RASA BERHARGA DAN PELAJARAN HIDUP MENCEGAH KEKAMBUHAN KEMBALI PADA PECANDU NARKOBA Studi Fenomenologi Proses Penyembuhan Kecanduan Narkoba Di Pekanbaru
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Fakultas Psikologi
Oleh SHERLY AZTRI 10661004666
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2011
RASA BERHARGA DAN PELAJARAN HIDUP MENCEGAH KEKAMBUHAN KEMBALI PADA PECANDU NARKOBA Studi Kualitatif Fenomenologis
Sherly Aztri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan memperoleh pemahaman tentang rasa berharga dan pelajaran hidup bagi proses penyembuhan kecanduan narkoba kembali. Aspek rasa berharga dan pelajaran hidup memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan proses penyembuhan kecanduan narkoba. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Sebanyak tiga orang dipilih sebagai informan utama berdasarkan variasi informan yang diperoleh pada saat eksplorasi awal. Tiga variasi dalam penelitian ini, yaitu variasi pertama adalah para mantan pecandu narkoba yang benar-benar bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi, variasi kedua adalah para mantan pecandu narkoba labil yang tidak dapat memastikan secara tegas dikemudian harinya mereka mampu menghindari narkoba, variasi ketiga adalah pengguna narkoba aktif sampai dengan sekarang dan pernah mengalami relapse beberapa kali hingga akhirnya menjadi pengguna narkoba kembali. Analisis fenomenologis dilakukan terhadap data hasil wawancara, catatan lapangan dan observasi. Lokasi dari penelitian ini meliputi tempat tinggal serta lingkungan sekitar tempat tinggal informan utama. Ditemukan bahwa pertama, kelompok teman sebaya yang negatif dapat memperkenalkan dan mengantarkan seseorang pada perilaku kecanduan. Kedua, dukungan sosial memiliki peranan yang penting dalam proses penyembuhan kecanduan narkoba. Dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang terdekat pecandu, seperti orangtua dan teman terdekat pecandu. Dukungan dari orang-orang terdekat pecandu membuat pecandu merasa berharga Ketiga, harapan akan masa depan yang diperoleh dari pelajaran hidup dan keinginan untuk melakukan perubahan yang terdapat dalam diri pecandu juga berperan dalam proses penyembuhan kecanduan narkoba. Adanya harapan akan masa depan dalam diri pecandu dapat menjadi motivasi bagi pecandu untuk memperbaiki kualitas hidup mereka dan terbebas dari narkoba. Kata Kunci: Kelompok Teman sebaya Negatif, Rasa Berharga (Dukungan sosial), Pelajaran Hidup (Harapan Masa Depan).
vii
DAFTAR ISI ABSTRAK v KATA PENGANTAR...................................................................................... vi DAFTAR ISI ix x DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1. 2 Rumusan Masalah 1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................................... 1. 4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1.4.2 Kegunaan Praktis
1 1 8 9 9 9 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Narkoba dan Zat Adiktif 2.2 Pengertian Kecanduan 2.3 Jenis-Jenis Narkoba 2.4 Faktor Resiko dari Penyalahgunaan Narkoba 2.4.1 Faktor-Faktor Penyalahgunaan Narkoba 2.4.2 Faktor-Faktor Penyalahgunaan Narkoba (Pendekatan Psikososial) 2.4.3 Mekanisme Penyalahgunaan Narkoba 2.5 Kerangka Berpikir
11 11 15 19 26 26 26 30 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 36 36 3.1.1 Jenis Penelitian 3.3.2 Rancangan Penelitian 36 3. 2 Materi Penelitian 37 3.2.1 Sampel Penelitian 37 3.2.2 Pemilihan Informan 37 3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel 38 3.2.4 Teknik Pengumpulan Data..............................................39 3.2.4.1 Wawancara 39 3.2.4.2 Observasi 40 3.3 Teknik Analisa Data 41 3.4 Penatalaksanaan Penelitian 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Subyek Penelitian 4.1.1 Profil AI 4.1.2 Profil AF
vii
46 46 46 48
4.1.3 Profil DM 49 4.2 Dinamika Perilaku Kecanduan 51 51 4.2.1 Peran Kelompok Teman Sebaya 4.2.2 Dukungan Sosial 55 63 4.2.3 Harapan Akan Masa Depan 4.3 Analisis dan Diskusi......................................................................66 BAB V PENUTUP........................................................................................... 76 5.1 Kesimpulan 76 5.2 Saran 77 77 5.2.1 Bagi Pecandu dan Mantan Pecandu 4.2.2 Bagi Keluarga Pecandu 78 78 4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya DAFTAR PUSTAKA 79 LAMPIRAN .............. .................................................................................. 80
vii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Menyandang status sebagai seorang mantan pecandu narkoba bukanlah jaminan bahwa dirinya terbebas dari godaan narkoba selamanya. Sesekali secara tibatiba seorang mantan pecandu narkoba merasakan badan mereka tidak enak dan terasa sakit, di bagian persendian terasa begitu ngilu, dan seluruh tubuh terasa sakit seperti ditusuk jarum disetiap pori-pori tubuh. Rasa sakit yang muncul secara tiba-tiba ini diakui seorang mantan pecandu narkoba seperti sakaw saat mereka masih menggunakan narkoba. Saat rasa sakit ini muncul, menyerang secara tiba-tiba dapat mengingatkan seorang mantan pecandu narkoba rasa nikmat saat menggunakan narkoba yang bisa menghilangkan rasa sakit yang dirasakan sekarang, sehingga memperkuat keinginan mereka untuk menggunakan narkoba kembali. Berada dalam kondisi seperti ini diakui seorang mantan pecandu narkoba sebagai suatu hal yang dapat menggoyangkan tekad mereka untuk terbebas dari narkoba secara total (W. R. 01; A. 01). Godaan besar lainnya bagi mantan pecandu narkoba adalah saat bertemu dengan teman sesama pemakai dahulu dan mendapatkan teman atau lingkungan baru tetapi juga akrab dengan narkoba. Menurut mereka saat bertemu teman sesama pemakai dahulu seringkali mereka diajak untuk menggunakan narkoba bersama bahkan narkoba diberikan secara percuma kepada mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Rafi (bukan nama sebenarnya): “Kalau ketemu dengan temen-temen yang dulu makek pasti diajak makek lagi, kalau kita kasi kayak nasehat, ngingatin mereka kadang ada juga yang mau dengar, tapi kalau setannya yang udah bebal dikasi tau malah marahmarah,dicarutin, dibilang sok-sok lah kau dulu juga kau makek. Kadang ma 1
mereka dikasi aja gratis, kalau dikasi gratis terus barangnya ada di depan mata susah buat nolaknya, mumpung gratis terus kalau udah liat barang tu depan mata susah buat nggak makek lagi, pokoknya susahlah kalau udah liat barang tu depan mata. Lupa semua ma yang motivasi-motivasi buat nggak makek lagi” (W. R. 01). Pengaruh dari teman-teman sesama pemakai dahulu memberikan andil yang cukup besar untuk mantan pengguna narkoba mengkonsumsi narkoba kembali. Menurut mereka mendapatkan teman dan lingkungan baru yang ternyata juga akrab dengan narkoba membuat mereka sulit untuk tidak menggunakan narkoba kembali, “Pas ikut acara mapala itulah, lagi duduk-duduk ditawari rokok ganja, jadi satu rokok itu dihisap ma kami semua, kan duduknya melingkar jadi digilir satu-satu, ya kita nggak enaklah kalau nolak.. satu, dua kali hisap aja sekedar menghargai.. kalau nggak ngisap nanti dibilang nggak kompak terus dipandang sinislah ma mereka” (W. R. 01). Para mantan pecandu narkoba dihadapi dengan tantangan menghadapi godaan maupun tekanan dari teman dan lingkungan sekitar serta tantangan untuk melawan keinginan dari dalam diri sendiri untuk menggunakan narkoba kembali yang dikenal dengan istilah sugesti. Sugesti adalah ketergantungan mental, berupa munculnya keinginan untuk kembali menggunakan narkoba (Partodiharjo, 2006). Sugesti tidak akan hilang meskipun tubuh sudah kembali berfungsi secara normal. Sugesti digambarkan sebagai suara-suara yang menggema di dalam kepala seorang pecandu yang menyuruhnya untuk menggunakan narkoba. Sugesti seringkali menyebabkan terjadinya ”perang” dalam diri seorang pecandu, karena di satu sisi ada bagian dirinya yang sangat ingin menggunakan narkoba, sementara ada bagian lain dalam dirinya yang mencegahnya. Peperangan ini sangat melelahkan karena seorang pecandu harus berperang melawan dirinya sendiri, dan pada umumnya seruan untuk menggunakan narkoba inilah yang menang. Para pecandu tidak lagi menggunakan akal sehat karena sudah terobsesi dengan narkoba dan nikmatnya efek dari menggunakan narkoba.
Sugesti tidak dapat dihilangkan dan tidak dapat disembuhkan, karena inilah yang membedakan seorang pecandu dengan orang-orang yang bukan pecandu. Orangorang yang bukan pecandu akan dapat menghentikan penggunaannya kapan saja, tanpa ada sugesti tetapi para pecandu akan tetap memiliki sugesti bahkan saat hidupnya sudah bisa dikatakan normal kembali. Sugesti memang tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dirubah dengan mengubah cara para pecandu bereaksi atau merespon terhadap sugesti itu dan tetap bertahan menjaga kontrol diri dari godaan dan atau tekanan baik dari teman maupun lingkungan sekitarnya. Para mantan pecandu narkoba harus mampu dan berhasil mengalahkan sugesti yang muncul dari dalam dirinya agar benar-benar terbebas dari bayang-bayang narkoba, seperti dijelaskan oleh Andi (bukan nama sebenarnya): ”Kalau mereka (teman Andi) lagi “makek”, biasanya mereka cari kamar yang kosong di kos, pas pintu kamar dibuka kecium bau ganja, tajam baunya, kalau Andi cium bau itu langsung cepat-cepat keluar cari udara segar, itu aja kadang jadi agak seneng abis kecium bau itu, jadi kayak makek juga rasanya. Makanya cepet-cepet keluar kalau cium bau itu, kalau cium lama-lama jadi pengen makek lagi” (W. A. 01). Usaha yang keras dan kesungguhan dari mantan pecandu narkoba diperlukan agar tidak jatuh dan kembali menggunakan narkoba lagi, seperti dituturkan oleh Andi: ”Mereka bilang untuk apa pakek kayak gitu, kita harapan orangtua.. kayak mana kalau mereka tau.. kesian dengan orang-orang yang sayang dengan kita.. kalau kita makek kita tak bisa bahagiakan mereka. Dari situ Andi kalau sebelum tidurkan menghayal, itulah teringat-ingat apa yang dibilang kawan tu dan Andi sering mimpi mama kadang-kadang, pas bangun tidur waktu itu Andi berpikir mama pasti sedih tau Andi “makek” dan dulu-dulu kata orangkan kalau orang meninggal itu bisa datang dan liat keluarganya, dari itu Andi coba angsur-angsur jauhi kawan-kawan yang sama-sama pemakek, Andi niat nggak mau pakek lagi. Kalau kita udah niat dari ati Sher, nggak akan mau makek lagi” (W. A. 01). Para mantan pecandu narkoba memiliki keinginan serta harapan untuk benarbenar bebas dari belenggu narkoba seutuhnya dan tidak akan pernah jatuh dikesalahan yang sama. Faktor pendukung utama yang dianggap dan dirasakan oleh mantan
pecandu narkoba dapat memotivasi mereka untuk lepas dari belenggu narkoba dan membantu dalam menghindari kecanduan kembali adalah dukungan keluarga terutama orangtua, dan faktor pendukung kedua adalah teman dan lingkungan sekitar. Seperti dijelaskan oleh Rafi (bukan nama sebenarnya): “Setelah 3 hari nyari sekolah nggak ada yang mau nerima juga, mama nangis, waktu liat mama nangis itu Rafi mulai nyadarnya, mulai niat nggak mau makek lagi. Perhatian dari keluargalah yang penting tapi juga jangan terlalu dikekang” (W. R. 01) Selain keluarga dukungan dari teman, terutama teman dekat dapat berguna seperti dijelaskan oleh Rafi: ”Kemaren juga yang ikut ngedukung kuat biar nggak makek lagi cewek Rafi, pernah pas lagi jalan-jalan Rafi sakaw, dari situ cewek Rafi tau kalau makek, waktu itu udah nggak tahan lagi Rafi minta kawan beli ke bandar tapi cewek Rafi sengaja nyuruh temen-temen nggak pergi ke bandar, Rafi dibawa putarputar, udah nggak tahan lagi waktu itu, marah-marah jadinya, Rafi pasrah udah tau pasti nggak dibawa ke bandar, Sampai rumah masuk kamar, pakek tiga selimut tebal samapai besok, pintu dikunci, mama ketok-ketok diam aja di dalam kamar. Besok bangun baju basah semua. Dari situ cewek Rafi nasehatnasehat jangan pakek lagi, ya Rafi dengerin. Sama nasehat-nasehat dari tementemen yang ngedukunglah.” (W. R. 01) Narkoba atau NAZA itu sendiri adalah suatu bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat atau otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis atau jiwa dan fungsi sosial, karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika. Beberapa kasus mantan pecandu narkoba kembali mengkonsumsi narkoba lagi. Wahyu menggunakan narkoba ketika duduk di kelas dua SMU. Setelah selesai sekolah ia melanjutkan kuliah di sebuah institut di Malang dengan niat ingin lepas dari narkoba. Selama semester pertama ia berhasil tidak menggunakan narkoba tapi setelah semester berikutnya ia kembali bertemu dengan pergaulan narkoba dan
mengakui lebih banyak dan mudah mendapatkan narkoba selama di Malang dan akhirnya ia menggunakan narkoba lagi. Jumlah pemakaiannya semakin meningkat dan membutuhkan biaya yang besar. Lalu ia kembali ke Bali dengan tekad ingin tobat tetapi tidak bertahan lama ia kembali menggunakan narkoba. Ia terlibat kasus hukum dan akhirnya di penjara dan selama di penjara ia tetap menggunakan narkoba. Sampai akhirnya setelah ia keluar dari penjara dan bekerja di rental VCD ia baru sadar bahwa mencari uang dengan halal itu susah, kemudian ia bergabung dengan yakeba dan akhirnya ia benar-benar bertekad
untuk
tidak
menggunakan
(http://www.balebengong.net/topik/budaya/2007/08/05/jalan
narkoba
kembali
panjang-melepas-
kecanduan.html). Daya Rumpini seorang ibu dengan satu anak bertekad untuk lepas dari narkoba. Awal pertama ia menggunakan narkoba karena mengikuti pacar dan takut ditinggal oleh pacar. Sampai akhirnya ia terus menggunakan narkoba dan beberapa kali berusaha untuk lepas dari narkoba namun gagal, butuh waktu yang lama untuk benar-benar lepas dari narkoba. Begitu juga dengan Gale, saat SMP ia sudah merokok, SMU mulai minum minuman keras dan sampai akhirnya menggunakan narkoba. Beberapa kali berusaha bebas dari narkoba tetapi selalu gagal sampai ia harus beberapa kali terjerat kasus hukum. Tahun 1999 baru ia benar-benar terbebas dari narkoba. Pada tahun 2002 ia menjadi pegawai lapangan Yayasan Hatihati, dan ia mengatakan saat ia mendengar ”house music” ada sugesti untuk menggunakan ekstasi, begitu juga saat mendengar raggae ada sugesti untuk menggunakan ganja. Ia juga pernah merasakan sugesti untuk menggunakan putaw saat melihat beberapa klien dampingannya akan pesta putaw, namun ia berhasil mengalahkan sugesti dan tidak menggunakan
narkoba
kembali
(http://www.balebengong.net/topik/budaya/2007/08/05/jalan-panjang-melepaskecanduan.html). Roy Marten seorang aktor senior di dunia perfilman Indonesia untuk kedua kalinya mendekap dalam penjara akibat terlibat kasus narkoba, selang waktu antara penangkapan pertama dengan penangkapan kedua yaitu hanya berselang dalam waktu setahun. Saat ia bebas pada kasus pertamanya, dalam berbagai kesempatan Roy Martin selalu tampil sebagai juru kampanye anti narkoba, sampai akhirnya ia tertangkap untuk kedua kalinya yaitu beberapa hari setelah ia menghadiri acara penandatanganan kerja sama penanggulangan pengguna narkoba antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Jawa Pos di ruang Semanggi Gedung Graha Pena Surabaya. Roy Marten, berdasarkan penuturan sahabatnya yaitu Alexander Asmasoebrata dalam berbagai media mengatakan, bahwa Roy Marten telah sepuluh tahun menggunakan shabu dan hingga ia bebas pada tahanan yang pertama belum pernah diobati dan setelah bebas pada Oktober 2006, Roy menjalani pengobatan hingga ia tertangkap kembali pada 13 November 2007 (Puspitasari, 2007). Penyembuhan ketergantungan terhadap narkoba tidaklah hanya dalam waktu singkat, perlu waktu yang cukup lama untuk menghilangkan ketergantungan terhadap zat berbahaya ini. Bila sudah menjadi pengguna narkoba sulit untuk berhenti, perlu niat dan pengawasan. Godaan bagi pecandu biasanya sangat kuat, apalagi saat bertemu dengan teman-temanya yang pernah sama-sama menggunakan narkoba. Biasanya keinginan untuk mencoba kembali sangatlah kuat. Begitupun apa yang terjadi dengan Roy Marten. Sepuluh tahun menjadi pecandu shabu-shabu, baginya tidaklah mudah diberhentikan begitu saja, tidak cukup hanya dengan kurun waktu kurang dari setahun (Puspitasari, 2007).
Selain menghadapi sugesti, seorang mantan pecandu narkoba juga menanggung efek jangka panjang dari penggunaan narkoba sebelumnya yaitu mengalami kerusakan pada organ tubuh dan otak. Hal ini selayaknya terjadi karena narkoba merusak fisik maupun psikis para pengguna narkoba dan tetap meninggalkan efek buruk meskipun telah berstatus mantan pecandu narkoba. Seperti dijelaskan oleh Andi: ”Andi ke klinik dekat kampus ma teman, tensi Andi 160/100 kata dokter.. dokter itu nanya ma Andi: tadi kamu lari ke sini? Andi bilang tidak pak.. dokter itu bilang : kamu masih muda tapi tensinya udah tinggi, kamu merokok? Iya Andi jawab. Dokter itu bilang kalau Andi kena hipertensi, disuruh dokter berhenti merokok, nggak boleh makan yang lemak-lemak, garam. Padahal Andi jarang makan yang lemak-lemak. Pertama Andi ikutin kata dokter cuma malah makin sakit rasanya. Andi biarin aja lagi mau makan ya makan aja dari pada ditahan makin sakit rasanya, soal mati ditangan tuhan kan.. jadi biasa aja nggak ada pantangan.” (W. A. 01)
Defisiensi fungsi otak juga dirasakan, seperti yang dijelaskan oleh Andi: ”Andi jadi pelupa, kalau jumpa orang atau teman SMU dulu suka nggak ingat.. kadang orang tu udah cerita-cerita tapi Andi masih mikir siapalah orang ni.. bener-bener sama sekali nggak ingat.. cuma kadang terasa kayak pernah kenal.” (W. A. 01) Selain perubahan fisik dan defisiensi fungsi otak, perubahan psikis juga dirasakan oleh mantan pecandu narkoba, seperti yang dijelaskan oleh Andi: ”Andi jadi lebih tertutup aja rasanya.. meskipun dari dulu pendiam sekarang jadi tambah tertutup aja.. kalau apa-apa ya sendiri aja.. lambat akrab dengan orang.” (W. A. 01) Efek-efek dari penggunaan narkoba tersebut disadari oleh mantan pecandu narkoba, baik efek fisik maupun psikis disikapi oleh mantan pecandu narkoba dengan sikap penerimaan dan untuk langkah ke depan mengenai pengobatan bila dilihat dari sisi mantan pecandu sendiri kurang adanya keinginan untuk ditindak lanjuti secara medis lebih lanjut, disinilah diperlukan peran keluarga, serta teman untuk memotivasi
mantan pengguna narkoba menjadi lebih terbuka dan mau untuk ditangani secara medis berkenaan dengan sakit fisik yang diderita. Penyembuhan secara total bagi pemakai narkoba bukan hal yang mudah, oleh karena itu keberadaan mantan pecandu narkoba yang telah sembuh dan bersih dari narkoba tidak dapat begitu saja diabaikan, karena mereka memiliki potensi yang besar untuk dapat kembali ke dunia kecanduan terhadap narkoba. Bagi mereka, pemulihan (recovery) itu berlangsung selamanya. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Rasa Berharga dan Pelajaran Hidup Mencegah Kekambuhan Kembali Pada PecanduNarkoba”.
1. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ”Bagaimanakah rasa berharga dan pelajaran hidup dapat mencegah kekambuhan kembali pada pecandu narkoba?”. Untuk memperkaya (memperdalam) pertanyaan dapat dibagi menjadi beberapa sub pertanyaan untuk memudahkan dalam proses penelitian, antara lain: a. Apa saja yang menyebabkan seorang pecandu narkoba berhenti mengkonsumsi narkoba? b. Bagaimanakah rasa berharga dan pelajaran hidup dapat mencegah kekambuhan pada pecandu narkoba?
1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari dan mengkaji secara ilmiah apa saja yang menyebabkan seorang pengguna narkoba berhenti mengkonsumsi narkoba
dan bagaimana rasa berharga dan pelajaran hidup dapat mencegah kekambuhan kembali pada pecandu narkoba. Untuk mencapai maksud tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menjelaskan apa saja yang menyebabkan seorang pengguna narkoba ingin berhenti mengkonsumsi narkoba dan bagaimana rasa berharga dan pelajaran hidup dapat mencegah kekambuhan kembali pada pecandu narkoba.
