RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : ARIEF RIDWAN BUDIMAN NIM. 1110053100004
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 4 Juli 2014
Arief Ridwan Budiman
ABSTRAK
Arief Ridwan Budiman, 1110053100004, Respon Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji di Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2013, di bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. Latar belakang penelitian ini adalah semakin meningkatnya jumlah haji dari berbagai tingkat pendidikan dan usia mengamali banyak masalah kesehatan. Berbagai macam penyakit yang diderita oleh jamaah seperti hipertensi, saluran pernafasan, saluran pencernaan, penyakit jantung dan paru-paru ditambah suhu di Arab Saudi yang sangat dingin sehingga menyebabkan banyak jamaah haji wafat dari tahun ke tahun. Maka, semua permasalahan ini menjadikan penulis utnuk lebih jauh tentang respon pelayanan kesehatan. Objek dari penelitian ini pada Dinas Kabupaten Bekasi karena berdekatan dengan rumah penulis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon jamaah haji terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dan mengetahui perbedaan kualitas pelayanan kesehatan jamaah haji dengan variable yaitu tingkat pendidikan dan usia jamaah haji tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif, yaitu pengumpulan data menggunakan instrumen berbentuk kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dari populasi jamaah haji sebanyak 2122 orang, maka sampel yang diambil sebanyak 45 orang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bekasi dengan cara menyebarkan kuesioner ke setiap rumah responden yang berangkat haji pada tahun 2013. Data jamaah haji diperoleh dari Kementerian Agama Kabupaten Bekasi. Hasil dari penelitian ini Respon jamaah haji terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi terbagi menjadi tiga aspek yaitu dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak konatif, yaitu. Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek kognitif termasuk kategori tinggi didapat persentase sebesar 79,56%. Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek afektif termasuk kategori tinggi didapat persentase sebesar 81,11%. Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek konatif termasuk kategori tinggi didapat persentase sebesar 83,56% Perbedaan usia jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dengan nilai chi-square hitung sebesar 0,652 sedangkan nilai chi-square tabel dengan nilai 5,991 maka 0,652 < 5,991. Perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 nilai chisquare hitung sebesar 1,161 sedangkan nilai chi-square tabel dengan nilai 5,991 maka 1,161 < 5,991. Perbedaan jenis kelamin jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 nilai chi-square hitung sebesar 0,161 sedangkan nilai chi-square tabel dengan nilai 3,841 maka 0,161 < 3.841. Kata kunci : Respon, Pelayanan Kesehatan dan Haji.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan amanah yang sangat besar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Pelayanan Kesahatan Jamaah Haji di Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2013”. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang dimuliakan oleh Allah SWT. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan Strata 1 dan mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Ucapan terima kasih penulis berikan kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi periode 2013-2017. Dekan, Dr. H. Arief Subhan, MA. Wakil Dekan I, Suparto, M.Ed. Ph.D. Wakil Dekan II, Drs. Jumroni, M.Si. Wakil Dekan III, Drs. Sunandar, MA. 2. H. Eddy Sirotim, SKM dan Hj. Tini Agustiatu Rohma, S.SiT sebagai orang tua. Dewi Marifah Anggraeni, Tri Ayati dan Muhammad Andika Rachman sebagai Adik serta Fitria Anggraeni semoga selalu dalam rahmat Allah SWT. 3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, H. Mulkanasir, BA., S.Pd. MM. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, Kalsum Minangsih, MA. Selaku Dosen Pembimbing Akademik, Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Seluruh Staf dan jajaran Kementerian Agama Kabupaten Bekasi, Seluruh Staf dan jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. 4. Muhammad Padil, teman-teman Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh dan semua pihak yang tidak penulis ucapkan satu persatu. Sekian kata pengantar yang penulis buat dengan mengharapkan rahmat dan ridho Allah SWT. Amiin.
Bekasi, 03 Juni 2014
Arief Ridwan Budiman
ii
DAFTAR ISI ABSTRAK……………………………………………………………. KATA PENGANTAR………………………………………………... DAFTAR ISI………………………………………………………….. DAFTAR TABEL……………………………………………………. DAFTAR GAMBAR…………………………………………………
i ii iii v vii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. A. Latar Belakang Masalah…………………………………… B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………… C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. D. Tinjauan Pustaka…………………………………………... E. Sistematika Penulisan………………………………………
1 1 8 9 10 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Respon……………………………………………………... 1. Pengertian Respon…………………………………....... 2. Teori Respon………………………………………….... B. Pelayanan Kesehatan………………………………………. 1. Pengertian Pelayanan………………………………….. 2. Pengertian Kesehatan…………………………………... 3. Pengertian Pelayanan Kesehatan ………………………. 4. Jenis Pelayanan Kesehatan……………………………... C. Jamaah Haji…………………………………………………. 1. Pengertian Jamaah Haji…………………………………. 2. Syarat-Syarat Haji…………………………….………....
15 15 16 19 19 20 21 22 25 25 27
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………………… B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………. C. Subjek dan Objek Penelitian………………………………. D. Populasi dan Sampel………………………………………. E. Variabel Penelitian………………………………………… F. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………….. G. Teknik Pengumpulan Data………………………………… H. Uji Validitas dan Uji Realibilitas………………………….. I. Teknik Pengolahan Data…………………………………
31 31 31 32 32 33 33 36 37 39
iii
BAB IV TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN KABUPATEN BEKASI……………………………………………………………... A. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi………………. B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi…….... C. Sumber Daya Kesehatan………………………………… D. Situasi Upaya Kesehatan………………………………… E. Kaitan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Dengan Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji………………………………….
42 42 43 44 47 48
BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL………………………… .. A. Bentuk Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji……………… B. Karakteristik Responden………………………………… C. Respon Jamaah Haji Terhadap Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi…………………….. D. Respon Jamaah Haji Secara Keseluruhan………………. E. Perbedaan Usia Jamaah Haji terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji…………………………………………. . F. Perbedaan Tingkat Pendidikan Jamaah Haji Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji…………………….. G. Perbedaan Jenis Kelamin Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji………………………………
52 52 69
BAB VI PENUTUP………………………………………………... A. Kesimpulan…………………………………………….. . B. Saran…………………………………………………. …
89 89 90
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… LAMPIRAN
91
iv
73 81 85 86 87
DAFTAR TABEL No Tabel
Judul Tabel
Halaman
Tabel 1
Data Haji Wafat
5
Tabel 2
Blue Print Skala Independen (Sebelum Uji Validasi)
38
Tabel 3
Blue Print Skala Dependen (Sebelum Uji Validasi)
38
Tabel 4
Blue Print Skala Independen (Setelah Uji Validasi)
38
Tabel 5
Blue Print Skala Dependen (Setelah Uji Validasi)
39
Tabel 6
Skala Likert
39
Tabel 7
Data Puskesmas di Kabupaten Bekasi
44
Tabel 8
Data Rumah Sakit di Kabupaten Bekasi
45
Tabel 9
Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di Kabupaten Bekasi
45
Tabel 10
Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bekasi
46
Tabel 11
Sumber Anggaran Kesehatan di Kabupaten Bekasi
46
Tabel 12
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
71
Tabel 13
Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden
72
Tabel 14
Karakteristik Jenis kelamin Responden
73
Tabel 15
Respon Jamaah Haji Terhadap Materi Pelayanan Kesehatan
75
Respon Jamaah Haji Terhadap Metode Pelayanan Kesehatan
76
Respon Jamaah Haji Terhadap Media Pelayanan Kesehatan
77
Respon Jamaah Haji Terhadap Sikap Pelayanan Kesehatan
78
Tabel 19
Perbandingan Unsur-Unsur Pelayanan Kesehatan
79
Tabel 20
Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Kognitif
80
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
v
Tabel 21
Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Afektif
81
Tabel 22
Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Konatif
82
Tabel 23
Perbandingan Dampak Aspek Pelayanan Kesehatan
83
Tabel 24
Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Kognitif Pada Kualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013
84
Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Afektif Pada Kualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013
85
Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Konatif Pada Kualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013
86
Tabel 27
Respon Jamaah Haji Berdasarkan Usia
87
Tabel 28
Respon Jamaah Haji Berdasarkan Tingkat Pendidikan
88
Respon Jamaah Haji Berdasarkan Jenis Kelamin
90
Tabel 25
Tabel 26
Tabel 29
vi
DAFTAR GAMBAR Nama Gambar
Halaman
Gambar 1. Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons)……………..................
17
Gambar 2. Saling Berkaitan Unsur Pelayanan Kesehatan .…………………….... 24 Gambar 3. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN……... 51 Gambar 4. Respon Jamaah Haji Pada Aspek Kognitif…………………………… 84 Gambar 5 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Afektif……………………………... 85 Gambar 6 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Konatif…………………………….. 86
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu, kesehatan fisik dan ataupun keuangan. Setiap tahun lebih 2 juta penduduk dunia yang berasal dari berbagai negara, dan dengan warna kulit dan jenis kelamin yang berbeda, menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Satu dari sepuluh jemaah yang hadir di Mekkah berasal dari Indonesia. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang tidak saja memerlukan persiapan dari aspek tuntunan agama tapi juga kesiapan fisik yang merupakan suatu persyaratan (istitho’ah. Untuk memenuhi ketentuan syar’i dimaksud, diperlukan upaya bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan pada jemaah haji. Bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan jemaah haji merupakan rangkaian kegiatan terstruktur dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan kemandirian jemaah haji. Kegiatan bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap danberkesinambungan sejak dari puskesmas, pemeriksaan, bimbingan,
dan
penyuluhan
kesehatan
di
unit
pelayanan
di
kabupaten/kota, bimbingan, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan jemaah haji selama perjalanan dari daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama perjalanan Indonesia-Arab Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji 1
2
debarkasi, sampai dengan empat belas hari pertama sekembalinya ke Indonesia.1 Hal ini sesuai dengan fungsi Departemen Kesehatan untuk mempersiapkan, meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan jemaah haji agar sehat mandiri. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut Menteri
Kesehatan
RI
telah
menerbitkan
Keputusan
Nomor
1394/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia.2 Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. 3 Penyelenggaraan Ibadah Haji yang bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta Jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur. Sejalan
dengan
dukungan
kebijakan
yang
ada,
upaya
penyelenggaraan ibadah haji termasuk upaya kesehatan dari waktu
1
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf 2 Artikel diakses pada hari jumat tanggal dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahan-bacaan-pes... 3 Artikel diakses pada hari Minggu tanggal bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf
23-Maret-14
dari
28-Maret-14
dari
23-Maret-14
dari
3
kewaktu selalu ditingkatkan. Namun dengan makin meningkatnya jumlah calon jemaah haji dari berbagai keragaman etnis dan tingkat pendidikan, masalah masih selalu muncul dan semakin kompleks, seperti yang dilaporkan bahwa angka kesakitan jemaah haji Indonesia 3,3 kali episode. Angka kematian jemaah haji setiap tahunnya rata-rata 2 orang perseribu jemaah, dengan proporsi sebab kematian terbanyak dikarenakan penyakit jantung dan penyakit paru-paru. Penyelenggaraan haji tahun 2004 melaporkan bahwa 45% jemaah haji meninggal dipondokan. Masalah kesehatan tersebut diatas diperburuk dengan masalah lingkungan di Arab Saudi yaitu suhu udara yang sangat dingin serta kelembaban udara yang sangat rendah yang merupakan faktor risiko yang memberatkan kesehatan Jemaah haji. Penyebab masalah kesehatan di atas antara lain karena pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan jemaah haji yang masih rendah, serta kurangnya kemampuan petugas kesehatan dalam pemberdayaan jemaah haji.4 Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan bahwa karakteristik jemaah haji Indonesia tidak banyak mengalami perubahan dalam lima belas tahun terakhir, terdapat kecenderungan semakin tinggi pendidikan dan semakin tua usia saat menunaikan ibadah haji. Proporsi jemaah haji risiko tinggi berkisar 10-30%, sebagian besar karena usia lanjut. Hipertensi merupakan risiko tinggi terbanyak (25-37%), sementara penyakit saluran pernapasan dan saluran pencernaan semakin meningkat. 4
Artikel diakses pada hari jumat tanggal 28-Maret-14 dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahan-bacaan-pes...
