SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
REDUKSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT DAN PASIR SILIKA Retno Susetyaningsih, Endro Kismolo, Nurimaniwathy Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan–YLH Yogyakarta Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Abstrak REDUKSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT DAN PASIR SILIKA. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui karakteristik zeolit pada inovasi teknik sorpsi dengan sorben campuran pasir silika. Pada penelitian ini digunakan limbah cair efluen hasil pengolahan kimia limbah B3 cair industri percetakan. Proses reduksi dilakukan dengan cara sorpsi secara catu menggunakan zeolit dari Gedangsari – Gunung Kidul, dengan ukuran butir zeolit (-60 +80 mesh), (-80 +100 mesh) dan (-100+200 mesh) yang diaktifkan menggunakan larutan (NH4)Cl. Berat sorben yang ditambahkan divariasi dari 2,50 sampai 25,0 %, dan berat pasir silika divariasi dari 0,5 sampai 2,50 % berat zeolit. Kecepatan pengadukan divariasi dari 50 sampai 200 rpm dan waktu pengadukan divariasi dari 30 sampai 150 menit. Filtrat dari proses penyaringan dianalisis menggunakan perangkat AAS. Dari percobaan diperoleh kondisi penjerapan terbaik yaitu dicapai pada penambahan sorben 15,0 % b/v, kecepatan pengadukan 150 rpm, waktu pengadukan 120 menit, dan penambahan pasir silika 1,5 %, untuk waktu pengenapan selama 60 menit diperoleh harga efisiensi sorbsi (penjerapan) sebesar 91,064 %. Kata kunci : Zeolit-Pasir silica
Abstract REDUCTION OF RADIOACTIVE WASTES BY ZEOLITE AND SILICA SANDS. The aim of this experience was to know of the characteric of zeolite on the sorption technicue inovated using mixed sorbent of silica sands. In this experiment by using waste of effluent from chemical treatment of liquid wastes from painting industries. Reduction procees was done by sorption methode a batch performed by using zeolite from Gedangsari – Gunung Kidul with the grain size (-60 +80 mesh), (-80 +100 mesh) and (100+200 mesh) which was activated by (NH4) Cl. Weight of sorbent was added was variated from 2.50 to 25.0 %, and weight of silika sand was varied on 0.50 to 2.50 % weight of zeolte. Stirring speed was varied from 50 to 200 rpm and the stirring time of 30 to 150 minutes. Filtrates from filtering process to analyzed by Absorption Analisis Spectrophotometry utilities. From the experience can be achieved that the best sorption to obtained at the condition of sorbent added of 15 %, stirring speed of 150 rpm, time of stirring of 120 minutes, and the adding of silica sands are 1.5 %, and the setling time of 60 minutes to obtained sorption efficiency of 91,064 %. Key words : Zolite-Silica sand.
kemampuan mengkontaminasi rendah. Limbah B3 cair fase air yang tidak demikian dalam mereduksi volumenya perlu penanganan tersendiri, misalnya dengan metode pertukaran ion menggunakan penukar ion sintetis atau dengan proses penjerapan menggunakan mineral lokal, meskipun dengan metode ini akan diperoleh limbah baru berupa
PENDAHULUAN Pada proses reduksi limbah B3 cair fase air tidak semua limbah cair dapat direduksi dengan metode pengolahan kimia, tetapi pengolahan kimia hanya biasa diterapkan terhadap limbah B3 cair yang volumenya besar serta memiliki aktivitas dan
Retno S., dkk
601
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 sorben padat yang terkontaminasi limbah B3 . Pemanfaatan mineral lokal seperti halnya zeolit secara langsung dapat digunakan sebagai sorben, atau melalui pengaktifan misalnya dengan larutan aktivan (NH4)Cl, atau pada saat ini juga telah dimulai diaplikasikan teknologi nano mineral sesuai keperuntukannya, misalnya aplikasi keramik membran pada penjernihan efluen pasca proses sorpsi. Pada percobaan penanganan limbah B3 efluen hasil pengolahan kimia ini digunakan sampel mineral lokal yang diambil dari daerah Gedangsari – Gunung Kidul yang mengandung garam silikat sekitar 55,25 %, sehingga diduga cukup baik untuk bahan sorpsi (1,2). Seperti halnya lempung, zeolit secara ekonomis dapat digunakan sebagai bahan sorpsi logam berbahaya dalam limbah B3 dan senyawa B3. Selain secara menyeluruh prosesnya murah, mineral lokal yang terkontaminasi logam B3 memiliki kemudahan