BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Kualitas Kualitas merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik yang
memerlukan tanggapan secara hati-hati dan mendapatkan penafsiran secara cermat. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Ada banyak definisi dan pengertian tantang kualitas menurut para ahli, antara lain: Juran (1962)
Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan dan manfaatnya.
Crosby (1979)
Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness.
Deming (1982)
Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa datang.
Feigenbaum (1991) Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang marketing, engineering, manufacture dan maintenance dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Scherkenbach (1991) Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat tertentu yang tersebut. 20
menunjukkan nilai produk
Elliot (1993)
Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan.
Gotch dan Davis
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.
Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 19-84021991) Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dapat dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisiakn terlebih dahulu. Konsep kualitas bersifat menyeluruh baik produk maupun prosesnya. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi perusahaan manufaktur dan proses penyediaaan jasa atau pelayanan bagi perusahaan jasa. Kualitas harus dibangun sejak awal, dari penerimaan input hingga perusahaan menghasilkan output bagi pelanggannya. Kualitas produk atau jasa akan dapat diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi berorientasi pada kepuasan pelanggan.
21
2.2
Produktivitas Produktivitas adalah kata yang yang senantiasa dikaitkan dengan penilaian
performa. Dalam perjalanannya kata produktivitas memiliki pemahaman yang terus berkembang. Definisi awal produktivitas adalah penilaian dari suatu kemampuan untuk menghasilkan. Menjelang abad ke dua puluh pemahaman produktivitas berkembang menjadi kaitan antar keluaran yang terjadi dengan masukan yang digunakan dalam proses. Pada awal tahun 1980, David J Sumanth mendefinisikan produktivitas sebagai rasio dari seluruh faktor-faktor keluaran yang bisa diukur dengan seluruh faktor-faktor masukan yang terukur. Pemahaman demikian mencerminkan besaran tingkat performansi suatu proses. Menurut OEEC, 1950 produktivitas adalah parameter tingkatan performansi yang diperoleh melaui rasio keluaran yang dihasilkan (output) terhadap rasio masukan (input), dimana produktivitas memungkinkan untuk dibagi terhadap kategori-kategori faktor input antara lain budget keuangan rutin, budget keuangan investasi, material mentah bahan produksi dan faktor lainnya. Produksi dan produktivitas adalah dua hal yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat ditingkatkan walaupun produktivitasnya tetap atau turun. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk: 1. Jumlah produksi meningkat dengan sumber daya yang sama. 2. Jumlah produksi sama atau meningkat dicapai dengan sumber daya yang kurang. 3. Jumlah produksi jauh lebih besar dengan sumber daya relative kecil. 22
LINGKUNGAN
INPUT
Tenaga kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial
PROSES
Proses Tranformasi Nilai Tambah
OUTPUT
Produk (Barang dan/ jasa
Umpan balik untuk pengendalian input, proses dan teknologi
Gambar 2.1 Skema sistem produksi.
Dalam skema sistem produksi merupakan siklus satu arah dari input, proses dan menghasilkan output. Input adalah seluruh sumber daya yang memungkinkan untuk digunakan dalam langkah proses. Seluruh sumber daya yang dimaksud meliputi tenag kerja, modal, material, energi, tanah, informasi, bahan baku/ bahan mentah, manajerial dan waktu. Seluruh sumber daya tersebut digunakan untuk menambah nilai suatu produk. Proses dalam hal ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk menambahkan nilai dari bahan baku atau bahan mentah menjadi bahan jadi. Proses adalah suatu parameter yang mengkolaborasikan seluruh elemen input. Output adalah produk akhir dari
23
serangkaian proses. Produk akhir atau jasa merupakan parameter yang menunjukkan kualitas dari kinerja perusahaan. Tingkatan produk yang baik adalah yang dicari konsumen dan dinilai memuaskan keinginan konsumen. Nilai produk atau jasa dikonversi kedalam bentuk uang agar perhitungan indeks kualitas memiliki indeks yang sama.
2.2.1
Postulat Dasar Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja perlu didasarkan pada
berbagai postulat sebagai landasan dan titik tolak berpikir dan bertindak. Sondang Siagian, 2002 menuliskan bahwa postulat yang teramat penting untuk diperhatikan diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a.
