READING ABILITY IN PRE-SCHOOL CHILDREN BY USING READING METHODS – KELAS BACA ANAKKU SAYINGRis Adyanti, Ira Puspitawati Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: pre-school children, reading. ABSTRACT : This research aims to reveal the ability to read in preschoolers, which in this study of a child who was aged 3 years to 6 years or could be called also the preschool age can already recognize the various forms of letters and had to read a variety of story bookssmoothly. For preschoolers usually only taught to recognize the forms of letters only and also taught a variety of songs for children.From the above, it can be seen reading ability and reading comprehension in preschoolers. Therefore, researchers interested in studying how the reading skills of preschool age using the method of reading the "Class Read My son dear" and any factors that inhibit and support the reading skills of preschoolers, as well as how the process of development of reading skills of preschool age. The approach used in this research is a qualitative approach.Data collection techniques used were interviews and observations, where the interview used was not structured interview presented by Moleong (2004), the interviews conducted in the interviewee is free to respond. In this interview, the researcher uses a tool in the form of guidelines for the interview, a tape recorder, and small notes and stationery. Observations used are non-participant observation put forward by Riyanto (1996), where the observer has no role and took part in the life observee. Subjects in this study amounted to 3 persons subject, as well as each individual subject ¬ there are 2 people closest (significant other), with the characteristics of preschool children between the ages of 3 years to 6 years old and already can read and recognize the forms of letters. Data obtained from interviews and observations viewed from the level of reading ability (Nurhadi, 1989), all three subjects DEPOK 2010
divided into three levels of ability. The first subject has the ability to read faster, both subjects have the ability to read is, and the third subject had low reading skills. Viewed from the third reading ability can be seen that the ability of third reading different subject.The subject first takes only 4 months to be able to fluently read and seen has no problem in reading. While both subjects have the ability to read is and takes 8 months to be able to read, and a third subject who had low reading skills take 11 months to be able to read. In reading comprehension (Richards et al, 2000), we can see that reading comprehension in their respective ¬ different subject. All three subjects had to understand and comprehend the content of stories in literature. But all three subjects has not been able to use his intuition and not to be critical in reading. Subjects first and second subject is to distinguish objects in the reading with real objects, but the third subject could not distinguish. The third subject may respond to re-reading, while the first subject and second subject has not been able to respond back to reading. The factors that inhibit the three subjects of different looks.Subjects first inhibiting factor is the unwillingness to subject the subject to repeat again received a lesson in "Classroom Reading" at the time of the subject at home. On the subject of two factors that inhibit the subject itself is the parent who can not teach the subject at home, because the subjects had a sister. While on the subject of three factors that inhibit the subject is an unwillingness to repeat the lesson again at home and parents are subject only to let alone when the subject lazy to learn. Factors that support the same in all three subjects. The subject first, second, and third supporting factor is the subject of parents and teachers of each subject in the "Classroom Reading", since the third minor subjects are taught a variety of form letters and numbers by the parents of each subject. The process of development of reading skills in all three subjects look different. The first time learning to read in advance all three subjects are taught various forms of letters and numbers from a small subject by the parents of each subject. Subjects first entered in the "Classroom Reading" when the subject was 3 years old, at home parent is always subject take the time to teach the subject and repeat the lessons learned in the "Classroom Reading" so that within 4 months the subject has been well read. On the subject of the subject's parents also include the subject in the "Classroom Reading" when the
subject was 3 years old, but the parents subject is not always time to help and teach the subject at home because the subjects had a younger brother so that subject a little longer to be able to fluently read, the subject takes time 8 months to smoothly read story books. Meanwhile, in the third subject the subject's parents also include the subject in "Class Read the" current 3year-old subject, but parents are not too imposing subject the subject to learn and repeat the lessons at home then to be able to fluently read the subject takes 1 year to fluent readingstorybook.
KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA PRASEKOLAH MENGGUNAKAN METODE MEMBACA. KELAS BACA ANAKKUSAYANG• NPM : 10502219 Nama : Ris Adyanti Pembimbing : Ira Puspitawati, S.Psi., M.Psi Tahun Sidang : 2010 Subjek :, Judul KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA PRASEKOLAH MENGGUNAKAN METODE MEMBACA â€oeKELAS BACA ANAKKU SAYANG― Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan membaca pada anak usia prasekolah, dimana dalam penelitian ini seorang anak yang masih berusia 3 tahun sampai 6 tahun atau bisa disebut juga masa usia prasekolah sudah dapat mengenal bermacam-macam bentuk huruf dan sudah dapat membaca bermacam-macam buku cerita dengan lancar. Sebab biasanya anak usia prasekolah hanya diajarkan untuk mengenal bentuk-bentuk huruf saja dan diajarkan pula bermacam-macam nyanyian untuk anak-anak. Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat kemampuan membaca dan pemahaman bacaan pada anak usia prasekolah. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kemampuan membaca anak usia prasekolah menggunakan metode membaca ”Kelas Baca Anakku Sayang” dan faktorfaktor apa saja yang menghambat dan mendukung kemampuan membaca anak prasekolah, juga bagaimana proses perkembangan kemampuan membaca anak usia prasekolah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi, dimana wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur yang dikemukakan oleh Moleong (2004), yaitu wawancara yang dilakukan bersifat bebas dalam interviewee memberikan respon. Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, alat perekam, dan catatan kecil beserta alat tulis. Observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan yang dikemukakan oleh Riyanto (1996), dimana observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang subjek, serta masingmasing subjek terdapat 2 orang terdekatnya (significant other), dengan karakteristik anak usia prasekolah yang berusia antara 3 tahun sampai 6 tahun dan sudah dapat membaca dan mengenal bentuk-bentuk huruf.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dilihat dari tingkat kemampuan membaca (Nurhadi, 1989), ketiga subjek dibedakan menjadi tiga tingkat kemampuan. Subjek pertama memiliki kemampuan membaca cepat, subjek kedua memiliki kemampuan membaca sedang, dan subjek ketiga memiliki kemampuan membaca rendah. Dilihat dari ketiga kemampuan membaca tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan membaca ketiga subjek berbeda. Subjek pertama hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk dapat lancar membaca dan terlihat sudah tidak ada masalah dalam membaca. Sedangkan subjek kedua memiliki kemampuan membaca sedang dan membutuhkan waktu 8 bulan untuk dapat membaca, serta subjek ketiga yang memiliki kemampuan membaca rendah membutuhkan waktu 11 bulan untuk dapat membaca. Pada pemahaman bacaan (Richards et al, 2000), dapat dilihat bahwa pemahaman bacaan pada masingmasing subjek berbeda. Ketiga subjek sudah dapat mengerti dan memahami isi cerita didalam bacaan. Namun ketiga subjek belum dapat menggunakan intuisinya serta belum dapat bersikap kritis dalam membaca. Subjek pertama dan subjek kedua sudah dapat membedakan benda yang ada di dalam bacaan dengan benda sebenarnya, tetapi subjek ketiga belum dapat membedakannya. subjek ketiga dapat merespon kembali bacaan, sedangkan subjek pertama dan subjek kedua belum dapat merespon kembali bacaan. Faktor-faktor yang menghambat pada ketiga subjek terlihat berbeda-beda. Subjek pertama faktor yang menghambat adalah ketidakmauan subjek mengulang lagi pelajaran yang subjek terima di “Kelas Baca” pada saat subjek di rumah. Pada subjek kedua faktor yang menghambat adalah orangtua subjek sendiri yang tidak dapat mengajari subjek saat berada di rumah, karena subjek memiliki seorang adik. Sedangkan pada subjek ketiga faktor yang menghambat adalah ketidakmauan subjek untuk mengulang lagi pelajaran saat di rumah dan orangtua subjek hanya membiarkan saja bila subjek malas untuk belajar. Faktor-faktor yang mendukung pada ketiga subjek sama. Subjek pertama, kedua, dan ketiga faktor yang mendukung adalah orangtua subjek masing-masing dan guru subjek di “Kelas Baca”, sejak kecil ketiga subjek sudah diajari bermacam-macam bentuk huruf dan angka oleh orangtua subjek masing-masing. Proses perkembangan kemampuan membaca pada ketiga subjek terlihat berbeda-beda. Pertama kali belajar membaca ketiga subjek diajari terlebih dahulu bermacam-macam
bentuk huruf dan angka sejak subjek kecil oleh orangtua subjek masing-masing. Subjek pertama dimasukkan di “Kelas Baca” saat subjek berusia 3 tahun, di rumah orangtua subjek selalu meluangkan waktu untuk mengajari subjek dan mengulang kembali pelajaran yang didapat di “Kelas Baca” sehingga dalam waktu 4 bulan saja subjek sudah lancar membaca. Pada subjek kedua orangtua subjek juga memasukkan subjek di “Kelas Baca” saat subjek berusia 3 tahun, namun orangtua subjek tidak selalu sempat membantu dan mengajari subjek saat dirumah karena subjek memiliki seorang adik sehingga subjek sedikit lebih lama untuk dapat lancar membaca, subjek membutuhkan waktu 8 bulan untuk lancar membaca bukubuku cerita. Sedangkan pada subjek ketiga orangtua subjek juga memasukkan subjek di “Kelas Baca” saat subjek berusia 3 tahun, tetapi orangtua subjek tidak terlalu memaksakan subjek untuk belajar dan mengulang kembali pelajaran saat dirumah maka untuk dapat lancar membaca subjek membutuhkan waktu 1 tahun untuk lancar membaca buku-buku cerita.
