REFORMULASI MINUMAN SERBUK EKSTRAK BIJI ALPUKAT DENGAN VARIASI TEPUNG TALAS DAN SUSU RENDAH LEMAK 1.2.3
Mia Puspa Dewi1, Erni Rustiani2, Mira Miranti3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan Bogor
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula minuman serbuk instan ekstrak biji alpukat menggunakan pengisi susu skim dan tepung talas dengan perbedaan pengisi tiap formula yaitu (1:3,5), (1:3) dan (1:4) dan mengetahui umur simpan sediaan minuman serbuk. Biji alpukat mengandung tanin yang mempunyai kemampuan sebagai astringen. Astringen dapat mengendapkan protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi. Pengujian stabilita dilakukan untuk formula 1 berdasarkan uji hedonik, menunjukkan penyimpanan suhu kamar lebih dapat menjaga kualitas sediaan obat dibanding suhu dipercepat (40˚C-45˚C) dan suhu dipercepat (60˚C-65˚C). Kadar tanin suhu kamar, suhu dipercepat (40˚C-45˚C), suhu dipercepat (60˚C-65˚C) berturut-turut 0,161 mg/g ; 0,146 mg/g ; 0,129 mg/g dari kadar awal 0,175 mg/g. Umur simpan minuman serbuk yaitu selama 10 bulan. Kata kunci : Biji alpukat, minuman instan, tanin. ABSTRACT The research aims to develop the formula of avocado seed extract instant powder drink using skim milk and taro flour as a filler the difference of the formula in each filler is (1:3,5), (1:3) and (1:4), and knowing the expired date of the powder drink. Avocado seeds contain tannin that have an ability as astringent. Astringent can help to precipitate mucous membrane protein in the surface of small intestine and create a layer to protect the intestine, therefore the intake of glucose will be hampered and the increase rate of a blood sugar will not becoming too high. Stabilita testing done to Formula 1 based on the hedonic test, showed more storage room temperature can maintain the quality of the drug than preparations accelerated temperature (40˚C-45˚C) and accelerated temperature (60˚C-65˚C). Tannin levels and high temperature accelerated (40˚C-45˚C), accelerated temperature (60˚C-65˚C) respectively 0.161 mg / g; 0,146 mg / g; 0.129 mg / g of the initial level of 0.175 mg / g. The shelf life of powder drink that is for 10 months. Keywords : avocado seeds, powder drink, tannins. PENDAHULUAN Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur di daerah tropis seperti Indonesia dan merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat karena selain rasanya yang enak dengan kandungan antioksidan tinggi (Afrianti, 2010). Biji alpukat (Persea Americana Mill) yang hanya dianggap sebagai
ampas, limbah atau bagian yang kurang berguna karena biji dari tanaman alpukat ini memiliki rasa yang pahit. Biji alpukat memiliki kandungan tanin sebagai antioksidan alami. Antioksidan alami dapat mengontrol kadar glukosa darah melalui mekanisme perbaikan fungsi pankreas dalam memproduksi insulin (Widowati, 2008), dan Kandungan tanin biji alpukat
mempunyai kemampuan sebagai astringen (Imroatossalihah, 2002), yaitu dapat mempresipitasikan protein selaput lendir usus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat penyerapan glukosa sehingga laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Suryawinoto, 2005). Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak biji alpukat dengan dosis 30 g/L yang diambil dari 150 ml dan diberikan kepada kelinci menunjukkan efek yang paling baik dalam menurunkan kadar glukosa pada kelinci (Koffi et al, 2009). Pemberian infusa biji alpukat (Persea americana Mill) 0,315 g/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban glukosa 6,75 g/kg BB (Anggraeni, 2006). Pemberian air seduhan serbuk biji alpukat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban glukosa (Monica, 2006). Pemberian ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill) dengan dosis optimal 1200 mg/kg BB yaitu menurunkan sampai kadar rata rata 134,8±27,2 mg/dL (Ebrilianti et al, 2013). Hasil uji fitokimia ekstrak biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Zuhrotun, 2007). Pada hasil penelitian Agustian (2015) formula minuman serbuk terbaik yang disukai oleh panelis dengan perbandingan pengisi susu skim dan tepung talas (1:3) adalah formula dengan kandungan ekstrak biji alpukat 14,2%, susu rendah lemak 21,4%, tepung talas 64,2%, dan sukralosa 0,2% dengan hasil uji stabilitas yang memiliki kadar air pada minuman sebuk lebih dari 3%. Hasil uji praklinis dari formula minuman serbuk Agustian (2015) pada
hewan tikus putih jantan oleh Armasari (2015) dengan dosis optimal 270 mg/200 gr BB, memberikan efektivitas penurunan kadar gula darah normal kembali kurang dari 200 mg / dl pada hari ke 16. Maka untuk mempersingkat masa pengobatan hingga bisa menyamai kontrol positif yaitu metformin dibutuhkan optimasi formula dengan dosis ekstrak biji alpukat menjadi 1 ½ kali dari dosis awal yaitu 3,55 gram. Dosis awal dioptimasi menjadi 7,5 gram dengan pemberian 2 kali sehari. Pada penelitian ini juga membedakan variasi pengisi yaitu susu rendah lemak dan tepung talas pada setiap formula dengan perbandingan 1:3,5, 1:3 dan 1:4.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan. Pengumpulan Bahan Biji alpukat yang digunakan telah dideterminasi di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Jalan Ir. H. Juanda No. 13 Bogor 16003, Indonesia. Diperoleh dari pedagang es buah di kawasan kampus Universitas Pakuan Bogor. Pembuatan Serbuk Simplisia Biji alpukat dibersihkan dari pengotor yang menempel kemudian dicuci bersih, biji alpukat di potong membujur dan dikeringkan dengan oven sampai kering pada suhu 60ºC, setelah kering digiling dan diayak dengan ayakan mesh 30.
