1
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
REDEFINISI ADMINISTRASI DALAM LINTASAN PEMIKIRAN FILSAFAT (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi) Oleh : Faried Ali) ABSTRAK Kajian tentang redefinisi administrasi dalam lintasan pemikiran filsafat adalah suatu kajian konseptual berkenaan dengan rumusan administrasi yang secara derfinitif dijadikan acuan oleh para ahli dan mahasiswa yang meminati administrasi sebagai suatu disiplin ilmu serta digunakan oleh para praktisi dalam berbagai bidang kegiatan kerjasama. Kajian konseptual dilakukan oleh penulis untuk dapat dijadikan alternatif pencegahan korupsi dan malpraktek administrasi serta sebagai terapi penyakit birokrasi yang hingga kini semakin mewabah dan susah terkenalikan baik oleh kekuasaan maupun oleh kekuatan kaidah keberlakuan hukum. Kajian dilakukan berdasarkan pemikiran filsafat, dimana rumusan administrasi yang telah menjadi acuan yaitu sebagai suatu kerjasama manusia yang didasarkan pada pertimbangan rasio guna pencapaian tujuan secara bersama dengan menempatkan aspek aksiologis yang menjadi sasaran yang diinginkan dalam lintasan pemikiran filsafat, mulai dari pemikiran filsafat rasional sebagai pemikiran dasar yang digunakan dalam merumuskan administrasi melintasi pemikiran filsafat existensialisme, fenomenalogis, empirisme, pragmatisme hingga post positivisme. Dengan menggunakan metode kontemplasi yang diikuti dengan analisa skeptis atas aplikasi konseptual pada fakta-fakta yang terjadi dalam realitas aplikasi rumusan administrasi, hasil kajian terhadap definisi administrasi sebagai kerjasama manusia yang didasarkan pada pertimbangan rasio dalam pencapaian tujuan secara bersama, produk pemikiran filsafat rasional ternyata yang melahirkan praktek-praktek yang rasional yang direkayasa sehingga yang rasio dapat saja direkayasa menjadi sesuatu yang tidak rasio, sebaliknya pun demikian, sesuatu yang tidak rasional dapat direkayasa menjadi rasional, dimana hal itu disebabkan oleh ulah manusia dalam kerjasama. Hasil kajian demikian melahirkan berbagai perbuatan yang kurang bermoral yang berimplikasi pada perbuatan melawan hukum, dilakukan secara melembaga dan memungkinkan terjadinya kerjasama atas dasar kesepatan saling menguntungkan dan terformulasi dalam berbagai bentuk mafia. Realitas hasil kajian demikian mendorong pemikiran penulis untuk menawarkan solusi terhadap realitas aplikasi pemikiran filsafat rasional tentang administrasi dengan melakukan perumusan kembali (redefinisi) sesuai dengan pemikiran filsafat mutaakhir yang merumuskan administrasi bahwa keberadaan manusia secara factual sekaligus dalam esensi keberadaanya dalam kerjasama guna mencapai tujuan dan dalam esensi keberadaanya dalam kerjasama guna memberikan isyarat bahwa keberadaan manusia administrasi adalah keberadaan yang dikendalikan oleh 3(tiga) ranah dalam satu kesatuan kedirian manusia secara faktual, yaitu 1) dengan ranah jasmaniah, manusia berupaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya; 2) dengan ranah rohaniahnya menusia berupaya menggunakan rasionya untuk menciptakan sesuatu, untuk merasakan kehendaknya serta untuk memenhui karsanya; 3) dan dengan ranah sprirtual, )
Suatu kajian konseptual yang diajukan untuk meredam korupsi Prof. Dr. H. Faried Ali., SH.,MS, Guru besar pada Program Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Hasanuddin
)
2
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
manusia dapat mengendalikan kedua ranah yang dimiliki kearah hal-hal yang bermoral. Dan ketika itu terjadi, maka rumusan administrasi harus mengalami perumusan kembali (redefinisi) sesuai dengan alam pikir post positivisme sehingga dengan demikian segala kerjasama yang dapat melahirkan KKN, mal praktek administrasi serta berbagai penyakit birokrasi akan terkendali. Kata kunci: Redefinisi Administrasi PENDAHULUAN
pencapaian
efektivitas,
Perkembangan pemikiran manusia
ekonomis
teraplikasi
dari
mengembangkan sayap axiologisnya pada
berbagai disiplin ilmu dan teknologi dalam
nilai keadilan, kebersamaan, keterbukaan,
awal perjalanannya hingga munculnya
dan berbagai nilai yang dituntut oleh
pemikiran quantum, tidaklah signifikan
paradigma pemikiran mutaahir, di dalam
dengan perkembangan moral manusia.
aplikasi konsep pada berbagai bidang
Pemikiran dan dalam berbagai aplikasi
kegiatan,
telah melahirkan begitu banyak teori dan
perbuatan yang secara sifnifikan dengan
konsep serta begitu ragam metode yang
rasio
dapat
perkembangan moral manusia.
yang
pada
digunakan
temuan
dalam
memenuhi
yang
efesiensi,
hingga
kini
telah
telah melahirkan perbuatan-
namun
tidak
signifikan
dengan
kebutuhan manusia, langsung dan tidak
Moral manusia yang teraktualisasi
langsung, namun kesemuanya itu belum
pada sikap dan perbutan yang menampak
dapat menghentikan keinginan manuasia
pada perilaku yang bersusila ketika nilai-
berbuat yang yang tidak bermoral. Ilmu
nilai yang menjadi anutan mengarahkan
dan teknologi pada hakekatnya digunakan
pada perbuatan yang baik, perbuatan
untuk
dalam
yang dibenarkan oleh ajaran moral, ajaran
realitasnya hanya dimanfaatkan untuk
etika, apalagi jika nilai itu dilihat dalam
kepentingan
lokus
menguak
kebenaran
manusia
di
seseorang,
keagamaan.
yang
perbuataan
yang
sekolompok dengan berbagai perilaku
bermoral
yang dapat memenuhi keinginan dengan
menampak pada keprilakuan yang sesuai
mengabaikan kemanfaatan yang dibangun
dengan nilai-nilai moralitas, nilai-nilai etika
diatas landasan moral dan etika serta
dan apalagi pada nilai-nilai kegamaan.
diimani oleh keyakinan yangt mendalam
adalah
Perbuatan
Sangatlah
disadari,
posisi
nilai
atas ajaran-ajaran keagamaan apalagi jika
dalam perbuatan manusia yang bermoral
mendasarkan pada agama tauhid.
