ISBN:978-602-99975-1-4
PROSIDING SEMNAS SAINS & ENTREPRENEURSHIP II
Agustus 2015
Hal:226-231
Pengaruh terhadap
pemberian jenis bekatul beras hitung leukosit pada tikus putih Rattus norvegicus yang diberi diet minyak goreng dengan pemanasan berulang Eny Hartadiati Wasikin H, Diah Arum Saputri Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPATI Universitas PGRI Semarang
[email protected]
Abstrak - Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang pada suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi yang dapat meningkatkan pembentukan asam lemak trans dan radikal bebas. Post Test Only Control Group Design digunakan untuk mengetahui apakah pemberian jenis bekatul beras berpengaruh terhadap hitung leukosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi diet minyak goreng dengan pemanasan berulang dan mengetahui jenis bekatul beras yang dapat menyebabkan hitung leukosit paling optimal. Penelitian menggunakan 16 ekor tikus putih Rattus norvegicus galur Sprague Dawley jantan untuk empat perlakuan, yaitu P0: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml, P1: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml + bekatul beras putih 540 mg/ekor/hari, P2: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml + bekatul beras merah 540 mg/ekor/hari, P3: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml + bekatul beras hitam 540 mg/ekor/hari. .Perlakuan dilakukan selama 21 hari kemudian dilakukan hitung sel leukosit. Uji ANAVA menunjukkan bahwa pemberian jenis bekatul beras tidak berpengaruh signifikan (p>0,05) terhadap hitung leukosit pada tikus putih Rattus norvegicus yang diberi diet minyak goreng dengan pemanasan berulang. Kata Kunci: bekatul beras, leukosit, minyak goreng dengan pemanasan berulang.
227 | Sains & Entr. II. Hal: 226-231 PENDAHULUAN Minyak goreng tidak dapat dipisahkan dari cara pengolahan pangan oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 2012, konsumsi total mencapai sekitar 5,90 juta ton (Direktorat Pangan dan Pertanian , 2013). Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu tinggi (160180 °C) disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses pemanasan mengakibatkan reaksi oksidasi kemudian menghasilkan radikal bebas (Leong et al., 2008, Mahesya, 2010) dan asam lemak trans (TFA) (Sartika, 2008). Di dalam tubuh TFA dapat menghasilkan radikal bebas (Dhibi et al., 2011). Radikal bebas dapat merusak sel dalam tubuh dengan cara mengambil elektron dari membran sel dan beberapa unsur sel lain agar menjadi stabil (Mahesya, 2010), sehingga dapat menyebabkan stres oksidatif (Nazrun et al., 2007). Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada biomolekul seluler penting tubuh seperti kerusakan lipid, protein bahkan DNA (Halliwell et al., 2007). Kerusakan bioseluler tubuh dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing, invasi mikroorganisma atau kerusakan jaringan. Inflamasi dapat terjadi bermula dari adanya kerusakan jaringan yang sublethal dan dapat diakhiri dengan penyembuhan (Wresdiyati, et al., 2010). Dalam usaha pertama untuk menghancurkan benda asing serta membersihkan jaringan yang rusak, maka tubuh akan mengerahkan elemen-elemen sistem imun ke tempat masuknya benda asing atau jaringan yang rusak (Baratawidjaja K.G., 2002).
Sistem pertahanan tubuh akan bekerja dengan mengeluarkan sel-sel inflamasi. Leukosit merupakan sel-sel pro inflamasi. Leukosit yang dibentuk di dalam sumsum tulang di multipotent hematopoietic stem cell (sel HSC), disimpan dalam sumsum sampai diperlukan di sistem sirkulasi. Leukosit yang bersirkulasi dalam darah biasanya berkisar antara 3-4 kali lipat jumlah yang disimpan di dalam sumsum tulang. Jumlah ini sesuai dengan persediaan sel darah putih selama 6 hari. Reaksi inflamasi ditandai dengan adanya kejadian yang lebih penting yaitu keluarnya leukosit dari sirkulasi perifer ke ruang ekstraseluler. Leukosit tersebut berfungsi dalam proses fagositosis agen penyebab inflamasi dan dalam proses tersebut akan dihasilkan radikal bebas (Baratawidjaja K.G., 2002). Keberadaan radikal bebas dapat diminimalkan dengan adanya antioksidan. Bekatul beras diketahui mengandung pigmen golongan fenolik yaitu antosianin yang berpotensi sebagai antioksidan. Menurut Wulandari (2011), bekatul beras memiliki warna yang berbeda-beda disebabkan adanya pigmen pada perikarp. Warna perikarp berhubungan dengan konsentrasi fenolik , konsentrasi yang lebih tinggi menghasilkan berwarna merah dan selanjutnya hitam. Senyawa golongan fenol sangat penting dalam mekanisme eliminasi radikal bebas (Min B et al., 2011; Min B et al., 2014). Beras berpigmen merupakan sumber antioksidan yang sangat potensial (Moko et al., 2014). Dari penjelasan di atas menarik untuk diteliti pengaruh pemberian jenis bekatul beras (putih, merah dan hitam) terhadap hitung leukosit pada tikus yang diberi diet minyak goreng dengan pemanasan berulang dan jenis bekatul beras