Pembuatan Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam Sebanyak 30 gram serbuk simplisia biji alpukat dimasukkan kedalam bejana yang berisi 1 L air kemudian dipanaskan diatas kompor sampai mendidih selama kurang lebih 45 menit atau sampai volume air 0,25 L, lalu disaring untuk kemudian filtratnya dipisahkan (perlakuan pertama), residu yang didapat kemudian ditambahkan lagi air sebanyak 1 L dan diperlakukan sama seperti perlakuan pertama sampai 4 kali perlakuan, maka didapatlah volume filtrat sebanyal 1 L dengan dosis 30 g/L (Koffi, et al., 2009). Filtrat kemudian dibuat ekstrak kering dengan Vaccum dry sehingga didapat ekstrak kering. Uji Fitokimia 1. Uji Flavonoid Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambah 100 ml air panas kemudian dididihkan selama 5 menit, disaring sehingga diperoleh filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan percobaan ditambahkan serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat. Selanjutnya ditambahkan amil alkohol dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga dalam larutan amil alkohol menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid (DepKes, 1995). 2. Uji Alkaloid Sebanyak ± 0,5 g ekstrak biji alpukat dan daun salam masing-masing ditambah dengan 1 mL HCl 2 N, dan 9 ml air suling, kemudian dipanaskan selama 2 menit, dinginkan dan disaring (Filtrat). Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi Bouchardat, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna coklat sampai hitam.
Filtrat sebanyak 1 mL ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah atau jingga. Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan menggumpal berwarna putih atau kuning (DepKes, 1995). 3. Uji Saponin Sebanyak 0,5 gram ekstrak kering masing – masing simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Reaksi positif jika terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (DepKes RI, 1995). 4.Uji Tanin Dilarutkan sebanyak 0,2 gram masing - masing ekstrak kering simplisia dalam 5 ml air suling panas dan diaduk, setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan didekantisir dan diberi larutan natrium klorida 10% kemudian saring. Filtrat sebanyak masing-masing 1 mL dikerjakan sebagai berikut : a. Ditambahkan 3 ml larutan gelatin 10% dan diperhatikan adanya endapan. b. Ditambahkan 3 ml larutan FeCl 3% dan diperhatikan terjadi perubahan warna menjadi hijau coklat atau biru hitam. c. Ditambahkan 3 ml larutan NaCl gelatin (larutan gelatin 1% dalam larutan NaCl 10% dan di perhatikan adanya endapan. (Fransworth, 1996).