1. 4. Kegunaaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Kegunaan Teoritis Dapat memberikan sumbangan yang berharga untuk keperluan pengembangan Psikologi Klinis dan Sosial khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya, serta dapat memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan permasalahan perilaku kecanduan terhadap narkoba. 2. Kegunaan Praktis Bagi masyarakat, untuk menjelaskan secara empiris tentang rasa berharga dan pelajaran hidup membawa pecandu sembuh dari kecanduan narkoba.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Narkoba dan Zat Adiktif Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan atau zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral atau diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Naza (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) adalah zat yang bersifat adiktif (addiction) dan penyalahgunaannya (abuse) dapat menimbulkan ketergantungan (dependence) (Hawari, 2004). Narkoba dibagi dalam tiga jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis terbagi lagi dalam beberapa kelompok, yaitu (Darmono, 2005): 1. Narkotika Kata narkotika berasal dari bahasa yunani narkotikos yang artinya dalam bahasa medis adalah lethargy, yaitu seseorang yang berada dalam keadaan lesu, lemah, letih dan kelelahan. Secara umun pengertian narkotika adalah suatu zat yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan perasaan, penalaran dan pengamatan; karena zat tersebut berpengaruh terhadap system saraf pusat. Menurut Undang-Undang RI No. 22 tahun 1997, jenis narkotika dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Golongan I 10 Narkotika golongan I hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan saja (IPTEK), tidak dapat didunakan untuk terapi. Golongan
ini mempunyai potensi sangat tinggi akan terjadinya efek ketergantungan obat atau adiksi (ketagihan). Contoh narkotik golongan I ini adalah: tanaman Papaver somniferum L. (opioit) serta produk yang dihasilkan, tanaman Erytroxylum coca (kokain) serta produk yang dihasilkan. Tanaman cannabis sativa (ganja) serta produk yang dihasilkan. b. Golongan II Narkotika golongan II berkhasiat untuk pengobatan, tetapi digunakan sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan tersebut. Narkotika golongan ini juga digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan; contohny: morfin, petidin, metadon, opium, dihidromorfin dan ekogin. c. Golongan III Narkotika golongan III adalah jenis narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan,
dan
banyak
digunakan
untuk
terapi,
juga
untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Obat ini hanya berpotensi ringan untuk mengakibatkan ketergantungan. Misalnya: kodein, etil-morfin, asetil dihidrokodein, dekstropropoksifen, dihidrokodein, dan norkodein. 2. Psikotropika Psikotropika termasuk golongan obat keras tertentu, dalam Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 mengenai definisi obat psikotropika ialah: zat atau obat alamiah atau sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif, dapat menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku serta menimbulkan ketergantungan psikis dan fisik bila tanpa pengawasan. Sedangkan menurut pengertian medis, psikotropika adalah obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif pada system
saraf pusat dan mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau tingkah laku (kejiwaan/ mental). Menurut undang-undang tersebut psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu: a. Golongan I Obat psikotropika yang tidak atau belum mempunyai khasiat peengobatan yang jelas atau apabila disalahgunakan sangat merugikan perorangan atau tata kehidupan masyarakat. Sehingga diperlukan pengawasan yang sangat ketat peredarannya. Golongan ini hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat untuk mengakibatkan ketergantungan. Contoh: 3,4-methylen dioxi methyl amphetamine (MDMA), eksttasi, Lysergic Acid Diethylamid (LSD), psilosibin. b. Golongan II Psikotropika yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas, dan apabila dislahgunakan sangat merugikan kesehatan perorangan, atau tata kehidupan masyarakat, karena itu diperlukan pengawasan ketat terhadap peredarannya. Golongan ini selain berkhasiat untuk pengobatan juga dapat digunakan untuk terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat untuk menyebabkan ketergantungan. Contoh: amphetamine, metamphetamin yang terkenal dengan nama shabu-shabu, deksampetamin, fenetilin, PCP (pensiklidin). c. Golongan III Psikotropika yang mempunyai khasiat pengobatan jelas dan bila disalahgunakan merugikan kesehatan perorangan dan atau tatanan
kehidupan bermasyarakat sehingga masih memerlukan pengawasan peredarannya. Golongan ini dapat digunakan untuk terapi dan tujuan pengembangan
ilmu
pengetahuan
serta
berpotensi
sedang
untuk
menimbulkan ketagihan atau ketergantungan. Contoh: Amobarbital, butabarbital, flunitazepan, glutemide, pentobarbital, siklobarbital, dan katina. d. Golongan IV Golongan psikotopika ini mempunyai khasiat pengobatan yang jelas, dan apabila disalahgunakan dapat merugikan kesehatan pengguna dan mengganggu tata kehidupan masyarakat sekitarnya, sehingga diperlukan pengawasan yang memadai. Golongan ini juga dapat digunakan dalam pengobatan dan juga untuk keperluan ilmu pengetahuan, serta berpotensi ringan untuk menyebabkan ketergantungan. Contoh: Alpazolam, barbital, bromazepan, diazepam, dan lain-lain. Zat adiktif adalah bahan makanan atau yang apabila dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan ketagihan. Zat Adiktif merupakan zat atau bahan kimia yang bisa membanjiri sel saraf di otak khususnya "Reward Circuit"atau jalur kesenangan dengan dopamine, yaitu zat kimia yang mengatur sifat senang, perhatian, kesadaran dan fungsi lainnya (Hawari, 2004). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan atau zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral atau diminum, dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. 2.2 Pengertian Kecanduan
Kecanduan (addiction) didefinisikan sebagai perilaku yang tak terkontrol, yang membuat orang tak peduli dengan akibat (buruk). Secara umum, istilah kecanduan itu digunakan untuk menyebut perilaku yang merupakan akibat dari keinginan yang sudah tak terkontrol (Hawari, 2004). Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat yang berlebihan secara terus menerus atau berkala di luar maksud medik atau pengobatan. Penyalahgunaan Narkoba adalah penyakit endemic dalam masyarakat modern, merupakan penyakit kronik yang berulang kali kambuh serta merupakan ganguan mental dan perilaku (mental and behavior disorders) (Hawari, 2004). Zat atau bahan yang dapat menimbulkan adiksi dan dependensi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Hawari, 2004): 1. Keinginan yang tak tertahankan (an overpowering desire) terhadap zat atau bahan yang dimaksud, dan kalau perlu dengan jalan atau resiko apapun orang berupayanuntuk memperolehnya. Keinginan yang tak tertahankan ini (craving) dalam bahasa awam dikenal dengan istilah ”sugesti”. 2. Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis) zat atau bahan tersebut sesuai dengan toleransi tubuh. Atau dengan kata lain pemakaian zat atau bahan itu akan semakin banyak dan semakin sering sampai pada suatu saat mencapai dosis keracunan (intoksikasi) atau kematian akibat kelebihan dosis (OD: Over Dose). 3. Ketergantungan psikis (psychological dependence), yaitu apabila pemakaian zat atau bahan tadi dihentikan yang bersangkutan akan mengalami stres, kecemasan, kegelisahan, depresi dan lain-lain gejala psikis. 4. Ketergantungan fisik (physical dependence), yaitu apabila pemakaian zat atau bahan tadi dihentikan yang bersangkutan akan mengalami gejala-gejala fisik
yang dinamakan gejala putus zat (withdrawal symptoms). Misalnya pada ketergantungan zat heroin (”putaw”) maka bila pemakaian zat ini dihentikan yang bersangkutan akan mengalami gejala putus zat atau dikenal dengan istilah awam ”sakaw”, yaitu: a. air mata berlebihan (lakrimasi) b. cairan hidung berlebihan (rhinorea) c. pupil mata melebar (dilatasi pupil) d. keringat berlebihan e. mual, muntah dan diare f. bulu rambut/kuduk berdiri/bergidik (piloereksi) g. mulut menguap (yawning) h. tekanan darah naik i. jantung berdebar-debar j. demam k. sukar tidur (insomnia) l. nyeri otot (kejang) dan nyeri tulang-belulang m. nyeri kepala n. nyeri/ngilu sendi-sendi o. mudah marah, emosional dan agresif Pengguna narkoba terdiri dari empat tahap, yaitu: pemakai coba-coba, pemakai pemula, pemakai berkala, dan pemakai setia atau tetap (Partodiharjo, 2006). Penjelasan dari keempat tahapan diatas adalah sebagai berikut: 1. Tahap coba-coba (experimentation). Mulanya pemakai hanya mencoba, mainmain atau iseng.
2. Tahap pemula. Setelah tahap eksperimen atau coba-coba, lalu meningkat menjadi terbiasa. Seseorang menggunakan narkoba secara insidentil. Ia memakai narkoba karena sudah merasakan kenikmatannya. Pada saat-saat yang dianggapnya perlu, misalnya saat pergi ke pesta, pemakaian menjadi lebih sering. 3. Tahap berkala. Setelah beberapa kali memakai lagi, selain merasa nikmat, ia juga mulai merasakan sakaw kalau terlambat atau berhenti mengonsumsi narkoba. Pengguna mulai memakai narkoba secara rutin. Pemakaian sudah menjadi lebih sering dan teratur, misalnya setiap malam minggu, sebelum pesta, atau sebelum belajar agar tidak mengantuk. 4. Tahap tetap (madat). Setelah menjadi pemakai narkoba secara berkala, pemakai narkoba akan dituntut oleh tubuhnya sendiri untuk semakin sering memakai narkoba dengan dosis yang semakin tinggi pula. Bila tidak, pengguna akan mengalami penderitaan (sakaw). Pada tahap ini, pemakai tidak dapat lagi lepas dari narkoba sama sekali. Ia haarus selalu memakai narkoba. Tanpa narkoba, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Hidupnya 100% tergantung pada narkoba. Ia disebut pemakai setia, pecandu, pemadat, atau junkies. Penyalahgunaan narkoba menurut DSM-IV (the Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, 1994) adalah pola maladaptif dari penggunaan narkoba yang menyebabkan timbulnya gangguan klinis dan ditunjukkan lewat satu atau lebih kriteria berikut yang berlangsung dalam periode 12 bulan, yaitu: 1. Penggunaan narkoba secara berulang yang mengakibatkan kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab dalam pekerjaan, sekolah dan rumah tangga. 2. Penggunaan
narkoba
membahayakan fisik.
secara
berulang
dalam
situasi-situasi
yang
3. Terlibat dalam masalah hukum berkaitan dengan penggunaan narkoba. 4. Melanjutkan penggunaan narkoba meskipun memiliki masalah sosial dan antar-individu yang diakibatkan oleh efek dari penggunaan narkoba. Seseorang yang menyalahgunakan narkoba dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu (Hawari, 2009): 1. Ketergantungan primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan atau depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil. 2. Ketergantungan simtomatis, yaitu penyalahgunaan narkoba sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian psikopatik (anti sosial), kriminal, dan pemakaian narkoba hanya untuk kesenangan semata. 3. Ketergantungan reaktif, yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer group pressure). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan kecanduan adalah perilaku yang tidak terkontrol, membuat orang tidak peduli dengan akibat (buruk) yang merupakan akibat dari pemakaian zat yang berlebihan secara terus menerus di luar maksud medis atau pengobatan.
2.3 Jenis-Jenis Narkoba Narkoba yang masuk ke dalam tubuh memiliki efek yang berbeda-beda karena masing-masing jenisnya mempunyai sasaran utama pada saraf tertentu, sehingga berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga yaitu (Darmono, 2005):
1. Depresan. Depresan menekan sistem sistem saraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw. 2. Stimulan. Stimulan merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi. 3. Halusinogen. Efek utama halusinogen adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD dan yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja. Narkoba yang termasuk dalam golongan legal ini ialah narkoba yang diperjual belikan secara sah dimata hukum dan banyak beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut (Partodiharjo, 2006): 1. Caffeine, contohnya: kopi, teh, soda, minuman untuk olahraga, dan kopi yang memiliki kira-kira 2 kali lebih banyak kafein diantara lainnya, jika dikosumsi secara berlebihan akan menyebabkan kesulitan tidur, peningkatan denyut jantung, sakit kepala , gelisah dan mual. 2.
Nikotin, contohnya: rokok, cerutu, potongan nikotin, kopi dan nikotin merupakan stimulant, yang meningkatkan dopamine dan adrenaline. Adrenalin berlebih akan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengarah ke tingginya gula darah.
3. Alkohol, contohnya: wine ( anggur), bir ( beer), liquor, adalah jenis yang termasuk depressant yang mempengaruhi sistem saraf yang mengarah pada relaksasi, kantuk, koma, dan kematian. 4. Inhalants, contohnya: erosol, solvents ( bahan untuk pembersih), gas nitrat, produk ini mulai dari cat thinner, hair spray ke tangki propane, inhalasi yang tinggi sama dengan alcohol, bahkan 1 kali penggunaan inhalasi dapat membunuh atau menyebabkan gagal jantung. Narkoba tidak hanya memberikan efek negatif tetapi narkoba juga dapat memberikan manfaat pada manusia jika digunakan sesuai dengan kegunaannya, yaitu digunakan sebagai obat untuk membantu proses penyembuhan, diantaranya adalah sebagai berikut (Darmono, 2005): 1. Amphetamine, contohnya speed, crystal meth, merupakan tergolong stimulant yang
meningkatkan
kewaspadaan
dan
konsentrasi,
tujuannya
untuk
pengobatan, namun banyak oknum yang menyalahgunakan dalam dosis berlebih untuk pecandu. 2. Sedative-hypnotic, atau obat-obat hipotik, contohnya benzodiazepines xanax, valium, barbiturates, seconol, phenobarbital. Benzodiazepines juga tergolong Depressants karena dapat menurunkan aktivitas otak. Ini merupakan resep obat untuk insomnia, gelisah, dan serangan gejala bipolar dan depresi. Bahkan sebagian keci dari obat tidur, digunakan untuk obat mati rasa, bisa menyebabkan koma, gejala pernapasan atau kematian. 3. Opioids, contohnya: heroin, morfin, oxycodone, kodein dan obat bius lainnya, bahan campuran obat ini untuk penghilang rasa sakit, dan berbahaya bila disalahgunakan, karena akan menyebabkan kecanduan dan rusaknya otak dan tubuh kita.
Narkoba yang tergolong ilegal adalah narkoba yang diperjual belikan secara ilegal dengan kata lain melanggar hukum, karena narkoba tersebut disalah gunakan pemakaiannya, jenis narkoba yang populer sering disalahgunakan ialah sebagai berikut (Partodiharjo, 2006): 1. Cannabis, contohnya: mariyuana, ganja. Pengaruhnya dapat membuat si pemakai releks dan jika penggunaan lebih maka akan menimbulan perasaan bahagia jasmani dan rohani, dan halusinasi, pengunaan jangka panjang dapat membuat kecanduan dan merusak saraf. 2. Cocain, contohnya: kokain, crack-cocain, membuat si pemakai merasa bahagia jasmani, rohani, meningkatkan kinerja tubuh, sebelum menuju gejolak depresi dan paranoia, penggunaan bisa dengan dihisap, dihirup, dibakar dan disuntik. Zat ini bisa menyebabkan kerusakan otak, tubuh dan kecanduan. 3. Hallucinogens, contohnya, LSD, ecstasy, zat ini bisa mengubah perasaan, perubahaan waktu, warna, suara dan pikiran mereka sendiri, dan pemakai tetap akan menyebabkan kerusakan pada otak, sistem saraf, dan prilaku emosi yang tidak terkontrol. 4. Phencyclidine ( PCP), contohnya : angel dust, ketamin , zat ini menyebabkan mati rasa, dan penggunaan hanya untuk hewan, pemakai zat ini bisa mengubah sifat seseorang menjadi keras, pemarah, bunuh diri dan kontraksi otot dan retak tulang. Jenis narkoba yang digunakan oleh subyek penelitian ini, baik informan awal dan informan utama adalah jenis narkoba ilegal seperti cannabis, cocain, hallucinogens dan phencyclidne (PCP). Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Karena seseorang yang sudah
terbiasa memakai narkoba tertentu, untuk mendapatkan efek yang sama memerlukan dosis yang semakin lama semakin banyak, proses ini disebut dengan ”toleransi” (Cooke J dkk, 2008). Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organorgan tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1990) membuktikan bahwa penyalahgunaan narkoba menimbulkan dampak antara lain merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan yang haram, perubahan mental dan perilaku menjadi antisosial (psikopat), merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya baik kuantitatif maupun kualitatif, dan akhirnya kematian yang siasia. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. Dampak Fisik menurut Hawari (2004): 1. Gangguan pada system saraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan saraf tepi. 2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah. 3. Gangguan pada kulit (dermatologis) sepert: penanahan (abses), alergi, eksim. 4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru. 5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. 6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron),
serta gangguan fungsi seksual. 7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid). 8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. 9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian. Dampak Psikis menurut Partodiharjo (2006): 1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah 2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga (paranoid) 3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal 4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan 5. Cenderung menyakiti diri, sering merasa sebagai pecundang, tidak berguna, dan sampah masyarakat serta perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri 6. Menjadi orang yang egois dan ekslusif Dampak Sosial menurut Partodiharjo (2006): 1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Keharmonisan rumah tangga menjadi terganggu, karena munculnya rasa malu pada diri ayah, ibu, dan saudara-saudaranya kepada tetangga dan masyarakat. 3. Pendidikan menjadi terganggu, salah satu penyebab masa depan suram. Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (sugesti). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll. Dampak dari penggunaan narkoba secara terus-menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan dapat mengakibatkan ketergantungan. Dampak yang dirasakan seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang digunakan, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Dampak dari penggunaan narkoba secara umum dapat terlihat dari penyakit fisik yang diderita oleh pecandu, perubahan psikis serta terganggunya interaksi pecandu dengan lingkungan sosialnya.
2.4 Faktor Resiko dari Penyalahgunaan Narkoba 2.4.1 Faktor-Faktor Penyalahgunaan Narkoba Faktor-faktor yang berperan pada penyalahgunaan NARKOBA adalah sebagai berikut (Hawari, 2004): 1. Faktor gangguan kejiwaan yaitu keperibadian antisosial, kecemasan dan
depresi. 2. Kondisi keluarga yang tidak harmonis, yaitu keutuhan keluarga, kesibukkan orangtua dan anak. 3. Pengaruh atau tekanan teman kelompok sebaya (peer group pressure). 4. Tersedianya dan mudahnya berbagai jenis zat NAZA diperoleh baik di pasaran resmi maupun gelap (easy availability). 2.4.2 Faktor-Faktor Penyalahgunaan Narkoba (Pendekatan Psikososial) Pendekatan psikososial memandang bahwa dalam kehidupan sehari-harinya anak atau remaja hidup dalam tiga lingkungan sosial, yaitu lingkungan sosial di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Interaksi dari ketiga lingkungan sosial ini dapat mempengaruhi seorang anak atau remaja berpotensi atau rawan untuk terlibat penyalahgunaan narkoba. Bila salah satu lingkungan sosial tidak kondusif, artinya tidak mendukung ke arah yang positif , maka anak atau remaja mempunyai peluang lebih besar terlibat penyalahgunaan narkoba bila dibandingkan dengan apabila ketiga lingkungan sosial tadi kondusif (Hawari, 2004). Bagaimana peranan ketiga lingkungan sosial tersebut dalam perkembangan anak dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Lingkungan Sosial di Rumah Suasana kehidupan rumah tangga yang tidak kondusif bagi perkembangan jiwa anak dan remaja dapat merupakan faktor bagi keterlibatan anak pada penyalahgunaan narkoba (Hawari, 1990). Suasana rumah tangga yang tidak kondusif tersebut antara lain: a. Hubungan ayah dan ibu yang tidak harmonis.
b. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua, yaitu ayah dan ibu berbeda pandangan dalam mendidik anak (saling bertolak belakang). c. Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak, atau dengan kata lain kurang perhatian orangtu terhadap anak. d. Sikap orangtua yang otoriter (kasar dan keras) terhadap anak. e. Proteksi dan atau kemanjaan yang berlebihan dari orangtua terhadap anak. f. Orangtua jarang di rumah, tiada waktu dan komunikasi antara orangtua dan anak. g. Sikap atau kontrol orangtua terhadap anak yang tidak konsisten (berubah-ubah). h. Kedua orangtua berpisah (separate), bercerai (divorce). i. Orangtua tunggal (single parent) dan lain sebagainya. Sementara itu peneliti Rutter 1980 (Hawari, 2004) mengemukakan anak atau remaja yang hidup dalam kondisi keluarga yang berikut ini, mempunyai resiko untuk berprilaku menyimpang antara lain penyalahgunaan narkoba, yaitu: a.
Kematian orangtua (broken home by death): kematian ibu resiko pada anak laki-laki dan perempuan 17%; kematian ayah resiko pada anak laki-laki 35%, pada anak perempuan 14%. Kedua orangtua bercerai atau pisah (broken home by divorce/ separation): resiko pada anak laki-laki 50% dan pada anak perempuan 20%.
b. Hubungan kedua orangtua (ayah dan ibu) tidak harmonis (poor marriage): resiko pada anak laki-laki 40% dan anak perempuan 15%.
c. Hubungan orangtua dan anak tidak baik atau buruk (poor parent-child relationship): resiko pada anak laki-laki 25% dan pada anak perempuan 10%. d. Suasana rumah tangga yang tegang (high tension): resiko pada anak laki-laki 50% dan pada anak perempuan 20%. e. Suasana rumah tanpa kehangatan (low warmth): resiko pada anak lakilaki 40% dan pada anak perempuan 15%. f. Orangtua sibuk dan jarang di rumah (parents absence): bila ayah jarang di rumah resiko pada anak laki-laki 35% dan pada anak perempuan 15%, bila ibu jarang di rumah resiko pada anak laki-laki 24% dan pada anak perempuan 22%. g. Orangtua mempunyai kelainan kepribadian (personality disorder): resiko pada anak laki-laki 80% dan pada anak perempuan 40%. Suasana rumah tangga sebagaimana pemaparan di atas menyebabkan terganggunya proses imitasi dan identifikasi anak terhadap orangtua, apalagi kalau tiada suri tauladan yang baik dari orangtua kepada anaknya, maka perkembangan kepribadian anak akan terganggu sehingga terbentuk tipe kepribadian yang rawan (vulnerable personality) yang berisiko pada penyalahgunaan narkoba. 2. Lingkungan Sosial di Sekolah Sarana dan prasarana sekolah yang tidak kondusif dapat mengganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan ”peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang antara lain penyalahgunaan narkoba. Selain daripada itu tidak hanya sarana dan prasarana fisik sekolah saja yang berpengaruh, tetapi juga kualitas dan kuantitas guru, kurikulum, terutama kurikulum
agama dan atau pendidikan budi pekerti serta mata ajaran tentang bahaya NARKOBA dan juga HIV/AIDS. Di samping faktor di atas, lokasi sekolah itu sendiri juga penting. Banyak sekolah atau lembaga pendidikan lainnya terletak pada lokasi yang tidak kondusif, misalnya di daerah rawan, padat permukiman, tempat hiburan dan tempat perbelanjaan, sehingga mempengaruhi anak didik dalam proses belajar mengajar. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1990) menemukan kenyataan bahwa 80% ”penularan” NARKOBA oleh temannya sendiri dan awal kejadiannya justru di sekolah. 3. Lingkungan Sosial di Masyarakat Selain kedua lingkungan sosial tersebut di atas (1 dan 2), maka lingkungan sosial di masyarakat jauh lebih penting. Pemerintah, aparat dan tokoh masyarakat hendaknya dapat menciptakan tatanan lingkungan sosial yang kondusif bagi perkembangan anak dan remaja. Hasil pengamatan (Hawari, 2004) didapatkan ternyata peredaran narkoba sudah begitu meluas serta ”terang-terangan” diperjualbelikan. Terjadinya kerawanan ini dikarenakan lemahnya penegakkan hukum. 2.4.3 Mekanisme Penyalahgunaan Narkoba Mekanisme terjadinya penyalahgunaan sampai ketergantungan narkoba adalah merupakan interaksi antara faktor-faktor dibawah ini (Hawari, 2009): 1. Faktor predisposisi, yang merupakan faktor kecenderungan, terdiri dari kepribadian, kecemasan dan depresi. 2. Faktor kontribusi, yang merupakan faktor penyerta terdiri dari kondisi keluarga (keutuhan keluarga, kesibukkan orangtua dan hubungan interpersonal antara anggota keluarga).
3. Faktor pencetus, yang merupakan faktor provokasi, terdiri dari pengaruh teman sebaya dan adanya zat narkoba itu sendiri. Berdasarkan
hasil
penelitian
Hawari
(1990)
alasan
anak
remaja
menyalahgunakan narkoba sampai pada ketergantungan, yaitu diperoleh data sebagai berikut: 1. Kepercayaan bahwa NARKOBA dapat mengatasi semua persoalan (26,7%). 2. Untuk memperoleh kesenangan atau kenikmatan (36,1%). 3. Untuk menghilangkan rasa sakit atau depresi (40,2%). 4. Untuk memperoleh ide, pikiran baru atau ilham (13,3%). 5. Agar dapat diterima oleh teman kelompok sebaya/ peer group (17,3%). 6. Untuk menghilangkan rasa rendah diri dalam pergaulan (34,7%). 7. Rasa ingin tahu dan ikut-ikutan (62,%). 8. Sebagai pernyataan ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap orangtua, sekolah atau keadaan (44,1%). 9. Untuk menghilangkan kecemasan, kegelisahan, kemurungan, ketakutan, kesakitan dan sukar tidur (88,1%). 10. Alasan lain atau iseng dan coba-coba (6,7%).
2.5 Kerangka Berpikir Seorang mantan pengguna narkoba tergugah hatinya untuk berhenti mengkonsumsi narkoba ketika pecandu tersadar bahwa dirinya akan sangat mengecewakan kedua orangtuanya mereka bila mengetahui bahwa dirinya mengkonsumsi narkoba. Sadarnya seorang mantan pengguna narkoba akan hal itu didapati dari hasil proses nasehat oleh teman-teman yang prihatin dan peduli kepada pecandu serta ketika seorang mantan pengguna narkoba melihat langsung ibunya
menangis karena sesuatu kejadian yang dialami oleh dirinya, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Seseorang yang telah menjadi mantan pengguna narkoba bukan berarti bebas seutuhnya dari narkoba, karena akibat dari penggunaan narkoba baik fisik maupun psikis tetap dirasakan oleh mantan pengguna meskipun mereka tidak lagi mengkonsumsi narkoba. Para mantan pengguna narkoba juga harus mampu mengontrol diri untuk tidak mengulangi kesalahan dahulu dengan mengkonsumsi narkoba kembali. Tidak hanya menghadapi diri sendiri tetapi seorang mantan pengguna narkoba juga harus mampu menahan godaan dari teman-teman sesama pemakai narkoba dulunya saat bertemu kembali dan juga menghadapi tekanan dari lingkungan sekitar serta lingkungan yang baru mantan pengguna kenal dan ternyata lingkungan itu akrab dengan narkoba. Seorang mantan pengguna sesekali merasakan tubuhnya sakit yang dirasakan seperti saat mereka sakaw, dalam kondisi kesakitan seperti ini ada keinginan dalam diri seorang mantan pengguna narkoba untuk menggunakan narkoba kembali agar rasa sakit yang dirasakan dapat segera hilang. Berada dalam kondisi seperti ini memerlukan pertahanan diri serta tekad yang kuat dari mantan penggunan narkoba agar tidak kembali menggunakan narkoba. Efek psikis ini masih dirasakan oleh mantan pengguna narkoba karena narkoba menimbulkan ketergantungan yang begitu kuat sehingga mendarah daging pada diri seorang pecandu dan juga seorang mantan pengguna narkoba sekalipun. Narkoba berbeda dengan obat atau zat lainnya, dikatakan demikian karena narkoba memiliki tiga sifat khas yang sangat berbahaya yang dapat membelenggu pemakainya untuk menjadi seorang budak yang setia. Sehingga para pecandu tidak
dapat meninggalkannya, selalu membutuhkannya dan mencintainya lebih dari siapapun. Ketiga sifat khas yang berbahaya itu adalah (Partodiharjo, 2006): Habitual, adalah sifat pada narkoba yang membuat pemakainya akan selalu teringat, terkenang, dan terbayang sehingga cenderung untuk selalu mencari atau rindu (seeking). Sifat ini menyebabkan pemakai narkoba yang sudah sembuh menjadi kambuh (relapse) dan memakai narkoba kembali. Keinginan memakai yang begitu kuat disebabkan oleh kesan kenikmatan (suggest). Adiktif, adalah sifat narkoba yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapat menghentikannya. Penghentian atau pengurangan pemakaian narkoba akan menimbulkan efek putus zat (withdrawal effect), yaitu perasaan sakit luar biasa (sakaw). Toleran, adalah sifat narkoba yang membuat tubuh pemakainya semakin menyatu dengan narkoba dan menyesuaikan diri dengan narkoba itu sehingga menuntut dosis pemakaian yang semakin tinggi. Bila dosis tidak dinaikkan, pemakaian narkoba tidak akan memberikan efek pada penggunanya, tetapi malah membuat pemakainya mengalami sakaw. Untuk memperoleh efek yang sama dengan masa sebelumnya, pemakai harus menaikkan dosisnya. Permasalahan yang dihadapi oleh seorang mantan pengguna narkoba dalam upaya menghindari kecanduan kembali tidaklah mudah, selain tekad yang kuat dari dalam diri mantan pengguna narkoba, meninggalkan teman-teman yang pemakai serta mencari lingkungan baru juga diakui oleh mereka bahwa dukungan keluarga terutama orangtua sangat membantu mereka untuk tidak kembali menggunakan narkoba, begitu juga dengan dukungan dari teman-teman yang positif serta penerimaan dari lingkungan sekitar membantu mereka dalam upaya menghindari kecanduan kembali.