dalam pengolahan lanjut. Kemampuan zeolit sebagai sorben karena di dalam zeolit juga mengandung senyawa alumunium silikat yang memiliki struktur kerangka tiga dimensi yang terbentuk oleh tetrahedral Al045- dan SiO44- dengan rongga di dalamnya yang terisi ion-ion logam dan biasanya adalah logam alkali tanah (Na, K, Mg, Ca dan Fe) dan molekul air yang dapat bergerak bebas (3) . Zeolit secara umum mengandung senyawa silikat cukup besar, sehingga diperkirakan dapat digunakan sebagai sorben yang efisien, baik secara alamiah maupun setelah dilakukan pengaktifan. Karakter sorben dari mineral lokal pada umumnya terjadi karena adanya pembentukan kerangka struktur molekuler dari penggabungan molekulmolekul tetrahedral membentuk celah dan saluran yang teratur sehingga menyebabkan adanya struktur berpori. Celah dan saluran dalam struktur yang terjadi memungkinkan suatu molekul yang mungkin melewatinya dapat terperangkap di dalamnya. Karakter ini yang membuat zeolit dapat dimanfaatkan sebagai bahan penjerap dalam proses sorpsi, penyaring molekul dan sebagai penukar ion. Pengaktifan mineral lokal dapat dilakukan dengan cara pemanasan atau dengan menambahkan larutan asam atau garam (sulfat, khlorida, nitrat). Langkah ini bertujuan untuk membersihkan permukaan poripori, membuang senyawa-senyawa pengotor dan pada skhirnya terjadi reposisi letak atom yang dapat dipertukarkan (4,5). Pada pengaktifan secara kimia menggunakan larutan garam NH4+ untuk memperoleh (zeolitNH4+) sebagai penukar kation. Kation Pb++ yang ada dalam limbah akan terserap oleh pori permukaan zeolit dan bersubtitusi dengan kation NH4+ yang ada pada permukaan sorben zeolit, seperti dalam reaksi di bawah ini :
1. Reaksi aktifasi zeolit dengan garam ammonium (NH4+)
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
602
Zeolit–Na++NH4+ Zeolit–NH4++Na+
(1)
Zeolit–Ca++ +NH4+ Zeolit–NH4++Ca++
(2)
2. Reaksi pertukaran ion dalam proses penjerapan Zeolit–NH4++Pb ++ Zeolit–Pb ++ +NH4+ (3) Jika M suatu kerangka anionik dari zeolit, pengikatan ionik dalam pertukaran dapat ditulis sebagai berikut : nH+R(padatan)+Mn+(larutan) MRn (padatan)+nH+(larutan)
(4)
OH+R(padatan)+Mn+(larutan) MRn(padatan)+nOH+(larutan)
(5)
Secara teoritis, dengan memperbanyak ion NH4+ dalam struktur zeolit, dapat diperoleh kemudahan terjadinya pertukaran ion logam (Pb++) sebagai kontaminan dalam limbah B3 cair (6,7). Pada penelitian ini digunakan limbah B3 yang diambil dari efluen dari proses pengolahan kimia limbah cair industri percetakan. Efluen dari hasil pengolahan kimia ini biasanya masih mengandung kontaminan berbahaya kadar rendah, dan biasanya mengandung logam Pb sekitar 10 ppm, sedangkan logam-logam yang lain sudah memenuhi syarat untuk di dispersi ke lingkungan sehingga kualitas sorpsi pada penelitian ini dapat ditinjau dari nilai sorpsi (penjerapan) logam Pb saja. Sedangkan untuk pasir silika digunakan pasir silika teknis kualitas produksi Brataco. Pada proses sorpsi secara catu dan kontinu, zeolit mengalami pemenuhan air pada kerangka aktif, sehingga pada proses catu akan terjadi penggumpalan sorben pada pengadukan kecepatan rendah, dan dapat terjadi penyumbatan pada proses kontinu. Kejadian ini dapat mengurangi efektifitas sorpsi zeolit, sehingga perlu modifikasi proses dengan menambah sejumlah tertentu pasir silika ke dalamnya. Pasir silika dalam sistem air secara mekanis lebih stabil dibandingkan zeolit, sehingga akan mampu menjadi fraksi antara bagi kristal zeolit pada aplikasi proses sorpsi. Dengan cara ini akan diperoleh fraksi campuran zeolit – pasir silika, dimana kemungkinan terjadinya penggumpalan dan penyumbatan dapat dikurangi. Dengan cara ini diduga akan diperoleh kondisi proses sorpsi yang lebih optimum. Dengan memvariasi prosentase penambahan zeolit dan pasir silika dalam campuran limbah, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan dan waktu pengenapan, diharapkan dapat diperoleh
Retno S., dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 kondisi optimum proses reduksi limbah (Pb++) melalui proses sorpsi/penjerapan dengan kualifikasi nilai efifiensi penjerapan radionuklida (Pb++) yang maksimum. Selanjutnya dapat diperoleh efluen yang memenuhi ketentuan teknis untuk pengelolaan lanjutan.
