TUGAS FINAL RANGKUMAN “PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA”
DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS PERKULIAHAN OLEH : PATRICIA ( 12.16.12.0049 ) MATEMATIKA B SEMESTER IV
Program Studi Matematika Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAIN ) Palopo Periode 2014
1
BAB I Konsep Perencanaan Pembelajaran A. Materi Konsep Perencanaan Pembelajaran 1.1 Pengertian Perencanaan Pembelajaran Perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan (Herbert Simon, 1996). Perencanaan bukan hanya membantu untuk mencipkan solusi tapi juga membantu untuk lebih memahami permasalahan itu sendiri, jadi sebuah usulan lebih diutamakan dibanding informasi awal. Proses perencanaan menggiring kita untuk berfikir kembali atau merangkai masalah kembali (Gordon Rowland, 1993) Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan” (Terry hal 16). Perencanaan adalah proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar) (Zook, 2000). Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Definisi lain mengenai perencanaan pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan. 1.2 Konsep Perencanaan Pembelajaran Konsep perencanaan pengajaran dalam buku Abdul 2009:17 sebagai berikut: 1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi. Adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran. 2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem. Adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran mulai proses
2
yang sistematik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu. 3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin. Adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasl-hasil penelitian dari teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut. 4. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science). Adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evakuasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pemebelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya. 5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses. Adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menajamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhn dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk didalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas pegajaran 6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas. Adalah ide pengajaran dikembangkan degan memberikn hubungan pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik. Jadi konsep perencanaan pembelajaran ada 6, yaitu sebagai teknologi, sebagai suatu sistem, sebagai sebuah disiplin, sebagai sains (science), sebagai sebuah proses, dan sebagai sebuah realitas. 1.3 Dimensi perencanaan Dimensi perencanaan dalam Abdul, 2009:18-20 adalah sebagai berikut:
3
1. Signifikasi. Tingkat signifikasi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan dan signifikasi dapat ditentukan berdasarkan kriteria yang dibangun selama proses perencanaan. 2. Fleksibilitas. pertimbangan
Maksudnya realitas
perencanaan
baik
yang
harus
berkitan
disusun dan
berdasarkan
biaya
maupun
pengimplementasiannya. 3. Relevansi. Konsep relevansi berkaitan dengan jaminanbahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal. 4. Kepastian. Konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga. 5. Ketelitian. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana serta perlu diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen 6. Adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamis , sehingga perlu senantiasa mencari informasi informasi sebagai umpan balik. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan. 7. Waktu. Faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selaian keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang. 8. Monitoring. Merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. 9. Isi perencanaan. Isi merencanakan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat: a. Tujuan apa yang diinginkan atau bagaiman cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya. b. Program dan layanan atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan pendukungnya.
4
c. Tenaga manusia yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka. d. Keuangan meliputi rencana pengeluran dan rencana penerimaan. e. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan pengembangan psikologis. f. Struktur organisasi maksudnya bagaiman cara mengorganisasi dan maanjemen oprasi dan pegawasan program dan aktifitas kependidikan yang direncanakan. g. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran. 1.4 Manfaat Perencanaan Pembelajaran Terdapat manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar (Dodi, 2012), yaitu: 1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. 2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan. 3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid. 4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerja, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan keterkambatan kerja. 5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. 6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya. Manfaat perencanaan pembelajaran (Andi, 2011) : Ada beberapa manfaat perencanaan pembelajaran , di antaranya adalah: a. Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dicapai. Oleh karena itu akan terhindar dari keberhasilan yang sifatnya untung-untungan sebab segala kemungkinan kegagalan sudah dapat diantisipasi oleh guru. Dalam perencanaan, guru harus paham tujuan apa yang akan dicapai, strategi apa yang tepat dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari mana sumber belajar yang dapat digunakan.
5
b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Dengan perencanaan yang mtang, maka segala kemungkinan dan masalah yang akan timbul dapat diantisipasi sehingga dapat diprediksi pula jalan penyelesaiannya. c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Dengan perencanaan yang tepat, maka guru dapat menentukan sumber-sumber belajar yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran sebab saat ini banyak sekali sumber belajar yang ditawarkan baik melalui media cetak maupun elektronik. d. Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis. Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, tetapi akan terarah dan terorganisir dan guru dapat memanfaatkan waktu
seefektif
mungkin
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. B. Resume Perencanaan merupakan penjabaran, penggayaan dan pengembangan dari kurikulum. Atau proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam satu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.(harus ada evaluasi). Prinsip Perencanaan Pembelajaran Menurut Sagala (Hermawan, 2007) yaitu: -
Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam implementasi pembelajaran.
-
Membatasi sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target pembelajaran.
-
Mengembangkan
alternatif-alternatif
yang
sesuai
dengan
strategi
pembelajaran.
6
-
Mengumpulkan dan menganalisis
informasi
yang penting
untuk
mendukung kegiatan pembelajaran. -
Mempersiapkan
dan
mengkomunikasikan
rencana-rencana
dan
keputusan=keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak yang berkepentingan. Dasar Perlunya Perencanana Pembelajaran Upaya perebaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: -
Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
-
Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
-
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.
-
Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan.
-
Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
-
Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
Tujuannya yaitu secara garis besarnya adalah untuk mengarahkan dan membimbig kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara ideal tujuannya menguasai sepenuhnya bahan dan meteri ajar metode dan penggunaan alat dan perlengkapan pembelajaran menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelolah alokasi waktu yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai dengan yang di programkan. Manfaat perencanaan pembelajaran :
7
1. Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dicapai, bukan untung-untungan. 2. Sebagai
alat
untuk
memecahkan
masalah,karena
masalah
dapat
diantisipasi dengan perencanaan. 3. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.(cetak maupun elektronik). 4. Perencanaan
akan
membuat
pembelajaran
berlangsung
secara
sistematis.(akan terarah dan terorganisir, waktu dapt di manfaatkan secara efektif). Fungsi Perencanaan Pembelajaran -
Fungsi Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberi umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki program. -
Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul bila direncanakan -
Fungsi Selektif
Berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang di anggap sesuai. -
Fungsi Komunikatif
Harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat. -
Fungsi Prediktif
Dapat menggambarkan kesulitan yang akan terjadi dan hasil yang di peroleh. -
Fungsi Akurasi
Guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif. 8
-
Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukan sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang aspek intelektualnya saja, sehingga terjadi balikan dari siwa ke guru. -
Fungsi Control
Mengontrol sejauh mana materi dapat di serap oleh siswa untuk menentukan program pembelajaran selanjutnya. Perencanaan itu ada berbagai macam baik itu
menyeleksi, menyiapkan,
menyusun dan lainnya. Pembelajaran itu merupakan upaya membelajarkan siswa , memilih dan menetapkan metode yang baik,proses kerja sama siswa dan guru dari diri siswa maupun guru. Dasar perlunya perencanaan pembelajaran ini yaitu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran itu sendiri.Rumusan kualifikasi yang di miliki siswa meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. C. Pertanyaan 1. Bagaimana langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan dalam proses perencanaan pembelajaran? Jawab: Langkah-langkah perencanaan pembelajaran, yaitu: a. Perencanaan untuk mengapresiasi keragaman. b. Merumuskan tujuan dan kompetensi. c. Menyusun rencana implementasi pembelajaran dalam kelas. d. Menentukan model penilaian (evaluasi).
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung perencanaan pembelajaran berjalan dengan efektif sehingga dapat mencapai tujuan kegiatan pembelajaran? Jawab:
9
Faktor yang mendukung perencanaan pembelajaran yaitu ada beberapa : a. Faktor guru Guru merupakan komponen yang menentukan, hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Disini guru bisa berperan sebagai perencana atau desainer pembelajaran untuk mengimplikasikan
sebagai
implementator
dan
atau
mungkin
keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada sehingga semuanya di jadikan komponenen-komponen dalam rencana dan desain pembelajaran. b. Faktor siswa Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. c.
Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancarana proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah,dsb. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil,dsb. d. Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi: Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas, organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kelompok
belajar
yang
besar
dalam
satu
kelas
berkecenderungan:
10
-
Sumber daya kelompok akan tambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
-
Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan sumber daya yang ada.
-
Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun.
-
Perbedaan individidu antar anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.
-
Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
-
Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa denga siswa; antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dsb. 3. Apakah terdapat perbedaan dalam membuat perencanaan pembelajaran matematika dengan pelajaran lainnya. Jelaskan? Jawab: Tidak ada. Karna dalam pembuatan perencanaan pembelajran setiap mata pelajaran dari segi formatnya dibuat sama, hanya materinya saja yang berbeda permasing-masing mata pelajaran.