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI
Skripsi KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA PRASEKOLAH MENGGUNAKAN METODE MEMBACA “KELAS BACA ANAKKU SAYANG” Disusun Oleh : Nama
: Ris Adyanti
NPM
: 10502219
NIRM
: 20023137380050213
Jurusan
: S1 Psikologi
Pembimbing
: Ira Puspitawati, S.Psi., M.Psi.
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
ABSTRAKSI Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2010 Nama : Ris Adyanti (10502219) Judul : Kemampuan Membaca Anak Usia Prasekolah Menggunakan Metode Membaca “Kelas Baca Anakku Sayang” (138 Halaman + 11 Tabel + 30 Daftar Pustaka (1980-2008)) Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan membaca pada anak usia prasekolah, dimana dalam penelitian ini seorang anak yang masih berusia 3 tahun sampai 6 tahun atau bisa disebut juga masa usia prasekolah sudah dapat mengenal bermacam-macam bentuk huruf dan sudah dapat membaca bermacam-macam buku cerita dengan lancar. Sebab biasanya anak usia prasekolah hanya diajarkan untuk mengenal bentuk-bentuk huruf saja dan diajarkan pula bermacam-macam nyanyian untuk anak-anak. Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat kemampuan membaca dan pemahaman bacaan pada anak usia prasekolah. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kemampuan membaca anak usia prasekolah menggunakan metode membaca ”Kelas Baca Anakku Sayang” dan faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung kemampuan membaca anak prasekolah, juga bagaimana proses perkembangan kemampuan membaca anak usia prasekolah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi, dimana wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur yang dikemukakan oleh Moleong (2004), yaitu wawancara yang dilakukan bersifat bebas dalam interviewee memberikan respon. Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, alat perekam, dan catatan kecil beserta alat tulis. Observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan yang dikemukakan oleh Riyanto (1996), dimana observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang subjek, serta masingmasing subjek terdapat 2 orang terdekatnya (significant other), dengan karakteristik anak usia prasekolah yang berusia antara 3 tahun sampai 6 tahun dan sudah dapat membaca dan mengenal bentuk-bentuk huruf. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dilihat dari tingkat kemampuan membaca (Nurhadi, 1989), ketiga subjek dibedakan menjadi tiga tingkat kemampuan. Subjek pertama memiliki kemampuan membaca cepat, subjek kedua memiliki kemampuan membaca sedang, dan subjek ketiga memiliki kemampuan membaca rendah. Dilihat dari ketiga kemampuan membaca tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan membaca ketiga subjek berbeda. Subjek pertama hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk dapat lancar membaca dan terlihat sudah tidak ada masalah dalam membaca. Sedangkan subjek kedua memiliki kemampuan membaca sedang dan membutuhkan waktu 8 bulan untuk dapat
membaca, serta subjek ketiga yang memiliki kemampuan membaca rendah membutuhkan waktu 11 bulan untuk dapat membaca. Pada pemahaman bacaan (Richards et al, 2000), dapat dilihat bahwa pemahaman bacaan pada masingmasing subjek berbeda. Ketiga subjek sudah dapat mengerti dan memahami isi cerita didalam bacaan. Namun ketiga subjek belum dapat menggunakan intuisinya serta belum dapat bersikap kritis dalam membaca. Subjek pertama dan subjek kedua sudah dapat membedakan benda yang ada di dalam bacaan dengan benda sebenarnya, tetapi subjek ketiga belum dapat membedakannya. subjek ketiga dapat merespon kembali bacaan, sedangkan subjek pertama dan subjek kedua belum dapat merespon kembali bacaan. Faktor-faktor yang menghambat pada ketiga subjek terlihat berbeda-beda. Subjek pertama faktor yang menghambat adalah ketidakmauan subjek mengulang lagi pelajaran yang subjek terima di “Kelas Baca” pada saat subjek di rumah. Pada subjek kedua faktor yang menghambat adalah orangtua subjek sendiri yang tidak dapat mengajari subjek saat berada di rumah, karena subjek memiliki seorang adik. Sedangkan pada subjek ketiga faktor yang menghambat adalah ketidakmauan subjek untuk mengulang lagi pelajaran saat di rumah dan orangtua subjek hanya membiarkan saja bila subjek malas untuk belajar. Faktor-faktor yang mendukung pada ketiga subjek sama. Subjek pertama, kedua, dan ketiga faktor yang mendukung adalah orangtua subjek masing-masing dan guru subjek di “Kelas Baca”, sejak kecil ketiga subjek sudah diajari bermacam-macam bentuk huruf dan angka oleh orangtua subjek masing-masing. Proses perkembangan kemampuan membaca pada ketiga subjek terlihat berbeda-beda. Pertama kali belajar membaca ketiga subjek diajari terlebih dahulu bermacam-macam bentuk huruf dan angka sejak subjek kecil oleh orangtua subjek masing-masing. Subjek pertama dimasukkan di “Kelas Baca” saat subjek berusia 3 tahun, di rumah orangtua subjek selalu meluangkan waktu untuk mengajari subjek dan mengulang kembali pelajaran yang didapat di “Kelas Baca” sehingga dalam waktu 4 bulan saja subjek sudah lancar membaca. Pada subjek kedua orangtua subjek juga memasukkan subjek di “Kelas Baca” saat subjek berusia 3 tahun, namun orangtua subjek tidak selalu sempat membantu dan mengajari subjek saat dirumah karena subjek memiliki seorang adik sehingga subjek sedikit lebih lama untuk dapat lancar membaca, subjek membutuhkan waktu 8 bulan untuk lancar membaca buku-buku cerita. Sedangkan pada subjek ketiga orangtua subjek juga memasukkan subjek di “Kelas Baca” saat subjek berusia 3 tahun, tetapi orangtua subjek tidak terlalu memaksakan subjek untuk belajar dan mengulang kembali pelajaran saat dirumah maka untuk dapat lancar membaca subjek membutuhkan waktu 1 tahun untuk lancar membaca buku-buku cerita.