Penetapan Kadar Tanin Total Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Asam Galat Dipipet sebanyak 2 mL larutan standar asam galat 25 ppm dan ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit. Akua demineralisata ditambahkan sampai 50 mL kemudiaan dihomogenkan. Serapan di ukur pada panjang gelombang 600-800 nm (Mustikasari, 2012). Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Asam Galat Dipipet sebanyak 2 mL larutan standar asam galat 25 ppm dan ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat dan 6 mL kalium besi (III) sianida. Ditambahkan aqua demineralisata sampai tanda batas 50 mL, kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu kamar. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, sehingga didapat waktu serapan optimum yang stabil. Penentuan Kurva Kalibrasi Asam Galat Dari larutan standar asam galat 25 ppm diencerkan dan dibuat menjadi beberapa deret konsentrasi. Dipipet masing-masing 2, 4, 6, 8, 10 mL ke dalam labu ukur 50 mL. Masing-masing ditambahkan dengan 6 mL besi (III) amonium disulfat dan 6 mL kalium besi (III) sianida, kemudian ditambahkan aqua demineralisata sampai 50 mL. Lalu disimpan pada suhu kamar selama waktu optimum dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012). Preparasi Sampel Tanin Total
Sebanyak 3,25 gram serbuk ekstrak kering biji alpukat ditambahkan akua demineralisata dan ditepatkan hingga 100 mL kemudian dikocok. Dipipet sebanyak 5 mL, ditambahkan akua demineralisata hingga 10 mL. Kemudian diambil 0,1 mL dari labu ukur 10 mL dan di dalam labu ukur 500 mL ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat dan diaduk selama 20 menit. Kemudian ditambahkan 6 ml kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akua demineralisata hingga 500 mL. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012). Pembuatan Larutan Blangko Sampel Sebanyak 1 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, ditambahkan dengan 5 mL larutan gelatin, 10 mL natrium klorida dan 2 gram kaolin, dikocok 10 menit, kemudian ditepatkan hingga 50 mL dan dibiarkan mengendap. Campuran disaring segera, sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL akua demineralisata, 3 mL gelatin, 6 mL larutan natrium klorida dan 2 gram kaolin, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu erlenmeyer dibilas dengan akua demineralisata. Labu ukur ditepatkan sampai 50 mL dengan akua demineralisata lalu dikocok selama 10 menit, dibiarkan mengendap dan disaring segera. Sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akua demineralisata hingga 50 mL. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012).
Pembuatan Larutan Blangko Gelatin Sebanyak 1 mL akua demineralisata dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, ditambahkan dengan 5 mL larutan gelatin, 10 mL natrium klorida dan 2 gram kaolin, dikocok 10 menit, kemudian ditepatkan hingga 50 mL dan dibiarkan mengendap. Campuran disaring segera, sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL akua demineralisata, 3 mL gelatin, 6 mL larutan natriun klorida dan 2 g kaolin, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu erlenmeyer dibilas dengan akua demineralisata. Labu ukur ditepatkan sampai 50 mL dengan akua demineralisata lalu dikocok selama 10 menit, dibiarkan mengendap dan disaring segera. Sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akua demineralisata hingga 50 mL. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012). Serapan Tanin Total dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : AT = AS – (Abs – Abg) Keterangan : AT : Serapan tanin total Abs :Serapan senyawa polifenol selain tanin AS : Serapan polifenol total Abg : Serapan blanko tanin Fp : Faktor pengenceran Pembuatan Sediaan Minuman Serbuk Ekstrak Kering Biji Alpukat. Formulasi Formula Minuman Serbuk Bahan F1 F2 F3 % % % Ekstrak kering alpukat
25 biji
25
25
Susu skim Tepung Talas
16,5 8 58,0 2 0,4 Qs
18,65
14,92
55,95
59,68
0,4 0,4 Sukralosa Qs Qs Pengaroma Coklat Pembuatan Minuman Serbuk Ekstrak kering biji alpukat ditambahkan ke dalam formula dengan bahan pembawa serbuk skim dan tepung talas. Masing-masing formula dimasukan kedalam wadah kemudian dicampur satu persatu bahan dengan cara sedikit demi sedikit dan dimulai dengan zat aktif ekstrak biji alpukat yang jumlahnya sedikit supaya bahan yang satu dengan yang lain tercampur merata, kemudian setelah semua bahan tercampur secara merata diayak dengan mesh 100, prosedur yang sama juga dilakukan pada pembuatan dengan bahan pembawa tepung talas dan kombinasi. Jumlah ekstrak biji alpukat yang digunakan adalah 7,48 gram persachet. Evaluasi Minuman Serbuk Pemeriksaan Organoleptik Pemeriksaan organoleptik dilakukan pada sediaan minuman serbuk untuk menilai secara langsung sediaan yang melaputi rasa, warna dan aroma sebelum dikemas. Uji Kadar Abu Penentuan kadar abu sedian minuman serbuk dilakukan dengan menggunakan tanur (gravimetri). Uji Kadar Air Penentuan kadar air sedian minuman serbuk dilakukan dengan menggunakan moisture balance. Uji Laju Pengendapan dan Tinggi Endapan Uji laju pengendapan dan tinggi endapan dilakukan dengan cara melarutkan sediaan dengan air hangat sebanyak 200 mL. Diaduk selama 1