11
4. Bagaimana cara untuk mengetahui penyusunan konsep perencanaan sistem pembelajaran secara sistematis? Jawab : Cara
untuk
mengetahui
penyusunan
konsep
perencanaan
sistem
pembelajaran secara sistematis yaitu dengan mengacu pada konsep perencanaan yang telah di tetapkan dan di susun oleh pemerintah dan tinggal di sesuaikan dengan lingkungan pembelajaran yang di hadapi, dengan memanfaatkan keterampilan dari guru tersebut.
5. Dalam pembuatan perencanaan pengajaran kadang hasilnya tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal tersebut disebabkan pembuatan perencanaan kurang memperhatikan seputar masalah-masalah yang ada. Agar perencanaan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan apa yang harus dilakukan? Jawab : Yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi kembali kepada konsep perencanaan tadi, dan menjadikannya sebagai acuan agar ke depannya lebih teliti lagi, dan upayakan konsep yang kita buat itu bisa lebih fleksibel lagi agar memudahkan dalam penerapannya.
6. Bagaimana tanggapan anda tentang perencanaan pembelajaran seorang guru yang keluar dari konsep-konsep? Jawab : Pendapat saya yaitu tidak apa-apa jika itu bisa lebih memaksimalkan pembelajaran, karena walau bagaimana pun konsep yang di buat itu tidak selalu bisa sesuai dengan keadaan pembelajaran yang di hadapi, sehingga konsep harus fleksibel dan juga guru lebih kreatif agar pembelajaran tetap berjalan efektif.
7. Telah kita ketahui kurikulum 2013 diberlakukan. Lalu bagaimana perencanaan pembelajaran menurut kurikulum 2013?
12
Jawab : Perencanaan pembelajaran menurut kurikulum 2013 yaitu perencanaan pembelajaran lebih mengkhususkan pada akhlak dan moral peserta didik, sehingga membentuk generasi yang berakhlak baik, bagi untuk masa depan bangsa.
D. Kesimpulan
Perencanaan
pembelajaran
itu
terdiri
dari
“perencanaan“
dan
“pembelajaran” , yang mana ini diartikan sebagai proses kerjasama antara siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang mana ini menetapkan metode yang dapat memudahkan tujuan pembelajaran tercapai ( metode yang berfariasi).
Macam-macam metode : 1. Metode tanya jawab. 2. Metode diskusi. 3. Metode demonstrasi eksperimen (metode ilmiah) digunakan untuk menguji hipotesis. 4. Metode ceramah (dominan guru). 5. Metode kerja kelompok. 6. Pemberian tugas
Dengan perencanaan pembelajaran maka pencapaian tujuan pembelajaran dapat lebih optimal dan efektif.
Dalam sekali pertemuan kita dapat menggunakan metode-metode yang difariasikan.
Jika tujuan atau perencanaan tidak berjalan sesuai rencana maka kita jadikan itu sebagai pembelajaran dengan merefleksi atau merefisi ulang dan menganalisis,lalu itu dijadikan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
Evaluasi itu adalah proses yang mencakup pengukuran, testing, pengambilan keputusan tentang nilai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran : 13
1. Tujuan ( sasaran yang diinginkan di capai). 2. Pendidik (guru). 3. Peserta didik (murid atau siswa). 4. Kegiatan pengajaran (gaya mengajar, strategi, metode). 5. Suasana evaluasi (guru memberi kuis atau tugas pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa).
Dan perlu kita ketahui bahwa tidak selalu satu metode itu sesuai dengan karakteristik siswa dan materi.
14
BAB II Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) A. Materi PBL 2.1 Pengertian PBL Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problembased Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh
pengalaman
belajar
yang
lebih
realistik
(nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar
15
peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari
atau
menentukan
sumber-sumber
pengetahuan
yang
relevan.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan
yang
diberikan
secara
terstruktur
oleh
seorang
guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahaptahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya,
melalui
pendidikan
pelatihan
atau
pendidikan
formal
yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
16
2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya. 2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. 2.3 Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah : a. Permasalahan
autentik.
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana. b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan. c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan
17
masalahnya,
mengembangkan
hipotesis
dan
membuat
prediksi,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan. d. Produk.
Peserta
pengamatan.Produk
didik bisa
dituntut berupa
untuk kertas
membuat yang
produk
hasil
dideskripsikan dan
didemonstrasikan kepada orang lain. e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial. 2.4 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika : a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya. b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah. c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya. d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas. e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif. 2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
18
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini : a. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut. b. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. d. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. e. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok : a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji. b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah. c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan. e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
19
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah : a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial. b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah. c. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. d. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami. e. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji. f. Menetukan penyelesaian
Pilihan
Penyelesaian.
yang
memungkinkan
Kecakapan dapat
memilih
dilakukan
alternatif
serta
dapat
memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya. 2.6 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Tingkah Laku guru Tahap-1 Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi 20
atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Tahap-2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalahtersebut. Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 2.7 Penilaian dan Evaluasi Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk
21
mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru. 2.8 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : 1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. 4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik. 7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
22
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu : 1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2. Keberhasilan
strategi
pembelajaran
melalui
problem
solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. B. Resume Perencanaan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah yang di temukan dalam suatu lingkungan belajar, di sini pelajar sebelum mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah baik yang di hadapi secara nyata maupun telaah kasus, masalah diajukan sedemikian rupa sehingga pelajar menemukan kebutuha belajar yang di perlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tesebut. Perencanaan pembelajaran berdasarkan masalah ini membutuhkan banyak perencanaan sama seperti model-model pembelajaran yang lainnya, yaitu: a. Penetapan tujuan. Keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.
23
b. Merancang situasi masalah. Biasanya guru lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa, situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum. c. Organisasi sumber daya dan secara logistik. Dalam pembelajaran (PBL) ini siswa di mungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam pelaksanaannya bisa didalam kelas, diperpus, laboraturium, bahkan bisa di luar sekolah.(tugas perencanaan utama bagi guru) Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model Pembelajaran Sains (2010:174) “Problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran diartikan dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah tersebut siswa belajar keterampilan yang mendasar”.
Musimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7) PBL adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan memecahkan masalah, belajar peran orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri.
Startegi PBL menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) -
Permasalahan sebagai kajian.
-
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
-
Permasalahan sebagai contoh.
-
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
-
Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
24
-
Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
-
Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
-
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
-
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya.
-
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan
Tujuan PBL menurut Hsiao (Martinis Yamin, 2011) “Mengarahkan siswa atau peserta didik mengembangkan kemampuan belajar kolaboratif, berfikir dan strategi-strategi belajar sehingga peserta didik bisa belajar dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (selfdirected learning strategies)”(Hasio 1996). Resume di catatan Peran Guru dalam PBL :
Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran).
Monitoring pembelajaran.
25
Probbing (menantang siswa untuk berfikir).
Menjaga agar siswa terlibat.
Mengatur dinamika kelompok.
Menjaga berlangsungnya proses.
Peran Siswa dalam PBL :
Peserta yang aktif.
Terlibat langsung dalam pembelajaran.
Membangun pembelajaran.
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi haruslah :
Menarik untuk dipecahkan.
Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang di pelajari.
Kelebihan dan kekurangan PBL Kelebihan :
Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis di antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa.
Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah.
Peserta didik mempunyai keterampilan atau kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independent.
Keterampilan berfikir tingkat tinggi menurut Resnick yang mana ciricirinya : 1. Bersifat non-algoritmatik (jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan sebelumnya. 2. Bersifat kompleks (mampu berfikir dalam berbagai perspektif atau menggunakan sudut pandang).
26
3. Banyak
solusi
(menggunakan
berbagai
solusi
dengan
mempertimbangkan keuntungan dan kelemahan masing-masing). 4. Melibatkan banyak kriteria (tidak semua yang menghubung dengan tugas yang ditanyai telah diketahui). 5. Melibatkan pengajuan diri, proses-proses berfikir. 6. Menentukan makna (menemukan struktur dalam sesuatu yang tidak beraturan untuk mampu mengidentifikasi pola pengetahuan. 7. Membutuhkan banyak usaha. Kekurangan :
Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karna harus berhadapan langsung dengan masalah (jika ia malas).
Memungkinkan peserta didik menjadi kesulitan dalam memproses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga PBL inimembutuhkan waktu relatif lama dan banyak dana.
Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
C. Pertanyaan PBL Pertanyaan PBL : 1.
Mengapa model PBL ini disarankan pada kurikulum 2013 ? Jawab : Karena dalam PBL itu memiliki tujuan yang mana siswa disini diharapkan lebih aktif dan kelak bisa menjadi pelajar yang mandiri, dan pada kurikulum 2013 yang dinilai ada beberapa aspek terutama moral, afektif ,psikomotik siswa dan disini yang paling di tekankan adalah moralnya, sehingga guru hanya
mengarahkan siswa agar aktif dan memiliki keterampilan
memecahkan masalah.
