebenarnya peran pemuda dapat diarahkan kejalan yang lebih baik. Kuncinya adalah perhatian dari beberapa kalangan (pemerintah/swasta, lembaga masyarakat maupun individu) sangat diharapkan, karena mereka mampu memiliki peran dalam pembangunan bangsa ini, mereka sudah mampu mensejahterakan diri mereka sendiri dan karena mereka sudah memiliki skill yang cukup memadai untuk mandiri. 2. Afektif Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa respon pemuda selama ini adalah tidak terlalu mengambil peduli karena kebanyakan mereka memilih untuk bersekolah di daerah lain dari pada memperjuangkan fasilitas pendidikan yang sejak lama diusulkan namun tidak terealisasi, hal ini di dukung karena peran pemerintah yang kurang merespon dengan baik. Perhatian pemerintah terhadap masyarakat perbatasan sangatlah minim, yang dapat dibuktikan dilapangan, dimana keadaan sangat memprihatinkan dengan kehidupan apa adanya dan tidak ditopang pemberdayaan ekonomi yang mapan dan berkesinambungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa pemuda di Pulau Combol Desa Selat mie sudah berupaya untuk meningkatkan pendidikan dirinya sendiri, dengan cara mencari pendidikan di luar dari Pulau Combol. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran (Munib, 2009:139). Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas
19
yang sangat kuat sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 (1) yang menyebutkan bahwa:” Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Hak memperoleh pendidikan ini diperjelas dengan pasal 31 (2) yang bunyinya:”Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Selanjutnya pada ayat (3) dituangkan pernyataan yang berbunyi:”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang layak terutama pendidikan dasar. Selain membahas tentang pendidikan sebagai suatu hak, pasal 31 juga mempertegas bahwa pendidikan (terutama pendidikan dasar) merupakan kewajiban bagi setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayainya. 3. Konatif Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa selama ini tindakan yang dilakukan para pemuda adalah berkoordinasi dengan masyarakat, aparatur desa hingga pemerintah daerah untuk meminta sarana prasarana pendidikan yang layak. Prasarana pendidikan merupakan semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting.
Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi seperti kerjasama pemerintah dan kesiapan sekolah V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa Pemuda Perbatasan Pada Pulau Combol Desa Selat mie Kecamatan Moro Kabupaten Karimun sudah berupaya merespon dengan baik keterbatasan pendidikan yang mereka miliki. Mereka merasakan pendidikan merupakan hal yang penting sehingga harus didukung dengan fasilitas pendidikan yang memadai baik secara jumlah maupun kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari : Di Pulau Combol Desa Selat mie ini para pemuda sudah memiliki pengetahuan yang baik, banyak pemuda yang saat ini memilih keluar dari pulaunya untuk mencari pendidikan yang lebih tinggi , karena sudah ada SD, SMP dan hanya kekurangan SMA dan infrastruktur pendukung dari sekolah. Kemudian karena adanya keterbatasan dalam bidang formal banyak pemuda yang kemudian memantapkan diri dengan keterampilan yang mereka miliki. Di Pulau Combol Desa Selat mie ini banyak pemuda yang dari segi pendidikan formal memang sangat terbatas. Namun dengan keterampilan seperti dalam bidang olahraga banyak pemuda di Pulau ini menuai prestasi. Pemuda adalah salah satu elemen masyarakat yang populasinya cukup banyak. Namun ditengah populasi yang banyak sangat langka kita melihat pemuda yang produktif. Pemuda di Desa Selat Mie pernah menjuarai sepak takraw pada
20
tahun 2010 dan meraih medali emas, saat ini ia bekerja menjadi guru di Batam.
yang diinginkan oleh para pemuda untuk meningkatkan pendidikan di daeranya.
Temuan lainnya dapat disimpulalkan bahwa sikap pemuda selama ini sudah baik, namun peran pemerintah yang kurang merespon dengan baik. Perhatian pemerintah terhadap masyarakat perbatasan sangatlah minim, yang dapat dibuktikan dilapangan, dimana keadaan sangat memprihatinkan dengan kehidupan apa adanya dan tidak ditopang pemberdayaan ekonomi yang mapan dan berkesinambungan. Kemudian untuk mengharapkan perubahan di Pulau combol ini sangat lama sehingga mereka melakukan perubahan dari diri sendiri yaitu mencari pendidikan di luar daerahnya. memang tidak semua pemuda tidak mengambil tindakan dalam keterbatasan di desa ini, banyak juga yang remaja peduli terhadap keterbatasan yang mereka terima, salah satunya dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dan melanjutkan pendidikan ke tempat lain. Pemerintah berkewajiban mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan para pemuda untuk menyediakan fasilitas dalam pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo, 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu. Yogyakarta. Atmosudirjo. 2002. Administrasi Negara, Indonesia : Jakarta.
Hukum Ghalia
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Darmaputra, Rizal, 2009. Manajemen Perbatasan dan Reformasi Sektor Keamanan. Jakarta : IDSPS Press Kasryno, F, 1994 Prospek Pengembangan Ekonomi Pedesaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Ndraha, Talidziduhu. 2005. Metodologi Ilmu Pemerintahan. Jakarta : CV. Rineka Cipta.
B. Saran
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Putnam, Robert D. 2000. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. New York: Simon and Schuster Samsuddin. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Seharusnya pemerintah daerah lebih dapat memberikan perhatian kepada daearahdaerah perbatasan khususnya dalam melengkapi fasilitas pendidikan 2. Seharusnya pemerintah juga dengan tanggap merespon apa
Sondang P. Siagian, 2001, Administrasi Pembangunan, Bumi Aksara
21
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2011. Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Graha Ilmu : Yogyakarta. Tjokrowinoto M. 2000. Pembangunan : Dilema dan Tantangan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Tjokroamidjojo. 2000.Perencanaan Pembangunan, Masagung, Jakarta Widjaja. 2004. Otonomi Rajawali Pers : Jakarta.
Desa.
Sumber lain : Statistik Daerah Kabupaten Karimun. 2016. Penelitian Terdahulu : Rendra. 2013. Respon Pedagang Tradisional Terhadap Tumbuh Pesatnya Pasar Modern Kota Tanjungpinang. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
22