PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
RESIKO KERENTANAN JATUHAN BATUAN DI PANTAI SELATAN KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Adityo Jatmikotomo*, Wahyu Wilopo, Rafael Kartika J D, Leonardus Wisnumurti Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding author :
[email protected]
ABSTRAK Pantai pada bentang alam kars merupakan obyek wisata yang menyimpan potensi jatuhan batuan yang membahayakan wisatawan. Salah satu contohnya adalah peristiwa jatuhan batuan yang terjadi pada Pantai Sadranan (17 Juni 2015) hingga memakan korban jiwa. Resiko ini terjadi karena belum adanya kajian mengenai zona rawan jatuhan batuan pada sekitar pantai. Penelitian berfokus pada kondisi geologi yang mempengaruhi adanya jatuhan batuan. Selain itu dilakukan pula analisis resiko kerentanan jatuhan batuan beserta zona rawan jatuhan batuan pada Pantai Selatan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi Penelitian dilakukan pada Pantai Siung, Pantai Nglambor, Pantai Jogan, Pantai Indrayanti, Pantai Slili, Pantai Krakal, dan Pantai Sadranan. Pengamatan dilakukan secara khusus pada morfologi notch yang terbentuk karena pengaruh aktivitas abrasi oleh air laut sehingga menghasilkan bongkah menggantung pada tebing pantai dengan volume besar. Keberadaan bongkah dapat menjadi ancaman bagi wisatawan yang berada di bawah tebing. Penelitian dilakukan dengan metode Modified Rockfall Hazard Rating System (Budetta, 2004). Metode ini bersifat semi kuantitatif dengan beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain tinggi lereng, slope mass rating (SMR), ukuran blok, volume bongkah, jumlah jiwa terpapar, dan curah hujan. Setiap parameter ditunjang dengan data kelurusan dari DEM dan citra satelit, serta data lapangan (litologi, morfologi, struktur geologi). Orientasi kekar yang diukur memiliki arah TenggaraBarat Laut dan Barat Daya-Timur Laut dengan arah perlapisan batuan relatif ke arah Selatan. Pada setiap parameter dilakukan perhitungan matematis dan ditentukan nilai resiko jatuhan batuan. Tingkat resiko yang tertinggi berada pada Pantai Indrayanti. Oleh karena itu diperlukan langkah mitigasi dari pihak terkait sebagai pengurangan resiko dari jatuhan batuan. Bentuk mitigasi seperti pemasangan peringatan, pembatasan zona rawan jatuhan batuan, dan sosialisasi bagi warga setempat. mengetahui zona bahaya karena tidak adanya tanda peringatan risiko jatuhan batuan.
I. PENDAHULUAN Daerah Pantai Selatan memiliki potensi sebagai daerah wisata alam. Intensitas gelombang laut di sekitar pantai tergolong besar karena posisi pantai berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kondisi tersebut ditambah dengan erosi pada batuan di sekitar pantai. Batuan yang tidak stabil dapat jatuh dan menjadi ancaman bagi wisatawan. Jatuhan batuan merupakan pelepasan satu atau beberapa bongkah tubuh batuan dari batuan induk secara bebas dan terakumulasi di bawah kaki tubuh batuan tersebut. Penelitian dilatarbelakangi oleh kasus bencana jatuhan batuan di Pantai Sadranan (Gambar 1) yang memakan korban jiwa beberapa waktu lalu. Wisatawan tidak
Jenis jatuhan batuan dapat dibagi menjadi dua yakni jatuhan bebas dan topple (Hunt, 2007). Runtuhnya batuan dapat terjadi bila dimensi batuan besar dan kecuraman lereng terjal (ciri khas daerah pantai). Kerentanan batuan di daerah pantai dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: struktur batuan, dimensi batuan, kemiringan lereng, tingkat pelapukan, dan abrasi. Pengamatan dan pengukuran dilakukan di beberapa pantai yaitu Pantai Siung, Pantai Nglambor, Pantai Jogan, Pantai Slili, Pantai Krakal, Pantai Indrayanti, dan Pantai Sadranan. Penelitian dilakukan agar diketahui persebaran kerentanan jatuhan batuan pada Pantai Selatan beserta zona jatuhan, sehingga 693
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA diketahui lokasi yang memiliki risiko terkecil dari ancaman bencana ini. Pengambilan data dilakukan di sekitar lokasi yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan terutama zona di dekat pesisir.