2.
Apa yang harus dilakukan seorang guru agar dalam proses belajar peserta didik tidak jenuh karena berhadapan langsung dengan masalah tersebut ? Jawab :
27
Yang harus dilakukan guru agar anak didik tidak jenuh ialah dengan berusaha memotivasi siswa agar merasa ingin tahu dan ingin memecahkan masalah, dan yang lebih penting yaitu dengan memberikan masalah yang mudah dipecahkan sesuai dengan pelajaran yang diterima siswa tersebut.
3.
Apakah pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran yang efektif digunakan dalam proses belajar mengajar ? Jawab : PBL ini belum bisa dikatakan sebagai metode yang efektif hanya mungkin metode ini cocok untuk keadaan atau situasi tertentu, karena tidak semua lingkungan, peserta didik, dan materi dapat dibawakan atau dapat sesuai dengan metode ini.
4.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah didukung oleh lingkungan belajar yang konstruktivistik.Apa yang dimaksud dengan konstruktifistik ini ? Jawab : Konstruktivistik yaitu lingkungan belajar yang membangun, yaitu terjadi apabila siswa itu sendiri dengan arahan gurunya dapat menyimpulkan dan memecahkan masalah.
D. Kesimpulan PBL
PBL adalah metode pembelajaran yang menyajikan situasi yang berupa masalah dan sesuai atau berkaitan dengan keseharian peserta didik yang dikaitkan dengan materi yang dipelajari dan mudah untuk dipecahkan oleh peserta didik.
Ada beberapa kesulitan dalam metode ini yaitu diantaranya cara menetapkan atau meramu materi atau masalah yang mudah untuk dipecahkan oleh siswa yang mana biasanya kita buat dari kehidupan sehari-hari, makanya kreatifitas guru sangat diperlukan.Dan masalah
28
lainnya yaitu metode ini menyita banyak waktu, dan guru harus bisa memotovasi siswa agar lebih aktif dan tidak jenuh.
Metode ini juga tergantung pada situasi, keadaan siswa, juga materi pelajaran, dan lebih sesuai dalam kegiatan belajar bersifat kelompok, yang mana siswa di sini dituntut untuk lebih aktif agar proses dapat terbangun dengan efektif.
29
BAB III Perencanaan Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning) A. Materi Pembelajaran Berbasis Penemuan 3.1 Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9). Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjukpetunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
30
(2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
3.2 Tujuan Pembelajaran Discovery Learning Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut: a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan. c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain. e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
3.3 Macam-macam (discovery) Model penemuan atau pengajaran penemuan dibagi 3 jenis : 1. Penemuan Murni Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi
31
belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan. Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai. 2. Penemuan Terbimbing Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru. Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. 3. Penemuan Laboratory Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan. Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok.Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.
3.4 Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Tahap-tahap penggunaan model belajar penemuan dalam pembelajaran menurut Amien (1987) dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tahap pertama adalah diskusi. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk didiskusikan secara bersama-sama sebelum lembaran kerja siswa diberikan kepada siswa. Tahap ini dimaksudkan untuk mengungkap konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. b. Tahap kedua adalah proses. Pada tahap ini siswa mengadakan kegiatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja
32
siswa guna membuktikan sekaligus menemukan konsep yang sesuai dengan konsep yang benar. c. Tahap ketiga merupakan tahap pemecahan masalah. Setelah mengadakan kegiatan laboratorium siswa diminta untuk membandingkan hasil diskusi sebelum kegiatan laboratorium dengan hasil setelah laboratorium sesuai dengan lembaran kerja siswa hingga menemukan konsep yang benar tentang masalah yang ingin dipecahkan.
3.5 Strategi-strategi dalam Pembelajaran Penemuan Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. a.
Strategi Induktif Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus
dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan strategi
induktif sebaiknya
selalu
mengguankan perkataan “barangkali” atau “mungkin”. Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi itu (Cooney dan Davis, 1975: 143). Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh, fakta bahwa 3, 5, 7, 11, dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara umum kita buat kesimpulan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil tetapi hal itu sama sekali “tidak membuktikan“. Guru beresiko di dalam suatu argumentasi induktif bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya, suatu kesimpulan yang dicapai oleh induksi harus berhati-hati karena hal seperti itu nampak layak dan hampir bisa dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat
33
ditandai sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari kejadian atau contoh pokok-pokok. Perhatikanlah strategi penemuan berikut ini : Guru : sekarang kita akan “menguji” hubungan yang merupakan tantangan matematika. Untuk memulai, mari kita mengikuti pernyataan berikut. 20 = 17 + 3 22 = 19 + 3 24 = 17 + 7 26 = 13 + 13 28 = 17 + 11 Apakah kalian mencatat pola dari pernyataan tersebut? Lala : “Bilangan di sisi kiri semua bilangan dua puluhan.” Guru : “Baik. Bagaimana dengan pertambahan di sebelah kanan?” Vivi : “Semuanya bilangan ganjil.” Guru : “Benar, tapi dapatkah kalian menyatakan yang lain tentangnya, di samping fakta bahwa itu bilangan ganjil?” Vivi : “Baik. Bilangan itu prima.” Guru : “Sangat bagus, dapatkah seseorang dari kalian meringkas pernyataan?” Anis : “Beberapa bilangan dua puluhan merupakan pertambahan dari dua bilangan prima.” Guru : “Apakah kalian berpikir ini akan berlaku untuk bilangan yang lain?” Aldi : “Aku tidak yakin.” Guru : “Mari kita coba untuk beberapa contoh, katakanlah 30 atau 10 atau 52.” Sari : “Tiga puluh sama dengan 27 ditambah 3.” Guru : “Apakah ini mengikuti pola yang sama Dian?” Dian : “Tidak, 27 bukan bilangan prima.” Sari : “Benar, aku lupa. 30 sama dengan 17 ditambah 13” Guru : “Bagaimanakah dengan 10 dan 52?” Vian : ”Sepuluh sama dengan 7 ditambah 3 dan 52 sama dengan 47 ditambah 5.” Guru : ”Baik, setiap siswa ambil tiga contoh bilangan lain dan cobalah. (berhenti). Sudahkah kalian menemukan dan dapatkah kalian mengungkapkannya?”
34
Dude : “Empat sama dengan 2 ditambah 2, tapi 2 bukan bilangan prima yang ganjil.” Guru : “Bagaimana dengan 3 ditambah 1? Ini juga sama dengan 4.” Dude : “Satu bukan bilangan prima.” Guru : “O.K. Bagaimana dengan 6? Apakah ada yang sudah mencobanya?” Ita : “Itu mudah, 3 ditambah 3” Guru : “Apakah kalian sudah menyimpulkan mengenai bilangan genap dan bilangan prima ganjil?” Ida : “Baik, setiap bilangan genap yang lebih dari 4 adalah sama dengan pertambahan dua bilangan prima ganjil.” Guru : “Sangat bagus. Ini statemen yang sangat terkenal yang disebut dugaan Goldbach. Tidak seorangpun yang telah menemukan, meskipun matematikawan tidak mampu membuktikan itu. Untuk alasan ini kita cenderung percaya bahwa statemen ini benar.” b.
Strategi deduktif Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting dalam hal
pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif yang saling berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika yang bersifat umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan untuk menemukan konsep-konsep lain yang belum ia ketahui sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran, siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran menjadi n buah sector yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah diketahui sebelumnya, siswa akan dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah πr2 .Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif , kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk
35
mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Sebagai contoh dialog berikut sedang memecahkan masalah sistem persamaan dengan menggunakan determinan koefisien dari dua garis yang sejajar dengan penemuan deduktif di mana guru menggunakan pertanyaan untuk memandu siswa ke arah penarikan kesimpulan tertentu. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman suatu konsep dapat diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. Dengan penjelasan di atas metode penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran dengan model ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Dengan model penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru. Dalam model pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan masalah merupakan suatu
36
tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika, karena siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.
3.6 Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner, yaitu: a) Menentukan tujuan pembelajaran. b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). c) Memilih materi pelajaran. d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalam Budiningsih, 2005:50).
Prosedur aplikasi discovery learning
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut: a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
37
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198). Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). c) Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22). d) Data processing (pengolahan data). Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
38
generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. e) Verification (pentahkikan/pembuktian). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).
