REDUKSI RESIDU SIPERMETRIN DALAM PRODUK JAMBAL ROTI IKAN MANYUNG (Arius thalassinus Ruppell) Nursinah Amir1*, Eddy Suprayitno2, Hardoko2 dan Happy Nursyam2 1
Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar 2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145 *Korespondensi: Telp : +62411586025; Fax : +62411586025; HP : 081342430988 E-mail:
[email protected]
Abstrak: Jambal Roti merupakan produk perikanan berupa ikan asin kering yang dibuat dari Ikan Manyung (Arius thalassinus Ruppell) dengan tekstur menyerupai roti ketika selesai digoreng, ditemukan mengandung residu sipermetrin melebihi BMR yang diizinkan berdasarkan SNI dan CAC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar sipermetrin dalam produk Jambal Roti. Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen mengikuti pola rancangan acak lengkap lima perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan yang diberikan adalah A (dicuci dengan air yang mengalir selama 15 detik), B (direndam dalam air hangat dengan suhu 50oC selama 15 menit), C (digoreng pada suhu 170oC selama 10 menit), D (dicuci dengan air mengalir + digoreng) dan E (direndam + digoreng). Penentuan kadar residu sipermetrin produk jambal roti sebelum dan setelah pemberian perlakuan, dilakukan menggunakan kromatografi gas. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap penurunan kadar residu sipermetrin pada jambal roti. Persentase penurunan kadar residu tertinggi pada perlakuan D (dicuci dengan air mengalir + digoreng). Kata kunci: sipermetrin, jambal roti, ikan asin
REDUCTION RESIDUAL OF CYPERMETHRIN ON JAMBAL ROTI PRODUCT OF GIANT CATFISH (Arius thalassinus Ruppell) Abstract : Jambal Roti is a dried salted fish product made from Giant Catfish (Arius thalassinus Ruppell) with texture like a bread when fried, found to contain cypermethrin residue exceeding the BMR allowed under SNI and CAC. This study aims to determine the decrease in the level of cypermethrin in Jambal Roti products. In this research, the experimental method is followed by a complete randomized design pattern of five treatments repeated three times. The treatments were A (washed with running water for 15 seconds), B (immersed in warm water at 50 ° C for 15 minutes), C (fried at 170 ° C for 10 minutes), D (washed with running water + fried) And E (immersed + fried). Determination of residual content of cypermethrin of jambal roti products before and after treatment, was performed using gas chromatography. The results showed that the treatment given influenced the decrease of the residual grade of cypermethrin on jambal roti. The highest percentage reduction in residual residuals in treatment D (washed with running water + fried). Key words : cypermethrin, jambal roti, dried salted
PENDAHULUAN Jambal roti merupakan salah satu jenis ikan asin yang cukup dikenal di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, banyak diminati dan memiliki tempat tersendiri bagi penggemar ikan asin. Jambal roti umumnya dibuat dari Ikan Manyung (Arius thalassinus Ruppell) (Rochima, 2005). Ciri khas jambal roti antara lain aroma harum yang disebabkan oleh degradasi protein dan lemak yang menghasilkan senyawa metil keton, butilaldehid, asam amino, dan senyawa lainnya. Kandungan asam amino yang tinggi mempengaruhi cita rasa jambal roti. Kekhasan lainnya adalah tekstur empuk dan kompak sebagai hasil kerja enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Rahayu, et al., 1992). Pengolahan Jambal Roti Ikan Manyung masih dilakukan secara tradisional (Suharna, Sya’rani dan Agustini, 2006). Pengolah secara tradisional, umumnya kurang memperhatikan masalah keamanan pangan produk yang dihasilkan. Purnomo, et al. (2002) mengemukakan bahwa beberapa permasalahan keamanan pangan yang bersumber dari kesengajaan pengolah banyak ditemui pada produk-produk tradisonal seperti jambal, ikan asin, terasi, pindang, kerang kupas, peda, tepung ikan, sirip hiu dan kerupuk ikan. Pengolah menggunakan