RANCANGAN USAHA MENGURAI STAGNASI INOVASI DI PERGURUAN TINGGI YANG “KABARNYA” PUNYA TRI DHARMA DENGAN DHARMA PERTAMA YAITU PENELITIAN (PENGEMBANGAN)
Raden Arum Setia Priadi Fakultas Teknik dan Sentra HKI Universitas Lampung Jln. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung Telp: 081279048058, Fax: 0721-702767, E-mail:
[email protected]
Abstrak Tujuan penulisan adalah melaksanakan fungsi PNS yaitu telaah staf untuk pimpinan. Metode kajian adalah menelaah info dari internet dan intranet dan membuat pemodelan. Hasil studi /kajian adalah sbb (dicetak huruf kapital): KREATIVITAS SIVITAS AKADEMIK, KEPEMIMPINAN REKTOR, DAN TECHNO-PRENEURSHIP SENTRA HKI; Kreativitas bertumpu pada dosen dan mahasiswa. Kepemimpinan rektor perlu ditunjukkan dengan blusukan ke semua fakultas dan jurusan untuk memotivasi kreativitas mau pun mengarahkan techno-preneurship dengan cara rektor selalu menggandeng Sentra HKI dalam urusan turba blusukannya. IMPLEMENTASI MANAJEMEN INOVASI DAN INTERMEDIASINYA; Langkah rektor pada butir satu di atas dalam rangka menggerakkan manajemen inovasi di level universitas dan level fakultas. Diharapkan bergeraknya manajemen inovasi dapat memperlancar intermediasi antara inovator /inventor dengan para pengusaha mitra kerja kampus. USULAN SISTEM INSENTIF DAN INOVASI YANG DIKELOLA LEMBAGA PENELITIAN; Lembaga penelitian perlu mengelola sistem insentif dan inovasi yang terintegrasi dengan fakultas dan jurusan berupa kompetisi inovasi, proposal pelaksanaan penelitian insentif riset sistem inovasi, pembangunan sistem inovasi nasional dan daerah. PEMANFAATAN INOVASI HASIL PENELITIAN (PENGEMBANGAN) MELALUI PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT DAN KULIAH KERJA NYATA; Link and match kampus – industri via Pengabdian Masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata bekerja sama dengan Pemda. Di samping itu ada Praktik Kerja Lapangan, Corporate Social Responsibility, dan kerja sama sponsorship. INVENTARISASI HAMBATAN INOVASI BERBASIS PENELITIAN (PENGEMBANGAN) DI INDUSTRI MITRA KERJA KAMPUS; Kerja sama bisa diraih sebagai hasil dari kerja-kerja di butir empat di atas. Setelah itu bisa diinventarisasi hambatan tersebut di dunia industri. Jika hasil penelitian bisa dikomersialisasi di dunia industri maka hal itu bisa diurus hak paten di Ditjen HKI. Selanjutnya dilakukan proses lisensi, pengawasan, dan royalty profit taking yang memotivasi para inventor untuk untuk hasilkan invensi lebih baik lagi. Kata kunci: Stagnasi inovasi, perguruan tinggi, penelitian, motivasi, inventor, invensi, Sentra Hak Kekayaan Intelektual.
