Latar Belakang
Ikan jambal Siam (Pangmius hpophthalmus) dengan sinonim Pangmius sutchi termasuk famili Pangasidae yang d i i o d u k s i dari Bangkok (Thailand) pada tahun 1972 (Hardjamulia et al., 1981). Ikan-ikan asli famili Pangasidae dari Indonesia telah diietahui tujuh jenis (Kottelat et al., 1993) dengan berbagai nama lokal yang sampai saat ini masih hidup liar di sungai-sungai dan belum dapat dibudidayakan. Hanya satu jenis saja yang sudab dicoba dibudidayakan, yaitu Pangmius nasutus. Ikan jambal Siam mempunyai potensi yang cukup besar untuk dibudidayakan, baik di kolam maupun di keramba. Sifat yang membuat ikan ini cocok untuk dibudidayakan adalah mudab ditangani, dan dapat mencapai bobot dua kilogram dalam masa pemeliaraan delapan bulan biia d i p e l i a pada keramba terapung di sungai. Disamping itu nilai ekonominya yang tinggi pada tingkat be& sebagai ikan hias maupun pada tingkat dewasa sebagai ikan konsumsi. Sedangkan ikan patin (Pangmius asli Indonesia) yang mash liar hidupnya sulit untuk dibudidayakan. Penyediaan benih untuk usaha budidaya ataupun sebagai ikan hias sernula dilakukan dengan mengandalkan Sampai saat ini penyediaan be&
pemijahan alami yang sifatnya musiman.
ikan jambal Siam masih bersifat musiman,
kualitasnya bervariasi, jumlahnya terbatas dan tidak tersedia secara berkesinambungan. Ketersediaan benih secara berkesinambungan sepanjang tahun merupakan salah satu faktor penting bagi pengembangan budidaya ikan ini, mengingat &an jambal Siam pada
umumnya memijah satu tahun satu kali pada musim penghujan, inipun sering teqadi kegagalan pemijahan. Usaha penyediaan benih ikan jambal Siam teIah dilakukan melalui beberapa cara, antara lain merangsang pemijahan dengan hipofisasi. Inseminasi buatan dengan pengurutan setelah perlakuan dengan menggunakan kelenjar hipofisis telah berhasil dilaksanakan. Namun penggunaan ekstrak kelenjar hipofisis ikan memiliki beberapa kelemahan yaitu (1) hilangnya ikan donor karena diambil hipofisisnya; (2) standardisasi ekstrak kelenjar hipofisis ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi ovuiasi atau pematangan akhir sel telur pada ikan tidak tepat; (3) tidak diketahui dengan pasti honnon mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad; d m (4) penyakit dapat menular dengan mudah dari ikan donor ke ikan resipien
(Hardjamulia, 1975). Dalam mencapai kematangan gonad, penelitian implantasi 17a-metiltestosteron yang dikombiiasikan dengan analog Luteinizing Hormone Releasing Hormone (a.LH-
RH) telah dilakukan pada ikan bandeng (Cholik et al., 1990) dan pada ikan belanak (L,ee dan Tamam, 1988). Penelitian lain untuk merangsang ovulasi pada ikan lele
dumbo menggunakan Gonadotropin Releasing Hormone (Gn.RH) (Lukistyowati, 1990) atau Pregnant Mme Serum Gonadotropin (PMSG) dan human Chorionic
Gonadotropin (hCG) (Basuki, 1990) melalui penyuntikan. Secara umum k e j a LH-RH akan disekresikan oleh hipotalamus bila ada rangsangan dari luar (lingkungan) misalnya suhu, musim/banjir, salinitas, d m lainnya.