hanyalah
sekedar
panduan
jiwa
Pemikiran yang dibangun diatas
seseorang untuk bersikap dan bertingkah
landasan pemikiran rasional serta dengan
laku, kekuatan keberlakuannya hanya
nilai
bersumber dari diri setiap orang, maksimal
aksiologis
yang
ditujukan
pada
3
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
hanya
perasaan
terbebani
pandangan masyarakat
oleh
atas perbuatan
berlangsung
dalam
pemerintahan,
penyelenggaraan
dilakukan
landasan
berkenaan dengan nilai yang berasal dari
mengarahkan pada pencapaian tujuan
ajaran keagamaan, perasaan takut salah
yang diinginkan secara bersama.
hanyalah karena keyakinan atas adanya
manusia
dosa yang akan dipikul dan dipikulkan
sentral dalam
oleh sesuatu yang dipandang prima kausa
akan dapat memberi warna dan corak atas
dalam kehidupan. Perbuatan yyang tidak
kegiatan dan hasil kerja administrrasi
bermoral tidak diikuti dengan peletakan
dalam aplikasinya. Rasio manusia sebagai
ancaman
Negara
salah satu ranah yang diniliki manusia
sebagaimana ancaman hukuman atas
dalam kediriannnya dapat mengendalikan
perbuatan melawan hukum.
ranah
Oleh
karena
dari
itu,
keberlakuan
ajaran moral, etika dan keagamaan hanya akan
menjadi
sesuatu
yang
yang
yang
berkedudukan
lainnya
seperti
ranah
karsa
Ketika rasio sebagai pengendali
sesuatu
perbuatan
yang
dan
sangat
sesuai dengan yang dipikirkan oleh rasio.
mengarah
diwujudkan
Rasio
sehingga manusia akan dapat berkendak
pemikiran
harus
dapat
pemikiran administrasiu
diinginkan untuk diwujudkan tetapi bukan yang
yang
dasar
yang tak bermoral dilakukan. Kalau hal itu
hukuman
rasionalitas
atas
pada
bermoral
kehendak atau
lebih
apalagi dipaksakan untuk diwujudkan. Ia
konkrit pada perbuatan yang dibenarkan
akan sebatas himbauan dan paling tinggi
oleh kaidah hukum, maka pemikiiran dan
tingkatan
sebatas
perbuatan manusia akan menyatu pada
teguran sehingga memungkinkan akan
keprilakuan yang bermoral, perbuatan
terjadinya perbuatan yang berulang-ulang
yang tidak melawan hukum, Demikian
terkecuali
ditingkatkan
pula ketika pemikiran mengarah pada
menjadi kaidah hukum atau dijadikan
kehendak perbuatan yang tidak bermoral,
sebagai landasan dalam memperlakukan
perbuatan yang melawan hukum. Namun
kaidah hukum.
kerika sebaliknya yang terjadi, ketika
keberlakuan
ajaran
hanya
moral
Administrasi dalam substansinya
ranah kehendak dapat mengendalikan
adalah pengaturan dapat diaplikasikan
rasio pemikiran maunsia maka perbuatan
dan teraplikasi dalam berbagai kegiatan,
yang tidak bermoral, perbuatan yang
dari
manusia
melawan hukum tidak dapat dihindari,
menyusunnya
apalagi nilai-nilai keagamaan tidak lagi
kegiatan
mengangkat
kersajasama
batu
dan
menjadi suatu bangunan yang bernilai, hingga pada kegiatan kerjasama yang
menjadi
ikatan
yang
kuat
dalam
4
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
membentuk
pribadi-pribadi
yang
berketauhidan.
penegak hukum. Hukum apapun, apakah hukum
Perbuatan
melawan
hukum
normative
ataukah
hukum
substantive ataupun hukum progresif yang
sebagai produk dari kegiatan kerjasama
diperlakukan
manusia yang disebut dengan administrasi
pemberantasan
dalam
pemerintahan
yang dibentuk, namun rasio dan kehendak
seperti korupsi, gratifikasi yang berkaitan
manusia sebagai peletak dasar sekaligus
dengan jabatan, pencucian uang yang
sebagai
diperoleh dari hasil penyalah gunaan
administrasi yang diselenggarakan tidak
kekuasaan atau jabatan adalah perbuatan
dilakukan
yang tidak saja dikendalikan oleh rasio
konseptual, maka perbuatan korupsi akan
para pelaku akan tetap juga dikendalikan
muncul dalam berbagai bentuk yang
oleh kehendak manusia-manusia dalam
secara pasti akan bermunculan dalam
proses kerjasama
proses pemberantasan korupsi.
lokus
kegiatan
menjadi kehendak
dan
titik
atau
pun
korupsi
sentral
perumusan
lembaga
bagaimanapun
dalam
kegiatan
kembali
secara
bersama. Perbuatan ini akan semakin sulit
Sejumlah fakta menjadi acuan;
dicegah ketika manusia dalam kerjasama
sejak pemerintahan orde baru, gerakan
yang disebut administrasi, apalagi di
anti korupsi telah dikumandangkan diikuti
dalam lokus pemerintahan, lokus yang
dengan
didasarkan pada kekuasaan yang dimiliki
pemberantasan
oleh para pelaku kerja sama. Disinilah
OPSUS yang dikomandoi oleh Sudomo,
perbuatan mafia dalam berbagai aspek
korupsi muncul dalam baju kroni Suharto
kegiatan sangat
mungkin terjadi dan
yang terpusat pada anak dan keluarga
terbentuk, seperti mafia hukum, mafia
serta sahabat Suharto hingga kini telah
kasus, mafia pajak, mafia anggaran, mafia
bertahun dibentuk Komite Pemberantasan
pemilu dan dimungkinkan mafia-mafia
Korupsi
sektor lainnya.
macam
Perbuatan melawan hukum yang berlangsung
dalam
lokus
pembentukan dengan
lembaga dibentuknya
tapi realitas muncul berbagai mafia.
Fakta-fakta
berkenaan
dengan korupsi dan variasi penanganan
pengaturan
begitu ragam fenomena yang dihasilkan
pemerintahan (administrasi pemerintahan
yang menjadi wacana perdebatan public,
dalam artian yang luas) ini akan menjadi
belumlah
langgeng dan lestari ketika berlangsung
perbuatan itu dan malah yang terjadi
secara terorganisir dan diorganisir oleh
adalah bentuk perbuatan dalam kuantitas
aparat birokrasi dalam suatu
yang tidak terkendali dan dalam kualitas
kerjasama
birokrasi teknis, birokrasi politik, birokrasi
dapat
yang sangat tinggi.
meredam
terjadinya
5
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
Perbuatan
mafia
korupsi
pada
alat,
informasi
hakekatnya merupakan perbuatan yang
semuanya
mengandung
mededader.
narkoba,
mengandung
heroin, mengandung sabu-sabu. Semakin
atau
kesempatan,
terkatagori
Disinilah
sebagai
letaknya
dilakukan semakin diminati karena di
memberantas
dalammnya
yang
kehendak manusia sebagai peletak dasar
membawa manusia pada tingkat tingkat
dan sebagai titik sentral dalam kegiatan
kenikmatan yang mendekati kematian.
kerjasama
Seseorang yang terlibat dalam perbuatan
administrasi
itu akan menjadi sadar ketika ia sudah
utamanya dalam lokus pemerintahan tidak
berhadapan malaikat
mengandung
dengan
pencabut
candu
korupsi
kesulitan
yang
jika
rasio
disebut
dalam
dan
dengan
berbagai
lokus
malakil
maut,
dilakukan perumusan-perumsan kembali
njawanya.