menit dan didiamkan hingga mengendap sempurna, catat berapa lama proses pengendapan yang terjadi dan diukur tinggi endapannya. Uji Pengukuran viskositas Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan kecepatan dan no spindel tertentu hingga mencapai torsi 100% pada suhu kamar. Uji Mikroba Uji cemaran mikroba minuman dilakukan pada formula yang paling disukai oleh panelis. Metode yang dilakukan diantaranya metode tuang untuk ALT (Angka Lempeng Total) dan metode semai untuk kapang dan khamir. a. Penyiapan Sampel Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Sediaan minuman serbuk dilarutkan dalam 50 mL air hangat diaduk sampai homogen. Sampel minuman dipipet 1 mL, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL ditambah akuades steril hingga tanda batas sehingga diperoleh pengenceran 1:10, dan dikocok hingga larut. Kemudian diencerkan dengan pengenceran 1:100 dan 1:1000. b. Metode Angka Lempeng Total (ALT) Sebanyak dari masing-masing pengenceran dipipet 1 mL dimasukkan ke dalam cawan petri yang steril (duplo). Tiap cawan petri dituangkan media Nutrient Agar yang telah dicairkan bersuhu kurang lebih 45ºC. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati, kemudian dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku. Cawan petri dengan posisi terbalik dimasukkan ke lemari inkubator suhu 35ºC selama 24 jam. Hitung jumlah koloni ALT
dalam cawan petri pada masingmasing pengenceran. Jumlah mikroba angka lempeng total maksimal 1 × 104 koloni/mL. c. Metode Semai (Pemeriksaan Kapang dan Khamir) Pada cawan petri steril (duplo) dituang 5 mL media Potato Dextrose Agar yang telah dicairkan bersuhu 45ºC, biarkan membeku pada cawan. Tiap pengenceran dipipet 0,5 mL ke dalam cawan petri yang steril (metode semai). Cawan petri digoyangkan dengan hatihati, kemudian diinkubasi pada suhu 25ºC selama 3 hari. Hitung jumlah koloni kapang khamir dalam cawan petri pada masing-masing pengenceran. Jumlah mikroba kapang dan khamir maksimal 1 102 koloni/mL. Uji Hedonik (Uji Kesukaan) Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang panelis dengan usia >35 tahun dan sebelumnya para panelis tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi penilaian. Para panelis diminta mencicipi dan menilai warna, rasa dan aroma dari sampel minuman serbuk yang telah dilarutkan dengan air. Para panelis diharapkan untuk mengisi kertas kuisioner yang telah disediakan, parameter yang dinilai dapat dilihat pada Lampiran 4. Waktu selang untuk mencicipi formula 1 dengan yang lain kurang lebih 1 menit dan setelah mencicipi minuman serbuk diharapkan panelis minum air putih atau berkumur sebelum mencicipi formula lainnya. Parameter uji hedonik yang diuji meliputi rasa, warna dan aroma yang masing-masing akan mendapat penilaian 1: sangat tidak suka, 2 : tidak suka, 3 : cukup suka, 4 : suka, 5 : sangat suka. Hasil uji hedonik dianalisis menggunakan SPSS.17 dengan metode friedman. Uji Stabilita
Sediaan minuman serbuk dimasukan ke dalam sachet dan disimpan pada suhu sejuk (5-15ºC), suhu ruang (2530ºC), suhu dipercepat (40-45ºC). Setiap suhu pengujian memerlukan 23 sachet. Seluruh sachet didiamkan selama 2 bulan dan setiap 2 minggu sekali dilakukan pengamatan. Minggu 0 2 4 6 8 keSuhu kamar ** * ** * ** (25˚30˚C) Suhu dipercepat ** * ** * ** (40°-45°) Suhu dipercepat ** * ** * ** (60˚65˚C) Keterangan * uji organoleptik, uji kadar air, dan uji kemampuan terdispersi dan ketinggian buih yang terbentuk ** uji organoleptik, uji kadar air, uji kemampuan terdispersi dan ketinggian buih yang terbentuk, kadar tanin. HASIL PENELITIAN Karakteristik Serbuk Simplisia Biji Alpukat
Gambar serbuk simplisia biji alpukat Serbuk simplisia biji alpukat yang diperoleh memiliki warna coklat muda, aroma yang khas dan rasa yang pahit. Serbuk simplisia daun salam memiliki warna hijau, aroma khas, serta memiliki rasa yang agak kelat dan getir. Serbuk biji alpukat memiliki rendemen 44,65%. Kadar air simplisia biji alpukat sebesar
3,525%. Kadar abu simplisia daun biji alpukat sebesar 3,016% Ekstrak Kering Biji Daun Salam
Alpukat dan
Gambar serbuk ekstrak kering biji alpukat Rendemen ekstrak kering biji alpukat 19,19%. Perhitungan rendemen dilakukan untuk melihat persentasi kadar zat aktif yang larut dalam pelarut yang digunakan. Kadar air ekstrak kering biji alpukat 2,66%. Kadar abu eksrak kering biji alpukat sebesar 1,552%. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak kering biji alpukat menunjukkan hasil positif pada uji fitokimia untuk senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Analisis Kadar Tanin Total Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam Serapan maksimum yang dihasilkan dari larutan asam galat menunjukkan absorbansi tertinggi 0,577 dengan panjang gelombang 731 nm, waktu serapan yang stabil ditunjukkan diwaktu ke-50 menit. Dengan persamaan garis y= 0,069x – 0,223 dengan koefisien korelasi 0,9995. Hasil kadar yang didapat dari ekstrak kering biji alpukat sebesar 117 mg/gram simplisia kering. Hasil Mutu Sediaan Minuman Serbuk Hasil Pengujian Organoleptik Evaluasi Organoleptik Warna Aroma Rasa F1
Coklat
Khas
Manis Pahit
F2
Coklat
Khas
Manis Pahit
F3
Coklat
Khas
Manis Pahit
Sediaan minuman serbuk yang dihasilkan dari keempat formulanya memiliki bentuk serbuk bintik-bintik coklat, berwarna coklat, rasa manis dan aroma khas coklat.
