Topik Utama RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000 MW Arief Sugiyanto Divisi Perencanaan Sistem, PT PLN (Persero)
[email protected] SARI Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan sangat dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dalam 10 tahun ke depan, kebutuhan listrik diperkirakan tumbuh ratarata sebesar 8,7% per tahun untuk menopang pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% per tahun, serta untuk mencapai rasio elektrifikasi 97% pada 2019 dan 99% pada 2024. Pemenuhan kebutuhan listrik nasional tersebut membutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 7.000 MW per tahun. Hal ini merupakan tantangan yang sangat besar, baik bagi PLN maupun pelaku swasta dalam industri ketenagalistrikan, mengingat realisasi proyek pembangkitan selama ini yang dalam pelaksanaannya mempunyai banyak kendala dan akhirnya terlambat beroperasi. Program pembangunan pembangkit 35.000 MW dalam rentang waktu tahun 2015-2019 merupakan bagian dari RUPTL 2015-2024, yang didukung oleh pemerintah sebagai program prioritas nasional. Program 35.000 MW memiliki strategi yaitu mendorong partisipasi swasta yang lebih besar dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional. Kesuksesan program 35.000 MW harus didukung oleh semua pihak, dan tidak bisa dilakukan dengan metode business as usual untuk mengatasi kendalakendala yang ada, namun perlu strategi khusus yang dititikberatkan pada penyederhanaan dan percepatan proses perizinan, pembebasan lahan dan kemudahan pendanaan. Kata kunci : infrastruktur ketenagalistrikan, percepatan, perizinan, partisipasi swasta
1. PENDAHULUAN Kebutuhan listrik di Indonesia dalam 5 tahun terakhir tumbuh sangat pesat, mencapai ratarata 8,2% per tahun untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sekitar 6,1% per tahun. Rasio elektrifikasi tumbuh pesat dari 66,2% pada 2010 menjadi 84,4% pada 2014 dengan penambahan jumlah pelanggan ratarata sebesar 3,5 juta pelanggan per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut, telah dibangun pembangkit sebesar 17.500 MW (termasuk sewa) selama kurun 5 tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
4
Berdasarkan RUPTL 2015-2024, rasio elektrifikasi ditargetkan mencapai 97,4% pada 2019 dan 99,4% pada 2024. Untuk menopang pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,7% per tahun, maka kebutuhan listrik diperkirakan tumbuh 8,7% per tahun dari 219 TWh pada 2015 menjadi 464 TWh pada 2024. Dalam kurun waktu tersebut akan dibangun pembangkit sebesar 42.900 MW hingga 2019 dan 70.400 MW hingga 2024 atau rata-rata 7.000 MW per tahun. Pemerintah telah menugaskan kepada PLN untuk melakukan pembangunan pembangkit sebesar 35.500 MW untuk kurun waktu 2015-
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
Topik Utama
www.movebacktonigeria.com www.movebacktonigeria.com 6.000 6.000
5.646 5.646
5.000 5.000
5.343 5.343 5.343
4.000 4.000 3.045 3.045 3.045
3.000 3.000 2.000 2.000
1.990 1.990
1.705
1.000 1.000 2011 2011
2012 2012
2013 2013
2014 2014
-1,000 -1,000
Gambar Gambar 1. 1. Penambahan Penambahan kapasitas kapasitas pembangkit pembangkit 2010-2014 2010-2014
2019, 2019, di di luar luar pembangkit pembangkit yang yang saat saat ini ini sedang sedang konstruksi sebesar 7.400 MW. konstruksi sebesar 7.400 MW. Apabila Apabila melihat melihat data data historis historis penambahan penambahan pembangkit pembangkit 5 5 tahun tahun terakhir terakhir sebesar sebesar 3.500 3.500 MW MW per tahun, maka PLN menghadapi per tahun, maka PLN menghadapi tantangan tantangan yang yang sangat sangat besar besar untuk untuk tahun-tahun tahun-tahun ke ke depan. depan.
