ARTIKEL ILMIAH STRATA 1 (S1)
REPRESENTASI USIA RENTA DI KINTAMANI DALAM KARYA SENI LUKIS
Oleh: Komang Adi Suandira NIM: 2011 04 013 Minat: Lukis
PROGRAM STUDI SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016
REPRESENTASI USIA RENTA DI KINTAMANI DALAM KARYA SENI LUKIS KOMANG ADI SUANDIRA
Program Studi Seni Murni, Minat Lukis, Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar
Abstrak Kata tua sering di kaitkan dengan istilah renta, merupakan istilah yang dinamakan kepada orang tua yang berumur lebih dari 60 tahun dan sudah mengalami proses perubahan secara fisik. Berdasarkan hal tersebut pencipta memiliki ketertarikan untuk memvisualisasikan figur tua renta dalam penciptaan karya seni lukis, melalui pandangan pencipta tentang sosok orang tua maupun karakternya, seperti : kulitnya yang keriput, rambut uban, ekspresi wajah, cara berpakaian, dan kegiatan yang dilakukan orang tua tersebut dalam menjalani kehidupannya. Sehingga tercipta sebuah judul ”Representasi Usia Renta di kintamani Dalam Karya Seni Lukis” Dalam mewujudkan ide dan tema pada karya seni lukis, melalui proses penjajagan, percobaan, persiapan, pembentukan dan penyelesaian akhir. Dalam penciptaan karya seni lukis, mengorganisir elemen-elemen serta unsur-unsur seni rupa yang dipadukan dengan teknik sesuai kemampuan yang ditekuni selama proses belajar, dengan penerapan warna untuk mencapai karakter serta suasana pada karya yang diwujudkan secara Naturalis. Diterapkan dengan teknik plakat , menggunakan cat acrylic, dilakukan bertahap secara menyeluruh, agar dapat tercipta karakteristik Orang tua serta objek pendukungnya. Dalam perwujudan objek, di ungkapkan melalui gagasan serta imajinasi, sehingga dapat merepresentasikan objek orang tua serta situasinya ke dalam karya seni lukis. Hasil penciptaan ini, berupa 10 karya seni lukis dengan judul: Lamunan Tua, Lelah, Senyum Dalam Kesederhanaan, Seorang Petani Tua, Pemulung Tua, Bingung, Semangat di Hari Tua, Kerja Keras, Pikun (Mengingat Masa Kecil), Botol Harapan. Dengan memfisualisasikan figur tua renta, pencipta dapat merepresentasikan tentang kehidupan orang- orang tua di desa serta situasinya, yang diungkap secara naturalis, ekspresif, dan imajinatif, melalui hal tersebut, tercipta makna yang komunikatif dan estetis.
Kata Kunci: Represeentasi, Renta, Seni Lukis.
Age Oldster representation In Kintamani ToThe Art Works Abstract
The oldster is often associated with the term renta, a term called to parents older than 60 years and has undergone a process of physical changes. Based on that the creators have an affinity for fisualisation figure of elderly in the creation of works of art, through the eyes of the creator of a parental figure or character, such as: skin wrinkles, gray hair, facial expressions, how to dress, and activities that the parents are in live their lives. So as to create a title “Age Oldster representation In Kintamani ToThe Art Works" In realizing the ideas and themes in the paintings, through a process of assessment, trial preparation, formation and finishing. In the creation of works of art, organizing the elements as well as elements of art combined with the appropriate technical capabilities that occupied during the learning process, with application of color to achieve the character and atmosphere of the work realized by Naturalis. Applied with a plaque technique, using acrylic paint, done gradually as a whole, in order to create the characteristics of parents and supporters object. In the embodiment of the object, expressed through ideas and imagination, so that the object me¬representasi¬kan da¬pat parents as well as the situation into works of art. Results of this creation, in the form of 10 paintings titled: Old daydream, Tired, Smile In Simplicity, A Farmer Old, Old Scavenger, Confused, Spirit in the Old Days, Hard Work, senile (Remembering Childhood), Bottle of Hope. With visualizing elderly figure, the creator can represent the life of old people in the village as well as the situation, which is disclosed naturalist, expressive, and imaginative, through this, to create communicative and aesthetic meaning. Keywords: Representation, Oldster, Painting.