1
1 2
2
1 2
3
1 2
Uji Kadar Air dan Kadar Abu Minuman Serbuk F Kadar air Kadar abu (%) (%) 2,44 1,88 1 2,36 1,55 2 2,70 1,57 3 Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh SNI (1996), nilai kadar air untuk minuman serbuk yaitu tidak lebih dari 3%. Kandungan air dalam minuman serbuk yang di dapat rata-rata kurang lebih dari 3% ini menunjukkan hasil kadar air pada minuman serbuk memenuhi syarat. Sedangkan menurut SNI (1996) nilai kadar abu untuk sediaan minuman serbuk yaitu tidak lebih dari 1,5%, sedangkan hasil yang didapat dalam penetapan kadar abu sediaan minuman serbuk lebih dari 1,5% kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh zat tambahan yaitu berupa tepung talas yang memang mempunyai kadar abu sekitar 14%. Kontaminasi udara selama proses pengolahan dapat juga mempengaruhi kadar abu sediaan minuman serbuk. Uji Laju Endapan dan Tinggi Endapan Minuman Serbuk F Ulangan Laju Tinggi Endapan Endapan
18 menit 57 detik 18 menit 41 detik 16 menit 11 detik 16 menit 23 detik 21 menit 09 detik 21 menit 16 detik
3,2 cm 3,2 cm 3,1 cm 3,1 cm 3,9 cm 3,9 cm
Berdasarkan tabel diatas untuk pengujian laju endapan dan tinggi endapan untuk masing-masing formula minuman serbuk dengan penambahan variasi pengisi memberikan hasil laju endapan dan tinggi endapan yang berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi tepung talas menghasilkan formula 3 yang paling baik dengan laju endapan yang lebih lama dan tinggi endapan yang lebih tinggi. Penentuan tinggi endapan sediaan minuman berhubungan dengan nilai viskositas dari sediaan minuman serbuk. Uji Viskositas Minuman Serbuk F Ulangan Viskositas Rata(cP) rata (Cp) 1 37,4 1 37,65 2 37,9 1 29,3 2 31,55 2 33,8 1 38,5 3 39,3 2 40,1 Uji viskositas formula minuman serbuk ekstrak biji alpukat dilakukan dengan menggunakan viskometer brookfield spindel 3 dengan RPM 100 hingga diperoleh torsi mencapai 100%. Setiap formula memiliki nilai viskositas yang berbeda-beda karena faktor bahan pengisi yang digunakan berbeda. Formula 3 memiliki nilai viskositas tertinggi dibandingkan formula yang
lainnya karena konsentrasi pada tepung talas yang tinggi sehingga sediaan yang dihasilkan begitu kental. Hasil Uji Hedonik 6 4 2 0
formula 1 formula 2 warna
rasa
aroma
formula 3
hedonik parameter
Hasil analisis parameter warna yang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedmann test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang berbeda yaitu dari ketiga formula setelah dilarutkan. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,003 dan lebih besar dari 0,05 maka H1 diterima. Hasil analisis parameter aroma yang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedmann test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang berbeda yaitu dari ketiga formula setelah dilarutkan. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 dan lebih besar dari 0,05 maka H1 diterima. Hasil analisis parameter rasa yang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedmann test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari keempat formula setelah dilarutkan terhadap rasa. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih besar dari 0,05. Nilai sig sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan terima H1. Berdasarkan nilai SPSS formula yang paling banyak disukai yaitu formula 1. Analisis Kadar Tanin Pada Sediaan Minuman Serbuk