Candu
yang secara konseptual melalui redefinisi.
dalam pengertian kekuasaan, semakin seseorang berkuasa maka semakin ia
KONSEP
“ADMINISTRASI” DALAM
akan menguasai. Itulah hakekat dari suatu
PEMIKIRAN FILSAFAT Konsep “Administrasi” yang dalam
kekuasaan. Dalam konteks hukum, perbuatan
awal kemunculannya lewat esay Wilson’s
mafia korupsi adalah perbuatan melawan
(1987)1 diartikan dalam lokus kekuasaan
hukum yang melibatkan banyak orang.
sebagai
Perbuatan
(hukum) yang terperinci dan sistematis,.
yang
dilakukan
seseorang
pelaksana
undang-undang
tanpa melibatkan orang lain adalah bukan
sedangkan
korupsi
tetapi
secara normatif bermakna pengaturan
pidana
pencuri,
berkatagori
penggelapan
semacamnya. melibatkan
perbuatan
Perbuatan
banyak
dalamnya
pasti
berproses
secara
orang
ada
dan korupsi
karena
kerjasama
administrasi
di
sehingga
dengan
(hukum)
demikian
konsep
“Administrasi” dalam awalnya bermakna pelaksanaan pengaturan. Namun terminologi “Administrasi”
yang namun
Undang-undang
dalam
kajian
filsafat
rasional
yang
dalam kerjasama ada yang berperan
melakukan pengkajian tentang manusia
sebagai
dan
dalam suatu kerjasama yang berlagnsung
medepligtingen. Seseoran yang memberi
berdasarkan pertimbangan rasio dalam
peluang agar proses
rangka
dader,
mededader
korupsi itu dapat
berlangsung sangat dimungkinkan dapat dikategorikan
sebagai
turut
pencapaian
tujuan
secara
bersama, kerjasama mana berlangsung
serta 1
melakukan, apalah membantu dengan
Fredirick Wilson Taylor, The of Scientific Management, NY Harper and Bother
6
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
dalam
keteraturan,
dalam
lingkup
pengaturan, yang
luas
atau
praktek
pada
yaitu
“sabotase
akhirnya
dan
hasil
“administrasion (Inggris)” atau “Beheren
“Manajerialisme”
atau bestuur
(Belanda)”
“Mismanajemen”,
“Pemerintah,
Pemerintah”.
yang
berarti
Pemikiran
yang
yang
melahirkan dengan
konsep “Pengaturan” yang melahirkan oleh
Weber5
tentang
“Hirarki”
konsep
“Ketidakadilan”;
mutahir
dengan
konsepsinya
terminologi
rendah”;
Fayol4
oleh
demikian itulah di dalam perkembangan menempat-kan
melahirkan
“Administrasi” dalam konsepsi sebagai
yang melahirkan konsep “Kepemimpinan
kegiatan
dalam
yang dunggu dalam praktek”; konsep
politiknya
“kecakapan yang sedang-sedang hingga
pemerintah
melaksanakan
di
kekuasaan
(Federickson, 1990)2.
yang paling terjelek yang dikenal dengan
Keteraturan,
pengaturuan,
kepemerintahan, sebagai
obyek formal
konsep “layanan terjadwal”. Semua perlakuan konsep dalam
filsafat administrasi akan nampak pada
apalikasinya
hubungan pengatur dengan pihak yang
adalah produk
diatur baik itu dalam kontek internal yang
rasional yang sangat mengabaikan faktor
beralngsung
manusia yang ada di belakang kegiatan
maupun
secara
external
antara individu sebagai manusia subyek
pengarutan
administrasi
Pemikiran
dengan
individu
dalam
yang
negatif
disebutkan
dari pemikiran filsafat
dan
kepemerintahan.
yang
rasional
kehidupan kelompok kecil hingga pada
prakteknya
kehidupan masyarakat, negara sekalipun
praktek-praktek yang tidak rasional tetapi
sebagi obyek yang harus dilayani, diayomi
irasionalkan
dan diberdayakaan oleh para subyek
berbagai
administrasi.
seperti seperti “Korupsi”, “Kolusi” dan
Dalam
kerangka
keteraturan
sangat
dalam
memungkinkan
sebagaimana penyimpangan
“Nepotisme”melalui
terjadinya administrasi
praktek-praktek
kerjasama manusia itulah secara rasional
administrasi yang dikonsepsikan sebagai
tergabunglah
“malpraktek
berbagai
konsep
administrasi”
belum
lagi
administrasi lewat hasil pemikiran rasional
sejumlah praktek birokrasi seperti adanya
para ahli mulai dari kajian manajemen
model
ilmiah
oleh
Taylor3
dengan
berbagai
utiliti
maksimal
birokrasi
oleh
Niskanen6 sebagaimana dipraktekkan di
konsep seperti “spesialisasi yang dalam 4
2
George N. Fredericson “Administrasi Negara Baru“, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1990) 3 Frederick Winslows Taylor,” The of Scientific Management”, NY.Harper and Brother Publisher, 1919
Henry Fayol, “Industial Dunod, 1925. 5
and General Administrasion”
Gerald E.Caiden,” Administrative Reform Come’s of Age “ Walter de Gruyter, NY, 1991 6 Gerald E. Caiden, op. cit.