Modal terbesar dan pendorong utama seorang mantan pengguna narkoba dalam upaya menghindari kecanduan kembali adalah tekad atau niat dari dalam diri sendiri untuk benar-benar bersih dan bebas dari belenggu narkoba. Miller. R (1995) menunjukkan bahwa pemberian dukungan self-efficacy pada mantan pecandu dapat memperkuat keyakinan mereka untuk tidak kembali menggunakan narkoba. Selfefficacy dijelaskan oleh Bandura (dalam Miller. R, 1995) adalah keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan perilaku tertentu atau menyelesaikan tugas tertentu. Parker (2009) menunjukkan bahwa keterlibatan anggota keluarga secara penuh memiliki dampak yang positif dan menguntungkan bagi proses penyembuhan mantan pengguna narkoba. Keterlibatan keluarga memberikan manfaat dalam mengeksplorasi mantan pecandu sehingga mereka menjadi lebih terbuka dan dapat membangun komunikasi yang lebih baik, sedangkan penarikkan diri atau penolakan dari anggota keluarga membuka peluang serta resiko yang besar bagi mantan pecandu kembali melakukan penyalahgunaan narkoba. Hasil penelitian Edward. F, Schott, Stickgold, Muzur, Wigren. E, Ward. S, dkk (2005) menunjukkan bahwa seorang pengguna narkoba dengan adanya dukungan dari keluarga, anak-anak, teman atau pasangan seksual akan lebih memungkinkan penguna narkoba untuk mau mengikuti perawatan dan pengobatan. Dibandingkan dengan penguna yang tinggal sendirian meskipun dalam keaadaan yang terkontrol atau dalam siklus kehidupan nonstabil. Penelitian menekankan akan pentingnya hubungan sosial dan emosional. Selain tekad dari dalam diri mantan pengguna narkoba, dukungan keluarga dan teman, dukungan dari lingkungan juga mempunyai peran yang penting dalam mencegah seorang mantan pecandu kembali meggunakan narkoba kembali. Fauziah Ibrahim (2009) menunjukkan bahwa tanpa dukungan, kepemimpinan penerimaan dan
kerjasama yang kuat antar masyarakat, sulit bagi mantan pecandu untuk kembali berfungsi sebagai manusia normal lainnya. Upaya-upaya mantan pengguna narkoba dalam menghindari kecanduan kembali menuntut kesungguhan hati serta usaha yang keras menahan keinginan menggunakan narkoba yang kadang-kadang muncul secara tiba-tiba dari dalam diri seorang mantan pengguna narkoba sampai dengan menghadapi godaan maupun tekanan dari lingkungan sekitar. Hasil eksplorasi data awal dan review dari konsep-konsep teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan sebuah sintesis teoritis yang tidak akan diuji dalam penelitian ini. Rumusan sintesis teoritis tersebut berfungsi untuk memfokuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Tekad Dalam Diri (self efficacy)
Keberhasilan penyembuhan kecanduan narkoba
Dukungan Sosial
Gambar 1. Sintesis Teori Menghindari Kecanduan Narkoba Kembali Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran penelitian maka jelaslah bahwa penelitian ini tidak di arahkan pada upaya pembuktian teori maupun hipotesis tetapi ditujukan untuk menjawab suatu fokus pertanyaan yaitu: Bagaimanakah rasa berharga dan pelajaran hidup dapat mencegah kekambuhan kembali pada pecandu narkoba? Untuk memperkaya (memperdalam) pertanyaan dapat dibagi menjadi beberapa sub pertanyaan untuk memudahkan dalam proses penelitian, antara lain:
a. Apa saja yang menyebabkan seorang pecandu narkoba berhenti mengkonsumsi narkoba? b. Bagaimanakah rasa berharga dan pelajaran hidup dapat mencegah kekambuhan pada pecandu narkoba?
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Jenis dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk memahami dan mengeksplorasi lebih dalam upaya-upaya mantan pecandu narkoba dalam menghindari kecanduan kembali. Untuk penelitian ini memerlukan pendekatan yang bersifat holistic, pendekatan ini mengasumsikan bahwa seluruh fenomena perlu dimengerti sebagai satu sistem yang kompleks dijelaskan oleh Patton (dalam Poerwandari, 1998). Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memahami dan mengeksplorasi lebih dalam upaya-upaya mantan pecandu narkoba dalam menghindari kecanduan kembali, maka digunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis sebagai kerangka berfikir utama. Fenomenologis (Creswell, 1998) yaitu mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini mengguankan pendekatan kualitatif fenomenologis untuk menjelaskan atau mengungkap makna rasa berharga dan pelajaran hidup dapat mencegah kekambuhan kembali pada pecandu narkoba yang terjadi pada beberapa individu. 3.1.2 Rancangan Penelitian Peneliti akan meneliti beberapa individu yang semuanya adalah mantan pecandu narkoba yang berarti telah mengalami aktivitas, interaksi, atau proses dalam suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengumpulan data secara observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) untuk menggambarkan suatu fenomena. Data yang diperoleh secara induktif bukan dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis, tetapi untuk melakukan abstraksi berdasar data yang telah dikumpulkan yang saling berhubungan dan dikelompok-kelompokkan. Jadi jika peneliti berusaha menyusun teori dari bawah ke atas (abstraksi), maka arah penyusunan teori tersebut akan semakin jelas setelah semua data diperoleh dan dianalisis, karena dalam prosesnya memungkinkan terjadi penyesuaian sejalan dengan semakin bertambahnya data yang terkumpul (Creswell, 2002).
3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian Orang-orang yang menjadi sampel penelitian ialah orang-orang yang pernah menjadi pecandu narkoba. Dari hasil wawancara eksplorasi terhadap sepuluh orang pecandu, peneliti melakukan penelusuran terhadap sepuluh orang pecandu sebagai informan awal (tertier) sebelum akhirnya memilih tiga orang informan utama (primer). Peneliti juga melakukan wawancara pada dua orang teman dari pecandu yang menjadi informan tambahan (sekunder) dalam penelitian ini. 3.2.2 Pemilihan Informan Sepuluh orang yang menjadi informan awal dalam penelitian ini peneliti dapatkan dari proses pencarian di lapangan. Tiga orang yang dipilih menjadi informan utama adalah perwakilan dari masing-masing variasi yang ditemukan dalam penelitian ini yang merupakan hasil dari wawancara eksplorasi terhadap sepuluh orang informan utama, kemudian peneliti melakukan pendekatan lebih mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dengan cara melakukan wawancara mendalam
(in depth interview) terhadap informan utama, informan tambahan (sekunder) yang berhubungan langsung dengan informan utama yaitu teman terdekat dari informan utama yang berguna untuk melengkapi data yang diperlukan. Proses penyaringan untuk mendapatkan informan utama yaitu selama dua bulan. Tiga variasi yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu variasi pertama adalah para mantan pengguna narkoba yang benar-benar bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi, variasi kedua adalah para mantan pengguna narkkoba labil yang tidak dapat memastikan secara tegas dikemudian harinya mereka mampu menghindari narkoba, variasi ketiga adalah penggunan narkoba aktif sampai dengan sekarang dan pernah mengalami relapse beberapa kali hingga akhirnya menjadi pengguna narkoba kembali. 3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel Prosedur
pengambilan
sampel
dalam
penelitian
kualitatif
umumnya
menampilkan karakteristik: 1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. 2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. 3. Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah/ peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks (Sarantakos dalam Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah bola salju/ berantai (snowball/ chain sampling). Bola salju/ berantai (Poerwandari, 1998) yaitu pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data Sebagaimana lazimnya penelitian-penelitian kualitatif lainnya, penelitian ini pun menggunakan metode wawancara dan observasi sebagai metode pengumpulan data. Senada dengan pernyataan Marshal dan Rossman (dalam Sevilla, 1993) bahwa dalam penelitian kualitatif metode yang umum digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara dan observasi. Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian ini meliputi data primer dan skunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) menggunakan pedoman wawancara. Sedangkan pengumpulan data skunder akan dilakukan dengan observasi. 3.2.4.1 Wawancara Wawancara kualitatif (Barister dkk, dalam Poerwandari, 1998) dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Wawancara mendalam adalah suatu teknik komunikasi untuk memperoleh informasi mendalam dari partisipan. Data dari In-depth interview ini, terdiri dari kutipan langsung mengenai pengalaman, opini, perasaan dan pengetahuan subjek. Dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara mendalam dan terarah. Peneliti berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan wawancara (interview guide) yang telah disiapkan serta tidak menutup kemungkinan untuk mengenbangkan pertanyaan baru. Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk
karakteristik sosial-budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain) (Mulyana, 2008). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada mantan penggunaan narkoba, untuk mendapatkan data berupa hal-hal apa saja yang menyebabkan seorang mantan pengguna narkoba memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi narkoba dan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan mantan pengguna narkoba dalam menghindari kecanduan kembali. 3.2.4.2 Observasi Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboraturium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister dkk, dalam Poerwandari, 1998 ). Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitasaktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati (Poerwandari, 1998). Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, yaitu mengobservasi
interaksi
antara
subjek
penelitian
dengan
teman-teman
sepermainannya.
3.3 Teknik Analisis Data Bracketing dijelaskan oleh Creswell (dalam Kuswarno, 2009) adalah proses menempatkan fenomena dalam ”keranjang” atau tanda kurung, dan memisahkan halhal yang dapat mengganggu untuk memunculkan kemurnian. Proses bracketing yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mulai dari eksplorasi data awal, pengumpulan data dan analisis data.
Menurut Creswell (1998) metode analisis dan interpretasi data yang paling sering digunakan adalah modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari Moustakas (1994). Prosedur analisis dan interpretasi data menurut Mostakas (1994) meliputi: 1. Memulai dengan deskripsi tentang pengalaman peneliti terhadap phenomenon. 2. Peneliti kemudian mencari pernyataan (dalam interview) mengenai bagaimana individu-individu mengalami topik (phenomenon) tersebut, membuat daftar dari pernyataan-pernyataan tersebut (horizonalization) dan perlakukan tiap pernyataan
dengan
seimbang
(mempunyai
nilai
yang
sama),
dan
mengembangkan daftar dari pernyataan yang tidak berulang (nonrepetitive) atau tidak tumpang tindih (nonoverlapping). 3. Pernyataan kemudian dikelompokkan kedalam unit-unit makna (meaning units), buat daftar dari unit-unit ini, dan menuliskan deskripsi dari tekstur. (deskripsi tekstural) dari pengalaman, yaitu apa yang terjadi, disertai contohcontoh verbatim. 4. Peneliti kemudian merefleksikan berdasarkan deskripsinya sendiri dan menggunakan imaginative variation atau deskripsi struktural, mencari semua makna yang memungkinkan dan perspektif yang divergen, memperkaya kerangka pemahaman dari phenomenon, dan membuat deskripsi dari bagaimana phenomenon dialami. 5. Peneliti kemudian membuat deskripsi keseluruhan dari makna dan esensi dari pengalaman. 6. Dari deskripsi tektural-struktural individu, berdasarkan pengalaman tiap partisipan, peneliti membuat composite textural-structural description dari makna-makna dan esensi pengalaman, mengintegrasikan semua deskripsi
tekstural-struktural individual menjadi deskripsi
yang universal
dari
pengalaman, yang mewakili kelompok (responden) secara keseluruhan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur analisis dan interpretasi data dari Moustakas (1994).
3.4 Penatalaksanaan Penelitian Pada tahap awal peneliti melakukan wawancara eksplorasi terhadap sepuluh orang yang pernah menjadi pecandu narkoba. Dari hasil wawancara eksplorasi tersebut peneliti menemukan tiga variasi pecandu yaitu variasi pertama adalah para mantan pengguna narkoba yang benar-benar bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi, variasi kedua adalah para mantan pengguna narkkoba labil yang tidak dapat memastikan secara tegas dikemudian harinya mereka mampu menghindari narkoba, variasi ketiga adalah penggunan narkoba aktif sampai dengan sekarang dan pernah mengalami relapse beberapa kali hingga akhirnya menjadi pengguna narkoba kembali. Peneliti membutuhkan waktu dua bulan untuk mendapatkan sepuluh orang subjek penelitian yang menjadi informan awal. Sepuluh orang yang menjadi informan awal dalam penelitian ini peneliti dapatkan dari proses pencarian di lapangan dengan cara menanyakan kepada teman-teman serta senior di kampus, teman-teman dan adik kelas peneliti di SMU dan juga teman-teman di lingkungan kos peneliti bila ada mengenali seseorang yang pernah menjadi pecandu untuk diperkenalkan kepada peneliti. Setiap mendapatkan calon informan peneliti langsung menghubungi calon informan dan membuat janji untuk pertemuan wawancara. Peneliti juga meminta bantuan kepada informan untuk memperkenalkan peneliti dengan teman-temannya yang juga pecandu untuk menjadi informan dalam penelitian ini (snowball).
Peneliti mengalami kesulitan untuk mendapatkan subjek penelitian, hal ini sepenuhnya peneliti sadari karena topik yang diangkat dalam penelitian ini merupakan hal pribadi seseorang yang sangat dijaga kerahasiannya serta tidak mudah untuk mengemukakannya kepada orang lain terutama seseorang yang baru dikenalnya. Mendekati subjek penelitian sebagai tantangan yang besar dalam penelitian. Seluruh subjek penelitian dalam penelitian ini adalah laki-laki, yang mana peneliti harus berinteraksi dan menjaga hubungan dengan semua subjek penelitian ini dimulai dari sebelum wawancara hingga sampai saat ini peneliti terus membangun komunikasi dengan para subjek penelitian. Sebagai seorang perempuan terkadang terbesit rasa takut saat mesti menemui subjek penelitian seorang diri tetapi sekali lagi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa ini semua adalah bagian dari kosekuensi dari penelitian yang peneliti lakukan. Hanya beberapa peneliti didampingi peneliti saat turun ke lapangan, selebihnya peneliti turun ke lapangan sendiri. Pengalaman awal peneliti berinteraksi dengan para pecandu merasa takut, yaitu perasaan takut berhadapan dengan para pecandu yang mana semuanya adalah laki-laki, tidak dapat mendekati serta memahami mereka dan stigma-stigma serta opini yang negatif yang melekat pada para pecandu yang beredar di masyarakat luas. Seiring dengan berjalannya waktu peneliti menjadi lebih terbiasa berinteraksi dengan para pecandu yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Sebagian besar pecandu yang menjadi subjek dalam penelitian ini ramah-ramah, cepat mengakrabkan diri serta mau bersikap terbuka kepada peneliti, meskipun ada beberapa subjek penelitian yang sedikit tertutup dan sulit untuk didekati. Hambatan-hambatan yang peneliti rasakan dalam menjalani proses penelitian ini antara lain adalah kesepakatan waktu antara peneliti dan subjek penelitian. Semua
subjek penelitian yang peneliti wawancarai dalam penelitian ini meminta waktu bertemu di siang hari, sore ataupun malam hari, tidak ada satupun subjek dalam penelitian ini yang bersedia diwawancarai di pagi hari. Para subjek penelitian tidak bersedia diwawancarai di pagi hari karena pagi hari adalah waktu mereka untuk tidur setelah beraktivitas penuh di malam hari hingga pagi menjelang. Hambatan lain, ialah penentuan tempat bertemu yang sebisanya peneliti mengatur pertemuan di tempat makan umum serta menghindari pertemuan di tempat yang sepi atau jauh dari keramaian orang. Hal ini peneliti lakukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi saat wawancara berlangsung. Mendapatkan kesediaan para pencandu untuk diwawancarai juga merupakan suatu tantangan dalam menjalani penelitian ini, dimana tidak semua pecandu bersedia untuk diwawancarai ataupun langsung bersedia untuk diwawancarai ketika peneliti hubungi. Peneliti juga melakukan observasi dilingkungan sekitar tempat tinggal subjek penelitian untuk melihat keadaan lingkungan tempat tinggal subjek dan juga untuk melihat interaksi antara subjek penelitian dengan teman-temannya serta lingkungan sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan pengalaman-pengalaman subjek penelitian yang direfleksikan dalam wawancara ke dalam konteks sosial, dimana mereka berinteraksi dan memperoleh pengalaman hidup dari lingkungan sosialnya serta menjadi data tambahan yang dapat memperkuat keabsahan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Subjek Penelitian 4.1.1 Profil AI Awal wawancara AI menanyakan kepada peneliti mengenai penelitian, apakah berbentuk kuesioner ataukah wawancara. Saat wawancara berlangsung AI menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan bahasa dan alur yang mudah dimengerti dan hampir disetiap akhir jawaban AI selalu menyebutkan kata “gitu kan” atau “gitu”, AI terlihat bersikap hati-hati dalam berhadapan dengan peneliti pada pertemuan pertama. Sepanjang wawancara AI memasukkan kedua tangannya di dalam kantong jempernya yang letaknya di perut, wajah AI terlihat tegang. Saat menjawab pertanyaan mata AI menghadap ke depan tetapi tidak menatap ke arah peneliti, pada wawancara pertama AI belum membangun kontak mata yang baik dengan peneliti. Pada pertemuan berikutnya AI membangun kontak mata yang jauh lebih baik dari pertemuan sebelumnya yaitu saat AI mengemukakan jawaban demi jawabannya dengan arah mata yang menatap ke arah peneliti. AI adalah orang yang ramah dan mudah membaur dengan orang lain, diakhir wawancara AI menunjukkan foto-foto dirinya bersama teman-temannya di depan perpustakaan daerah tengah malam. AI juga menawarkan kepada peneliti untuk berbuka puasa di cafenya serta menawarkan peneliti pulang bersama dirinya. Begitu juga pada wawancara pertama AI mengatakan kepada peneliti bila ada hal-hal yang kurang jelas, peneliti dapat menanyakan lagi kepada dirinya. AI adalah pendengar yang baik yaitu AI selalu menyimak setiap perkataan yang peneliti tuturkan sampai dengan selesai baru kemudian mengemukakan jawaban-jawabannya, meskipun
terkadang AI terlihat mengerutkan keningnya tetapi AI tetap mendengarkan peneliti sampai selesai dan setelah itu menanyakan kembali kepada peneliti. Dalam mengemukakan jawabannya AI selalu memberikan penjelasan secara umum dan tidak secara langsung spesifik tentang dirinya dan AI menjelasan jawabannya dengan runut, baik dan jelas. AI merupakan sosok yang mandiri, terlihat dari usaha yang ia rintis sekarang bersama temannya dan hidup terpisah dari orangtuanya semenjak keluar dari rehabilitasi sampai dengan sekarang. AI mengemukakan bahwa kesadaran untuk menjalani rehabilitasi adalah keputusan dari dirinya sendiri, membeli barang dengan harga yang cukup mahal dari hasil usahanya sendiri berdasarkan kebutuhannya saat ini dan bukan untuk gaya, begitu juga dengan keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba merupakan keinginan dari dirinya sendiri. AI mulai berpikir kearah masa depan yaitu AI sekarang lebih selektif dalam menerima teman yang berkunjung ke tempatnya untuk menghindari pengaruh yang buruk dari teman-temannya termasuk narkoba dan adanya keinginan AI untuk segera mendapatkan pendamping hidup. AI menginginkan adanya seseorang yang dapat mengontrolnya, membuat dirinya menjadi lebih baik dan seseorang yang dapat memperkuat tekadnya untuk lepas dari narkoba. AI sering merasa tidak enak bila harus menolak ajakan seseorang sehingga AI sering menerima ajakan tersebut meskipun sebenarnya dirinya tidak menginginkan hal tersebut, seperti saat ditawari untuk minum alkohol oleh temannya AI menerimanya walaupun ia hanya meminum alkohol tersebut sedikit dan terkadang AI hanya berpura-pura meminumnya. Selama perkenalan peneliti dengan AI, AI menerima kehadiran peneliti dengan baik dan terbuka. Saat peneliti menghubungi AI kembali untuk menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan wawancara sebelumnya AI memberikan kesempatan dan respon yang baik kepada peneliti. Pada penelitian ini AI termasuk dalam golongan pecandu labil yang tidak dapat memastikan dikemudian hari apakah dirinya mampu menghindari narkoba. 4.1.2 Profil AF Pertemuan peneliti dengan AF pertama kali terjadi disebuah café yang terletak tepat di halaman warung internet QZ. Sehari-harinya AF tinggal dan sering menghabiskan waktunya di warung internet QZ dengan mencari hal-hal baru mengenai software, hardware dan menghecker chip pada suatu permainan game yang kemudian dijual oleh AF dan menjadi sumber pendapatannya. Saat ditemui pada wawancara AF mengenakan jemper (sejenis jaket) berwarna biru dongker dengan bawahan celana panjang bermodel pensil serta bermotif kotak-kotak hitam dan ungu. Pada pertemuan berikutnya AF mengenakan gaya pakaian yang sama seperti wawancara sebelumnya. Gaya berpakaian AF terlihat stylish seperti gaya pakaian anak muda kebanyakkan sekarang. Sepanjang wawancara AF dalam menjawab pertanyaan demi pertanyaan mata AF menatap ke depan tetapi tidak memandang ke arah peneliti, dan juga disepanjang wawancara berlangsung sampai dengan berakhir kedua tangan AF dimasukkan ke dalam kantong jempernya yang terletek di depan perut. AF menjawab pertanyaan dengan nada suara yang tidak terlalu lantang dan AF merokok selama wawancara berlangsung serta tangan AF juga bergetar sambil memegang rokoknya, AF terlihat gugup. Pada pertemuan berikutnya AF masih belum membangun kontak mata yang baik dengan peneliti, meskipun sesekali AF ada menatap kearah peneliti disaat berbicara.