c. Proses sorpsi 1.
METODE 1. Bahan yang digunakan Limbah Pb nitrat (Pb = 10,250 ppm) efluen hasil pengolahan kimia limbah B3 cair dari industri percetakan, mineral lokal zeolit daerah Gedangsari – Gunung Kidul digunakan sebagai sorben, pasir silika produksi Brataco, larutan ammonium khlorida 1,0 M digunakan sebagai larutan aktifan, ethanol dan aquades digunakan untuk pengencer dan pencuci hasil pengaktifan zeolit.
2.
3.
2. Peralatan yang digunakan 4.
Lumpang besi dan alat penumbuk digunakan untuk menghancurkan zeolit, ayakan Tyler digunakan untuk mengayak serbuk zeolit pada berbagai ukuran butir. Perangkat Jar Tes dan piranti gelas digunakan untuk proses pengaktifan zeolit dan pengadukan dalam proses sorpsi/ penjerapan, sedangkan analisis efluen hasil sorpsi dilakukan dengan menggunakan perangkat AAS.
5.
6.
CARA KERJA a. Preparasi zeolit
HASIL DAN PEMBAHASAN
Zeolit kering daerah Gedangsari – Gunung Kidul ditumbuk dalam lumpang besi sampai hancur menjadi serbuk halus. Serbuk yang diperoleh diayak hingga diperoleh serbuk zeolit dengan ukuran butir 60 mesh, selanjutnya disimpan dalam kantong plastik yang rapat.
1. Pengaruh beban sorben terhadap efisiensi sorpsi Pengaruh berat atau beban sorben zeolit terhadap nilai efisiensi penjerapan limbah Pb dapat dilihat pada Gambar 1.a dan Gambar 1.b. Dari Gambar 1.a dapat diperoleh informasi bahwa kenaikan nilai efisiensi penjerapan selaras dengan kenaikan beban sorben zeolit yang ditambahkan ke dalam limbah. Keadaan ini berlaku untuk semua kondisi sorben yang ditambahkan baik untuk zeolit alam maupun zeolit yang sudah diaktifkan seperti terdapat dalam Gambar 1.b. Kondisi yang sama juga dicapai untuk variabel ukuran butir serbuk sorben, berbagai ukuran butir memberikan nilai efisiensi penjerapan yang semakin besar dengan bertambahnya jumlah atau beban sorben yang semakin banyak. Kondisi ini dimungkinkan terjadi karena semakin banyak sorben yang ditambahkan akan menambah jumlah rongga dan pori penjerap sehingga penetrasi logam Pb dalam limbah ke dalam rongga dan pori penyerap karena adanya proses difusi yang
b. Pengaktifan zeolit Sebanyak 150 gram serbuk zeolit dimasukkan ke dalam gelas beker 1000 ml yang berisi 500 ml larutan (NH4)Cl 1,0 M. Campuran diaduk menggunakan perangkat Jar Test pada kecepatan pengadukan 50 rpm selama 60 menit. Setelah itu dilakukan penyaringan, endapan dicuci menggunakan aquades dan ethanol 5,0 %. Endapan yang diperoleh dikeringkan, digerus dalam mortair porselain, diayak sehingga diperoleh serbuk dengan ukuran butir (-40 +60 mesh), (-80 +100 mesh) dan (100+200 mesh).