Analisis kadar tanin pada minuman serbuk dilakukan pada formula 1 karena formula tersebut yang paling banyak disukai oleh panelis. Penentuan regresi linear digunakan deret standar asam galat 125 mg/250 ml yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Persamaan regresi linear yang didapat yaitu y = 0,069 x + 0,232, dan keakuratan data dapat dilihat pada nilai koefisien korelasinya r = 0,9995. Hasil tersebut menunjukan hasil validitas terhadap linieritas memenuhi syarat karena mendekati 1. Hasil pembacaan absorban sampel minuman serbuk adalah 0,548 A dan hasil pembacaan absorban blanko sampel dan blanko gelatin berturut turut adalah 0,289 A dan 0,092 A. Absorban kadar tanin total pada ekstrak kering biji alpukat ini Absorban Total (AT) = 0,351 A. Kadar tanin total pada minuman serbuk yaitu 0,175 mg/g, sedangkan kadar tanin total pada ekstrak kering biji alpukat yaitu 0,220 mg/g. Kadar tanin total pada minuman serbuk menurun dibandingkan dengan kadar tanin total pada ekstrak kering biji alpukat, hal ini karena penimbangan yang tidak akurat, proses pembuatan minuman tidak homogen dan metode yang digunakan yaitu pencampuran kering sehigga perlu menggunakan metode granulasi basah. Perhitungan kadar tanin selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Hasil Uji Cemaran Mikroba Minuman Serbuk Uji mikroba pada sediaan minuman serbuk untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan minuman serbuk hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan. Menurut SNI (1996), syarat cemaran mikroba untuk minuman serbuk yaitu 3 x 103 koloni/mL untuk
angka lempeng total, 1 x 102 koloni/mL untuk cemaran kapang khamir. Hasil uji cemaran mikroba pada minuman serbuk ekstrak biji alpukat dilakukan pada formula 1, untuk pengujian angka lempeng total yaitu 1,4 x 101 dan kapang khamir 1,5 x 101 koloni/mL memenuhi syarat. Hasil uji cemaran mikroba dapat dilihat pada Lampiran 19. Uji Stabilita Minuman Serbuk Pengujian ini dilakukan pada formula 1 dengan tujuan untuk melihat stabilitas fisik dari sediaan minuman serbuk pada kondisi suhu yang berbeda. Minuman serbuk dibuat sebanyak 60 sachet untuk penyimpanan pada 3 suhu, setiap suhu disimpan 20 sachet dimana 1 sachet berisi 60 g minuman serbuk. Pengujian stabilita fisik dilakukan dengan menyimpan sampel pada suhu yang berbeda, yaitu suhu kamar (15°30°C), suhu dipercepat (40°-45°C) dan (60°-65°C) selama 12 minggu. Selama periode waktu penyimpanan tersebut dilakukan pengamatan organoleptik, kadar air, viskositas, laju endapan dan tinggi endapan, kadar tanin dan cemaran mikroba setiap 2 minggu. Formula yang diuji stabilita berdasarkan hasil uji kesukaan adalah formula 1. Uji Organoleptik Parameter organoleptik bertujuan untuk memberikan pengenalan awal sediaan minuman serbuk secara objektif berupa warna, bau dan rasa. Hasil pengamatan organoleptik pada sediaan minuman serbuk terlihat bahwa sediaan tidak stabil secara fisik pada suhu dipercepat (60°-65°C) pada minggu ke-6. Perubahan warna pada minuman serbuk yang menjadi coklat muda dikarenakan pengaruh suhu pemanasan yang tinggi mengakibatkan warna sediaan pada minuman serbuk berubah,
Uji Kadar Air Mingg Suhu u Ke- Kam ar (2530C) 2,38 0 2,44 2
Suhu Dipercep at (40-45C)
Suhu Dipercep at (60-65C)
2,38 2,49
2,38 2,645
4
2,48
2,54
3,025
6
2,41
2,55
3,025
8
2,54
2,77
3,64
10
2,5
2,76
3,68
12
2,415
2,82
3,935
Hasil stabilitas pada evaluasi kadar air minuman serbuk pada suhu penyimpanan 25ºC mengalami kestabilan setiap 2 minggu waktu penyimpanan yang berbanding terbalik pada suhu penyimpanan 40ºC dan 60ºC yang mengalami peningkatan. Minuman serbuk pada suhu penyimpanan 40ºC dan 60ºC mengalami peningkatan karena kelembaban dari tepung talas yang mudah menyerap air sehingga udara masuk dan membuat sediaan berubah menjadi gumpalan atau lembab, seharusnya pada suhu ini minuman serbuk mengalami proses penguapan karena dipengaruhi pemanasan menyebabkan nilai kadar air minuman serbuk semakin menurun setiap 2 minggu. Uji Laju Endapan dan Tinggi Endapan Pengujian laju endapan dan tinggi endapan selama proses stabilitas dilakukan pada setiap 2 minggu sekali. Hasil analisis laju endapan dan tinggi endapan yang diolah menggunakan SPSS 17 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata pada waktu penyimpanan terhadap laju endapan dan tinggi endapan selama proses penyimpanan, dapat dilihat dari nilai sig
