REPOSISI FUNGSI MADRASAH DI TENGAH SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Mujahidun Mahasiswa Pascasarjana Program Doktoral Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang Abstraksi
Madrasah, secara historis, dipahami sebuah lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia. Namun dalam perjalanannya, keunggulan madrasah dapat dikatakan masih tertinggal dengan pendidikan lainnya yang tergolong muda. Diantara sebab tertinggalnya madrasah tersebut yakni secara struktural adanya pengawasan pendidikan dua atap, secara kultural respon masyarakat khususnya umat Islam terhadap madrasah masih rendah, dan secara manajerial pengelolaan madrasah masih tertinggal dengan sekolah umum lainnya baik dalam sistem pendidikan, penyediaan tenaga edukatif, maupun pemenuhan sarana dan prasarana pendidikannya. Tulisan ini hendak menggali problema-problema madrasah yang kemudian dijadikan dasar dan cara dalam mereposisi fungsi madrasah di tengah sistem pendidikan nasional sehingga madrasah bisa menjadi pendidikan alternatif dan sebagai pusat unggulan sebuah lembaga pendidikan yang bercirikan Islam. Kata Kunci: Madrasah, Pendidikan Mutu, Sistem Pendidikan Nasional
Madrasah dan Tantangan Modernitas.
LATAR BELAKANG Madrasah
sebagai
lembaga
(Bandung: Mizan, 1998) sejak dulu
pendidikan Islam di Indonesia relatif
hingga
lebih muda dibanding pesantren. Ia
diharapkan
lahir pada abad 20 dengan munculnya
perubahan dan pengembangan perilaku
Madrasah Manba'ul Ulum Kerajaan
masyarakat.
Surakarta tahun 1905 dan Sekolah
kini,
Selaku
kehadirannya mampu
lembaga
sangat
melakukan
pendidikan
Adabiyah yang didirikan oleh Syekh
yang bercirikan khas Islam, madrasah
Abdullah Ahmad di Sumatera Barat
seharusnya mampu memainkan peran
tahun
strategis berkenaan dengan cita-cita
1909.
Lihat
Fadjar,
M.A.,
1
pendidikan nasional. Secara historis,
madrasah, akibatnya tidak salah kalau
awalnya madrasah berdiri atas inisiatif
banyak
dan realisasi dari pembaharuan sistem
madrasah secara historis masih eksis
pendidikan Islam yang telah ada.
tetapi
Pembaharuan yang dimaksud
yang
secara
tiga
hal,
yaitu
fungsi
bahwa
kehidupannya
masih stagnasi.
menurut Karl Steernbrink (1986: 117), meliputi
mensiyalir
Sejak Indonesia merdeka, telah
usaha
terjadi proses perkembangan madrasah
menyempumakan sistem pendidikan
kepada tiga fase;
pesantren, penyesuaian dengan sistem
Pertama, fase antara tahun 1945-1974.
pendidikan
Pada
Barat
dan
upaya
fase
ini
madrasah
lebih
menjembatani antara sistem pendidikan
terkonsentrasi kepada pendidikan ilmu-
tradisional
ilmu agama dan kalau ada pengajaran
pesantren
dan
sistem
pendidikan Barat. Fakta
ilmu
sejarah
menunjukkan
pengetahuan
sebagai
umum
pendamping
adalah dalam
kemashuran madrasah telah terjadi
memperluas cakrawala berfikir para
pada akhir abad VIII khususnya pada
pelajar. Civil effect, lulusan madrasah
masa kekhalifahan Harun Al Rasyid
terbatas kepada perguruan tinggi agama
(789-809
memberikan
(semisal IAIN, dan PTAIS lainnya) dan
kontribusi besar dalam melahirkan
jika untuk meneruskan ke UMPTN
cendekiawan,
masih mengalami hambatan.
M)
karena
negarawan
administrator
di
pengetahuan,
seni
dan
bidang dan
ilmu
Kedua, fase tahun 1975-1989, yakni
pemikiran
fase diberlakukannya Surat Keputusan
(filsafat).