dari
4
Dalam lima belas tahun terakhir (1995-2008) angka kematian jemaah haji berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jemaah atau 0,5-0,9 per hari per 10.000 jemaah. Risiko wafat pada usia lanjut sangat tinggi. Jemaah pada kelompok usia 60 tahun ke atas berkisar antara 20-25% dari keseluruhan jemaah, tetapi sekitar 70% jemaah wafat terjadi pada kelompok usia ini. Secara umum, tujuan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan ke Arab Saudi adalah terselenggaranya pemeriksaan, pengobatan, keberangkatan
dan
pemeliharaan
melalui
kesehatan
pendekatan
etika,
Jemaah moral,
haji
sebelum
keilmuan,
dan
profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi. Tujuan penyelenggaraan kesehatan haji adalah meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji.5 Jamaah haji di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat dikarenakan ekonomi Negara yang terus meningkat. Indonesia menjadi Negara yang memiliki jumlah porsi besar yang diberikan oleh Kerajaan Arab Saudi. Penetapan kuota haji berdasarkan jumlah umat Islam dari suatu Negara. Penetapan kuota haji bersifat Nasional yaitu 1 per 1.000 5
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf
23-Maret-14
dari
5
umat Islam. Atas dasar itu, maka Indonesia menerima jatah kuota sebanyak 221 ribu jemaah apalagi jumlah umat Islam di Indonesia ada sekitar 221 juta orang.6 Dengan banyaknya jumlah jamaah haji, jamaah haji wafat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan. Jamaah haji wafat dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1 Data Haji Wafat No
Tahun
Jumlah Jamaah Haji
Jumlah Haji wafat
1
2006
189.087
437
2
2007
205.185
646
3
2008
191.822
462
4
2009
207.000
323
5
2010
211.000
451
6
2011
221.000
522
7
2012
211.000
451
Dari data tabel di atas, wafatnya haji disebabkan antara lain sistem sirkulasi, sistem pernafasan, penyakit darah dan organ pembuluh darah, trauma, keracunan, sistem syaraf dan neoplasma. Penyakit yang diidap oleh jamaah Indonesia yang wafat merupakan bawaan dari tanah air. 6
Berita diakses pada hari Minggu tanggal 30-Maret-14 http://www.iphi.web.id/2013/03/14/kemenag-rohul-usul-penetapan-rasio-kuota-hajiperdaerah/
dari
6
Namun di Arab Saudi yang menjadi pencetusnya karena kelelahan dan ada yang mendapatkan penyakit dari Arab Saudi.7 Dalam menyikapi kasus penyakit yang menjangkit jamaah haji, pemerintah Indonesia sendiri sudah membentuk tim untuk menangani permasalahan kesehatan pada saat melakukan ibadah haji yaitu TKHI kelompok terbang (kloter). Tugas TKHI adalah memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah kelompok terbang serta tugas-tugas administrasi di Asrama Embarkasi, selama perjalanan, selama di Arab Saudi sampai di Asrama Debarkasi.8 Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia) sebagai penunjang dalam kesehatan para jamaah haji di kloter. Sampai pada saat ini, tenaga kesehatan dituntut agar semua haji di kloter yang mengalami gangguan pada kesehatan harus ditangani dengan maksimal dan profesional. Pada kenyataannya, untuk menangani jamaah yang sakit tenaga medis harus mempersiapkan tempat dan lokasi pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sendiri yang terdiri dari 1 (satu) orang Dokter dan 2 (dua) paramedis di tiap kloter. Sarana yang menjadi tempat tinggal dalam tiap kloter tidak dapat cukup menampung jamaah haji yang sakit maka sebagian dari jamaah haji bergabung dengan kloter lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
7
Berita diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 dari http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81263 8 Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 dari http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_jevents&task=icalrepeat.de tail&evid=83&Itemid=298&year=2012&month=05&day=27&uid=c7d25a36b9ff76e308c9d87f5c 15264b
7
sehingga dalam kunjungan pelayanan kesehatan dan penyuluhan harus mencari jamaah yang bergabung dengan kloter lain. Tempat tidur perawatan sementara di sektor hanya terdapat 1 (satu) tempat tidur pemeriksaan dan 3 (tiga) tempat tidur untuk rawat inap sedangkan jamaah haji
yang harus dirawat/dilayani melebihi kapasitas dikarenakan
kurangnya sarana untuk menunjang pelayanan kesehatan. Tiap-tiap kloter dan sektor (membawahi tiap kloter) jaraknya berjauhan sehingga mengalami kesulitan ketika jamaah haji hendak dirujuk ke rumah sakit terdekat dari maktab dan mengambil kebutuhan obat-obatan atau alat-alat medis yang kurang di setiap kloter. Tenaga kesehatan juga membawa alat-alat dan obat-obatan dari lokasi satu ke lokasi lain sesuai dengan urutan kegiatan haji sedangkan dalam hal seperti ini dibutuhkan tenaga khusus untuk membawa peralatan dan alat-alat kesehatan guna memaksimalkan pelayanan kesehatan terhadap jamaah haji di kloter. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian ini dalam rangka melihat respon jamaaah haji yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Respon Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji pada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013“
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah Untuk memberikan penjelasan yang sesuai dalam penulisan ini, maka peneliti melakukan pembatasan masalah dalam cakupan respon pelayanan kesehatan jamaah haji di dinas kesehatan wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2013. Batasan masalah respon dalam penelitian ini yang meliputi faktor kualitas pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan jamaah haji dan usia jamaah haji. Sedangkan batasan jamaah haji hanya jamaah haji yang melakukan ibadah haji pada tahun 2013 di Kabupaten Bekasi. 2. Rumusan Masalah Dari banyaknya masalah yang terdapat pada pembatasan masalah yang dipaparkan di atas maka peneliti mempersempit masalahnya menjadi rumusan masalah. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut : a. Bagaimana respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif, dan konatif kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013? b. Apakah perbedaan usia jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji? c. Apakah tingkat pendidikan jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji?
9
d. Apakah jenis kelamin jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari pemaparan rumusan masalah yang dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif, dan konatif kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013. (2) Mengetahui perbedaan usia jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji. (3) Mengetahui perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji. (4) Mengetahui perbedaan jenis kelamin jamaah haji berpengaruh terhadap respon kualitas pelayanan kesehatan haji. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terbagi dua yaitu sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya agar lebi akurat, menambah referensi pustaka dalam rangka mengembangkan keilmuan manajemen haji
10
dan umroh dan sebagai tolak ukur pemerintah khususnya dinas kesehatan dalam pelayanan kesehatan haji di Indonesia. b. Manfaat Praktis Secara praktisi, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Penulis, Penulis dapat menambah wawasan pengetahuan dari pengamatan lapangan. (2) TKHI (Tenaga Kerja Haji Indonesia) Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan agar TKHI lebih cekatan dalam menangani pelayanan kesehatan haji dengan lebih maksimal. (3) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penelitian ini untuk menjadi patokan agar jamaah haji sebelum pemberangkatan, jamaah yang sedang melakukan ibadah haji dan sesudah kepulangan di tanah air diperiksa secara optimal. (4) Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh Memberi referensi kepustakaan jurusan Manajemen Haji dan Umroh yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan jamaah haji. D. Tinjauan Pustaka Sebagai patokan
dari sumber terdahulu agar terciptanya
keakuratan data yang akan dihasilkan dan supaya terhindar dari
11
penjiplakan atau plagiat dalam penelitian ini. Berikut adalah sumber terdahulu yang peneliti tulis guna membedakan hasil karya peneliti sebelumnya dengan peneliti, antara lain : 1. Rohayati Khosidah. “Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede Pada Musim Haji tahun 2011”. Kesimpulan dari skripsi ini ialah memberikan pelayanan kepada calon/jamaah haji, dikarenakan dalam memberikan pelayanan kepada calon/jamaah haji pihak BPAH bekerja sama dengan instansi terkait seperti panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) bekerja sama dengan
pihak
kepolisian untuk pelayanan keamanan, pelayanan keimigrasian bekerja sama dengan pihak imigrasi dan pelayanan makan/konsumsi bekerja sama
dengan
perusahaan
katering.
Metodologi
penelitiannya
menggunakan kualiatatif. Subjeknya adalah Badan Pengelola Asrama Haji Jakarta Pondok Gede dan objeknya Manajemen Pelayanan pada Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede. Sedangkan pada skripsi yang peneliti tulis menganai respon pelayanan kesehatan jamaah haji di daerah Kabupaten Bekasi. 2. Isnaini S. “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Kesimpulan dari skripsi ini yaitu penerapan manajemen di dinas kesehatan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji berdasarkan fungsi manajemen
yang
penggerakan
dan
terdiri
dari
pengawasan
perencanaan, untuk
pengorganisasian,
mencapai
tujuan
dari
12
penyelenggaraan kesehatan jamaah haji yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, pemeliharaan sesuai standar agar jamaah menjalankan haji dengan baik. Pemeriksaan fisik yaitu General check up (dari kepala hingga perut), pemerikasaan penunjang yaitu test darah, urin, test kehamilan dan EKG, vaksinasi Imunisasi meningitis dan influenza. Metodologi deskriptif kualitatif, subjeknya kepala seksi bagian pelayanan kesehatan dan para jajaran bagian haji/staf haji serta jamaah haji yang telah dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang dan objeknya adalah manajemen yang digunakan dalam pelayanan kesehatan pada jamaah haji. Sedangkan penulis hanya melihat respon jamaah haji terhadap pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi. 3. Samsul Arif. “ Respon Warga Binaan Terhadap Dakwah Yayasan Media Amal Islami Dalam Membina Keluarga Pemulung Di Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Kesimpulan skripsi ini yaitu dakwah yang dilakukan Yayasan Media Amal Islami mengandung efek dakwah yang baik dalam memberikan informasi atau wawasan Agama Islam sehingga warga binaan mampu memahami dan mengetahui tentang ajaran islam. Sedangkan penulis mengkaji tentang respon pelayanan kesehatan jamaah haji di dinas kesehatan tahun 2013. Dari penelitian terdahulu yang dipaparkan di atas, penulis dengan ini menegaskan bahwa dalam pembuatan penelitian yang dibuat sangat berbeda dari skripsi sebelumnya. Dalam hal ini, Skripsi yang penulis buat
13
berjudul Respon Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji di Dinas Kesehatan Wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2013 berbeda dengan judul penelitian sebelumnya, dari segi metodologi menggunakan penelitian pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian pendekatan deskriptif dari segi metodologi berbeda dengan penelitian sebelumnya. Objek dari penelitian yang diangkat adalah respon pelayanan kesehatan jamaah haji tahun 2013 dan subjeknya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Maka penulis tegaskan kembali bahwa penelitian yang ambil belum ada dari penelitian sebelumnya. E. Sistematika Penulisan Untuk memperjelas pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka penulis memberikan gambaran bab per bab guna untuk mempermudah membacanya. Berikut ini adalah sistematika penulisan dalam skripsi ini, antara lain : BAB I merupakan Bab Pendahuluan yang menjabarkan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II adalah Bab Landasan Teori. Bab ini menjadi suatu landasan dalam menganalisis dari data yang telah diperoleh. Landasan teori yang digunakan adalah teori-teori mengenai Teori Stimulus Respon dan Teori Pelayanan Kesehatan Haji BAB III adalah
Metodelogi Penelitian. Pada bab ini peneliti
membahas tentang pendekatan dan jenis, tempat dan waktu penelitian serta
14
subjek dan objek penelitian. Menjelaskan populasi dan sampel, variable, definisi operasional variable penelitian. Menguraikan teknik pengumpulan data, uji validitas dan realibilitas dan teknik pengolahan data. BAB IV adalah Profil Lembaga. Bab ini menjabarkan tentang eksistensi pelayanan kesehatan haji Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Dalam pembahasan bab ini terdiri dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sumber Daya Kesehatan, Situasi Upaya Kesehatan dan Kaitan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi dengan Pelayanan Kesehatan Jamaah haji. BAB V adalah Hasil dan Analisa. Bab ini membahas Bentuk Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji, Karakteristik Responden, Respon Jamaah Haji Terhadap Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Respon Jamaah Haji Secara Keseluruhan, Perbedaan Usia Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji, Perbedaan Tingkat Pendidikan Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji, dan Perbedaan Jenis Kelamin Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji. BAB VI adalah Kesimpulan dan Saran. Pada bab terakhir ini penulis memberikan kesimpulan terhadap bab 5 yang sebelumnya telah dibahas dan memberikan saran yang berguna untuk pelayanan kesahatan haji agar dapat diperbaiki di masa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Respon 1. Pengertian Respon Respon dalam Bahasa Prancis berarti réponse yang artinya membalas, sedangkan menurut Bahasa Belanda respon yaitu responsie yang artinya jawab; pembelaan; mempertahankan.1 Respon atau respons dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya tanggapan; reaksi; jawaban.2 Dalam kamus Psikologi, response (respon) adalah Sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh satu perangsang ataupun salah satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner atau dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.3 Menurut Diah Wulandari, komunikasi dinyatakan berhasil apabila komunikan mampu memberikan umpan balik yang berbentuk tanggapan atau respon.4 Mengutip dari Skiner (1938) seorang ahli psikologi dalam Soekidjo Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons
atau
reaksi
seseorang
terhadap
stimulus
(rangsangan dari luar).5 Secara garis besar respon dapat disimpulkan yang berarti suatu rangsangan yang diberikan kepada penerima pesan yang berupa 1
Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1991), h.290. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 746. 3 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), cet. Ke-14, h. 432. 4 Diah Wulandari, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan, (Jogjakarta: Nuha Medika Press, 2009), Cet. Ke-1, h. 6. 5 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet. Ke-2, h. 43.
15
16
tanggapan, reaksi atau tingkah laku dari pembawa berita. Sehingga pembawa berita dapat menyampaikan informasinya dengan baik guna mencapai tujuan dan harapan yang diinginkan. 2. Teori Respon Respon sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi, dalam komunikasi terdapat komponen-komponen yang meliputi : a.
Komunikator : orang yang menyampaikan pesan;
b.
Pesan : pernyataan yang di dukung oleh lambang;
c.
Komunikan : orang yang menerima pesan;
d.
Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;
e.
Efek : dampak sebagai pengaruh pesan.6 Efek ini yang terpenting, dalam suatu komunikasi agar pesan yang disampaikan komunikator dapat menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Dampak kognitif, yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. 2) Dampak afektif, afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif bukan hanya sekedar tahu tetapi menimbulkan perasaan tertentu. 3) Dampak behavior, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Mengenai ruang lingkup teori respon, mengutip teori Skiner dalam Soekidjo Notoatmodjo menyatakan bahwa perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus-Organisme-Respons sehingga teori ini
6
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-5, h. 6.
17
disebut dengan Teori “S-O-R”.7 Teori ini memberikan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.8 Selanjutnya teori ini menekankan pada perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme.9 Organisme adalah 1. Sebarang makhluk hidup yang melakukan fungsi hidup, antara lain ialah melaksanakan metabolism, pernafasan, pencernaan, pengeluaran kotoran badan, dan reproduksi. Pembagian umum yang paling besar dari organisme ini ialah dalam kelompok tanaman dan binatang. Apabila istilah tersebut dipakai tanpa spesifikasi dalam penulisan psikologis, hal tersebut menunjuk pada binatang. 2. Secara metaforis, berarti kelompok sosial.10 Model teori S-O-R dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1. Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons) Sumber : Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi STIMULUS
ORGANISME
RESPONS TERTUTUP Pengtahuan Sikap
RESPONS TERBUKA Praktik Tindakan
7
Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 43. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu&Seni, edisi revisi 2011 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), cet. Ke-2, h. 154. 9 Ibid, h. 155. 10 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, h. 344 8
18
Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: a.
Perilaku tertutup (Covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
b.
Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.
Dalam teori Skiner dalam Soedikjo Notoatmodjo, respon terbagi dua jenis respons, yaitu : a.
Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eleciting stimuli, karena menimbulkan responsresponyang relative tetap dan respondent respons juga mencakup perilaku emosional.
b.
Operant respons atau instrumental respon, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.11
Dengan demikian, proses untuk menerima suatu pesan yang diberitakan oleh pembawa berita kepada penerima pesan tergantung terhadap stimulus dan rangsangan dari penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
11
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 43-45.
19
B. Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian Pelayanan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah 1. Perihal atau cara melayani; 2. Servis, jasa; 3. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. 12 Pelayanan adalah sebuah cara untuk melayani dalam bidang jual beli sebuah barang ataupun yang dilakukan hanya menggunakan jasa. Untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry mengutip pendapatnya Philip kottler dalam Dzul Kifli menyatakan bahwa faktor penentu peningkatan mutu pelayanan, sebagai berikut : 1. Akses Pelayanan harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai pada saat yang tidak merepotkan dan cepat. 2. Komunikasi Pelayanan harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh klien. 3. Kompetensi Pegawai atau karyawan harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan. 4. Kesopanan Pegawai atau karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat dan penuh perhatian. 5. Kredibilitas Instansi atau pegawai harus bisa dipercaya dan memahami keinginan utama yang diharapkan klien. 6. Reabilitas Pelayanan harus dilaksanakan secara konsisten dan cermat. 7. Cepat tanggap
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 504.