Pentingnya efisiensi
Setiap organisasi mutlak perlu memegang prinsip efisiensi. Secara sederhana prinsip efisiensi berarti menghindari segala bentuk pemborosan. Mengingat kenyataan bahwa kemampuan suatu organisasi mengadakan dan memiliki sarana dan prasarana yang juga disebut sumber dana dan daya yang diperlukan guna menjalankan roda organisasi selalu terbatas, padahal tujuan yang ingin dicapai tidak terbatas maka tidak pernah ada pembenaran untuk pemborosan yang terjadi
24
b.
Sumber Daya dan Dana Hanya benda Mati
Karena pada dasarnya berbagai sumber daya dan dana merupakan “benda mati” maka sarana dan prasarana tersebut harus digunakan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya selama mungkin. Yang dimaksud sarana dan prasarana kerja adalah bangunan fisik, mesin, peralatan dan perabot, wahana mobilitas, uang, bahan mentah/ bahan baku, informasi dan waktu. Bahkan juga ketentuan-ketentuan formal dan normatif yang berlaku dalam menjalankan roda organisasi termasuk dalam kategori ini.
c.
Sumber Daya Manusia Sebagai Elemen Yang Paling Stratejik Bahwa sumber daya manusia merupakan elemen yang paling stratejik dalam
organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuknya. Memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja.
2.2.2. Efisiensi Efisiensi dan efektivitas seringkali dianggap sebagai sesuatu yang saling berhubungan tetapi secara konsep keduanya sebenarnya berbeda. Efisiensi adalah aktivitas yang dapat menghasikan output dengan minimum input sedangkan efektivitas berkaitan dengan pemilihan cara pencapaian tujuan yang tepat (Anthony, 1965). Efisiensi adalah melakukan sesuatu dengan benar sedangkan efektif adalah melakukan 25
sesuatu yang benar (Adam et al, 1995). Efisiensi mendorong perusahaan untuk terus melakukan inovasi yang diharapkan mampu menghasilkan terobosan-terobosan bagi pengunaan sumber daya sesedikit mungkin dan menghasilkan produk sebanyak banyaknya yang pada akhirnya akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
2.3.
Rotogravure Secara etimologi rotogravure terdiri dari 2 kata, yaitu roto atau rotern yang
artinya berputar dan Gravure yang artinya cukil / ukir. Secara terminology rotogravure adalah salah satu teknologi cetak dari teknik cetak dalam yang menggunakan acuan berbentuk silinder yang berputar, dimana gambar atau tulisan pada acuan tersebut diperoleh dari hasil dicukil atau diukir. Perkembangan teknologi cetak rotogravure dimulai dari penemuan fotografi dan dikembangkan dari teknik cetak rotasi yang menggunakan acuan cetak berbentuk silinder. William Henry Fox Talbot berhasil mengembangkan film continous tone (film nada lengkap) menjadi bentuk film halftone (raster) pada tahun 1860. Metode inilah yang digunakan untuk menghasilkan gambar dari proses fotoreproduksi untuk semua teknik cetak. Dari perkembangan film halftone Auguste Godchaux berhasil menciptakan teknik cetak rotogravure reel-feed dan mendapatkan hak paten pada tahun 1860. Teknik cetak ini digunakan sampai tahun 1940 yang kemudian proses cetaknya disempurnakan oleh Karl Klic (Klietsch) yang berkebangsaan Jerman dan Samuel Fawcett dari Inggris.
26
Teknologi cetak rotogravure memiliki kekhususan dibandingkan teknologi cetak lainnya, yaitu : 1.
Acuan cetak berbentuk silinder
2.
Pada permukaan silinder cetak bidang mencetak letaknya lebih rendah dibandingkan bagian yang tidak mencetak
3.
Raster dalam hal ini bukan sebagai pembentuk gambar, tetapi sebagai penahan tinta dan rakel ( doctor blade )
4.
Pada umumnya media cetak yang digunakan berupa gulungan/ rol, tetapi dapat pula berupa lembaran di sesuaikan dengan mesin yang digunakan.