7
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
Indonesia yang melahirkan praktek saling menguntungkan
dalam
kehidupan
Efisiensi secara rasional adalah perbandingan
terbaik
antara
luaran
brokrasi Indonesia, apalagi birokrasi yang
dengan masukan adalah sesuatu yang
dihinggapi oleh 170 jenis perilaku yang
diciptakan jika para individu secara aktual
sakit mulai dari penyakit yang ringan-
menghendaki. Disnilah persoalan korupsi
ringan
“penyalahgunaan
seperti
dan
berbagai penyakit birokrasi lainnya
wewenang” hingga yang paling keras yang
dapat tumbuh dalam administrasi yang
disebut
rasional.
dengan
“pembunuhan
Dari
sini
pulalah
konsep
kompetensi” dimana “korupsi” sebagai
pemberantasan
penyakit birokrasi yang mudah mewabah
penyakit
dan sangat mematikan.
dilakukan hanya dengan pertimbangan
korupsi
birokrasi
dan
lainnya
berbagai
tidak
bisa
“Administrasi” dirumuskan sebagai
rasionalitas tetapi harus dilihat dari realitas
kerjasama manusia yang didasarkan pada
hidup para individu dalam kehidupan
pertimbangan rasionalitas untuk mencapai
bersama. Manusia tidak lagi dapat dilihat
tujuan bersama, dalam pemikiran filsafat
sebagai alat untuk menciptakan efisiensi
eksistensialisme adalah sesuatu yang fiktif
tetapi pemikiran efisiensi itu yang harus
dimana manusia dipandang dan dipikirkan
mengaktualisasikan
secara
berkerjasama
individu. Oleh karena itu, administrasi
karena hakekat kemanusiannya (cipta,
secara konseptual adalah tidak dapat
rasional
dapat
7
dalam
kehidupan
karsa, dan rasa) . Padahal bagi manusia
berada apalagi kerjasama adalah sesuatu
selaku
yang
individu
secara
aktual,
selalu
fiktif,
dimana
keberadaanya
“berada” secara nyata. Dari sanalah ia
tergantung
dapat menciptakan kerjasama dan bukan
secara aktual. Aktualisasi interaksi dalam
sesuatu yang dapat bekerja sama. Oleh
kerjasama,
karena itu, efisiensi, rasionalitas, ekonomi
berlangsung dalam hubungan-hubungan
dan efektivitas dalam aliran rasionalisme
kerja yang secara aktual akan menampak
tidak selalu diciptakan oleh kerja sama
pada
manusia
organisasilah,
karena
kebutuhan
pada manusia berinteraksi
secara
kehidupan
berorganisasi.
secara satu
aktuan
aktual
dengan
Pada individu
kemanusiannya tetapi secara aktual dapat
berinteraksi
diciptakan oleh indvidu melalui kerjasama
hubungan kerja dalam rangka pencapaian
yang dikehendaki.
tujuan bersama. “Administrasi”
lain
hanya
dalam
secara
eksitentsialisme adalah pengaturan dan 7
Faried Ali, “Filsafat Administrasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003)
keteraturan yang dilakukan oleh individu-
8
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
individu,
yang
bekerjasama
secara aktual akan sesuai
keberadaanya
Bukankah pembenaran yang kita nyatakan bahwa administrasi teraktualisasi melalui
masing-masing individu, tentunya tidak
organisasi
dan
manajemen,
terluput dari konflik-konflik yang selalu
diwarnai oleh keprilakuan individu dalam
saja dan pasti akan terjadi antara individu-
aktulaisasi
individu dalam aktualisasi dirinya baik itu
organisasi dan pada hasil karyanya pada
konflik yang ada dalam dirinya mapun
apa yang disebut dengan manajemen.
dirinya
pada
akan
kehidupan
konflik yang akan terbawa keluar dari
Eksistensi menekankan keunikan
dirinya. Yang ada dalam dirinya adalah
dan kedudukan pengalaman kesadaran
sesuatu
individu
yang dalam dan langsung. Pendorong
diserahi melaksanakan tugas sedangkan
yang utama adalah “untuk hidup dan untuk
tugas yang dilakukannya secara aktual
diakui sebagai individual”. Jika seseorang
bertentangan dengan tuntutan etika yang
manusia diakui seperti itu maka ia akan
secara aktual pula menuntut individu untuk
memperoleh
berbuat dan berpikir. Sedangkan yang
kehidupan. Tempat bertanya yang paling
keluar dari dirinya adalah kehendak yang
penting bagi seseorang mansuia adalah
secara aktual untuk berbuat sesuatu yang
kesadarannya
orang lain tidak dapat menerimanya.
kesadaran tersebut tidak dapat dimuat
yang
aktual
ketika
Namun kemungkinan penerimaan
dalam
arti
sistem
dan
yang
atau
makna
langsung
dalam
dalam
dan
abstraksi.
untuk bekerjasama secara aktual ada
Pemikiran abstrak cenderung untuk tidak
dalam kehidupan individu itu sendiri. Oleh
melihat
karena itu “admnistrasi” secara konseptual
menjauhkan seseorang dari rasa manusia
tidak
yang konkrit dan rasa berada dalam
selalu
menghasilkan
apa
yang
seseorang
diinginkan oleh konsep itu sendiri, tetapi ia
situasi manusia.
akan tergantung pada aktualisasi individu
Realitas
dalam
kerangka
kerjasama
yang
atau
tertentu
wujud
dan
adalah
eksitensi yang terdapat dalam “saya” dan bukan pada “dia”. Oleh sebab itu pusat
dilakukan. Korupsi
penyakit
pemikiran arti adalah dalam eksistensi
birokrasi yang dicegah melalui sistem
sesorang pemikir. Kierkegaard8 menegas-
administrasi yang mapan tidak harus
kan bahwa manusia meng-anggap bahwa
terjadi,
pandangan
tetapi
dan
berbagai
korupsi
dan
berbagai
penyakit birokrasi melalui administrasi
hidupnya
ditetapkan
oleh
akalnya adalah orang yang meletihkan
dapat saja terjadi jika aktualisasi individu 8
dalam
kerjasama
menghendakinya.
Kierkegaard dalam Faried Ali, “Filsafat Administrasi” (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003)
9
Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
dan tidak berpandangn jauh. Ia gagal
itu apa” dan itukah benda itu”. Jawaban
untuk memahami fakta yang elementer
pertanyaan
bahwa ia bukannya pemikir yang murni,
esensi, sedangkan jawaban yang kedua
akan tetapi ia adalah seorang yang ada.
adalah eksistensi.
