1/6
RANCANGAN LAYANAN E-LEARNING JARINGAN TERPADU BERBASIS METODE LOAD BALANCING Anton Wijaya – Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA – Ir. Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Email :
[email protected] Abstrak --- Teknologi yang kian berkembang pesat, sangat memungkinkan terjadinya pembelajaran yang lebih atraktif. Diharapakan proses pembelajaran tidak lagi monoton dan membosankan. Secara langsung sistem pada moodle tidak menyediakan layanan tayangan video, sehingga dirasa perlu untuk mengintegrasikannya dengan suatu sistem layanan lain. Internet Protocol Television (IPTV) merupakan tren perkembangan teknologi broadcasting melalui Internet Protocol (IP). Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan perancangan dan pembuatan server IPTV berbasis metode load balancing berbasis Linux Virtual Server (LVS) dengan algoritma penjadwalan round robin. Kemudian dilakukan pengujian performansi server IPTV berbasis metode load balancing dan server LMS serta server IPTV load balancing, dengan memutar 1 sampai 4 video secara bersamaan. Dari pengujian yang dilakukan diketahui, bahwa server dengan aplikasi dan content yang sama sangat berpengaruh dalam kinerja sebuah server, sedangkan pada pengukuran respone time sangat berpengaruh dengan banyakny server, dengan bertambahnya jumlah server maka semakin cepat dalam mengakses suatu halaman IPTV, seperti dilihat pada nilai saat mengakses 100 halaman membutuhkan waktu 24.271 detik dengan dua server disbanding satu server membutuhkan waktu 44.953 detik. Pada pengukuran packet loss didapatkan hasil 0.0000106%-0.0000937%, hal ini sudah memenuhi standart dimana paket loss besarnya dibawah 1% Menurut standar ITU-T Y.1541.
diperlukan server yang dapat melayani sesuai permintaan pelanggan. Pada tugas akhir ini akan dilakukan perancangan server IPTV digabung dengan server LMS, yang dibandingkan dengan server IPTV. Oleh karena itu perlu dikaji aspek-aspek peformansi jaringan ketika kedua sistem ini dijalankan secara bersamaan, sehingga dapat dihasilkan sebuah rekomendasi untuk membangun sebuah server sesuai dengan keadaan yang diinginkan dan dapat mengakomodir seluruh kebutuhan metode pembelajaran jarak jauh dalam institusi pendidikan. II.
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
Gambaran Umum Sistem Pada tugas akhir ini akan direncanakan sistem server yang sama dengan server yang berbeda, dalam hal ini yaitu IPTV server load balancing dengan IPTV server dan LMS server yang menggunakan 3 buah komputer, 1 buah server load balancer, IPTV server, LMS server dan 1 buah switch. Gambar 1 adalah topologi jaringan yang akan digunakan dalam tugas akhir ini. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa pada saat client ingin mengakses sebuah content atau aplikasi dari server akan diarahkan oleh server load balancer kepada server yang ada, sesuai alamat IP yang telah diset pada masing-masing server untuk merespon permintaan dari client tersebut.
A.
Kata Kunci : Internet Protocol Television, Load balancing, round robin I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi, adalah bidang pendidikan. Dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi- informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan,dan materi pendidikan, serta peserta didik itu sendiri. Beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning. Agar lebih menarik dalam penyajiannya maka perlu di gabungkan antara layanan e-learning dengan IPTV. Dimana siswa dapat menikmati pembelajaran dengan hal yang berbeda yaitu dengan melihat tampilan berupa video, dalam proses penggabungan tersebut
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Gambar 1. Perencanaan Sistem dan Persiapan Disini client akan mengakses video secara bersamaan mulai dari 1 video, 2 video, 3 video, dan 4 video, dengan mengujinya pada variasi bandwidth yang berbeda-beda yaitu 512 kbps, 1 Mbps, 2 Mbps, 5 Mbps, 7 Mbps, dan 10 Mbps. Seperti ditunjukkan flowchart pada gambar 2.