M&E, M&E, Vol. Vol. 13, 13, No. No. 2, 2, Juni Juni 2015 2015
Tantangan Tantangan utama utama yang yang dihadapi dihadapi dalam dalam pembangunan infrastruktur pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan ketenagalistrikan adalah adalah masalah masalah pembebasan pembebasan lahan, lahan, perizinan perizinan Untuk itu perlu dan pendanaan. dan pendanaan. Untuk itu perlu strategi strategi khusus, khusus, di di luar luar business business as as usual, usual, dari dari berbagai berbagai pihak pihak untuk untuk mendorong mendorong program program nasional nasional pemerintah pemerintah tersebut. tersebut. 2. 2. RENCANA RENCANA USAHA USAHA PENYEDIAAN PENYEDIAAN TENATENAGA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 GA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 2.1. 2.1. Tujuan Tujuan dan dan Lingkup Lingkup RUPTL RUPTL RUPTL RUPTL 2015-2024 2015-2024 telah telah disahkan disahkan oleh oleh Menteri Menteri ESdM ESDM melalui Kepmen No. 0074 ESdM melalui Kepmen No. 0074 K/21/MEM/ ESDM K/21/MEM/ 2015 2015 tanggal tanggal 12 12 Januari Januari 2015 2015 untuk untuk memenuhi memenuhi amanat dari Peraturan Pemerintah amanat dari Peraturan Pemerintah No. No. 14 14 Tahun Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan 2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Peraturan Pemerintah Pemerintah Nomor Nomor 23 23 Tahun Tahun 2014. 2014. RUPTL disusun untuk menjadi RUPTL disusun untuk menjadi pedoman pedoman pengembangan pengembangan sarana sarana ketenagalistrikan ketenagalistrikan dalam dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayah memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayah
5 5 55
Topik Utama usaha PLN secara efisien dan terencana guna menghindari ketidakefisienan perusahaan sejak tahap perencanaan. RUPTL memuat proyeksi kebutuhan tenaga listrik, rencana pengembangan kapasitas pembangkit, rencana pengembangan transmisi dan gardu induk, distribusi, target bauran energi serta kebutuhan investasi. Proyeksi kebutuhan listrik disusun untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan penduduk yang disusun oleh BPS dan Bappenas. Proyeksi kebutuhan tenaga listrik dibuat rinci per provinsi dan per sistem tenaga listrik, termasuk sistem kelistrikan yang isolated di pulau-pulau tersebar. Rencana pengembangan kapasitas pembangkit, transmisi dan gardu induk juga dibuat rinci hingga proyek-proyeknya. Pengembangan kapasitas pembangkit direncanakan untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik dan margin cadangan (reserve margin) tertentu dan sedapat mungkin direncanakan secara optimal dengan prinsip biaya terendah (least cost). Pengembangan pembangkit juga mengutamakan pemanfaatan sumber energi setempat, terutama energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, surya tenaga angin dan energi setempat lainnya. Beberapa proyek pembangkit telah dinyatakan akan dikerjakan sebagai proyek PLN atau proyek listrik swasta (IPP), sedangkan beberapa proyek lain masih belum ditetapkan sebagai proyek PLN atau IPP. Hal ini dimaksudkan agar PLN di kemudian hari, atas persetujuan Pemerintah, akan memutuskan apakah suatu proyek diimplementasikan sebagai proyek PLN atau IPP. Pengembangan sistem transmisi direncanakan untuk memperoleh keseimbangan antara kapasitas pembangkitan dan kebutuhan daya listrik secara efisien dengan memenuhi kriteria keandalan dan kualitas tertentu. Pada sistem kelistrikan yang sudah besar seperti Sumatera dan Jawa, direncanakan satu sistem transmisi
6