20
Pegawai harus memberikan tanggapan dengan cepat dan kreatif atas permintaan dan masalah klien. 8. Kepastian Pelayanan harus bebas dari bahaya, resiko, atau hal-hal yang meragukan. 9. Hal-hal yang berwujud Hal-hal yang berwujud pada sebuah pelayanan harus dengan cermat memproyeksikan mutu pelayanan yang akan diberikan. 10. Memahami atau mengenali masyarakat Pegawai harus memahami kebutuhan masyarakat atau klien dengan memberikan perhatian secara individu.13 2. Pengertian Kesehatan Kesehatan asal kata dari sehat yang artinya keadaan (hal) sehat; kebaikan keadaan (badan dsb).14 Mengutip dari Juli Soemirat Slamet istilah kesehatan itu sendiri di dalam Undang-Undang no.9 Tahun 1960, tentang pokok-pokok, Bab I Pasal 2 didefinisikan sebagai berikut : “yang dimaksud dengan kesehatan dalam Undang-Undang ini ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan” Istilah ini telah sedikit berubah dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1 sebagai berikut : “kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi”
13
Dzul Kifli, “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 15-16. 14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 794
21
Definisi kesehatan dalam Undang-Undang no. 9 tahun 1960 tersebut sangat mirip dengan definisi yang dianut oleh organisasi kesehatan sedunia sebagai berikut : “health is defined as a state of complete physical, mental, and social wellbeing and not morely the absence of disease or infirmity”15 artinya adalah kesehatan didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara lebih lengkap dan tidak adanya penyakit atau kelemahan. Menurut Dr. Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro problem kesehatan adalah problem kesehatan yang menyangkut keadaan jasmani, jiwa dan sosial.16 Menurut pandangan Islam, kesehatan yaitu bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.17 Kesehatan dan kemampuan fisik prima (kebugaran),
merupakan
prasyarat
mutlak
untuk
mampu
melaksanakan kegiatan ibadah haji dengan baik dan sempurna. Pengertian sehat adalah sehat jasmani, mental dan sosial, jadi bukan hanya bebas dari penyakit dan cacat semata.18 Jadi kesehatan dapat disimpulkan yang artinya terbebas dari penyakit dan cacat yang membuat jasmani, rohani dan sosial bugar karena mendapatkan nikmat mulia dari Allah swt. 3. Pengertian Pelayanan Kesehatan Dalam
ekonomi
diterjemahkan
kedalam
kesehatan pengertian
mengutip kesehatan
dari dan
Mill
yang
pelayanan
kesehatan, bahwa kesehatan hanya memiliki value in use dan bukannya value in excharge. Kesehatan sendiri tidak dapat diperjual belikan (not tradeable). Dengan demikian berarti kesehatan bukanlah 15
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), cet. Ke-1, h. 4. 16 Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro, Etika, Islam, dan Kesehatan : Sumbangan Islam Dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), cet. Ke-1, h.158 17 Ibid, h.162. 18 Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012), cet. Ke-1, h. 42.
22
suatu komoditi sedangkan pelayanan kesehatan adalah suatu komoditi.19 Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo, pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.20 Sedangkan dalam Buku Acuan Nasional,
pelayanan
kesehatan
ialah
setiap
upaya
yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan
penyakit
serta
memulihkan
kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok dan/ataupun masyarakat.21 Untuk mengadakan pelayanan ada yang dinamakan pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk menentukan keadaan kesehtan seseorang.22 4. Jenis Pelayanan Kesehatan Setelah menjabarkan pengertian dari pelayanan kesehatan, menurut Soekidjo Notoatmodjo pelayanan kesehatan dibagi atas 2 jenis, yaitu : a.
Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkatkan status kesehatannya. Pada dasarnya pelayanan ini dilaksanakan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.
b.
Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. Pada prinsipnya pelayanan jenis ini dilakukan oleh kelompok profesi kedokteran.23
19
Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), cet. Ke-1, h. 7. 20 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 5. 21 Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional; Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, edisi pertama (Jakarta: JNPKKR-POGI, 2002), cet. Ke-3, h. 17. 22 Anasrul, Sehat&Mandiri dalam Berhaji&Umrah, h. 26. 23 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 36.
23
Untuk
meningkatkan
pelayanan
kesehatan
perlu
terus
ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah sakit, lemabaga-lembaga pemulihan kesehatan,
pusat-pusat
kesehatan masyarakat
serta
lembaga-lembaga kesehatan lainnya, perlu juga pemerataan tenaga medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya serta penyedian obat yang semakin merata dan terjangkau oleh rakyat.24 Mengutip dari Robert dan Prevost dalam YBP.SP menyatakan bahwa mutu pelayanan memiliki perbedaan dimensi, yaitu : 1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien. 2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
sesuai
dengan
kebutuhan pasien. 3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, dan atau kemampuan menekan beban biaya penyandang dana.25 Adapun unsur-unsur pelayanan kesehatan yang saling berkaitan dan mempengaruhi yaitu sebagai berikut :26 1. Unsur masukan
24
Prijono Tjiptoherijanto dan Budi Soesetyo, Ekonomi Kesehatan, h. 286. Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional, h. 21 26 Ibid, h. 20. 25
24
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan. Dan unsur masukan yang terpenting adalah tenaga, dana dan sarana. 2. Unsur lingkungan Keadaan
sekitar
yang
mempengaruhi
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Unsur lingkungan yang terpenting adalah kebijakan, organisasi dan manajemen untuk suatu institusi kesehatan. 3. Unsur proses Semua
tindakan
yang
dilakukan
pada
waktu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam yaitu tindakan medis dan tindakan non-medis. 4. Unsur keluaran Menunjukan pada penampilan (performance) pelayanan kesehatan. Penampilan dibedakan menjadi dua macam yaitu penampilan aspek medis pelayanan kesehatan dan penampilan aspek non-medis pelayanan kesehatan. Keempat unsur pelayanan kesehatan ini dapat dilihat dengan menggunakan gambar, sebagai berikut :27 Gambar 2. Saling Berkaitan Unsur Pelayanan Kesehatan Sumber :Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal LINGKUNGAN
MUTU PELAYANAN (KELUARAN)
MASUKAN
27
PROSES
Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional, h. 20-21
25
Dengan
demikian,
pelayanan
kesehatan
mempunyai
arti
memberikan kegiatan yang pantas diberikan kepada seseorang guna membantu agar dapat pulih dari masalah ataupun gangguan kesehatan. Setelah pulih dari masalah itu, sebaiknya dijaga dan dirawat agar sehat seterusnya. C. Jamaah Haji 1. Pengertian Jamaah Haji Jamaah adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang secara bersama-sama dalam satu ikatan yang bertujuan mengerjakan amal kebajikan.28 Haji adalah salah satu rukun islam yang kelima ditujukan kepada muslim yang mampu (fisik dan materi), bila seorang muslim mampu untuk mengerjakan haji tetapi dia melaksanakan haji selama hidupnya maka islamnya tidak sempurna. Menurut Thalal bin Ahmad Al-‘Aqil dalam bukunya menyatakan haji adalah salah satu rukun dari rukun islam, tidak sempurna islamnya seseorang yang mampu menunaikan haji sampai ia berhaji.29 Haji dalam pengertian bahasa, mempunyai arti adalah menyengaja atau menuju dan mengunjungi.30 Menurut Sahlan Asnawi, haji merupakan puncak ibadah bagi ummat Islam, oleh karena itu haji merupakan lambing setinggitingginya bagi seorang hamba kepada Rabbnya.31 Menurut Gus Arifin, menyatakan bahwa menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan bagi umat Islam sedunia yang mampu (secara materiil, fisik) serta aman dalam perjalanan menuju haramain (dua tempat haram) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa 28
Arsikum Al-Mashudi dan Arief Nuryadin, Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Hari Kiamat Kubra, (Jakarta: Al-Ihsan Media Utama, 2006). Cet, ke-1, h. 25. 29 Thalal Bin Ahmad Al-‘Aqil, Petunjuk Bagi Jama’ah Haji dan Umroh, (Jeddah: T.pn., t.t.). h. 7. 30 Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap dan Praktis Menjalankan Ibadah Haji dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga kembali lagi, edisi revisi (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), cet. Ke-6, h. 17 31 Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, (Jakarta: Studia Press, 2001), cet. Ke-1, h. 17.
26
kegiatan di beberapa tempat pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji.32 Dari semua pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa haji adalah proses ibadah yang dikerjakan oleh umat muslim yang mampu secara materi maupun fisik agar dapat melaksanakan rukun islam kelima, dikerjakan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh AlQur’an dan Hadist. Adapun sejarah dimulainya haji itu saat terunnya Nabi Adam ke bumi, dan alloh mendirikan bangunan pertama kali yaitu baitullah. Sesuai dengan surat Ali Imron ayat 96 yang berbunyi :
Artinya :“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibangun untuk tempat beribadah, itulah rumah yang di Ka’bah yang diberkati dan yang menjadi petunjuk bagi segenap manusia” (QS: Ali Imron;96) Ka’bah merupakan rumah yang mula-mula ada dibangun dipermukaan bumi sekaligus merupakan tempat menyembah Allah subhanahu wata’ala, namun mengingat karena tuanya maka menjadi rapuh dan setelah terkena banjir (zaman Nabi Nuh) maka Ka’bah menjadi rusak. Pada masa Nabi Ibrahim, Allah memerintahakn kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun kemabali Ka’bah yang rusak. Ketika Ka’bah selesai di bangun, Allah kembali memerintahkan kepada seluruh umat manusia agar dipakai dan dikunjungi untuk tempat ibadah. Sesuai dengan FirmanNya dalam Kitab Al-Qur’an yang berbunyi :
32
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah, h. 17
27
Artinya : “Dan Kami telah perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail; Sucikanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang bertawaf,, yang beri’tikaf, orang-orang yang ruku’ dan sujud” (QS: Al-Baqarah; 125) Mengutip pendapat Jumhur Ulama dalam Sahlan Asnawi, ibadah haji difardhukan pada tahun ke 6 Hijriyah. Namun, ketika pada saat itu di Mekah dan sekitar Ka’bah orang-orang Jahiliyah masih berthawaf dengan telanjang maka Nabi memerintahkan Abu Bakar untuk membenahi dan menyempurnakan syariat haji sesuai perintah Allah. Maka kaum muslimin mengerjakan haji pada tahun ke 9 Hijriyah disusul dengan Ali sahabat Rasullah.33 2.
Syarat-Syarat Haji Ada beberapa syarat-syarat haji, antara lain :34 a. Islam b. Baligh (dewasa) c. Berakal sehat d. Merdeka (bukan budak) e. Istitha’ah (mampu) : 1) Jasmani & rohani 2) Ekonomi 3) Keamanan Penulis hanya membahas syarat haji tentang istitha’ah jasmani& rohani, ekonomi dan keamanan. Para ulama menjelaskan makna istithâ’ah mencakup dalam beberapa hal, antara lain :35
33 34
Sahlan Asnawi, Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur, h. 41-44. Chabiburrachim, Agenda Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: Kuwais, t.t.), h. 27.
28
a. Istithâ’ah harta yaitu adanya perbekalan untuk membayar Ongkos Naik Haji (ONH) pergi dan pulang serta biaya hidup, tempat tinggal, makanan dan minuman yang cukup. Orang yang berangkat haji dengan cara meminta-minta dan mengajukan proposal untuk mendapatkan ongkos haji atau meminta jatah dari pemerintah atau dari instansi tertentu. Sebenarnya belum ada kewajiban haji bagi mereka. Namun demikian, bila haji dilaksanakan dengan biaya pemberian orang lain, hajinya tetap sah dan sudah dianggap melaksanakan rukun Islam yang kelima. Berangkat haji dengan pemberian atau hadiah orang lain boleh diterima, namun tidak wajib menerimanya apalagi bila diketahui bahwa biaya yang diberikan bersumber dari yang haram, misalnya seorang koruptor menghajikan karyawannya atau hasil dari perjudian dan minuman keras atau hasil pajak judi dan perzinahan dan lain-lain, maka sebaiknya dia tidak menerima pemberian tersebut dan tidak boleh berangkat dengan uang yang haram. Oleh sebab itu seorang koruptor tidak wajib melaksanakan haji sebelum dia mengembalikan harta hasil korupsinya kepada pemiliknya, karena haqqul ibadah (hak manusia) berdasarkan pada perjanjian (kompromi) sedangkan haji adalah hak Allah Swt berdasarkan
pada
toleransi.