1. PENDAHULUAN Tujuan penulisan adalah melaksanakan fungsi PNS yaitu telaah staf untuk pimpinan karena penulis adalah Sekretaris Sentra HKI yang merupakan organ /bagian dari Lembaga Penelitian. Ketua Sentra HKI dirangkap oleh Ketua Lembaga Penelitian. Dengan pembuatan telaah staf, diharapkan keputusan yang diambil oleh pimpinan mendekati tepat sasaran dan efektif. Metode kajian adalah menelaah info dari internet dan intranet dan membuat pemodelan. Hal ini dilakukan penulis untuk mengetahui kondisi dunia maya, apakah stake holder terkait inovasi di perguruan tinggi sudah mendesiminasikan pengetahuannya di internet. Sebagai kontribusi, karya tulis ini pun akan dipasang di laman Sentra HKI. Pemodelan dibuat dalam rangka menganalisis sistem (inovasi) secara terstruktur agar dapat menspesifikasi sistem itu. Menurut Dr.Ir. Nugroho In Saputro, MM dalam tulisannya berjudul “Telaah Staf Paripurna” diketahui bahwa “Pimpinan dalam bekerjanya perlu dibantu oleh sekelompok staf yang berkualitas. Staf pimpinan tersebut dapat dikelompokkan dalam staf pribadi, staf khusus, dan staf umum. Kesemua staf tersebut mempunyai tugas meringankan pelaksanaan tugas pimpinan sehingga pimpinan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik”. Sebagai staf umum, Sekretaris Sentra HKI perlu diagram aliran data terkait sistem inovasi di perguruan tingginya agar pimpinan dapat mengurai stagnasi inovasi di perguruan tingginya bila mana terjadi. Hanya sedikit PTN yang menjadi BHMN. Hanya sedikit PTS yang komponen SPP dari mahasiswa menduduki saham kecil dalam postur anggaran penerimaan dan belanja perguruan tinggi. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa ada stagnasi inovasi di perguruan tinggi tersebut. Amat sedikit perguruan tinggi yang memaksimalkan potensi inovasi dari sivitas akademiknya. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya Sentra HKI atau Kantor Manajemen HKI yang aktif di sedikit perguruan tinggi. Bagai mana kita melakukan kompetisi inovasi sosial? Hasil inovasi jangan hanya jadi pajangan di perpustakaan. Bagai mana kita bisa meneladani IPB sebagai perguruan tinggi paling inovatif di Indonesia? Bagai mana kita bisa melakukan kerja sama dengan dunia usaha untuk penghiliran berbagai hasil inovasi perguruan tinggi? Bagai mana usaha kita menggali keunikan dan karyakan inovasi dengan melakukan inisiasi bagi para mahasiswa baru via himpunan mahasiswa-nya? Menurut LPIK ITB, potensi inovasi di Indonesia menjadi lemah karena kesenjangan komunikasi antara lembaga riset khususnya perguruan tinggi dengan industri. Pernah diusulkan kontes inovasi di Unila oleh Sentra HKI tetapi respons pimpinan yaitu mengabaikan, mendiamkan usulan itu. Apakah harus dibentuk dulu Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan seperti di ITB? Hal ini jauh dari semangat kita yaitu miskin struktur kaya fungsi, mengurangi tunjangan jabatan, menambah dana program.
2. METODOLOGI Metode kajian adalah menelaah info dari internet dan intranet dan membuat pemodelan. Literature review, studi literatur dilakukan dengan me-review text book, jurnal ilmiah, website, blog, dan sumber-sumber online yang tersedia di internet. Pemodelan dilakukan untuk mempermudah analisis sistem (man-made systems social systems yaitu decision-support systems dan strategic planning systems).
3. HASIL & DISKUSI: KREATIVITAS SIVITAS AKADEMIK, KEPEMIMPINAN REKTOR, DAN TECHNO-PRENEURSHIP SENTRA HKI Kreativitas bertumpu pada dosen dan mahasiswa. Kepemimpinan rektor perlu ditunjukkan dengan blusukan ke semua fakultas dan jurusan untuk memotivasi kreativitas mau pun mengarahkan techno-preneurship dengan cara rektor selalu menggandeng Sentra HKI dalam urusan turba blusukannya. Perguruan tinggi merupakan knowledge based business bertumpu pada kreativitas para dosen dan mahasiswanya. Keduanya sudah susah payah berpikir. Tinggal bagai mana perguruan tinggi memfasilitasi mereka. Selama ini perguruan tinggi sudah sedemikian banyak memberi dana penelitian bagi para dosen. Demikian pengurusan program kreativitas mahasiswa sudah maksimal dilakukan. Sayang, kebanyakan hasil kreativitas dosen dan mahasiswa berujung pada jurnal dan rak perpustakaan. Jarang ada pengusaha yang mencoba mengeksekusi hasil karya mereka menjadi produk yang bernilai komersial tinggi. Hal ini dialami juga oleh Jurusan Teknik Elektro Unila. Begitu banyak hasil karya inovasi para dosen dan mahasiswanya yang punya nilai jual /komersial tetapi belum dikonversi menjadi paten dan dilisensikan ke berbagai perusahaan. Belajar dari blusukan Jokowi, nampaknya kepemimpinan Rektor perlu melakukan hal yang sama menjadi mister fix it, menembak masalah di tempat dengan solusi. Jangan hanya seremoni turba, keliling kampus semata tiada arti. Banyak masalah tersebar di