Retno S., dkk
Kedalam tiga gelas beker 100 ml yang berisi limbah cair Pb nitrat sebanyak 50 ml ditambahkan serbuk zeolit daerah Gedangsari – Gunung Kidul (ukuran butir serbuk -40 +60 mesh, -80 +100 mesh dan -100+200 mesh) sebanyak 2,50 % b/v, campuran diaduk menggunakan Jar Tes pada kecepatan pengadukan 50 rpm selama 30 menit. Hasil pengadukan dienapkan selama 60 menit, disaring dan kadar Pb dalam beningan filtrat dianalisis menggunakan perangkat AAS. Dengan cara yang sama dilakukan variasi penambahan zeolit sebanyak 5,0 %,10,0 %, 12,50 %, 15,0 %, 17,50 %, 20,0 %, 22,50 % dan 25,00 %. Dengan cara yang sama pada kondisi terbaik percobaan (c.2). dilakukan variasi kecepatan pengadukan 75 rpm, 100 rpm, 125 rpm, 150 rpm dan 200 rpm Dengan cara yang sama dilakukan variasi waktu pengadukan dari 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Dengan cara yang sama dilakukan variasi berat pasir silika divariasi dari 0,5 sampai 2,50 % berat zeolit. Dengan cara yang sama dilakukan terhadap sorben zeolit hasil pengaktifan kimia menggunakan larutan (NH4)Cl 1,0 M dan setiap percobaan dilakukan tiga kali pengulangan.
603
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 meningkat. Kondisi yang sama juga dicapai untuk variabel ukuran butir serbuk sorben, berbagai ukuran butir memberikan nilai efisiensi penjerapan yang semakin besar dengan bertambahnya jumlah atau beban sorben yang semakin banyak. Kondisi ini dimungkinkan terjadi karena semakin banyak
sorben yang ditambahkan akan menambah jumlah rongga dan pori penjerap sehingga penetrasi logam Pb dalam limbah ke dalam rongga dan pori penyerap karena adanya proses difusi yang meningkat.
80.000
Efis iensi penjerapan (%)
70.000 60.000 50.000 40.000 30.000
(-60+80) mesh (-80+100) mesh
20.000
(-100+200) mes h 10.000 0.000 0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Beban sorben zeolit (% b/v)
Gambar 1.a. Grafik hubungan pengaruh beban sorben terhadap nilai efisiensi penjerapan limbah Pb pada kondisi kecepatan pengadukan 50 rpm, waktu pengadukan 30 menit, waktu pengenapan selama 90 menit dan menggunakan zeolit alam (sebelum pengaktifan). 80.000
Efisiensi penjerapan (%)
70.000 60.000 50.000 40.000 30.000
(-60+80) mesh (-80+100) mesh
20.000
(-100+200) mesh 10.000 0.000 0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Beban sorben zeolit (% b/v)
Gambar 1.b. Grafik hubungan pengaruh beban sorben terhadap nilai efisiensi penjerapan limbah Pb pada kondisi kecepatan pengadukan 50 rpm, waktu pengadukan 30 menit , waktu pengenapan selama 60 menit dan menggunakan zeolit alam (setelah pengaktifan)
Dari percobaan diperoleh data bahwa pengaktifan kimia menggunakan larutan ammonium khlorida memberikan peningkatan kemampuan sorpsi zeolit sekitar 1,295 kali lebih besar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan harga efisiensi penjerapan logam Pb yang diperoleh setelah sorben
tersebut mengalami pengaktifan kimia. Hal ini terjadi karena penambahan garam khlorida diduga mampu membersihkan kotoran dalam pori-pori dan saluran dalam ruang intermiler dari zeolit, sehingga sifat anionik zeolit akan naik dan sifat serapnya akan meningkat. Selanjutnya dari faktor jumlah sorben
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
604
Retno S., dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 yang ditambahkan akan meningkatkan jumlah jumlah butir sorben yang berinteraksi dengan larutan limbah sehingga logam Pb dalam larutan limbah yang menggantikan kation NH4+ semakin banyak. Selain itu juga terjadi penambahan luas bidang kontak antar partikel yang berinteraksi dalam pori sorben, sehingga penyerapan logam Pb dalam larutan limbah semakin besar. Untuk melihat karakteristik proses penjerapan yang workable untuk proses catu, percobaan selanjutnya dilakukan pada penambahan sorben sebanyak 15,0 % karena di atas beban tersebut jumlah filtrat yang diperoleh kurang dari 50 ml karena terserap oleh sorben yang menggumpal. 2. Penentuan pengaruh kecepatan pengadukan Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap efisiensi
penyerapan logam Pb dalam limbah dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2, dapat diperoleh informasi bahwa semakin besar kecepatan pengadukan memberikan efisiensi penyerapan limbah Pb semakin besar dan kadar Pb dalam beningan semakin rendah. Hal ini diduga karena semakin besar kecepatan pengadukan akan menyebabkan semakin bertambahnya butiran sorben yang terdistribusi secara merata ke dalam semua bagian larutan limbah. Distribusi butiran sorben ke dalam limbah yang semakin besar akan menyebabkan semakin besar terjadinya interaksi butiran sorben dengan logam Pb dalam limbah. Dengan demikian akan memperbanyak kemungkinan terjadinya pertukaran ion Pb++ menggantikan NH4+ dalam sorben dengan cara difusi molekuler.
