RELASI ANTARA KERENDAHAN HATI DAN KEYAKINAN KEPADA TUHAN (SUATU PENAFSIRAN MAZMUR 131)
Sia Kok Sin C. H. Spurgeon mengungkapkan tentang Mazmur 131 sbb: “It is one of the shortest Psalms to read, but one of the longest to learn.” 11 Spurgeon menyatakan hal ini, karena ia berpendapat bahwa walaupun mazmur ini sangat pendek, tetapi kerendahan hati yang diajarkan oleh mazmur ini merupakan suatu hal yang sulit untuk dipelajari dan dihayati oleh orang percaya. Mazmur ini mengungkapkan relasi yang erat antara kerendahan hati seseorang dengan keyakinan yang penuh kepada TUHAN. Kerendahan hati yang merupakan lawan dari kesombongan terkait erat dengan sikap penyerahan dan tunduk kepada Tuhan.22 Tujuan dari mazmur ini adalah melukiskan suatu model kerendahan hati manusia di hadapan Tuhan yang membawa pemazmur mengajak komunitas untuk mempunyai keyakinan yang penuh kepada Tuhan.33 Teks 1.
a. Nyanyian ziarah Daud44 b. TUHAN, aku tidak tinggi hati, c. dan tidak memandang dengan sombong: d. aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar e. atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2.
Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku: seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku 55
3.
Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel dari sekarang sampai selama-lamanya Analisa Tata Bahasa Ayat 1
Dalam ayat 1 terdapat pengulangan kata keterangan negasi memberikan suatu penekanan dan menyatakan suatu tekad yang sungguh-sungguh.66 Juga penggunaan istilah “hati”, “mata” dan “mengejar /berjalan) yang oleh Briggs dipahami sebagai pernyataan bahwa kerendahan hati ini terwujud dalam hati, cara memandang dan pola hidup.77 Pemazmur bertekad sungguh-sungguh menjaga hati, mata dan pola hidupnya dalam kerendahan hati dan menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan kesombongan. Ayat 2 dimulai dengan kata (jika tidak atau sesungguhnya) yang dapat diartikan sebagai ungkapan sumpah dalam bentuk positif dan hanya terdiri dari protasis dan tanpa apodosis, 88 sehingga bagian ini menunjukkan suatu tekad yang kuat dari pemazmur untuk menenangkan dan mendiamkan jiwa dan hatinya. Ia bersumpah bahwa ia telah menenangkan dan mendiamkan jiwanya sebagai bagian dari disiplin hidup dalam kerendahan hati. Penggunaan kata dalam bentuk imperatif tunggal maskulin. Bentuk imperatif biasanya meminta tindakan segera dan dapat juga mengungkapkan keinginan dan harapan pembicara. 99 Oleh karena itu bagian ini mengungkapkan keinginan, harapan dan ajakan pemazmur kepada Israel untuk berharap kepada Tuhan. Struktur Berdasarkan pendekatan analisa mengungkapkan struktur mazmur ini sbb:10 10
bentuk
I. Superkripsi II. Pernyataan Ketidakbersalahan III. Peneguhan Keyakinan IV. Nasihat untuk Komunitas
1a 1b-e 2 3
Gerstenberger
Dalam ayat 1b-e pemazmur mengungkapkan: TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong: aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Ungkapan pemazmur yang menjaga kerendahan hatinya memang dikategorikan oleh Gerstenberger sebagai pernyataan ketidakbersalahannya (declaration of innocence).1111 Pernyataan