AF adalah sosok yang mudah bergaul, menerima kehadiran orang lain dengan baik, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain serta melayani seseorang dengan baik. Pada pertemuan pertama peneliti mengalami kendala dengan alat perekam yaitu baterai alat perekam peneliti habis, AF menawarkan menggunakan handphonenya
dan
memindahkan
memori
dari
alat
perekam
peneliti
ke
handphonenya, mengeceknya serta mengatur pengaturan di handphonenya dan kemudian menyerahkan handphonenya kepada peneliti dengan memastikan keadaan handphonenya siap untuk digunakan. AF pada masa sekarang adalah seseorang yang merasa bahwa dirinya telah melakukan kesalahan di masa lalu dan sekarang AF memutuskan untuk menjauhi teman-teman terdahulu yang pecandu serta lingkungan pergaulan narkoba. Diusianya yang ke 26 tahun ini AF berkeinginan untuk menikah. Pada penelitian ini AF termasuk dalam golongan pecandu yang benar-benar bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi. 4.1.3 Profil DM DM adalah seorang mahasiswa akhir disalah satu perguruan tinggi negeri di Pekanbaru. Di Pekanbaru DM tinggal di sebuah kos yang terletak di lantai dua dan di lantai satunya adalah warung internet. DM sering bermain di warung internet disaat dirinya merasa suntuk dan DM sering menghecker chip pada sebuah permainan game yang kemudian dijualnya dan menghasilkan pemasukkan yang besar bagi DM. Saat ditemui wawancara di siang hari yang sangat panas itu DM mengenakan baju kaos dengan bawahan celana jeans hitam. DM terlihat begitu natural dalam mengemukakan jawabannya serta sesekali mengusap peluhnya sambil memberikan jawaban demi jawaban dengan penjelasan yang panjang lebar, dari nada suaranya
serta cara berbicaranya mengisyaratkan sebuah logat khas daerah tertentu yaitu daerah SU. Selama wawancara DM membangun kontak mata yang baik terhadap peneliti dan DM merokok sepanjang wawancara berlangsung. Sesekali terdengar suara DM tertahan diiringi dengan wajah yang tertunduk saat mengemukakan keinginankeinginannya serta harapannya. DM terlihat ceria, luwes dan bersemangat saat menjawab pertanyaan demi pertanyaan dan menjelaskan dengan begitu panjang lebar. DM terlihat tidak terlalu canggung saat berinteraksi dengan peneliti. DM sosok yang tampil apa adanya dirinya serta DM memilih dekat dengan orang-orang yang bisa menerima dirinya apa adanya dan sepemikiran dengan dirinya. Sepanjang interaksi peneliti dengan DM, DM bersikap baik dan menerima kehadiran peneliti dengan baik. DM mengatakan bahwa dirinya menginginkan adanya seseorang yang selalu ada disampingnya untuk mengarahkannya dan membimbingnya yang dapat memperkuat tekadnya lepas dari narkoba. DM mengemukakan bahwa teman-teman terdekatnya sebagian besar adalah para pengguna narkoba, yaitu teman-teman yang menerima dirinya apa adanya. DM mengatakan bila teman-temannya berhenti menggunakan narkoba, dirinya juga akan berhenti menggunakan narkoba. Bila dirinya berehenti menggunakan narkoba sekarang DM merasa bingung ia harus pindah ke mana dan berarti dirinya harus memulai adaptasi lagi di lingkungan baru. DM mengatakan kalau dirinya pindah ke lingkungan baru, dirinya akan dijauhi oleh teman-teman terdekatnya yaitu para pengguna narkoba. DM mengemukakan dirinya akan sendiri, bingung dan terombang ambing. Pada penelitian ini DM termasuk dalam golongan pecandu yang aktif menggunakan narkoba.
4.2 Dinamika Perilaku Kecanduan Narkoba 4.2.1 Peran Kelompok Teman Sebaya Bagi para pecandu masalah hubungan orangtua dan anak sering menjadi penghambat terciptanya kedekatan antara pecandu dengan kedua orangtuanya, sehingga keinginan untuk dekat dengan orangtua sebagai anak remaja tidak selalu dapat diwujudkan karena berbagai masalah yang dihadapi dalam hubungan anak dengan orangtua. ( W.AI.01.02; AF.01.02; DM.01) Masalah yang terjadi dalam hubungan antara anak dengan orangtua diatasi oleh anak dengan berbagai cara antara lain hidup terpisah dari kedua orangtuanya semenjak keluar dari rehabilitasi sampai dengan sekarang AI hidup mandiri dengan merintis sebuah usaha bersama temannya, seperti penjelasan AI: “Sejak… saya kan datang dari Jawa kan.. sempet lama di Jawa kemaren sembilan bulan.. balik-balik kesini bulan-bulan satu.. bulan-bulan satu buka cafe disini.” (W.AI.01) Berbeda dengan AI, DM menjalin persahabatan dengan orang-orang yang sepemikiran dan menerima dirinya apa adanya dan menggunakan alasan atas nama persahabatan sebagai salah satu faktor untuk tetap menggunakan narkoba, hal ini ditunjukkan DM melalui ungkapan berikut: ”Sama-sama mahasiswa juga... Y... ada juga mahasiswa X... kalau di X selesai kuliah langsung keluar nggak pernah lama-lama di kampus.. nggak cocok bergaul dengan orang X tu...” (W. DM. 01) ”Kalau masalah persahabatan.. itulah yang mempersatukan pergaulan..” (W. DM. 01) ”Inilah Sher... karna awak sama kawan kan nggak mungkin... persahabatankan...kecuali kawan awak berhenti pakek iyalah awak berhenti.. nanti ada satu kawan ngajak.. alah... ayuklah... kemaren kau yang ngajakngajak aku..... nggak enak juga awak pikir kan... tapi kalau apa tu diri kita kuat kan... biarlah ditepiin kawan.. kita kuat, bisa juga... cuma awakkan segan ma kawan...” (W. DM. 01)
Sama dengan AI dan DM, AF juga memilih tinggal di luar rumah, hanya AF tidakseperti AI dan DM yang memiliki tujuan tertentu yaitu pendidikan. AF tidak tinggal di rumah dengan alasan tidak ada tuntutan atas dirinya dalam keluarga sehingga ia tidak tinggal di rumah bersama kedua orangtua, seperti dijelaskan AF: ”Nggak ada yang jadi tuntutan abang sama orang rumah..” (W. AF. 01) ”Di rumah nggak ada aktivitas aja... itu aja...” (W. AF. 02) ”Kalau malam tu kadang nggak bisa tidur.. kalau udah capek bari tidur.. kalau nggak tidur nggak enak kalau nggak ada kawan.... TV juga nggak ada...” (W. AF. 02) Pilihan hidup terpisah dengan orangtua seperti ditunjukkan dengan AI, AF dan DM, memiliki kosekuensi psikologis yang berkaitan dengan kebutuhan kelekatan pada singnificant other. Remaja dapat mengalihkan obyek lekatnya dari orangtua kepada teman-temannya karena sebagian waktu remaja dihabiskan bersama temantemannya sehingga terjadi saling ketergantungan antara anak dan teman-temannya. Teman-teman dekat remaja serta lingkungan pergaulan yang dekat dengan narkoba dapat memperkenalkan dan mengantarkan remaja kepada narkoba. Diawali dari rasa ingin tahu dan coba-coba terhadap narkoba bersama teman-teman yang hingga akhirnya narkoba menjadi suatu kebutuhan, seperti penjelasan AI: “Makek… kalau makek narkoba ya… narkoba kan banyak jenisnya.. dari mulai bawah sampai atas ya.. e.... kelas 1 SMA saya di Cianjur Jawa Barat itu... apa pergaulannya lebih tinggi dari pada Sumatra.. semua sih pada dasarnya hal-hal negatif ya itu kan dari lingkungan.. ya kan.. jadi... pertamatama coba-coba.. mumpung sama kawan ya akhirnya ketemu yang namanya canabis..” (W. AI. 01) “Ganja.. iya... kalau orang sana bilangnya ngegelek.. ya tapi jadi kebutuhan.. sebenarnya sih nikmatnya Cuma sementara.. Cuma kan yang namanya psikotropika itu kan sifatnya ketagihannya tinggi gitu.. ya jadi itu lah... awalnya dari coba-coba.. lingkungan ya kan.. akhirnya jadi ketagihan..” (W. AI. 01) Berbeda dengan AI, AF menggunakan narkoba karena rasa ingin tahu, hal ini ditunjukkan AF melalui ungkapan berikut:
“Dulu kawan-kawan... dari pergaulan.. dari temen-temen.. temen ada yang makek, tau.. pengen tau..” (W. AF. 01) ”Kan ada orang diajak, coba yuk.. kalau abang pengen tau...” (W. AF. 01) Sama dengan AI, DM menggunakan narkoba diawali dari coba-coba, seperti dijelaskan DM: ”Awalnya coba-coba juga sih... awal mulanya pakek coba-coba ma kawan.. semuanya orang awalnya coba-coba sher... jarang orang dipaksa gitu.. jarang... pemakek coba-coba ada.. juga yang orang kaya..” (W. DM. 01) Setelah mengalami proses rehabilitasi dan mendapatkan dukungan dari orang terdekat hingga akhirnya berhasil sembuh dari kecanduan. AI, AF dan DM kembali menggunakan narkoba untuk kedua kalinya AI, AF dan DM sudah tidak tinggal bersama kedua orangtuanya. Penggunaan narkoba kembali oleh anak tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya membuat anak menghadapi kondisi kecanduan sendiri tanpa bimbingan dan perlindungan dari kedua orangtuanya sehingga anak menghadapi kondisi kecanduan dan permasalahan lain dalam hidup bersama temantemannya. Anak menjadi semakin dekat dan tergantung oleh teman-teman terdekatnya karena minimnya kerterlibatan orangtua dalam keseharian anak, hal ini membuat anak menjadi sulit untuk lepas dari narkoba karena teman terdekat anak adalah temanteman yang menggunakan narkoba. Dijelaskan oleh Dewi (2009) sering terjadi perbedaan pendapat antara subjek dengan orangtua subjek yang belum bisa ditemukan solusinya. Oleh karena itu, mereka mencari solusi dengan bercerita kepada teman sebaya. Peran teman sebaya atau peer group menjadi penting pada masa ini karena remaja bergaul lebih lama dengan mereka, sehingga menjadi salah satu objek lekat dari remaja. Kedekatan yang terjalin antara anak dan teman-temannya cenderung membuat anak untuk berprilaku seperti teman-temanya meskipun perbuatan yang dilakukan adalah salah, seperti yang dijelaskan oleh Zulkifli (2006) apa-apa yang diperbuatnya
ingin sama dengan anggota kelompok lainnya, kalau tidak sama ia akan merasa turun harga dirinya dan menjadi rendah diri. Dalam pengalamanpun mereka berusaha untuk berbuat sama, misalnya berpacaran, berkelahi dan mencuri. Apa yang dilakukan pimpinan kelompok diturutinya, walaupun yang dilakukan itu tidak baik. Karena dirumah remaja itu tidak dimengerti oleh orangtuanya dan kakak-kakanya tidak ”menganggap”, ia bergabung dengan kelompok sebayanya yang mau menganggap, mau mengerti, apalagi dalam pengalaman yang sama. Dalam kelompok remaja bisa melampiaskan perasaan tertekan yang selama ini dirasakannya karena tidak dimengerti dan tidak dianggap oleh orangtua serta kakak-kakanya. Menurut Yurliani (2008) bahwa pada masa ini (remaja) mereka cenderung berinteraksi dan menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dibandingkan orangtua. Masa perkembangan remaja memiliki kebutuhan atau keterikatan dengan kelompok
teman
sebaya
sehingga
apapun
yang
dilakukan
teman-teman
sekelompoknya, remaja cenderung menerima dan mengadaptasikannya. Walaupun pada hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri, seperti menggunakan narkoba. Brendt, dkk (dalam Papalia, 2008) mengemukakan intensitas dan nilai penting pertemanan, juga waktu yang dihabiskan bersama teman mungkin lebih besar pada masa remaja ketimbang waktu lain dalam rentang kehidupan. Pertemanan menjadi lebih resiprokal. Remaja awal mulai lebih menyandarkan dukungan dan intimasi kepada teman ketimbang orangtua, dan mereka berbagi rahasia lebih banyak dari yang dilakukan anak yang lebih muda. Penekanan pada intiminasi, loyalitas dan berbagi memadai transisi ke pertemanan orang dewasa. Intimasi degan teman sejenis menigkat pada awal sampai pertengahan masa remaja, dan menurun ketika keintiman dengan lawan lawan jenis meningkat. Buhrmester (dalam Papalia, 2008)
menyebutkan bahwa pertemanan memberikan tempat mengemukakan pendapat, pengakuan kelemahan, dan mendapatkan bantuan dari masalah. 4.2.2 Dukungan Sosial Penggunaan narkoba oleh remaja yang pada awalnya tidak diketahui oleh orangtua selama rentang waktu tertentu, pada akhirnya diketahui oleh kedua orangtua mereka. Penggunaan narkoba oleh AI pertama kali diketahui oleh pelatih basketnya saat AI sedang mengikuti latihan basket dan diikuti dengan diketahuinya hal itu oleh kedua orangtua AI, seperti diungkapkan oleh AI: “Pas latihan itu kan ketahuan sama pelatih.. kecewa pelatih sama mas.. waktu itu ditampar 17 kali tamparan... karnakan kalau melanggar peraturankan seperti itu... bayangkan 17 kali tamparan itu berdiri...” (W. AI. 01) Selain pelatih, keluarga AI juga mengetahui perilaku kecanduan AI, seperti dijelaskan AI pada saat ditanya: ”Tau... keluarga tau...” (W. AI. 01) Penggunaan narkoba oleh AF pertama kali diketahui oleh ayahnya. Menurut AF, kedua orangtuanya sudah mulai curiga kepada dirinya berkaitan dengan kemungkinan dirinya menggunakan narkoba. Ayah AF memeriksa celana AF yang tergantung di dalam kamar dan kemudian menemukan narkoba di dalam celana AF, seperti yang diungkapkan oleh AF: ”Tau.. kebetulan abang ada simpan di celana... digantung.. orangtua udah mulai curiga... terus diperiksa... itulah ketahuan..” (W. AF. 01) Jika AI ketahuan oleh pelatihnya saat penggunaan narkoba dan AF diketahui secara kebetulan, penggunaaan narkoba oleh DM pertama kali diketahui oleh gurunya saat DM dan teman-temannya sedang menggunakan narkoba bersama-sama di sekolahnya. Setelah peristiwa tersebut, kedua orangtua DM mengetahui bahwa DM menggunakan narkoba, seperti dijelaskan oleh DM:
”Tak pas di sekolah pakeknya di atas.. sekolahnya lantai 3 kan... entah kenapa naek guru ke ataskan... kami kan lantai 2.. naek ke atas guru.. ngapain klean...? ya mau nggak mau ngakulah... tu lah di pecat dari sekolah.. karna aku kan yang jual.. awak yang ngedar gitulah... kami 8 orang... cuma awaklah alhamdullillah di pecat...” (W. DM. 01) Diketahuinya fakta bahwa anak mereka menggunakan narkoba, memunculkan berbagai reaksi yang ditunjukkan oleh orangtua. Orangtua AI setelah mengetahui anaknya menggunakan narkoba mengambil sikap, menyerahkan kepada AI tindakkan apa selanjutnya yang akan ia ambil, dengan alasan sebagai bentuk tanggung jawab AI atas tindakkannya, hal tersebut disampaikan oleh AI: ”Ya..... karna keluarga kan tanggung jawab pada diri sendiri..” (W.AI.01) Saat itu AI memutuskan untuk menjalani rehabilitasi, berdasarkan keputusan AI dirinya memilih menjalankan rehabilitasi di salah satu pusat rehabilitasi yang terletak di Bogor. Keputusan yang diambil oleh AI untuk mengikutii rehabilitasi adalah murni dari keinginan dirinya sendiri tanpa keikutsertaan kedua orangtuanya, dan kedua orangtua AI menyetujui keinginan AI untuk menjalani rehabilitasi. Hal ini menunjukkan kurangnya dukungan dari keluarga AI terutama kedua orangtunya kepada AI saat dirinya menjalani rehabilitasi. Berbeda dengan AI, reaksi orangtua AF, ayahnya memukul AF saat mengetahui anaknya menggunakan narkoba, seperti ungkapan AF saat menjelaskan reaksi orangtua ketika mengetahui dirinya menggunakan narkoba: “Dipukulinlah…” (W. AF. 01) Kejadian itu diakui oleh AF, justru tidak membuatnya berhenti menggunakan narkoba. Hal yang membuat dirinya berhenti menggunakan narkoba adalah saran dari kekasihnya. Dukungan lewat saran yang diberikan oleh kekasih AF inilah yang berhasil mengugah hati AF, sehingga AF memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba. Kata-kata yang diucapkan oleh kekasih AF yang berhasil menggugah hati
AF untuk berhenti menggunakan narkoba. Pada saat itu kekasih AF sudah mengetahui AF menggunakan narkoba sejak lama, kekasih AF mengajak AF berbicara berdua dan menyarankan serta meminta AF untuk berhenti menggunakan narkoba. Dijelaskan oleh AF bahwa saran dari kekasihnya sangat mengena di hatinya: “Mau sampai kapan seperti ini.” (W. AF. 01) Jika orangtua AI menyerahkan kepada AI tindakkan apa selanjutnya yang akan ia ambil oleh AI, dan orangtua AF yang memukul AF saat mengetahui AF menggunakan narkoba. Reaksi orangtua DM saat mengetahui anaknya menggunakan narkoba adalah menangis, ayah dan ibu DM menangis tanpa ada reaksi fisik seperti memukul atau menampar DM, seperti diungkapkan oleh DM: ”Orangtua kayak mana ya... yang namanya orangtua otomatis kecewalah.. saking kecewanya nggak bisa marah cuma nangis aja...” (W. DM. 01) Kedua orangtua DM kemudian mengambil tindakkan dengan membawa DM berobat ke Rumah Sakit untuk mengikuti proses pengobatan. DM mengakui ada rasa malu dalam dirinya mesti menjalani proses pengobatan di Rumah Sakit, tetapi DM tetap ikut menjalani proses pengobatan. Setiap kali DM pergi ke Ruamh Sakit untuk melakukan pengobatan, kedua orangtua DM selalu menemani dirinya hingga akhirnya DM berhasil sembuh dari ketergantungan narkoba (W. DM. 01. 02). Hal ini menunjukkan bahwa kedua orangtua DM memberikan dukungan baik berupa moril maupun materil kepada DM. Dukungan orangtua DM saat pengobatan menyebabkan DM berhasil berhenti dari kecanduan. Hal tersebut dapat terjadi karena dukungan orangtua dalam proses pengobatan. Proses rehabilitasi baik tanpa maupun dengan dukungan orang terdekat dapat berhasil selagi para pecandu dalam proses pengobatan mau bekerja sama dengan baik dengan pihak lembaga rehabilitasi, serta adanya kesadaran dan kesungguhan dari pecandu untuk mematuhi, mengikuti semua prosedur dengan baik. Hal ini seperti
yang dijelaskan oleh Partodiharjo (2006) bahwa keberhasilan upaya pemulihan dari kecanduan narkoba sangat tergantung pada profesionalisme lembaga rehabilitasi (SDM, sarana, dan prasarana) yang menangani, kesadaran dan kesungguhan penderita, serta dukungan atau kerja sama antara penderita, lembaga, dan keluarga penderita. Meskipun demikian dukungan sosial penting dalam kelanjutan proses penyembuhan. Tanpa dukungan secara terus menerus, pecandu dapat kembali menggunakan narkoba. Dukungan sosial dapat diperoleh melalui lingkungan yang memenuhi kebutuhan identitas atau prestasi, seperti kasus AI: “Dulu rumah deket dengan camp olah raga, kita jadi seneng olah raga juga... camp itu ada pelatih, dia yang ngarahin mas buat masuk SMA yg bagus buat olahraga.. nah tu itu masuk tim senior, pas tanding disitu jatuh dan kaki patah.. berlanjut ke SMP transfer ke SMP 2 yang menginginkan mas dengan fasilitasfasilitasnya... terus ikut tim SMA juara... waktu penyisihan pernah cedera juga... dari situ SMA mulai diberi fasilitas... kayak nilai.. soal libur.. tapi masih ada batasannya... itu SMA dalam ketergantungan narkoba... pernah berhenti sekolah dari kelas dua ke kelas tiga... pindah k solo itu sama sekali jauh dari narkoba... diberi pilihan mau kebasket apa sekolahnya? pada saat itu basket, terus mainya nggak terkontrol jadinya cedera yang gak bisa maen basket lagi.. karena bosan ma nggak ada basket terus ya larinya ke narkoba... sampe ke Pekanbaru, basket berhenti ketemu lingkungan yang negatif.. ya udah, tapi masih tetap bisa mengontrol... pernah deket ma orang kedokteran, dia bisa ngontrol mas...” (W. AI. 02) Penggunaan narkoba yang kedua kalinya oleh AI bisa terjadi kembali karena pada saat AI memutuskan untuk masuk dan menjalani rehabilitasi pada penggunaan narkoba yang pertama, AI kurang mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya. AF kembali menggunakan narkoba setelah tiga tahun berhenti menggunakan narkoba karena terpengaruh oleh ajakkan teman dan diikuti dengan rasa ingin tahu pada jenis narkoba yang lebih tinggi dan saat menggunakan narkoba kembali AF sudah tidak menjalin hubungan dengan kekasih yang memotivasi dirinya berhenti menggunakan narkoba pada penggunaan pertama, seperti dijelaskan oleh AF: “Nggak.. nggak.. yang pertama itu karna pengen tau aja.. terus kalau ini
memang diajak.. dan karna pengen tau juga..” (W. AF. 01). “ Udah lumayanlah… sekitar.. sekitar 3 tahunlah.. kenal sama kawan.. dia makek.. ngajak..” (W. AF. 01) Penggunaan narkoba kembali oleh AF bisa terjadi karena dukungan yang diberikan oleh kekasih AF hanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Dukungan dari orang terdekat juga diperlukan ketika mantan pecandu dihadapkan pada pengaruh lingkungan teman-teman sebaya yang juga para pecandu. Hal ini seperti ditunjukkan oleh DM: “Tu lah pas berobat itu berhenti terus ke Padangkan.. awalnya baekkan.. abis tu bergaul-gaul.. cerita punya cerita di Padang rupanya mahal…” (W. DM.01). “Nggak.. pertama kontrak di GS karna nggak tahan jauh kali pindah ke BS.. disitu rupanya banyak kawan-kawan kayak gitu.. ngumpul-ngumpul... seru juga.. karna awakkan anak laki-lakikan... nggak mungkin di kos terus... gaulah dulu... tu lah ditawarin... “ayuklah pakek...” aku nggak bisa pakek kayak gitu.. “alah... nolak pula... tau nya aku... cobalah dulu...” ya sampai sekaranglah... ntahlah....” (W. DM. 01) Kondisi DM yang sudah tidak tinggal bersama kedua orangtua sehingga kedua orangtua DM tidak dapat memberikan dukungan secara langsung kepada DM, hal ini membuka peluang DM bertemu kembali dengan pergaulan narkoba. Teman-teman dekat DM yang sebagian besar adalah pecandu narkoba membuat DM semakin sulit untuk lepas dari narkoba sampai dengan sekarang. Dalam hal ini seperti yang dijelaskan oleh Orfard (Yurliani, 2007) bahwa dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna bantuan itu. Hal ini erat kaitannya dengan ketepatan dukungan sosial, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karna sesuatu yang aktual dan memberukan kepuasan. Orang yang menerima dukungan sosial memahami makna dukungan yang diberikan orang lain.