Kata Kunci : Membaca, Anak Prasekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak adalah masa yang paling menyenangkan. Hal ini disebabkan karena dunia anak-anak identik dengan keluguan, kejujuran, dan ketiadaan masalah duniawi yang harus dipikirkan oleh mereka. Meskipun demikian, sebenarnya tanpa disadari banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri anak. Perubahan dan perkembangan tersebut meliputi aspek fisiologis, motorik, kognitif, sosial dan bahasa (Papalia, 2001). Pada masa kanak-kanak awal adalah masa usia prasekolah, tugas perkembangan yang harus dilaksanakan antara lain belajar membentuk konsep dan bahasa untuk mendeskripsikan keadaan sosial dan fisik serta mempersiapkan diri untuk belajar membaca (Havighurst dalam Turner&Helms, 1991). Secara umum pendidikan pada balita di Preschool dan TK meliputi areaarea : sosialisasi, nilai-nilai, kompetensi intelektual, sistem bahasa, ekspresi diri, penghargaan terhadap keindahan, keterampilan fisik, dan otonomi diri. Mengingat masa kanak-kanak adalah masa yang peka untuk menerima berbagai macam rangsangan dari lingkungan guna menunjang perkembangan jasmani dan rohani yang ikut menentukan keberhasilan anak didik mengikuti pendidikannya di kemudian hari. Menurut Richek et.al (1983) membaca adalah kemampuan untuk memahami arti dari suatu bacaan atau tulisan, untuk itu kemampuan dasar yang harus dikuasai adalah pengenalan huruf, bentuk tulisan, pemahaman kata-kata, kalimat dan paragraf dalam bentuk tulisan dan juga kemampuan dalam membaca. Sesuai dengan program kegiatan belajar TK, maka bagi anak prasekolah definisi membaca yang sesuai adalah mengenal bentuk tulisan dan memahami makna tulisan (huruf, kata atau kalimat), kemampuan mengekspresikan diri melalui bahasa, kemampuan melihat dari sudut pandang yang berbeda-beda agar dapat memahami suatu konsep tertentu.
Kemampuan membaca pada anak usia prasekolah dapat dilihat melalui pendidikan yang diterapkan oleh orang tua dirumah. Orang tua dapat mengenalkan pada anak mengenai bentuk-bentuk huruf dan angka. Bimbingan orang tua sangat berpengaruh terhadap anaknya, agar dapat mencapai tahap yang potensial dalam hal ini kesiapan untuk belajar membaca, antara lain dengan memberi contoh perilaku membaca, menjelaskan maksud tulisan, mengarahkan pertanyaan, berpartisipasi dalam kegiatan yang menarik minat anak, mendorong anak untuk belajar membaca. Dirumah Orangtua juga menerapkan kembali metode yang digunakan di “Kelas Baca”, sehingga metode yang digunakan pada anak terlihat jelas hasilnya pada ketiga subjek. Dari ketiga subjek terlihat bahwa suksesnya metode “Kelas Baca Anakku Sayang” juga melibatkan peran orangtua masing-masing subjek, karena Orangtua subjek menerapkan metode “Kelas Baca” pada saat mengajarkan subjek dirumah. Kemampuan membaca yang diperoleh oleh anak tidak lepas dari metode yang digunakan untuk pengajaran di TK atau Preschool diseluruh Jakarta. Dimana metode yang digunakan berbeda-beda pada setiap TK atau Preschool yang ada di Jakarta. Salah satunya adalah metode yang digunakan di pendidikan prasekolah “Kelas Baca Anakku Sayang” (Jl. M. Kahfi I Gg. Kranji Rt 03/06 No.37 Ciganjur), di kelas baca tersebut anak-anak dengan rentang usia 3-6 tahun (prasekolah) diajarkan membaca melalui suku kata yang dibagi ke dalam beberapa bagian, yang terdapat di dalam suatu buku yang berbeda (6 macam buku). Anakanak yang belum bisa membaca sama sekali, belajar sesuai urutan buku 1 sampai buku 6, lalu setelah anak mempelajari semua buku, barulah mereka diberikan buku bacaan cerita pendek (cerpen) dari para pendidik untuk mempraktekkan baca. Para pengajar juga tidak memaksakan anak untuk mengikuti pelajaran, disesuaikan saja dengan kemauan dan minat dari anak itu sendiri. Banyak dari anak-anak yang belajar di kelas baca tersebut tidak mengikuti Taman KanakKanak (TK) lagi karena mereka sudah mempunyai bekal membaca yang cukup baik untuk anak seusianya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui kemampuan membaca anak usia prasekolah, dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang”.
B. Pertanyaan Penelitian Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui : 1. Bagaimana kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang” ? 2. Faktor-faktor apa yang mendukung kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang” ? 3. Faktor-faktor apa yang menghambat kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang” ? 4. Bagaimana proses perkembangan kemampuan membaca anak usia prasekolah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca anak usia prasekolah serta faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang” dan bagaimana proses perkembangan kemmapuan membaca anak usia prasekolah. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berguna bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan, bahwa anak usia prasekolah dapat memiliki kemampuan membaca dan pemahaman bacaan jika dilatih sejak anak masih kecil, dan juga diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembaca serta penelitian
selanjutnya mengenai bagaimana kemampuan membaca dan pemahaman bacaan pada anak usia presekolah. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berguna, bahwa anak usia prasekolah dapat memiliki kemampuan membaca dan pemahaman bacaan jika dilatih sejak anak masih kecil, serta dapat memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa anak usia prasekolah juga memiliki kemampuan membaca dan pemahaman bacaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Membaca 1. Pengertian Membaca Kata membaca bukanlah kata yang asing atau jarang terdengar. Justru sebaliknya, kata tersebut seringkali didengungkan terutama saat ini dimana masyarakat Indonesia semakin menyadari manfaat membaca. Meskipun demikian, definisi membaca secara universal yang dapat diterima sampai saat ini belum ada. Menurut Richek et.al (1983) membaca adalah kemampuan untuk memahami arti atau maksud dari tulisan, untuk itu kemampuan dasar yang harus dikuasai adalah pengenalan huruf, bentuk tulisan, pemahaman kata-kata kalimat dan paragraf dalam bentuk tulisan dan juga kemampuan dalam membaca. Sesuai dengan program kegiatan belajar TK, maka bagi anak prasekolah definisi membaca yang sesuai adalah mengenal dan mengerti bentuk tulisan serta memahami arti atau maksud dari tulisan (huruf, kata atau kalimat), kemampuan mengekspresikan diri melalui bahasa, kemampuan melihat dari sudut pandang yang berbeda-beda agar dapat memahami suatu bacaan tertentu. Berdasarkan teori dari di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kemampuan untuk memahami makna dari simbol
tulisan, pengenalan huruf, bentuk tulisan, pemahaman kata-kata, kalimat dan paragraf dalam bentuk tulisan. 2. Tahap-tahap Perkembangan Membaca Menurut Ruth (2005) terdapat enam golongan tingkat usia dalam tahap-tahap perkembangan membaca, yaitu : a. Bayi (usia 0 - 15 bulan) Kelompok usia ini senang dengan buku-buku yang penuh dengan gambargambar besar yang jelas dan berwarna hitam dan putih. b. Balita (usia 13 bulan – 3 tahun) Anak-anak pada usia ini senang dengan buku-buku yang bisa mereka sentuh dan rasakan. c. Taman Kanak-kanak (usia 2 Y2 - 5 tahun) Pada tahap ini anak sudah mampu merangkai kata-kata dan cerita-cerita sederhana. d. Pembaca Pemula (usia 4 Y2 - 6 tahun) Pada tahap ini anak-anak ingin sekali untuk memulai menguraikan katakata dan ungkapan-ungkapan yang mereka lihat serta anak-anak sudah mulai berlatih untuk membaca tanpa suara. e. Menjadi Mandiri (usia 5 Y2 - 6 Y2 tahun) Pada tahap ini anak sudah mampu membaca sendiri dengan cepat dan mulai memilih buku yang disenangi. f. Kelancaran Dini (usia 6 – 8 tahun atau lebih) Pada tahap ini anak sudah mampu membaca dengan lancar serta percaya diri.