Oleh
sebab
itu
hendaklah
mendahulukan hak manusia dari hak Allah karena Alah Maha Mulia lagi Maha Pemaaf. Diriwayatkan dalam beberapa hadis bahwa ketika orang yang berangkat haji dengan harta yang halal berkata Labbaik Allahumma labbaik (Ya Allah kami datang menjawab panggilan35
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7414:p olri-dan-kpk-join-jerat-anggodo&catid=38:nasional
29
Mu, maka Allah menjawab : Allah menerima permohonan-Mu dan Allah memuliakan-Mu. Sedangkan ketika orang yang berhaji dengan harta yang haram ketika berteriak dengan ucapan Labbaik Allahumma labbaik, Allah berkata kepadanya : Allah tidak menjawab permohonanmu dan tidak pula memuliakanmu dan hajimu dikembalikan kepadamu, kembalilah dengan membawa dosa dan tanpa pahala. b. Istithâ’ah dalam kesehatan. Kemampuan fisik salah satu syarat wajib mengerjakan haji karena pekerjaan ibadah haji berkaitan dengan kemampuan badaniah, hampir semua rukun dan wajib haji berkaitan erat dengan kemampuan fisik, terkecuali niat (adalah rukun qalbi). Dalam hal ini seorang yang buta atau seorang yang bodoh (safih) atau idiot jika mempunyai kemampuan harta, maka syarat wajib haji baginya ada pemandu atau penuntun yang membimbing pelaksanaan hajinya. Dan bagi seorang Lansia (lanjut usia) yang tidak mempunyai kemampuan untuk duduk lama di dalam kendaraan atau di perjalanan, boleh mewakilkan hajinya kepada orang lain. Diriwayatkan dalam hadis shahih dari Jamaah dari Ibnu Abbas ra. bahwa ada seorang perempuan dari Khatsam berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku punya kemampuan harta untuk mengerjakan haji, namun dia sudah tua renta, tidak mampu duduk lama di dalam kendaraan (di atas unta), maka Rasulullah Saw bersabda : Hajikanlah dia, dan peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah pada Haji Wada’. Berdasarkan hadis ini, kemampuan fisik sangat menentukan dan tidak melihat kepada umur. Oleh sebab itu rencana Kerajaan Arab Saudi untuk memberlakukan batas umur 65 tahun tidak boleh haji, belum layak untuk diberlakukan, karena ada sebagian
30
orang meskipun umur sudah lebih 65 tahun, akan tetapi masih mempunyai kemampuan fisik untuk berhaji. c. Kemampuan (istithâ’ah) untuk mendapatkan kendaraan atau alat transportasi sama ada dengan menyewa atau membeli tiketnya merupakan syarat wajib haji. Jika seseorang sudah mendapatkan visa haji akan tetapi tidak ada tiket pesawat reguler atau carter yang membawanya ke haji, maka kewajibannya telah gugur, dan demikian pula bagi seorang wanita yang berangkat tanpa muhrim/mahram, maka belum wajib melaksanakan ibadah haji. Rasul Saw bersabda : Wanita tidak boleh bepergian lebih dari dua hari kecuali ditemani suami atau mahramnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Persoalan mahram ini, Kerajaan Arab Saudi telah memberi kemudahan bagi wanita usia lanjut dan berombongan, tidak disyaratkan mahram untuk mendapatkan visa haji dan umrah. Akhirnya, istithâ’ah dalam semua ibadah menjadi syarat terlaksananya semua perintah Allah Swt, semakin tinggi kemampuan, semakin tinggi pula tuntutan syara’ kepadanya. Sebaliknya, berkurang kemampuan, berkurang pula tuntutan Allah kepadanya. Dan Allah Swt tidak membebankan seseorang melainkan sesuai kemampuan. Hikmah dari semua itu agar ibadah terlaksana dengan ikhlas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pada pendekatan kuantitatif dapat diukur dan hitung sehingga penelitian ini menjadi
lebih
teliti
untuk
mendapatkan
hasil
yang
akurat.
penelitian/metode kuantitatif adalah suatu penelitian/metode yang didasari oleh falsafah positivism yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati, terukur, menggunakan logika matematika dan membuat generalisasi atas rerata.1 Jenis yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu deskriptif.
Penelitian/metode deskriptif adalah suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interprestasi yang tepat.2 B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dalam penelitian ini bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi yang beralamat di Jl. Jend. A Yani No. 1 Bekasi. Dan yang menjadi alasan lokasi penelitian adalah sebagai berikut. 1.
Lokasi penelitian cukup terjangkau dari tempat tinggal peneliti sehingga penelitian mudah untuk dikerjakan.
2.
Orang tua (Bapak maupun Ibu) peneliti menyarankan untuk dilakukannya penelitian ini, karena Orang tua pernah menjadi Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) pada tahun 2007 dan 2011.
1
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), cet. Ke-2, h. 35. 2 Ibid, h. 33.
31
32
3.
Terdapat keterbatasan waktu dan tenaga sehingga peneliti memilih penelitian ini.
Adapun waktu penelitian skripsi ini diawali pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2014. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, sedangkan pada objek penelitiannya adalah respon pelayanan kesehatan jamaah haji tahun 2013. D. Populasi dan Sampel Populasi adalah sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orangorang, benda-benda, dan ukuran lain dari objek yang menjadi perhatian.3 Dalam penelitian ini, populasi adalah Jamaah Haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 yaitu sebanyak 2122 orang. Sedangkan sempel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki ileh sampel.4 Sampel dalam penelitian ini yaitu Jamaah haji yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Jamaah haji yang melakukan ibadah haji pada tahun 2013.
2.
Jamaah haji yang berasal dari Kabupaten Bekasi.
Sesuai dengan karakteristik yang dipaparkan di atas, karena jumlah populasi jamaah haji yang cukup banyak maka penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling ialah sampling dimana pemilihan elemen populasi dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap elemen tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih.5 Untuk menentukan sampel menggunakan rumus slovin diantaranya sebagai berikut:6
3
Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), cet. ke-2, h. 12. 4 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 124. 5 J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, (T.tp.: Erlangga, 2008), h. 24. 6 Husein Umar, Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003) cet. Ke-2, h. 141-142.
33
n=
N 1 + Ne2
keterangannya : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir Maka dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut: Diketahui:
N = 2122 e = 15% = 0,15
Ditanyakan: nilai n Jawab: n =
2122 1 + 2122 (0,15)2
=
2122 1 + 2122 (0,0225)
n = 2122 48.745 = 43.53267 maka mendekati angka 44 Jadi, sampel pada penelitian ini sebanyak 44 responden tetapi penulis menggenapkan menjadi 45 responden agar lebih mudah menghitungnya. E. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah respon pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2013. F. Definisi Operasional Variabel Penelitian Penelitian ini membagi dua variable penelitian agar lebih spesifik dan tidak samar untuk dibaca yaitu, sebagai berikut: a.
Variabel independen 1.
Materi pelayanan kesehatan yang digunakan oleh tenaga kesehatan.
34
1) Definisi operasi : Wawasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada jamaah haji, mengenai pelayanan kesehatan. 2) Indikator : a)
Materi yang diberikan tentang sikap hidup bersih kepada jamaah.
b) Materi seputar kebersihan lingkungan. c)
Materi tentang makanan yang sehat.
d) Materi membahas tentang berolahraga e) 2.
Materi yang diberikan seputar kebiasaan merokok
Metode pelayanan kesehatan yang digunakan oleh tenaga kesehatan 1) Definisi
operasional:
teknik
atau
usaha
yang
digunakan oleh tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan. 2) Indikator: a)
Penyuluhan langsung kesehatan perorangan.
b) Penyuluhan langsung terhadap kelompok. c)
Peragaan/alat peraga yang mudah dimengerti.
d) Diskusi yang bersifat interaktif/tukar pendapat secara nyaman 3.
Media yang digunakan dalam pelayanan kesehatan 1) Definisi operasional: Media yang digunakan oleh tenaga kesehatan dalam proses pelayanan kesehatan. 2) Indikator: a)
Tenaga
kesehatan
menyampaikan
materi
menggunakan microphone. b) Tenaga kesehatan menyampaikan materi melalui kaset/tape recorder. c)
Media
VCD/DVD
dalam
pelayanan kesehatan haji.
rangkaian
materi
35
d) Pemutaran film tentang kesehatan haji. 4.
Sikap dari petugas pelayanan kesehatan haji 1) Definisi operasional: pengaruh sikap tenaga kesehatan terhadap jamaah haji. 2) Indikator: a)
Petugas kesehatan terlihat ramah saat melakukan tindakan kesehatan.
b) Sopan santun yang diberikan jamaah haji. c)
Petugas pelayanan kesehatan melakukan tugasnya secara professional.
d) Kreatif
dan
inovatif
ketika
memberikan
penyuluhan kesehatan. b.
Variabel dependen 1.
Dampak kognitif 1) Definisi operasional: 2) Indikator: a)
Jamaah
haji
mengetahui
tenaga
kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan dengan sopan santun. b) Jamaah haji mendapat pelayanan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. c)
Jamaah haji tahu pelayanan kesehatan yang memuaskan
atau
tidak
memuaskan
yang
diberikan oleh tenaga kesehatan. d) Jamaah haji mendapatkan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang sebelumnya tidak diketahui. 2.
Dampak afektif 1) Definisi operasional: 2) Indikator:
36
a)
Jamaah haji menyukai tenaga kesehatan yang ramah dan sopan.
b) Jamaah haji merasakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan saat melaksanakan ibadah haji. c)
Jamaah
haji
merasakan
perubahan
ketika
mengikuti proses pelayanan kesehatan. d) Jamaah
haji
menyukai
sikap
dari
tenaga
kesehatan dalam proses pelayanan kesehatan. e)
Jamaah haji menyukai pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan haji Indonesia.
3.
Dampak konatif 1) Definisi operasional: 2) Indikator: a)
Jamaah
haji
berusaha
lebih
khusu
dalam
menjalankan ibadah haji. b) Jamaah haji lebih semangat dalam melaksanakan ibadah sunah di Tanah Suci. c)
Jamaah haji lebih rajin konsultasi tentang kesehatan kepada petugas kesehatan.
d) Jamaah haji memiliki perasaan yang peka terhadap kesehatan diri sendiri maupun jamaah yang lain. e)
Jamaah haji lebih sigap dalam menjaga pola hidup sehat.
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, sebagai berikut: a.
Observasi atau pengamatan langsung Observasi
atau
pengamatan
langsung
adalah
mengadakan
penelitian langsung ke lapangan atau di laboratorium terhadap objek
37
penelitan.7 Penelitian ini mengamati langsung tentang respon pelayanan kesehatan jamaah haji di Kabupaten Bekasi. b.
Angket Angket adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap responden.8 Angket dalam penelitian ini ditujukan kepada jamaah haji di Kabupaten Bekasi yang berangkat pada tahun 2013 untuk menanyakan tentang pelayanan kesehatan.
c.
Dokumentasi Mengutip Meleong dan Parsudi dalam dokumentasi adalah catatan tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan tertulis untuk keperluan pengujian berguna bagi sumber data dan bukti.9
H. Uji Validitas dan Uji Realibilitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang berguna untuk menentukan tingkat valid atau kurang valid. Apabila suatu instrumen memiliki validitas yang tinggi berarti instrument valid sedangkan sebaliknya apabila instrument memiliki validitas yang rendah artinya instrument tersebut kurang valid. Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang akan diukur.10 Uji reabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.11 Adapun untuk mempermudah penjelasan dalam setiap instrument peneliti membuat blue print untuk skala independen dan skala dependen menggunakan perangkat lunak SPSS 22.0 for windows sebelum dilakukan uji coba validitas pada Tabel 2 dan Tabel 3, sebagai berikut :
7
Sudjana, Metoda Statistika, edisi 6, (Bandung: Tarsito, 1995), h. 8. J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi 7, h. 26. 9 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 86. 10 Husein Umar, Metode Riset Bisnis, h. 103. 11 Ibid, h. 115. 8
38
Tabel 2 Blue Print Skala Independen (Sebelum Uji Validasi) No
Dimensi
Item
Independen
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1
Materi
1,4,5,6,7
2,3
7
2
Metode
8,11
9,10,12
5
3
Media
13,15
14,16
4
4
Sikap
19
17,18,20
4
Jumlah
20
Tabel 3 Blue Print Skala Dependen (Sebelum Uji Validasi) No
Dimensi Dependen
Item
Jumlah
favorable
Unfavorable 21,23
1
Dampak kognitif
22,24,25,26
6
2
Dampak afektif
27,28,29,30,31
5
3
Dampak konatif
32,33,34,35,36
5
Jumlah
16
Setelah dilakukan uji validitas sebanyak 30 orang respon dengan menggunakan teknik Pearson Product moment r-tabel 0.361 dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Skala independen dari 20 pertanyaan yang diujicoba terdapat 11 pertanyaan yang valid dan 9 pertanyaan yang tidak valid dapat dilihat pada blue print Tabel 4 (Skala Independen Setelah Uji Validasi). Skor pada Independen minimal 11 poin dan maksimal 55 poin. Tabel 4 Blue Print Skala Independen (Setelah Uji Validasi) No
Dimensi Independen
Item
Jumlah
Favorable Unfavorable 1
Materi
1,2
2
Metode
3,4
5,6
4
3
Media
7,8
9
3
4
Sikap
10,11
2
Jumlah
2
11
39
Sedangkan pada skala Dependen, dari 16 pertanyaan yang diujicobakan terdapat 10 pertanyaan yang valid dan 6 pertanyaan yang tidak valid sehingga skor skala Dependen yaitu minimal 10 poin dan maksimal 50 poin. Dapat dilihat pada berikut ini :
Tabel 5 Blue Print Skala Dependen (Setelah Uji Validasi) No
Dimensi Dependen
Item
Jumlah
Favorable
Unfavorable 4,5
1
Dampak kognitif
1,2,3
5
2
Dampak afektif
6,7
2
3
Dampak konatif
8,9,10
3 Jumlah
10
Dari uji validitas dan reabilitas angket dapat diambil Cronbach’s Alpha sebesar 0.877. Oleh karena itu, r = 0.877 > r tabel = 0.361 dapat disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa item-item tersebut reliable. I. Teknik Pengolahan Data Teknik penelitian penelitian ini menggunakan metode deskriptif tujuannya untuk menggambarkan respon jamaah haji terhadap pelayanan kesehatan tahun 2013. Peneliti menggambarkannya dengan menggunakan skala likert, adapun skala likert sebagai berikut: Tabel 6 Skala Likert Singkatan
Kelompok
Nilai
Sangat setuju
SS
5
Setuju
S
4
Netral
N
3
Tidak setuju
TS
2
Sangat tidak setuju
STS
1
40
Dengan menggunakan skala likert, responden dapat memilih dengan leluasa dan mengekspresikan setiap pendapatnya melalui daftar pertanyaan menggunakan skala likert. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode analisa yang berbentuk angka yang diperoleh dengan cara mengumpulkan, mengelolah data dan menyajikannya. Analisa yang dipakai adalah mean (rata-rata hitung), chi-kuadrat dan dasar pengambilan keputusan, berikut penjelasannya: 1.
Rumus Menghitung Mean (Rata-rata Hitung) Mean atau rata-rata hitung adalah nilai yang diperoleh dengan menunjukan semua nilai data dan membagikannya dengan jumlah data.12 Rumus:13 x = fixi fi Keterangan : x = mean atau rata-rata xi = nilai pengamatan fi = jumlah total pengamatan Atau dengan menggunakan rumus lain sebagai berikut : x = x1 + x2 + ………….xn n atau x = xi n
12 13
Suharyadi dan Purwanto S. K., Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, h. 51. Sudjana, Metoda Statistika, h. 67.
41
2.
Chi kuadrat Chi
kuadrat atau dengan nama lainnya chi square
mempunyai arti distribusi dengan variable acak kontinu. Adapun rumus chi kuadrat sebagai berikut : Rumus14 :
= ∑
(
)
Dimana : Obk
= hasil obsevasi pada baris b kolom k
ebk
= nilai harapan pada baris b kolom k
derajat bebas Chi-Square=df
(k – 1) (b – 1)
k = jumlah kolom observasi b = jumlah baris observasi
3.