Bersama (SKB) tiga menteri. Melalui
Namun madrasah
demikian,
dinamika
SKB
ini,
madrasah
mulai
diakui
yang tumbuh dan berakar
kesetaraan antara madrasah dengan
dari kultur masyarakat setempat tidak
sekolah pada masing-masing jenjang
akan
dan
pendidikannya. Pada fase ini pula
peradaban masyarakat yang kian maju.
kurikulum pelajaran agama sekurang-
Dinamika perubahan masyarakat yang
kurang
sedemikian cepat itu ternyata
pelajaran umum.
selalu
lepas
diikuti
dari
oleh
perubahan
tidak
pengembangan
2
30%
dan
sisanya
adalah
Ketiga, fase tahun 1990-sekarang. Pada
madrasah
fase ini, melalui UU nomor 2 tahun
diperlukan
1989, madrasah dipandang sebagai
bagaimana reaktualisasi madrasah dan
sekolah umum yang bercirikan khas
bagaimana
agama.(Daulay, 2004: 47-48).
memasuki abad millineum.
Kondisi
madrasah
yang
meliputi
mengapa
reposisi
madrasah,
kerangka
kurikulum
yang
Berdasarkan latar belakang di
sedemikian itu menimbulkan dilematis
atas, tulisan ini hendak mengetahui
dalam
Islam
problema apa saja yang terjadi pada
khususnya di Indonesia. Betapa tidak,
madrasah, bagaimana reposisi fungsi
pada satu sisi madrasah yang dinilai
madrasah
sebagai
masyarakat
dunia
pendidikan
lembaga
yang
mencetak
dintinjau
dari
terhadap
respon madrasah,
generasi Muslim yang terbesar di
orientasi mutu madrasah dan eksistensi
Indonesia, pada sisi lain madrasah
madrasah memasuki abad millineum.
seakan-akan tersisih dari mainstream
Melalui
pendidikan
diharapkan
nasional,
sekalipun
pengkajian mampu
tersebut, membawa
berkenaan dengan pendidikan anak
membawa madrasah ke arah yang lebih
bangsa dan sebagai pendatang baru
maju dan bermutu.
dalam
sistem
pendidikan
nasional
relatif menghadapi berbagai kendala
MADRASAH
dalam hal mutu, manajemen, dan
Istilah madrasah berasal dari
kurikulumnya.(Tilaar, 2000: 164-165).
aspek
derivasi
kata,
madrasah
yang
merupakan ism makan dari fi’il darasa
demikian, perlunya kiranya dilakukan
yang berarti belajar, jadi madrasah
reposisi madrasah sebagai salah satu
berarti tempat belajar bagi siswa atau
wadah pengembangan generasi muda
mahasiswa (umat Islam).
Menyikapi
kondisi
dan karena karakteristiknya, madrasah
Istilah madrasah tidak hanya
sangat sesuai dengan cita-cita reformasi
diartikan sekolah dalam arti sempit,
bangsa Indonesia. Selanjutnya, H.A.R.
tetapi juga dimaknai rumah, istana,
Tilaar menawarkan rumusan reposisi
kuttab, perpustakaan, masjid, surau dan
madrasah
kerangka
lain-lain. Bahkan juga seorang ibu bisa
konseptual reposisi dan reaktualisasi
dikatakan sebagai madrasah pemula.
ke
dalam
3
Lihat Abd. Hamid Al Hasyimi dalam
sekolah umum yang didirikan oleh
M. Habib Husnial Pardi (2008: 214).
Pemerintah Kolonial Belanda.
Madrasah
sebagai
lembaga
Bahkan
Kolonial
Belanda
pendidikan Islam kini ditempatkan
memposisikan
istemewa
sekolah-
sebagai
sekolah dalam
sekolah umum tersebut dan tidak
sistem pendidikan nasional. Munculnya
memberi ruang yang proporsional bagi
SKB tiga menteri (Menteri Agama,
umat Islam untuk mengembangkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
potensi
dan
Negeri)
Akibat dari perlakuan yang negatif dari
eksistensi
pemerintah Kolonial Belanda, maka
madrasah sudah cukup kuat beriringan
pendidikan Islam termasuk madrasah
dengan sekolah umum. Di samping itu,
menghadapi
munculnya SKB tiga menteri tersebut
terisolasi
juga dinilai sebagai langkah positif
Sebagai akibatnya dapat kita lihat;
bagi peningkatan mutu madrasah baik
pertama pendidikan Islam (khususnya
dari
madrasah)
pendidikan
Menteri
dalam
menandakan
bahwa
status,
nilai
ijazah
maupun
kurikulumnya.