2/6 tunggal (virtual IP address). IPVS membuat IPVS table pada kernel untuk menelusuri dan merutekan paket ke real server secara efisien. Tabel ini digunakan oleh load balancer yang sedang aktif (yang pasif adalah backup-nya) untuk meneruskan client request dari virtual IP address ke real server. IPVS table secara rutin diperbarui menggunakan software ipvsadm.
Pengukuran performasi jaringan
Menjalankan wireshark untuk pengambilan data
Membuka akses IPTV secara bersamaan
1 Video
2 Video
3 Video
4 Video
Pengukuran pada variasi server
Load balancing LMS dan IPTV server
Load Balancing 2 IPTV server
Variasi pembatasan bandwidth
512 kbps
1 Mbps
2 Mbps
5 Mbps
7 Mbps
10 Mbps
Pengamatan performasi jaringan :throughput & packet loss
Performasi server load balancing
Gambar 2 Flowchart perancangan implementasi B.
skema LVS (Linux Virtual Server) dalam Load Balancing LVS adalah model server cluster yang memiliki availabilitas tinggi yang terdiri atas beberapa real server (cluster node). Seperti pada gambar 3, LVS terdiri dari dua bagian yaitu load balancer (manager/master) dan real server (slave). Antara real server dan load balancer dapat saling terhubung dengan high-speed Local Area Network (LAN) ataupun Wide Area Network (WAN). Load balancer mampu meneruskan user request ke serverserver yang berbeda dan membuat server-server yang bekerja secara paralel tersebut tampak dari sisi user seperti satu server dengan IP address tunggal [2].
Gambar 3 Arsitektur dasar LVS C.
Algoritma Penjadwalan Round Robin (rr) Mekanisme penjadwalan pada LVS dikerjakan oleh sebuah patch kernel yang disebut modul IP Virtual Server atau IPVS modules. Modul ini mengaktifkan layer 4 yaitu transport layer switching yang dirancang dapat bekerja dengan baik pada multi server dalam IP address
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Gambar 4 Algoritma penjadwalan round robin Pada penjadwalan tipe round-robin, manager mendistribusikan client request sama rata ke seluruh real server tanpa memperdulikan kapasitas server ataupun beban request. Jika ada tiga real server (A,B,C), maka request 1 akan diberikan managerkepada server A, request 2 ke server B, request 3 ke server C dan request 4 kembali ke server A [3]. C.
Performansi (Network Performance) Pengujian Network Performance pada server load balancing, dan server IPTV dapat diamati dengan menggunakan program Wireshark. Wireshark mampu membaca paket-paket data yang lewat pada jaringan dan menganalisanya. Beberapa protokol yang didukung Wireshark antara lain TCP, UDP, RTP, SIP, dan lain-lain. Data pada proses sinkronisasi adalah TCP dan pada proses panggilan video call. Beberapa parameter QoS yang dicapture melalui Wireshark untuk pengujian Network Performance antara lain, 1. Parameter QoS jaringan • Packet Loss Packet Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu: 1 . Terjadinya overload trafik didalam jaringan, 2 . Tabrakan (congestion) dalam jaringan, 3. Error yang terjadi pada media fisik, 4. Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa 5 . disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer. Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai packet loss sesuai dengan versi Tiphon yaitu seperti tampak pada tabel 1 [4].
3/6
Analisa Pengamatan Troughput Pengukuran throughput dilakukan pada sisi client pada saat mengakses video, yang kemudian dilakukan perbandingan performansi antara server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan server IPTV load balancing. Berikut ini akan dibahas perbandingan hasil pengukuran throughput di sisi client pada server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan A.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
load balancing IPTVLMS server load balancing 1 IPTV server load balancing 2 IPTV server
3000000 2000000 1000000 7 Mbps
10 Mbps
5 Mbps
2 Mbps
1 Mbps
512 kbps
0
Variasi Bandwidth
Gambar 5 Perbandingan throughput antara server IPTVLMS load balancing dengan server IPTV load balancing Dari gambar 5 saat pengujian loading 1 video perbandingan throughput tersebut dapat diketahui bahwa nilai throughput tertinggi yaitu sebesar 7565195.25 bps dicapai pada konfigurasi server IPTV load balancing dengan dua IPTV server pada bandwidth 10 Mbps. Sedangkan nilai throughput terendah yaitu 511462.26 bps dicapai pada konfigurasi server IPTV load balancing dengan satu IPTV server pada bandwidth 512 kbps. Gambar 6 berikut ini menujukkan grafik perbandingan nilai troughput pada saat client memutar 2 video.