PENDAHULUAN Pada dasarnya, semua manusia ingin panjang umur, akan tetapi meskipun manusia mampu memanipulasi penampilan fisik sehingga tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya, pergumulan batiniah tetaplah tidak bisa disembunyikan, dengan bertambahnya usia maka proses penuaanpun terjadi secara perlahan. Usia enampuluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara oang tua (tua yang disebutkan karena seseorang sudah menikah dan mempunyai anak), dan tua yang diartikan sebagai usia lanjut. Masa ini biasanya ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Banyak orang berkata bahwa semakin tua akan semakin menyerupai sifat anakanak, sulit melakukan "ini dan itu", emosinya pun tidak terkontrol dengan baik. Kata tua sering di kaitkan dengan istilah renta, renta merupakan sebutan atau istilah yang diberikan kepada orang-orang tua yang berumur lebih dari 60 tahun dan sudah mengalami proses perubahan secara fisik. Selain itu renta juga sangat identik dengan penampilan sosok seseorang yang keriput, berambut putih, lemah, dan tampak tidak berdaya. Dari beberapa fenomena di lapangan khususnya daerah pedesaan, dilihat bebarapa aktivitas-aktivitas menarik yang dilakukan oleh orang-orang tua, banyak ditemukan hal-hal tidak wajar dari tingkah laku dan kegiatan yang dilakukan oleh mereka. Selain hal tersebut, banyak juga orang-orang tua yang bisa digolongkan sebagai masyarakat tidak mampu atau miskin, tuntutan ekonomi dan kebutuhan hidup memaksa orang-orang tua untuk bekerja keras, padahal diusianya yang sudah renta seharusnya mereka menjalani aktifitas atau kehidupan dengan banyak istirahat dan santai. Berdasarkan hal tersebut, pencipta memiliki ketertarikan untuk menampilkan atau memvisualisasikan figur orang tua renta dalam penciptaan karya seni lukis, melalui pandangan pencipta tentang bagaimana sosok orang tua maupun
karakternya,seperti : kulitnya yang keriput, rambut uban, ekspresi wajah, tingkah laku dan cara berpakaiannya, selain itu pencipta juga tertarik untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang tua tersebut dalam menjalani kehidupannya. sehingga tercipta sebuah judul ”Representasi Usia Renta Di Kintamani Dalam Karya Seni Lukis” Dalam proses penciptaan karya, pencipta menampilkan visual orang tua renta dengan pengambaran secara natural, serta menggambarkan fenomena nyata yang dialami dan dilihat. Karya-karya yang di ciptakan merujuk atau mengacu pada karyakarya dullah yang kebanyakan mengangkat tema orang tua renta, akan tetapi cara atau proses penggarapannya tentunya berbeda dan tentunya karya yang pencipta buat memiliki ciri khas yang berbeda dari pada karya-karya dullah, baik itu dari segi karakter warna, goresan, dan lain sebagainya. Dalam penciptaan karya seni lukis, adapun permasalah yang dihadapi pencipta berkaitan dengan proses berkarya, dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana memvisualisasikan ekspresi orang tua renta sesuai dengan bentuk serta karakteristiknya ke dalam karya seni lukis? 2) Bagaimana penerapan teknik dan elemen-elemen seni rupa dalam penciptaan karya seni lukis? 3) Bagaimana cara menangkap pesan situasional yang ada pada objek orang tua agar tercipta makna dan pesan yang komunikatif? KAJIAN TEORI Tinjauan tentang Orang Tua Pada dasarnya orang tua merupakan ayah atau ibu seorang anak, tentunya memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang Tua artinya ayah dan ibu” (Poerwadarmita, 1987 : 688). Ketika seorang anak tumbuh menjadi dewasa, dan akan menjadi orang tua pula, orang tua (Ayah/Ibu) anak tersebut akan menjadi orang tua yang lebih tua yang disebut kakek dan nenek. Kakek dan nenek
merupakan orang yang lebih tua, dan juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan berkeluarga. Terlihat dari segi fisik ataupun raga seorang kakek/nenek, tentunya dapat dibayangkan betapa lemahnya seorang kakek yang sangat tua. Meski demikian, dapat diketahui betapa semangatnya orang tua dalam menjalani kehidupan ini, dan terus berusaha dan berjuang demi kelangsungan hidup serta keluarganya. Selain kakek dan nenek perlu diketahui seorang buyut, buyut merupakan orang yang lebih tua dari kakek/nenek, atau ibu dari nenek (Salim, 1991:244). (Santrock, 2002,190) Ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto. Dkk, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal. Tinjauan Seni Lukis Pada dasarnya karya seni (seni lukis) di dalamnya mengandung suatu yang berkenan dengan dunia atau keadaan tempat karya itu muncul. Budaya yang menjadi tempat asal dan hidup seorang seniman selalu membentuk cara pandang atas dunianya. Ketika seseorang mempresentasikan sesuatu, konsep atau ide-ide tertentu, selalu
