ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
Mustafa Makka
REFLEKSI SUASANA AWAL PENDUDUKAN BENUAAUSTRALIA dalam PUISI Les A. Murray ‘The Conquest’ Mustafa Makka* Abstract The lines of the work remark on a number of chronological events taking place shortly after the arrival of the fleet under Captain Arthur Phillip, the commodore of the fleet. The early stage of first contact between the whites and the Aborigines shows the inability of the natives to respond properly, they were even on the alert for suspecting the friendship Phillip had offered. The unique creative innovations of the work confirm aesthetic qualities of Murray’s idea in revealing the exciting events of unexpected meetings in a shared New World. The work demonstrates a well-organized and unified description of the scene and the two different races. Provided with the supporting features of both, the work proves coherent despite its description lacks elaboration.
Keywords: the Aborigines, the whites, Arthur Phillip, friendship, trust, and mariners. Puisi bukan karya seni sederhana, melainkan karya yang sangat kompleks dicipta dengan berbagai unsur bahasa dan estetika yang saling melengkapi sehingga puisi tersebut terbentuk dengan pelbagai makna yang saling bertautan. Pada hakikatnya puisi merupakan gagasan yang dibentuk menurut aturan bahasa (fonologi, kosakata, tata kalimat) dengan makna yang terikat pada aturan bahasa itu. Sebagai bentuk pengungkapan gagasan, puisi baru berwujud dalam bentuk bahasa. Akan tetapi bahasa dalam puisi berbeda dengan bahasa seharihari karena memiliki kekhasan sendiri yakni ada ketidaklangsungan ekspresi atau makna disebabkan oleh tiga hal: (Riffaterre, 1978: 2) penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Ketidaklangsungan makna itu terdapat dalam tebaran kata sebagai hasil pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya. Dengan demikian memahami makna puisi tidak cukup berbekal kode sastra saja, akan *
Dosen Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra UNHAS
62
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
tetapi harus pula berbekal kode bahasa disamping kode budaya yang ada dalam wacana puisi. Les A. Murray lahir tanggal 17 Oktober 1938 di Nabiac, sebuah dusun di bagian utara negara bagian New South Wales, Australia. Sejak kumpulan puisi pertama ‘The Ilex Tree’ bersama Geoffrey Lehmann terbit tahun 1965 sampai tahun 2000, dia telah menulis kumpulan puisi sebanyak 11 buah, dua buah novel puisi, tiga buah buku esei, sebuah buku prosa, dan mengedit dua buah antologi puisi Australia (Bourke, 1992: 3; Matthews, 2001: xi-xv). Puisi Murray dalam kartya ini adalah ‘The Conquest’ yang mengambarkan suasana pertemuan awal antara orang Eropa dan penduduk asli orang Aborigin Australia. Peristiwa bersejarah dalam puisi itu ditulis berdasarkan pengamatan penyair yang berbeda dengan pengamatan seorang sejarawan. Kontak awal kedua bangsa itu berlangsung di sekitar kota Sydney, saat ini, tahun 1788. Ada perjanjian yang dicapai kemudian, namun pada waktu yang sama juga terus terjadi pelanggaran oleh kedua belah pihak. Kehadiran orang Eropa, dalam hal ini Inggris, banyak membawa masalah buat penduduk asli: konflik bersenjata, penggusuran penduduk asli dan benturan budaya tak terelakan. Tujuan Penelitian Pokok masalah karya Murray itu bertalian dengan suasana awal pertemuan antara orang Eropa dan penduduk asli Australia. 'The Conquest' menangkap saat-saat bersejarah tersebut ketika Gubernur Phillip menawarkan pakaian kepada penduduk asli itu dalam bahasa Inggris yang kemudian dijawab dengan bahasa Dhuruwal atau bahasa penduduk asli (O’Connor, 1988: 1). Penelitian ini mencoba mengungkap saat awal bersejarah itu menurut pandangan penyair melalui struktur fisik puisi itu yang terdapat di beberapa stanza tertentu dan larik yang menyertainya. Landasan Teori Struktur fisik puisi dibangun oleh diksi, bahasa kias (figurative lenaguage), pencitraan (imagery) dan persajakan (Djojosuroto, 2005: 15). Nanny dalam Fischer (2001: 158) mengatakan secara visual panjang satu larik puisi ditentukan oleh jumlah sukukata dan huruf di dalamnya. Sementara kalau diucapkan atau dibaca, panjang larik itu bergantung pada panjang huruf hidup atau vokal (diftong) dan perulangan konsonan rangkap (gugus), sedang untuk kata yang bersuku kata satu atau dua seperti 'a' , 'to' atau 'of ' tidak banyak berperan.