bahan tambahan berbahaya yang dilarang penggunaannya pada makanan seperti pestisida, formalin, boraks, zat pewarna buatan. Produk jambal roti yang terbuat dari Ikan Manyung di daerah Lamongan terdeteksi mengandung residu pestisida berbagai bahan aktif dari golongan organoposfat, organoklorin, karbamat dan piretroid. Dari beberapa bahan aktif tersebut, residu tertinggi diperoleh pada sipermetrin sebesar 2,124 mg/kg (Amir, et al., 2014). Residu sipermetrin ini jauh di atas Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida yang diperbolehkan berdasarkan SNI dan Codex Alimentarius Commision. Berdasarkan SNI 7313:2008 (Badan Standarisasi Nasional, 2008) dan Codex Alimentarius Commision (2011), batas maksimum residu insektisida berbahan aktif sipermetrin pada hasil pertanian produk daging unggas sebesar 0,05 mg/kg. Sipermetrin merupakan insektisida sintetis piretroid (Atessahin, et al., 2005; Chakravarthi, Naravaneni dan Philip, 2007; Wenjun, et al., 2007; Eraslan, et al., 2008; Saxena dan Saxena, 2010) yang mempunyai efek toksik dan membahayakan manusia (Muthuviveganandave, et al., 2011; Ojutiku, et al., 2013). Senyawa ini berbahaya bagi manusia karena merupakan racun yang menyerang sistem saraf dan organ yang berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh, menekan sistem kekebalan tubuh dan menghambat pembentukan antibodi terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroba (Sari, Safni dan Zilfa, 2012). Sipermetrin umumnya digunakan dalam formulasi obat nyamuk aerosol (Kusumaningtiar dan Angeliana, 2011), digunakan untuk mengendalikan serangga atau hama rumah tangga (Das dan Parajuli, 2006; Bhushan, Saxena dan Saxena, 2013), hama pada kapas dan sayuran (Marigoudar, Ahmed dan David, 2009; Debbab, et al., 2014), padi dan mangga (Mukadam dan Kulkarni, 2014), dan hama pada kegiatan pertanian lainnya (Jayakumar, et al., 2008; Sangha, et al., 2011; Suzan, et al., 2012; Masud dan Singh, 2013). Pada jambal roti, sipermetrin digunakan untuk mencegah kerusakan karena lalat. Sipermetrin dilarang penggunaannya pada makanan sesuai peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/PER/IX/88 mengenai larangan penggunaan bahan kimia berbahaya yang tidak diizinkan dalam makanan. Larangan ini berkaitan dengan efek toksik sipermetrin terhadap manusia. Penggunaan sipermetrin yang tidak sesuai dengan fungsi dan ukurannya dapat mengancam keamanan pangan bagi konsumen akibat residu yang tertinggal dalam produk (Haryati, 2006). Residu pada batas kadar tertentu, akan membahayakan kesehatan
terutama apabila dikonsumsi secara terus menerus (Mutiatikum, Puji dan Alegantina, 2002). Paparan residu dapat menimbulkan keracunan akut dan kronis. Keracunan kronis dapat terjadi akibat penyerapan secara terus menerus dalam jangka waktu panjang bahkan kadang-kadang selama hidup, walaupun dalam dosis sangat rendah (residu). Biasanya keracunan kronis tidak disertai tanda-tanda yang jelas, tetapi akibatnya dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati. Faktor yang berperan pada keracunan jenis ini adalah sifat kumulatif pestisida. Residu terakumulasi dalam lemak yang mengakibatkan kerusakan hati dan ginjal (Mutiatikum dan Isnawati, 2003). National Pesticide Telecommunication Network (1998) menambahkan bahwa residu sipermetrin terakumulasi dalam tubuh manusia. Afriyanto (2008) mengemukakan bahwa bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Efek bahan kimia dari kandungan pestisida dalam jangka pendek menyebabkan nekrosis hati (kematian sel), inflamasi sel-sel, gagal ginjal akut. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mereduksi residu sipermetrin dalam produk Jambal Roti. BAHAN DAN METODE Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah produk jambal roti Ikan Manyung (Arius thalassinus Ruppell), standar sipermetrin, n-heksana, aseton, dietil eter, petroleum eter, acetontrile, methylene chloride, dodekana, sodium sulfat, helium, isooktana, nonpolar SPE cartridge C18, polar SPE cartridge Florisil. Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen mengikuti pola rancangan acak lengkap lima perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 15 satuan percobaan. Prosedur kerja pada penelitian ini adalah preparasi sampel produk jambal roti ikan manyung. Jambal roti ikan manyung dicelup ke dalam larutan yang mengandung sipermetrin 10 mg/kg selama 5 menit. Jambal roti kemudian diberi perlakuan : dicuci dengan air yang mengalir selama satu menit (Samad, 2006;Maruli, et al., 2012;Fadwa, et al., 2013), direndam dalam air hangat dengan suhu 50oC selama 15 menit (Budiarti, et al., 2009), digoreng pada suhu 170oC selama 10 menit (Sumiati, 2008;Bello, et al., 2010), dicuci + digoreng, direndam + digoreng. Parameter yang diamati adalah penurunan nilai kadar residu sipermetrin dalam produk. Kadar residu sipermetrin produk jambal roti sebelum dan setelah pemberian perlakuan, dianalisis menggunakan kromatografi gas. Pengujian residu sipermetrin mengacu pada prosedur yang ditetapkan Bordet, et al. (2002), yaitu : 1. Ekstraksi Sebanyak 20 g sampel jambal roti yang telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam erlenmeyer bertutup. Ditambahkan 50 mL n-heksana. Dicampur dan dicentrifuge pada 1500 rpm selama 5 menit. Menuang fase atas dan mengulangi ekstraksi dengan 50 mL nheksana. Mengambil ekstrak kedua. Menguapkan pelarut pada suhu 35°C. Menimbang ekstrak sebanyak 0,5 g ke dalam tabung centrifuge, menambahkan 3 mL asetonitrilmetilen klorida (75 + 25, v / v). dicampur dan dicentrifuge pada 3000 rpm selama 20 menit dan suhu -15°C. pisahkan lapisan atas supernatan dan ulangi ekstraksi dengan 3 mL dari campuran dengan pelarut yang sama. Fase organik akan menguap pada suhu 35°C menggunakan nitrogen (larutan A). 2. Pembersihan/Pemurnian C18SPE : proses pembersihan dilakukan dengan 5 mL petroleum eter, 5 mL aseton, dan 5 mL methanol, dielusi ke miniskus. Sebanyak 2 mL larutan A dimasukkan
ke dalam kolom dan dielusi ke miniskus (selama 3 menit sentuhan). Dinding kolom bagian dalam dibilas dengan 10 mL asetonitril, dialirkan ke dalam kolom dan dielusi (satu tetes/tiga detik). Elutan diuapkan pada suhu 35 oC dengan 100 L dodekana, kemudian dicairkan dalam n-hexane (larutan B). Florisil SPE : proses pembersihan dengan 10 mL n-heksana dielusi ke miniskus. Larutan B dimasukkan (3 menit sentuhan) dan elusi dengan petroleum eter-dietil eter (98+2, v/v; satu tetes/detik), dan 12 mL petroleum eter-dietil eter (85+15, v/v; satu tetes/3 detik). Mencampurkan dua fraksi dan diuapkan bersama dengan 10 L dodekana. Residu dilarutkan dengan n-heksana hingga volumenya tepat untuk analisis GC (larutan C). 3. Penetapan Sebanyak 1 µL ekstrak disuntikkan ke dalam kromatogafi gas menggunakan syringe pada kondisi sebagai berikut: Ukuran kolom kapiler, 50 m x 0,32 mm I.D. x 0,25 m Suhu : Injektor = 50 °C Detektor = 320 °C Oven = 100 °C Gas pembawa : Helium Fase diam : n-heksana Detektor : Electron Capture Detector (ECD) Data hasil analisa kromatogafi diolah berdasarkan database pada alat kromatogafi gas Hawlett Packard tipe HP G1800C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yazid (2005) bahwa pada peralatan kromatogafi yang telah menggunakan kromatogafi modern, peran pengolahan data dilakukan oleh suatu alat pengolah data. Informasi ini dapat dimanfaatkan dalam analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi antara komponen zat uji dengan larutan baku pembanding. Bila waktu retensi zat uji dan baku pembanding sama berarti kedua senyawa identik. Tujuan dari analisa kualitatif yaitu untuk mengidentifikasi komponen zat uji. Analisis kuantitatif bertujuan untuk penetapan kadar pada komponen zat uji. Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan membandingkan luas area puncak komponen zat uji dengan luas area baku pembanding. Jumlah residu yang terkandung didalam sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2004) dan (Bordet, et al., 2002) .