berbagai jurusan bukan di kantor rektor. Jangan hanya mengandalkan proposal dan laporan untuk mengeksekusi suatu kebijakan. Rektor perlu meninjau jurusan sebelum melakukan hal itu. Menurut Rektor UPI, pendidik perlu kepemimpinan pedagogi (leadership). Prof. Sunaryo Kartadinata mengatakan pendidikan kita harus mengantarkan anak-anak (mahasiswa) menjadi warga dunia. Gaya kepemimpinan rektor bisa mempengaruhi motivasi kerja dosen. Semakin baik gaya tersebut, semakin baik produktivitas kerja dosen (Bambang Sulistiyawan, 2011, HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DOSEN STAIN KEDIRI, Program MMPI, PPS UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang). Melihat data tentang Sentra HKI di Indonesia, institusi ini diperlukan untuk memberi ide dan solusi kreatif yang sesuai kondisi perguruan tingginya. Berdasarkan statistik paten 2009 menurut Ditjen HKI, paten domestik hanya berada pada kisaran 4,25 % berbanding 91,17 % untuk paten biasa. Hal ini bisa dianggap mengindikasikan belum banyak inovasi para dosen dan mahasiswa yang difasilitasi oleh para rektornya. A technoprenuer is an entrepreneur who is technology savvy, creative, innovative, dynamic, dares to be different and take the unexplored path, ... Memang, rektor harus bisa mewujudkan definisi ini jika tidak ingin kampusnya tergantung pada anggaran pemerintah selamanya.
4. HASIL & DISKUSI: INTERMEDIASINYA
IMPLEMENTASI
MANAJEMEN
INOVASI
DAN
Langkah rektor pada bagian makalah di atas dalam rangka menggerakkan manajemen inovasi di level universitas (sebaiknya dipercayakan kepada Sentra HKI setelah direorganisasi) dan level fakultas (sebaiknya dibangun Sistem HKI Fakultas). Diharapkan bergeraknya manajemen inovasi dapat memperlancar intermediasi antara inovator /inventor dengan para pengusaha mitra kerja kampus. Salah satu kegiatan mereka di dua level itu adalah kompetisi inovasi (sosial) di mana ia merupakan usaha untuk menemukan ide kita yang bisa jadi bernilai besar. Kita perlu menyadari pentingnya manajemen inovasi bagi kelangsungan bisnis perguruan tinggi yaitu tri dharma (pendidikan, penelitian, pengabdian). Ketua Lemlit
Sekretaris Lemlit
Bendahara PUMK
Kasubab Data Dan Informasi
Kabag TU Lemlit
Kasubag Umum Dan Perlengkapan
Staf Data Dan Informasi
Staf Umum1 Dan Perlengkapan
Staf Umum2 Dan Perlengkapan
Pengelola Basis Data
Pengelola Perpustakaan
Office Boy
Pengelola Jurnal /Publikasi
Gambar 1. Struktur organisasi Lembaga Penelitian Unila yang membawahi Sentra Hak Kekayaan Intelektual Unila. Inovasi secara harfiah merupakan keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasikan sesuatu. Jadi kalau sekedar menghabiskan dana penelitian, program kreativitas mahasiswa, hal itu bukan inovasi. Harus ada keberhasilan ekonomi di mana volume anggaran penerimaan dan belanja perguruan tinggi makin meningkat dari tahun ke tahun sementara itu prosentase saham SPP dan dana pemerintah semakin mengecil /menurun di postur anggaran itu. Harus ada link /hubungan antara (kuliah) kewirausahaan dengan manajemen inovasi (terkait dengan melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif, inovasi kemampuan menerapkan kreativitas, memecahkan masalah, menemukan solusi). KETUA SENTRA HKI PEMIMPIN
ADM & KEU SEKRETARIS MANAJER
LAW & LICENSE AHLI HUKUM
PROMOTE & PUBLIC RELATION AHLI PEMASARAN
CONSULTAN & RESEARCH DEVELOPMEN AHLI TEKNOLOGI
Gambar 2. Struktur organisasi Sentra Hak Kekayaan Intelektual Universitas Lampung. Inovasi merupakan suatu kreasi, pengembangan dan implementasi suatu produk, proses yang melibatkan peran rektor sebagai pimpinan. Proses ini tidak tergantung pada derajat intelektualitas rektor (sarjana, magister, atau doktor). Telah terbukti bahwa gubernur yang
sarjana ternyata bisa lebih inovatif dalam mengkreasi, mengembangkan, dan implementasi produk lokasi binaan PKL dibandingkan gubernur yang doktor. Manajemen inovasi (pendidikan) membutuhkan fasilitas, komitmen dari berbagai pihak terkait. Kemampuan manajemen inovasi sebaiknya ditumbuhkan sejak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini, TK, TPA), sekolah dasar, hingga sekolah menengah. Sistem HKI Fakultas Teknik (Supervisor: Pembantu Dekan I) CEO Urusan Hak Kekayaan Intelektual (Staf Dosen)
Kerja sama, Proposal Pengabdian. Kerja sama, Proposal UJI
Kebijakan Kekayaan Intelektual
Kebijakan Umum Akademik
CEO (Chief Executive Officer, diangkat oleh Dekan) menangani /memanfaatkan: 1. Laporan tahunan potensi hak kekayaan intelektual. 2. Workshop HKI tiap bulan November (untuk menyongsong workshop sejenis di level universitas). 3. SK Dekan untuk Staf HKI di level Fakultas dan level Jurusan dengan masa tugas satu tahun. 4. Anggaran HKI melalui jalur: a) Anggaran fakultas; b) Anggaran universitas; c) Fund raising event, donatur.