Eksistensialisme
pertama
adalah
“Administrasi” dalam
membedakan
esensinya
antara eksistensi dan esensi (hakekat).
adalah
Eksistensi berarti keadan yang aktual
mendefinisikan
yang terjadi dalam ruanga dan waktu; Ia
kerjasama
menunjukkan kepada “suatu benda yang
pada
ada disini sekarang”. Eksistensi berarti
mencapai tujuan bersama, diharapkan
bahwa jiwa atau manusia diakui adanya
dapat
atau
kelompok
Bagaimana keterarutan itu berlangsung
existensionalis kata kerja “untuk berada”
akan diwarnai oleh nilai yang menjadi
mempunyai isi yang lebih positif dan lebih
energi
dan
kaya
Esensi
demikian
hidupnya.
dari
kata
Kadang-kadang
Bagi
kerja
“untuk
Ketika
pemikir
“Administrasi”
sebagai
manusia yang didasarkan
pertimbangan
rasional
menciptakan
motivasi itu
guna
keteratuan.
perkembangan. telah
dipikirkan
mengatakan
adanya walaupun dalan konsepsi, tetapi
tentang orang yang hidup kosong dan
bagaimana adanya itu secara aktual,
tanpa arti bahwa “ia tidak hidup, ia hanya
berada,
ada”. Kelompok eksistensialis mengubah
aktualisasi
kata ini dan mengatakan “orang itu tidak
yang berlangsung.
ada, ia hanya hidup”.oleh karena itu bagi
Oleh
eksistensialis
orang
hidup”.
keteraturan.
jawaban
adalah
kehdiupan
adalah
tergantung
indivivdu
karena
pada
dalam
kerjasama
itu,
keteraturan
yang
sebagai esensi dari admnistrasi akan
penuh tangkas, sadar, tanggung jawab,
dapat diwujudkan jika individu dalam
dan berkembang.
kesadarannya yang mendalam “berada”
Sedangkan esensi berbeda arti
dalam
kerjasama
yang
dilakukan.
dari eksistensi. Esensi adalah sesuatu
Aktualisasi individu yang bereksist itulah
yang membedakan antara satu benda dan
yang akan menentukan dapat diwujudkan
corak-corak benda lainnya. Esensi adalah
keteraturan.
Disnilah
individu
dalam
yang menjadikan benda itu seperti apa
kerjasama
secara
aktual
akan
adanya.
untuk
menampakkan “akunya,” “saya”nya dan
beberapa individu dan kita dapat berbicara
bukan sebagai “dianya” sebagai manusia
tentang esensi secara berarti, walaupun
yang memiliki sifat-sifat kemanusiannya.
tidak ada contoh benda itu pada suatu
“akunya” yang mengaktual itu lahir dari
waktu. Kita membedakan antara “benda
kesadaran
Esensi
adalah
umum
yang
mendalam
dan
10 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
berlangsung secara langusng dalam diri
maka pada saat itulah fenomena atas
terhadap “akunya”, dan hal ini adalah
realita akan terjadi.
harus
diakui
dalam
pengembangan
administrasi
Fenomenologi
sebagai
filsafat
modern melihat realitas yang menggejala
Administrasi
bukanlah
sesuatu
yaitu
terjadinya
disfungsi
manusia
yang ada dalam kenyataan sesungguh-
eksistensi, harus dilihat dari “kau”nya
nya. Terjadinya hal yang menyimpang
individu, yang secara otonom bekerja
secara admnistratif tidak dapat dikatakan
sesuai kehendak diri setiap individu. Jadi
karena salah kelola tetapi harus dicari
bukan persoalan eksistensi dulu baru
bagaimana
individu
esensi tetapi kita harus memahami lebih
bersentuhan erat dengan kesadaran yang
dalam terhadap setiap yang menampak
tidak dapat dilihat sebagai suatu sistem,
atau gejala dalam realitas. Kita harus
sehingga sistem administasi apapun yang
memahami secara mendalam terjadinya
diciptakan untuk menciptakan keteraturan
penyimpangan dari keteraturan, apakah
tidak akan dapat menjawab kesalahan
gejala-gejala yang nampak adalah suatu
dalam pengaturan.
realitas
sesungguhnya
bagaimana
wujud
“Administrasi” sebagai kerjasama manusia adalah sesuatu gejala sosial,
filsafat
merupakan
pemikiran
ekxistensialisme,
mempertimbangkan
bagian
namun
adanya
ataukah
sesungguhnya
dari
Penglihatan yang dilakukan adalah indera yang merupakan unsur esensi dari setiap manusia sedangkan penampakan
realitas
yang tersajikan adalah realitas. Disinilah kita
harus
memulai
berpikir
bahwa
esensinya
persoalan eksistensi mendahulu esensi
adalah keteraturan hanya dapat diciptakan
tidak lagi menjadi pemikian fenomenologis
oleh
harmonisasi
(tercapai esensi dari eksistensi). Unsur
fungsinya pada setiap individu sehingga
lain dari esensi manusia adalah rasa dan
apa yang diharapkan oleh keteraturan
akal yang datangnya dari dalam diri
akan menampakan keteraturan yang akan
manusia adalah kesemuanya merupakan
diwarnai oleh watak manusia pada saat
ekspresi dari “Aku”nya yang lebih tinggi.
manusia
memperlihatkan haromonisasi
Dengan demikian esensi dari eksistensi
fungsi dalam kerjasama dan sebaliknya
adalah “Aku” yang dibentuk oleh watak
manusia
yang
dari
ia
esensi manusia. “Administrasi”
dipahami
gejala itu.
sesuatu yang fenomenologis, yang dalam pemikiran
pula
watak
konsep yang diinginkan tetapi sesuatu
akualisasi
harus
dari
dalam
manusia yang terdiri dari harmonisasi
11 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
ketiga fungsi dalam diri individu. Inilah
Comte11 hingga pemikiran filsafat logikal
yang akan selalu menampak dalam setiap
positivisme antara lain oleh March12 dan
tingkah
Schilck13.
laku
dan
perbuatan,
apakah
penampakan itu dalam harmonisasi fungsi
Pemikiran empirisme menunjukkan
akan bergantung pada “Aku”nya yang
kecenderungan
menampak sebagai realitas bekerjanya
spekulatif, dan malah mereka realitis dan
prinsip otonomi yang ada pada diri setiap
meterailistik, kritits dan skeptis dan telah
individu. Oleh karena itu “Administrasi”,
membantu
dalam esensinya akan tergantung dan
metodologi yang dikenal dengan logikal
akan diwarnai oleh beradanya individu,
simbol,
“aku” nya individu dalam kerjasama.
variable defenden dan simbol X bagi
Pemikiran filsafat eksitensialisme termasuk adalah
didalmnya
bersumber
bertolak
dari
metafisik,
pengembangan
sebagaimana
anti
instrumen
simbol
Y
bagi
variabel independen. Simon14,
fenomenologis
dan
anti
administrasi
pemikir yang
tentang
pertama-tama
pemikiran filsafat rasional sehingga hal
mendasarkan pemikirannya pada filsafat
yang tidak rasional dapat dirasionalkan
positivisme
Namun.
yang dibagunnya atas dasar fakta dan
sampai
pemikiran dengan
berkembang
munculnya
terus
pemikiran
bukannya
mendasarkan
sesuatu
nilai
pada
yang
asumi
selalu
yang mengecam keberadaaan sesuatu
dijadikan dasar pemikiran kaum rasionalis.