ketidakbersalahan ini biasa lahir oleh karena adanya tuduhan dari para musuh.1212 Gerstenberger mengakui bahwa dalam ayat 1 tak nampak adanya pemazmur mendapatkan tuduhan dari para musuh, 1313 sehingga dalam bagian ini pemazmur hanya mengungkapkan bahwa ia berupaya menjaga kerendahan hati dalam kehidupannya. Menjaga kerendahan hati ini sebagai upaya untuk menghindari karakteristik manusia yang dibenci oleh Tuhan.1414 Ayat 2 merupakan suatu peneguhan keyakinan (affirmation of confidence). Melalui peneguhan keyakinan ini pemazmur menggunakan metafora ibu dan anak. Pemazmur menggambarkan dirinya sebagai seorang anak yang nyaman dan aman, oleh karena Tuhan bertindak sebagai seorang ibu.1515 Gambaran seorang anak yang merasa puas dan terlindungi, oleh karena berada di lengan ibunya merupakan gambaran kepercayaan dan keyakinan penuh kepada Tuhan.1616 Ayat 3 mengungkapkan ajakan pemazmur kepada komunitas untuk berharap kepada Tuhan. Pemazmur memberikan nasihat bagi komunitas untuk berharap kepada Tuhan, oleh karena ia sendiri telah melakukannya. Sikapnya sendiri adalah contoh bagi seluruh komunitas Israel. 1717 Sebagaimana ia berharap sepenuhnya kepada Tuhan, ia mendorong agar komunitas Israel juga hidup berharap sepenuhnya kepada Tuhan. Jenis atau Bentuk Gerstenberger mengkategorikan mazmur ini sebagai adalah Nyanyian Keyakinan atau Pengakuan Iman.1818 A.A. Anderson dan Leslie C. Allen juga mengkategorikan mazmur ini sebagai Mazmur Keyakinan atau Kepercayaan.1919 Sedangkan Kraus mengkategorikan Mazmur ini sebagai Nyanyian Doa Pribadi (a prayer song of individual).2020 Selanjutnya Kraus mengungkapkan bahwa tanda atau karakteristik utama nyanyian doa pribadi itu adalah ungkapan kepercayaan dan itulah yang terdapat dalam Mazmur 131.2121 Jadi sebenarnya pengategorian Gerstenberger, Anderson, Allen dan Kraus tidaklah berbeda. Ungkapan kepercayaan itu lahir dari seorang yang benar, tetapi yang menyadari akan kemiskinannya.22 Ia mengakui bahwa ia tidak dapat membela atau menolong dirinya sendiri, tetapi ia menempatkan seluruh hidupnya di bawah perlindungan dan dukungan Tuhan.2323 Analisa Stylistik Mazmur ini terdiri dari 3 bagian. Ayat 1 terdiri dari 4 baris (2 x bicola), ayat 2 terdiri dari 3 baris (1 x tricola) dan ayat 3 terdiri dari 2 baris (1 x bicola). Samuel Terrien mengungkapkan bahwa pengurangan jumlah tiap baris pada setiap ayat memberikan upaya “a crescendo of themes,
from self-praise to an exhortation for Israel to wait humbly for the Lord”.2424 Menurut penulis hal ini justru menunjukkan suatu decrescendo yang dapat dari dilihat dari penurunan jumlah baris dari 4 ke 3 dan pada akhirnya menjadi 2 baris. Suatu decrescendo dari sikap tak “muluk-muluk” menuju sikap menenangkan hati dalam keyakinan kepada Tuhan yang berakhir pada ajakan bagi umat untuk berharap kepada Tuhan. Ayat 1b dan c dapat dikategorikan sebagai paralelisme sinomin,2525 di mana ungkapan “aku tidak tinggi hati” disejajarkan secara sinonim atau diulang dengan ungkapan “tidak memandang dengan sombong”. Begitu juga ungkapan “hal-hal yang terlalu besar” (1d) disejajarkan secara sinonim atau diulang dengan ungkapan “hal-hal yang terlalu ajaib” (1e). Penggunaan paralelisme sinonim dalam ayat 1 ini menekankan upaya pemazmur menjaga simplisitas (kesederhanaan) dalam bersikap sebagai upaya memelihara kerendahan hati dan tak terjerumus dalam upaya penonjolan diri. Leslie C. Allen mengungkapkan bahwa melalui ayat 1 pemazmur menyadari akan keterbatasan dirinya dan tidak mencari hal-hal besar bagi dirinya.2626 Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak penafsir modern menyebut