sumber
daya
manusianya.
kesulitan-kesulitan dari
arus
dan
modernisasi.
termarginalisasi
dari
modernisasi; kedua, karena sikap yang sangat diskriminatif dari pemerintah kolonial Belanda, maka pendidikan
PROBLEMA MADRASAH Madrasah pada awal-awalnya,
Islam terdorong menjadi milik rakyat
telah menghadirkan banyak perhatian
pinggiran/pedesaan;
dari
pendidikan
berbagai
disebabkan
kalangan.
karena
Hal
jumlah
itu
peserta
kurang
juga
pengetahuan
sesuai
karakteristiknya
dengan
berorientasi
yang
memperhatikan dan
ilmu
teknologi
keempat
saja
kelemahan manajemen meskipun tidak
muncul keprihatinan kualitas lembaga
seluruhnya merupakan hal-hal yang
pendidikan Islam termasuk madrasah
negatif.
yang dipicu dengan adanya sekolah-
tertutup dan tidak berorientasi keluar
jaman.
Hanya
4
mengalami
dan
dan
perkembangan
perubahan
cenderung
isi
pada praktik ritual keagamaan dan
didiknya yang signifikan akan tetapi karena
ketiga,
Manajemen
yang
berbagai
sifatnya
menyebabkan perkembangannya sangat
sekolah
lambat dan statis. (Tilaar, 2000:169-170).
berkurangnya
Dari
waktu
ke
umum
yang
proporsi
berakibat pendidikan
waktu,
agama dari 60% agama dan 40% umum
problema-problema
tersebut
menjadi 30% agama dan 70% umum
nampaknya masih
saja mengiringi
dirasa
sebagai
madrasah selaku lembaga pendidikan
melemahkan
Islam yang oleh Darmu'in (1998)
Islam.
disebabkan madrasah
antara telah
lain:
pertama,
eksistensi
yang
pendidikan
Beberapa permasalahan yang
akar
muncul kemudian adalah berkurangnya
keberadaan
muatan materi pendidikan agama dan
madrasah bukan merupakan kelanjutan
tamatan madrasah serba tanggung,
pesantren, meskipun diakui bahwa
pengetahuan
pesantren merupakan bentuk lembaga
mendalam
pendidikan Islam pertama di Indonesia,
umumnya juga rendah. Madrasah yang
dan
dualisme
lahir dari dan untuk masyarakat selalu
pemaknaan terhadap madrasah. Di satu
mendapati keluhan tentang kualitas
sisi, madrasah diidentikkan dengan
pendidikannya, bukan keluhan tentang
sekolah karena memiliki muatan secara
pendidikan
kurikulum yang relatif sama dengan
kurang
sekolah umum. Di sisi lain, madrasah
disejajarkan dengan sekolah umum
dianggap sebagai pesantren dengan
lainnya sehingga kurang memberi efek
sistem klasikal yang kemudian dikenal
sosial bagi masyarakat.
sejarahnya,
kehilangan
tantangan
artinya
kedua,
terdapat
dengan madrasah diniyah. Akibat dari dualisme
sedangkan
agamanya
pendidikan
tidak
pengetahuan
akan
tetapi
umum
bila
Hal ini juga dipertegas oleh
madrasah
pengamatan Steenbrink (1986: 232),
(dalam
bahwa madrasah tingkatanya berada di
konteks pendidikan nasional sebagai
bawah sekolah umum, bahkan lulusan
sub sistem pendidikan nasional) belum
madrasah biasanya sulit memperoleh
memiliki jati diri yang dapat dibedakan
penghargaan yang sama dengan lulusan
dari lembaga pendidikan lainnya.
sekolah
tersebut,
pemaknaan
agamanya
maka
madrasah
Hal ini diperparah oleh adanya
umum,
meskipun
banyak
pengumuman yang menyatakan bahwa
efek pensejajaran madrasah dengan
5
madrasah sederajat dengan sekolah
dalam
umum.
penyediaan Diakui
pendidikan
bahwa madrasah
di
perundang-undangan memunculkan
anggaran sarana
pendidikan,
dan
prasarana
model
pendidikan dan juga dalam pemenuhan
dalam
ketenagaan
negara,
dualisme
hal
baik
tenaga
edukatif
maupun non edukatif antara sekolah
sistem
umum
dengan
madrasah.