8000000 7000000 6000000 5000000
load balancing IPTVLMS server
4000000 3000000
load balancing 1 IPTV server
2000000
load balancing 2 IPTV server
1000000 10 Mbps
0 7 Mbps
III. HASIL UJI COBA Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai analisis data serta pembahasan mengenai hasil implementasi yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya yaitu mengenai performansi dan kualitas unjuk kerja server load balancing dan server IPTV. Analisis dilakukan berdasarkan data yang didapat dari hasil transfer data antar server dan klien.
4000000
5 Mbps
2. Pengukuran Maximum Workload Web Server dengan httperf Beban kerja maksimum suatu web server dalam menangani koneksi dari client dalam waktu tertentu. Workload web server dapat diuji dengan menggunakan software web server benchmarking tool seperti httperf. Httperf adalah tool sederhana berbasis command line yang dapat dijalankan di atas sistem operasi Linux untuk menguji (benchmarking) performansi suatu web server. Httperf melakukan tes dengan mengirimkan sejumlah workload HTTP atau HTTP request ke web server target dan menampilkan hasil tes tersebut ke komputer monitoring. Hasil tes yang didapatkan antara lain: jumlah request yang dikirimkan, jumlah request, jumlah balasan, reply time, throughput (Net I/O), connection rate, statistik penggunaan CPU dan lain-lain.
5000000
2 Mbps
Waktu sinkronisasi Waktu sinkronisasi merupakan waktu yang dibutuhkan unruk menyelesaikan proses sinkronisasi di antara LMS server dan client. Untuk melihat waktu sinkronisasi kita dapat melihatnya dari nilai duration.. Duration adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data yang terjadi hanya pada alamat-alamat tertentu. Nilai ini juga dapat dilihat pada Conversation di Wireshark.
6000000
1 Mbps
•
7000000
512 kbps
Throughput Throughput adalah jumlah bit yang diterima dengan sukses perdetik melalui sebuah sistem atau media komunikasi dalam selang waktu pengamatan tertentu. Umumnya throughput direpresentasikan dalam satuan bit per second (bps). Untuk men-capture nilai throughput dapat dilakukan dengan melihat nilai bit per second (bps) dari B ke A. B adalah server dan A adalah client pada hasil Conversation di Wireshark.
8000000 Throughput (bps)
•
server IPTV load balancing saat client me-load 4 video secara bersamaan. Terlihat pada gambar 4 perbandingan nilai throughput pada saat memutar 1 video.
Throughput (bps)
Tabel 1. Kategori Performansi Jaringan [4] Kategori Degredasi Packet loss Sangat bagus 0% Bagus 3% Sedang 15% Jelek >25%
Variasi Bandwidth
Gambar 6 Perbandingan throughput antara server IPTVLMS load balancing dengan server IPTV load balancing Dari gambar 6 perbandingan throughput tersebut dapat diketahui bahwa nilai throughput tertinggi yaitu sebesar 7687205.86 bps dicapai pada konfigurasi server IPTV load balancing dengan dua IPTV server pada bandwidth 10 Mbps. Sedangkan nilai throughput terendah yaitu 524842.9 bps dicapai pada konfigurasi server IPTVLMS load balancing pada bandwidth 512 kbps.