Litologinya adalah batugamping berlapis dan batugamping terumbu dengan sisipan batunapal (Surono, 2009).
III. METODE PENELITIAN Penilaian risiko kerentanan jatuhan batuan di Pantai Selatan, Kabupaten Gunung Kidul dimulai dengan studi referensi dan pengumpulan data-data yang terdiri dari data lapangan dan data pendukung. Data lapangan meliputi litologi batuan, dimensi batuan, jurus dan kemiringan batuan, kekar (arah dan kemiringan, penunjaman, spasi, rekahan, dan kondisi), kelerengan, dan pengamatan aliran air bawah permukaan. Data pendukung meliputi data jumlah pengunjung tempat wisata, data curah hujan, dan data UCS.
Prediksi dapat dihasilkan dari pengamatan dan penelitian yang tepat, sehingga korban jiwa dapat diminimalisir dan dibuat zonasi daerah aman bagi wisatawan. Metode digunakan adalah metode menurut Budetta (2004); yang dimodifikasi dari Pierson, dkk. (1990) yaitu Rockfall Hazard Rating System yang didasari pada penilaian lereng serta pertimbangan faktor-faktor rasional bersifat subyektif, dan dimodifikasi menjadi bersifat kualitatif. Aspek โ aspek penilaian kerentanan jatuhan batuan di daerah pantai dapat dilihat dari: tinggi lereng, kondisi struktur, friksi, ukuran blok batuan, volum jatuhan batuan, iklim dan kehadiran air pada lereng, maupun sejarah jatuhan batuan. Akurasi dan fokus pengamatan akan mempengaruhi hasil pemetaan dan interpretasi daerah bahaya jatuhan batuan (Pierson dkk., 1990). Pendekatan statis dan data yang banyak digunakan untuk prediksi kemungkinan terjadi bencana sebagai tujuan dari penelitian ini.
Data lapangan yang telah diambil kemudian dihitung pada setiap parameter. Parameter yang digunakan berupa: tinggi lereng, ukuran blok, volum bongkah, slope mass rating (SMR), jumlah jiwa terpapar, dan curah hujan tahunan. Parameter tersebut mengacu pada metode modified Rockfall Hazard Rating System (mRHRS) menurut Budetta (2004). Beberapa parameter tersebut akan dimasukkan ke dalam persamaan eksponensial (x) yang nantinya diplot pada grafik (Gambar 2) untuk mengetahui ratingnya. Sementara itu beberapa parameter dilakukan pula normalisasi data untuk membatasi ruang lingkup berdasarkan data yang ada. Setiap parameter akan saling melengkapi dan memberi prioritas potensi jatuhan batuan dari setiap pantai.
II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL Daerah Pantai Selatan termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan yang terdiri dari tiga buah periode waktu pengendapan yaitu periode pra-volkanisme, periode volkanisme, dan periode pasca volkanisme (Surono, 2009). Bentang alam pesisir di Pantai Selatan termasuk bagian dari Formasi Wonosari. Formasi Wonosari termasuk dalam periode pasca volkanisme atau periode karbonat dengan posisinya terendapkan secara selaras di atas Formasi Sambipitu. Formasi ini terletak di bagian timur Pegunungan Selatan dan tersingkap di daerah Wonosari dan sekitarnya. Ada bentang alam Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu dengan topografi karst. Ketebalan Formasi tersebut adalah 800 meter dan menjemari dengan Formasi Oyo.
Tinggi Lereng Tinggi lereng merupakan jarak vertikal bidang permukaan paling atas lereng terhadap permukaan paling bawah lereng. Pengukuran tinggi lereng tersebut dilakukan dengan menggunakan pita ukur. Nilai tinggi lereng (H) kemudian dihitung dalam persamaan eksponensial (x) dengan rumus : x = 3(H/7,5).......(1) 694
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Persamaan tersebut kemudian dimasukkan pada grafik penilaian eksponensial untuk mendapat nilai parameter.