63
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
Deviasi linguistik dalam puisi dapat bergerak dari grammar dan leksis, ke arah ponologi dan graplogi, dan kemudian ke arah makna denotatif dan konotatif (Leech, 1987: 37 & 42). Puisi adalah karya sastra yang berbentuk wacana sosial dalam bentuk refleksi dan pengaruh masyarakat sebagai respon terhadap masalah sosial, ekonomi maupaun teknologi untuk budaya dan peradaban masyarakat bersangkutan (Carter, 1989: 12). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan referensial. Metode deskriptif (descriptive method) untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian yang berupa karya sastra puisi. Sementara metode referensial (referential method) yang menentukan bahwa nomina itu adalah kata yang menunjuk pada atau menyatakan bendabenda, verba ialah kata yang menyatakan tindakan teretntu, adjektiva yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Fungsi sintaksis yang utama adalah predikat, subjek, objek, pelengkap dan keterangan, dan fungsi itu mengkaitkan tiap kata atau frasa dengan kata atau frasa lain dalam kalimat itu. Metode analisis bahasa bersama teknik jabarannya mendasari penelitian ini. (Sudaryanto, 1993: 14-16; Moeliono, 1998: 36 ). Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Respon Bahasa Struktur Fisik Karya Beberapa stanza tertentu dan larik yang menyertainya dapat diketahui tentang suasana awal pertemuan antara orang Eropa dan penduduk asli Australia. Satuan lingual dalam puisi ‘The Conquest’ menampilkan bagaimana Phillip memulai pertemuannya dengan penduduk asli tersebut, the Aborigines. Murray memilih kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang cocok dengan suasana ‘menjalin hubungan’ dan seterusnya ‘penguasaan’ oleh Komandan Armada Inggris dan Gubernur pertama di Australia, Arthur Phillip. Suasana dimaksud seperti pada larik 1-3 stanza pertama: Phillip was a kindly, rational man: 1 Friendship and Trust will win the natives, Sir. 2 Such was the deck the Governor walked upon. 3 Gagasan dalam benak Murray ingin menginformasikan bahwa kontak kemudian penguasaan bermula seluruhnya melalui persahabatan dan
64
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
saling percaya, sedikitnya kesan itu disampaikan oleh para perwira atau staf Captain Arthur Phillip sebagai the commodore of the fleet (Cathcart, 1997: 5) di atas geladak kapal, ‘Friendship and Trust will win the native, Sir.’ (larik 2). Para perwira itu mengenal komandannya sebagai seorang yang baik hati dan rasional, ‘Phillip was a kindly, rational man:’ (larik 1), oleh sebab itu mereka menyampaikan saran. Pada larik kedua ini ada tiga kata yang dimulai dengan huruf kapital, kata ‘Friendship’, ‘Trust’ dan ‘Sir’. Secara kategori sintaksis ketiga kata itu adalah nomina yang mengacu pada konsep atau pengertian, sedang fungsi sintaksis dua kata pertama adalah subjek dan kata ‘Sir’ adalah pelengkap. Peran semantis, ‘Friendship’ dan ‘Trust’ adalah pelaku perbuatan yang akan menjalin hubungan, sedang ‘the natives’ adalah sasaran yang terkena perbuatan. Peran partisipan utama di ketiga larik itu hanya seorang dengan nama Phillip, nomina, subjek di kalimat induk larik 1, sedang ‘Sir’ sebagai pelengkap di larik 2 dan ‘the Governor’, frasa nominal, sebagai subjek di larik 3 dalam klausa subordinatif. Larik 1 adalah kalimat berpredikat ajektival, sedang larik 2 punya subjek ganda dalam kalimat majemuk setara berpredikat verbal, dan larik 3 sebuah kalimat majemuk bertingkat. Dalam tiga larik itu terdapat dua jenis kalimat (klausa) yang dikenal dalam tata bahasa yakni kalimat majemuk setara dan bertingkat. Suatu desain gaya bahasa dengan jenis-jenis kalimat berada di awal puisi itu yang secara berulang ada di stanza berikutnya, yakni di larik 4-6, dalam satu bentuk konfigurasi (configuration of a sequence of grammatical units). One deck below, lieutenants hawked and spat. 4 One level lower, and dank nightmares grew. 5 Small floating Englands where our world began. 6 Ketiga larik itu (4-6) memiliki dua jenis kalimat, yakni kalimat majemuk setara (4-5) sedang larik ke-6 kalimat majemuk bertingkat. Komposisi urutan kalimat itu sama dengan yang ada di larik 1-3 sebelumnya membentuk sebuah konfigurasi unit-unit gramatikal. Kebiasaan Murray tidak menghadirkan konjungtor di larik puisinya merupakan ciri khasnya: ‘koma’ bukannya ‘dan’ di larik 1 ‘The Conquest’, Phillip was a kindly, rational man: 1 Friendship and Trust will win the natives, Sir. 2 Konjungtor ‘dan’ hadir di larik 2 karena dua subjek nomina masingmasing dimulai dengan huruf kapital ‘Friendship’ dan ‘Trust’. Kedua subjek nomina itu penting buat Murray karena ingin memberi kesan