3.7 Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut : a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas,
hindari pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b. Dari
data
yang
diberikan
guru,
siswa
menyusun,
memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. c. Siswa
menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
39
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur. f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
3.8 Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4). Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ’mengkonstuksi’ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5). Dalam melakukan aktivitas atau penemuan dalam kelompok- kelompok kecil, siswa berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling sharing atau siswa yang lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi semacam ini selain akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi matematika, juga akan dapat meningkatkan social skills siswa, sehingga interaksi merupakan aspek penting dalam pembelajaran matematika. Menurut Burscheid dan Struve (Voigt ; 1996) belajar konsep-konsep teoritis di sekolah, tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada individu siswa yang akan menemukan konsep-konsep, tetapi perlu adanya social impuls di sekolah sehingga
40
siswa dapat mengkonstruksikan konsep-konsep teoritis seperti yang diinginkan. Interaksi dapat terjadi antar guru dengan siswa tertentu, dengan beberapa siswa, atau serentak dengan semua siswa dalam kelas. Tujuannya untuk saling mempengaruhi berpikir masing-masing, guru memancing berpikir siswa yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan terfokus sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami dan mengkontruksikan konsep-konsep tertentu, membangun aturan-aturan dan belajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah. Pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsipprinsip. Selain itu, dalam pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi (Slavin, 1994).Namun dalam proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanan, 2002). Penemuan terbimbing yang dilakukan oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan penemuan bebas di kemudian hari (Carin, 1993b).Kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai persamaan dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan proses. Kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan kegiatan belajar yang berorientasi pada keterampilan proses menekankan pada pengalaman belajar langsung, keterlibatan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian bahwa penemuan terbimbing dengan keterampilan proses ada hubungan yang erat sebab kegiatan penyelidikan, menemukan konsep harus melalui keterampilan proses. Hal ini didukung oleh Carin (1993b: 105), “Guided discovery incorporates the best of
41
what is known about science processes and product.” Penemuan terbimbing mamadukan yang terbaik dari apa yang diketahui siswa tentang produk dan proses sains. Model pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. Model discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP adalah metode penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode discovery (penemuan) terbimbing (guided discovery).
3.9 Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Penemuan Memperhatikan Model Penemuan Terbimbing
tersebut
diatas
dapat
disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan dari Model Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut (Marzano; 1992): a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan). c. Mendukung kemampuan problem solving siswa. d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih
lama
membekas
karena
siswa
dilibatkan
dalam
proses
menemukanya. f. Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn). g. Belajar menghargai diri sendiri. h. Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer. i.
Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
42
j.
Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya.
k. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. l.
Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut : a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topiktopik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing. B. Resume Pengertian : Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam prose pembelajaran. Menurut Wilcox (Slavin, 1977) dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning Menurut Bell (1978) yaitu :
43
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. 2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan. 3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi, tyang bermanfaat dalam menemukan. 4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif. 5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. 6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus. Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas 1. Tahap persiapan dalam aplikasi model Discovery Learning Menurut Bruner,yaitu : a. Menentukan tujuan pembelajaran. b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa. c. Memilih materi pelajaran. d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif. e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 2. Prosedur Aplikasi Discovery Learning
44
Menurut Syah (2004:244) : a. Stimulation (stimulasi atau pemberian rangsangan) Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik
membaca
atau
mendengar
uraian
yang
memuat
permasalahan. b. Problem statement (pertanyaan atau identifikasi masalah) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. c. Data collection (pengumpulan data) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. d. Data processing (pengolahan data) Kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. e. Verification (pentahkikan atau pembuktian) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menentukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh yang ia jumpai. f. Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi) Proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama.
C. Pertanyaan 1.
Bagaimana peran guru dalam pembelajaran berbasis penemuan? Jawab : Peran guru yaitu hanya sebagai fasilitator saja dan tidak lebih dari itu. Jadi pada model pembelajaran ini peserta didik sangat di tuntut untuk lebih aktif lagi.
45
2.
Apakah pembelajaran berbasis penemuan cocok untuk diterapkan disetiap sekolah? Jawab : Tidak. Karena tidak semua sekolah memiliki fasilitas dan media pengajaran yang sesuai dan memadai, jadi ada pula sekolah yang tidak bisa menerapkan model pembelajaran ini.
3.
Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran berbasis penemuan? Jawab :
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut: 1. identifikasi kebutuhan siswa; 2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan; 3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas; 4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa; 5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan; 6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan; 7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan; 8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa; 9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah; 10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa; 11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. 4.
Kendala-kendala dalam pembelajaran berbasis penemuan dan cara untuk mengatasinya? Jawab : Kendalanya yaitu waktu, media,dan biaya yang mungkin sedikit banyak dan cara mengatasinya yaitu dengan meminimalisirnya dan berusaha mencari
46
cara agar semua bisa di atasi, waktu misalnya bisa di di ambil di luar jam sekolah,dan media bisa di pakai media yang mudah dan murah di dapatkan di lingkungan .
5.
Kesimpulan Model Berbasis Penemuan Discovery Learning
Guru hanya sebagai fasilitator saja dalam pembelajaran ini.
Metode ini juga tidaklah selalu sesuai dengan pembelajarannya.
Jadi model ini dibagi antara penemuan dibimbing dan murni.
47
BAB IV Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek A. Materi Pembelajaran Berbasis Proyek 4.1 Pengertian Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari metoda instruksional yang berpusat pada pebelajar. Artinya, strategi tersebut hanya membahas tentang bagaimana mengajarkan keterampilan dasar kejuruan. Jadi, strategi tersebut belum membahas tentang bagaimana mengajarkan keterampilan – keterampilan yang bersifat kompleks. Namun menurut Nolker & Schoenfeldt (1983:32) metode atau strategi mengajar ketrampilan dasar kejuruan seperti yang telah dibahas diatas selalu memiliki kelemahan, antara lain: a. Tidak sepenuhnya dapat membekali kemampuan atau ketrampilan guna menghadapi situasi kritis dalam profesi. b. Menyebabkan siswa bergantung pada pengajar. c. Merintangi perkembangan kemampuan untuk bekerjasama. d. Tidak mengetengahkan problem – problem kompleks yang jangkauannya melampaui batas – batas bidang profesi sendiri. Definisi tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005) yaitu sebagai berikut : a. Project Based Learning is curriculum fueled and standards based. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menghendaki
adanya
standar
isi
dalam
kurikulumnya.
Melalui
48
Pembelajaran
berbasis
proyek,
proses
inquiry
dimulai
dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. b. Project Based Learning asks a question or poses a problem that each student can answer. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun. c. Project Based Learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world problems while integrating subjects across the curriculum. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata. d. Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata.
49
Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant (2008).
4.2 Langkah-langkah Utama Pembelajaran Berbasis Proyek Secara lebih rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, yaitu:
Menetapkan tema proyek.
Menetapkan konteks belajar.
Merencanakan aktivitas.
Memproses aktivitas, dan
Penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).
1. Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: a. Memuat gagasan yang penting dan menarik. b. Mendeskripsikan masalah kompleks. c. Mengutamakan pemecahan masalah. 2. Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut : a. Mengutamakan otonomi siswa. b. Melakukan inquiry. c. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien. d. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab. 3. Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah mencari sumber yang berkait dengan tema proyek. 4. Memproses aktivitas-aktivitas.
50
a. Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain: Membuat sketsa. b. Melukiskan analisa rancangan proyek. 5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkahlangkah yang dilakukan, adalah: a. mengerjakan proyek berdasarkan sketsa. b. membuat laporan terkait dengan proyek, dan c. mempresentasikan proyek . Kelima
langkah tersebut
mengandung
interpretasi
bahwa
dalam
mengerjakan proyek, siswa dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim mereka. Pembelajaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan keterampilan dan kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu interaksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para siswa. Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek yang sangat khas, maka ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar strategi pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara lain: a.
Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang kompleks.
51
b.
Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk mengadakan penentuan menganai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta penerapan proyek.
c.
Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus.
d.
Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek.
e.
Diadakan pertalian antara teori dan praktik.
f.
Diperlukan ketrampilan lebih dari satu bidang guna menyelesaikan problem yang ditimbulkan.
g.
Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok – kelompok.
h.
Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah. Berpijak pada uraian diatas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran
praktik keterampilan kejuruan dengan strategis berbasis proyek, proyek kerja apa yang akan dibuat atau dikerjakan siswa harus sudah jelas. Selain itu bentuk proyek yang dirancang tersebut harus memberi kemungkinan bagi siswa untuk saling bekerja sama seoptimal mungkin antara sesama anggota kelompok. Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi terdorong lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses dan produk hasil kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan. Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu: 1) Menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial.
52
2) Dalam tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan underpinned oleh kepercayaan yang bermanfaat pada pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran. 3) Proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai peluang untuk kreativitas, karena para siswa mengadakan percobaan dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk menyelesaikan permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk mengembangkan pembentukan masyarakat praktek Grant (2008).