untuk menjadi tulang punggung sistem kelistrikan (backbone) berupa saluran transmisi tegangan ekstra tinggi. 2.2. Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Pada periode tahun 2015-2024, kebutuhan tenaga listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 219 TWh menjadi 464 TWh dengan pertumbuhan rata-rata 8,7% per tahun (Gambar 2). Jumlah pelanggan juga meningkat dari 60,3 juta tahun 2015 menjadi 78,4 juta pada tahun 2024 atau bertambah rata-rata 2,2 juta per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 87,7% pada 2015 menjadi 99,4% pada 2024. Secara regional, kebutuhan listrik Jawa-Bali diperkirakan akan meningkat dari 165,4 TWh menjadi 324,4 TWh, atau tumbuh rata-rata 7,8% per tahun. Untuk Indonesia Timur pada periode yang sama, kebutuhan listrik akan meningkat dari 22,6 TWh menjadi 57,1 TWh atau tumbuh ratarata 11,1% per tahun. Wilayah Sumatera tumbuh dari 31,2 TWh menjadi 82,8 TWh atau tumbuh rata-rata 11,6% per tahun. Gambar 3 memperlihatkan bahwa pada sistem Jawa Bali kelompok pelanggan industri mempunyai porsi yang cukup besar, yaitu ratarata 41,4% dari total penjualan. Sedangkan di Indonesia Timur dan Sumatera rata-rata porsi pelanggan industri adalah relatif kecil, yaitu masing-masing hanya 12% dan 14,7%. Pelanggan residensial masih mendominasi penjualan hingga tahun 2024, yaitu 55% untuk Indonesia Timur dan 59% untuk Sumatera. 2.3. Rencana Penambahan Pembangkit
Kapasitas
Untuk melayani pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit sebanyak 70,4 GW untuk seluruh Indonesia, atau penambahan kapasitas rata-rata mencapai 7 GW per tahun (Gambar 4). Dari kapasitas tersebut PLN dan IPP akan membangun masing-masing 21,4 GW dan 35,5 GW, sedangkan 13,5 GW lainnya merupakan
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
Topik Utama
Gambar 2. Proyeksi kebutuhan listrik 2015-2024
500.000 450.000
350.000
Indonesia
Jawa-Bali
300.000
400.000 250.000
350.000 300.000
200.000
250.000 150.000
200.000 150.000
100.000
100.000 50.000
50.000
-
-
2014 80.000
70.000
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2014 60.000
Sumatera
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2019
2020
2021
2022
2023
2024
Indonesia Timur
50.000 60.000 40.000
50.000
40.000
30.000
30.000
20.000
20.000 10.000 10.000
-
-
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2014
2015
2016
2017
2018
Gambar 3. Komposisi kebutuhan tenaga listrik berdasar kelompok pelanggan
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
7
Topik Utama 20.000
Unallocated
16.000
IPP PLN
12.000
8.000
4.000
0
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
Gambar 4. Rencana kebutuhan kapasitas pembangkit (MW) proyek unallocated. Proyek unallocated yaitu proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya. Gambar 5 menunjukkan rencana kebutuhan kapasitas berdasar jenis pembangkit. PLTU
batubara akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu mencapai 42,1 GW atau 59,8%. PLTGU gas yang direncanakan berkapasitas 9,2 GW atau 13,0% dan PLTG sebesar 5,0 GW atau 7,1%. Untuk energi terbarukan, bagian terbesar adalah PLTA
19.319
20.000
16.000
12.000
9.239 8.000
4.000
0
6.379 3.793
4.213
2015
2016 PLTU
5.076
2017
2018
2019
PLTA
PLTP
PLTGU
2020
6.146 4.318
4.617
2021
2022
PLTG/MG
2023
7.333
2024
PLT Lain
Gambar 5. Rencana kebutuhan kapasitas berdasarkan jenis pembangkit (MW)
8
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
Topik Utama sebesar 8,4 GW atau 11,9% dari kapasitas total, kemudian panas bumi sebesar 4,8 GW atau 6,8%, setelah itu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) skala kecil tersebar sebanyak 0,9 GW dan terakhir pembangkit lain (surya, angin, biomassa) sebesar 0,1 GW.