Apalagi
pendidikan di Indonesia dan telah
diperparah dengan perbedaan antara
menjadi dilema yang belum dapat
madrasah swasta dan negeri.
diselesaikan hingga sekarang. Apakah
Dalam
hal
kultural,
akibat
madrasah itu berada pada satu atap atau
perbedaan yang dibesar-besarkan itu
satu sistem di bawah pengawasan
menyebabkan
departemen pendidikan nasional di
sekolah yang bercirikan khas Islam
dalam hal pembinaanya?
belum dapat mengikat hati sebagian
Kenyataan sekarang yang ada bahwa
sekolah
umum
di
pendidikan
umat Islam, mungkin karena berbagai
bawah
faktor,
terutama
pengawasan Departemen Pendidikan
masyarakat
Nasional
2004:49).
(sekarang
lembaga
Kementrian
bagi
Muslim
kalangan
elite
(Daulay,
Pendidikan Nasional) dan madrasah di
Praktik manajemen di madrasah
bawah Departemen Agama (sekarang
sering menunjukkan model manajemen
Kementrian Agama). Perbedaan ini
tradisional, yakni model manajemen
tidak menutup kemungkinan terjadinya
paternalistik
perbedaan dalam hal sistem, manajerial
Akibatnya, apabila muncul kreativitas
dan kultural.
inovatif dari kalangan muda terkadang
atau
feodalistik.
Dalam sistem pendidikan akan
dipahami sebagai sikap yang tidak
melahirkan dikotomi antara ilmu-ilmu
menghargai senior atau ada kesan
Islam dengan ilmu bukan Islam (kafir).
bahwa
Padahal dikhotomi keilmuan ini justru
mengoreksi kekeliruan langkah senior
menjadi
dianggap tabiat su'ul adab.
perhatian dan garapan bagi
para pakar pendidikan Islam untuk
meluruskan
langkah
atau
Hal ini pula yang dimungkinkan
berusaha menyatukan keduanya. Dalam
sebagai
hal manajerial, terdapat perbedaan
madrasah dan berkurangnya respon
6
sebab-sebab
kemunduran
masyarakat
terhadap
keberadaan
departemen
madrasah.
terkait
(Malik
Fadjar,
problema
yang
1998).
Persoalan
dikotomi
dan
Beberapa
dualisme pendidikan yang menimpa
muncul pada madrasah, sebagaimana
lembaga
lebih
diuraikan di atas, menuntut keseriusan
diperparah lagi dengan persoalan biaya
bagi para penyelenggara madrasah
atau alokasi dana penyelenggaraaan
untuk
pendidikan di madrasah. Dari alokasi
meningkatkan eksistensinya dan juga
dana, perhatian, pembinaan manajerial,
proses penyelenggaraannya, sehingga
bantuan buku dan media pembelajaran,
madrasah
serta
dengan sekolah-sekolah umum lainnya.
pendidikan
penempatan
Islam
guru,
hingga
mengembangkan
mampu
dan
berada
sejajar
pemberian beasiswa pendidikan lanjut REPOSISI FUNGSI MADRASAH
sering tidak sama antara yang diterima oleh
sekolah
umum
(di
Pertanyaan
bawah
reposisi
Kemendiknas) dengan madrasah (di
menanyakan,
Hal ini juga masih dirasakan
menempatkan
negeri pun
hal
terdapat
segi
madrasah
(sekolah
kencenderungan
madrasah
dikhawatirkan akan tercabut dari akar
kualitas input siswa dan sebagainya
budaya dan kebutuhan masyarakatnya.
yang kesemuanya itu berpengaruh baik tidak
dari
dalam arus uniformitas, disamping
seperti
pandangan guru, sarana dan prasarana,
maupun
namun
cenderung terisolasi dan kini terseret di
belum tuntas diselesaikan. Gap tersebut
langsung
sekadar
umum yang bercirikan agama Islam)
tampaknya juga menjadi masalah yang
beberapa
tidak
perkembangan sosial historis telah
kesenjangan antara madrasah
swasta dan madrasah
meliputi
madrasah,
perlu
muncul sebagai latah lazimnya orang
bawah Kemenag).