5.
Umumnya tinta menggunakan system sirkulasi
6.
Rakel (doctor blade) membantu penghapusan tinta pada permukaan silinder acuan sehingga tinta yang tersisa hanya pada bagian yang mencetak
7.
Silinder acuan dibuat dengan cara gravure/ cukil
8.
Tinta yang dipakai lebih encer daripada tinta offset, tetapi mempunyai daya alir yang tinggi
9.
Jenis pewarnaan pada cetakan multicolor dan separasi
10. Bentuk raster besarnya bervariasi ada permukaan silinder acuan cetak sesuai dengan model (bulat, oval, kotak & segitiga)
27
Pada Hasil Cetakan rotogravure : 1.
Seluruh permukaan cetak beraster dan tebal tipisnya gradasi warna cetakan tergantung dalam dan dangkalnya sumur raster
2.
Pada bagian pinggir cetakan berbentuk gerigi bila dilihat dengan lup, hal ini disebabkan karena permukaan cetak beraster semua
3.
Pada daerah cetak yang bernada penuh atau shadow terjadi alur-alur seperti mutiara sebagai akibat tinta rotogravure yang encer setelah kering dipermukaan bahan cetak
2.3.1.
Prinsip Cetak Rotogravure Pada dasarnya prinsip cetak rotogravure yaitu silinder acuan cetak rotogravure
terendam sepertiga bagian pada unit penintaan dan keadaan tintanya relatif encer. Pada saat pencetakan berlangsung, tinta tidak terlempar keluar oleh gaya sentrifugal, karena lapisan tinta tertahan oleh sumur-sumur raster. Unit penintaan terdiri dari bak tinta yang dilengkapi dengan doctor blade. Dengan adanya doctor blade, tinta yang tertinggal hanya pada sumur-sumur raster yang ada pada image area. Kemudian tinta ditransfer dari sumursumur raster ke permukaan bahan yang akan dicetak seiring perputaran silinder acuan dan silinder tekan (impression cylinder). Dengan adanya impression dari silinder tekan, tinta akan berpindah ke bahan cetak dan membentuk gambar atau tulisan yang diinginkan.
28
2.3.2
Jenis Silinder Acuan Rotogravure Silinder acuan rotogravure ini terdapat dua jenis yang berbeda yaitu silinder
acuan yang bermodel masif (integral shaft cylinder) dan silinder acuan yang bermodel tub (hollow mandrel cylinder). Silinder acuan yang bermodel masif ini sangat padat dan badan silinder mempunyai lapisan logam yang penuh juga tidak berongga. Silinder model ini kini sudah jarang digunakan pada industri. Kemudian silinder acuan model tube yang terdapat rongga pada bagian tengah silinder, sehingga silinder ini sangat cocok pada cetakan yang lebar dan berdiameter silinder yang besar juga bobot pada silinder ini lebih ringan. Selain itu silinder model tub ini sangat efisien digunakan pada mesin cetaknya karena dapat berputar sangat cepat dan proses cetak pun lebih mudah dan cepat jika dibandingkan dengan silinder acuan bermodel masif. Struktur Pelapisan Silinder Acuan Rotogravure terdiri dari beberapa lapisan logam/metal dimana masing-masing lapisan memiliki ketebalan dan fungsi yang berbeda-beda. Pada umumnya silinder acuan ini menggunakan logam inti berupa besi maupun baja yang diberi lapisan-lapisan logam melalui proses galvanis (galvano electroplating) (Helmut Kipphan, 2003, hlm.360). Struktur lapisan logam silinder acuan cetak rotogravure adalah sebagai berikut:
29
1.
Lapisan Inti (Base Cylinder), pada silinder acuan terbuat dari logam baja (kern) atau logam besi. Logam ini digunakan bahan penguat silinder acuan cetak agar silinder tidak mudah berubah dan sebagai penentu diameter silinder acuan yang dikehendaki.
2.
Lapisan Nikel, logam ini memiliki ketebalan ±3 mikron yang berfungsi sebagai media pembantu karena logam tembaga (Cu) sukar melekat pada logam besi (Fe) secara langsung pada proses electroplating.