SMR = RMR + (F1 x F2 x F3) + F4 .....(6) RMR terdiri dari kekuatan batuan utuh (unconfined compressive strength of intact rock material), Rock Quality Design (RQD), spasi bidang diskontinu, kondisi bidang diskontinu, dan kondisi air bidang diskontinu. F1, F2, F3 dan F4 secara berturut-turut adalah hubungan paralel antara jurus kekar dan muka lereng, sudut antara kemiringan kekar pada bidang planar, hubungan antara kemiringan lereng dan kekar, dan kondisi air tanah.
Volume Bongkah Bongkah dalam penelitian merupakan massa batuan pada morfologi notch. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur meliputi: panjang, lebar, dan tinggi. Secara umum penghitungan volum bongkah dilakukan dengan rumus (Budetta, 2004) : Volume = Luas alas x tinggi.....(2)
Jumlah Jiwa Terpapar (JJT)
Nilai parameter ditentukan dengan pembuatan kelas dari data yang ada menggunakan metode statistik.
Parameter ini sedikit dimodifikasi dari average vehicle risk (AVR) pada mRHRS karena risiko bencana terhadap manusia. Data jumlah pengunjung tahunan di lokasi penelitian dimasukkan rumus (dimodifikasi dari Budetta, 2004):
Ukuran Blok Ukuran blok didapat dengan menggunakan rumus. Pengukuran dilakukan pada kekar (spasi antar kumpulan kekar / joint sets dan sudut antar joint sets) untuk mengetahui ukuran blok batuan. Rumus yang digunakan adalah (Budetta, 2004): ๐๐ =
JJT = (ADT x SL x 100%)/PSP .......(7) ADT merupakan jumlah pengunjung/hari, SL merupakan panjang lereng yang berbahaya, dan PSP adalah kecepatan lari manusia di pantai dengan asumsi kecepatan 2 m/s.
S1 x S2 x S3 โฆ . . (๐) sin ๐ผ ๐ฅ sin ๐ฝ ๐ฅ sin ๐พ
Curah Hujan Tahunan
3
๐ท๐ = โ๐๐ โฆ . (๐)
Curah hujan tahunan dihitung berdasarkan data curah hujan (h) yang berada di sekitar daerah penelitian. Data dimasukkan ke dalam grafik penilalian eksponensial dengan persamaan (Budetta, 2004):
Spasi antar kumpulan kekar ditunjukkan oleh nilai S1, S2, ... , Sn. Besar sudut antara kumpulan kekar adalah ฮฑ, ฮฒ, dan ฮณ. Ukuran blok (Db) dari akar pangkat tiga Vb (volume blok sebelum jatuhan batuan). Nilai parameter dari grafik penilaian eksponensial melalui rumus (Budetta, 2004):
x = 3h/300..... (8)
IV. DATA DAN ANALISIS
x = 3(Db/0,3).....(5)
Tinggi Lereng
Slope Mass Rating (SMR)
Data lapangan dari dimasukkan ke dalam rumus perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. Data menunjukkan bahwa Pantai Nglambor memiliki nilai poin 8,2 dengan risiko kerentanan jatuhan batuan terbesar. Hal ini didukung dengan kenampakan notch di lapangan yang tinggi dibandingkan dengan pantai lain. Pantai dengan risiko yang tinggi selanjutnya yaitu
Slope Mass Rating (Romana, 1993) adalah salah satu parameter mRHRS. Parameter ini menggunakan nilai Basic Rock Mass Rating (RMR) yang mengacu pada orientasi kekar maupun kelerengan dan metode penggalian (Romana, 1993). Rumus yang digunakan (Budetta, 2004): 695
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Pantai Jogan dan Pantai Siung. Pantai Jogan memiliki luas penampang notch yang lebar dan cukup tinggi dengan aktivitas tinggi wisatawan di atasnya. Pantai Siung juga memiliki tinggi lereng yang banyak dipengaruhi oleh kekar dengan hasilnya berupa blok berdimensi besar.