bahwa
mengapa
Abdurahman
langsung
Shaleh
dalam
Nafis
(2010: 8) tuntutan untuk melakukan
kepada mutu pendidikan, demikian ini
perubahan tidak hanya datang dari
karena SKB tiga menteri tersebut
perkembangan ilmu pengetahuan dan
belum diimbangi penyediaan guru,
teknologi serta globalisasi atau tuntutan
buku-buku dan peralatan lain dari
pembangunan nasional, melainkan juga
7
tuntutan
masyarakat,
karena
1. Respon Terhadap Madrasah
masyarakat tidak lagi puas dengan
Persepsi masyarakat terhadap
terpenuhinya keebutuhan yang bersifat
madrasah di era modern semakin
intrinsic
pendidikan
menjadikan madrasah sebagai lembaga
madrasah seperti ini seperti di masa
pendidikan yang unik. Di saat ilmu
lampau
pengetahuan
dari
hasil
ketika
mengemban
madrasah
misi
hanya
keagamaan
dan
teknologi
saja.
berkembang pesat, di saat filsafat hidup
Akan tetapi, sekarang ini tuntutan
manusia modern mengalami krisis
terhadap
keagamaan dan di saat perdagangan
kebutuhan
yang
sifatnya
ekstrinsik pun menjadi dominan. Oleh
karena
madrasah
reposisi
diperlukan
demi
identitas
lembaga
perkembangan tersebut
itu
bebas dunia makin mendekati pintu
yang
diharapkan
gerbangnya,
keberadaan
madrasah
tampak makin dibutuhkan orang. Hal
akan
ini
disebabkan
oleh
madrasah memiliki karakteristik khas
melahirkan pribadi peserta didiknya
yang
sesuai dengan ciri khas madrasah
pendidikan lainnya yakni mengatasi
(Tilaar, 2000: 172-173). Dikatakan
keringnya hati dari nuansa keagamaan
pula oleh Abdurrahman Shaleh, bahwa
dan menghindarkan diri dari fenomena
sekarang ini tuntutan persamaan mutu
demoralisasi dan dehumanisasi yang
output madrasah dengan ouput sekolah
semakin merajalela seiring dengan
umum merupakan suatu konsekuensi
kemajuan peradaban teknologi dan
logis, karena madrasah adalah sama
materi dewasa ini.
100% dengan sekolah umum.
tidak
dimiliki
Namun
oleh
anggapan
model
terhadap
Berdasarkan latar belakang dan
madrasah yang tampaknya mempesona
problema yang muncul, maka ada tiga
tersebut masih saja harus menjumpai
hal yang perlu mendapat perhatian
kendala yang justru timbul dari umat
kaitannya
dengan
Islam
madrasah,
yaitu
madrasah,
madrasah
reposisi respon
fungsi
sendiri
madrasah.
orientasi
menganggap, bahwa pertama, materi
mutu, dan madrasah sebagai pusat
pendidikan di madrasah dipandang
keunggulan.
belum membangun sikap kritis, masih
8
Islam
penilaian
terhadap
dan
Umat
tentang
mading
terbatas pada masalah keagamaan serta
Madrasah yang dikelola oleh
tidak memiliki kepedulian terhadap
pondok modern Gontor Ponorogo Jawa
perkembangan
pengetahuan
Timur misalnya, adalah bukti sebuah
umum, baik ilmu pengetahuan sosial
madrasah yang berhasil menghasilkan
maupun ilmu pengetahuan alam. Pada
lulusan
masyarakat Indonesia modern, mata
eksistensi madrasah yang didukung
pelajaran praktis (ilmu-ilmu agama)
oleh
tidak
menunjukkan kualitasnya.
ilmu
begitu
dihargai,
walaupun
yang
unggul.
pondok
Sehingga
tersebut
semakin
kebanyakan murid madrasah berasal
Masyarakat metropolit makin
dari pedesaan. Mata pelajaran umum
tidak malu mendatangi dan bahkan
(IPS dan IPA) yang dimasukkan ke
memasukkan
madrasah, pada umumnya merupakan
pesantren dengan model pendidikan
mata pelajaran yang mempersiapkan
madrasah biarpun beaya pondok itu
untuk
mahal.