90.000
Efisiensi penjerapan (%)
80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 (-60+80) mesh
30.000
(-80+100) mesh 20.000
(-100+200) mesh
10.000 0.000 0
50
100
150
200
250
Kecepatan pengadukan (rpm)
Gambar 2. Grafik hubungan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap efisiensi penyerapan limbah Pb, pada kondisi berat sorben 15 % b/v, waktu pengadukan 30 menit dan waktu pengenapan 60 menit dan menggunakan zeolit alam setelah pengaktifan.
kontaminan, selanjutnya akan memperbanyak kemungkinan terjadinya proses pertukaran ion NH4+ dengan Pb++ yang ada dalam limbah, sehingga efisiensi penjerapan yang diperoleh semakin besar (yang dicoba hanya sorben setelah pengaktifan). Dari Gambar 3 diperoleh data bahwa kondisi proses sorpsi limbah Pb menggunakan sorben zeolit dari Gedangsari Gunung Kidul terbaik dicapai pada kondisi sorben dengan ukuran butir –100+200 mesh, sorben 15,0 % b/v, kecepatan pengadukan 150 rpm, waktu pengadukan 120 menit dan untuk waktu pengenapan 60 menit, yaitu menghasilkan efisiensi penyerapan sebesar 86,691 % untuk sorben yang diaktifkan dengan larutan ammonium khlorida.
3. Penentuan pengaruh waktu pengadukan Penentuan pengaruh waktu pengadukan terhadap nilai efisiensi penjerapan dapat dilihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat diperoleh informasi bahwa waktu pengadukan mempunyai pengaruh yang signifikan pada proses penjerapan limbah Pb menggunakan sorben zeolit. Semakin lama waktu pengadukan yang dilakukan, memberikan efisiensi penjerapan logam Pb dalam limbah semakin besar. Hal ini diduga waktu pengadukan berpengaruh pada kesempatan terjadinya interaksi antara butiran sorben zeolit dengan logam Pb dalam limbah. Selain itu semakin lama waktu pengadukan juga akan memperbesar waktu kontak antara sorben dan
Retno S., dkk
605
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
90.000
Efisiensi penjerapan (%)
88.000 86.000 84.000 82.000 (-60+80) mesh (-80+1000 mes h (-100+200) mesh
80.000 78.000 0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Waktu pe ngadukan (m enit)
Gambar 3. Grafik hubungan pengaruh waktu pengadukan terhadap efisiensi penyerapan limbah Pb, pada kondisi berat sorben 15 % b/v, kecepatan pengadukan 150 rpm dan waktu pengenapan 60 menit dan menggunakan zeolit alam setelah pengaktifan.