Menurut Boyce (Yurliani, 2008) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dukungan yang diberikan menjadi tepat, diantaranya adalah stabilitas dukungan, reliabilitas, waktu pemberian dan sumber masalah. Jika dukungan sosial itu diberikan dalam bentuk dukungan yang salah atau kurangnya keahlian kita untuk membuat pesan yang efektif, maka pengaruhnya tidak menjadi positif bagi si penerima dukungan sosial. Sumber dukungan sosial merupakan aspek yang penting untuk diketahui dan dipahami. Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukannya. Dengan mengetahui dan memahaminya maka individu mendapatkan dukungan yang sesuai dengan situasi dan keinginannya, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak. Henderson, dkk (dalam Yurliani, 2008) menemukan bahwa dukungan sosial yang penting membutuhkan hubungan yang lebih luas sehingga menambah kontribusi untuk mengurangi simptom psikologis walaupun faktor kedekatan merupakan kontribusi yang lebih penting. Intinya adalah kehadiran orang terdekat merupakan sesuatu yang penting namun dukungan tersebut dapat digantikan oleh dukungan komunitas yang berada diluar hubungan dekat tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh AI pada saat ia menjalani rehabilitasi, ia mendapatkan teman-teman yang mengalami hal yang sama seperti dirinya dan mereka disana memiliki tujuan yang sama yaitu untuk terlepas dari kecanduan narkoba sehingga terciptanya hubungan pertemanan yang baik antara dirinya dengan teman-teman di temapat rehabilitasi. Para staf dan ahli rehabilitasi yang memberikan pelayanan yang baik juga membuat AI merasa terbantu selama menjalani rehabilitasi. (W. AI. 03)
Menurut Papalia (2008) pemberian dukungan sosial dari orang-orang yang berarti di sekitar kehidupan akan memberikan kontribusi yang terbesar dalam proses penyembuhan penderita ketergantungan narkoba. Dukungan yang diberikan oleh orangtua, saudara, teman, pacar dan orang di sekitar yang memiliki pengaruh pada individu tersebut. Dukungan dapat berupa dukungan emosional, informasional, instrumental, penghargaan dan dukungan companionship. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh AI yang mengiginkan adanya seseorang pendamping yang dapat memperkuat tekadnya untuk terlepas dari narkoba: ”Kalau dari sisi pribadi pengen.. kadang situasi menginginkan untuk itu.. nah sekarang itu bukan cari seseorang untuk sehari atau dua hari.. bukan kayak dulu lagi...pengen sangat pengen buat support ma ilangin sifat negatif....” (W. AI. 02) AF yang pada penggunaan narkoba pertama berhasil berhenti menggunakan narkoba karena mendapatkan dukungan dari pacarnya, dijelaskan oleh AF: ”Ya karna ada yang nyaranin...” (W. AF. 01) ”Hehehe....... orang terdekat juga...” (W. AF. 01) ”Pacar....” (W. AF. 01) Serta DM yang mengemukakan bahwa bila saat ini ia tinggal bersama kedua orangtuanya maka dukungan yang paling ia butuhkan adalah dari keluarga dan dengan kondisinya yang sekarang jauh dari orangtua maka yang ia butuhkan adalah dukungan dari teman untuk berhenti menggunakan naarkoba, seperti diungkapkan oleh DM: ”Apanya sih kalu aku pribadi.. kalau tinggal dengan orangtua ya butuh orangtuakan..” (W. DM. 01) ”Sekarang kalau jauh dari orangtua ya butuh temanlah... teman yang bisa ngertiin.. bisa ngarahin awak... tu lah...” (W. DM. 01)
Meskipun berbeda-beda sumber dukungan yang diharapkan oleh subyek penelitian namun tetap pada dasarnya mereka membutuhkan dukungan sosial dari
orang-orang terdekat mereka. Dukungan yang diterima oleh pecandu dari orang-orang terdekatnya membuat pecandu merasa berharga, rasa berharga yang dirasakan oleh subyek dapat membantu serta memperkuat tekad mereka berhenti menggunakan narkoba dan terlepas dari narkoba selamanya. 4.2.3 Harapan Akan Masa Depan Pada
dasarnya
setiap
manusia
mempunyai
harapan-harapan
tentang
perkembangan atas dirinya di masa yang akan datang, begitu juga dengan para pecandu (W. AI. 02; AF. 01; DM. 01). Meskipun masing-masing subjek penelitian mewakili variasinya sendiri-sendiri namun tetap pada ketiga subjek penelitian ini sama-sama memiliki harapan-harapan atas masa depannya, hanya saja hal-hal yang menjadi harapan mereka berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini seperti dijelaskan oleh Syder (dalam Shofia, 2009) bahwa setiap individu pasti mempunyai harapan akan masa depannya. Harapan yaitu keyakinan untuk mencapai sasaran. Harapan tersebut juga dapat merupakan perubahan yang lebih baik pada dirinya dari keadaan sekarang. Dalam menuju ke suatu harapan yang lebih baik atau suatu kesuksesan di masa yang akan datang, individu tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang akan menghalanginya. Untuk itu individu harus dapat menghalau hambatan tersebut. Kastenbaum (dalam Shofia, 2009) mendefinisikan perspektif masa depan sebagai suatu pertimbangan umum tentang peristiwa masa depan. Harapan-harapan akan masa depan diperoleh setelah subyek merasakan pengalaman di mana ia dapat memperoleh pelajaran hidup yang mendorong mereka untuk berubah yang diikuti dengan usaha untuk mencapainya, AI lebih selektif dalam menerima teman-teman yang ingin berkunjung ke tempatnya sebagai usaha untuk menghindari pengaruh buruk dari teman-teman. AI sesekali juga berkunjung ke
rumah teman sesama pengguna narkoba dahulu yang sudah menikah dan berhasil berhenti menggunakan narkoba untuk melihat serta mengambil pelajaran bagaimana seorang wanita bisa membuat temannya yang dahulu sesama pengguna narkoba bahkan jauh lebih parah dari dirinya kini mampu hidup bebas dari narkoba. Hal ini seperti diungkapkan oleh AI: ”Kan mereka ada yang berkeluarga ada yang kontrol, prinsip sama.. berhenti total... mas pengen merasakan seorang wanita bisa memberhentikan orang yang lebih parah dari aku... jadi ke sana itu proses pembelajaran... begitu juga sebaliknya...” (W. AI. 02) ”Iya emang udah kebanyakkan berhenti.. ke narkoba udah nggak ada lagi... sekarang lingkungan mainnya udah kecil... kalau ada temen-temen yang mau berkunjung ke mas, mas pilih-pilih... kalau yang jelek mas hindari...” (W. AI. 02) AI untuk hidupnyqa ke depan juga menginginkan adanya wanita yang dapat mendampingi hidupnya, sehingga dapat memperkuat tekadnya untuk lepas dari narkoba. Dijelaskan oleh AI: ”Iya lebih menguatkan.. kalau ada seseorang lebih mempengaruhi.. beda kalau nggak ada.. kita bukan tergantung dia.. kita lebih menghargai teman.. penghargaan seperti itu masih, kadang sebulan sekali.. dua kali...” (W. AI. 01. 02) ”Kalau dari sisi pribadi pengen.. kadang situasi menginginkan untuk itu.. nah sekarang itu bukan cari seseorang untuk sehari atau dua hari.. bukan kayak dulu lagi...pengen sangat pengen buat support ma ilangin sifat negatif....” (W. AI. 02) AF semenjak terjerat masalah dengan pihak kantornya yang memberikan dampak kerugian sangat besar pada dirinya membuat AF bertekad untuk tidak lagi menggunakan narkoba, kini AF mencari kesibukkan dengan cara mempelajari software dan hardware dari internet serta mengumpulkan chip pada suatu permainan game online yang dapat membangun pilar-pilar ekonominya kembali serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan AF berharap keadaan serta perekonomian keluarganya lebih baik dari sebelumnya, seperti dijelaskan oleh AF:
”Nggak... karna ngaruh efek jera karna udah kena kan.. udah banyak abis... kalau nggak udah pakek mobil abang... itu yang terhutang... belum yang abang beli tunai pakek uang abang.. terhutang tu sebenarnya bukan karna pakek tapi karna temen tu melarikan... sempet buron juga abang” (W. AF. 01. 02). ”Dia kayak gitu dibikin jera dulu baru berhenti... rasa jera itulah bikin abang berhenti..” (W. AF. 01) ”Macam-macam... software... atau apalah..... kalau sekarang orang sibuk maen pokerkan?” (W. AF. 01) ”Ya semuanya jadi lebih baik.. keluarga… ekonomi keluarga semakin baik..” (W. AF. 01) DM meskipun masih aktif menggunakan narkoba sampai dengan saat ini, ia menyimpan harapan dalam dirinya suatu hari nanti ia pasti akan berhenti menggunakan narkoba dan tidak mungkin terus berada dalam keadaan seperti saat ini. DM bersama teman-temannya di dalam keadaan pengaruh obat seringkali membicarakan, membahas serta menyusun rencana untuk langkah kehidupan selanjutnya dan bebas dari narkoba. Diungkapkan oleh DM: ”Tu lah Sher... bingung DM… kapan... niat tu besar kali... besar...... kali.... pengen kali berubah... pengenlah kayak dulu rajin ngaji.. sholat... pengen hidup normallah... Cuma ibaratnya kayak mana ya... pas kita mau dorong mobil.. berhenti... tu nggak ada kekuatannya... udah didorong.. berhenti... tu kan agak susah jadinya.. ibaratnya motivasilah... atau ada kawan yang bantu atau apalah kan... ” (W. DM. 01) ”Satu ya karna pengenlah... cuamn ya kalau awak ngumpul ma temen... bukan ceritanya tu sembarangan.. ceritanya masa depan.. kita kayak mana... tamat kayak mana... Cuma kalau sendiri terdiam aja... Cuma kalau lagi kayak gitu ada yang curhat... tentang ceweklah... istrilah... rumah tangganya... kejujuran itu nampaklah...” (W. DM. 01) Ketiga subyek penelitian yang mewakili variasinya masing-masing ini samasama memiliki harapan-harapan atas masa depannya, yaitu kehidupan yang bebas dan jauh dari narkoba serta memiliki seseorang yang dapat mendampingi dan melengkapi hidupnya dalam menghadapi masa depan.
4.3 Analisis Berdasarkan penjelasan tema dan pola yang ditemukan, disusun bagan dinamika psikologis kecanduan kembali dan keberhasilan penyembuhan kecanduan narkoba, dan bagan aspek-aspek dalam perilaku kecanduan dan keberhasilan penyembuhan kecanduan kembali. Penelitian ini menemukan beberapa aspek yang mempengaruhi kecanduan kembali dan aspek yang mempengaruhi keberhasilan penyembuhan kecanduan kembali. Aspek-aspek yang dapat mengantarkan seseorang kepada perilaku kecanduan adalah kelompok teman sebaya (peer group) yang negatif. Teman-teman dekat remaja serta lingkungan pergaulan yang dekat dengan narkoba dapat memperkenalkan dan mengantarkan remaja kepada narkoba. Seseorang yang mengalami kecanduan bila mendapatkan dukungan sosial seperti dari kedua orangtuanya, dapat membantu, membimbing ataupun mengantarkan pecandu untuk menjalani rehabilitasi sebagai bentuk usaha untuk lepas dari kecanduan narkoba. Proses rehabilitasi yang dijalani oleh pecandu berhasil menyembuhkan pecandu dari kecanduan narkoba. Seorang pecandu yang menjalani rehabilitasi karena mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya, berhasil membantu pecandu sembuh dari kecanduan narkoba. Hal ini berbeda pada pecandu yang tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya sehingga mereka tidak menjalani rehabilitasi seperti para pecandu yang mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya. Tetapi, mereka para pecandu yang tidak mengikuti rehabilitasi dan tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya, dapat sembuh dari kecanduan narkoba bila mereka mendapatkan dukungan sosial dari orang lain seperti pacar.
Mantan pecandu yang pernah menjalani rehabilitasi dan kemudian berhasil berhenti menggunakan narkoba, tidak menutup kemungkinan dikemudian harinya ia dapat kembali menggunakan narkoba lagi. Hal ini dapat terjadi bila dukungan sosial yang diberikan kepada mantan pecandu bersifat sementara atau tidak konsisten. Begitu juga dengan mantan pecandu yang tidak mengikuti rehabilitasi namun berhasil sembuh dari kecanduan karena adanya dukungan sosial, dapat kembali menggunakan narkoba bila dukungan sosial yang diberikan hanya bersifat sementara atau tidak konsisten. Diatas telah dijelaskan beberapa aspek yang berpengaruh dalam perilaku kecanduan, aspek yang berpengaruh pada kesembuhan kecanduan narkoba serta aspek-aspek yang berpengaruh dalam kecanduan kembali. Selain aspek-aspek di atas, dalam penelitian ini juga menemukan bahwa adanya dukungan sosial serta adanya harapan terhadap masa depan yang terdapat dalam diri pecandu yang mengalami kecanduan kembali, dapat menuntun dan mengantarkan pecandu pada keberhasilan bebas dari kecanduan narkoba. Harapan mengenai masa depan pada diri pecandu dapat menumbuhkan motivasi pada diri pecandu untuk terbebas dari narkoba. Adanya harapan-harapan akan masa depannya dalam diri pecandu membuat pecandu berpikir serta berusaha untuk mewujudkan harapannya. Harapan-harapan akan masa depan juga memberikan manfaat pada pengalihan pemikiran serta fokus pecandu dari narkoba. Hasil temuan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan peran kelompok teman sebaya yang dapat memperkenalkan serta mengantarkan seseorang kepada perilaku kecanduan mendukung beberapa teori yang menjelaskan peran teman sebaya dalam perilaku kecanduan. Diantaranya ialah teori yang dikemukakan oleh Brend, dkk (dalam Papalia, 2008) yang menjelaskan bahwa Intensitas dan nilai penting
pertemanan, juga waktu yang dihabiskan bersama teman, mungkin lebih besar pada masa remaja ketimbang waktu lain dalam rentang kehidupan. Pertemanan menjadi lebih resiprokal, remaja awal mulai lebih menyandarkan dukungan dan intimasi kepad teman ketimbang orangtua, dan mereka berbagi rahasia lebih banyak dari yang dilakukan anak yang leibh muda. Penekanan pada intiminasi ,loyalitas, dan berbagi memadai transisi kepertemanan orang dewasa. Beberapa ahli teori juga menggambarkan budaya teman sebaya remaja sebagai pengaruh merusak yang mengabaikan nilai-nilai dan kontrol orangtua. Teman sebaya juga dapat mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan, kenakalan, dan bentuk tingkah laku lain yang dianggap oleh orang dewasa sebagai maladaptif (Santrock W. John, 2007). Kandel (dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa remaja cenderung memakai obat terlarang bila kedua orang tuanya juga memakai obat terlaranag (misalnya obat penenang, amphetamin, alkohol, atau nikotin) dan bila teman-teman sebayanya juga mengkonsumsi obat terlaranag. Penelitian ini juga menemukan bahwa dukungan sosial dari orang-orang terdekat pecandu dapat membantu, membimbing ataupun mengantarkan pecandu untuk menjalani rehabilitasi, agar dapat berhasil sembuh dari kecanduan narkoba. Temuan ini mendukung beberapa teori, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Wortman (dalam Yurliani, 2007) bahwa individu yang sedang menjalani proses penyembuhan dari suatu penyakit juga memerlukan dukungan sosial yang seringkali sulit mereka dapatkan. Individu yang mengalami ketergantungan terhadap narkoba juga merupakan salah satu kelompok yang memerlukan dukungan khusus. Mereka membutuhkan dukungan khusus karena adanya penolakan terhadap diri mereka, rasa malu, proses penyembuhan yang relatif lama ataupun rasa frustasi.
Menurut Papalia (2008) bahwa pemberian dukungan sosial dari orang-orang yang berarti di sekitar kehidupan akan memberikan kontribusi yang terbesar dalam proses penyembuhan penderita ketergantungan narkoba. Dukungan yang diberikan oleh orangtua, saudara, teman, pacar dan orang di sekitar yang memiliki pengaruh pada individu tersebut. Dukungan dapat berupa dukungan emosional, informasional, instrumental, penghargaan dan dukungan companionship. Cohen, dkk (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa orangtua, teman sebaya, dan dukungan sosial memainkan peranan penting untuk mencegah remaja menyalahgunakan obat-obatan. Lebih lanjut penelitian ini juga menemukan bahwa dukungan sosial yang tidak konsisten akan membuka peluang bagi para pecandu kembali pada pengkonsumsian narkoba kembalai. Temuan ini mendukung teori yang dikemukan oleh Boyce (dalam Yurliani, 2008) yaitu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dukungan yang diberikan menjadi tepat, diantaranya adalah stabilitas dukungan, reliabilitas, waktu pemberian dan sumber masalah. Jika dukungan sosial itu diberikan dalam bentuk dukungan yang salah atau kurangnya keahlian kita untuk membuat pesan yang efektif, maka pengaruhnya tidak menjadi positif bagi si penerima dukungan sosial. Selain aspek-aspek di atas, dalam penelitian ini juga menemukan bahwa adanya harapan terhadap masa depan yang terdapat dalam diri pecandu yang mengalami kecanduan kembali dapat menuntun dan mengantarkan pecandu pada keberhasilan bebas dari kecanduan narkoba. Temuan mengenai aspek masa depan mendukung teori yang dikemukakan oleh Syder (dalam Shofia, 2009) bahwa setiap individu pasti mempunyai harapan akan masa depannya. Harapan yaitu keyakinan untuk mencapai sasaran. Harapan tersebut juga dapat merupakan perubahan yang lebih baik pada dirinya dari keadaan sekarang. Dalam menuju ke suatu harapan yang lebih baik atau suatu kesuksesan di masa yang akan datang, individu tidak terlepas
dari hambatan-hambatan yang akan menghalanginya. Untuk itu individu harus dapat menghalau hambatan tersebut. Kastenbaum (dalam Shofia, 2009) mendefinisikan perspektif masa depan sebagai suatu pertimbangan umum tentang peristiwa masa depan. Penelitian ini menemukan bahwa tanpa adanya dukungan sosial serta harapan terhadap masa depan yang terdapat dalam diri pecandu tidak dapat mengantarkan seorang pecandu pada keberhasilan sembuh dari kecanduan narkoba. Hubungan self efficacy seperti dijelaskan oleh Miller. R (1995), pemberian dorongan self efficacy dalam proses penyembuhan pada para pecandu, dapat memperkuat keyakinan mereka (pecandu) untuk tidak kembali menggunakan narkoba. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa self efficacy memperkuat keyakinan manakala dukungan sosial tersedia bagi para pecandu. Dukungan sosial yang diterima pecandu dari orang-orang terdekatnya menumbuhkan rasa berharga dalam diri pecandu. Harapan-harapan akan masa depan diperoleh setelah pecandu merasakan pengalaman di mana ia dapat memperoleh pelajaran hidup. Harapan-harapan akan masaa depan yang diperoleh dari pelajaran hidup menjadi bermakna bila pecandu merasa dirinya berharga yaitu perasaan berharga itu muncul ketika pecandu mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya seperti keluarga dan teman dekatnya.
Defisiensi Kasih Sayang Perhatian dari Orang Lain
Dukungan Kasih sayang Perhatian dari Orang Lain Kelekatan Kelompok Teman Sebaya yang Negatif
Rasa Berharga
Kecanduan Narkoba Tidak adanya Dukungan Kasih sayang Perhatian dari Orang Lain
Ketergantungan Berlanjut
Gambar 2. Dinamika Psikologis Perilaku Kecanduan dan Penyembuhan Kecanduan Narkoba
Pelajaran Hidup
Berdasarkan gambar 2. terlihat bahwa kebutuhan anak akan kasih sayang dan perhatian terpenuhi dalam kelompok teman sebaya, sehingga anak menjadikan kelompok teman sebayanya sebagai objek lekatnya. Kelompok teman sebaya yang negatif dapat mengantarkan seseorang pada perilaku kecanduan. Pada gambar 2. juga memperlihatkan bahwa saat seorang pecandu mendapatkan dukungan kasih sayang dan perhatian dari orang lain, membuat seorang pecandu
merasa berharga.
Rasa berharga
yang dirasakan
pecandu
dapat
menumbuhkan harapan untuk sembuh dari kecanduan narkoba. Rasa berharga merupakan central phenomenon dalam penelitian ini. Adanya harapan serta keinginan untuk sembuh dalam diri pecandu juga diperoleh dari pelajaran hidup yang telah dilewati oleh pecandu. Adanya Rasa berharga yang dirasakan oleh pecandu dan pelajaran hidup dapat mengantarkan seorang pecandu bebas dari kecanduan narkoba.
Dukungan Sosial yang Tidak Konsisten Sembuh dari Kecanduan Narkoba
Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) yang Negatif
Dukungan Sosial
Rehabilitasi
Tidak Adanya Dukungan Sosial
Tidak Mengikuti Rehabilitasi
Dukungan Sosial yang Konsisten
K K
Be
Perilaku Kecanduan Ketergantungan Berlanjut
Adanya Dukungan Sosial
Rasa Berharga
Harapan Masa Depan Ketergantungan
Pe H
Berdasarkan gambar 3. terlihat bahwa kelompok teman sebaya yang negatif memberikan kontribusi yang besar pada perilaku kecanduan yang terjadi pada remaja. Pada gambar 3. juga memperlihatkan bahwa dukungan sosial memiliki peranan yang penting terhadap proses penyembuhan serta dapat memperkuat seorang pecandu untuk berhenti menggunakan narkoba dan juga menjadi penguat para pecandu untuk kembali pada kecanduan narkoba. Dukungan sosial yang diterima oleh pecandu membuat pecandu merasa berharga, rasa berharga merupakan central phenomenon dalam penelitian ini. Dukungan sosial tersebut dapat diperoleh pecandu dari orang-orang terdekatnya seperti orangtua dan teman terdekat pecandu. Adanya harapan akan masa depan yang terdapat dalam diri pecandu juga merupakan aspek yang menjadi penguat para pecandu untuk lepas dari narkoba. Harapan akan masa depan dapat diperoleh dari proses hidup yang telah dilewati oleh pecandu, proses hidup yang dilewati oleh pecandu menjadi pelajaran hidup bagi pecandu. Pelajaran hidup menjadi bermakna ketika pecandu mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya seperti orangtua dan teman terdekat pecandu. Adanya harapan akan masa depan yang terdapat dalam diri pecandu dan terpenuhinya dukungan sosial yang dibutuhkan oleh pecandu yang membuat pecandu merasa berharga, dapat menjadi motivasi bagi pecandu untuk mewujudkan harapanharapannya akan kehidupan masa depan yang lebih baik.
1
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan: Pertama, bahwa kelompok teman sebaya yang negatif memiliki pengaruh dalam mengantarkan seseorang pada perilaku kecanduan. Berbagai masalah yang terjadi dalam hubungan antara anak dengan orangtua sering menjadi penghambat terciptanya kedekatan antara pecandu dengan kedua orangtuanya. Hal ini memiliki konsekuensi psikologis yang berkaitan dengan kebutuhan kelekatan pada singnificant other. Remaja dapat mengalihkan obyek lekatnya dari orangtua kepada teman-temannya karena sebagian besar waktu remaja dihabiskan bersama teman-temannya sehingga terjadi saling ketergantungan antara anak dan temantemannya. Teman-teman yang dekat dengan remaja serta lingkungan pergaulan yang dekat dengan narkoba dapat memprkenalkan dan mengantarkan remaja kepada narkoba. Kedua, dukungan sosial memiliki peran penting baik dalam proses rehabilitasi maupun pasca rehabilitasi, khususnya untuk menjaga serta mencegah agar pecandu tidak kembali pada perilaku kecanduan. Para mantan pecandu yang pernah menjalani rehabilitasi maupun mantan pecandu yang tidak mengikuti rehabilitasi namun berhasil sembuh dari kecanduan karena adanya dukungan sosial, tidak menutup kemungkinan dikemudian harinya dapat kembali menggunakan narkoba lagi. Hal ini dapat terjadi bila dukungan sosial yang diberikan kepada mantan pecandu bersifat sementara atau tidak konsisten.
2
Dukungan sosial yang penting bagi pecandu yaitu dukungan yang berasal dari orang-orang terdekatnya, seperti kedua orangtua, guru dan teman-teman. Dukungan sosial yang diterima oleh pecandu dari orang-orang terdekatnya menumbuhkan rasa berharga dalam diri pecandu. Ketiga, selain aspek dukungan sosial yang berperan penting dalam kesembuhan kecanduan narkoba, ditemukan juga bahwa adanya harapan akan masa depan yang terdapat dalam diri pecandu, maupun yang mengalami kecanduan
kembali
dapat
menuntun
dan
mengantarkan
pecandu
pada
keberhasilaan bebas dari kecanduan narkoba. Harapan-harapan akan masa depan diperoleh setelah pecandu merasakan pengalaman di mana ia dapat memperoleh pelajaran hidup yang mendorong pecandu untuk berubah. Adanya harapanharapan akan masa depannya dalam diri pecandu membuat pecandu berpikir serta berusaha untuk mewujudkan harapannya. Harapan-harapan akan masa depan juga memberikan manfaat pada pengalihan pemikiran serta fokus pecandu dari narkoba.
5.2 Saran 5.2.1 Bagi Pecandu dan Mantan Pecandu Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa kelompok teman sebaya yang negatif dapat memperkenalkan dan mengantarkan seseorang pada perilaku kecanduan, maka disarankan kepada subyek untuk menjauhi teman-teman serta lingkungan terdahulu yang dekat dengan narkoba. Membuka diri dengan mencari teman-teman dan lingkungan baru yang jauh dari narkoba serta belajar membaur dan menjadi bagian dari masyarakat sekitar. Hasil penelitian ini juga menekankan
3
peran dukungan sosial yang dapat membantu dalam proses penyembuhan, maka disarankan kepada subyek untuk bersikap aktif maupun pasif dalam mencari, menerima serta memanfaatkan dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya. Subyek juga disarankan agar menyusun masa depannya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang serta
terus tetap berusaha mewujudkan harapan-
harapannya akan kehidupan masa depan yang lebih baik. 5.2.2 Bagi Keluarga Pecandu Berdasarkan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kelompok teman sebaya yang negatif dapat memperkenalkan dan mengantarkan seseorang pada perilaku kecanduan, maka disarankan kepada keluarga pecandu untuk lebih memperhatikan dan lebih mengenali teman-teman sepermainan anaknya sehingga dapat membantu subyek dalam usaha menjauhi teman-teman serta lingkungan yang dekat dengan narkoba. Keluarga juga disarankan dapat memberikan dukungan secara konsisten kepada subyek sehingga dapat memperkecil peluang bagi subyek untuk kembali pada perilaku kecanduan. Keluarga juga dapat membantu subyek dalam merancang rencana-rencana bagi masa depan subyek, baik rencana untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Keluarga juga dapat menjadi media serta fasilisator bagi subyek untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. 5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjantunya yang tertarik untuk meneliti permasalahan yang sama dapat memperluas fokus penelitian pada pecandu wanita sehingga dapat menambah variasi dalam penelitian, karena pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian terbatas pada laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
Cooke, J., Baldwin J., Howison. (2008). Menyingkap Dunia Gelap Penjara. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Creswell, J. W. (2002). Educational Planing, Conducting and Evaluating Research Quantitave and Qualitave Research. New Jersey: Merrill Pretice hall. Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. New Delhi: Sage Publications. Darmono. (2005). Toksikologi Narkoba dan Alkohol. Jakarta: UI Perss. Dewi, Y. (2009). Hubungan Antara Kelekatan Terhadap Orangtua Dengan Identitas Diri Pada Remaja Pria Delinquent Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kotuarjo. Universitas Diponegoro: Fakultas Psikologi. (Skripsi tidak diterbitkan) Fatiku. (2009). Optimisme Masa Depan Narapidana. Universitas Muhamadiyah surakarta: Fakultas Psikologi. (Skripsi tidak diterbitkan) Papalia, dkk. (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Partodiharjo. (2006). Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Erlangga. Hawari. (2004). Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Hawari. (2009). Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif). Jakarta: FKUI. Kuswarno. (2009). Fenomenologi. Bandung: Widya Padjadjaran. Moustakas. (1994). Phenomenological Research Methods. California: Sage Publications, Inc., Thousand Oaks. Mulyana. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Poerwandari, E. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembanga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi.