3. Proses Membaca Menurut Burns et al (dalam Sutardi, 1997) ada delapan aspek dalam proses membaca, yaitu : a. Aspek Sensoris Adalah kemampuan mempersepsikan simbol.
b. Aspek Perseptual Adalah kemampuan menginterpretasi apa yang dilihat sebagai simbol atau kata melalui otak. c. Aspek Urutan Adalah aspek yang mengikuti pola logis, linier dan gramatikal untuk dapat memahami bahasa tertulis. d. Aspek Pengalaman Adalah aspek yang menghubungkan kata-kata dengan pengalaman dan memberi arti pada kata. e. Aspek Berfikir Adalah aspek yang mengevaluasi dan menarik kesimpulan serta proses mengenali kata menuntut interpretasi simbol-simbol grafis. f. Aspek Belajar Adalah aspek untuk mengingat hal-hal yang pernah dipelajari dan mengaitkannya dengan ide dan fakta baru. g. Aspek Asosiasi adalah aspek untuk mengenali hubungan antara simbol dan bunyi, dan apa yang direpresentasikannya. h. Aspek Afektif Adalah aspek yang membentuk minat atau sikap yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca. 4. Pemahaman Bacaan Menurut Richards et al (2002) ada empat jenis pemahaman bacaan, yaitu : a. Pemahaman Literal yaitu pemahaman yang bertujuan memahami, mengingat (remember), atau mengingat kembali (recall) informasi yang tertulis secara eksplisit. b. Pemahaman Inferensial yaitu kegiatan yang bertujuan mendapatkan informasi yang tidak secara eksplisit tertulis di dalam teks.
c. Pemahaman Kritis atau Evaluatif
yaitu pemahaman yang dihasilkan dari kegiatan membaca untuk membandingkan informasi pada teks dengan pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh pembaca. d. Pemahaman Apresiatif yaitu jenis pemahaman yang dihasilkan dari kegiatan membaca yang bertujuan memperoleh sesuatu balikan (response) emosi atau nilai lainnya dari suatu teks. 5. Kendala Membaca Celce-Murcia dan Olstain (2000) mengemukakan empat jenis kendala membaca, yaitu : a. Kendala Leksikal Memiliki permasalahan dalam memahami bacaan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan melihat kamus. b. Kendala Fitur Gramatikal Celce-Murcia dan Olstain (2000) memberikan penjelasan mengenai kendala gramatikal yang terjadi karena nominalisasi dan penghilangan subjek pada klausa adjektif. c. Kendala Fitur Wacana Kalimat yang terlau panjang dalam suatu teks kadang membuat pemelajar kehilangan arah untuk menentukan nomina yang dirujuk. Hal ini mungkin juga terjadi apabila ada beberapa kata yang memiliki kemungkinan menjadi antesendennya. 6. Prasyarat Dalam Kemampuan Membaca Menurut Hafner dan Jolly (1982) kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang anak agar dapat menerima proses mengajar-belajar membaca dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Kemampuan inteligensi-bahasa-kognisi
Kemampuan ini berhubungan dengan pengetahuan kosa-kata (jumlah kosakata yang diketahui anak), pengetahuan tentang angka, manipulasi ide, mencari hubungan bahasa yang diekspresikan. b. Kemampuan perseptual Kemampuan ini meliputi diskriminasi auditif (kemampuan menyimak persamaan dan perbedaan dari bunyi bahasa yang serupa. c. Kemampuan pendidikan Kemampuan pendidikan merupakan interaksi antara faktor ekonomi-sosial budaya dan kepribadian dengan faktor-faktor yang mempengaruhi sekolah. 7. Tingkat Kemampuan Membaca Setiap orang berbeda kemampuan membacanya. Ada yang membaca dengan baik ada juga membaca dengan buruk. Dilihat dari tingkat kemampuan membacanya, ada tiga golongan yaitu : kemampuan membaca literal, kemampuan membaca kritis, dan kemampuan membaca kreatif. Masingmasing kemampuan membaca ini memiliki ciri-ciri serta keterampilanketerampilan (Nurhadi, 1989). Penjelasan masing-masing dari tingkat kemampuan membaca, yaitu : a. Kemampuan membaca literal Yang dimaksud dengan kemampuan membaca literal a dalah kemampuan membaca mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). b. Kemampuan membaca kritis Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan membaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal. c. Kemampuan membaca kreatif Tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang adalah kemampuan membaca kreatif. Berdasarkan uraian diatas, dilihat dari Tingkat kemampuan membaca
yang sesuai untuk anak prasekolah terutama pada anak-anak “Kelas Baca Anakku Sayang” adalah tingkat kemampuan membaca Literal. 8. Kesiapan Belajar Membaca Petty dan Jensen (1980) mengungkapkan bahwa kesiapan belajar membaca untuk pertama kalinya secara umum bergantung pada : a. Faktor Fisik Seperti kemampuan anak untuk melihat dan mendengar kata-kata secara jelas. b. Faktor Mental Seperti misalnya kemampuan untuk mengikuti petunjuk atau untuk menghubungkan urutan kejadian pada cerita sederhana. c. Faktor Sosial Sebagai contoh kemampuan untuk bekerja dengan orang lain dan untuk menerima petunjuk. d. Faktor Psikologis Misalnya adaptasi terhadap pekerjaan sekolah atau ketertarikan yang nyata dalam membaca. e. Faktor Pengalaman Seperti misalnya pengetahuan akan konsep dan informasi yang akan ditemui anak pada pengalaman membacanya. 9. Fase-Fase Pengenalan Kata Menurut Sawyer (dalam French, Ellsworth & Amoruso, 1995), di dalam pengenalan kata saat belajar membaca berlangsung tiga fase perkembangan, yaitu : a. Fase Logographic Fase ini meliputi asosiasi langsung keseluruhan kata dengan arti dan pengucapan kata tersebut. Karakteristik utama membaca kata pada
fase ini yaitu adanya ingatan terhadap bentuk visual kata dan pengenalan artinya. b. Fase Alphabetic Fase ini menekan pada penggunaan bentuk fonetik dari bahasa tertulis sebagai sumber informasi dari pengenalan kata. c. Fase Orthographic Pada fase ini pembaca fokus pada unit kata yang lebih besar, bukan lagi terfokus hanya satu fonem. B. Kemampuan Berbahasa 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Kemampuan berbahasa itu sendiri menurut Hardwinoto dan Setiabudhi (2002), kemampuan berbahasa dimulai sejak anak masih kecil dengan mengucapkan kata-kata yang tidak dimengerti orang dewasa tetapi dapat dimengerti oleh orang yang terdekat. 2. Tahap Perkembangan Kemampuan Berbahasa Menurut Owens (2005) perkembangan kemampuan berbahasa terbagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Crying Menangis merupakan satu-satunya cara bayi untuk berkomunikasi. Bagi orang lain tangisan bayi dapat berarti sama saja, tetapi bagi orang tua tangisan bayi dapat memiliki arti yang berbeda-beda (Papalia, 1998). 2. Cooing dan Babbling Pada bulan kedua dan ketiga muncul tipe vokalisasi yang disebut sebagai Cooing. Cooing mengindikasikan bayi merasa puas, bahagia dan perasaan bergairah lainnya. 3. Gesture ( Gerakan Tubuh )
Pada usia antara 9 sampai 12 bulan, anak belajar menggunakan gerakan tubuh seperti melambaikan tangan saat akan pergi dan menganggukan kepala sebagai tanda setuju. 4. Holophrase stage Pada usia 12-18 bulan anak mulai belajar kata-kata, awalnya nak belajar kata-kata yang berhubungan dengan orang, makanan, bagian tubuh dan binatang. Kata-kata awal ini biasanya adalah kata benda konkrit dan kata kerja. 5. Early sentence Pada usia 18 bulan, anak belajar berbicara dengan menggunakan dua kata. Biasanya kata-kata yang diucapkan meliputi kata-kata tunggal. 6. Pada usia 20 sampai 30 bulan Anak mulai dapat mengerti mengenai aturan-aturan berbahasa sehingga saat mereka berbicara, mereka dapat menggabungkan beberapa kalimat (Syntax). 7. Pada usia 3 tahun Kemampuan berbahasanya sudah semakin lancar, dan meningkat juga semakin memperluas perbendaharaan kata yang dimiliki. Dardjowidjojo (2006) membagi perkembangan kemampuan berbahasa menjadi beberapa tahap, yaitu : 1.