19,2% gas alam (termasuk LNG), panas bumi 8,9%, tenaga air 6,6% serta 1,6% BBM dan bahan bakar lainnya (Gambar 6).
Dari total kapasitas tersebut, tambahan pembangkit di Sumatera sebesar 17,7 GW dan di Indonesia Timur adalah sekitar 14,2 GW. Untuk sistem Jawa-Bali, tambahan pembangkit adalah sekitar 38,5 GW atau rata-rata 3,8 GW per tahun. Komposisi produksi listrik pada tahun 2024 untuk gabungan Indonesia diproyeksikan akan menjadi 63,7% batubara, 19,2% gas alam (termasuk LNG), 8,9% panas bumi, tenaga air 6,6% serta 1,6% minyak dan bahan bakar lainnya (Gambar 5).
Pengembangan sistem penyaluran pada periode 2015-2024 berupa pengembangan sistem transmisi dengan tegangan 500 kV dan 150 kV di sistem Jawa-Bali, serta tegangan 500 kV, 275 kV, 150 kV dan 70 kV di sistem Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Pembangunan sistem transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya kesesuaian antara kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir secara efisien. Di samping itu sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran dan perbaikan tegangan pelayanan.
Bauran energi saat ini masih didominasi oleh batubara sebesar 52,8%, disusul oleh gas 24,2%, tenaga air 6,5%% hidro dan panas bumi 4,4% serta BBM 11,7%. Komposisi produksi listrik pada tahun 2024 untuk gabungan Indonesia diproyeksikan akan menjadi 63,7% batubara,
Pengembangan transmisi 500 kV di Jawa-bali pada umumnya dimaksudkan untuk mengevakuasi daya dari pembangkitpembangkit baru maupun ekspansi dan menjaga kriteria keandalan N-1, baik statik maupun dinamik. Sedangkan pengembangan transmisi
2.4. Rencana Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk
600
500
400
300
200
100
0 2015
2016
Others
2017 Panas Bumi
2018 Air
2019
2020
Batubara
2021 Gas
2022 LNG
2023 MFO
2024 HSD
Gambar 6. Proyeksi komposisi produksi energi listrik per jenis bahan bakar
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
9
Topik Utama 2.5. Kebutuhan Investasi
150 kV dimaksudkan untuk menjaga kriteria keandalan N-1 dan sebagai transmisi yang terkait dengan gardu induk 150 kV baru.
Untuk membangun sarana pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik diperlukan dana investasi sebesar US$ 69,4 miliar untuk proyek PLN saja dan total US$ 132,2 miliar jika digabung dengan proyek listrik yang diasumsikan akan dilaksanakan oleh IPP, dengan disbursement tahunan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 9.
Pengembangan transmisi 500 kV di Sumatera dimaksudkan untuk membentuk transmisi backbone yang menyatukan sistem interkoneksi Sumatera pada koridor timur. Pusat-pusat pembangkit skala besar dan pusat-pusat beban yang besar di Sumatera akan tersambung ke sistem transmisi 500 kV. Transmisi ini akan mentransfer tenaga listrik dari pembangkit listrik di daerah yang kaya sumber energi primer murah (Sumbagsel dan Riau) ke daerah yang kurang memiliki sumber energi primer murah (Sumbagut). Selain itu transmisi 500 kV di Sumatera Selatan dikembangkan sebagai feeder pemasok listrik dari PLTU mulut tambang ke stasiun konverter transmisi High Voltage Direct Current (HVDC) yang menghubungkan sistem kelistrikan di pulau Sumatera dan pulau Jawa.