Puspitasari, Nugraha, Nurhayati, Fitriyanto, Kristianawati, Ruslan, dkk. (2007). Selebritis dan Narkoba Kisah dari Balik Penjara. Yogyakarta: Banyu Media. Santrock, W. (2007). Perkembangan Anak, Edisi Ketujuh, Jilid Dua. Jakarta: Erlangga. ________________. 2003. Perkembangan Remaja, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Sevilla, G. dkk. (1993). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: UI Press. Strauss, dkk. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan TeknikTeknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Willis, S. (2008). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta. Yurliani. (2007). Gambaran Social Support. Universitas Sumatera Utara: Fakultas Psikologi. (Skripsi tidak diterbitkan) Ibrahim. (2009). The Influence of Community on Relapse Addiction to Drug use: Evidence from Malaysia. European Journal of Social Sciences Volume 11, Number 3. (Diakses tanggal 2 Maret 2010) Edward. F, Pace-Schott, Robert Stickgold, Amir Muzur, Pia E. Wigren, Amie S. Ward, dkk. (2005). Kinerja kognitif oleh manusia merokok kokain saat pesta-pantangan siklus. American Journal Penyalahgunaan Narkoba dan Alkohol, Nov. (Diakses tanggal 2 Maret 2010) Miller. R. (1995). Peningkatan motivasi Terapi dengan Obat Korban Penyalahgunaan . Departemen Psikologi dan Pusat Alkoholisme, Zat Penyalahgunaan, dan Kecanduan (CASAA): The University of New Mexico Albuquerque, New Mexico 87131-1161 (Diakses tanggal 4 April 2010) Parker, M. (2009). Identifying the Role of Families within Treatment. United Kingdom: Department of Health. (Diakses tanggal 4 April 2010) http://www.balebengong.net/topik/budaya/2007/08/05/jalan-panjang-melepaskecanduan.html. (Diakses tanggal 2 Maret 2010)
Informan Awal Nama Jenis Kelamin Tanggal Wawancara Pukul Tempat Pewawancara
: AR : Laki-Laki : 25 Maret 2010 : 15:11 : Tempat Makan SL : Sherly Aztri
P: Pewawancara S: Subjek Penelitian S : Makasi ya AR atas waktunya… AR: Iya sher.. S : Tadi kesini naek apa? AR: Motor… S : Gimana wisudanay kemaren…? AR: Baik… S : Keluarga datang semua…? AR: Datang semua... rame... satu mobil penuh... S : Weee.... rencana kerja disini pha pulkam..? AR: Mau coba disini dulu sher tapi ijazah belum keluar lagi... S : Oh... iyalah baru wisuda... AR: Termasuk lama tu sher... udah dua minggu... S : Oh.... Oh ya, AR masih di kos lama? AR: Masih... S : Emm... mau pesan apaan? AR: Terserah aja sher.. S : Pokat aja ya.... biar tambah gemuk.... AR: (Senyum) S : AR kok tambah kurus sekarang..? AR: Masak? Perasaan tambah gemuk... S : Mungkin karna rambut pendek kali ya.... dulukan panjang... he..... AR: Iya... baru potong rambut... S : Mmm… sherly mulai tanya ya… AR: Iya.. (Sambil ngangguk) S : Sherly izin rekam ya… ntar mau disalin lagi.. AR: Iya… S : AR pertama kali pas pakek kapan..? AR: E..... kapan ya....SMU.... S : SMU... itu pertama kali jenisnya apa..? AR: Ganja.. S : Itu ditawarin ma temen atau gimana? AR: Pengen tau.. coba-coba aja... S : Oh, AR pengen tau sendiri...
AR: Iya.. S : Gimana tu awalnya..? Informan Utama Nama Jenis Kelamin Tanggal Wawancara Pukul Tempat Pewawancara S AI
: AI : Laki-Laki : 23 Juni 2010 : 14:43 : Warnet dan Cafe QZ : Sherly Aztri
: Pewawancara : Subjek Penelitian
AI: Bentuknya seperti apa..? apa kuisener… S: Nggak.. sherly tanya langsung aja kayak gini… AI: Langsung aja… S: Iya.. sherly izin rekam ya… AI: Iya boleh.. S: Ntar mau disalin lagi.. AI: Iya boleh.. kalau kurang jelas nanti tanya aja.. S : Iya... Sherly langsung aja ya... AI: Boleh… S : Bisa nggak ceritain ma sherly awal mula proses samapi akhirnya makek gimana..? AI: Makek… kalau makek narkoba ya… narkoba kan banyak jenisnya.. dari mulai bawah sampai atas ya.. e.... kelas 1 SMA saya di cianjur jawa barat itu... apa pergaulannya lebih tinggi dari pada sumatra.. semua sih pada dasarnya hal-hal negatif ya itu kan dari lingkungan.. ya kan... jadi... pertama-tama coba-coba.. mumpung sama kawan ya akhirnya ketemu yang namanya canabis.. S : Ganja... AI: Ganja.. iya... kalau orang sana bilangnya ngegelek.. Ya tapi itu jadi kebutuhankan.. sebenarnya sih nikmatnya cuma sementara.. cuma kan yang namanya psikotropika itu kan sifatnya ketagihannya tinggi gitu.. ya jadi itu lah... awalnya dari cobacoba.. lingkungan ya kan... akhirnya jadi ketagihan.. S : Itu dari kapan pakeknya..? AI: SMU.. S : SMU kelas 1? AI: SMU kelas 1... S : Sampe..? AI: Nggak... SMP belum.. S : Bukan… maksudnya, sampe..? AI: Sampai pindah ke sinilah tahun 2000an.. S : 2000an.. AI: Tapi itu yang namanya ganja itu cuma 6 bulan.. S : 6 bulan..
AI: Karna kan narkoba, psikotropika sifatnya kita dari yang paling bawah sampai nomor dua, nomor tiga samapi yang paling bagus.. Informan Tambahan Nama Jenis Kelamin Tanggal Wawancara Pukul Tempat Pewawancara
: WY : Laki-Laki : 29 Oktober 2010 : 14:30 : Rental GK : Sherly Aztri
S : Pewawancara WY : Subjek Penelitian S : Minta waktunya sebentar ya bang.. WY: Iya boleh.. apa tu? S : Bisa abang ceritain latar belakang keluarga bang AF? WY: Latar belakang keluarganya baik-baik aja.. S : Baik-baik aja... orangtuanya kerja apa..? WY: Orangtuanya kerja penjahit.. S : Penjahit, siapa tu ayah atau ibunya? WY: Ayahnya penjahit.. ibunya penjahit.. terus... S : Oh dua-duanya.. terus? WY: Terus tahun 2002.... S : He eh... WY: Buka wartel... S : Tahun 2002 dia buka wartel.. dia kerja di sini tahun berapa? WY: Dia kerja di sini tahun 2005... S : 2005 samapi? WY: Sampai..... 2008... 2009 masih... S : 2009 masih.... WY: 2009 dia diangkat jadi manager... S : Manager.. itu Cuma kira-kira awal, pertengahan atau akhir..? WY: Awal... S : Terus dia keluar stop kerja di sini? WY: Stop kerja karna band..... S : Band... WY: Dia band... sibuk band... S : Itu 2009 pertengahan? WY: Sekitar empat bulanan.. S : Itu dia keluar dari sini untuk fokus ke band.. terus gimana tadi keluarganya.. tahun 2005 buka warnet.. WY: Sekarang... nggak... wartel tapi sekarang nggak jalan jadi orangtuanya jahit... S : He eh... WY: Terus tu memberi pelatihan sama anak-anak mahasiswa... S : Mahasiswa.. WY: Iya.. kayak private...
S : Oh private menjahit… WY: Iya… S : Kalau ayahnya? WY: Ayahnya buka ponsel ma cucian motor…
Informan Utama Nama Jenis Kelamin Tanggal Wawancara Pukul Tempat Pewawancara
: AI : Laki-Laki : 23 Juni 2010 : 14:43 : Warnet dan Cafe QZ : Sherly Aztri
Catatan Lapangan Subyek terlihat tegang, kedua tanganya dimasukkan ke dalam saku jempernya
Verbatim AI: Bentuknya seperti apa..? apa kuisener… S: Nggak.. sherly tanya langsung aja kayak gini… AI: Langsung aja… S: Iya.. sherly izin rekam ya… AI: Iya boleh.. S: Ntar mau disalin lagi.. AI: Iya boleh.. kalau kurang jelas nanti tany aaja.. S: Iya... Sherly langsung aja ya... AI: Boleh… S: Bisa nggak ceritain ma sherly awal mula proses sampai akhirnya makek gimana..? AI: Makek… kalau makek narkoba ya.. narkoba kan banyak jenisnya.. dari mulai bawah sampai atas ya.. e.... kelas 1 SMA saya di cianjur jawa barat itu... apa pergaulannya lebih tinggi dari
Ide Utama Tema • Bentuk Wawancara • Bentuk wawancara dan izin rekam
Pola-Pola Umum
• Izim Rekam
• Mengenal Narkoba • Lingkungan memperkenalkan dari Lingkungan kepada narkoba • Pergaulan di Jawa Lebih Tinggi dari Pada Sumatra
• Pengaruh lingkungan
Informan Awal Nama Jenis Kelamin Tanggal Wawancara Pukul Tempat Pewawancara
: AR : Laki-Laki : 25 Maret 2010 : 15:11 : Tempat Makan SL : Sherly Aztri
Catatan Lapangan Subyek duduk dengan posisi sedikit membungkuk Subyek membangun kontak mata yang cukup baik dengan peneliti
Verbatim S: Makasi ya AR atas waktunya… AR: Iya sher.. S: Tadi kesini naek apa? AR: Motor… S: Gimana wisudanay kemaren…? AR: Baik… S: Keluarga datang semua…? AR: Datang semua... rame... satu mobil penuh... S: Weee.... rencana kerja disini pha pulkam..? AR: Mau coba disini dulu sher tapi ijazah belum keluar lagi... S: Oh... iyalah baru wisuda... AR: Termasuk lama tu sher... udah dua minggu... S: Oh.... Oh ya, AR masih di kos lama? AR: Masih... S: Emm... mau pesan apaan? AR: Terserah aja sher..
Ide Utama
Tema
Pola-Pola Umum
• Lulus Sarjana
• Kehidupan Pribadi
• Pemahaman Diri
• Rencana Kerja • Menunggu Ijazah • Tempat Tinggal Lama
Informan Tambahan Nama Jenis Kelamin Tanggal Wawancara Pukul Tempat Pewawancara Catatan Lapangan
: WY : Laki-Laki : 29 Oktober 2010 : 114:30 : Rental GK : Sherly Aztri Verbatim S: Minta waktunya sebentar ya bang.. WY: Iya boleh.. apa tu? S: Bisa abang ceritain latar belakang keluarga bang AF? WY: Latar belakang keluarganya baikbaik aja.. S: Baik-baik aja... orangtuanya kerja apa..? WY: Orangtuanya kerja penjahit.. S: Penjahit, siapa tu ayah atau ibunya? WY: Ayahnya penjahit.. ibunya penjahit.. terus... S: Oh dua-duanya.. terus? WY: Terus tahun 2002.... S: He eh... WY: Buka wartel... S: Tahun 2002 dia buka wartel.. dia kerja di sini tahun berapa? WY: Dia kerja di sini tahun 2005 S: 2005 sampai? WY: Sampai..... 2008... 2009 masih...
Ide Utama
• AF berasal dari keluarga baikbaik
Tema
Pola-Pola Umum
• Latar belakang keluarga AF
• Latar belakang keluarga AF
• Pekerjaan AF
• Pekerjaan AF
• Pekerjaan orangtua AF
• Orangtua AF membuka usaha wartel • Awal AF bekerja di rental GK
Tema-Tema Pada Subjek AI 1. Pengalaman Pertama Kali Menggunakan Narkoba Pergaulan AI bersama teman-temannya memperkenalkan AI pada narkoba, AI bersama teman-temannya menggunakan narkoba diawali dari coba-coba hingga akhirnya menjadi suatu kebutuhan. Jenis narkoba pertama yang digunakan oleh AI adalah ganja, AI menggunakan ganja selama enam bulan kemudian meningkat dengan menggunakan ekstasi dan heroin. Pengakuan dari AI bahwa penggunaan psikotopika bersifat meningkat dari jenis narkoba yang paling rendah hingga ke tingkatan yang paling tinggi, sampai dengan AI duduk di bangku kelas dua SMU akhir sebelum AI masuk ke rehabilitasi jenis narkoba yang digunakan oleh AI adalah heroin, yaitu tingkatan tertinggi dari narkoba. Jenis narkoba yang hingga saat ini yang tidak dapat digunakan dan diterima oleh tubuh AI adalah jenis narkoba shabu-shabu. 2. Jenis-Jenis, Cara Serta Waktu Penggunaan Narkoba Jenis-jenis narkoba yang pernah digunakan oleh AI diantaranya adalah ganja, ekstasi dan heroin. Ganja digunakan dengan cara dihisap seperti rokok, Ekstasi digunakan dengan cara dihirup melalui suatu alat yang disebut dengan bong dan heroin digunakan dengan cara disuntikkan ke tubuh. Penuturan AI bahwa dirinya menggunakan narkoba dan meminum alkohol hanya pada saat ia masuk ke lingkungan pergaulan teman-teman yang menggunakan narkoba. Terkadang disaat merasa bosan dan keadaan lingkungan mendukung serta tersediannya fasilitas. 3. Ketergantungan yang Tidak Tinggi Pada Narkoba Pengakuan dari AI bahwa dirinya tidak mengalami ketergantungan yang tinggi terhadap narkoba, tidak adanya keharusan pada diri AI untuk menggunakan narkoba dan dirinya tidak pernah mengalami sakaw. AI juga mengatakan bahwa dirinya tidak merasakan efek negatif dari narkoba, menurut penuturan AI hal ini terjadi mungkin karena basicnya sebagai seorang olahragawan sehingga dirinya memiliki stamina yang kuat. Selama di Pekanbaru saat dirinya masuk ke lingkungan pergaulan narkoba AI menggunakan ekstasi yaitu jenis narkoba yang levelnya jauh di bawah heroin, yaitu jenis narkoba terakhir yang digunakan AI sehingga penggunaan ekstasi tidak memberikan pengaruh pada dirinya. Saat AI ketahuan menggunakan narkoba oleh pelatih basketnya dan diikuti dengan diketahuinya hal itu oleh kedua orangtua AI, AI dimasukkan ke rehabilitasi di Bogor. Saat masuk ke rehabilitasi AI dalam masa kenaikkan dari kelas dua ke kelas tiga SMU, AI menjalani masa rehabilitasi selama dua bulan yakni beberapa bulan lebih cepat dari masa rehabilitasi seharusnya yaitu sembilan bulan. Rehabilitasi yang dijalani oleh AI adalah rehabilitasi yang khusus menghilangkan zat heroin dari tubuhnya karena jenis narkoba yang intens AI gunakan waktu itu adalah heroin. 4. Relapse Keluar dari rehabilitasi AI pindah ke Solo tempat neneknya, sesampainya di Solo AI diminta untuk memilih antara melanjutkan sekolah atau meneruskan basket, pada saat itu AI memutuskan meneruskan basketnya. Selama di Solo AI terbebas dari narkoba karena lingkungannya yang jauh dari narkoba. Saat bermain dipertandingan basket AI mengalami cedera yang mengakibatkan AI tidak dapat bermain basket lagi. AI dilanda kebosanan karena tidak bisa bermain basket lagi, hal ini menyebabkan AI kembali kepangkuan narkoba. AI kemudian pindah ke Pekanbaru untuk melanjutkan
pendidikan di salah satu SMU negeri di Pekanbaru. Perpindahan AI ke Pekanbaru mempertemukan kembali AI dengan narkoba. 5. Hukum Rimba Dalam Dunia Narkoba AI mengemukakan bahwa dalam dunia narkoba berlaku hukum rimba yaitu siapa yang kuat maka ia yang akan menang. AI tidak dapat menjamin sepenuhnya diwaktu yang akan datang ia tetap terbebas dari narkoba selamanya, saat ini AI sebisanya berusaha menghindari teman-teman yang memberikan pengaruh buruk terhadap dirinya. Penuturan dari AI bahwa dirinya saat menolak tawaran menggunakan narkoba terlebih dahulu melihat siapa yang menawarkan narkoba kepada dirinya. Berdasarkan pengalaman AI jika yang menawarkan kepadanya adalah sesama pengguna, AI dapat dengan mudah menolaknya tetapi bila yang menawarkan narkoba kepada dirinya adalah seorang bandar narkoba maka menjadi sulit untuk dirinya menolak tawaran menggunkan narkoba. Begitu juga halnya dengan meminum alkohol, jika AI hanya berdua dengan temannya maka kesempatan AI untuk menolak ajakan temannya menjadi sulit tetapi bila saat itu dalam keadaan sedang bertiga atau dalam jumlah yang lebih banyak, AI menjadi lebih mudah untuk mengelak dari meminum alkohol 6. Rasa Menghargai dan Toleransi Penuturan dari AI bahwa sebagian besar dirinya menggunakan narkoba dan meminum alkohol hanya untuk menghargai ajakan dari teman-temannya. Rasa toleransi yang tinggi terhadap teman membuat AI merasa tidak enak bila menolak tawaran temantemannya, bagi AI menerima ajakan teman-temannya adalah cara dirinya untuk melakukan pendekatan kepada temannya serta merupakan cara untuk dapat diterima dalam pergaulan. Penuturan dari AI bila dirinya hanya berdua bersama temannya maka kesempatan AI untuk menolak ajakan temannya menjadi lebih sulit dibandingkan dengan saat dirinya dalam keadaan sedang bertiga atau dalam jumlah yang lebih banyak, AI menjadi lebih mudah untuk mengelak dari meminum minuman keras. Selang waktu dari wawancara pertama dengan wawancara kedua peneliti dengan AI, AI sudah tidak pernah lagi menggunakan narkoba tetapi ada dua kali AI meminum alkohol dari selang waktu wawancara pertama dengan wawancara kedua. Hal itu diakui AI ia meminum alkohol hanya untuk menghargai ajakkan temannya. Bagi AI cara menghargai seseorang adalah dengan cara seperti itu, meskipun ia hanya minum sedikit atau bahkan hanya berpura-pura meminum alkohol. 7. Keinginan Berhenti Menggunakan narkoba Semenjak tahun 2008 AI mengakui bahwa dirinya sudah jarang menggunakan narkoba, keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba diakui AI timbul dari dirinya sendiri. Menurut AI ia menolak saat ditawari narkoba hingga akhirnya timbul keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba semuanya timbul dari dirinya sendiri, tidak adanya faktor pendukung dari orang lain. Secara pribadi keinginan dirinya untuk berhenti menggunakan narkoba sebesar 60% karena menurut AI dalam kehidupan yang normal ia tidak dapat mengungkiri bahwa dirinya membutuhkan seseorang itu adalah hal pasti begitu juga halnya terpengaruh dengan orang lain. Prinsip hidup yang dipegang oleh AI ialah bahwa dirinya boleh membutuhkan orang lain dan terpengaruh oleh orang lain tetapi dirinya tidak boleh sampai tergantung dengan orang lain. 8. Berprilaku Sesuai Dengan Lingkungan
Penuturan AI bahwa dirinya selalu meninggalkan kesan yang positif setiap berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaikan prilakunya dimana ia berada dan berhadapan dengan siapa. Saat teman-teman subjek memberikan hal-hal positif kepada dirnya, AI juga mengatakan bahwa dirinya dapat berbagi hal positif yang ada dirinya untuk dibagikan kepada orang lain seperti pengalaman hidup dan pergaulan. AI bertindak seperti ini merupakan cara dirinya untuk dapat diterima dalam pergaulan dan disenangi oleh orang-orang yang mengenalnya. 9. Latar Belakang Keluarga AI AI adalah anak ke-4 dari empat bersaudara. Latar belakang keluarga AI adalah wirausaha, kedua orangtua AI adalah seorang pedagang dan sejak kecil setiap jam dua pagi AI sudah harus bangun untuk membantu orangtuanya di pasar sampai dengan menjelang waktu masuk sekolah. AI menuturkan meskipun secara ekonomi keluarganya mampu, AI didik untuk bekerja dan mandiri. AI bekerja kepada orangtuanya dan digaji seperti pekerja lainnya. Kedua orangtua AI mendidik anak-anaknya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, kedisiplinan, kejujuran, berpikir positif serta menghargai orang lain. Sewaktu kecil AI disuruh untuk membuat jadwal harian sehingga setiap harinya AI melakukan kegiatannya sesuai dengan waktu yang tertera dijadwal hariannya, hingga waktu menonton televisi juga dibatsi oleh kedua orangtuanya. Diakui oleh AI kebiasaan seperti ini dirasakan berat dan membuat dirinya memberontak sewaktu SD dan SMP tetapi sudah dapat dimengerti dan diterima serta dirasakan manfaatnya oleh AI saat SMU. Berdasarkan keterangan AI latar belakang keluarganya juga memiliki insomia yang tinggi karena dirinya dan keluarganya terbiasa bangun jam dua pagi untuk pergi ke pasar. 10. Membutuhkan Pendamping Hidup Kebanyakkan teman-teman AI terdahulu yang menggunakan narkoba sudah berhenti menggunakan narkoba serta beberapa temannya sudah banyak yang menikah. AI sesekali masih pergi ketempat teman- temannya karena AI ingin melihat bagaimana sosok seorang wanita yang mampu merubah serta membimbing temannya yang dahulu seorang pengguna narkoba yang lebih parah dari dirinya, kini sudah berhenti menggunakan narkoba. AI mengemukakan bahwa bila ada seseorang yang mendampingi dirinya serta seseorang yang selalu mengingatkan dirinya utuk tidak menggunakan narkoba dan meminum alkohol lagi, akan menguatkan dirinya untuk menjauhi narkoba dan alkohol. AI secara pribadi menginginkan adanya pendamping hidup disampingnya yang dapat selalu mendukungnya dan menghilangkan sifat negatif dari dirinya. 11. Mantan Atlet Basket AI adalah seorang mantan atlet basket yang memulai karir basketnya semenjak ia duduk di bangku SMP, AI memiliki karir dan prestasi yang cemerlang di basket. AI menjadi salah satu pemain andalan oleh tim basketnya. Saat SMA AI masuk tim senior dan timnya menjadi juara dalam pertandingan. Prestasinya yang cemerlang di basket membuat AI menerima berbagai fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah seperti nilai dan juga fasilitas liburan.