Dasar pengambilan keputusan Berdasarkan Chi-square hitung antara lain:15 a) Jika Chi-Squarehitung
Chi-Squaretabel maka Ho ditolak. Dimana Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan (bermakna) antara tingkat pendidikan maupun usia terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013.
14
Arif Pratisto, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), cet. Ke-1, h. 63. 15 Ibid, h. 71.
BAB IV TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN KABUPATEN BEKASI
A. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) berkomitmen mewujudkan
tujuan
MDGs tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik. Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010–2014 dan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sendiri mempunyai profil Kesehatan Kabupaten Bekasi sebagai salah satu indikator keluaran dari sistem kesehatan daerah yang merupakan buku statistik kesehatan Kabupaten Bekasi untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Bekasi. Profil Kesehatan ini berisi data / informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan 1
Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran Pemda Bekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 1-2
42
43
khususnya di Kabupaten Bekasi. Oleh karena itu Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi ini dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun, untuk itu perlu terus disempurnakan dari waktu ke waktu. Data/informasi profil Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2012 ini merupakan data kegiatan kesehatan yang dilakukan selama tahun 2012 yang bersumber dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, pencatatan pelaporan program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, buku-buku produk Kantor Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Dinas Pendidikan Nasional, Instansi Swasta yang terkait seperti Rumah Sakit – Rumah Sakit Swasta, termasuk hasil studi dan survei kesehatan yang dilakukan di Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa maupun Nasional. Semua pembiayaan dalam penyusunan Profil Kesehatan ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bekasi Tahun Anggaran 2013.2 B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Sebagai salah satu instansi dan lembaga Pemerintahan, Dinas Kesehatan mempunyai visi dan misi untuk menjadi tujuan Dinas Kesehatan dalam menjalankan tugas-tugas. Adapun visi dan misi sebagai berikut:3 1.
Visi Terwujudnya masyarakat Kabupaten Bekasi yang sehat dan bersih.
2.
Misi a.
Meningkatkan Sumber Daya Kesehatan yang berkualitas
b.
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang efektif dan responsive
c.
Meningkatkan kemandirian dan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan
2
Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran Pemda Bekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 2-3 3 Visi dan Misi Kabupaten Bekasi. Artikel diakses pada hari kamis tanggal 03 April 2014 dari http://dinkes.bekasikab.go.id/text/187/visi-&-misi
44
C. Sumber Daya Kesehatan Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Adapun sumber daya kesehatan yaitu sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Untuk memperinci sumber daya kesehatan, sebagai berikut :4 1.
Sarana kesehatan Sarana kesehatan di kabupaten Bekasi meliputi : a.
Puskesmas Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan yang paling terdepan dan pertama dalam sistem pelayanan kesehatan. Jumlah Puskesmas sebagai berikut : Tabel 7 Data Puskesmas di Kabupaten Bekasi URAIAN
b.
JUMLAH
Puskesmas Perawatan
8
Unit
Puskesmas Non Perawatan
32
Unit
Total
40
Unit
Rumah Sakit Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Adapun jumlah rumah sakit antara lain:
4
Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran Pemda Bekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 66-72.
45
Tabel 8 Data Rumah Sakit di Kabupaten Bekasi URAIAN
c.
JUMLAH
Rumah Sakit Umum
25
Unit
Rumah Sakit Khusus
13
Unit
Total
38
Unit
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk
di
dalamnya
dengan
melibatkan
potensi
masyarakat. Jumlah dari Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sebagai berikut : Tabel 9 Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di Kabupaten Bekasi JENIS UKBM
JUMLAH
Posyandu
2035
Unit
Kelompok Dana Sehat
23
Unit
Polindes
14
Unit
Pos Obat Desa (POD)
30
Unit
Tanaman Obat Keluarga
6521
Unit
13
Unit
Saka Bhakti Husada (SBH)
13
Unit
Pos Unit Kesehatan Kerja
4
Unit
8653
Unit
(TOGA) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
(UKK) Total 2.
Tenaga kesehatan Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan yang
46
bertugas di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Jumlah tenaga kesehatan Kabupaten Bekasi, antara lain : Tabel 10 Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bekasi Jenis tenaga kesehatan
Jumlah
Persentase (%)
Medis
590
14.54
Perawat dan Bidan
2346
57.81
Tenaga Farmasi
274
6.75
Tenaga Gizi
72
1.77
Teknisi Medis
672
16.57
Tenaga Sanitasi
37
0.91
Tenaga Kesehatan
67
1.65
4058
100
Masyarakat Total 3.
Pembiayaan kesehatan Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat. Anggaran yang dialokasikan untuk pembiayaan kesehatan diperjelas pada tabel berikut : Tabel 11 Sumber Anggaran Kesehatan di Kabupaten Bekasi Sumber Anggaran
Persentase (%)
APBD Kabupaten
56.19
APBD Provinsi
35.11
APBN
8.7
Total
100
47
D. Situasi Upaya Kesehatan Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, dan lain-lainnya. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Adapun uraian situasi kesehatan di Kabupaten Bekasi dalam beberapa tahun terakhir khususnya pada tahun 2012, sebagai berikut :5 1.
Pelayanan Kesehatan Dasar Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat
dapat
diatasi.
Berbagai
macam
pelayanan
kesehatan dasar, sebagai berikut: a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, terdiri dari : 1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 5
Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kompleks Perkantoran Pemda Bekasi Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat Bekasi Telp. 021-89970347,2013, h. 41-45.
48
2) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan (Pn) 3) Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 4) Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal 5) Kunjungan Neonatal 6) Pelayanan Kesehatan Pada Bayi 7) Pelayanan Kesehatan pada Balita 8) Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan setingkat b. Pelayanan Keluarga Berencana ( KB ) c. Pelayanan Imunisasi 1) Imunisasi Dasar pada Bayi 2) Imunisasi pada Ibu Hamil 2.
3.
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT a.
Pengendalian Penyakit Polio
b.
Pengendalian TB-Paru
c.
Pengendalian Penyakit ISPA
d.
Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS
e.
Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
f.
Pengendalian Penyakit Kusta
g.
Pengendalian Penyakit Filariasis
h.
Surveilans Vektor
PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT a. Pemberian Tablet Tambah Darah b. Pemberian Kapsul Vitamin A c. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif d. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)
E. Kaitan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Dengan Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Penulis akan menjabarkan pelayanan kesehatan yang diatur oleh Undang-Undang
Dasar
No
13
Tahun
2008
pasal
6
tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang menyatakan Pemerintah berkewajiban
49
melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi, Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah Haji.6 1. Surveilans Epidemiologi, SKD-KLB serta Manajemen Data Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Surveilans Epidemiologi bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam perencanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan haji, terutama bidang kesehatan, serta menunjang pelaksanaan sistem kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa penyakit dan keracunan.7 Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan yang membentuk panitia penyelenggaraan ibadah haji
untuk
menangani permasalahan kesehatan yaitu Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI). Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, SKD dan respon KLB, penanggulangan KLB dan
musibah
massal,
kesehatan
lingkungan
dan
manajemen
penyelenggaraan kesehatan haji.8 Penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen memanfaatkan teknologi komunikasi-informasi berbasis komputer terhubung dengan jaringan maya Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (SISKOHATKES).
Sumberdata
jemaah
diperoleh
dari
Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT), data status kesehatan jemaah berdasarkan pemeriksaan kesehatan haji di Puskesmas dan
Haji. 34.
6
Undang-Undang Dasar No 13 Tahun 2008 pasal 6 tentang Penyelenggaraan Ibadah
7
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, H.
8
Ibid, h. 5.
50
Rumah
Sakit;
data
kesakitan
dan
kematian
jemaah
di
Embarkasi/Debarkasi, selama perjalanan di Arab Saudi di kelompok terbang (kloter), BPHI dan unit pelayanan lainnya, data distribusi obat dan alat kesehatan, serta data kesehatan lingkungan asrama, pondokan dan tempat-tempat pelayanan jemaah haji. Tatalaksana pencatatan dan pelaporan berasal dari sarana pelayanan kesehatan di TKHI Kloter, Sub-BPHI Sektor, BPHI Daker dan RS Arab Saudi. Adapun tenaga dan jenisnya sebagai berikut : A) Kloter yaitu TKHI dengan jenis laporan berupa kunjungan berobat dan wafat. B) Sektor yaitu Sansur dengan jenis laporan di Sub-BPHI berupa kunjungan berobat, rawat inap, rujukan dan wafat. C) Daker 1) Sansur dengan jenis laporan rawat inap di RSAS, wafat, safari wukuf dan badal 2) Siskohatkes mengakomodir seluruh jenis laporan. Rekam Medis dengan jenis laporan kunjungan berobat, rawat inap, rujukan, wafat, safari wukuf dan badal. Jejaring dan mekanisme SISKOHATKES.
51
Gambar 3. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN Sumber : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 35 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BEKASI KEPALA DINAS KESEHATAN
KEPALA BAGIAN TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN PERENCANA AN
SUB BAGIAN KEPEGAWAI AN
SUB BAGIAN KEUANGAN
KESEHATAN Sub Bagian Pelayanan Kesehatan Farmasi Dan Makanan
Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular
Sub Dinas Penyehatan Lingkungan
Sub Dinas Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
Sub Dinas Pengembangan Program Kesehatan
Seksi Pelayanan Kesehatan Pasar dan Rujukan
Seksi Survelians Efidemologi dan Imunisasi
Seksi Pengendalian Kualitas Air dan Sanitasi Umum
Seksi Kesehatan Ibu
Seksi Promosi Kesehatan dan PSM
Seksi Pelayanan Khusus dan Penunjang
Seksi Pemberantasan Penyakit Menukar Langsung
Seksi Penyehatan Lingkungan Industri
Seksi Kesehatan Anak dan Usia Lanjut
Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Seksi Pengawasan, Pengendalian, Distribusi Farmasi, Makanan dan Minuman
Seksi Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang
Seksi Higiene TempatTempat Umum
Seksi Laboratorium Seksi Perumahan di Bidang Kesehatan
Seksi Kesehatan Gizi MAsyarakat
Seksi Akreditasi Tenaga Institusi dan Sarana Kesehatan Seksi Pengembangan SDM dan Industri di Bidang Kesehatan
SUB BAGIAN UMUM
BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL
A. Bentuk Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Bimbingan dan penyuluhan kesehatan yang diprioritaskan pada Jemaah haji usia lanjut, Jemaah dengan potensi masalah kesehatan (Jemaah resiko tinggi), menderita penyakit menular, dan Jemaah haji hamil. 1. Pelayanan, Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Jemaah Haji di Daerah Pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara pasif karena sakit atau secara aktif meminta dilakukan pemeriksaan kesehatan, baik sejak di daerah (Puskesmas, Rumah Sakit), maupun selama dalam perjalanan di masing-masing kelompok terbang dan pelayanan kesehatan di BPHI dan BPHI sektor. Setiap pelayanan kesehatan akan diikuti dengan bimbingan dan penyuluhan kesehatan agar jemaah haji terpelihara kesehatannya. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menyediakan ruangan khusus untuk melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kesehatan bagi jemaah haji. 2. Kunjungan Rumah Jemaah haji usia lanjut, jemaah dengan masalah kesehatan, menderita penyakit menular atau hamil diprioritaskan mendapat
52
53
kunjungan rumah agar mendapat pemeliharaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan yang memadai. Sebaiknya petugas pembinaan jemaah haji ini pernah bertugas sebagai TKHI atau pernah berhaji, sehingga dapat menjelaskan kondisi nyata perjalanan ibadah haji dan pengelolaannya yang lebih tepat agar kesehatan jemaah dapat tetap terjaga. 3. Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Kegiatan Bimbingan Manasik Haji merupakan media yang tepat melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kesehatan bagi jemaah haji, baik berkelompok maupun perorangan. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan selama mengikuti kegiatan manasik haji menjadi media diskusi antar jemaah dan konsultasi berhaji sehat dan mandiri. 4. Kemitraan dalam Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Jemaah Haji Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji dapat dilakukan kelompok pengajian (majlis Ta’lim), Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji Umroh Republik Indonesia
(AMPHURI)
dan
sebagainya.
Kelompok-kelompok
masyarakat tersebut perlu mendapat pembinaan yang memadai dengan bekerjasama dengan sektor terkait (Departemen Agama, Pemerintah Daerah dan kelompok-kelompok masyarakat) 5. Penyuluhan Media Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah tidak selalu melaksanakan pertemuan tatap muka antara petugas dan jemaah, tetapi
54
dapat juga dilakukan melalui penyuluhan media cetak, elektronik, buku bacaan, booklet dan sebagainya dengan pendekatan teknologi promosi kesehatan yang sesuai. Prioritas Penyuluhah Media antara lain: a. Sehat untuk berhaji serta istithoah, hamil dan penyakit menular serta perlunya imunisasi meningitis. b. Berhaji sehat mandiri secara umum, kondisi Arab Saudi dan caracara pengelolaannya (sering minum, makan dan istirahat yang efektif). c. Berhaji sehat mandiri bagi jemaah usia lanjut. d. Perlunya pemeriksaan kesehatan dan persiapan fisik sebelum keberangkatan melaksanakan perjalanan ibadah haji. 6. Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Terbang Pelayanan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah di kelompok terbang adalah 2 kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu oleh petugas TKHI, terutama pada bimbingan dan penyuluhan perorangan. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji berkelompok dilaksanakan dengan cara penyuluhan dalam suatu pertemuan khusus untuk itu, atau pada saat kunjungan anjangsana ke tempat tinggal jemaah, disela-sela waktu makan bersama dan sebagainya. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah dapat dilaksanakan sendiri oleh petugas TKHI atau oleh petugas lain, bahkan bisa
55
dilaksanakan antar jemaah. Oleh karena itu, perlu dikoordinasikan dengan baik oleh petugas TKHI. Jemaah usia lanjut, jemaah berisiko tinggi mendapat masalah kesehatan, perlu adanya anggota jemaah yang mendampinginya selama perjalanan ibadah haji, terutama anggota keluarga, atau jemaah lain dalam satu kamar. Pengendalian faktor risiko kesehatan, penyehatan lingkungan dan surveilans meliputi perlindungan terhadap penularan penyakit melalui imunisasi, sanitasi dan penyehatan lingkungan, higiene sanitasi makanan, pencegahan dan penanggulangan KLB - Musibah Massal , surveilans dan SKD-respon KLB.1 Antara lain : 1. Imunisasi a. Imunisasi meningitis meningokokus Meningitis Meningokokus adalah penyakit radang selaput otak dan selaput sumsum tulang (meninges) yang terjadi secara akut dan cepat menular. Adapun gejala awal yang terjangkit penyakit meningitis meningokokus, sebagai berikut :
1
18-20.