Selama ini sumber pembiayaan proyek-proyek PLN banyak diperoleh dari penerusan pinjaman luar negeri (two step loan), namun setelah tahun 2006 peranan pinjaman semacam ini mulai menurun dan sebaliknya pendanaan dengan obligasi terus meningkat, baik obligasi lokal maupun global. Proyek percepatan pembangkit FTP1 10.000 MW sepenuhnya dibiayai dari pinjaman yang diusahakan oleh PLN dengan garansi Pemerintah. Akhir-akhir ini PLN kembali berupaya memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan multilateral dan bilaterial untuk mendanai proyek-proyek kelistrikan yang besar, seperti Upper Cisokan pumped storage dan transmisi HVDC Sumatera - Jawa.
Rencana pengembangan sistem penyaluran di Indonesia hingga tahun 2024 diproyeksikan sebesar 59.272 kms serta 145.399 MVA gardu induk dan trafo ditunjukkan Gambar 7 dan Gambar 8. 12.000
• 500 kVAC • 500 kVDC • 275 kVAC • 150 kV • 70 kV Total
10.000
8.000
: 5.829 kms : 1.543 kms : 8.371 kms : 40.413 kms : 3.116 kms : 59.272 kms
6.000
4.000
2.000
2015
2016
70 kV
2017
150 kV
2018
2019
275 kV
2020
2021
500 kV dc
2022
2023
2024
500 kV Ac
Gambar 7. Kebutuhan pengembangan saluran transmisi untuk berbagai tegangan
10
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
Topik Utama 30.000,0
• 500/275 kV : 5.000 MVA • 500/150 kV : 34.673 MVA • 500 kV DC : 3.600 MVA • 275/150 kV : 20.560 MVA • 150/70 kV : 690 MVA • 150/20 kV : 78.426 MVA • 70/20 kV : 2.450 MVA Total : 145.399 MVA
25.000,0
20.000,0
15.000,0
10.000,0
5.000,0
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
70/20 kV
150/20 kVDC
150/70 kV
500 kVDC
500/150 kV
500/275 kV
2023
2024
275/150 kV
Gambar 8. Kebutuhan pengembangan gardu induk dan trafo untuk berbagai tegangan Miliar US$ Miliar US$ 25,0 25,0
20,0 20,0 10,3
10,8
15,0 15,0
9,5 6,6
10,0 10,0
Pembangkit PembangkitPLN PLN PembangkitIPP IPP Pembangkit Transmisi Transmisi Distribusi Distribusi
34,3miliar miliar US$ :: 34,3 :: 62,8 62,8miliar miliar US$ :: 20,6 20,6miliar miliar US$ :: 14,5 14,5miliar miliar US$ US$
TotalPLN PLN Total Total IPP Total IPP Total PLN + IPP Total PLN+IPP
:: 69,4 US$ miliar US$ 69,4miliar : 62,8 miliar US$ : 62,8 miliar US$ :1 32,2 miliar US$ : 132,2 miliar US$
5,8
3,0
4,8
5,0 5,0
8,2
9,7
10,1
8,8 6,4
4,6
5,1
4,4
3,9
5,6
5,9
2022 2022
2023 2023
3,9
4,9
0,0 0,0
2015 2015
2016 2016
2017 2017
Total Investasi PLN Total Investasi PLN Penyaluran Penyaluran
2018 2018
2019 2019
2020 2020
Total Investasi PLN+IPP Total Investasi PLN+IPP Distribusi Distribusi
2021 2021
2024 2024
Pembangkit PLN+IPP Pembangkit PLN+IPP Pembangkit PLN Pembangkit pln
Gambar 9. Kebutuhan investasi untuk pengembangan kelistrikan
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
11
Topik Utama 3.
PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000 MW TAHUN 2015-2019
Program pembangunan ketenagalistrikan tahun 2015-2019 meliputi pengembangan pembangkit, jaringan transmisi, gardu induk (GI) dan jaringan distribusi. Pengembangan tersebut untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi 6,7%, pertumbuhan kebutuhan listrik 8,8% dan rasio elektrifikasi 97% pada 2019. Program ini merupakan bagian dari rencana pengembangan ketenagalistrikan 10 tahun ke depan dalam RUPTL 2015-2024. 3.1. Pembangunan Pembangkit Tahun 20152019 Tambahan pembangkit baru yang diperlukan untuk 5 tahun ke depan sebesar 42.940 MW, dimana di dalamnya termasuk pembangkit yang sedang dalam tahap konstruksi sebesar 7.411 MW, sedangkan sisanya yang masih committed dan tahap rencana sebesar 35.529 MW. Rencana pembangunan pembangkit yang masih committed dan tahap rencana inilah yang disebut sebagai program pembangunan pembangkit 35.000 MW, yang rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1. Penyebaran proyek pembangkit 35.000 MW seperti dapat dilihat pada Gambar 10.
Dari 35.000 MW, PLTU batubara masih mendominasi sebesar 19.990 MW (56,3%), disusul oleh PLTGU/MG sebesar 12.867 MW (36,2%), PLTA 2.082 MW (5,9%), PLTP 510 MW (1,4 %) dan pembangkit terbarukan lainnya sebesar 80 MW (0,2%) dengan rincian seperti dapat dilihat pada Tabel-2. Dalam program ini, peran swasta sangat dominan, mencapai 25.306 MW, sedangkan pembangkit yang akan dibangun oleh PLN hanya sebesar 10.223 MW. Tabel 2. Komposisi tambahan pembangkit berdasarkan jenis pembangkit Jenis PLTA PLTU PLTGU/MG PLTP PLT lain Total
PLN 1,324 2,165 6,634 100 ‐ 10,223
IPP 758 17,825 6,233 410 80 25,306
Jumlah 2,082 19,990 12,867 510 80 35,529
3.2. Pembangunan Jaringan Transmisi dan GI Tahun 2015-2019 Tambahan jaringan transmisi yang diperlukan untuk 5 tahun ke depan sebesar 45 ribu kms dan tambahan GI sebesar 109 ribu MVA. Detail pengembangan transmisi dan GI dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 1. Kebutuhan tambahan pembangkit berdasarkan status proyek Pengembang Tahap Konstruksi PLN IPP Sub‐Total Committed PLN IPP Sub‐Total Tahap Rencana PLN IPP Sub‐Total Total
12
2015
2016
2017
2018
2019
MW
Total
2,308 1,471 3,779
784 1,001 1,785
339 451 790
562 240 802
200 55 255
4,193 3,218 7,411
‐ 3 3
454 28 482
1,590 398 1,988
575 3,028 3,603
2,539 12,204 14,743
5,158 15,661 20,819
‐ ‐ ‐ 3,782
1,610 335 1,945 4,212
1,351 2,261 3,612 6,389
1,590 3,243 4,832 9,237
515 3,806 4,321 19,319
5,065 9,645 14,710 42,940
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
Topik Utama Sumatera: PLN : 1,1 GW IPP : 7,6 GW Total : 8,7 GW
Kalimantan: PLN : 0,92 GW IPP : 0,95 GW Total : 1,87 GW
Jawa-Bali: PLN : 5,0 GW IPP : 15,9 GW Total : 20,9 GW
Sulawesi: PLN : 2,0 GW IPP : 0,7 GW Total : 2,7 GW
Maluku: PLN : 0,26 GW IPP : 0,02 GW Total : 0,28 GW
Nusa Tenggara: PLN : 0,67 GW IPP : 0,03 GW Total : 0,70 GW
Papua: PLN : 0,22 GW IPP : 0,12 GW Total : 0,34 GW
Indonesia: PLN : 10,2 GW IPP : 25,3 GW Total : 35,5 GW
Gambar 10. Peta penyebaran program pembangunan pembangkit 35.000 MW Tabel 3. Pengembangan transmisi tahun 2015-2019 SUTET 500 kV & 275 kV
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Total Total Lokasi Kapasitas (kms) 16 2.324 9 901 12 964 19 2.168 27 2.679 83 9.035
SUTT 150 kV & 70 kV
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Total Total Lokasi Kapasitas (kms) 156 9.304 192 9.701 179 9.966 85 4.994 37 2.396 649 36.361
Tabel 4. Pengembangan GI tahun 2015-2019 GITET 500 kV & 275 kV
Tahun
Total Lokasi
2015 2016 2017 2018 2019 Total
11 7 13 10 7 48
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
Total Kapasitas (MVA) 12,586 7,837 14,340 2,750 8,350 45,863
GI 150 kV & 70 kV
Tahun
Total Lokasi
2015 2016 2017 2018 2019 Total