Tema-Tema Pada Subjek AF
1. Self Efficacy Timbulnya kesadaran serta keinginan yang kuat untuk berhenti menggunakan narkoba pada diri AF muncul saat subjek terjerat masalah hutang piutang di tempat ia bekerja. Berada ditengah-tengah keadaan seperti ini menyadarkan AF bahwa terlalu banyak hal yang telah subjek sia-siakan untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya. AF mulai mengingat dan berpikir dengan nominal hutang yang tidak sedikit yang ia tanggung sekarang seandainya dahulu ia digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat pasti sekarang kehidupnya telah mapan sebagai seorang lelaki. Semenjak kejadian itu AF mengaku merasa jera atas apa yang ia alami sekarang dan bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi, kejadian ini menjadi faktor utama yang melatar belakangi subjek berhenti menggunakan narkoba. 2. Konsep Diri AF menilai dirinya sebagai anak yang nakal dan seseorang yang biasa saja yang tidak memiliki keistimewaan apa-apa serta tidak ada sesuatu yang dapat dibanggakan dari dirinya. Konsep diri yang negatif terhadap diri sendiri merupakan salah satu faktor yang menjadikan AF sebagai pribadi yang rentan terpengaruh dengan pergaulan negatif. 3. Relapse Selang waktu antara berhentinya AF dari penggunaan narkoba setelah tamat SMU dengan penggunaan narkoba kembali yaitu rentang waktunya adalah tiga tahun. Tiga tahun berhenti menggunakan narkoba, AF kembali menggunakan narkoba dengan alasan karena ingin tau kepada jenis narkoba yang lainnya dan diajak oleh temannya. AF mau menggunakan narkoba lagi karena pada penggunaan narkoba sebelumnya AF tidak merasakan efek ketrgantungan yang tinggi dan tidak merasakan pengaruh apa-apa dari penggunaan ganja sehingga AF kembali tertantang oleh rasa ingin taunya pada jenis narkoba yang lain saat ditawari oleh temannya. 4. Peran Dukungan Teman Pada penggunaan narkoba yang pertama AF berhenti menggunakan narkoba setelah ia tamat dari SMU. Pada saat itu AF berhenti menggunakan narkoba karena saran dari kekasihnya,menerut pengakuan AF kata-kata yang dilontarkan oleh kekasihnya itu mengena di hatinya sehingga akhirnya AF memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba. Kehadiran teman-teman yang peduli dengan keadaan AF juga menjadi salah satu faktor yang memotivasi dan memperkuat AF untuk sepenuhnya berhenti menggunakan narkoba. 5. Problem Solving (Upaya-Upaya Menghindari Kecanduan Kembali) Upaya-upaya yang dilakukan subjek untuk menghindari kecanduan kembali terhadap narkoba ialah subjek mencari kesibukkan untuk mengalihkan pikirannya dari narkoba. Kegiatan subjek saat ini mencari hal-hal baru di dunia maya yang dapat menambah wawasannya seperti hardware dan software serta mengumpulkan chip dari sebuah permainan game di dunia maya yang kemudian dijual, yang menurut subjek menghasilkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Subjek juga menjauhi lingkungan pergaulan narkobanya terdahulu, seperti subjek menghindari pergi ke tempat-tempat teman-teman pengguna narkoba, menolak saat ditawari narkoba oleh teman-teman penggunan narkoba. AF juga mengalihkan pikirannya dengan cara berjalan-jalan dan merokok. AF seorang perokok aktif yang tidak bisa lepas dari rokok, AF sudah sampai pada tahap ketergantungan yang tinggi terhadap roko.
6. Efek Penggunaan Narkoba Penggunaan narkoba oleh AF memberikan dampak pada kehidupannya yaitu saat AF masih seorang pelajar prestasi belajarnya menurun. Saat ini kerusakkan organ tubuh yang dialami AF akibat penggunaan narkoba dan alkohol ialah giginya menjadi keropos. 7. Perubahan Pola Makan dan Tidur Semenjak AF menggunakan narkoba pola makan AF berubah dari sebelum ia menggunakn narkoba. Semenjak menggunakan narkoba jam makan pagi, siang dan malam AF bergeser beberapa jam dari waktu makan semestinya. Begitu juga dengan jam tidur AF yang berubah menjadi pagi hari yang sebelumnya di malam hari. AF merasa lebih enak beraktivitas di malam hari dari pada di pagi hari. Salah satu alasan AF tidak beraktivitas di malam hari karena dirinya tidak mempunyai kewajiban aktivitas sehari-hari. 8. AF Tidak Tinggal Di Rumah Bersama Keluarga Sehari-harinya AF lebih sering tinggal di ruko temannya yang juga merupakan salah satu subjek dari penelitian ini yaitu AI, hanya sesekali AF pulang kerumahnya. Alasan AF lebih sering menginap di tempat temannya dari pada di rumah karena di rumah tidak ada aktivitas apa-apa dan AF sering tidak dapat tidur di malam hari sehingga bila di rumah AF tidak mempunyai teman begadang serta di rumah tidak ada televisi. Betdasarkan keterangan AF di rumah juga keluarganya tidak ada tuntutan apaapa atas dirinya sehingga AF merasa tidak masalah ia berada di luar rumah. 9. Kesadaran Diri Kini AF menyadari bahwa banyak hal yang bisa ia raih jika dirinya tidak menggunakan narkoba dahulunya. AF mengatakan mungkin sekarang jika ia tidak menggunakan narkoba dahulunya, ia sudah mempunyai mobil dan sudah bisa menikah. Penuturan AF yang mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah bisa menikah bila dahulu tidak menggunakan narkoba diucapkan oleh AF beberapa kali saat diwawancarai. AF menyadari bahwa hidupnya dahulu hanya banyak berhura-hura yang tidak manfaatnya sama sekali. 10. Latar Belakang Keluarga AF Af adalah anak ke-3 dari empat bersaudara. Kedua orangtua subjek adalah seorang penjahit, dan sempat membuka usaha warung telepon dan juga counter handphone. Menurut penuturan salah satu teman AF yaitu WY latar belakang keluarga AF adalah keluarga baik-baik dan merupakan salah satu kerabat tokoh penting di Pekanbaru. Kedua orangtua AF adalah orang yang ramah dan ayah AF meskipun sudah tua tetapi memiliki selera humoris yang tinggi (W. WY. 01). Penuturan dari AF saudara pertamanya sudah menikah dan berprofesi sebagai seorang guru, saudara keduanya juga sudah menikah dan bekerja disalah satu instansi pemerintahan dan adiknya masih bersekolah. Berdasarkan keterangan AF di rumah keluarganya tidak ada tuntutan apa-apa atas dirinya sehingga AF merasa tidak masalah berada di luar rumah dan tidak tinggal di rumah. Saat peneliti menanyakan kepada AF bila dirinya diminta oleh kedua orangtuannya untuk tinggal di rumah apakah dirinya bersedia atau tidak, AF menjawab dirinya mau memenuhi permintaan kedua orangtuanya bila diminta untuk tinggal di rumah. AF mengiyakan pernyataan peneliti bahwa dirinya akan menetap tinggal jika diminta terlebih dahulu oleh kedua orangtuanya.
11. Pengalaman Pertama Kali Menggunakan Narkoba Perkenalan pertama kali AF dengan narkoba yaitu saat AF duduk di bangku kelas tiga SMP. Semenjak itu AF menggunakan narkoba sampai dengan tamat SMU, jenis narkoba pertama kali yang AF gunakan samapi dengan ia tamat SMU adalah ganja. Penggunaan narkoba diawali dengan rasa ingin tau terhadap narkoba dan dari pengaruh pergaulan serta melihat teman-teman yang menggunakan narkoba, kemudian dengan dilatar belakangi rasa ingin tau akhirnya AF mencoba narkoba. Tema-Tema Pada Subjek DM 1. Latar Belakang Keluarga DM DM merupakan anak ke-2 dari empat bersaudara, berdasarkan keterangan teman dekat DM yaitu MA latar belakang keluarga DM adalah keluarga yang harmonis serta berasal dari keluarga baik-baik. Kedua orangtua DM adalah seorang guru serta kakak DM yang pertama sedang menjalani studi program pasca sarjananya. Kedua orangtua DM sering menelpon DM menanyakan kabarnya, membangunkan DM untuk siap-siap berabgkat kuliah serta kakak pertama DM juga sering menghubungi DM dan sesekali menghubungi teman DM untuk menanyakan kabar adiknya. (W. MA. 01) 2. Pengalaman Pertama Kali Menggunakan Narkoba Awal pertama kali DM menggunakan narkoba yaitu pada saat dirinya duduk dibangku kelas dua SMP. DM ditawari temannya untuk menggunakan narkoba kemudian DM mencobanya hingga sekarang DM masih aktif menggunakan narkoba. Jenis narkoba yang intens digubakan oleh DM adalah ganja. 3. Relapse Saat DM duduk di bangku kelas tiga SMA DM bersama teman-temannya ketahuan oleh guru menggunakan narkoba di sekolah yang berujung pada pemecatan DM dari sekolah. Hanya DM yang dikeluarkan dari sekolah dari delapan siswa lainnya yang juga saat itu tertangkap menggunakan narkoba, pihak sekolah mengeluarkan DM dari sekolah dengan alasan kalau DM yang menjual narkoba kepada teman-temannya. Setelah ketahuan menggunakan narkoba DM dibawa berobat oleh kedua orangtuanya di Rumah Sakit Umum, sejak menjalani proses pengobatan DM berhasil berhenti menggunakan narkoba. Setamatnya dari SMU DM melanjutkan pendidikannya di Padang, saat menjalani pendidikan di Padang DM bertemu kembali dengan pergaulan narkoba. Saat DM sedang berkumpul dengan teman-temannya, DM mengetahui bahwa harga narkoba di Padang jauh lebih mahal dari pada di kampungnya sehingga DM membawa narkoba dari kampungnya dan kemudian menjualnya di Padang. DM kembali di keluarkan dari tempat ia menempuh pendidikan, kali ini DM di keluarkan dari Universitasnya. DM sempat mengamen setelah di keluarkan dari Universitasnya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Saat itu DM sempat berhenti menggunakan narkoba selama tiga bulan, setelah itu DM pindah ke Pekanbaru dan bekerja di Pekanbaru sebelum melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi negeri di Pekanbaru. Perpindahan DM ke Pekanbaru mempertemukan kembali DM kepada lingkungan pergaulan narkoba dan kembali menggunakan narkoba pada akhir semester satunya. Selama di Pekanbaru DM pernah berhenti menggunakan narkoba yaitu saat DM mempunyai seorang kekasih. Menurut pengakuan DM selama ia bersama kekasihnya ia
berhenti menggunakan narkoba karena kekasihnya yang menyarankan. DM bisa untuk tidak menggunakan narkoba selama bersama kekasihnya karena setiap hari ia selalu menghabiskan waktu bersama kekasihnya dan DM ikut membantu penyelesaian skripsi kekasihnya. Setelah kekasihnya lulus kuliah dan meninggalkan Pekanbaru DM kembali menggunakan narkoba, hal ini sejalan dengan keterangan dari teman DM yaitu MA disaat kekasih DM masih di Pekanbaru DM menjadi lebih teratur hidupnya dan jauh dari narkoba, setelah kepergian kekasihnya DM kembali menggunakan narkoba yang berlanjut hingga sekarang. 4. Sugesti Kenikmatan Narkoba dan Kontrol Diri Salah satu faktor yang membuat subjek sulit untuk lepas dari narkoba adalah sugesti yang muncul untuk menggunakan narkoba yang selalu bermain dipikiran subjek seperti disaat subjek sedang berada diri di kamar, merasa suntuk serta saat melihat narkoba di depan matanya. Subjek tidak bisa mengontrol dirinya sendiri untuk tidak menggunakan narkoba, setiap subjek dihadapkan pada kondisi seperti diatas secara otomatis pikiran subjek mengarahkan dan membawanya pada narkoba yang mana subjek tidak bisa untuk menyangkal dan menahannya. 5. Bertahan Menggunakan Narkoba Hingga saat ini DM masih menggunakan narkoba karena beberapa alasan yaitu sampai saat ini dirinya masih merasakan enak menggunakan narkoba. Menurut DM dirinya belum pernah merasakan kejadian atau peristiwa dan efek yang tidak enak dari penggunaan narkoba selain dari sakaw. Secara finansial DM juga tidak mengalami masalah untuk membiayai penggunaan narkobanya. Alasan lain DM masih bertahan menggunakan narkoba karena teman-teman dekatnya DM sebagian besar adalah pengguna narkoba dan bandar narkoba, sehingga menjadi sulit bagi DM untuk meninggalkan narkoba. Narkoba mempersatukan DM dan teman-temannya dalam pergaulan. Persahabatan memiliki arti yang sangat besar bagi subjek dan hal inilah yang menjadi alasan kuat bagi diri subjek untuk tetap setia kepada narkoba. Sehari-harinya subjek bergaul dengan teman-teman terdekatnya yaitu seorang pengguna narkoba. Penuturan dari subjek disaat mereka menggunakan narkoba bersama mereka menjadi lebih terbuka satu sama lain, saling berbagi serta membicarakan hal-hal untuk merangkai masa depan mereka. Tinggal sebagai anak rantauan di daerah orang membuat subjek membutuhkan seseorang peduli kepada dirinya dan teman-teman yang selalu ada untuk dirinya, sepemikiran dengannya serta orang-orang yang mau menerima dirinya apa adanya adalah teman-temannya sesama pengguna narkoba, oleh karena itu subjek merasa nyaman bersama teman-temannya sesama pengguna narkoba dan mempertahankan persahabatan mereka. DM tidak siap untuk melepaskan persahabatannya dan lingkungannya saat ini, karena DM merasa bingung bila ia harus pindah maka ia harus pindah kemana dan DM tidak siap untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
6. Respon Keluarga Saat Mengetahui DM Menggunakan Narkoba Berdasarkan penuturan DM, saat kedua orangtuanya mengetahui anak kesayangannya menggunakan narkoba, kedua orangtua DM mersa terkejut dan tidak
percaya bahwa anaknya yang di rumah selalu rajin beribadah dikeluarkan dari sekolah karena menggunkan narkoba. Rasa kekecewaan yang mendalam dirasakan oleh kedua orangtua DM sampai kedua orangtuanya tidak bisa marah dan hanya bisa menangis. Saat mengetahui DM kembali dikeluarkan dari tempat ia menempuh pendidikan, menurut penuturan DM kedua orangtuanya menyerah sepenuhnya kepada DM apa yang ingin ia lakukan sekarang, semuanya terserah kepada DM, kedua orangtuanya sudah tidak terlalu peduli kepada dirinya. 7. Ketidakadaannya Rasa Jera Berbagai jenis narkoba sudah pernah DM rasakan dan juga telah DM rasakan efek dari gejala putus obat serta efek negatif dari penggunaan narkoba seperti peristiwa DM di keluarkan dari sekolahnya saat SMU, di drop out dari Universitasnya, kosentrasi belajar menjadi terganggu serta mengecewakan kedua orangtuanya tetapi ternyata semua itu tidak membuat DM merasa jera, DM hingga saat ini masih menggunakan narkoba. 8. Rasa Bersalah dan Penyesalan Diakui DM saat melihat kedua orangtuanya menangis ada rasa bersalah, berdosa dan menyesal telah membuat kedua orangtuanya menangis tetapi seringkali rasa penyesalan itu kalah dengan keinginan yang kuat untuk menggunakan narkoba. 9. Membutuhkan Pendamping DM mengemukakan bahwa dirinya membutuhkan seseorang yang dapat mendukung serta membimbingnya untuk lepas dari narkoba. Bila saat ini dirinya tinggal bersama kedua orangtuanya maka yang dibutuhkan dirinya untuk lepas dari narkoba adalah keduaorangtuanya dan keluarganya. Disaat kondisinya yang sekarang jauh dari keluarga, DM membutuhkan seseorang yang dapat membimbingnya untuk lepas dari narkoba. 10. Dijauhi dan Dianggap Rendah Oleh Lingkungan DM dipandang rendah oleh guru-gurunya serta DM dicap oleh orang kampungnya bahwa dirinya tidak akan lulus SMA. Hal ini diakui oleh DM membuat dirinya merasa down dan frustasi karena dipandang rendah dan divonis tidak akan lulus dari SMA.
Tema-Tema Pada Subjek AI 1. Latar Belakang AI AI adalah anak ke-4 dari empat bersaudara. Latar belakang keluarga AI adalah wirausaha, kedua orangtua AI seorang pedagang dan sejak kecil setiap jam dua pagi AI sudah harus bangun untuk membantu orangtuanya di pasar sampai dengan menjelang waktu masuk sekolah. AI menuturkan meskipun secara ekonomi keluarganya mampu, AI didik untuk bekerja dan mandiri. AI bekerja kepada orangtuanya dan digaji seperti pekerja lainnya. Kedua orangtua AI mendidik anak-anaknya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, kedisiplinan, kejujuran, berpikir positif serta menghargai orang lain. Sewaktu kecil AI disuruh untuk membuat jadwal harian sehingga setiap harinya AI melakukan kegiatannya sesuai dengan waktu yang tertera dijadwal hariannya, hingga waktu menonton televisi juga dibatasi oleh kedua orangtuanya. Diakui oleh AI kebiasaan seperti ini dirasakan berat dan membuat dirinya memberontak sewaktu SD dan SMP tetapi sudah dapat dimengerti dan diterima serta dirasakan manfaatnya oleh AI saat SMU. Berdasarkan keterangan AI latar belakang keluarganya juga memiliki insomia yang tinggi karena AI bersama keluarganya terbiasa bangun jam dua pagi untuk pergi ke berjualan di pasar. Semenjak kecil AI sudah terbiasa bangun sejak jam dua pagi untuk membantu kedua orangtuanya berjualan di pasar sampai dengan waktu menjelang masuk sekolah. AI adalah seorang mantan atlet basket yang memulai karir basketnya semenjak ia duduk di bangku SMP, AI memiliki karir dan prestasi yang cemerlang di basket. AI merupakan salah satu pemain andalan oleh tim basketnya. Saat AI tamat dari SMP dan ingin melanjutkan jenjang pendidikan di SMA, AI menerima banyak proposal dari sekolah-sekolah yang ingin menariknya menjadi siswa di sekolah mereka. AI masuk tim senior yang bernama central basketball club saat duduk di bangku SMA dan tim AI selalu menjadi juara dalam pertandingan. Prestasinya yang cemerlang di basket membuat AI menerima berbagai fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah seperti nilai dan juga fasilitas liburan. 2. Pengalaman Pertama Kali Menggunakan Narkoba Pergaulan AI bersama teman-temannya memperkenalkan AI pada narkoba, AI bersama teman-temannya menggunakan narkoba diawali dari coba-coba hingga akhirnya menjadi suatu kebutuhan. Jenis narkoba pertama yang digunakan oleh AI adalah ganja, AI menggunakan ganja selama enam bulan kemudian meningkat dengan menggunakan ekstasi dan heroin. Pengakuan dari AI bahwa penggunaan psikotopika bersifat meningkat dari jenis narkoba yang paling rendah hingga ke tingkatan yang paling tinggi, sampai dengan AI duduk di bangku kelas dua SMU akhir sebelum AI masuk ke rehabilitasi jenis narkoba yang digunakan oleh AI adalah heroin, yaitu tingkatan tertinggi dari narkoba. Jenis narkoba yang hingga saat ini yang tidak dapat digunakan dan diterima oleh tubuh AI adalah jenis narkoba shabu-shabu. 3. Ketergantungan Narkoba Jenis-jenis narkoba yang pernah digunakan oleh AI diantaranya adalah ganja, ekstasi dan heroin. Ganja digunakan dengan cara dihisap seperti rokok, Ekstasi digunakan dengan cara dihirup melalui suatu alat yang disebut dengan bong dan heroin
digunakan dengan cara disuntikkan ke tubuh. Penuturan AI bahwa dirinya menggunakan narkoba dan meminum alkohol hanya pada saat ia masuk ke lingkungan pergaulan teman-teman yang menggunakan narkoba. Terkadang disaat merasa bosan dan keadaan lingkungan mendukung serta tersediannya fasilitas. Pengakuan dari AI bahwa dirinya tidak mengalami ketergantungan yang tinggi terhadap narkoba, tidak adanya keharusan pada diri AI untuk menggunakan narkoba dan dirinya tidak pernah mengalami sakaw. AI juga mengatakan bahwa dirinya tidak merasakan efek negatif dari narkoba, menurut penuturan AI hal ini terjadi mungkin karena basicnya sebagai seorang olahragawan sehingga dirinya memiliki stamina yang kuat. Selama di Pekanbaru saat dirinya masuk ke lingkungan pergaulan narkoba AI menggunakan ekstasi yaitu jenis narkoba yang levelnya jauh di bawah heroin, yaitu jenis narkoba terakhir yang digunakan AI sehingga penggunaan ekstasi tidak memberikan pengaruh pada dirinya. 4. Rehabilitasi Saat AI ketahuan menggunakan narkoba oleh pelatih basketnya dan diikuti dengan diketahuinya hal itu oleh kedua orangtua AI, AI dimasukkan ke rehabilitasi di Bogor. Saat masuk ke rehabilitasi AI dalam masa kenaikkan dari kelas dua ke kelas tiga SMU, AI menjalani masa rehabilitasi selama dua bulan yakni beberapa bulan lebih cepat dari masa rehabilitasi seharusnya yaitu sembilan bulan. Rehabilitasi yang dijalani oleh AI adalah rehabilitasi yang khusus menghilangkan zat heroin dari tubuhnya karena jenis narkoba yang intens AI gunakan waktu itu adalah heroin. AI menuturkan dirinya masuk ke rehabilitasi atas keinginannya sendiri untuk benar-benar lepas dari narkoba. Pada awal menjalani rehabilitasi AI mengakui bahwa dirinya merasa asing di lingkungan baru, jauh dari keluarga dan teman-temannya tetapi seiring dengan berjalannya waktu AI dapat menyesuaikan diri teman-teman yang juga menjalani rehabilitasi serta beradaptasi dengan lingkungan rehabilitasi. Meskipun terkadang AI merasa jenuh dan kesal berada di rehabilitasi karena dirinya tidak bisa bermain basket setiap sore seperti biasanya. Keluar dari rehabilitasi AI pindah ke Solo tempat neneknya, sesampainya di Solo AI diminta untuk memilih antara melanjutkan sekolah atau meneruskan basket, pada saat itu AI memutuskan meneruskan basketnya. 5. Kecanduan Kembali Selama AI berada di Solo AI terbebas dari narkoba karena menurut penuturan AI lingkungannya selama di Solo jauh dari narkoba. Saat bermain dipertandingan basket AI mengalami cedera yang mengakibatkan AI tidak dapat bermain basket lagi. AI dilanda kebosanan karena tidak bisa bermain basket lagi, hal ini menyebabkan AI kembali kepangkuan narkoba saat pindah ke Pekanbaru. AI merasa kecewa tidak bisa bermain basket lagi, terlebih lagi disaat dirinya melihat teman-temannya bermain basket tetapi dirinya tidak dapat ikut bermain bersama. Ada rasa kesal dan kecewa yang mendalam saat ia melihat teman-temannya bermain basket, begitu juga rasa kesal dan kecewa yang mendalam AI rasakan saat melihat tim basketnya kalah dalam pertandingan. AI mengatakan bahwa sulit untuk dirinya mengemukakan bagaimana perasaan kesal dan kecewanya ia karena tidak bisa bermain basket lagi. AI pindah ke Pekanbaru untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu SMU negeri di Pekanbaru. AI kembali menggunakan narkoba saat dirinya duduk dibangku kuliah semester dua, AI mengemukakan pertemuann kembali dengan narkoba diawali
dengan waktu luang yang panjang setelah kuliah. AI selalu berkumpul dan pergi bersama teman-temannya untuk bermain biliard, di tempat biliard tersebutlah AI kembali mengenal narkoba kembali. 6. Kesulitan Keluar dari Narkoba dan Ketergantungan Berlanjut AI mengemukakan bahwa dalam dunia narkoba berlaku hukum rimba yaitu siapa yang kuat maka ia yang akan menang. AI tidak dapat menjamin sepenuhnya diwaktu yang akan datang ia tetap terbebas dari narkoba selamanya, saat ini AI sebisanya berusaha menghindari teman-teman yang memberikan pengaruh buruk terhadap dirinya. Penuturan dari AI bahwa dirinya saat menolak tawaran menggunakan narkoba terlebih dahulu melihat siapa yang menawarkan narkoba kepada dirinya. Berdasarkan pengalaman AI jika yang menawarkan kepadanya adalah sesama pengguna, AI dapat dengan mudah menolaknya tetapi bila yang menawarkan narkoba kepada dirinya adalah seorang bandar narkoba maka menjadi sulit untuk dirinya menolak tawaran menggunkan narkoba. Begitu juga halnya dengan meminum alkohol, jika AI hanya berdua dengan temannya maka kesempatan AI untuk menolak ajakan temannya menjadi sulit tetapi bila saat itu dalam keadaan sedang bertiga atau dalam jumlah yang lebih banyak, AI menjadi lebih mudah untuk mengelak dari meminum alkohol Penuturan dari AI bahwa sebagian besar dirinya menggunakan narkoba dan meminum alkohol hanya untuk menghargai ajakan dari teman-temannya. Rasa toleransi yang tinggi terhadap teman membuat AI merasa tidak enak bila menolak tawaran teman-temannya, bagi AI menerima ajakan teman-temannya adalah cara dirinya untuk melakukan pendekatan kepada temannya serta merupakan cara untuk dapat diterima dalam pergaulan. Penuturan dari AI bila dirinya hanya berdua bersama temannya maka kesempatan AI untuk menolak ajakan temannya menjadi lebih sulit dibandingkan dengan saat dirinya dalam keadaan sedang bertiga atau dalam jumlah yang lebih banyak, AI menjadi lebih mudah untuk mengelak dari meminum minuman keras. Selang waktu dari wawancara pertama dengan wawancara kedua peneliti dengan AI, AI sudah tidak pernah lagi menggunakan narkoba tetapi ada dua kali AI meminum alkohol dari selang waktu wawancara pertama dengan wawancara kedua. Hal itu diakui AI ia meminum alkohol hanya untuk menghargai ajakkan temannya. Bagi AI cara menghargai seseorang adalah dengan cara seperti itu, meskipun ia hanya minum sedikit atau bahkan hanya berpura-pura meminum alkohol. 7. Kemandirian dan Masa Depan Semenjak tahun 2008 AI mengakui bahwa dirinya sudah jarang menggunakan narkoba, keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba diakui AI timbul dari dirinya sendiri. Menurut AI dimulai dengan keberanian dirinya menolak saat ditawari narkoba hingga akhirnya timbul keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba semuanya timbul dari dirinya sendiri, tidak adanya faktor pendukung dari orang lain. Secara pribadi keinginan dirinya untuk berhenti menggunakan narkoba sebesar 60% karena menurut AI dalam kehidupan yang normal ia tidak dapat mengungkiri bahwa dirinya membutuhkan seseorang itu adalah hal pasti begitu juga halnya terpengaruh dengan orang lain. Prinsip hidup yang dipegang oleh AI ialah bahwa dirinya boleh membutuhkan orang lain dan terpengaruh oleh orang lain tetapi dirinya tidak boleh sampai tergantung dengan orang lain.