direpresentasikan dalam dan melalui bahasa budaya. Kemudian cara mengkias sesuatu tidak pernah tidak terpengaruhi oleh realitas fisik dan berbagai wacana yang melingkupinya (Marianto, 2002: 29). Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, seni lukis merupakan bahasa ungkap seseorang yang muncul dari perasaan batin ketika berhadapan dengan lingkungan atau objek sekitar. Hal tersebut diungkap melalui imajinasai, dan diekspresikan dalam bidang dua dimensi, melalui teknik serta medium rupa yaitu garis, warna, tekstur dan sebagainya. Naturalisme Naturalisme adalah gaya seni yang merupakan representasi yang bertujuan untuk memproduksi ojek sebagai keyakinan atas alam. Naturalime merupakan “anak kandug’’ dari pada realisme yang kelahirannya diidentifikasikan oleh perbedaan Courbet ( yang sangat sosialistis, menyangkut masalah moral ) dengan karya-karya Manet yang sangat objektif, tanpa pesan moral, karena ia tidak ambil pusing dengan apa yang dilukisnya. Naturalisme selanjutnya diartikan sebagai Realisme yang memilih objek yang indah-indah saja, sangat fotografis dan membuai. Di Indonesia perkembangan Naturalisme mencapai puncak pada lukisan-lukisan Mooi Indie (India Molek) yang turistik pada zaman Belanda. Tokohnya seperti Abdullah, Suryosoebroto, Ernst Dezentje, Basuki Abdullah dan lain-lain. Sedangkan di Prancis aliran ini kerap diidentikkan pula dengan gerakan drama dan sastra (sastrawan Emile Zola dan Goncourt bersaudara) pada akhir abad ke-19 (Susanto, 2011:271). Naturalisme dan Realisme adalah aliran seni yang memiliki pengertian yang hampir sama karena kedua aliran tersebut sama-sama menggambarkan suatu objek yang nyata, akan tetapi naturalisme lebih menekankan pada suatu keadaan, situasi, penyampaian makna atau maksud tertentu. PROSES PENCIPTAAN
Eksploration (Eksplorasi ) Eksplorasi yang di maksud dalam hal ini adalah sebagai langkah awal dari penciptaan suatu karya seni. Tahap ini termasuk berfikir, berimajinasi, merasakan dan merespon objek yang akan dijadikan sumber dalam proses penciptaan. Improvisation (improvisasi) Setelah melakukan pengamatan-pengamatan, dalam proses improvisasi ini pencipta melakukan sketsa-sketsa awal terkait tema yang diangkat dalam penciptaan karya seni lukis. Sketsa yang dibuat merupakan suatu perwujudan awal dari ide melalui imajinasi, ketika menanggapi, menginterpretasi figur orang tua, yang akan dibuat pada media kertas dengan mengunakan pensil, atau pena. Forming (Pembentukan). Pembentukan merupakan proses yang dilakukan setelah melewati proses sebelumnya yaitu Eksplorasi dan Improvisasi. Dalam proses pembentukan terdapat tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penciptaan karya seni lukis. Tahap pertama melakukan pemilihan sketsa yang terbaik untuk diwujudkan pada media kanvas. Tahap berikutnya yaitu tahap pewarnaan. Setelah melewati beberapa tahap, dan karya yang dibuat sudah mendekati selesai, maka dilanjutkan dengan proses terakhir yaitu proses penyelesaian (finishing). WUJUD KARYA Wujud karya merupakan bentuk visual dari karya seni lukis dengan mengangkat tema Representasi Usia Renta Di Kintamani Dalam Karya Seni Lukis, yang diungkap melalui kreatifias pencipta dalam menanggapai suatu objek serta situasinya yang direpresentasikan di atas bidang dua dimensional. Dalam penciptaan karya seni lukis terdapat dua aspek yang berperan penting di dalamnya, yaitu aspek ideoplastis dan aspek fisioplastis.
Aspek Ideoplastis Aspek Ideoplastis merupakan aspek yang lahir atas dasar ide sang pencipta yang melahirkan bentuk, menuntun kelahiran perwujudan (seni secara visual) (Suwarjono, 1981:9). Dalam mengungkapkan ide ke dalam karya seni lukis, pencipta merepresentasikan ekspresi dan karakter orang tua renta serta situasinya melalui gagasan pencipta yang diungkapkan dalam bahasa visual. Aspek Fisioplastis Menurut Suwarjono, aspek fisioplastis adalah penghampiran bentuk seni melalui aspek teknis tanpa mementingkan segi ide terciptanya seni itu sendiri. (Suwarjono, 1981:9). Dalam proses penciptaan karya seni, pencipta menerapkan berbagai elemen-elemen visual seni rupa serta prinsip-prinsipnya yang merupakan wujud fisik kekaryaan.