105 100 111 68 40 424
Total Kapasitas (MVA) 14,080 13,516 12,070 17,760 5,500 62,926
13
Topik Utama 3.3. Pembangunan Jaringan Distribusi Tahun 2015-2019 Tambahan jaringan distribusi yang diperlukan untuk 5 tahun ke depan meliputi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sebesar 82 ribu kms, gardu distribusi 21 ribu MVA dan tambahan pelanggan 13.794 ribu. Detail pengembangan jaringan dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Pengembangan GI Tahun 2015-2019 Tahun
JTM (kms)
Gardu Distribusi (MVA) 3,867
Tambahan Pelanggan (x1000) 3,300
2015
15,616
2016
16,542
4,090
3,233
2017
16,540
4,161
2,599
2018
16,520
4,290
2,482
2019
16,992
4,343
2,179
3.4. Dukungan Pemerintah untuk Program Percepatan Pembangunan Pembangkit 35.000 MW Keberhasilan program 35.000 MW untuk 5 tahun ke depan membutuhkan dukungan Pemerintah dalam hal sebagai berikut: a. Mempermudah dan mempercepat persetujuan Service Level Agreement (SLA) dan Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN). b. Menyetujui direct loan dari bank pembangunan internasional ke PLN dengan jaminan pemerintah. c. Melanjutkan proyek kelistrikan tahun jamak melalui APBN. d. Merencanakan tambahan modal ke PLN untuk menambah kapasitas investasi. e. Menyetujui tambahan alokasi gas dan LNG untuk PLN. f. Memberi dispensasi izin kehutanan (memberikan izin bekerja di hutan sambil menyelesaikan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan). g. Menetapkan Perhutani sebagai penerima kuasa dari pengguna hutan untuk membeli
14
lahan pengganti hutan dan menghutankannya. h. Menerbitkan izin jetty secara otomatis apabila Pemda sudah menerbitkan izin lokasi/izin penetapan lokasi. i. Menyederhanakan perizinan terkait dengan kelistrikan (ada 52 izin/ rekomendasi/ pertimbangan teknis). j. Membentuk Tim Pengadaan Tanah khusus program 35.000 MW. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung keberhasilan implementasi program 35.000 MW antara lain dengan solusi seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Program pembangunan pembangkit 35.000 MW merupakan program nasional yang harus didukung oleh berbagai Kementerian/Lembaga, untuk itu koordinasi lintas sektor sangat penting. Kementerian/Lembaga terkait dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional seperti dapat dilihat pada Gambar 11. 4.
KESIMPULAN
Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan sangat dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dalam 10 tahun ke depan, kebutuhan listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 8,7% per tahun untuk menopang pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% per tahun, serta untuk mencapai rasio elektrifikasi 97% pada 2019 dan 99% pada 2024. Pemenuhan kebutuhan listrik nasional tersebut membutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 7.000 MW per tahun. Hal ini merupakan tantangan yang sangat besar, baik bagi PLN maupun pelaku swasta dalam industri ketenagalistrikan, mengingat realisasi proyek pembangkitan selama ini yang dalam pelaksanaannya mempunyai banyak kendala dan akhirnya terlambat beroperasi. Program pembangunan pembangkit 35.000 MW dalam rentang waktu tahun 2015-2019 merupakan bagian dari RUPTL 2015-2024, yang didukung oleh pemerintah sebagai program prioritas nasional. Program 35.000 MW memiliki strategi
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
Topik Utama Tabel 6. Permasalahan dan Solusi Implementasi Program 35.000 MW No. No
Masalah Masalah
Solusi Solusi
11. Penyediaan Lahan Penyediaan Lahan
Memberlakukan UU No. 2/2012 Memberlakukan UU No 2/2012
22. Negosiasi Harga Negosiasi Harga
Menetapkan Harga Patokan Tertinggi untuk IPP Menetapkan Harga Patokan Tertinggi untuk dan Excess Power (Permen ESDM No. 3/2015) IPP dan Excess Power (Permen ESDM No.