3.
Lapisan Tembaga Dasar, logam ini memiliki ketebalan ±1-2 mm yang berfungsi sebagai media pembantu karena lapisan ini tidak dirusak, untuk menghemat pemakaian bahan logam tembaga pada ongkos produksi.
4.
Lapisan Perak, logam ini memiliki ketebalan ±1 mikron. Lapisan logam perak ini berfungsi untuk memudahkan pelepasan lapisan logam tembaga atas agar lapisan logam tembaga dapat digunakan kembali.
5.
Lapisan Tembaga Atas, lapisan tembaga pada silinder acuan rotogravure memiliki tiga fungsi yaitu engravibility (lapisan yang digravure/diukir), stability in press, reproducibility (untuk didaur ulang/produksi ulang). Logam ini mempunyai ketebalan 80 mikron. Lapisan logam tembaga atas merupakan bagian logam
yang
akan dietsa dan membentuk sumur-sumur raster dan tempat menampung tinta cetak. 6.
Lapisan Chrome, logam ini mempunyai ketebalan 2 sampai dengan 3 mikron. Lapisan chrome berfungsi memberikan perlindungan pada lapisan tembaga atas yang digravure dari goresan akibat pergesekan pada saat proses cetak, sehingga silinder acuan dapat mencetak dengan oplah yang besar.
30
Gambar 2.2 Prinsip dasar kerja mesin rotogravure
Keterangan : A : Inks Camber B : Film Cylinder C : Impression Cylinder D : Material Cetak / Substrate (Kertas, OPP Film, Plastik Dan sebagainya) E : Dokter Blade
31
2.3.3.
Kelebihan dan Kekurangan Rotogravure Teknologi cetak gravure mempunyai keunggulan antara lain:
1.
Dapat mencetak dihampir semua bahan seperti: board, paper, plastik, alumunium foil, dan lain-lain
2.
Mempunyai kecepatan cetak yang tinggi (100 s/d 400 meter per menit)
3.
Konsisten warna stabil
4.
Warna lebih cemerlang karena tintanya solvent base dan tidak dipengaruhi air
5.
Dapat mencetak bentuk gambar endless termasuk bentuk spiral untuk aplikasi sebagai label kaleng
6.
Silinder cetak tahan untuk long run,mencapai 40.000 meter tergantung jenis bahan, tinta, rakel dan jenis mesin cetaknya sendiri.
Dibalik keunggulan yang dimiliki teknik cetak gravure, terdapat pula kelemahannya yaitu: 1.
Biaya Pre Press tinggi karena harus membuat silinder, tidak efisien untuk orderorder pendek
2.
Waktu pre press lebih lama dibandingkan teknik cetak yang lainnya, untuk pembuatan 1 silinder bisa mencapai 4 jam
3.
Printing memakai kertas gulungan/ rol/ web, tidak seakurat offset yang menggunakan lubang sheet. Untuk mengatasi masalah ini maka dipakai pengontrol
tegangan
(tension
control),
pengontrol
pengontrol bagian pinggir pada mesin cetak rotogravure.
32
register,
serta
alat
Beberapa contoh produk sehari-hari dari hasil converting antara lain: 1.
Kemasan mi instan
2.
Kemasan obat-obatan
3.
Kemasan makanan ringan
4.
Kemasan label botol air mineral dan air isotonik (shrink label)
5.
Tutup gelas minuman air mineral dll (lid cup).
2.4.
Bahan Cetak Bahan cetak merupakan media dimana tinta akan diaplikasikan sesuai dengan
keperluannya. Bahan cetak terdiri dari berbagai jenis bahan dengan keunggulan dan kekurangannya. Menjadi tugas perusahaan converting untuk mengkombinasikan berbagai bahan tersebut untuk
menghasilkan produk kemasan terbaik. Berikut ini
contoh bahan-bahan yang umum digunakan untuk bahan cetak.