Sains| 228 yang dapat memberikan hitung leukosit optimal. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control design. Sebanyak 16 ekor tikus putih (Rattus Norvegicus galur Sprague Dawley) jantan berumur 12 minggu dipilih secara random dan dibagi menjadi 4 kelompok percobaan sebabagai berikut : P0: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml/ekor/hari P1: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml/ekor/hari + bekatul beras putih 540 mg/ekor/hari. P2: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml/ekor/hari + bekatul beras merah 540 mg/ekor/hari. P3: minyak goreng dengan pemanasan berulang 1,5 ml/ekor/hari + bekatul beras hitam 540 mg/ekor/hari. Pemberian bekatul beras dilakukan 1 jam setelah pemberian minyak goreng yang telah digunakan untuk menggoreng tahu secara deep frying sebanyak 27 kali pada suhu 190 0C. Tiap kelompok tikus mendapatkan pakan dan minum secara ad libitum. Perlakuan diberikan selama 21 hari, kemudian dilakukan pengambilan darah melalui plexus retroorbitalis untuk mendapatkan hitung leukosit (jumlah total leukosit). HASIL DAN PEMBAHASAN Hitung leukosit akibat pemberian jenis bekatul beras pada tikus sprague dawley yang di beri diet minyak goreng dengan pemanasanberulang adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Histogram hitung leukosit akibat pemberian jenis bekatul beras terhadap pada tikus putih (Rattus norvegicus galur Sprague Dawley) yang diberi diet minyak goreng dengan pemanasan berulang Hasil uji statistik diketahui hitung leukosit berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen (p>0,05). Selanjutnya uji statistik ANAVA menunjukkan bahwa pemberian jenis bekatul beras tidak berpengaruh signifikan ( F = 0,290 ; p = 0,832 ) terhadap hitung leukosit pada tikus putih (Rattus norvegicus galur Sprague Dawley) yang diberi diet minyak goreng dengan pemanasan berulang. Secara deskriptif semua perlakuan menunjukkan hitung leukosit lebih rendah dibanding kontrol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pemberian minyak goreng dengan pemanasan berulang mengandung radikal bebas selain itu juga mengandung TFA , hal tersebut menyebabkan stres oksidataif sehingga menyebabkan kerusakan biomolekul seluler tubuh, yang dapat memodulasi terjadinya inflamasi . Beberapa penelitian menunjukkan radikal bebas menyebabkan kerusakan hati (Sartika, 2008), kerusakan jantung (Aisyah et al., 2014), kerusakan ginjal dan kerusakan sel endotel pembuluh darah (Wresdiati et al., 2010) . Pada proses fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel inflamasi dapat menghasilkan radikal
229 | Sains & Entr. II. Hal: 226-231 bebas. Kondisi ini lebih memperparah keadaan kerusakan sel akibat radikal bebas, termasuk kejadian inflamasi. Radikal bebas dalam tubuh dapat dihambat oleh bekatul beras putih, merah dan hitam karena di dalam jenis bekatul beras terdapat kandungan antioksidan . Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya senyawa radikal baru, sehingga kerusakan sel dapat dihambat. Antioksidan yang ada didalam bekatul beras yaitu berupa antosianin memindahkan atom hidrogen yang memiliki elektron tunggal sehingga sebagai scavanger radikal bebas peroksil (Wulandari et al., 2011). Beras yang mengandung pigmen adalah salah satu sumber senyawa antioksidan yang tinggi, beras yang tidak memiliki pigmen warna lebih rendah kandungan antioksidan dibandingkan dengan beras yang memiliki pigmen warna (Moko et al., 2014). Didiskripsikan oleh Min et al. (2011) bahwa antioksiadan dengan indikator seperti total fenol, total flavonoid , kapasitas antioksidan dan radical scavanging berkorelasi dengan intensitas warna bekatul beras, hal ini terlihat pada hitung leukosit semakin rendah akibat pemberian bekatul beras putih, merah selanjutnya hitam, namun hasil uji ANOVA menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan (p>0,05). Hal ini dimungkinkan karena dosis pemberian bekatul hanya 0,54 gram atau lama waktu pemberian hanya dilakukan selama 21 hari sehingga belum cukup membedakan secara nyata hitung leukosit akibat pemberian bekatul beras putih, merah dan hitam . Seperti pada penelitian
Damayanti et al. (2010) bahwa penelitian lebih dari 21 hari dan dosis yang tinggi dapat menunjukkan aktivitas antioksidan yang berbeda nyata.