jabatan
(Steenbrink,
(white
1986:
penyelenggaraan
collar
232) ;
job)
putra-putrinya
Ma'had
Al-Zaitun
ke
yang
kedua,
berlokasi di daerah Haurgelis (berdiri
di
pada tahun 1994), juga telah menjadi
pendidikan
madrasah berlangsung dengan fasilitas
incaran
sederhana, murah dan meriah dan
menengah ke atas, bahkan sebagian
sering kali atas dasar ikhlas beramal,
muridnya berasal dari negara-negara
dan ketiga, kegiatan belajar mengajar
sahabat, seperti Malaysia, Singapura
di
dan
madrasah
berlangsung
secara
masyarakat
Brunai
modern
Darussalam.
kelas
Dengan
monolog dengan posisi guru yang
demikian, model pendidikan madrasah
dominan.
Anggapan
di lingkungan pesantren telah memiliki
menggembirakan
ini
tidak
tidak berarti
daya tawar yang cukup tinggi.
bahwa madrasah yang ada sekarang ini
Melihat kenyataan seperti itu,
semuanya tidak baik. Ada beberapa
tuntutan
madrasah baik yang dikelola di dalam
akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi.
sebuah pesantren ataupun di luar
Realitas menunjukkan bahwa praktik
pesantren
reputasinya
pendidikan nasional dengan kurikulum
yang baik bahkan dapat dikatakan
yang dibuat dan disusun sedemikian
unggul dan melebihi sekolah umum.
rupa
menunjukkan
9
pengembangan
bahkan
telah
madrasah
disempurnakan
berkali-kali,
tidak
hanya
gagal
samping tentunya berbagai kelemahan
menampilkan sosok manusia Indonesia
yang ada harus dibenahi. Pendidikan
dengan
madrasah tidak hanya terhenti pada
kepribadian
utuh,
bahkan
membayangkan realisasinya saja terasa
anggapan
sulit.
tradisi lama atau sekadar sebagai
Pendidikan
umum
(non
untuk
mempertahankan
madrasah) yang menjadi anak emas
pelestarian
pemerintah
khazanah pendidikan Islam.
(di
bawah
kemendiknas)
naungan
telah
gagal
“cagar
Namun
menunjukkan kemuliaan jati dirinya
mutu)
selama lebih dari tiga dekade.
perhatian
budaya”
kualitas
hendaknya
dalam
(orientasi
menjadi
bagi
kalangan
titik para
Misi pendidikan yang ingin
intelektual muslim. Hal ini berarti
melahirkan manusia-manusia cerdas
pendidikan yang dilakukan di madrasah
yang
ilmu
tidak hanya mementingkan kualitas
pengetahuan dan teknologi dengan
lulusan dalam aspek kognitifnya tetapi
kekuatan iman dan taqwa plus budi
juga afektif dan psikomotoriknya.
menguasai
kemajuan
pekerti luhur, masih tetap berada pada tataran
ideal
susunan
yang
tertulis
cita-cita
undangan).
Tampaknya
Anjuran
teori
taxonomi
dalam
Benjamin S. Bloom harus diganti
(perundang-
dengan perpaduan antara kemampuan
hal
ini
kognitif
dengan
kemampuan
merupakan salah satu indikator dimana
afektifnya. Dan nampaknya madrasah
pemerintah
ingin
kemudian
mengakui
tetap
mempertahankannya.
keberadaan madrasah sebagian dari
Karena itulah keberhasilan outcome
sistem pendidikan nasional. Respon
seorang alumni madrasah harus bisa
terhadap madrasah inilah masih harus
menggambarkan keseimbangan antara
menjangkau dari segi berbagai aspek
nilai raport atau hasil ujiannya dengan
dan
moral keagamaan yang melekat pada
dari
berbagai
elemen
atau
komponen dalam sebuah negara.
sikap dan perilakunya keseharian. Orientasi mutu madrasah tidak bisa ditawar-tawar karena mengingat
2. Madrasah dan Orientasi Mutu Diakui mempunyai
bahwa nilai-nilai
madrasah positif
kondisi obyektif madrasah masih perlu
di
perhatian
10
semua
pihak,
baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah
Meski
kondisi
maupun masyarakat (Nafis, 2010: 33).