4.3 Tahap Pembelajaran. Sama seperti pembelajaran pada umumnya, strategi pembelajaran berbasis proyek terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: a. Tahap perencanaan pembelajaran proyek. b. Tahap pelaksanaan pembelajaran proyek. c. Tahap evaluasi pembelajaran proyek. A. Perencanaan. Mengingat perencanaan strategi pembelajaran berbasis proyek harus disusun secara sistematis maka langkah – langkah perencanaan dirancang sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek. 2. Menganalisis karakteristik siswa. 3. Merumuskan strategi pembelajaran. 4. Membuat lembar kerja. 5. Merancang kebutuhan sumber belajar. 6. Merancang alat evaluasi. B. Pelaksanaan. Agar proses pelaksanaan praktik kejuruan dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis proyek ini berjalan dengan baik, ada beberapa kegiatan yang dilakukan: 1. Mempersiapkan sumber belajar yang disiapkan. 2. Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja. 3. Mengelumpukkan siswa sesuai dengan tugas masing – masing.
53
4. Mengerjakan proyek. C. Evaluasi. Tahap evaluasi merupakan tahap penting dalam pembelajaran berbasis proyek. Agar guru mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai. Penilaian melalui tugas dilakukan terhadap tugas yang dikerjakan siswa secara individu atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas sering berkaitan dengan pengumpulan data/bahan, analisis data, penyajian data atau bahan, dan pembuatan laporan. Penilaian tugas dapat dilakukan terhadap proses selama pengerjaan tugas atau terhadap hasil tugas akhir. Dengan demikian guru dapat menetapkan hal – hal yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale). Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek pada siswa tergantung dari rancangan tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang harus dapat menggali penemuan-penemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek, pendidik harus mampu memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi proyek secara demokratis. B. Resume Perencanaan pembelajaran berbasis proyek ini adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajarannya. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif, inovatif, dan unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Lima langkah utama dalam model ini :
Menetapkan tema proyek.
Menetapkan konteks belajar.
Merencanakan aktivitas.
Memeroses aktivitas.
Penerapan aktivitas (Santyasa, 2006)
54
Keuntungan-keuntungan model pembelajaran ini : 1. Meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 3. Meningkatkan kolaborasi kelompok dalam proyek, siswa mampu mengembangakan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi dan kinerja ilmiah siswa. 4. Meningkatkan keterampilan mengelolah sumber yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembahasan dalam diskusi kelas :
Contoh pembelajaran pada matematika (misalnya mencari nilai π).
Cara mengatasi kelemahan pembelajaran ini.
Sistem penilaian.
Perbedaan pembelajaran berbasis masalah dan proyek : Guru di sini menjadi pembimbing full (PBL) sedangkan pada pembelajaran berbasis proyek guru hanya fasilitator dan dalam metode ini, merupakan tugas kompleks (siswa dibiarkan mandiri untuk melakukan tugasnya sendiri) dan terakhir harus membuat laporan, guru hanya mengawasi tanpa harus mengarahkan.
Persamaan, siswa yang aktif, guru fasilitator, kolaborasi, penilaiannya. Model Pembelajaran
Taktik / gaya guru mengajar
Pendekatan/Sudut pandang
Metode/strategi guru
55
C. Pertanyaan 1.
Bagaimana sistem penilain dalam pembelajaran berbasis proyek? Jawab : Sistem penilaiannya yaitu dengan meliahat hasil makalah atau persentase hasil proyek, kekompakan anggota kelompok, kerumitan proyeknya, dan terakhir yaitu keaktifan individu dalam kelompok.
2.
Bagaimana cara meningkatkan kolaborasi peserta didik pada pembelajaran berbasis proyek (PBP) yang besifat kelompok? Jawab : Yaitu dengan memotifasi anggota dari masing-masing kelompok dengan cara membagi tugas terhadap setiap indifidu sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab bersama antara angota kelompok, sehingga semua anggota saling bekerjasama dan ingin menyelesaikan proyek mereka dengan semaksimal mungkin.
3.
Apa perbedaan PBP (proyek), PBP (penemuan), dan PBM? Jawab : Perbedaan antara PBP(proyek) dan PBP (penemuan) serta PBM yaitu PBM masih di bimbing oleh guru sedang pada proyek dan penemuan guru hanya fasilitator saja, dan PBM menuntut peserta didik untuk memecahkan suatu masalah sedangkan penemuan menuntut peserta didik untuk mencari konsep baru dari apa yang mereka pelajari, dan terakhir proyek yaitu peserta didik di beri tugas berupa proyek yang harus ia selesaikan pada akhir pembelajaran.
4.
Ada tiga pendekatan dalam pembelajaran berbasis proyek. Sebutkan dan jelaskan? Jawab : a.
Pendekatan Konstruktivisme
56
Pendekatan pembelajaran proyek ini didukung oleh teori belajar konstruktivisme. Teori belajar ini berdasarkan pada ide bahwa anak didik dapat membangun pengetahuannya sendiri dalam konteks pengalaman. Pendekatan pembelajaran proyek ini dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong anak membangun pengetahuan dan keterampilan secara personal. Mereka akan memahami bahan kajian dengan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan, dan alami. b.
Pendekatan Inkuiri Pendekatan yang melibatkan keterampilan pemperolehan berbagai konsep pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan nilai-nilai yang dilakukannya sendiri melalui sejumlah proses, seperti mengamati, mencari, dan menemukan.
c.
Pendekatan Children Centre Pendekatan pembelajaran proyek ini beranggapan bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak. Anak didik memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, keterampilan, srta nilai-nilai yang telah diperolehnya.
5.
Apakah pembelajaran berbasis proyek ini sudah terlaksana dengan baik pada kurikulum 2013? Jawab : Belum karena kurikulum 2013 baru akan di berlakukan jadi belum ada pelaksaaan model pembelajaran berbasis proyek ini dalam kurikulum 2013, namun menurut saya model ini baik di terapkan untuk kurikulum 2013.
6.
Coba anda jelaskan kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis proyek? Jawab : 1. Meningkatkan motivasi.
57
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
2.Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
3.Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya
kerja
kelompok
dalam
proyek
memerlukan
siswa
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teoriteori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
4.Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
58
7.
Dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa hambatan dalam implementasi pembelajaran, diantaranya adalah banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru, adakah cara untuk menangani hambatan tersebut? Jawab : Ada, yaitu dengan mencari proyek yang tidak terlalu membutuhkan media yang mahal dan mudah di dapatkan di pasaran dengan harga murah sehingga orang tua tidak terlalu terbebani, dan sebaiknya sebelumnya di lakukan pemberitahuan dulu pada orang tua menegenai tugas yang akan di lakukan agar mereka lebih paham bahwa hal ini juga penting bagi pembelajaran anak mereka (peserta didik).
8.
Coba
anda
berikan
contoh pembelajaran
berbasis
proyek
dalam
pembelajaran berbasis proyek? Jawab : Contohnya yaitu dengan membuat sebuah proyek rangkuman semua pelajaran matematika yang di lakukan selama satu semester dan akan di kumpulkan sebelum ujian naik kelas.
9.
Apakah kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek? Kelemahannya yaitu : 1.Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini. 2.Pemilihan topik proyek yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan, bukanlah pekerjaan yang mudah. 3.Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok proyek yang dibahas 4.Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini.
59
10. Apakah pembelajaran berbasis proyek ini bisa diterapkan disetiap pelajaran! Kemukakan pendapat anda? Jawab : Menurut saya tidak semua pelajaran dapat di terapkan model ini karena massing-masing pelajaran memiliki tingkat kerumitan dan materi yang berbeda-beda dan tidak seemuanya dapat di lakukan pengerjaan proyek.
11. Bagaimana cara seorang guru mengetahui bahwa siswanya merasa cocok dan senang dengan pembelajaran berbasis proyek ini? Jawab : Yaitu dengan melihat perilaku dan bagaimana siswa itu menanggapi dan aktif dalam kelas, juga dengan berkomunikasi pada siswa tentang proyek yang di berikan, juga guru bisa mengecek dari hasil kerja proyeknya itu.
12. Dalam pembelajaran berbasis proyek, apabila peserta didik ingin mengahasilkan berbagai bentuk hasil belajar, maka peserta didik harus melakukan eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis, dan informasi. Jelaskan kelima hal tersebut? Jawab Eksplorasi
: adalah
upaya
awal
membangun
pengetahuan
melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif. Penilaian adalah proses memberikan nilai atas suatu pembelajaran. Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).
60
Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemendan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebihmenyeluruh. Informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
13. Dalam
kreteria
pembelajaran
berbasis
proyek
terdapat
otonomi
pembelajaran. Apa yang dimaksud dengan otonomi pembelajaran dan mengapa harus ada otonomi pembelajaran di dalam kreteria pembelajaran berbasis proyek? Jawab : Otonomi pembelajaran dalam model berbasis proyek yaitu pembelajaran berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Oleh karena ini lah sehingga otonomi pembelajaran ini diharuskan.