0.311 dan 0.715 lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Sedangkan ada pengaruh yang nyata pada suhu penyimpanan terhadap laju dan tinggi endapan, dapat dilihat dari nilai sig 0.009 dan 0.015 lebih kecil dari 0.05 maka H1 diterima. Uji Viskositas Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya (Martin,dkk 2008). Viskositas diukur menggunakan viskometer Brookfield dengan spindle 2 pada RPM 100. Hasil uji viskositas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan viskositas pada suhu kamar dan suhu dipercepat, tetapi kenaikan viskositas paling tinggi ada pada suhu dipercepat (60°C-65°C) dikarenakan terjadi perubahan partikel pada bentuk sediaan sehingga pada saat diuji viskositas memberikan nilai paling tinggi. Suhu yang paling stabil pada sediaan minuman serbuk berdasarkan parameter viskositas adalah kamar dimana viskositas minuman serbuk 37,65 cPs pada minggu pertama naik menjadi 39 cPs pada minggu kedelapan. Keadaan ini didukung oleh sediaan yang menunjukkan tidak terjadinya perubahan fisik pada sediaan. Hasil pengujian viskositas dimasukkan ke dalam data statistika untuk melihat pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap viskositas dapat dilihat dari nilai sig lebih kecil dari 0,05. Nilai sig sebesar 0,004 dan lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan terima H1. Dengan demikian suhu dan lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai viskositas. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi nilai viskositas dan semakin lama sediaan disimpan maka
semakin tinggi pula nilai viskositas yang diperoleh. Penentuan Umur Simpan Kadar tanin sediaan minuman serbuk ditentukan dengan melihat nilai absorbansi dari masing masing minuman serbuk yang disimpan pada 3 suhu yang berbeda. Semakin tinggi suhu penyimpanan semakin menurun kadar taninnya. Penurunan kadar tanin pada minuman serbuk dikarenakan proses pemanasan secara terus-menerus selama penyimpanan mengakibatkan kadar tanin menurun. Penggunaan bahan alam pada sediaan memang kadarnya selalu tidak stabil. Hasil Uji Kadar Tanin Minuman Serbuk Suhu 0 4 8 Suhu kamar (25°0,17 0,17 0,16 30°C) 5 4 2 (suhu mg/g mg/g mg/g nyata 29°C)
Total 12
0,16 1 mg/g
Suhu dipercepa t 0,17 0,15 0,14 0,14 (40°5 6 6 6 45°C) mg/g mg/g mg/g mg/g (suhu nyata 403C) Suhu dipercepa t 0,17 0,15 0,13 0,12 (60°5 5 1 9 65°C) mg/g mg/g mg/g mg/g (suhu nyata 61°C)
Perhitungan umur simpan dengan metode Arrhenius menggunakan data hasil pengukuran objektif. Data objektif diperoleh dari pengamatan kinetika perubahan mutunya. Data lain yang dibutuhkan untuk perhitungan umur simpan adalah nilai kuantitatif parameter mutu saat produk baru diproduksi. Data kinetika perubahan mutu,selanjutnya diplotkan dalam bentuk kurva yang disajikan dalam bentuk linear dan eksponensial. Penentuan umur simpan sediaan minuman serbuk ekstrak biji alpukat berdasarkan kadar zat tanin pada sediaan yang di simpan selama penyimpanan 12 minggu pada pengamatan minggu ke-0, 4, 8 dan 12. Kadar tanin yang diperoleh kemudian dimasukan ke dalam rumus reaksi orde I sehingga diperoleh kurva berupa garis linear pada plot ln k terhadap (1/T) dengan slope –Ea/R. Berdasarkan persamaan y = -726,28x – 3,3380 dengan nilai kolerasi r2 = 1, dimana x dari persamaan dimasukan 1/T suhu kamar hingga diperoleh nilai k dan dimasukan ke persamaan t ½ sehingga diperoleh umur simpan sediaan minuman serbuk 300 hari atau 10 bulan. Umur simpan yang diperoleh pada sediaan minum serbuk cukup lama dengan tanpa pemberian bahan tambahan pengawet pada sediaan. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak biji alpukat memiliki aktivitas antimikroba yang dapat memperpanjang umur simpan sediaan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill) dapat direformulasi dengan penambahan dosis 1 ½ dari dosis awal menggunakan variasi pengisi tepung talas dan susu skim.