Fenotik dan fonologi adalah berkaitan dengan bunyi pengucapan.
2.
Morfologi adalah struktur-struktur kata.
3.
Sintaksis adalah kajian pola-pola yang menetapkan bagaimana perkataanperkataan digabungkan untuk membentuk kalimat formal.
4.
Sematik adalah barkaitan dengan maksud dari kalimat.
5.
Pragmatik adalah berkaitan dengan peranan konteks dalam penafsiran suatu kalimat.
C. Anak Prasekolah 1. Definisi Anak Prasekolah Papalia&Olds (1992) merumuskan tahapan usia antara tiga sampai dengan enam tahun sebagai masa prasekolah, karena pada masa ini anak mulai masuk ke TK atau Taman bermain sehingga terminologi yang lebih tepat untuk tahapan ini adalah masa kanak-kanak awal (Early Childhood). Sedangkan Hurlock (dalam Spodek et al, 1991) m emberikan pengertian anak prasekolah adalah anak yang berada pada periode awal masa kanak-kanak. Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak prasekolah adalah anak-anak yang berusia antara tiga sampai dengan enam tahun yang biasa disebut dengan masa kanak-kanak awal. 2. Ciri-Ciri Anak Prasekolah Snowman (dalam Sutardi, 1997) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun), yaitu : a. Ciri Fisik 1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. 2) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup. 3) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. 4) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus mengfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya. b. Ciri Sosial 1) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. 2) Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti. 3) Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
c. Ciri Emosional 1) Mereka cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. 2) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. d. Ciri Kognitif 1) Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Sebagian besar dari mereka senang bicara, khususnya dengan kelompoknya. 2) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. 3. Karakteristik Perkembangan Anak Prasekolah Karakteristik perkembangan dari anak prasekolah, meliputi : a. Perkembangan Fisik dan Motorik. Perkembangan fisik dan motorik anak usia 3-5 tahun dapat diuraikan melalui perkembangan fisik dan motorik anak usia 3-6 tahun yang dikemukakan oleh Papalia (2001). b. Perkembangan Kognitif Teorinya perkembangan kognitif dapat dijelaskan berdasarkan tahapan-tahapan, yaitu : Periode Sensorimotor (lahir-2 tahun), Periode Praoperasional (2-7 tahun), Periode Operasional Konkrit (7-11 tahun), dan Periode Operasional Formal (11-15 tahun). c. Perkembangan Bahasa Cara anak mengkombinasikan suku kata menjadi kata-kata dan kata-kata menjadi kalimat berkembang dengan sangat baik selama masa kanak-kanak awal (Owens dalam Papalia, 2001). 4. Perkembangan Fisik Anak Prasekolah Menurut Turner&Helms (1995) perkembangan fisik anak prasekolah dibagi menjadi dua tahap, yaitu : a. Perubahan penampilan fisik Pada tahap ini terjadi perubahan penampilan fisik anak.
b. Perkembangan keterampilan motorik Keterampilan motorik adalah koordinasi gerakan tubuh untuk melaksanakan tugas fisik. Dari uraian diatas jelaslah bahwa anak-anak pada usia prasekolah masih tertarik pada permainan, mendengarkan cerita dongeng, serta bacaanbacaan buku yang ringan. Selain itu beberapa karakteristik tertentu yang berkembang dalam usia prasekolah menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1990), adalah seperti di bawah ini : a.
Aspek Kognitif Aspek kognitif pada anak usia prasekolah belum berkembang secara matang. Hal ini menyebabkan anak belum mampu berfikir logis dan membedakan antara yang nyata dan tidak.
b. Aspek Fisik Aspek fisik anak usia prasekolah berkembang lebih baik dari tahap sebelumnya. c.
Aspek Psikososial Kehidupan anak selama usia prasekolah lebih banyak tergantung pada orangtua. Namun ketidakseimbangan emosi anak-anak menyulitkan orangtua dalam membimbing dan mengarahkan mereka.
D. “Kelas Baca Anakku Sayang” 1. “Kelas Baca Anakku Sayang“ “Kelas Baca Anakku Sayang” adalah suatu lembaga pendidikan prasekolah non formal yang berada di Jl. M. Kahfi I Gg. Kranji Rt 03/06 No.37 Ciganjur. Didirikan oleh J sekaligus salah satu pengajar di Kelas Baca tersebut. Pada awalnya hanya terdapat dua pengajar di Kelas Baca itu, yaitu J dan istrinya. Namun sekarang sudah ada 6 (enam) orang yang mengajar di
Kelas Baca tersebut. “Kelas Baca Anakku Sayang” sendiri berada di sebuah bangunan sederhana yang belum selesai bangunannya. Kelas baca ini buka dari Hari Senin sampai Hari Jumat. Proses belajar mengajar membaca sendiri dimulai pada pukul 07.30 WIB - 12.00 WIB. Lalu dilanjutkan dengan belajar jarimatika pada pukul 13.00 WIB - 16.00 WIB. Untuk pendaftaran dikenakan biaya Rp 15.000,- dan untuk iuran setiap bulan hanya dikenakan biaya Rp 20.000,-. 2. Metode yang digunakan “Kelas Baca Anakku Sayang” Pada tahun 1995 J pergi ke Kuala Lumpur untuk bekerja, dan selama di sana J melihat metode yang digunakan untuk anak-anak belajar membaca yang berdasar pada Al-Qur’an sistem Qiro’ati. Buku satu langsung diberikan pada saat anak pertama kali mulai belajar di kelas baca tersebut. Apabila anak sudah dapat menyelesaikan buku satu atau anak sudah dapat menyerap dan mengingat materi yang ada di buku satu, maka anak diberikan buku kedua, dan begitu seterusnya. Kemampuan anak dalam menyelesaikan satu macam buku berbedabeda, tergantung kemampuan anak itu sendiri. Rata-rata anak dapat menyelesaikan satu buku adalah sekitar satu sampai dua minggu, dan rata-rata anak dapat membaca lancar atau sudah menyelesaikan semua buku adalah sekitar empat bulan. Untuk satu kali pertemuan, anak hanya belajar selama kurang lebih 5 sampai 10 menit, hal ini disebabkan karena anak-anak akan sulit menyerap apabila terlalu banyak materi yang diajarkan, sehingga diutamakan kontinuitas dari pembelajaran agar anak dapat lebih mudah menyerapnya, dan tidak memaksakan kepada anak Proses belajar mengajar dilakukan dengan cara individual, dimana setiap pengajar mengajarkan satu orang anak berhadap-hadapan, dan dilanjutkan dengan anak lain apabila anak sebelumnya sudah selesai belajar. Sehingga seorang pengajar tidak tentu mengajarkan berapa anak dalam satu hari, karena setiap satu anak sudah selesai belajar, maka anak lainnya akan masuk.