D. Kesimpulan PBP (Perencanaan Berbasis Proyek)
PBP adalah keseluruhan bentuk-bentuk pemberian tugas yang mana tugasnya itu bersifat proyek dan memiliki kerumitan-kerumitan tertentu.
Sama dengan model pembelajaran lainnya yaitu tidak bisa atau belum tentu cocok dengan materi, keadaan atau situasi pendidikan.
Dalam hal ini PBP tergantung pada beberapa faktor jika ingin diterapkan pada semua mata pelajaran yang mana faktornya itu meliputi fasilitas, materi yang cocok, waktu, tempat (gedung), dibutuhkan pula kreatifitas guru dalam mengolah kurikulum.
Faktor yang dinilai dalam PBP ini adalah pengerjaan proyek, waktu, dan di susun dalam sebuah laporan dan presentasi.
61
Ada beberapa kelemahan dalam PBP ini yaitu : -
Banyaknya biaya yang dibutuhkan
-
Waktu yang lama
-
Membutuhkan peralatan dan media-media dalam pengerjaannya.
Peran guru di sini yaitu sebagai pemberi tugas yang mana tugas itu akan di kerjakan oleh murid secara mandiri.
62
BAB V Perencanaan Pembelajaran Silabus A. Materi Silabus 5.1 Pengertian Berikut adalah beberapa definisi tentang silabus dalam konteks dunia pendidikan dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun:
Di dalam dokumen-dokumen tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata
pelajaran/tema
tertentu
yang
mencakup
standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Menurut Salim, 1987:98" "silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran."
Menurut Yulaelawati, 2004:123, "silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.
Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menyebutkan bahwa silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Menurut About.com, silabus adalah dokumen-dokumen yang ditulis dan dibagikan oleh profesor (dosen/guru) untuk memberikan siswa suatu pengetahuan
awal
(overview)
tentang
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan. Silabus umumnya dibagikan di hari pertama masuk kelas, dan mengandung unsur-unsur seperti: judul-judul perkuliahan dan penjadwalan pembelajaran, nama profesor/guru/dosen lengkap dengan alamat kontaknya, harapan-harapan selama pembelajaran dan kehadiran, topik dan bab yang dicakup, tanggal-tanggal tes, tanggal-tanggal penting
63
lainnya, kebijakan penilaian (perangkingan), buku teks yang dibutuhkan dan material lainnya.
Menurut the free dictionary, silabus adalah suatu garis besar atau poinpoin utama dari suatu teks, atau perkulian, atau pemngajaran.
Menurut dictionary.reference, silabus (jamak: silabi) adalah sebuah outline (garis
besar)
pernyataan
dari
poin-poin
utama
suatu
kursus/pendidikan/pembelajaran, subjek dari suatu pembelajaran/kursus, konten dari kurikulum, dan sejenisnya.
Pengertian silabus menurut wikipedia adalah: "silabus adalah suatu outline dan ringkasan dari topik-topik yang dicakup dalam suatu pendidikan atau kursus." Silabus bersifat deskriptif dan menentukan, atau kurikulum yang spesifik. Silabus biasanya dibuat oleh suatu lembaga pengujian, atau disiapkan oleh profesor yang mensupervisi atau mengontrol kualitas suatu kursus/pendidikan, dan disiapkan dalam bentuk paper (tercetak) atau online. Silabus dan kurikulum seringkali saling dileburkan dan seringkali diberikan kepada siswa pada sesi pertama kelas sehingga tujuan kursus/pendidikan/pembelajaran menjadi jelas bagi siswa. Silabus acapkali mengandung informasi khusus tentang kursus/pendidikan/pembelajaran sepertin informasi mengenai dimana, kapan, dan bagaimana menghubungi pengajar (guru/dosen) dan asisten pengajar, outline tentang materi apa yang akan dicakup/diajarkan, jadwal dan tanggal-tanggal pelaksanaan tes hingga tanggal-tanggal penugasan, sistem grading (perangkingan) penilaian, tata tertib kelas, dsb. Berkaitan dengan ujian, silabus menyediakan batasan apa yang seharusnya guru ajarkan dan ujian hanya boleh mengetes apa yang diamanatkan oleh silabus.
64
5.2 Komponen Silabus Kurikulum 2013 Dimana telah kita ketahui Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat :
Identitas
mata
pelajaran
(khusus
SMP/MTs/SMPLB/PaketB
dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan).
Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan matapelajaran.
Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
Tema(khususSD/MI/SDLB/PaketA).
Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
Pembelajaran,yaitukegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun.
Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
5.3 Contoh Format Silabus Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
:
Nama Sekolah
:
Kelas
:
Kompetensi Inti
:
65
Kompetensi
Materi
Dasar
Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumbe
Waktu
r Belajar
B. Resume Pengertian silabus menurut wikipedia adalah: "silabus adalah suatu outline dan ringkasan dari topik-topik yang dicakup dalam suatu pendidikan atau kursus." Silabus bersifat deskriptif dan menentukan, atau kurikulum yang spesifik. Silabus biasanya dibuat oleh suatu lembaga pengujian, atau disiapkan oleh profesor yang mensupervisi atau mengontrol kualitas suatu kursus atau pendidikan, dan disiapkan dalam bentuk paper (tercetak) atau online. Silabus dan kurikulum seringkali saling dileburkan dan seringkali diberikan kepada siswa pada sesi pertama kelas sehingga tujuan pembelajaran menjadi jelas bagi siswa. Silabus acapkali mengandung informasi khusus tentang pembelajaran sepertin informasi mengenai dimana, kapan, dan bagaimana menghubungi pengajar (guru atau dosen) dan asisten pengajar, outline tentang materi apa yang akan diajarkan, jadwal dan tanggal-tanggal pelaksanaan tes hingga tanggal-tanggal penugasan, sistem grading (perangkingan) atau penilaian, tata tertib kelas, dsb. Berkaitan dengan ujian, silabus menyediakan batasan apa yang seharusnya guru ajarkan dan ujian hanya boleh mengetes apa yang diamanatkan oleh silabus. Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat :
Identitas
mata
pelajaran
(khusus
SMP/MTs/SMPLB/PaketB
dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan).
Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
66
Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan matapelajaran.
Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
Tema(khususSD/MI/SDLB/PaketA).
Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
Pembelajaran,yaitukegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun.
Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. C. Pertanyaan Silabus 1.
Fungsi dari pembuatan silabus? Jawab : Fungsinya yaitu sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran dan memudahkan dalam penyusunan RPP oleh guru dan pihak sekolah.
67
2.
Perbedaan antara silabus dan RPP? Jawab : Perbedaannya yaitu silabus dibuat untuk
1 periode tertentu sedangkan,
RPP hanya perpertemuan atau perbab.RPP memiliki skenario pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti, dan akhir (terperinci).
3.
Apakah silabus dibuat secara perorangan, kelompok, atau mandiri? Jawab : Silabus di susun secara berkelompok pada lembaga yang man lembaga yang menyusun silabus ini dibawahi mentri pendidikan, dan budaya yang mana disusun oleh lembaga yang mencakup ahli, prfesor, dan guru.
4.
Komponen yang paling menonjol dalam pembuatan silabus? Jawab : Komponen yang paling menonjol adalah kompetensi inti, materi, alokasi waktunya. Karena dalam sebuah silabus yang paling di tekankan adalah pencapaian kompetensi inti, penguasaan materi yang sesuai dengan alokasi waktu.
5.
Apakah silabus dapat dibuat dua atau lebih mata pelajaran? Jawab : Ada yang bisa seperti IPA yang mencakup pelajaran fisika dan biologi, namun khusus untuk matematika, bahasa indonesia, dan bahasa inggris tidak bisa di gabungkan.
6.
Apakah keungguluan silabus dalam kurikulum 2013? Jawab : Keunggulannya yaitu tidak ada lagi kompetensi dasar dan digantikan oleh kompetensi inti yang mana pada kompetensi inti ini sangat menekankan pada moral peserta didik pada semua pelajarannya.
68
7.
Manfaat silabus bagi guru dan siswa? Jawab : Manfaatnya bagi guru yaitu sebagai acuan untuk membuat RPP dan acuan dalam mengajar, sedangkan untuk siswa yaitu bermanfaat agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan suasana yang bersistem dan terstruktur dengan rapi.
8.
Apakah silabus sudah ada dalam kurikulum 2013? Jawab : Iya, sudah ada beberapa contoh silabus yang mempergunakan kurikulum 2013 dan pada kurikulum ini kompetensi dasar di ganti oleh kompetensi inti.
9.