A2 V xV i1 xKx A Vi 2 R 1 W Keterangan : R = Residu pada sampel (mg/kg) A2 = Luas area sampel A1 = Luas area standar Vi1 = Volume injeksi standar (µl) Vi2 = Volume injeksi sampel (µl) K = Konsentrasi larutan standar (ng/µl) V = Volume akhir konsentrasi (µl)
W ng/g
= Berat contoh (g) = 1000 = mg/kg
Data dianalisis menggunakan sidik ragam pola Rancangan Acak Lengkap dan dilanjutkan uji Duncan. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 20 for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui penurunan kadar residu sipermetrin pada produk jambal roti, dilakukan analisis kromatografi gas terhadap produk jambal roti yang telah diberi perlakuan dicuci pada air mengalir selama satu menit dengan kecepatan aliran 100 ml/s, direndam dalam air hangat selama 15 menit, digoreng pada suhu 170oC selama 10 menit, dicuci kemudian digoreng, dan direndam kemudian digoreng. Kadar sipermetrin pada produk jambal roti sebelum diberi perlakuan adalah 6.31 mg/kg. Kadar sipermetrin produk jambal roti setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap persentase penurunan kadar sipermetrin dalam produk (p<0.01). Dan hasil uji Duncan (p=0.05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata penurunan kadar sipermetrin antar perlakuan. Tabel 1. Kadar Sipermetrin Produk Jambal Roti setelah Perlakuan Rata-rata Persentase Penurunan Perlakuan (mg/kg) (%) ±SD Dicuci pada air mengalir
2.45
61.23±0.10c
Direndam dalam air hangat
4.91
22.13±0.05e
Digoreng
3.40
46.12±0.09d
Dicuci pada air mengalir + digoreng
1.64
73.96±0.04a
Direndam dalam air hangat + digoreng
2.23
64.71±0.03b
Keterangan : huruf yang diikuti huruf superscript yang sama dalam satu kolom menunjukkan antar perlakuan tidak beda nyata (p=0.05).