65
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
bahwa kehadiran orang Eropa di benua itu untuk persahabatan dan saling percaya, meskipun dalam perjalanan waktu banyak berubah. Such was the deck the Governor walked upon. 3 Di larik 3 konjungtor adverbial ‘di mana’ (‘in which’ atau ‘where’) tidak hadir atau dihilangkan (Such was the deck in which atau where the Governor walked upon). Selain itu, Murray menempatkan Phillip di posisi berbeda di tiga larik itu, namun secara kohesi tetap saling terkait. Peran dan andil Phillip terpatri dalam hati tiap orang di Australia bagaimana dia menguasai, mengelola, dan membangun Australia sehingga sejumlah tempat nama Phillip tertera, seperti Port Phillip atau Phillip Island di buku Manning Clark’s History of Australia (Cathcart, 1997: 187-189). Secara wacana, kalimat-kalimat dari larik pertama sampai ketiga, stanza pertama ‘The Conquest’ merupakan rentetan kalimat yang berkaitan dan membentuk makna yang serasi di antara kalimatkalimat itu. Sedang kohesi, merujuk pada keterkaitan antar-proposisi yang secara eksplisit diungkapkan oleh ketiga kalimat itu (larik 1-3): kalimat yang menyatakan mengenai Phillip orangnya baik hati dan rasional, disambut dengan proposisi menyarankan persahabatan dan saling percaya akan mengambil hati penduduk asli itu dan suasana demikian itu terjadi di geladak kapal selagi Gubernur mondar mandir. Secara koherensi, keterkaitan di antara proposisi-proposisi tersebut secara implisit dinyatakan pula dalam ketiga kalimat itu. Phillip yang baik hati dan rasional pasti mengedepankan persahabatn dan saling percaya untuk menjalin hubungan dengan penduduk asli, oleh sebab itu staf Gubernur tidak merasa segan memberi saran di larik 2, dan suasana itu yang ada di geladak kapal di saat Gubernur berjalan hilir mudik (lagi memikirkan saran itu atau ada upaya lain). Dalam tiga larik pertama ‘The Conquest’ Murray berhasil memilih diksi yang sesuai dengan memadatkan makna, menata kohesi dan koherensi didukung oleh logika gramatikal dan leksikan sehingga makna tekstual dan kontekstual dihasilkan dari berbagai hubungan kohesi dan koherensi antar ketiga larik awal itu. Phillip sebagai Kapten Kapal, Panglima Armada dan Gubernur pertama di benua itu menjadi tokoh penentu di dalam menjalin hubungan dengan penduduk asli Australia, menentang dan melawannya, kemudian menaklukan dan menguasai tanahnya. Stanza kedua yakni larik 4 sampai 6 terdiri atas tiga kalimat yang tiap lariknya diakhiri dengan titik. Konfigurasi kalimat pada stanza kedua itu mengikuti konfigurasi di stanza sebelumnya, yakni dua kalimat majemuk setara diikuti satu kalimat majemuk bertingkat. Larik
66
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
4 sampai 6 jika ditulis secara gramatikal biasa, dapat direkonstruksi seperti berikut: (In) one deck below, lieutenants hawked and spat. 4 One level lower (than the previous), (uncertainty) and dank nightmares grew. 5 (It is a) small floating Englands where our world began. 6 Meskipun larik 5 kurang unsur pokok sebuah kalimat, namun kekurangan itu dapat diisi sesuai unsurnya karena hadirnya konjungtor ‘and’ di larik tersebut dan frasa nominal di awal larik 6 ‘Small floating Englands’. Larik 5 dapat diisi, umpamanya, dengan ‘uncertainty’ sedang larik 6 dengan ‘It is a’ atau ‘They are’. Rekonstruksi di atas memperlihatkan larik 4 dan 5 adalah kalimat majemuk setara dan larik 6 kalimat majemuk bertingkat. Frasa nominal ‘dank nightmares’ di larik 5 merupakan penyimpangan gramatikal dari kata ‘nightmares’ yang berarti mimpi buruk, sedang ‘dank’ lebih banyak merujuk tempat yang pengap dan dingin. Ajektiva ‘dank’ yang menyertai nomina ‘nightmares’ bukan ajektiva dari kelompoknya. Jika mimpi buruk itu lebih seram, ada ajektiva yang sesuai, umpamanya ‘worse’ atau ‘absolute’. Hal semacam itu terjadi juga di stanza ke-7 larik 20 di farasa nominal ‘genuine grief’. Larik 19-21 merupakan titik balik dari upaya tak mengenal akhir untuk menjalin hubungan dengan penduduk asli menjadi sirna. They won’t Respond. They threaten us. Drive them off. 19 In genuine grief, the Governor turns away. 20 Blowflies from trinkets for a harsher grief. 21 Satu larik (19) terdiri dari tiga kalimat, dua kalimat deklaratif dan satunya kalimat imperatif. Kedua kalimat deklaratif itu membuat pernyataan sedang yang ketiga kalimat imperatif menyuruh berbuat sesuatu. Kedua kalimat berita secara kronologis menyatakan kejadian berurut terjadi yakni orang Aborigin tidak menerima ajakan menjalin hubungan, malahan sebaliknya mereka mengancam. Ahirnya keluarlah perintah untuk menghalaunya. Kata ‘Respond’ dimulai dengan huruf kapital yang dapat berarti bahwa jawaban lisan, gerak maupun raut muka sama sekali tidak ada. Kata itu mengantar para pengawal