LH-RH menyebabkan hipofisis mensekresikan Gonadotropic Honnone (GTH I ) yang dilepaskan ke dalam aliran darah. GTH I &an merangsang gonad sampai tejadi vitelogenesis. Dengan adanya umpan balik positif dari GTH I maka GTH I1 &an disekresikan sehingga ves'hla nutfkh (GV, germinal vesicle) pada oosit bermigrasi ke bagian tepi dan sel-sel granulosa akan terangsang untuk mensekresikan Maturation Promoting Factor (MPF). Selanjutnya MPF akan merangsang terjadinya germinal vesicle breakdown (GVBD), vitelogenesis ataupun hidrasi dan akhirnya gonad berkembang (matang). Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, penggunaan hormon sintetik a.LH-RH dan 17a-MT dengan cara implantasi pada ikan jambal Siam diduga dapat merangsang tingkat kematangan gonad, sehingga frekuensi pemijahan meningkat dan produksi benih pun meningkat pula. Masalah lain yang dihadapi penyediaan benih ikan jambal Siam yaitu dalam penyediaan garnet jantan. Kematangan gonad ikan jambal Siam jantan dan betina tidak bersamaan sehingga sexing tejadi kurang tersedianya sperma dan tdur dalam saat yang sama. Diketahui bahwa volume sperma ikan jambal Siam relatif sediit. Jika induk jantan matang gonad lebii dahulu, maka selama menunggu kematangan gonad induk betina, sperma ikan jambal Siam yang volumenya relatif sediit dapat dieluarkan terlebi dahulu untuk diawetkan atau dishpan dengan cara pembekuan. Penyimpanan semen di luar tubuh akan mernpunyai beberapa keuntungan, antara lain (1) mengurangi jumlah induk jantan yang dipelihara sehingga biaya pemeliharaan dapat diperkecil; (2) dapat dipakai untuk melakukan inseminasi buatan,
meskipun kematangan gonad antara ikan betina dan jantan
tidak sama;
(3) memudahkan melakukan persilangan antara jenis-jenis ikan yang kematangan gonadnya berbeda; dan (4) dapat memenuhi permintaan petani ikan untuk memperoleh benih yang bermutu. Purwanto (1990) melakukan penyimpanan semen cair di dalam medium yang mengandung 4 g NaCl ditambah 3 g urea pada suhu 3
- 4 "C selama enam hari.
Sedangkan penyimpanan semen beku ikan mas dengan mengunakan zat-zat krioprotektan yang terdiri dari gliserol ditambah kuning telur atau diiilsulfoksida (DMSO) ditambah kuning telur telah dilakukan oleh Aryani (1993) dan Masrizal (1991). Hal tersebut di atas merupakan langkah awal penyimpanan semen ikan jambal Siam dengan metode pembekuan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, maka percepatan produksi benih ikan jambal Siam dapat dilakukan melalui peningkatan fkekuensi pemijahan dengan
mempercepat TKG dan ovulasinya. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan beberapa upaya, antara lain pemberian a.LH-RH atau l7a-h4T atau kombiiasi kedua hormon tersebut melalui implantasi. Disamping itu dapat diiakukan pula penelitian mengenai kriopreservasi semen dengan menggunakan krioprotektan gliserol dan DMSO dalam usaha penyediaan gamet jantan yang dapat dipakai kapanpun Via diperlukan untuk peningkatan produksi benih ikan jambal Siam.
Identifikasi Masalah Masalah yang diiadapi dalam produksi benih dan usaha pembenihan ikan jambal Siam adalah lambatnya pencapaian TKG IV,sehingga sering ditemui kesulitan untuk memperoleh benih sepanjang tahun. Benih hanya diperoleh secara musiman yaitu pada m u s h hujan (antara September dan April). Disamping itu produksi gamet
jantan dan betina tidak berlangsung pada saat yang bersamaan sehingga gamet betina yang telah diproduksi akan terbuang karena tidak terbuahi.