Demam mendadak
Sakit kepala
Mual dan muntah
Anorexia
Sakit pada sendi
Belum imunisasi atau imunisasinya inadekuat.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, H.
56
Gejala dan tanda lanjut, sebagai berikut :
Kaku kuduk
Kejang
Kemerahan di kulit, seperti : rash, petechiae, vesicular, ecchymosis
Kesadaran menurun, seperti : delirium, shock dan koma
Pemeriksaan pendukung (Laboratorium) :
Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dengan teknik sedot sumsum
Pemeriksaan darah
Pencegahan :
Vaksinasi Meningitis ACW135Y paling lambat 10 hari sebelum berangkat ke Arab Saudi.
Memelihara kebersihan diri dan lingkungan secara baik.
Membiasakan diri membersihkan ingus dengan menggunakan tissue dan membuangnya ke tempat sampah.
Selalu memakai penutup hidung dan mulut (masker) kecuali sedang berpakaian ihram bagi laki-laki.
Hindari tempat umum yang padat dan berdesak-desakan yang tidak ada kaitannya dengan ibadah haji.
57
Hindari diri dari terkena percikan air ludah, dahak, ingus, dan cairan bersin dari orang lain.
Hindari diri agar tidak kontak terlalu dekat dengan penderita meningitis.2
b. Imunisasi influenza musiman Influenza adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang bersifat akut dan sangat mudah menular yang disebabkan karena menghirup virus influenza. Virus flu ini memiliki tipe A, B, C, namun virus yang paling mematikan bagi manusia adalah Virus A, yaitu A(H3N2)(flu Hongkong), A(H2N2) (flu Asia), A(H1N1) (flu Spanyol), dan A(H2N2) (flu Rusia). Gejala influenza secara umum adalah demam tiba-tiba, menggigil, dan kehilangan selera makan.3 Adapun pencegahannya adalah, sebagai berikut :
Pemberian vaksinasi influenza kepada calon jamaah haji risti (resiko tinggi) dengan gangguan pernafasan (PPOK & Asma).
Memelihara kesehatan diri dan lingkungan.
Menghindari pemadatan penghuni kamar di pemondokan.
Cukup makan makanan yang bergizi, cukup minum , dan cukup istirahat.
Tambahkan asupan vitamin C dosis tinggi atau menambahkan buah-buahan yang segar dan sayuran hijau.
2
Kementerian Agama RI, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1432 H/2011 M, h. 78-80. 3 Ibid, h. 86.
58
Selalu menggunakan masker bila keluar pemondokan, dan menjaga kelembaban masker, kecuali sedang ihram.4
2. Sanitasi dan penyehatan lingkungan Merupakan
kegiatan
pemeriksaan,
pemantauan,
kajian,
rekomendasi antisipasi, kewaspadaan dan tindakan penanggulangan serta kerjasama berbagai pihak dalam sanitasi makanan, penyehatan lingkungan asrama/pondokan, transportasi, restoran, dan tempattempat pelayanan agar jemaah haji dan petugas bebas dari ancaman terjadinya KLB keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya gangguan kesehatan lainnya. Penyehatan lingkungan dan sanitasi makanan dilaksanakan sebelum/persiapan dan selama operasional haji, baik di Tanah Air, di Pesawat dan di Saudi Arabia, dengan sasaran kegiatan sesuai kebutuhan5 antara lain : a. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan di Tanah Air Kegiatannya Pemeriksaan
dan
sendiri Penilaian
dibagi Awal,
dalam dan
2
tahap,
Kegiatan
yaitu Selama
Operasional. Antara lain : 1) Pemeriksaan dan Penilaian Awal Asrama Haji Transit dan Embarkasi/Debarkasi a) Pemeriksaan dan penilaian dilakukan oleh tim penilai
4
Departemen Agama RI, Modul IV Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1428 H/2007 M, h. 20-21. 5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, h. 22.
59
b) Pemeriksaan
dan
penilaian
awal
asrama
haji
transit/embarkasi/ debarkasi untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan asrama dan sanitasi makanan. c) Obyek pemeriksaan dan penilaian awal asrama adalah meliputi : umum, ruang bangunan, kamar tidur jemaah, penyediaan air bersih, dapur, pengelolaan limbah dan pengendalian vektor. 2) Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan di Asrama Transit/Embarkasi/Debarkasi Selama Operasional Haji a) Melaksanakan pemantauan kesehatan lingkungan pada lokasi penyelenggaraan kesehatan haji di kabupaten/kota, provinsi dan pelabuhan embarkasi/debarkasi haji. b) Penyuluhan
kesehatan
lingkungan
dan
kesehatan
perorangan (personal higiene) jemaah haji di puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan embarkasi/debarkasi haji. c) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi rumah makan dan restoran maupun jasaboga lainnya yang menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji dalam
perjalanan
dari
daerah
asal
ke
asrama
embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait. d) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang menyediakan makanan dan minuman bagi calon
60
jemaah haji selama berada di asrama embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait e) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang menyediakan makanan dan minuman bagi calon jemaah haji selama berada dalam penerbangan dari Indonesia menuju Saudi Arabia dan sebaliknya sesuai peraturna terkait. f) Pengambilan sampel untuk setiap jenis makanan dan minuman yang disajikan oleh jasaboga kepada jemaah haji baik yang melayani dalam perjalanan dari dan ke daerah asal, selama di embarkasi/debarkasi haji maupun dalam penerbangan menuju Saudi Arabia dan sebaliknya. Sampel disatukan pada bank sampel dan disimpan pada suhu dan waktu yang tepat. g) Pengendalian
vektor
dilakukan
satu
hari
sebelum
operasional haji dan secara teratur selama operasional haji. Pengendalian
vektor
berkoordinasi
dengan
Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Dinas Kesehatan setempat di embarkasi/ debarkasi haji. b. Penyehatan Lingkungan Pesawat/Kapal dan Sanitasi Makanan Kegiatannya Penyehatan Lingkungan Pesawat/Kapal dan Sanitasi Makanan selama operasional haji adalah sebagai berikut : 1) Pemeriksaan fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat
61
2) Pemeriksaan dan pemantauan kehidupan vektor serangga, serta rekomendasi dan kerjasama dalam hapus serangga 3) Kapal laut disamping dilakukan pengamatan dan pemantauan kehidupan vektor serangga yaitu hapus serangga juga harus bebas dari kehidupan tikus dengan menujunkan sertifikat bebas hapus tikus (Deratting Exemption Certificate/DEC) 4) Pengawasan higiene dan sanitasi makanan-minuman di pesawat sebelum keberangkatan pesawat, dan pengambilan sample setiap jenis makanan yang disajikan. Sample makanan dikelola sesuai dengan standar Jasaboga pesawat c. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan Selama Operasional di Saudi Arabia Kegiatannya sendiri dibagi dalam 2 tahap, yaitu Kegiatan Persiapan dan Kegiatan Selama Operasional, antara lain : 1) Kegiatan Persiapan Secara teratur perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut : a) Penetapan standar Pondokan Jemaah Haji dan Petugas, Kantor dan Tempat-tempat Pelayanan Umum serta Standar Jasaboga bersama dengan unit terkait dan sektor. b) Penyesuaian Cara-cara Pemeriksaan dan Pemantauan Pondokan Jemaah Haji dan Petugas, Kantor dan Tempattempat
Pelayanan
Pemantauan Jasaboga
Umum
serta
Pemeriksaan
dan
62
c) Pemeriksaan dan Penilaian Awal Pondokan Jemaah Haji dan Petugas, Kantor PPIH Daerah Kerja dan Sektor serta Tempat-tempat Pelayanan Umum (BPHI dan sebagainya) d) Pemeriksaan dan penilaian Awal Jasaboga di Arab Saudi 2) Kegiatan Selama Operasional Haji. a) Melaksanakan pemeriksan dan pemantauan kesehatan lingkungan Kantor PPIH Daerah Kerja, Sektor, dan Pelayanan Umum, terutama BPHI menjelang dan selama operasional haji b) Melaksanakan pemeriksaan dan pemantauan kesehatan lingkungan pada Pondokan Jemaah Haji menjelang jemaah datang dan selama operasional haji. c) Penyuluhan
kesehatan
lingkungan
dan
kesehatan
perorangan (personal higiene) jemaah haji selama di Pondokan Jemaah Haji. d) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi rumah makan dan restoran maupun jasaboga lainnya yang menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji selama di Arab Saudi sesuai peraturan terkait. e) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji selama berada di asrama embarkasi/debarkasi haji sesuai peraturan terkait
63
f) Pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi jasaboga yang menyediakan makanan dan minuman bagi jemaah haji selama berada dalam penerbangan dari Indonesia menuju Saudi Arabia dan sebaliknya sesuai peraturan terkait g) Pengambilan sampel untuk setiap jenis makanan dan minuman yang disajikan oleh jasaboga kepada jemaah haji baik yang melayani dalam perjalanan dari dan ke daerah asal, selama di embarkasi/debarkasi haji maupun dalam penerbangan menuju Saudi Arabia dan sebaliknya. Sampel disatukan pada bank sampel dan disimpan pada suhu dan waktu yang tepat. h) Pengendalian
vektor
dilakukan
satu
hari
sebelum
operasional haji dan secara teratur selama operasional haji. Pengendalian vektor di embarkasi/debarkasi berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Dinas Kesehatan setempat di embarkasi/ debarkasi haji. d. Higiene sanitasi makanan 1) Hygiene sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Pengendalian dilakukan di Asrama Haji, di Pesawat dan di Saudi Arabia.
64
2) Pemeriksaan dan pemantauan hygiene sanitasi makanan di pesawat ditujukan untuk memeriksa makanan dan minuman yang disajikan di pesawat, bersamaan dengan pemeriksaan hygiene dan sanitasi pesawat. 3) Pemeriksaan dan pemantauan higiene dan sanitasi makanan di Saudi Arabia ditujukan pada jasaboga massal bagi jemaah dan petugas PPIH non kloter serta jemaah sakit di BPHI.6 3. Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjerumus pada terjadinya wabah. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit masih sering terjadi pada saat penyelenggaraan ibadah haji baik di Indonesia maupun di Arab Saudi. Kasus yang sering menimbulkan KLB baik di Indonesia maupun di Arab Saudi antara lain penyakit meningitis dan keracunan makanan. Adapun penatalaksanaan penanggulangan meningitis terbagi menjadi 2 bagian, antara lain :
a. Di Pesawat
6
22-25.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, h.
65
1) Setelah berkoordinasi dengan purser penderita dipindah ke tempat duduk di belakang sekaligus dipasangkan masker, dicatat identitasnya termasuk status vaksinasinya. 2) Infus dengan cairan 2A, RL : 14-20 tpm 3) Diberikan ciprofloxacin kepada suspek dan seluruh jamaah haji b. Di Pondokan 1) Pasien di isolasi, dipasangkan masker dan dilakukan pencatatan
identitas
yang
lengkap
termasuk
status
vaksinasinya. 2) Infus dengan cairan 2A RL : 14-20 tpm. 3) Diberikan ciprofloxacin kepada suspek dan seluruh jamaah haji yang berada satu lantai dengan penderita, satu lantai di atas dan satu lantai di bawahnya. 4) Segara rujuk ke BPHI 5) Segera lapor ke wakadaker bidang kesehatan melalui petugas Sansur di kantor Daker setempat. Keracunan makanan adalah kejadian kesakitan yang dialami seseorang atau lebih setelah memakan makanan. Adapaun penatalaksanaan penanggulangan keracunan makanan, antara lain :
a. Pengobatan
Simptomatik
66
Antibiotik/antimikroba
Rehidrasi Untuk dehidrasi ringan dan sedang berikan oralit dan dapat dirawat di pondokan. Penderita dengan dehidrasi berat diberikan infus Ringer Laktat.
b. Rujukan Penderita dengan dehidrasi berat segera dirujuk ke BPHI.7 4. Penanggulangan Musibah Massal Musibah Massal adalah suatu kondisi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan pada sekelompok populasi yang mengakibatkan masalah kesehatan.8 Adapun penanggulangan musibah massal terdiri dari : a. Kegiatan Persiapan Penanggulangan Musibah Massal di Arab Saudi Persiapan
Penanggulangan
Musibah
Massal
dapat
dilaksanakan jauh hari sebelum terjadinya musibah massal dengan memperhatikan potensi musibah massal setiap daerah kerja,
sehingga
bisa
terdpat
beberapa
jenis
persiapan
penanggulangan massal. 1) Membentuk Tim Penanggulangan Musibah Massal bidang kesehatan, dimana struktur organisasi penanggulangan bencana atau musibah masal mengikuti struktur organisasi 7 8
Kementerian Agama RI, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, h. 88-92. Ibid, h. 102
67
penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia dan PPIH di Saudi Arabia. Koordinator penanggulangan musibah massal adalah Kepala BPHI DAKER ditempat kejadian, dengan anggota dari unsur-unsur yang diperlukan sesuai dengan jenis dan besarnya musibah massal. Tim ini merupakan bagian dari tim penanggulangan musibah massal yang ada di DAKER 2) Meningkatkan intensitas pelayanan dan memberdayakan tenaga yang terampil yang ada di BPHI DAKER dan Sektor serta Tenaga kesehatan yang ada di kelompok terbang, dengan memperhatikan agar pelayanan rutin di masingmasing unit yang tenaganya akan diberdayakan tetap berjalan. Tenaga yang dapat diberdayakan sejauh mungkin memiliki pengetahuan tentang penanggulangan kesehatan pada bencana, memiliki dedikasi untuk bekerja dalam situasi yang serba terbatas, memiliki hubungan kerja yang baik dengan pihak lain dan kerjasama dengan sistem yang telah ada di Indonesia atau di Saudi Arabia. 3) Menetapkan rantai pertolongan korban musibah massal, yaitu unit pelayanan gawat darurat yang efisien, jaringan komunikasi medik, prosedur koordinasi antar instasi dan komponen-komponen
yang
terlibat,
tim
penolong
(manajemen dan teknis medis) dan prosedur kerja tetap.