67
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
Gubernur menyimpulkan penduduk asli itu mengancam dan lahir perintah. Larik 15 di stanza ke-5 yang mendahului larik 19 itu ‘Marines stand firm, known warriors bite their beards’ sudah menunjukan penduduk asli itu dalam kesulitan yang kelihatannya tidak dapat dihindari, ‘bite their beards’ punya makna hampir sama dengan ‘bite the bullet’ (dalam kesulitan sekali). Dalam suasana demikian, Gubernur dan para pengawal tidak ingin menanggung risiko. Secara rasional, Gubernur harus segera bertindak, menghindari atau menghalaunya. Frasa nominal ‘genuine grief’ di larik 20, In genuine grief, the Governor turns away. 20 merupakan penyimpangan gramatikal dari kata ‘grief’ yang berarti kesedihan mendalam, sedang ‘genuine’ berarti asli, tulus atau jujur: tidak terpikir ungkapan ‘kesedihan mendalam yang asli, tulus atau jujur’. Ada ekspresi idiomatis ‘Good grief’ yang berarti heran atau terperanjat seperti dalam kalimat ‘Good grief! What a mess!’ (Oh, begitu porak-poranda!). Ajektiva yang menyertai nomina ‘grief’ adalah pemeri kualitas yaitu ‘genuine’, akan tetapi tidak pada tempatnya menyertai nomina ‘grief’ disebabkan pemilihan ajektiva itu bukan ajektiva dari kelompoknya. Ajektiva seperti ‘painful’ atau ‘distressing’ lebih sesuai. Deviasi struktur seperti itu disebut ‘mistaken selection’ dari deviasi peran semantis (deep structure). Ajektiva ‘harsher’ frasa nominal di akhir larik 21 ‘a harsher grief’ Blowflies form trinkets for a harsher grief .21 berasal dari kelompok ajektiva yang dapat berada di depan nomina ‘grief’. Selain itu Murray membuat paralelisme kesejajaran bunyi konsonan tunggal ‘g’ dalam satu larik (20) ‘In genuine grief, the Governor turns away.’ dengan mengulang bunyi konsonan itu secara berurutan, disebut juga aliterasi atau sajak awal. Pengulangan bunyi konsonan ‘w’ dari kata-kata yang berurutan ‘what’, ‘was’ dan ‘when’ juga ada di larik 7 stanza ke-3 And what was trust when the harsh dead swarmed ashore. 7 Larik 8 pengulangan konsonan ‘w’ terjadi lagi, and warriors, trembling, watched the utterly strange 8 warriors and watched, sedang di larik 9 pengulangan konsonan ‘d’ hard clouds, dawn beings, down there wnhere time began, 9
68
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
yakni dawn dan down. Di larik 11 dan 12 stanza ke-4 terdapat juga perulangan konsonan ‘w’, blue parrot-figures wrecking the light with change, 11 man-shapes digging where no yam roots were? 12 dalam ‘wrecking’ dan ‘with’ serta ‘where’ dan ‘were’, larik 15 perulangan konsonan ‘b’ Marines stand firm, known warriors bite their beards. 15 dalam ‘bite’ dan ‘beards’. Perulangan konsonan rangkap (consonant cluster) ‘th’ ada di larik 19 dan 57, They won’t Respond. They threaten us. Drive them off. 19 and the leaves, the creeks shine thorugh their poverty 57 dalam ‘they’, ‘they’ dan ‘them’ dan di larik 57 stanza ke-19 konsonan rangkap itu ada dalam ‘the leaves’, ‘the creeks’, ‘through’ dan ‘their’. Pengulangan bunyi konsonan itu untuk mempertegas makna, memadukan gagasan dan punya efek kemerduan bunyi. Tiga stanza ‘The Conquest’, stanza pertama, kedua dan ketujuh telah memperlihatkan ungkapan kebahasaan (language style) serentak pada saat yang sama kepekaan terhadap keindahan seni sastra (aesthetic qualities of idea) saling berdampingan. Ciri itu merupakan ciri khas Murray walaupun sebagiannya dapat saja bersifat universal. Rentetan kalimat yang berkaitan dan membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat di larik 1-3 dapat disebut sebagai wacana. Secara kohesi terlihat dari keterkaitan antar proposisi baik secara eksplisit dan garamatikal berkaitan. Sedang secara koherensi keterkaitan itu implisit meskipun tidak terlalu didukung oleh kaitan secara gramatikal. Sedang stanza kedua, larik 4 sampai 6, walaupun setiap larik berakhir dengan titik, stanza ini secara implisit tetap koheren mencerminkan tingkat geladak kapal. Phillip was a kindly, rational man: 1 Friendship and Trust will win the natives, Sir. 2 Such was the deck the Governor walked upon. 3