Penuturan AI bahwa dirinya selalu meninggalkan kesan yang positif setiap berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaikan prilakunya dimana ia berada dan berhadapan dengan siapa. Saat teman-teman subjek memberikan hal-hal positif kepada dirnya, AI juga mengatakan bahwa dirinya dapat berbagi hal positif yang ada dirinya untuk dibagikan kepada orang lain seperti pengalaman hidup dan pergaulan. AI bertindak seperti ini merupakan cara dirinya untuk dapat diterima dalam pergaulan dan disenangi oleh orang-orang yang mengenalnya. Kebanyakkan dari teman-teman AI terdahulu yang menggunakan narkoba sudah berhenti menggunakan narkoba serta beberapa temannya sudah banyak yang menikah. AI sesekali masih pergi ketempat teman- temannya karena AI ingin melihat bagaimana sosok seorang wanita yang mampu merubah serta membimbing temannya yang dahulu seorang pengguna narkoba yang lebih parah dari dirinya, kini sudah berhenti menggunakan narkoba. AI mengemukakan bahwa bila ada seseorang yang mendampingi dirinya serta seseorang yang selalu mengingatkan dirinya utuk tidak menggunakan narkoba dan meminum alkohol lagi, akan menguatkan dirinya untuk menjauhi narkoba dan alkohol. AI secara pribadi menginginkan adanya pendamping hidup disampingnya yang dapat selalu mendukungnya dan menghilangkan sifat negatif dari dirinya. Tema-Tema Pada Subjek AF 1. Latar Belakang AF Af adalah anak ke-3 dari empat bersaudara. Kedua orangtua subjek adalah seorang penjahit, dan sempat membuka usaha warung telepon dan juga counter handphone. Menurut penuturan salah satu teman AF yaitu WY latar belakang keluarga AF adalah keluarga baik-baik dan merupakan salah satu kerabat tokoh penting di Pekanbaru. Kedua orangtua AF adalah orang yang ramah dan ayah AF meskipun sudah tua tetapi memiliki selera humoris yang tinggi (W. WY. 01). Penuturan dari AF saudara pertamanya sudah menikah dan berprofesi sebagai seorang guru, saudara keduanya juga sudah menikah dan bekerja disalah satu instansi pemerintahan dan adiknya masih bersekolah. Berdasarkan keterangan AF di rumah keluarganya tidak ada tuntutan apa-apa atas dirinya sehingga AF merasa tidak masalah berada di luar rumah dan tidak tinggal di rumah. Saat peneliti menanyakan kepada AF bila dirinya diminta oleh kedua orangtuannya untuk tinggal di rumah apakah dirinya bersedia atau tidak, AF menjawab dirinya mau memenuhi permintaan kedua orangtuanya bila diminta untuk tinggal di rumah. AF mengiyakan pernyataan peneliti bahwa dirinya akan menetap tinggal jika diminta terlebih dahulu oleh kedua orangtuanya. Sehari-harinya AF lebih sering tinggal di ruko temannya yang juga merupakan salah satu subjek dari penelitian ini yaitu AI, hanya sesekali AF pulang kerumahnya. Alasan AF lebih sering menginap di tempat temannya dari pada di rumah karena di rumah tidak ada aktivitas apa-apa dan AF sering tidak dapat tidur di malam hari sehingga bila di rumah AF tidak mempunyai teman begadang serta di rumah tidak ada televisi. Berdasarkan keterangan AF di rumah juga keluarganya tidak ada tuntutan apaapa atas dirinya sehingga AF merasa tidak masalah ia berada di luar rumah. AF menilai dirinya sebagai anak yang nakal dan seseorang yang biasa saja yang tidak memiliki keistimewaan apa-apa serta tidak ada sesuatu yang dapat dibanggakan
dari dirinya. Konsep diri yang negatif terhadap diri sendiri merupakan salah satu faktor yang menjadikan AF sebagai pribadi yang rentan terpengaruh dengan pergaulan negatif. 2. Pengalaman Pertama Kali Menggunakan Narkoba Perkenalan pertama kali AF dengan narkoba yaitu saat AF duduk di bangku kelas tiga SMP. Semenjak itu AF menggunakan narkoba sampai dengan tamat SMU, jenis narkoba pertama kali yang digunakan AF sampai dengan ia tamat SMU adalah ganja. Penggunaan narkoba diawali dengan rasa ingin tau terhadap narkoba dan dari pengaruh pergaulan serta melihat teman-teman yang menggunakan narkoba, kemudian dengan dilatar belakangi rasa ingin tau akhirnya AF mencoba narkoba. 3. Kecanduan Kembali Pada penggunaan narkoba yang pertama AF berhenti menggunakan narkoba setelah ia tamat dari SMU. Pada saat itu AF berhenti menggunakan narkoba karena saran dari kekasihnya,menerut pengakuan AF kata-kata yang dilontarkan oleh kekasihnya itu mengena di hatinya sehingga akhirnya AF memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba. Kehadiran teman-teman yang peduli dengan keadaan AF juga menjadi salah satu faktor yang memotivasi dan memperkuat AF untuk sepenuhnya berhenti menggunakan narkoba. Selang waktu antara berhentinya AF dari penggunaan narkoba setelah tamat SMU dengan penggunaan narkoba kembali yaitu rentang waktunya adalah tiga tahun. Tiga tahun berhenti menggunakan narkoba, AF kembali menggunakan narkoba dengan alasan karena ingin tau kepada jenis narkoba yang lainnya dan diajak oleh temannya. AF mau menggunakan narkoba lagi karena pada penggunaan narkoba sebelumnya AF tidak merasakan efek ketrgantungan yang tinggi dan tidak merasakan pengaruh apa-apa dari penggunaan ganja sehingga AF kembali tertantang oleh rasa ingin taunya pada jenis narkoba yang lain saat ditawari oleh temannya yaitu jenis narkoba shabu-shabu. 4. Dampak Penggunaan Narkoba Penggunaan narkoba oleh AF memberikan dampak pada kehidupannya yaitu saat AF masih seorang pelajar prestasi belajarnya menurun. Saat ini kerusakkan organ tubuh yang dialami AF akibat penggunaan narkoba dan alkohol ialah gigi AF menjadi keropos. Semenjak menggunakan narkoba jam makan pagi, siang dan malam AF bergeser beberapa jam dari waktu makan semestinya. Begitu juga dengan jam tidur AF yang berubah menjadi pagi hari yang sebelumnya di malam hari. AF merasa lebih enak beraktivitas di malam hari dari pada di pagi hari. Salah satu alasan AF tidak beraktivitas di malam hari karena menurut AF dirinya tidak mempunyai kewajiban aktivitas seharihari. 5. Kesadaran Untuk Berhenti Menggunakan Narkoba dan Masa Depan Timbulnya kesadaran serta keinginan yang kuat untuk berhenti menggunakan narkoba pada diri AF muncul saat AF terjerat masalah hutang piutang di tempat ia bekerja. Selama tiga bulan menjadi buron pihak kantornya, AF melarikan diri di sekitar daerah Pekanbaru dan akhirnya tertangkap di BC. Setelah penagkapan tersebut AF diajak bermusyawarah oleh pihak kantornya untuk menyelesaikan masalah mereka. Musyawarah AF dengan pihak kantornya menghasilkan kesepakatan bahwa AF tidak dilaporkan ke polisi dengan syarat AF membayar semua hutang-hutangnya kepada pihak kantor, hingga sekarang AF terus mencicil hutangnya dengan pihak kantornya.
Berada ditengah-tengah keadaan seperti ini menyadarkan AF bahwa terlalu banyak hal yang telah ia sia-siakan untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya. AF mulai mengingat dan berpikir dengan nominal hutang yang tidak sedikit yang ia tanggung sekarang seandainya dahulu ia digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat pasti sekarang kehidupnya telah mapan sebagai seorang lelaki. AF mengatakan mungkin sekarang jika ia tidak menggunakan narkoba dahulunya, ia sudah mempunyai mobil dan sudah bisa menikah. Penuturan AF yang mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah bisa menikah bila dahulu tidak menggunakan narkoba diucapkan oleh AF beberapa kali saat diwawancarai. AF menyadari bahwa hidupnya dahulu hanya banyak berhura-hura yang tidak manfaatnya sama sekali. Semenjak kejadian itu AF mengaku merasa jera atas apa yang ia alami sekarang dan bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi, kejadian ini menjadi faktor utama yang melatar belakangi AF berhenti menggunakan narkoba. Upaya-upaya yang dilakukan subjek untuk menghindari kecanduan kembali terhadap narkoba ialah subjek mencari kesibukkan untuk mengalihkan pikirannya dari narkoba. Kegiatan subjek saat ini mencari hal-hal baru di dunia maya yang dapat menambah wawasannya seperti hardware dan software serta mengumpulkan chip dari sebuah permainan game di dunia maya yang kemudian dijual, yang menurut subjek menghasilkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Subjek juga menjauhi lingkungan pergaulan narkobanya terdahulu, seperti subjek menghindari pergi ke tempat-tempat teman-teman pengguna narkoba, menolak saat ditawari narkoba oleh teman-teman penggunan narkoba. AF juga mengalihkan pikirannya dengan cara berjalan-jalan dan merokok. AF seorang perokok aktif yang tidak bisa lepas dari rokok, AF sudah sampai pada tahap ketergantungan yang tinggi terhadap rokok.
Tema-Tema Pada Subjek DM 1. Latar Belakang DM DM merupakan anak ke-2 dari empat bersaudara, berdasarkan keterangan teman dekat DM yaitu MA latar belakang keluarga DM adalah keluarga yang harmonis serta berasal dari keluarga baik-baik. Kedua orangtua DM adalah seorang guru serta kakak DM yang pertama sedang menjalani studi program pasca sarjananya. Kedua orangtua DM sering menelpon DM menanyakan kabarnya, membangunkan DM untuk siap-siap berangkat kuliah serta kakak pertama DM juga sering menghubungi DM dan sesekali menghubungi teman DM yaitu MA untuk menanyakan kabar DM. (W. MA. 01) Berdasarkan penuturan DM, saat kedua orangtuanya mengetahui anak kesayangannya menggunakan narkoba, kedua orangtua DM merasa terkejut dan tidak percaya bahwa anaknya yang di rumah selalu rajin beribadah dikeluarkan dari sekolah karena menggunkan narkoba. Rasa kekecewaan yang mendalam dirasakan oleh kedua orangtua DM sampai kedua orangtuanya tidak bisa marah dan hanya bisa menangis. Semenjak dirinya ketahuan menggunakan narkoba DM dipandang rendah oleh gurugurunya serta dirinya dicap oleh orang kampungnya bahwa dirinya tidak akan lulus
SMU. Hal ini diakui oleh DM membuat dirinya merasa down dan frustasi karena dipandang rendah dan divonis tidak akan lulus dari SMU. Saat menempuh pendidikan kuliah disalah satu perguruan tinggi negeri di Padang untuk kedua kalinya DM didroup out dari Universitasnya, menurut penuturan DM semenjak kejadian itu kedua orangtuanya menyerah sepenuhnya kepada dirinya apa yang ingin ia lakukan sekarang, kedua orangtuanya sudah tidak terlalu peduli kepada dirinya. Diakui DM saat melihat dan mengenang kedua orangtuanya menangis ada rasa bersalah, berdosa dan menyesal telah membuat kedua orangtuanya menangis tetapi seringkali rasa penyesalan itu kalah dengan keinginan yang kuat untuk menggunakan narkoba. 2. Pengalaman Pertama Kali Menggunakan Narkoba Awal pertama kali DM menggunakan narkoba yaitu pada saat dirinya duduk dibangku kelas dua SMP. DM ditawari temannya untuk menggunakan narkoba kemudian DM mencobanya hingga ketergantungan. DM sempat berhenti menggunakan narkoba dan beberapa kali mengalami relapse dan akhirnya hingga sekarang DM masih aktif menggunakan narkoba. Jenis narkoba yang intens digubakan oleh DM adalah ganja. 3. Proses Pengobatan Saat DM duduk di bangku kelas tiga SMU DM bersama teman-temannya ketahuan oleh gurunya menggunakan narkoba di sekolah yang berujung pada pemecatan DM dari sekolah. Hanya DM yang dikeluarkan dari sekolah dari delapan siswa lainnya yang juga saat itu tertangkap menggunakan narkoba, pihak sekolah mengeluarkan DM dari sekolah dengan alasan kalau DM yang menjual narkoba kepada teman-temannya. Setelah ketahuan menggunakan narkoba DM dibawa berobat oleh kedua orangtuanya di Rumah Sakit Umum SU. Penuturan DM saat menjalani proses pengobatan sebenarnya ia merasa tidak suka dibawa berobat dan merasa malu mesti menjalani proses pengobatan, tetapi karena permintaan kedua orangtuanya akhirnya DM mau menjalani proses pengobatan. Saat itu DM diminta oleh pihak Rumah Sakit DM untuk menetap di Rumah Sakit selama proses pengobatan, tetapi DM menolak untuk menetap sementara di Rumah Sakit. DM menolak dirawat di Rumah Sakit dengan alasan bahwa dirinya tidak gila dan tidak mau dirawat bergabung dengan pasien-pasien lainnya, khirnya DM menjalani menjalani proses berobat jalan yang rutin mengecek keadaannya setiap tiga minggu sekali. Berdasarkan pengakuan DM saat ia disuntik dalam proses pengonbatan, ia merasa sedikit “fly” seperti saat ia menggunakan narkoba. Menurut DM mungkin di dalam cairan yang disuntikkan kepada dirinya mengandung narkoba dengan dosis rendah. Kedua orangtua DM juga mendatangakan seorang Psikiater yang merupakan teman orangtuanya ke rumah untuk mengobati dirinya. Selama proses pengobatan berobat jalan DM selalu ditemani oleh kedua orangtuanya. DM menjalani proses pengobatan selama enam bulan dan akhirnya DM berhasil berhenti menggunakan narkoba. 3. Kecanduan Kembali dan Ketergantungan Berlanjut Setamatnya dari SMU DM melanjutkan pendidikannya di Padang, saat menjalani pendidikan di Padang DM bertemu kembali dengan pergaulan narkoba. Saat DM sedang berkumpul dengan teman-temannya, DM mengetahui bahwa harga narkoba
di Padang jauh lebih mahal dari pada di kampungnya sehingga DM membawa narkoba dari kampungnya dan kemudian menjualnya di Padang. DM kembali di keluarkan dari tempat ia menempuh pendidikan, kali ini DM di keluarkan dari Universitasnya. DM sempat mengamen setelah di keluarkan dari Universitasnya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Saat itu DM sempat berhenti menggunakan narkoba selama tiga bulan, setelah itu DM pindah ke Pekanbaru dan bekerja di Pekanbaru sebelum melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi negeri di Pekanbaru. Perpindahan DM ke Pekanbaru mempertemukan kembali DM kepada lingkungan pergaulan narkoba, tepatnya saat DM pindah ke kos baru ia ditawarkan untuk menggunakan narkoba saat sedang berkumpul dengan teman-teman disekitar lingkungan kosnya. Awalnya DM menolak saat ditawari, teman yang menawarkan narkoba kepada DM mengatakan kalau DM tidak perlu berpura-pura menolak karena temannya mengetahui kalau DM sebelumnya sudah biasa menggunakan narkoba. Akhirnya DM menerima tawaran temannya tersebut dan kembali menggunakan narkoba, DM menggunakan narkoba kembali akhir semester satunya. Selama di Pekanbaru DM pernah berhenti menggunakan narkoba yaitu saat DM mempunyai seorang kekasih. Menurut pengakuan DM selama ia bersama kekasihnya ia berhenti menggunakan narkoba karena kekasihnya yang menyarankan. DM bisa untuk tidak menggunakan narkoba selama bersama kekasihnya karena setiap hari ia selalu menghabiskan waktu bersama kekasihnya dan DM sempat membantu penyelesaian skripsi kekasihnya. Setelah kekasihnya lulus kuliah dan meninggalkan Pekanbaru DM kembali menggunakan narkoba, hal ini sejalan dengan keterangan dari teman DM yaitu MA disaat kekasih DM masih di Pekanbaru DM menjadi lebih teratur hidupnya dan jauh dari narkoba, setelah kepergian kekasihnya DM kembali menggunakan narkoba yang berlanjut hingga sekarang. 4. Kesulitan Keluar dari Narkoba dan Masa Depan Hingga saat ini DM masih menggunakan narkoba karena beberapa alasan, yaitu sampai saat ini dirinya masih merasakan enak menggunakan narkoba. Menurut DM dirinya belum pernah merasakan kejadian atau peristiwa dan efek yang tidak enak dari penggunaan narkoba selain dari sakaw. Secara finansial DM juga tidak mengalami masalah untuk membiayai penggunaan narkobanya, hal ini sejalan dengan penuturan teman DM yaitu MA bahwa DM diberikan uang bualanan yang cukup besar oleh kedua orangtuanya. Alasan lain DM masih bertahan menggunakan narkoba karena temanteman dekatnya DM sebagian besar adalah pengguna narkoba dan bandar narkoba, sehingga menjadi sulit bagi DM untuk meninggalkan narkoba. Narkoba mempersatukan DM dan teman-temannya dalam pergaulan. Persahabatan memiliki arti yang sangat besar bagi subjek dan hal inilah yang menjadi alasan kuat bagi diri subjek untuk tetap setia kepada narkoba. Sehari-harinya subjek bergaul dengan teman-teman terdekatnya yaitu seorang pengguna narkoba. Penuturan dari subjek disaat mereka menggunakan narkoba bersama mereka menjadi lebih terbuka satu sama lain, saling berbagi serta membicarakan hal-hal untuk merangkai masa depan mereka. Penuturan dari teman DM yaitu MA bahwa DM yang tinggal sebagai anak rantauan di daerah orang membuat subjek membutuhkan seseorang peduli kepada dirinya dan teman-teman yang selalu ada untuk dirinya, sepemikiran dengannya serta
orang-orang yang mau menerima dirinya apa adanya adalah teman-temannya sesama pengguna narkoba, oleh karena itu DM merasa nyaman bersama teman-temannya sesama pengguna narkoba dan mempertahankan persahabatan mereka. Salah satu faktor lainnya yang membuat DM sulit untuk lepas dari narkoba adalah sugesti yang muncul untuk menggunakan narkoba yang selalu bermain dipikiran DM seperti saat DM sedang berada di kamar sendiri, DM mudah merasa suntuk yang berujung dengan menggunakan narkoba untuk menghilangkan rasa suntuknya. Begitu juga halnya saat DM melihat narkoba di depan matanya, ia tidak bisa menahan keinginannya untuk segera menggunakan narkoba. Penuturan DM dirinya tidak siap untuk melepaskan persahabatan dan lingkungannya saat ini, karena DM merasa bingung bila ia harus pindah maka ia harus pindah kemana dan dirinya tidak siap untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. DM mengatakan kepada peneliti bahwa suatu saat nanti dirinya pasti berhenti menggunakan narkoba meskipun ia sendiri tidak tau kapan waktu itu akan datang. DM mengemukakan bahwa dirinya membutuhkan seseorang yang dapat mendukung serta membimbingnya untuk lepas dari narkoba. Bila saat ini dirinya tinggal bersama kedua orangtuanya maka yang dibutuhkan dirinya untuk lepas dari narkoba adalah keduaorangtuanya dan keluarganya. Disaat kondisinya yang sekarang jauh dari keluarga, DM membutuhkan seseorang yang dapat membimbingnya untuk lepas dari narkoba. Saat diwawancara DM mengatakan bahwa orang-orang yang menggunakan narkoba adalah oarang-orang yang kurang kasih sayang dan perhatian.
Lokasi Tanggal Observasi
: Warung Internet dan Café QZ : 21 Agustus 2010
AI tinggal di sebuah ruko yang terletak di pinggir jalan sebuah gang, ruko tempat tinggal AI diberi cat warna putih dan berlanatai dua. Daerah tempat tinggal AI merupakan kawasan yang cukup ramai dan terdapat banyak bangunan pertokoan, disekitarnya, serta tidak jauh dari ruko AI terdapat salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) swasta di kota Pekanbaru. Ruko temapt tinggal AI yang berlantai dua, dibagi menjadi dua fungsi yaitu tempat tinggal dan warung internet. Lantai dasar ruko dirubah menjadi sebuah warung internet yang didesain minimalis dengan pengaturan cahaya ruangan yang dibuat redup. Pengaturan cahaya yang dibuat redup membuat kondisi ruangan warung internet terlihat gelap dari luar bangunan ruko. Sudut kiri dan kanan ruangan pada lantai dasar ruko diberi sekat-sekat sehingga berbentuk deretan kotak-kotak, setiap masing-masing kotak terdapat satu unit komputer. Sisi kiri dan kanan ruangan yang berisikan deretan kotak-kotak berbentuk persegi panjang, yang setiap satu kotak saling berhadapan dengan sisi kotak lain. Diantara kedua sisi yang memenuhi ruangan, menyisakan ruangan yang cukup luas ditengah-tengah warung internet yang menjadi akses jalan masuk pengujung ke warung internet serta ruang keluar, masuk pengunjung ke kotak-kotak yang berisikan komputer. Teras ruko dirubah menjadi sebuah café, ada aksen-aksen rajutan bambu dan dinding cafe ditutupi dengan rotan yang tergurai panjang yang berfungsi sebagai
penghalang matahari. Dalam café terdapat empat buah meja beserta kursi kayu yang mengisi ruangan café, tepat dibagian paling depan café terdapat ruangan yang disekat cukup luas yang dijadikan sebagai dapur café. Meja panjang yang menjadi sekat antara meja pengunjung dengan dapur café di atasnya tersedia menu café, dapur café tertata dengan rapi dan bersih. Tepat di depan pintu warung internet pada sudut kirinya terdapat sebuah televisi berukuran besar, menurut penuturan AI pada musim piala dunia beberapa waktu lalu di cafenya juga mengadakan acara nonton bola bersama. Pengunjung warung internet dan café QZ milik AI rata-rata adalah remaja dan pemuda. Desain warung internet yang minimalis serta café yang bernuansa alami menjadikan warung internet dan café QZ memiliki daya tarik tersendiri. Lokasi warung internet dan café QZ yang terletak di pinggir jalan juga memudahkan bagi pengunjung yang ingin bermain internet serta menikmati berbagai menu yang disediakan oleh café QZ. Desain ruangan warung internet yang hanya sedikit diberi pencahayaan serta dinding café yang diberi pelindung cahaya matahari yang terbuat dari rotan menjadikan warung internet dan café milik AI menjadi tertutup sehingga meskipun terletak di pinggir jalan, orang-orang yang lewat tidak dapat langsung melihat dengan jelas keadaan serta aktivitas yang berlangsung di dalam warung internet dan café.
Kode Data W. R. 01 : Transkip wawancara pertama Rafi W. A. 01 : Transkip wawancara pertama Andi W. AI. 01 : Transkip wawancara pertama AI
W. AI. 02 : Transkip wawancara kedua AI W. AI. 03 : Transkip wawancara ketiga AI W. AF. 01 : Transkip wawancara pertama AF W. AF. 02 : Transkip wawancara kedua AF W. DM. 01 : Transkip wawancara pertama DM W. DM. 02 : Transkip wawancara kedua DM W. WY. 01 : Transkip wawancara pertama WY W. MA. 01 : Transkip wawancara pertama MA