madrasah
Nafis
(sepuluh)
gemberikan, namun madrasah juga bisa
kondisi obyektif madrasah yang sedang
membawa pada kepopuleran madrasah
dihadapi, yaitu:
tersebut
menguraikan
10
a. Kualitas lulusan yang didasarkan Ujian Nasional (UN) belum sepenuhnya menggembirakan. b. Citra madrasah masih dianggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua dan tradisional. c. Jumlah guru masih kurang dan sebagian besar guru tersebut masih unqualified dan mismatch dan kebanyakan belum PNS. d. Gaji guru secara umum masih sangat kecil dan banyak di bawah UMR. e. Sarana dan prasarana pembelajaran masih sangat terbatas. f. Background peserta didik di madrasah umumnya dari keluarga yang kelas ekonominya menengah ke bawah. g. Guru PAI belum sepenuhnya dapat mengaktualisasikan nilai-nilai agama kepada peserta didik. h. Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih sangat terbatas. i. Tuntutan kompetensi dan kompetisi j. Tuntan globalisasi. (Nafis, 2010: 35).
terkesan
obyektif
jika
kurang
madrasah
meng-
mampu
menjadi lembaga pendidikan yang alternatif.
Menurut
pendidikan
Islam
Malik
Fajar
dapat
mejadi
pendidikan alternatif apabila ia dapat memenuhi empat tuntutan yakni; a. kejelasan cita-cita dengan langkahlangkah yang operasional di dalam usaha
mewujudkan
cita-cita
pendidikan Islam b. memberdayakan
kelembagaan
dengan menata kembali sistemnya c. meningkatkan
dan
memperbaiki
manajemen d. peningkatan mutu sumber daya manusianya (Fajar, 1998: 150-151). Konsep
mutu
yang
diperkenalkan Edward Deming dan Jerome S. Arcaro atau oleh para pakar manajemen mutu yang lainnya telah dicobakan
di
berbagai
lembaga
pendidikan umum dengan hasil yang beragam. Tujuan
utama
dari
pemberlakuan mutu agar proses dan hasil dari sebuah pendidikan lebih terukur, dapat dipertanggungjawabkan
11
dan menghasilkan lulusan yang lebih
dirinya.
berdayaguna dan siap pakai. Oleh
kemudian yang menurut Fajar ketika
karena itu madrasah sudah saatnya
format madrasah dari waktu ke waktu
harus memperhatikan mutu di segala
menjadi
bidang
madrasah
sementara isi dan visi keislaman terus
sekolah-sekolah
mengalami perubahan (Fajar; 1998:
agar
seimbang
nantinya
dengan
umum lainnya, bahkan menjadi pilihan
Apa
yang
semakin
dikhawatirkan
jelas
sosoknya,
23).
alternatif dan bisa menjadi pusat
Penawaran Tilaar dengan upaya
keunggulan dalam perpaduan ilmu-
reposisi madrasah ke dalam kerangka
ilmu agama dan ilmu-ilmu pengetahuan
konseptual reposisi dan reaktualisasi
umum.
madrasah jangan sampai mengurangi kewibawaan dan ciri khas madrasah
3.
sebagai sebuah lembaga pendidikan
Madrasah Pusat Keunggulan Fase perkembangan madrasah
Islam. Oleh karena itu madrasah harus
pasca kemerdekaan Republik Indonesia
melakukan
khususnya dengan lahirnya keputusan
terobosan agar eksistensi
bersama 3 menteri (SKB 3 Menteri),
diiringi dengan semakin berfungsinya
sebenarnya dengan keputusan tersebut
madrasah
apalagi
Islam
pendidikan nasional. Dalam hal ini,
melalui
terobosan yang hendak dicapai adalah
setelah
memasuki
era
pendidikan integrasi
UUSPN no 2 tahun 1989 kemudian
sekarang
yang
madrasah
disempurnakan
berbagai
tersebut
menjadi
upaya
dalam
pusat
dan
madrasah
kancah
unggulan
dalam pendidikan Islam.
dengan Undang-Undang Nomor 20
Agar madrasah menjadi pusat
tentang Sistem Pendidikan Nasional,
unggulan, perlu ditempuh dengan cara:
eksistensi madrasah sebagai lembaga
a. Memposisikan
fungsi
madrasah
pendidikan yang bercirikan Islam telah
sebagai lembaga pendidikan Islam
mendapat tempatnya dalam sistem
yang menghubungkan sistem lama
Pendidikan Nasional.