69
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
Mustafa Makka
One deck below, lieutenants hawked and spat. 4 One level lower, and dank nightmares grew. 5 Small floating Englands where our world began. 6 Tingkat geladak kapal dari larik 3 sampai 5 memperlihatkan status sosial penumpangnya; geladak paling atas Gubernur bersama staf, geladak di bawahnya para perwira tentara Inggris terus membuang ingus dan meludah (pilek karena iklim berbeda atau jijik?), dan geladak berikutnya digambarkan mimpi buruk menjadi nyata. Larik 6 menyimpulkan Britania Raya sedang terapung dan di sana (sesudah debarkasi dan membaur dengan penduduk asli) mereka memulai yang baru. Larik 19 yang terdiri atas 3 kalimat juga suatu kelompok kalimat yang membentuk kesatuan makna. Hanya dalam satu larik yang terdiri atas 11 suku kata: ‘They won’t Re – spond. They threat – en us. Drive them off.’ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 dapat membentuk wacana dari keterkaitan susunan kalimat dengan makna serasi di antara kalimat-kalimat itu. Gagasan Murray secara eksplisit dan implisit tertuang secara gramatikal dalam satu larik tersebut. Menyampaikan gagasan dengan bahasa sehemat mungkin merupakan ciri khas dia (the art of strongest effect comes with an economy of means = seni sehemat alat dengan hasil paling maksimal). Demikian juga konsep ‘perhentian’ (the concepts of arrest) atau tidak ada kelanjutan lebih jauh akan memberi kesempatan kepada pembaca mengungkap makna antara dua atau lebih kalimat maupun alinea. Tiap kata dalam setiap kalimat itu berfungsi mengaitkannya dengan kata atau frasa lain: ada subjek, predikat, objek dan keterangan. Kata ‘they’ atau penduduk asli di larik 19 itu berperan sebagai pelaku di kalimat 1 dan 2, sedang di kalimat 3 sebagai objek. Peran semantis kedua kalimat pertama itu, menampik ajakan dan mengancam, menyebabkan muncul perintah menghalaunya di kalimat 3. Di larik 20 ada kesedihan karena Gubernur tidak lagi ‘proffers cloth and English words’ (menawarkan kain dalam bahasa Inggris), larik 13 stanza ke-5, dan dia tidak ingin ambil risiko. Kesedihan sekecil apapun (‘trinkets’ atau sesuatu hampir tidak punya nilai), akan tetapi
70
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
tetap suatu kesedihan memilukan (a harsher grief). Metafora ‘Blowflies form trinkets’ (larik 21) menunjuk ke sekelompok serangga lalat dapat membuat malapetaka karena ulahnya, ‘form a harsher grief’. Bilamana kotorannya melekat pada kain, hiasan dinding atau barang pajangan lainnya, tidak terlalu berarti. Akan tetapi kalau hinggap di makanan dengan jari kakinya melekat kuman berbahaya dapat menimbulkan penyakit bagi yang makan makanan itu. Perbandingan antara ulah kelompok lalat pada hakekatnya tidak sama dengan keputusan menghalau penduduk asli itu. ‘Blowfly trinkets’ (ulah lalat) adalah makna literal sedang ‘a harsher grief’ makna figuratif. Pembahasan The Conquest menggambarkan pertemuan awal dua kelompok yakni penduduk asli Australia orang Aborigin dan kaum pendatang orang kulit putih Inggris, mereka bertemu dan saling berhadapan di sebuah tempat di mana Sydney sekarang berada. Sydney adalah nama yang diberikan oleh Arthur Phillip setelah mencari tempat berlabuh yang baik. Dia menyebut bahwa Sydney sebagai pelabuhan yang paling baik di dunia, dapat menampung seribuan perahu layar dengan sangat aman (Cathcart, 1997: 6). Kedua kelompok sama merasakan keuletan dan kebanggaan masing-masing. Pertemuan antara kedua kelompok yang sangat berbeda dalam warna kulit, bahasa dan budaya itu direkam oleh Murrray dalam karya puisinya ‘The Conquest’. Kaum pendatang masih berada di atas salah satu kapal layar mereka dan sedang melihat dan menatap penduduk asli di daratan. Phillip yang memimpin armada adalah sosok yang santun dan rasional dan tidak heran staf di sekitarnya menyarankan bahwa hanya saling percaya dan persahabatn yang dapat menguasai penduduk asli. Phillip was a kindly, rational man: 1 Friendship and Trust will win the natives, Sir. 2 Percakapan antara staf dan Komandan Armada berlangsung di geladak paling atas, geladak khusus untuk Komandan dan staf dekatnya. Terlihat Phillip, yang kemudian menjadi Gubernur pertama di Australia (Cathcart, 1997: 7-8), berjalan sambil mendengarkan saran stafnya. Such was the deck the Governor walked upon. 3 Geladak di bawahnya untuk para perwira pertama, yakni para letnan yang kurang berkenan dengan cuaca setempat sehingga terlihat seperti masuk angin, banyak berdahak dan meludah.