Gambar 2, Judul: Bingung, Ukuran: 100 x 120 cm, Bahan: Cat akrilik di atas kanvas, Tahun: 2015, (Sumber: foto diambil oleh Komang Adi Suandira, 2015)
Karya berjudul “Bingung” ini, menceritakan tentang seorang nenek yang sehari-hari bekerja sebagai buruh atau dalam istilah Bali-nya sering disebut “Tukang suwun”,sang nenek bekerja di suatu pasar yang berada di daerah Kintamani. Dalam karya ini di gambarkan figur seorang nenek tua yang sedang memegang selembar uang, dimana uang tersebut adalah upah yang ia dapatkan dari hasil kerjanya sebagai tukang suwun. Ekspresi wajah dari pada
nenek tersebut menggambarkan adanya suatu
kebingungan, di satu sisi ia merasa senang karena mendapatkan upah, akan tetapi di sisi lain ia merasa sedih karena upah yang didapatnya sedikit dan tidak sesuai dengan pekerjaan yang ia lakukan. Warna backround yang cenderung keabu-abuan menggambarkan suasana kabut sesuai dengan suasana di pedesaan daerah Kintamani yang sering disebut dan di kenal dengan istilah” Kabut Kintamani”. Makna yang dapat diperoleh pada karya ini adalah bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan tidak selalu mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam proses penciptaan, pencipta memvisualisasikan ekspresi objek orang tua renta yang ada di daerah Kintamani, dengan penerapan berbagai tehnik dan penerapan warna agar dapat menampilkan karakteristik dari pada objek orang tua renta tersebut. Penerapan teknik dan elemen-elemen seni rupa, serta pemanfaatan alat dan bahan merupakan hal terpenting untuk mewujudkan karya seni lukis. Maka dalam hal ini, menerapkan beberapa teknik yaitu, teknik plakat, teknik blok, serta teknik campur sesuai alat dan material yang digunakan. Dalam proses berkarya tentunya melalui beberapa tahap yaitu, penjajagan, percobaan, persiapan, pembentukan dan penyelesaian akhir, dengan mengorganisir elemen-elemen seni rupa yang diolah sesuai dengan keahlian dan cita rasa yang dimiliki. Dengan demikian dapat mewujudkan karya yang memiliki karakter dan ciri khas si pencipta. Dalam menangkap pesan serta
situasi yang terdapat pada objek, diekspresikan secara naturalis. Mengungkapkan objek secara natural sesuai dengan apa yang terlihat di lingkungan sekitar, serta menjadi ungkapan perasaan atau ekspresi dalam perwujudan karya, melalui imajinasi yang muncul dari kontemplasi. Sehingga, hal tersebut dapat mencerminkan segala sesuatu disekitar yang dimetaforkan dengan realitas disekitar dalam wujud karya seni lukis, melalui objek orang tua renta , dipadukan dengan objek-objek lain hingga menjadi semacam narasi yang dapat memberikan makna yang komunikatif dan estetis. Saran Penciptaan karya seni lukis bertemakan Representasi Usia Renta Di Kintamani Dalam Karya Seni Lukis, diharapkan menjadi langkah awal pencipta menuju proses kreatif berikutnya, dengan mendalami kembali hal-hal yang menjadi inspirasi dalam penciptaan karya seni lukis, dengan mengembangkan objek-objek renta, hingga menjadi karya yang dikenal dalam dunia seni rupa, baik nasional maupun internasional. Melalui karya tugas ini, diharapkan dapat memberi makna, serta bermanfaat bagi pelaku dan pencinta seni, baik di lingkungan akademis maupun masyarakat luas. DAFTAR PUSTAKA Darmojo, Boedhi. Marianto, H.Hadi, 1999. Olah Raga Dan Kebugaran Pada Lanjut Usia. Balai Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Hardywinoto. Setiabudhi, Dr. Tony, Ph.D,1999. Gramedia Pusaka Utama. Marianto, M. Dwi. 2002. Seni Kritik Seni. Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta: Luar Garis. Salim, Peter. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern Englis Press. Santrock, J. W, 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masalah Hidup, Jakarta.
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa, Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta: DictiArt Lab: Jagad Art Space. Bali.