Pendekatan Masalah Untuk mengatasi masalah tersebut dan meningkatkan produksi benih ikan jambal Siam, perlu dilalcukan perbaikan-perbaikan pengelolaan reproduksinya melalui : 1. Pemberian a.LH-RH atau 17a-h4T serta kombinasiiya melalui implantasi sesudah
ovulasi untuk merangsang tercapainya TKG IV. 2.
Kriopreservasi spermatozoa di dalam N2 cair (-196°C) agar semen beku dapat selalu tersedia secara berkesinambungan. Analog LH-RH memacu pelepasan GTH I dari hipofisis yang akan merangsang
perkembangan sel telur, sedangkan metiltestosteron akan merangsang tejadiiya proses vitelogenesis sehingga TKG IV dapat dipercepat. Maksud pemberian a.LH-RH terlebii dahulu diiarapkan akan memicu banyak sel-sel telur yang berkembang yang ditandai dengan adanya lapisan sel-sel granulosa, kemudian diberi I7a-MT untuk
mempercepat TKG IV.
Pemberian I7a-MT terlebii dahulu diiarapkan bekerja
sebagai umpan balik positif terhadap hipofisis atau hipotdamus. Bila umpan balik negatif yang teqadi maka GTH I akan merangsang perkembangan gonad, dan setelah gonad berkembang, kematangan akhir sel telur akan dirangsang oleh testosteron secara in vivo. Sebaliknya bila umpan balik positif yang terjadi terhadap hipofisis atau hipotalamus, 17a-MT akan merangsang hipofisis untuk melepaskan GTH I d i a n a
GTH I akan merangsang seI-sel teka untuk melepaskan testosteron clan testosteron dengan bantuan aromatase akan merangsang sel-sel granulosa untuk melepaskan estrogen dan akhimya akan merangsang proses vitelogenesis (Gambar 1). Peningkatan produksi benih diukur dari waktu ovulasi, fielcuensi pemijahan, motilitas sperma beku pra dan pasca thawing (pencairan kembali), fertilitas telur dan daya tetas telur.
Tujuan Penelitian Penelitian ini diiaksudkan untuk mengkaji pengaruh hormon-hormon reproduksi terhadap perkembangan gonad dan pengaruh krioproktektan terhadap kriopreservasi spermatozoa ddam usaha untuk peningkatan pembenihan ikan jambal Siam.
lnduk betioa matang gonad
Garnbar 1.
Skema pendekatan masalah. Pola pemberian homon clan kriopreservasi semen; A, Alur mekanisme kerja homon a.LH-RH dan 17a-MT; B, Alur mekanisme kerja hormon 17a-MT dan a.LH-RH.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
Menentukan dosis dan frekuensi implan a.LH-RH dan 17a-MT yang optimum untuk mempercepat tingkat kematangan gonad (TKG IV).
2.
Menentukan konsentrasi krioprotektan gliserol dan DMSO dalam proses pembekuan semen.
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh petunjuk tentang cara-cara
meningkatkan produksi benih ikan jambal Siam, yaitu dengan implantasi a.LH-RI-& 17a-MT atau kombinasinya dan pembekuan semen induk jantan. Peningkatan
produksi, penyebaran dan pemanfaatan benih ikan jambal Siam akan meningkatkan pendapatan petani ikan di Indonesia. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1.
Pemberian a.LH-RH atau 17a-MT dengan dosis dan waktu pemberian yang tepat dapat mempercepat proses pematangan telur dan 6ekuensi pemijahan.
2.
Kombinasi a.LH-RH dan 17a-MT dengan dosis yang efektif dan optimum dapat mempercepat pematangan telur dan fiekuensi pemijahan daripada hanya diberi a.LH-RH atau 17a-MT secara tersendii.
3.
Pemberian 17a-MT dengan dosis yang tinggi akan merangsang pematangan telm.
4.
Pemberian krioprotektan gliserol atau DMSO dengan dosis yang efektif dan optimum diharapkan dapat mempertahankan motilitas dan fertilitas spermatozoa
ddam proses kriopreservasi semen.