3/2015)
3
Proses Penunjukan dan Percepatan dengan Tunjuk Langsung dan Pemilihan Pemilihan IPP Langsung untuk dengan EBT, Mulut Tambang, Gas Marginal, Proses Penunjukan dan Percepatan Tunjuk Langsung dan 3. Ekspansi, dan Excess Power (Permen ESDM Pemilihan IPP Pemilihan Langsung untuk EBT, Mulut No. 3/2015)
Tambang, Gas Marginal, Ekspansi, dan Excess
4
Power (Permen ESDM No. 3/2015) Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Pengurusan Izin
Pengurusan Izin 54. Kinerja Developer dan Kontraktor 5.
6
6.
7
7.
8
Kinerja Developer dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Melakukan Due Dilligence (uji tuntas) Permen ESDM No. 3/2015 Melakukan Due Dilligence (uji tuntas) –
Kapasitas Manajemen Kontraktor Proyek
Membentuk PMO dan menunjukan Independent Permen ESDM No. 3/2015 Procurement Agent
Koordinasi Proyek Lintas Sektor
Membentuk Tim Nasional Lintas Kementerian Procurement Agent (Perpres)
Kapasitas Manajemen Koordinasi Lintas Sektor
Permasalahan Hukum
Permasalahan Hukum
8.
Kemenko Perekonomian
KemAgrariaTR: Pengadaan lahan
Membentuk PMO dan menunjuk Independent
Membentuk Tim Nasional Lintas Kementerian
Menerbitkan (Perpres) Perpres (Ketentuan yang bersifat khusus)
Menerbitkan Perpres bersifat khusus)
yang
Kemenko Kemaritiman
KemLHK: IPPKH & Amdal Kemenhub: Izin jetty & Penggunaan jalur KA
Pemda (Bupati, Gubernur): Izin usaha & Rekomendasi IPPKH dan dukungan pengadaan lahan
Kementerian ESDM: Kebijakan dan Regulasi Sektor
BKPM: Izin prinsip PMA & Kelancaran PTSP
(Ketentuan
Bappenas: Penerbitan Bluebook Kemkeu: Jaminan Pemerintah & Multiyears contract
Gambar 11. Kementerian/lembaga terkait terkait dalam dalam pembangunan pembangunan ketenagalistrikan ketenagalistrikannasional nasional
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015
15
Topik Utama yaitu mendorong partisipasi swasta yang lebih besar dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional. Kesuksesan program 35.000 MW harus didukung oleh semua pihak, dan tidak bisa dilakukan dengan metode business as usual untuk mengatasi kendala-kendala yang ada, namun perlu strategi khusus yang dititikberatkan pada penyederhanaan dan percepatan proses perizinan, pembebasan lahan dan kemudahan pendanaan.
DAFTAR PUSTAKA PT PLN (Persero), 2014, Statistik PLN 2013, Jakarta: PT PLN (Persero). PT PLN (Persero), 2014, Majalah Fokus, Edisi Desember 2014, Jakarta: PT PLN (Persero). PT PLN (Persero), 2015, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 20152024, Jakarta: PT PLN (Persero). Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, 2015, Materi Presentasi Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM. Jakarta: DJK ESDM.
16
M&E, Vol. 13, No. 2, Juni 2015