71
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
One deck below, lieutenants hawked and spat. 4 Suasana geladak di bawah geladak para letnan itu semakin tidak menentu, seperti para penumpangnya mengalami mimpi buruk. Mereka merasa Inggris negara asalnya yang ditinggalkan hanya sebatas perahu layar mereka. Berlayar ribuan mil jauhnya, mereka merasa sudah memulai dunia baru di perahu layar dan di tempat perahunya merapat. One level lower, and dank nightmares grew. 5 Small floating Englands where our world began. 6 Dua stanza pertama itu mengenai sosok Komandan Armada, Arthur Phillip, staf sekelilingnya, para perwira lain serta staf di geladak yang lebih di bawah dari geladak Komandan Armada, dan suasana hati mereka masing-masing. Mereka masih merasa asing dengan suasana di darat terutama kalau nanti harus hidup bersama dengan penduduk asli. Ada pertanyaan di hati pendatang seperti di larik 7 sampai 12 yang merisaukan tentang apa masih perlu saling percaya dikedepankan. Penduduk asli tidak mengetahui bahwa pendatang dari Eropa itu adalah manusia seperti diri mereka. Sebaliknya mereka mengira yang datang itu roh arwah mereka yang telah meninggal, sehingga mereka mengadakan penyambutan. Mereka takut memandang mahluk yang sangat luar biasa dan gemetar menghadapinya karena merasa mengapa para arwah itu harus datang dengan berlayar melalui laut. And what was trust when the harsh dead swarmed ashore 7 and warriors, trembling, watched the utterly strange 8 hard clouds, dawn beings, down there where time began, 9 Hal yang sama juga terjadi pada orang pendatang itu. Orang kulit putih merasa sangat aneh melihat kelakuan penduduk asli yang seperti menyambut para arwah. Penduduk asli itu digambarkan sebagai ‘blue parrot figures’ sosok burung yang dapat meniru manusia bicara tibatiba muncul dan semua berubah atau ‘man-shapes’ sosok seperti berbentuk manusia lagi menggali tanah mencari akar untuk makanan walaupun di tempat itu tidak ada sama sekali pepohonan atau semak untuk diambil akarnya. Keanehan terjaidi di kedua pihak itu terhadap apa yang dihadapinya. Hal itu terjadi karena keduanya berbeda dalam bahasa, keyakinan, budaya dan sosok tuibuh.
72
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
Mustafa Makka
so alien the eye could barelyfix 10 blue parrot-figures wrecking thye light with change, 11 man-shapes digging whre no yam roots were? 12 Ada komuniklasi antara kedua kelompok itu yang dimulai oleh pendatang yakni Gubernur sendiri atau Phillip, di larik 13 ketika dia menawarkan pakaian dalam bahasa Inggris. Orang Aborigin menolak tawaran itu dengan sopan dalam bahasa mereka, Dhuruwal. The Governor proffers cloth and English words, 13 the tribesmen defy him in good Dhuruwal. 14 Rupanya orang Aborigin tidak punya niat lagi melanjutkan komunikasi dengan pendatang. Ini membuat para pengawal Komandan Armada, Phillip, risau dan siap siaga. Para pengawal Phillip melihat ada suatu yang tidak berterima di kalangan oreng Aborigin dalam percakapan perdana itu. Hiasan yang biasanya rapi dan serasi dipakai nampak tidak terurus lagi di badan mereka. Kelihatannya mereka dalam keadaan tak terkendali dan merasa siap menghadapi apa saja, karena tidak dapat mengelak. Sekelilingnya mengawasi pergerakan mereka. Marines stand firm, known warriors bite their beards. 15 Glass beads are scattered in that gulf of style 16 as naked Indians circle them like birds. 18 Keadaan itu jelas dilihat oleh para pengawal Phillip dan mereka juga berpikir hal yang tidak diharapkan bakal terjadi. Mereka menyampaikan kepada Phillip apa yang dilihat dan dirasakan agar mereka terhindar dari resiko yang lebih berat. Tidak ada tanda jawaban sedikitpun dari uluran tangan Phillip sebagai usaha memulai pertemuan dengan persahabatan dan saling percaya. Phillip dengan berat hati memerintahkan menghindar atau mengahalau mereka. They won’t Respond. They threaten us. Drive them off. 19 Kata ‘Respond’ dimulai dengan huruf kapital yang berarti ada makna tertentu dari kata itu. Dapat berarti bahwa sudah menunggu jawaban uluran tangan Phillip itu, menunggu lama dan mengharap jawaban
73
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