Tabel 1 menunjukkan bahwa, perlakuan yang diberikan dapat mereduksi kadar sipermetrin dalam produk jambal roti. Persentase tertinggi penurunan kadar sipermetrin adalah pada produk yang diberi perlakuan dicuci dengan air mengalir kemudian digoreng, dan persentase penurunan kadar sipermetrin terendah pada perlakuan direndam dalam air hangat. Tingginya presentase penurunan kadar sipermetrin pada produk yang dicuci kemudian digoreng merupakan pengaruh dari kombinasi keduanya. Sipermetrin memiliki kelarutan 0.009 mg/kg dalam air (Haryati, 2006), dengan pencucian, kadarnya dalam produk bisa tereduksi. Dengan pencucian pada air mengalir maka sipermetrin akan luruh ikut terbawa air. Dan dengan sifat semipolar menyebabkan sipermetrin mudah larut dalam minyak. Kadar sipermetrin pada perlakuan digoreng, tereduksi sekitar 46.12% lebih rendah dari perlakuan dicuci pada air mengalir. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kandungan lemak pada jambal roti sehingga sedikit residu sipermetrin yang terakumulasi
pada lemak jambal roti. Taufik dan Yosmaniar (2010) menyatakan bahwa akumulasi residu dipengaruhi oleh kandungan lemak. Dengan kata lain, produk yang memiliki kandungan lemak yang tinggi akan lebih mudah mengakumulasi insektisida. Dengan perendaman, kadarnya dalam produk berkurang dalam jumlah sedikit, karena kemungkinan residu menempel kembali selama direndam. Selain itu, rendahnya kadar sipermetrin yang bisa tereduksi dengan perendaman, disebabkan oleh adanya kesetimbangan kimia yaitu reaksi kimia yang berlangsung dua arah, dimana hasil reaksi dapat berubah kembali menjadi pereaksinya hingga konsentrasi reaktan dan produk konstan. Reaksi kimia mencapai kesetimbangan jika laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi ke kiri sehingga tidak terjadi lagi perubahan dalam system kesetimbangan. Maruli, et al. (2012) mengemukakan bahwa residu pesitisida dapat dihidrolisis tergantung pada jumlah air yang ada dan konsentrasi pestisida. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada terong dan okra, 30.2-92.1% sipermetrin dapat direduksi melalui pencucian pada air mengalir (Chandra, et al., 2015), 52-92% (Kwon, et al., 2015), 37-73.2% (Harinathareddy, Prasad dan Devi, 2014) dan 4753% (Vemuri, et al., 2014) residu pestisida pada tomat, 48.26-70% residu pestisida dalam kembang kol (Thanki, et al., 2012), 90% residu pestisida pada wortel (Bonnechere, et al., 2012), 31, 29, dan 26% residu pestisida sintetis piretroid pada okra, kembang kol dan terong (Kumari, 2008). Pada daging sapi, 29-62,2% residu pestisida dapat direduksi melalui perlakuan panas (direbus pada air mendidih) selama 90 menit (Letta dan Attah, 2013) dan 10-18% melalui fermentasi selama 72 jam (Abou-Arab, 2002). Pada daging kerbau, 55.93-64.59% residu pestisida dapat direduksi melalui perebusan pada panci bertekanan (Muthukumar, et al., 2010). Sipermetrin memiliki rumus molekul C22H19Cl2NO3, bersifat semipolar karena terdiri dari gugus polar dan non polar. Adanya gugus eter C-O-C yang bersifat bersifat polar pada struktur sipermetrin membuat sipermetrin larut dalam air dan Cl2 bersifat non polar menyebabkan sipermetrin larut dalam minyak. Pada struktur sipermetrin juga terdapat gugus ester O-C=O yang bersifat lebih polar dari eter. Gugus C=O pada sipermetrin yang sangat bermuatan negatif akan mudah berikatan dengan yang bermuatan positif, yaitu H+ pada H2O. Pada proses penggorengan, terjadi penghilangan ester karena suhu panas. Penghilangan ester saat penggorengan terjadi pada suasana asam. Jones (2014) mengemukakan bahwa sipermetrin dengan IUPAC [cyano-(3-phenoxyphenyl)methyl] 3(2,2-dichloroethenyl)-2,2-dimethylcyclopropane-1-carboxylate akan menjadi 4-hydroxy3-phenolxybenzoic acid karena pemutusan ester dalam suasana asam. Jambal roti mengandung asam amino valine, threonine, metheonine, lysine, isoleucine, leucine, phenylalanine, asam aspartic dan glutamic, serine, glysine, histidine, agrinine, cystine, proline dan alanine. Dari jenis asam amino tersebut, lisin dan threonin yang merupakan asam amino essensial, diduga ikut larut bersama sipermetrin pada pencucian karena sifat polar dari asam amino tersebut. Sedangkan metheonine, isoleucine dan phenylalanine yang juga merupakan asam amino essensial, diduga ikut larut bersama sipermetrin pada saat digoreng karena sifat non polar dari asam amino tersebut. Diduga kandungan Eikosapentanoat (EPA) dan Dokosaheksanoat (DHA) pada jambal roti juga ikut larut bersama sipermetrin karena perlakuan digoreng.