dari spasi kekar yang dekat karena diperlukan gaya lebih untuk melepaskan batuan besar. Parameter ini lebih ditekankan ukuran batuan dibandingkan dengan frekuensi batuan jatuh sehingga semakin besar ukuran blok batuan akan semakin tinggi nilai risiko. Slope Mass Rating (SMR)
Volume Bongkah
Nilai RMR berdasarkan data lapangan yang telah diamati dari beberapa aspek yang telah diuraikan sebelumnya. Hasil dari penentuan nilai kekuatan batuan utuh yang ada di Pantai Selatan yaitu 18.80 Mpa dengan bobot nilainya yaitu 2. Sementara itu dari aspek RQD (Tabel 4) diperoleh nilai yang berbeda dari setiap pantai berdasarkan data spasi kekar.
Parameter volume bongkah dinilai dengan normalisasi karena ukuran bongkah yang diukur di lapangan pada setiap pantai hasilnya berbeda-beda (Tabel 2). Volume bongkah terbesar yang dapat terbentuk adalah pada Pantai Indrayanti. Pantai Indrayanti memiliki intensitas kekar tinggi (S1, S2, S3) atau jarak spasi kekar cukup dekat.
Nilai tersebut dari perhitungan jarak spasi antar kekar (Tabel 5). Selanjutnya terdapat nilai dari spasi antar kekar tersendiri. Intensitas kekar yang terdapat dilapangan dari beberapa pantai cukup intensif namun dengan jarak spasi yang berbeda pada setiap pantai.
Kondisi tersebut menyebabkan volume batuan dalam jumlah besar sering jatuh. Pada Pantai Siung juga ditemukan bongkah batuan dalam volume besar atau dalam jumlah blok yang banyak (Gambar 3). Ukuran Blok
Semakin ke arah barat akan memiliki nilai jarak spasi yang kecil dan juga semakin intensif. Kondisi kekar juga telah mengalami pelarutan dan pelapukan. Peran air tanah terhadap kestabilan tebing pantai di daerah selatan kurang berpengaruh, namun lebih didominasi oleh aktivitas arus pasang surut. Hasil dari penentuan nilai beberapa aspek tersebut disebut dengan Rock Mass Rating (RMR). Nilai F1,F2,F3,F4 diperoleh dari hubungan antara kekar dengan kemiringan lereng. Dalam klasifikasi Romana (1985), penggunaan rumus diperoleh dari sifat jatuhan batuan yang berupa toppling.
Perhitungan nilai ukuran blok dari 7 pantai yang diteliti didapatkan nilai seperti pada Tabel 3. Ukuran blok yang mungkin akan jatuh mempunyai ukuran berkisar 30 cm sampai dengan 1.2 meter. Dari data tersebut didapatkan poin tertinggi adalah Pantai Siung dan Pantai Jogan. Poin tersebut menggambarkan ukuran blok yang dapat terbentuk ketika jatuhan batuan terjadi. Keadaan dari Pantai Jogan dapat dilihat pada Gambar 4. Dasar pengukuran potensi ukuran blok yang dapat jatuh ketika jatuhan batuan adalah pengukuran kekar. Kenampakan di lapangan digambarkan oleh kondisi spasi kekar yang lebar. Semakin lebar spasi kekar akan dihasilkan ukuran blok yang semakin besar dan menimbulkan ancaman lebih besar bagi pengunjung/wisatawan pantai. Spasi kekar pada Pantai Siung dan Pantai Jogan lebih besar dibandingkan dengan pantai yang lain. Spasi kekar yang lebar cenderung lebih stabil
Jumlah Jiwa Terpapar Aspek tersebut merupakan modifikasi dari average vehicle risk (AVR) yang menjadi bagian dari analisis jatuhan batuhan. Pada area pantai lebih fokus dengan jumlah pengunjung tiap tahun yang nantinya dapat menjadi risiko tersendiri (Tabel 6).
696
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Data jumlah pengunjung dan nilai risikonya menunjukkan bahwa risiko tertinggi terdapat pada Pantai Indrayanti. Kesamaan jumlah pengunjung disebabkan karena beberapa pantai tersebut berada pada satu area, namun parameter ini lebih dikontrol oleh luas area jangkauan dari jatuhan batuan per satuan m2.