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya. Pendekatan kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretif dan fenomenologis (Poerwandari, 1998). Beberapa pandangan yang mendasari yaitu : (1) Realitas sosial adalah sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang berada diluar individu-individu, (2) Manusia tidak secara sederhana mengikuti hukum-hukum alam diluar diri melainkan menciptakan rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya, (3) Ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis, dan tidak bebas nilai, serta (4) Penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial (Sarantakos dalam Poerwandari, 1998). B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik subjek Menurut Banister dkk (dalam Poerwandari, 1998) menjelaskan bahwa dengan fokus penelitian kualitatif pada kedalaman proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Suatu kasus tunggal pun dapat dipakai, bila secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti memperoleh kasus lebih banyak dan bila dari kasus tunggal tersebut memang diperlukan informasi yang sangat mendalam. Maka dalam penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang harus dipenuhi oleh subjek antara lain : a. Anak Prasekolah yang berusia antara 3 tahun sampai 6 tahun
b. Sudah dapat membaca dan mengenal bentuk-bentuk huruf. c. Waktu yang dibutuhkan untuk kategori membaca cepat yaitu subjek yang lancar membaca dalam waktu 4 bulan sejak awal subjek belajar membaca di “Kelas Baca Anakku Sayang”, dan membaca sedang serta lambat dibutuhkan waktu antara 7 bulan hingga 1 tahun sejak subjek belajar membaca di “Kelas Baca Anakku Sayang” dengan bertanya kepada guru yang mengajar. 2. Jumlah subjek yang akan diteliti Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998) tidak ada aturan yang pasti dalam jumlah yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah sampel sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui oleh peneliti, tujuan penelitian, konteks pada saat itu dan apa yang dianggap bermanfaat. Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian ini peneliti berencana mendapatkan 3 orang subjek yang dibagi menjadi tiga bagian dengan masingmasing kemampuan, karena pada masing-masing anak memiliki kemampuan yang berdeda-beda sehingga peneliti ingin melihat dari tiga tingkat kemampuan membaca yaitu berdasarkan kemampuan membaca cepat 1 orang, kemampuan membaca sedang 1 orang dan kemampuan membaca lambat 1 orang serta masing-masing subjek terdapat 2 orang terdekatnya (significant other). C. Tahap-Tahap Penelitian Adapun terhadap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1. Tahap persiapan penelitian Tahap persiapan sebelum diadakannya penelitian adalah menyiapkan instrumen (alat) yang akan digunakan dalam penelitian. Penulis terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara yang disusun berdasarkan beberapa teori yang relevan dengan masalah. Pedoman wawancara nantinya akan berisi item-item pertanyaan yang behubungan dengan topik penelitian. Peneliti juga
mencari calon subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Peneliti bermaksud untuk mendapatkan data dan subjek yang sesuai untuk tujuan penelitian. Setelah mendapatkan subjek yang bersedia untuk di wawancara, kemudian peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang telah dibuat. 2. Tahap pelaksanaan penelitian Peneliti melakukan pendekatan atau perkenalan dengan subjek beberapa kali. Kemudian membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara, setelah subjek setuju maka selanjutnya penelitian memindahkan hasil rekaman berdasarkan wawancara kedalam bentuk verbatim tertulis. Kemudian peneliti melakukan analisis data dan interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data diatas. Setelah itu membuat diskusi dan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, kemudian melakukan verifikasi hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada subjek. Hasil dari diskusi dan kesimpulan yang telah dilakukan, peneliti mengajukan saran-saran untuk peneliti selanjutnya dan subjek. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian pendekatan kualitatif (studi kasus) ini, peneliti menggunakan wawancara dan observasi dalam teknik pengumpulan data. Data utama menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview), dalam interview atau wawancara ini, peneliti memakai wawancara tidak berstruktur yang dikemukakan oleh Moleong, dimana wawancara yang dilakukan bersifat bebas dalam interviewee memberikan respon. Sedangkan sebagai metode penunjang adalah dengan melakukan observasi. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian
yang diamati tersebut (Poerwandari, 1998). Observasi merupakan metode paling dasar dan paling tua dalam psikologi, karena dalam cara-cara tertentu peneliti selalu terlibat dalam proses mengamati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk observasi non partisipan, dimana observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee. E. Alat Bantu Pengumpul Data Dalam penelitian studi kasus ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa : 1. Pedoman wawancara Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara terfokus (focused interview), yaitu wawancara yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat open-ended, tetapi bila ada daftar pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya berdasarkan topik-topik yang akan dibahas. Pedoman wawancara terdiri dari : a.
Pengantar yang berisi ucapan perkenalan peneliti pada subjek yang akan dijadikan responden.
b.
Item pertanyaan yang berisi item-item yang akan ditanyakan pada responden dan berhubungan dengan topik penelitian tentang kemampuan membaca anak prasekolah yang berusia antara 3 tahun sampai 6 tahun. Secara garis besar item pertanyaan yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1) Aspek fisik, yang mencakup penampilan subjek dan kesesuaian dengan jenis kelamin. 2) A s pe k ps i k ol o g is , ya n g m e nc a k u p ke m a m p ua n da n ketidakmampuan subjek dalam membaca. 3) Aspek sosial, yang mencakup pengaruh lingkungan keluarga dan sekitarnya terhadap kemampuan membaca subjek.
2. Alat perekam (tape recorder)
Alat perekam digunakan sebagai alat bantu untuk mendokumentasikan segala ucapan yang dikeluarkan oleh subjek selama proses wawancara berlangsung. 3. Buku atau catatan kecil beserta alat tulis Buku atau catatan kecil beserta alat tulis guna membantu peneliti untuk mencatat semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan kepada subjek serta mencatat perilaku-perilaku non verbal subjek. F. Keakuratan Penelitian 1. Istilah keabsahan dan keajegan dalam penelitian kualitatif, berarti membahas mengenai validitas dan reliabilitas penelitian. Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998) menyampaikan bahwa dalam penelitian kualitatif, validitas berusaha dicapai tidak melalui manipulasi variabel melainkan melalui orientasinya dan upayanya mendalami dunia empiris dengan menggunakan metode paling cocok untuk pengambilan dan analisis data. Untuk mencapai validitas dalam suatu penelitian dengan metode kualitatif, ada beberapa teknik yang digunakan dan salah satu teknik tersebut adalah triangulasi. Dalam Moleong (1990), triangulasi merupakan suatu bentuk teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu. Istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif digantikan dengan menggunakan istilah dependability. Peneliti memperhitungkan perubahanperubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti (dalam Poerwandari, 1998). Menurut para peneliti kualitatif, dunia sosial adalah dunia yang selalu berubah sehingga menurut mereka konsep replikasi merupakan konsep problematis yang tidak dapat diterima seperti pada penelitian kualitatif. Hal yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif adalah mengkonsentrasikan diri pada catatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk hubungan antar aspek-aspek yang terkait (dalam Poerwandari, 1998).
Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik diskursus untuk meningkatkan reliabilitas dari penelitian yang akan dilakukan. Teknik ini digunakan karena faktor pengalaman yang minim sehingga mengharuskan adanya pendiskusian dari hasil temuan dan analisisnya dengan orang yang lebih ahli menyangkut bidang atau permaslaahan yang diteliti. G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, analisis dilakukan pertama kali terhadap masingmasing kasus. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkap oleh responden. Data yang telah diungkap tersebut dikelompokkan, oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya, sehingga peneliti dapat mengangkat pengalaman, permasalahan dan dinamika yang terjadi pada tiap-tiap subjek. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pembahasan 1. Kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang” Dilihat dari ketiga kemampuan membaca tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan membaca ketiga subjek berbeda. Subjek pertama hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk dapat lancar membaca dan terlihat sudah tidak ada masalah dalam membaca. Subjek kedua membutuhkan waktu 8 bulan untuk dapat lancar membaca dan terlihat juga sudah tidak ada masalah dalam membaca walaupun terkadang subjek kedua terlihat masih sedikit sulit mengucapkan suatu huruf, yaitu huruf “ng”. Sedangkan subjek ketiga membutuhkan waktu 11 bulan untuk lancar membaca, meskipun terlihat dapat membaca namun subjek ketiga
masih kesulitan dalam menyatukan kata per kata. Tetapi terlihat bahwa ketiga subjek sudah dapat membaca, meskipun waktu yang dibutuhkan dalam membaca pada masing-masing subjek berbeda. Dalam mengenal huruf-huruf dan menangkap informasi yang ada di dalam bacaan, ketiga subjek sudah dapat mengenal huruf dan mengetahui informasi apa yang ada di dalam bacaan tersebut, hal itu sesuai dengan yang dituliskan oleh Nurhadi (1989) mengenai kemampuan membaca literal, yaitu kemampuan membaca mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit) yang artinya pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan. Hal itu juga sesuai dengan pengertian menurut Nurhadi (1989) tentang kemampuan membaca kritis yaitu kemampuan membaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensitesis, dan menilai. Terlihat juga bahwa subjek pertama dan ketiga sudah dapat menceritakan kembali bacaan melalui pikirannya sendiri, sedangkan subjek kedua belum dapat menceritakan kembali bacaan melalui pikirannya sendiri. Namun ketiga subjek sudah dapat melihat baik dan buruk isi dari bacaan untuk kehidupan sehari-hari. Sesuai juga dengan yang dituliskan oleh Richards et al (2000) tentang pemahaman bacaan yang dibagi menjadi empat tingkatan pemahaman bacaan, yaitu pada tingkat pertama adalah pemahaman literal yang artinya pemahaman yang bertujuan memahami, mengingat (remember), atau mengingat kembali (recall) informasi yang tertulis secara eksplisit. Terlihat bahwa ketiga subjek sudah dapat mengerti inti cerita dari bacaan dan dapat mengingat tokoh-tokoh yang ada di dalam bacaan, juga dapat menuliskan kembali nama-nama tokoh yang ada dalam bacaan tersebut. Dilihat dari hasil wawancara dan observasi kemampuan membaca ketiga 2. Faktor-faktor yang mendukung kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang”
subjek memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal tersebut berkaitan dengan faktor-faktor yang mendukung subjek selama subjek belajar membaca yaitu orangtua dan guru. Pada subjek pertama, orangtua subjek selalu mengulang pelajaran yang diterima oleh subjek di rumah dan mengajari subjek hal-hal yang tidak dimengerti, dan sejak kecil subjek sudah diajarkan bermacam-macam bentuk huruf, maka saat belajar di kelas baca subjek tidak mengalami kesulitan dalam membaca serta cepat mengenal huruf-huruf dan subjek juga lancar dalam membaca. Guru-guru subjek di “Kelas Baca” juga selalu membantu subjek bila ada bacaan yang tidak subjek mengerti. Pada subjek kedua dan ketiga tidak berbeda dengan subjek pertama, dimana orangtua subjek kedua dan ketiga terlihat mendukung. Orangtua dari subjek kedua dan subjek ketiga juga mengenalkan huruf-huruf sejak masih kecil. Saat belajar di “Kelas Baca” subjek kedua dan subjek ketiga mengalami kesulitan dan sedikit lama dalam mengenal huruf-huruf, namun kedua subjek lancar dalam membaca. Guru-guru di “Kelas Baca” juga selalu membantu bila ada yang tidak subjek mengerti dalam bacaan. Hal-hal tersebut diatas dapat dilihat bahwa faktorfaktor yang mendukung kemampuan membaca pada masing-masing subjek yaitu orangtua dan guru. 3. Faktor-faktor yang menghambat kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang” Faktor-faktor yang menghambat kemampuan membaca pada masingmasing subjek berbeda, hal ini terlihat pada hasil wawancara dan observasi. Pada subjek pertama faktor yang menghambat yaitu ketidakmauan subjek dalam hal mengulang kembali pelajaran yang telah subjek terima di “Kelas Baca”, karena menurut orangtua subjek terkadang bila di rumah, subjek malas untuk mengulang kembali pelajaran yang subjek terima di “Kelas Baca”. Sedangkan pada subjek kedua, faktor yang menghambat subjek yaitu orangtua subjek sendiri, karena subjek memiliki seorang adik sehingga terkadang di rumah, orangtua subjek tidak
dapat membantu subjek untuk mengulang kembali pelajaran yang diterima di “Kelas Baca”. Pada subjek ketiga terlihat bahwa faktor yang menghambat kemampuan membaca subjek yaitu ketidakmauan subjek untuk belajar membaca dan orangtua subjek sendiri, sebab bila kemauan subjek dalam membaca tidak ada, hanya dibiarkan saja oleh orang tua subjek. Maka terlihat jelas bahwa faktor-faktor yang menghambat kemampuan membaca pada masing-masing subjek yaitu orangtua dan ketidakmauan ketiga subjek dalam belajar membaca. Faktor-faktor yang menghambat ketiga subjek dalam membaca secara tidak langsung mempengaruhi tingkat kemampuan ketiga subjek dan waktu yang dibutuhkan oleh masingmasing subjek untuk dapat lancar membaca. 4. Proses perkembangan kemampuan membaca anak usia prasekolah. Pertama kali belajar membaca, ketiga subjek belajar dirumah masingmasing. Pada subjek pertama sejak subjek kecil orangtua subjek sudah mengajari bermacam-macam bentuk huruf-huruf dan angka-angka, saat usia subjek 3 tahun subjek dimasukkan ke “Kelas Baca Anakku Sayang”oleh orangtua subjek. Subjek cepat memahami apa yang diajarkan oleh guru-guru subjek di “Kelas Baca”, karena itu subjek hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk dapat membaca bukubuku cerita dengan lancar. Di rumah orangtua subjek juga selalu mengajari dan membantu subjek bila ada yang tidak dimengerti oleh subjek, jika subjek malas untuk mengulang pelajaran saat di rumah orangtua subjek selalu mangajak subjek untuk mengulang lagi apa yang sudah didapat di “Kelas Baca”. Pada subjek kedua, orangtua subjek juga sudah mengajari subjek bermacam-macam bentuk huruf dan angka sejak subjek kecil. Subjek masuk di “Kelas Baca” saat subjek berusia 3 tahun. Untuk lancar membaca subjek membutuhkan waktu 9 bulan agar dapat lancar membaca buku-buku cerita. Alasan orangtua subjek memasukkan subjek di “Kelas Baca” agar subjek dapat lancar membaca, sebab orangtua subjek tidak selalu sempat mengajari subjek bila di rumah karena subjek memiliki seorang adik. Subjek sendiri senang belajar di
“Kelas Baca” karena banyak temannya, oleh karena itu subjek giat dan rajin untuk selalu datang ke “Kelas Baca” untuk belajar membaca. Sedangkan pada sujek ketiga, tidak jauh berbeda dengan subjek pertama dan kedua dimana sejak kecil subjek sudah diajari oleh orangtua subjek bermacam-macam bentuk huruf dan angka. Subjek juga dimasukkan di “Kelas Baca” saat usia subjek 3 tahun. Namun karena orangtua subjek tidak terlalu memaksakan subjek untuk belajar dengan giat dan rajin sehingga subjek membutuhkan waktu yang lama untuk dapat lancar membaca. Untuk lancar membaca subjek membutuhkan waktu 1 tahun agar dapat lancar membaca bukubuku cerita.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa penelitian diatas adalah penelitian Cross Sectional, maka penelitian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan kemampuan membaca, dapat disimpulkan bahwa ketiga subjek sudah dapat membaca dan kemampuan membaca ketiga subjek berbeda. Subjek pertama sudah tidak ada masalah dalam membaca, namun subjek kedua dan subjek ketiga sedikit kesulitan dalam membaca. Dilihat dari kemampuan membaca literal, ketiga subjek sudah dapat mangenal huruf dan dapat mengetahui informasi yang ada didalam bacaan. Pada kemampuan membaca kritis, hanya subjek pertama saja yang dapat menganalisis bacaan dan bersikap kritis, sedangkan subjek kedua dan ketiga belum dapat menganalisis bacaan dan bersikap kritis terhadap bacaan yang dibaca. Sedangkan dalam kemampuan membaca kreatif hanya subjek pertama dan ketiga yang sudah dapat menceritakan kembali bacaan melalui pikirannya