KESIMPULAN Perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap penurunan kadar residu sipermetrin pada jambal roti. Persentase penurunan kadar residu tertinggi pada perlakuan D (dicuci dengan air mengalir + digoreng). DAFTAR PUSTAKA Abou-Arab, A. A. 2002. Degradation Of Organochlorine Pesticides By Meat Starter In Liquid Media And Fermented Sausage. Food Chem Toxicol. 40 (1): 33-41 Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Thesis-UNDIP. Semarang Amir, N., E. Suprayitno, Hardoko and H. Nursyam. 2014. Cypermethrin Residues on Jambal Roti Product of Giant Catfish (Arius thalassinus Ruppell). International Journal of ChemTech Research Vol. 6, No. 11, pages : 4789 – 4795 Atessahin, A., S. Yilmaz, I. Karahan, I., Pirincci, and B. Tasdemir. 2005. The Effects of Vitamin E and Selenium on Cypermethrin-Induced Oxidative Stress in Rats. Journal Vet Anim Sci 29, pages : 385 – 391 Badan Standarisasi Nasional. 2008. Batas Maksimum Residu Pestisida pada Hasil Pertanian. Jakarta Bello, A.A., P. G. Segovia, and J. M. Monzó. 2010. Vacuum Frying Process Of Gilthead Sea Bream (Sparus aurata) Fillets. Innovative Food Science & Emerging Technologies 11 (4): 630–636 Bhushan, B., P. N. Saxena, and N. Saxena. 2013. Biochemical and histological changes in Rat liver caused by cypermethrin and Beta-cyfluthrin. Arh Hig Rada Toksikol, 64, pages: 57–67 Bonnechere, A., V. Hanot, R. Jolie, M. Hendrickx, C. Bragard, T. Bedoret, J. V. Loco. 2012. Processing Factors of Several Pesticides and Degradation Products in Carrots by Household and Industrial Processing. Journal of Food Research 1 (3): 68-83 Bordet, F., D. Inthavong and J. M. Fremy. 2002. Interlaboratory Study of A Multiresidue Gas Chromatographic Method For The Determination of Organochlorine, Pyrethroid Pesticides and Polychlorobiphenils In Milk, Fish and Eggs. Journal of AOAC International 85 (6): 1398-1405 Budiarti, A., Supriyanti, S. Musinah. 2009. Pengaruh Perendaman Dalam Air Hangat Terhadap Kandungan Formalin Pada Mie Basah Dari Tiga Produsen Yang Dijual Di Pasar Johar Semarang. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik 6 (1): 1-6
Chakravarthi, K., B. R. Naravaneni and G. H. Philip. 2007. Study of Cypermethrin Cytogenesis effect s on Human Lymphocytes Using In-Vitro Techniques. J. Appl. Sci. Environ. Manage, Vol. 11, No. 2, pages : 77 – 81 Chandra, S., M. Kumar, A. N. Mahindrakar and L. P. Shinde. 2015. Effect of Household Processing on Reduction of Pesticide Residues in Brinjal and Okra. International Journal of Advances in Pharmacy, Biology and Chemistry 4 (1): 98102 Codex Alimentarius Commision. 2011. Maximum Residues Limits for Veterinary Drugs In Food. CAC Das, R. N. MD. MRCP and S. Parajuli MBBS. 2006. Cypermethrin Poisoning and Anti-cholinergic Medication- A Case Report. Internet Journal of Medical Update, Vol. 1, No. 2, pages : 42 – 44 Debbab, M., S. E. Hajjaji, A. H. Aly, A. Dahchour, M. E. Azzouzi and A. Zrineh. 2014. Cypermethrin Residues in Fresh Vegetables: Detection by HPLC and LCESIMS and their Effect on Antioxidant Activity. Journal Mater. Environ. Sci. 5, pages : 2257 – 2266 Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan. 2004. Pedoman Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil Pertanian. Direktorat Perlindungan Tanaman. Jakarta Eraslan, G., M. Kanbur, S. Silici, S. Altinordulu and M. Karabacak. 