33
Table. Typical Base Films and Materials Base Films & Materials Cellophane 20 microns meter
BOPP 20 microns meter
CPP 25 microns meter
PET 12 microns meter
Nylon (ONy) 15 microns meter
Paper, Board
Properties - Excellent in transparency, surface gloss - Excellent in printability - Good heat resistance, hence good in machine processability - No static electricity - Low tear resistance, hence easy to open - Good gas barrier property - Excellent in transparency, surface gloss - Excellence in scratch resistance - Good moisture and water proof - Inferior in gas barrier property and low temp. resistance - Necessary to pay attention to the limit of heat resistanve temp. - Good in transparency and deep draw forming - Good scratch resistance - Good moisture and water proof - Good in heat resistance - Inferior in gas barrier property - Excellent in transparency and tough - Excellent in insulation elctricity - Excellent in heat, low temp. resistance and water proof - Excellence in oil, chemical, solvent resistance - Excellent in dimensional stability - Excellent in aroma barrier - good machine processability - Good in transparency - Tough and excellence impact strength - Good in heat, low temp. resistance - Excellent in anti-pinhole resistance - Comparatively good in gas barrier property - Good in oil, chemical resistance - Absorb moisture - High stiffness - excellent in printability and processability - Excellent in light shielding - Excellent display effect
Tabel 2.1 Bahan cetak
34
2.5.
Tinta Cetak W. Heffer - Cambridge, mendefinisikan
sebagai berikut: “ Printing inks are
coloured liquids or pastes, formulated to transfer and reproduce an image from a printing surface. They are used mainly to convey a message, provide protection, but they also can give a decorative effect to the substrate to which they are applied”. Tinta cetak diklasifikasikan menurut teknik mencetaknya . Dewasa ini teknik cetak yang umum digunakan antara lain offset, rotogravure, flexo dan sablon. Tinta merupakan komponen utama dalam industri percetakan dan industri kemasan, bersama dengan bahan cetak dan mesin cetak. Tinta rotogravure berbentuk cairan (liquid ink) dan mempunyai nilai viskositas terukur. Tinta terbuat dari berbagai komponen yang mempunyai fungsi dan karakteristik spesifik. Persentase masing-masing komponen disesuaikan dengan penggunaan produk akhir.
Merupakan keunggulan perusahaan tinta untuk mampu memformulasikan
komposisi terbaik dengan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor harga agar produk yang dihasilkan mampu bersaing secara kompetitif dari segi harga dan kualitas. Secara garis besar, tinta terbuat dari empat komponen utama yaitu pigmen, resin solvent dan additif. Masing-masing komponen mempunyai fungsi yang berlainan dan saling melengkapi.
2.5.1 Pigmen Pigmen adalah material padat yang berfungsi sebagai pewarna. Jika tinta tidak mengandung pigmen maka tinta akan kehilangan fungsi utamanya. Secara umum pigmen diklasifikasikan sebagai berikut: 35
-
Pigmen organic, yaitu pigmen yang terbuat dari bahan organic melalui proses sintesis di pabrik. Contoh pimen organic adalah Pigment Diaryl Yellow
-
Pigmen non organic, yaitu pigment yang sumber bahan bakunya diambil dari alam, contohnya pigmen putih yang berasal dari batuan titanium dioxide.
-
Pigmen logam, yaitu pigmen yang bahan utamanya logam. Contohnya adalah pigment silver yang terbuat dari aluminum dan pigment gold yang terbuat dari tembaga.
2.5.2 Resin Resin merupakan bahan polimer yang berfungsi sebagai: -
Daya perekat tinta
-
Pendispersi pigmen
-
Merupakan dasar pembentukan karakteristik tinta meliputi daya tahan terhadap panas, gesek, fleksibilitas dan seterusnya
Resin yang umum digunakan untuk membuat tinta gravure antara lain:
Polipropilen Bahan baku polipropilen didapat dengan menguraikan Petroleum ( naftan) menggunakan katalis Zieger-Natta, polipropilen dengan keteraturan ruang dapat diperoleh dari propilen. Polipropilen mempunyai massa jenis yang rendah, berkisar dari 0.90 sampai dengan 0.92 dan termasuk kelompok bahan yang paling ringan diantara bahan polimer. Polipropilen mempunyai sifat mampu cetak yang sangat baik. Polipropilen dapat terbakar kalau dinyalakan. Molekul polipropilen mengandung atom 36
karbon tersier dengan gugus metil rantai utama. Atom hidrogen terikat pada atom karbon tersier yang mudah bereaksi dengan oksigen dan ozon, yang menyebabkan ketahanan oksiadasinya rendah. Agar degradasi oleh sinar UV dapat dikurangi, maka dicampurkan bubuk karbon sebagai pengabsorb sinar UV. Polipropilen mempunyai sifat tembus cahaya yang cukup baik. Dengan mempergunakan bahan penginti kristal, ukuran kristal dapat dibuat lebih kecil agar lebih transparan. Polipropilen banyak dipakai sebagai bahan dalam produksi peralatan meja makan, keranjang, peralatan kamar mandi, peralatan listrik, komponen mobil dan lain sebagainya.