yang
yang
Fakta yang ia lihat sebagai suatu realita
menampak. Pemikiran itu datang dari cara
bukanlah fakta yang disusun atas dasar
pemikir
konsep sebagaimana mengkonsepsikan
berbeda
termasuk
filsafat
tentang
gejala
empirisme,
keberadaan
pemikiran yang
sebuah pensil sebagai sesuatu yang nyata
sesungguhnya terjadi, mulai dari mereka
kejadiannya. Oleh sebab itu pemikiran
yang
positivisme
digolongkan
sesuatu
sebagai
traditional
empirism yang dikembangkan antara lain oleh
9
Locke
pemikiran
dan
filsafat
10
Hume dari
melintasi
mereka
yang
digolongkan sebagai pemikir positivisme yang
dikembangkan antara
asumsi:
Simon
bahwa
keputusan
dibangun
proses
sangat
dengan
pengambilan
menentukan
untuk
memahami gejala-gejala organisasional terjadi,
berlangsung
dalam
hubungan
lain oleh 11
9
John Locke dalam Harold H.Titus, et el,” Living Issues in Philosophy”, (USA: Wadswott Publishung Company, 1979) 10 David Hume dalam Harold H.Titus, et el, ib id
Auguste Comte dalam Faried Ali, “Filsafat Administrasi” (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2003) 12 Ersn March dalam Harold H.Titus, et el, Living Issues in Philosophy, (USA: Wadswort Publishing Company, 1979) 13 Moritz Schilck dalam Harold H.Titus, et el, ib id 14
Herbert A.Simon, “Administrative Behavior”, Terjemahan St, Dianjung (Jakarta: Bina Aksara, 1982)
12 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
organisasi, hubungan kerjasama manusia
berlangsung
secara
dalam
diharapkan. Selain itu yang diharapkan
atau
oleh manusia dalam kerjasama yang
faktual
ia
berada
ekisistesinya sebagai
individu
sebagaiamana
yang
esensi keberadannya sebagai manusia
disebut administrasi adalah keteraturan
dan secara logis ia terikat oleh hubungan
dunia dan
hirarki yang dikehendaki oleh organisasi
dipandangnya kacau, keteraturan mana
itu sendiri.
yang menyangkut kausalitas fakta-fakta 15
Simon
empirismenya
dalam
pengalaman
menyatakan
atas dunia nyata yang disederhakan.
bahwa
Di Indonesia salah seorang pemikir Siagian16
diperlukan dua perubahan penting untuk
postivisme,
merubah manusia ekonomi untuk menjadi
pengamatannya mendalam, merumuskan
manusia administrasi. Manusia ekonomi
administrasi
berusaha mencapai maksimum, memilih
manusia
dan
yang terbaik dari semua yang dapat
manusia.
Hal
diperolehnya, maka manusia administrasi
kepentingan manusia, dan akan diakhiri
mengutamakan
pula oleh mansuia adalah sama dengan
kepuasan.
Ia
mencari
yang
dalam
bertitik
tolak
beroriantasi ini
dari
kepada
dimaksudkan
Administrasi17
demi
serangkaian tindakan yang memuaskan
makna
atau “cukup baik”. Manusia ekonomi
disamping
berurusan dengan “dunia yang nyata
manusia dalam kerjasama yang disebut
dengan segala keruwetannya; manusia
administrasi
administrasi mengakui bahwa dunia yang
aktualisasi
dilihatnya
memandang
dalam suatu model yang
disederhanakan
secara
drastis
dari
Filsafat
hasil
yang
utama
sebagai
memandang
manusia
sesungguhnya manusia
bahwa
dalam
tetapi
dalam
juga esensi
keberadannya selaku individu.
kekacauan-kekacauan yang tumbuh subur
Pemikiran tampak
Memaknai
bahwa
beberapa konsep yang dikemukannya
manusia dalam kerja sama yang dibentuk
sebagaimana konsepsi administrasi yang
secara rasional guna pencapaian tujuan
di definisikan sebagai “keseluruhan proses
bersama
kegiatan-kegiatan
kerjasama antara dua orang manusia atau
hanya sampai pada tingkat pemenuhan
lebih yang didasarkan atas rasionalitas
kebutuhan.
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
terpenuhi
melakukan
Simon
Sepanjang makna
kebutuhan
kerjasama
Ib id
atas
akan 16
15
definisi-definisi
Siagian
yang menjadikan dunia yang nyata ini. pemikiran
pada
positivisme
Sondang P.Siagian, “Filsafat Administrasi” (Jakarta: Gunung Agung, 1977) 17 Faried Ali, Loc cit. individu.
13 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
ditentukan sebelumnya”. Jikalau pemikiran
rnana yang buruk serta sesuatu yang tidak
kita sependapat dengan Siagian bahwa
rasional, tidak dapat direkayasa menjadi
“Administasi”
dasar
sesuatu yang rasional, yang semuanya
dilakukan
itu hanya dapat diarahkan oleh nilai-
koreksi bahwa hal yang rasionalitas dapat
nilai spritual yang bersumber dari ajaran
melahirkan sesuatu yang tidak rasional
keagamaan.
rasionalitas
bekerja maka
atas
dapatlah
karena ulah manusia dalam kerja sama.
Esensi
Oleh karena itu diperlukan perumusan
administrasi
kembali atas definisi administrasi yang
diaplikasikan
selama ini dijadikan acuan di dalam
selanjutnya seperti filsafat pragmatisme,
berbagai kerjasama yang dibentuk dan
filsafat yang berorientasi pada nilai guna
yang terbentuk dalam berbagai bidang
seperti
kegiatan utamanya dalam bidang kegiatan
administrasi.
pengaturan
keberadaan
penyelenggaraan
keberadaan demikian pada
aplikasi
manusia
administrasi
dalam
tingkah
administrasipun
lakunya
didominasi
oleh
ranah
pemikiran
filsafat
teknologi
dalam
secara
esensi
administrasi,
pragmatis dapat
“kerjasama
rumusan dirumuskan
manusia
dalam
kecenderungan
berbagai peralatan yang digunakan yang
tingkah lakunya menampakan tingkah laku
dapat memberikan kefaedahan dan
kebinatangan sehingga persoalan baik
kemasyalahatannya sebagai individu
dan buruk susah dibedakan, perbuatna
dalam
KKN
kehidupan bersama guna mencapai
dan
dipandang terjadi,
maka
dapat
manusia
maka
jasmaniahnya
itu
Dengan
pemerintahan. Oleh karena itu, jikalau
sebagai
manusia
malpraktek sebagian
penyakit
hal
administrasi yang
birokrasi
biasa
dianggap
sebagai sesuatu yang biasa dialami.