2. formula 1 dengan pengisi susu skim dan tepung talas (1:3,5) yang paling disukai panelis. 3. Sediaan minuman serbuk ekstrak biji alpukat stabil pada suhu kamar (25˚C-30˚C) dan mempunyai umur simpan 10 bulan. 4. Kadar tanin total pada ekstrak kering biji alpukat adalah 0,220 mg/g sedangkan pada minuman serbuk dengan pengisi susu skim dan tepung talas (1:3,5) adalah 0,175 mg/g. Perbedaan kadar tanin kemungkinan disebabkan karna proses pembuatan. Saran 1. Perlu ditambahkan pengawet untuk menghilangkan bakteri dalam sediaan. 2. Perlu memakai metode granulasi basah agar mendapatkan bentuk minuman serbuk lebih homogen. DAFTAR PUSTAKA Afrianti, l. 2010. 33 Macam Buahbuahan untuk Kesehatan. Alfabeta. Bandung. Agustian, R. 2015. Formulasi Minuman Serbuk Ekstrak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Pengisi Tepung Talas dan Susu Skim sebagai Antidiabetes. Skripsi. Fakultas MIPA Farmasi Universitas Pakuan. Bogor. Anggraeni,
A. D. 2006. Pengaruh Pemberian Infusa Biji Alpukat (Persea Americana Mil) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diberi Beban Glukosa. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang
Armasari,
I. 2015. Efektivitas Antidiabetes Formula Ekstrak Biji Alpukat Dalam Bentuk Sediaan Minuman Instan. Skripsi. Fakultas MIPA Farmasi Universitas Pakuan. Bogor.
Dep.Kes. 1978. Materia Medika Indonesia, Jilid II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. ______. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. ______. 2000. Parameter standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Desmiaty, Y., Ratih H., Dewi M.A., Agustin R. 2008. Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia. Artocarpus, vol. 8 No. 2. Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Jendral Achmad Yani. Bandung. Ebrilianti, yunita E.S, Tanti A.2013. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Terhadap Tikus Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Edria,
D. 2010. Penentuan Umur Simpan Minuman Fungsional Cinna-Ale Instan Dengan Metode Arrhenius. Skripsi.
Institut Bogor.
Pertanian
Bogor.
Eniza. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Ikutan Ternak. Universitas Sumatera Utara. Fransworth, N.R. 1966. Biological and phytochemical screening of plants. Journal of Pharmaceutical science. Vol 55 (3). Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Miami University. USA. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Diterjemahkan : K. Padmawinata dan I. Soediro, Terbitan kedua. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Imroatossalihah. 2002. Daging Buah, Daun dan Biji Alpukat sebagai Bahan Obat Ditinjau dari Segi kedokteran. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kedokteran : Universitas Yarsi Jakarta
Koffi, N. Ernest, A.K. Dodiomon, S. 2009. Effect Of Aqueous Extract Of Persea Americana Seeds On The Glycemia Of Diabetic Rabbits. European Journal of Scientific Research. ISSN : 1450-216X Vol.26 No. 3, pp376-385 Koswara, S. 2012. Tenologi Pengolahan Umbi-umbian. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Lopez. VMG. 2002. Fruit Characterization of high oil contect avocado varieties. Scientia Agricol.
Malangngi, L.P, Meiske S. Sangi, Jessy, J. 2012. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat. Program Studi Kimia. Manado. Marliana, S. D., Venty S., Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. ISSN: 1693-2242. Biofarmasi 3 (1): 26-31 Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diberi Beban Glukosa. Skripsi. Universitas Diponegoro. Mustafidah, C. dan Widjarnako, S.B. 2015. Umur simpan minuman serbuk berserat dari tepung porang (Amorpophallus Oncophillus) dan karagenan melalui pendekatan kadar air kritis. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.650-660. Mustikasari, V, Sutanto, Sri, W. 2012. Potensi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi. Program Studi Farmasi Universitas Pakuan. Bogor Rengga, Pita W.D dan Handayani Astuti P, 2004. Serbuk Instan Manis Daun Pepaya Sebagai Upaya Mempelancar Air Susu Ibu. Jurnal Fakultas Teknik
Kimia. Unversitas Negeri Semarang. Semarang. Sajaratud, D. 2013. Pembuatan Tanin dari Buah Pinang. Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan Institut Agama Islam Negeri. Sumatera Utara . Sangi, M., Max R. J. R., Herny E. I., Veronica M. A. M. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. Vol 1 (1). :47-53. Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara.Jakarta. Suryawinoto. S. 2005.Mengenal Beberapa Tanaman yang Digunakan Masyarakat Sebagai Antidiabetik untuk Menurunkan Kadar Gula dalam Darah. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Vadas,
E.B. 2010. Stability of Pharmaceutical Product. Dalam Remington: the Science and Practice of Pharmacy. Volume 1. Editor: Alfonso Gennaro. London: Lippincott Williams & Wilkins.
Widowati, W. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. Jurnal Kedokteran Maranatha. 2 (7): Hal. 193 – 202. Winarno, F.G. dan Kartawidjajaputra, Felicia. 2007. Pangan Fungsional dan Minuman Energi, Cetakan 1. M-BRIO PRESS. Bogor.
Zuhrotun, A. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. Jurnal. Universitas Padjadjaran, Bandung.