68
4) Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan musibah masal pada pra, saat kejadian dan paska kejadian. 5) Membagi tiga daerah musibah masal pada saat terjadi bencana yaitu : Daerah Lingkaran Satu (DLS), Daerah Lingkaran Dua (DLD), Daerah Lingkaran Tiga (DLT). Kegiatan Operasional Penanggulangan Musibah Massal, antara lain : 1) Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health Asessment), untuk mengidentifikasi dampak musibah masal pada kesehatan, dan
menyusun
kebutuhan
dan
prioritas
upaya
penanggulangan musibah massal bidang kesehatan 2) Operasional pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan kesamaan persepsi, terkoordinasikannya gerak, tindakan, komando antar unit dan dengan berbagai pihak terkait. 3) Pelaksanaan penanggulangan gawat darurat medis massal. 4) Pelaksanaan penatalaksanaan di lapangan yang teridiri dari proses penyiagaan, identifikasi awal lokasi musibah massal, tindakan
penyelamatan
nyawa,
pengamanan,
dan
mendirikan Pos Komando 5) Pelaksanaan perawatan di lapangan, yaitu melakukan triase (tempat, medik, dan evakuasi), pertolongan pertama (tenaga, tempat, dan tata cara), pos medis lanjutan (tujuan, lokasi, peranan, dan tenaga pelaksana).
69
6) Pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar, termasuk gizi dan kesehatan jemaah. 7) Surveilans, termasuk data dan informasi kesehatan. 8) Penyehatan lingkungan. 9) Pemberantasan penyakit menular. 10) Perekaman kegiatan dan logistik.9 B. Karakteristik Responden Setelah melakukan penyebaran kuesioner kepada Jamaah haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dengan jumlah kuesioner sebanyak 21 pertanyaan, ditemukan beberapa hal untuk menjadi temuan lapangan. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui respon pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi, maka pada penelitian ini yang menjadi sampel populasi sebanyak 45 jamaah haji tahun 2013. Dari 21 kuesioner yang valid, peneliti menemukan data-data untuk data responden dan selanjutnya peneliti klasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu usia, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. 1.
Usia Untuk mengklasifikasikan usia menurut Dra. Ny. Jos Masdani dalam Wahjudi Nugroho mengatakan usia kedewasaan dibagi menjadi 4 bagian, antara lain :
9
31-32
a.
Fase Iuventus (25 – 40 tahun)
b.
Fase Verilitas (40 – 50 tahun)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009, H.
70
c.
Fase Prasenium (55 – 69 tahun)
d.
Fase Senium (65 tahun hingga tutup usia) Sedangkan menurut WHO klasifikasi lansia, sebagai berikut :
a.
Usia Pertengahan (Middle Age) yaitu berusia 45 tahun sampai dengan 59 tahun.
b.
Usia Lansia (elderly) yaitu berusia 60 tahun sampai dengan 74 tahun.
c.
Usia Lansia Tua (Old) yaitu berusia 75 tahun sampai dengan 90 tahun.10 Sesuai dengan data yang diperoleh karakteristik responden
berdasarkan usia dikelompokkan dalam beberapa tingkatan usia yaitu 25 – 40 tahun, 41 – 59 tahun dan 60 – 74 tahun. Adapun uraiannya sebagai berikut : Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No
Usia
Frekuensi
Persentase
1
25 – 40 Tahun
15
33.33 %
2
41 – 59 Tahun
23
51.11 %
3
60 – 74 Tahun
7
15.56 %
Jumlah
45
100 %
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pada usia 41 – 59 tahun mendominasi sebagian besar responden dengan frekuensi 23 responden atau persentase 51.11 %. Sedangkan pada usia 25 – 40 tahun dengan 10
Wahjudi Nugroho, Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2009), cet. Ke-1, h. 5.
71
frekuensi 15 responden atau persentase 33.33 % dan usia 60 – 74 tahun dengan frekuensi 7 responden atau persentase 15.56 %. Sehingga total pada frekuensi 45 responden dengan persentase 100 %. 2.
Tingkat Pendidikan Klasifikasi tingkat pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 11 berbunyi pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.11 Adapun pendidikan dasar yaitu SD dan SMP12, sedangkan menurut Rianto Adi pengelompokan tingkat pendidikan disusun berdasarkan urutan dari yang rendah ke tinggi atau dari yang tinggi ke yang rendah. Dalam pengelompokan ini tidak ada ketentuan khusus dalam menentukan banyaknya kelompok maupun batas antara kelompok.13 Sehingga karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sesuai dengan data yang diperoleh dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pendidikan rendah (tidak sekolah, SD dan SMP), pendidikan sedang (SMA), dan pendidikan tinggi (S1 dan S2). Adapun uraiannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
11
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 11. 12 Sri hayati, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP dan MTs Kelas VIII, (T.tp.: Erlangga, 2007), h.87. 13 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, (Jakarta : Granit, 2004), h. 143.
72
Tabel 13 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1
Pendidikan Rendah
20
44.44 %
2
Pendidikan Sedang
7
15.56 %
3
Pendidikan Tinggi
18
40 %
45
100
Jumlah
Dari data yang telah diuaraikan pada tabel 13 dapat diartikan bahwa pendidikan rendah mendominasi sebagian besar responden dengan frekuensi 20 atau persentase 44.44 % setelah itu disusul oleh pendidikan tinggi dengan frekuensi 18 atau persentase 40 % dan pendidikan sedang dengan frekuensi 7 atau persentase 15.56 %. 3. Jenis Kelamin Perbedaan laki-laki dengan perempuan dalam hal cara mereka bertindak, bereaksi, dan bekerja dalam situasi yang mempengaruhi setiap segi kehidupan. Beberapa studi baru yang provokatif mengungkapkan bahwa perempuan melibatkan lebih banyak otak mereka ketika memikirkan hal-hal menyedihkan, dan boleh jadi, kurang
menggunakan
otak
mereka
ketika
memecahkan
soal
matematika.14 Adapun uraian jenis kelamin pada penelitian ini, sebagai berikut :
14
Susan B. Bastable, Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran & Pembelajaran, (Jakarta: EGC, 2002), cet. Ke-1 ,H.192.
73
Tabel 14 Karakteristik Jenis kelamin Responden No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
1
Laki-laki
20
44.44%
2
Perempuan
25
55.56
45
100 %
Jumlah
Dari tabel 14 menyatakan bahwa jumlah jamaah haji berjenis kelamin Laki-laki 20 orang dengan persentase 44.44% dan jamaah haji berjenis kelamin Perempuan berjumlah 25 orang dengan persentase 55.56%. C. Respon Jamaah Haji Terhadap Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Setelah melakukan penelitian di Kabupaten Bekasi, peneliti menemukan beberapa hal sebagai temuan lapangan. Responden dalam penelitian ini adalah jamaah haji yang berangkat pada tahun 2013 di Kabupaten Bekasi dan yang menjadi sampelnya 45 orang dari jumlah populasi jamaah haji yang berangkat pada tahun 2013 sebanyak 2122 orang. Pada tahap selanjutnya, peneliti menyebarkan angket yang sudah valid datanya dengan menggunakan SPSS 22.0 for windows sebanyak 21 pertanyaan. Dari hasil angket yang telah disebarkan, penulis akan menguraikan analisa hasil dengan menggunakan tabel yang dikelompok menjadi dua bagian yaitu bagian pertama menguraikan respon jamaah haji tentang butir pertanyaan mengenai materi, metode, media dan sikap berdasarkan usia dan tingkat pendidikan sedangkan bagian kedua
74
menguraikan aspek kognitif, afektif dan konatif berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Peneliti akan menguraikan setiap bagian dari tabel tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini, sebagai berikut : a.
Pertanyaan Mengenai Materi
Tabel 15 Respon Jamaah Haji Terhadap Materi Pelayanan Kesehatan Respon No
1
2
3
Pertanyaan Karena materi pelayanan kesehatan yang diberikan, saya lebih sigap dalam menjaga hidup sehat. Materi yang disampaikan oleh petugas seputar olahraga untuk menyegarkan tubuh. Petugas kesehatan memberikan wawasan yang lebih banyak tentang kesehatan.
SS
S
N
TS
STS
Skor
Rangking
33
12
-
-
-
213
1
8
30
4
3
-
178
3
8
33
4
-
-
184
2
JUMLAH
575
MEAN
191.67
Berdasarkan pada rangking penilaian pada tabel 15 respon jamaah haji terhadap materi pelayanan kesehatan. Maka jamaah haji menyetujui bahwa setelah mengikuti pelayanan kesehatan, jamaah haji lebih sigap dalam menjaga hidup sehat dengan skor 213. Jamaah haji setuju bahwa Petugas kesehatan memberikan wawasan yang lebih banyak tentang
75
kesehatan dengan skor 184. Setelah itu, jamaah haji juga menyetujui bahwa materi yang disampaikan seputar olahraga untuk menyegarkan tubuh dengan skor 178. b. Pertanyaan Mengenai Metode Tabel 16 Respon Jamaah Haji Terhadap Metode Pelayanan Kesehatan Respon No
1
2
3
4
Pertanyaan Penyuluhan langsung kesehatan perorangan dilaksanakan dengan baik. Penyuluhan kesehatan kurang baik.
kelompok dilaksanakan
Diskusi yang diberikan oleh petugas kesehatan bersifat interaktif/saling tukar pendapat.
Skor
Rangking
-
182
1
36
2
171
4
5
-
2
174
3
8
30
7
179
2
SS
S
N
9
30
5
1
-
4
3
5
33
-
Umumnya penyampaian ceramah oleh petugas kesehatan dalam menjabarkan materi sangat membosankan. JUMLAH MEAN
TS STS
706 176.5
Dari hasil data yang diperoleh tentang respon pelayanan kesehatan terhadap metode pelayanan kesehatan, yaitu jamaah menyetujui bahwa penyuluhan langsung kesehatan perorangan dilaksanakan dengan baik dengan skor 182. Oleh karena itu, jamaah haji tidak menyetujui metode yang disampaikan oleh petugas kesehatan dalam menjabarkan materi sangat membosankan dengan skor 179.
76
Respon menyetujui bahwa diskusi yang diberikan oleh petugas kesehatan bersifat interaktif/saling bertukar pendapat dengan skor 174. Sehingga jamaah haji menolak penyuluhan kelompok kesehatan dilaksanakan kurang baik dengan skor 171.
c.
Pertanyaan Mengenai Media
Tabel 17 Respon Jamaah Haji Terhadap Media Pelayanan Kesehatan Respon No
Pertanyaan
SS
S
N
TS
STS
Skor
Rangking
1
Petugas kesehatan menggunakan microfon dalam menyampaikan materi dengan baik.
7
33
5
-
-
182
1
2
Alat bantu seperti kaset/tape recorder tidak mudah dimengerti dalam menyampaikan isi materi.
-
12
9
22
2
149
3
Dalam rangkaian pelayanan kesehatan, petugas kesehatan 3
menggunakan
VCD/DVD
2 4
30
8
3
-
170
untuk membantu pelayanan yang akan diberikan. Jumlah
501
Mean
167
Sesuai dengan tabel 17, rangking penilaian jamaah haji terhadap media pelayanan kesehatan. Responden menyetujui petugas kesehatan menggunakan microfon dalam menyampaikan materi dengan baik dengan rangking ke 1 skor 182. Respon menyetujui dalam rangkaian pelayanan
77
kesehatan, petugas kesehatan menggunakan VCD/DVD untuk membantu pelayanan yang diberikan dengan skor 170. Sehinggga jamaah haji tidak menyetujui alat bantu seperti kaset/tape recorder tidak mudah dimengerti dalam menyampaikan isi materi dengan skor 149. d. Pertanyaan Mengenai Sikap Tabel 18 Respon Jamaah Haji Terhadap Sikap Pelayanan Kesehatan Respon
Skor
Rangking
No
Pertanyaan
SS
S
N
TS
STS
1
Tidak semua Petugas kesehatan bersikap ramah tamah.
-
5
10
27
3
163
1
2
Tidak semua Petugas kesehatan bersikap sopan santun.
-
6
11
25
3
160
2
3
Didalam pelayanan kesehatan, tidak semua petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dengan sopan. Jumlah
6
10
24
5
163
1
Mean
486 162
Berdasarkan pada rangking respon jamaah haji terhadap sikap pelayanan kesehatan diatas. Jamaah haji tidak menyetujui bahwa tidak semua Petugas kesehatan bersikap ramah tamah. Jamaah haji juga tidak setuju apabila didalam pelayanan kesehatan, tidak semua petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dengan sopan. Dan tidak menyetujui bahwa tidak semua Petugas kesehatan bersikap sopan santun.
78
Hasil dari keempat data diatas, yaitu data materi, metode, media dan sikap. Maka penulis membandingkan hasil data tersebut : Tabel 19 Perbandingan Unsur-Unsur Pelayanan Kesehatan No
Unsur-Unsur Pelayanan Kesehatan
Skor
Mean
Rangking
1
Materi
575
191.67
1
2
Metode
706
176.5
2
3
Media
501
167
3
4
Sikap
486
162
4
Jumlah
2268
Dari tabel diatas dapat simpulkan bahwa materi diurutan pertama diikuti sikap, selanjutnya metode dan media dengan urutan yang paling terakhir. Seseorang mempunyai kebutuhan akan motivasi ekstrinsik dan objektif yang didefinisikan dari luar. Seorang dapat belajar lebih baik jika materi yang harus dipelajari memiliki konteks social.15 e.
Dampak Kognitif
Tabel 20 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Kognitif Pertanyaan
No
1
2
Petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan. Petugas kesehatan kurang memberikan pelayanan kesehatan saat dibutuhkan. 15
Respon
Skor
Rangking
SS
S
N
TS
STS
4
31
10
-
-
174
3
-
7
5
18
15
176
2
Susan B. Bastable, Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran & Pembelajaran, h. 77.
79
3
Petugas kesehatan 13 memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar kesehatan. Jumlah
29
2
1
-
189
1
539
Mean
179.67
Jamaah haji setuju bahwa petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar kesehatan. Para jamaah haji tidak setuju kalau Petugas kesehatan kurang memberikan pelayanan kesehatan saat dibutuhkan. Tetapi jamaah haji setuju terhadap Petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan. f.
Dampak Afektif
Tabel 21 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Afektif No
Pertanyaan
Respon SS
S
N
TS
STS
Skor
Rangking
1
Petugas kesehatan melayani kebutuhan kesehatan jamaah haji dengan baik dan cepat.
4
38
3
-
-
181
2
2
Petugas kesehatan melakukan rangkaian pelayanan kesehatan dengan sikap yang baik.