4/6
8000000 6000000
load balancing IPTVLMS server
4000000
load balancing 1 IPTV server
2000000
load balancing 2 IPTV server
7 Mbps
10 Mbps
5 Mbps
1 Mbps
2 Mbps
512 kbps
0
Variasi Bandwidth
Gambar 7 Perbandingan throughput antara server IPTVLMS load balancing dengan server IPTV load balancing Dari gambar 7 saat pengujian loading 3 video nilai throughput dapat diketahui bahwa nilai throughput tertinggi yaitu sebesar 8057895.86 bps dicapai pada konfigurasi server IPTV load balancing dengan dua IPTV server pada bandwidth 10 Mbps. Sedangkan nilai throughput terendah yaitu 534842.9 bps dicapai pada konfigurasi server IPTV-LMS load balancing pada bandwidth 512 kbps.
Analisa Pengamatan Packet Loss Berikut ini akan dibahas perbandingan hasil pengukuran packet loss di sisi client pada server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan server IPTV load balancing saat client me-load 4 video secara bersamaan. Data dari perbandingan packet loss saat me-load 1 video pada server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan server IPTV load balancing ditunjukkan pada gambar 9 berikut ini. B.
0.00009
9000000
0.00008 0.00007
7000000 6000000 5000000
load balancing IPTVLMS server
4000000
load balancing 1 IPTV server
3000000 2000000
load balancing 2 IPTV server
1000000 0
Packet Loss (%)
0.00006 load balancing IPTV-LMS server
0.00005 0.00004
load balancing 1 IPTV server
0.00003 0.00002
load balancing 2 IPTV server
0.00001
Variasi Bandwidth
Gambar 8 Perbandingan throughput antara server IPTVLMS load balancing dengan server IPTV load balancing Dari data gambar 7 saat pengujian loading 4 video perbandingan throughput dapat diketahui bahwa nilai throughput tertinggi yaitu sebesar 9384145.86 bps dicapai pada konfigurasi server IPTV load balancing dengan dua IPTV server pada bandwidth 10 Mbps. Sedangkan nilai throughput terendah yaitu 544452.9 bps dicapai pada konfigurasi server IPTV-LMS load balancing pada bandwidth 512 kbps. Dari data yang dibandingkan dari hasil pengukuran throughput dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai bandwidth, maka nilai throughput-nya akan semakin besar dikarenakan lebar bandwidth mempengaruhi nilai throughput. Semakin besar ukuran halaman, maka nilai throughput-nya akan semakin besar
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
10 Mbps
7 Mbps
5 Mbps
2 Mbps
7 Mbps
10 Mbps
5 Mbps
1 Mbps
2 Mbps
512 kbps
0 512 kbps
Throughput (bps)
8000000
1 Mbps
Throughput (bps)
10000000
juga. Hal ini disebabkan semakin besar ukuran halaman yang di-load, semakin besar ukuran file yang diunduh maka semakin banyak pula jumlah paket yang dikirimkan dari server ke client. Pertambahan jumlah IPTV server juga akan meningkatkan throughput di sisi client (downlink). Hal ini diakibatkan karena pertambahan jumlah IPTV server akan meningkatkan kecepatan pemrosesan request dari client sehingga mempersingkat response time. Dengan ukuran data yang sama, maka peningkatan response time akan menghasilkan throughput yang semakin besar. Pada server LMS dan server IPTV yang jadi satu dalam load balancing pada pemutaran 4 video sangat berbeda jauh hal ini dikarenakan perbedaan aplikasi maupun content pada masing-masing server yaitu LMS dan IPTV.
Variasi Bandwidth
Gambar 9 Perbandingan packet losst antara server IPTVLMS load balancing dengan server IPTV load balancing Dari gambar 9 saat pengujian loading 1 video perbandingan packet loss antara server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan dua server IPTV load balancing, terlihat bahwa nilai packet loss terbesar adalah 0.0000893% pada IPTV-LMS server load balancing saat bandwidth dibatasi 10 Mbps. Sedangkan nilai packet loss terkecil adalah 0.0000125% pada satu server IPTV load balancing saat bandwidth dibatasi 2 Mbps.