yang
tujuan
esensi
yang
bersama”.
keberadannya
ditetapkannya Demikian
pula
pada
secara pada
perkembangan filsafat yang mutahir,
Sebaliknya, jikalau ranah rohaniah
filsafat
mendominasi dalam
m e n e m p a t k a n r u m u s a n administrasi
keprilakuan
post-positivisme
manusia administrasi, maka akan nampak
pada
sifat
yang
administrasi
tidak
berorientasi
keilahian
memungkinkan
manusia sesuatu
yang
sejumlah
indikator
yang pada
anti pola,
yang
seperti bentuk,
antisintesis,
rasional menjadi rasional, sehingga oleh
indeterminsme dan sejumlah indikator
karena itu diperlukan pengendalian oleh
lainnya.
ranah spritual agar manusia administrasi dapat membedakan mana yang baik dan
Perubahan
refinisi
"administrasi"
dari pemikiran filsafat rasional menjadi
14 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
definisi
dalam
pemikiran
filsafat
rumusan adalah merupakan suatu proses
positivisme, j ik a diaplik asik an m ak a
pembelajaran
ak an
k or upsi
harus melintasi waktu yang relatif
yang
lama, apalagi penciptaan kesadaran
berdasarkan hasil kajian Political and
manusia administrasi yang memahami
Economic Risk Consultancy tahun 1997
esensi
Indonesia berada pada peringkat paling
kerjasam a
bawah atau negara terkorup di Asia
penyadaran yang harus sinerji dengan
mengalahkan India, Cina, Vietnam, Korea
proses pengagamaan perilaku, dan hal itu
Selatan,
hanya dapat dilakukan lewat proses
dapat
khususnya
m er edam
di
Indonesia,
Thailand,
Malaysia,
Filipina,
Jepang,
Taiwan,
Hongkong
dan
Singapura, yang menurut hasil studi Badan
Pemeriksa
Pembangunan18, teraktualisasi
Keuangan perbuatan
dalam
bentuk
yang
mau
tidak
k eberadaanya
mau
dalam
adalah
pr oses
kepengajaran yang menyerap waktu yang relatif lama.
dan
Namun, dapat saja dilakukan dalam
itu
waktu yang relatif
(1)
administrator
singkat jika para menghendakinya
pemerasan pajak, (2) pembayaran fiktif,
dengan
(3) manipulasi perjalanan dinas, (4)
keberadaan
pelelangan, (5) manipulasi tanah,
dalam keprilakuan pada pelaksanaan
(6) manipulasi kredit untuk koperasi,
tugas–tugas kesehariannya dengan
(7) harga kontrak terlalu tinggi, (8)
memasukkan
kelebihan pembayaran, (9) ketekoran
melalui kegiatan yang disediakan secara
kas, (10) penggunaan dana tidak sesuai
formal dan merupakan bagian integral
ketentuan,
(11)
manusia
nilai-nilai
keagamaan
(12)
dari
negara,
(13)
diemban
seperti
pemalsuan dokumen, (14) pungutan
setelah
melaksanakan
dan
sesuai ajarannya.
uang
malpraktek
administrasi
dengan
penggambaran
esensi
administrasi
komisi,
penggelapan
uang
mengatualisasikan
tugas
yang
diskusi
sesaat ibadah
berbagai realitas penyakit birokrasi,
Dengan kegiatan f ormal inilah
yang hingga kini malah mewujudkan
maka spritual birokrasi akan selalu
dalam perbuatan mafia (kerjasama
terisi dengan nilai-nilai keagamaan
ikut serta secara bersama) walaupun
dan dari sanalah akan
dalam proses yang memakan waktu
hati
relatif
nurani
lama,
karena
pengaplikasian
nurani yang
yang
terwujud
bersih,
hati
memancarkan nilai-
nilai yang baik dan dari sana pula 18
Hamid Basyaib dkk (ed), “Mencuri Uang Rakyat” 16 Sajian Korupsi di Indonesia, I
akan keluar suara hati nurani yang
15 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
akan selalu melarang untuk berbuat
konseptual
sesuatu yang bertentangan dengan
berbagai
nilai dan aturan.
pengaturan sebagai subsatnsi yang
Dengan demikian, kembali
perumusan
"administrasi"
esensi
yang
keberadaan
administrasi
akan
sesuai
manusia
dapat
dijadikan
sebagai alternatif dalam pemberantasan korupsi dan malapraktek administrasi serta
dapat
mengobati
berbagai
harus
didalam bidang
kegiatan
dilakukan,
pada
pada melalui
kenyataan
hanya dapat melahirkan sesuatu yang tidak
rasional
manusia
sebab
yang
ulah
dari
terlibat
dalam
kerjasama. Sesuatu yang rasional sebagaimana dan
efektivitas,
ekonomi
diinginkan,
penyakit birokrasi.
aplikasi
sebagai
dapat
efesiensi nilai
saja
yang
menjadi
irasional sepanjang nilai itu terpenuhi, PENUTUP DAN RANGKUMAN Hasil
kajian
atas
demikian
pula
sebaliknya
bahwa
redefinisi
sesuatu yang tidak rasional karena
administrasi melalui lintasan pemikiran
ulah manusia akan menjadi rasional
filsafat sebagai alternatif pencegahan
dan dirasionalkan. Dari sinilah akar
korupsi, praktek maladminisrtrasi dan
kehidupan perbuatan menyimpang,
penyakit
birokrasi
sehingga korupsi, mal administrasi
mewabah
khususnya
yang
semakin
di
Indonesia,
memberikan simpulan-simpulan sebagai
dan penyakit birokrasi tumbuh subur. 2. Pemikiran
filsafat
eksistensialisme
rangkuman dari hasil kajian konseptual
termasuk
sebagai berikut :
fenomenologis sebagai bagian yang
1. Konsep dasar yang kami sebutkan
utuh
didalamnya
dengan
sebagai konsep awal dari terminologi
mengaplikasi
“Administrasi”
dengan
pemikiran
adalah
filsafat
hasil
pemikiran konsep
pemikiran
rasional,
administrasi
eksistensi
dan
yang
esensi manusia serta berbagai gejala
menegaskan dan malah telah menjadi
yang dinampakan, namun perbuatan
acuan berpikir bagi para administrator
korupsi, maladministrasi dan penyakit
adalah
birokrasi
suatu
rasional,
dari
pemikiran
kerjasama
manusia
dalam
proses
kegiatan
yang didasarkan pada pertimbangan
administrasi
rasional didalam rangka pencapaian
untuk tumbuh dengan subur.