4
39
2
-
-
182
1
Jumlah
363
Mean
181.5
80
Jamaah haji menyetujui bahwa Petugas kesehatan melakukan rangkaian pelayanan kesehatan dengan sikap yang baik. Sehingga jamaah haji setuju Petugas kesehatan melayani kebutuhan kesehatan jamaah haji dengan baik dan cepat. g.
Dampak Konatif
Tabel 22 Respon Jamaah Haji Terhadap Dampak Konatif No
1
2
3
Pertanyaan
Respon
Skor
Rangking
SS
S
N
TS
STS
4
37
3
1
-
179
3
22
20
3
-
-
199
1
Jamaah haji juga lebih 8 peka terhadap kesehatan jamaah haji yang lain. Jumlah
35
2
-
-
186
2
Jamaah haji lebih rajin untuk konsultasi tentang kesehatan kepada petugas kesehatan. Jamaah haji lebih peka terhadap kesehatan diri sendiri.
Mean
564 188
Berdasarkan pada tabel 22 rangking dampak konatif terhadap pelayanan kesehatan diatas. Dapat disimpulkan, Jamaah haji lebih peka terhadap kesehatan diri sendiri. Dan Jamaah haji juga lebih peka terhadap kesehatan jamaah haji yang lain. Sehingga Jamaah haji lebih rajin untuk konsultasi tentang kesehatan kepada petugas kesehatan.
81
Hasil dari ketiga data diatas, yaitu dampak kognitif, dampak afektif dan dampak konatif. Maka penulis membandingkan hasil data tersebut : Tabel 23 Perbandingan Dampak Aspek Pelayanan Kesehatan No
Dampak Aspek Pelayanan Kesehatan
Skor
Mean
Rangking
1
Dampak Kognitif
539
179.67
3
2
Dampak Afektif
363
181.5
2
3
Dampak Konatif
564
188
1
Jumlah
1466
D. Respon Jamaah Haji Secara Keseluruhan Setelah diketahui jawaban responden di atas pada setiap item pernyataan mengenai pelayanan kesehatan jamaah haji yang terdiri dari 21 item pernyataan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya membuat persentase kategori untuk memudahkan penulis dalam mengambil kesimpulan mengenai respon jamaah haji terhadap aspek kognitif, afektif dan konatif pelayanan kesehatan daerah Kabupaten Bekasi tahun 2013. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skor aktual dan ideal yang terlampir pada lampiran data penelitian sehingga didapat hasil sebagai berikut. Sebagai berikut :
82
a. Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Kognitif Tabel 24 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Kognitif Pada Kualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013 No Kategori Frekuensi Persentase 1 Tinggi 38 84,4% 2 Sedang 7 15,6% 3 Rendah 0 0% Jumlah 45 100% Berdasarkan tabel 24 di atas, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagai sampel secara keseluruhan mayoritas memiliki respon yang tinggi sebanyak 38 orang (84,4%) terhadap aspek kognitif pada kualitas pelayanan kesehatan di kabupaten Bekasi tahun 2013, sedangkan sisanya memiliki respon yang sedang atau cukup sebanyak 7 orang (15,6%). Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek kognitif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak 537 dengan dengan nilai skor ideal 675 sehingga didapat persentase sebesar 79,56% yang termasuk kategori tinggi. Jika digambarkan dalam garis kontinum sesuai hasil perhitungan interval di atas, maka akan tampak sebagai berikut : Gambar 4 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Kognitif
79,56%
Rendah 20%
Sedang 46,7%
Tinggi 73,3%
100%
83
b. Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Afektif Tabel 25 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Afektif Pada Kualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013 No Kategori Frekuensi Persentase 1 Tinggi 40 88,9% 2 Sedang 5 11,1% 3 Rendah 0 0% Jumlah 45 100% Berdasarkan tabel 25 di atas, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagai sampel secara keseluruhan mayoritas memiliki respon yang tinggi sebanyak 40 orang (88,9%) terhadap aspek afektif pada kualitas pelayanan kesehatan di kabupaten Bekasi tahun 2013, sedangkan sisanya memiliki respon yang sedang atau cukup sebanyak 5 orang (11,1%). Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek afektif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak 365 dengan dengan nilai skor ideal 450 sehingga didapat persentase sebesar 81,11% yang termasuk kategori tinggi. Jika digambarkan dalam garis kontinum sesuai hasil perhitungan interval di atas, maka akan tampak sebagai berikut : Gambar 5 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Afektif 81,11%
Rendah 20%
Sedang 46,7%
Tinggi 73,3%
100%
84
c. Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Konatif Tabel 26 Respon Jamaah Haji Terhadap Aspek Konatif Pada Kualitas Pelayanan Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013 No Kategori Frekuensi Persentase 1 Tinggi 42 93,3% 2 Sedang 3 6,7% 3 Rendah 0 0% Jumlah 45 100% Berdasarkan tabel 26 di atas, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagai sampel secara keseluruhan mayoritas memiliki respon yang tinggi sebanyak 42 orang (93,3%) terhadap aspek konatif pada kualitas pelayanan kesehatan di kabupaten Bekasi tahun 2013, sedangkan sisanya memiliki respon yang sedang atau cukup sebanyak 3 orang (6,7%). Secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek konatif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak 564 dengan dengan nilai skor ideal 675 sehingga didapat persentase sebesar 83,56% yang termasuk kategori tinggi. Jika digambarkan dalam garis kontinum sesuai hasil perhitungan interval di atas, maka akan tampak sebagai berikut : Gambar 6 Respon Jamaah Haji Pada Aspek Konatif 83,56%
Rendah 20%
Sedang 46,7%
Tinggi 73,3%
100%
85
E. Perbedaan Usia Jamaah Haji terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara usia jamaah haji dengan kualitas pelayanan kesehatan haji, maka menggunakan analisis chi Square dengan bantuan software SPSS 21 for Statistic. Dengan hasil sebagai berikut: Tabel 27 Respon Jamaah Haji Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 27 di atas, dapat diketahui bahwa dari 15 orang yang berusia antara 25-40 tahun mayoritas memiliki respon terhadap kualitas pelayanan yang tinggi (93,33%). Sedangkan dari 23 orang yang berusia antara 41-59 tahun mayoritas memiliki respon yang tinggi terhadap kualitas pelayanan (91,30%). Dan dari 7 orang yang berusia antara 60-74 tahun secara keseluruhan memiliki respon yang tinggi juga (100%). Nilai chi-square hitung sebesar 0,652 sedangkan nilai chi-square tabel bisa dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 2, didapat nilai chisquare tabel 5,991 maka 0,652 < 5,991 serta menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,722) > α (0,05) maka Ho diterima dapat disimpulkan bahwa perbedaan usia jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas
86
pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dalam artian lain baik usia muda maupun tua memiliki respon yang sama terhadap kualitas pelayanan kesehatan. F. Perbedaan Tingkat Pendidikan Jamaah Haji Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan jamaah haji dengan kualitas pelayanan kesehatan haji, maka menggunakan analisis chi Square dengan bantuan software SPSS 21 for Statistic. Dengan hasil sebagai berikut: Tabel 28 Respon Jamaah Haji Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel 28 di atas, dapat diketahui bahwa dari 18 orang yang berpendidikan rendah mayoritas memiliki respon terhadap kualitas pelayanan yang tinggi (88,9%). Sedangkan dari 7 orang yang berpendidikan sedang secara keseluruhan memiliki respon yang tinggi terhadap kualitas pelayanan (100%). Dan dari 20 orang yang berpendidikan tinggi mayoritas memiliki respon yang tinggi juga (95,0%).
87
Sedangkan nilai chi-square hitung sebesar 1,161 sedangkan nilai chisquare tabel bisa dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 2, didapat
nilai chi-square tabel 5,991 maka 1,161 < 5,991 serta
menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,56) > α (0,05) maka Ho diterima dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dalam artian lain baik pendidikan rendah maupun tinggi, memiliki respon yang sama terhadap kualitas pelayanan kesehatan. G. Perbedaan Jenis Kelamin Jamaah Haji dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan Haji Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin jamaah haji dengan kualitas pelayanan kesehatan haji, maka menggunakan analisis chi Square dengan bantuan software SPSS 21 for Statistic. Dengan hasil sebagai berikut: Tabel 29 Respon Jamaah Haji Berdasarkan Jenis Kelamin
88
Berdasarkan tabel 29 di atas, dapat diketahui bahwa dari 20 orang laki-laki mayoritas memiliki respon terhadap kualitas pelayanan yang tinggi (95,00%) dan dari 25 orang perempuan mayoritas memiliki respon yang tinggi terhadap kualitas pelayanan (92,00%). Sedangkan nilai chi-square hitung sebesar 1,161 sedangkan nilai chi-square tabel bisa dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 1, didapat
nilai chi-square tabel dengan nilai 3.841 maka 1,161 < 3.841 serta
menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,688) > α (0,05) maka Ho diterima maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi tahun 2013 dalam artian baik laki-laki maupun perempuan, memiliki respon yang sama terhadap kualitas pelayanan kesehatan.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sesuai rumusan masalah, dengan hasil sebagai berikut: 1. Respon jamaah haji terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi terbagi menjadi tiga aspek yaitu dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak konatif. Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Dampak Kognitif Berdasarkan gambar 4, secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek kognitif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak 537 dengan dengan nilai skor ideal 675 sehingga didapat persentase sebesar 79,56% yang termasuk kategori tinggi. b. Dampak Afektif Berdasarkan gambar 5, secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek afektif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak 365 dengan dengan nilai skor ideal 450 sehingga didapat persentase sebesar 81,11% yang termasuk kategori tinggi. c. Dampak Konatif Berdasarkan gambar 6, secara keseluruhan respon jamaah haji pada aspek konatif didapat dengan nilai skor aktual sebanyak 564 dengan dengan nilai skor ideal 675 sehingga didapat persentase sebesar 83,56% yang termasuk kategori tinggi. 2. Sesuai dengan tabel 27, perbedaan usia jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun
89
90
2013. Hal ini dibuktikan dengan nilai chi square hitung sebesar 0,652 sedangkan nilai chi square tabel bisa dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 2, didapat nilai chi-square 5,991 maka 0,652 < 5,991 serta menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,722) > α (0,05). 3. Sesuai dengan tabel 28, perbedaan tingkat pendidikan jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan nilai chisquare hitung sebesar 1,161 sedangkan nilai chi-square tabel dihitung pada chi-square tabel dengan α (0,05) dan df 2, didapat nilai chisquare 5,991 maka 1,161 < 5,991 serta menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,56) > α (0,05). 4. Sesuai dengan tabel 29, perbedaan jenis kelamin jamaah haji tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan haji di Kabupaten Bekasi tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan nilai chi-square hitung sebesar 0,161 sedangkan nilai chi-square tabel bisa dihitung pada chisquare tabel dengan α (0,05) dan df 1, didapat nilai chi-square tabel dengan nilai 3,841 maka 0,161 < 3.841 serta menggunakan uji probabilitas nilai signifikansi (0,688) > α (0,05).
B. Saran Adapun saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi lebih meningkatkan lagi pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan jamaah haji baik di Indonesia, sedang berhaji maupun setelah kepulangan jamaah haji dari Tanah Suci. 2. Dinas kesehatan agar terus melakukan kordinasi kepada lembaga atau institusi terkait seperti Kementerian Agama dalam hal meningkatkan pelayanan kesehatan jamaah haji. 3. Bagi semua jamaah haji agar mengikuti proses dan rangkain pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh dinas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, 2004. Al-Aqil, Thalal Bin Ahmad. Petunjuk Bagi Jamaah Haji dan Umrah. Jeddah. Anasrul. Sehat&Mandiri Hakim,2012.
dalam
Berhaji&Umrah.
Jakarta:
Zikrul
Arifin, Gus. Peta Perjalanan Haji dan Umrah; Panduan Lengkap dan Praktik Menjalankan Ibadah Haji dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga Kembali Lagi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013. Asnawi, Sahlan. Cara Meraih Kesempurnaan Haji Mabrur. Jakarta: Studia Press, 2001. Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran & Pembelajaran. Jakarta: EGC, 2002. Chabiburrachim. Agenda Perjalanan Haji dan Umroh. Jakarta: Kuwais. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada, 2011. Departemen Agama RI, Modul IV Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1428 H/2007 M. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi. Effendi, Onong Uchajana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Hayati, Sri. Dkk. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP dan MTs Kelas VIII. Erlangga, 2007. Kementerian Agama RI, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1432 H/2011 M.
91
92
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu&Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011. ___________. Promosi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010. Nugroho, Wahjudi. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2009. Praktiknya. Dkk. Etika, Islam, dan Kesehatan: Sumbangan Islam dalam Mengahadapi Problema Kesehatan Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali, 1986. Pratisto, Arif. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004 Rahajoekoesoema, Datje. Kamus Belanda-Indonesia, Edisi kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991. Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: CV. Mandar Maju, 2011. Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994. Suharyadi dan Purwanto. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat, 2008. Sujana. Metode Statistika, edisi 6. Bandung: Tarsito, 1995. Supranto, J. Statistik: Teori dan Aplikasi, Edisi 7. Erlangga, 2008. Tjiptoherijanto, Prijono dan Budi Soesetyo. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994. Umar, Husein. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
93
_______________________. No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Wulandari, Diah. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Press, 2009. Yayasan Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo. Buku Acuan National; Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKRPOGI,2002.
Internet Artikel
diakses pada hari sene tanggal 7 juli 2014 dari http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=a rticle&id=7414:polri-dan-kpk-join-jeratanggodo&catid=38:nasional
Artikel
diakses pada hari Minggu tanggal 23-Maret-14 dari bapelkescikarang.or.id/.../drfatmodul2-yankesbinluh-progkesji.pdf
Artikel
diakses pada hari Jumat tanggal 28-Maret-14 dewapurnama.files.wordpress.com/.../modul-dewa89s-bahanbacaan-pes....
dari
Artikel diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 dari http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=c om_jevents&task=icalrepeat.detail&evid=83&Itemid=298&year=2 012&month=05&day=27&uid=c7d25a36b9ff76e308c9d87f5c1526 4b Berita
diakses pada hari Selasa tanggal 1 April 2014 dari http://ipaninfo.wordpress.com/2011/11/17/undang-undang-ri-no-13tahun-2008-tentang-penyelenggaraan-ibadah-haji/
Berita diakses pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014 dari http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81263 Berita
diakses pada hari Minggu tanggal 30-Maret-14 dari http://www.iphi.web.id/2013/03/14/kemenag-rohul-usul-penetapanrasio-kuota-haji-perdaerah/
94
Skripsi Dzul Kifli. “Manajemen Pelayanan Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010