3. Penentuan pengaruh penambahan pasir silika Penentuan pengaruh penambahan pasir silika terhadap proses penjerapan dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Gambar 4 dapat diperoleh informasi bahwa penambahan pasir silika cukup mempunyai pengaruh yang signifikan pada proses penjerapan limbah Pb menggunakan sorben zeolit. Semakin banyak pasir silika yang ditambahkan, memberikan efisiensi penjerapan logam Pb dalam limbah semakin besar. Pada percobaan ini diambil kondisi beban zeolit 15.0 %, kecepatan pengadukan 120 rpm, waktu pengadukan 120 menit dan waktu pengenapan selama 60 menit. Dari Gambar 4, diperoleh data bahwa penambahan pasir silika secara umum meningkatkan efisiensi sorpsi (penjerapan) zeolit
terhadap logam Pb dalam limbah. Peningkatan ini dimungkinkan karena pada proses sorpsi secara catu, penambahan pasir silika dapat meminimalisir terjadinya gumpalan. Akibat dari kondisi itu butiran partikel zeolit lebif dapat efektif sebagai sorben, karena jarak antar partikel zeolit menjadi cukup lebar sehingga proses sorpsi dapat menjadi maksimum. Rendahnya tingkat terbentuknya gumpalan sorben dan terbentuknya butiran halus zeolit terfloatasi, menjadikan distribusi sorben dalam proses sorpsi semakin baik, sehingga proses sorpsi (penjerapan) yang terjadi semakin tinggi. Dengan demikian nilai efisiensi sorpsi (penjerapan) yang diperoleh semakin besar.
92.000 91.000 Efisiensi penjerapan (%)
90.000 89.000 88.000 87.000 86.000 85.000 84.000
(-60+80) mesh
83.000
(-80+100) mesh
82.000
(-100+200) mesh
81.000 0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Beban pasir s ilika (% )
Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh penambahan (beban) pasir silika terhadap efisiensi penyerapan limbah Pb, pada kondisi berat sorben zeolit 15 % b/v, kecepatan pengadukan 150 rpm dan waktu , waktu pengadukan 120 menit, dan pengenapan 60 menit dan menggunakan zeolit alam setelah pengaktifan.
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
606
Retno S., dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
Pada perobaan ini diperoleh kondisi terbaik pada penambahan pasir silika sebanyak 1,50 % berat zeolit, yaitu memberikan nilai efisiensi penjerapan sebesar 91,064 %. Diatas kondisi tersebut nilai efelsiensi penjerapan yang diperoleh relative tetap. KESIMPULAN Dari data-data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa :
6.
SCHNEIDER, K., Use of Local Minerals in the Treatment of Radioactive Waste, Technical Report Series No. 136, IAEA, Vienna, 1974.
7.
ENDRO KISMOLO, DKK, “Pemanfaatan Zeolit Nanggulan Untuk Mengolah Limbah Chrom”, Seminar Nasional (II) Perkembangan Teknologi Keramik, Bandung, (2003).
1. Zeolit dari Gedangsari Gunung Kidul setelah pengolahan kimia menggunakan larutan ammonium klhorida dapat digunakan sebagai bahan sorben alternatif untuk mengolah limbah B3 cair, dan dapat dipertimbangkan sebagai sorben alam untuk perangkat elektrokoagulator yang bekerja secara kontinu. Secara fisis, penambahan pasir silika dapat menurunkan kadar lumpur zeolit yang terflotasi. 2. Kondisi terbaik proses penjerapan limbah Pb menggunakan sorben zeolit dari Gedangsari Gunung Kidul ini dicapai pada ukuran butir sorben –100+200 mesh, berat sorben 15,0 %, kecepatan pengadukan 150 rpm, waktu pengadukan 120 menit, penambahan pasir silika 1,50 % berat sorben dan waktu pengenapan 60 menit, yaitu memberikan efisiensi penyerapan sebesar 91,064 %. PUSTAKA 1.
TECHNICAL REPORT SERIES NO. 89, Chemical Treatment of Radioactive Waste, International Atomic Energy Agency, Veinna, 1968.
2.
OTHMER, KIRK, “Molekular Sieve “, Encyclopedia of Chemical Technol;ogy, Third Edition, Volume 15, John Whiley and Sons, (1981)
3.
KHOMAR PRIATNA ANWAR,”Prospek pemanfaatan Bentonit Nanggulan Untuk Pembersih Minyak Kelapa Sawit”, Deptan dan Energi , PPTM, Jakarta, (1983).
4.
KAUFMAN, J., NESBITT, B.,J., GOLDMAN, I., M., ELIASEN, R., The Removal of Radioactive Anions by Water Treatment, Technical Information Service, Oak Ridge, Tennessee, 1951.
5.
BRECK, D.W., Zeolite Molecular Sieves, Structure, Chemistry, and Use, John Wiley & Sons, Inc., New York, 1974.
Retno S., dkk
607
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
608
Retno S., dkk