sepadan akan dberikan, tetapi tidak ada sama sekali malahan sikap tidak bersahabat diperlihatkan. Phillip tegas untuk hal seperti yang dialami bersama armadanya itu, meskipun harus ada korban. Memang sangat sedih, karena hanya masalah bahasa dan budaya yang tidak dapat saling dimengerti mengakibatkan bentrok fisik. Metafora serangga lalat (blowflies) tidak punya potensi untuk membuat onar, hanya sesuatu yang tidak ada arti dapat dihasilkan (trinkets), namun punya akibat fatal (a harsher grief). Blowflies form trinkets for a harsher grief. 21 Larik-larik berikutnya, 22 sampai 24 , menmyiratkan keadaan kedua pihak yang saling berperang. Perang terbuka antara bedil laras panjang yang sekali isi untuk sekali tembak berhadapn dengan panah yang digunakan sejak zaman dulukala. Persenjataan seimbang karena anak panah yang lepas dari busur lebih cepat dan lebih sering dari peluru bedil yangt butuh waktu isi dan tembak. Banyak korban jatuh termasuk mereka yang masih hijau memundak senjata ‘striplings collapse like trees’ baik karena perang maupun karena sakit, alam sekitar turut sedih. Hanya karena orang Aborigin tidak siap, kekalahan di pihak mereka pada putaran itu. Keadaan menjadi sesuatu yang memilukan ‘a harsher grief’, seperti penyakit menular yang melanda seluruh wilayah. Jenis penyakit yang menakutkan ‘fever of Portsmouth hulks’ dan ‘the Deptford cough’ terasa sudah melanda. Alam sekitar tidak bersahabat karena ketidaktahuan bagi pendatang di benua yang sangat asing itu. As the sickness of the earth bites into flesh 22 trees moan like women, striplings collapse like trees--23 fever of Portsmouth hulks, the Deptford cough. 24 Ketiadaan pengetahuan tentang wilayah yang baru itu memaksa Komandan Armada memberi instruksi menawan beberapa orang Aborigin. Instruksi itu dilaksanakan dan didukung oleh pasukan mariner karena mereka berpendapat sama bahwa banyak hal yang sangat perlu diketahui oleh kedua belah pihak, pendatang dan penduduk asli. Komandan Armada, Phillip, sangat senang seperti terlihat di senyum yang menghias wajahnya karena pengawal berhasil menawan orang Aborigin. Tawanan itu yang akan mengungkap makna kegembiraan Phillip. Pada waktu bersamaan kapal logistik berlabuh dan tenda-tenda penampung pasukan berdiri sesuai rencana.
74
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
Mustafa Makka
Capture some Natives, quick. Much may be learned 27 in deed, on both Sides. Sir! And Phillip smiles. 28 Two live to tell the back lanes of his smile 29 And the food ships come, and the barracks rise as planned. 30 Phillip terus membangun hubungan yang baik dengan anggota armadanya dan antar anggota itu sendiri. Perjalanan selalu dilakukan untuk maksud itu. Kinerja dia dan stafnya, termasuk narapidana yang diasingkan, membuahkan terbukanya lahan-lahan luas untuk segala jenis kegiatan. … The yeats of reason work, 32 Triangle screams confirm the widening ground. 33 Dia hampir selalu bersama dengan kelompk masyarakat yang dia bangun, dalam suasana tenang maupun dalam konflik dengan penduduk asli. Satu saat dia harus menjadi sasaran anak panah lawannya. but the spear hits Phillip with a desperate sound. 36 Atena dahulu kala di Yunani masa lalu menggambarkan negara dengan peradaban tinggi dan berbagai cabang ilmu pengetahuan mencapai puncak kemajuan --- filsafat, karya sastra, kedokteran dan peletak dasar demokrasi dalam pemerintahan. Murray melihat tidak ada satupun sisi dari karya pemikir Yunani kuno yang berbekas di wawasan penduduk asli. Memanah sang Komandan tanpa permintaan maaf atau penyesalan bahkan dibarengi dengan mengisap serutu atau semacamnya menandakan sirnanya sikap hidup berdampingan dengan damai dari orang Aborigin. Akibatnya sungguh fatal, tanah penduduk asli seluruhnya sudah menjadi milik pemerintah Inggris dan Inggris dapat menjualnya kepada siapa saja, perorangan atau kelompok. The thoughtful savage with Athenian flanks 37 fades from the old books here. The sketchers draw 38 pipe-smoking cretins jigging on the shanks 39
75
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