Polivinil asetat dan polivinil alcohol Resin vinil asetat mempunyai kekuatan mekanik, ketahanan kimia
dan
ketahanan panas yang rendah, jadi tidak digunakan untuk bahan-bahan yang dicetak dan serat-serat, tetapi dipakai untuk perekat dan sebagai bahan dasar permen karet. Polivinil asetat (PVAc) mempunyai gugus asetat yang besar dalam rantai samping dan tidak pernah mengkristal. Bahan ini getas pada atau suhu dibawah Tg (280 oC). Dapat menahan asam lemah dan basa lemah, tetapi rusak oleh asam kuat dan basa kuat. Larut dalam etanol, bensin, aseton dan banyak pelarut organic,dan tidak larut dalam air, etilen glikol, sikloheksan dan larutan napta. PVAc sebagai perekat jenis emulsi dan jenis larutan. Perekat ini terutama dipakai untuk kayu lapis, kertas karton, pembuatan kantong dan bahan busa. Polivinil alcohol (PVA) dibuat dengan reaksi penyabunan (PVAc) secara lengkap atau sebagian, tergantung derajat penyabunannya. Mempunyai sifat elektrostatik yang sangat rendah sehingga bahan ini dapat mengabil debu lebih sedikit. 37
Bahan ini dipergunakan untuk membuat serat tiruan, terutama untuk industri benang, ban mobil, bahan pewarna, bahan kimia, pupuk dan dipakai sebagai pengubah sifat serat dan penganji benang untuk mencegah keriting dan patah.
Etilen vinil asetat kopolimer (EVA) Resin ini merupakan kopolimer dari etilen dan vinil asetat. Sifat-sifatnya berubah tergantung pada kadar dan berat molekul dari VA. Kalau kadar VA kurang dari 7%, mendekati sifat polietilen dan kalau lebih dari itu titik pelunakan menurun . Pada kadar VA diatas 60 %, menjadi cairan yang sangat kental. Umumnya bahan yang digunakan mengandung VA 7-60 %. Bahan ini elastis sehingga mudah dibengkokkan seperti karet. EVA juga mudah untuk dicetak, tahan terhadap cuaca dan tahan retak karena tegangan. Bahan ini bersih dan tidak beracun. Bahan yang mempunyai kadar VA lebih rendahdipakai untuk bahan kemasan, laminasi dan busa. Busa yang diikat silang bersifat elastis dan tahan abrasi. Bahan yang mempunyai kadar VA 25-30% dapat bercampur dengan paraffin dan lilin memperbaiki daya lekat, ketahanan lembab dan kegetasan. Bahan ini juga dipakai sebagai perekat jenis leleh panas untuk penjilidan buku, kayu lapis dan juga sepatu.
Nitroselulosa Nitroselulosa merupakan resin yang telah lama dikenal, bila dipanaskan pada temperature sekita 180 0 c maka resin ini akan mengurai kemudian menyala. Nitroselulosa merupakan resin yang kuat, daya serap air rendah, baik dalam ketelitian dimensi dan kemampuan pemrosesan secara mekanik , melunak pada suhu air panas 38
dan mudah dicetak. Bahan ini mempunyai kekakuan yang baik dan kekuatan impaknya tidak terlalu bergantung pada suhu, sangat mudah terbakar dan berbahaya.