Kerja sama, Proposal Penelitian.
Faculty IT team ICT KEBIJAKAN
Business incubator
SERVER
Faculty library kebijakan
Koleksi skripsi, Laporan penelitian, Laporan pengabdian
1. Data mining tentang potensi paten dari skripsi, penelitian, dan pengabdian. 2. Follow up dari temuan potensi itu yang bisa dikomersialisasikan.
1. IPR Corner di hlm index department website. 2. Data mining di perpus jurusan.
1. IPR Corner di halaman index dari faculty website. 2. Minimal satu halaman web yang berisi link ke laman yang dikelola oleh Staf HKI.
DATA CENTER
Di tiap jurusan, pengelola dosen, staf mahasiswa, kerja sama dgn HIMA, website teamwork, laboratorium, bengkel, jurnal. jurusan
Gambar 3. Sistem Hak Kekayaan Intelektual Fakultas yang perlu diimplementasikan ke semua fakultas. Kita harus memahami inovasi sebagai proses manajemen dalam bisnis. Oleh karena itu tindakan itu harus dikerjakan secara tersistemisasi, bukan sekedar mengandalkan improvisasi dari seorang pemimpin. Ingatlah, manajemen inovasi didefinisikan sebagai proses menata kelola inovasi sehingga menghasilkan kesuksesan ekonomi yang diperoleh secara efisien. Perlu diadakan manajemen workshop manajemen inovasi. Terkait dengan fase-fase manajemen inovasi, lembaga intermediasi berperan hampir di setiap fase. Kita bisa mencontoh Lembaga Intermediasi UMKM yang merupakan pilot project Pusat Inovasi UMKM.
5. HASIL & DISKUSI: USULAN SISTEM INSENTIF DAN INOVASI YANG DIKELOLA LEMBAGA PENELITIAN (LEMLIT) Lembaga penelitian perlu mengelola sistem insentif dan inovasi yang terintegrasi dengan fakultas dan jurusan berupa kompetisi inovasi, proposal pelaksanaan penelitian insentif riset sistem inovasi, pembangunan sistem inovasi nasional dan daerah. Siapa lagi yang akan ditugasi kalau bukan Sentra HKI? Sistem insentif untuk mendorong inovasi bisa berdampak pada kegiatan ekonomi. Pelajari pedoman insentif riset sistem inovasi nasional (SINas). Perguruan tinggi perlu meningkatkan prakarsa mengembangkan sistem inovasi daerah dalam workshop untuk sinergitas hasil litbang yang bisa memperkuat sistem inovasi nasional. Sudah ada UU No. 18 /2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara RI Tahun 2002 No. 84, Tambahan Lembar Negara No. 4219). Diatur bahwa penguatan Sistem Inovasi Nasional dilakukan melalui peningkatan sinergi, peningkatan produktivitas, dan pendayagunaan sumber daya litbang nasional. Dokumen yang perlu diacu oleh perguruan tinggi adalah RPJPN, RPJMN, Jakstranas Iptek, Insentif Riset SINas, dalam rangka kemandirian teknologi dan kegiatan ekonomi utama dalam MasterPlan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Diketahui dari Buku Pedoman Insentif Riset SINas 2014, pendanaan riset masih tetap terdiri atas empat skema pendanaan yaitu Riset Dasar (RD), Riset Terapan (RT), Riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi (KP), dan Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek (DF). Tiga skema yang pertama seyogyanya diperuntukkan bagi kelompok dosen peneliti. Skema DF sebaiknya dipercayakan ke Sentra HKI karena berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka kompetisi inovasi dan pembangunan sistem inovasi daerah. Insentif Riset SINas merupakan instrumen kebijakan yang perlu dipakai untuk optimalisasi sumber daya litbang, meningkatkan sinergi lemlitbang dengan industri, memperkuat kapasitas iptek di lemlitbang dan industri. Dari dokumen kontrak kerja sama antara satuan kerja Sekretariat Kementerian Riset dan Teknologi dengan Lembaga Penelitian Universitas Lampung, kontrak berdasarkan referensi pada PP No. 20 /2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan tinggi dan lembaga Penelitian dan Pengembangan; Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi No. : 04/M/Per/III/2007, tentang Tata Cara Pelaporan Kekayaan Intelektual, hasil kegiatan penelitian dan Pengembangan dan hasil pengelolaannya; Dari dokumen itu pasal 9 diatur tentang HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL di mana ayat (2) berbunyi (2) PARA PIHAK sepakat akan mengatur lebih lanjut di dalam sebuah perjanjian tersendiri sesuai ketentuan yang berlaku hal-hal yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual/Intelectual Property Rights (HKI/IPR) yang timbul dari pelaksanaan kerjasama ini.