tujuan
secara
pertimbangan kerjasama
bersama. rasional
berdasarkan
Adanya
3. Pemikiran
masih
dimungkinkan
filsafat
empirisme
dalam
dilanjutkan
kajian
positivisme, yang lebih mendasarkan
dengan
filsafat
16 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
bukan pada faktor nilai akan tetapi
satu
pada fakta yang terjadi dan malah
secara faktual. yaitu 1) dengan ranah
secara bersama-sama fakta dan nilai
jasmaniah, manusia berupaya untuk
dijadikan
dasar
memenuhi
pada
dengan ranah rohaniahnya menusia
sebagai
pertimbangan,
namun
kenyataannya,
korupsi,
kesatuan
kedirian
kebutuhan
berupaya
manusia
fisiknya;
menggunakan
2)
rasionya
maladministrasi dan penyakit birokrasi
untuk menciptakan sesuatu, untuk
belum
malah
merasakan kehendaknya serta untuk
muncul dalam bentuk yang sangt sulit
memenhui karsanya; 3) dan dengan
terdeteksi
ranah
dapat
terbendung,
secara
simultan
atas
sprirtual,
manusia
dapat
semua pelaku, sebagaimana Korupsi
mengendalikan kedua ranah yang
melalui mafia
dimiliki kearah hal-hal yang bermoral.
pajak yang dilakukan
oleh Gayus, mafia
kredit melalui
kasus Bank Century, mafia
proyek
6. Manusia administrasi dalam tingkah lakunya
didominasi
oleh
ranah
yang dilakukan oleh M.Nazaruddin,
jasmaniahnya maka kecenderungan
mafia
tingkah lakunya menampakan tingkah
pemilu yang dilakukan oleh
petugas Komite
Pemilihan Umum
laku
kebinatangan
sehingga
dan Mahmah Konsitusi, dan begitu
persoalan baik dan buruk susah
banyak mafia
dibedakan,
perbuatna
malpraktek
administrasi
dalam bentuk dan
lapangan kegiatan lainnya. 4. Pemikiran mutakhir pun sebagaimana
sebagia
hal
yang
KKN
dan
dipadang
biasa
terjadi,
pemikiran filsafat quantum, juga sulit
penyakit birokrasi dianggap sebagai
mengaplikasikan administrasi tanpa
sesuatu
bentuk guna mencegah korupsi, mal
Sebaliknya, jikalau ranah rohaniah
administrasi dan penyakit birokrasi.
yang mendominasi dalam keprilakuan
5. Rangkaian
keberadaan
manusia
manusia
yang
biasa
dialami.
administrasi, maka akan
secara faktual sekaligus dalam esensi
nampak sifat keilahian manusia yang
keberadaannya dalam
kerjasama
memungkinkan sesuatu yang tidak
guna mencapai tujuan dan dalam
rasional menjadi rasional, sehingga
esensi
oleh
keberadaannya
dalam
karena
itu
diperlukan
kerjasama guna memberikan isyarat
pengendalian oleh ranah spritual agar
bahwa
manusia
keberadaan
manusia
administrasi
dapat
administrasi adalah keberadaan yang
membedakan mana yang baik dan
dikendalikan oleh 3 (tiga) ranah dalam
rnana yang buruk serta sesuatu yang
17 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
tidak rasional, tidak dapat direkayasa
penyadaran yang harus sinerji dengan
menjadi sesuatu yang rasional, yang
proses pengagamaan perilaku, dan
semuanya
dapat
hal itu hanya dapat dilakukan lewat
diarahkan oleh nilai-nilai spritual
proses kepengajaran yang menyerap
yang
waktu yang relatif lama.
itu
hanya
bersumber
dari
ajaran
keagamaan.
9. Proses pengagamaan perilaku dapat
7. Redefinisi
administrasi
yang
saja dilakukan dalam waktu yang
ditawarkan dapat diaplikasikan pada
relatif singkat jika para. administrator
administrasi
yang
menghendakinya
dengan
pemikiran
pragmatisme,
dikembangkan filsafat
pemikiran
mempertimbangkan kefaedahan
yang
kefaedahan
dicapai
dalam
yang
atualisasikan manusia
esensi
meng-
keberadaan
administrasi
adanya
keprilakuan
seperti
tugas-tugas
penegakan
dengan
dengan
pada
dalam
pelaksanaan kesehariannya
memasukkan
nilai-nilai
keadilan, kebersamaan, apalagi di
keagamaan melalui kegiatan yang
dalam aplikasi Good Governance dan
disediakan
secara
formal
dan
alam
merupakan
bagian
integral
dari
berlangsungnya
semangat
demokratisasi dalam berbagai bidang
penggambaran
kehidupan manusia.
diemban seperti diskusi sesaat
8. Perubahan definisi "administrasi" dari pemikiran filsafat rasional menjadi definisi
dalam
positivisme, m ak a
pemikiran
j ik a
ak an
filsafat
diaplik asik an
dapat
m er edam
k or upsi, m al adm in ist r asi dan penyak it bir ok r asi Indonesia,
karena
khususnya di pengaplikasian
rumusan adalah merupakan suatu proses pembelajaran yang mau tidak mau harus melintasi wakt u yang relatif lama, apalagi penciptaan kesadaran manusia administrasi yang memahami esensi keberadaanya dalam kerjasam a adalah pr oses
setelah
tugas
melaksanakan
sesuai ajaran nya.
yang
ibadah
18 Faried Ali : Redefinisi Administrasi Dalam Lintasan Pemikiran Filsafat (Suatu Kajian Konseptual Tentang Alternatif Pencegahan Korupsi dan Mal Praktek Administrasi Serta Terapi Penyakit Birokrasi)
DAFTAR PUSTAKA Ali, Faried., 2003, Filsafat Administrasi. Jakarta, PT Raja Grafindo. Basyaib, Hamid, dkk,. Mencuri Uang Rakyat 16 Sajian Korupsi di Indonesia, I Fayol, Henry., 1925. Industrial and General Administrasion. Dunod, Terjemahan Fredericson, George N., 1990, Administrasi Negara Baru. Jakarta. PT RajaGrafindo, Gerald E. Caiden, Gerald E., 1991., Administrative Reform Comes of Age. Walter de Gruyter. N. Simon, Herbert A., 1982. Administrative Behavior. Terjemahan St. Dianjung (Jakarta Bina Aksara, Terjemahan Dianjung) Sondang P. Siagian, Sondang P., 1977, Filsafat Administrasi. Jakarta. Gunung Agung. Taylor, Fredrick Wilson., 1919, The Philosophy of Scientific Management. N.Y. Harper and Publisher. Titus,Harold H et al. 1979, Living Issues in Philosophy. USA, Wadsmott Publishing Co.