Apakah hubungan pendidikan karakter dengan pembuatan silabus? Jawab : Hubungannya yaitu pendidikan karakter mencakup pendidikan moral,dan akhlak peserta didiknya, dan pada pembuatan silabus khususnya yang kurikulum 2013 ini sangat menekannkan tentang peningkatan moral dan akhlak peserta didik seperti yang di cantumkan dalam kompetensi intinya.
D. Kesimpulan Silabus
Perencanaan untuk memudahkan kita mencapai tujuan kita.
Lembaga yang menyusun silabus ini dibawahi mentri pendidikan, dan budaya yang mana disusun oleh lembaga yang mencakup ahli, prfesor, dan guru.
Kurikulum 2013 memiliki misi kemanusian, sikap seperti Kognitifdan psikomotorik,keterampilan (mengamati, menanya, menalar, mengkaji, mencoba).
Kompetensi ini ini berlaku untuk semua mata pelajaran jadi ini berarti kita tetap harus selalu menilai sikap, moral peserta didik.
69
Silabus dan RPP itu ada di dalam kurikulum kompetensi dasar, kompetensi inti, kecuali indikator yang di tempati guru untuk berkreasi.
Yang disusun dalam kurikulum itu hanya kerangka luar saja.
Penilaian harus dimuat sikap, psikomotorik, afektif, kognitif.
Silabus untuk 1 semester, RPP tiap pertemuan.
Bisakah silabus itu dibuat sendiri maupun berkelompok, tentu saja bisa yang jelas sesuai dengan mata pelajarannya misalnya khusus matematika.
Fleksibel adalah bisa disesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, jadi maksudnya guru diberikan kebebasan untuk berkreasi, dan tergantung dari sekolah masyarakat dan sekolah.
Kurikulum 2013 masih sosialisasi, pelatihan, dan hanya beberapa sekolah yang ada.
70
BAB VI Perencanaan Pembelajaran RPP A. Materi RPP 6.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah salah satu perangkat guru yang wajib dibuat sebelum mengajar dan di persiapkan sebaik-baiknya dengan melihat pedoman penyusunan RPP, jadi RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkanKD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. 6.2 Komponen RPP 1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3. kelas/semester; 4. materi pokok; 5. alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; 6. Tujuan Pembelajaran, dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 7. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
71
8. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 9. Metode Pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai: 10. Media, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 12. Langkah-langkah
pembelajaran
dilakukan
melalui
tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan 13. Penilaian hasil pembelajaran. 6.3 Contoh Format RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester
: X/1
Mata Pelajaran
: Metematika
Materi Pokok
: Grafik Fungsi Eksponensial dan Logaritma
Alokasi Waktu
: 1 x 45 menit (6 kali pertemuan)
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
72
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar
Pertemuan 1
Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan dan menganalisis berbagai konsep dan prinsip fungsi eksponensial dan logaritma serta menggunakannya dalam menyelesaikan masalah
2-5
3.2 Menganalisis data sifat-
4.1 Menyajikan grafik fungsi
sifat grafik fungsi
eksponensial dan
eksponensial dan
logaritma dalam
logaritma dari suatu
memecahkan masalah
permasalahan dan
nyata terkait pertumbuhan
73
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
dan peluruhan. 4.2 Mengolah data dan menganalisis menggunakan variabel dan menemukan relasi berupa fungsi eksponensial dan logaritma dari situasi masalah nyata serta menyelesaikannya.
6
Ulangan Harian
C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian fungsi eksponensial 2. Menjelaskan pengertian fungsi logaritma 3. Menggambar grafik fungsi eksponensial 4. Menggambar grafik fungsi logaritma 5. Mengidentifikasi sifat-sifat fungsi eksponensial dari sutau grafik 6. Mengidentifikasi sifat-sifat fungsi logaritma dari suatu grafik 7. Menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan sifat-sifat fungsi
eksponensial dan fungsi logaritma D. Tujuan Pembelajaran Pertemuan I: Melalui proses pengamatan, bertanya, bernalar, dan diskusi peserta didik dapat: 1.
Menjelaskan pengertian fungsi eksponensial
2.
Menjelaskan pengertian fungsi logaritma
3.
Menunjukkan ketelitian, mandiri, dan tanggung jawab
4.
Menunjukkan kerjasama dan komunikasi dalam kerja kelompok
74
E. Materi Pembelajaran Fakta 1. Masalah kontekstual yg berkaitan dengan eksponen dan logaritma
(pertumbuhan dan peluruhan) seperti soal-soal Ujian Nasional yang setiap tahun selalu keluar atau soal-soal masuk Perguruan tinggi, dll 2. Grafik Fungsi eksponensial 3. Grafik Fungsi Logaritma
Konsep 1. Sifat-sifat fungsi eksponensial 2. Sifat-sifat fungsi logaritma
Prinsip 1. Fungsi y =a(bcx), Jika c 0 maka kecenderungannya disebut pertumbuhan eksponensial 2. Fungsi y =a(bcx), Jika c 0 maka kecenderungannya disebut peluruhan eksponensial
Prosedur 1. Langkah-langkah menggambar grafik fungsi eksponensial dan logaritma 2. Langkah-langkah menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan
sifat-sifat fungsi eksponensial dan fungsi logaritma F. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Saintifik
2. Model Pembelajaran : inquiry 3. Metode
: Ceramah, diskusi kelompok,tanya jawab, dan
penugasan
75
G. Alat/Media/Bahan 1. Alat/media
: Model grafik fungsi
2. Bahan ajar
: Buku Matematika pegangan guru, Buku Matematika
pegangan siswa H. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Pendahuluan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan 1. Siswa merespon
waktu
salam dan pertanyaan 15 menit
dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2. Siswa
menerima
informasi
tentang
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan dengan materi sebelumnya. 3. Siswa
menerima
informasi
tentang
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran serta metode yang akan dilaksanakan 4. Melaksanakan
pre
tes
tentang
eksponensial dan logaritma
76
Kegiatan Inti
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
waktu
Mengamati 1. Mengamati dan mencermati gambar dalam kehidupan
nyata
seperti
30 menit
mainan
pperosotan, atap rumah gadang, dll secara berkelompok (yang disiapkan) 2. Siswa memperhatikan karakteristik gambar yang disajikan. 15 menit Menanya Siswa mendiskusikan tentang karakteristik gambar yang diamati.
10 menit
Menalar Siswa mencari contoh lain permasalahan nyata
yang
berkaitan
dengan
fungsi
eksponensial dan fungsi logaritma Siswa membandingan karakteristik gambar
10 menit
dan permasalahan kehidupan nyata
Mencoba 1. Setiap
kelompok
mendeskripsikan
pengertian tentang fungsi eksponensial 2. Setiap
kelompok
mendeskripsikan
20 menit
pengertian tentang fungsi logaritma
Mengasosiasi 1. Siswa menghubungkan antara pengertian fungsi eksponensial dan fungsi logaritma dari masing-masing kelompok.
77
Kegiatan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
waktu
2. Siswa menyimpulkan pengertian fungsi eksponensial dan fungsi logaritma 3. Guru
15
membimbing/menilai kemampuan
siswa dalam melakukan aktifitas
menit
dan
merumuskan kesimpulan
Mengomunikasikan 1. Siswa menyampaikan kesimpulan tentang pengertian fungsi ekponensial 2. Siswa menyampaikan kesimpulan tentang pengertian fungsi logaritma 3. Guru memberi penguatan terhadap kesimpulan yang disampaikan siswa 4. Guru menilai kemampuan siswa berkomunikasi lisan
78
Kegiatan Penutup
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
waktu
1. Siswa menyimpulkan materi yang telah 20 menit dipelajari 2. Siswa merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi. 3. Siswa melakukan evaluasi pembelajaran. 4. Siswa saling memberikan umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah dicapai. 5. Guru memberikan tugas mandiri sebagai pelatihan
keterampilan
dalam
menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan fungsi eksponen dan logaritma 6. Melaksanakan postes 7. Siswa mendengarkan arahan guru untuk materi pada pertemuan berikutnya
I.
Penilaian 1. Penilaian proses
Teknik
Waktu
Instrumen
Penilaian
Penilaian
Penilaian
No
Aspek yang dinilai
1.
Ketelitian
2.
Kejujuran
Pengamata penilaian
3.
Kedisiplinan
n
nomor 1 dan
4.
Kemandirian
(terlampir)
2 untuk
5.
Rasa ingin tahu
Pengamatan
Proses
Lembar
Keterangan Hasil
masukan
79
No
Aspek yang dinilai
6.