6. HASIL & DISKUSI: PEMANFAATAN INOVASI HASIL PENELITIAN (PENGEMBANGAN) MELALUI PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT DAN KULIAH KERJA NYATA Link and match kampus – industri via Pengabdian Masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bekerja sama dengan Pemda. Di samping itu ada Praktik Kerja Lapangan (PKL), Corporate Social Responsibility, dan kerja sama sponsorship. Mengapa jumlah paten tidak meningkat pesat di Unila? Salah satu syarat mendapatkan paten, hasil penelitian harus dapat dipasarkan. Ini memerlukan kerja sama dengan industri. Harus ada link and match dengan dunia usaha. Mekanisme ini belum berjalan lancar. Untuk memperlancar mekanisme link and match perlu digiatkan Pengabdian Masyarakat (aktor utama adalah dosen dibantu mahasiswa) dan Kuliah Kerja Nyata (aktor utama adalah mahasiswa dibantu dosen). PKL atau Kerja Praktik dilakukan secara perorangan atau berkelompok oleh para mahasiswa. Corporate Social Responsibility dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan unsur organisasi perguruan tinggi (dari tingkat rektorat hingga tingkat jurusan /prodi). Sponsorship dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan panitia yang dibentuk oleh institusi dalam perguruan tinggi. Jika pernak pernik di bagian ke-4 dan ke-5 dikelola oleh Lembaga Penelitian (Lemlit), maka pernak pernik di bagian ke-6 ini dikelola oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Koneksi institusi ini dengan Sentra HKI adalah urusan kerja sama dengan industri, bisa dilakukan melalui semua jalur. Minimnya cash flow fund yang dipegang oleh pengurus jurusan menandakan masih terjadi stagnasi inovasi di perguruan tinggi. Para dosen lebih suka menggarap topik di luar kampusnya. Hal ini terindikasinya belum ada trotoar untuk pejalan kaki di kampus; masih banyak sampah terkumpul di lokasi tertentu; masih berantakan perparkiran kendaraan para mahasiswa; belum adanya show room untuk menampilkan hasil karya dosen, hasil karya mahasiswa serta masih sedikitnya kerja sama dengan industri. Solusi stagnasi inovasi dosen dengan cara mengefektifkan struktur pada gambar 3. Selain itu perlu disusun keterkaitan penelitian dosen dengan penelitian mahasiswa. Demikian pula untuk penelitian mahasiswa, terjadi stagnasi inovasi. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya yang beruntung meraih dana Program Kreativitas Mahasiswa. Topik penelitian sebagian besar bukan solusi permasalahan yang ada di kampus mau pun laboratoriumnya /perpustakaannya. Upaya kreatif perguruan tinggi sangat diperlukan dengan menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah mau pun swasta baik di dalam mau pun luar negeri. Dalam merekonstruksi sistem ekonomi, sosial, budaya, dan politik, pendidikan tinggi harus terus berupaya menciptakan terobosan baru untuk menunjang pembangunan nasional secara menyeluruh dan karenanya penelitian perlu diarahkan pada inovasi dan tanggapan cepat terhadap kebutuhan masyarakat, misalnya hasil penelitian yang dilindungi HKI-nya seperti hak paten dan teknologi tepat guna. Kegiatan KKN Tematik Unila antara lain diarahkan pada sasaran utama yaitu membina mahasiswa agar menjadi innovator, motivator, dan problem solver (mister fix it) serta mempunyai sikap dan rasa cinta, peduli sosial dan tanggung jawab mahasiswa terhadap kemajuan masyarakat. Efek ke masyarakat adalah mereka memperoleh pembaharuan yang diperlukan dalam pembangunan daerah. Efek ke perguruan tinggi adalah institusi ini dapat mengembangkan IPTEKS yang lebih bermanfaat dalam pengelolaan dan penyelesaian berbagai masalah pembangunan.
7. HASIL & DISKUSI: INVENTARISASI HAMBATAN INOVASI BERBASIS PENELITIAN (PENGEMBANGAN) DI INDUSTRI MITRA KERJA KAMPUS Kerja sama bisa diraih sebagai hasil dari kerja-kerja di empat butir di atas. Setelah itu bisa diinventarisasi hambatan tersebut di dunia industri. Jika hasil penelitian bisa dikomersialisasi di dunia industri maka hal itu bisa diurus hak paten di Ditjen HKI. Selanjutnya dilakukan proses lisensi, pengawasan, dan royalty profit taking yang memotivasi para inventor untuk untuk hasilkan invensi lebih baik lagi. Untuk hambatan di sisi demand inovasi ketika sebuah perusahaan dituding tidak inovatif, yang sering dijadikan kambing hitamnya adalah karyawan. Alam Setiadi (Difusi Inovasi, 2008) mengatakan bahwa pengalaman menunjukkan hampir setiap individu atau organisasi memiliki semacam mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Segera setelah ada pihak yang berupaya mengadakan sebuah perubahan, penolakan atau hambatan akan sering ditemui. Orangorang tertentu dari dalam ataupun dari luar sistem akan tidak menyukai, melakukan sesuatu yang berlawanan, melakukan sabotase atau mencoba mencegah upaya untuk mengubah praktek yang berlaku. Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara tersembunyi dan pasif. Apa alasan mengapa ada orang yang ingin menolak perubahan walaupun kenyataannya praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan, sehingga dibutuhkan sebuah inovasi? Fenomena ini sering disebut sebagai penolakan terhadap perubahan. Banyak upaya telah dilakukan untuk menggambarkan, mengkategorisasikan dan menjelaskan fenomena penolakan ini. Ada empat macam kategori hambatan dalam konteks inovasi. Keempat kategori tersebut adalah: a) hambatan psikologis, b) hambatan praktis, c) hambatan nilai-nilai, dan d) hambatan kekuasaan. a) Hambatan psikologis Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci untuk memahami apa yang terjadi bila orang dan sistem melakukan penolakan terhadap upaya perubahan. Kita akan menggambarkan jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu contoh yaitu dimensi kepercayaan/keamanan versus ketidakpercayaan/ketidakamanan karena faktor ini sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat mengakibatkan penolakan terhadap inovasi adalah: rasa enggan karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah. Kita dapat berasumsi bahwa di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok akan ada orang yang pengalaman masa lalunya tidak positif. Menurut para ahli psikologi perkembangan, ini akan mempengaruhi kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol (misalnya diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian masing-masing bagian), maka pemimpin itu biasanya akan memandang perubahan itu sebagai negatif dan mengancam. Perubahan itu dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan. b) Hambatan praktis Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik. Untuk memberikan contoh tentang hambatan praktis, faktor-faktor berikut ini akan dibahas: 1) waktu, 2) sumber daya, 3) sistem. Ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan untuk
mencegah atau memperlambat perubahan dalam organisasi dan sistem sosial. Program pusat-pusat pelatihan sangat menekankan aspek-aspek bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada keahlian praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis yang langsung. Oleh karena itu, inovasi dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang terkait dengan praktis. Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin mudah orang meminta penjelasan tentang penolakan praktis. Di pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang sesungguhnya itu telah dialami oleh banyak orang dalam kegiatan sehari-hari, yang menghambat perkembangan dan pembaruan praktek. Tidak cukupnya sumber daya ekonomi, teknis dan material sering disebutkan. Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang diperhitungkan. Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, yang pertama, sangat penting untuk mengalokasikan banyak waktu bila kita membuat perencanaan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan pada tahap perencanaan, kemungkinan besar akan terjadi. Yang kedua, masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai contoh tentang hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan dan jumlah dana yang tersedia harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat berbeda dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada perbedaan yang besar antara yang lama dengan yang baru. Dalam kasus seperti ini, tambahan sumber daya dalam bentuk keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi. Ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks pedoman diperlukan selama fase awal. Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali tidak disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering dibutuhkan selama fase penyebarluasan gagasan inovasi. Dalam kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk melakukan perbaikan dalam praktek. Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan orang-orang yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang sama pentingnya. Dengan kata lain, jarang sekali kita dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis sumber lainnya, melainkan kita memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah bahwa kurangnya sumber tertentu dapat dengan mudah menjadi hambatan. c) Hambatan kekuasaan dan nilai Bila dijelaskan secara singkat, hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut orang-orang tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah orang lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian stake holder, maka bentrokan nilai akan terjadi dan penolakan terhadap inovasi pun muncul. Apakah kita berbicara tentang penolakan terhadap perubahan atau terhadap nilai-nilai dan pendapat yang berbeda? Dalam banyak kasus itu tergantung pada definisi yang kita gunakan. Banyak inovator telah mengalami konflik yang jelas dengan orang lain, tetapi setelah dieksplorasi lebih jauh, ternyata mereka mendapati bahwa ada kesepakatan dan aliansi dapat dibentuk. Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa sering kali orang dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan. Kadang-kadang hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian kesepakatan atau ketidaksepakatan di permukaan mudah terjadi dalam kaitannya dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti sangat penting bagi implementasi inovasi.
8. KESIMPULAN Dibutuhkan komitmen kepemimpinan yang kuat dari rektor agar stagnasi inovasi di perguruan tinggi bisa terurai masalahnya sehingga Sentra HKI bisa segera direvitalisasi dalam rangka meningkatkan perolehan paten hasil penelitian yang segera dikomersialisasi bersama perusahaan mitra kampus. Manajemen Sentra HKI perlu didukung lembaga intermediasinya yaitu Sistem HKI Fakultas yang perlu dibangun di semua fakultas yang ada. Event tempat berkumpulnya dua institusi tersebut adalah kompetisi inovasi dalam rangka membangun sistem inovasi nasional dan daerah.
9. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Lembaga Penelitian Unila dan Dekan Fakultas Teknik Unila atas dukungan sikap dan pendanaan sehingga bisa dirumuskan rancangan usaha mengurai stagnasi inovasi yang diindikasikan berupa sedikitnya pengajuan perlindungan paten ke Ditjen HKI Kemenkumham Republik Indonesia.
10. DAFTAR PUSTAKA Bambang Sulistiyawan, 2011, HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DOSEN STAIN KEDIRI, Program MMPI, PPS UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. Buku Pedoman Insentif Riset SINas 2014 Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Difusi Inovasi | Alamsetiadi08's Weblog, http://alamsetiadi08.wordpress.com/difusi-inovasi/. Dokumen kontrak kerja sama antara satuan kerja Sekretariat Kementerian Riset dan Teknologi dengan Lembaga Penelitian Universitas Lampung a.n. Muhammad Badarudin. Nugroho In Saputro, “Telaah Staf Paripurna” http://pim3limapuluh.blogspot.com/2013/06/telaah-staf-paripurna.html PEDOMAN,PELAKSANAAN,PENELITIAN,Panduan_Pelaksanaan_Penelitian_dan_PPM_Ed isi_IX_2013a.pdf,http://simlitabmas.dikti.go.id/fileUpload/pengumuman/Panduan_Pelak sanaan_Penelitian_dan_PPM_Edisi_IX_2013a.pdf. R. Arum, S.P., 2012, Pembuatan Model Kebijakan Kekayaan Intelektual Berdasarkan Ilmu Pemodelan dan Simulasi, Dibiayai oleh DIPA BLU Unila Kontrak No. 277 /UN26 /8 /KU /2011. R. Arum, S.P., 2011, Studi Pengembangan Model Kebijakan Kekayaan Intelektual, Kasus simulasi kerja sama Sentra HKI dengan FT, Dibiayai oleh PNBP FT 2011 Kontrak No. 2198 /H26 /1 /KU /2011.