sendiri, sedangkan subjek kedua belum dapat menceritakan kembali bacaan melalui pikirannya sendiri. Namun ketiga subjek sudah dapat melihat baik dan buruk isi dari bacaan untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pemahaman bacaan, dapat disimpulkan bahwa masing-masing subjek berbeda. Dalam pemahaman literal terlihat bahwa ketiga subjek sudah dapat mengerti inti cerita dari bacaan dan dapat mengingat tokoh-tokoh yang ada di dalam bacaan, juga dapat menuliskan kembali nama-nama tokoh yang ada dalam bacaan tersebut. Pada pemahaman inferensial ketiga subjek belum dapat menggunakan intuisinya dalam membaca dan juga belum dapat menceritakan kembali isi di dalam bacaan secara lengkap. Dapat dilihat juga pada pemahaman kritis atau evaluatif dimana subjek pertama dan subjek kedua sudah dapat membedakan benda yang ada di dalam bacaan dengan benda sebenarnya, tetapi subjek ketiga belum dapat membedakannya, dan ketiga subjek juga belum dapat bersikap kritis terhadap bacaan tersebut. Sedangkan pemahaman apresiatif pada ketiga subjek, hanya subjek ketiga saja yang merespon bacaan dengan mengajukan pertanyaan, sedangkan subjek pertama dan subjek kedua belum dapat merespon kembali bacaan. Dilihat dari pengertian masing-masing tingkat pemahaman dan tingkat kemampuan bacaan, pemahaman dan kemampuan bacaan yang sesuai untuk kemampuan membaca anak usia prasekolah ada di tingkat Literal. 2. Faktor-faktor yang mendukung kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang”, dilihat dari keseluruhan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendukung ketiga subjek selama belajar membaca di “Kelas Baca” yaitu orangtua dari masing-masing subjek dan guru. 3. Faktor-faktor yang menghambat kemampuan membaca anak usia prasekolah dengan menggunakan metode membaca “Kelas Baca Anakku Sayang”, dilihat dari keseluruhan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat kemampuan membaca pada masing-masing
subjek berbeda. Pada subjek pertama dan subjek ketiga faktor yang menghambat yaitu ketidakmauan subjek dalam hal mengulang kembali pelajaran. Namun subjek pertama selalu dibantu oleh orangtua subjek agar subjek mau mengulang kembali pelajaran yang sudah subjek terima, sedangkan pada subjek ketiga orangtua subjek hanya membiarkan saja bila subjek tidak mau mengulang kembali pelajaran. Faktor yang menghambat pada subjek kedua, yaitu orangtua subjek sendiri, sebab orangtua subjek sibuk mengurus adik subjek yang masih kecil sehingga orangtua subjek tidak dapat membantu subjek untuk mengulang kembali pelajaran. 4. Berdasarkan kemampuan membaca untuk melihat proses perkembangan kemampuan membaca anak usia prasekolah, maka dapat disimpulkan bahwa pada ketiga subjek sudah dapat membaca dan kemampuan membaca ketiga subjek berbeda. Kemampuan membaca ketiga subjek dibedakan menjadi tiga tingkat kemampuan membaca. Subjek pertama memiliki kemampuan membaca cepat dan hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk dapat membaca dengan lancar, sedangkan subjek kedua memiliki kemampuan membaca sedang dan membutuhkan waktu 8 bulan untuk dapat membaca, serta subjek ketiga yang memiliki kemampuan membaca rendah membutuhkan waktu 11 bulan untuk dapat membaca. Ketiga subjek memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, dimana subjek ketiga belum lancar mengucapkan kata “ng” dalam kata “sedang dan senang”, sedangkan pada subjek pertama dan kedua sudah lancar mengucapkan bermacam-macam kata. Ketiga subjek sama-sama telah diajari bermacam-macam bentuk huruf dan angka oleh orangtua masingmasing sejak subjek masih kecil.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mencoba memberikan saran, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi ketiga subjek, peneliti mencoba memberikan saran yaitu ketiga subjek disarankan untuk lebih giat lagi belajarnya dan bila di rumah lebih sering mengulang lagi pelajaran yang sudah didapat. Serta agar membacanya lebih lancar lagi, ketiga subjek harus sering melatih membaca dengan banyak membaca buku-buku cerita. 2. Bagi orangtua, peneliti mencoba memberi saran yaitu orangtua dari masingmasing subjek disarankan untuk selalu dapat meluangkan waktu dan membantu, serta menemani anak-anak mereka belajar saat berada di rumah. 3. Bagi guru-guru di “Kelas Baca”, peneliti mencoba memberi saran yaitu guruguru disarankan untuk dapat membantu murid-murid yang masih sulit membaca dan memberikan penjelasan bila didalam bacaan ada yang tidak dimengerti oleh murid-murid, serta selalu mengadakan tanya jawab setelah murid-murid selesai membaca satu buku cerita. 4. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk melihat kemampuan membaca pada anak usia prasekolah, agar lebih mengungkap dimensi-dimensi kemampuan membaca dan pemahaman bacaan lainnya, dengan teori dan metode yang lebih banyak dan spesifik.
DAFTAR PUSTAKA Celce-Murcia. M., & Olstain. E. (2000). Discourse and context in language teaching ( a guide for language teachers) (Rev. ed). Cambridge : Cambridge Crow. L., & Crow, A. (2005). Psikologi pendidikan. Yogyakarta : Nur Cahaya. (Original work published 1989) Darjowidjojo, S. (2003). Psikolinguistik. Jakarta : Obor Ind Darjowidjojo, S. (2008). Psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia. http://www.friendster.com/websearch.php?cx=partner pub ogd1 92www .matasaksi.com Hafner., Lawrence. E., & Jolly., Hayden. B. (1982). Teaching reading to children (2nd ed.). New York : Macmillan Publishing Co Hardwinoto., & Setiabudhi. T. (2002). Anak unggul berotak prima. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Hurlock, E. B. (1990). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan selama rentang kehidupan (5th ed.) (dr. Med. Meitasari Tjandarasa). Jakarta : Penerbit Erlangga. Katz., & Adrienne. (1997). Membimbing anak belajar membaca. Jakarta : Penerbit Arcon Marshall, C., & Rossman. (1995). Designing qualitative research. London : Sage Publications Miller, P. H. (1993). Theories of development psychology (3rd ed.). New York : W. H. Freeman & Co Miniciello, V., Aroni, R., Timewell, E., & Alexander, W. (1996). In-depth interviewing ( 2nd ed.). Australia : Longman
Moleong, L. J. (1990). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Moleong, L. J. (2004). Metodologi penelitian. Bandung : Remaja Rosdakarya Nurhadi. (1989). Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca?. Bandung : CV. Sinar Baru Owens, R. E. (2005). Language development (6th ed.). USA : Pearson Education, Inc Papalia., Diane. E. & Olds., Wendkos. S. (1992). Human development (5th ed.). New York : McGrow-Hill Company Papalia., Diane. E., Olds., & Feldman. R. D. (2001). Human development (8th ed.). USA: McGrow-Hill Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia Richek. M., Lynne. K., & Janet. W. (1983). Reading problems : diagnosis and remadiation. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall Richards, J. C., Richard. S., Heidi. K., & Youngkyu. K. (2002). Longman dictionary of language teaching and applied linguistics. London : Longman Riyanto, Y. (1996). Metodologi penelitian. Surabaya : SIC Ruth, K. (2005). Asiknya membaca. Jakarta : Anak Prestasi Pustaka Santrock, J. W. (2002). A topical approach to life-span development. New York : McGraw-Hill, Inc Slavin, R. E. (1994). Educational psychology (4th ed.). Boston : Allyn and Bacon Smith, N. B., & Robinson. A. H. (1980). Reading instruction’s for today’s children (2nd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall
Sony, P. T. (Speaker). (2008). Kelas baca anakku sayang (Cassette Recording No. J03 6901 1). Tokyo, Japan : Hitachi Maxell, Ltd
Spodek. B., Saracho. O. N., & Davis. M. D. (1991). Foundations of early childhood education : teaching three, four and five year-old children (2nd ed.). Boston : Allyn and Bacon Sutardi, V. N. (1997). Hubungan antara kesiapan membaca anak prasekolah dengan lingkungan fisik rumah yang kondusif dan orangtua yang emulatif mendukung kegiatan membaca (Studi pada Murid-murid TK-B Al-Azhar). Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : FPsi. UI Turner, J. S., & Helms. D. B. (1991). Lifespon development (4th ed.). New York : Harcourt Brace Javanovich College Publishers Turner, J. S., & Helms. D. B. (1995). Lifespon development (5th ed.). New York : Harcourt Brace Jovanovic College Publishers