Poliamid Poliamid adalah resin dengan ikatan amida yang dibedakan menjadi polikondensat dari amin dan asam karboksilat yang disebut Nylon m, n dan dari polikondensasi asam aminokarboksilat yang disebut nylon m.
Poliuretan Poliuretan, yang umumunya disingkat PU, adalah polimer yang terdiri sebuah rantai unit organik yang dihubungkan tautan uretana (karbamat). Polimer poliuretan di bentuk oleh pereaksi sebuah monomer yang mengandung setidaknya dua gugus fungsional isosianat dengan monomer lainnya yang mengandung setidaknya gugus alkohol dalam kehadiran sebuah katalis.
Poliuretan berada dalam kelas senyawa yang disebut polimer reaksi, termasuk juga epoksi, poliester tak jenuh, dan fenol. Sebuah rangkaian uretan dihasilkan dengan mereaksikan satu gugus isosianat, -N=C=O dengan satu gugus hidroksil (alkohol), -OH. Poliuretan dihasilkan oleh reaksi poliadisinya sebuah poliisosianat dengan sebuah polialkohol (poliol) dalam kehadiran sebuah katalis dan zat aditif yang lain. Dalam kasus ini, polisosianat merupakan molekul dengan dua atau lebih gugus fungsional 39
isosianat, R-(N=C=O)n ≥ 2 sedang poliol adalah molekul dengan dua atau lebih gugus fungsional hidroksil, R'-(OH)n
≥ 2.
Produk reaksi adalah sebuah polimer yang
mengandung rangkaian uretan, -RNHCOOR'-. Isosianat akan bereaksi dengan apapun molekul yang mengandung satu hidrogen aktif.
2.5.3. Solvent Solvent merupakan cairan organic yang berfungsi untuk: -
Melarutkan resin
-
Mengatur tingkat kekentalan
-
Mengatur kecepatan pengeringan
Solvent yang umum digunakan pada industry tinta gravure antara lain:
2.5.4.
-
Ester
-
Keton
-
Alkohol
-
Toluol
Aditif Addtif merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk memperbaiki sifat dan
karakteristik tinta, antara lain: - Memperbaiki tingkat pendipersian tinta - Meningkatkan daya tahan terhadap gesekan - Mengatur tingkat kelicinan Material yang umum digunakan sebagai additif tinta gravure adalah: - Surfaktan 40
- Wax - Silica
2.6.
Destilasi Jenis distilasi awal dikenal di Mesopotamia (di tempat yang sekarang Irak) dari
setidaknya milenium ke-2 SM. Penggalian arkeologi di barat laut Pakistan telah menghasilkan bukti bahwa penyulingan alkohol dikenal di anak benua India sejak abad ke 5 SM. Primitif suku india menggunakan metode penyulingan untuk menghasilkan minuman keras Mahuda. Ini metode kuno kasar dan sangat tidak efektif. Penemuan yang sangat efektif “penyulingan murni” dikreditkan ke Bahasa Arab dan Persia kimia di Timur Tengah dari abad ke-8. Mereka menghasilkan proses penyulingan untuk mengisolasi dan memurnikan zat-zat kimia untuk keperluan industri seperti mengisolasi ester alami (parfum) dan memproduksi alkohol murni. Yang pertama di antara mereka adalah Jabir bin Hayyan (Geber), di abad ke-8, yang dikreditkan dengan penemuan berbagai alat dan proses kimia yang masih digunakan sampai sekarang. Isolasi etanol (alkohol) sebagai senyawa murni melalui penyulingan pertama kali dicapai oleh kimiawan Arab Al-Kindi (Alkindus). Petroleum pertama kali suling oleh ahli kimia persia Muhammad bin Zakaria Razi (Rhazes) pada abad ke-9, untuk menghasilkan minyak tanah , sementara penyulingan uap ditemukan oleh Avicenna pada awal abad ke11, untuk menghasilkan minyak esensial. Bentuk awal penyulingan adalah proses batch menggunakan satu penguapan dan satu kondensasi. Kemurnian itu diperbaiki dengan penyulingan lebih lanjut dari kondensat. Volume yang lebih besar yang diproses dengan
41