Tanggung jawab
Teknik
Waktu
Instrumen
Penilaian
Penilaian
Penilaian
Keterangan pembinaan dan informasi bagi Guru Agama dan Guru PPKn
2. Penilaian Hasil
Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Kompetensi
Penilaian
Penilaian
Siswa dapat
Tes lisan
Penugasan
Instrumen Berdasarkan pengertian fungsi
menjelaskan
eksponensial, carilah satu
pengertian fungsi
permasalahan nyata yang dapat
eksponensial
digambarkan sebagai fungsi eksponensial
Siswa dapat
Tes lisan
Penugasan
Berdasarkan pengertian fungsi
menjelaskan
eksponensial, carilah satu
pengertian fungsi
permasalahan nyata yang dapat
logararitma
digambarkan sebagai fungsi logaritma
Pedoman Penskoran 1.
Soal nomor 1 Tahapan
Skor max
Permasalahan yang ditunjukkan adalah permasalahan sehari-hari
1 3
Permasalahan tersebut sesuai dengan pengertian fungsi eksponensial
80
SKOR MAKSIMAL
2.
4
Soal nomor 2 Skor
Tahapan
max
Permasalahan yang ditunjukkan adalah permasalahan sehari-hari
1
Permasalahan tersebut sesuai dengan pengertian fingsi logaritma
3
4
Nilai Akhir =
Jumlah Perolehan Skor Jumlah Skor Maksimum
J. Sumber Belajar 1. Buku Matematika pegangan siswa Kemendikbud Tahun 2013 2. Buku Matematika pegangan guru Kemendikbud Tahun 2013
Jakarta, 23 Agustus 2013 Guru Mata Pelajaran Matematik Iwan Suyawan B. Resume Singkatan dari rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu RPP.
81
Menurut kurikulum 2013 RPPyaitu reencana pembelajaran yang di kembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup :
Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester.
Materi pokok.
Alokasi waktu.
Tujuan pembelajaran, KD dan KI indikator pencapaaian kompetensi.
Materi pembelajaran, metode pembelajaran.
Media, alat dan sumber belajar.
Langkah-langkah kegiatan dan sumber belajar.
Penilaian.
Komponen RPP Kurikulum 2013 paling sedikit memuat :
Tujuan pembelajaran.
Materi pembelajaran.
Metode pembelajaran.
Sumber belajar.
Penilaian.
C. Pertanyaan RPP 1.
Perbedaan antara RPP SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi? Jawab : Perbedaannya sebenarnya tidak ada hanya dari segi materi dan penyampaian materinya saja, yang berbeda antara SD, SMP, dan SMA.
2.
Dalam RPP terdapat yang namanya umpan balik. Apa yang dimaksud dengan umpan balik?
82
Jawab: Umpan balik yaitu proses pembelajaran yang mengharuskan guru dan peserta didik saling berinteraksi, dan di sini guru memiliki peran untuk memberikan umpan pengajaran dan peserta didik menanggapinya dan begitu seterusnya.
3.
Sebutkan format RPP kurikulum 2013? Jawab : Format RPP kurikulum 2013 yaitu :
4.
Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester.
Materi pokok.
Alokasi waktu.
Tujuan pembelajaran, KD dan KI indikator pencapaaian kompetensi.
Materi pembelajaran, metode pembelajaran.
Media, alat dan sumber belajar.
Langkah-langkah kegiatan dan sumber belajar.
Penilaian.
Perbedaan KTSP dan dengan kurikulum 2013? Yaitu terletak di penerapan kompetensi intinya dan pada kurikulum 2013 ini sangat di tekankan mengenai moral dan akhlak peserta didik berbeda dengan KTSP yang tidak menekankan pada aspek itu.
5.
Apakah di dalam RPP semua siswa terlibat? Jawab :
83
Tidak karena dalam pembuatan RPP yang membuatnya itu hanya guru dan atau sekelompok guru mata pelajaran tertentu saja, siswa hanya dapat ikut berpartisipasi dan terlibat pada penerapan dan pengaplikasian RPP ini saja.
6.
Jelaskan perbedaan antara silabus dan RPP? Jawab : Perbedaannya yaitu silabus dibuat untuk satu masa tertentu yang sudah di tetapkan misalnya per semester dan di buat oleh pemerintah pusat, sedanggkan RPP dibuat perbab atau hanya perpertemuan saja dan di buat oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran tertentu saja, yang mana pembuatan RPP ini mengacu pada isi dari silabus.
7.
Jelaskan mengapa harus ada RPP sedangkan sudah ada silabus dan kurikulum sebagai kerangka acuan pembelajaran? Jawab : Karena dengan adanya RPP dapat menjelaskan lebih detail dan siknifikan mengenai skenario dan materi yang di pelajari alam satu pertemuan itu, namun harus tetap mengacu pada silabus yang hanya mencakup materi dan alokasi waktu dalam penjabaran garis besarnya saja.
8.
Jelaskan manfaat RPP bagi siswa? Jawab : RPP bagi siswa yaitu untuk membuat siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman dengan suasana yang terorganisir.
9.
Apakah ada perbedaan antara RPP di sekolah yang satu dengan sekolah yang lain, jika ada jelaskan?
84
Jawab : Perbedaannya mungkin dari segi metode dan fasilitas pengajarannya saja namun materi yang di ajarkan harus sesuai dengan sekolah yang lainnya juga sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
10. Mengapa RPP harus bersifat fleksibel? Jawab : RPP harus fleksibel agar mudah bagi guru untuk berkreasi ataupun melakukan perubahan jika ada yang tidak sesuai dan pembelajaran tidak dapat berjalan secara efektif.
11. Sebelum pembuatan RPP apakah terlebih dahulu dilakukan riset? Jawab : Iya, sebaiknya memnag dilakukan riset terlabih dahulu agar RPP yang kita buat itu bisa sesuai dengan situasi dan materi serta keadaan fasilitas dari tempat kita akan mengajar dan menerapkan RPP ini. 12. Apakah setiap mata pelajaran menggunakan RPP? Jawab : Tentu saja semua mata pelajaran menggunakan RPP karena setiap kurikulum yang berlaku itu terdapat silabus untuk semua mata pelajaran yang harus di buat RPP nya oleh guru mata pelajaran itu.
13. Kesimpulan RPP
Perbedaan mendasar Silabus dan RPP (bentuk perencanaan pembelajaran) Silabus 1 periode tertentu sedangkan RPP hanya perpertemuan atau perbab.
85
RPP memiliki skenario pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti, dan akhir (terperinci).
Silabus tidak mencerminkan bagaimana pembelajaran dalam kelas.
RPP SD, SMP, SMA formatnya sama tapi isi dan materi juga metodenya disesuaikan dengan level, karakteristik, dan kreatifitas guru.
KI dan KD harus di buat berdasarkan kurikulum dan Silabus.
Model atau pendekatan yang digunakan harus sesuai dengan misi kurikulum.
Materi prasyarat harus dimiliki dulu.
Umpan balik tindak lanjut (oleh guru) itu ada di skenario kegiatan terakhir atau penutupnya sehingga siswa dapat termotifasi, tindak lanjut itu berupa kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dari hasil, seperti memberi tugas atau remedial jika banyak siswa yang kurang berhasil dalam mata pelajarannya.
RPP ini berguna supaya guru dapat lebih mudah dalam melakukan atau mengajarkan meterinya, meningkatkan percaya diri guru (karena sudah menguasai materi).
RPP ini berguna untuk membuat siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman dengan suasana yang terorganisir.
Jika alokasi waktu tidak sesuai dan ada indikator yang belum di selesaikan dan materi itu penting dan butuh waktu maka bisa kita sisipkan ke dalam pembelajaran atau pertemuan berikutnya.
Materi prasyarat yang dimaksud adalah dari pembelajaran sebelumnya.
Tidak menutup kemungkinan RPP itu kita perbaiki.
Semua harus diprediksi seperti alokasi waktunya.
RPP harus tidak kaku dan fleksibel namun harus memperhatikan materi dan media yang bisa atau bisa juga memakai metode lain.
Dilakukan obserfasi awal atau pengamatan sebelum membuat membuat RPP.
Dalam pembuatan RPP siswa tidak dilibatkan.
86
Semua guru pasti memiliki RPP terutama yang bersertifikasi jika tidak ada maka sertifikasinya akan di cabut, dan semua harus melakukan atau melaporkan SAP, Silabus, RPP, daftar hadir, nilai dan hasil penelitian.
Memuat 3 instrumen penilaian.
Semua mata pelajaran harus dibuat RPP nya.
87
DAFTAR PUSTAKA Patricia, “Buku Catatan Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika” palopo. http://ekoduatiga.blogspot.com/2013/09/konsep-perencanaan pembelajaran_7463.htmlhttp://massofa.wordpress.com/2013/05/27/modelpembelajaran-berbasis-masalah-problem-based-learning/ http://erwanherwandy.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-penemuandiscovery.html http://pembelajaranku.com/pembelajaran-berbasis-proyek/ http://pendidikanterbuka.blogspot.com/2013/07/komponen-silabus-dan-rppkurikulum-2013.html
88