dan sistem baru dengan jalan
Hanya
saja
keberadaan
mempertahankan nilai-nilai lama
madrasah yang telah diakui itu tidak
yang masih baik dan mengambil
menjadikan madrasah kehilangan jati
sesuatu yang baru dalam ilmu,
12
teknologi
dan
ekonomi
yang
ketersediaan
bermanfaat bagi kehidupan umat
yang
Islam (Abasri; 2009: 290).
sarana
b. Madrasah hendaknya melakukan perubahan
tenaga
profesional, dan
pendidikan kelengkapan
prasarana,
ditangani
dengan
manajemen
profesional
perlu sistem
dalam
sistem
yang
mengarah
modern, transparan dan demokratis,
perbaikan materi-materi pendidikan
dan adanya kurikulum yang sesuai
agar dapat membangun sikap kritis
dengan kebutuhan masyarakat dan
dalam mengintegrasikan ilmu-ilmu
tantangan dunia modern.
pendidikannya
keagamaan
dengan
ilmu-ilmu
Agaknya
umum lainnya. c. Madrasah
upaya
yang
untuk
menjadikan madrasah sebagai pusat
mengubah
sistem
unggulan di bidang pendidikan Islam
terkesan
sebagaimana diuraikan di atas masih
monolog menjadi dialogis yang
menjumpai kendala dalam realisasinya,
inovatif.
apabila hingga sekarang ini terdapat
pembelajaran
d. Madrasah
yang
melalui
para
dikotomi pendidikan Islam dengan
hendaknya
juga
pendidikan umum lainnya, sebagai
berusaha meningkatkan manajemen
akibat kebijakan pemerintah Indonesia
pendidikannya
dapat
dengan adanya pemisahan kewenangan
merespon
antara kementrian pendidikan nasional
pengelolanya
mengantisipasi
yang dan
tuntutan masyarakat.
dan kementrian agama dalam soal
e. Madrasah perlu mengembangkan
pembinaan dan pengawasan pendidikan
program yakni memberikan nuansa
yang dibedakan antara sekolah umum
Islam atau spiritualisasi bidang
dengan madrasah. Oleh karena itu perlu
studi
dilakukan hubungan yang dialogis dan
umum
atau
sebaliknya
pengajaran bidang studi agama
sinergis
diperkuat dengan pendekatan iptek.
tersebut.
antara
kedua
departemen
Disamping cara-cara di atas, hal SIMPULAN
lain yang juga turut mendukung dalam sebagai
menjadikan
Eksistensi
madrasah
madrasah
sebagai
lembaga pendidikan Islam yang cukup
pusat unggulan adalah
13
Karel A Steenbrink, 1986. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES)
lama berada di Indonesia mestinya patut diperhitungkan keberadaan dan fungsinya
dalam
turut
serta
mencerdaskan kehidupan bangsa di
Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta)
tanah air Indonesia. Upaya pemerintah, pemerintah daerah dan dukungan masyarakat yang
Thoha, Chabib dan Muth'i, Abdul, 1998. PBM-PAI di Sekolah: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja sarna dengan Fakultas Tarbiyah lAIN Walisongo Semarang)
aktif hendaknya dilakukan sedemikian rupa
dalam
mewujudkan
reposisi
fungsi madrasah di tengah sistem pendidikan nasional. Dan upaya ini tidak berhenti dengan lahirnya sebuah peraturan perundangan-undangan yang selama ini digariskan melalui undang-
Daulay,
undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, melainkan perubahan
citra
madrasah
yang
terkesan “dipinggirkan” dalam blantika
Haidar Putra, 2004. Pendidikan Islam : Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media).
Samsul Nizar (ed), 2009. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana Media Group)
dunia pendidikan nasional menjadi masdrasah yang “diunggulkan”.
DAFTAR PUSTAKA
Nafis, Ahmadi H. Syukron. 2010. Pendidikan Madrasah: Dimensi Profesional dan Kekinian, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo).
Suwito dan Fauzan (ed), 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media) Fadjar, Malik. A., 1998. Madrasah dan Tantangan Modernitas. (Bandung: Mizan) _____________., 1998. Vizi Pembaruan Pendidikan Islam, (Jakarta: LP3NI)
14