Sementara dibagian baratlaut terdapat kompleks Pantai Kerakal, Pantai Sadranan, Pantai Slili, dan Pantai Indrayanti. Pola kelurusan lebih intensif dari pada bagian kompleks tenggara dengan arah utara-selatan, baratdaya-timurlaut, dan tenggara-baratlaut. Pantai Indrayanti menjadi yang paling berisiko karena memiliki parameter volume bongkah yang paling besar (Gambar 5) sehingga luas jangkauan jatuhan batuan yang dapat terjadi sangat besar. Hal tersebut berpengaruh pada jumlah jiwa terpapar yang terjadi akibat risiko jatuhan batuan tersebut. Pantai dengan potensi risiko yang besar selanjutnya yaitu Pantai Siung dan Pantai Jogan. Pantai tersebut memiliki ukuran blok yang besar karena dikontrol dari spasi kekar yang kurang intensif. Apabila dilihat dari morfologi notch, Pantai Siung memiliki volume yang lebih besar dibandingkan dengan Pantai Jogan. Parameter slope mass rating masih berpengaruh pada penentuan risiko selanjutnya pada Pantai Krakal, Pantai Sadranan, dan Pantai Slili. Ketiga pantai tersebut memiliki nilai SMR yang tinggi dibanding pantai lainnya dan parameter dari jumlah jiwa yang terpapar juga menunjukkan nilai yang cukup besar risikonya. Pada parameter ukuran blok dan volume bongkah, Pantai Krakal dan Pantai Sadranan memiliki nilai yang kecil. Peristiwa bencana jatuhan batuan yang terjadi di Pantai Sadranan menjadikan risiko yang ada di pantai tersebut berkurang.
Curah Hujan Tahunan Nilai curah hujan diperoleh dari tahun 2010 pada beberapa kecamatan yang menjadi lokasi penelitian. Pantai Siung, Pantai Nglambor, Pantai Jogan, Pantai Indrayanti, dan Pantai Sadranan, dan Pantai Slili termasuk ke dalam Kecamatan Tepus dengan curah hujan 3.000 mm/tahun. Pantai Krakal termasuk Kecamatan Tanjungsari dengan curah hujan 2.500 mm/tahun. Bobot poin dari parameter curah hujan pada setiap pantai memiliki nilai yang sama yaitu 100. Parameter tersebut berpengaruh secara menyeluruh pada setiap pantai dan cukup berpengaruh sebagai media pengerosi yang dapat menyebabkan jatuhan batuan.
V. PEMBAHASAN Hasil dari analisis beberapa parameter dikaji lebih lanjut secara terintegrasi sehingga dapat diperoleh informasi mengenai lokasi pantai yang paling berisiko. Parameter yang menjadi fokus utama dalam pembahasan ini adalah volume bongkah dari morfologi notch dan jumlah jiwa terpapar yang menjadi menyebabkan adanya risiko dari peristiwa jatuhan batuan. Setelah dilakukan penjumlahan dari semua parameter maka diperoleh tingkatan pantai (Tabel 7) dari risiko yang tertinggi hingga terendah yaitu Pantai Indrayanti, Pantai Siung, Pantai Jogan, Pantai Krakal, Pantai Sadranan, Pantai Slili, dan Pantai Nglambor. Pada citra DEM dapat dilihat terdapat dua buah kompleks pantai yaitu dibagian tenggara dan baratlaut (Gambar 6). Kompleks bagian tenggara terdiri dari Pantai Jogan, Pantai Nglambor, dan Pantai Siung dengan pola kelurusan yang menunjukkan arah utara-selatan dan baratdaya-timurlaut.