poor for the first time, learning the Crown Lands tune. 40 Phillip sembuh, berterima kasih dan merasa harus membalas. Selain penaklukan dan pengambilalihan kepemilikan tanah leluhur orang Aborigin, hukuman juga diberlakukan bagi yang menyerang, ada yang hukum tembak dan ada yang gantung. Ada sepuluh kepala bayarannya untuk anak panah yang melukainya dan dua untuk digantung. McEntire spread! My personal huntsman Spread! 43 Ten Heads for this, and two alive to hang! 44 Tugas diberikan kepada seorang letnan pemberani dengan regu tembak untuk tugas eksekusi itu. Regu tembak melakukan tugasnya, tetapi tidak ada hasil. A breave lieutenant cools it, bid by bid, 45 to a decent six. The punitive squads march off 46 without result, … 47 Regu tembak dan mariner Inggris tidak dapat menerima mengapa peluru bedil laras panjang mereka tidak dapat menembus kulit orang Aborigin itu. Mereka saling bertanya bagaimana mereka merawat kulit mereka. Mereka bahkan dapat menghilang selagi mereka berjalan secara ritual, mungkin karena kesakitan dan karena cakrawala yang nampak lebih rendah menyembunyikannya. They couldn’t tell us how to farm their skin. 49 They had the noon trees’ spititual walk. 52 Pathetic with sores, they could be suddenly not, 53 the low horizon strangely concealing them 54 Stanza kedua dari terakhir, larik 58, menyebut penaklukan dan penguasaan atas benua kelima ini akhirnya terjadi, ‘We make our conquests, too.’ Banyak memilukan terjadi sebagai akibat dari konflik dan perang yang tidak dapat dihindarkan, ‘The ruins at our feet are hard to see.’ (larik 59). Rentang waktu sejak pendaratan awal dari sebelas
76
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
perahu layar-- delapan kapal layar penumpang dan tiga kapal logistik di bulan Januari 1788 (Macintyre, 1999: 17), telah terjadi banyak perselisihan dan perang karena penguasaan tanah leluhur tidak berterima buat penduduk asli. Dalam bulan itu juga, Januari, bendera Inggris dikibarkan di tempat, yang sekarang ini adalah Sydney, menandakan Arthur Phillip telah mendirikan jajahan baru Inggris di benua itu. Gubernur Phillip adalah gubernur pertama yang berhasil mengubah wajah baru koloni itu menjadi suatu tempat yang menjanjikan masa depannya. The Age of Reason atau abad nalar di Inggris di abad kedelapan-belas tidak lepas dari innovasi yang dilakukan oleh Gubernur Phillip dalam mengelola koloni baru itu. though he used much Reason, and foreshadowed more 62 before he recoiled into his century. 63 Kesimpulan Dua stanza pertama ‘The Conquest’ menggambarkan diskusi antara Phillip dengan para stafnya di dek kapal layar yang berlabuh di luar pantai Sydney, waktu pertama kali bertemu dengan penduduk asli Aborigin Australia. Diskusi itu tentang bagaimana mengelola dunia baru itu dan hidup berdampingan dengan penduduk asli. Karya Murray ini berdasar pada peristiwa-peristiwa yang menarik tentang pertemuan yang tidak pernah diharapkan baik antar pendatang orang kulit putih di atas kapal layar atau setelah di darat maupun pertemuan antara pendatang dan penduduk asli Aborigin. Mereka semua harus menerima keberadaannya dalam sebuah dunia baru yang mereka diami bersama, yakni Australia. Penaklukan tidak berarti ketidakmampuan penduduk asli melawan penakluk. Mereka puluhan abad menghadapi aneka tantangan dalam sejarahnya, namun kali ini mereka harus melepas aset leluhur, benua yang telah memberi segala-galanya, bahkan tatanan sosial dan nilai budayanya sempat terganggu. Hanya karena keunikan budaya, kepercayaan dan bahasa yang menjadi perekat antar mereka sehingga mereka tetap eksis. Masyarakat internasional menghargai keberagaman budaya dan bahasa orang Abirigin, sudah milik dunia. Daftar Pustaka Bourke, Lawrence. 1992. A Vivid Steady State. Kensington: New South Wales University Press.
77
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006
Mustafa Makka
ﻧﺎﺩﻱ ﺍﻷﺩﺏ
Carter, R dan Simpson, P. 1989. Language, Discourse and Literature. London: Unwin Hyman. Cathcart, Michael. 1997. Manning Clark’s History of Australia. Melbourne: Cambridge University Press. Djojosuroto, K. 2005. Puisi: Perndekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa Fischer, O dan Nanny, M. 2001. The Motivated Sign: Iconicity in Language and Literature 2. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. Leech, Geoffrey N. 1987. A Linguistic Guide to English Poetry. New York: Longman Group. Macintyre, Stuart. 1999. A Concise History of Australia. Cambridge: Cambridge University Press. Matthews, Steven. 2001. Les Murray. Carlton South: Melbourne University Press. Moeliono, Anton M. et. al. 1998. Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tata Bahasa Baku Bahasa
O’Connor, Mark. Two Centuries of Australian Poetry. Melbourne: Oxford University Press. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics in Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
78
Tahun ke 4, Nomor1, Pebruari 2006