KESIMPULAN Pemberian jenis bekatul beras berpengaruh tidak signifikan (P>0,05) terhadap hitung leukosit pada tikus putih (Rattus norvegicus galur Sprague Dawley) yang diberi diet minyak goreng dengan pemanasan berulang.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah S., Balqis, U., Fryan, KE. 2014. Histopatologi Jantung Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Akibat Pemberian Minyak Jelantah. Jurnal Medica Veterinaria. 1(8). ISSN: 0853-1943. Baratawidjaja,KG. 2002. Imunologi Dasar. Edisi 5. Jakarta. Balai Penerbitan FKUI. Dhibi, M., Brahmi, F., Mnari, A., Houas, Z., Chargui, I., Bchir, L., Gazzah, N.,Alsaif, M. A., Hammami, M (2011). The Intake of High Fat Diet with Different Trans Fatty Acid Levels Differentially Induces Oxidative Stress and Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) in Rats, Journal Nutri & Metab.Vol. 8 (65) , 111. Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rpjmn) Bidang Pangan Dan Pertanian 20152019. 2013.Direktorat Pangan Dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional . Http://Www.Bappenas.Go.Id/Files/371 3/9346/9271/Rpjmn_Bidang_Pangan_ Dan_Pertanian_2015-2019.Pdf.
Sains| 230 Diakses : Sabtu 9 Agustus 2015 Jam 06.35 WIB. Damayanti, E., Lilik K., Mahani K & Henry F. 2010. Aktivitas Antioksidan Bekatul Lebih tinggi dari pada Jus Tomat dan Penurunan Aktivitas Antioksidan Serum Setelah Intervensi Minuman Kaya Antioksidan. Jurnal Gizi dan Pangan. Institut Pertanian Bogor. 5(3). Halliwell B, Gutteridge JMC (2007) . Free radicals in biology and medicine. 4th. Oxford, UK: Clarendon Press. Leong XF, Aishah A, Nor Aini U, Das S, Jaarin K (2008). Heated palm oil causes rise in blood pressure and cardiac changes in heart muscle in experimental rats, Archives of medical research, Vol.39 (6), 567–72. Mahesya, AP., Susianti & Windarti I. 2010. The Effect of Used Cooking Oil Purified by Noni Fruit (Morinda citrifolia) on The Overview of Male Wistar Rat Hepatocytes. Jurnal Medical Faculty of Lampung University. ISSN 2337-3776. Min Byungrok, McClung Anna, Chen MingHsuan. 2011. Phytochemicals and Antioxidants Capacites in Rice Brans of Different Color, Journal Food Science , Vol.76 (1) , C117-26. Min Byungrok, McClung Anna, Chen MingHsuan . 2014. Effects of Hydrothermal Processes on Antioxidants in Purple and Red Bran Whole Grain Rice ( Oryza sativa L) , Journal Food Chemistry , Vol.159 , 106-115. Moko, EM., Purnomo H., Kusnadi J & Ijong, FG. 2014. Phytochemical content and antioxidant properties of colored and non colored varieties of rice bran from Minahasa, North Sulawesi, Indonesia. International Food Research Journal 21(3): 1053-1059. Nazrun, AS., Chew, CM., Noraslina, M., Kamsiah, J., Ima S Nirwana .2007.
Repeatedly Heated Frying Oil and High Cholesterol Diet are Detrimental to The Bone Structure of Ovariectomised Rats, International Journal of Pharmacology, Vol.3 (2) , 160-164. Sartika , Ratu Ayu Dewi (2008). Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 2, (4). Sutharut, J & Sudarat, J., 2012. Total anthocyanin content and antioxidant activity of germinated colored rice. International Food Research 19(1): 215-221 (2012). Wulandari, AP., Suter KI., Putra, KN & Widarta, RIW. 2011. Bekatul Beras Merah sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Antioksidan. Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Wresdiati, T., Astawan M., Adnyane, IKM. 2010. Aktivitas Anti Inflamasi Oleoresin Jahe (Zingiber Offcinale) pada ginjal tikus yang mengalami perlakuan stress. Jurnal IPB Darmaga Bogor. 14(2).
Tanya Jawab 1. Reny Rachmawati Pertanyaan: Jenis minyak goreng apa yang digunakan? Efek dari penggunaan minya tersebut? Berapa kali minyak goreng yang harus digunakan apa 1 kali apa boleh berulang-ulang. Jawab : Minyak goreng selepas digunakan, pada uji ini digunakan selepas
231 | Sains & Entr. II. Hal: 226-231 penggorengan tahu. Terdapat parameter imun kolestrol HDR naik ADR lebih sedikit Antioksidan yang digunakan terdapat radikal bebas, terdapat pula inflamasi.
229 | Sains & Entr. II. Hal: 226-231