Selanjutnya terdapat Pantai Nglambor dengan risiko yang paling rendah karena pengaruh intensitas kekar yang terlalu besar sehingga ukuran blok yang dihasilkan termasuk kecil, namun dilihat dari parameter ketinggian lereng memiliki nilai yang paling besar daripada pantai yang lainnya. Parameter ketinggian lereng tidak menjadi acuan utama. Langkah mitigasi menjadi hal yang perlu dilakukan dari beberapa pihak terkait dalam rangka memperkecil risiko yang sewaktuwaktu dapat terjadi. Pada peristiwa ini dampak bencana yang dapat dikurangi adalah 697
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA korban jiwa yang berasal dari para pengunjung. Upaya mitigasi yang dapat ditempuh dapat melalui pemasangan rambu atau peringatan, penyelidikan dan penanggulangan dari segi geologi teknik, atau pemberian batas zona jatuhan batuan. Aspek geologi teknik yang dapat ditempuh seperti pembuatan wiremesh pada bagian rawan.
2. Pantai dengan risiko jatuhan batuan tertinggi hingga terendah yaitu Pantai Indrayanti, Pantai Siung, Pantai Jogan, Pantai Krakal, Pantai Sadranan, Pantai Slili, dan Pantai Nglambor; 3. Langkah mitigasi yang dapat dilakukan seperti pembuatan rambu-rambu, pembatasan zona rawan jatuhan batuan, dan pembuatan wiremesh sebagai bagian dari tindakan geologi teknik.
VI. KESIMPULAN
VII. ACKNOWLEDGEMENT
Penelitian dari beberapa Pantai Selatan di daerah Kabupaten Gunung Kidul memiliki hal utama yang berkaitan dengan tujuan dari penelitian. Hasil yang diperoleh antara lain :
Penelitian tersebut dibantu oleh pihak dari Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunung Kidul dalam bentuk data jumlah pengunjung dan data curah hujan setiap kecamatan di tahun 2010.
1. Parameter yang menjadi fokus utama yang berpengaruh pada risiko jatuhan batuan adalah volume bongkah dari morfologi notch dan jumlah jiwa terpapar;
DAFTAR PUSTAKA Budetta, P., 2004. Assessment of Rockfall Risk Along Roads, in : Natural Hazards and Earth System Sciences. Napoli, Italy, p. 71-81 Eliassen, T. D., Springston, G.E., 2007. Rockfall Hazard Rating of Rock Cuts on U.S. and State Highways in Vermont. Montpelier, Vermont, p. 17-22 Hunt, R.E., 2007. Geologic Hazards A Field Guide for Geotechnical Engineers. Taylor & Francis Group, New York, 334 p. Pierson, L.A., 1991. The Rockfall Hazard Rating System, in: Final Report No. FHWA-OR-GT-92-05. Salem, Oregon p. 3-7. Pierson, L.A., Van Vickle, R., 1993. Rockfall Hazard Rating System : Participantโs Manual, in : Final Report No. FHWA-SA-93-057. Phoenix, Az p.25-34. Romana, M., Serฯn, J.B., Montalar, E., 2003. SMR Geomechanics classification : Application, experience, and Validation. In : ISRM 2003 โ Technology roadmap for rock mechanics. South African, p. 1-4 Surono, 2009. Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Geosciences. Bandung, p.1-13
698
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL Tabel 1. Tinggi lereng dan bobot poin dari setiap pantai No. Nama Pantai Tinggi Lereng (m) Eksponen (x) Point 1 Pantai Siung 10.2 4.455 2.1 2 Pantai Nglambor 18 13.967 8.2 3 Pantai Jogan 11.5 5.390 2.2 4 Pantai Indrayanti 4 1.797 1.7 5 Pantai Slili 4 1.797 1.7 6 Pantai Krakal 4.5 1.933 1.8 7 Pantai Sadranan 4.5 1.933 1.8 Tabel 2. Hasil perhitungan volume bongkah di Pantai Selatan No. Nama Pantai Volume (m3) Point 1 Pantai Siung 51.45 9 2 Pantai Nglambor 13.5 3 3 Pantai Jogan 18.1125 3 4 Pantai Indrayanti 159.6 81 5 Pantai Slili 28.8 3 6 Pantai Krakal 20 3 7 Pantai Sadranan 16.83 3