Mazmur 131 sebagai “a jewel of simplicity”2727. Dalam ayat 2 ini pemazmur menganalogikan dirinya sebagai seorang anak yang disapih. Gaya sastra dalam ayat 2 ini adalah paralelisme emblematik di mana pemazmur menggunakan suatu perbandingan demi menyatukan dua pikiran dari dunia kehidupan yang berbeda.2828 Ia menganalogikan dirinya sebagai seorang anak yang disapih dan berbaring di dekat sang ibu. Anderson mengungkapkan bahwa berdasarkan II Makabe 7:27 anak yang disapih itu biasanya berumur sekitar 3 tahun. 2929 Selanjutnya ia mengungkapkan bahwa ungkapan ini dapat menunjukkan bahwa anak yang disapih itu sebenarnya tak cukup menerima makanan, sehingga ia gelisah dan menangis atau merupakan gambaran anak yang puas dengan makanan yang diterimanya.3030 VanGemeren mengutip pandangan Gottried Quell yang mengungkapkan bagian ini merupakan gambaran tentang anak yang digendong oleh ibunya dalam perjalanan ziarah ke Yerusalem.3131 Metafora anak yang disapih ini sangat menarik, oleh karena gambaran ini dapat mempunyai dua sisi. Ketika gambaran ini diartikan sebagai anak yang telah puas mendapatkan susu ibunya, maka gambaran ini menunjukkan sikap puas dan kenyang pemazmur terhadap pemeliharaan Allah. Atau sebaliknya ketika gambaran ini diartikan sebagai anak yang disapih, maka anak ini tetap mempunyai kebutuhan makanan, baik itu susu atau makanan yang lain. Namun pemazmur mengungkapkan bahwa walaupun sebagaimana anak ini gundah dan gelisah oleh karena kebutuhannya, ia menenangkan dan mendiamkan dirinya. Ia belajar puas
dengan apa yang ada atau kondisinya, khususnya ketika ia berada di dekat Tuhan sebagaimana seorang anak yang berbaring di dekat ibunya. F. Delitzch mengungkapkan bahwa natur jiwa itu sebenarnya gelisah dan membutuhkan pemuasan, namun pemazmur telah menenangkannya. 3232 Bahkan Leslie C. Allen menjadikan “Childlikeness” (serupa seorang anak) sebagai judul tafsiran mazmur ini. 3333 Sebenarnya tidak ada kesejajaran antara ayat 3a (Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel) dan ayat 3b (dari sekarang sampai selamalamanya), namun biasanya gaya ini disebut sebagai paralelisme sintetik, di mana bagian b (kedua) merupakan kelanjutan dari bagian a (pertama). 3434 Penafsiran Mazmur ini mengungkapkan relasi yang erat antara kerendahan hati, ketenangan hati dan keyakinan yang penuh kepada TUHAN. Ayat 1 mengungkapkan tentang suatu upaya menjaga kerendahan hati. Ayat 2 merupakan ungkapan sumpah pemazmur tentang upaya penenangan hatinya untuk mengalami kepuasan diri. Sedangkan ayat 3 merupakan ajakan Pemazmur kepada bangsa Israel untuk hidup dalam pengharapan dan keyakinan penuh kepada Tuhan. Hati yang tinggi atau sombong tak akan dapat membawa seseorang kepada ketenangan hati, oleh karena hati semacam ini akan selalu dipenuhi oleh pelbagai kebutuhan dan segala upaya untuk mencari pemuasan. Orang yang sombong selalu memperhatikan, membandingkan dan berkompetisi serta tak akan mengalami kepuasan. 