hanya mengulangi penyulingan. Pada awal abad ke-19 dasar-dasar teknik modern, termasuk pra-pemanasan dan refluks dikembangkan, terutama oleh Perancis, kemudian pada tahun 1830 paten Inggris dikeluarkan untuk Aeneas Coffey untuk penyulingan wiski kolom, yang bekerja terus-menerus dan dapat dianggap sebagai pola dasar unit petrokimia modern. Dengan munculnya teknik kimia sebagai suatu disiplin pada akhir abad ke-19, ilmiah daripada metode empiris dapat diterapkan. Industri minyak bumi yang berkembang pada awal abad ke-20 memberikan dorongan untuk pengembangan desain Model ideal distilasi pada dasarnya diatur oleh hukum Raoult dan Hukum Dalton, dan mengasumsikan bahwa kesetimbangan uap-cair tercapai. Hukum Raoult mengasumsikan bahwa komponen memberikan kontribusi terhadap total tekanan uap campuran dalam sebanding dengan persentase campuran dan tekanan uap ketika murni, atau dengan ringkas: tekanan parsial sama dengan fraksi mol dikalikan dengan tekanan uap ketika murni. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan uap total adalah jumlah dari tekanan uap masing-masing komponen dalam campuran. Ketika multi-komponen cair dipanaskan, tekanan uap setiap komponen akan meningkat, sehingga menyebabkan tekanan uap total meningkat. Ketika tekanan uap total mencapai tekanan yang mengelilingi cair, mendidih terjadi dan berubah ke gas cair di seluruh sebagian besar cairan. Perhatikan bahwa campuran dengan komposisi tertentu memiliki satu titik didih pada tekanan tertentu, ketika komponen saling larut. Pada titik didih, semua komponen bergejolak mendidih, tetapi untuk sebuah komponen, dengan persentase dalam uap adalah sama dengan persentase dari total tekanan uap. Komponen yang lebih ringan
42
memiliki tekanan parsial lebih tinggi dan dengan demikian terkonsentrasi di uap. Memang, dan fraksinasi distilasi batch sukses dengan memvariasikan komposisi campuran. Penyimpangan dari hukum Raoult dan Hukum Dalton diamati, paling terkenal dalam campuran etanol dan air. Senyawa ini, ketika dipanaskan bersama-sama, membentuk azeotrope, yang merupakan komposisi dengan titik didih yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada titik didih masing-masing terpisah cair. Hampir semua cairan, bila dicampur dan dipanaskan, akan menampilkan perilaku azeotropik. Hal ini tidak mungkin untuk sepenuhnya memurnikan campuran komponen oleh distilasi, karena hal ini akan memerlukan masing-masing komponen dalam campuran memiliki tekanan parsial nol. Jika ultra-produk murni adalah tujuan, maka pemisahan kimia lebih lanjut harus diterapkan.
2.7.
Limbah dan Proses Daur Ulang Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis Limbah dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah proses produksi yang keluar dalam bentuk scrapt atau bahan baku yang memang sudah tidak bisa terpakai. Dalam sebuah hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis. Artinya alam sendiri mengeluarkan limbah akan tetapi limbah tersebut selalu dan akan dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Ekosistem (ekologi sistem) dimana makhluk hidup yang ada di dalam sebuah rantai pasok makanan akan menerima limbah sebagai bahan baku baru. 43
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Limbah cair 2. Limbah padat 3. Limbah gas dan partikel
2.8.
Quality Control Quality Control adalah aktivitas, prosedur, metode atau program yang menjamin
pemeliharaan hubungan dari spesifikasi dan standarisasi suatu
produk dari
penanganannya, persiapannyanya, sampai dengan kemasannya dengan menjamin atau mempertahankan kelayakannya sampai ke tahap penyimpanan, proses, persiapan dan akhirnya dikonsumsi oleh konsumen.
Unit quality Control merupakan bagian dari
sebuah sistem dalam manufaktur yang berfungsi menjamin bahwa produk atau output sesuai dengan spesifikasi. Quality control seringkali menyerupai perwakilan tidak langsung dari pelanggan atau pengguna produk.
44