N o
1 2 3 4 5 6 7
Tabel 3. Hasil perhitungan ukuran blok (Db) dan bobot poin dari setiap pantai Nama S1 S2 S3 ฮฑ ฮฒ ฮณ Vb (cm3) Db (m) Eksponen Poin Pantai Pantai Siung 190 70 100 67 56 57.2 2073381.4 1.275 106.66 100 Pantai 30 50 150 88.5 88.2 37 374181.8 0.721 14.00 8 Nglambor Pantai Jogan 110 140 40 57.9 75 49.6 988551.4 0.996 38.40 100 Pantai 100 50 40 88.5 52.9 35.9 427788.3 0.753 15.79 10.5 Indrayanti Pantai Slili 100 45 30 67.5 49.8 30.5 376939.9 0.722 14.09 8.2 Pantai 30 30 30 87.2 47.3 50.5 47669.3 0.363 3.77 2.7 Krakal Pantai 25 25 25 36.3 70.4 83.4 28203.2 0.304 3.05 2 Sadranan
No. 1 2 3 4 5 6
Tabel 4. Aspek RQD dan bobot RMR dari setiap pantai Nama Pantai Jumlah Volumetrik RQD Bobot RMR RQD Pantai Siung 3.0 105.2 20 Pantai Nglambor 6.0 95.2 20 Pantai Jogan 4.1 101.4 20 Pantai Indrayanti 5.5 96.9 20 Pantai Slili 6.6 93.4 20 Pantai Krakal 10.0 82.0 17 699
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA 7
Pantai Sadranan
12.0
75.4
17
Tabel 5. Spasi Kekar dari tiap pantai dengan bobot RMR No. Nama Pantai Spasi Kekar Bobot RMR Spasi Kekar 1 Pantai Siung 1.20 15.00 2 Pantai Nglambor 0.77 15.00 3 Pantai Jogan 0.97 15.00 4 Pantai Indrayanti 0.63 15.00 5 Pantai Slili 0.58 10.00 6 Pantai Krakal 0.30 10.00 7 Pantai Sadranan 0.25 10.00
No. 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 6. Nilai risiko pengunjung dari tiap pantai Nama Pantai Jumlah Risiko Eksponen wisatawan Pengunjung Pantai Siung 208.118 5.00 1.25 Pantai Nglambor 208.118 6.07 1.31 Pantai Jogan 208.118 1.45 1.07 Pantai Indrayanti 2002.170 43.10 6.65 Pantai Slili 2002.170 10.29 1.57 Pantai Krakal 2002.170 28.36 3.48 Pantai Sadranan 2002.170 20.02 2.41
Tabel 7. Hasil akumulasi nilai beberapa parameter dan peringkat risiko tiap pantai PARAMETER Volume SMR Bongkah
No
Nama Pantai
Tinggi lereng
Ukuran Blok
1
Pantai Siung
2
Pantai Nglambor Pantai Jogan
2.1 8.2
100 8
9 3
2.2 1.7
100 10.5
1.7 1.8 1.8
8.2 2.7 2
3 4 5
Pantai Indrayanti Pantai Slili
6
Pantai Krakal
7
Pantai Sadranan
Total Nilai
Urutan Risiko
100 100
269.1 180.27
2 7
1.44 43.10
100 100
259.64 289.30
3 1
10.28 28.36 20.02
100 100 100
183.19 198.86 186.82
6 4 5
APR
Curah hujan
53 55
5 6.07
3 81
53 53
3 3 3
60 63 60
700
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
GAMBAR
Gambar 1.
Jatuhan batuan di Pantai Sadranan yang memakan korban jiwa. Jatuhan batuan berasal dari tebing x
Gambar 2. Grafik penilaian eksponensial untuk mengetahui nilai dari setiap parameter pada metode mRHRS (Budetta, 2004)
701
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Gambar 3. Beberapa blok jatuhan batuan yang terdapat di Pantai Siung. Beberapa morfologi notch masih banyak terdapat di sekitar pantai tersebut
Gambar 4. Potensi jatuhan batuan di Pantai Jogan dengan ukuran blok yang tergolong besar. (A) hasil gerakan debris dari tebing di atasnya
Gambar 5. Potensi jatuhan batuan di Pantai Indrayanti dengan keadaan volume bongkah yang sangat rawan untuk jatuh
702
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 6. DEM dari kompleks pantai selatan. Pola kelurusan di bagian baratlaut lebih intensif dibandingkan di bagian tenggara
703