3535 Ia akan selalu berpikir dan berencana untuk melakukan dan menampilkan lebih dan lebih tanpa pernah mencapai titik cukup dan puas. Hatinya tak pernah dipuaskan dan mengenal apa itu kesederhanaan dan keterbatasan diri. Hatinya senantiasa gelisah dan tak terpuaskan. Sebaliknya kerendahan hati dan kesederhanaan akan membawa seseorang kepada kesadaran akan keterbatasan dirinya dan belajar untuk menenangkan diri serta menikmati kepuasan batin. Kerendahan hati dan kesederhanaan tidaklah menghapuskan akan adanya kebutuhan, tetapi segala upaya pemenuhan kebutuhan itu didasarkan atas kesadaran akan keterbatasan diri dan belajar untuk menenangkan diri serta menikmati kepuasan batin. Juga dalam upaya pemenuhan kebutuhan itu tak terlepas dari sikap berharap dan menantikan Tuhan dan karya-Nya. Kesombongan juga merupakan hal yang berlawanan dengan ketergantungan dan keyakinan kepada Tuhan. Oleh karena itu hanya kerendahan hati yang akan melahirkan kepuasan dan ketenangan hati serta keyakinan yang penuh kepada Tuhan. Israel atau umat Allah dinasihati untuk meninggalkan segala kesombongan diri mereka dan
menanti dalam kerendahan dan ketenangan di hadapan Allah dari sekarang sampai selamanya.3636 Berharap kepada Tuhan dari sekarang sampai selamanya memungkinkan tersedianya pertolongan Tuhan tak hanya pada persoalanpersoalan saat ini, tetapi juga pertolongan dan keselamatan Tuhan yang sempurna pada era eskatologis yang melepaskan orang percaya dari segala macam persoalan.3737 Ungkapan “dari sekarang sampai selamanya” menekankan harapan Pemazmur bahwa sikap berharap kepada Tuhan merupakan sikap yang harus dimiliki oleh bangsa Israel selama-lamanya atau sepanjang masa. Refleksi Pada masa kini manusia dituntut untuk menunjukkan atau menonjolkan kemampuan dirinya. Sikap menunjukkan potensi diri dan mampu menjabarkan mimpi atau cita-citanya yang besar merupakan perilaku umum manusia kini untuk dapat meraih kesuksesan dalam hidup. Sikap rendah hati seringkali diartikan sebagai sikap rendah diri. Manusia didorong untuk menunjukkan segala prestasi yang telah dicapainya. Perkataannya bertaburkan mimpi, angan-angan atau cita-cita spektakuler yang hendak diraihnya. Perilaku dan tutur kata seperti ini tak akan dapat melahirkan rasa cukup dan puas. Hati, tutur kata dan perilaku seperti ini akan menggelorakan keinginan untuk meraih sebanyak, seluas dan setinggi mungkin. Segala upaya dan menghalalkan segala cara dapat saja dimunculkan demi mendapatkan semuanya itu. Oleh karena hati, tutur kata dan perilaku seperti ini tak akan dapat membawa seseorang untuk mempunyai hati yang berharap dan keyakinan penuh kepada Tuhan. Hati, tutur kata dan perilaku manusia masa kini ini umumnya sangat bertentangan dan bertolak belakang dengan kesederhanaan dan kerendahan hati yang diungkapkan oleh Pemazmur dalam Mazmur 131 ini. Kerendahan hati senantiasa terkait dengan kesadaran akan batas diri. Kerendahan hati juga akan membawa seseorang untuk belajar memiliki rasa cukup dan puas akan pemberian dan pemeliharaan Allah dalam hidupnya. Kerendahan hati ini juga akan mendorongnya untuk berharap dan mempunyai keyakinan penuh hanya kepada Tuhan dan bukan kepada potensi dirinya. Oleh karena itu Mazmur 131 ini mengajarkan adanya relasi yang kuat antara kerendahan hati, rasa cukup atau puas dan keyakinan yang kokoh kepada Tuhan. 1
C.H. Spurgeon, The Treasury of David, Vol. 3 (119-150) (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1976), p. 136. 2 Willem A. VanGemeren, “Psalms”, The Expositor’s Bible Commentary, Vol. 5 (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1991), pp. 802-3 3 Erhard S. Gerstenberger, Psalms, Part 2, and Lamentations, Vol. XV. FTOTL (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 2001), p. 362.