2008. Effecs of Cypermethrin on Some Biochemical Change in Rats : The Protective Role of Propolis. Exp. Anim. 57(5), pages : 453 – 460 Fadwa, A. T., Y. Chen, P. Wylie, and J. Capozzo. 2013. Reduction of Pesticide Residues in Tomatoes and Other Produce. Journal of Food Protection 76 (3): 510-515 Harinathareddy, A., N. B. L. Prasad and K. L. Devi. 2014. Effect Of Household Processing Methods On The Removal Of Pesticide Residues In Tomato Vegetable. Journal of Environmental Research And Development 9 (01): 50-57 Haryati, S. 2006. Optimalisasi Penggunaan Bawang Putih Sebagai Pengawet Alami Dalam Pengolahan Ikan Asin Jambal Roti. IPB. Bogor. Jayakumar, R., A. Nagarjuna, T. Deuraju, and R. Jayantha. 2008. Alteration of haematological Profiles due to cypermethrin Toxicosis in Rana hexadactyla. Journal Indian Society of Toxicology 4 (2): 18-21 Kumari, B. 2008. Effects Of Household Processing On Reduction Of Pesticide Residues In Vegetables. ARPN Journal of Agricultural and Biological Science 3 (4): 46-51
Kwon, H., T. K. Kim, S. M. Hong, E. K. Se, N. J. Cho and K. S. Kyung. 2015. Effect Of Household Processing on Pesticide Residues In Field-Sprayed Tomatoes. Food Science Biotechnology 24 (1): 1-6 Letta, B. D. and L. E. Attah. 2013. Residue levels of organochlorine pesticides in cattle meat and organs slaughtered in selected towns in West Shoa Zone, Ethiopia. Journal Environmental Science Health B. 48 (1): 23-32 Marigoudar, S. R., R. N. Ahmed and M. David. 2009. Cypermethrin induced respiratory and behavioural responses of the freshwater teleost, Labeo rohita (Hamilton). Veterinarski Arhiv 79 (6), pages : 583-590 Maruli, A., Santi, D. N., & Naria, E., 2012. Analisa Kadar Residu Insektisida Golongan Organofosfat Pada Kubis (Brassica Oleracea) Setelah Pencucian Dan Pemasakan Di Desa Dolat Rakyat Kabupaten Karo Tahun 2012. Online jurnal http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/1635/937 Diakses 2 Juni 2013 Masud, S and I. J. Singh. 2013. Effect of Cypermethrin on some hematological parameters and prediction of their recovery in a freshwater Teleost, Cyprinus carpio. African Journal of Environmental Science and Technology 7 (9): 852-856 Mukadam, M. and A. Kulkarni. 2014. Acute Toxicity of Synthetic Pyrethroid Cypermethrin on Protein Content in Estuarine Clam, Marcia Opima (Gmelin, 1791). J Environ Anal Toxicol, Vol. 4, No. 2, pages : 1 – 3 Mutiatikum, D., Puji, L. S., dan Alegantina. 2002. Analisis Residu Pestisida Piretrin dalam Tomat dan Selada dari Beberapa Pasar Di Jakarta. Jurnal Media Litbang Kesehatan XII (2): 20-24 Mutiatikum, D. dan A. Isnawati. 2003. Analisis Residu Pestisida Organoklorin dalam Tomat dan Selada dari Beberapa Pasar Di Jakarta. Jurnal Media Litbang Kesehatan XIII (3): 15-19 Muthukumar, M., R. K. Sudhakar, R. C. Narendra, R. K. Kondal, R. A. Gopala, R. D. Jagdishwar and N. Kondaiah. 2010. Detection of Cyclodiene Pesticide Residue in Buffalo meat and Effect Cooking on Residual Level of Endosulfan. Journal Food Science Technology 47 (3): 325-329 Muthuviveganandavel, V. P. Muthuraman, S. Muthu and K. Srikumar. 2011. Individual and combined biochemical and histological effect of Cypermethrin and Carbendazim in male albino rats. Journal of Applied Pharmaceutical Science, Vol. 01, No. 9, pages : 121 – 129 National Pesticide Telecommunication Network. 1998. National Pesticide Information. Online (http://npic.orst.edu/factsheets/cypermethrin.pdf) Diakses tanggal 2 Februari 2015