5/6 0.0001
0.0001 0.00009 0.00008 load balancing IPTVLMS server load balancing 1 IPTV server load balancing 2 IPTV server
0.00004 0.00002
0.00009 0.00008 Packet Loss (%)
0.00007 0.00006 load balancing IPTVLMS server load balancing 1 IPTV server
0.00003 0.00002
load balancing 2 IPTV server
0.00001 7 Mbps
10 Mbps
5 Mbps
2 Mbps
1 Mbps
512 kbps
0
Variasi Bandwidth
Gambar 11 Perbandingan packet losst antara server IPTV-LMS load balancing dengan server IPTV load balancing Dari gambar 11 saat pengujian loading 3 video perbandingan packet loss antara server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan server IPTV load balancing, terlihat bahwa nilai packet loss terbesar adalah 0.0000827% pada IPTV-LMS server load balancing saat bandwidth dibatasi 7 Mbps. Sedangkan nilai packet loss terkecil adalah 0.00001082% pada IPTVLMS server load balancing saat bandwidth dibatasi 10 Mbps.
7 Mbps
Variasi Bandwidth
Gambar 12 Perbandingan packet losst antara server IPTV-LMS load balancing dengan server IPTV load balancing Dari gambar 12 saat pengujian loading 4 video perbandingan packet loss antara server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan server IPTV load balancing, terlihat bahwa nilai packet loss terbesar adalah 0.0000937% pada IPTV-LMS server load balancing saat bandwidth dibatasi 7 Mbps. Sedangkan nilai packet loss terkecil adalah 0.00001073% pada satu server IPTV load balancing saat bandwidth dibatasi 7 Mbps. Secara umum dapat disimpulkan dari perbandingan nilai packet loss pada pengujian performansi jaringan dalam tugas akhir ini dari tabel yang disajikan, nilai packet loss yang dihasilkan konfigurasi server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan server IPTV load balancing masih sangat kecil dan hampir mendekati 0%. Menurut standar ITU-T Y.1541 [9], nilai packet loss untuk komunikasi data TCP yang masih tergolong baik adalah 10-3 atau 0,001 (0,1%). Hal tersebut menunjukkan bahwa hampir tidak ada data yang hilang pada saat transfer data. Untuk mengamati seberapa lama seorang pengguna mengakses sebuah halaman situs IPTV pada pengujian konfigurasi server yang berbeda dapat dilakukan dengan membagi total response time dengan jumlah akses simultan. Hasil perhitungan rata-rata response time untuk seorang pengguna pada pengujian berbagai konfigurasi server terdapat pada gambar 13. Rata-rata Respone Time (detik)
Dari gambar 10 saat pengujian loading 2 video perbandingan packet loss antara server LMS dan server IPTV dalam satu load balancing dengan server IPTV load balancing pada Tabel 4, terlihat bahwa nilai packet loss terbesar adalah 0.0000928% pada satu IPTV server load balancing saat bandwidth dibatasi 7 Mbps. Sedangkan nilai packet loss terkecil adalah 0.0000106% pada dua IPTV server load balancing saat bandwidth dibatasi 512 kbps.
10 Mbps
0
Variasi Bandwidth
0.00004
load balancing 2 IPTV server
0.00001
Gambar 10 Perbandingan packet losst antara server IPTV-LMS load balancing dengan server IPTV load balancing
0.00005
load balancing 1 IPTV server
0.00003
5 Mbps
7 Mbps
10 Mbps
5 Mbps
2 Mbps
1 Mbps
512 kbps
0
load balancing IPTVLMS server
0.00005
2 Mbps
0.00002
0.00006
1 Mbps
0.00004
0.00007
512 kbps
0.00006
Packet Loss (%)
Packet Loss (%)
0.00008
1.5 1 0.5 0 server IPTVLMS load balancing
1 IPTV server load balancing
2 IPTV server load balancing
Konfigurasi Server
Gambar 13 Grafik perhitungan rata-rata respone time
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
6/6
Jumlah koneksi maksimum ke IPTV server (koneksi/detik)
Dari rata-rata response time, terlihat bahwa response time server IPTV load balancing dengan dua IPTV server load balancing memberikan response time yang tercepat bagi pengguna dengan rata-rata waktu 0,433 detik untuk membuka satu halaman situs IPTV. Hasil pengujian membuktikan pertambahan IPTV server akan mempercepat proses penanganan akses pengguna. Sedangkan rata-rata response time terlama adalah pada pengujian server IPTV-LMS load balancing dengan ratarata response time 1.304 detik. Dapat disimpulkan bahwa pertambahan jumlah IPTV server dapat meningkatkan rata-rata response time.