4
Ada versi LXX yang tak ada nama Daud dalam bagian ini. LXX mempunyai versi yang berbeda dan terjemahannya sbb: I shall have sinned if I have not been humble, but have exulted my soul: according to the relation of a weaned child to his mother, so wilt thou recompense my soul. Sir Lancelot C.L. Brenton, The Septuagint With Apocrypha: Greek and English (Peabody: Hendrickson Publishers, 1992), p. 778. 5
6
Bentuk kalimat ini merupakan bentuk kalimat negatif (negative clause). Band. Paul Joün and T. Muraoka, A Grammar of Biblical Hebrew, Vol. II (Roma: Editrice Pontifico Istituto Biblico, 1993), p. 602. 7 Charles A. Briggs dan Emilie G. Briggs, A Critical and Exegetical Commentary on The Book of Psalms, Vol. II (Edinburgh: T.& T. Clark, 1986), p. 466. 8 Bruce K. Waltke and M. O’Connor, An Introduction to Biblical Hebrew Syntax (Winona Lake, Indiana: Eisenbrauns, 1990), 679. Band. Leslie C. Allen, Psalms 101-150, WBC 21 (Waco, Texas: Word Books, Publisher, 1983), p. 197. 9 Joün and Muraoka, A Grammar of Biblical Hebrew, Vol. II, pp. 378-9. 10 Gerstenberger, p. 359. 11 Gerstenberger, p. 360 12 Gerstenberger, p. 360. 13 Gerstenberger, p. 360 14 Gerstenberger, p. 360 15 Gerstenberger, p. 361. 16 Hans-Joachim Kraus, Psalms 60-150 (Minneapolis: Augsburg Press, 1989), 470. 17 Kraus, Psalms 60-150 , 470. 18 Gerstenberger, p. 359. 19 A.A. Anderson, Psalms (73-150) (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1992), p. 878, Leslie C. Allen, Psalms 101-150, WBC 21 (Waco, Texas: Word Books, Publisher, 1983), 198. 20 Hans-Joachim Kraus, Psalms 60-150 (Minneapolis: Augsburg Press, 1989), 470. 21 Kraus, Psalms 60-150, 470. 22 Kraus, Psalms 60-150, 470. 23 Kraus, Psalms 60-150, 470. 24 Samuel Terrien, The Psalms (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co,, 2003), 842. 25 Band. Tremper Longman III, Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur (Malang: SAAT, 2000), h 109. 26 Allen, Psalms 101-150, p. 199. 27 Gerstenberger, Psalms, Part 2, and Lamentations, p.359. 28 Longman III, h. 111. 29 Anderson, p. 878. 30 Anderson, p. 878 31 VanGemeren, “Psalms”, The Expositor’s Bible Commentary, Vol. 5, p. 803. 32 C.F. Keil and F. Delitzch, Commentary on the Old Testament, Vol. V (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1976), p. 307. 33 Allen, Psalms 101-150, p. 196. Ia juga mengungkapkan bahwa penggunaan gambaran anak sebagai model iman yang merendahkan diri kepada Allah tak hanya digunakan oleh Perjanjian Lama. Tuhan Yesus pun menggunakan gambaran ini dalam Matius 18:1-4. Ibid., p. 199. 34 Longman III, h. 111. 35 VanGemeren, “Psalms”, The Expositor’s Bible Commentary, Vol. 5, p. 803. 36 C.F. Keil and F. Delitzch, Commentary on the Old Testament, Vol. V, p. 307. 37 Band. Paul R. Gilchrist, “ ”, Theological Wordbook of the Old Testament (Chicago: Moody Publishers, 1980), 374.