Ojutiku, R. O., F. P. Asuwaju, I.O. Ayanda, R.A Obande and O.O. Agbelege. Effect Of Acute Toxicity of Cypermethrin on Some biochemical Parameters of Juveniles of Claria Gariepinus (Burchell, 1822). International Journal of Engineering Science Invention, Vol. 2, Issue 3, pages : 01 - 07 Purnomo A. H., E. S. Heruwati, A. Poernomo, Murniyati, I.R. Astuti. 2002. Analisis Kebijakan Jaminan Mutu dan Keamanan Produk Perikanan. Didalam Heruwati ES, Sudradjat A, dan Wardoyo SE, editor. Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan: 103-115 Rochima, E. 2005. Pengaruh Fermentasi Garam Terhadap Karakteristik Jambal Roti. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 8, No. 2, hal : 46 – 55 Samad, M. Y. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 8 (1): 31-36 Sangha, G.K., K. Kaur, K.S. Khera and B. Singh, 2011. Toxicological Effects Of Cypermethrin On Female Albino Rats. Toxicol. Int. 18: 5-8 Sari, K.L., Safni dan Zilfa. 2012. Degradasi senyawa sipermetrin dalam insektisida ripcord 5 EC secara fotolisis dengan penambahan TIO2/ZEOLIT. Jurnal Kimia Unand Vol. 1, No. 1, hal : 76-81 Saxena, P. and A. K. Saxena. 2010. Cypermethrin Induced Biochemical Alterations in the Blood of Albino Rats. Jordan Journal of Biological Sciences. Vol. 3, No. 3, pages : 111 - 114 Sharma, P., S. Shankar, A. Agarwal and R. Singh. 2010. Variation in Serum Lipids & Liver Function Markers in Lindane Exposed Female Wistar Rats: Attenuating Effect of Curcumin, Vitamin C & vitamin E. Asian J. Exp. Biol. Sci. Vol 1 (2), pages: 440 - 444 Suharna, C., L. Sya’rani and T. W. Agustini. 2006. Study of Quality Management System on Jambal Roti Fish Processing In Pangandaran, Ciamis Regency. Jurnal Pasir Laut, Vol. 2, No. 1, pages : 13 – 25 Sumiati, T. 2008. Pengaruh Pengolahan terhadap Mutu Cerna Protein Ikan Mujair (Tilapia mossambica). IPB. Bogor Suzan, A. A., M. A. Faten, I. M. Essa and S.K. Majeed. 2012. The Effects of Cypermethrin on Bone and Bone Marrow in Short and Long Treatment in Wild Pigeons (Culumba livia gaddi). International Journal of Poultry Science 11 (12): 781-786 Thanki, N., P. Joshi and H. Joshi. 2012. Effect of Household Processing On Reduction Of Pesticide Residues In Cauliflower (Brassica oleraceae var. botrytis). European Journal of Experimental Biology 2 (5): 1639-1645
Taufik, I. dan Yosmaniar. 2010. Pencemaran Pestisida pada Lahan Perikanan Di Daerah Karawang - Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V Vemuri, S. B. C. S. Rao, R. Darsi, A. H. Reddy, M. Aruna, B. Ramesh, and S. Swarupa. 2014. Methods for Removal of Pesticide Residues in Tomato. Food Science and Technology 2 (5): 64-68 Wenjun, B. X., Z. Jianmin, C. Xiaoqin, and W. Huoyan. 2007. Effect of Long-Term Fertilization on the Persistence of Cypermethrin in Soil. Better Crops, Vol. 91, No. 4, pages : 10 – 11 Yazid, F. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit ANDI. Yogyakarta