800 600 400 200 0 server LMS 1 IPTV server 2 IPTV server dan IPTV load load balancing load balancing balancing
Variasi Server
Gambar 14 Perbandingan jumlah maksimum koneksi ke IPTV server Dibandingkan dengan server server LMS dan IPTV load balancing, server IPTV load balancing lebih baik dalam penanganan akses pengguna ke IPTV server. Server IPTV load balancing dengan dua IPTV server mampu menangani 800 koneksi dalam satu detiknya sedangkan server server LMS dan IPTV load balancing tidak mampu menangani akses, hal ini dikarenakan terjadinya bentrok file data pada server load balancing, yang bingung memproses permintaan user karena terdapat dua aplikasi maupun content pada masing-masing server yaitu LMS dan IPTV. Hal ini dapat dicapai karena beban kerja (pemrosesan request) terbagi ke ke dua IPTV server tersebut, sehingga response time menjadi lebih singkat. IV. KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari sistem yang telah diimplementasikan dan hasil analisa pada pengukuran performasi jaringan yang telah dilakukan, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah : Performasi load balancing dengan dua server yang berbeda dalam satu jaringan load balancing yaitu IPTV server dan LMS server, sering terjadi error hal ini dikarenakan adanya dua server yang berbeda dengan dua aplikasi maupun content yang berbeda sehingga membuat binggung load balancing dalam merespon permintaan client. Penambahan server dengan content yang sama dapat mempengaruhi kinerja pada server meliputi throughput, packet loss, maupun respone time yang lebih baik dalam menangani client.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Performansi server IPTV berbasis metode load balancing sudah memenuhi standar yang ditetapkan dalam rekomendasi ITU-T Y.1541[6] tentang nilai packet loss yang masih dianggap baik pada komunikasi data TCP yaitu 0,001 (0,1%) dimana nilai packet loss terbesar yang dicapai adalah 0.0000937%. V.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Oetomo, B.S.D., dan Priyogutomo, J., Feb 2004. Kajian Terhadap Model e-Media dalam Pembangunan Sistem e-Education. Makalah Seminar Nasional Informatika di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. [2] Dublin, L., Cross, J., “Implementing eLearning: Getting the Most from Your eLearning Investment”, the ASTD International Conference, Mei 2003. [3] Baskoro, A., 2011. Rancang Bangun Server Learning Management System (Lms) Berbasis Metode Load Balancing. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Elektro ITS. Surabaya. [4] Firmansyah, A., 2009. Implementasi Sistem Sinkronisasi Uni-Direksional pada Learning Management System antar Institusi Pendidikan. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Elektro ITS. Surabaya. [5] NAT Technology White Paper,
, Agustus, 2008. [6] Network Performance Objectives for IP-based Services, ITU-T Y.1541 Recommendations, Februari 2006. [7] Estimating End-to-End Performance in IP Networks for Data Applications, ITU-T G.1030 Recommendations, Nopember 2005.
RIWAYAT PENULIS Anton Wijaya, lahir di Magetan 13 Oktober 1987, merupakan anak pertama dari pasangan ayahanda H. Abadi dan bunda Katiyem. Memulai pendidikan formalnya di SDN 3 Maospati (19942000), kemudian meneruskan pendidikan di SLTPN 1 Maospati (2000-2003), kemudian lulus pada tahun 2006 dari SMAN 3 Madiun (2003-2006). Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di D3-Elektro di Universitas Gadjah Mada (2006-2009), kemudian langsung melanjutkan pendidikan Strata-1 di Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan mengambil Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia.